Anda di halaman 1dari 212

BAB 1

DUNIA HELLENIS PADA AWAL SEJARAH GEREJA

1.      KEADAANNYA SECARA LAHIRIAH

Dunia tempat Gereja mulai timbul ialah kekaisaran Romawi. Luasnya kekaisaran itu dari selat
Gibraltar sampai sungai Efrat dan dari tanah Mesir sampai Inggris. Batasnya di sebelah utara
ialah sungai Rind an Donau, akan tetapi kuasa tentang Romawi dirasai sampai jauh diluar batas
itu. Pusat kekaisaran yang besar itu ialah kota Roma, tempat kaisar-kaisar bersemayam. Sungguh
pun kaisar-kaisar itu nampaknya masih member hak kepada rakyat untuk turut memerintah
Negara itu, seperti ketika Romawi masih suatu republic (sebelum kaisar sendiri sajalah yang
memegang kuasa (Monarkhia mutlak)

Dunia barat tidak pernah mengalami persatuan yang besar itu. Hanya satu bahasa pergaulan
dipakai, yaitu bahasa Yunani, yang pada Zaman itu disebut bahasa Koine, artinya bahasa umum
(bandingkan dengan bahasa Indonesia sekarang). Perjanjian Baru juga dikarang dalam bahasa
Koine itu. Tak ada batas-batas didalam kekaisaran Romawi itu, yang mungkin merintangi
kesatuannya. Dimana-mana terdapat jalan raya yang baik, yang bukan saja digunakan bagi
saudagar-saudagar dan pasukan-pasukan kaisar, tetapi juga bagi para rasul-rasul dan penginjil-
penginjil yang perlu berpergian kemana-mana untuk mamasyurkan Nama Tuhan.

Perdagangan dan lalu lintas didarat dan dilaut mempererat hubungan antara semua bagian
kerajaan. Ketenteraman dan ketertiban terdapat disemua daerah. Perjalanan-perjalanan Paulus
dan perkembangan Gereja yang pesat itu akan sukar diartikan, jika tidak mengingat keadaan
dunia zaman itu, seperti yang diterangkan tadi.

2.      KEADAAN SECARA BATINIAH

Sudah tentu kesemuanya itu belum bearti suatu kesatuan batiniah. Sekalipun bangsa-bangsa di
daerah-daerah perbatasan takluk kepada Roma secara politik (umpamanya orang Kopt di Mesir,
orang Siria atau Syam, orang Yahudi, dan sebagainya), tetapi kebudayaan tinggi, yang
menguasai hidup Rohani pusat kekaisaran Romawi itu, kurang mempengaruhi bangsa-bangsa itu.
Mereka masih memelihara sifat dan adatnya sendiri. Sedangkan negeri-negeri sekitar pusat
kekaisaran itupun kurang bersatu secara batiniah. Semangat Romawi dibagian barat berbeda jauh
dengan suasana Yunani, dibagian Timur. Perbedaan itu juga nyata benar dalam sejarah Gereja,
hal mana akan sering kita lihat dalam kitab ini.

Akibat dari perhubungan dan pencampuran bangsa-bangsa pada zaman itu ialah bangsa-bangsa
itu kehilangan ketenteraman jiwa dan adat yang baik. Kesopanan telah sangat mundur (baca
“Surat Paulus kepada jemaat di Roma” 1:18 dyb). Dahulu penduduk hidup dengan senang
sentosa menurut adat istirahat dan agamanya masing-masing, tetapi keadaan itu kemudian
berubah sama sekali. Dewa-dewa kebangsaan rupaya sudah hilang kuasanya dalam dunia baru
yang luas itu. Dasar-dasar Rohani dari kehidupan manusia terguncang dan tubuh. Tak
mengherankan bahwa pada masa peralihan itu orang dengan bimbang bertanya pada diri sendiri:
Apakah yang harus kuperbuat? Apakah yang boleh kuharapkan supaya selamat didunia ini dan
diakhirat? Oleh karena soal-soal yang demikian, maka minat orang terhadap perkara-perkara
Rohani bertambah besar. Tetapi Agama Yunani dan Romawi yang menjadi agama Negara yang
resmi, tak sanggup memuaskan kebutuhan Rohani kebanyakan orang. Sebagai ganti agama yang
kolot itu mereka asyik mempelajari agama-agama dari bagian timur kekaisaran, yang baru
dikenal sesudah pasukan-pasukan Romawi mengalahkan negeri-negeri disebelah timur Laut
Tengah (sejak tahun 150 s.M)

3.      PENGARUH AGAMA-AGAMA TIMUR

Apakah sebabnya timbul perhatian orang terhadap agama-agama yang baru itu? Oleh sebab
pokok utama agama-agama itu ialah kelepasan yang dijanjikan kepada manusia, yakni kelepasan
dari pada segala kesukaran didunia ini. Kehidupan yang penuh kesusahan dibumi ini pandang
sebagai persediaan saja untuk kehidupan yang sempurna dan baka diakhirat kelak. Tujuan yang
indah dan mulia itu harus dikejar dengan beraskese, yakni bertarak, menahan diri, mematikan
bahwa nafsu daging, dan dengan ambil bagian dalam bermacam-macam tahbisan dan lain-lain
upacara rahasia (“misteri”), yang melukiskan dan mengusahakan kemenangan hidup atas maut.
Tambahan pula agama-agama ini member kepada manusia suatu ilmu kebajikan yang baru, suatu
perasaan keamanan dan perlindungan yang menghiburkan hati, serta pengharapan yang sungguh
akan dibebaskan kelak dari segala kesulitan dan kesengsaraan yang diderita oleh Tubuh dan jiwa
dalam hidup yang Fana ini.

Dari abad yang pertama sampai abad yang ketiga  berkembanglah ibadat kepada dewa-dewa
asing itu diseluruh kekaisaran. Dewa-dewa itu antara lain: dewi Isis dan dewa Osiris dinegeri
Mesir, Baal di Siria, dewa Mitras di Persia dan dewa Kybele di Asia kecil. Ilmu nujum
(astrologia) dari Babel tak kurang pula diselidiki, dan agama-agama rahasia (misteri) dari Yunani
pun bertambah besar pengaruhnya.

Segala agama ini mengajarkan, bahwa dunia yang fana dan bersifat sementara ini berdasarkan
dan berbataskan suatu yang lain. Oleh berjenis-jenis latihan askese dan oleh rupa-rupa penabisan
rohani yang bertingkat, maka jiwa dapat mengalahkan kefanaan sehingga akhirnya dipersatukan
dengan keadaan ilahi yang baka, yang sebetulnya menjadi dasar dan maksud hidup manusia.
Tiap-tiap agama membawa manusia kepada keselamatan itu, meskipun jalanya berbeda-beda.
Sebab itu mereka tak mau berbantah-bantah, melainkan harga- menghargai dan bersabar satu
sama lain. Tak mengherankan bahwa dewa-dewa itu disamakan saja, karena dianggap berbagai
nama saja dari suatu zat ilahi yang am saja. Mencampur-adukkan agama-agama ini disebut
sinkretisme.

Jenis agama ini dapat juga disebut Pantheisme dan Dualism. Pantheisme ialah kepercayaan
bahwa semua (= pan), yakni alam dan segala isinya, termasuk manusia juga, bersifat ilahi. Ilah
(theos) itu ada didalam segala sesuatu dan tiap-tiap barang atau makhluk mengandung zat ilahi
yang esa itu. Dengan demikian sudah tentu bahwa ilah itu tidak berpribadi. Menurut Dualisme,
dunia ini berbagi atas dua bagian yang bertentangan, yakni yang nampak dan yang tidak nampak,
zat benda dan roh, tubuh dan jiwa yang lahiriah yang jahat dan yang batiniah yang baik, dan
sebagainya. Memang Dantheisme dan Dualism itu berlawanan sama sekali dengan Alkitab dan
ajaran Gereja Kristen, sungguhpun pandangan-pandangan kafir itu sangat mempengaruhi,
bahkan memerosotkan hidup dan Theologia Gereja sepanjang segala abad.

4.      PENYEMBAHAN KEPADA KAISAR

Ibadat kepada kaisar adalah salah satu peryataan yang sangat penting dari hidup keagamaan pada
permulaan tarikh Masehi. Kebiasaan ini timbul dari pandangan umum di timur, yakni bahwa
kaisar mengandung khasiat yang mengatasi dunia kodrati (alamiah) ini, bahkan ia berasal dari
pada dunia ilahi. Ia dianggap sebagai Anak Ilah Tuhan. Demikianlah misalnya perasaan orang
terhadap Alexander Agung (Iskandar Zulkarnain), raja Makedonia yang membawa tentaranya
sampai di India (325 s.M), sehingga namanya masyhur di Asia Timur sampai kini. Kaisar-kaisar
ilahi itu menjadi lambing keesaan kekaisarannya yang sangat luas. Mula-mula mereka hanya
disembah sesudah mangkat, tetapi kemudian Negara menuntut korban bagi kaisar yang masih
hidup, dari semua penduduk negeri, sebagai tanda dan bukti bahwa mereka setia kepada kepala
Negara dan orang-orang yang dapat dipercaya dalam politik. Siapa yang tak mau berbakti kepada
kaisar dianggap musuh Negara. Kita dapat mengerti bahwa tentunan Negara ini menjadi pokok
perselisihan yang besar antara pemerintah Romawi dan Gereja Kristen.

5.      ILMU FILSAFAT

Pada waktu Gereja memasuki dunia zaman Hellenisme itu ada juga beberapa golongan ahli
filsafat yang kenamaan, baik di Yunani (lihat Kis 17:18), maupun di Italia dan di lain-lain negeri.
Sungguhpun ajaran mereka kerapkali berlain-lain (umpamanya golongan Stoa berbeda
filsafatnya dengan pengikut-pengikut Epicurus), tetapi pada umumnya tujuannya sama saja,
yakni mereka mau membaharuhi hidup kesusilaan, supaya manusia boleh mencapai bahagia dan
kesenangan batiniah yang di idam-idamkan itu, dengan mengusahakan kelakuan dan perbuatan
yang baik. Yang mengajarkan filsafat moralistis ini, antara lain ialah: Seneca (guru kaisar Nero),
Epictetus dan kaisar Marcus Aurelius (161-180).

Semenjak abad kedua, filsafat Plato, yang hidup di Yunani 400 tahun sebelum kelahiran Kristus,
asyik juga dipelajari di barat, sehingga pandangan-pandangannya sangat mempengaruhi hidup
Rohani banyak orang yang menaruh minat terhadap soal-soal agama. Filsafat kafir dari Plato
yang indah itu pun dipengaruhi oleh mistik timur, sehingga ia mengajarkan bahwa jiwa berasal
dari dunia ilahi yang terang dan murni, tetapi sekarang terkurung dalam zat benda yang gelap
dan jahat. Dengan beraskese dan berakstase (yaitu jiwa membubung dan meninggalkan tubuh
seketika untuk bernapas dan bersukaria dalam suasana ilahi; bandingkan Petrus “Rohnya diliputi
oleh Kuasa ilahi” Kis 10:10; 11:5; lagi 22:7 dan II Kor 12:2-4), hendaklah manusia berusaha
mengembalikan Rohnya kepada asalnya itu. Jadi filsafat Plato ini juga bersifat moralistis dan
Dualistis-Pantheistis, tak ubahnya dengan kepercayaan rendah dan sederhana dari rakyat yang
kurang terpelajar.

BAB 2
KAUM YAHUDI

              Gereja Kristus pertama kali timbul yaitu ditengah bangsa Yahudi dan tujuan
pekabarannya kepada orang Yahudi. Keadaan Kaum Yahudi pada saat itu:

1.      Ditanah Pelestina. Saat lahirnya gereja, bangsa Palestina tunduk kepada pemerintah


Romawi. Bagian selatan Palestina (Yudea) pernah dikepalai oleh orang Romawi, diantaranya
Pilatus, Festus, Felix. Raja bagian utarawaktu itu ialah Herodes Antipas. Agama Yahudi
dipimpin oleh Majelis Sanhendrin yang terdiri dari imam-imam dan ahli taurat sebanyak 70
orang, pusat mereka ialah bait Allah di Yeusalem. Orang yang tidak sempat beribadah ke Bait
Allah dibangun ditempat mereka rumah ibadah (sinagoge), mereka beribadah pada hari Sabat,
dibawah pimpinan ahli Taurat yang kemudian membawa para ahli Taurat lebih berkuasa dari
golongan imam.

2.      Harapan dan kedatangan Mesias. Kerohanian orang Yahudi tertindas karena mereka merasa
mereka adalah yang dipilih Tuhan untuk memerintah dunia, tetapi kenyataannya bahwa mereka
dikuasai suatu bangsa kafir. Mereka menanti kedatangan Mesias dengan kerinduan yang besar
ntuk memulihkan kedudukan mereka dinegeri itu.

3.      Hal melakukan Taurat. Tengah menanti Mesias, timbullah keinginan dalam benak mereka
untuk mempelajari Taurat Musa. Kebanyakan dari mereka masuk golongan Farisi untuk
melakukan Taurat secermat mungkin dalam hal berpuasa, sedekah, menguduskan hari sabat.
Karena menurut mereka, itu semua membawa mereka masuk dalam surga, namun satu hal yang
disayangkan bahwa mereka hanya saleh lahiriah dalam pengertian supaya untuk dilihat orang
saja dan tidak saleh rohaninya. Terdapat juga partai imam yang disebut Saduki, mereka yang
menolak harapan kedatangan Mesias yang disertai berbagai mujizat. Orang-orag Yahudi sangat
berpegang teguh pada kitab Tauratnya yaitu Perjanjian Lama, sehingga mereka tidak menerima
apabila ada kitab yang menambah dari kitab Taurat mereka dan mereka sangat melawan itu

4.      Diaspora. Diaspora yaitu perserakan, hal ini terjadi setelah orang Yahudi mengalami
pembuangan di Babel. Mereka berpencar ke daerah Palestina dan dibagian timur, Mesir,
Aexandria, di Laut Tengah dan dikota Roma. Karena mereka sudah berpencar maka sinagoge-
sinagoge (rumah ibadah) ada dimana-mana dan sekali setahun mereka pergi ke Bait Allah di
Yerusalem untuk merayakan pesta besar. Mereka sudah lupa memakai bahasa Ibrani dan mereka
menggunakan bahasa Yunani, itulah alasannya Perjanjian Lama harus diterjemahkan kedalam
bahasa Yunani, kira-kira 200 sM. Terjemahan ini dikerjakan di Mesir yang di sebut Septuaginta
yang berarti 70 ahli bahasa yang mengarangnya.

5.      Pengaruh Yahudi. Banyak orang yang mulai menghargai agamaitu bahkan orang kafir
mulai masuk agama Yahudi dan takluk kepada Tauratdan mereka itu yang disebut “proselit”
yang berarti penganut agama Yahudi. Karena menurut pandangan orang itu bahwa orang Yahudi
sehati, sepakat, mereka menyembah satu Allah (monotheis) dan tidak memakai patung-patung,
kitab kudus tua dan amalnya baik. Orang-orang “proselit” yang menyambut ajaran Injil menjadi
peranara bagi Gereja untuk memasuki dunia Yunani-Romawi.

6.      Philo dan Alexandria. Philo adalah seorang Filsuf Yahudi yang berusaha menyesuaikan
ajaran Perjanjian Lama dengan Filsafat Yunan dan Plato dan Stoa. Cara yang dia pakai ialah
dengan cara menafsir Alkitab dengan alegoris dan disitu dia menemukan arti yang dalam dan
indah, dia menemukan bahwa hubungan Allah dengan manusia selaku khalik dan makhluk
disamakannya dengan roh dan zat benda dari filsafat Plato, di menjelaskan Firman Tuhan selaku
“logos” yaitu zat suci yang menghubungkan dunia ilahi dan jasamani di bumi. Ini berpengaruh
dalam sejarah gereja dan banyak ditiru oleh  pemimpin Kristen

BAB 3

JEMAAT KRISTEN YANG MULA-MULA


1. Keadaan sidang itu. Kelahiran Gereja ialah hari keturunan Roh Kudus pada pesta Pentakosta.
Murid-murid dipenuhi dengan Roh Kristus sehingga mereka  berani bersaksi tentang kelepasan
yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Di mana orang menyambut Injil dengan percaya kepada
Yesus Kristus, di sanalah terbentuklah jemaat-jemaat kecil. Keadaannya nampaknya seperti
mazhab Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen masih mengunjungi bait Allah dan rumah
ibadat serta taat kepada taurat Musa. Walaupun demikian, nyata juga perbedaan besar antara
orang Kristen Yahudi ini dengan kawan sebabngsanya, karena mereka percaya dan mengajarkan
bahwa Yesus dari Nazaret ialah Mesias yang dijanjikan itu. Dengan demkian taurat, bait Allah
dacn sinagoge lambat-laun kurang penting bagi kaum Kristen.

Permulaan sejarah Gereja dapat kita pelajari dari kitab Kisah Rasul-rasul yang melukiskan hidup
jemaat yang mula-mula itu, yang rukun dan dalam suasana gembira dan berbahagia. Sudah tentu,
kita boleh mengambil contoh dari cinta kasih, kegiatan, kerajinan dan keberanian jemaat yang
pertama itu, tetapi janganlah kita lupa, bahwa mereka itu tak lain dari manusia yang lemah  dan
berdosa juga. Ingant saja, Ananias dan Safira (Kis 5), perselisihan tentang pembagian kepada
janda-janda dalam pelayanan sehari-hari (Kis 6) dan nasehat-nasehat Paulus dalam suratnya
kepada jemaat di Korintus. Kita maklum, bahwa kesucian/kekudusan jemaat Kristen tidak
terdapat dalam dirinya sendiri, melainkan dalam Tuhannya saja (1 Kor 1:30).

2. Sidang pertama bersifat komunis? Ada orang yang mengatakan bahwa jemaat yang mula-mula
bersifat komunis berhubungan dengan penjualan harta benda yang hasilnya dibagi-bagikan di
antara semua saudara sesuai dengan keperluan masing-masing (Kis 5:4). Tetapi hal itu bukanlah
komunisme, karena pemberian itu tidak diatur dengan resmi, itu pun tidak di haruskan. Tiada
berapa lama lagi maka pangkat syamas diadakan untuk melayani orang miskin , yakni semua
anggota Gereja yang membutuhkan bantuan.

3. Karunia-karunia. Pada masa itu tak sedikit orang Kristen yang diberi Tuhan rupa-rupa
“karunia Roh” atau “karunia oleh Roh Allah” seperti karunia menyembuhkan orang sakit,
mengadakan mujizat, bernubuat dan “karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh”
(glosolatia), yaitu mengeluarkan bunyi dan bahasa yang tak dapat diartikan oleh orang banyak,
tetapi yang perlu diterangkan maknanya (1 Kor 12:10). Dalam sejarah Gereja dapat kita lihat,
bahwa pada abad-abad kemudian juga orang kadang-kadang dianugerahi karunia semacam itu,
tetapi rupanya bukan maksud Tuhan, supaya tiap-tiap orang yang percaya dikaruniai demikian.
Jangan kita lupa keterangan Paulus tentang hal ini (1 Kor 14 dan 19).

4. Gereja menjauhkan diri dari keyahudian. Mula-mula orang Kristen di Yerusalem belum sadar
akan panggilannya terhadap dunia, tetapi segala aniaya yang diderita dari pihak orang Yahudi
menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mencelikkan mata mereka guna melihat tugasnya, yakni
menyebarkan Injil kepada semua bangsa. Supaya maksud itu tercapai perlulah kaum Kristen
memisahkan diri dari agama Yahudi. Pemisahan itu mulai sesudah pembunuhan Stefanus, yang
menegaskan bahwa taurat dan korban agama Yahudi tak berharga lagi oleh kedatangan Kristus.
Lalu jemaat Kristen sangat dianiaya oleh Sanhendrin, sehingga mereka lari ke mana –mana.
Dengan jalan itu Injil mulai dikabarkan di luar negeri, mula-mula kepada orang Yahudi saja,
tetapi kemudian juga kepada orang kafir (bangsa-bangsa lain) pertama-tama di kota Anthiokia.
Di sanalah pengikut Yesus mula-mula digelar “orang Kristen” (Kis 11:26) dan dari Anthiokia
pulalah Paulus dan Barnabas diutus, baik kepada orang Yahudi, maupun ke daerah kafir, Gereja
tak terkurung lagi dalam batas-batas adat agama Yahudi, Gereja sedunia mulai berkembang.

5. Pertikaian. Kemudian terbitlah perselisihan antara jemaat muda diantara orang kafir dengan
jemaat induk di Yerusalem. Paulus mengutus bahwa hanya iman kepada Yesus Kristus saja yang
membawa orang kepada keselamatan, sehingga orang kafir yang telah bertobat tak usah lagi
memenuhi segala tuntutan taurat, misalnya sunat. Banyak orang Kristen diantara kaum Yahudi
tak setuju dengan pendirian itu. Pada persidangan rasul-rasul di Yerusalem (Kis 15) hal ini
diperbincangkan, sampai ke dua pihak sepakat untuk membebaskan orang kafir yang masuk
Kristen dari syarat-syarat taurat, kecuali empat hal yang wajib diperhatikan (Kis 15:29).

6. Kemunduran jemaat di Yerusalem. Pada waktu kemudian kuasa jemaat di Yerusalem semakin


surut. Jumlah anggotan sedikit saja, jika dibanding dengan Gereja di luar negeri yang bertambah-
tambah besar. Menjelang kemusnahan Yerusalem pada tahun 70 oleh panglima Romawi Titus,
maka orang Kristen asal Yahudi meninggalkan kota itu, karena tak setuju dengan cita-cita dan
maksud kaum pemberontak Yahudi. Mereka pindah ke kota Pella di daerah sebelah Timur sungai
Yordan. Mereka digelar Ebionit (ebion = miskin, bahasa Ibrani) dan kurang berhubungan dengan
Gereja besar, bahkan mereka dianggap penyesat-penyesat, karena mereka menolak ajaran
Paulus, dan tidak mengakui pula, bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang perawan. Di samping
Perjanjian Lama mereka memakai “Injil orang Ibrani” suatu kitab apokrif. Lama kelamaan orang
Ebionit dilupakan orang, dan sejak Palestina ditaklukkan dan diduduki oleh orang Arab pada
abad ke VII tidak ada kedengaran lagi tentang golongan Kristen bekas Yahudi yang kecil dan
terpencil itu.

                                              

BAB 4

ZAMAN SESUDAH PARA RASUL

1. Perkembangan Gereja

Pada masa sesudah rasul-rasul ( kira-kira 70-140 M ) terjadilah perubahan-perubahan besar


dalam gereja Kristen yang muda itu, baik secara lahiriah, maupun secara batinnya. Sangat cepat
ia berkembang kemana-mana. Cara berkembangnya gereja itu kurang kita ketahui. Segera
terdapat gereja Kristen di tanah Siria, asia kecil dan Yunani, tetapi juga di Mesir, Mesupotonia,
Italia  dan di tempat-tempat lain yang lebih jauh lagi. Pada masa Paulus jemaat Roma sudah
besar. Rasul Petrus pun pernah bekerja disana dan disana pula ia mati syait. Pusat Gereja Kristen
pada waktu itu ada di negeri sekitar pantai timur laut tengah. Perkembangan Gereja yang sangat
pesat itu diakibatkan rajinnya semua orang percaya dalam bersaksi tentang nama Yesus Kristus.

            Jemaat-jemaat Kristen bukan memandang pada kelompok sendiri saja, melainkan mereka
merasa dirinya terhisap kepada persekutuan Kristen yang luas dan am (katolik) gereja
menganggap dirinya sebagai tujuan ciptaan Allah, alat Tuhan untuk menyelamatkan dunia, Israel
yang rohani dan benar, yang bertentangan dengan kaum Yahudi yang durhaka itu dan umatNya
yang baru dari zaman akhir.

2. Organisasi

Mula-mula pemimpin gereja diamanatkan kepada rasul-rasul (yaitu bukan saja saksi kebangkitan
Yesus, tetapi juga utussan-utusan Injil yang mengendarai semua negeri), pengajar(guru-guru
agama, yang menafsirkan Alkitab, seperti ahli-ahli taurat, dalam agama Yahudi) dan nabi-nabi
(yang menerima Karunia Roh yang istimewa). Saudara-saudara ini bukan di pilih, melainkan
dengan sendirinya mereka di hormati dan diakui kuasanya dalam jemaat karena karunianya yang
biasa itu dan mereka tidak terikat pada satu jemaat saja.

            Disamping kata-kata itu ada penatua-penatua (Presbiter) dalam tiap-tiap jemaat dari
antaranya dipilih orang yang diberi tugas mengamati jemaat (Episkopos atau Uskup, artinya
penilik). Pejabat-pejabat itu diserahi pimpinan harian jemaat mengenai keuangan, organisasi dsb.
Mereka dibantu oleh Syamas (diakonos artinya pelayan), tugasnya ialah melayani orang miskin,
memungut uang derma dan menjaga rumah kebaktian.

            Pengembalaan jemaat beralih dari golongan rasul, pengajar dan nabi, yang meninggal
dunia, dengan demikian pangkat uskup bertambah-tambah penting selaku gembala jemaat dan
pemimpin jemaat. Pada abad ke II jemaat di Asia kecil dan Siria dan dikepalai oleh seorang
Uskup. Presbiter-presbiter merupakan satu badan tetap, yang memilih uskup serta pembantunya
dalam kebaktian dan pemerintahan jemaat.

            Pada Perjanjian Baru mengajarkan kepada tiap-tiap orang yang percaya bahwa ia adalah
seorang iman, sehingga untuk menghadap Allah, tak perlu seseorang pengantara, selain dari pada
Yesus Kristus. Saat terbentuk suatu kaum pejabat atau Klerus, segolongan iman yang
mengetahui segala seluk beluk agama Kristen, sehingga dapat menguasai orang banyak, yaitu
anggota Gereja yang biasa, yang bukan Klerus itu berkuasa karena jabatannya di padang ilahi
asalnya, bukan lagi karena pekabaranya dan pekerjaannya sendiri. Inilah bibit “pemerintahan
Imam” atau Hierarkhia dari Gereja Romawi di kemudian hari.

3. kebaktian
            Pada hari pertama suatu minggu, mengapa orang Kristen berkebaktian karena dihari
minggu Tuhan Yesus bangkit, maka jemaat Kristen juga berkumpul pada hari minggu (dari kata
dominggo, artinya Tuhan, bahasa Portugis). Pada zaman itu selalau mengadakan perjamamuan
bersama dalam perkumpulan (Kis 2:26). Jemaat berdoa, menyanyi dan mendengarkan
pembacaan dan penjelasan Alkitab. Pada awalnya sempat timbul kekacauan (1 Kor 14). Lambat
laun kebaktian di langsungkan dengan memakai tatacara atau liturgi yang lengkap. Bagian
pertama terdiri atas doa, nyanyian, pembacaan Firman Tuhan dan Khotbah. Pemimpin kebaktian
(Uskup) mengucapkan syukur atas roti  dan cawan, sebab itu dalam gereja lama Perjamuan itu
disebut “eukharistia” (Pengucap syukur).

            Jemaat Kristen percaya bahawa Kristus sendiri sungguh-sungguh berada di dalam Roti
dan air anggur, tetapi bagaimanakah beradanya Tuhan itu? Kebanyakan orang Kristen tentu
mengartikannya secara realistis dan magis. Secara realistis itu berarti bahwa roti  dan anggur
bukanlah mengiaskan atau melambangkan tubuh dan darah Kristus, melainkan ia benar-benar
dan sungguh-sungguh berada di dalamnya, secara magis ialah pandangan orang kafir zaman itu,
yakni bahwa benda-benda suci seperti itu mengandung suatu khasiat alam atas atau zat ilahi yang
mengatasi alam dunia ini, yang dengan sendirinya memberi berkat rohani dan jasmani kepada
seseorang yang menerimannya. Dengan itu roti dan anggur dianggap membawa berkat dan
karunia Allah, bahkan sebagai obat dan jaminan untuk mendapat hidup kekal.

            Eukharistia mulai di pandang sejalan dengan dan selaku lanjutan dari persembahan
syukur dalam perjanjian Lama. Nama “korban” dan “Mezbah” (altar) kedengaran pula. Akibat
dari pandangan yang salah ini ialah ajaran Gereja Romawi di waktu kemudian tentang “korban
misa”, yang di pandang selaku ulangan yang tak berdarah dari korban Kristus di Golgota.

            Berhubungan dengan sucinya eukharistia itu, tak mungkin lagi perayaan yang kudus di
hubungkan dengan makan bersama baik yang kaya maupun yang miskin akan menikmati sajian
yang ada, dan dipisahkan dengan Perjamuan atau eukharistia yang suci.

4. Ajaran dan Kebajikan

            Zaman Rasul-rasul dengan zaman sesudahnya, jikalau kita menyelidiki bagaimana berita
Injil sendiri dipahami oleh jemaat. Ajaran Perjanjian Baru pada umumnya dan ajaran Paulus
pada khususnya, maka Keselamatan manusia bergantung semata-mata pada rahmat Allah di
dalam Yesus Kristus dan bukan pada suatu perbuatan manusia. Pada permulaan abad ke II pokok
utama Injil itu sudah kurang di mengerti orang. Jemaat Kristen tentulah masih tetap percaya
bahwa Allah saja yang dapat memberi keselamatan, tetapi yang di pentingkan sebenarnya
bukanlah lagi kebenaran yang dianugrahkan oleh Tuhan, melainkan usaha dan perbuatan-
perbuatan manusia untuk mencapai kebenarannya sendiri.

            Injil menjadi suatu taurat baru. Benar Yesus masih tetap diakui sebagai Anak Allah,
tetapi pekerjaanNya sebagai pembebas berkurang artinya. Segenap hidup Kristen menjadi suatu
perjuangan akan menggenapi segala tuntutan agama yang diajarkan oleh Yesus, supaya amal dan
kebajikan itu kelak diganjari oleh Tuhan. seseorang Kristen penting melakukan perkabaran Injil
namun bukan dalam arti dia tetap dibenarkan dihadapan mahkamah Tuhan, dosanya yang kecil
dapat diampuni di dunia ini sesudah ia dibaptiskan, asal ia menyatakan penyesalannya yang
sungguh-sungguh.

            Segala amal patut diganjar. Tak mengherankan, bahwa jemaat mulai membedakan amal-
amal itu menurut harga dan pentingnya. Dosa –dosa pun dibedakan ada yang dipandang berat,
yang membawa kepada maut kekal, karena orang yang melakukannya kehilangan rahmat dan
jangan pula disebut dosa ringan, yang dapat ampuni jika orang yang bersalah itu mengakui dan
menyesal.

            Gereaja zaman permulaan abad ke II, isalnya kesaksian Uskup Ignatius dari Antiokhia
didalam surat-suratnya yang bersengat, yang ditulisnya takala ia diantar keroma untuk
menghadap kepengadilan Tinggi (kurang lebih 115). Kebebasan dikaruniakan Kristus, yang telah
menjadi manusia dan menderita sensara karena kita, itulah pusat dan dasar agama Kristen bagi
Ignatius. Di kemudian hari ternyata bagian timur dari gereja lama suka mementingkan mistik,
sedangkan gereja dibarat yang bersifat lebih aktif, suka menekan kepada amalan dan kebajikan.
Tetapi pada abad ke II pada umumnya moralisme marajalela, baik ditimur maupun dibarat.

            Suatu agama dipandang selaku suatu hal yang elok dan menyenagkan alam pikirannya
yang dicarinya alam gereja ialah khasiat sakti dan sukramen yang dengannya akan menjadi
berkat dan untung buat jiwa dan tubuhnya. Sifat orang banyak yang ternyata pula dalam kitab-
kitab apokrif yaitu kitab Injil dan hikayat-hikayat tentang perbuatan rasul-rasul, yang
ditambahkan kepada surat-surat Perjanjian Baru yang diakui sah dan resmi didalam Gereja.
Kitab-kitab apokrif itu (seperti Injil orang Ibrani, Injil Petrus, Injil Thomas, Kisah Para Rasul,
Kisah Petrus dan sebagainnya.

5. Kesimpulan

            Dari uraian diatas kita tahu bahwa pada masa sesudah rasul-rasul, sudah tersedia lengkap
dasar gereja Roma dikemudian hari, yakni Hierarkhia, Moralisme, salah paham tentang
sakramen, dan kepercayaan kepada muzijat. Barulah gereja protestan yang menunjuk kepada
jurang perbedaan yang dalam antara berita Perjanjian Baru.

BAB 5

PERTIKAIAN ANTARA GEREJA DAN DUNIA

1.      Sebab pertikaian itu mula-mula Negara romawi menganggap kaum kristen sebagai mezbah
yahudi, sehingga merekapun bebas melakukan agamanya. Akan tetapi segera kemudian ternyata
bahwa betulnya agama Kristen itu bukan suatu agama kebangsaan yang di izinkan melainkan
agama baru apalagi yang membentuknya ialah seorang yang mati tersalib oleh pengadilan
romawi sendiri. rupanya orang Kristen itu sangat berbahaya bagi Negara. Kebanyakkan dari
mereka adalah bangsa yunani dan romawi dan sesudah masuk agama Kristen mereka tidak turut
lagi beribadah kepada dewa-dewi itu semua disangkalnya hanya satu allah saja diakuinya itulah
sebabnya mereka mendapat nama sendirian orang yang tidak berdewa.

Kelakuan orang Kristen sangat berbeda dengan orang kafir. Mereka itu menjauhkan diri dari
persundalan sandiwara arena (gelangga tempat pertunjukkan perkelahian antara binatang atau
pahlawan)  dan tida urung pula menjabat suatu pangkat ketentaraan. Oleh karena istimewa itu
mereka di curigai ada yang menyangka bahwa orang Kristen membunuh dan memakan anak-
anak kecil dalam perkumpulannya, karena pernah didengar bahwa mereka makan daging dan
minum darah manusia (Yoh 6:53). Ada pula yang berbisik bahwa tentulah orang kristen itu
peracun berhubung dengan cawan yang dipakainya. Yang lain lagi menuduh jemaat Kristen
melakukan pelacuran keluarga, sebab mereka mendengar tentang cium persaudaraan yaitu
semacam ucapan salah satu sama lain dalam kebaktian. Dengan berkembangnya gereja Kristen,
maka persembahan korban dirumah berhala makin berkurang pendeknya, kaum Kristen sehingga
rakyat berseru-seru lemparkanlh orang Kristen kedepan singa supaya dengan demikian terhapus
dosa mereka terhadap dewa-dewa. Pemerintahan mencurai kesetiaan dan kejujuran kaum Kristen
terhadap Negara mereka tidak mau mempersembahkan korban kepada kaisar. Itulah bukti bagi
pegawai pemerintah, bahwa orang Kristen tak dapat dipercaya selaku warga Negara. Barangkali
mereka adalah anasir politik yang jahat yang kelak hendak memberontak melawan kaisar.

2.      Penghambatan pertama terjadi dikota roma pada tahun 64 atas  perintah kaisar nero, yang
mempersalahkan orang  Kristen karena kebakaran besar yang memusnakan sebagian dari ibu
negeri itu. pada hal nero sendirilah yang menyuruh orangnya melakukan pembakaran itu. orang
Kristen dianiaya dengan sangat negerinya umpamanya dilabur dengan gala lantas dibakar hidup-
hidup dan dijadikan obor pada pesta malam. Namun sebenarnya penghambatan yang pertama itu
hanya sebentar dan terbatas kepada kota roma saja. Dalam keabad ke III barulah kebencian roma
dan rakyat kafir terhadap kaum Kristen menyatakan diri dengan sedahsyat diseluruh kekaisaraan.
Di bawah pemerintahan domitius seorang kaisar yang lalim (81-96) jemaat Kristen sangat
tertindasdi beberapa bagian kerajaan. Agama dilarang maklumat kaisar sebab dianggapnya
berbahaya bagi Negara menurut tradisi pada masa inilah rasul yohanes dibuang kepulau patmos.
Dibawa trayanus (98-117) penganiayaan berkurang karena ternyata bahwa orang Kristen
bukanlah penjahat yang mengancam keamanan negeri. Dalam suratnya yang terkenal itu kepada
plinius wali negeri bitinia di asia kecil maka triyanus memberi perintah supaya surat buta yang
mengadukan orang Kristen. sejak waktu itu sampai tahun 250 kedudukan gereja Kristen dalam
kerajaan roma adalah seperti berikut pemerintah curiga terhadap orang Kristen. tetapi pada
umumnya mereka dibiarkan saja. Sekalipun demikian acapkali juga berkobar api kebencian
sehingga disana sini jemaat disiksa dengan bengis agaknya penganiayaan itu tidak dititahkan
langsung oleh kaisar tetapi perlu ada cara melaksanakan diserahkan kepada pengusaha daerah
dan mereka pun biasanya barulah menganiaya kaum Kristen apa bila di desak atau diasuk oleh
rakyat.

3.      Sikap jemaat dalam kesengsaraan pada masa itu munculah suatu jenis kalangan yang
melukiskan kepada kita keberanian dan iman orang percaya pada zaman itu, yaitu riwat-riwat itu
syahid (saksi) yang sangat mengharukan hati. Orang Kristen dituduh orang kafir lalu ditangkap
dan dibawa kehadapan hakim. Mereka membawa korban kepada kaisar dengan jalan
menaburkan senggenggam kemenyan diatas mezbah baginya, maka mereka terus dilepaskan
apabila mereka tidak mau mereka dinasehati dulu dengan mengingatkan hukuman keras yang
akan dideritanya. Hukuman itu misalnya dipancung kepala dibuang kesalah satu pulau yang jauh
atau dipekerjakan selalu budak dalam tambang. Orang syahid (saksi) yang terkenal dari masa
penghambatan yang mula-mula yang ceritanya yang kita ketahui ialah umpamanya polykarpus,
uskup smira yang hampir seratus tahun umumnya (+156) ia berkata kepada hakim. Sudah 86
tahun aku mengabdikan diri kepada kristus dan belum pernah ia berbuat salah kepadaku
bagaimanakah aku mungkin mengutuk raja dan juruselamatku itu tuan hakim mengancam aku
dengan api yang seketika saja menyala, tetapi tuan mengenal api yang kekal tempat orang fasik
akan dibuang kelak selain ia juga Yustinus Martir blandina seorang budak perempuan muda di
lyon (tahun 177 dimasa pemerintah kaisar marcus aurelius) perpetua dan felicitas di kartago (202
dimasa pemerintahan kaisar septimius severus) sikap yang gagah berani dari orang syahid sangat
menarik hati, maut yang ngerit itu tidak menggentarkan mereka, mereka bergembira dan
bersyukur kepada tuhan mereka layak dipandang layak menjadi martyr atau saksi yang mati
syahid untuk yesus kristus dengan ambil bagian dalam sengsara tuhanya itu. orang Kristen akan
siksa akan dibunuh karena imannya lebih banyak dari pada yang menyangkal kepercayaannya.
Orangf kafir yang mullai menginsafi kemuliaan dan kebenaran agama itu dan tak sedikit pula
orng murtad sehingga mereka bertobat lagi dan menyerahkan dirinya kepada hakim demikianlah
gereja bertambah besar justru karena pembaharuan itu, benarlah ucapan tetulianus darah orang
syahid itulah benih gereja.

4.      Orang apologet dihadapan mahkamah, orang Kristen yang terdakwa itu tidak diberi
kesempatan untuk membela agamanya dngan uraian yang jelas. Sebab gereja harus menempuh
jalan yang lain untuk mempertahankan diri terhadap kebencian umpat dan penghinaan oleh kaum
kafir itu pada bagian pertama abad ke II beberapa orang Kristen yang terpelajar mulai mengarang
surat pembelaan atau apologia. Para penulis itu sendiri dinamai apologet. Yang paling terkenal
diantaranya ialah yustinus martir yang mati syahid diroma pada tahun 165. Sebelum bertobat
masuk Kristen ia seorang filsuf yang menurut kebiaasaan zaman itu menjelajahi negeri dengan
mengajar dan berkhotbah. Cara bekerja dilakukan sebagai seorang pekabar injil. Ada dua kitab
yang dikarangnya yaitu apologia dan percakapan dengan tryphon orang yahudi. pada akhir abad
itu tampillah tertullianus, seorang ahli hukum yang alim, dengan kitab apologianya dalam bahasa
latin pada abad kemudian banyaklah ahli theologia Kristen yang berusaha untuk membela
kebenaran gereja dengan karangan mereka. kitab apologia itu biasanya menguraikan tiga pokok
pertama segala fitnah dan tuduhan dibantah. Orang Kristen menimbulkan bahaya bagi Negara
mereka berdoa untuk kaisar segala umpat itu bohong semata-mata dan hidup mereka sopan dan
tidak bercela setelah itu orang apologet mengemukakan pelbagai dalil yang membuktikan
kebenaran agama kisten. Hidup dan kematian yesus telah dinubuatkan dalam perjanjian lama,
kitab kudus yang tua dan mulia itu ajaran injil sesuai dengan pandangan yang yang terindah
dalam filsafat kafir bahkan lebih berharga lagi karena hidup tinggi dan kebebasan yang hanya
diangankan oleh filsaf. Akhirnya orang apologet menyerang agama kafir menunjukkan kepada
kebodohan politdeisme dan percabulan yang bersangkutan dengannya, filsuf yunani juga belum
bebas dari kepercayaan takyul itu dan segala pikiran mereka yang lebih indah dipungut dari surat
musa.  Maksud dan hendak dituju pada apologet itu tidak tercapai oleh karena seteru agama
Kristen, tetapi walaupun demikian opologia itu sangat berfaedah juga karena orang percaya
mempelajarinya serta mempergunakan uraiannya dan pembuktiannya selaku senjata dalam
menangkis segala musuhnya. Dan untuk membela diri apabila disalahkan dan hasil yang lebih
penting lagi ialah bahwa orang apologetlah yang menjadi ahli theologia gereja yang pertama itu
sesudah rasul paulus dan yohanes.

5.      Celcus perbantahan secara tertulis dari pihak kafir terhadap sesam agama Kristen barulah
kita temui pada tahun 180 seorang fisuf yang pandai celcus namanya mengemukakan bermacam-
macam tuduhan yang tajam terhadap injil dan pengikut kristus agama Kristen berasal dari tipu
daya yesus bersama muridnya. Celcus sungguh menaruh syak akan jalan keselamatan yang
diajarkan oleh perjanjian baru mustahil Allah telah menyatakan diri dalam yesus kristus, karena
allah yang tak berubah itu tak dapat turun martabadnya menjadi manusia kemudian celcus
dibantah oleh origenes.

  

BAB 6

GODAAN DARI PIHAK GNOSTIK


1.      Wujud gnostik . Salah satu sinkretisme yang dualistis – pantheistis ( lihat bab 1.3) , yang
berusaha menggabungkan filsafat barat dengan agama timur, ialah gnostik, yakni ajaran tentang
gnostik. Kata gnostik ini berarti “pengetahuan,’’ tetapi disini dimaksudkan suatu “hikmat tinggi’’
yang berahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup manusia. Pada zaman itu dengan
giat, sebab akal sanubarinya kurang dipuaskan oleh agama biasa yang mudah dipahami.

2.      Gnostik Kristen. Semangat ini mencoba memasuki Gereja yang mudah itu, sebab pada
hemat banyak anggota, berita Injil itu terlampau sederhana.Hikayat-hikayat yang terang isinya
dan ajaran Gereja yang mudah dimengerti itu kurang digemari. Mereka mencari suatu hikmat
yang lebih dalam, lebih indah dan penuh rahasia. Oleh sebab itu mereka mulai menafsirkan injil
secara alegoris, tetapi dengan demikian “kebodohan salib” ditukarkannya dengan “hikmat dunia”
(1kor 1:18-25).

Ajaran gnostik Kristen boleh diringkaskan sebagai berikut :

1.         Allah yang tertinggi, yang keadaanya adalah roh, tak ada hubunganya dengan dunia ini

2.         Dunia diciptakan oleh suatu ilah rendah (demiurgos’’ namanya, artinya “pencipta
dunia’’) yang dikenal dari perjanjian lama.

3.         Manusia mengandung sebagian kecil dari roh Allah dengan tubuh maya (ajaran
dosentisme untuk membebaskan bagian ilahi yang kecil itu

4.         Oleh pengajaran dan teladan Kristus, roh menusia diajak untuk berusaha melepaskan
dirinya dari zat benda dan supaya kembali kepada Allah yang tinggi itu ajaran dualisme. Dengan
perkataan yang lain: Kristus yang membawah segala gnosis yang tersembunyi. Tetapi gnosis itu
hanya dapat dimengerti oleh “orang yang rohani atau orang bergnosis, yang tahu membaca
Alkitab secara alegoris. Hanya mereka itulah yang dapat membebaskan zat ilahi yang tertanam
dalam jiwa  pada manusia dan yang terkurung oleh tubuh jasmani yang fana itu, sehingga
akhirnya zat rohani itu dapat di persatukan pula dengan asalnya, yaitu zat Allah.

3.      Sejarahnya. Paulus dan yohanes telah mengigatkan pembacanya, supaya jangan tertipu oleh
pengajar-pengajar sesat, yang membanggakan dirinya karena marifatnya yang istimewa, atau
yang menyangkal bahwa kristus telah datang sebagai manusia (1 tim 6-20 1yoh 4:1-3). Tentu
baru pada dimana-mana terbentuklah kelompok – kelompok orang orang kristen yang merasa
dirinya lebi berhikmat dan rohani dari pada jemaat biasa. Kedudukan orang gnostik berbeda-
beda di dalam Gereja. Ada yang masih bergaul dengan jemaat yang lain yang mengadakan
perkumpulan sendiri, dan ada pula yang dikucilkan oleh pemimpin-pemimpin Gereja, sehingga
terpaksa mereka merupakan jemaat terpisah. Puncak pengaruh gnostik terdapat kira pada tahun
150. Pusatnya ialah kota Alexandria, tempat kerja Basilides, yang mengarang sebuah tafsiran
perjanjian baru secara gnostik, dan kota roma tempat valentines mengajar gnostik Kristen, yang
paling masyhur dan ilahi.

4.      Sikap Gereja terhadap gnostik. Sungguh besar godaan aliran mistik yang pantheistis ini
kepada Gereja. Seandainya Gereja tidak menyadari bahaya ini dan membiarkan dirinya
dihanyutkan saja oleh arus gnostik yang menarik hati itu, maka tak dapat tidak Gereja Kristen
akan menjadi salah satu saja dari segala agama rahasia yang banyak itu dan kelak akan hilang
lenyap seperti agama-agama yang lain itu. Akan tetapi syukurlah Gereja terpelihara dari  bahaya
itu. Dengan jalan bagaimana? Karena Gereja tetap berpaut kepada kuasa perjanjian lama.
Dengan itu Diakuinya bahwa Allah pencipta dunia tak lain dari pada Allah bapa Yesus Kristus.
Hal ini berarti bahwa dunia tak dijadikan oleh seorang Demiurgos dan segala dosa dan kejahatan
dalah kesalahan manusia sendiri, yang bangkit melawan Tuhanya dan merusakkan ciptaanya
yang baik itu.

Sebab itu kebebasan manusia hanya berdasar pada mujizat rahmat Tuhan saja. Kebangkitan
segala daging (makhluk) pun diikrarkan Gereja, pada hal gnostik menyangkalnya, berhubung
dengan zat benda dihinakannya sesuai dengan ajaranya yang dualistis itu.

Akan tetapi ada juga yang dipelajari gereja dari gnosti itu.Gereja mulai mengerti lagi bahwa
maksud Injil yang terutama ialah kebebasan dan bukan untuk mengemukakan suatu taurat baru.
Tambahan pula, ahli-ahli gnostik merupakan penunjuk jalan bagi Gereja, sebab mereka mulai
memakai istilah-istilah theologia, suatu kanon perjanjian baru, tafsiran-tafsiran dan pengakuan
iman. Segala perkara itu mendorong Gereja menangkis serangan gnostik dengan senjata yang
serupa
itujuga.                                                                                                                                                
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                           
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                        

BAB 7

KRIKTIK TERHADAP GEREJA RESMI

 1. Hidup Marcion. Maecion ialah seorang kaya di Bandar sinope di pesisir laut hitam, ada
perusahaan perkapalannya di daerah itu. tetapi ia meninggalkan kota itu untuk menyebarkan ke
mana-mana di dalam gereja pandangan-pandangannya yang baru tentang injil. Akan tetapi gereja
menolak ajaranya; pada tahun144 dikucilakan oleh jemaat roma. Marcion  sangat bersemangat
dan seorang organisator yang cakap. Ia membentuk sebuah gereja baru (gereja sendiri), yang
berkembang dengan cepat, sehingga beberapa puluh tahun kemudian hampir sama besarnya
dengan gereja “katolik” barulah pada abad ke-V gereja Marcion berangsur-angsur lenyap, oleh
karena perlawanan dari negara, yang menghendaki satu gereja Kristen. Tokoh marciondengan
ajarannya dan pengaruhnya yang sungguh-sungguh mengancam hereja lama itu perlu kita
bicarakan lagi dengan jelas.

 2. Alasannya. Bahwa marcion menginsafi dan menunjukkan dasar-dasar ajaran paulus, ialah
jasanya yang sangat berharga nagi gereja. Ia mengerti bahwa pembenaran manusia oleh iman,
seperti yang diajkan oleh paulus, adalah intisari Injil. Dengan kecewa dan penuh rasa kesal,
Marcion melihat bahwa gereja pada zaman itu sudah  melupakan satu-satunya jalan keselamatan
yang benar, sehingga terperosok ke dalam moralisme, yang menukarkan rahmat Allah dengan
amal dan usaha manusia. Sebab itu Marcion berniat menghidukan pula ajaran palus di dalam
gereja.

Selain dari penemuan ini theologianya pun tertentukan oleh pengalamannya sendiri. hatinya
terharu, karena keadaan dnia ini, yang jahat dan kurang sempurna, dan yang menampilkan rupa-
rupa soal yang sukar dijawab. Masa Allah yang mahakuasa, Bapa yang baik dari Yesus Kristus,
telah menciptakan suatu dunia yang demikian? Barangkali pencipta dunia ini, yaitu Allah
perjanjian lama, adalah Allah yang lain yang kurang mulia dan cakap.

Agaknya Marcion dipengaruhi oleh gnostik yang juga membedakan perjanjian lama dari baru,
Allah Khalik dan Allah penyelamat. Sungguhpun demikian, Marcion buknlah seorang gnostik,
karena ia tidak mencari  hikmat rahasiawi selaku jalan kebebasan; keselamatan manusia
diperoleh manusia oleh iman kepada Yesus saja.  Apalagi ajaran dan gerejanya teruntuk bagi
segenap umat Kristen, bukan bagi segolongan kecil saja. Marcion memikirkan dan
merencanakan ajarannya sendiri. maksudnya yang terutama ialah untuk mengeritik tersesatnya
jemaat Kristen di hadapa umum, supaya berpaling dari moralismenya dan kembali kepada Injil
Yesus dan theologia Paulus.

 3. Ajaran. Menurut Marcion, dunia diciptakan oleh Allah yang menyatakan dirinya di dalam
perjanjian lama. Allah tidak jahat, tetapi renah derajatnya. Ia mau berbuat baik, tetapi tak
sanggup melangsungkannya. Maksudnya ialah untuk memerintah dengan adil, tetatp justru
karena itu ia menjadi keras dan bengis, karena taurat yang elah diberikannya kepada manusia itu
terlalu berat, sehingga mustahillah manusia dapat melakukannya. Makhlukmenjadi kurang
sempurna, sebab khaliknya sendiri kurang sempurna. Tetapi walaupun demikian, Allah
perjanjian lama ini menuntut kegenapan tauratnya seratus persen, sambil mengenakan hkuman
berat atas tiap-tiap pelanggaran, menurut aturan “mata ganti mata, gigi ganti gigi.” Dengan itu
Allah pertama ini tidak dapat ia menjadi seorang hakim yanglalim dan kurang adil terhadap
dunia.

Kemudian Yesus datang. Di dalam khotbahny-di-bukit” Yesus memberitakan suatu keadilan


yang lebih indah, yang tidak berpokok pada pembalasan,  melainkan kepada pemurahan dan
kemapunan. Oleh karena itu menjadi nyata, bahwa tentulah Yesus tidak diutus oleh Allah
Perjanjian lama, tetapi oleh Allah yang lain, yang asing bagi dunia ini dan belum dikenal. Allah
itu ialah  yang benar, maha tinggi,. Meskipun Allah yang kedua ini tak ada hubunganNya dengan
dan tidak bertanggung jawab atas nasib manusia, namun ia menaruh belas kasihan, sehingga ia
mengutus anakNya untuk membebaskan manusia dari tindasan khaliknya. Demikanlah Yesus
turun ke bumi pada tahun 28 dengan memakai tubuh maya (dosetisme). Allah khalik merasa
dirinya terancam; sebab itu ia mengikhtiarkan pembunuhan Yesus di kayu salib. Tetapi dengan
demikian ia melanggar tauratnya sendiri, karena Yesusbaik sama sekali. Sekarang ia dihukum
menurut aturan pembalasannya sendiri; ia harus menyerahkan kepada Allah pembebas tiap-tiap
orang yang percaya akan Yesus. Segala orang itu dibenarkan oleh karena imannya dan mewarisi
keselamatan yang kekal.

Dengan demikian percaya ialah; menyangkal Allah-khalik dan menyerahkan diri kepada kasih
Allah yang mahatinggi. Penyerahan itu berarti, bahwa orang-orang  Kristen patut mnjauhkan diri
dari dunia yang cemar ini dengan jalan bertarak dan beraskese : menyiksa diri, menahan diri dari
daging, minuman keras, bersetubuh, dan sebagainya. Sudah tentu bahwa Marcion menolak
kedatangan kristus kembali dan kebangkitan segala daging/makhluk.

Kesimpulankita sudah memeriksa ajaran marcion itu ialah: sungguh pun marcion berjasa kepada
gereja, sebab yang ditekankannya ialah pembenaran oleh iman, manun sebenarnya ia kurang
mengerti theologia paulus, karena bagi Paulus, Allah perjanjian lama yang memberi taurat adalah
sama saja dengan Allah perjanjian baru, yang mengaruniakan rahmatNya di dalam Yesus
Kristus. Siapa yang memisahkan keduanya, ia merusakkan Injil.

 4. kanon Marcion. Hal merusakkan itu nyata seterang-terangnya dari sikap marcion terhadap
Alkitab. Perjanjian Lama ditolaknya mentah-mentah, dan sama seperti orang gnostik ia membagi
surat-surat tentang Yesus atas kitab-kitab yang sah dan kitab-kitab sah, dengan memakai
kanonnya sendiri. kebanyakan surat-surat itu pun tidak diakuiny, karena tak sesuai dengan
ajarannya. Dari kitab-kitab Injil hanyalah Injil Lukas saja yang dipilihnya, sebab kurang berbau
Yahudi, tetapi riwayat kelahiran Yesus dicoreknya, oleh sebab dosetismenya. Dan dari surat-
surat rasuli hanya surat-surat Paulus saja yang dipakainya kecuali Timotius dan Totus. Surat-
surat yang sedikit, yang dipandang sah oleh Marcion itu, kemudian dirasa perlu dibersihkan lagi
dari segala catat Perjanjian Lama. Akan tetapi segala usahanya itu tak mungkin berhasil, sebab
memang tak mungkin memisahkan perjanjian baru dari dasarnya, yakni perjanjian lama.

 5. Marcion dan Gereja. Gereja katolik belajar dari marcion mengenai beberapa hal yang penting.
Bukan saja gereja mulai menyusun kanonnya sendiri. tetapi terlebih-lebih theoogianya
memperlhatkan dalam karangannya bahwa mereka menginsafi lagi inti Injil, yakni bahwa bukan
kebajikan dan usaha manusia, melainkan Rahmat da keampunan dari Tuhan. Akan tetpi biarpun
demikian, gereja terapaksa jua menolak pandangan-pandangan Marcion sama sekali. Karena baik
gnostik, maupun Marcion mengajarkan suatu jalan kebebasan yang salah. Menurut Marcion, jiwa
harus dibebaskan dar ciptaan yang rendah dan juga dari pada kuasa khaliknya. Menurut gnostik
pula, api ilahi yang tedapat di dalam manusia, perlu dibebaskan dari dunia jasmani yang jahat.
Bertentangan denhan kedua ajaran yang sesat itu, gereja mempertahankan kesatuan perjanjian
lama dan baru, sera mengajarkan bahwa dunia ini tak lain dari ciptaan Tuhan sendiri, yang akan
diluputkan dari dosa oleh Tuhan itu juga, baik bagian rohaninya maupun bagin jasmaninya.

B. Dari Pihak Montanisme

 1. timbulnya Montanisme. Seorang yang ketiga, yang dialami gereja pada abad ke-II, di samping
serangan-serangan gnostik dan Marcion, adalah serangan dari pihak Montanisme. Gerakan
pembangunan rohani timbul di pendalaman Asia kecil kira-kira tahun 160. Banyak orang Kristen
merasa kecewa, oleh karena kuasa Roh Kudus tidak menyatakan dirinya lagi dengan hebat dan
ajaib di dalam gereja seperti dahulu. Hal nubuat, ekstase dan glosolalia, sudah hilang lenyap.
Kaum Kristen hanya memetingkan jabatan yang tetap dan organisasinya. Tambahan pula, jemaat
tidak lagi merindukan kedatangan mempelai laki-laki itu, gereja sudah turun derajatnya bagi
banyak anggotanya, karena merasa senang di dunia. Di manakah penghibur menurut Roh, yang
akan menyertai jemaat Tuhan selaku penolong dan penghibur menurut janji Tuhan Yesus sendiri
(Yoh 14:16).

 2. Ajaran Dan riwayatnya. Lagu bangunlah montanus bersama-sama dengan dua orang nabiah:
Priscilla dan maximilla. Mereka itu berkata-kata dengan bahasa Roh (glosalia) dan kadang-
kadang berekstase samapi tak sadar lagi bagaikan orang mati. Itulah tanda, katanya, bahwaRoh
penolong sekarang telah datang, dan berkata-kata dengan mulut mereka. Kedatangan Yesus
Kristus kembali sudah hampir; semua orang percaya yang sejati dianjurkan supaya
meninggalkan segala ikatan bumi ini dengan berkumpul di pepusa, sebuah desa di Asia kecil;
maksudnya ialah untuk menantikan Tuhan di sana. Wajiblah jemaat sejati itu memperhatikan
penyataan yang tertinggi dan akhir itu, yang disampaikan oleh Roh penolong itu menuntut
kelakuan yang suci seorang janda (balu perempuan) dilarang menikah untuk kedua kalinya;
jemaat seluruh menahan nafsu tubh seboleh-bolehnya; pausa harus dilakukan dengan aturan yang
keras; mati syahid (martid) dipandang sebagai suatu keuntungan dan kehormatan; “Darahmu
menjadi anak kunci Firdaus”.

 3. Gereja dan Bidat (sekta). Mula-mula gereja merasa sukar menentukan pendiriannya terhadap
sekta montanus. Pada waktu itu untuk pertamakalnya adanya diadakan sdang uskup-usku, yang
disebut sinode, untuk merundingkan baik buruknya gerakan yang baru itu. tak lama kemudian,
kebanyakan uskup menolak montanisme, karena dianggap adalah ajaran yang sesat.

Montanisme itu hanyalah permlaan dari segala gerakan pembinaan rohani yang banyak itu di
dalam sejarah gereja. Anjurannya supaya hidup di dalam Roh dan kritiknya terhadap kesuaman
kebanyakan anggota jemaat, tentulah penting sekali dan selalu perlu diperhatikan. Tetapi
sungguhpun demikian, gereja wajib melawan asas-asas sekta itu. keberatannya adalah :

·         Salah benar ajaran Montanus bahwa Roh Tuhan mengaruniakan penyataan baru lagi, yang
lebih tinggi dan sempurna dari pada penyataan Tuhan dalam Alkitab. Injil saja sudah cukup,
sehingga tak perlu ditambah lagi

·         Jikalau jemaat Kristen mengasingkan dir supaya boleh mengarahkan pikirannya kepada
kedatangan Kristus saja, tak dapat tidak jemaat mengabaikan tugasnya di dalam dan untuk duni
ini. Gereja tak boleh menjadi sekta, yang hanya mengutamakan keselamatannya sendiri saja,
tetapi ia terpanggil untuk memasyurkan Injil kepada semua manusia di tengah-tengah
masyarakat yang berdosa.

·         Demi melihat moralisme yang memuncak di dalam montanisme,maka mata gereja terbuka
dan melihat moralisme sendiri, sehingga ulai sadar bahwa gereja bukanlah prkumpulan orang
yang suci atau sempurna, melainkan adalah perkumpulan orang yang berdosa; jemaat Kristen di
bawah rahmat, bukan lagidi bawah taurat.

BAB 8

SENJATA-SENJATA GEREJA
1.      KEMENANGAN GEREJA

Oleh karena Tuhan tidak meninggalkan Gereja didalam bahaya yang mengancamnya, maka
segala serangan terhadapnya malah mendatangkan kebaikan baginya. Diantara tahun 150 dan
200 Gereja sanggup menolak segala ajaran yang sesat, dan menginsafi wujud dan tugasnya .

Kemenangan ini barulah tercapai sesudah pergumulan yang hebat. Gereja terpaksa melengkapi
senjatanya untuk melawan sekta. Senjata itu pula menjadi ciri dan peryataan yang tegas dari
wujud Gereja sendiri. Ketiga senjata itu ialah: a. Kanon dari kitab-kitab Perjanjian Baru, yang
diakui sah di samping Perjanjian Lama; b. Pengakuan Iman untuk menetapkan ajaran Gereja, dan
c. jabatan uskup, selaku pengganti rasul-rasul dan pembela kebenaran. Demikianlah Gereja
membedakan ajarannya yang Injili dari segala ajaran yang sesat.

2.      KANON

Sampai waktu itu Gereja hanya mempunyai sebuah kitab saja, yang menjadi Kanon (yaitu
ukuran atau kaidah) bagi kepercayaan dan kehidupan anggotanya, yakni Perjanjian Lama. Sudah
barang tentu bahwa sanbda Tuhannya, Yesus Kristus, dan segala cerita secara lisan dan tulisan
mengenai Tuhan, sangat berkuasa pula dalam Gereja. Hanya kuasa itu belum dirumuskan dan
ditentukan. Jikalau Gereja melawan sekta-sekta yang telah mengumpulkan banyak (gnostik) atau
sedikit (Marcion) surat-surat kudus yang menjadi kanonnya, di antaranya banyak yang apokirif,
maka tugas Gereja yang pertama ialah menetapkan sendiri kitab-kitab manakah memuat cerita-
cerita yang benar tentang Tuhannya. Kaidah yang dipakainya dalam menimbang dan
memutuskan soal itu, ialah apakah kitab-kitab yang bersangkutan itu berasal dari rasul-rasul atau
tidak? Karena hanyalah rasul-rasul  dengan murid-murid mereka sendiri saja yang dapat
dianggap sebagai saksi yang dapat dipercaya, dan pengarang yang diilhami Roh.

Beralaskan pendirian itu maka pada tahun 150 keempat kitab Injil yang kita kenal, sudah umum
diakui “Kanonik” (yaitu selaras dengan kanon). Demikian pula Surat-surat Rasul Paulus, dan
kitab Kisah Rasul-rasul, sebab ditulis oleh murid dan sahabat Paulus, yakni Lukas. Diantara
segala “Kitab Wahyu” (kitab apokaliptik) yang banyak itu, hanya Wahyu Yohanes saja yang
dipandang sah, meskipun ada juga yang berkeberatan terhadapnya. Mengenai surat-surat
kiriman, hanya secara berangsur-angsur tercapai persetujuan, tetapi 1 Petrus dan 1 dan 2
Yohanes segera dianggap “Rasuli”. Surat kepada orang Ibrani lama disangsikan dibarat, karena
tidak dikarang oleh seorang rasul.

Sebaliknya beberapa kitab yang lain dipandang Kanonik oleh sejumlah jemaat. Yang dimaksud
ialah karangan-karangan “Bapa-bapa Rasuli”. Nama ini dipergunakan bagi beberapa pengarang
pada zaman kemudian sesudah rasul-rasul, yakni Clemens, seorang presbiler di Roma (tahun 95).
Ignatius, “Barnabas”, polykarpus, Papias, Hermas, dan lain-lain. Tulisan-tulisan Bapa-bapa
Rasuli itu, dan juga Kitab “Didache” (“Ajaran keduabelas rasul”) yang tersiar dan digemari
dimana-mana, tidak dimasukkan kedalam Kanon, karena tidak memenuhi syarat-syarat yang
terpapar diatas. Umumnya boleh dikatakan bahwa Kanon Perjanjian Baru sudah ditetapkan kira-
kira pada tahun 200 (secara definitive pada tahun 380).

Penetapan kanon itu sangat penting, sebab dengan itu gereja menyatakan dengan berterus-terus,
bahwa masa peryataan Tuhan telah diakhiri dengan Perjanjian Baru. Sebab itu tiap-tiap gerakan
atau aliran rohani yang baru, wajib membuktikan  bahwa ajarannya dan tujuannya sesuai dengan
kitab-kitab yang termasuk dalam kanon resmi. (maklum, kata kanon dipakai juga dalam daftar
segala kitab yang diakui sah.) Gereja tunduk kepada kuasa yang lebih tinggi dan lebih tua dari
pada kuasanya sendiri, yakni kuasa Firman Tuhan yang terdapat dalam Alkitab. Dengan
demikian sebenarnya tradisi Gereja sekali-kali tidak boleh mempunyai kuasa sendiri.
Dikemudian hari hal itu dipegang teguh oleh Gereja Prostestan, tetapi kurang diingat oleh Gereja
Katolik Roma.

3.      PENGAKUAN

Selain dari senjatanya yang utama, yakni Kanon, Gereja membutuhkan suatu senjata lain lagi
untuk melawan sekta, karena tidak cukup bahwa salah satu kitab dibubuhi nama seorang rasul
saja. Sebab kitab Injil dan Kisah rasul dari kaum gnostik juga diberi nama rasul sebagai
pengarangnya. Jadi hanya isi kitab-kitab sajalah yang dapat menentukan apakah kitab itu boleh
dianggap sungguh-sungguh rasuli. Oleh sebab itu perlu suatu ringkasan iman jemaat, yang akan
menjadi kaidah supaya jangan “diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran” (Ef
4:14).

Untunglah sudah terdapat kesimpulan percaya yang demikian. Pengakuan yang terutama
hanyalah mengenai kristus: “Yesus adalah Tuhan” (1 Kor 12:3). Pengakuan yang pendek ini
kemudian ditambahkan dengan keterangan-keterangan lain tentang Kristus, seperti yang nyata
dalam Roma 1:3,4 dan Fil 2:5-11. Berikutnya ialah hal-hal mengenai keselamatan ditambahkan
juga. Akibat perkembangan ini ialah: keduabelas pasal Iman, yang kita akui sekarang juga.
Meskipun bentuknya yang akhir barulah ditetapkan dalam abad ke-V, akan tetapi sebelum tahun
200 pengakuan itu sudah dipakai jemaat di Roma sebagai pengakuan orang yang hendak
dibaptiskan. Di barat pengakuan baptisan itu segera dipakai dimana-mana. Kemudian pengakuan
baptisan pada khususnya dan pengakuan jemaat pada umumnya juga disebut “symbol”. Di
bagian Timur lama barulah kemudian ditetapkan pengalimatan pengakuan iman. Akhirnya
pengakuan Nicea, yang muncul pada pertengahan abad ke-IV, umum diikrarkan di timur.

Pengakuan-pengakuan itu sangat berfaidah bagi Gereja dalam perlawanannya terhadap gnostik
dan Marcion. Umpamanya, pengakuan bahwa Allah adalah “khalik langit dan bumi” sama sekali
menolak pandangan sekta itu, dan sudah tentu segala pokok yang mengenai Kristus sangatlah
bertentangan dengan ajaran sekta yang mengatakan bahwa Kristus datang kedunia ini dengan
tubuh maya saja  (ajaran dosetisme)

Pengakuan duabelas pasal Iman itu erat hubungannya dengan Alkitab dan selalu dijelaskan
selaku ringkasan dari rasul-rasul sendiri. Sebab itu timbullah nama “pengakuan rasuli” atau
“Apostolicum”. Menurut kata pertama didalam bahasa latin, yakni “Credo”, artinya: “aku
percaya,” maka nama Credo itu pun lazim dipakai. Sungguh menakjubkan bahwa pengakuan itu
mengandung segala perkara iman masehi yang sungguh penting, sedang yang tidak memuat hal-
hal yang sebenarnya diutamakan oleh kebanyakan anggota jemaat pada zaman itu, yakni:
moralisme dan salah paham tentang sakramen! Keheranan kita juga mengenai susunan kanon:
tiada satu pun di antara tulisan-tulisan yang mencerminkan roh masa itu termasuk kedalamnya;
malah sebaliknya paulus, yang hamper tidak dimengerti lagi waktu itu dialah yang terbesar
didalam kanon! Inilah sesungguhnya suatu bukti yang indah, bahwa Roh kudus telah
mengajarkan didalam gereja abad ke-II itu sesuatu yang jauh mengatasi kesanggupannya sendiri.
Dengan demikian pengakuan Rasuli itu bukan saja menjadi senjata Gereja pada permulaan
sejarahnya, tetapi juga menjadi kesimpulan iman Kristen bagi segala abad kemudian.

4.      PEWARISAN JABATAN RASULI

Tetapi disamping kedua senjata tadi masih perlu senjata yang ketiga. Apa sebab? Oleh karena
kedua senjata tadi, yakni kanon dan pengakuan, barulah berkuasa dalam praktek, kalau ada
manusia yang melaksanakannya dan mempertahankannya. Itulah sebabnya pemimpin-pemimpin
Gereja menunjuk jemaat kepada uskupnya yang dipilih dengan jalan yang sah. Dia sajalah yang
sanggup memberi keputusan tentang segala masalah yang muskil, yang mengharu-birukankan
jemaat karena khotbah dan pengajaran semua guru sekta dan nabi palsu itu.

Pada masa itu segala jemaat dikepalai oleh seorang uskup saja, dan pada umumnya para uskup
tidak tersesat oleh sekta-sekta itu. Dengan demikian timbullah semboyan: berpeganglah kepada
uskupmu, karena dialah yang mengetahui kebenaran! Akan tetapi lama-kelamaan semboyan ini,
yang timbul dari praktek pengembalaan jemaat, barulah menjadi suatu suruhan ilahi, oleh karena
pangkat uskup makin dijunjung tinggi. Demikianlah pada akhir abad ke-II kita lihat keadaan
berikut ini: rasul-rasul telah mengangkat  uskup-uskup sebagai gantinya, dimana tempat, yaitu
seorang uskup untuk tiap-tiap jemaat. (kita sudah maklum bahwa itu tidak benar!) kemudian
uskup itu diganti pula oleh seorang uskup lain, yang juga dipilih dan ditabiskan dengan jalan
demikian dan seterusnya. Sekarang penggantian yang sah itu menjamin penyerahan kebenaran
Injili, yang mula-mula dipunyai rasul-rasul, terus menerus didalam Gereja segala masa. Setiap
kali apabila seorang uskup ditabiskan maka bersama dengan jabatan itu kebenaran Injili diwarisi
dan dimilikinya pula. Ajaran itu dinamai “dogma pewarisan atau suksesi jabatan rasuli”.

Dengan demikian manusia, yaitu uskup, menerima kuasa yang sama besar dengan kuasa kanon
atau Alkitab, bahkan lebih besar lagi, karena uskuplah yang dianggap berhak dan berkuasa
menjelaskan Alkitab dengan sempurna. Dengan demikian Kristus tidak lagi sempat menguasai
jemaatnya sendiri dengan FirmanNya, karena uskup telah tersisip diantara Firman Tuhan dan
GerejaNya itu. Yang dituntut dari jemaat bukanlah lagi percaya kepada Kristus , melainkan taat
kepada uskup. Mulai pada waktu itu percaya kepada Kristus, melainkan taat kepada uskup.
Mulai pada waktu itu berlakulah dua macam kuasa didalam Gereja: kuasa Kristus didalam
FirmanNya dan kuasa gereja sendiri di dalam uskupnya. Akhirnya tak dapat tidak harus timbul
pemecahan antara kedua kuasa itu. Pembaharuan gereja (reformasi) memiliki kuasa Firman
tuhan, yang kepadanya segala kuasa lain takluk, padahal gereja Roma mengajarkan bahwa
segenap kuasa dan kebenaran didalam gereja diserahkan oleh Kristus kepada Paus semata-mata.
Bab 9

GEREJA KATOLIK YANG LAMA

Kini perlu di terangkan dasar dan keadaan Gereja yang lama, seperti yang mulai Nampak antara
tahun 180 dan 300 M. Bibit pertentangan Timur-Barat di kemudiaan hari sudah terdapat pada
abad ke-III. 

1.      Kebaktian. Jikalau kebaktian Gereja yang lama dibandingkan dengan kebaktian Kristen


pada tahun 100, ternyata betapa Gereja sudah bertambah-tambah di pengaruhi oleh suasana kafir
di sekelilingnya. Kedua pandangan kafir menguasai kebaktian Kristen pada masa itu, yaitu:

a.       Perjamuan Kudus. Perjamuan di pandang baik selaku suatu korban dari pihak jemaat yang
patut di ganjari Tuhan dan sebagai suatu hadiah sorgawi yang di karuniakan Tuhan. Korban itu
dinaikkan oleh imam kepada Allah atas nama jemaat dan dianggap sebagai suatu persembahan
ulang dari Kristus, selaku lanjutan dan ulangan dari korban-Nya di Golgota. Pandangan ini
beralaskan kepercayaan bahwa oleh doa imam maka Roh Tuhan turun ke atas roti dan air anggur
dan kedua itu berubah menjadi tubuh dan darah Kristus, dan ketika penahbisan kedua benda
perjamuan ini menyebabkan tercapainya mujizat yang suci yang di sebut konsekrasi.  Hal ini
dapat berlaku, oleh sebab Kristus sendiri mau berada dalam roti dan anggur itu. Apabila jemaat
makan dan minum benda suci itu yang adalah tubuh dan darah Mukhalis sendiri, maka segala
kuasa sakti dan berkat sorgawi yang ada dalam roti dan anggur itu, mengalir ke dalam batin tiap-
tiap orang percaya. Makanya di bagian Timur Perjanjian Kudus di pandang selaku pemberian
Tuhan, dan di barat di pandang sebagai korban dari pihak manusia.

b.      Babtisan Kristen. Ini pun di artikan salah. Jemaat percaya bahwa dalam air baptisan
terkandung khasiat istimewa, sehingga air itu menyucikan secara magis-realitis; oleh kuasa ilahi,
setan dan pengaruhnya di usir dari badan dan jiwa orang yang di baptiskan itu. Dengan demikian
orang yang baru di lahirkan secara lahiriah-batiniah itu, berdiri suci-murni di hadapan Tuhan
pada hari baptisannya itu. Dampak pandangan itu timbul reaksi dari jemaat. Ada yang menunda
babtisannya sampai menjelang ajalnya, supaya kesuciannya yang di peroleh dari baptisan itu
dapat di perlihatkan lebih gampang sampai hari matinya.

2.      Disiplin Gereja. Masalah disiplin di pecahkan di Barat. Menurut pandangan umum,


baptisan membasuh segala dosa yang pernah di lakukan sebelumnya, tapi orang Kristen tidak
boleh jatuh ke dalam dosa yang lebih besar lagi supaya tidak kehilangan rahmat Tuhan yang di
peroleh lewat baptisannya. Dosa yang di pandang kecil boleh di tebus lewat doa, puasa. Tetapi
jikalau dosa yang berat, yang ,mengantar kepada maut kekal yaitu percabulah, zinah,
pembunuhan dan murtad maka harus di singkirkan dari gereja.

Keputusan tentang soal ini diambil pada tahun 217 oleh uskup Roma Calixtus, yang memaklumi
dan dia selaku uskup berhak mengampuni dosa percabulan dengan mengenakan hukuman yang
berat kepada yang bersalah. Banyak jemaat di Roma dengan pandangan itu dan memisahkan diri.
Tetapi pendapat Calixtus menang di seluruh Gereja  sehingga membuat kedudukannya semakin
di perteguh dan kuasanya bertambah besar. Ketika tu banyak penganayaan terjadi, dan hal itu
belum pernah terjadi sebelumnya, dan orang-orang yang murtad  itu bertobat kembali dan
meminta diterima lagi di jemaat. Cyprianus, uskup Carthago dan Corenelius, uskup Roma
berpendapat bahwa dosa murtad adalah berat dan mengantar kepada maut boleh diampuni juga.
Keputusan ini membuat mereka memisahkan diri dengan menamakan dirinya “orang suci murni”
dan mereka berkembang dengan pesat.

3.      Organisasi. Pusat organisasi Gereja adalah oknum Uskup, yang ,mengepalai jemaat baik
mengenai ajaran dan pengakuan, baik dalam kebaktian maupun dalam hal disiplin dan
pemerintahan harian. Seorang uskup yang baru harus dipilih oleh uskup-uskup berdekatan  dan
perlu di tahbiskan supaya mewarisi hak dan kuasa rasuli. Makin banyak pejabat sekeliling wakil
Kristus itu disamping presbiter dan diakonos adapula pangkat diakonos muda,
eksorsis( pembuang setan-setan), pembaca Alkitab, dll. Pada tahun 250 barulah diadakan sinode-
sinode di daerah.
4.      Uskup Roma. Rasul Paulus, Petrus yang sangat di hormati di dalam Gereja telah bekerja
dan mati syahid. Oleh sebab itu penggantinya adalah uskup-uskup Roma dan mereka merasa
dirinya  lebih berkuasa dan mulia dari pada segala uskup-uskup yang lain. Mereka
mempergunakan kesempatan untuk memperkokoh kedudukannya di Gereja sedunia.
Uskup Victor memutuskan hubungannya dengan jemaat-jemaatnya di Asia kecil pada akhir abad
ke-II karena mereka tidak menerima keputusannya tentang tanggal perayaan Hari Raya
Kebangkitan, tetapi sikap itu tidak di setujui oleh uskup-uskup lain. Uskup Roma memang
dianggap yang pertama diantara para uskup yang setara dengan dia tetapi ia belum di akui
sebagai satu-satunya hakim dan pengatur yang perintahnya wajib di patuhi oleh seluruh Gereja.

5.      Cyprianus. Pemimpin Gereja yang terutama dan teristimewa  ialah Cyprianus, uskup


Carthago di Afrika Utara.  Cyprianus dipilih menjadi uskup pada tahun 248, dan sepuluh tahun
kemudian ia meninggal. Pada tahun 249 kaisar Decius membasmi semua pemimpin Gereja.
Cyprianus bersembunyi untuk mengembalakan jemaatnya yang di dalam penganiayaan  dan
sengsara dengan jalan surat menyurat. Karna mengalami siksaan yang sangat bengis itu banyak
jemaat menjadi murtad dan akhirnya banyak yang menyesali  penyangkalannya, sehingga
mereka minta di terima lagi dalam jemaat. Golongan pengaku ( Confessores) menjadi pembela
orang-orang murtad itu di hadapan uskup Cyprianus. Mereka meminta pengampunan dosa dan
minta di terima kembali di gereja itu. Cyprianus setuju dengan hal itu bahwa gereja berhak
mengampuni semua orang yang jatuh dalam dosa berat, tetapi tentang jalan penerimaan kembali
itu ia mempertahankan pendiriannya, dan pengampunan itu hanya boleh di berikan sehabisa
waktu percobaan yang lama dimana orang murtad itu wajib menebsus dosanya dengan menjalani
hukum Gereja yang berat supaya pertobatan dan penjelasannya nyata dan terang. Banyak yang
setuju dengan pandangan itu dan tindakan Cyprianus menang dan uskup Cornelius pun setuju.
Kuasa Cyprianus pun bertambah besar di barat.

6.      Kesimpulan. Oknum dan pekerjaan Cyprianus mencerminkan semangat barat. Roma


mengutamakan segala hal mengenai hidup sehari-hari, seperti  organisasi, kehakiman,
pemerintahan, kemiliteran, juga mempengaruhi Gereja bagian barat. Susunan, pimpinan dan
disiplin Gereja diatur teliti. Timur lebih suka berfilsafat dan bermistik, sehingga disitulah
persoalah teologia yang sulit. Ada persamaan timur dan barat, yaitu Gereja Kristen bukanlah lagi
suatu persekutuan yang berpusat pada Firman Allah melainkan jemaat besandar pada uskup.
Firman Alkitab di tukar dengan kuasa jabatan uskup .

BAB 10

THEOLOGIA GEREJA LAMA

1.Golongan Apologet. Kaum apologet berusaha untuk menyesuaikan Injil dengan semangat


zaman. Maksudnya ialah untuk membuktikan bahwa hanya Injil saja yang menggenapi segala
cita-cita filsafat Yunani. Menurut pandangan Yunani, Allah bersemayam jauh di atas dunia ini di
tempat yag tidak terhampiri. Manusia hanya dapat berhubungan dengan Allah itu oleh
pertolongan roh-roh yang menjadu pengantara antara sorga dengan bumi. Roh pengantara itu
terutama ialah firman atau Logos. Logos adalah sesuatu yang bukan Allah dan bukan pula dari
dunia, melainkan suatu jabatan antara roh dan zat benda, bahkan dengan logos itulah Allah
menciptakan dunia ini. Sekarang orang-orang apologet mulai menyamakan logos, filsafat Yunani
itu, dengan logos (firman), yang disebut Yohanes dalam kitab Injilnya. Maksud mereka itu
tentulah baik, akan tetapi dengan menyamakan kedua-duanya maka pintu terbuka bagi
pandangan-pandangan kafir untuk memasuki theologia Gereja, ini menjadi dasar segala salah
paham tentang ajaran Alkitab dalam Gereja Lama. Sebab menurut Yoh 1:1 “Firman itu bersama-
sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah,” padahal Logos Yunani hanya semacam
setengah Allah saja. Jikalau Yoh 1 diartikan demikian, maka tentulah Yesus tidak lagi dipandang
sebagai Allah sendiri yang turun ke bumi, melainkan adalah suatu zat yang setengah ilahi saja.
Sejak timbulnya kaum apologet, maka pandangan itu menjadi ajaran umum dari Gereja. Barulah
di kemudian hari paham Logos itu lama-kelamaan dibersihkan dari pengertian kafir tadi.

Theologia apologet tentang kebebasan dunia adalah seperti berikut: Allah menciptakan Logos di
dalam rangkaian waktu, sebagai suatu roh yang berpribadi, dan dengan Logos itu Allah
menciptakan segala sesuatu yang ada. Manusia telah digodai setan-setan, sehingga jatuh ke
dalam jurang kesesatan, percabulan dan politheisme. Sebab itu Logos itu sendiri turun ke bumi
dengan menjelma dalam tubuh manusia, yaitu Yesus, dengan maksud untuk memulangkan
manusia kepada jalan yang baik. Demikianlah Yesus membuka mata manusia terhadap segala
tipu muslihat setan-setan sambil memberitakan ajaran yang benar tentang Allah dan dunia dan
hari kiamat yang akan datang. Lagipula ia mengajar mereka tentang hidup yang berkenan kepada
Tuhan. Manusia berkehendak bebas dan dapat meluputkan diri dari genggaman setan-setan
dengan pertolongan pengajaran dan teladan Kristus. Teranglah bahwa dalam hal ini Kristus
bukanlah lagi penebus dan juruselamat, melainkan guru dan teladan saja. Peristiwa-peristiwa
yang mendatangkan selamat (kematian dan kebangkitan Kristus dan sebagaianya), kurang
dipentingkan dalam theologia apologet. Apa sebenarnya rahmat Allah itu kurang dipahami.
Nampaknya theologinya injili, tetapi isinya sangat dipengaruhi oleh filsafat kafir yang moralistis
dan rasionalistis. Walaupun demikian, tidak pernah kaum apologet dipandang sebagai orang
penyesat, karena bukanlah mereka itu saja, tetapi jemaatpun kurang mengerti inti Injil Yesus
Kristus. Apalagi kaum apologet itu selalu membela Gereja resmi dan tidak mengajarkan suatu
hikmat yang lain, sebagaimana dinuat oleh golongan gnostik.

2. Irenus. Beberapa waktu kemmudian sesudah timbulnya golongan apologet itu, bangkitlah


seorang ahli theologia yang kembali lagi kepada ajaran Alkitab tentang penebusan manusia oleh
Yesus Kristus. Ahli theologia itu ialah Irenius. Ia berasal dari Asia Kecil, suatu daerah Gereja
yang lebih mengutamakan mistik (ingat Yohanes dan Ignatius) Irenius menjadi uskup di kota
Lyon di negeri Perancis pada tahun 178, karena banyak orang Asia Kecil telah pindah ke sana.
Ajaran yang dipakainya untuk melawan gnostik, berlainan sekali dengan theologia apologet.
Secara garis besar beginilah uraianya: Adam serta segenap bangsa manusia diciptakan untuk
hidup yang baka, tetapi oleh karena jatuhnya ke dalam dosa maka manusia diikuti dengan
kefanaan. Untuk melepaskan manusia, Allah mengutus, AnkaNya, yaitu Logos, yang masuk ke
dalam daging manusia. Dengan demikian Kristus menghubungkan tabiat manusia dengan kuasa
Allah yang kekal. Kristus adalah Adam yang kedua, yang menggenapi segala tuntutan Allah,
yang dilalaikan Adam yang pertama. Di dalam kebangkitanNya Kristus memberi suatu petaruh
dan jaminan untuk hidup yang baka kepada sekalian orang yang percaya kepada Dia. Sekarang
Roh Kudus memberikan hidup yang kekal itu kepada semua orang yang percaya, di dalam
baptisan dan perjamuan. Jadi pokok utama theologia Ireneus ialah “mempersatukan di dalam
Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik yang di sorga, maupun yang di bumi” (Ef 1:10).
Sorga Allah dan dunia manusia yang tercerai sekian lama oleh dosa, sekarang dihubungkan dan
dipersatukan kembali. Allah menjadi manusia, agar manusia mendapat kembali keadaan yang
baka.

Segala pandangan ini sudah tentu jauh lebih Injili daripada ajaran apologet, karena di sini oknum
Yesus Kristus diutamakan dan dijunjung selaku mukhalis dan penyelamat. Sungguhpun
demikian, pembenaran oleh iman dan salib Kristus kurang tampil di muka dalam theologia
Ireneus, karena pokoknya bukanlah pertentangan antara akibat dosa, yaitu kefanaan dan akibat
rahmat, yakni hidup yang baka. Segala theologia timur bercorak pandangan Ireneus ini, sehingga
sampai kini Hari Raya Kebangkitan Tuhan Yesus adalah pesta yang termulia di Gereja timur itu.

3. Tertullianus. Ia seorang ahli hukum yang bekerja sebagai advokat di Chartago. Dengan
mengenal Tertullianus dari kitabnya yang banyak itu, yang dikarangnya antara tahun 195 dan
220. Tertullianuslah yang pertama-tama yang memakai pelbagai istilah theologia yang menjadi
lazim semenjak masa itu, misalnya: dosa turunan, tebusan dosa, jasa, dan lagi rumusan
seperti: Allah berzat satu tetapi berpribadi tiga dan Kristus adalah satu pribadi dengan dua
tabiat dan sebagainya. Ia memandang relasi manusia dengan Allah selaku seorang terdakwa di
hadapan hakim. Sebagai seorang apologet Tertullianus mengajar bahwa Logos adalah suatu zat
ilahi yang lebih rendah daripada Allah, padahal Ireneus berpendapat bahwa Logos juga adalah
Allah, sesuai dengan awal Injil Yohanes.

4. Clemens dari Alexandria (200). Filsafat Yunani dan Gnostik berkembang di kota Alexandria
dan sudah lama kaum Kristen yang terpelajar berusaha menyesuaikan filsafatnya dengan ajaran
Alkitab. Clemens adalah seorang ahli theologia. Gereja yang mencoba melaksanakan
penyesuaian itu, supaya agama Kristen juga disambut oleh golongan kafir yang berpengetahuan
tinggi. Muridnya yang tersohor namanya sebagai ahli theologia yang terbesar di Gereja Lama
bagian Timur, ialah Origenes.
5. Origenes (185-254). Ia lahir di Alexandria. Bapanya mati syahid pada tahun 202, waktu
Origenes berumur 17 tahun. Ketika itu sudah nyata kepandaiannya yang luar biasa. Dengan rajin
dan gembira ia menuntut rupa-rupa ilmu dan segera namanya termasyhur di mana-mana.
Origenes mengarang beratus-ratus kitab besar dan kecil (ada yang mengatakan sampai 6000
karangan), teristimewa kitab tafsiran dan filsafat. Hidupnya sangat sederhana dan beraskese,
bahkan ia mengebiri dirinya menurut Mat 19:12, karena kata orang, asket daging itulah tempat
dosa berdiam, sebab itu lebih baik daging dimatikan supaya jiwa disucikan dari kejahatan. 

Ajaran Origenes adalah begini: Asal dan tujuan segala yang hidup ialah Allah, Bapa abadi, yang
dari kekal melahirkan segala sesuatu yang ada. Yang pertama dilahirkan ialah Logos, yang ilahi
tetapi yang lebih rendah daripada Allah. Logos atau Anak melahirkan Roh Kudus. Dari Roh itu
berpencar segala Roh atau jiwa yang lebih rendah, yang juga bertabiat ilahi, tetapi berkehendak
bebas. Kehendak itu salah dipakainya, ketika mereka melawan Allah. Cuma satu jiwa saja tetap
setia kepada Tuhan. Selaku hukuman maka roh yang jatuh dalam dosa sekarang sikurung dalam
salah satu badan jasmani. Malaikat-malaikat jatuh sedikit saja, sehingga mendapat badan berupa
bintang di langit. Di bawah malaikat ada dunia dan di bawah dunia terdapat tempat setan-setan
yang hidup dalam kegelapan. Malaikat dan setan berjuang untuk membuat dunia dan manusia.
Logos mau meluputkan dunia, sebab itu ia menghubungkan diriNya dengan satu-satunya jiwa
yang tak jatuh itu, lalu ia menjelma di bumi ini dalam tokoh manusia, yakni Yesus. Yesus
membawa kelepasan bagi semua manusia. Orang sederhana hanya perlu percaya kepada Yesus
selaku penebus, tetapi orang yang berpengatahuan harus memperhatikan pengajaranNya yang
mulia itu dan perlu meniru teladanNya dengan mengusahakan kebajikanNya dan askese,
sehingga lama-kelamaan jiwa manusia itu dipersatukan dengan logos, bahkan diilahikan. Tetapi
pada akhirnya segala sesuatu akan pulang kepada Allah. Setan-setan pun tidak terkecuali. Inilah
ajaran “kebangkitan segala yang ada”, sehingga akhirnya semuanya dipulihkan menjadi seperti
semula. Sesudah itu kejatuhan dan kebebasan akan dimulai pula dan begitulah terus-menerus
berulang-ulang sampai selama-lamanya.

Dasar sistem Origenes, yaitu tafsiran alegoris, terlalu lemah. Tetapi meskipun demikian, Gereja
zaman itu menghormati Origenes selaku seorang bapa Gereja. Barulah pada tahun 399 Gereja
sadar bahwa ajarannya tidaklah sesuai dengan Injil, sehingga theologianya ditolak dengan resmi.
Hasil pengaruh Origenes yang terpenting ialah bahwa pengertian Logos sebagai suatu zat yang
lebih rendah daripada Allah, diterima oleh Gereja Lama selaku ajaran yang sah dan baik.

BAB 11

PERGAULAN HIDUP DI DALAM GEREJA LAMA

            Gereja lama belum cukup kita memperhatikan suatu pasal yang tak dapat di terangkan,
sebagaimana orang Kristen menyatakan imamnya di dalam pergaulan mereka sendiri dan dengan
orang kafir. Agama Kristen pada abad-abad pertama terakhir Masehi itu, baiklah kita
melayangkan pandangan kita kepada pendirian kaum Kristen di dalam hidup sehari-hari di
tengah masyarakat zaman itu. Jemaat hanya merupakan suatu kelompok kecil di tengah dunia
yang bukan Kristen dan agamanya masih di hina, nyatalah dengan terang betapa indah dan
istimewa hidupnya. Mereka tidak luput dari pelbagai macam kesesatan, dosa dan kelemahan,
tetapi sekalipun demikian bolehkah kita sebutkan perkataan Paulus, bahwa “di tengah-tengah
angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, jemaat Kristen bercahaya seperti bintang-
bintang di dunia” (Fil 2 : 15).

1.      Derajat kebajikan

Kebajikan kaum Kristen yang suci dan murni jujur berbeda jauh dengan segala kejahatan itu.
Gereja dengan dunia yang bukan Kristen makin kabur, namun perbedaan derajat dan kebajikan
itu tetap Nampak. Tentu ada juga orang kafir, yang berusaha ingin hidup dengan sopan, tetapi
Gereja Kristen ialah satu-satunya persekutuan hidup, yang dengan pekabaran Injil dan
teladannya lama-kelamaan mengangkat rakyat murba kepada tingkat kesusilaan yang lebih
tinggi. Hal ini diakui juga oleh beberapa pujangga kaifr. Tidak mengherankan, bahwa orang-
orang apologet selamanya menunjuk kepada kebajikan Kristen itu untuk membuktikan kesucian
agamanya.

2.      Rumah tetangga
Hal nikah dan rumah tangga dijunjung tinggi di dalam jemaat Kristen, meskipun hidup lajang
(tidak kawin) dianggap lebih suci oleh banyak orang. Sebab itu suami-istri diajak menahan diri
seboleh-bolehnya. Nikah kedua sesudah suami-istri meninggal, dipandang kurang patut.
Perkawinan seorang Kristen dengan seorang kafir tidak diperbolehkan, sungguhpun sering
berlaku. Kaum wanita dihormati; juga di dalam hidup jemaat, kecakapan dan tenaga mereka
dipergunakan untuk pelbagai tugas. Suami-istri harus berkasihan-kasihan dan tidak boleh
bercerai. Maksud nikah ialah melahirkan anak. Anak-anak harus dididik dalam iman Kristen dan
wajib menurut segala nasehat orangtuanya. Rumah tangga Kristen dipandang sebagai suatu
persekutuan agama yang erat pertaliannya.

3.      Milik

Milik itu adalah pinjaman dari Allah. Sebab itu milik perseorangan diakui baik, asalkan anggota
jemaat sadar dan ingat, bahwa ia bertanggung jawab selaku hamba Tuhan atas miliknya itu. Dan
sebagai seorang Kristen ia tidak boleh hidup mewah. Pakaian, makanan dan perabot rumahnya
hendaknya sederhana, suapaya jangan harta benda itu menjadi rintangan bagi hidup rohani.
Segala kelebihan baiklah diserahkan kepada yang berkekurangan. Jemaat merasa malu kalau
seorang anggotanya miskin atau lapar, tetapi sekalipun demikian Gereja zaman itu belum insaf,
bahwa jurang perbedaan yang mendalam antara kemiskinan dan kekayaan di dalam
masyarakatnya, harus dianggap sebagai suatu keadaan sosial yang salah dan buruk benar di
hadapan Tuhan dan sesama manusia. Gereja belum mengerti panggilan dan tugasnya untuk
memberantas dan membasmi segala keadaan yang kurang adil itu demi Injil pengasihan Tuhan.

4.      Perbudakan

Orang Kristen pada masa itu memandang perbudakan sebagai suatu perkaya yang biasa juga.
Mereka itupun mempunyai budakan juga. Sebaliknya di tuntut dari tuan-tuan Kristen, supaya
mereka memperlakukan budaknya dengan peri kemanusiaan, sehingga nasib budak orang
Kristen jauh lebih baik dari pada nasib kebanyakan budak orang kafir. Akan tetapi yang lebih
penting lagi ialah di dalam lingkungan jemaat sendiri tak ada perbedaan antara tuan dan budak
melainkan semua bergaul selaku saudara-saudara, menurut perkataan Paulus, bahwa di dalam
jemaat tidak ada hamba atau orang merdeka karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus
Yesus (Gal 3:8)
5.      Pergaulan umum

Seorang Kristen, yang ingin hidup, untuk menentukan sikapnya terhadap segala hal dalam
pergaulan masyarakat, karena pergaulan itu sangat di pengaruhi oleh agama kafir. Lama-
kelamaan agama dan adat Kristen mulai di perhatikan serta di hargai oleh panglima mereka. Juga
dalam lapangan masyarakat yang lain, sikap orang Kristen berbeda, ada yang tetap menjauhkan
diri sama sekali dari segala hal duniawi, tetapi lebih banyak yang tidak begitu berkeberatan
tentang pergaulan sehari-hari dengan golongan-golongan yang bukan Kristen. Makin orang
Kristen mencampuri masyarakat umum, makin di perhatikan dan di hormati oranglah adat
mereka.

6.      Pengalaman

Sidang Kristen zaman itu suka memberi derma dan pertolongan dengan seluas-luas hatinya.
Pemberian jemaat diletakkan diatas meja Tuhan dalam tiap-tiap kebaktian, lalu dibagi-bagikan
oleh syamas-syamas. Yang diberi bantuan ialah golongan pejabat, orang miskin, janda, piatu,
orangtua dan orang hukuman. Saudara-saudara yang datang dari tempat lain diberi tumpangan.
Siapa saja yang berkekurangan dikunjungi dan diberi pertolongan. Pada tahun 250 jemaat di
Roma, yang waktu itu belum banyak anggotanya yang kaya, memberi sokongan kepada 1500
orang! Pun kepada kaum kafir, gereja beramal, umpamanya apabila rakyat ditimpa oleh suatu
bencana. Demikian pula jemaat lain diberi pertolongan, kalau mereka mendapat kesukaran atau
menderita penghambatan. Pengalaman kaum Kristen itu umum disaksikan oleh orang kafir,
sehingga mereka mengucapkan: “camkanlah betapa mereka berkasih-kasihan!”

7.      Perawatan orang sakit

Dalam masyarakat kafir belum ada ruah sakit. Perawatan orang sakit yang sangat perlu itu
diserahkan kepada janda-janda (lihat 1 Tim 5), sedang pemeliharaan hidup mereka menjadi tugas
khusus syamas-syamas. Ada pula saudara-saudara yang mendapat karunia istimewa untuk
membuang setan-setan dengan nama Yesus, menurut janji Tuhan dalam Mat 16:17. Mereka
dinamai “eksorsis.” Segala keadaan dan kelakuan jemaat Kristen yang diuraikan tadi,
menyebabkan banyak orang tertarik kepada Gereja, sehingga mulai abad ke-III itu Gereja
berkembang dengan cepat. Gereja Lama memasyurkan Injil Tuhan, terutama dengan jalan
memperlihatkan kasih Kristus di dalam perbuatannya dan hidupnya sehari-hari, dan bukan
dengan pengajaran dan kebaktiannya saja.

BAB 12

GEREJA DAN DUNIA PENGHAMBATAN DAN PERDAMAIAN

1.      Perkembangan kira-kira tahun180 jemaat kristen sudah terdapat dimana-mana sekitar laut
tengah. Pada waktu itu injil mulai dikabarkan di Germania, Britania, Spanyol dan Amerika.
Dalam abad ke III gereja merambak samapai kedaerah sungai Donau tanah Persia dan India.
Bagian terpenting dari gereja masih terdapat ditimur terutama diasia kecil. Gereja Kristen yang
makin besar ini menjadi suatu masalah politik yang sulit bagi Negara. Kekaisaraan romawi itu
bukanlah suatu kesatuan secara bangsa atau kebudayaan persatuan segala daerah dan warga
Negara hanya dapat tercapai dalam satu agama yang umum yang diakui oleh penduduk satu
Allah, satu Negara, satu kaisar. Gereja tak mau turut mengakui suatu agama sebab hanyalah
Allah bapa dari Yesus kristus itulah allah yang benar yang harus disembah.

2.      Penghambatan baru sebab kaisar mulai pula menganiaya orang Kristen. penghambatan ini
dimulai oleh Decius (249-251) sekarang bukan lagi dengan maksud untuk menguji kesetiaan
orang Kristen terhadap Negara, melainkan untuk mendapat kembali anugerah dewa dan untuk
menjadi ketenteraman Negara untuk waktu yang akan datang penghamabatan ini dilakukan di
seluruh kekaisaraan. Tidaklah mengherankan bahwa banyak orang kristus menjadi murtad tau
mencoba memberi uang suap kepada imam kafir, supaya mereka mendapat sepucuk surat
kekaisaraan bahwa mereka itu telah mempersembahkan korban rupa diatas mezbah kaisar. Tetapi
ada pula ada saudara yang tetap setia. Kendati mereka disiksa sebengis mereka menai
Confessores (pengaku) jemaat Carthago dibawah pimpinan Cyprianus berkat pertolongan tuhan
maka gereja tak kalah sebaliknya segala ikhtiar kaisar untuk membasmi umat Kristen gagal
belaka. Penganiayaan dibawah Valerianus (257-258) tidak berhasil. Gereja lebih menjadi kuat
lagi bahkan injil mulai masuk kedalam istana kaisar di kalangan tentara golongan orang
bangsawan. Sekarang Negara harus memilih atau membasmi gereja atau mengaku kalah dan
masuk Kristen jalan pertama dicobai lahi oleh Diocletianus tetapi tak berhasil kaisar
Constantinus agung mengerti bahwa jalan kedua itu lebih baik.

3.      Puncak dan berakhirnya penghambatan, penghambatan yang hebat dalam sejarah gereja
dilakukan oleh Diocletianus dan penggantinya Galerius dari tahun 303 sampai 311. Untuk
mencapai persatuan agam dan politik maka kaisar mengambil tindakan yang keras. Banyak
gedung gereja dirusakkan milik harta jemaat disita buku gereja dan alkitab banyak dibakar
dengan janji yang mutlak ancaman dan siksaan maka dicobai untuk menjatuhkan pemimpin
gereja terutama uskup. Akhirnya sewaktu menemui ajalnya galerius memberi perintah untuk
menghentikan penghambatan yang tak berhasil itu.

4.      Constantius Agung akhirnya tibalah masa yang baik bagi gereja ketika Constantius merebut
tahta sesudah mengalahkan lawannya Maxentius dekat roma pada tahun 312 sehingga ia
memerintahkan kekaisaraan romawi bagian barat. Constantius mendapat penglihatan yakni
sebuah salib yang gemilang di udara dengan tulisan menanglah dengan perantaraan tanda ini.
Constantius telah masuk Kristen kira-kira pada tahun 312 ( dia baru di baptiskan menjelang hari
ajalnya tahun 337). Keduanya mengeluarkan edik (putusan) Milano pada tahun 313 dimana
ditetapkan bahwa gereja mendapatkan kebebasan sepenuhnya. Bahkan segala milik yang
dirampas oleh Negara harus dikembalikan atau dibayar. Mulai saat itu ada perdamaian antara
gereja dengan Negara bahkan kaisar mengharapkan bantuan dan berkat dari pihak gereja untuk
keamanan dan kemajuan Negara. Gereja bertambah kokoh dan penting bahkan diberikan
berbagai keuntungan (umpamanya hak menerima warisan sokongan uang untuk membangun
gedung gereja mengenai penyucian hari minggu) hal ini mulai setelah Constantius mengalahkan
licinius pada tahun 380 gereja diresmikan menjadi gereja oleh kaisar Theodosius.

BAB 13

GEREJA – NEGARA
1.      Dunia Dimasehikan

Constantinus ialah supaya Gereja dan Negara diperhubungkan erat-erat. Sebab itu ia berusaha
membasahi semua Gereja sekta di luar Gereja Katolik, seperti sekta Marcion, Montanus,
Novatianus dan lain-lain. Tetapi agama kafir dibiarkan yang dulu, sebab yakin bahwa agama itu
akan lenyap dengan sendirinya oleh pengaruh agama Kristen. Lain sekali tindakan ketiga
anaknya yang mengantikan dia. Mereka itu menaruh dewa-dewa. Akan tetapi ternyata bahwa
agama kafir belum mati sama sekali. Reaksinya masih kuat.

            Kaisar julianus yang murtad (Julianus Apostata, 361-363) mau mengembangkan pula
ajaran filsafat kafir dari plato (Neo-platnisme). Meski pun sejak kecil Julianus di didik secara
Kristen, tetapi karena rajin mempelajari kesustraan filsafat kafir sewaktu remaja, maka ia
membuat iman Kristen, lalu ingin membaharui dan memperbaiki kebudayaan dan agama kafir.
Usaha Gereja diri dirintangi. Orang Kristen dipecat dari jabatan pegawai negeri dan tentara, dan
sekolah Kristen dilarang. Akan tetapi segala usaha Julianus untuk membentuk suatu gereja kafir
yang dapat menggantikan Gereja Kristen sama sekali tidak berhasil. Latewas dalam perang
melawan orang persia. Menurut cerita, ucapannya penghabisan ialah engkaulah yang menang,
hai orang Galilea. Theodosius Agung meneruskan dan menyempurnakan politik Contantinus.
Pada tahun 380 ia membuat peraturan bahwa segala penduduk kekaisarannya harus
memperkirakan iman Katolik dari gereja resmi, sesuai dengan ajaran uskup-uskup Roma dan
Alexandria. Pengakuan Iman Kristen yang benar (ortodoks) diperintahkan selaku suatu
kewajiban terhadap negara, dan penganut agama kafir dipandang sebagai suatu pelanggaran
politik, yang harus dihukum. Keadaan ini sangat bertentangan sekali dengan abad ke-IV itu.
Yang dimaksud Gereja Negara adalah Gereja taat dan patuh sama sekali kepada kepalanya, yakni
kaisar, tetapi dalam pada waktu itu Gereja sebagai pelayan pertama dari kaisar mendapat
kehormatan yang terbesar (keadaan ini disebut byzantinisme atau kaisaropapisme).

2.      Gereja duniawikan

Sebenarnya kedudukannnya yang baru dalam masyarakat menimbulkan kerugian rohani yang
besar bagi Gereja. Kuasa gereja tak turut campurnya kaisar dalam urusan Gereja ialah: Gereja
diduniawikan. Sungguh pun rumah berhala dirombak dan agama kafir dilarang, akan tetapi
agama itu masih berpengaruh besar dibawah lapisan hidup kekristenan yang tipis saja.
Bahwa gereja dilindungi oleh kasisar menjadi suatu cobaan yang mengandung bahaya besar
baginya. Pemimpin – pemimpin Gereja sudah takhluk kepada urusan dan perintah kaisar, karena
hal itu membawa untung besar baginya. Bukankah mereka lebih dihormati, lebih kaya dan
berkuasa karenanya? Dulu orang yang mau masuk Kristen memerlukan keberanian dan iman
yang teguh sekarang banyak orang minta dibaptiskan, supaya boleh dalam masyarakat.

Dunia kodrati (alamiah) masuk gereja (proses ini disebut “sekularisasi”). Buktinya banyak :
kebaktian dan upacara yang makin indah dan megah, jubah pejabat yang berwarna-warna lilin,
kemenyan, gedung-gedung gereja yang besar dan elok, bermacam-macam arahkan (Prosesi) dan
sebagainya. Yang kurang baik lagi, yaitu segala benda suci, teristimewa sakramen dipandang
secara realitas dan kasar. Secara lahiriah Gereja Kristen, akan tetapi kesalehan anggota-anggota
jemaat bercorak kafir. Orang kafir yang masuk Kristen kehilangan dewa-dewinya yang dapat
member pertolongan dalam rupa-rupa kesulitan. Pengganti dewa-dewi itu sekarang ialah orang-
orang kudus. Ibadah pada dewa-dewi dijadikan ibadah kepada maria selaku “Bunda Allah” yang
memelihara dan melindungi segala orang percaya. Perubahan lagi, yaitu pengakuan dosa
dihadapan umum dalam kebaktian dihentikan, sebab memalukan orang, lalu diganti dengan
pengakuan dosa dihadapan seorang paderi.

3.      Organisasi

Gereja harus menjadi pembantu Negara. Untuk itu ada pimpinan yang kuat. Sampai pada waktu
uskup-uskup sama besarnya. Tetapi sekarang kaisar menjadi kepala Gereja. Dialah hakim dan
pengatur undang-undang yang tertinggi. Kaisarlah untuk bersidang selaku “konsili oikumenis”
( yang pertama di Nicea pada tahun 325). Kaisar menjadi ketua dan ia menjaga supaya segala
keputusan dilaksanakan. Sinode-sinode daerah pun dimasa badan-badan pengurus dan pelaksana
saja.

Dengan semikian gereja negara disusun selaku badan hukum yang berpusat kanistana kaisar.
Dibagian uskup roma memperkokoh kuasanya dan dibagian timur uskup besar dari kota-kota
besar tampil kemuka selaku pemimpin Gereja. Sebenarnya perbantahan dogmatis dari zaman itu
berhubungan rapat dengan persaingan antara Uskup besar Constantinopel dan Alexandria.

4.      Kerahiban
Sudah lama ada anggota jemaat yang mementingkan dan melakukan hal dan akses. Tetapi kira-
kira tahun 300 di Mesir orang mulai mengasingkan diri sama sekali dari masyarakat yang
berdosa, lalu hidup menyindir salaku orang Partapa. Mereka berusaha mematikan segala hawa
nafsu daging, supaya dapat hidup sesaleh-salehnya. Mereka dinamai orang “eremit” (eremos =
pada gurun). Yang terkenal diantara mereka ialah Antonius, mereka ingin terhidar dari segala
pencobaan dunia, tetapi maksud itu tercapai, karena dalam persaingannya itu pun mereka digoda
oleh iblis.

Tidak lama antaranya orang remit berkumpul dalam rumah-rumah Pertapaan atau Biara. Pada
tahun 320 Pachomius mulai mengatur hidup sehari-hari dari orang Pertapa atau rahib-rahib ini
dan peraturannya itu rabih-rabih melepaskan segala kemewahan, milik dan nikah, agar dengan
pertakaran ini mereka dapat menyerahkan dirinya sepenuh-penuhnya untuk berdoa, merenung,
melakukan pelbagi latihan rohani, ibadah dan pelajaran Alkitab. Sebenarnya mula-mula bergerak
dan tujuannya ini tak lain dari suatu reaksi saja terhadap sekularisasi Gereja, sehingga dunia
dibenci dan ditakuti. Tetapi lama- kelamaan biara-biara itu berfaedah besar bagi masyarakat,
sebagai pemelihara hidup rohani dan selaku pusat kebudayaan, pelajaran, pendidikan dan
pengalaman. Pembesar – pembesar Gereja sendiri, yang hidup ditengah-tengah dunia ini, tahu
menghargai dan mempergunakan kesalahan dan kerajinan rahib-rahib itu.

Ditimur hal mistik dan akses diutamakan dalam biara-biara oleh sebab pengaruh filsafat kafir
yang dualistik. Sebab itu rahib-rahib ditimur bersifat pasif serta mementingkan pekerjaan
merenung dan menyiksa diri.

BAB 14
PERTIKAIAN TENTANG LOGOS

1.Pertobatan Gereja. Telah kita ketahui bahwa ajaran origenes tentang logos sebagai zat yang
“setengah Allah”atau “Allah kedua” merajalela dalam gereja lama. Sungguh ajaib sekali bahwa
pada abad ke IV gereja sudah bertobat dari pandangan yang sesat itu. sungguhpun constantinus
telah membuka pintu gereja bagi dunia, tetapi .berkat pimpinan roh Tuhan maka theologia tidak
lebih diduniawikan oleh pengaruh ilmu kafir Yunani. Malahan gereja menyingkirkan roh
origenes dari teologinya.

2. Arius dan Alexander. Pada tahun 318 timbullah perselisihan di Alexandri antar seorang
presbiter, Arius namanya dengan uskupnya Alexander kata arius tak mungkin yesus dapat
disebut “ setengah Allah” apabila kita percaya kepada satu allah saja tentulah yesus allah juga
atau ia bukan allah melainkan makhluk saja. Demikian lah arius mengajarkan bahwa anak atau
logos itu adalah makhluk Tuhan yang sulung dan yang tertinggi derajatnya ia bukannya dari
kekal, melainkan diciptakan di dalam batas-batas zaman, seperti manusia juga diciptakan. Logos
itu telah datang ke bumi ini selaku pengajar dan teladan bagi segala makhluk yang lain. Dengan
rela hati kristus taat sepenuh-penuhnya pada Allah oleh sebab itu ia diberi kehormatan ilahi.
Alexander tidak menerima pandangan itu, karena apabila hal itu benar, maka itu berarti bahwa
Injil ditiadakan. Jikalau kristus tidak lain dari pada makhluk saja mustahil kedatangan logos
dalam dunia ini berarti penyataan Allah yang benar. Dan mustahil pula logos itu dapat
membebaskan manusia.

Alexander juga tidak merasa puas dengan pergataan origenes bahwa logos adalah setengah allah.
Tetapi kesimpulan Alexander lain segali. Logos diartikannya sama seperti Yohanes dalam
pendahuluan Injilnya dan seperti Ireneus, yaitu logos itu bukanlah suatu zat diantara Allah dan
dunia melainkan logos sendiri pun adalah Allah sedari kekal. Hanya dengan demikianlah ia dapat
membebaskan dunia sesudah ia menjadi manusia.

3. Konsili di Nicea. Perselisihan ini merambak dengan segera diseluruh gereja bagian timur, serta
mengharu birukan jemaat dan masyarakat. Sebab itu Contantinus mencari jalan untuk
memperdamaikan kepada belah pihak yang berbantah-bantah itu, supaya jangan keesaan gereja
Negara terganggu untuk mencapai maksud itu kaisar memanggil suatu konsili oikumenis
bersidang di Nicea (di Asia kecil dekat Constantinopel) pada tahun 325 supaya konsili ini
memperbincangkan dan memecahkan masalah theologia tentang nisbah/relasi antara bapak dan
anak, yang menjadi pokok pertikaian itu jumlah anggota konsili Nicea antara 250 dan 300 uskup
antaranya lima dari barat kaisar menjadi ketua.

Oleh kaisar dan penasehatnya dianjarkan suatu rumus tentang wujud logos yang dapat
memuaskan hati kebanyakkan anggota arius dengan pengikutnya kalah karena ajaranya
disalahkan dan ia sendiri dipecat dan dibuang. Bagaimana kah bunyi rumus yang diterima oleh
konsili itu? mereka setuju bahwa logos atau anak, “homo-usios” dengan bapa sebenarnya istilah
itu berarti “sezat”atau”sehakekat”tetapi menurut Constantinus rumus itu hanya menyatakan
bahwa logos berhubungan rapat dengan Allah bapa. Maksud kaisar ialah supaya segala golongan
dapat menafsirkan homousios sesuai dengan pikiran masing-masing dengan itu ketenteraman dan
persatuan didalam gereja dan Negara terjamin pula jadi tetapi pada hakekatnya kesimpulan Nicea
itu tak lain dari pada suatu kompromi saja. Akan tetapi akan nyata bahwa kemudian istilah
homousios itu mendapat arti dan isinya yang sejati tatkala Athanasius mulai mempergunakannya
sebagai senjata dalam perjuangannya melawan pengaruh filsat Yunani dalam theologia Kristen.

4. Perjuangan Athanasius. Dengan konsili Nicea pertikaian tentang relasi antara logos dengan
Allah belum diselesaikan, karena golongan  yang berlawanan itu bukan saja hendak
bembenarkan theologinya masing-masing, tetapi juga bersaingan untuk merebut kuasa didalam
gereja Eusebius dari Nikomedia seorang sahabat karib dari Arius dan pemimpin golongan yang
tetap berpegang pada theologia Origenes, menjadi uskup Constantinopel pada tahun 328
Athanasius menggantikan Alexender selaku uskup Alexandria. Karena Eusebius serta sahabatnya
sampai mengatakan dusta dan umpat kepada kaisar tentang Athanasius, sehingga pada tahun 335
Athanasius dibuang ke Trier  di negeri Lotharing. Lepas dua tahun ia diizinkan pulang ke
Alexandria tetapi kemudian ia banyak kali lagi dibuang pulang lagi terpaksa  lari pulang lagi
dibuang pula dan begitu seterusnya, bertahun-tahun lamanya. Hal itu membuktikan bahwa
Athanasius berjuang dengan sekuat tenaga untuk melawan ajaran sesat dengan kaum Arian yaitu
pengikut Arius ia tidak  jemu menjelaskan kepada gereja dengan banyak karangan bahwa anak
itu bukan suatu makhluk dan bukan setengah Allah atau Allah yang kedua, melainkan suatu zat
dengan bapa dalam segala-galanya. Yang terpenting bagi Athanasius, ialah kebenaran Injil Yakni
ketika anak itu masuk ke dunia ini, Allah sendiri datang menyelamatkan manusia.

Jemaat di roma memihak kepada Athanasius tetapi lawan-lawannya banyak dan berkuasa pula.
Sejak tahun 340 berkali-kali diadakan sinode tentang soal ini. dimasa pemerintahan
Constantinus, anak Constantinus (353-361) timbul kesulitan besar bagi golongan Athanasius
yang ortodoks itu, karena kaisar itu seorang Arian lalu mendesak gereja untuk menerima dan
mengaku rumusnya yaitu bahwa anak menyerupai (homoios) bapa. Pengikut lain dari Arius
mengajarkan bahwa anak itu tidak menyerupai (an-homoios) bapa, tetapi pendirian mereka itu
sebetulnya sama saja, karena keduanya menyangkal keilahian logos.

Sekarang Athanasius kembali mempergunakan rumus “homo-usios” yang sudah diterima di


Nicea, tetapi belum diartikan menurut maknanya yang sejati.kata Athanasius logos sama sekali
sehakekat dengan Allah bapa, sungguhpun logos dan Allah harus dibedakan, tetapi pada
hakekatnya mereka satu saja. Pada waktu itu juga setengah dari penganut Origenes meresa
bahwa ajaran golongannya terlalu radikal, sebab demikian anak diceraikan dari bapa.itu bukan
pandangan mereka sebab itu mereka mencari suatu rumus baru yang mendekati ajaran
Athanasius, yakni logos “homousios” dengan Allah artinya zat logos menyerupai zat bapa.
Golongan ini yang biasanya disebut golongan Nicea baru mencari perdamaian dengan
Athanasius dalam sinode di Alexandria pada tahun 362. Walaupun Athanasius bahwa Nicae baru
juga melawan anggapan Arius, bahwa logos kurang tinggi derajatnya dari pada Allah.

Pertikaian theologia yang hebat dan lama ini baru barakhir sesudah Theodosius Agung, yang anti
arian, naik kaisar pada tahun 379. Konsili oikumenis yang kedua, yang diadakan di
Constantinopel pada tahun 381 memutuskan bahwa anak itu homo-usios dengan bapa. Dengan
demikian keputusan Nicea ditetapkan, tetapi dengan pengertian yang lebih terang dan dalam.
Konsili Constantinopel mengakui pula bahwa roh kudus juga sezat dengan bapa menurut ajaran
Athanasius.

Hasil keputusan Nicea dan Constantinopel nampak dengan tegas dalam “pengakuan Nicea” atau
“Nicenum” yang dikalimatkan pada masa itu, yang mengaku tentang kristus aku percaya kepada
satu Tuhan Yesus kristus anak Allah yang tunggal, yang lahir dari sang bapa sebelum ada segala
zaman, Allah dari Allah, terang dari terang. Allah yang sejati dari Allah yang sejati,
diperanakkan, bukan dibuat sehakekat dengan sang bapa yang dengan perantaranya segala
sesuatu dibuat yang telah turun dari sorga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita.

Ajaran kaum Arian dan lain-lain golongan yang tidak menganut theologia ortodoks disalahkan di
Constantinopel. Pengaruh kaum arian lekas surut dalam gereja hanya di antara suku-suku jerman
yang telah masuk Kristen ajaran arian masih mempertahankan dirinya beberapa abad lamanya.
5. Ajaran Gereja tentang Allah yang tritunggal. Hasil perjuangan Athanasius ialah bahwa gereja
tetap menyingkirkan roh  Yunani dan berita keselamatannya sekarang sudah pasti bahwa kristus,
anak sekali-kali tidak berhubungan logos filsat yunani yang hanya zat setengah ilahi diantara
Allah dan dunia.

            Sungguhpun demikian masih terdapat perbedaan pikiran antara gereja katolik dibarat
dengan gereja ditimur tentang masalah “trinitas”  yaitu Allah tiga oknum yang esa, atau
tritunggal ditimur ahli theologia  mulai berpikir dari jurusan ketigaan bapa, anak dan roh
kudus  lalu menyimpulkan bahwa ketiga oknum itu adalah esa. Dengan demikian bapa dianggap
sebagain Allah yang sebenarnya yang tidak diciptakan padahal anak dan roh dipandang sebagai
yang diciptakan sehingga zatnya lebih rendah meskipun ilahi juga sebab gereja timur
menyangkal roh keluar dari anak juga, karena pada hematnya itu berarti roh itu direndahkan lagi
dibawah anak, gereja dibarat tetap berpendirian seperti Athanasius yang berdasar pada keesakan
allah, dan sesudah itu baru mulai memikirkan ketigaan Allah sehingga mengajarkan bahwa diri
ketiga oknum itu tak ada yang tinggi atau rendah. Roh keluar dari bapa dan dari anak pula.
Keyakinan itu nampak dengan terang dalam “pengakuan Athanasius” yang direncanakan dibarat
pada abad ke VI.

BAB 15

PERSELISIHAN TENTANG KEDUA TABIAT KRISTUS

1.      POKOKNYA
Hasil perbantahan-perbatahan Theologia dalam abad ke-IV itu ialah. Gereja telah menetapkan
pengakuanya tentang keesaan dan kesamaan hakekat Kristus dengan Bapa, karena Gereja insaf
bahwa manusia hanya dapat diselamatkan oleh Kristus apabila ia sungguh-sungguh Allah. Akan
tetapi kebebasan itu bergantung kepada masuknya Allah yang benar itu kedalam daging dan
darah manusia (inkarnasi). Kristus yang sungguh-sungguh Allah haruslah menjadi sungguh-
sungguh manusia pula, jika ia hendak mengembalikan dunia ini ksepada Tuhan. Dengan
demikian terbit lagi soal lain dalam Gereja lama, ialah: bagaimana hubungan antara tabiat
keilahian dan tabiat kemanusiaanNya?

Perbedaan pikiran tentang masalah ini mengacaukan pikiran banyak orang Kristus 250 tahun
lamanya, mulai dari abad ke-V. oleh perselisihan ini Gereja timur pecah dalam beberapa bagian
yang sampai kini belum dipersatukan pula. Perbantahan ini dipengaruhi pula oleh persaingan
antara patriarch-patriarkh Constantinopel dan Alexandria. Sukar sekali bagi Gereja untuk
memutuskan soal ini. Dengan hati-hati Gereja mencari jalan tengah antara dua ajaran yang
bertentangan itu.

2.      APOLLINARIS

Pada pertengahan abad ke-IV masalah ini sudah dikemukakan oleh Apollinaris dari Laodicea. Ia
mengajarkan bahwa Kristus telah menjelma dengan beroleh tubuh dan jiwa manusia, tetapi roh
atau “aku” manusia itu diganti oleh Logos ilahi. Ajaran ini ditolak oleh konsili Constantinopel
(381), karena jika demikian tentulah Kristus tidak menjadi manusia sungguh-sungguh, dan
jikalau ia bukan manusia sungguh-sungguh, mustahil kita manusia dipersatukan pula dengan
Allah dan kristus.

3.      NESTORIUS DAN CYRILLUS

Barulah pada tahun 428 masalah ini mulai diuraikan sedalam-dalamnya oleh Nestorius, Patriakh
dari Constantinopel. Ia berkeberatan terhadap gelar “Bunda Allah” bagi Maria, berhubungan
dengan ajarannya tentang kedua tabiat kristus yang bunyinya seperti berikut: apabila Kristus
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia pula, maka itu adalah suatu keduaan,
bukanlah suatu keesaan. Sebab itu Nestorius mengajarkan bahwa Yesus seakan-akan menjadi
sebuah rumah kudus bagi logos Allah. Demikian Logos yang kekal itu dan oknum Yesus yang
bebas yang dapat diubah itu, tinggal dua. Ada perbuatan-perbuatan Kristus yang dilakukan oleh
Logos (misalnya mijizat-muzijat), ada lain pula yang hanya mengenai manusia Yesus  (misalnya
sengsara dan kematianNya). Sebagaimana Firman mendiami Yesus, tetapi dengan lebih
sempurna. Antara Yesus dan Logos tak ada keesaan hakekat, melainkan hanya keesaan kehendak
yang teguh saja, sebab keduanya berkasih-kasihan. Relasinya boleh dibandingkan dengan
persekutuan suami-istri dalam nikah. Nestorius serta pengikut-pengikutnya, “golongan
Antiokhia” namanya, menitik beratkan kemanusiaan Kristen dan penceraian kedua tabiatNya.
Diri Kristus seolah-olah dibagi dalam dua oknum, yaitu ilahi dan yang insane. Dengan itu Allah
tidak menjadi manusia sungguh-sungguh.

Ajaran ini dilawan oleh Cyrillus, Patriarkh Alexandria, dengan teman-temannya, yaitu “golongan
Alexandria.” Ia mengajarkan keesaan dari kedua tabiat kristus, sambil menitik beratkan tabiat
ilahi. Akibatnya kemanusiaan Kristus kurang diperhatikan oleh Cytillus. Katanya: Anak Allah
menyelubungi dirinya dengan tabiat manusia, sehingga tabiat manusia yang tak berpribadi itu
telah hilang lenyap. Seperti setitik air susu hilang melebur dalam samudra. Dengan pertolongan
uskup roma, Cyrillus menang, pada konseli oikumenis yang ketiga, yaitu di Efesus pada tahun
431, ajarann Nestorius ditolak oleh gereja dan Nestorius dibuang.

4.      KEPUTUSAN KONSELI CHALCEDON

Pada tahun 448 perselisihan ini mulai berkorban lagi, tatkala seorang sarjana theologia yang
bernama Eutyches mengajarkan bahwa sebenarnya Kristus hanya bertabiat satu saja.
Kemanusiaan Kristus dipengaruhi oleh atau diisi dengan keilahianNya semata-mata, sehingga
kemanusiaan itu Cuma kelihatannya saja meyerupai kemanusiaan kita. Inilah ajaran
“monophysit” (mono= satu; physis= tabiat). Patriarkh Alexandria, Dioscurus namanya,
membantu Eutyches. Pada tahun 449 “Sinode penyamun” di Efesus dipaksa oleh Dioscurus
dengan rahibnya yang bersenjata supaya mengaku monophysitisme dari Eutyches selaku ajaran
ortodoks. Akan tetapi putusan ini tak disetujui oleh uskup Roma, yaitu Leo I.

Pada Tahun 450 seorang kaisar yang lebih kuat pendiriannya naik takhta di Byzantium
(Constantinopel). Kaisar ini bermaksud melawan kuasa Alexandria yang makin bertambah itu,
supaya mewujudkan persatuan baru dalam Gereja dan kekaisarannya. Atas ajaran Leo I
diundangnya suatu sinode baru, yaitu konseli oikumenis yang keempat yang dilangsungkan pada
tahun 451 di Chalcedon (diseberang selat Constantinopel).
Konseli inilah yang terbesar dalam sejarah Gereja Lama: enam ratus orang uskup bersidang.
Meskipun pengaruh Dioscurus masih sangat kuat, tetapi oleh desakan kaisar maka akhirnya
tercapailah suatu keputusan kompromi (jalan tengah) yang begini bunyinya: Kristus bukan
bertabiat satu (Alexandria) dan bukan bertabiat dua (Antiokhia), melainkan ia “bertabiat dua
dalam satu oknum”. Kedua tabiat ini “tidak bercampur dan tidak berubah” (melawan Eutyches),
dan “tidak terbagi dan tidak terpisah” (melawan Nestorius). Dengan putusan ini Gereja telah
mengaku, bahwa sebenarnya keadaan Yesus Kristus di bumi ini tinggal satu rahasia yang tak
dapat dipahami oleh akal budi manusia.

5.      PERPISAHAN DALAM GEREJA TIMUR

Perbantahan ini belum berakhir dengan konseli Chalcedon. Gereja dinegeri mesir dan Siria
menolak keputusan Chalcedon, pertama-tama, sebab mereka tak bersetuju secara theologia, dan
kedua karena mereka tak suka takluk lagi kepada titah kaisar dari constantinopel, berhubung
dengan kesadaran kebangsaan yang mulai timbul dimana-mana.

Gereja dinegeri Persia itulah yang pertama memutuskan perhubungan Gereja dengan pemimpin-
pemimpin Gereja di Constantinopel. Gereja Persia itu mengaku ajaran Nestorius (duophysit).
Dalam abad-abad berikutnya pekabaran-pekabaran injil Nestorian masuk sampai jauh ke dalam
Asia tengah, bahkan sampai ke peking. Demikianlah timbul di Tiongkok suatu gereja yang besar,
yang pengaruhnya besar sekali dalam masyarakat sekitar tahun 1200. Tetapi kemudian gereja itu
lenyap oleh bangsa Mongol yang dalam abad ke-XIII dating menyerang daerah-daerah itu
(bandingkan bab 26.5).

Dalam abad ke-V banyak Gereja yang lain lagi menceraikan diri dari Gereja Katolik, yakni
Gereja Armenia, Siria, mesir (Gereja koptis) dan Abesinia. Semua Gereja ini memihak kepada
theology Cyrillus atau ajaran monophysit. Dalam abad ke-VII, daerah semua Gereja ini
dialahkan oleh orang Islam, sehingga tak dapat berkembang lagi. Sungguhpun Gereja-gereja ini
masih ada sampai kini, tetapi tidak berpengaruh diluar lingkungannya sendiri.
BAB 16

GEREJA ORTODOKS-TIMUR

1.      Timur dan Barat

Semakin lama semakin nyata perbedaan berbagai hal dalam Gereja Kristen bagian Timur dan
bagian Barat. Bagian Barat mementingkan perbuatan. Oleh sebab itu ajaran yang diutamakan
adalah tentang amal dan jasa, penebusan dosa atau penyesalan ( praktek penitensia) dan
organisasi gereja. Menurutnya keselamatan adalah perbuatan Allah.

Bagian Timur mementingkan perenungan yaitu merenungkan Allah (mistik) dan merenungkan


kebenaran (dogma). Dalam suasana itu ilmu filsafat Kristen, mistik, askese, dan kerahiban dapat
berkembang. Menurutnya keselamatan dianggap sebagai suatu keadaan baru yang dikaruniakan.
Teologia Timur  menekankan inkarnasi Tuhan dalam daging manusia dan kebangkitan Kristus,
yang karenanya manusia beroleh hidup kekal.

2.       Keadaan Gereja Timur

Gereja Timur mempertahankan peraturan dan susunan Gereja lama, yaitu uskup lebih tinggi
derajatnya. Gereja Timur menyebut dirinya “Gereja Ortodoks” atau Gereja “Katolik Gerika”.
Gereja ini terdiri dari beberapa Gereja diantaranya di Rusia dan di Balkan, masing-masing
dipimpinb oleh patriakh-patriakh atau sinode-sinode. Di Rusia kini jumlah anggotanya masih
banyak sekali, sekitar 140 juta jiwa. Pada persidangan-persidangan “gerakan oikumenis” di
Eropa Barat sejak tahun 1925, Gereja Ortodoks di wakili oleh uskup-uskupnya. Disitu nyata
betapa indah harta rohani Gereja itu yang dipeliharanya sampai sekarang ini.
BAB 17

ZAMAN AUGUSTINUS

               1. Hieronymus dan Ambrosius. Semenjak zaman Tertullianus (± 200) Gereja barat


mempunyai banyak pimpinan yang cakap, tetapi kurang ahli theologia yang besar. Theologia
barat yang baru ini diperdalam lagi oleh sebab ajaran Paulus tentang manusia dosa dan rahmat
Allah dihidupkan pula. Dua ahli theologia barat yang ternama pada penghabisan abad ke-IV itu,
ialah Hieronymus dan Ambrosius. Hieronymus (345-420) memprogandakan keindahan dan
kesalehan hidup rahib dalam biara. Ia dapat menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin dari
naskah asli dengan memakai beberapa terjemahan Lama yang kurang baik, yang dibetulkannya
dan diubahnya seberapa perlu. Terjemahan Latin yang diusahakan oleh Hieronymus disebut
“vulgata” (untuk umum/rakyat).

               Ambrosius (340-397) ialah seorang bangsawan romawi. Ia adalah seorang sarjana yang
menjadi pengantara theologia timur dan barat. Orang kafir dan orang Arian dilawan dengan
keras. Nyanyian dalam kebaktian sangat dimajukannya  (nyanyian Ambrosian). Pada suatu kali
(390) kaisar Theodosius Agung membunuh 7000 orang pemberontak di tanah Yunani karena
marahnya. Terus ia ditegur dengan keras oleh Ambrosius dipaksa untuk membuat penitensia
dihadapan umum sebagai tanda penyesalan karena perbuatan yang bengis itu.

               2. Augustinus (354-430). Seorang bapa Gereja yang jauh lebih besar dari kedua tokoh
tadi ialah Augustinus. Di samping Paulus dialah yang terpenting dalam Gereja segala abad, kita
juga mengetahui pekerjaan theologia Augustinus, pikiran dan perasaan hatinya oleh kitabnya
yang termasyhur itu, yang bernama “Confessiones”, artinya pengakuan-pengakuan. Dalam kitab
ini diceritakannya hidupnya sejak masa mudanya sampai kepada pertobatannya selaku suatu
pengakuan yang terbuka di hadapan Tuhan. Dengan tidak menyembunyikan apa-apa yang
membentangkan segala segala kesalahannya sambil mengaku salahnya, tetapi terlebih-lebih ia
memuji Tuhan karena rahmatNya, yang olehnya ia akan diampuni dan dibebaskan dari ikatan-
ikatan dosanya. Pokok kitab ini terus dinyatakannya pada permulaan pasal pertama, di mana
tertulis: “Engkau telah menciptakan kami untuk Engkau dan hati kami tidak tenteram sebelum
mendapat ketenteraman di dalam Engkau.”
               3. Hidupnya. Augustinus lahir pada tahun 354 di Thagaste (di Afrika Utara). Waktu
Augustinus berumur 16 tahun pergilah ia ke Carthago untuk menuntut ilmu pidato buat menjadi
retor (pengacara, advokat). Ia belajar rajin, lagipula ia sangat pintar, tetapi ia juga hidup di dalam
percabulan. Dua tahun kemudian ia mendapat seorang anak dari seorang perempuan yang
dengannya ia hidup selama 14 tahun. Waktunya umurnya 19 tahun Augustinus mulai sadar
setelah membaca sebuah kitab filsafat. Mulailah ia mencari kebenaran satu-satunya. Tetapi
Alkitab belum menarik perhatiaanya, karena kitab kudus itu kurang mendalam filsafatnya,
bahkan kasar isi dan susunannya. Augustinus lebih suka lebih suka mempelajari ajaran-ajaran
kafir, semacam gnostik Persia yang sangat asketis dan dualistis. Kemudian Augustinus berangkat
ke Roma dengan tidak mengindahkan permintaan Monnica untuk tidak pergi. Tetapi di Roma ia
juga tidak mendapatkan kebenaran yang dikerjakan itu. Ia masih tetap menolak Alkitab dan ia
tertawa apabila membaca sesuatu tentang Tuhan yang menjadi manusia.

                     Di Roma orang menceritakan kepadanya tentang keahlian Ambrosius berpidato.


Sekarang ia mulai masuk kebaktian Gereja untuk mendengar khotbah Ambrosius. Keindahan
bahasanya sangat menyenangkan hatinya dan memperhatikan isi khotbahnya. Sekarang
Augustinus mulai mempelajari filsafat Neo-Platonisme. Pelajaran filsafatnya itu membawanya
lebih dekat lagi kepada agama Kristen bahkan ia mulai menyelidiki surat-surat Paulus. Namun ia
sadar tentang perbedaan besar antara pandangan-pandangan orang Neo-Platonisme dengan berita
kitab Injil. Segala perkara yang ada dalam ajaran Neo-Platonisme hanya merupakan buah pikiran
yang indah saja yaitu tentang kebebasan manusia dari ikatan-ikatan dunia ini oleh persatuannya
dengan dunia rohani, telah diwujudkan dalam penjelmaan Kristus berupa manusia. Akhirnya
Augustinus tahu sungguh-sungguh ia mendapat kebenaran itu di dalam Injil Gereja Kristen.

                     Keyakinan yang pasti ini sangat menyukakan hatinya, tetapi ia belum sungguh-
sungguh bertobat. Sekali peristiwa ia dikunjungi oleh seorang kenalannya yang menceritakan
dengan gembira tentang keindahan hidup saleh dalam biara seperti di Mesir. Augustinus merasa
malu dan bingung. Ia pergi ke kebun dengan pergumulan batin yang hebat dan memikirkan cerita
yang sangat mengharukan hatinya, lalu terdengarlah olehnya suara anak-anak yang menyanyi
sambil bermain-main, katanya berulang-ulang: “Ambillah, bacalah!”. Kemudian ia membuka
kitab surat-surat Paulus dan apakah yang dibacanya? Roma 13:13,14, bunyinya: “Marilah kita
hidup dengan sopan, seperti pada sinag hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan
dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah
Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang…”

                     Sekarang ia sungguh-sungguh bertobat. Ia membaca dan merenungkan firman


Tuhan, supaya kemudian ia dapat dibaptis. Ketika usianya 33 tahun, ia dibaptis oleh Ambrosius
beserta dengan anaknnya Adeodatus. Di Thagaste ia tinggal dengan sahabatnya dalam sebuah
biara kecil. Niatnya tak lain daripada berpuasa, berdoa, dan mempelajari Alkitab. Tetapi maksud
Tuhan adalah lain, jemaat di bandar Hippo Regius meminta Augustinus menjadi presbiter di situ.
Sampai ia mneinggal ia tinggal di kota Hippo Regius itu dan menjadi pemimpin besar dari
Gereja bagian barat yang tempatnya terpencil itu.

                     4. Ajaran Augustinus tentang Allah dan manusia. Pandangan Augustinus dapat


diterangkan dengan perkataannya yang termasyur ini: Aku rindu untuk mengenal Allah dan jiwa.
Lain tidak? Sekali-kali tidak!”. Allah ialah zat yang sempurna, asal mula segala keselamatan dan
kebahagiaan. Nas Alkitab yang dikutip Augustinus berkali-kali ialah Mazmur 73:28a yang
berbunyi: “Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah”. Manusia tak dapat memperoleh hubungan
dengan Allah, kecuali dengan pertolongan Gereja, karena Gereja mengantar dia kepada Yesus
Kristus.

                     5. Perlawanan Augustinus terhadap sekta Donatis. Telah lebih dari satu abad
lamanya terdapat di situ suatu Gereja sekta yang sebenarnya telah lebih besar daripada Gereja
Khatolik. Anggotanya bernama “orang Donatis”, seorang uskup yang hidup pada permulaan
abad ke IV. Pendirian orang Donatis sangat keras dalam hal ini. Pada zaman Augustinus mereka
mencari kekuatannya dalam hal membela kekudusan Gereja, sama seperti orang Montanis  dan
pengikut-pengikut Novatianus.

                     Pada abad ke V pendirian orang Donatis telah berkurang kerasnya. Mereka itu
menuntut supaya sakramen dilakukan oleh uskup-uskup yang belum pernah berbuat dosa berat
(percabulan dan murtad), hanya dengan demikian saja kesucian Gereja terjamin. Augustinus
melawan ajaran Donatis ini dengan keras dalam beberapa karangan. Akhirnya kuasa sekta itu
ditiadakan oleh Augustinus dalam perdebatan besar di Chartago pada tahun 411, yang dihadiri
oleh 286 orang Khatolik dan 279 orang Donatis. Sesudah mendengar segala perdebatan, wakil
kaisar memutuskan bahwa Augustinus menang dan ajaran Donatis harus ditolak. Semenjak tahun
itu pengaruh orang Donatis surut dengan cepat di Afrika. Augustinus memohon
pertolongan  pemerintah untuk “menobatkan” orang Donatis dengan tangan besi, beralaskan nas
Luk 14:23, “Paksalah mereka masuk!”. Semboyan ini juga dipakai oleh inkwisisi Gereja
Khatolik Roma pada abad-abad pertengahan.

                     6. Perjamuan. Gereja lama telah memulai dengan mengajarkan perubahan roti dan
anggur menjadi tubuh dan darah Kristus, ketika ditahbiskan oleh imam; inilah ajaran
transsubstansiasi. Augustinus melawan pandagan ini. Ia membedakan tanda-tanda (roti dan
anggur) dari apa yang ditandakan olehnya (tubuh dan darah Kristus). Hanya iman saja yang
dapat menerima harta benda rohani yang terkandung dalam sakramen itu. Sakramen itu
disebutnya “Firman Tuhan yang kelihatan”. Dikemudian hari Calvin meneruskan pikiran ini.
Karena pengaruh perlawanan Augustinus ini barulah pada tahun 1215 ajaran transsubstansiasi
diakui sah oleh Gereja Roma.

                     7. Pertikaian Augustinus dengan Pelagius tentang dosa dan rahmat.  Oleh pimpinan
yang ajaib dari Tuhan, yang telah dialami Augustinus dalam hidupnya terbukalah matanya
terhadap kebenaran Injili, yaitu bahwa iman bukanlah suatu perbuatan atau jasa dari manusia
sendiri, melainkan dikaruniakan semata-mata oleh rahma Tuhan saja. Inilah ajaran Paulus yang
hampir tak diingat lagi pada masa itu. Diantara Bapa Gereja barulah Augustinus yang
membangun theologianya atas dasar ajaran Paulus.

                     Menurut Augustinus manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna. Adam


diberi kehendak yang bebas, itulah sebabnya Adam dapat tidak berdosa. Akan tetapi Adam tidak
mempergunakan kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya. Adam jatuh ke dalam dosa oleh
kesalahannya sendiri. Di dalam Adam dan semua keturunannya juga berdosa (Roma 5:12).
Tubuh dan jiwa tiap-tiap manusia telah diracuni oleh dosa turunan, yang turun temurun dari
orang-orang tua kepada anak-anaknya.

                     Jelaslah bahwa theologi Augustinus semata-mata berpusat pada rahmat Tuhan yang
bebas, yang mau mencari dan menyelamatkan manusia walaupun manusia itu sebenarnya tidak
terdapat apa-apa yang layak untuk mendapat cinta kasih Tuhan. Ajaran ini memang sangat
bertentangan dengan pikiran, pendirian dan kelakuan kaum Kristen pada zaman itu. Karena pada
masa itu yang diutamakan ialah amal yang membawa kepada mistik, askese dan kerahiban.
Sebab itu Gereja mengajak anggotanya untuk membuat banyak pekerjaan yang baik supaya nanti
diganjari oleh Tuhan. Sampai pada waktu itu Gereja selalau melawan pandangan kafir, bahwa
manusia ditentukan oleh takdir atau fatum. Tidak mengherankan bahwa Augustinus mendapat
perlawanan keras dari pihak orang rahib, lawannya yang besar ialah Pelagius.

                     Pelagius ialah seorang rahib dari Britania, yang tinggal di Roma, pada waktu ia
pindah ke Afrika Utara, di mana ia berkenalan dengan Augustinus. Pelagius sangat keberatan
terhadap ucapan Augustinus dalam “confessiones”: “Berilah apa yang Kau suruhkan, dan
suruhkanlah apa yang Kau kehendaki”. Theologianya adalah seperti berikut: Dosa Adam tidak
menghilangkan kehendak bebas manusia. Tiap-tiap manusia lahir dengan tidak bercacat, sama
seperti Adam di Firdaus. Jadi dosa turunan tidak diakuinya. Duduknya dosa bukannya di dalam
tabiat manusia, melainkan dalam kehendaknya. Tiap kali kalau kehendak manusia bermaksud
berbuat jahat , ketika itulah manusia berdosa. Dosa tidak diwariskan turun temurun, tetapi
teladan Adam yang jahat itu ditiru oleh anak-anaknya. Demikian tiap-tiap manusia mulai
berdosa, sebab ia melihat dan meniru orang sekelilingnya: ibu, bapa, dan saudaranya. Kematian
bukanlah akibat dosa atau hukuman dari Tuhan, tetapi termasuk hukum alam. Keselamatan yang
kekal itu diperoleh manusia selaku pahala karena amal dan kebajikannya yang dilakukan
manusia menurut kehendaknya yang bebas itu. Jadi rahmat tidak dianggapnya sebagai suatu
kuasa rohani daru sorga yang bekerja dalam hati manusia. Ajaran Pelagius ini dotolak oleh
Gereja pertama kalinya di Chartago pada 418 dan akhirnya oleh konsili di Efesus (431), sebab
Nestorius telah menyokong pengikut-pengikut Pelagius.

                     Sungguhpun demikian, banyak juga orang dalam Gereja yang berkeberatan


terhadap theologia Augustinus. Jikalau keselamatan hanya beralaskan pemilihan dan rahmat, di
manakah penawaran keselamatan itu kepada segenap umat manusia dan di manakah tanggung
jawab manusia? Satu abad lamanya (429-529) perselisihan ini memanaskan hati ahli-ahli
theologia di barat. Di Gallia Selatan timbul ajaran dari orang semi (setengah) pelagian, yang
mencari suatu jalan kompromi supaya moralisme Kristen dapat dipertahankan. Kata mereka:
oleh jatuhnya Adam kehendak manusia hanya dilemahkan saja, sehingga manusia dapat berbuat
baik lagi. Ia tidak mati (Augustinus), dan tidak pula sehat (Pelagius), melainkan sakit. Oleh
karena itu kekuatan manusia sendiri tidak cukup untuk mencapai keselamatan itu. Ia memerlukan
bantuan rahmat Tuhan. Rahmat ialah suatu khasiat secara batin yang diberikan oleh Tuhan
kepada tiap-tiap oknum. Kehendak manusia yang bebas harus menerima pertolongan, supaya
dengan demikian manusia dan Tuhan boleh berkerja sama sampai keselamatan itu diperoleh
(inilah ajaran sinergisme).

                     Akhirnya semipelagianisme itu ditolak dengan resmi oleh sinode Oranye di Galilea
pada tahun 529, tetapi keputusan sinode ini juga berbeda dengan theologia Augustinus.
Rahmatlah yang mulai mengerjakan keselamatan manusia, dan dosa turunan diakui pula. Ajaran
Gereja Katolik tentang rahmat bersandar pada semipelagianisme. Ajaran Augustinus tentang
predestinasi dan jalan keselamtan barulah dihidupkan pula dan disempurnakan oleh Luther dan
Calvin pada abad ke-XVI.

                     8. Gereja dan Negara. Pikirannya tentang relasi Gereja dengan Negara dipaparkan
Augustinus dalam kitabnya yang besar dan sangat masyur yakni, “Negara Allah” (De Civitate
Dei). Ia mulai mengarang kitab ini ialah Gereja sangat dipersalahkan oleh orang kafir pada
waktu itu. Kata mereka yang menyebabkan Negara Romawi telah runtuh dan kota Roma
dikalahkan oleh musuh (yaitu oleh Alarik, raja bangsa Got Barat pada tahun 410), tak lain
daripada agama Kristen yang sudah menghalaukan dewa-dewa Negara.

                     Augustinus menolak segala serangan ini. Kitab yang ditulisnya sebagai apologia
untuk membela Gerejanya. Di dalamnya ia menggambarkan kedua kerajaan besar itu, yang
bertentangan satu sama lain, kerajaan sorga dan kerajaan bumi, atau kerajaan Tuhan dan kerajaan
iblis, terang dan kegelapan, kerendahan dan kecongkakan, kesucian dan kedurhakaan.

                     Dalam kitab ini Augustinus menguraikan juga soal kerajaan 1000 tahun yang
terbaca dalam Wahyu 20. Origenes serta pengikutnya tak percaya akan nubuat itu, tetapi orang
Kristen pada zaman itu berharapkan pada pemerintahan Kristus di bumi selama 1000 tahun, di
mana umatnya akan merasakan kesentosaan dan bahagia yang tak terkatakan.  di bumi selama
1000 tahun, di mana umatnya akan merasakan kesentosaan dan bahagia yang tak terkatakan.  di
bumi selama 1000 tahun, di mana umatnya akan merasakan kesentosaan dan bahagia yang tak
terkatakan. Tafsiran Augustinus lain sekali, ia mengajarkan bahwa kerajaan itu sudah mulai
dengan kebangkitan Tuhan Yesus dan dengan kelahiran Gereja. Orang-orang kudus yang duduk
di atas takhta dengan memegang kuasa rohani itu ialah uskup-uskup yang memimpin
Gereja  beserta dengan Tuhan (Wah 20:4 dan 6).  
BAB 18

KESENIAN KRISTEN DALAM GEREJA LAMA

1. Katakombe dekat Roma

            Orang kafir biasanya membakar mayat orang matinya dan menyimpan abuhnya itu dalam
tempayan. Tetapi kaum Kristen dan Yahudi tidak menuruti kebiasaan ini, karena mereka
menantikan kebangkitan segala daging (semua makhluk). Sebab itu mereka membentuk
perhimpunan-perhimpunan pekuburan agama menurut adat orang Romawi, oleh karena
perhimpunan yang demikian itu diizinkan dan tidak pernah diganggu oleh pemerintah.
Katakombe ini yang bertingkat tiga sampai enam terdiri dari kamar-kamar kuburan yang kecil
yang dihubungkan oleh lorong-lorong yang sempit, dalam dinding lorong-lorong itu dipahat
puluhan ribu kuburan.

            Seringkali orang-orang saleh datang berdoa dimuka kuburan orang syahid (orang martir)
pada hari peringatannya, yakni hari kematiannya, yang tak lain dari pada kelahirannya dalam
kehidupan yang kekal. Beberapa katakombe besar di temui pula pada abad ke XIX dan sampai
kini dapat dikunjungi.

            Berbagai-bagai gambar dan lambang Kristen yang terlukis pada dinding atau loteng
kamar-kamr kubur itu, bersaksi kepada kita tentang iman, pengharapan dan cinta kasih kaum
Kristen pada zaman purba itu. Nyatalah bahwa perasaan dan pikiran mereka tidak pusat pada
maut atau kefanaan hidup manusia, melainkan pada kebangkitan, sorga dan keselamatan yang
baka. Diantara gambar-gambar itu kita lihat lukisan taman bunga yang permai, yakni Firdaus
yang baru, dimana orang-orang mati sudah masuk kedalamnya, beberapa cerita Alkitab yang
melukiskan keluputan dan kebinasaan, seperti Nuh dalam Bahtera. Daniel dalam gua singa,
Yunus dimuntahkan ikan besar, pembangkitan Lazarus, Musa yang memukul bukit batu, 5000
orang diberi makan dan lain-lain.

2. Basilika
            Sejak zaman constantinus Agung, jemaat Kristen mulai membangun gedung-gedung
gereja menurut contoh dari “basilica”, yaitu gedung-gedung kehakiman dan peniagaan dalam
kaisaran Romawi. Bentuknya sederhana, yakni bilik atau kamar empat persegi panjang dengan
dua bagian yang lebih rendah sebelah-menyebelahnya yang pisah dari bilik tengah oleh tiang-
tiang batu. Dalam dinding pada segi pendek yang bertentangan dengan pintu masuk ada setengah
lingkungan, ‘apsis’ namanya tempat duduk Uskup dan presbiter-presbiter.

BAB 19

GEREJA BARAT MENEMPUH JALAN BARU

1.      Perpindahan bangsa-bangsa. Sesudah Eropa dimasuki orang Hun, bangsa asia  tengah yang


ganas itu, bangsa suku jerman yang dihalaukan dari negerinya melewati batas kekaisaran romawi
yang hilang kekuatanNya. Kaisar-kaisar Byzantium di bagian timur kekaisaran itu masih dapat
mempertahankan kuasa dan daerahnya, tetapi bagian barat dibanjiri oleh berbagai bangsa
Jerman. Gallia selatan Spanyol utara diduduki oleh orang Got batar yang berasal dari muara
sungai Donau. Spanyol selatan dan afrika utara oleh bangsa Vandal dari jerman tengah. Gallia
timur oleh orang Burgondia dari Jerman Utara, dan Italia oleh bangsa Got Timur dengan
RajaNya Theodorik (kira-kira tahun 500). Kaum ini berasal dari pantai utara laut Hitam. Dengan
itu lenyaplah kekaisaran Romawi barat.

Perpindahan bangsa-bangsa ini akibatnya besar juga bagi Gereja Katolik, karena sebagian besar
dari suku jerman masuk Gereja Arian. Sebab pada abad ke IV orang Got barat dimasehikan oleh
seorang Uskup Arian, Wulfila namanya. Beberapa bagian dari terjemahan Alkitab
kedalam  bahasa Got yang disediakan oleh Wulfila itu hingga kini masih tersimpan. Kemudian
bangsa Jerman yang lain pun menganut ajaran arian. Dengan demikian dibarat terjadilah
pertentangan hebat antara penguasa-penguasa baru yang Arian dengan penduduk asli yang
beragama Katolik.

2.      Timbulnya kepausan. Ditinjau dari sudut politik, maka masa itu sulit bagi Gereja Katolik.
Tetapi meskipun begitu, pada masa peralihan itulah gereja meletakkan dasar kuasanya yang
dikemudian hari bertambah kokoh dan kuat. Sebab justru di masa itulah uskup roma mencapai
maksudnya yang telah lama dicita-citakannya, yaitu ia mulai berkuasa atas segala Uskup yang
lain serta dengan daerahNya, teristimewa di barat. Bagaimana jadinya? Tatkala kaisar
memindahkan pusat pemerintahan dan tempat bersemayam mereka ke Byzantium, kota roma
tidak berkuasa lagi secara politik. Sebab itu pada pendapat orang dibarat, gereja katoliklah yang
menggantikan Negara, dan uskup romawilah yang menggantikan kaisar  sebagai tokoh yang
tertinggi. Terlebih ketika negeri batar dikalahkan oleh bangsa yang tersebut tadi, orang tak
mungkin lagi mengharapkan pimpinan dan perlindungan kecuali dari Uskup Roma yang berani
dan kuat pendirianNya. Mereka itu segera memakai kesempatan ini untuk memperkuat
kedudukanNya. Sedari abad ke-V itu mereka digelari “Paus” dan menganggap dirinya terpanggil
oleh Tuhan  untuk menjadi kepala Gereja selaku “pengganti petrus” (Mat 16:18), bahkan sebagai
“wali Kristus” dibumi ini.

Leo I (tahun 450) dialah yang boleh dikatakan menjadi paus pertama. Sesudah kita ketahui
bahwa Leo I mempengaruhi konsili Calcedon. Ia berani menghadapi Attila, raja Hun, ketika
Italia dimasuki oleh tentara Hun (452). Leo I juga yang menghubungkan erat segala bagian
gereja barat seraya memperluas kuasa dan haknya ke Gallia selatan. Spanyol dan Afrika Utara.

3.      Bangsa-bangsa Jerman masuk katolik. Suatu peristiwa yang sangat penting juga bagi gereja


Romawi (baru mulai sekarang kita boleh memakai nama ini) ialah pertobatan Clavis raja bangsa
Frank kira-kira tahun 500. Bangsa kafir ini datang dari Jerman barat laut dan telah menduduki
serta memerintahi negeri Belanda dan Gallia, yang sejak itu dinamai Perancis. Oleh karena
Clovis melihat bahwa keadaan di negeri itu genting, karena rakyatnya sebagian katolik, maka
diambilnya keputusan untuk masuk katolik bersama dengan rakyat, supaya persatuan dalam
kerajaanNya terjamin dan segala harta benda agama dan kebudayaan Gereja Kristen dapat
diterima oleh banngsanya. Tetapi gereja diperancis itu disusunnya selaku “gereja senegeri”,
sehingga raja berpengaruh besar dalam pemerintahan gereja dan paus kurang berkuasa disitu.
Sementara itu bangsa Burgondia juga masuk katolik.

4.      Gregorius Agung. Di italia kuasa arian dari orang Got timur sudah dilumpuhkan (553) oleh
tentara kaisar Byzantium justinianus. Tetapi pada tahun 568 italia dimasuki oleh bangsa yang
lain lagi, yaitu oranng Longorbadia yang sebagian arian dan sebagian kafir. Untunglah pada
akhir abad itu seorang paus naik takhta yang mengemudikan gereja dengan kuat, yaitu gregorius
agung (590-604) yang dahulu menjabat pangkat wali kota roma. Tidak lama antaranya kaum
lingorbadia masuk katolik juga atas desakan gregorius. Di Spanyol dan di perancis ia
memperkokoh kuasanya. Di italia ia memperluas daerah jemaat roma, sehingga paus menjadi
kepala pemerintah dari suatu daerah, kemudian diperluas lagi menjadi “Negara gereja”.

Paus inilah yang pertama insaf betapa pentingnya pertobatan bangsa jerman yang muda itu bagi
gereja dikemudian hari itulah sebabnya ia menyuruh mengabarkan injil diantara orang angel dan
saks ditanah inggris.

Oleh karena gregorius sendiri dahulu rahib juga, maka hidup dalam rumah biara sangat
dianjurkanNya. Dibarat dalam biara sudah dibaharui oleh Benedictus dari nursia (tahun 525)
yang mendirikan Ordo (perkumpulan) rahib yang pertama (Ordo Benedictin), dengan menuntut
tiga janji kemiskinan, kesucian, kesucian kelamin dan ketaatan.

Dalam lapangan theologia Gregorius agung kurang menyenangkan, karena ia melemahkan ajaran
Augustinus. Menurut Gregorius keselamatan kekal dihasilkan oleh kerjasama dari rahmat Tuhan
dengan amal, jasa dan penitensia manusia. Oleh karena sumbangan manusia tentulah belum
mencukupi pada ketika ajalnya tiba. Gregorius menetapkan ajaran gereja tentang api penyucian.
Di dalam api itu sisa dari siksa atau hukuman karena dosa haruslah dilunasi oleh orang yang mati
itu. untuk mencapai maksud itu dengan segera keluarga dan sahabatnya boleh membantu dia
dengan doa derma dan dengan membayar misa istimewa. Dengan demikian maka dalam hidup
ini hati manusia dipenuhi dengan pengharapan dan ketakutan terhadap nasibnya yang kekal.

Rahmat Allah terutama diterima dalam perjamuan kudus yang pandang selaku ulangan yang
tidak berdarah dari kurban Kristus di Golgata. Ajaran ini menimbulkan rupa kepercayaan yang
tak lain dari pada suatu macam magi atau jampi. Ganti iman yang besar, pelbagai macam takhyul
tentang malaikat, setan, relikwi, mujizat dan lain-lain menguasai hati jemaat. Segala perkara tadi
mempengaruhi kesalehan Gereja Romawi sampai sekarang. Walaupun begitu, gereja ini dipakai
juga oleh Tuhan sebagai jembatan antara agama Kristen dengan bangsa jerman karena bagi
bangsa itu gereja menjadi pemimpin, pengatur masyarakat, guru dan pelatih.

5.      Serangan Islam. Ketika gereja barat menempuh jalan baru yang menuju kepada kemajuan
besar, gereja timur sama sekali kehilangan kuasa dan pengaruhnya. Mula-mula bahagian gereja
timur itulah yang terpentinng tetapi sesudah agama Islam membanjiri segala negeri disebelah
timur dan selatan laut tengah pada abad ke-VII, maka gereja timur lekas runtuh karena hidup
rohaninnya sudah lama munduh. Hal ini disebabkan oleh karena gereja itu kurang sadar akan
tanggung jawabnya terhadap dunia. gereja barat meskipun sesat dan beraib, selalu teringat juga
akan tugasnnya. Yaitu menyiarkan injil di antara segala bangsa. Setiap gereja yang hanya
mengingat diri sendiri dan melupakan panggilanNya, yaitu memberitakan Firman Tuhan, lama
kelamaan niscaya akan mati.

BAB 20

PERKABARAN INJIL DI EROPAH

1.IRLANDIA DAN INGGRIS

Gereja barat yang mula-mula sadar akan panggilan untuk mengabarkan injil kepada segala
bangsa. Pangkalan pengutusan injil di Eropa terdapat di Irlandia. Menurut cerita lama, injil
dibawa kenegeri itu oleh seorang bernama Patrick pada tahun 432. Dengan segera timbullah
disana suatu gereja kristen yang berkembang dengan cepat. Banyak rahib merasa dirinya
terpanggil untuk meninggalkan “pulau orang-orang kudus” itu. mereka membawa injil banyak ke
negeri di Eropa, misalnya ketanah inggris, skotlandia, jerman barat, bahkan sampai kepulau Es.
Columba memasehikan skotlandia (563) dan columbanus (600) mempengaruhi hati banyak
orang kafir dieropa barat dengan khotbahnya yang memanggil kepada pertobatan. Sejak abad ke-
V inggris dimasuki oleh bangsa Angel dan saks yang datang dari denmark dan jerman utara.
Gereja kristen kecil yang berdiri sebagai hasil pekerjaan rahib Irlandia diganggu oleh suku-suku
kafir itu. sebab itu paus Gregorius Agung mengutus 40 rahib benedictin ke inggris pada tahun
596 dipimpin oleh seorang kepala biara (“abt”) yang bernama Augustinus. Rahib-rahib itu mulai
memasehikan bangsa angel dan saks itu.

2. willibrord dan bonifatius


Pekabaran injil oleh angel dan saks itu pertama-tama ditunjukkan kepada bangsa fris, yang pada
waktu itu mendiami sebagian besar dari negeri belanda. Pada tahun 690 willibrod mendarat
dipantai belanda dan enam tahun kemudian ia dilantik oleh paus menjadi uskup utrecht. Karena
pekerjaannya yang berasil baik itu, teristimewa di belanda tengah dan selatan, willibrord disebut
“rasul negeri belanda”. Bonifatius melanjutkan pekerjaan willibrord. Di negeri jerman ia
menyambung pekabaran injil rahib-rahib Islandia dengan mengorganisasi gereja kristen yang
muda itu. tetapi akhirnya ia balik pula pada pekerjaan yang paling disukainya, yakni pekabaran
injil di antara bangsa fris utara, walaupun ia sudah sangat lanjut umurnya, yaitu hampir delapan
puluh tahun. Pekerjaan itu berhasil juga, tetapi pada tahun 754 penginjilan yang rajin dan setia
itu dibunuh dekat dokkum oleh segerombolan orang kafir.

3. pekabaran injil di masa pemerintahan karel Agung

Suku-suku jerman dimasehikan dengan khotbah, pengajaran, nasehat dan anjuran. Hanya pada
masa pemerintahan karel Agung saja dipakai juga paksaan. Sesudah agama kristen dipaksakan;
siapa bertahan pada agama kafir dihukum mati. Penasehat karel agung yang bernama Alcuinus,
sangat mengeritik metode dan tindakan kaisar itu. orang kristen jerman tidak bertabiat pemenung
seperti orang yunani, dan tidak pula memandang relasi manusia dengan Allah dalam suasana
kehakiman seperti dibuat orang Romawi, tetapi mereka itu merasa dirinya terikat kepada kristus
sebagai rajanya.

4. Eropah utara dan timur

Negeri-negeri di skandinavia baru dimasehikan kira-kira tahun 1000. Sebelum itu kebanyakan
suku slavia yang telah menduduki jerman timur, Australia, hongaria, balkan dan rusia, sudah
masuk kristen juga; separuh masuk ortodoks gerika dan separuh roma katolik. “rasul-rasul
bangsa slavia” ialah kakak-adik constantinus dan methodius, yang menerjemahkan Alkitab
kedalam bahasa daerah itu dan yang mulia mempergunakan bahasa slavia itu pula didalam
kebaktian. Mereka itu terutama bekerja didaerah yang sekarang adalah hongaria dan
cekoslowakia. Sungguhpun demikian, mereka menyerahkan daerah-daerah itu kepada kuasa paus
Bab 21

Gereja Dalam Kerjaan Karel Agung

 1. sebelum Karel Agung. Dasar kebudayaan Kristen di eropa barat diletakkan oleh kerajaan dan
gereja bangsa frank. Raja frank, karel martel, meluputkan eropa barat dari bahaya islam dengan
mengalahkan tentara arab dekat poitiers (baca puace) di perancis pada tahun 732. Paus-paus pun
mengganggap kerajaan frank itu sebagai pembela dan pelindung gereja. Tatkala orang
longobardia berniat menyerang kota roma, paus meminta pertolongan dari pepin pendek, anak
karel martel. Orang longobardia dialahkannya dan dipaksanya menyerahkan beberapa daerah
yang besar kepada paus. Dengan demikian berdirilah “Negara Gereja” pada tahun 756.

 2. Semasa karel Agung. Kebesaran kerajaan frank memuncak di bawah pemerintahan karel
agung (768-814). Raja Kristen ini mempersatukan eropa barat, sehigga merupakan satu badan
yang kuat, yang jiwanya gereja katolik. Tetapi gereja itu tetap bercorak gereja-gereja. Paus
dihormati oleh karel sebagai warga pertama dari kerajaannya, tetapi tidak diberi kuasa
mencampuri perkara-perkara gereja.  Raja sendiri yng memerintahi gereja karena, cita-citanya
ialah mencontoh raja Daud, yakn mewujudkan suatu theokrasi baru di eropa barat. Bukanlah
maksud karel untu mempergunakan gereja untuk kepentingannya sendiri, melainkan melayani
dan membangun gereja sedapat-dapatnya.  

     Susuan gereja diaturnya lebih baik. Uskup-uskup diangkat dan ditempatkannya. Daerah-
daerah uskup dibaginya dalam “paroki-paroki” yang dikepalai oleh iman-imam (paderi-paderi)
biasa. Tata cara kebaktian di segala daerahnya disamakannya. Khotbah dalam bahasa daerah dan
pengakuan dosa di hadapan imam  dimajukannya. Demikian pula pengajaran, teristimewa
pelatihan klerus (kaum pejabat) sangat diperhatikannya. Ada pulanya maksudnya untuk
mengubungkan kebudayaan yang lama dengan tabiat orang jerman, dibawah pimpinan agama
Kristen.pusat pergerakan itu ialah sekolah istana tempat banyak serjana berkumpul, diantaranya
Alcuinus yang berpengaruh besar selaku ahl theologia pertama dari kerajaan dan penasehat raja
Karel.

 Pada konsili oikumenis yang terakhir di Nicea (787), gereja timur dalam permupakatan dengan
paus menentapkan suatu peraturan untuk menghormati patung-patung, tetapi putusan itu dilawan
keras oleh karel, dan kemudian ditolak pula selaku perkara takhyul oleh suatu sinode besar di
frakfurt (794). Sementara karel ada di roma pada hari Natal tahun 800 sekonyong-konyong ia
dimahkotai oleh paus selaku kaisar. Dengan penobatan itu dinyatakan bahwa karel menjadi
pengganti kaisar-kaisar kekaisaran romawi yang dahulu. Memang gelar dan pangkat yang baru
ini selaras denan cita-cita karel sendiri.

 3. Sesudah karel Agung. Sesudah kaisar karel mangkat (814), keadaan kekaisarannya lekas
mundur. Pada tahun 843 kekaisaran itu dibagi tiga: perancis di barat, jerman di timur, dan
lotharing, burgondia dan italia di tengah. Akibatnya ialah bahwa tak ada lagi satu gereja-negara
yang kuat, sehingga gereja mencari pimpinan pada paus.  Untuk seketika lamanya paus
nikolas  1(860) behasil untuk membuat takhta petrus di roma menjadi pusat kekaisaran. Nikols
memaklumkan bahwa seharusnya paus saja yang boleh memerintahi gereja dan negara, sehingga
kaisa harus taat kepada paus, juga di lapangan politik.  Selaku dasar dan dari pendirian itu
dipakainya beberapa “dokumen” untuk membuktikan bahwa gereja seharusnya merdeka dalam
segala-galanya, dan lagi bahwa  kuasa paus dan uskupuskup berdasar teguh pada putusan-
putusan dan aturan-aturan resmi yang ditetapkan sejak zaman dahulu. Pada masa pembaruan
gereja surat-surat tadi ternyata palsu saja.

Paling merosotna gereja, negara dan kebudayaan terjadi kira-kira tahun 900. Pimpinan yang kuat
dan saleh tak ada lagi. Di perancis kaum bangsawan merebut kuasa di dalam gereja dan
merampas milik-milik rumah biara. Di jerman :hertog-hertog” melemahkan kuasa raja. Jabatan
paus di roma jatuh ke dalam tangan orang-orang bangsawan, gereja masih membutuhkan
bantuan gereja.

BAB 22

PERTIKAIAN ANTARA PAUS DAN KAISAR

1.      OTTO  I (936-973)
Sejak tahun 870 ada tiga kerajaan di Eropa barat, yaitu: Jerman, Perancis dan Italia. Jermanlah
yang terbesar dan kuat. Kaisarnya, Otto I melawan hertog-hertog, yaitu pangeran-pangeran asli
dari suku-suku di negeri itu yang dipersatukan dalam kekaisarannya. Takhtanya dan persatuan di
negerinya diancam oleh hertog-hertog itu. Oleh karena itu kaisar otto merendahkan derajat
mereka dengan menjadikan mereka pegawai-pegawai Negara. Sebagai ganti mereka, Otto
menaikkan derajat uskup-uskup dan abt-abt (kepala-kepala biara) dengan menjadikan mereka
pemerintahan. Sampai pada masa Napoleon (1800), uskup-uskup dinegeri Jerman terus
merangkap jabatan pemerintahan. Sejak Otto I, uskup-uskup itu tetap dipilih dan diangkat oleh
kaisar. Sudah barang tentu bahwa dalam pemilihan itu kepentingan politiklah yang diutamakan
oleh kaisar, bukan kepentingan Gereja.

2.      PEMBAHARUAN DARI CLUNY

Pada pertengahan abad ke-X timbullah suatu pergerakan pembaharuan yang hendak menyucikan
keputusan dan Gereja. Pusat pergerakan itu ialah biara Cluny di Burgondia. Pergerakan itu
berkembang sampai ke Italia, Jerman dan Inggris. Pembaharuan Cluny menuntut: 1. Biara-biara
harus diperintai langsung oleh Paus, 2. Raja dan golongan bangsawan tidak boleh lagi
mencampuri pimpinam dan urusan-urusan biara-biara, 3. Kaum rahib harus taat kepada disiplin
yang keras dan wajib hidup lebih saleh.

Sedari abad ke-XI Klerus juga bertambah-tambah dipengaruhi oleh pergerakan ini. Segala
keadaan Gereja yang buruk dilawannya, misalnya “simoni”, yaitu menjual belikan pangkat-
pangkat Gereja, untuk memperbolehkan laba duniawi (lihat Kis 8:18). Karena biasanya pangkat-
pangkat uskup diberi oleh raja kepada orang yang membayar terbanyak; begitulah pula uskup-
uskup sendiri menjual jabatan-jabatan yang lebih rendah.

Selain dari pada itu golongan Cluny berusaha juga supaya paderi-paderi jangan menikah lagi.
Satu abad kemudian, paus Gregorius VII sama sekali melarang mereka menikah (peraturan
“selibat” = hidup lajang kaum pejabat).

3.      KEPAUSAN DIBAHARUI

Beralasan asas-asas pembaharuan ini kaisar Hendrik III mulai membetulkan kepausan juga. Tiga
Paus, yang menjabat pangkat itu pada waktu yang sama juga, dipecatnya, lalu diangkatnya
seorang Paus yang baru (1046). Tidak berapa lama antaranya Paus Leo IX memulihkan kembali
kuasa dan kehormatan paus. Dari kaum Klerus tinggi di Roma dibentuknya suatu badan
penolong baginya, yaitu “majelis para cardinal”.

Tetapi makin lama makin keras tuntunan golongan pembaharuan itu, sehingga akhirnya
ditolaknya sama sekali penetapan jabatan-jabatan Gereja ( “investitus”) oleh orang awam,
umumnya kaisar atau raja. Sekarang pengangkatan uskup-uskup oleh kaisar dipadangnya juga
sebagai simony. Paus mau merebut hak investiture itu, tetapi kaisar-kaisar tak mau mengabulkan
tuntunan itu, sebagai tulang-punggung Negara adalah justru golongan “uskup raja” itu. Kedua
belah pihak, baik paus maupun kaisar, tetap pada pendirian masing-masing, sehingga terjadilah
tentangan hak invertitur itu yang berlangsung lama.

4.      GREGORIUS VII DAN HENDRIK IV

Pada tahun 1059, Kardinal Hildebrand, seorang yang tak mau tunduk atau mundur, merebut dari
kaisar hak memilih 1073, Hildebrand menjadi Paus, dengan menamai dirinya Gregorius VII.
Sekarang terbitlah pertikaian yang hebat antara paus dengan kaisar. Segala usaha Gregorius
berdasar pada ketiga hal ini: 1. Paus sekali-kali tidak bergantung  kepada penguasa yang lain
didunia ini, 2. Pauslah satu-satunya kepala Gereja, jadi segenap Klerus harus menaati
perintahnya saja, 3. Segala kuasa duniawi pun hanya dapat dikaruniakan oleh paus saja. Segala
daya dipakainya untuk mencapai maksudnya itu. Yer 48:10b menjadi semboyannya:
“terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah.”

Pada Tahun 1075 investitus oleh orang awam dilarang oleh suatu sinode atas titah Gregorius.
Kaisar Jerman Hendrik IV tak suka menerima dan mengakui putusan itu; sebab itu uskup-uskup
dinegeri Jerman disuruhnya memecat paus. Tetapi Gregorius dibantu oleh raja-raja Jerman.
Hendrik IV dikutukinya dan dilepaskan dari pangkatnya. Terpaksalah hendrik merendahkan
dirinya dihadapan paus di Canossa di Inalta Utara (1077). Setelah menanti-nanti kedinginan tiga
hari tiga malam dimuka istana Canossa, tempat paus menumpang, barulah ia diampuni. Akan
tetapi segera juga Hendrik kembali berkuasa lagi, sehingga ia berani menyerang Gregorius
dengan tentaranya. Sesudah kota Roma dialahkannya (1084), Hendrik dimahkotai sebagai kaisar
oleh seseorang paus, yang diangkatnya sendiri. Gregorius VII dibuang dan tak lama kemudian ia
meninggal.

5.      PUTUSAN KOMPROMI
Pengganti-pengganti Gregorius VII melanjutkan perjuangan tentang investiture. Hanya mereka
itu tidak lagi mengajar maksud untuk memerintahi seluruh dunia. Lama kelamaan terdapat suatu
jalan kompromi, yakni investiture Gereja dilakukan dengan member cincin dan tongkat uskup
oleh paus, dan disamping itu ada investiture yang dilakukan oleh kaisar dengan memberikan
tongkat kerajaan. Akhirnya diambil keputusan menurut Konkordat (permupakatan) Worms
(1122); uskup-uskup harus dipilih oleh Klerus dan disahkan oleh paus, tetapi disamping itu
kaisar berhak member pangkat raja kepada mereka dan menolak orang yang tak disukainya.

BAB 23
PERANG-PERANG SALIB

1. Sebab-Musababnya. Kira-kira tahun 1070 Palestina, Siria dan Asia Kecil jatuh ke dalam
tangan orang Turki yang adalah bangsa yang beragama Islam dan kemudian mengancam
kebudayaan dan agama Kristen di Eropa. Orang-orang  musafir Kristen yang mengunjungi
tempat-tempat suci di Palestina sangat diganggu dan disiksa oleh orang Turki itu.

Pada suatu sinode di Clermont (Perancis) pada tahun 1095 umat Kristen dikerahkan oleh paus
Urbanus II untuk mengangkat perang suci untuk merebut Tanah Suci dari orang Islam. Banyak
orang dari segala lapisan menuruti ajakan itu. Mereka menempelkan sebuah salib dari kain
merah pada bahu atau dadanya sebagai tanda bahwa mereka mau merebut Yerusalem
tempatdimana Yesus di saliban. Lewat perang itu ada yang mengharapkan kehormatan dan
keuntungan, serta penghapusan dosa (indulgensia) yang dijanjikan Paus. Paus ingin
mengembangkan daerah kekuasaannya ke daerah timur. Bagi umat Kristen perang salib ini
memang mengandung arti rohani yang mulia dan suatu kebajikan yang besar tetapi dalam
prakteknya, perang itu tidak berbeda dari perang biasa. Apalagi tak ada maksud perang suci itu
untuk mengabarkan Injil diantara orang Islam.
2. Riwayatnya. Pasukan-pasukan yang pertama berangkat ke tanah suci kurang dilengkapi.
Hampir segenap tentara ini dibasmi oleh orang Bulgaria dan Turki. Tetapi tentara besar yang
dikepalai Godfried dari Buyon akhirnya mencapai maksudnya, Sebagian Asia Kecil dan daerah-
daerah Siria dan Palestina ditaklukkannya. Godfried menolaj mahkota emas tanda pangkat raja,
karena katanya: dikota ini Yesus telah dimahkotai dengan duri. Ia bergelar “Pelindung makam
suci”.

 Perang salib yang kedua dianjurkan oleh Bernhard dari Clairvaux (Klervo) sesudah kerajaan
Edesa di Asia Kesil yang dibentuk saat perang salib yang pertama direbut pula oleh musuh.
Perang salib kedua ini berlangsung dari tahun 1157-1149, tetapi tidak berhasil sebab sudah
lumpuh di muka kota Damaskus.

Direbutnya Yerusalem pada tahun 1187 oleh sultan Saladin dari Mesir menyebabkan perang
salib yang ketiga. Raja-raja Inggris (Richard Hatisinga), perancis (Philip Augus) dan Jerman
(Frederik Barbarossa=janggut merah) menggabungkan usahanya, tetapi kaisar Federik mati dan
pasukan-pasukannya kembali ke negerinya. Akibatnya ialah perang salib yang ketiga ini gagal.

 Perang salib yang keempat (1202-1204) dimulai oleh paus Innocentius III. Dengan maksud
memajukan perniagaan Venetia yang bersaing hebat dengan Byzantium. Pada tahun 1261 kaisar
mengusir pula orang-orang barat dari ibukotanya,tetapi oleh segala huru hara ini kekaisaran
timur itu sangat dilemahkan, sehingga kurang sanggup melawan orang Islam.

Hanya perang salib yang keenam saja yang berhasil lagi (1228-1229) Kaisar Federik II
mendapatkan Yerusalem, Betlehem, Nasaret, dan pantai laut denganjalan diplomasi. Tetapi tahun
1244 Yerusalem jatuh pula ke dalam tangan Islam dan akhirnya perang salib di hentikan sesudah
Bandar Akko direbut orang Islam pada tahun 1291.

3. Akibatnya. Perang salib itu mengakibatkan banyak hal penting bagi barat.Kebudayaan sangat
diperkaya oleh pertemuannya dengan kebudayaan timur. Perdagangan mulai timbul dengan cepat
khususnya di Perancis dan Italia, kota-kota bertambah besar dan timbul lapisan ketiga dari
masyarakat seperti tokowan, tukang, pedagang, pegawai dan sebagainya. Kerohanian dan
gerejani juga semakin luas pandangannya. Kesalehan Kristen sangat dimajukan, sebab
kunjungan ke tempat-tempat keramat itu menyadarkan kaum Kristen tentang kerendahan dan
pengasihan Yesus. Ini yang menerbitkan ibadat baru terhadap Kristus.
Zaman perang salib timbullah beberapa “ordo ksatria” yang menggabungkan cita-cita rahib dan
ksatria yaitu takluk kepada tuntutan kerahiban dan bersumpa memerangi orang kafir dan
menjamin perlindungan bersenjata kepada musafir. Yang tertua adalah Ordo-ordo Johanit dan
tempelir (± 1120), yan terutama terdiri dari orang Perancis. Tahun 1190 dibentuklah Ordo
Jerman, yang mengalahkan dan memasehikan daerah disebelah timur negeri Jerman. Lambat
laun ordo ini menjadi pasukan-paskan pilihan yang langsung diperintahi oleh paus.

BAB 24

BERNHARD DARI CLAIRVAUX

            1. Reaksi terhadap sekularisasi Gereja. Dalam pergerakan pembaruan Cluny, maksud


rohani makin diabaikan dan cita-cita klerus dan golongan rahib makin diduniawikan. Mereka
mengejar kuasa dan kemewahan saja. Pergerakan yang baru ini mempersalahkan sekularisasi
(penjiwaan dengan roh duniawi) hidup rahib-rahib dan berusaha supaya segala rahib mentaati
lagi peraturan askese yang sangat keras.

            Biara-biara besar berjanji untuk menuruti satu peraturan hidup dan taat kepada satu
pemimpin. Demikianlah timbul ordo-ordo rahib. Salah satu ordo yang tertua ialah ordo
Chartreuse.

            2. Hidup Bernhard (1091-1153). Ia seorang ksatria Burgondia. Pada waktu berumur 24
tahun, ia diangkat menjadi abt (kepala) dari biara cabang di Clairvaux. Di bawah pimpinannya
biara ini sangat diperluas, sehingga pada waktu ia meninggal, Clairvaux ditumpangi oleh 700
orang rahib, dan jumlah biara-biara cabangnya sampai 160 banyaknya.

            Bernhard pertama-tama seorang asket. Dengan sikap dan teladannya ini dinyatakannya
kritiknya yang seterang-terangnya terhadap suasana Gereja yang semata-mata duniawi itu.
Keberatan-keberatannya terhadap politik dan kehidupan paus dan klerus tidak
disembunyikannya. Ia juga menyokong pandangan theokratis Roma bahwa pemerintahan Allah
boleh disamakan dengan kuasa pembesar-pembesar Gereja di dunia ini. Bernhard adalah seorang
yang aktif dan perang salib yang kedua diadakan atas anjurannya.

            3. Kesalehan baru. Bernhard juga memperbaharui kesalehan batin dan


diperdalamnya.  Sampai pada waktu itu orang Kristen Jerman memandang Yesus sebagai
seorang Raja dan Panglima, yang mereka turut selaku laskarnya yang setia. Bernhardlah yang
menyadarkan umat Kristen, betapa besarnya kasih Yesus dan betapa indahnya hidup di tengah-
tengah umat manusia. Baru pada saat itu cerita-cerita Injil mulai dikenal dan diperhatikan baik-
baik oleh jemaat biasa. Dan akhirnya orang yang mengikut Yesus akan sampai kepada tingkat
yang tertinggi, yakni mengecap kebahagiaan yang mulia dari persekutuan langsung dengan
Yesus. Kristus dan jiwa bergaul seperti mempelai laki-laki dan mempelai perempuan.

            Jasa manusia sama sekali tidak dipentingkan oleh Bernhard. “Segala jasaku terdapat
dalam rahmat Tuhan saja”, katanya. Jelas bahwa Luther sangat menghargai dan menghormati
Bernhard, yang boleh digelar “Augustinus abad-abad pertengahan”.

            4. Arnold dari Brescia. Serangan-serangan Bernhard terhadap pimpinan Gereja


dilanjutkan lagi dengan lebih sengit oleh Arnold dari Brescia, seorang pengkhotbah tobat yang
hidup pada masa itu juga. Ia bekerja di Roma dan menuntut dalam suatu peraturan resmi, supaya
segenap Gereja harus melepaskan segala milik dan kuasa duniawi. Jadi bukan saja akibat-akibat
yang salah dari pemerintahan Gereja dipersalahkannya, tetapi pemerintahan itu sendiri di tolak
dan dilarangnya. Akhirnya ia dihukum mati oleh paus.

BAB 25

PUNCAK PEMERINTAHAN PAUS

1.      Frederik I Barbarosa

Pada tahun 1152 ada seorang kaisar yang kuat dan budiman naik takhta, yakni Frederik I yang di
gelar Barbarossa. Perintah-perintah Paus tidak di terimanya sesudah sesuatu pertikaian yang
lama ia terpaksa mengaku Alexander III selaku paus pada tahun 1177, tetapi dalam
kekaisarannya ia sendiri saja yang mengepalai Gereja. Setelah Alexander mangkat pada tahun
1181, kedudukan Frederik bertambah kuat lagi, oleh pernikahannya ia dapat memperluas
kuasanya sampai di kerjaan Naples (Italia Selatan) dan sisilia, sehingga akhirnya Negara-Gereja
di kurung oleh kerajaan Frederik.

2.      Innocentius III

Pada ketika itu juga takhta Petrus di duduki oleh Paus yang termulia dalam abad-abad
pertengahan, Innocentius III (1198-1216). Kecongkakan paus-paus dan keinginannya untuk
menguasai seluruh dunia sekarang memuncak. Menurut pendapat Innocentius, “paus kurang
besar dari Allah, tetapi lebih besar dari manusia.” Ia bukan wali Petrus saja, tetapi wali Kristus
sendiri. Semua raja harus taat kepada titah Paus;negeri, mahkota dan kuasa mereka seharusnya
mereka terima selaku suatu karunia dari tangan paus. Sebagai pengampu dan wali dari kaisar
baru, Frederik II, anak Hendrik VI, yang masih muda, ia memerintahi tanah jerman. Raja
perancis, philip August, di paksanya menyambut pula istrinya yang telah di buangnya. Raja
inggris yang tidak mau mengakui uskup besar Canterbury di pecat dan dikutukinya. Demikian
pula kuasa Innocentius bertambah di spanyol, Hongaria, Denmark dan lain-lain telah kita
maklumi juga bahwa perang salib yang keempat di anjurkan oleh Inncentius dengan maksud
menaklukan Byzantium dan kekaisaran timur kebawah pemerintahannya.

3.      Konsili di Lateran

Sebuah istana paus di Roma 1215, menjadi suatu pertunjukan besar dari kemuliaan paus dan dari
kuasa Gereja. Di antara 2000 hadirin terdapat duta-duta dari segala raja Kristen, 71 Patriarkh dan
uskup besar, 412 uskup, lebih dari 800.  Sebenarnya konsili ini bukan oikumenis karena Gereja
Ortodoks Timur tidak di wakili.

           

Beberapa perkara penting di tetapkan yaitu :


1.      Tiap-tiap anggota Gereja di wajibkan mengaku dosanya di hadapan imam, sekurang-
kurangnya sekali setahun untuk beroleh pengampunan (Absolusi) atas nama Kristus.

2.      Ordo-ordo rahib yang baru hanya boleh didirikan dengan paus

3.      Dogma transsubstanisasi di sahkan dengan resmi. Menurut ajaran ini, yang harus di
percayai sebagai kebenaran ilahi ialah bahwa dalam misa itu zat atau substansi roti dan air
anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus yang sungguh-sungguh. Pada saat perkataan-
perkataan yang dahulu di ucapkan kristus sendiri, dim ucapkan lagi imam, walaupun bentuk
tanda-tanda itu tak berubah.

Mulai dari waktu itu juga paus di akui selaku satu-satunya penguasa di dalam Gereja. Di alah
pengurus  dan hakim yang tertinggi. Ia mengutuki orang dengan ekskomunikasi (pengucilan) dan
menghukum dengan interdik yaitu dalam salah satu daerah, seluruh penduduk di larang
menerima sakramen. Ia mengepalai suatu organisasi besar yang teratur rapi dan kuat, terdiri dari
ribuan klerus yang mebantu dan melayaninya selaku pegawai-pegawainya.

4. Frederik II

Pada tahun 1215 saat kemunduran kuasa paus dan tahun itu juga Innocentius mengurus supaya
takhta jerman di beri kepada Frederik II. Frederik tidak suka mematuhi segala perintah paus saja.
Perjuangan baru berkobar untuk merebut kuasa ; pengucilan dan kutuk resmi di pakai oleh paus
selaku senjatanya. Sesudah mangkatnya  tahun 1250, kerajaan Italia Selatan dan sisilia di
hadiahkan oleh paus Urbanus IV, seorang perancis, kepada raja perancis. Kekaisaran jerman
makin runtuh dan terbagi-terbagi. Rupa-rupanya paus menang, tetapi sebenarnya kusanya sudah
sangat mundur pula. Lama-kelamaan Roma di kuasai oleh perancis.

BAB 26

CITA-CITA KEMISKINAN DILUAR DAN  DI DALAM GEREJA

1.      Sekta-sekta Kathar dan waldens. Cita-cita Arnold dari Brecia di setujui beberapa golongan
sekta. Semenjak tahun 1.100 dari banyak pihak kedengaran tuntutan supaya gerejs terbaik
kepada kemiskinan rasuli.

Sekta yang mulai menasehati gereja demikian ialah orang Albigens atau Kathar (suci bersih) di
perancis selatan. Mereka dipengaruhi oleh Gnostik ajaran kafir dari timur. jiwa adalah sebagian
dari keilahan, tetapi dunia benda ini di ciptakan oleh iblis. Sebab itu keselamatan hanya tercapai
dengan jalan melepaskan dunia sama sekali. “orang percaya” biasanya belum dapat berbuat
demikian, tetapi “orang sempurna”, yang telah menerima baptisan Roh, rela melepaskan hidup
nikah dan milik. Bahkan banyak dianatara mereka lebih suka mati kelaparan dari pada  janiskan
lagi oleh dunia ini. tetapi ajaran yang didualistis ini bertentangan dengan Injil karena dosa tidak
bertempat pada zat benda dunia sendiri, melainkan dalam hati manusia. Dunia di ciptakan Tuhan
yang indah itu kurang di hormati oleh orang Kathar.

Lain sekali keadaan dan sikap sekta besar orang Waldens atau orang miskin dari Lyon. Mereka
itu adalah pengikut seorang saudagar Lyon, Petrus Waldens namanya, waldes mau
mempraktekkan Syariat Injili, teristimewa pesan Yesus dalam Matius 10, sehingga rumah dan
miliknya ditinggalkannya untuk meniru teladan rasul-rasul. Pada tahun 1177 di bentuknyalah
suatu perhimpunan penghkotbah awan yang mau turut mengembara untuk menobatkan orang
dimana-mana. Larangan dan kutuk paus tak dipedulikan mereka. pergerakan itu berkembang
dengan pesat diperancis selatan dan di italia utara. Penganut sekta ini menolak sumpah dan
perang, seraya menjelajahi negeri berdua selaku pengkhotbah tobat. Jasa mereka yang besar ialah
mereka berpegang teguh kepada alkitab, sambil memperkenalkan isi kitab kudus itu kepada umat
Kristen. beralaskan pendirianNya segala pandangan dan kebiasaan salah dari gereja roma
diserangnya dengan keras, misalnya keselamatan jiwa, api penyucian, indulgensi dan lain-lain.
Akan tetapi disamping segala pendapat yang baik dari mereka itu tak dapat disangkal, bahwa
orang Waldens menganggap injil laksana suatu taurat, sama seperti gereja katolik yang
dilawannya. Tetapi sungguhpun demikian kriktik dan protes mereka terhadap sekularisasi gereja
sangat berharga.

2.      Reaksi Gereja. Tindakn gereja terhadap sekta ini ialah sekali-kali untuk membasmi orang
Albigenes, perang mana dilaksanakan dengan cara yang bengis dan ngeri (1202-1209). Di negeri
jerman dan perancis dikeluarkan undang-undang resmi, bahwa orang sekta harus di hukum mati
dan pada tahun 1232 Inkwisisi diatur oleh paus, yakni “dinas rahasia” yang menghambat,
menangkap dan menghukum segala orang penyesat secara kejam.

Akan tetapi syukurlah, pembenarantasan sekta itu dilangsungkan dengan cara yng lebih halus
dan melalui jalan kerohanian pula. Memang gereja roma selamanya berusaha juga untuk
mengalahkan lawanNya dengan mengambil dan mewujudkan cita-cita pelawan itu sendiri
melalui jaln gereja. Demikianlah cita-cita kemiskinan diterima oleh gereja timbullah “Ordo-ordo
minta-minta”, selaku bukti bahwa cita-cita theokrasi dapat digabungkan juga dengan
penyangkalan dunia dan askese.

Beda ordo rahib minta dengan segala ordo yang dulu, ialahlah bahwa ordo rahib yang baru ini
sama sekali tak mempunyai segala sesuatu milik, juga sebagai organisasi. Anggotanya hidup dari
sedekah yang diminta dari jemaat. Berkenaan dengan ini mereka mereka tidak tinggal dipencil di
luar kota dan dusun, melainkan didalam kota besar. Dengan demikian merekalah yang menjadi
pengkhotbah dan penggembala dari gereja. Yang sangat memperhatikan kemajuan hidup rohani
jemaat.

3.      Franciscus dari Assisi. Ordo yang terkenal ialah ordo Franciscan atau saudara Dina (Ordo
Fratrum Minorum atau OFM), yang didirikan oleh Franciscus yang lahir di Assisi (Italia) pada
tahun 1182.

Selagi  muda ia ingin mengejar kehormatan dan kesenangan duniawi, dan cita-citanya ialah
menjadi seorang ksatria yang perkasa. Sekonyong-konyong ia bertobat. Segera ia mulai
membetulkan beberapa gedung gereja yang kecil (kapel) sebagai bukti penyesalanNya. Akan
tetapi pada suatu kali di dengarnya perkataan Yesus yang tertulis didalam Matius 10, lalu segera
segala kekayaan dilepaskannya untuk dapat menuruti pesan Yesus (1208). Kemiskinan itu
disebutnya penggantinya. Dengan berpakaian jubah yang kasar saja dan tidak memakai sepatu
atau sandal, Franciscus mulai mengembara serta menasehati orang untuk meniru teladanNya.
Beberapa kawannya turut serta. Suatu tata hidup disusunnya, yang disahkan oleh Innocentius III
pada tahun 1210. Rahib Franciscan sangat rajin pula mengabarkan injil diantara bangsa yang
bukan Kristen. ada yang pergi ke Spanyol, Maroko dan Siria. Franciscus sendiri belajar kemesir
(1219) untuk menobatkan sultan Alkamil. Tetapi segala percobaan itu tidak barhasil.

Walaupun Franciscus kurang setuju, tetapi pada tahun 1223 paus membuat ordonya itu menjadi
suatu organisasi yang teratur rapi, dan pencarian nafkah dengan minta saja diganti dengan
kewajiban bekerja unuk penghidupan sehari-hari. Lagi pula cara mengembara dihentikan
sehingga kaum Franciscan mulai tinggal dalam biara-biara.
Oknum dan hidup Franciscus sangat menarik hati kita. bagi Franciscus menurut Kristen
bukanlah berarti menderita sengsara dan menjauhkan diri dari dunia, sebagai pendirian Bernhard
dari Clairvaux, melainkan sesuatu kegirangan yang sangat besar. Alam dipandanngnnya selaku
cermin Allah. Semua makhluk menjadi sahabatnya. Ia bercakap-cakap dengan bunga-bunga dan
burung-burung. Ada suatu kidungnya yang termasyhur, kepada saudara suria.

Pada tahun 1224 ia mendapat suatu penglihatan dari kristus. setelah itu pada tubuhnya yang
kurus dan sakit itu nampak kelima tanda luka dari Kristus (stigmata). Sungguhpun hal itu belum
dapat diterangkan dengan jelas, tetapi mungkin juga badan manusia dipengaruhi demikian oleh
pergerakan jiwa, sehingga tanda luka seperti itu menjadi nampak, malahan sampai berdarah.
Pada tahun 1226 Franciscus meninggal. Oleh kesalehannya yang sungguh dan penuh sukacita itu
namanya tertera dalam kisah gereja selaku suatu terang yang permai.

Ordo Franciscan berkembang dengan cepat menjadi orang yang sangat besar. Lima  puluh tahun
kemudian anggotanya sudah sampai 200.000 orang banyaknnya. Kaum Franciscan itu sangat
dihormati oleh umat Kristen. mereka mengutamakan soal khotbah dan penggembalaan
jemaat.  Kemudian Mereka menuntut rupa ilmu pula.

Pada tahun 1212 sudah didirikan suatu cabang wanita dari ordo Franciscan itu oleh Clara Sciffi
dari assisi. Anggota wanita itu disebut “orang Claris”. Ada juga orang awam yang hendak
menurut aturan kaum Franciscan sedapat mungkin. Mereka diorganisasi menjadi ordo ketiga.

4.      Ordo Dominican. Ordo minta-minta yang lain yang penting pula ialah Ordo Dominican
(ordo predecatorum), yang didirikan pada tahun 1216 oleh Dominicus, seorang Spanyol. Mereka
itulah yang berusaha untuk melawan dan menaklukan orang penyesat. Inkwisi dikepalai dan
dijalamkan oleh ordo ini. mereka menjadi pemuka pekerjaan khotbah dan teologia gereja.
Sarjana theologia yang terutama pada abad pertengahan, Thomas dari Aquino, adalah seorang
rahib Domonican.

5.      Usaha penginjilan kedua ordo ini. insaflah kaum Francisca dan Domonican, bahwa
selayaknya gereja wajib mengambil tindakan lain terhadap agama islam dari pada mengangkat
perang salib. Mereka mulai mengusahakan pekabaran injil diantara kaum Arab. Gagalnya
percobaan Franciscus untuk menobatkan sultan mesir tidaklah mengecilkan hati mereka. tetapi
sekarang mereka sudah Insaf, bahwa persediaan untuk usaha sesukar itu perlu diperhatikan baik-
baik sebelum menjalankanNya. Sebab itu di Spanyol orang Dominican membuka suatu pusat
pelajaran agama Islam dan Yahudi.

Yang tampil kemuka dalam usahaa ini ialah Raymondus Lullus, yang sebetulnya tidak masuk
anggota resmi dari kedua ordo itu. di pulau Malroca, tempat kelahirannya, didirikannya sebuah
sekolah pekabaran injil. Lullus mengarang beberapa kitab dan ia pergi berulang-ulang kenegeri
Arab di afrika utara untuk meyakinkan Muslim itu dengan uraiannya,bahwa injil sajalah ajaran
yang benar. Pada tahun 1316 ia mati dirajam (dilempari dengan batu) dikota Aljazair

Orang Franciscan berusaha juga memasehikan bangsa Mongol. Pada abad ke XIII, bangsa Asia
tengah yang ganas itu telah mengalahkan seluruh Asia timur (Tiongkok), asia utara dan asia
barat, bahkan dibawah panglima perangnya, Djengis Khan, mereka menaklukan rusia. Dijerman
timur mereka dipukul mundur pada tahun 1241. Cucu Djengis Khan memberi kesempatan
kepada rahib-rahib Franciscan untuk memberitakan Injil dalam kerajaanNya. Pada penghabisan
abad ke XIII mereka sudah maju sampai ke tanah Tiongkok (ingat juga perjalanan Marco polo,
saudagar dari Venetia). Tetapi pada tahun 1368 kota peking direbut pula oleh orang Tionghoa,
sehingga batas kerajaan mereka ditutup pula dan segala hasil pekerjaan kaum Franciscan itu
hilang juga.

6.      Perkembangan ordo minta-minta di waktu kemudian. Tidak lama kemudian, ordo itu
dipaksa turut melayani cita-cita paus, yaitu menambahkan kuasa dan milik duniawi gereja.
Bertentangan dengan wasiat Franciscus, paus memberi izin kepada rahib Franciscan dengan
paksa disesuaikan saja dengan pandangan istana paus. Semua orang melawan perubahan ini,
yang tetap memegah teguh aturan Franciscus yang dahulu itu, dihambat dengan keras oleh
gereja.

BAB 27
TERBITNYA PERLAWANAN TERHADAP PEMERINTAHAN PAUS

1.      Kekalahan Bonifatius VII. Untuk melumpuhkan kuasa kaisar-kaisar Jerman, Paus mencari


bantuan pada raja-raja Perancis. Tetapi sebenarnya mereka itulah yang merupakan bahaya besar
bagi Paus, karena di negeri Perancis telah timbul kesadaran kebangsaan baru, yang tak dapat
tidak harus bertentangan dengan keinginan Roma yang mau menguasai dunia.

Pertentangan ini terjadi tarkala Paus Bonifatius VII (1294 – 1303) melarang Philip IV yang Elok,
Raja Perancis, memungut pajak untuk Negara dari Klerus dan biara-biara serta segala milik
Gereja yang lain. Larangan ini tak dipedulikan oleh Philip. Alasan perselisihan itu tak lain dari
soal yang penting ini. Apakah Negara mempunyai kuasa dan hak sendiri, terlepas dari hak dan
kuasa Paus? Bonifatus mengulangi lagi tuntutan-tuntutan Paus untuk memerintah seluruh dunia.
Dalam “bulla-nya” yang beralamat” unam Sanctam” (1320), diuraikan bahwa kepada Paus
diberikang dua pedang (Lukas 22:38), yaitu kuasa rohani dan duniawi. Akan tetapi sementara
Bonifatius menyediakan kutuk Gereja untuk Philip, dengan tiba-tiba ia sendiri disergap dan
ditawan oleh suatu pasukan Perancis atas perintah raja. Kejadian itu merupakan suatu pukulan
besar bagi Paus yang memang terlalu melebih-lebihkan kekuasaannya. Sesungguh beberapa hari
kemudian ia dibebaskan lagi, tetapi karena akibat segala pengalaman yang berat ini, tak lama
kemudian Bonifatius mangkat.

2.      Paus di Avignon. Mulai ketika itu Paus-paus dikuasai oleh Perancis. Pada tahun 1309 Paus
memindahkan Istanahnya ke kota Perancis Avignon (baca Avinyon). Sampai 1377 mereka
bersemayam disana. Lawan-lawan Paus menyebut waktu itu “ Pembuangan ke Babel”.

Paus  Clemens V dipaksa oleh raja membubarkan ordo yang kaya dari tuan-tuan Tempelir
(1312), sebab pada sangka Philip, kuasa mereka berbahaya baginya. Pajak-pajak Gereja
dipunggut menurut aturan-aturan yang sangat keras, yang menyebabkan dompet rakyat Kristen
menjadi kosong dan pembendaharaan Paus semakin penuh. Tak mengherangkan bahwa dari
segala pihak terdengar keberatan sungutan.

Kaisar-kaisar Jerman yang kedudukannya sudah sangat lemah, dilawan terus oleh Paus-paus di
Avignon. Akan tetapi pada tahun 1338 raja-raja Jerman mengambil keputusan bahwa kaisar-
kaisar yang mereka pilih, dengan sendirinya sudah menjadi kaisar yang sah, sehingga izin Paus
tidak perlu lagi.

3.      Perlawanan Kesusteraan. Pandangan-pandangan revolusioner ini pun kedengaran didalam


banyak karangan pada abad ke-XIV. Penyair Dante menguraikan dalam sebuah kitab (1315)
bahwa Negara mempunyai panggilan ilahinya sendiri dibumi di samping Gereja. Dalam
karangan-karangan lain di anjurkannya atas kedaulatan rakyat, yaitu raja wajib menjalankan
kehendak rakyat, karena rakyatlah yang merupakan Negara. Bahwa asas ini berlaku juga pada
gereja. Sebab itu seharusnya pemerintahan Gereja disusun secara demokratis (yaitu oleh konsili-
konsili yang terdiri dari wakil-wakil umat Kristen) dan bukan lagi secara hierarkhis.

Sangat penting juga ajaran William dari Occam (Inggris) yang menganggap Gereja dan Negara
sebagai dua kuasa yang berdiri sendiri, yang satu tak boleh memerintah yang lain. Hanya apabila
salah satu dari kedua ini tak sanggup melaksanakan tugasnya, maka wajiblah member
pertolongan oleh orang lain.

Segala kritik terhadap kedudukan Paus memuncak dalam kitab syair yang termasyur “Divina
Comedia” (komedi Ilahi), karangan Dante (di Florensa Italia, 1256 – 1321). Dalam syair yang
panjang dan indah ini diceritakannya suatu perjalanan khyali, yang dibuatnya ke neraka, api
penyucian dan sorga. Segala keadaan baik dan buruk pada zamannya itu, di kupasnya dalam
cerita perkunjungan ini. Dante gelisah melihat kuasa duniawi Gereja, yang menyebabkan derajat
Gereja menjadi merosot. Ia tak suka melihat pedang dan tongkat gembala pada suatu tangan.
Kedudukan Paus di lukisannya sebagai perempuan sundul dari Wahyu Yohanes. Dalam nereka
antara lain ditunjukan beberapa Paus yang menyerahkan karunia-karunia Tuhan yang ajaib untuk
memperoleh emas dan perak (mengenai Simon). Menurut gambarannya, badan mereka terbalik
didalam lobang-lobang ditanah dengan kaki mereka ke atas.

Dante megharapkan, bahwa masyarakat Kristen akan di baharui oleh kaisar baru, Hendrik VII
(1308 – 1212), tetapi harapan ini menjadi kandas karena kaisar ini tiba-tiba mangkat.

4.      Schisma besar di barat. Pada tahun 1377 tahta Paus di pulangkan ke Roma. Tetapi satu
tahun kemudian, paus Urbanus VI tidak mau menuruti kehendak kardinal- kardinal Perancis
yang banyak dan berkuasa itu, sehingga mereka memilih seorang Paus yang lain di Avignon.
Demikianlah mulai “Schism besar dibarat”. Yang baru berahkir pada tahun 1415. Perancis
memihak kepada Avignon, tetapi Jerman dan Inggris kepada Roma. Kedua Paus itu saling
mengutuki, sehingga sehingga sebenarnya segenap umat Kristen pada masa itu kenak kutuk.
Sebab itu banyak orang percaya kehilangan ketenangan hatinya, karena jikalau hanya kepatuhan
pada Paus saja menjamin keselamatan yang kekal bagi orang Kristen, siapa dapat beroleh
kepastian lagi tentang nasibnya diakhirat, bilamana dua orang Paus berlawanan ? tidak
mengherankan, bahwa keadaan ini sangat merugikan kedudukan Paus dalam Gereja. Timbullah
kesangsian dalam hati banyak orang apakah kuasa Paus benar-benar ilahi. Akibat lain pula dari
Schisma ini ialah bahwa orang mulai memikirkan kemungkinan Gereja-gereja kebangsaan, yang
tidak lagi tergantung kepada Paus.

5.      Konsili – konsili besar. Dari Universitas di Paris, yang pada waktu itu menjadi pusat ilmu
internasional, kedengaranlah seruan, supaya Gereja di perbaruhi secara lahiriah dan batiniah.
Seruan ini sangat disetujui oleh segala golongan masyarakat. Untuk mencapai maksud yang
indah itu diadakanlah konsili di Pisa (Italia) pada tahun 1409. Kedua Paus di Roma dan Avignon
dipecat dan seorang Paus baru dipilih, tetapi oleh karena kedua Paus yang tersebut tadi tak sudi
meletakan jabatannya, keadaan Gereja malah bertambah kacau, sebab sekarang ada tiga Paus.

Perlu diadakan konsili baru Konsili baru. Raja Sigmund dari Jerman mengusahakan konsili itu,
tempatnya di Constanz (pada batas Jerman dan Swiss), dari tahun 1414 – 1418. Maksudnya yang
terpenting ialah untuk menghentikan Schism itu dan akan memperbaruhi Gereja. Paus-paus
membawa banyak pengikut, supaya anggota-anggota bersuara menurut bangsanya. Jadi tiap-tiap
bangsa (Jerman, Spanyol, Inggris, Italia, dan lain-lain) dan lagi majelis kardinal – kardinal
mendapat suatu suara. Dengna jalan demikian cita-cita kebangsaan dan “konsiliaris” menentang
orang “kurialis” (yaitu yang menyongkong Paus).

Mula-mula konsili Constanz berhasil baik. Schisman diselesaikan dan seorang Paus baru dipilih,
yaitu Martinus V pun ditetapkan selaku asas resmi, bahwa konsili yang mendapat hak dan
kuasanya langsung dari Kristus, sehingga tiap-tiap orang yang percaya, sampai Paus sekali pun,
wajib takluk kepada keputusan tentang iman dan kebajikan yang diambil oleh konsili itu.
Maksudnya ialah supaya konsili-konsili harus bersidang pada waktu yang tertentu. Teatapi
sayang segala ikhtiar pembaruan yang lain menjadi gagal oleh karena Negara-negara kurang
setuju. Paus Martinus V mempergunakan keadaan ini, dengan mengatur konkordat dengan setiap
Negara, dimana ia menjanjikan beberapa pembaharuan Gereja untuk tiap-tiap negeri tersendiri.
Dengan itu konsili di Constanz itu tak berdaya lagi.

Berhubungan dengan huru-huru, yang terjadi oleh karena pengikut-pengikut Hus, Paus terpaksa
memangil konsili lagi. Konsili ini bersidang di Besel (Swiss) dari tahun 1431-1449, tetapi kurang
berhasil disebabkan anggota-anggotanya tidak bersatu.

6. Gereja Kebangsaan. Rupa-rupanya golongan konsiliarislah yang kalah dan paus-paus yang


menang, tetapi pada hakekatnya kuasa duniawi dan gerejawi Paus-paus makin lama makin
mundur. Yang sebetulnya menang ialah Negara-negara yang mulai mencampuri pimpinan Gereja
lagi, sama seperti dulu. Gereja Katolik yang am terbagi-terbagi dalam beberapa Gereja senegeri
atau Gereja kebangasaan, meskipun Paus tinggal tetap kepala gereja juga. Di  Perancis raja
merebut belbagai hak dalam pemerintahan, pengadilan dan pemungutan pajak Gereja. Kerajaan
Spanyol yang mudah itu pun mempunyai Gereja negaranya. Misalnya inkwisisis menjadi satu
tugas, bahkan menjadi dinas Negara. Hanya di Jerman saja Paus masih berkuasa, walaupun cita-
cita kebangsaan mulai diwujudkan juga disana, yaitu oleh raja-raja yang menuntut bermacam
hak dari Paus untuk negerinya masing-masing. Kemudian perkembangan dan susunan Gereja
Luther beralaskan keadaan ini.

7. Kepuasan sesudah konsili-konsili. Mulai waktu itu Paus-paus tak dapat lagi mengharapkan
pemerintahan atas seluruh dunia. Sekarang mereka hidup dalam “negara Gereja”. Dimana
mereka mengejar kekuasaan, kehormatan dan kekayaan untuk diri sendiri dan untuk keluarga
dan anak-anaknya. Pendirian dan kelakuan mereka tak ubahnya dengan tabiat raja-raja Italia
yang lain, yang hidup sesuka hatinya saja. Kemewahan, cinta dan ingat diri sendiri, percabulan
dan lain-lain dosa, itu adalah perkara biasa dalam istana Paus Alexander VI Borgia (1492 –
1503). Belum pernah derajat Paus merosot sedalam itu.

Bab 28

PERINTIS-PERINTIS REFORMASI
disebut Mereka yang biasa demikian itu sebenarnya masih termasuk kaum abad-abad
pertengahan, jikalau dibandingkan dengan Luther. Karena mereka belum menginsafi sungguh-
sungguh kebenaran Injil, seperti orang-orang tetapi sungguhpun demikian, mereka telah merintis
jalan untuk reformasi, sebab bagi mereka Alkitab menjadi satu-satunya kaidah dalam ajaran dan
tindakannya. Berdasarkan Alkitab, dengan berani mereka melancarkan segala kritiknya terhadap
pelbagai kesalahan dan kekhilafan gereja.

 1. Wiclif. John wiclif hidup di inggris ada abad ke-XIV. Ia seorang guru besar di Oxford dan
dialah yang menjadi penganjur dan juru bicara perlawanan nasional terhadap pemerintahan paus.
Pada hebatnya, segala milik gereja di inggris haruslah dianggap kepunyaan negara. Dasar
pandangannya itu ialah bahwa sebaiknya gereja jangan mempunyai milik duniawi, tetapi patut
menjadi miskin dan sederhana. Wiclif mengutus banyak pengkhotbah tobat, orang Lollard
namanya, yang tidak bermilik juga, yang menjelajah segala daerah negeri inggris. Bersama-sama
dengan beberapa orang lain. Alkitab diterjemahkan oleh Wiclif ke dalam bahasa inggris.
Pandangan gereja yang realistis tentang perjamuan Kudus dilawannya dengan keras; ajaran
transsubstansiasi dianggapnya sebagai ibadat kepada berhala.

Akhirnya ketaatan kepada Alkitab mendorong Wiclif untuk menyerang gereja roma dari segala
jurusan. Dengan pedas dilancarkannya kritiknya terhadap susunan gereja yang hierarkhis itu,
tentang kerahiban, pujaan kepada orang kudus dan relikwi-relikwi, kepausan yang dipandangnya
sebagai antikrist sendiri, dan sebagainya. Oleh karena pendiriannya ini Wiclif harus meletakkan
pangkatnya di Oxford, tetapi oleh karena ia dilindungi oleh raja dan dicintai oleh kaum
bangsawan dan rakyat, maka ia sendiri tak pernah dianiaya sampai ia meninggal (1384). Akan
tetapi pengikut-pengikutnya, yakni orang-orang Lollard, sangat dihambat pada permulaan abad
ke-XV, sehingga hampir dibasmi semuanya.

 2. Hus dan orang-orang Husit. Pekerjaan wiclif banyak berhasil di negeri bohemia (kini bagian
utara dari Cekoslowakia). Johannes Hus (1369-1415), seorang guru besar dan pengkhotbah di
kota praha, mengajarkan segala ajaran Wiclif kepada mahasiswanya dan kepada umat Kristen di
Bohemia. Tetapi ia tidak menolak transsubstansiasi. Sungguhpun Hus dikutuki dan Praha
kenainterdik dari paus, tetapi seluruh daerah itu tetap memberontak melawan roma. Perlawanan
ini bukan saja disebabkan oleh ajaran baru itu, tetapi juga oleh cita-cita kebangsaan orang-orang
Ceko, yang tidak lagi suka dikuasai oleh orang Jerman yang kaya itu dan oleh gereja Roma.
Raja Sigmund yang ingin menyelesaikan hura-hara ini dengan cepat, membujuk Hus untuk perhi
ke Constanz, supaya perkaranya dapat dirundingkan di sana dalam konsili. Raja telah berjanji
untuk melindunginya, tetapi Hus ditangkap juga atas perintah pembesar-pembesar gereja, bahkan
ia dipenjarakan dan disiksa dengan sangat bengis. Sigmund mau melepaskan Hus, tetapi pihak
gereja menegaskan kepadanya, bahwa janji kepada seorang penyesat tak usah digenapi. Oleh
karena sigmund ingin supaya konsilinya itu dapat berjalan dengan baik, Hus dibiarkan saja. Hus
tidak tidak mau menarik kembali ajarannya. Ia dihukum mati dan pada 6 juli 1415 ia dibakar
hidup –hidup di Constanz. Tidak lama kemudian sahabatnya Hieronymus dari praha yang
mengikuti Hus ke Constanz pun diadili dan kemudian di bakar.

Tatkala sigmund menjadi raja Bohemia juga (1419), mulaialah perang-perang Husit yang dasyat
itu, baru berakhir pada tahun 1436. Orang Husit melawan raja dan gereja. Golongan yang
bernama orang Calixtin hanya menuntut, supaya kaum awam boleh menerima perjamuan
“dengan dua rupa” yaitu bukan roti saja, tetapi piala anggur juga (calix=piala). Golongan radikal
yang disebut orang Taborit mau membuang segala perkara dan peraturan yang tidak dipesankan
dengan nyata-nyata oleh “taurat Allah), yakni Alkitab,. Mereka itulah yang memegang pimpinan
militer dalam pergerakan ini. Dimana-mana mereka itu membunuh dan membakar, teristimewa
rumah-rumah biara. Pasukan-pasukan paus dikalahkannya. Gereja terpaksa mengundang
pemuka-pemukanya ke basel selaku partai yang setara dengan konsili, tetapi permusyarawatan
itu tidak berhasil.

Lama-kelamaan peperangan ini dapat diakhiri juga. Di Bohemia didirikan dan diakui sebagai
sebuah gereja Husit di samping gereja Roma. Kuasa orang taborit lekas hilang; hanya beberapa
kelompok kecil yang masih kedapatan di Bohemia, yang kemudian dipengaruhi oleh gereja
Protestan.

 3. Savonarola. “perintis reformasi” yang ketiga, seorang rahib Dominican yang bernama
Savonarola (1452-1498), Hanya berpengaruh di kota Florensa (Italia) saja. Seperti Yohanes
pembaptis ia menghardik orang-orang sezamannya. Tuan-tuan medici, yang memegang kuasa di
kota Florensa, diusirnya dan sesudah itu savonarola mengajar semua penduduk supaya bertobat.
Segala kemewahan dan keinginan duniawi harus dimatikan. Yesus saja yang boleh diakui selalu
raja Florensa. Dengan khotbah dan polisinya savonarola memerintahi kota itu. Paus Alexander
VI yang durjana itu diserangnya dengan hebat. Tetapi akhirnya savonarola dijatuhkan oleh
seteru-seterunya yang banyak itu dan oleh rakyat yang lekas jemu terhadap pimpinannya yang
sangat keras itu. atas titah paus ia ditangkap oleh inkwisisi, disiksa dan dibakar.

 4. kekuatan dan kelemahan perintis itu. kekuatan wiclif, Hus dan savonarola terltak dalam
sikapnya yang keras terhadap sekularisasi gereja yang dilawannya, tetapi teristimewa dalam
sikap mereka untuk mengalaskan ajaran dan aksinya pada Alkitab. Tetapi sama seperti lawannya,
Injil dipandangnya sebagai suatu taurat, yang hukum-hukumnya harus diturut oleh manusia
untuk memperoleh keselamatan yang kekal.  Dengan menyadarkan jemaat Kristus tentang
kesucian dan kesungguhan tuntutan-tuntutan Tuhan itu mereka bekerja selaku perintis
pembaharuan gereja. Akan tetapi inti-pokok Injil itu, yakni manusia dibenarkan karena rahmat
Tuhan saja, oleh iman, dan bukan oleh amal dan pekerjaan manusia sendiri, hal ini belum
dipahaminya. Sebab itu gelar “perintis-perintis Reformasi” harus dipakai dengan hati-hati.

BAB 29

RENAISSANCE DAN HUMANISME

1.      DI ITALIA

Pada abad ke-XIV cara hidup di Italia mendapat bentuk baru. Terutama di Italia Utara kota-kota
bertambah kaya oleh perniagaan, perusahaan dan kerajinan penduduk. Golongan orang kota itu
makin lama makin makmur, makin sadar akan kepentingan dirinya dan makin berkuasa. Dengan
demikian berkembanglah suatu pandangan hidup yang baru , yang antara lain ternyata dalam
syair-syair punjangga Petrarca (1304-1374): sebenarnya manusia tak usah mengikuti kuasa
apapun di atasnya; kaidah dan pusat hidup manusia ialah pribadinya sendiri.

Sikap ini berhubungan rapat dengan pandangan penyair-penyair Romawi dan Yunani zaman
purba, yang telah lama dikenal, tetapi baru sekarang diinsafi dan diulangi pula. Bertentangan
dengan cita-cita askese, bangkitlah perasaan kesukaan akan dunia ini, yang mengandung banyak
kemungkinan bagi manusia, dan akan alam yang indah dan permai itu. Kesadaran baru akan
keindahan dunia dan manusia ini, biasanya disebut dengan kata Perancis “renaissance” (baca
renesanse), yakni “kelahiran kembali” dari kebudayaan dan kesenian kuno. Pusat-pusat
pergerakan ini, ialah Florensa dan Roma. Pun dilapangan politik renaissance itu menciptakan
bentuk-bentuk baru. Orang-orang yang kuat pendiriannya merebut kuasa. Misalnya keluarga
Medici di Florensa. Mereka itu suka memerintah dan hidup mewah, tetapi kesenian pun sangat
dimajukannya.

Dilapangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan gerakan ini dinamai “humanism”, arti kata yang
sebenarnya: “kemanusiaan”, tetapi arti yang lebih luas ialah: perabatan yang diperoleh dari
kebudayaan kuno. Perabatan bangsa-bangsa Romawi yang mendahului perabatan Kristen,
sekarang dipelajari pula. “pulanglah kepada sumber-sumber!” itulah semboyan humanism;
berhubungan dengan itu, maka bukan saja sumber-sumber kesusasteraan Kristen, yaitu kitab-
kitab para bapa Gereja tetapi juga dari karangan-karangan para filsuf dan pujangga kafir
diselidiki dengan teliti oleh orang humanis itu, ialah dikumpulkannya cukup bukti untuk
memastikan, bahwa sehelai dokumen yang disebut “Hadiah Constantinus” sebenarnya bukan
dari zaman dahulu asalnya, melainkan dipalsukan saja. Sebagaimana diketahui, dokumen itu
sudah dipakai oleh paus-paus sejak masa Karel Agung selaku dalil dan dasar dari tuntunan-
tuntunan mereka terhadap pemerintahannya dikota Roma dan daerah sekitarnya. Akan tetapi
bukanlah maksud renaissance untuk melawan Gereja. Memang banyak orang yang menurut
aliran baru ini kurang menghargai Injil, tetapi mereka sekali-kali tidak bermaksud mau keluar
dari Gereja Kristen. Agaknya kurang disadarinya betapa dalamnya jurang perbedaan antara cita-
cita baru ini dengan semanggat Gereja Kristen. Tak sedikit Klerus yang berjabatan tinggi dan
beberapa paus pun menempuh jalan baru ini dengan tidak merasa keberatan apa-apa.

2.      DI JERMAN

Di Jerman gerakan ini dari mulainya lain sifatnya dari pada di Italia. Humanism sangat
mempengaruhi ilmu dan kesusasteraan di tanah itu kaum Humanis di jerman tidak menolak
Gereja sebagai perbendaharaan kebudayaan, tetapi berusaha melayani Gereja dengan pendapat-
pendapatnya yang baru itu. Seorang Humanis Jerman yang kenamaan ialah Reuchlin, yang
membuka jalan bagi pelajaran baru bahasa Yunani dan Ibrani. Dengan demikian disediakan alat-
alat untuk membaca Alkitab nas asli.

3.      ERASMUS

Akan tetapi tokoh humanis yang paling termasyur, ialah seorang Belanda, Desiderius Erasmus
namanya, yang lahir dekat Gouda pada tahun 1469. Oleh karena ia sangat dihormati dan
disokong oleh Raja-raja dan pembesar-pembesar Gereja, Erasmus dapat menyerahkan segenap
karunia dan waktunya kepada pelajaran. Tempat kediaman ialah Rotterdam, tetapi lama juga ia
tinggal dan bekerja di Italia, Inggris, Belgia dan Swiss. Pada tahun 1536 ia meninggal di kota
Basel.

Humanism Erasmus adalah campuran pandangan-pandangan Yunani Romawi dengan ajaran


Injil. Ia boleh disebut “bapa aliran kekristenan yang serba bebas (liberal)”. Artinya, pada
pendapat Erasmus, Injil adalah suatu ajaran yang indah tentang kebajikan manusia, ajaran mana
teristemewa terdapat khotbah Yesus dibukit. Yesus ialah kegenapan yang sesempurna-
sempurnanya dari segala perkara yang baik dan benar, yang sudah terdapat juga dalam agama-
agama kafir. Sama seperti orang apologet dulu kala, ia berpendapat bahwa ajaran filsafat kafir
tentang logos, hanya disempurnakan saja oleh Injil dan theologia Kristen.

Dengan demikian segala pandangan, takhyul dan adat Gereja dari zaman itu sangat dikritik dan
diolok-olok Erasmus, tetapi ia tak sampai turut dalam pembaharuan gereja, sebab ia membenci
segala revolusi dan tindakan radikal. Pada hematnya, sebaliknya Gereja harus makin dipengaruhi
oleh semangat humanis, supaya lama-kelamaan Gereja dapat berbalik pada kesuciannya yang
sama.

4.      RENAISSANCE DAN REFORMASI

Baik dari pihak liberal, maupun dari pihak K.R. sering kali kedua pergerakan rohani itu, yakni
Reformasi dan Renaissance, dianggap selaku pergerakan yang sejalan dan setujuan. Tetapi
pandangan itu salah benar. Karena renaissance bearti kelahiran dari manusia modern (zaman
baru), yang tidak mengakui kuasa lain dari pada akal budi dan karunia rohaninya sendiri. Padahal
reformasi bearti, bahwa kuasa Firman Tuhan diakui dan dihormati pula. Memang secara lahiriah
ada juga perasaan antara renaissance dengan Reformasi, karena kedua-duanya telah membuang
rantai yang dengannya Gereja mengikat jiwa manusia dan masyarakat pada abad-abad
pertengahan, tetapi sebabnya berbada jauh.

Para pembaharuan Gereja mendapat banyak keuntungan dari hasil-hasil pelajaran orang
humanis, tetapi roh dan maksud renaissance ditolak sama sekali oleh mereka.

BAB 30

THEOLOGIA ABAD-ABAD PERTENGAHAN

1. POKOKNYA. Pada zaman Gereja lama orang-orang Yunani dan Romawi yang telah masuk
Kristen, mempergunakan pengetahuan dan filsafatnya untuk membela iman Kristen terhadap
segala serangan dari pihak kafir dan untuk melawan segala padangan sesat dari sekta-sekta.
Itulah yang kemudian membuat theologia zaman itu tumbuh dari jemaat sendiri serta mendapat
perumusannya didalam putusan konsili-konsili besar, khususnya konsili Nicea dan Chalcedon.
Tetapi beda halnya dengan abad pertengahan, bangsa muda di Eropa Barat dan Utara menerima
semua ajaran theologia yang diwarisi gereja lama yang kemudian menjadi ilmu yang dipelajari di
sekolah-sekolah tinggi sekitar tahun 1000. Theologia ini adalah theologia yang di usahakan oleh
sekolah-sekolah tinggi atau universitas yang kemudian dinamai Scholastik.

Isi dari ilmu shcolastik bukan menciptakan kepercayaan baru, namun meninjau atau memikirkan
kembali theologi yang diwarisi waktu lampau. Mereka mencari tahu apa yang telah dinyatakan
Tuhan agar dapat diterangkan kepada akal budi manusia. Pokok pemikiran utama yang dipikir
dan dirundingkan oleh scholastic ialah: bagaimanakah relasi antara penyataan (wahyu) Tuhan
dengan akal budi manusia? Dan untuk mengerti itu  dipakai theologia Agustinus dan pola pikir
filsafat dalam kitab logika Aristoteles pada abad IX.

2. Anselmus. Anselmus (1033-1109) ialah seorang Italia yang menjadi uskup besar di
Canterbury (Inggris), dia memiliki semboyan”aku percaya supaya aku mengerti”. Ia mulai
percaya kepada segala penyataan Tuhan yang diajarkan Gereja tetapi kemudian itu harus
dijelaskan sehingga kebenarannya bisa diakui sebagai kebenaran oleh otak manusia. Uraian
Anselmus yang termasyur ialah kitab yang dinamai: Apa sebabnya Allah menjadi
manusia? Didalamnya dia mencoba membuktikan perlunya inkarnasi Kristus dan kematian
Kristus harus diakui oleh akal budi. Penjelasannya bahwa kemuliaan Tuhan telah digelapkan
oleh kejatuhan malaikat-malaikat. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan mengganti malaikat-
malaikat itu jatuh juga kedalam dosa sehingga keagungan dan kehormatan Tuhan dihinakan.
Keadilan Tuhan menuntut hukuman dan penebusan karena kedurhakaan itu. Kesimpulannya
adalah manusia adalah manusia yang lemah dan memerlukan oknum yang lebih kuat untuk
menebus dosanya dan oleh karena itulah sebabnya Tuhan sendiri yang turun dari surga dan
menjelma menjadi Yesus Kristus untuk membayar hutang dosa ganti manusia, dengan itulah
rahmat dan kasih Allah digenapi. Pandangan inilah yang kemudian berpengaruh besar bagi
gereja yang kemudian. Sebenarnya rahmat Tuhan yang dinyatakan dalam pekerjaan Yesus
Kristus mengatasi pengertian akal budi kita bahkan tetap menjadi mujizat yang tidak terduga.

3. Abelardus. Abelardus adalah seorang scholastic yang terkenal (1079-1142). Menurutnya,


persesuaian iman dan akal budi adalah lebih sukar untuk diwujudkannya. Semboyannya
ialah: lebih dulu aku harus mengerti, barulah aku percaya. Dalam kitabnya “ya dan tidak” ia
mempertentangkan dan memperbandingkan bermacam-macam ajaran dari tradisi resmi Gereja,
yang berlawanan satu sama lain. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan segala perkara yang
tidak bercocokan, supaya akal budi dipuaskan dan iman mendapat dasar yang teguh. Dengan itu
akal budi menjadi kaidah yang tertinggi untuk mengukur dan menilai iman.

4. Zaman kejayaan scholastik. Abad XIII dimana kuasa Gereja memuncak pun menjadi zaman
kejayaan bagi scholastic. Ordo-ordo minta-minta yang baru didirikan itu, menyerahkan segenap
tenaganya kepada ilmu theologia. Yang menjadi dorongan istimewa scholastik dengan gairah
baru ialah sampainya kitab Aristoteles yang kemudian membuat mereka menghubungkan
theologia Augustinus dengan filsafat Aristoteles untuk membangun pikiran mulia untuk
menerangkan perkara yang dibumi dan di surga. Namun kesulitannya ialah filsafat Arisoteles
tidak terdapat uraian tentang dosa dan rahmat, penyataan dan iman. Dengan itu ahli scholastic
yaitu Albertus Magnus (1250) berusaha memasehikan pandangan-pandangan Aristoteles sebagai
suatu dasar theologia Gereja.
5. Thomas dari Aquino (1225-1274). Thomas adalah murid Albertus Magnus yang termasyur.dia
seorang Italia yang mengajar di sekolah tinggi Paris. Theologia Thomaslah yang menjadi puncak
usaha untuk menyesuaikan satu sama lain dan untuk mencari  keseimbangan antara unsur-unsur
akal budi dan penyataan, Alkitab dengan tradisi, Aristoteles dengan Augustinus. Menurut
Thomas dunia ini dan kehidupan manusia dibagi atas tingkat yang dibawah dibentuk oleh hidup
kodrati (alamiah) yang dapat dipahami akal budi. Dan hidup rahmat yang datang dari Tuhan
yang mengatasi tabiat kodrati dunia ini dan menyempurnakan kodrati. Semboyan Thomas
:Tabiat kodrati bukan ditiadakan, tetapi disempurnakan oleh rahmat. Menurutnya manusia mula-
mula mempunyai hidup kodrati yang sempurna dan ditambah lagi dengan anugerah Tuhan, tetapi
karena kejatuhan ke dalam dosa maka pemberian istimewa dan rahmat itu diambil daripada
manusia. Kristuslah yang menghubungkan kembali hubungan Tuhan dengan manusia. Dengan
demikian tabiat manusia beroleh tambahan ilahi itu yang dibutuhkan untuk mengembangkan
hidupnya dalam dunia ini dan supaya diselamatkan untuk selama-lamanya. Theologia Thomas di
menyelaraskan agama dan ilmu dan disesuaikannya satu sama lain. Tahun 1879 ajaran Thomas
disahkan sebagai theologia resmi dari Gereja Katolik Roma oleh paus Leo XII. Tetapi keadaan
dunia dan kehidupan manusia tidak dapat dijelaskan semudah itu. tentunya theologia ini
berdasarkan filsafat kafir sehingga kasih karunia tidak dihargai semestinya. Alkitab mencatat
bahwa dosa adalah kerusakan tabiat manusia dan ciptaan Tuhan. Dan Rahmat bukan saja
tambahan tetapi penyataan kasih Tuhan, yang dengannya manusia dan dunia dibaharui dan
didamaikan dengan Tuhan.

6.Duns Scotus(1265-1308). Dia mengkritik theologia Thomas. Menurutnya tidak mungkin


penyataan dan akal budi dapat disesuaikan satu sama lain. Banyak bukti-bukti yang dipakai akal
budi untuk mengerti sesuatu, dibuang saja oleh Duns Scotus. Dia menunjukkan kepada suatu
dasar lain bagi penyataan Tuhan, suatu dasar yang lebih teguh yakni kuasa rohani Gereja, karena
Gerejalah yang dikaruniai Tuhan dengan hikmat rohani dari atas. Dengan demikian Gereja Roma
memerlukan Duns sebab dialah yang menekankan kuasa Gereja yang tak bergantung pada
pengertian akal budi.

7. Occam. Ahli scholastik yang ternama yang penghabisan ialah rahib Franciscan Inggeris.
William dari Occam (1280-1349). Occam membongkar seluruh akal budi, bukan saja akal
manusia tak dapat menerti penyataan Tuhan; ikrar Gereja pun diserang oleh akal budi dengan
hebat, karena akal budi sekali-kali tidak dapat memasuki dunia Tuhan. Itulah sebab utama
kenapa manusia menggantungkan kepercayaan kepada kehendak Tuhan. Semboyan Occam: Aku
percaya sebab mustahil! Ada beberapa hal yang diajarkan Occam yang sesuai dengan Alkitab
yaitu: iman itu bukan mistik dan bukan pengakuan otak, karena iman tidak sesuai dengan tabiat
manusia; iman tidak lain dari taatnya dan takluknya manusia kepada kuasa Firman Tuhan yang
kedengaran dari dalam Alkitab. Disamping Alkitab itu, Gereja dan Paus tak mempunyai kuasa
sendiri. Luther telah belajar dari pandangan-pandangan Occam tentang sifat iman ini. Dari
Occamlah scholastik mulai berkurang karena tidak menghasilkan pemikiran yang baru, sehingga
pada akhirnya scholastik ditolak dan dicelah oleh ahli-ahli renaissance dan humanisme.

8. Faedah Scholastik. Maksud scholastik indah dan benar. Manusia hendak meneguhkan
kebenaran Injil Kristen dengan membuktikan bahwa segala ajaran gereja cocok dengan akal
budi. Tetapi pada akhirnya, scholastik terpaksa mengakui bahwa penyataan Tuhan hanya dapat
diterima oleh manusia, jika ia takluk kepada Tuhan sendiri.

9. Rahmat dan Jasa. Masalah rahmat dan jasa menjadi pokok perbantahan hebat pada masa
Augustinus. Bagi Augustinus pokok utama Injil adalah pemilihan, rahmat dan iman tetapi Gereja
mementingkan pencurahan khasiat rahmat dengan perantaraan sakramen pada amalan dan jasa.
Walaupun scholastik mencoba menghubungkan kedua pendirian ini, tetapi sebenarnya theologia
nya menjatuhkan Augustinus dan Paulus. Pada abad XIV dan XV Gereja sama sekali tidak lagi
mengerti ajaran Augustinus. Jasa manusia saja yang dipentingkan; rahmat telah hilang sifat
rohaninya sama sekali, sebab dipandang sebagai suatu khasiat ilahi yang dapat diterima oleh
manusia secara magis dan lahiriah saja.

BAB 31

KESALEHAN ABAD-ABAD PERTENGAHAN


Kita telah mendengar bahwa Bernhard dari Clairvaux memperdalam hidup roahani umat Kristen.
Jenis kesalehan baru itu berlaku terus sepanjang zaman abad-abad pertengahan.

1.Mistik. Jenis kesalehan mistik menjadi teristimewa di biara-biara. Mistik Kristen itu didasarkan
atas Alkitab dan Augustinus, terutama atas pandangan-pandangan filsafat kafir dari Platonisme.
Pokok segala aliran mistik pada segala agama dari segala zaman ialah keyakinan manusia bahwa
dalam jiwanya masih tersimpan sedikit sisa dari zat ilahi yang memenuhu semesta alam. Ingat
bahwa ajaran pantheisme Plato yang dualistis itu. Allah tidak berpribadi; Ia hanya Roh semesta;
Yang sempurna, Yang Mahabaik, Yang Mahaterang, Yang Mahabesar. Jadi makin jauh dunia
menceraikan diri dari asalnya, makin berkurang sifat ilahinya, makin jahat dan gelaplah keadaan
dunia itu. Filsafat pantheistis dan dualistis yang indah ini menjadi godaan besar bagi Gereja, baik
pada zaman dahulu (Origenes dan Augustinus), maupun dikemudian hari. Teristimewa Gereja
Roma mudah sekali mencampurkan ajaran Injil dengan pandangan-pandangan dan cita-cita
mistik. Seperti mistik yang pantheistis itu menghapuskan batas Allah dan manusia, demikian
pula Gereja Roma mulai meniadakan batas itu oleh ajarannya tentang kuasa paus, wujud ilahi
Gereja, sifat misa, pencurahan khasiat anugerah (kasih karunia). Pada abad XIV dan XV cita-cita
mistik itu bangkit kembali. Iman dianggap sebagai permulaan saja dari hidup suci orang Kristen.
Yang lebih penting dari iman adalah usaha manusia supaya dipenuhi dengan zat ilahi dari atas.
Pusat-pusat mistik itu ialah rumah-rumah pertapaan yang terdapat sepanjang sungai Rin,
terutama biara-biara wanita.

2.      Eckhart dan golongannya.Orang mistik yang termasyhur ialah Eckhart (1260-1327).


Menurut pendapatnya, pada dasar batin manusia terdapat api kecil yang berasal dari zat ilahi
yang menggerakkan segala sesuatu. Dalam suasana mistik ini pribadi dan pekerjaan Kristus
bukan lagi pusat kesalehan. Yesus menjadi contoh saja bagi manusia, yang mengajak dan
membimbing dia pada perjalanan mistik. Begitu juga Gereja dan sakramen sudah kurang
penting, karena manusia mau mengajar persekutuan yang berbahagia itu dengan
langsung.Tauler, Suso dan Ruysbroek adalah orang-orang mistik yang ternama. Banyak jemaat
yang kerinduan rohaninya kurang dipuaskan oleh Gereja resmi yang buruk itu, menyerahkan
dirinya kepada kesalehan mistik yang baru itu. Menurut (Yoh 15:14) mereka suka
disebut “Sahabat-sahabat Tuhan”. Kesalehan mereka tidak lagi berdasarkan alat-alat keselamatan
Gereja resmi, meskipun mereka tak mau membuang Gereja.
3. Devosi baru. Seorang pengkhotbah awam, yang bernama Geert Groote (1340-1384) di kota
Deventer, mengumpulkan sejumlah orang klerus dan awam, yang bergelar “Saudara-saudara
yang hidup rukun”. Bedanya Devosi Baru ini dengan mistik ialah pengikut-pengikut Geert
Groote menghormati dan melayani Gereja, dan penurutan Kristus dinyatakan dalam praktek.
Mereka memajukan persekolahan, memperhatikan penggembalaan, turut menuntut ilmu humanis
dan sangat mementingkan kuasa Alkitab.

4. Alat-alat Keselamatan.Pimpinan ini diberikan Gereja terutama dengan perantaraan sakramen


yang telah diamanatkan kepadanya oleh Tuhan. Sejak abad XIII Gereja Roma mengakui tujuh
sakramen, yaitu: perjamuan, baptisan, konfirmasi, pengakuan dosa, urapan penghabisan, nikah
dan tahbisan imam. Dengan sakramen-sakramen ini Gereja membimbing manusia dari kecil
sampai ke kuburnya.Perjamuan (misa, sakramen mahakudus, sakramen alter, ekaristi).
Berdasarkan dogma transsubstansiasi, roti yang telah ditahbiskan itu dipuja oleh jemaat selaku
Tuhan sendiri. Roti suci bernama hostia. Sesudah misa, hostia disimpan dalam “rumah
sakramen”, yang terdapat di atas atau di sebelah mezbah. Adakalanya diadakan prosesi
(perarakan) sakramen, yaitu hostia diarak-arakkan keliling kota dalam suatu tempat yang elok,
yang dibawa oleh seorang imam, yang berjalan di bawah sebuah payung
kehormatan.Baptisan bagi Gereja Romawi adalah sungguh-sungguh menghapuskan dosa turunan
dan segala dosa yang diperbuat oleh orang itu sendiri. Gereja ini juga mengizin baptisan darurat,
jikalau seorang mau meninggal dunia dan imam tak dapat dipanggil lagi.Konfirmasi (sakramen
penguatan). Sakramen ini menyusul baptisan dan berdasar pada Kis 8:14-17, untuk menguatkan
iman dan mengaruniakan Roh Kudus. Konfirmasi ini dilakukan dengan membuat tanda salib
pada dahi dengan minyak suci dan dengan meletakkan tangan pada orang yang
menyambutnya.Pengakuan dosa yang terdiri dari penyesalan batin yang sungguh, pengakuan
dosa dengan mulut di hadapan imam, yang memberi absolusi (kelepasan dari dosa) atas nama
Tuhan dan penebusan dosa dengan amal atau penintesia.Perminyakan (sakramen orang sakit),
yaitu orang sakit didoakan dan diurapi oleh ketua-ketua (Yak 5:14) dengan membubuh minyak
suci pada mata, telinga, hidung, mulut, tangan dan kaki.Perkawinan yang ditahbiskan oleh imam
dan diakui sah oleh Gereja Roma. Nikah yang ditahbiskan oleh Gereja tidak boleh diceraikan
lagi, kecuali dalam hal istimewa sekali dengan izin paus.Tahbisan imam, yang menjadi satu-
satunya pengantara yang dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan rahmatNya kepada manusia.
Sebab itu sakramen tahbisan imam menjadi batu alas bagi seluruh bangunan Gereja Roma.
Segala hak dan kuasa rasul-rasul dikaruniakan kepada imam menurut dogma suksesi rasuli.

Selain dari sakramen-sakramen, maka Gereja Katolik Roma banyak menaruh “sakramentalia”,
yaitu perbuatan suci yang juga mendatangkan berkat bagi manusia, tetapi berkat itu lain rupanya
dan kurang berharga daripada kuasa sakramen. Umpanya pemberkatan atau tahbisan oleh imam
terhadap pelbagai perkara. Pelantikan raja, rumah tangga, kebun, makanan, senjata dan
sebagainya, semuanya itu dimasukkan ke dalam lingkungan ilahi dan magis dari Gereja. Air suci
yang dipakai untuk maksud itu, dianggap juga selaku obat sihir yang berkhasiat luar biasa.

BAB 32

LUTHER

1. Keadaan Masyarakat. Roh Tuhan memimpin gereja Kristus di bumi ini kepada kebenaran Injil
itu tidak belaku dengan berangsur-angsur. Biasanya mata Gereja dicelikkan oleh Roh dengan
sekonyong-konyong, sehingga ia sadar pula akan kesesatannya, dan kembali lagi pada Firman
Tuhan yang Kekal. Hal itu terjadi pada permulaan abad ke-XVI, dan yang dipakai oleh Tuhan
untuk mengusahakan pembaruan itu, ialah Martin Luther.

            Pembaruana Gereja itu susungguhnya adalah suatu mujizat dikerjakan oleh kuasa Roh
Tuhan sendiri, karena tidaka dapat diharapkan lagi dari pihak manusia. Dimana-mana kelihatan
tanda-tanda perubahan zaman kecuali di kalangan politik dan sosial. Tak dapat tidak segala
peristiwa yang penting itu mempengaruhi terjadinya pembaruhan Gereja, tetapi semua itu tak
sanggup memulainya. Gereja belum menampakkan alamat hidup baru. sebaliknya : pembaruan
yang dimaksudkan oleh konseli-konseli pada abad ke-XV gagal belaka karena paus-paus
melawannya. Umumnya orang merasa tak senang dan kurang puas karena keadaan gereja yang
buruk itu, tetapi tak ada yang tahu mengubahnya dan orang hanya mengeluh dan mengkritik saja.
Oleh karena Gereja yang diduniakan dan najis itu masih tetap menjadi satu-satunya pengatara
bagi manusia untuk beroleh keselamatan kekal. Oleh sebab takutnya terhadap neraka dan api
penyucian maka orang banyak tetap saja taat kepada kuasa paus dan Gereja Roma. Bukan sedikit
orang yang mengejar ketentraman hati dan ingin supaya berkenan kepada Tuhan.

            Kuasa duniawi uskup-uskup, yang diberikan kepadanya pada abad ke-X oleh Otto I,
sudah mudur juga. Raja-raja memegang pemerintahan dalam daerahnya masing-masing. Banyak
diantara mereka memajukan kebudayaan dalam negaranya untuk mendirikan sekolah-sekolah
tinggi. Timbulnya Refor : karena gereja hendak kembali ke adanya ajaran gereja-gereja yang
menyimpang/teologi, dogma, praktek yang tidak berdasarkan Alkitab.

            Keadaan sosial di Jerman  pun mempengaruhi jalan Reformasi. Oleh perniagaan, kota-


kota bertambah maju dan makmur. Penduduknya menghargai perkara-perkara rohani, seperti
ilmu, seni dan agama. Tetapi sebaliknya arti dan pentingnya kalangan bangsawan makin
berkurang. Banyak orang bangasawan kehilangan penghasilannya. Khususnya kalangan petani
banyak menderita oleh beban berat yang dipertanggungkan kepadanya oleh Gereja yang loba itu.
Mulai abad ke-XV terjadilah pemberontakan-pemberontakan dari pihak kaum petani yang
malang itu. Luther juga terpaksa menentukan pendirinnya terhadap segala gerakan dan keadaan
masyarakat itu, tetapi menangis godaan menghubungkan Injilnya dengan sesuatu acara sosial.
Pembaruan Gereja menjadi suatu pekara Gereja semata-mata, walaupun seluruh hidup
masyarakatnya mengalami pengaruhnya.

2. Riwayat hidup Luther sampai tahun 1517. Luther berasal dari suatu keluarga petani di negeri
Thurigen, tetapi bapanya, Hans Luther, menjadi pencebak/ penggali tambang. Luter adalah
seorang yang sangat rajin. Kemudian ia naik pangkat dan maju dalam masyarakat; akhirnya ia
dipilih menjadi anggota dewan kota, sehingga dapat mengonkosi anak-anaknya. Oleh karena
Martin ternyata pandai, ia dikirim sekolah menengah di kota Magdeburg. Pada tahun 1501
Martin masuk sekolah tinggi di Erfurt. Bapanya ingin anaknya yang pandai itu sebagai ahli
hukum. Untuk itu Luther perlu menuntut ilmu filsafat dulu beberapa tahun lamanya. Dengan
jalan demikian ia mempelajari scholastik, yang pada masa itu masih menguasai sekolah tinggi di
Erfurt. Meskipun demikian pandangan-pandangan Occam mempengaruhi pikiran Luther dalam
berbagai hal. Dalam bilik perpustakaan sekolah tinggi itu, Luther mendapat dan membuka
Alkitab untuk pertama kalinya.

            Pada tahun 1505 Luther lulus dalam ujian yang memberi hak kepadanya untuk menuntut
ilmu hukum. Tetapi dengan tiba-tiba terjadilah perubahan besar dalam hidup Luther. Pada
tanggal 2 juni 1505, ia ditimpa oleh hujan keras disertai guruh dan halilintar. Hampir-hampir ia
disambar kilat. Dengan sangat takut dan gentar ia beseru: “ Santa Anna yang baik, tolonglah aku!
Aku mau menjadi rahib!”. Dua minggu kemudian ia meminta masuk biara yang aturannya paling
keras, yaitu biara orde Eremit Augustin.

            Pemimpin-pemimpin Luther di biara Augustin segera memperhatikan kecakapannya. Ia


disuruh menuntut ilmu thelogia. Pada tahun 1507 ia ditabiskan menjadi imam. Setahun kemudian
Luther dipindahkan ke Wittenberg tinggal disana, samabil mengajar filsafat susila Aritoteles
kepada mahasiswa-mahasiswa yang muda. Pada tahun 1510 Luther dikirim ke Roma sebagai
utusan ordonya untuk turut memecakan soal peraturan ordo Agustin. Atas desakan von Staupitz
itu Luther mencapai gelar “doktor” Thelogia, doktor dalam kitab suci. Pada tahun 1512, ia
diangkat menjadi guru besar pada sekolah tinggi untuk memberi pelajaran ilmu-tafsir tentang
beberapa surat Alkitab.

3.    Perkembangan kebatinannya. Hidup kebatinan Luther pada Tahun-tahun yang dibicarakan


tadi, karena hal itulah yang paling penting untuk diselidiki dan dipahami dengan sesama. Luther
masuk biara, satu soal yang mengelisahkan hatinya, satu masalah yang muskil yang
dipecahkannya. Bagaimana aku bisa mendapat suatu Allah yang rahmani? Luther sangat takut
akan hari kiamat, dan ia ingin diselamatkan. Menurut orang waktu itu, biarlah yang menjadi
jalan yang terbaik bagi manusia untuk meperoleh keselamatan itu. Di sanalah manusia dapat
berusaha mencapai kesempurnaan yang berkenan di hati Tuhan serta memberi pahala yang
kekal. Dengan tak memandang lelah ia berpuasa, berjaga-jaga waktu pada malam, menyiksa diri,
berdoa dan lain-lain. Tetapi Luther bukan mendapat damai dan ketentraman hati, malahan ganti
(daripada) mendapat kepastian tentang rahmat Tuhan, Luther merasa dirinya makin jauh dari
rahmat Allah, karena ia mengerti, bahwa segala perbuatan manusia, meski sangat baik dan saleh
sekalipun, tidak berharga dihadapan Tuhan. Ia tidak percaya lagi, bahwa segala amalan dan dosa
manusia dihitung satu persatu dalam buku kas surgawi, lalu dibandingkan dengan perbuatan-
perbuatan yang mana yang besar, apakah itu boleh masuk sorga atau harus dibuang ke neraka.
Bertobatlah Luther, bahwa buah yang baik hanya boleh diharap, jikalau pohonnya sendiri baik.
Bukan terutama perbuatan yang diperhatikan oleh Tuhan, melainkan Ia melihat hati manusia.

Akan tetapi menurut ajaran gereja memang manusia tak sanggup beramal dengan kekuatannya
sendiri. Untuk itu ia perlu dibantu oleh kuasa rahmat, dengan kekuatannya sendiri. Oleh kuasa
rahmat yang dicurahkan ke dalam batinnya dengan prantara sakramen. Dengan demikian
sebenarnya perhatian orang berdosa tidak diarahkan kepada Kristus, tetapi kepada usaha sendiri.
Luther mulai benci Tuhan, biarlah ia mati saja dan nama Kristus juga tidak dapat
mengiburkannya. Sebaliknya Luther takut akan Kristus yang akan datang kelak untuk
menghukum kelak semua manusia sesuai dengan perbuatannya.

Firman Tuhan sendiri membebaskan Luther dalam pelajarannya ia telah menemui perkataan
Alkitab, yang termaktub dalam surat Roma 1:17. Bahwa kata “kebenaran” di dalam Alkitab
sama artinya dengan kata itu dalam filsafat Aristoteles, yaitu sifat untuk memberi kepada seorang
apa yang patut diterimannya. Jadi kebenaran Allah adalah sifat Allah untuk menghukum orang
berdosa.

Kata Luther : “Aku mulai sadar, bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada suatu pemberi yang
dianugrahkanNya kepada manusia utnuk memberi hidup yang kekal kepadanya dan pemberian
kebenaran Allah ia harus dikerjakan sendiri. Dengan demikian Tuhan yang rahmani itu
membenarkan kita dengan rahmat dan iman saja. Rahmat Tuhan bukan lagi suatu tujuan yang
jauh, yang mungkin tidak tercapai, melainkan pusat kuasa hidupnya. Hanya oleh karena
pekerjaan Kristus saja, dengan tiada menuntut apa-apa dari pihak manusia selain dari pada
menerima kemampuan itu dengan iman yang sungguh-sungguh karena Allah tidak menuntut,
tetapi ia memberi. Luther mengerti bahwa hidup dari iman dan rahmat adalah lain benar daripada
cita-cita mistik, yaitu supaya hilang tenggelam dalam dasar jiwa, yaitu dalam zat ilahi yang
kekal. Mau tak mau Luther dipanggil untuk melaksanakan tugas yang mulia itu, sama seperti
Musa, Yeremia dan Paulus dipilih dan didorong oleh Roh Tuhan untuk menjadi alatNya,
walaupun mereka sendiri mula-mula kecil dan segan mengangkat tanggungan yang berat itu.

4. Pertikaian tentang penghapusan siksa. Penjualan surat penghapusan siksa itulah yang


menyebabkan mulianya Reformasi. Peristiwa mulainya Reformasi itu adalah seperti berikut :
Uskup Agung Alberecht dari Mainz mengambil dua daerah uskup yang lain, yang pada waktu itu
tidak ada uskupnya, sehingga ia mendapatkan pendapatan 3 kali lipat.  Albrecht membayar
sejumlah uang besar kepada paus. Banyaknya uang yang diminta oleh Albrecht dari bank Fugger
di Augburg, tetapi kemudian susah baginya untuk melunasinya. Lalu paus menyarankan
kepadanya untuk memperdagangkan surat penghapusan sikap secara besar-besaran di Jerman.
Separuh dari hasilnya boleh diambil untuk membayar hutangnya, dan separuh lagi hendak
dikirim ke Roma untuk pembangunangedung gereja Santa Petrus, yang besar dan indah.
Demikian dilakukan secara mufakat paus Leo X.

            Luther terpaksa menyerang kebiasaan yang buruk itu, takala orang yang datang mengaku
dosa kepadanya menuntut penghapusan siksa berdasarkan surat indulgensia Tetzel itu. Sebab itu
Luther memutuskan untuk mengadakan perdebatan umum tentang soal itu, karena pada masa itu
belum ada majalah theologia. Begitu pula maksud Luther pada tanggal 31 Oktober 1517 ia
memakukan sehelai kertas, berisi 95 dalil dalam bahasa Latin tentang penghapusan siksa, pada
pintu gereja-istana di Wittenberg, dengan permohonan untuk memperdebatkan pandangan yang
dikemukakan dalam dalil-dalil itu. Kesaelamatan yang kekal tak dapat diperoleh dengan
mengadakan perdagangan dengan sorga, tetapi hanya dengan memikul salib mengikut Kristus
saja.

            Secara lahiriah dan batiniah berkembangnya Reformasi tidak tertahan lagi. Luther
tertuduh di hadapan paus sebagai  seorang penyesat. Tetapi Luther tidak mau. Tuan tanah Luther,
Frederik yang bijaksana, berjanji secara rahasia untuk melindunginya. Dipandang dari sudut
pandang manusia, maka harus diakui bahwa tanpa sikap yang tegas dan bijaksana dari raja
Frederik itu, mustahil pergerakan Reformasi dapat berkembang dan berhasil baik.

            Tetapilah sebetulnya Lutherlah yang beruntung dengan debat itu, karena sekarang ia insaf
bahwa hanya Alkitab saja yang harus menjadi ukuran dan patokan. Bukan paus atau konsili,
melainkan Firman Tuhan saja yang berkuasa atas orang beriman. Dengan demikian seluruh dasar
gereja Roma menjadi goyang sama sekali. Pemerintahan rohani, yang dilakukan oleh kaum
pejabat, tak sesuai dengan kehendak Tuhan.

5. pembaruan Gereja berkembang. Pada waktu itu Luther mendapat banyak pengikut yang
berpengaruh di segala kota Jerman. Karena sudah tentu banyak perkara yang menghubungkan
Luther dengan mereka. Sama seperti golongan humanis itu Luther juga sangat penting pelajaran
bahasa asli dari Alkitab, bahasa Ibrani dan Yunani. Pada waktu itu juga Luther mendapat seorang
kawan sepejuangan bahkan kemudian menjadi sahabat karibnya, yakni Philipus Melanchton. Ia
seorang ahli bahasa, filsafat dan theologia sangat pandai. Malanchton menjadi ahli dogmatik
yang terbesar dari Reformasi di Jerman. Selain rakyat dan kaum humanis, maka golongan
bangsawan yang bersifat revolusiaoner pun turut membantu Luther. Akan tetapi Luther tau
mengabungkan gerekannya dengan cita-cita dan tujuan segala golongan itu. Makin hari makin
teranglah jalan yang harus ditempuhnya.

            Berikutnya tertiblah kitab Luther “Tentang pembuangan Babel untuk Gereja”. Karangan
ini ditulis dalam bahasa Latin dan bersifat thelogia. Didalam Luther mengemukakan suatu ajaran
sakramen baru yaitu sesuai dengan Alkitab. Dari ketujuh sakramen Gereja Roma hanya mengaku
tiga berpangkal pada janji Tuhan, yakni Baptisan, Perjamuan Kudus dan pengakuan Dosa, dan
tentang yang ketiga itu pun ia masih bimbang. Dan ia melawan keras ajaran transsubstansiasi dan
pandangan yang salah bahwa Kristus dibuat sebagai persembahan dalam misa jemaat, karena
perjamuan kudus itu bukanlah suatu usaha manusia, melainkan karunia Tuhan. kitab Itulah yang
bersaksi tentang pendapat baru Luther dengan seidah-indahnya. Kepalanya ialah: “tentang
kebesaran seorang kristen”, tetapi sebetulnya lebih tepat kalau disebut “Hanya oleh iman
saja”atau “Sola fide”. Ketiga karangan ini asyik dibaca oleh banyak orang, sehingga dalam
beberapa bulan saja, harus dicetak berulang-ulang. Umumnya dirasakan bahwa segala pandangan
baru Luther itu harus diwujudkan oleh gereja dan masyarakat.

6. Perlawanan dari pihak paus dan kaisar. Pada tanggal 15 juni 1520 tebitlah bulla paus, yang
sudah lama ditunggu dimana 41 ucapan Luther ditolak, karena dianggap sebagai ajaran sesat.
Luther membalas bulla itu dengan suatu karangan yang berkepala: “melawan kutuk si Antikrist”.
Pada tanggal 10 Desember ia membakar bulla paus dimuka pintu gerbang kota Wittenberg
dihadapan para guru besar dan mahawiswa. Ia juga membakar kitab undang-undang Gereja K.
R., karena kitab itu membuktikan jelas betapa besarnya kelaliman yang paus lakukan dengan
sewenang-wenang terhadap gereja Kristus sungguhpun rakyat Jerman menghormati Luther
selaku pahlawannya, tetapi kaisar Karel tak ragu-ragu lagi. Pada 26 Mei ia mengeluarkan Edik
Worms, di mana Luther dengan para pengikutnya dikucilkan dari masyarakat dengan kutuk
negara. Segala karangan Luther pun harus dibakar. Ia sendiri boleh ditangkap atau dibunuh oleh
siapa saja yang menemui dia. Sebenarnya Edik itu bukanlah keputusan semua wakil negara,
Cuma hanya beberapa pihak gereja yang memilikinya.

7. Arti Luther bagi Gereja. Hanya satu hal saja yang dimaksudkan Luther: ia mau membebaskan
injil dari belenggunya sudah berabad-abad lamanya merintanginya. Lutherlah yang pertama-tama
sadar akan kesesatan dan kekhilafan itu, yang sekian lamanya melemakan gereja Kristus. Bahkan
sedari zaman kemudian sesudah rasul-rasul, gereja salah mengerti Injil rahmat Tuhan, sehingga
memahamkannya seperti suatu taurat baru. Dan oleh iman saja manusia dibenarkan, berkat
rahmat Allah! Bukan para klerus yang berkuasa dalam gereja Kristus, melainkan Alkitab saja.
Semenjak Luther dapat menempuh suatu jalan baru, sebab kebenaran Injil sudah disadarinya
kembali.

BAB 33

PENYARINGAN, PERCERAIAN DAN PELUASAN

1. Perjuangan baru. Sementara Luther berada di wartbung, reformasi diancam oleh bahaya baru,
yaitu banyak orang salah mengerti kebebasan yang dikhotbahkan oleh Luther sendiri kebebasan
itu berarti, bahwa manusia dilepaskan dari kuk taurat, sehingga ia dapat menyerhkan diri dengan
rela hati kepada Tuhan dan mengabdi kepada dia. Tetapi tak sedikit pengikutnya yang
memandang kebebasan baru itu secara negatif saja, yaitu kebebasan dari rupa-rupa kebiasaan dan
aturan romawi sehingga mereka merasa perlu merencanakan dan melangsungkan pelbagai syarat
baru. Dengan demikian mereka takluk lagi kepada suatu taurat baru, dan rahmat injil yang
memerdekakan itu kurang dipahaminya. Itulah sebabnya pada tahun-tahun yang berikut Luther
terpaksa menceraikan dirinya dari beberapa golongan yang mengacaukan tujuanNya.

2. Di Wartburg. Sepuluh bulan lamanya Luther tinggi di wartburg dengan berpakaian secara
seorang bangsawan dan memakai nama samara, yaitu “Junker Georg” (raden georg). Masa itu
merupakan suatu ujian pula baginya, karena ditempat yang sunyi itu hatinya sangat digoda oleh
banyak pikiran dan kebimbangan. Benarkah ia sungguh mengikut jalan Tuhan dengan
gerakanNya itu.tetapi ditengah godaan itu Firman Tuhan yang dulu sudah menawan hatinya,
sekarang pun menghiburkan dan menegakkan dia. Godaan Iblis ditangkisnya dengan iman yang
kokoh. kata orang, Luther pernah melemparkan sebotol tinta kepada iblis yang nampak dalam
biliknya dan mengganggu dia.
Tetapi sungguhpun Luther digoda demikian, ia menunjukkan tenaga yang luar biasa yang selama
tinggal di wartburg itu. dalam beberapa bulan saja perjanjian baru diterjemahkanNya dari bahasa
Yunani ke dalam bahasa Jerman. Sampai pada waktu itu terjemahan kedalam bahasa Jerman
semuanya berdasarkan terjemahan Latin, yaitu Vulgata. Lutherlah yang mempraktekkan dalam
gereja semboyan humanis kembalilah kepada sumber. Tetapi di samping sendirian yang sehat
itu, maka hasil yang gilang-gemilang dengan terjemahannya itu, disebabka oleh keahlianNya
dalam ilmu bahasa juga. terjemahanNya yang elok itu yang rajin dibaca dimana-mana sampai
kini, sangat besar pengaruhnya atas pembentuk suatu bahasa persatuan di Jerman, di tengah-
tengah dialek-dialek yang banyak itu. Luther hanya mau melayani Firman Tuhan, tetapi dengan
itu ia pun berbakti kepada bahasa dan bangsanya. Dua belas tahun kemudian (1534), terjemahan
segenap Alkitab selesai.

sebuah kitab rencana khotbah (pastille) untuk tiap-tiap hari minggu dari tahun gerejani, supaya
menjadi contoh bagi pengkhotbah Reformasi, yang sangat membutuhkan pimpinan dalam hal
menyusun khotbah. Pada masa itu juga Melanchton di Wittenberg mengarang kitab pengajaran
agama yang pertama yang pertama dari Gereja Reformasi, yang berkepala “pokok-pokok utama”
(Loci communes). Dengan sederhana dan sangat jelaas diuraikan dalam kitab dogmatic ini segala
pokok yang terpenting, yang diajarkan oleh Injil tuhan tentang iman Kristen. dengan demikian
senjata gereja Reformasi disediakan satu persatu.

3. Hura- hara di Wittenberg. Dalam pada itu pengikut Luther di Wittenberg mulai mewujudkan
ajaran baru itu dalam praktek. Pemukanya ialah guru besar Karlstadt. Pertama ia mau
membubarkan segala biara, karena cita-cita dan usaha kerahiban tak sesuai dengan injil. Luther
menyokong ikhtiar itu dari tempat perlindunganNya dengan suatu karangan. Banyak rahib laki-
laki dan perempuan keluar dari biaranya. Bahkan banyak di antaranya dan juga dari klerus biasa
yang kemudian menikah. Selanjutnya misa diserang. Segala hal yang menyinggung soal
mempersembahkan kristus pula kepada Allah oleh Jemaat dicoret dari tatacara kebaktian misa
itu. mulai sekarang, piala juga diberikan kepada jemaat, sehingga semua orang percaya
menerima roti dan air anggur. Banyak sekali orang turut dalam kebaktian perjamuan yang
demikian.

            Akan tetapi segera jemaat dihura-birukan oleh kedatangan beberapa “Nabi”, yang
menolak kuasa Alkitab dan hanya bersandar kepada “terang batin” dan penglihatannya sendiri
pun kurang kuat untuk mencegah semanngat yang salah itu. pada bulan Pebruari 1522, rakyat
yang tak dapat ditahan lagi. Mereka menyerbu gedung gereja, lalu memusnahkan mezbah, salib
dan patung. Raja frederik tidak sanggup memadamkan hura itu. sebab itu Luther memutuskan
untuk meninggalkan Wartburg dan kembali ke Wittenberg pada bulan maret 1522. Hal itu
membuktikan keberanianNya yang besar, karena kutuk kaisar sangat besar, tetapi Luther menulis
kepada  Frederik, bahwa ia tak lagi membutuhkan perlindungan saja, bahkan pengawalan Tuhan
sendiri sekarang Luther mau melindungi raja. Luther yakin bahwa semangat pemberontak hanya
dapat dilawan dengan bersenjatakan Firman tuhan. oleh sebab itu Luther naik mimbar tujuh hari
lamanya dan dengan khotbahnya ia menasihati jemaat sampai mereka malu dan menyesali
kepanasan hatinya. Anasir yang radikal dihardiknya, karena kurang kasih dan basar yang
menyebabkan saudara yang masih lemah dalam iman, terkejut dan barang kali mau kembali saja
kebawah kuasa paus. Jemaat harus di didik perlahan-lahan. Segala perkara yang lahir tidaklah
begitu penting, asal saja firman diberitakan dengan suci murni. Tetapi karena tidak mengerti itu
maka kaum fanatic telah membuat suatu taurat baru dari kebebasan yang diberikan injil itu.
dengan hadirkan yang tegas itu Luther membendung  sifat radikal di Wittenberg. Karlstadt harus
mengundurkan diri. Hanya beberapa perubahab saja diadakan oleh Luther, umpamanya kata-kata
mengenai persembahan kristus dicoret dari dalam misa tetapi pada umumnya tatacara gereja
lama masih berlaku.

            Peristiwa ini besar sekali artinya bagi sifat reformasi Luther ia menolak segala kekerasan
dan revolusi, karena yang dikehendakinya ialah supaya pengertian Injil yang baru itu
mengkhamiri gereja dan masyarakat dengan berangsur-angsur, agar jemaat jangan diperbudak
kembali oleh bermacam syariat baru. Memang bukan Luther, melainkan calvinlah yang
memikirkan dan mewujudkan pembaruan bentuk lahiriah gereja.

4. Perceraian dengan golongan fanatic. Makin lama makin terang bahwa jalan dan tujuan
Karlstadt dan nabi-nabi yang fanatic dan mengadakan hura sangat berbeda dengan maksud dan
cita-cita Luther. Karlstadt hidup mengembara dan akhirnya meninggal dibasel. Thomas Munzer
menjadi penganjur golongan ini. ia seorang yang jauh lebih radikal lagi, sehingga pada tahun
1524-1525 Luther merasa perlu menceraikan dirinya dengan terang dari padanya. Karena
Munzer dengan pengikutnya menerangkan kepada jemaat, bahwa tiap orang Kristen harus
meniru pergumulan batin sebagaimana dialami Luther, tanpa pengalaman demikian manusia
belum dibebaskan dari ikatanNya. Dengan jalan itu manusia dengan pendapatnya secara mistik
menjadi pusat lagi menggantikan rahmat Allah. Firman tuhan menyatakan diri dengan
langsung  kepada jiwa manusia sendiri, bukan dengan perantara alkitab. Dengan demikian
Munzer mengikat pula manusia dengan taurat mistik di samping itu  pula ia mengkhotbahkan
suatu revolusi sosisal. Rakyat dikerahkanNya untuk membasmi segala kekejian K.R keadaan
masyarakat harus dirombak dan diubah sama sekali. Cita-cita komunis mulai nampak.
Pemberontakan petani disetujui dan diturutnya. Akhirnya Munzer ditangkap dan dibunuh waktu
petani dikalahkan.

Luther sama sekali menolak pandangan dan cita-cita Munzer dengan golongannya. Karena ia
sungguh membebaskan kerohanian dan agama dengan perkara sosial. Revolusi melawan
kehendak Tuhan, dan pemerintah harus dihormati. Tambahan pula ia mengecam maksud
golongan fanatic itu untuk menaklukan manusia kembali kepada abad pertengahan. Soal dan
masyarakat dan relasi gereja dengan Negara lebih baik dipikirkan dan dipecahkan oleh
Protestantisme Calvinis daripada oleh Luther.

5. Percerain dengan golongan petani. Pada tahun 1525 pecahlah pemberontakan besar dari kaum
petani yang tak mau ditindas lagi. Baik petani katolik roma maupun petani yang mengikut Luther
mengangkat senjata. Mereka itu juga salah mengerti khotbah Luther tentang kebebasan tiap-tiap
orang Kristen, sehingga menyangka bahwa Luther akan membantu mereka. sudah tentu Luther
mengaku bahwa tuntutan         mereka patut dan pada tempatnya, tetapi tatkala ia mendengar
seluk beluk pemberontakan itu, yaitu  bahwa mereka membakar, merampok, dan membunuh
dimana-mana, sikapnya berubah sama sekali. Raja dan pemerintah yang terkejut dan tak berani
membela rakyatnya, ditempalaknya. Beralaskan surat roma 13 ia mengajak raja membalas segala
kejahatan itu. akan tetapi sesudah petani dikalahkan, ia menegur raja pula supaya mereka jangan
bertindak terlalu kejam. Dengan demikian Luther menunjukkan bahwa injil tidak memihak
kepada suatu golongan, melainkan memberitakan firman tuhan kepada segala golongan
masyarakat. Tetapi benar juga, bahwa ia kurang memperhatikan kebutuhan sosial. Mulai
sekarang banyak rakyat merasa kecewa, lalu membelakangi Luther. Luther sendiri pun kecewa
juga dan mengerti bahwa ia tak boleh bersandar pada rakyat jelata.

6. Perceraian (perpisahan) dengan Erasmus. Mula-mula Erasmus menaruh simpati benar


terhadap Luther, karena keberanianNya memberantas keburukan gereja akan tetapi ia seorang
ulama sejati, yang segan mencampuri gerakan radikal. Ia kurang berkairah dari Luther. Itulah
sebabnya ia terus mengundurkan diri tatkala timbul bahaya bagi luther dari pihak paus dan kaisar
(1520). Tetapi sebagian besar dari pengikutnya tetap memihak kepada luther, dan sebaliknya
penganut iman lama (K.R) menyalahkan humanism Erasmus yang pada sangkanya menyebabkan
reformasi. Sekarang Erasmus terpaksa memilih pihak mana akan diturutnya, supaya jangan ia
nanti tinggal sendiri saja. Tak sukar baginya memihak pihak gereja roma supaya jangan
mendapat susah atau kehilangan anugerah dan sokongan raja. Walaupun demikian Erasmus tentu
tidak menyerang luther tentang soal yang betulnya disetujuinya.

Pada tahun 1524 ia mengeluarkan suatu karangan yang berjudul “uraian tentang kehendak
bebas”  di dalamnya ia menegaskan bahwa rahmat saja tak sanggup menyelamatkan manusia.
Putusan akhir bergantung kepada kehendak bebas, yang dapat menerima atau menolak rahmat
tuhan. tetapi pandangan semi pelagian itu bukanlah pengakuan iman, melainkan buah pikiran
akal budi saja. Setahun kemudian luther membantah uraian Erasmus itu dengan karanganNya
tentang kehendak yang terikat, di dalamnya ia mempertentangkan Allah yang hidup yang hidup
dengan “Allah filsafat”Erasmus. Manusia yang sungguh beriman mengetahui dan mengaku
bahwa hanya rahmat Allah yang hidup saja, yang menyelamatkanNya. Berdasarkan iman itu,
luther berani mengemukakan pandangan yang rupanya berlawanan. Ia membedakan allah yang
menyatakan dirinya dalam kristus,yang menawarkan keselamatan kepada sekalian manusia,
dengan Allah yang memilih atau menolak manusia, dengan Allah yang memilih atau menolak
manusia menurut musyawaratnya yang kudus dan tersembunyi itu. masalah itu diperdebatkan
berkali-kali dalam sejarah gereja pada masa kemudian.

Oleh perjuangan pena ini golongan humanis terbagi dua. Yang mengikuti Luther menjadilah
Injil, tetapi yang mempertahankan pokok humanism seperti Erasmus tetaplah menganut agama
katolik roma. Pusat theologia mereka ialah manusia dibawah taurat, bahwa manusia dibebaskan
oleh rahmat saja tidaklah dimengerti olehnya. Erasmus menjadi bapa protestantisme liberal di
kemudian hari, juga mengutamakan akal budi dan moralisme.

7. Pernikahan Luther. Oleh karena ketiga perceraian /perpisahan yang dijelaskan tadi. Tahun
1525 sangat berat bagi Luther. Tetapi ia dihiburkan dan dikuatkan oleh perkawinanNya dalam
tahun ini juga dengan seorang bekas rahib wanita, yang bernama Katharina von Bora. Istri ini
menjadi bantuan besar bagi luther. Sendiri menganggap nikahNya suatu perkara yang suci,
bahkan jauh lebih mulia daripada hidup rahib yang pura-pura saja rohani.

8. Perkembangan. Dalam pada itu kabar tentang penemuan injil yang benar oleh luther itu
disiarkan kemana-mana oleh percetakan kitab. Terutama dijerman selatan pergerakan reformasi
berkembang dengan pesat di belanda jatuhlah korban pertama tahun 1523 Hendrik Voes dan
Johanes van Essen dibakar hidup dikota Brussel. Luther mengarang suatu syair untuk
menghormati saudara yang berani mati syahid karena imannya itu.

Banyak kota yang berdiri sendiri, yang suka memajukan kebudayaan dan agama, menerima
reformasi, dan hal itu biasanya berlaku dibawa pimpinan dewa kota. Dimana hal itu berlaku,
banyak orang keluar dari biara, tatacara kebaktian diubah dan pengkhotbah baru diangkat. Luther
menolak mereka dengan nasehatnya sambil mengusahakan pembaruan pengajaran dan
pemeliharaan orang miskin, berhubung dengan pekerjaan minta sekarang kurang dilakukan,
sebab sedekah tak lagi dianggap sebagai amalan yang menghasilkan pahala sorgawi.

Perkembangan yang cepat itu dimungkinkan oleh karena Edik Worms tidak diperhatikan oleh
rakyat. Semenjak pertemuanNya dengan kaisar maka luther bukanlah diganggu, malahan
digemari dan dihormati diseluruh jerman. Perhatian kaisar pun terikat oleh perangnya dengan
perancis dan Turki. Sembilan tahun lamanya ia tidak mengunjungi jerman. Raja tidak bersatu
mengenai reformasi dan takut kepada kota yang sudah ikut serta pembaruan gereja sebab
kekuasaanNya yang besar.

Pada tahun 1524 beberapa raja katolik roma mengadakan suatu perjanjian untuk melaksanakan
edik worms, tetapi pada tahun 1526 raja injil berserikat juga untuk mencegah pelaksanaan itu.
pada tahun itu juga kesusahan kaisar bertambah besar, karena ia bermusuh dengan paus beberapa
waktu lamanya. Sebab itu rapat Negara di Speier (1526) menunda lagi pemberesen perkara
reformasi. Raja diizinkan bertindak untuk daerahnya masing-masing. Aturan itu besar akibatnya
kekaisaran sekarang terbagi atas banyak gereja senegeri, sehingga reformasi dapat berkembang
dengan bebas disegala negeri yang rajanya bersifat injili, tetapi daerah yang diperintahi oleh raja
katolik roma tak dapat dimasuki oleh semangat pembaruan. Tak ubahnya seperti pada abad
pertengahan, gereja senegeri itu dipimpin oleh tuan tanah atau rajanya. Gereja negeri senegeri
injili yang pertama berdiri di Saksen dan Hessen. Sudah tentu organisasi dan keuanganNya
masih kacau sekali. Ada juga kekurangan pengkhotbah dan guru yang cakap. Atas ikhtiar Luther
beberapa “visitator” (penilik) diangkat, yang diberi tugas untuk perbaikan dan pembangunan
jemaat. Luther sendiri membantu usaha itu dengan bermacam-macam kitab untuk mengajar dan
menasehati jemaat. Yang terpenting ialah “katekismus kecil” untuk jemaat, dan “katekismus
besar” yang disusunnya untuk pendeta.

Dengan demikian reformasi Luther mendapat bentuknya. Yaitu gereja senegeri yang diperintahi
oleh raja. Bentuk itu memang berlawanan dengan kebebasan gereja dan dengan imamat am
semua orang percaya. Luther menyadari hal itu, tetapi ia setuju dengan ajaran Occam, bahwa
dalam keadaan darurat pemerintah duniawi wajib melindungi dan memelihara gereja. Tambahan
lagi ia sangat menghormati pemerintah yang sudah tentu adalah pemerintah Kristen pada zaman
itu. organisasi dan kedudukan gereja yang demikian itu mengandung segala bahaya yang
bersangkutan dengan hal gereja Negara umumnya.

9. Batas-batas pekerjaan pembaharuan Luther. Sungguhpun Luther mengantar gereja kristus


kepada jalan baru sambil membebaskan dari rupa-rupa perkara yang sesat, namun dalam
beberapa hal ia kurang radikal kebaktian dan susunan gereja kurang dibaharuinya, ia
membiarkan gereja dikuasai oleh pemerintah dan ia kurang menghubungkan agama dan
masyarakat. Ringkasnya, Luther kurang mengerti bahwa injil yang ditemuinya kembali itu,
bersifat theokratis artinya mau mempengaruhi segala lapangan hidup. Itulah sebabnya
Lutheranisme jerman tak sanggup melawan gereja roma dengan secukupnya. Tugas itu lebih
disadari dan dilaksanakan oleh calvinisme. Tetapi Lutherlah yang menjadi pembaru gereja yang
pertama dan yang termasyhur.

BAB 34

ZWINGLI DAN PERTIKAIAN TENTANG PERJAMUAN


1.      Bedanya kedua cabang Reformasi itu. Oleh pimpinan Tuhan yang istimewa maka
timbullah di Swiss suatu pergerakan pembaruan, sebagai lanjutan dari Reformasi Luther, tetapi
yang menambahkan beberapa hal yang sangat penting, yang kurang di perhatikan Luther, yaitu:
a. Kesadaran theokratis yang lebih kuat dan radikal; b. Perubahan dan pembaruan bentuk-bentuk
hidup Gereja; c. Pelakssanaan semangat injil di lapangan sosial; dan d. Sikap aktif terhadap
politik. Jenis reformasi itu di sebut Calvinisme. Cabang reformasi Calvinis itu memang tidak
terpikir tanpa Luther, sebab ia tak lagi lain sumbangan dan lanjutan Reformasi Luther di Eropa
Barat, tetapi perbedaannya dengan Gereja Protestan Lutheran ialah gerakan pembaruan di Swiss,
Perancis, Belanda, Inggris dan Skotlandia di pimpinan oleh oknum yag matanya terbuka bagi
tugas dan tanggung jawab Gereja terhadap segala lapangan masyarakat dan terhadap tuntutan-
tuntutan Tuhan yang lain mengenai pembaruan Gerejanya, yang kurag di pahami oleh Luther
dengan pengikut-pengikutnya.

2.      Hidup Zwingli. Sifat istimewa dari cabang kedua protestantisme itu nyata dengan terang
dalam hidup dan pekerjaan pelopornya, yaitu Ulrich Zwingli (1484-1531), seorang Swiss. Sejak
waktu menuntu ilmu theologia di Wina dan Basel, Zwingli di pengaruhi oleh humanisme.
Kemudian ia bekerja antara lain sebagai pendeta tentara dari pasukan-pasukan Swiss. Pada tahun
1518 Zwingli di panggil ke kota Zurich dan menjadi pendeta dari gereja yang besar disana.

Zwingli mulai memihak kepada Luther dengan pembaruannya semenjak debat di Leipzig (1519).
Oleh karena Zwingli  tidak di didik dalam scholastik dan tidak maasuk biara seperti Luther,
maka penemuan baru itu baginya tidak berarti bahwa  pertaliannya dengan waktu yang lampau
terputus sekaligus, melainkan seakan-akan pandangan dan keyakinan yang sudah di kandungnya
sekian lama itu sekarang di perdalam dan disadarinya dengan jelas.

Pada tahun 1520 Zwingli mempropagandakan berbagai-bagai pembaruan. Lalu Zwingli


menyerang rupa-rupa adat dan syariat gereja roma, misalnya undang-undang puasa, selibat kaum
imam dan sebagainya. Oleh sebab itu dewan kota mengadakan suatu debat umum atas ikhtiar
dan desakan Zwingli membentengkan acara pembaruannya dengan membela dan menguraikan
67 dalil.

Dalam hal ini nyatalah perbedaan antara Lutheranisme dengan Calvinisme. Sudah tentu
pendirian Zwingli lain dari pada sikap orang-orang fanatik di Wittenbang. Zwingli berniat
membarui Gereja secara lahiriah juga. Akan tetapi Protestantisme “Calvinis” harus awas, supaya
ia jangan menaklukkan anggota-anggotanya ke bawah suatu taurat baru, seperti yang telah di
buat oleh golongan yang fanatik.

3.      Keadaan pada tahun 1529. Di Swiss juga Reformasi berkembang dengan pesat. Kanton-
kanton (daerah-daerah) Bern, Basel dan beberapa lagi lekas memihak kepada Reformasi, tetapi
kanton-kanton lainnya tetap menganut pengakuan Katolik Roma. Akkhirnya kanton-kanton
katolik Roma berserikat, sehingga kanton-kanton injili terpaksa berbuat begitu juga. Pada tahun
1529 hampir-hampir pecah perang saudara. Pada ketika yang amat genting itu, Zwingli mencari
pertolongan di jerman, dan sebaliknya pemimpin politik dari kalangan Reformasi di Swiss.

4.      Pertikaian dengan perjamuan. Akan tetapi maksud itu tak tercapai karena timbullah
pembantahan tulisan yang keras antara Swiss dan jerman selatan pada satu pihak dengan
“golongan Wittenberg”, yakni luther beserta para pengikutnya pada pihak lain. Tatkala Yesus
mengatakan : inilah tubuhkku maka maksud Tuhan tk lain dari menyatakan, bahwa roti itu
kiasan tubuhnya.

Luther tak suka mengadakan perserikatan dengan golongan itu, yang pada hematnya hanya
menghina sakramaen kudus itu. Zwingli merasa, bahwa perselisihan secara theologi itu tak boleh
membatalkan perserikatan militer dan politik yang sangat perlu itu. Phili dari Hessen, yang juga
berpendirian demikian, membujuk Luther untuk mengadakan perdebatan agama dengan Zwingli
tentang perjamuan kudus. Pertemuan itu di laksanakan di Marburg pada permulaan oktober
1529.

            Barangkali kita merasa heran apa sebabnya Luther tak mau berdamai dengan Zwingli
pada suatu ketika yang segenting itu. Oleh sebab misa sudah menjadi pusat dan inti pokok alam
Gereja Roma, maka perlu sekali aarti injili Perjamuan Kudus itu di pahami sebaik-baiknya oleh
Reformasi. Luther mengetahui bahwa keselamatan jiwanya beralaskan penyerahan kehendak dan
akalnya kepada kuasa Tuhan.

            Sungguhpun demikian, disamping kesetian Luther kepada bunyi Firman Tuhan, ternyata
juga kerinduannya untuk menerangkan rahasia hadirnya Tuhan dalam perjamuan itu dengan
uraian secara scholastik. Sebetulnya pandangan yang realistis ini adalah perkara yang canggung
dalam theologia Luther, karena ia mengajar bahwa relasi manusia dengan Allah adalah suatu
perhubungan rohani yang diadakan oleh Firman Tuhan dan iman manusia saja. Kata Luther
bahwa ada terjadi pertukaran sifat-sifat diantara tabiat-tabiat ilahi dengan tabiat insani Kristus.
Oleh karena itu tubuh Kristus, yang memang termasuk tabiat insaniNya, antara lain mendapat
juga sifat hadirat sementara tabiat ilahiNya. Sebab itu tubuhnya juga dapat hadir di mana-mana.

5.      Politik dan ajal Zwingli. Luther patut dihormati karena taatnya kepada Tuhan, yang lebih
penting baginya dari pada keuntungan politik. Sudah tentu Zwingli dan protentatisme “Calvinis”
pun mau taat kepada kehendak Tuhan,akan tetapi selain dari itu, dari mulanya mereka
mementingkan pula panggilan dan kewajiban Gereja Kristus terhadap dunia ini.

Pada tahun 1529 Zwingli berikhtiar untuk menggabungkan kuasa semua raja, daerah dan kota
yang beragama protestan untuk bersama-sama melawan keluarga Habsburg, yang merupakan
lawan  besar bagi kebebasan iman. Sejak itu Strasburg bertambah penting untuk perkembangan
protestantisme “Calvinis”. Zwingli yang turut dengan pasukan-pasukan protestan itu selaku
pendeta tentara, tewwas dan mayatnya di bagi empat dan di bakar habis.

BAB  35

LUTHERANISME MENDAPAT KEDUDUKAN YANG TEPAT

1. pengakuan dan pembelaan. Rupa-rupanya pada tahun 1530 nasib Reformasi di Jerman akan
ditentukan. Karel V kembali ke jerman sesudah ia tidak mengunjungi negeri itu sembilan tahun
lamanya, sambil berjanji untuk mendengar segala pertimbangan dan keterangan dari golongan-
golongan yang bersangkutan pada rapat negara yang akan diadakan di Augsburg (1530). Luther
sendiri tak dapat menghadirinya, sebab ia masih terkena kutuk kaisar. Melanchton dan beberapa
ahli theologia protestan yang lain menggantikan dia. Oleh karena Melanchton mengharapkan
perdamaian dengan kaisar, ia berusaha menekankan segala pokok yang disetujui dan diakui oleh
kedua belah pihak, tetapi sudah tentu karangannya menjelaskan juga dengan amat terang tentang
segala pandangan theologia reformasi, sehingga karangan itu, yang biasanya disebut “pengakuan
Augsburg (Confessio Augustana)”, kemudian terhisap kepada surat-surat pengakuan resmi dari
Gereja Lutheran (Lih. Bab 43,2). Pembacaan pengakuan itu di Augsburg di hadapan kaisar dan
banyak pembesar dunia dan gereja sungguh menarik perhatian sekalian hadirin. Joh Eck dan
beberapa pemuka gereja Katolik Roma yang lain menyusun jawabnya atas uraian Melanchton,
yang dibacakan juga. Selanjutnya Melanchton menyusun karangan yang kedua yang bernama
Apologia (pembelaan). Sebenarnya sikap Melanchton di Augsburg kurang berani;
kepercayaannya akan kemenangan akhir Reformasi sudah surut, ketika dilihatnya kuasa lawan-
lawannya itu. keyakinan itu mendorong dia mencari perdamaian dengan segala daya-upaya yang
dapat dipergunakannya. Tindakan Luther lain sekali. Dengan surat-suratnya itu ia terus mengajak
wakil-wakilnya untuk bertahan dan berjuang sekuat-kuatnya. Politik Melanchton yang lemah itu
makin mempertetap maksud golongan Katolik Roma untuk mempertiadakan Reformasi selekas
mungkin. Golongan injili harus undur dari  rapat negara. Edik Worms dibaharui dan diambil
putusan untuk mengadakan konsili am, jikalau dapat dalam waktu satu tahun.

Sekarang daerah-daerah injili terpaksa mengorganisasi pertahanannya secara politik dan militer,
supaya sanggup menetang bahaya yang mengancam mereka itu. di smalkalden raja-raja dan
kota-kota yang memihak Luther mengadakan suatu perserikatan pembelaan (1531). Kota
Strasburg dan beberapa kota lain di jerman-selatan turut juga, sebab pendeta dan pemimpin
reformasi di strasburg, Martinus Butzer, telah merincis jalan bagi perdamaian itu dengan
ajarannya tentang perjamuan Kudus, sehingga ia menjadi pengantara antara golongan Luther dan
Zwingli. Philip dari Hessen berhasil mendapat bantuan dari luar negeri, sehingga terjadilah
perserikatan yang besar dan kuat untuk melawan pemerintahan Habsburg. Dengan demikian cita-
cita Zwingli diwujudkan juga, tetapi oleh kematiaannya dan oleh kalahnya golongan protestan di
kappel, maka tanah swis tak dapat masuk perserikatan Smalkalden itu.  berhubung dengan
maksud untuk menetang kaisar maka timbullah soal di antara golongan Lutheran di jerman,
yakni adakah perlawanan sedemikian dibolehkan oleh Firman Tuhan, karena bukanlah
pemerintahan harus dihormati dan dipatuhi, berdasarkan Roma 13? Tetapi ahli-ahli hukum
menerangka, bahwa pemerintah harus sah yang diberi Tuhan , ialah raja-raja senegeri saja yang
bukan kaisar, yang hanya dipilih saja oleh raja-raja itu.

Kaisar tak berani meneruskan tindakan-tindakannya yang keras itu, karena ancaman dari pihak
turki di sebelah timur. Ia memerlukan bantuan semua rajanya untuk menjaga batas kekaisaran.
Tambahan pula, paus belum mau mengadakan konsili. Itulah sebabnya pada tahun 1532
diadakan perjanjian Neurenberg anatra karel V dengan golongan Protestan. Protestantisme
dibiarkan lagi oleh kaisar, sampai rapat negara yang berikut atau sampai konsili besar yang
diminta oleh karel. Tambahan pula, kaisar meninggalkan tanah Jerman untuk waktu sembilan
tahun lagi.

2. Peluasan dan rintangan. Perhentian permusuhan di Neurenberg mengakibatkan perluasan besar


gerakan Reformasi. negeri-negeri Wurtemberg, Pommeram, Brandenburg dan saksen-selatan
masuk injili juga. Di Jerman-selatan pengaruh Zwingli surut. Bugenhagen, seorang pendeta di
Wittenberg, menolong Luther, sahabatnya itu membaharui organisasi jemaat-jemaat Protestan
yang muda itu. kalangan katolik roma mengharapkan bahwa konsili segera akan diadakan, tetapi
tak jadi. Atas permintaan raja saksen, Luther menyusun lagi satu karangan, di mana diuraikannya
pokok-pokok iman mana dapat menjadi pokok perundingan dengan pihak katolik roma dan
pokok-pokok mana tak usah diperbincangkan lagi, sebab sudah menjadi pasal kepercayaan
Reformasi yang tetap. Karangan ini, yang dinamai “pasal-pasal Smalkalden”(1537), adalah lebih
radikal dan kuat dari pada pengakuan Augsburg karangan Melanchton. Pasal-pasal itu pun
termasuk surat-surat pengakuan resmi gereja Lutheran.

Sayang di balik sayang, sekarang reformasi mendapat rintatngan besar. Pemimpinnya secara
politik, yakni Philip dari Hessen, terkena perkara yang berat. Ia tidak beruntung dalam nikahnya,
tetapi tak mungkin bercerai dari isterinya, karena Luther tidak memberi izin, sebab penceraian
tidak diizinkan dalam perjanjian baru. lalu Philip mengambil isteri yang kedua dengan setahu
Luther. Hal bagi itu segera maklum seraya menerbitkan kritik-kritik yang hebat di mana-mana.
Kaisar berhak menghukum Philip dengan keras. Tetapi sebagai gantinya, dosa Philip dipakainya
selaku senjata untuk melawan reformasi. Philip terpaksa menghentikan segala usahanya secara
politik untuk membantu reformasi. Dengan itu perserikatan smalkalden sangat dilemahkandsn
perkembangan reformasi dirintangi..

Kaisar sudah merasa lebih kuat pula. Untuk mengetahui mata musuhnya ia menyuruh
mengadakan lagi beberapa pertemuan dan perdebatan agama. Melanchton ditipu oleh daya yang
cerdik itu, sehingga tetap mengharapkan perdamaian dengan kaisar dan dengan gereja roma.
Tetapi akhirnya agaknya tibalah waktunya bagi kaisar untuk memerangi reformasi sekuat-
kuatnya, karena keadaan luar negeri tak menghalangi lagi. Pada tahun 1545 konsili besar, yang
telah dinanti-nantikan sekian lama, dibuka oleh paus di trente (letaknya diujung selatan
kekaisaran Jerman; kini di italia Utara). Akan tetapi orang protestan tidak mau menghadap paus
dengan konsilinya, sebab untuk mengerti apa kelak nasibnya, jikalau mereka pergi menyerahkan
diri ke dalam tangan musuhnya, sekarang peperangan yang sudah sekian lama ditunda,pecahlah
dengan hebatnya.

Pada masa yang sukar sulit itu kaum reformasi kehilangan pemimpin yang besar. Sudah lama
Luther tidak sehat lagi hidupnya pada tahun-tahun penghabisan Disusahkan oleh kekecewaan
karena sikap rakyat yang kurang Injili dan rohani itu dan oleh segala perlawanan dari pihak
lawan-lawannya. Biarpun demikian, ia tetap bersemangat, beriman teguh dan bergirang hati oleh
berkat dan rahmat Tuhannya. Luther meninggalkan dunia pada tanggal 18 feb 1546 dalam usia
62 tahun, di kota kelahirannya, Eisleben; an berada dii sana dalam perjalanan plang ke
wittenberg. 

BAB 36

GOLONGAN-GOLONGAN ORANG BAPTIS

Semenjak tahun 1520 timbullah gerakan rohani yang lain di samping reformasi Luther dan
Zwingli. Gerakan yang ketiga ini yang mendapat banyak pengikut, ialah gerakan orang Baptis
atau Anabaptis (yaitu yang membaptiskan kembali). Golongan ini bersangkut paut dengan kaum
fanatic, yang mengharu birukan Wittenberg dan yang menyokong pemberontakan petani. Telah
kita dengar bahwa kaum anatik itu menaruh manusia kembali dibawah taurat dan ajaran itulah
dibuat sebagai pusat agama Kristen; tetapi dengan itu mereka cenderung kepada ajaran abad-
abad pertengahan. Jadi gerakan Baptis itu sebenarnya bukan cabang pembaharuan Gereja. Akan
tetapi mereka berbeda juga dari kaum fanatic, karena dalam gerakannya itu ditemui rupa-rupa
pandangan dan tujuan lain. Agar kita dapat mengerti keadaan dan cita-cita orang baptis itu,
baiklah kita menguraikan satu persatu anggapan-anggapan yang menguasai golongan itu, yaitu :
pengudusan hidup yang berdasarkan taurat, pengharapan akan masa depan yang berupa
pemberontakan, mistik perseorangan dan kekristenan yang beralasan akal budi dan kebajikan.

1.      Pengudusan hidup yang berdasarkan taurat

Di Basel, sekumpulan kaum fanatic mulai menuntut supaya kaum Kristen dibaptiskan lagi,
karena katanya baptisan Kristen hanya boleh dilakukan kepada orang-orang akil balig beralaskan
imannya yang sungguh. Tuntunan ini tetap menjadi tanda istimewa dari segala golongan Baptis.
Zwingli segera berusaha menindas ajaran dan praktek yang salah itu. Orang baptis diusir dari
Basel, tetapi dengan tindakan itu gerakannya belum dihentikan. Sebaliknya, oleh karena terserak-
serak kemana-mana, ajarannyapun disebarkan keseluruh negeri, dari tanah Swis sampai ke pantai
Laut utara. Banyak sekali orang sederhana diantara rakyat yang masuk golongan baptis itu.

Pokok yang terpenting dari gerakan itu ialah mereka mau membentuk suatu “jemaat tanpa cacat
atau kerut”. Demikianlah jemaat Tuhan disebut dalam Alkitab (Ef. 5:27); tetapi disana
kedudukan jemaat adalah hasil penyerahan diri oleh kristus, kekudusan mana diwujudkan dalam
jemaat dan diantara semua orang percaya dengan memandikannya dengan air dan firman (E.
5:25,26). Bagi orang baptis kekudusan itu bukanlah karunia kristus, melainkan tugas manusia
yang beriman. Kekudusan itu dikerjakannya dengan menggenapi segala hukum Tuhan,
teristimewa segala syariat untuk hidup Kristen yang terpapar dalam khotbah Yesus di bukit, yang
dianggap seperti kitab undang-undang. Sudah tentu orang-orang percaya suka dan sanggup
memenuhi segala syariat itu, adalah golongan kecil saja dalam dunia yang jahat ini. Oleh karena
itu orang baptis menolak gereja Negara dan gereja rakyat, baik yang katolik Roma maupun
Protestan. Itulah juga sebabnya mereka menolak baptisan kanak-kanak, yang menyatakan bahwa
rahmat Allah adalah pendahuluan dan dasar iman. Baptisan yang diberi kepada orang dewasa
saja tentulah mengutamakan manusia  yang harus mengusahakkan imannya dahulu, barulah
dipandang layak menerima tanda belas kasihan Allah. Sebeb itu babptisan orang akil balig
menjadi tanda dan syarat mutlak dari segala sekta yang bersifat taurat.

Ajaran kebajikan khotbah dibukit pun membuat orang Baptis menjadi segan terhadap segala
sesuatu yang berkenan dengan Negara, misalnya sumpah, pangkat pegawai dan perang. Mereka
suka menyepikan diri dari masyarakat ramai, lalu merupakan perkumpulan-perkumpulan yang
saleh dan suci. Sebab itu mereka menderita dengan penuh sabar dan pasi segala aniaya yang
ditimpakan keatasnya oleh pihak pemerintah. Didalam lingkungan sendiri mereka melawan
semangat duniawi  dengan memakai disiplin yang sangat keras; oleh karena itu memanglah
timbul sifat dan roh Farisi di antara mereka, yakni kesombongan rohani dan menghinaan orang
yang kurang kudus dari mereka. golongan baptis termasuk kepada segala gerakan rohani yang
banyak, yang mau membersihkan gereja rakyat yang sudah sangat turun derajatnya itu, dengan
dengan memperingatkan gereja tersebut kepada kekudusan yang dituntut dari padanya, seraya
berusaha mengembalikan gereja kepada keadaan dan suasananya semua pada zaman rasul-rasul.
Orang Montanis, Novatian, Donatis, Waldens, Baptis, kesemuanya itu mempunyai maksud yang
indah dan patut dipuji, tetapi cara dan jalan yang dipilihnya salah benar. Mereka hanya
menukarkan taurat lama yang telah jadi lemah dengan suatu taurat baru yang lebih keras, padahal
satu-satunya jalan yang dapat membawa gereja  kepada kekudusan yang kepadanya ia dipanggil,
ia mengganti kuasa taurat dengan perkabaran rahmat dan iman saja. Berhubung dengan
pandangan-pandangannya yang disana-sini menerbitkan roh pemberontakan, lagipula karena
segannya terhadap segala hal ihwal Negara dank arena baptisan kanak-kanak ditolaknya, maka
mereka dihambat oleh semua perintah, baik yang katolik Roma, maupun yang injili, terutama
dari tahun 1525 sampai 1530. Banyak benar orang baptis yang dihalaukan dari tempat
kediamannya, banyak yang dipenjarakan, dan tak sedikit pula yang dihukum mati. Dengan
penyerbuan dan keberanian yang besar semua orang syahid itu menerima nasibnya. Akibatnya
ialah orang baptis dipandang oleh rakyat selaku orang Kristen sejati.

2.      Pengharapan yang revolusioner akan masadepan

Tidak mengherankan bahwa semenjak tahun 1530 gerakan baptis mulai berkembang lagi.
Pemimpinnya pada masa itu ialah Melchior Hoffmann. Hoffmann memasukkan pandangan lain
kedalam gerakan baptis, yakni pengharapan akan kedatangan kristus kembali dengan segera
dibumi ini untuk mendirikan kerajaan damai seribu tahun, diwaktu mana Tuhan akan
membenarkan umatnya yang teraniaya dan akan membalas segala kejahatan seturu-seteru jemaat
itu. Hoffmann sendiri belum menghendaki pemberontakan dalam masyarakat.

Kota Strasburg dianggap Hoffmann sebagai Yerusalem baru yang akan datang itu. Selama 10
tahun ia ditahan dalam penjara di Strasburg, yakni sampai ajalnya ia menantikan datangnya
kerajaan seribu tahun itu. Tetapi khotbah dan ajarannya disebut dimana-mana dengan penuh
kesukaan, terutama dibelanda. Jan Matthijsz dari Haarlem, seorang tukang roti, berkhotbah
bahwa orang-orang percaya sendiri wajib dengan segera mewujudkan kerajaan Allah yang akan
datang, dengan mempergunakan segala daya upaya yang ada padanya. Ia menganggap dirinya
sendiri sebagai penjelmaan nabi Henokh. Pada golongan Anabaptis di jerman-Barat merebut
kuasa di Munster (1534). Banyak penduduk injili dan katolik Roma mengungsi dari kota itu.
Mereka terus digantikan oleh orang Anabaptis dari belanda dan lain-lain daerah yang membanjiri
Munster. Jan Matthijsz pun pindah ke munster, karena disitulah Yerusalem Baru akan didirikan!
Seorang tukang tenun, Knipperdolling namanya, dipilih menjadi walikota. Ia terus

3.      Mistik perseorangan

Pada umumnya boleh dikatakan bahwa taurat dipentingkan sekta-sekta baptis lebih dari pada
mistik. Oleh karena mistik itu selamanya bersifat perseorangan (individualistis), sudah tau bahwa
hanya beberapa oknum saja yang disebut selaku orang mistik dalam golongan baptis, yaitu
sebastian frank dan kaspar schwenkfeld, yang hidup di jerman selatan, daerah “sahabat-sahabat
Tuhan . frank menganggap, “terang batin” lebih penting dari Alkitab, gereja dan sakramen, yang
dipandang perkara lahiriah saja, “sebab hukum yang ditulis mematikan, tetapi roh
menghidupkan” (II Kor 3:6)! Dasar mistik Franck itu memanglah tak lain dari pada dasar segala
mistik, yakni paham Allah yang pantheistis dan paham dunia yang dualistis, paham mana
berbeda jauh dengan pandangan Alkitab tentang relasi Alkitab dan manusia. Schwenkfeld lebih
mementingkan persekutuan orang Kristen, tetapi persekutuan yang ditunjukannya itu bukanlah
gereja, melainkan kumpulan-kumpulan orang yang sehati sepakat saja.

BAB 37

CALVINISME
Sifat khas Calvin hendaknya kita periksa lebih dalam:

1. Pembenaran dan Predestinasi. Kepercyaan Calvin sama dengan apa yang Luther percayai.
Mereka percaya orang dibenarkan oleh karena Yesus Kristus dan hanya oleh iman. Predestinasi
bukanlah ajaran pokok dari teologia Calvin. Dalam Institutio pokok predestinasi diuraikan
Calvin sebagai tambahan kepada uraiannya tentang penerimaan keselamatan oleh manusia.
Predestinasi memberi kepadanya satu-satunya keterangan bahwa ada dua jenis manusia: yang
menerima Firman rahmat Tuhan dan yang menolaknya. Dibelakang keputusan manusia itu
terdapatlah keputusan Allah sendiri, yang memilih atau membuang. Disamping itu predestinasi
dipandang Calvin selaku dasar yang mesti ada untuk ajaran pembenaran. Menurut Calvin
keselamatan kita tidak bergantung kepada iman kita yang kurang murni dan tetap, tetapi
berdasarkan keteguhan kepada kesetiaan Tuhan yang kekal dan yang tidak dapat berubah. Kita
harus menerima pembenaran kita dari tangan Tuhan dengan iman yang sejati; hanya dengan itu
dapatlah kita beroleh kepastian tentang hal, apakah kita terpilih atau tidak. Kristus adalah cermin
dan kita harus menunjukkan mata kita untuk mengetahui apakah kita terpilih atau tidak.

2. Predestinasi dan Tangung-Jawab. Calvin tiba pada masalahnya yaitu bagaimana predestinasi


Allah dapat disesuaikan dengan keberdiri-sendirian dan tanggung jawab manusia. Ini adalah
persoalan sukar bagi Calvin, itu sebabnya ia menghubungkan predestinasi dengan takdir Allah
yang am dan dalam hal itupun ia berpendapat bahwa segala perbuatan manusia, juga yang salah,
dipimpin oleh Allah. Allah poko dosa?  Dan manusia tidak bertanggungjawab atas
perbuatannya? Kesimpulan yang seprti ini ditolak Calvin.  Ia mengingatkan orang kepada rahasia
wujud dan perbuatan Allah yang tidak dapat dipahami oleh akal budi kita, dengan menunjuk
kepada Roma 9:20. Akan tetapi ajaran Calvin itu mengakibatkan bahwa dikemudian hari
teologia Calvinis seringkali terlalu mengutamakan predestinasi, sehingga hal itu menggelapkan
ajaran Alkitab tentang penawaran Injil dan tanggungjawab manusia terhadapnya, entah Injil itu
diterima atau ditolaknya.

3. Kehormatan Allah. Calvin mengutamakan keagungan dan kuasa Allah yang tidak terikat
kepada barang apapun. Manusia yang hina dan cemar, dengan keberatan-keberatan akal budinya
dan dengan amal dan jasanya yang tak berharga, hanya berdiam diri dengan malu dan gentar.
Oleh karena itu Calvin selalu mengemukakan “kehormatan Allah” atau “kemuliaan Allah”. Poko
predestinasi, penebusan dan pengudusan umat pilihan Tuhan, pada hakekatnya tidak lain
daripada jalan untuk mewujudkan pula kehormatan Allah di dalam surga dan bumi.

4. Kehormatan Allah dan Pengudusan Manusia. Menurut Calvin manusia dipanggil untuk


menyerahkan segenap hidupnya dan segala tenaga  dan bakatnya untuk memuliakan Tuhan.
Calvin mementingkan pengudusan hidup orang-orang percaya dan disamping iman yang murni
ia mengutamakan amal-amal yang memang menjadi buah dan hasil yang sewajarnya dari iman
itu. Maksud amal-amal itu semata-mata untuk membesarkan dan memuji nama Allah yang maha
kudus dan maha agung. Calvin menekankan akar pembenaran yaitu predestinasi dan buah
pembenaran yakni pengudusan.

5. Gereja dan Tatagereja. Tata Gereja Calvin ialah usahanya untu membebaskan Gereja dari
campur tangan pemerintah.  Gereja Calvinis yang tidak bergantung kepada pemerintah tumbuh
dan mempertahankan diri juga pada waktu aniaya dan penghambatan. Mereka memerintah diri
sendiri , karena mengetahui bahwa sebetulnya Kristuslah satu-satunya pemerintahan yang penuh.

6. Perjamuan Kudus. Dalam pasal Perjamuan Kudus, Calvin mencoba menghubungkan


kebenaran yang terdapat dalam pandngan-pandangan pembaru-pembaru yang bertantangan.
Calvin sama dengan pendapat Luther, yang  mengatakan “perjamuan itu adalah pertama-tama
suatu pemberian Allah dan bukan suatu perbuatan pengakuan manusia, roti dan anggur bukanlah
hanya lambang saja , tetapi alat yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah Kristus yang
sebenarnya kepada kita.  Akan tetapi tubuh itu yang telah mati dan bangkit untuk kita, kini ada di
dalam surga menurut ajaran Calvin . Disana itu tubuh terbatas juga, sama sepert dibumi. Menurut
Calvin, roti dan anggur tidak boleh dianggap sama dengan tubuh dan darah yang didalam surga
melainkann harus dipandang sebagai tanda dan materai anugerah dan kasih Tuhan di dalam
Yesus Kristus. Calvin menjelaskan sebagaimana orang percaya it sungguh menerima tanda-tanda
itu dengan mulutnya, pada saat itu juga ia sungguh dihubungkan dengan Roh Kudus dengan
tubuh Kristus yang disurga, yaitu tubuh yang menaru kebebasan dan hidup yang kekal.

7. Pertikaian kedua tentang Perjamuan. Pada tahun 1552 ajaran Calvin diserang diserang hebat
oleh  Joachim Westphal yang menyamakan pandangan Calvin dengan ajaran Zwingli, dan
banyak orang Jerman yaitu pengikut Luther yang mendukung Westphal dan mereka
mengganggap Calvin sebagai penyesat. Jangka waktu yang cukup lama barulah Calvin
menjawab dengabn tajam dan pajit sehingga sempurnalah perpisahan pihak Lutheran dan
Calvinis. Sampai saat ini kedua bagian reformasi ini semakin berjauhan.

8. Gereja dan Pemerintah. Calvin menaruh minat istimewa antara Gereja dan pemerintah. Dialah
yang pertama diantara para reformator Gereja yang membedakan kedua kuasa itu secara tegas.
Calvin menuntut kebebasan Gereja sepenuhnya dari negara, berdasarkan hubungan mutlak antara
Gereja dan Tuhannya. Sebab pemerintahpun wajib takluk kepada pemerintah Allah. Pemerintah
harus melakukan tugasnya dilapangannya  sendiri dengan menjalankan keadilan dan menjamin
kehidupan yang aman bagi semua penduduk negeri. Pemerintah wajib tunduk kepada Firman
Allah, bilamana pemerintah melawan atau mencegah penyiaran Injil, rakyat boleh bangkit
melawan pemerintah itu, pemberontakan itu harus dipimpin oleh perwakilan rakyat  atau
raja  yang sah.

BAB 38

CALVINISME
1. Pembenaran dan predestinasi. Kepercayaan Calvin tidak lain daripada pusat kepercayaan
Luther, yakni pembenaran orang berdosa oleh karena Yesus Kristus, hanya oleh iman saja.
Calvin juga lebih mendekati ajaran Zwingli yang mengutamakan ajaran predestinasi, yaitu
keyakinan bahwa hal kita percaya atau tidak percaya itu semata-mata akibat dari takdir Allah
yang kekal. Calvin tidak takut memikirkan soal predestinasi yang muskil itu. Ia tidak
memperhatikan dan memikirkannya secara filsafat, melainkan berdasarkan Alkitab saja. Maka
dari itu, tidak benarlah anggapan umum bahwa predestinasi adalah “ajaran pokok” dari sitem
teologia Calvin, karena bukanlah suatu dogma yang abstrak yang menjadi pusat pikiran Calvin,
melainkan Yesus Kristus sendiri, yang berbicara kepada kita dengan FirmanNya.

Pertama-tama, predestinasi memberi kepadanya satu-satunya keterangan yang sungguh


memuaskan tentang kenyataan di dunia ini, bahwa ada dua jenis manusia: yang menerima
Firman Tuhan dan yang menolaknya. Di belakang keputusan manusia itu terdapatlah keputusan
Allah sendiri, yang memilih atau membuang. Tetapi di samping itu, predestinasi dipandang
Calvin selaku dasar yang mesti ada untuk ajaran pembenaran. Bukankah ajaran ini menjelaskan
bahwa orang berdosa tidak sanggup menyumbnagkan apa-apa, biar sedikitpun atas
keselamatannya, melainkan keselamatan itu adalah semata-mata rahmat Tuhan saja? Jikalau
begitu, memang kepercayaan kepada pembenaran juga bukanlah amalan orang yang berdosa itu
sendiri. Kepercayaan itu juga tidak lain daripada pemberian Allah saja. Keyakinan akan hal itu
mengaruniakan suatu penghiburan yang tak terperi kepada hati yang bimbang. Sekarang kita
mengerti bahwa keselamatan kita tidak bergantung kepada iman yang kurang murni dan tetap,
tetapi berdasarkan teguh-teguh kepada kesetiaan Tuhan yang kekal. Tidak seorang pun yang
merebut milikNya dari tanganNya. “Kristus adalah cermin yang kepadanya kita harus
menunjukan mata kita, jikalau kita mau mengetahui, apakah kita terpilih atua tidak, kata Calvin”

2. Kehormatan Allah. Rahmat Tuhan yang mengampuni segala dosa karena darah Yesus Kristus,
itulah penemuan Luther yang besar, yang melepaskan dia dari segala ketakutan dan pergumulan
batin. Sebaliknya, Calvin mengutamakan keagungan dan kuasa Allah yang tidak terikat kepada
barang apapun. Di hadapan kebesaran dan kekudusan Tuhan, manusia yang hina dan cemar,
dengan keberatan-keberatan akal budinya dan dengan amalan dan jasanya yang tak berharga,
hanya dapat berdiam diri dengan malu dan gentar. Oleh karena itu, Calvin selalu mengemukakan
“kehormatan Allah”. Allah adalah raja bagi yang diciptakanNya. Maksud dan tujuan segala
sesuatu yang ada bukanlah manusia atau kebebasan dunia, melainkan kemuliaan Allah sendiri
saja. Hanya Allah saja yang menjadi satu-satunya pusat iman dan ilmu teologia.

3. Kehormatan Allah dan pengudusan manusia. Menurut Calvin manusia dipanggil untuk


menyerahkan segenap hidupnya dan segala tenaga dan bakatnya untuk memuliakan Tuhan di
mana-mana. Calvin juga mementingkan pengudusan hidup orang-orang percaya dan di samping
iman yang murni ia mengutamakan amal-amal yang memang menjadi buah dan hasil yang
sewajarnya dari iman itu. Maksud amal-amal semata-mata untuk membesarkan dan memuji
nama Allah yang kudus.

Perbedaan Luther dan Calvin juga tampak pada Kesepuluh Hukum. Bagi Luther, taurat Tuhan
menjadi sumber pengetahuan kita tentang besar dan beratnya dosa-dosa kita, padahal Calvin
memandang taurat itu sebagai peraturan dan penuntun bagi hidup baru di dalam iman, yang
memimpin orang percaya ke jalan penyesalan dan pertobatan, penderitaan karena Kristus dan
penyangkalan diri. Jadi beda Luther dan Calvin dalam hal ini hanyalah beda tekanan saja. Luther
menekankan pusat iman, yakni pembenaran, dan Calvin menekankan akar pembenaran, yaitu
predestinasi, dan  buah pembenaran yakni pengudusan.

4. Gereja dan tatagereja. Anggapan Calvin tentang wujud Gereja tentulah bertalian dengan apa
yang diterangkan di atas. Luther lebih banyak memandang Gereja itu secara obyektif, yakni
sebagai tempat yang diberikan oleh Tuhan, di mana kabar Injil tentang pembenaran manusia oleh
anugerah Tuhan diberitakan di dalam khotbah dan sakramen. Tetapi Calvin mengingat akan
panggilan orang-orang percaya, sebab itu baginya Gereja Kristus bukan hanya tempat yang
obyektif, untuk pemberitaan keselamatan, tetapi juga secara subyektif, Gereja
menjadi persekutuan orang-orang percaya dengan Kristus.

Dengan tegas Calvin menerangkan bahwa Gereja yang benar, dapat dikenal dari dua ciri, yakni
pemberitaan Firman menurut Alkitab dan pelayanan sakramen, sesuai dengan kehendak Kristus,
dan kedisiplinan sudah menjadin ciri mutlak untuk Gereja yang benar. Maksud disiplin dalam
Gereja Calvin adalah supaya membentuk suatu persekutuan orang percaya yang taat dan setia
kepada pemimpinnya dan yang rela berjuang bagi perkembangan hormat dan kemuliaan Tuhan
di dunia ini.
Suatu pokok yang amat penting dalam tatagereja Calvin adalah usahanya untuk membebaskan
Gereja dari campur tangan pemerintah. Gereja harus bebas sama sekali dari penguasa di dunia,
jikalau kristokrasi mau diwujudkan di dalamnya.  Tetapi pada waktu itu Luther telah
menyerahkan diri sepenuhnya kepada pemerintah, akibatnya Gereja Lutheran semakin melemah
dari perlindungan dari pihak pemerintah bahkan hilang. Akan tetapi Gereja Calvinis yang tidak
bergantung kepada pemerintah tumbuh dan mempertahankan diri pada waktu dianiaya dan
penghambatan. Mereka memerintah diri sendiri, karena mengetahui bahwa sesungguhnya
Kristuslah satu-satunya pemerintah mereka.

5. Perjamuan kudus. Pada hakikatnya Calvin memihak kepada Luther karena bagi Calvin juga
Perjamuan itu ialah pertama-tama suatu pemberian Allah dan bukan suatu perbuatan pengakuan
manusia. Roti dan anggur bukanlah hanya lambang saja, tetapi alat yang dipakai untuk
memberikan tubuh dan darah Kristus yang sesungguhnya kepada kita. Akan tetapi tubuh itu yang
telah mati dan bangkit untuk kita, kini ada di dalam surga.

Ajaran Luther bahwa tubuh Kristus yang dipermuliakan itu, dapat hadir di mana-mana, di tolak
oleh Calvin, karena dengan demikian tabiat manusiawi Kristus yang sebenarnya diserang. Oleh
karena itu roti dan anggur itu sendiri tidak boleh dianggap sama saja dengan tubuh dan darah
yang ada di dalam surga itu, melainkan harus dipandang sebagai tanda dan materai anugerah dan
kasih Tuhan di dalam Yesus Kristus.

Bertentangan dengan Luther, Calvin membedakan tanda dengan apa yang ditandakan oleh tanda
itu. Ia menjelaskan bahwa: sebagaimana orang yang percaya itu sungguh menerima tanda-tanda
itu dengan mulutnya, demikianlah pada ketika itu juga ia sungguh dihubungkan oleh Roh Kudus
dengan tubuh Kristus yang di surga, tubuh mana menaruh kebebasan dan hidup yang kekal.
Demikianlah diadakan persatuan rohani antara Kristus dengan orang percaya.

BAB 39

TIMBULNYA KONTRA-REFORMASI
1.      Wujudnya. Pembaruan gereja oleh luther bukan saja penting bagi kaum protestan , tetapi
juga bagi gereja Katolik Roma karena Lutherlah yang telah memaksa Gereja itu menyadari
keadaannya dan membersihkan rumahnya sendiri. kendatipun segala nasehat dan uraian Luther
tentang kebusukan Gereja K.R. pada masa itu, tetapi masih lama lagi sampai para pemimpin
Roma mulai mengerti sedikit akan ajaran Paulus, seperti yang juga di kemukakan oleh Luther
itu. Di Trente Gereja K.R. memilih jalan yang kedua, yang sesat itu. gereja itu menutup
telinganya terhadap suara panggilan Firman Tuhan, meskipun rupa-rupa aib dan keburukan di
perbaikinya. Umumnya gereja K.R. meneruskan jalannya yang lama, dengan sikap dan semangat
yang lebih fanatic lagi untuk membinasakan ajaran reformasi. Tindakan dan aksi baru yang hebat
dari pihak Gereja Roma itu di sebut  “kontra-reformasi”. Lama-kelamaan gerakan itu
mengakibatkan suatu pergumulan katolik Roma dengan negeri-negeri injili.

2.      Suasana di Spanyol dan Italia. Negeri pemimpin kontra-reformasi ialah spanyol, yang
kuasanya juga terasa di lapangan politik pada abad ke-XVI di bawah pemerintahan kaisar karel
V dan anaknya, raja Philips II. Gereja Negara di spanyol selalu melayani paus-paus di Roma
dengan gembira. Inkwisisi di lakukan oleh Negara atas nama Gereja dengan sangat keres dan
bengis terhadap segala gerakan rohani yang di anggap penyesat.

Di Italia suasana pada masa reformasi tahun 1520 di sana mundur sekali hidup kerohanian dan
kebajikan Gereja, tetapi di sana juga terdapat beberapa golongan yang mengindahkan mistik dan
yang di pengaruhi oleh paulus maupun oleh humanism, dan yang berusaha dengan sungguh-
sungguh untuk merawat badan Gereja yang sakit.

Dalam pada itu semangat fanatic spanyol juga mulai memasuki Italia. Pada tahun 1542 Paus
memutuskan untuk merergonisasi jabatan inkwisisi dengan menaruhnya di bawah perintah paus
sendiri. Gereja tua itu menolak kritik Luther terhadap Gereja atas Firman Allah, sambil
membalas kritik itu paksaan dan perang.

3.      Konsili Trente. Akan tetapi Gereja Katolik Roma mengerti bahwa Inkwisi dan pelawanan
bersenjata belum mencukupi. Perlulah di adakan suatu dasar hulum untuk menghambat kaum
injili. Ajaran reformasi berlainan dari anggapan dan perasaan umum Gereja abad-abad
pertengahan, tetapi pandangan itu belum di sahkan selaku ajaran resmi Gereja K.R.
Tambahan pula, kaisar karel V sudah lama mendesak paus mengadakan suatu konsili yang dapat
mendamaikan pertentangan-pertentangan di jerman. Tetapi oleh sebab paus bermusuhan dengan
kaisar di lapangan politik, konsili itu di tunda-tunda, akhirnya paus menyetujuinya dan pada
tahun 1545 berhimpunlah suatu sinode besar di Trente, kota terselatan di kekaisaran jerman.
Pada tahun 1547 paus memindahkannya ke Bologna (italia) di daerahnya sendiri sampai tahun
1549. Dari tahun 1551 hingga 1552 mereka berkumpul lagi di trente dan lagi pada tahun 1562-
1563. Konsili takluk sama sekali kepada kuasa paus, pada hal paus sendiri tidak terikat kepada
konsili. Pada akhirnya persidangan-persidangannya konsili memohon kepada paus supaya
mengasahkan keputusan-keputusan yang di ambil oleh konsili. Kaum konsiliaris masih cukup
kuat untuk mencegah penetapan dogma itu hal itu berlaku pada tahun 1870.

4.      Gereja katolik Roma pada persimpangan jalan. Luther hanya mengaku satu kuasa dalam
gereja, yakni kuasa ilahi Alkitab, bukan kuasa tradisi Gereja. Trente mengajarkan bahwa Alkitab
dan tradisi Gereja adalah dua sumber kuasa ilahi yang setara. Keputusan trente sangat penting
akibatnya, karrena jikalau Gereja mengaku kuasa kedua di samping Alkitab , yaitu tradisi , maka
sudah tentu dalam praktek bahwa tradisi itu menjadi kuasa baru di atas Alkitab. Alkitab di
anggap huruf yang mati dan kurang terang, yang harus di artikan oleh tradisi Gereja yang hidup.
Gereja sendirilah yang mengandung kebenaaran  atau hanya pemberita saja dari kebenaran, yang
terkandung dalam Alkitab yang berkuasa atas Gereja dangan berkatnya dan hukumannya.

Sekarang tidak mengherankan lagi bahwa ajaran Luther tentang keadilan yang di karuniakan
oleh Tuhan, dan tentang pembennaran hanya oleh iman saja, di kutuki oleh konsili trente,
walaupun kedengaran juga suara lain, yaitu dari pihak ordo Augustin, tetapi keberatan mereka
tidak di indahkan, sebab sudah sekian lama surat-surat paulus maupun kitabAugustinus di
tafsirkan menurut tradisi Gereja yang bersifat lain.

Dengan keputusan dan kutuknya ( anathema ) yang demikian trente telah menutup jalan
pembaruan dengan definitive. Sejak itu segala kritik yang berdasarkan Alkitab di tolak Gereja
K.R. jikalau sekarang ia mau bertobat juga, maka hal itu berarti bahwa ia harus menyangkal dan
meniadakan wujud sendiri, dan itu tidak di kehendakinya.

Keputusan-keputusan Trente yang amat penting itu mengurangi harga beberapa perbaikan yang
di setujui oleh konsili itu. organisasi dan keuangan Gereja di betulkan seperlunya. Kebanyakan
peraturan perbaikan itu hanya di laksanakan separuhnya atau perlahan-lahan.
5.      Ignatius dari Loyola. Semenjak Trente, Gereja katolik Roma bersiap untuk mangangkat
perang melawan kaum protestan. Tetapi untuk melangsungkan peperangan yang demikian,
belum cukup hanya dengan mengumumkan resolusi-resolusi sesuatu sinode yang di butuhkan
ialah orang yang mau menyumbangkan segala tenaganya kepada kuasa dan kebesaran Gerejanya,
sambil mengurbankan segenap dirinya untuk mencapai terlaksananya cita-cita itu.

Ignatius lahir pada tahun 1491 dari keluarga bangsawan di spanyol utara. Ketika tentara spanyol
mempertahankan sebuah benteng dalam peperangan dengan perancis (Karel V dan Frans I
bermusuhan pada waktu itu. pada tahun 1521, Ignatius berjuang dengan segala keberanian.
Hanya dengan hidup yang demikian jiwanya dapat di pusatkan. Sejak sakitnya itu, Ignatius
mengubah haluan hidupnya dengan kehendak yang kuat sekali. Kemudian ia melihat khayal
yang ajaib, tetapi segala sesuatu di paksanya untuk melayani satu maksud yang mulia saja, yaitu
melakukan perbuatan perbuatan besar bagi Allah dan Gereja.

Sesudah mengunjungi Tanah suci dan menyerahkan diri beberapa lamanya kepada pengalaman
dan penggembalaan jiwa, Ignatius memutuskan untuk mulai menuntut ilmu, walaupun usianya
sudah 33 tahun.

Pada tahun 1534 mereka itu bersama-sama bernazar untuk pergi ke palestina buat menyebarkan
agama Kristen di negeri itu. maka Ignatius dengan kawan-kawannya menghadap paus ke Roma
untuk menguraikan maksud dan cita-citanya. Paus terus mengerti bahwa kegembiraan istimewa
Ignatius itu sangat berfaedah bagi Gereja Roma, jikalau di pakai dan di tunjang oleh pucuk
pimpinan Gereja.

6.      Ordo Yesuit. Pada abad-abad pertengahan, tiap-tiap pembangunan hidup kerohanian di


dalam Gereja roma di sertai dengan terbentuknya suatu ordo baru. Sekarang pokoknya bukan
membela kebebasan Gereja, atau memperdalam kesalehan klerus dan jemaat, atau
mengembalikan Gereja kepada kemiskinan rasuli. Untuk maksud itulah orang Yesuit berjuang
dengan sekuat-kuatnya. Oleh perjuangan melawan kaum penyesat di Eropa dan oleh pertobatan
bangsa-bangsa kafir di benua baru. Mereka berusaha mengembalikan segala kekuasaan di dunia
ini kepaada Gereja  K.R. saja. hal teristimewa di sebabkan oleh organisasi yang kuat dan rapi,
yang di susun oleh Ignatius bagi ordonya dan oleh saringan keras terhadap bakal-bakal anggota
ordo itu. barulah sesudah waktu percobaan yang berat , calon-calon di terima dalam ordo Yesuit.
Orang Yesuit mengurbankan dirinya melulu untuk tugas hidupnya, di bandingkan dengan tugas
itu segala cinta kasih terhadap orang tua, bangsa, keluarga atau handai-taulan menjadi lanyap.

Hukum pertama ialah ketaatan yang mutlak kepada paus dan jenderal. Taat seperti bangkai yang
tak mempunyai kehendak sendiri , itulah yang di tuntu dari tiap orang Yesuit. Orang Yesuit
adalah lascar Gereja,  tetapi mereka juga menjadi di plomat atau ahli politik. Teristimewa kepada
abad ke-XVII kesusilaan Yesuit (moral Yesuit) memperkenalkan dirinya dengan segala
keburukannya. Maksud menyucikan daya-upaya, itulah semboyan yang berpokok pada roh
Yesuit.

Dengan organisasinya dan cara bekerjanya orang Yesuit membawa gereja K.R. yang sudah
hampir runtuh itu kepada kekuasaan dan kehormatan duniawi yang baru..

7.      Kesalehan Yesuit. Rahasia kekuasaan ordo itu terdapat dalam kesalehan yang istimewa.
Ignatius telah memberi pimpinan rohani kepada kesalehan itu dengan kitabnya yang
msyur,”latihan-latihan rohani”. Maksud latihan-latihan ialah menujukkan dan menguatkan
kehendak, sehingga ia tidak takluk dengan tidak bersyarat kepada kristus dan Gerejanya. Puncak
segala latihan itu terdapat pada saat orang Yesuit mengangankan pertempuran antara kristus
selaku panglima bala surganya dengan Lucifer, raja kegelapan itu beserta raja nerakanya.

Kesalehan jemaat yang dipropagandakan kaum Yesuit itu bercorak demikian. Di segala tempat
di mana mereka menjadi pemimpin, berkembanglah kepercayaan kepada relikwi-relikwi dan
mukjizat-mukjizat. Mereka itulah yang memajukan ibadat kepada orang-orang kudus dan
teristimewa kepada hati suci Tuhan Yesus.

8.      Ignatius dan calvin. Yohannes calvin dan Ignatius de Loyola hidup dalam waktu yang
sama. Mereka itu seimbang hebatnya perjuangan merreka terhadap Gereja lawannya untuk
membela Gerejanya sendiri. arti mereka berdua berdua di dalam Gerejanya masing-masing
adalah sama, mereka membangunkan semangat gembira yang di butuhkan Gereja dalam
perjuangan politik yang hebat antara kepercayaan lama dan kepercayaan baru untuk merebut
kekuasaan di Eropa.

Akan tetapi perbedaan antara kedua orang dan gerakan ini lebih besar lagi. Kehormatan Gereja
yang di kejar oleh Yesuit itu di perlakukan seakan-akan perkara manusia, yang wajib di
wujudkan manusia dengan jalan manajuapun. Kaum Calvinis sebaliknya bekerja dengan
keinsafan bahwa hormat Allah adalah perkara Allah sendiri, yang boleh kita layani dengan
ketaatan sederhana selaku umat Tuhan.

BAB 40

PERGUMULAN POLITIK

1.      Iman dan politik. Perjuangan antara iman reformasi dan iman K.R pada hakekatNya adalah
suatu perjuangan rohani, yang hanya dapat dilaksanakan dengan senjata rohani. Akan tetapi bagi
umat Kristen dieropa sudah berabad-abad lamanya iman dan pilitik itu amat rapat hubunganNya.
Bukan gereja saja, tetapi pemerintah pun tak boleh tinggal netral terhadap soal yang terpenting
bagi masyarakat Kristen, yakni agama manakah yang benar. Jikalau dalam suatu negeri ada
bertentangan dua macam kepercayaan, maka pemerintahnya harus menentukan sikapnya, agama
mana yang disokongnya dan yang mana harus ditindasnya. Sebab itu pertikaian antara pihak K.R
dan reformasi mustahil terbatas hanya pada lapangan gereja saja dengan tidak menular
kelapangan politik. Oleh karena itu soal yang harus dipecahkan dieropa pada bagian kedua abad
ke XVI, mengenai suapakah nanti memperoleh kekuasaan politik, raja dan pemerintah K.Rkah
atau raja dan negeri injili. Semua raja itu bermaksud untuk membawa gerejanya kepada
kemenangan, tetapi maksud yang indah itu sudah tentu bercampur juga dengan cita-cita
memperluas kekuasaan negerinya dan keluarganya.

Dieropa utara dan selatan kedudukan politik itu tak sukar, karena di Skandinavia timbul gereja
Negara Lutheran, sedang dispanyol dan italia tidak ada golongan lain yang berani dan sanggup
menentang kuasa gereja K.R oleh karena itu peperangan antara roma dan reformasi sudah tentu
dilangsungkan dinegeri eropa tengah. Pada pihak K.R perjuangan bagi imam itu  digabungkan
dengan perjuangan keluarga Habsburg untuk merebut kuasa dunia bagi spanyol. Dengan itu
Philips II, putera kaisar karel V, menjadi pemimpin politik kontra reformasi, ibukota spanyol,
Madrid, menjadi markas besar bagi pehlawan gereja katolik roma terhadap reformasi dan
dimana-mana orang Yesuit menghasut. Pergumulan yang hebat itu mulai pada tahun 1559, ketika
kedua kerajaan katolik roma spanyol dan perancis akhirnya berdamai. Dan peperangan agama itu
berhenti untuk sementara pada tahun 1588, tatkala serangan besar dari spanyol ke inggeris telah
gagal lantaran kalahnya “armada besar”.

2.      Reformasi di perancis. Sejak abad ke XV dan terutama sedudah tahun 1516, Negara


berkuasa besar di dalam perkara gereja di perancis. Itulah sebabnya raja Frans I (1511-1547)
menginginkan supaya gereja K.R tinggal kuat, agar ia boleh memakainya untuk maksud
politiknya. Oleh karena itu segala orang sekta, teristimewa golongan Lutheran, berulang-ulang
dihambat di bawah pemerintahannya, sehingga banyak orang injil yang dibakar dan banyak pula
yang terpaksa lari, di antaranya Calvin. Sungguhpun demikian, Frans I tidak membenci kaum
injili, malahan perhimpunan orang humanis yang menaruh simpati terhadap pembaharuan gereja,
dilindungi raja dan disokong oleh adiknya yang baik hati, Margareta dan Navarra.

Pada waktu pemerintahan putera Frans, Hendrik II (1547-1559), penganiayaan diperhebat atas
desakan permaisurinya, Catharina de Medicis, seorang puteri italia. Tetapi segala aniaya itu tak
dapat memadamkan semangat golongan reformasi. Gerakan injili itu makin lama makin
dipengaruhi oleh Calvin dari Jenewa, yang dengan tak berkeputusan memberi pimpinan dengan
suratnya, karangannya dan pertemuannya dengan pemuka gereja injili diperancis, yang datang
mengunjunginya di Jenewa. Demikianlah Calvin mengajak dan meneguhkan semua saudara
yang lemah, serta menggembirakan dan menghiburkan mereka sekalian. Keberanian dan
ketekunan pengaku injili di perancis itu amat indah.

Pada waktu itu mereka mualai disebut “Hugenot” penghambatan memaksa jemaat protestan
untuk berorganisasi, menurut contoh Jenewa.dan pada tahun1559 segenap gereja perancis yang
dibawah salib (artinya yang mendapat bagian dari kesengsaraan TuhanNya) berhimpun diparis
dalam sinode nasional pertama. Pada sinode itu ditetapkan suatu pengakuan iman (Confesio
Gallicana), menurut rencana yang dikirim calvin. Disusun suattu tata gereja, yang meluaskan dan
menyempurnakan hukum gereja Calvinis jenewa dengan peraturannya yang menggabungkan
semua jemaat dalam satu badan gereja nasional tak ada jemaat yang boleh memerintah jemaat
lain, segala perkara yang mengenai gereja pada umumnya atau yang tidak dapat dibereskan oleh
tiap jemaat sendiri, harus diputuskan disinode provinsi atau nasional sinode adalah perwakilan
jemaat, dan terdiri dari pendeta dan penatua. Bertentangan dengan system hierarkhis (bertingkat)
gereja K.R dan dengan perwalian gereja Lutheran oleh Negara. Maka tata gereja Calvinis
menjunjung keberdiri sendirian (kemandirian) dan pemerintahan sendiri untuk jemaat inilah
organisasi gereja secara presbiterian.

3.      Perang-perang Hugenot. Pada masa itu juga beberapa keluarga bangsawan tinggi, bahkan
diantaranya terdapat keluarga raja, telah pindah ke agama prostestan. Wakilnya yang ternama
ialah laksamana Caspar de Coligny, yang menjadi pemimpin kaum bangsawan injili.mulai
sekarang gerakan reformasi itu menjadi suatu partai politik, yang terseret masuk kedalam
pertikaian golongan bangsawan tinggi untuk merebut kekuasaan diperancis. Keluarga De  Guise
memimpin partai bangsawan katolik roma. Perjuangan partai itu menjadi mungkin karena
kelemahan pemerintah pusat sesudah tahun 1559 dibawah pimpinan raja yang muda, karel IX.
Ibu suri Catharina de medicis, seorang yang cerdik dan yang kepada katolik roma fanatic,amat
berpengaruh di istana.

Kaum injili diperancis hanya dapat luput dari penghambatan dengan mengangkat senjata untuk
merebut pimpinan politik. Pada tahun1562 mulai perang Hugenot, yang berlangsung dengan
terputus sampai tahun 1598. Pada tahun 1570 orang hugenot agak mendapat kebebasan bahkan
pada tahun1571 mereka sudah mempunyai pengaruh besar di istana raja oleh karena de Coligny.
Lantas catharina de medicis, yang mulai kuatir tentang pengaruhnya sendiri bermupakat dengan
golongan bangsawan K.R untuk mematikan gerakan hugenot dengan sekaligus di bulan agustus
1572 dirayakanlah pesta perkawinan adik raja puteri margareta dengan putera hendrik dari
Navarra Bourbon, seorang hugenot. Banyak orang bangsawan hugenot diundang keperancis
untuk menghadiri pesta yang amat ramai itu. pada “malam bartolomeus” (24 agustus), de guise
dengan pengiringnya menyerbu kaum hugenot, atas desakan catharina. Beribu orang protestan, di
antaranya de Coligny dibunuh pada “perkawinan darah” itu, dan sesudah itu lagi berlaksa-laksa
orang diseluruh perancis, desertai pembakaran dan perampas. Inilah suatu peristiwa yang paling
keji dalam sejarah kontra reformasi, yang menimbulkan ratapan dan tangisan disegala negeri
protestan, tetapi diroma dan Madrid pembunuhan raksasa itu amat dipuji dan dirayakan dengan
keramaian besar paus menyampaikan hormat dan syukurnya kepada pembunuh itu.

Pada waktu berikutnya kedudukan golongan hugenot amat sukar, teristimewa oleh hasutan dan
tipudaya rahasia orang Yesuit. Akan tetapi pada tahun 1589 nasibnya yang malang  itu berubah,
karena hendrikdari Navarra, yang luput dari “malam bartolomeus” dan yang menjadi penganjur
partai hugenot, naik tathta perancis selaku hendrik IV. Ia memungkiri agamanya pada tahun
1593 dengan masuk katolik roma lagi supaya ia diakui raja oleh kota paris, yang tidak mau
membuka pintunya untuk seorang raja prostestan. Tetapi pemerintahannya membawa untung dan
berkat juga bagi kaum Calvinis. Hendrik menghentikan segala pertumbuhan darah penganiayaan
bahkan pada tahun 1598 ia mengeluarkan edik nantes, yang menginzikan orang protestan hidup
dan bergerak dengan bebas pada tempat kediamannya sertai mengakui mereka adalag
warganegara yang mempunyai hak dan pengadilan sendiri. demikianlah kaum Calvinis perancis
tinggal hidup di antara rakyat K.R dan dibawah pemerintahan K.R. sebagai segolongan
prostestan kecil, yang seakan-akan merupakan negaranya sendiri di dalam Negara besar. Mereka
Cuma sepersepuluh bagian dari rakyat di antaranya adalah orang terpelajar, bangsawan atau
tukang yang pandai maka pengaruhnya besar juga di dalam masyarakat perancis.

4.      Timbulnya gereja Anglikan. Di inggeris pembaruan gereja berlaku dengan jalan yang
berlainan sekali. Walaupun sisa-sisa pengaruh Wilclif dan aliran humanities yang kuat adalah
merupakan jabatan kepada pemberitaan Luther, semua bangsa inggeris yang konservatif itu tidak
gampang menerima reformasi, kebanyakkan orang bersikap sebagai Erasmus terhadap Luther.
Pada masa itu Inggeris diperintah oleh raja Hendrik VIII (1509-1547) yang ingin memutuskan
nikahnya dengan catharina dari aragon, supaya boleh kawin dengan seorang wanita di istananya.
Yakni Anna Boleyn. Tatkala paus tak mau mengizinkan perceraian itu, raja mengambil
keputusan untuk memisahkan gereja Inggeris dari gereja roma. Gereja Inggeris sudah lama
mempunyai ikatan yang erat dengan pemerintah Negara, sekarang raja sendiri yang menjadi
kepala gereja. Mulai waktu itu paus tidak berkuasa lagi atas gereja Inggeris ia hanya diakui
selaku uskup roma saja. Segala perlawanan di inggeris terhadap tindakan Hendrik VIII itu itu
ditindas dengan kekerasan oleh raja. Perkawinannya sekarang diputuskan, biara dibubarkan dan
sejak milik biara yang banyak itu disita oleh Negara. Demikianlah terbentuknya gereja Negara
anglikan pada tahun 1531 dan yang berikut.

5.      Pertikaian tentang roh gereja anglikan. Siapa yang menyanggah pemerintahan paus, sudah
tentu merapati golongan protestan. Akan tetapi hendrik VIII sungguh tak mau menapak
(mengikutu jejak) luther. Maklumlah bahwa ia sendiri sudah pernah menyerang theologia Luther
dengan membela ketujuh sakramen gereja katolik roma segala ajaran dan adat gereja katolik
dipertahankannya dengan tangan besi.sampai dikenakannya hukuman mati kepada tiap orang
yang hendak membarui gereja lahir barin menurut contoh Luther pada khotbah bertambah besar.
Dibawa pemerintahan putera hendrik, eduard VI (1547-1553) partai injili mendapat kemenangan.
Misa diganti dengan perayaan perjamuan kudus, sama seperti gereja Lutheran. Pada tahun 1549
parlemen menerima dan mengesahkan kitab tatacara kebaktian yang disebut “Book of common
prayer” (kitab doa umum). Kitab itu dikarang dalam bahasa inggeris dan dipakai sekarang, baik
dalam kebaktian umum, maupun dalam kumpulan kekeluargaan. Pada masa itu jaga bnyak orang
protestan lari mencari perlindungan ke inggeris karena dihambat dalam negerinya sendiri,
misalnyadari jerman (antara lain Butzer dari Strasburg) berhubung dengan interim dan dari
belanda. Dengan perantaraan orang pelarian itu maka calvin mulai mempengaruhi kaum
protestan di inggeris, pengaruh mana masih  dikuatkan oleh korespondensi calvin dengan raja
dan pembesar pemerintah inggeris. Sebagai hasil hubungan dengan jenewa itu maka pada tahun
1552 sisi K.R . dikeluarkan dari kitab doa tadi. Dan terbitlah suatu pengakuan iman yaitu 42
pasal yang sifatnya campuran Lutheran calvin.

Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Sesudah eduard diangkat pada tahun 1553 (ia baru
berumur 16 tahun) takhta inggeris jatuh kepada maria tudor yang bergelar “maria penumpah
darah”. Maria ini adalah puteri tunggal hendrik VIII dari pernikahannya dengan Catharina karena
pembuangan ibunya sejak kecilnya sudah banyak menderita sekarang maria mulai membalas
segala sengsara dan penghinaan itu dengan membalikkan gereja inggeris kebawah kekuasaan
paus maria  kawin dengan raja Philips II dari spanyol banyak pemuka reformasi di inggeris
dibakar hidup dan banyak pula yang lain terpaksa lari. Rakyat amat membenci tindakan ratunya
yang bengis itu. untunglah pada tahun 1558 maria, menumpah darah itu mangkat dalam
kemandulannya.

Penggantinya ialah Elisabeth (1558-1603) , puteri hendrik dan anna Boleyn. Tidak
mengherankan bahwa Elisabeth cenderung kepada pihak reformasi. Kitab doa umum
diizinkannya pula, dan kuasa raja atas gereja ditetapkannya hanyalah kuasa itu tidajk mengenal
ajaran gereja. Sekarang banyak orang K.R lari ke luar negeri dan banyak orang pelarian injili
kembali ke inggeris. Lambat laun gereja anglikan berkembang menjadi suatu gereja protestan.
Pada tahun 1563 disahkanlah “39 pasal” yang bersemangat calvinis itu menjadi surat pengakuan
resmi gereja anglikan sampai kini. Akan tetapi ucapan dan organisasi lahiriah gereja tidak
dibaharui. Sehinnga terjadi pertentangan antara ajaran gereja dengan bentuk lahiriahnya
sebenarnya gereja anglikan tidak hidup dengan pengakuannya melainkan dari kitab doa
umumnya. Dan hal itu berate bahwa ia melayang-layang di antara gereja reformasi dan gereja
katolik.

6.      Reformasi di skotlandia. Pada abad ke XVI skotlandia masih merupakan kerajaan yang


berdiri sendiri. sejak tahun1527 reformasi telah berpengaruh juga disana terkadang mengalirlah
darah orang injili yang mati syahid karena soal “pembenaran oleh iman saja”. Mulai tahun 1550
semangat calvin menguasai hati rakyat dan kaum bangsawan seraya menggembirakan mereka
untuk berjuang dengan berani bagi pembaharuan gereja jemaat injili diorganisasi menurut contoh
jenewa. Golongan bangsawan menuntut, supaya pemerintah sendiri melayani dan memajukan
reformasi.

Jiwa gerakan itu ialah John Knox, seorang pemimpin yang perwira perkasa, lagi bertabiat dan
bersikap nabi seperti elia atau yohanes pembatis. Ia didik oleh calvin sendiri dijenew dan
kesadaran theokratis calvin sudah memuncak didalam diri dan pekerjaannya. Gereja dan rakyat
harus takluk tanpa bersyarat kebawah taurat Allah. Rakyat skotlandia harus menjadi Israel kedua
penyembahan kepada baal didalam misa perlu dibasmi dan izebel patut dilawan. Oleh karena itu
Knox tidak berkeberatan menurutkan raja tahtanya atau membunuh raja lalim jikalau ia merasa
bahwa kehormatan tuhan menuntut demikian. Dibawah pimpinannya kaum bangsawan injili
merebut kekuasaan di skotlandia. Patung dipecahkan digedung gereja, perang saudara berkobar.
Pada tahun 1560, parlemen mengesahkan pengakuan iman calvinis sejati, yang terutama
dikarang oleh Knox (cinfessio scotica). Sekarang pembaharuan segenap gereja dan masyarakat
dilangsungkan. Skotlandia menjadi contoh sebuah Negara Calvinis tulen, theokrasi jenewa
ditirunya dan diwujudkan secara besar-besaran.

            Akan tetapi tahun 1561 menjadi saat baik bagi reformasi di skotlandia, berhubung dengan
pulanya ratu muda, mari stuart, dari perancis. Sedari umur 6 tahun, maria diddik diparis sebagai
seorang puteri katolik roma setelah mangkat suaminya. Raja frans II ia balik ketanah airnya.
Agama K.R dan suasana istana perancis yang duniawi itu, dibawanya serta, maria terus menuju
kepada pengembalian seluruh negeri kepada gereja roma. Mustahil kedua uknum yang sangat
berbeda itu dapat berdamai nabi elia John Knox dengan khotbah tobatnya dan izebel maria
dengan agama baalnya dan percabulannya. Dalam tahun berikutnya terjadilah rupa pertikaian
dan  pembunuhan. Dengan setahu maria, suaminya yang kedua, Darnley, dibunuh di Edinburg
beberapa minggu kemudian saja, maria kawin dengan pembunuh Bothwell itu. akhirnya maria
terpaksa menyerahkan kekuasaannya kepada anaknya, jakobus, yang baru berusia satu tahun saja
(1567). Karena takut amarah dan pemberontakan rakyat maka maria lari kepada keponakannya,
Elisabeth, ratu inggeris, tetapi pada tahun 1568 ia dipenjarakan oleh Elisabeth.

7.      Inggeris dan kontra reformasi. Sudah barang tentu ada sebabnya mengapa Elisabeth
bertindak demikian, karena hak maria stuart atas takhta inggeris sama besar dengan hak
Elisabeth. Apa bila paus menetukan maria jadi raj inggeris, sebab Elisabeth lahir dari nikah yang
tidak sah. Dengan itu maria stuart menjadi harapan dan titik tumpu aksi kontra reformasi di
inggeris. Pihak K.R yang dipimpin dan didesak oleh paus dan Philips II dari spanyol mencoba
beberapa kali untuk membunuh Elisabeth , tetpi maksud jahat itu selalu gagal dan hanya
menyebabkan rakyat memihak lebih lagi kepada ratunya dan kepada reformasi di inggeris. Di
sini juga orang yesuit menghasut dan berikhtiar dengan tipu muslihatnya yang rahasia akan tetapi
segala daya mereka tidak berhasil.

Pada tahun 1587 usaha roma menjatuhkan Elisabeth memuncak dengan ajakan sokongan katolik
roma di luar negeri bermupakatlah pula segerombongan orang roma untuk mebunuh Elisabeth,
supaya maria stuart boleh dinaikkan menjadi raja. Tatkala mupakat jahat itu terbuka, Elisabeth
menyuruh maria di hukum mati di pacung. Kematian maria yang ngeri itu tentulah amat
mendukakan hati Elisabeth tetapi jalan lain tak ada lagi I terpaksa membela diri. Philips II dalam
amarahnya mau membalas dendam. Untuk menghukum inggeris dan sebagai usaha yang terbesar
dan terakhir dari kuasa romawi spanyol untuk merebut kuasa atas seluruh dunia bagi keluarga
habsburg, maka pada tahun 1588 raja Philips melengkapi dan mengirim “armada yang tak
terkalahkan”. Yakni 130 buah kapal yang lurus mendaratkan tentara  spanyol yang besar di
inggeris. Tetapi oleh serangan angkatan laut inggeris dan oleh karena ditimpa tofan yang hebat
maka armada itu kucar-kucir dan hampir binasa sama sekali. Sejak itu kuasa kontra reformasi di
eropa barat laut telah patah.

8.      Wujud gereja Anglikan. Gereja Negara inggeris yang timbul dari pergolakan itu, adalah
suatu ciptaan Negara yang bersifat dua. Misa dan pemerintah paus sudah dihentikan. Ajaran
gereja anglikan tentang pembenaran oleh iman dan pokok perselisihan dogmatic yang lain,
memang sesuai dengan injil tetaapi upacara yang lama dan susunan episkopal tetap
dipertahankan dan dilanjutkan. Malahan pewarisan jabatan rasuli pun diakui dan dijunjung oleh
gereja inggeris, kendatipun tidak diakui sah oleh paus. Orang Calvinis sejati, yang digelar
puritan, makin lama makin hebat melawan campuran protestan katolik itu. nanti kita akan lihat
bahwa pada abad ke XVII calvinisme inggeris memisahkan dirinya dari gereja resmi sesudah
menderita banyak sengsara. Sampai kini ada dua haluan dalam gereja anglikan yakni satu
cenderung ke roma. Yang lain menuju ke jenewa tetapi berkat kesadaran persatuan kebangsaan
yang kuat di inggeris maka gereja anglikan selamanya dapat digabungkan kedua aliran yang
bertentangan itu.

9.      Kontra reformasi di jerman. Maklumlah bahwa dinegeri jerman telah tercapai perdamaian


agama di augsburn pada tahun 1555, yaitu sebelum kontra reformasi katolik roma sempat
memulai pekerjaannya disana. Aksi roma yang kuat semenjak 1560 menimbulkan ketegangan
baru dan akhirnya mengakibatkan suatu perang yang lama yang baru berakhir pada tahun1648.
Kendati segala pembatasan oleh perdamaian ausburg namun reformasi maju banyak lagi juga
sejak tahun 1555 teristimewa didaerah kepunyaab keluarga habsburg terlebih diaustria kira pada
tahun 1570 tujuan persepuluh bagian penduduk jerman adalah injili.

10.  Perang 30 tahun. Akhirnya tindakan raja kontra reformasi tidak bertahan lagi sehingga pecah
perang. Pada tahun 1618 orang behomia yang injili memberontak melawan tuan tanahnya, yakni
kaisar Austria dari keluarga habsburg. Pemeberontakan itu segera ditindas dan juga negeri palst
yang menjadi sekutu bohemia ditaklukan sekarang tentara kaisar membanjiri seluruh jerman
tengah dan mengancam jerman utara. Negeri Denmark yang turut menyerang pasukan K.R itu
supaya jangan jatuh dalam tangan habsburg, terpaksa mundur telah menderita kekalahan pada
tahun 1629. Hampir segenap jerman utara sedah dalam kuasa tentara kaisar Austria yang
dikepalai oleh panglima Tilly dan Wallenstein. Gereja roma menang dimana dan bersiap untuk
membasmi pembaruan sama sekali. Akhrinya pada pandangan yang ketiga dan kedua abad ke
XVI dan bagian pertama abad ke XVII adalah zaman peperangan agama. barangkali kita
membenci perang yang demikian karena tak berpadanan dengan roh injili dan bertentangan
dengan tuntutan toleransi (kesabaran). Tetapi baiklah kita bertanya kepada diri kita apakah yang
lebih baik mengadakan perang untuk menambah kuasa dan milik duniawi sebagaimana perang
zaman mutakhir ataukah berperang guna kebebasan kebenaran ilahi. Hal ini hanya boleh diakui
sah dan perlu bilamana antara lain kebenaran dan kebebasan agama diperjuangkan oleh
peperangan itu.
BAB 41

PEMBARUAN GEREJA DI BELANDA

1.      keadaan politik. Di bawah pemerintahan kaisar Karel V propinsi – propinsi Belanda


digabungkan dan dihubungkan dengan Spanyol dan negeri-negeri Habsburg yang lain. Karel
mencita-citakan kesatuan diseluruh daerahnya; oleh karena itu menyuruh membentuk suatu
pemerintah pusat bagi propinsi-propinsi Belanda, yang ditempat di Brussel. Tak dapat tidak
tatanegara yang baru itu segera bertubrukan dengan kemerdekaan dan hak-hak lam propinsi-
propinsi dan kota-kota Belanda. Pemerintah –perintahan Belanda sudah kehilangan kuasa dan
pengaruhnya dalam pimpinan politik dan masyarakat di negeri sendiri. Rakyatpun sangat tidak
setuju. Umumnya bangsa Belanda takut kalau – kalau kemerdekaannya nanti sama sekali hilang.

2.      Permulaan Reformasi. Pada masa itu Reformasi masuk ke negeri Belanda. Atas pengaruh
Erasmus, semangat humanisme sudah kuat diantara kaum terpelajar di Belanda, serta kesalehan
jemaat telah banyak dibaharui oleh cita-cita dan pekerjaan Geert Groote dengan saudara-saudara
yang Hidup Rukun (bab 31,3). Oleh karena itu, waktu Pembaruan (Reformasi) Gereja oleh
Luther mulai dikenal di Belanda, kebanyakan orang merasa bahwa cita-cita dan maksud gerekan
itu tak banyak bedanya dengan apa yang sudah diperaktekan oleh mereka sendiri. Mula – mula
ajaran baru Reformasi itu kurang mengutamakan khotbah tentang pembenaran oleh iman saja,
tetapi lebih banyak membahas segala keburukan Gereja Roma dengan memberi tekanan kepada
kesalahan perseorangan yang praktis dan suatu ajaran yang menganggap Perjamuan Kudus
selaku lambang semata-mata. Kita telah melihat bahwa Cornelis Hoen, seorang humanis dari
Deghaag. Dengan demikian umumnya boleh kita katakan, bahwa agama Protestan Belanda
mendapat capnya, baik dari Calvin maupun dari Erasmus; pertentangan itu kerap kali nyata
dalam sejarah Gereja Belanda pada abad – abad.
Segala tindakan pemerintah untuk  membasmi pengaruh Reformasi makin bertambah hebat
sehingga banyak pemimpin yang dipenjarakan dan dihukum.  Pada masa itu juga Belanda
dibanjiri oleh gerakan Anabaptis dari Jerman Barat, yang menyeret banyak orang sederhana.
Teristimewa orang miskin suka sekali mempercayai datangnya Yerusalem Baru.

3.   Penghambatan Baru. Sejak tahun tahun 1540, maklumat-maklumat/ plakat pemerintah


melawan kaum Injil makin keras, dan semenjak tahun 1550 inkwisisi Spanyol, yang sangat
ditakuti dan dibenci itu, mulai dijalankan di Belanda. Segala pergerakan yang penyesat menurut
Gereja K.R. disamaratakan saja. Menurut dugaan orang, di bawah pemerintahan Karel V ada
sepuluh ribu orang Injili yang dibunuh di Belanda. Kesaksian yang indah, yang sangat
memilukan hati, tentang keberanian iman dan sengsara syahid-syahid itu, terdapat dalam kitab-
kitab Syahid yang diterbitkan pada masa itu. Kendatipun segala penghambatan yang kejam itu,
malahan justru oleh tindakan tersebut, Gereja Injili bertambah-tambah kuat dan besar, menurut
hukum lama: darah syahid itu bibit Gereja! Tetapi perkembangan Gereja itu mula-mula terjadi
diluar negeri, karena banyak orang Injili terpaksa lari ke Jerman dan Inggris. Pada tahun 1555
kaisar Karel V meletakan jabatanya dan masuk biara. Ia diganti oleh anaknya, Philips II, seorang
raja yang tak kurang fanatik agama Katolik Roma daripada bapanya, tetapi kurang cakap dan
bijaksana. Pada tahun 1559 ia mendirikan organisasi bagi gereja di Belanda, supaya ia bisa
memakai Gereja lebih baik sebagai alatnya. Orang Roma sendiri pun besungut-sungut karena
campur tangan tangan raja Spanyol itu dalam perkara-perkara Belanda. Dengan demikian
lahirlah oposisi yang kuat yang terdiri dari rupa-rupa golongan kaum bangsawan, orang kota dan
sudah tertentu juga kaum Injili.

4.   Calvinisme di Belanda. Keadaan di Belanda bertambah-tambah genting. Tetapi yang


menyebabkan meletusnya pemberontakan terhadap Spanyol ialah Calvinisme. Ajaran dan
semangat Calvinis yang datang dari selatan itu mulai meresap ke Belanda sejak tahun 1550; tidak
beberapa lama kemudian semangat Calvinisme sudah menang atas Erasmus. Untuk
membuktikan bahwa ajaran dan cita-cita Calvinis berbeda jauh dengan Anabaptis, ia mengarang
suatu karangan pembelaan pada tahun 1561 yang terdiri dari 37 pasal.

Seorang pemimpin calvinis yang lain yang lain, ialah Petrus Dathenus, yang mengempalai
jemaat pelarian Frankenthal (Palts). Pada tahun 1563 dua ahli theologi di negeri Parls, yang
bernama Caspar Olevianus, seorang murid Calvin, dan Zacharias Ursinus, mengarang kitab
pengajaran agama Calvinis yang masyhur : kateksimus Heidelberg.

Akhirnya suatu bentrokan yang hebat antara kaum Injil dengan pemeritahan spanyol tak dapat
dicegah lagi. Tahun 1566 menjadi tahun yang penting sekali bagi Reformasi di Belanda. Bagi
pemerintah sekarang suatu dan kehendak rakyat sudah menjadi terang, tetapi Margareta sekali-
kali tak mau mundur. Dititahkannya rupa-rupa tindakan yang lebih keras lagi, tetapi raja Philips
merasa perlu menganti dia dengan seorang wakil yang lebih kuat.

5.   Wilem dari Oranje dan pembrontakan Belanda. Salah seorang yang terpaksa lari dari
Belanda, ialah pengeran Willem dari Oranje. Ia lahir pada ia dididik di Belanda-Selatan di istana
Brussel. Karel V sangat menghormati putra muda itu dan kemudian Philips II mengangkat
Willem menjadi wali negeri untuk tiga propinsi Belanda-Utara yang terpenting, yakni Holland,
Zeeland dan Utrecht. Ia mulai sadar bahwa Tuhan memanggilnya untuk merebut kemerdekaan
bagi rakyat Belanda yang sangat ditindas itu, dengan mengangkat senjata. Sayang, oleh karena
kekurangan uang dan karena rakyat Belanda sendiri belum cukup berani membantunya, ia harus
mundur pula.

Tetapi walaupun demikian, semangat perlawanan dan perjuangan yang sudah lahir dalam
batinnya, tidak terpadamkan lagi dengan tak berkeputusan ia mencari jalan untuk mencapai
maksudnya : demikian ia mendapat hubungan rapat dengan pemimpin-pemimpin Calvanis diluar
negeri.

Kepercayaan kaum Calvinis kepada Tuhan tidak sia-sia. Pada Tahun 1572 tentara Watergeus
sekoyong-koyongnya merebut dan menduduki kota Den Briel dari sebelah laut. Itu merupakan
suatu isyarat bagi banyak kota Belanda utara untuk membuang kuk Spanyol dan mengaku
pangeran Willeam selaku standhouder. Selaku tanda pengehormatan terhadap keberanian
penduduk itu pageran Willeam menghadiahkan kepada Leiden sekolah tinggi pertama di Belanda
–utara pada tahun 1575, terutama dengan maksud supaya universitas itu boleh melatih pendeta-
pendeta yang baik untuk Gereja Hervormd di Belanda. Akhirnya, pada tahun 1578, seluruh
daerah Holland dan Zeeland menjadi merdeka : lama kelemaan daerah-daerah Belanda utara
yang lain menyusul.
6. Pertikaian Katolik  Roma. Pemberontak Belanda dipimpin golongan Calvinis yang kecil,
tetapi orang K.R. pun turut juga. Sebenarnya kedua golongan itu masing-masing masih
menjunjung bentuk negara secara theokratis, yang hanya mengizinkan satu agama saja. Oleh
karena itu ia tidak setuju, jika pemerintah-pemrintah Holland dan Zeeland hanya memberi hak
kebaktian kepada Gereja Hervormd saja, meskipun tidak seorang dihambat karena imannya.
Tidak heran golongan Roma menjadi kecewa, sehingga mau menarik diri dari perjuangan
bersama untuk merebut kemerdekaan.

Pada tahun 1579 terjadilah perpisahan antara propinsi-propinsi K.R. di selatan dengan propinsi-
propinsi Calvinis di utara, karena pada tahun itu walinegeri baru, hertog Parma, anak Margareta,
menerima usulan daerah-daerah selatan bahwa mereka mau tetap berkanjang pada agama katolik
Roma, jikalau Spanyol sudi mengaku kedaulatannya secara politik. Meskipun penganut Gereja
atau sekta yang lain-lain tidak dianiaya. Demikian separuh cita-cita pageran Organje tidak
tercapai.

Dari penjelasan baik golongan Katolik Roma dan Calvinis, menunjukan diri ke dalam
perlawanan terhadap Spanyol itu dengan segala tenaganya dan tidak mengenal lelah, yang
menyebabkan mereka bersemangat dan tekun memanglah terang, yakni mereka terutama
berperang untuk kebebasan agamanya. Soal iman lebih penting bagi mereka daripada kedaulatan
politik. Oleh karena Belanda-Utara mengajar suatu hal yang lebih tinggi daripada kemerdekaan
politik, yaitu pemerintahan Atas negerinya.

7. Relasi Gereja dan Negara. Masalah lama tentang relasi gereja dan negara mendapat
kesimpulan yang baru dan baik untuk seluruh Eropa, selaku hasil pemberontakan Belanda
terhadap Spanyol. Sejak Gereja Kristen merebut kemenangan di dalam masyarakat umum, orang
tidak dapat memikirkan lagi negara dan pemerintah yang netral terhadap soal agama, karena
kebenaran Tuhan mau memerintah dengan tidak terbatas atau segenap masyarakat dan
masyarakat. Dengan demikian Gereja selalu menghadapi pemerintahan-pemerintahan dengan
tuntutan theokrasi, yaitu supaya semua pembesar dunia takluk kepada Firman Tuhan, yang
diperdengarkan di bumu ini dari mulut gereja (Mzm 2:10-11). Sebab itu tak dapat tidak pada
masa pembaruan Gereja, pemerintah terpaksa pula memilih ajaran mana yang diakuinya selaku
kebenaran Allah.
Berkat perserikatan pangeran Willeam dengan kaum Calvinis, maka Belanda menjadi negeri
pertama yang menghubungkan theokrasi dan toleransi. Pada hakekatnya Gereja Calvinis mau
mempertahankan bentuk negara secara theokrasi, seperti yang dipaparkan dalam pasal 36
Pengakuan Iman Belanda, bahwa pemerintah wajib memelihara kebaktian kudus, untuk
mencegah dan membasmi segala ibadah dan berhala dan agama palsu.

      Secara  resmi semangat resmi Calvinis pemimpin-pemimpin dapat kemenangan di Belanda,


karena Gereja Hervormdlah yang tetap dijadikan satu-satunya agama yang sah dan resmi, tetapi
keinginan dan anggapan pangeran disetujui banyak orang.

8. Organisasi Gereja Hervormd. Sekarang kita mau membicarakan lagi perkembangan batin


Gereja Calvinis di Belanda. Dasar Gereja Hervormd tidak diletakan di Belanda sendiri, tetapi
oleh jemaat-jemaat pelarian diluar negeri. Di sanalah organisasi gereja dirundingkan dan
ditetapkan pada tahun-tahun yang gelap dan sukar bagi Injil. Hal ini membuktikan iman yang
sungguh dari permukaan Calvinis Belanda itu yang tetap percaya bahwa Tuhan akan membuka
pintu untuk pengabaran Injil di Belanda. Untuk menyatakan kesatuan imannya, anggota-
anggota  sinode itu menandatangani pengakuan iman-iman belanda . kepercayaan jemaat-jemaat
pengunsian tidak diberi malu.
                                                         

BAB 42

AGAMA PROTESTAN CALVINIS DI BELANDA

1. Calvinis dan Libertin. Setelah mendapat kedudukan yang tetap di Belanda, Gereja Hevormd
mulai berusaha dengan giat untuk memasukkan semangat Jenewa ke dalam hidup rakyat. Cara-
cara Roma ditinggalkan, latihan pendeta-pendeta diusahakan dengan kuat, dan pendidikan agama
diperhatikan dengan seksama.

Golongan pertama ialah pengikut Erasmus, yang sudah cenderung kepada pembaruan Gereja,
sebelum Reformasi oleh Luthern mereka sudah kurang pengaruhnya sesudah Calvinisme
berkembang dengan cepat, tetapi belum kalah. Orang humanisme itu sangat kecewa melihat
Gereja Injili, yang juga Gereja mereka, sudah mengakui kehendak yang terikat dan kebebasan
rahmat Tuhan dalam memilih manusia untuk keselamatan, sehingga tak ada tempat lagi dalam
Gereja Calvinis itu bagi pandangan-pandangan mereka, yang humanistis dan moralitis.

Golongan kedua terdiri dari regen-regen, yaitu kepala pemerintahan propinsi dan kota. Banyak di
antara mereka kurang mempedulikan propinsi dan kota. Banyak di antara mereka tidak
memperdulikan agama, tetapi hanya turut dalam perjuangan kemerdekaan untuk melayani
kepentingan negara atau keuntungan dirinya sendiri. Para regen itu sebaliknya bercita-cita,
supaya pemerintahan tinggal bebas dari segala campuran-tangan Gereja, dan Gereja takluk
kepada kuasa negara.

2.  Pertikaian tentang pengakuan dan tatagereja. Yang menjadi juru bicara semua orang yang
menentang penandatanganan-paksa Pengakuan dan Katekismus, ialah panitera kota Haarlem,
Coornhrt (1522-1590). Ia menghendaki suatu Kekristenan rasionalistis-moralistis (yang
memuaskan akal budi dan yang menyelamatkan pekerjaan dan usaha manusia); Yesus menjadi
contoh kita yang mulia, dan kebajikan adalah tujuan kita yang tertinggi. Prodestinasi dan
terikatnya kehendak manusia disangkalnya. Orang kristen tidak boleh selalu berbantah karena
permusuhan ajaran; bukan dogma-dogma gereja, tetapi peri hidup kita sajalah yang harus
dipentingkan. Di dalam gereja hervormd banyak pendeta dan anggota terpelajar setuju dengan
Coornhert. Pendeta-pendata itu kurang berpengaruh didalam jemaat, tetapi mereka disokong oleh
regen-regen. Berulang-ulang pemerintah-pemerintah memaksa majelis gereja memanggil
pendeta-pendeta yang tidak setuju dengan pengakuan gereja dan yang merindukan gereja negara.
Pemimpin-pemimpin Calvinis melawan haluan itu dengan keras dalam sidang-sidang gereja, dan
umumnya mereka berhasil. Mereka tak mau memaksa suara hati orang lain dan tidak mengejar
kuasa kerohanian, tetapi mereka mau memelihara kemurnian berita karunia Tuhan yang bebas
untuk orang berdosa. Jikalau semangat Coornhert dibiarkan meresap dalam gereja, itu tak lain
dari khianat gereja terhadap berita yang kudus itu.

Gereja menuju kepada organisasi yang mewujudkan asas-asas kesatuan dan pemerintahan diri
sendiri bagi gereja, tetapi pemerintah-pemerintah mencegah maksud itu. sebabnya ialah karena
adanya tujuh propinsi yang berdiri sendiri, sehingga mereka takut bahwa satu gereja serikat yang
kuat akan menjadi kuasa yang berbahaya bagi pemerintah-pemerintah. Apalagi perintah tak mau
mengakui tata gereja yang menyingkirkan segala pengaruh negara atas perkara-perkara gereja.
Oleh sebab itu tak mungkin bagi gereja Belanda untuk menetapkan tata gerejanya. Pemerintah
tertinggi, Johan van Oldenbarneveldt, ialah yang terutama menetang cita-cita gereja. Ia menuju
ke arah gereja negara. Dengan demikian hanya terdapat sinode-sinode propinsi, yang juga tak
sempat menjalankan asas-asas theokrasi di dalam gereja. Pemerintah propinsi masih banyak
campur tangan dalam sinode-sinode itu, begitupun pemerintah-pemerintah kota dalam
pemanggilan pendeta-pendeta oleh majelis gereja. Sejak tahun 1580, perselisihan tentang tentang
pokok-pokok pengakuan dan tatagereja semakin meruncing, sehingga tak dapat tidak harus
mengakibatkan suatu bentrokan yang hebat.

4. Remonstran dan kontra-remonstran. Pertikaian itu mulai pada tahun 1603; asal-mulanya ialh
pengangkatan pendeta Jacobus Arminius menjadi guru besar theologia di leiden, atas desakan
golongan Libertin, meskipun pihak gereja melawan pengangkatan itu, karena menyangka bahwa
arminius tidak ortodoks ajarannya. Pada tahun yang berikut sudah nyata perbedaan pikiran yang
besar antara Arminius dengan teman sekerjanya, Franciscus Gomarus, seorang Calvinis sejati,
tentang pokok predestinasi.

Gomarus mengajarkan, bahwa pemilihan manusia oleh Tuhan adalah dasar iman, tetapi kata
Arminius sebaliknya; pemilihan manusia untuk keselamatan kekal adalah berdasarkan iman
manusia yang telah diketahui Tuhan sebelum manusia lahir. Kedua orang itu sendiri tak suka
berbantah, tetapi oleh karena segala pertentangan terhadap pengakuan yang sudah terhadap di
belanda dan karena kaum Calvinis takut, jangan-jangan pandangan Arminius akan berpengaruh
di dalam gereja, maka dengan segera nama-nama Arminius dan Gomarus menjadi lambang dari
dua partai yang berlawanan itu, yaitu Libertin dan Calvinis.

Sesudah Calvin, ajaran predestinasi makin menjadi dasar dan pusat theologia Calvinis.
Sebenarnya kita tak dapat setuju dengan pendirian itu, karena pada hakekatnya pokok dan pusat
theologia perjanjian baru bukanlah takdir Allah, takdir yang tersembunyi itu, bukanlah
musyawarah Tuhan, musyawarah yang kekal, yang rahasia itu, tentang nasib masing-masing
manusia di akhirat, melainkan rahmat Tuhan yang telah dinyatakannya dalam anakNya, Yesus
Kristus. Apabila predestinasi, atas pemilihan manusia untuk keselamatan atau untuk kebinasaan,
dijadikan pokok utama theologia, tak dapat tidak akan timbul rupa-rupa soal yang amat sukar
dijawab, misalnya; bagaimana tanggung jawab manusia?  yang menjadi pokok dosa?
Sungguhkah Allah mau menyampaikan karuniaNya kepada semua manusia? adakah gunanya
mengajar orang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus? Bukankah predestinasi itu membawa
manusia kepada sikap pasif, menuruti hawa nafsu saja, hidup dengan sewenang-wenang, atau
putus asa? Soal pertengkaran yang lama muncul lagi; bebaskah kehendak manusia itu atau
terikat? Baik Arminius, baik Gomarus bergumul dengan soal-soal tadi, tetapi jawab dan
kesimpulan mereka sangat berbeda.
Arminius berpendapat demikian: apabila saya terpaksa memilih antara takdir mutlak Tuhan
Allah dan tanggung jawab manusia, sudah tentu saya memilih tanggung jawab manusia itu.
sebab itu golongan Arminius menolak predestinasi menurut anggapan Calvinis, meskipun
Arminius sendiri tetap memakai istilah predestinasi juga. Allah menawarkan iman kepada segala
manusia, tetapi dari kekal ia sudah melihat dasn mengetahui siapa nanti menerima iman itu dan
siapa yang akan menolaknya. Jadi sebenarnya keselamatan manusia bergantung kepada
keputusannya sendiri. Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, tetaplah berkehendak bebas,
apabila manusia menolak anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, ia harus binasa, tetapi nasib itu
adalah kesalahannya sendiri. Sebaliknya, jikalau manusia percaya kepada Kristus dan menerima
keselamatan itu, itulah suatu usaha manusia yang patut diganjari. Tentunlah rahmat Tuhan harus
mendahului dan menyertai usaha manusia itu, tetapi tanpa kehendak manusia sendiri, rahmat itu
belum berkuasa dalam hidupnya. Dengan itu iman manusia menjadi tambah lagi dengan pahala
kematian Kristus di kayu salib. Kesimpulan ajaran ini ialah; manusia sanggup melawan rahmat
Allah; seorang yang beriman sungguh-sungguh, mungkin juga kehilangan pula iman itu, dan
tidak ada seorang Kriste  n yang keselamatannya sudah dipastikan sebelum ajalnya.

Gomarus dengan golongannya membantah ajaran Arminius itu dengan sekuat-kuatnya; iman itu
semata-mata pemberian saja yang karuniakan Tuhan kepada tiap-tiap manusia yang telah
dipilihNya dengan bebas. Manusia sama sekali tidak sanggup mengerjakan suatu apapun untuk
memperoleh keselamatan. Rahmat Tuhan, yang memperanakkan kembali manusia yang berdosa
itu, tidak dapat dilawan. Semua orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus,
akan bertekun sampai akhir, dan keselamatan mereka terjamin dengan pasti, kendati mereka
banyak sekali masih berdosa dan sesat.

Jangan kita katakan bahwa pokok pertikaian itu kurang penting, dengan cara bagaimana manusia
diperdamaikan dengan Allah, memanglah sangat penting. Perlu sekali kita mengetahui, siapakah
yang memujudkan perdamaian itu, atau kepada siapa tergantung keselamatan kekal manusia;
kepada Allahkah atau kepada manusia sendiri? Perbedaan pendirian kedua golongan itu adalah
berdasarkan perbedaan anggapannya tentang tabiat dan kesanggupan manusia. pengikut-pengikut
Arminius, yang disebut Arminian, memandang manusia itu sendiri secara optimistis. Walaupun
manisua telah jatuh ke dalam dosa, tetapi ia belum kehilangan nilainya dan kesanggipannya
untuk berbuat baik, sehingga manusia itu sendiri dapat dan wajib berusaha untuk memperoloh
keselamatan, bersama-sama dengan rahmat Tuhan yang membantunya. Kita lihat bahwa
pandangan tentang manusia itu sesuai dengan anggapan semi pelangian dan gereja K.R. padahal
pandangan Alkitab (Paulus), Augustinus,calvin dan Luther lain sekali, karena manusia
dipandang dalam terang kekudusan Allah.

Golongan Gomarus yang memihak pandangan ini, merasa bahwa ajaran Arminius amat bengis
karena membawa manusia kepada putus asa. Bukankah dengan ajaran itu manusia yang berdosa
disuruh bersandar kepada usaha dan kerajinannya sendiri saja untuk merebut keselamatan, sama
seperti yang diajarkan oleh gereja R.K.? menurut pandapat kaum Calvinis sejati, seorang berdosa
baru mendapat ketenangan hati dan kepastian tentang keselamatannya, jikalau ia boleh yakin dan
percaya, bahwa Tuhan saja yang melakukan keselamatannya dan bahwa keselamatan itu berdasar
teguh-teguh pada rahmat Allah yang telah diuntukkan baginya sejak kekekalan, kendatipun
segala dosa kelemahannya. Oleh sebab itu pokok ini menjadi soal mutlak, yang mengenai hidup
atau mati manusia. jikalau benarlah ajaran Arminius itu, maka semua perjuangan pembaharuan
gereja itu percuma saja dan tak seorang pun yang mendapat keyakinan yang pasti tentang
chalatsnya (keselamatannya) yang kekal.

Arminius sudah meninggal pada tahun 1609, tetapi pertikaian itu berlangsung terus. Pemimpin
baru kaum Arminius, ialah pendeta istana pangeran Maurits yang cakap, johannes Wtenbogaert
(uc. Utenbogaart). Seperti diketahui, Maurits menggantikan ayahnya, willem, setelah willem
mati dibunuh pada tahun 1584 oleh seorang penyahat atas hasutan raja philips II. Maurits adalah
seorang panglima perang yang berkali-kali membawa tentara belanda kepada kemenangan,
sampai diadakan gencatan senjata antara belanda dengan spanjol selama 12 tahun lamanya
(1609-1621).pada tahun 1610 Wtenbogaert, beserta 40 kawannya, mempersembahkan sebuah
karangan yang di sebut “Remonstransi” kepada pemerintah propinsi Holland. Di dalam karangan
itu diterangkan pandangan-pandangan Arminian dan diakui lagi kuasa negara atas gereja. Sejak
itu orang Arminian juga disebut Remonstran. Balasan dari pihak Calvinis dikeluarkan pada tahun
1611 selaku “Kontra-remonstransi”. Karangan pendeta kota Leiden Ds Hommius, yang sekarang
menjadi kepala golongan “Kontra-remonstran”.

Golongan Remonstran lebih kecil, akan tetapi mereka disokong kuat-kuat oleh para regen yang
libertin dan yang mengidam-idamkan kuasa pemerintahan atas gereja. Teristimewa
Oldenbarneveldt, pemimpin pemerintah holland, berniat mengambil tindakan keras untuk
menunjang golongan Arminian yang kecil itu, supaya jalan itu semangat theokrasi dapat
dikalahkan. Dalam beberapa kota pecahlah huru-hara, karena Umat calvinis di sana ditindas oleh
pemerintah, meskipun mereka golongan besar. Akan tetapi pada tahun 1617 sekonyong-konyong
kaum kontra-remonstran, sebab ia tidak setuju dengan politik Oldenbarneveldt. Maurits masuk
kebaktian golongan Calvinis di Den Haag dan Wtenbogaert dipecah dari pangkatnya sebagai
pendeta istana. Atas desakan Maurits, “Staten Generaal” (pemerintah umum dari ketujuh
propinsi belanda) menyetujui suatu sinode nasional untuk membereskan perselisihan theologia
dan gereja itu, tetapi “Staten” (pemerintah propinsi) Holland dan Utrecht tetap melawan ikhtiar
itu. lalu maurits merebut kuasa dengan kekerasan. Di Utrecht ia membubarkan pasukan-pasukan
sewaan dan menggantikan anggota-anggota pemerintah yang menetang dia, dengan kawan-
kawannya yang kontra-remonstran. Karena Holland tidak mau tunduk, Maurits meminta dan
mendapat kuasa mutlak dari staten-generaal; pemimpin-pemimpin golongan regen dipenjarakan
dan kepada mereka, Oldenbarneveldt, dihukum mati dipancung pada tahun 1619 dalam usia 72
tahun, atas tuduhan khianat terhadap perserikatan belanda. Wtenbogaert melarikan diri ke
Antwerpen di Belanda selatan.

 4. Sinode Dordrecht. Sekarang sinode nasional dapat berkumpul. Pembukaan berlangsung pada
13 Nov 1618 di Dordrecht dengan upacara yang besar. Anggota-anggota terdiri dari utusan-
utusan dari inggris, palts, Bremen, Emden, Hessen, Swis dan jenewa. Orang Calvinis perancis
tak mendapat izin dari rajanya. Demikianlah sinode Dordrecht, yang diadakan pada tahun 1618-
1619, menjadi satu-satunya sinode Calvinis oikumenis, bersama dengan 18 “Komisaris-politik”
(wakil-wakil pemerintah untuk pimpinan lahiriah) anggota sinode berjumlah seratus orang lebih.
Oleh karena pemerintah sudah tidak mengizinkan sinode nasional sejak tahun 1586, maka
pokok-pokok perundingan memang amat banyak. Tetapi pokok utama ialah pemeriksaan, atau
lebih tepat: pengadilan perkara Remonstran. Pasal itu sudah cukup dipertebatkan bertahun-tahun
lamanya dengan karangan-karangan dan dalam pertemuan-pertemuan kedua belah pihak.
Golongan remonstran mengerti, bahwa tak ada harapan lagi bagi mereka untuk menang; sebab
itu mereka membela dirinya sekuat-kuatnya dan selama mungkin, dibawah pimpinan guru besar
Episcopius, pengganti Arminius di Leiden. Pada tanggal 14 januari 1619 ketua bogerman
mencurahkan amarahnya terhadap lawan-lawan yang keras kepala itu dalam suatu pidato yang
sangat kasar; lalu ia mengusir orang Remonstran keluar dari persidangan sinode. Pada bulan
April telah sedia “pasal-pasal ajaran Dordrecht”, yang juga disebut “Lima pasal melawan
Remonstran”. Karangan itu bersama-sama dengan pengakuan iman belanda (Confessio Belgica)
dari Guido de Bres (1561) dan katekismus Heidelberg dari Olevianus dan Ursinus (1563),
merupakan ketiga surat pengakuan resmi Gereja hervormd belanda, yang biasa di namakan “Tiga
pasal keesaan”.

Di dalam lima pasal Dordrecht” itu sinode menguraikan, bahwa keselamatan manusia hanyalah
berlaku oleh rahmat Tuhan saja. Akan tetapi tanggung jawab manusia diakuinya juga, meskipun
perhubungan antara pemilihan manusia oleh Tuhan dan tanggung jawab manusia sendiri tidak
dapat dijelaskannya dengan memuaskan. Sudah tentu bahwa siapa yang berusaha memahami
rahasia yang melewati batas penyataan Tuhan di dalam Alkitab dan pengertian akal budi
manusia, tak dapat tidak harus mengaku bahwa perubahan kedua perkara yang rupanya
bertentangan itu, susah dimengerti oleh manusia.

Dalam waktu yang singkat banyak lagi perkara yang lain diperbincangkan dan diputuskan di
Dordrecht itu. surat-surat liturgia atau tata cara kebaktian sekarang ditetapkan untuk gereja
Hervormd belanda. Pasal-pasal yang terkenal, yaitu untuk melakukan baptisan dan perjamuan
untuk meneguhkan nikah (yang terjemahannya terhadap dibelakang kitab mazmur-tahlil
Indonesia). Disadur oleh Dathenus dari liturgia jemaat-jemaat di Palts daqn London.

Di samping itu sinode merancangkan dan menentapkan tata gereja Dordrecht. Sinode berusaha
mewujudkan cita-citanya terhadap kesatuan pemerintahan diri gereja dalam tatagereja itu, tetapi
sekarang pun maksud itu gagal karena perlawanan wakil-wakil kebanyakan propinsi di dlam
staten-generaal. Pemerintahan menolak juga tuntutan sinode supaya gereja berhak mengawasi
dan menilik pengajaran di sekolah-sekolah tinggi.

 5. Nasib orang Remonstran. Oleh sebab para pemimpin Remonstran yang telah didakwa dan
diadili di Dordrecht itu enggan berjanji untuk berdiam diri, mereka dibuang ke luar negeri. Oleh
karena perkara mereka rapat hubungannya dengan politik Oldenbarneveldt, mereka mula-mula
dihambat keras oleh pemerintah, dengan larangan berhimpun, denda-denda penyitaan milik,
pembuangan dan hukuman penjara. Golongan Remonstran yang kecil tetapi berani itu,
berpegang pada pendiriannya dan tidak mau mengaku kalah. Pada tahun 1619 itu juga mereka
membentuk “persaudaraan Remenstran” di Antwerpen, di bawah pimpinan Wtenbogaert. Setelah
Maurits wafat pada tahun 1625, dan adeknya, pangeran Frederik Hendrik, menjadi stadhouder
belanda, mereka dapat memasuki belanda lagi dengan tidak mendapat bahaya; sejak tahun 1631
kaum Remonstran dibiarkan oleh pemerintah, sehingga mereka dapat menyusun organisasinya.
Sejarah batin persaudaraan Remonstran itu membuktikan, bahwa syakwasangka orang kontra-
remonstran terhadap ajaran Arminian itu memang pads tempatnya, karena makin lama makin
nampaklah sifat humanistis dan semi-pelangian dalam theologia mereka.

    Hasil pertikaian-pertikaian, yang sekian lama mengharukan gereja belanda muda itu, adalah
semangat Erasmus dilenyapkan dari gereja, dan kebebasan gereja untuk mengurus hidupnya
sendiri tercapai, meskipun dalam banyak perkara lahiriah gereja masih bergantung pada
pemerintah-pemerintah. Gereja negara tidak menang di belanda, tetapi negara Gereja, menurut
maksud pasal 36 pengakuan iman belanda, seperti yang diharapkan kaum Calvinis, pun
tidak.  Tetapi pemerintah pun harus diuji, bahwa dilapangan negara, toleransi telah dilakukannya
selaku asas yang sah dan baik bagi sikapnya terhadap segala golongan penduduk. Jadi satu hal
yang sangat penting dari perjuangan Calvinis-Remonstran ialah tercapainya keseimbangan antara
cita-cita theokrasi dan toleransi.

 6. Terjemahan baru Alkitab. Suatu keputusan sinode Dordrecht yang amat berfaedah, yakni
supaya Alkitab diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Belanda dari naskah asli, yaitu dari bahasa
ibrani dan Yunani. Sudah lama gereja belanda sangat membutuhkan suatu perjemahan Alkitab
yang baik, karena meskipun sudah terdapat beberapa terjemahan belanda, tetapi terjemahan-
terjemahan yang lama itu hanya berpokok pada Vulgata dan terjemahan Jerman dari Luther.

Sekarang sinode Dordrecht mengangkat suatu panitia-penterjemah yang terdiri dari beberapa ahli
theologia pilihan.  Mereka itu berkumpul dan bekerja di Leiden sepuluh tahun lamanya
(1625_1635). Antara lain Bogerman turut dalam perjemahan perjanjian Lama serta Hommius
dan Waleus (Lih. 47,2) dalam perjanjian baru. mereka itu bekerja dengan rajin dan setia, bahkan
tidak berhenti juga pada waktu leider ditimpa bala samapr yang hebat (dalam satu minggu 1500
orang meininggal). Oleh karena sokongan dan jasa pemerintah itu terjemahan ini deisebut
“Statenvertaling”. Akhirnya pada yahun 1637 Alkitab belanda itu dikelurkan; di pinggir
halaman-halaman tercetak banyak keterangan dengan huruf kecil.

 7. Sesudah Dordrcht.sampai pada masa sinode nasiaonal Calvinisme di Belanda adalah suatu
agama yang hidup, yang menggerakkan batin segala penganutnya. Tetapi seperti biasa, sesuah
waktu bersemangat itu, lamabt laun suasana gereja menjadi suam, malahan soal percaya dan
agama dianggap perkara biasa saja. Injil rahmat Allah yangbebas itu sudah kurang dirasai
sebagai suatu mujizat kasilh Tuhan yang senantiasa mengherankan manusia berdosa, melainkan
suatu keadaan yang sudah sewajarnya demikian. Panganut gereja tentang pasal-pasal yang sukar
itu, menjadi suatu taurat yang kepadanya segala anggota gereja wajib takluk. Iman sudah
kehilangan semangatnya dan berpindah dari hati kepada akal budi, sampai menjadi pengakuan
secara pikiran saja dari ajaran gereja. Niscaya besarlah bahaya bagi gereja bahwa ia mendewakan
dogmatik Calvinis yang ortodoks itu.

Apabila ajaran meneka gereja dan iman jemaat mulai memberi tempat kepada semangat taurat,
biasanya jiwa dunia mulai menguasai segenap hidup masyh arakakat Kristen. Hal itu pun terjadi
di belanda pada “abad keemasan” itu. oleh perdagangannnya, kemakmuran dan kekayaan
belanda bertambah-tambah besar pada abad ke-XVII. Salah satu hasil yang indah dari
perkembangan itu ialah kesenian dan kesusasteraan yang berkembang dengan indah.akan tetapi
hasilnya yang kurang menyenangkan, yakni bahwa bangsa belanda mulai hidup dengan
kemewahan, kelimpahan dan juga dengan kecongkakan.  Banyak orang yang berangkat dan yang
berada, jadi teristimewa golongan pemerintah dan saudagar-saudagar yang kaya, hanyalah
mereka yang ambil bagian dalam hidup gereja, karena itu dipandang pekara yang patut dan biasa,
meskipun hati mereka tidak turut berbakti kepada Tuhan.

Sudah tentu masih dapat juga pemimpin-pemimpin Calvinis cap dulu, Umpamanya Gisbertus
Voetius (1589-1676), guru besar di Utrecht, yang boleh dianggap selaku lambang Calvinisme
belanda pada abad ke-XVII. Ia banyak berjasa bagi gereja dan rakyat oleh keahlian dan
tenaganya, yang dipakainya untuk melayani ilmu theologia dan pelaksanaan penggembalaan
jemaat. Maka timbullah tiga aliran yang, meskipun dengan jalan dan asas yang sangat berbeda,
berusaha menentang dan mencegah perkembangan suasana taurat dan sekularisasi (jiwa duniawi)
pada abad itu. yang pertama mau mematahkan sistem dogmatik Calvinis dengan mengutamakan
Alkitab;inilah reaksi biblisistis (yakni yang berdasar pada biblia=Alkitab). Yang ke dua mau
membaharui sistem Calvinis beralaskan akal budi manusia; itulah reaksi rasionalistis. Dan yang
ketiga mau melawan jiwa dunia dengan meberi tekanan pada kelahiran kembali dan pengudusan
hidup; reaksi pietistis.

 8. Reaksi Biblisistis. Seorang guru besar di Leiden yang bernama Johannes Coccejus (Uc.
Koksejus;+1669), berusaha mengembalikan gereja dan theologia kepada Firman Tuhan saja. Ia
berpaling dari ilmu dogmatik Calvinis kepada sumber iman Kristen dengan yakni Alkitab.
Dengan itu maka dasar pikiran theologianya bukan lagi predestinasi dan musyawarah Allah dari
kekekalan, melaikan sejarah kudus, yang didalamnya kehendak Allah itu telah diwujudkan.
Alkitab menceriterakan sejarah keselamatan itu selaku suatu rentetan perjanjian-perjanjian yang
diadakan Tuhan dengan umat pilihannya. Theologia perjanjian atau theologia federal itu amat
digemari dan disetujui banyak orang yang lebih suka mendasarkan keselamatannya kepada
segala perjanjian (janji) Tuhan dalam Alkitab yang banyak itu, dari pada mengalaskannya
kepada pemilihan oleh Tuhan, pemilihan yang rahasiaitu.

Theologia Coccejus itu menang dibantah oleh Voetius dengan para murudnya. Pokok pertikaian
istimewa antara kedua golongan ini mengenai penjelasan hukum yang ke empat, tentang hari
Sabbat. Menurut Coccejus, penyuruhan itu hanya diberi kepada banyak israel, sehingga jemaat
Kristus tidak lagi terikat kepadanya. Hari minggu perjanjian baru adalah sautu peraturan Kristen.
Voetius melawan pendirian itu pada asasnya dan terlebih-lebih oleh karena ia kuatir, jikalau
jemaat menerima pandangan Coccejus itu.

 9. Reaksi rasionalistis. Reaksi kedua ini berdasar pada seorang ahli filsafat perancis, yang
bernama Cartesius (sebenarnya Descartes), yang hidup 20 Tahun di Belanda (1629-1649). Ia
seorang anggota gereja katolik Roma, tetapi dengan filsafatnya ia menyimpang jaug dari ajaran
gereja Roma. Cartesius ialah ahli filsafat yang paling masyhur pada abad ke XVII. Ia hanya
mengaku satu realitas kenyataan yang berkuasa atas manusia, yakni kesadaran manusia. dengan
itu Cartesius mengembangkan pula asas dan pandangan kafir, yang sudah mulai timbul lagi
disebabkan oleh renaissance, yaitu bahwa manusia sendiri adalah kaidah segala sesuatu yang
ada.

Cara perpikir dirasa indah dan berguna oleh sejumlah pendeta di Belanda. Pada hebat mereka,
alangkah baiknya, jikalau dogmatik gereja dihidupkan kembali dengan dengan mendasarkan isi
penyataan Tuhan pada akal budi, bukan lagi pada Alkitab, atau sekurang-kurangnya penyataan
itu disesuaikan seapat mungkin dengan akal budi. Pokok pertentangan itu ialah; apakah dasar
Gereja? Cuma kuasa rahasia kasih Tuhanlah, yang telah dinyatakanNya di dalam Yesus Kristus,
rahasia mana tersembunyi bagi semua orang berbudi dan berpengetahuan, ataukah kuasa hikmat
manusia sendiri, yang tak lain dari kebodohan di hadapan Tuhan? Pada abad ke-XVII asas
renaissance itu masih ditolak oleh gereja, tetapi oleh karena khotbah Gereja tentang syak dan
kebodohan salib Yesus ristus sudah kurang kuat dan dalam, kalau dibanding dengan masa
Reformasi, maka lama-kelamaan gereja mulai kalah terhadap godaan himat dunia.Cartesius
menjadi bapa pencerahan, yakni aliran rasionalistis yang merajalela di Eropa-barat pada abad ke-
XVII, yang mengakibatkan revolusi perancis dan yang memberi capnya pada suasana segenap
masyarakat kristen di barat sejak waktu itu.

 10. Reaksi pietistis. Apabila khotbah dalam kebaktian umum menjadi uraian dogmatik yang
panjang dan sukar dipahami oleh jemaat, dan iman berubah menjadi pengaminan akal kepada
suatu sistem theologia, maka alam perasaan dari iman sejati dan praktek hidup kudus selaku
anak-anak Tuhan yang telah dilahirkan kembali oleh RohNya, tentu saja kurang diperhatikan dan
dilaksanakan di dalam Gereja. Aliran Rohani baru, yang muncul pada abad ke-XVII dan yang
mengutamakan kelahiran kembali, pertobatan dan pengudusan, disebut “Pietisme” (dari kata
latin “Pietas”=kesalehan). Voetius dengan golongan pengiringnya punmenyambut pietisme
dengan girang. Seorang pemimpin Pietisme belanda yang terkenal, ialah pendeta dan penyair,
Jodocus van Lodenstein(1677) di Utrecht, yang melakukan askese yang keras dan mengarang
beberapa kidung yang menjadi Nyanyian kebaktian gereja di kemudian hari, mislanya “Angkat
hati, naikkan suji” (Tahlil 43) dan “berbahagia yang rasanya”

Pietisme ada juga bahayanya. Tekanan pada kelahiran kembali oleh pekerjaan Roh Kudus,
gampang menimbulkan sikap pasif, dan tekanan pada pengudusan hidup,segera mengakibatkan
jiwa taurat merampas kemerdekaan Injili dari Jemaat Kristen; dengan demikian manusia yang
saleh dan kudus itu sendiri menjadi pusat hidup rohani sebagai ganti Kristus. Akan tetapi hal ini
masih kurang terdapat pada permulaan perkembangan Pistisme, yaitu dalam abad yang ke-XVII;
barulah pada abad ke-XVIII yang menjadi zaman kejayaan pietisme, bahaya itu nampak dengan
terang.

Orang pietis biasa berhimpun dalam kumpulan-kumpulan kecil, yang dinamakan “Konventikel”,
supaya di sana mereka boleh membangun imannya dalam suasana rohani di antara saudara-
saudara yang masing-masing telah beroleh banyak pengalaman dan persekutuan dengan Tuhan.
BAB 43

GEREJA PROTESTAN DI PRANCIS DAN JERMAN SAMPAI TAHUN 1700

A.    Calvinisme perancis

1.      Penghambatan kaum Calvinis

Kendatipun segala aib dan kekurangannya, gereja dan theologia Calvinis di Belanda berkembang
dengan indah pada abad ke-XVII, sehingga Gereja Calvinis Belanda menjadi pusat sejarah
Protestantisme pada zaman itu. Sekolah-sekolah tinggi belanda amat masyhur, sehingga
dikunjungi oleh banyak mahasiswa dari luar negeri.

Akan tetapi lain sekali keadaan Gereja Calvinis di prancis pada masa itu; nasib orang Calvinis di
sana amat malang. Apakah sebabnya? Kita ingat bahwa kaum hugenot telah mendapat kebebasan
beragama dan berpolitik dari raja Hendrik Iv dengan edit Nates pada tahun 1598. Akan tetapi
pada tahun 1629 sebagain janji-janji “Edik kekal” itu dicabut kembali oleh Louis XIII, dengan
jalan melarang golongan Calvinis berorganisasi secara politik.

Jauh lebih sukar lagi kedudukan orang hugenot sesudah Louis XIV naik takhta perancis.
Dibawah pemerintahan raja agung itu (1643-1715), negeri prancis menjadi negara yang paling
berkuasa di eropah, karena jerman dan Australia masih amat lemah dan penat disebabkan oleh
perang 30 tahun (1618-1648), begitupun spanyol  disebabkan oleh perang 80 tahun (1568-1648),
sedang inggris dikacau-balaukan oleh revolusi. Louis XIV menuju kepada kuasa mutlak
(autokrasi) raja, selaku satu-satunya pemerintah dan kepala negara (absolutism, pemerintahan
raja mutlak). Katanya: “Negara ialah aku!” ia memandang dirinya selaku wakil Allah, dan tak
mau bertanggung jawab kepada rakyat, melainkan kepada Allah saja. Menurut pendapatnya,
dialah yang berkuasa dan berhak atas hidup dan harta benda segenap rakyatnya. Raja hidup
dalam kemewahan yang sangat besar dalam istananya yang baru Versailles dekat paris, dimana
iya dilayani dan dihormati selaku setengah dewa. Louis XIV suka disebut “raja matahari”.
Dilapangan agama ia menghendaki satu gereja-negara yang beragama katolik Roma; kaum
hogenot dipandangnya orang yang merusakkan kesatuan bangsa dan agama, sehingga tidak boleh
dibiarkan lagi mempengaruhi masyarakat umum. Akibatnya ialah bahwa mereka semakin
ditindas dan dianiaya. Banyak orang hugenot meninggalkan tanah airnya serta berpindah
kebelanda, jerman dan inggris, dimana mereka disambut dengan kegirangan, karena kepandaian
dan tenaga mereka.

Pada tahun 1682 Louis XIV melarang imigrasi (perpindahan keluar negeri) itu, sebab ia tidak
mau kehilangan penduduk yang cakap dan rajin itu bukan maksudnya mengusir mereka dari
perancis, melainkan untuk menobatkan mereka! Untuk mencapai maksud itu, ia memakai
bermacam-macam jalan dan daya upaya yang buruk. Misalnya, anak-anak kecil dirampas dari
orang tuanya, lalu dididik dalam biara secara K.R. banyak orang dibujuk untuk masuk K.R.
dengan menjanjikan pangkat tinggi atau gaji besar, kalau mereka bangsawan, dan uang supa dan
rupa-rupa keuntungan, apabila mereka rakyat biasa. Tindakan paksaan yang paling jahat ialah
menumpangkan serdadu-serdadu yang kasar dalam rumah orang hugenot.

Segala tindakan raja itu memuncak ketika edik nantes ditiadakan sama sekali pada tahun 1685.
Dengan keputusan itu kebebasan beragama dilenyapkan seluruhnya diperancis. Kendati larangan
keras untuk berpindah keluar negeri, lebih dari setengah juga orang hugenot lari, diantaranya
100.000 orang kebelanda. Hal ini sungguh merugikan industri dan tenaga rakyat perancis. Orang
hugenot, yang tinggal tetapi tak mau memungkiri imannya, tetapi dianiaya dengan sangat begis.
Banyak dibunuh atau dipakai selaku hamba pendayung dikapal-kapal perang. Tetapi segala
tindakan negara yang keji tak sanggup mematahkan keberanian iman mereka. Walaupun dengan
kesulitan besar, kaum hogenot dapat mempertahankan dirinya ditempat-tempat yang sunyi.
Mazmur 68:1 menjadi nyanyian peperangan mereka: Hu bangkit dan mengangkat perang:
musuhnya kalah, Hu menang; cerai-beraikan dia!

B. Lutheranisme Jerman

2. pertikaian tentang pembenaran manusia.

Melanchton berpendapat bahwa ajaran Luther tentang pembenaran manusia oleh rahmat dan
iman saja, perlu ditambah sedikit. Bukan maksudnya untuk menyimpang dari theologia luther,
tetapi ia telah mengutamakan tanggung jawab manusia dan amal-amal selaku hasil iman.
Apalagi, melanchtin dengan murid-muridnya, yang disebut orang “philips”, menurut nama kecil
Melanchton, yaitu Philips, mulai cenderung kepada pandangan perjamuan Calvin. Sebab itu
timbullah suatu perselisihan yang agak hebat antara golongan yang menamakan dirinya golongan
“Lutheran-sejati” dengan golongan philips, yang juga diberi nama sendirian orang “crypto-
calvinis”, artinya Calvinis tersembunyi.

Sejak tahun 1550, kedua partai ini sangat bertentangan. Golongan Lutheran-sejati menang pada
tahun 1577, karena pada tahun itu kebanyakan negeri Lutheran dijerman mendatangi suatu
karangan yang disebut “formula concordiae” (pasal persatuan), yang menetapkan theologia
Luther yang asli, dan menolak theologia Calvinis. Syang sekali, dengan demikian hubungan
gereja lutheran dengan gereja calvinis terputus. Sesudah itu disusunlah sebuah “kitab concordia”
yang didalamnya dikumpulkan segal surat pengakuan yang diakui sah oleh geraja lutheran,
yakni: ketiga pengakuan oikumenis dari geraja lama (yaitu pengakuan rasuli, pengakuan nicea
dan pengakuan athanasius), pengakuan Augsburg (1530), apologia melanchton (1530), pasal-
pasal smalkalden (1537), kedua kateksimus luther dan formula concordiae.

3. Lutheran dan calvinis di jerman

Beberapa negara jerman tidak setuju dengan formula concordiae itu. di jerman barat beberapa
negara kecil berpindah kepada calvinisme, diantaranya nassau- dellenburg, negeri asal pangeran
willwm dari oranje. Negara “reformiert” yang terpenting dijerman, ialah palts. Rajanya, frederik
III yang saleh, menyuruh olevianus dari ursinus pada tahun 1563 menyusun katekismus
heidelberg. Oleh karena pasal-pasal tatacara kebaktian yang dikarang dalam jemaat pelarian
orang belanda, tambahan lagi oleh karena sekolah tingginya yang masyhur di heidelberg, maka
negeri palts mempunyai arti yang sabar sekali bagi calvinisme pada abad ke-XVI. Sudah tentu
bahwa pengaruh Lutheranisme dirasakan juga di daerah-daerah itu, tetapi jemaat-jemaat disitu
‘reformiert”, karena mereka sungguh berusaha melangsungkan reformasi dalam gereja dan
masyarakat, lebih dari pada jemaat-jemaat lutheran dalam bagian jemaat lain.

4. ajaran dan hidup dalam gereja Lutheran

Menurut pendapat gereja lutheran itu, ajaran ortodoks sudah dirumuskan dengan sempurna
dalam formula concordiae. Alkitabnya adalah bahwa hidup rohani dalam gereja Lutheran sudah
mulai surut sekali pada abad ke-XVII, seakan-akan tubuh gereja telah laku. Oknum dan
theologia Luther serta segala rurat pengakuan Lutheran, seolah-olah didewakan, sehingga
mereka berpendirian bahwa sebenarnya orang calvinis bukan orang kristen! Sikap yang
terlampau itu biasa dinamakan “confessionalisme”, yakni rumus pengakuan didewakan dan
segala orang yang merumuskan kepercayaan dengan perkataan-perkataan lain, dianggap hina
saja.

Untunglah, disamping ajaran artodoks yang perlu diakui dengan akal budi, dan segala karangan
dogmatik yang banyak, yang tidak memuaskan hati manusia itu, terdapat juga banyak kitab yang
mau memberi sajian rohani kepada jemaat-jemaat. Teristimewa kita sebutkan nyanyian-nyanyian
gereja yang mulai berkembang lagi pada masa itu. kecuali luther, penyair gereja lutheran yang
bermasyur ialah paul gerhardt (± 1676), yang mengarang beberapa kidung yang sampai kini
dinyanyikan diseluruh dunia, umpamanya tahlil 270, 271, 272 dan 273. Dimana hidup jemaat
sudah suam dan perlu diperbaiki, maka pemimpin-pemimpin gereja mengambil contoh dari
praktek disiplin gereja-gereja reformiert, sungguhpun theologis calvinis tetap ditolak mereka.

Sebagai reaksi terhadap ajaran ortodoks resmi, lahiriah suatu aliran mistik, yang lama-kelamaan
diterima juga oleh ahli-ahli theologia. Semenjak tahun 1650, persatuan mistik dengan kristus
(“unio mystica”) itu dipandang sebagaii suatu tingkatan baru di dalam hidup kesalehan tiap-tiap
orang kristen. Yang lebih tinggi dari pada kepercayaan yang sederhana terhadap pembenaran
orang berdosa oleh karunia tuhan. Dengan demikian theologia lutheran yang sangat ortodoks itu
sendiri sudah mulai menyimpang dari sola fide (“oleh iman saja”).

BAB 44

GEREJA KATOLIK ROMA SEJAK TRENETE SAMPAI TAHUN 1700

1. Gereja K. R. di bawah pimpinan Spanyol. Sesudah konsili Trenete Gereja Katolik Roma


berusaha memperbaiki pelbagai keburukannya. Gereja Roma sama sekali menolak ajaran Injilm
tentang keselamatan oleh rahmat saja. Semangat Yesuit yang fanatic itu menuju kepada
pengembalian kuasa dan kemuliaan Gereja yang lama. Sampai tahun 1588, aksi itu berpusat di
Spanyol. Raja Philips II dengan para penasihatnya menganggap dirinya pembela-pembela
kepercayaan yang benar. Paus- paus pada waktu itu kurang kuat pendiriannya, sehingga
semangat baru yang berattuntutannya itu kurang berpengaruh di Roma.  Hidup dan kegembiraan
baru itu lebih Nampak dalam ordo-ordo dan kongregasi-kongregasi dimana mereka mempergiat
usahanya dilapangan sosial. Mereka memperhatikan pendidikan pemuda, pemeliharaan orang
miskin, perawatan orang sakit, dan sebagainya. Gereja K.R tidak belajar dari reformasi,
kesalehan mereka bercorak kafir yaitu kepercayaan takhyul yang hampir sama dengan
politheisme dan mistik dan Platonisme, hal-hal ini dikembangkan oleh kaum Yesuit. Ini
berkembang di Spanyol. Dilapangan teologia, ajaran Yesuit yang berbau Pelagian, dilawan
dengan keras oleh seorang guru besar di sekolah tinggi Leuwen (Belgia) yang bernama Michael
Bajus. Bajus berbalik kepada ajaran Agustinus, tetapi sesudah Trenete, Gereja Katolik Roma
tidak mau membuka telinga lagi bagi Agustinus.

2. Gereja K. R. dibawah pimpinan Perancis. Sejak tahun 1600 Perancis makin berkuasa


dilapangan politik dan makin penting selaku benteng Gereja K. R. Di Perancis aliran mistik yang
baru sudah memasuki golongan-atasan orang awam dan membawa mereka kepada rupa-rupa
usaha sosial dengan memelihara orang miskin, orang sakit, orang hukuman bahkan orang yang
kuran diperhatikan. Yang aktif melakukannya kemudian dijadikan orang kudus, yaitu Franciscus
dari Sales dan Vincentius dari Paulo. Abad ke-XVII terjadi tubrukan antara cita-cita kebangsaan
Perancis dengan cita-cita paus di Roma (ingatlah pertikaian Philip IV dan Bonifatius VIII). Raja
Louis menghendaki satu Gereja Nasional yang dalam perkara-perkara lahiriah dikepalai oleh raja
sendiri. tahun 1682 terjadi bentrokan yang hebat antara raja dan paus. Klerus Perancis memihak
kepada raja dan kuasa dan hak paus dibatasi, baik hak konsili maupun hak kebangsaan. Sejak
Trenete, konsili tak mempunyai harapan lagi untuk merebut kembali hak-haknya, tetapi tuntutan-
tuntutan nasional makin lama diakui dalam praktek, juga sesudah klerus Perancis kemudian
menarik-kembali pengumumannya tadi.
3. Jansenisme. Ini adalah gerakan terpenting dalam Gereja Katolik Roma pada abad ke-XVII.
Cornelius Jansen seorang guru besar di Leuven yang kemudian menjadi uskup di Yperen (Belia)
berusaha mengembalikan Gereja kepada ajaran Agustinus dan kepada kesalehan Kristen sejati
dalam abad-abad permulaan. Sesudah meninggalnya pada tahun 1638, terbitlah kitabnya yang
beralamat “Augustinus”. Seruan Jansen diterima diseluruh Perancis oleh seluruh orang yang
jenuh dengan ajaran Yesuit. Biara wanita Cisterciens Port Royal menjadi gerakan Jansenisme
untuk mempelajari kitab-kitab Augustinus dan yang memerangi kesusilaan dan praktek
pengakuan dosa kaum Yesuit yang tohor itu dengan keras. Tetapi atas anjuran ordo Yesuit dan
raja Perancis, paus melarang Jansenisme dengan resmi pada tahun 1653. Sejak itu orang Jansenis
di Perancis terpaka menaklukkan diri dengan rasa lahiriah kepda kuasa paus, Yesuit dan raja.

4. Pascal. Orang Jensenis yang termasyur, yang juga menjadi salah seoran penganjur agama
Kristen yang terbesar ialah Blaise Pascal (1623-1662).  Ia meninggal pada usia 39 tahun, dimana
waktu itu ditemukan di kelim bajunya sepucuk surat kenangan tentang pertobatannya,
didalamnya ia mengucap syukur kepada Allah karena keselamatan yang diperolehnya didalam
Yesus Kristus. Sejak umur 18 tahun Pascal setiap hari menderita penyakit yang amat hebat.
Dalam dirinya ia menghubungkan suatu kecakapan yang luar biasa besarnya . didalam kitabnya
yang berjudul “Surat-surat kepada seorang sahabat di propinsi” (1656), didalamnya ia membuka
kebusukan dan ketohoran aliran Yesuit dengan olok-olokan yang amat tajam. Yang lebih pentin
ialah “buah-buah renungan” Pascal yang menjadi bahan-bahan Pascal berusaha menguraikan
relasi antara pernyataan Tuhan dengan hidup batin manusia. Disitu terlihat ia bersandar pada
pernyataan Tuhan yang hanya dapat diterima manusia dengan Alkitab saja. Bial manusia sudah
lelah dan putus asa, maka iman saja yang dapat memberi keselamatan kepadanya. Sejak abad ke-
Pascal mulai besar pengaruhnya, tetapi bukan di dalam Gereja Katolik Roma, melainkan dalam
teologi Protestan.

5. Gereja K. R. dibawah pimpinan Yesuit. Penghabisan abad ke-XVII, Jansenisme dan biara Port
Royal dimusnahkan atas perintah raja pada tahun 1710. Pengaruh ordo Yesuit pun menjadi nyata
dilapangan kesalehan perseorangan. Yesuit menentang segala jenis kesalehan yang mendalam
oleh karena itu mereka menyerang mistik quietistis. Mereka memaksa paus untuk menolak
mistik itu. dengan demikian semenjak 1700 jemaat K.R di Perancis hanya dapat menganut
takhayul Yesuit atau tidak mempercayai apa-apa lagi. Kaum Yesuit melemahkan Protestanisme
dan segala bentuk kesalehan lainnya. Kaum Yesuit telah mengejar kemuliaan Gereja Katolik
Roma dengan segala daya-upaya, tetapi hidup rohani Gereja mereka matikan.

BAB 45

INGGRIS PASA ABAD KE-XVII

1. Puritanisme dan absolutisme. Pada masa pemerintahan Elisabeth, Gereja Anglikan


memperlihatkan perbedaan yang besar antara bentuknya yang lahiriah yang meneruskan susunan
episkopal serta banyak upacara dan kebiasaan laindari zaman sebelum reformasi, dengan
teologianya yang sudah bersifat Calvinis. Golongan Calvinis yang besar itu menuju ke arah
penyingkiran segala perkara yang masih berbau Roma. Mereka disebut “puritan”. Orang puritan
menjatuhkan diri dari segala kemewahan dan kesenangan dunia, mereka tiap-tiap hari memeriksa
hatinya dan kelakuannya di hadapan Tuhan, mereka menguduskan hari sabat dengan sungguh-
sungguh dan sebagainya. Golongan puritan ini juga disebut sebagai presbiterian, karena mereka
melawan pemerintahan Gereja oleh uskup-uskup, sambil menuntut supaya Gereja dipimpin oleh
penatua-penatua (presbiter-presbiter), seperti di Jenewa.

Di bawah pemerintahan Karel, lahirlah apa yang dikemudian hari disebut “aliran Gereja Tinggi”,
aliran itu mau menerapkan dan memajukan bentuk-bentuk K.R, pemerintahan Gereja secara
episkopal, kurban missa, bermacam-macam upacara Roma, pewarisan jabatan rasul, dan
sebagainya. Teologianya merupakan campuran ajaran Remonstran dan Katolik Roma.

2. Revolusi. Akhirnya tindakan Karel I itu mengakibatkan pemberontakan. Revolusi itu mulai
dengan bangkitnya kaum Puritan di Skotlandia. Untuk berperang dengan mereka, Karek
memerlukan uang dan oleh sebab itu ia terpaksa memanggil parlemen bersidang lagi pada 1640,
sudah sebelas tahun lamanya parlemen tidak berkumpul. Akan tetapi parlemen terus menyerang
politik raja dengan hebat, mereka tidak menerima lagi pemerintahan mutlak dalam negara dan
Gereja. Akibatnya pada 1642 pecah perang saudara di Inggris antara parlemen dan raja.
Sekarang parlemen mengurus supaya diadakan suatu sinode Puritan-Presbiterian. “sinode
Westminster” merencanakan suatu pembaruan Gereja Inggris secara Puritan, atas permintaan
parlemen (1646). Selaku hasil pekerjaannya, sinode mengeluarkan katekismus, liturgia, dan
pengakuan yang disebut “pengakuan Westminster”. Pengakuan Calvinis di kemudian hari tetap
dipakai oleh Gereja-gereja Presbiterian di Inggris, Skotlandia dan Amerika. Padahal semenjak
restaurasi keluarga Stuart, pengakuan 39 pasal dari Elisabeth (1563) diakui lagi sebagai
pengakuan resmi Gereja Anglikan, sampai kini.

3. Golongan Independen. Timbullah gerakan agama baru yang berarti besar bagi perkembangan
politik Inggris yakni gerakan kaum “Independen”. Mereka menggunakan teologia Calvinis,
tetapi dalam organisasi Gereja, mereka berdasar pada kedaulatan mutlak tiap-tiap jemaat. Orang
Independen mau berdiri sendiri dalam segala-galanya, bebas dari negara, bebas dari uskup-uskup
dan bebas juga dari badan-badan Gereja yang lebih tinggi dari sinode, bebas dari pengakuan-
pengakuan yang resmi dan sebagainya. Penganut-penganut Independentisme ini disebut juga
dengan “Kangregasionalis” karena mereka mengutamakan hak masing-masing jemaat.

4. Oliver Cromwell, ialah Seorang Independen menjadi panglima tentara parlemen. Cromwell


merasa dirinya terpanggil oleh Tuhan untuk melepaskan bangsa Inggris dari perhambaan oleh
raja. Sambil menyanyi mazmur-mazmur mereka menyerbu ke dalam pertempuran dengan
keyakinan yang pasti, bahwa mereka akan menang karena Tuhan sendiri beserta dengan mereka.

Setelah kekalahan Karel I, berkuasalah Cromwell di Inggris, segala anggota parlemen dipecatnya
dan anggota yang masih ketinggalan, dipaksanya supaya menghukum Karel mati dibunuh
sebagai seorang penghianat terhadap negara, pada 1649 Karel I dipacung di halaman istana.
Sejak itu parlemenlah yang memerintah dan tidak lama kemudian parlemen hanya terdiri atas
orang Independen saja. Pemerintahan Cromwell sekonyong-konyong berakhir oleh karena
kematiannya pada tahun 1658.

5. Gereja dan orang Dissenter. Akhirnya tercapailah juga penyelesaian soal Gereja, sesudah
banyak darah air mata tertumpah. Pada 1689 diumumkanlah kebebasan kata hati yang sepenuh-
penuhnya yang memberi hak kepada segala golongan yang tak dapat setuju dengan jiwa Gereja
Anglikan, untuk mendirikan organisasi Gerejanya sendiri, di luar badan Gereja resmi.
Orang Quaker adalah segolongan orang yang mementingkan mistik individualistis, seperti
Sebastian Franck di Jerman pada abad XVI. Kaum Quaker mengutamakan “terang batin” yang
dimiliki tiap-tiap manusia dan yang olehnya mnausia belajar mengenal Allah dan hal yang baik.
Dalam perkumpulannya orang Quaker tidak membaca Alkitab dan tidak mendengarkan khotbah,
melainkan mereka berdiam saja sambil menantikan ilham Tuhan kepadanya. Siapa yang merasa
dirinya terpanggil untuk berbicara, berdirilah ia untuk memberi nasihat kepada saudara-
saudaranya. Tentulah cara ini mendatangkan bahaya besar, yaitu bahwa Roh dicaraikan dari
Firman Tuhan. Kini orang Quaker disebut dengan “The Friends” merupakan suatu golongan
Protestantisme liberal.

Aliran Independen juga terpecah-belah, oleh karena sejak 1689, golongan-golongan Independen
tak perlu lagi berjuang  bersama-sama, mereka masing-masing berorganisasi dan menuju cita-
citanya sendiri. Tentang Gereja Anglikan, mulai zaman itu hubungan antara aliran-aliran Gereja
Tinggi dan Gereja Rendah sudah kurang tegang, karena orang Puritan telah keluar dan golongan
Gereja Tinggi tidak begitu menghiraukan kembali pertentangan antara ajaran dan liturgia di
dalam Gerejanya. Teologia Gereja Inggris kurang suka memikirkan soal-soal dogmatik, menurut
tabiat Inggris, perkara-perkara praktek yang lebih dipentingkan. Kebanyakan penduduk Inggris
tetap setia kepada Gereja-gereja Anglikan yang dianggap mereka Gereja kebangsaan dan yang
disukainya oleh karena upacara-upacaranya yang elok dan sifatnya yang praktis.

BAB 46

MISI KATOLIK ROMA DAN KOLONISASI DI AMERIKA

PADA ABAD KE-XVI  DAN XVII

1.      Misi katolik Roma. Semenjak  penemuan Amerika oleh Columbus pada tahun 1492 dan
banyak pelayaran yang lain lagi, terbukalah daerah yang amat luas untuk perkembangan agama
Kristen di benua-bunua yang baru itu. daerah-dareah pekabaran injil yang terpenting, ialah
Amerika Tengah dan selatan, India, Indonesia, Jepang dan Tiongkok. Dua negeri Eropa yang
pada abad ke-XVI mengusahakan pelayaran-pelayaran, perdagangan dan kolonisasi ialah
spanyol dan Portugal. Supaya jangan kedua kuasa Katolik Roma itu berlawanan dan bersaingan
di bagian dunia yang baru  itu, maka pada tahun 1493 di tetapkanlah batas bagi mereka oleh paus
Alexander VI Borgia, segala daerah yang di sebelah barat sasmudera Atlantik (jadi Amerika dan
seterusnya), di serahkan kepada penjajahan, perdagangan dan Misi spanyol, sedang segala benua
di sebelah timur garis perpisahan itu (afrika, india, Indonesia, Timur-jauh) di tentukan bagi
Portugal.

Pemerintah-pemerintah kedua Negara itu tentu hanya membiarkan pekerjaan pengutusan K.R.
yang biasanya kita sebut “Misi” (misi Lat=pengutusan) di daerah-daerah seberang, bahkan misi
di bantu pemerintah dalam segala-galanya. Walaupun gereja K.R. sudah banyak di lemahkan dan
terikat tangannya di Eropa oleh Reformasi, tetapi dengan tenaga dan pengurbanan yang besar,
Gereja itu menerjunkan dirinya ke dalam tugas baru yang seakan-akan tak terhingga luas dan
beratnya. Nama dari ketiga misionaris Yesuit yang paling masyur Franciskus Xaverius, Roberto
de Nobili dan Matteo Ricci.

Yang paling masyur di antara mereka ialah Xaverius, perintis misi di Timur-jauh. Biarpun
Xaverius hanya bekerja sepuluh tahun lamanya di bagian dunia ini (1542-1552), tetapi di mana-
mana ia membuka jalan bagi Misi tanpa tahu lelah, dialah yang meletakkan dasar untuk Gereja
K.R. di India, Malaka, Maluku, dan Jepang. Sebelum Xaverius meninggal dia pernah bekerja di
Indonesia tahun 1606, sebagai seorang Brahmana dan hidup sebagai Brahmana dan menjalankan
kasta yang tertinggi. Ricci yang bekerja di Tiongkok tahun 1577 menyesuaikan diri dengan adat
istiadat Tionghoa, sampai ia turut dalam penyembahan nenek moyang.

Pada tahun 1622, usaha Misi K.R. mendapat organisasi yang rapi dengan terbentuk suatu
“kongregasi untuk mempropagandakan imam-imam”, badan mana dengan singkat di sebut
“propaganda”. Misi berjalan berbimbingan tangan dengan penjajahan dan perdagangan.
Kekejaman dan keburukan hidup kebanyakan orang Eropa kerap kali sangat merintangi usaha
Misi.

Satu perkara yang tetap menimbulkan kritik keras dari pihak kita ialah cara akomodasi atau
penyesuaian diri kepada kepercayaan kafir yang senantiasa orang Yesuit, baik di Eropa maupun
di daerah-daerah Misi. Kita telah melihat, bahwa telah melihat, bahwa telah muncul akan tetapi
meski demikian Gereja Katolik  Roma  selalu cenderung kepada asimilasi, sebab menurut
theologia Katolik Roma tabiat kodrati (alamiah) manusia tidak di hukum dan di perdamaikan
oleh rahmat Tuhan.

2.      Kolonisasi di Amerika-Utara. Pada abad ke-XVII protestantisme mulai berkembang di luar


Eropa. Sungguhpun pekerjaan pekabaran Injil di Indonesia itu amat penting selaku permulaan
pekabaran Injil protestan di seluruh dunia, tetapi perkembangan Protestantisme yang terbesar
pada zaman itu tidak terdapat  di timur, melainkan di barat, dan bukan oleh pekabaran Injil,
melainkan oleh kolonissasi.

Pada tahun 1607, orang inggris mulai menduduki daerah pantai Amerika Utara antara daerah-
daerah  penjajahan spanyoldan perancis, yaitu Meksiko dan kanada. Pada tahun 1620 ada
segerombolan orang puritan, yang meninggalkan Inggris, berangkat ke Belanda untuk mendapat
perlindungan dan kemerdekaan di sana akan tetapi karena belum cukup senang di belanda,
mereka melengkapi sebuah kapal yang bersama “Mayflower” (bunga mei) untuk membawa
mereka ke Amerika. Tidak lama kemudian banyak sekali orang di senter menyeberang ke
Amerika, umpamannya orang puritan, Baptis, kongregasionalisme, Quaker dan lain golongan.

Di beberapa Negara toleransi itu telah ada dari permulaannya, oleh sebab Negara itu di bentuk
oleh orang yang menjunjung dan menjalankan toleransi secara asas. Demikianlah halnya dengan
Negara Pennsylvania yang didirikan pada tahun 1682 oleh seorang Quaker yang bernama
William Penn. Negara itu menjadi tempat pelarian dan perlindungan bagi semua golongan yang
di tindas dan di hambat di Eropa. Di sana juga Gereja mulai melawan soal perbudakan.

Begitulah Negara-negara Serikat, yang telah melepaskan dirinya dari Inggris pada tahun 1776 di
bawah pimpinan jenderal Washigton, bukan hanya menjadi pemuka di lapangan politik dan
perekonomian, tetapi dalam lapangan Gereja. Dari antara pekabar Injil yang sedikit itu dan yang
berusaha melakukan tugas yang sukar , patutlah dengan hormat kita sebut nama John Eliot,
seorang pendeta presbiterian, yang sejak tahun 1645 bekerja tiga puluh tahun lamanya diantara
orang Indian dekat Boston.
BAB 47

PEKABARAN INJIL DI INDONESIA DARI TAHUN 1500 SAMPAI TAHUN 1800

1.      Misi portugis pada abad ke XVI. Pada akhir abad ke XV orang portugis telah mendapat
jalan laut ketimur. Vasco da Gama di pantai india pada tahun 1498. Beberapa tahun kemudian
1512 kapal portugis mengunjungi kepulauan rempah, Maluku, untuk pertama kali dan sejak
tahun 1522 mereka tinggal tetap di ternate, ambon, benda dan lain tempat untuk berdagang.
Ketika paus membagi dunia baru antara spanyol dan portugis. Maka salah satu syaratnya ialah
bahwa raja harus memajukan misi katolik roma di daerah yang telah diserahkan kepada mereka.

Misionaris yang pertama menginjakan kakinya di pulau Maluku ialah rahib fransiscan yang
mendarat itu ternate pada tahun 1522 tetapi oleh karena rupa perselisihan di antar orang portugis
sendiri. mereka segera terpaksa berangkat pulang. Lalu mereka mulai bekerja di Halmahera pada
tahun 1534, tetapi oleh kebengisan pembesar portugis rakyat bermupakat untuk mengusir semua
orang kulit putih dan memaksa orang yang sudah masuk Kristen untuk murtad lagi. Simon vaz,
seorang peter fransiscan mati dibunuh selaku syahid pertama di Maluku 1536 pahlawan ini
ditindas dan kemudian pater berusaha untuk menanamkan bibit agama roma di Halmahera.

Demikianlah keadaan kekristenan Maluku ketika pemerintahan portugis di Indonesia mulai


serang oleh belanda maklumlah bahwa raja spanyol Philips II yang diperangi dengan hebat oleh
bangsa belanda dalam perang 80 tahun 1568-1648. Merangkap juga pangkat raja portugis sejak
tahun 1580 saudagar belanda rindu menguasai perdagangan rempah dengan kepulauan Maluku.
Permulaan tahun 1605 kapal belanda dibawah perintah steven van hagen berlabuh di teluk
ambon. Kaum Kristen bumi putera di ambon leasa yang pada waktu itu kira-kira 16000
jmlahnya. Beroleh kebebasan beragama asalkan mereka takluk kepada pemerintah kompeni
belanda.

2.      Permulaan Sending Belanda. Pada abad ke XVI belum ada kemungkinan bagi gereja
reformasi yang muda itu untuk memperhatikan pemberitaan injil dari luar negeri, karena segala
benua yang baru didapat diakui oleh spanyol dan Portugal yang katolik roma. Keadaan ini
berubah sejak tahun 1600 sebab pada waktu itu belanda dan inggeris telah merebut kuasa dilaut
dari spanyol dan Portugal. Pada tahun 1602 dibentuk kongsi perkapalan verenigde Oost-indische
compagnie. (VOC kompeni) yang berdagang dari tanjung perharapan (afrika selatan) sampai
jepang. Di belanda VOC dikepalai oleh suatu badan pengurus yang beranggota tujuh belas orang
(tuan-tuan XVII) dan di Indonesia oleh seorang gubernur jenderal dengan pegawainya.

Gereja dibelanda menaruh minat besar terhadap pekabaran injil di Indonesia. Disegala
persidangan klasis dan sinode propinsi disinode umum di Dordrecht (1618/19)dirundingkan soal
mengenai pekabaran injil. Ditempat VOC terutama di Amsterdam, melantik panitia istimewa.
Yang anggotanya disebut utusan (deputat) untuk urusan Indonesia.gereja belanda untuk
memajukan pekabaran injil untuk kehormatan allah dan keselamatn manusia. Akan tetapi gereja
terikat oleh kuasa dan peraturan VOC sehingga ia tak dapat berbuat lain dari pada memajukan
saja segala maksudnya sebagai usul dan permohonan kepada tuan XVII.

Pekabaran injil mendapat perhatian dibelanda Prof Voetius di Utrecht menguraikan tentang dasar
alat objek maksud dan metode pekabaran injil dalam karangannya tentang penanaman dan
penanam gereja. Menurut voetius yang mengutus seharusnya jemaat setempat berdasarkan Kis
13:1-5 pada hematnya pemerintah wajib menyokong dengan uang dan pertolongan tetapi tak
boleh mencampuri urusan dan pimpinan pekabaran injili. Pertobatan kaum kafir muslim dan
yahudi, penanaman dan pembentukan jemaat setempat bahkan terutama hormat dan pujian
kepada tuhan dan penyataan rahmatnya selain dari voetius patutlah kita menyebut gurubesar Joh,
Hoombeek di Leiden yang menerbitkan beberapa kitab tentang pemberitaan injil di antara bangsa
kafir.

3.      Pekerjaan beberapa pendeta. Untuk mendapat kesan tentang usaha pendeta di pelbagai
lapangan pekerjaan.  Sebastian Danckearts bekerja di ambon (1618-1622) dan Jakarta (1624-
1634). Di ambon ia berkhotbah dalam bahasa belanda dan melayu. Terutama ia
mementingkan  disekolahan  atas usulnya tiap hari pemerintah memberi beras kepada anak
sekolah, sehingga banyak anak tertarik. Dibukanya sebuah sekolah guru untuk melatih penolong
yang cakap bagi pekerjaan di jemaat dan di sekolah. Danckaerts karangannya tentang keadaan
agama Kristen di ambon, Danckaerts menghidupkan perhatian gereja belanda terhadap
pekabaran injil.
Permulaan pekerjaan gereja di Jakarta kita di kenal dari laporan tahunan yang panjng, oleh
Adriaan Hulsebos (1616-1622). Dan guburnur Jakarta jan pieterzoon coen mengizinkan
terbentuknya majelis gereja dan perayaan perjamuan kudus 1621. Sebelum pulang kebelanda
Hulsebos diutus ke Maluku untuk mempelajari keadaan gereja disana. Justus Heurnius adalah
seorang pendeta yang sudah menunjukkan perhatian besar terhadap pertobatan kaum kafir, selagi
ia dibelanda. Ia masuk sekolah tinggi lagi untuk menuntut ilmu theology dan mengeluarkan
sebuah karangan yang di dalamnya ia membangunkan perhatian jemaat belanda untuk
mengusahakan tugas pekabaran injil. Pada tahun 1614 Heurnius tiba di Jakarta dengan segera
iadapat membereskan suatu pertengkaran antara Gubernur Jenderal dengan majelis gereja.

            Terjemahan Alkitab, pengakuan iman rasuli, kesepuluh hukum, kitab katekismus dan
khotbah dalam bahasa melayu sudah mulai dikerjakan oleh beberapa orang semenjak permulaan
masuknya agama protestan ke Indonesia. Pada akhir abad ke- XVII terasalah kebutuhan akan
terjemahan sebuah alkitab oleh ahli theologia yang pandai. Dua pendeta bersaingan dalam hal itu
Melchior Leidekker, pendeta di Jakarta `1678-1701 mengerjakan terjemahan dengan memakai
bahasa melayu tinggi sampai kepada efesus 6:6 ia  meninggal pada waktu itu juga Francois
Valentijn memimpin jemaat diambon dari tahun 1686-1694 dan 1705-1713. Masyhurlah kitab
sejarah Indonesia yang diterbitkan pada tahun 1725 dalam delapan jilid besar. Valentijn telah
menterjemahkan Alkitab kedalam bahasa melayu Maluku dan ia berdaya upaya  supaya  tuan-
tuan XVII mencetaknya. Akan tetapi terjemahan Leidekkerlah yang dipilih dan diterbitkan untuk
pertama kali pada tahun 1733. Sebagai mana dimaklumi dikemudian hari justru terjemahan
Leidekker inilah yang amat dicintai suku bangsa ambon.

4.      Baptisan dan pemisahan sakramen. Di samping masalah mengenai khotbah, pengajaran


agama dan displin baptisanlah yang menjadi soal yang penting bagi jemaat di Indonesia.
Pemecahan soal ini sudah tentu betalin rapat dengan cara mengembangkan gereja pada
umumnya. Nyatalah bahwa praktek penerimaan anggota baru dalam gereja adalah kurang sesuai
dengan ajaran gereja secara teori. Tentang baptisan anak-anak jikalau orang tua dua-duanya atau
satu diantara orang Kristen, memanglah anak mereka patut di baptis. Demikianlh putusan sinode
Dordrecht karena mereka belum menjdi ahli waris perjanjian tuhan, baiklah anak yang demikian
didik dalan agama Kristen dan barulah dibaptis setelah dewasaatas pengakuan mereka
sendiri.  anak-anak yang lahir dari orang Kristen diluar nikah yang sah, boleh dibaptis, asalkan
orang tua ditegur jika dirasa perlu harus memakai saksi.

           Baptisan orang akil balig menimbulkan kesulitan yang lain lagi terus dipandang sebagai
anggota sidi yang berhak turut dalam perjamuan kudus selaku syarat baptisan pada umumnya
dituntut penghapalan doa bapa kami. Kedua belas pasal iman dan kesepuluh hukum akan tetapi
takdapat tidak kebanyakkan calon baptisan kurang memahami arti kalimat itu. pendeta merasa
bahwa tak ada keberatan untuk menerima orang yang demikian dengan baptisan selaku anggota
jemaat Kristen supaya mereka jangan melawan kompeni. Jangan murtad lagi dan masuk islam,
tata gereja tahun 1624 melarang pemisahan sesuai dengan keputusan sinode Dordrecht tetapi
tatagereja baru dari tahun 1643 mengizinkan pemisahan sakramen untuk daerah pekabaran injil.
Pada tahun 1734 sinode dibelanda menolak mentaah penceraian sakramen.praktek pemisahan itu
tak dapat diubah lagi akibatnya  ialah bahwa kaum Kristen protestan di Indonesia pada masa
VOC benar banyakbilangannya tetapi pengetahuan alkitab dan percaya injili kurang. Derajat
kebajikan rendah pengaruh kafir  di dalam jemaat besar dan perayaan perjamuan kudus hanya
jarang sekali dan melulu untuk sedikit anggota sidi saja.

5.      Rintangan perkembangan dan kesudaha. Jikalau kita menoleh kepada usaha pekabaran injil
di Indonesia di zaman  VOC haruslah kita pastikan bahwa pemberitaan injil itu banyak dirintangi
oleh bermacam hal. Secara asas VOC mengaku kewajibannya untuk mengurus dan
menyongkong perkembangan gereja Calvinis, tetapi karena inti pokok maksud VOC adalah
berdagang dan mencari untung. Akan tetapi kendatipun segala rintangan yang banyak itu
pekabaran injil mendapat perhatian dan jemaat tuhan berkembang diseluruh Indonesia timur
pada akhir abad ke XVIII berpuluh ribu orang sudah masuk Kristen dan berates sekolah sudah
dibuka. Pekabaran injil prostestan mempunyai suatu keuntungan yang sangat besar yang tidak
terdapat pada misi K.R yaitu biar jumlah pendeta belanda berkurang tetapi bilangan pemimpin
jemaat bumi putera bertambah berkat kesetiaan kerajinan dan usaha guru Indonesia itu jemaat
hidup terus juga waktu VOC terpaksa menarik diri selama abad ke XVIII perdagangan VOC
sudah banyak mundur oleh pelbagai sebab sampai akhirnya kerugiannya sudah meningkat
sampai 90 juta rupiah pada tanggal 31 desember tahun 1799 VOC yang mulia itu bubar segala
milik dan hutangnya diserahkannya kepada pemerintah republic belanda.

.
BAB 48

PIETISME DAN METODE

1.      Pokoknya. Aliran, Pietisme yang mulai muncul di Eropa-Barat pada penghabisan abad ke-
XVII, menjadi suatu gerajan pembangunan rohani yang amat penting, teristimewa di Jerman dan
Belanda. Pietisme adalah reaksi terhadap suasana Gereja yang suam itu terhadap semangat dunia
yang sudah merajalela di dalam masyarakat kristen. Menurut mereka belum cukup jikalau hanya
ajaran murni dan digmatik ortodoks saja yangn di berikan, yang hanya memuaskan otak, tetapi
tidak memberi rezeki rohani kepada jiwa. Pietusme berusaha memberantas semangat yang suam
itu dengan mengutamakan dengan beberapa hal yang hendak membina kembali hidup rohani
jemaat :

a.       Kesalehan batin perseorangan. Tiap-tiap orang kristen harus ambil bagian dengan segenap
jiwanya dalam hidup rohani yang pintunya telah di buka bagi manusia oleh injil Yesus Kristus.

b.      Praktek kesalehan dalam hidup sehari-hari. Menurut pandangan pietis, pengakuan akali
terhadap ikrar resmi Gereja sama sekali tidak memadai, karena mungkin juga iman serupa itu
hanya ian yang mati.

c.       Akibat pendirian itu ialah: 1. Kaum pietis suka beraskese. Sikapnya terhadap dunia negatif
saja, karena segala keramaian dan kesenangan masyarakat yang mengandung banyak dosa,
sangat berbahaya untuk hidup rohani. 2. Pietisme gampang bersifat moralistis. 3. Pietisme
bersifat eskhatologi, karena bumi ini di pandang sebagai lembah air mata saja, tempat iblis
merajalela.

d.      Organisasi pietisme berupa konventikal. Orang pietis suka berhimpun dalam  perkumpulan-


perkumpulan atau “konvetikel” kecil terdiri dari orang-orang saleh  yang tidak puas lagi dengan
kebaktian-kebaktian resmi digedung-gedung gereja.
Jiwa puritan dan pietis memasuki jerman dari Inggris dan Belanda pada penghabisab abad ke-
XVII. Di Jermanlah pietisme mendapat perkembangannya yang paling indah dan besar.

2.      Spener. Bapa Pietisme Jerman ialah seorang pendeta yang bernama philip Jacob Spener
(1615-1705). Keberatannya banyak terhadap semangat Gereja Lutheran pada zaman itu dan
hatinya juga kurang di puaskan oleh misik baru, yang telah banyak timbul tempat selaku eaksi
terhadap ortodoksi Gereja resmi yang mati itu.

Spener bekerja di Frankfort, Dresden dan Berlin. Dimana-mana ia membentuk konvektikel.


Dalam akibatnya yang berkepala “cita-cita saleh” ia mengemukakan bahwa ajaran Gereja sudah
cukup lengkap, tetapi hidup jemaat harus di baharui kembali. Pandangan-pandangan spener ini
sangat di lawan oleh banyak pemimpin Gereja, tetapi juga di setujui dan di gemari oleh banyak
orang.

3.      Francke. Pada tahun 1692 August Hemann Francke (1663-1727) menjadi pendeta di Halle,
sambil merangkap pangkat guru besar atas anjuran spener. Pemberian itu di anggapnya sebagai
suatu petunjuk dari Tuhan sendiri, yakni bahwa ia harus mulai lebih baik dan teratur untuk
mengurus orang miskin. Dengan uang yang sedikit itu Francke membuka sebuah sekolah bagi
anak-anak sekolah bagi anak-anak miskin dalam satu bilik dalam rumahnya sendiri. Di samping
itu Francke mendirikan sebuah perkumpulan untuk menyiarkan Alkitab, yang akan
mengusahakan penjualan Alkitab dengan harga yang amat murah, agar supaya boleh di miliki
anggota jemaat.

Sekalipun kita sangat menghormati segala usaha sosial Francke itu, tetapi kita berkeberatan  juga
terhadap suasana pietisme di Halle. Dari itu ia berpndapat bahwa tiap-tiap orang kristen
seharusnyalah mengikuti jalan itu juga. Dengan jalan itu orang-orang saleh wajibmengejar
kesempurnaan Injil.

Juga untuk perkabaran injil di luar negeri, Halle mempunyai arti yang besar. Pada tahun 1706 ia
dapat memakai tenaga dua orang muda (ziegenbalg dan plutschau), yang telah di didik oleh
Francke.

4.      Perkembangan dan perlawanan. Dalam bagian pertama abad ke-XVIII, pietisme


berkembang dengan pesat di jerman. Diprusia dan beberapa negeri yang lain, pietisme yang
terindah terdapatdi wurtemberg di jerman selatan. Akan tetapi pietisme pun banyak juga
menimbulkan perlawanan dari pihak Gereja Lutheran, dan memang ada banyak sebab yang sah
untuk itu, sehingga pemimpin-pemimpin Gereja sangat berkeberatan terhadap pengaruh dan
akibat pietisme. Tak mengherankan bahwa badan-badan Gereja dan kebanyakan pendeta
Lutheran sangat mempermasalahkan dan melawan pietisme, tetapi sayang, mereka kurang insaf
bahwa aliran itu diakibatkan oleh kesalahan dan kekurangan Gereja sendiri.

5.      Zinzendorf. Pemuka pietis yang terpenting, bahkan merupakan penganjur terutama untuk
Gereja Kristen pada abad ke-XVIII, adalah nicolaus Ludwig Graf von Zinzendorf (1700-1760).
Pada tahun 1722 ia memberi izin  kepada sekumpulan “saudara-saudara moravia” untuk
mengambil tempat kediaman didaerah kepunyaannya itu. Dengan izin dan pertolongan
Zinzendorf, orang pelarian injil, orang pelarian injil itu merupakan koloninya yang diberi nama
Herrnhut (perlindungan Tuhan). Mulai sekarang Zinzendorf mengunjungi banyak negari, seperti
Belanda, Inggris dan Amerika.

Organisasi Herrnhut adalah luarbiasa. Sejak tahun 1740 hanya Yesus sendiri di pandang mereka
sebagai pemimpin jemaat, yang kehendaknya ditanya dengan doa dan undian, umpamanya pada
pemilihan-pemilihan pejabat.

6.      Metodisme. Dahulu golongan Puritan Inggris telah mempengaruhi kesalehan orang kristen
di Jerman. Pada bagian pertama dari abad ke-XVIII, kesalehan jemaat kristen di Inggris sudah
amat surut. Terlalu banyak anggota Gereja kurang menghiraukan kebaktian, pengajaran dan
pimpinan Gereja Anglikan.Pada masa itu seorang pendeta Anglikan yang muda, yang bernama
John Wesley (1703-1791), berjumpa dengan saudara-saudara Herrnhut, tatkala ia mengunjungi
Amerika-utara dan kemudian di Inggris juga.Pada anggapan Wesley, seorang kristen sanggup
mencapai kesempurnaan dalam pengudusan hidup, oleh usahanya sendiri dengan bantuan Roh
Tuhan. Inilah ajaran “perfeksionisme” (perfek,Lat=sempurna). Jadi theologi wesley bercorak
Arminian. Pandangan itu dilawan oleh Whitefield, yang mempunyai theologia Calvinis dan
mendasarkan pertobatan dan kekudusan hidup itu pad predestinasi. Perbedaan pendapat ini
menyebabkan perpisahan antara pekerjaan Wesley dan Whitefield (1741), tetapi mereka tetap
bersahabat dan harga-menghargai. Kebanyakan pengikut mereka mengikut Wesley, karena ia
seorang pengatur yang amat cakap. Lama-lama gerakan Wesley itu melepaskan dirinya dari gerej
Anglikan dan menjadi suatu Gereja sendiri yang amat besar di bawah pimpinan Wesley. Gereja
Metodis itu banyak menarik anggota ke luar dari Gereja resmi. Nama “Metodis” itu berasal dari
nama sindiran “Metodis”, yang dahulu diberikan oleh mahasiswa-mahasiswa lain kepada Wesley
dan teman-temannya, tatkala mereka masih belajar di Oxford, yang mengolok-olokkan metode
luarbiasa, yang dipakai Wesley dalam kumpulan-kumpulannya di sekolah tinggi itu.

Gereja Metodis adalah berdasar pada pertobatan anggota-anggotanya, yaitu perbuatan dan
kehendak mereka sendiri, maka Gereja itu diatur seperti suatu perhimpunan manusia belaka dan
bukan sebagai suatu Gereja sejati. Tiap-tiap anggota menerima sepucuk surat keanggotaan, yang
dibaharui sekali dalm tiap-tiap tiga bulan, jikalau anggota itu berkelakuan baik dan suci, tetapi
apabila seorang saudara kalah dalam pemeriksaan rohani itu, surat keanggotaannya itu dicabut.
Sifat lain yang istimewa pada Gereja Metodis adalah pendeta-pendeta yang telah dilatih untuk
jabatannya, mereka memakai banyak pengkhotbah pembantu, yang dipilih dari antara kaum
awam (laypreachera). Masing-masing anggota Gereja juga wajib turut menyiarkan Injil.

Gereja Anglikan pun hidup kembali oleh karena adanya suatu gerakan pembangunan, yang
berlaku pada masa revolusi Perancis, ketika masyarakat Kristen di Eropa terguncang dan banyak
orang mencari suatu dasar yang teguh untuk imannya. Gerakan itu memberikan hasil yang bagus.
Pada tahun 1804, didirikanlah “Perkumpulan Penyebaran Alkitab di Britania dan di luar
negeri” (British and Foreign Bible Society).
BAB  49

GEREJA PADA MASA PENCERAHAN

 1, Asal Pencerahan. Sebagaimana kita ketahui, renaissance yang timbul pada abad ke-XV, telah
memaklumkan bahwa manusia sendiri adalah kaidah segala sesuatu yang ada, bukan gereja dan
Alkitab. Manusia itu bediri sendiri; ia tak usah takluk kepada sembarang kuasa lain. Kesadaran
kafir renaissance itu, yang bersambungan dengan dunia kafir Yunani-Romawi zaman dahulu,
belum cukup kuat untuk terus membongkar-bangkirkan segenap masyarakat Kristen di Eropa.
Reformasi dan kontra-reformasi masih memimpin masyarakat dalam abab ke-XVI dan ke-XVII,
akan tetapi di samping itu, pengaruh aliran renaissance makin lama makin meresap diberbagai
lapangan hidup, sehingga bertambah banyak orang, teristimewa dari golongan cendekiawan,
mulai melepaskan diri dari kuasa Firman Tuhan. Ilmu dan pengetahuan dan kebudayaan umum
memisahkan diri dari ajaran-ajaran dan anggapan-anggapan Gereja Kristen. Pada tahun 1543
Copernicus menemukan, bahwa bukan bumi, melainkan mata harilah pusat semesta alam. Dalam
abad ke-XVII, Kepler menerangkan peredaran bintang-bintang sajarat (Planit) dan atas dasar itu
galilei sama sekali membaharui pengetahuan kita tentang susunan alam. Wewton (1727)
menemukan gaya berat selaku hukum dasar dan asas semesta alam itu.

Akibat penemuan-penemuan yang revolusionar itu,manusia mulai menghina ajaran kolot Gereja
seraya memindahkan perhatiannya dan kepercayaannya kepada ilmu alam yang ajaib. Mulai
abad ke-XVIII, kaum terpelajar merasa bahwa apa yang diamati manusia dengan pancainderanya
dan apa yang di sadari dan diketahuinya dengan akal budinya, itu sajalah perkara yang wajib
dipercaya dan dijunjung. Sementara itu gereja semakin dilemahkan juga oleh perang-perang
agama dan oleh perselisihan-perselisihan di dalam sendiri. Banyak anggota gereja telah jemu
kepada segala pertikaian itu; iman sudah mundur menjadi pengakuan akali belaka dar ajaran
resmi Gereja.

 2. Wujud Pencerahan. semangat kepercayaan yang tak terbatas terhadap akal bumi manusia itu,
biasa ita sebut “pencerahan”. Barulah sekarang rasanya manusia berdaulat dan memasuki zaman
bahagia dan kemajuan. Filsuf kant menjadi mulut perasaan umum itu, demi ia merumuskan
demikian; pencerahan adalah keluarnya manusia dari keadaan belum akil balig itu ialah tak
sanggupnya manusia mempergunakan akalnya, jika tidak dipimpin oleh orang lain”. Meskipun
kebanyakan orang tidak hendak menolak penyetaan Allah sama sekali, tetapi penyataan itu
menjadi kurang penting,jika dibanding dengan akal budi yang sekarang berjanji untuk membuka
segala rahasia di dunia. Menurut pendapat umum, maka semua manusia hanya mempunyai satu
saja akal yang tertentu menurut tabiat kodratinya, akal mana sama wujud dan isinya pada tiap-
tiap okmum; Cuma perlu akal tradisi

 3. Agama Pencerahan. “Agama kodrati” yang diciptakan oleh filsuf-filsuf penceahan sudah


tentu amat suam dan dangkal, bahkan berbeda jauh dengan agama sejati. Iman kodrati itu
pertama-tama menuju kepada yang mahatinggi, yang dapat dibuktikan dari hikmat dan ketertiban
semesta alam. Menurut agama kodrati itu, tentulah juga Allah menyuruh manusia melakukan
kebijakan. Jiwa manusia tidak dapat mati; dalam hidup dan akhirat, jiwa akan menemi hukuman
atau pahala, yang patut diterimanya. Allah, kebajikan dan hidup baka, itulah ketiga rukun dasar
agama “akali”itu. Yesus sangat dihormati, tetapi memang dalam agama sejenis itu ia hanya
diakui selaku Guru agama kodrati dn selaku teladan bagi kebajikan yang benar. Semua ajaran
untuk Alkitabdan gereja yang bertentangan dengan pandangan itu mereka ditolak selaku perkara
smabil lalu, yang Cuma dikemukakan oleh gereja untuk menyenangkan jemaat sederhana yang
kurang berpengetahuan, atau mereka cela sebagai tipuan iman-iman. Sikap orang Kristen
pencerahan itu yang memperkosa dan membengkokkan kebenaran Injil adalah lebih berbahaya
bagi gereja dari pada enghinaan dan serangan dari pihak orang yang melawan agama kristen
dengan nyata-nyata.

Samalah halnya dengan “kesusilaan kodrati”. Nampak bahwa juga orang yang belum
diperanakkan kembali, dapat berkebajikan. Dengan demikian ilmu kesusilaan pencerahan adalah
bersendikan paham-paham; bahagia, faedah, kebajikan dan pahala. Tak dapat tidak kesusilaan
semacam itu makin lama makin menjauhkan diri dari Alkitab, karwena satu-satunya dasar
kesusilaan Injil yang benar, yakni kegembiraan beragama, telah ditukar dengan dasar akal yang
memetingkan diri (egoistis). Maksud pencerahan ialah untuk bersifat kristen dan Kodrati, tetapi
hasilnya tak lain dari pada suatu sistem agama dan kesusilaan, yang paham-pahamnya bukan
kristen sejati dan juga bukan kodrati semata-mata.
 4. Kisah pencerahan. Pencerahan lahir di belanda, karena negeri itu adalah satu-satunya tempat
di eropa yang menaruh toleransi terhadap segala aliran rohani zaman itu dan yang rela memberi
perlindungan kepad tiap-tiap filsuf revolusioner, yang harus lari dari tanah-airnya sendiri.

Di inggris orang sudah jemu terhadap segala pertikaian gereja pada abad ke-XVII. Sesudah tahun
1688, banyak orang cendekiawan asyik mencari rezeki rohani yang lain, di luar gereja; sekarang
asas-asas pencerahan dipergunakan untuk membaharui agama. Orang yang memimpin dan
menuruti aliran itumenyebut dirinya “yang berpikiran bebas” (Freethinkers), tetapi oleh
lawannya, mereka diberi gelar “Deis”. Deisme mengajarkan tentang adanya Allah (lawan
atheisme)yang terpisah dari dunia (lawan pantheisme), tetapi yang tidak lagi mempedulikan
makhluk-makhlukNya sesudah dunias diciptakanNya (lawan theisme). Istana raja da pembesar-
pembesargereja bersama-sama memeras rakyat, yang terjerumus dalam kemiskinan yang
dashyat. Pemimpin pencerahan perancis, seorang yang kenamaan, ialah Voltaire (uc. Volter
1694-1778), yang menerangkap pandangan-pandangan pencerahan kepada rakyat jelata dan amat
membenci agama Kristen pada umumnya dan Gereja roma Pada khususnya.

Pada tahun 1789 pecahlah revolusi perancis yang hebat, yang lebih nyata lagi membiarkan
pandangan-pandangan anti gereja di antara rakyat murba, sehingga sejak itu menguasai dan
memberi capnya kepada masyarakat umum. Dari tahun 1792 sampai 1794 pemerintah kota paris
menyerang gereja dengan sekeras-kerasnya. Tarikh Masehi dihentikan, banyak gedung gereja
dimusnahkan dan suatu pesta akal budi diadakan, yang memperlihatkan seorang nona paris
bertakhta selaku (Dewi akal) di dalam katedral notre dame.

Di jerman, pencerahan dari mulanya bersifat kurang radikal, tetapi disana juga aliran baru itu
amat digemari dan diturut oleh golongan terpelajar, yang ingin memajukan negerinya menjadi
suatu negara yang berkuasa dan modern. Raja Fredik Agung, yang memerintah Prusia dari tahun
1740 sampai 1786, menjadikan pencerahan itu suatu perkara negara.

Kira-kira tahun 1800 pujangga-pujangga dan filsuf-filsuf Jerman membuka sautu fase baru bagi
pencerahan, yang biasanya kita sebut; idealisme Jerman”. Demikian akal budi itu mendalam dan
meluas menjadi “Roh”. Batas antara roh manusia ini dengan Roh Allah hampir tidak diakui lagi,
sehingga aliran deisme yang rasionalistis dari abad ke-XVIII, bermuara kepada suatu pantheisme
mistk yang amat menarik hati orang. Pemuka-pemuka idealisme itu ialah pujangga-pujangga
lessing, Herder, Goethedan Schiller, dan filsuf-filsuf Kant,Fiehte, Schelling dan Hegel.
 5. Gereja Protestan dan Pencerahan. Sikap manakah yang diambil Gereja terhadap bangkitnya
manusia autonom itu? tak dapat tidak satu-satunya tindakan gereja yang seharusnya, ialah
mengaku dosanya sendiri, yang telah menyebabkan munculnya pencerahan dalam masyarakat
Kristen, lalu gereja hendaklah bertobat dan taat kembali kepada Firman Tuhan, dan dengan
penundukan demikian kepada Injil Kristus, gereja wajib menyerukan tuntutan pertobatan itu juga
kepada dunia, yang memuja anak lembu emas “Akal-Budi”.

Itulah sepatutunya tugas gereja. Akan tetapi Gereja kurang menginsafi bahaya gerakan baru itu.
Theologia gereja sendiri sudah sekian lama memberitempat kuasa kepada akal budi, di samping
Alkitab, sehingga ia tidak sanggup memberikan kritik untuk menyerang asas-asas pencerahan
itu. Nyatalah bahwa makin berusaha mereka untuk mendasarkan uraian-uraiannya atas Alkitab,
makin sukar juga berhasil maksud mereka untuk memuaskan akal, karena sudah tentu bahwa
Alkitab mengandung banyak perkara yang mustahil dipahamkan oleh akal-budi manusia.
golongan “Kanan” ahli-ahli theologia itu (artinya yang ortodoks)menjelaskan bahwa perkaras-
perkara itu tak lain dari “kebenaran alam-atas” yang memang mengatasi akal kita, tetapi juga
berlawanan dengan akal; padahal ‘sayap kiri” (artinya theologianya lebih liberal
coraknya)menerangkan bahwa apa yang kurang cocok dengan akal kita disebabkan karena
pengarang-penarang Alkitab dengan sengaja menyesukainnya kisahya kepada pengertian
sederhana pembaca-pembaca Yahudi dahulu kala.

Walaupun demikian, waktu ia juga menghasilkan perkara yang baik bagi gereja dan ilmu
theologia. Dalam abad ke-XVIII barulah ahli-ahli theologia mulai mengindahkan pelajaran
terhadap sejarah hubungan dengan Alkitab dan gereja Kristen.sudah tentu iman mengaku bahwa
Alkitab adalah Firman Tuhan dan bahwa sejarah gereja adalah sejarah pimpinan Allah terhadap
umatNya, tetapi sampai pada zaman pencerahan, orang Kristen kurang mempedulikan soal yang
penting bagaimana Alkitab dan gereja telah tumbh dan berkembang di lapangan sejarah dunia
ini, malahan soal itu dipandang berbahaya oleh banyak orang salah. Akibat penyelidikan itu
tentu membawa separuh orang kepada keragu-raguan terhadap dasar ilahi Alkitab dan Gereja,
tetapi sekali pun demikian, nyatalah bahwa pelajaran macam baru itu kelak akan menolong
mencelikkan mata kita kepada keadaan yang luas dan ilahi, yakni keadaan Alkitab dan Gereja
Kristus di bumi ini.
 6. Gereja Katolik Roma Dan Pencerahan. Secara bataniah gereja katolik roma kurang
dipengaruhi oleh pencerahan jika dibandingkan dengan gereja-gereja Protestan, tetapi secara
lahiriah gereja Roma kena rugi yang yang lebih besar.

Kemenangan yang paling penting yang dicapai oleh pencerahan atas gereja K.R. ialah
pembubaran ordo Yesuit. Ordo yang sangat berkuasa itu telah menyingkirkan segala anasir dari
gereja K.R. pemuka-pemuka pencerahan sangat menbenci orang Yesuit, karena propagandanya
tentang pelbagai takhyul, tunjangannya kepada kuasa paus,perlawanannya terhadap segala
kemajuan dan terutama karena politik mereka, yang berusaha mengukuhkan dan memperluas
kuasanya dengan segala ikhtiar, entah yang baik atau yang buruk. Hal ut terjadi di portugal,
spanyol, perancis, Napels dan Parma (italia-utara). Sedangkan pada tahun 1773, atas desakan
raja-raja, ordo Yesuit dibubarkan untuk selama-lamanya oleh paus Clemens XIV yang
mendasarkan keputusan itu atas ilham Roh Kudus. Akan tetapi pada tahun 1814, ordo Yesuit itu
sudah diizinkan kembai, sehingga mereka tak usah bekerja lagi dengan sembunyi-sembunyi,
tetapi boleh meneruskan pekerjaan dnan resmi. Dibawah pemerintahan kaisar Napoleon,
kedudukan gereja sudah lebih baik lagi; ia mau memakainya selaku alat untuk menambah kuasa.
Gereja diberi beberapa hak, tetapi tetap di bawah pengawasan keras dari pihak negara. Smapai
dua kali Negara Gereja dibubarkan dan paus ditawan oleh Napoleon (1798-1800 dan 1809-
1815). Salah satu hasil penting dari perubahan itu ialah bahwa tak mungkin lagi
mempertahankan peraturan perdamaian agama Augsburg pada tahun 1555, yang menentukan
bahwa tiap-tiap negeri atau daerah jerman mempunyai agamanya sendiri.

 7.Gereja Belanda dan Pencerahan. Di tanah belanda bibir percerahan bertumbuh dengan segera,
karena kita maklum bahwa hidup rohani disana sudah lama dipengaruhi oleh pandangan-
pandangan oleh cita-cita Libertin. Proses ini dipercepat lagi oleh kecenderungan golongan atasan
untuk menjunjung, memuji dan meniru segala perbuatan-perbuatan perancis dan oleh
kemewahan hidup dan kendurnya kebajikan dan kerajinan yang semakin nampak itu. yang
tampil ke muka pada akhir abad ke-XVIII ialah antara lain Petrus Hofstede di Rotterdam,
seorang pembela kepercayaan ortodoks. Hofstede juga menaruh minat istimewa terhadap
pekabaran injil Indonesia. Wajiblaj kita menghormati Hofstede dengan kawan-kawannya, oleh
karena perjuangannya untuk menjauhkan pengaruh pencerahan dari gereja; usaha itu sudah
pernah diambil oleh gereja oleh karena kebenaran, misalnya terhadap orang pelangian dan
Remonstran, tak boleh dipermudah atau ditiadakan dengan memakai semboyan-semboyan yang
betul-betul indah bunyinya, tetapi memperkosa kebeanran Injil Yesus Kristus. Dalam bagian
kedua abad ke-XVIII, pandangan-pandangan pencerahan lekas memasuki rakyat dan Gereja. Ada
lagi suatu perubahan lain yang lebih penting bagi gereja belanda. Pada tahun 1795, revolusi
perancis membanjiri juga negeri belanda, lalu membongkar masyarakat dan gereja.

 8. Untung-rugi pencerahan bagi Gereja. Alangkah besarnya perbedaan kedudukan gereja dalam
dunia pada permulaan abad ke-XIX dengan keadaan satu abad sebelumnya. Selain dari itu
sekularisasi masyarakat dan pemisahan antara gereja dan negara, yang diakibatkan oleh revolusi
di eropa, menjadi sebab juga untuk bersedih hati, karena oleh sebab itu kuasa Injil atas rakyat
dan pemerintah tidak lagi diakui, malahan ditolak. Zaman theokrasi, seperti yang dicita-citakan
dan dijalankan oleh paus-paus pada abad-abad pertengahan, oleh Celvin di jelewa, john knox di
akot dan kaum Calvinis sudah lampau dan tak akan kembali lagi.

Sebaliknya, patut kita besyukur karena Kristus tidak meninggalkan gerejaNya, tetapi melahirkan
kebaikan dari kesulitan gereja itu. sejak zaman pencerahan, dunia menyatakan dirinya sebagai
sebenarnya. Sebab itu gereja sempat pula mengkhotbahkan syak dan kebodohan injil dengan
leluasa di hadapan bangsa manusia yang congkak dan berdosa.

Keutungan lain lagi ialah pemisahan gereja dari negara, yang menghindarkan gereja dari bahaya
yang selalu mengancam theokrasi, yakni gereja terikat secara canggung dengan kuasa dunia.
Godaan itu sekaarang berkurang sekali. Umpamanya, gereja belanda dibebaskan oleh revolusi
pada tahun 1795 dari suatu pengawasan negara, yang sangat menindasnya meskipun baru pada
tahun 1848 gereja bebas sekali.      
BAB 50

GEREJA DALAM DUNIA ABAD KE-XIX

Yang dimaksud di sini dengan abad ke-XIX ialah zaman sejak jatuhnya Napoleon (dalam
pertempuran di waterloo pada tahun 1815) sampai pecahnya perang dunia pertama pada tahun
1914. Maka abad ke-XIX ini mengandung demikian banyak perkembangan, peristiwa dan
kenyataan yang penting dan berpusparagam, sehingga terpaksalah kita menarik beberapa garis
besar untuk uraian kita, walaupun sukar juga mengatur segala hal ihwal itu menurut suatu bagan
yang tentu.

1. perkembangan politik dan sosial


Kejatuhan Napoleon disusul oleh waktu reaksi yang hebat. Raja-raja yang diusir dari tahtanya
pada zaman revolusi dan perang-perang napoleon sekarang kembali. Banyak diantaranya tidak
belajar apa-apa dari segala pergolakan dan perubahan masyarakat yang disaksikannya. Mereka
tak mau menurut aliran zaman baru, melainkan berniat melanjutkan saja pemerintahan raja yang
mutlak dari abad ke-XVIII. Dengan keras mereka menindas segala gerakan revolusioner dan
cita-cita kedaulatan rakyat. Zaman ini disebut “zaman restaurasi” karena mau merestaurasi
(artinya membangun kembali) keadaan yang lampau.

Akan tetapi zaman baru tidak membiarkan dirinya ditiadakan lagi. Rakyat di Eropah sudah sadar
dan bangkit berdiri menuntut halnya. Akhirnya keadaan genting itu meluap dengan
mengakibatkan revolusi lagi dibeberapa negeri pada tahun 1848. Semenjak saat itu Eropah mulai
diperintahkan menurut asa-asa demokratis, yakni tiap-tiap negeri membuat konstitusi atau
undang-udang dasarnya, yang kepadanya raja-raja wajib takluk.

Sesudah perang perancis-jerman pada tahun 1870-1871, timbullah masalah baru. hasil besar
teknik dan kemajuan kapitalisme dilapangan perekonomian menimbulkan perkembanganya
industri dimana-mana dan semakin bertambahnya proletariat dikota-kota. Semua untung besar
masuk kantong kaum pengusaha pabrik dan para majikan, tetapi kaum buruh hidup dalam
kemiskinan dan kemelaratan yang menyedihkan. Autonomi selamanya bearti pemerintah
kepentingan sendiri. Bertentangan dengan selamanya diri kaum majikan, kaum buruh mengatur
kepentingannya sendiri; mereka bersiap untuk berjuang bagi perbaikan sosial masyarakat dengan
menyerang sistem kapitalisme. Gerakan ini disebut sosialisme, bertambah kuat sejak tahun 1848
dan menjadi sosial internasional sejak tahun 1870.

Sedikit waktu kemudian, dan teristimewa sejak tahun 1900, dunia kita mulai mengalami masalah
sulit lagi pula, yakni masalah imperialisme. Negara-negara yang menimpa Eropah sudah
mengembangkan kuasanya keseluruh dunia oleh karena perdagangan dan penjajahan, terutama
inggris. Jerman terlambat dalam persaingan yang hebat itu untuk membagi dan merebut benua-
benua dunia ini, karena baru sesudah kemenangannya pada tahun 1870-1871 jerman mulai
bersatu dan berkuasa dilapangan politik dibawah pimpinan Bismarck. Ketegangan internasional
itu akhirnya menyebabkan pecahnya perang dunia yang pertama. Demikianlah zaman 1870-1914
dikuasai oleh sosialisme dan imperialisme.

2. perkembangan Rohaniman
Sejajar dengan perkembangan politik yang menunjukkan tiga zaman pada abad ke-XIX, yakni
zaman-zaman reaksioner, konstitusional dan sosialistis-imperialistis, dapat pula kita
membedakan tiga zaman dalam perkembangan hidup rohani, yaitu zaman idealisme, zaman
liberalisme dan zaman naturalisme.

a.       Zaman pertama itu dipimpin oleh ahli filsafat berlin hegel (1831), yang menyempurnakan
idealisme jerman, yang telah kita perkatakan dalam bab yang lalu. Semua yang ada, dipandanya
sebagai satu saja dalam perkembangan keabadian “roh”, yaitu akal dunia. Oleh karena itu
sistemnya bersifat konservatif; dari sebab itu ia dijunjung oleh orang-orang zaman restaurasi.
Agama kristen, yang dipahaminya secara pantheistis, dipandangnya selaku bentuk yang terindah
dan tertinggi dari segala agama.

b.      Lain sekali pendirian dan anggapan para pengikutnya, seperti david friedrich strauss
(1874), yang menyerang kebenaran injil. Pada tahun 1835 strauss menerbitkan kitabnya yang
banyak dibaca orang tentang “Hidup Yesus”. Dalam kitab itu ia mengemukakan bahwa
pengarang-pengarang kitab-kitab injil mengaburkan gambaran nabi Yesus dengan dongeng-
dongengnya yang ganjil. Roh semesta alam tidak menuangkan kelimpahannya kedalam satu
oknum saja, misalnya yesus. Mustahil manusia Yesus adalah Allah sendiri, karena hal itu
melawan akal. Karena itu segenap agama kristen patut ditolak, karena ajarannya tidak tak dapat
diterima dan diakui oleh akal budi. Dengan pandangan-pandangan strauss itu mulailah zaman
kedua, yakni masa liberalisme, yang semakin menguasai golongan cendekiawan di eropah. Roh
Liberalisme itu dengan langsung bersambung dengan pencerahan samping itu liberalisme amat
keterlaluan penghargaannya terhadap perkembangannya sendiri dan dalam celaannya terhadap
agama kristen ortodoks, yang menurut meraka dalah terlaku kolot. Heran bahwa golongan liberal
melupakan toleransinya terhadap gereja, malam Cuma tau menghina dan membenci gereja yang
berdasarkan injil Yesus kristus sejati.

c.       Dalam pada itu ilmu pengetahuan berpaling kepada pengamatan alam dengan pancaindra,
sehingga perhatiannya tertarik pada ketertiban alam yang diatur menurut hukum-hukum yang
tetap. Hal ini mengakibabtkan bahwa mulai kira-kira tahun 1860 bukan lagi roh, melainkan
tabiat alam (natura) yang dipakai selaku dasar untuk menerangkan dunia. Karena jikalau roh
menjadi pengkalan pikiran kita terhadap rahasia dunia ini, sudah tentu tak mungkin kita
menerangkan segala perkara kebendaan sekarang, yaitu zaman naturalisme, orang menjelaskan
bahwa dunia tidak lain dari pada benda belaka, dan apa yang kita sebut roh, cumalah perkara
sambil lalu saja. Oleh karena itu aliran ini boleh juga dinamakan materialisme.

3. gereja pada zaman restaurasi

Pada zaman reaksi sesudah tahun 1815, gereja dihormati lagi, bersama dengan segala kuasa lain
yang telah dihalaukan oleh revolusi perancis. Sekarang gereja dijunjung lagi karena memelihara
tradisi dan kuasa yang dahulu, sudah tentu gereja romalah yang mendapat untung terbesar dari
hormat dan penghargaan baru itu; tetapi juga didalam gereja-gereja reformasi dimana-mana
kelihatan pembangunan, dan minat baru terhadap Alkitab.

Hal ini terutama nampak dijerman, yang sekarang menjadi pusat protestantisme. Tahun 1817,
tahun perayaan peringatan 300 tahun lahirnya pembaharuan (reformasi)gereja, menjadi pula
tahun kelahiran beberapa gerakan pembaharuan.

a.       Raja prusia memaklumkan bahwa pertikaian antara golongan Lutheran dan calvinis perlu
dihentikan. Pada tahun 1817 ia mengadakan persatuan kedua golongan itu dalam satu gereja
yang disebut “union”. Akan tetapi, yang dijadikan dasar union itu bukanlah suatu pengertian
baru terhadap dasar orang Lutheran dan calvinis, dasar mana sama saja bagi kedua-duanya, yakni
dasar penemuan kembali injil, melainkan persatuan itu hanya dapat mungkin hanya oleh karena
kedua belah pihak kurang menghiraukan ajaran gereja. Ajaran itu memang kurang diperhatikan,
baik oleh orang yang dipengaruhi pencerahan maupun  oleh kaum peitis. Oleh sebab itu unio tadi
menimbulkan banyak perselisihan dan kurang mendatangkan berkat. Dan juga kurang terang,
apakah union bermaksud mencapai persatuan pengakuan atau hanya persatuan organi saja.
Semenjak waktu itu dijerman terdapat tiga macam jemaat: yang lutheran, yang calvinis dan yang
turut union.

b.      Pada tahun 1817 lahir juga suatu gerakan pembangunan rohani baru, yang bersifat pietis.
Semangat pietisme belum padam lagi dijerman, tetapi tetap merupakan reaksi terhadap ortodoks
yang mati. Juga dalam abad ke-XIX pietisme mengusahakan pekabaran Injil didalam dan diluar
negeri, sebagaimana nantinya akan diuraikan lebih lanjut.

c.       Gerakan ketiga, yang timbul pada tahun 1817 itu, didirikan di kiel oleh claus horms, yang
mengumumkan 95 dalilnya untuk membaharui lutheralisme. Dengan aksinya itu terbitlah
ortodoksi lutheran yang baru (neo-Lutheranisme), yang menjauhkan diri dari gerakan pietis dan
sangat menentang union. Kekuatan mereka terletak dalam hal bahwa mereka menjunjung ajaran
pembenaran oleh karena iman saja saja, tetapi pendirian mereka lemah karena mereka hanya
kembali kepada formula concordiae, sedang mereka kurang melaksanakan semangat Lutheran
dalam hidupnya sendiri.

4. gereja pada zaman Liberalisme

Dijerman, liberalisme itu kurang berpengaruh dilapangan kerja, jika dibandingkan dengan lain-
lain negeri. Tahun 1848, yang sebenarnya adalah permulaan waktu liberalisme menjadi kuasa
neolutheranisme di dalam gereja. Theologia moderen terbatas pada sekolah-sekolah tinggi.
Perubahan lain,yang dialami gereja sejak tahun 1848, berhubung dengan pemerintahan negeri
yang telah menjadi konstitusional, ialah bahwa dikembangkan negeri jerman pimpinan gereja
oleh raja-raja diganti oleh suatu susunan gereja yang prebisterial-sinodal.didalam gereja injil di
perancis pertentangan antara golongan ortodoks dan liberal mengakibatkan perpisahan, yang
menimbulkan suatu gerakan ortodoks yang bebas. Perkembangan politik di eropah pun
membawa keuntungan bagi protestantisme., yaitu diitalia, dan Australia gereja-gereja protestan
yang kecil dinegeri itu dapat hidup dan bekerja tanpa dicegah atau diganggu lagi. Malahan di
Australia, sejak tahun 1898, beribu-ribu orang berpindah keagama protestan, akibat “gerajan
lepas dari roma”.

5. gerakan pada zaman naturalisme

Pada zaman ini dipastikan perpisahan gereja-gereja dari negara. Dengan itu berakhirlah
peerwalian negara yang hanya mengutamakan satu gereja saja, maupun kesempatan bagi gereja
untuk mewujudkan cita-cita theokrasinya didalam masyarakat. Didalam lingkaran gereja-gereja
sendiri sayap “kanan” (ortodoks) dan sayap “kiri” (liberal) bergumul untuk merebut kuasa
lambat laun sayap kiri bertambah kuat, sehingga semakin menimbulkan banyak pertikaian.
Golongan ortodoks berjuang untuk mempertahankan kuasanya dan kurang mengerti, bahwa
pokok perkara dalam gereja bukanlah kuasa kita, melainkan hak dan kuasa kristus; kedua perkara
itu biasanya terlalu gampang disamakan saja.

Sementara itu kaum cendikiawan dan kaum buruh makin menjauhkan diri dari gereja. Masalah
sosial semakin susah diselesaikan. Pemuka-pemuka gereja dinegeri-negeri besar menginsafi
kewajiban gereja terhadap perbaikan masyarakat, sehingga dibanyak tempat mereka mulai
menyesuaikan pekerjaan gereja kepada kebutuhan zaman dengan mengutamakan pekerjaan
dikota-kota besar dan dengan melawan kecenderungan golongan terpelajar soal-soal itu; mereka
lebih memperhatikan perselisihan-perselisihan didalam gereja. Dijerman semangat pietisme
mulai hidup kembali didalam ‘gerakan persekutuan’ (gemeinschafts-bewegung), yang adalah
reaksi terhadap sekulirasi disayap kiri dan terhadap semangat taurat sayap kanan. Pengaruhnya
dirasai sampai jauh diluar lingkungan sendiri.

Diamerika, kebanyakan gereja atau denominasi lekas kehilangan cap calvinisnya. Minat
kekrestenan Angelsaks terhadap pemecahan-pemecahan soal-soal praktek menghubungkan diri
dengan pandangan evolusi dari naturalisme, sehingga timbullah cita-cita “injil sosial” (sosial
gospel) injil sosial mengajarkan bahwa kerajaan Allah tak lain dari pada mahkota atas
perkembangan dunia ini, sehingga kedatangan kerajaan itu boleh dipercepat, bahkalan
diwujudkan oleh usaha kebudayaan dan sosial dari kita manusia sendiri, menurut asa demokrasi
Amerika. Pendirian itu memang bukanlah injili lagi, karena menurut Alkitab, kerajaan Allah
bukan sekali-kali adalah hasil kehendak baik dan usaha kaum kristen, melainkan anugerah Tuhan
sendiri, malahan pada ketika kerajaan itu dinyatakan dari atas, dunia ini akan diadili oleh Allah.
Umumnya boleh kita katakan, bahwa gereja-gereja Amerika, yang diantaranya gereja Metodis
dan gereja baptis yang paling besar, sudah tentu menyumbangkan kerajinan dan tenaganya
kepada banyak-banyak perkara sosial yang penting, tetapi dengan mengabaikan pokok berita
Alkitab, yakni hukuman dan rahmat Tuhan. Sikap gereja-gereja Eropah terhadap masalah sosial,
yang menjadi soal pokok sesudah tahun 1870.

BAB 51

THEOLOGIA ABAD KE-XIX


1. Pokoknya. Panggilan dan tugas yang mulia untuk theologia ialah menjaga kemurnian
pemberitaan Injil. Theologia harus senantiasa teguh berdasarkan firman Tuhan, supaya dari dasar
ini dia mampu menghadapi dunia  ini dengan rahmat Allah. Tetapi pada abad ke-XIX tidak
memenuhi tuntutan itu sehingga dunia menjadi bersandar dan berharap kepada kesanggupannya
sendiri. kuasa Alkitab ditolaknya. Demikian theologia zaman itu tetap memusakan pikiran dan
perhatiannya kepda manusia, sama seperti zaman Pencerahan dan Pietisme. Ajaran-ajaran
theologia yang serba ragam abad ke-XIX hendak kita bagi menurut dasar yang dipilih oleh ahli-
ahli theologia bagi agama Kristen:

2. Teologia perasaan. Abad ke-XIX dipengaruhi oleh seorang dari Berlin, yaitu Friedrich
Schleiermacher (1768-1834). Dia mengemukakan persetujuan antara penyataan Tuhan dengan
semangat zaman. Dalam kitabnya yang bernama “urian-uraian tentang agama” (1799),
menempatkan agama dalam batin dan perasaan sambil menerangkan selaku kecenderungan dan
nafsu kepada baka. Kitabnya yang terpenting berjudul “ Iman Kristen” (1821-1822) didalamnya
ia berusaha menyesuaikan pikirannya kepada imam jemaat.  Kesalehan dia rumuskan sebagai
“merasa diri bergantung semata-mata kepada Allah”. Kita ini tak sanggup memperlihatkan
perasaan itu dengan secukupnya; itulah dosa kita. Kristen adalah satu-satunya manusia yang
didalamnya perasaan itu berkembang dengan sempurna. Dialah manusia Allah (abdi Allah),
artinya  perkembangan tabiat manusia. Hanya denga hubungan dengan Kristus perasaan itu dapat
menguasai hidup rohani kita. Itulah pembebasan menurutnya.

3. Theologia akal budi. Hegel memperdalam pandangan-pandangan Pencerahan, dengan


mengajarkan bahwa akal budi (rasio) adalah tenaga pendorong smesta alam. Demikian theologia
masa itu menegaskan bahwa agama Kristen ialah agama yang paling sesuai dengan akal budi.
Kita mengerti bahwa pendirian theologia yang demikian itu mustahillah syak dan kebodohan
penyataan Tuhan dipahami dan dijunjung dengan sepertinya. Maksud istimewa theologia ini
ialah suatu penjelasan yang memuaskan akal budi tentang masalah yang muskil, yakni
bagaimana jadinya seorang Yesus beroleh pengaruh yang sekian besar diantara pengikutnya
sehingga terbentuk Gereja Kristen yang berbakti kepadaNya yang mengakuiNya sebagai anak
Allah. Golongan ini berpusat dikota Jerman, Tubingen. Mereka menyelidiki Perjanjian Baru.

Wakil utama dari golongan ahli theologia yang memakai kal budi sebagai dasar kaidah dogmatic
ialah guru besar J.H. Scholten di Leiden (1811-1885), yang  pada abad ke-XVI bersambung
dengan kekristenan Liberal dan kemudian menjadi pemimpin Liberal pada abad ke-XIX di
belanda.

Didalm bukunya ‘Ajaran Gereja Hervormd-Belanda ia mencoba memasuki pandangannya


kedalam theologia para pembaru Gereja. Akal budi adalah antipasti ilahi manusia, selama
manusia berpaut kepada nafsunya akal budi iu digelapkan, itulah tingkat hidup yang rendah yang
disebut dengan dosa. Akal budi kita dihaluskan oleh Yesus, sehingga akal mengaku Dia selaku
pernyataan yang tertinggi dari hikmat ilahi..

4. Theologia kesusilaan.  Tahun 1860 berusaha mengadakan hubungan anatara agama Kristen


dengan semangat zaman berdasarkan kesadaran susila manusia.  Pemimpin theologia ini adalah
Albrecht Rittschl (1882-1889) seorang sarjana yang berpengaruh di Jerman abad XIX. Ia
mendasarkan isi penyataan Kristen kepada kebutuhan susila manusia. Ia katakana bahwa
masalah yang terpenting bagi manusia ialah mempertahankan oknum sendiri diahadapan alam
yang tidak beroknum ini, yang berkembang sesuai dengan hukumnya sendiri. Menurutnya,
Kristus menju kepada maksud susila yang termulia, yaitu Kerajaan Allah selaku persekutuan
oknum-oknum bebas, yang memerintah dunia ini.

5. Theologia kelahiran kembali. Neo-Calvinisme timbul dan berpengaruh di Gereja Belanda


dengan theologia Dr. Abraham Kuyper (1837-1920) pendeta, pengarang guru besar di
Universitas Bebas di Amsterdam, perdana menteri. Kuyper menghidupkan kembali theologia
Calvin bagi banyak anggota Gereja;bahkan yang merebut tempat kehormatan Calvinisme
ditengah-tengah dunia yang menjauhkan diri dari asas dan cita-cita Calvinisme. Kuyper sadar
bahwa Calvinisme membutuhkan bentuk baru didunia liberal ini. Kesadaran itu ternyata dalam
kitab-kitabnya “tentang rahmat Umum”, “Calvinisme” dan yang terpenting “ Encyclopedia
Theologia Suci”. Dasar pikiran Kuyper dalam kitab-kitabnya iaalh kenyataan yang berdasarkan
pengalaman bawha ada dua macam manusia; yang telah diperanakkan kembali dan yang belum
diperanakkan kembali. Kelahiran kembali ialah proses yang tidak disadari, yuang menayatakan
diri dalam hidup sadar sebagai pengakuan bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Denga
pandangan itu Kuyper mengambil dasarnya pada asas theologia yang subyektif (yaitu kelahiran
baru orang saleh) dan dari sana ia melangkah kepada asas theologia yang obyektif (yaitu
penyataan Tuhan dalam Firman-Nya).  Theologia Kuyper menjadi dasar politik-gereja Kuyper.
Ia sangat melawan Gereja-rakyat; segala orang Kristen yang diperanakkan kemabali, segala
pengaku-pengaku Kristus yang benar ,hendaklah berkumpul dalam sebuah Gereja-bebas.
Hendaklah rakyat yang Calvinis mengasingkan diri dari masyarakat besar dalam lingkungannya
sendiri ; disanalah hendaknya kaum Calvinisme membina budayanya sendiri, dimana “hormat
Allah di segala lapangan hidup” diakui dan dijalankan sepenuh-penuhnya.

6. Theologia historis-kritis. Pada akhir abad-XIX, yaitu zaman naturalism, orang sudah kurang
mengharapkan jembatan antara Alkitab  dan manusia modern. Pengalaman dan ilmu yang bebas
dari segala ikatan dogma dan tradisi, itulah yang sekarang dijunjung tinggi. Ahli-ahli theologia
ini pendiriannya mulai sdyik mengupas isi Alkitab; makin lama makin tercelik matanya pda
kebenaran bahwa ada jurang yang dalam antara berita Alkitab dan manusia zaman muttakhir ini.
Golongan Tubingen telah merintis jalan bagi pandangan-pandangan demikan
terhadap  penyelidikan Perjanjian Baru. sekarang cara ini mulai dipergunakan pada Perjanjian
Lama oleh Wellhausen dari Jerman dan Kuenen guru besar Belanda. Mereka berusaha membagi
Alkitab menurut sumber-sumber kitab itu, yang mereka pikirkan telah dipisahkan oleh ahli-ahli
theologa dengan pengupasan yang teliti. Mereka yakin bahwa pemeriksaan yang demikian
membuktikan bahwa dibelakang pekabaran Alkitab yang sampai pada waktu itu dipandang  sah
dan benar oleh kaum Kristen , ada tersembunyi anggapan-anggapan yang berlainan sekali.
Mereka mengajarkan bahwa kitab-kitab nabi-nabi jauh lebih tua daripada kitab-kitab Musa, dan
bahwa agama Israel pada hakekatnya bepokok politheisme yang primitive , dari dasar itu
berkembang ibadat kepada satu ilah-kebangsaan saja, dan dikemudian hari barulah monotheisme
yang bersifat rohani dan susila, akhirnya pengarang-pengarang Perjanjian Lama menulis kitab-
kitabnya dengan pendirian seakan-akan agamanya telah berada pada tingkat yang tertinggi itu
sedari semulanya. Pendapat seperti ini perlu ditolak karena mereka memperkosa Alkitab dengan
menutup hati dan telinga bagi kesaksian yang khas yang diperdengarkan Alkitab di dalam dunia
ini. Gerakan ini berakhir abad ke-XIX pada tempat permulaannya.

7. Hasilnya. Rupa-rupanya hasil theologia abad ke-XIX adalah negative saja. Ole kritik yang
tajam terhadap Alkitab, sekarang kita tahu bahwa mustahil memeriksa Alkitab, apabila
menyelidiki tidak menghampiri  Alkitab itu dengan sikap iman dan taat kepada Firman Tuhan.
Theologi Firman itu jauh lebih murni kita bida dapati pada dua orang bernama Kohlbrugge dan
Kierkegaard.

8. Kohlbrugge. Dia lahir di Amsterdam pada tahun 1803. Dia adalah seorang pendeta jemaat
Lutheran di Amsterdam, ia memberitakan dengan kuat pembenaran oleh iman saja, tetapi
sesudah beberapa bulan ia dipecat karena menuduh seseorang pendeta liberal tentang ajaran yang
tidak ortodoks. Sejak tahun 1847 sampai ajalnya (1875), Ia melayani jemaat Reformiert selaku
pendeta. Teologi Kohlbrugge menekankan bahwa dihadapan Allah manusia sungguh-sungguh
tak lain daripada sifat daging. Di luar Kristus, taurat kudus Allah hanya dapat mematikan kita,
tetapi oleh inkarnasi Kristus kita luput dari kebinasaan. Artinya Kristus telah menerima sifat kita
yang olehnya Ia menjadi dosa ganti kita. Di Golgota , pekerjaan pembebasan itu sudah dipenuhi
tanpa kita untuk kita. Kita hanya perlu mengaku dan percaya bahwa kendati kita manusia
berdosa dan durhaka sekalipun, tetapi didalam Kristus kita dibenarkan juga. Hal itu hanya
dicapai dengan iman saja.

9. Kierkegaard. Dia adalah ahli theologia Denmark. Dia memerangi semangat duniawi yang
merajalela dalam agama Kristen sehingga orang Kristen kurang mengerti lagi perbedaan yang
mutlak antara Allah dengan manusia. Kierkegaard (1813-1855) mulai mengadakan serangannya
yang hebat terhadap kekristenan  Gereja resmi yang pada hematnya  adalah tiruan belaka dari
agama Kristen sejati menurut Perjanjian Baru. Kierkegaard mengajarkan kepada jemaat bahwa
betapa sungguhnya soal kekristenan itu karena Kristus menjadi pusat agama.  Penyataan Tuhan
berlawanan dengan pengertian kita (paradoks) yaitu perkara yang kelihatannya ganjil tetapi
sesungguhnya benar. Kierkegaard menyimpulkan bahwa kekristenan yang tulen tidak dikenal
dan tidak di praktekkan dalam Gereja yang anggotanya hidup dengan senang didalam dan untuk
dunia ini. Kierkegaard meninggal diusia muda dan sisa uangnya cukup untuk mengongkosi
pekuburannya. Semasa hidup dia tidak dihargai dan tidak dimengerti, tetapi dikemudian hari
kitab-kitabnya banyak dibaca, dan pikiran-pikirannya menimbulkan hasil yang indah,
teristimewa dalam theologia Karl Barth.

BAB  52

PEKABARAN INJIL, PENGALAMAN DAN KEADILAN

1. Pangkalan dan pekerjaan Injil.Abad ke-XIX, memperlihatkan proses sekulerisasi, yang


membuat masyarakat barat makin lama makin kehilangan sifat Kristennya. Tetapi pada pihak
lain, abad ke-XIX disebut “abad pekabaran Injil (sending)”. Kemunduran agama Kristen di
Eropah berjalan bersama-sama dengan kemenangan Injil di benua-benua kafir. Itulah tanda
pimpinan dan pemeliharaan Tuhan yang melindungi jemaatNya. Pada masa revolusi Prancis dan
Napoleon yang gelap itu, di Inggris dan Belanda telah bangun kesadaran baru terhadap tugas
Pekabaran Injil, selaku hasil gerakan pembangunan rohani.

Sekarang pimpinan Pekabaran Injil berpindah kepada Gereja-gereja di Inggris, negeri penjajah
yang berkuasa itu. Perhimpunan-perhimpunan Pekabaran Injil Inggris mengutus pendeta-
pendetanya ke Australia, New-Zealand, Afrika, India, dan Tiongkok. Utusan-utusan Injil Jerman
pergi ke Afrika Selatan dan barat, ke Tiongkok, India, Palestina, Pantai Emas (di Afrika). Pada
zaman Bismarck, tenaga dan minat jemaat Kristen di Jerman

bertambah lagi, karena pada masa itu Jerman beroleh daerah-daerah jajahannya sendiri.
Teristimewa di Indonesia kita ini terkenang kepada “Sending Barmen” yang bekerja di tanah
Batak dan di pulau Nias. Juga di Amerika kita melihat keadaan yang serupa itu: banyak
perhimpunan Pekabaran Injil partikulir, dan beberapa yang dilakukan Gereja, dengan resmi
mengutus pekerja-pekerjanya di mana-mana, teristimewa ke India dan Timur Jauh.

Di dalam Gereja Katolik Roma terbentuklah beberapa ordo dan kongregasi baru, yang
bermaksud meluaskan Gereja di antara bangsa-bangsa kafir. Misi Katolik Roma berbeda dari
Sending Protestan disebabkan kerelaannya untuk menyesuaikan pekerjaannya kepada anggapan-
anggapan dan adat-istiadat kafir, oleh karena itu misi Katolik Roma tidak bertujuan untuk
menyiarkan Firman Tuhan yang berkuasa. Tetapi mereka terutama berusaha untuk menawarkan
dan mempropagandakan Gerejanya sendiri.

Tak dapat disangkal bahwa Pekabaran Injil baru itu mula-mula kurang mengerti keadaan khas
masyarakat ketimuran. Dan tentu, apabila suku-suku bangsa kafir yang primitif itu mulai
memasuki zaman modern yang dimasehikan, maka terjadilah segala pengorakan segala ikatan
adat dan agama yang dahulu menghubungkan dan menentukan hidup masyarakat: perombakan
segala bentuk hidup yang lama itu mengakibatkan rupa-rupa soal yang muskil dipecahkan
mengenai kebudayaan dan peraturan hidup bangsa-bangsa itu. Cara mengabarkan Injil,
membentuk hidup Kristen perseorangan dan membina masyarakat Kristen sesuai dengan
keadaan tiap-tiap bangsa.

Kebanyakan perhimpunan Sending berusaha mengongkosi pekerjaannya dengan mencari


pendapatan tetap, sehingga pendeta-pendetanya menerima gaji tetap juga. Badan lain tidak mau
meminta-minta, tetapi mengharapkan segala pendapatannya dari doa; sebab itu mereka
tidak  meminta uang dengan aksi propaganda dan tidak menjamin gaji tetap kepada para
pekerjanya. Pendirian ini di dasarkan pada iman semata-mata, tetapi inilah anggapan yang salah
tentang iman.

Pada abad yang lalu, Pekabaran Injil terutama diusahakan oleh perhimpunan yang bersandar
pada minat dan derma orang partikulir. Padahal sebenarnya pemberitaan Injil kepada segala
bangsa di dunia adalah tugas segenap jemaat Kristen. Gereja sendiri wajib memperhatikan dan
melaksanakan Sending itu dengan penyerahan segenap cinta kasih dan tenaganya. Gerejalah
yang dipanggil untuk melayani dunia ini dengan Injil Kristus, dan pelayanan itu harus
dijalankannya sampai ke ujung bumi.
2. Wichern. Pada 1808-1881 Wichern telah mengubah keadaan ini dengan kegembiraan dan
tenaganya. Dialah yang mengatur Pekabaran Injil di dalam negeri serta menjadikan perkara
umum dan tugas resmi ddari Gereja. Pada 1833 Wichern membuka sebuah rumah untuk
melepaskan permpuan-perempuan sundal dari hidupnya yang cemar dan untuk mendidik anak-
anak yang terlantar. Dia juga memperhatikan nasib orang hukuman di penjara-penjara, kaum
emigran, pengudusan hari minggu , di samping itu ia juga membentuk perhimpunan-
perhimpunan pemuka Kristen, ia memajukan pekabaran Injil secara evangelisasi (yang
dengannya Injil dilakukan di antara orang banyak yang tidak lagi mengenal isi Alkitab dan yang
tak pernah masuk kebaktian-kebaktian Gereja), ia membuka rumah penginapan Kristen dan
sebagainya. Masalah sosial pun menarik perhatian Wichern, ia berusaha memperbaiki
perumahan kaum buruh di kota-kota industri.

Pada 1848, Wichern berhasil menggembirakan Gereja untuk mengangkat tugas sosial itu secara
resmi. Gereja-gereja Injili membentuk suatu “Badan Pusat Pekabaran Injil di dalam Negeri”,
yang mengumumkan sebagai berikut: “Maksud pekabaran Injil di dalam Negeri ialah
melepaskan rakyat Injili daripada kemelaratannya yang rohani dan jasmani, dengan
mengabarkan Injil dan menyokong semua saudara yang berkekurangan, di dorong oleh cinta
kasih Kristus. Pekerjaan itu tetap berkembang dan Wichern tinggal menjadi jiwa pendorong.

3. Filedner. Pada 1800-1864, ia berkeyakinan bahwa jikalau Gereja mau melangsungkan


pelayanannya dengan semestinya, misalnya terhadap perempuan sundal dan anak-anak kecil,
maka perlulah jabatan syamaset (atau syamas wanita atau diakones) di jemaat Kristen mula-mula
(Rm 16:1,2) dihidupkan kembali.

4. Lohe. Ia adalag seorang pendeta Bavaria (1808-1872) berpendirian bahwa segala soal usaha
sosial itu harus dikerjakan oleh Gereja saja dan bukan oleh perhimpunan-perhinpunan partikular.
Rumah diakones Lohe dalam jemaatnya di Neuendettelsau yang bersemangat Lutheran sejati itu,
menjadi pusat banyak pekerjaan belas kasihan Injili di Bavaria. Semboyan Lohe ialah “Apakah
yang kau kehendaki? Melayani! Melayani siapakah? Tuhan, di dalam semua kaum yang melarat
dan miskin. Dan apakah upahku? Upahku ialah bahwa saya boleh berbuat demikian? Lohe
manjadi teristimewa bekerja di pantai utara Irian-Timur sejak tahun 1886.

5. George Muller. Muller menjadi pendeta Baptis di Bristol. Di kota itu ia mendirikan “lembaga
penyiaran pengetahuan tentang Alkitab-Alkitab” dan menjadi pemimpin bermacam-macam
usaha filantropis (cinta kasih terhadap manusia). Usahanya yang paling masyhur ialah kelima
rumah piatunya yang besar di Bristol. Pada usia 93 tahun ia menyerahkan diri kepada pekerjaan
evangelisasi yang khusus, dengan memberitakan kabar kesukaan di seluruh dunia.

Suatu ciri yang luar biasa dari pekerjaan Muller ialah bahwa ia tidak pernah meminta sokongan
berupa uang, tetapi percaya bahwa atas doanya Tuhan akan mencukupi segala keperluaannya
dengan menggerakkan hati orang untuk menyumbangkan dermanya.

6. Gereja dan masalah keadilan sosial. Dari keterangan yang ada Pekabaran Injil di dalam negeri
terutama berusaha untuk mengurangi kemelaratan sosial yang terdapat di golongan bawah
masyarakat. Tetapi apabila jemaat Kristus sungguh menginsafi arti dan maksud belas-kasihan
Kristus terhadap orang yang dalam kesukaan jasmani dan rohani, mustahillah Gereja
berpendapat bahwa pertolongan dan perawatan itu sudah memadai. Pada masa penindasan, kaum
buruh merupakan suatu noda yang ngeri di dalam masyarakat, nyata sekali bahwa sokongan
kepada masing-masing orang yang dalam kesusahan, tentulah belum mencukupi untuk
memperbaiki keadaan masyarakat. Keadaan umum itu harus berubah, artinya perlu adanya
keadilan, yang mengubah syarat-syarat hidup, dan bukan belas-kasihan yang ditujukan kepada
kebutuhan tiap-tiap orang sendiri.

Gereja abad ke-XIX memang sudah mengerti tuntutan keadilan sosial itu terhadap golongan
masyarakat yang ditindih, meskipun kita patut mengakui bahwa kesadaran itu terutama terdapat
di antara pemimpin-pemimpin di Gereja, tetapi kurang nyata di dalam khotbah resmi. Seruan
nabi-nabi yang berjuang bagi pemberantasan segala kebusukan masyarakat (bd Yes 1:17, Am
8:4-7) kurang kedengaran. Pada umumnya Gereja suka bersahabat dengan golongan majikan
yang hartawan, dan orang miskin dihiburkan dengan menjanjikan dalam surga kelak pembebasan
dari segala kesukaran. Tetapi banyaj orang Kristen yang secara perorangan bergumul dengan
masalah kemasyarakatan yang sulit itu, berdaya upaya dengan sungguh untuk mendapat
penyelesaian soal-soal sosial itu. Nyatalah bahwa tak gampang menempuh jalan tengah yang
Injili antara kapitalisme dan sosialisme karena tak mungkin bagi orang Kristenuntuk menerima
segala hal yang bersangkutan dengan sosialisme abad ke-XIX itu, seperti tuntutannya tentang
penyerahan segala modal partikulir kepada umum, daya yang dipakai untuk mencapai
maksudnya ialah perjuangan golongan, dan perserikatannya dengan atheisme. Yang diutamakan
oleh orang-orang Kristen dalam hal memikirkan masalah sosial dari sudut Injil ialah cinta-kasih
terhadap sesama manusia dan dengan pendirian tersebut mereka menentang kedua belah pihak
yang suka bertentangan itu.

BAB 53

PERTIKAIAN GEREJA DI BELANDA

Gereja Hervormd kurang sanggup mengatur sendiri. Dari itu negara memutuskan untuk
membantu Gereja dan pada tahun 1816 dengan penetapan raja di umumkan peraturan umum
untuk pimpinan Gereja Hervormd.

            Organisasi yang baru itu sendiri lebih tidak menyenangkan pula dari pada cara
melaksanakannya. Pengaruh raja amat besar dalam pembentukan badan-badan Gereja dan
persidangannya. Pada abad ke 17, Gereja menjadi Gereja negara yang berpengaruh besar
terhadap pemerintah, tetapi sekarang sebaliknya, Gereja Hervormd (itulah namanya yang baru)
merupakan suatu Gereja negara yang sama sekali takluk kepada pemerintah.. sekarang
pemerintahan diri sendiri yang di bangun dari bawah itu , di ganti dengan suatu pemerintahan
dari atas oleh badan-badan pengurus (tata Gereja sinodal). Sampai tahun 1852 badan-badan
pengurus terdiri dari pendeta-pendeta saja. Sistem sinodal itu  yang mencontoh pemerintahan
diktatorial  willem I, sangat berlawanan dengan wujud gereja. Di dalam Gereja tak ada tinggi dan
rendah, karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara (Mat 23:8) oleh sebab itu
pemerintahan diri sendiri, dengan perantaraan pejabat-pejabat yang mewakili jemaat adalah satu-
satunya tata gereja yang sesuai dengan wujud Gereja Kristus.

            Di dalam peraturan umum hanya di nyatakan bahwa badan-badan pengurus wajib
“memelihara ajran Gereja”, tetapi kurang di tekankan bahwa dalam segala hal Gereja harus
takluk dan taat kepada Alkitab.  Orang proponen (bakal-pendeta) di wajibkan berjanji bahwa
selaku pendeta mereka akan menjunjung “ajaran yang menurut Firman Tuhan telah di paparkan
dalam pasal-pasal keesaan Gereja Hervormd Belanda bab 42,2 akan tetapi segera ternyata,
bahwa rumus ini dapat di tafsirkan dengan dua arti. Sebenarnya arti dan maksud janji ini ialah
supaya proponen-proponen mengaku bahwa ajaran Gereja yang di tetapkan di sinode Dordrecht
itu perlu di junjung, oleh sebab sesuai dengan Firman Tuhan; tetapi banyak proponen yang
liberal mengartikan rumus itu secara lain, yakni bahwa mereka akan menjunjung ajaran itu sesuai
dengan Firman Allah.

3.  Reaksi-reaksi pertama. Oleh sikapnya yang suam itu Gereja Hervormd sendiri pun bersalah,
karena menerima saja organisasi tahun 1816 yang di berikan kepadanya dari atas. Yang menjadi
perintis untuk gerakan pembangunan baru di Belanda, ialah pujangga-pujangga willem
Bilderdijk +1831 dan muridnya Isaac da costa, seorang Yahudi yang telah bertobat dan menjadi
seorang pengikut Yesus kristus yang gembira. Kitab da costa keberatan-keberatan terhadap
semangat zaman tahun 1823 menimbulkan amarah besar di antara kaum liberal di Belanda.
Gerakan reveil itu (penyadaran), nama perancis itupun di pakai di Belanda bersifat ortodoks dan
calvinis, dengan tekanan yang kuat pada pelaksanaan iman dan pengududsan hidup.

            Reaksi pertama terhadap organisasi tehun 1816 itu muncul dari pihak bagian jemaat yang
masih mengindahkan tradisi calvinis. Pada tahun 1827 seorang pendeta di Den Haag, Ds. D.
Molenaar, mengeluarkan suatu seruan kepada segala sudaraku yang seiman dalam Gereja
Hrvormd; dalam karangan itu ia menjelaskan kepada jemaat bagaimana janji proponen di
permainkan oleh banyak pendeta dan menunutut suatu sinode besar, yang harus membereskan
perkara itu. Pada tahun 1833 sinode menasehati pendeta-pendeta liberal supaya mereka
memperhatikan kemurnian ajarannya, akan tetapi pada tahun berikutnya seorang guru besar
theologi mengemukakan, bahwa pendeta-pendeta tidak boleh lagi di ikt dengan surat-surat
pengakuan calvinis yang dulu, dan pada tahun 1835 sinode mengumumkan jawaban atas
pertanyaan yang banyak tertidak-tidaknya pelayan-pelayan gereja kepada pengakuan resmi,
dengan menyatakan bahwa sinode merasa dirinya tidak berhak dan berkuasa untuk mengammbil
keputusan terhadap pokok-pokok iman, sehingga tak mau menafsirkan atau mengubah rumus
jannji porponen itu.

4. pemisahan (afscheiding). Ds. Hendrik di cock (1801-1842) menjadi seorang penganut dan


pembela bersemangat ajaran calvinis sejati dalam jemaatnya Ulrum di propinsi Groningen.
Berhubung dengan itu, lagi pula oleh karena de Cock telah menyerang dengan hebat dua teman
sekerjanya yang liberal, maka untuk sementara waktu ia di hentikan oleh badan pengeurus
propinsi. De Cock di pecat oleh badan ini karena ia dengan bahasa yang tidak senonoh telah
menista Tahlil-tahlil injili yang termuat dalam kitab nyanyian resmi Gereja Hervormd. De Cock
memanjat (naik banding pada) pengadilan sinode, yang memmberikan waktu setengah tahun
kepadanya untuk menarik kembali perkataan-perkataanya.

            Atas desakan seorang temannya, Ds. Scholte, yang sangat di pengaruhi oleh reveil Swis,
sehingga ia mencita-citakan suatu Gereja bebas hanya terdiri dari orang-orang percaya sejati
saja. Pada 13 0ktober 1834 majelis-majelis jemaat Ulrum memaklumkan pemisahannya
(Afchelding) dari Gereja Hervormd, yang di sebut Gereja palsu.

            Apabila kita hendak menimbang baik-buruknya pemisahan itu sudah selayaknya kita
membedakan pihak subyektif (sikap orang-orang terpisah itu dengan pihak obyektif (arti dan
akibat pemisahan). Selama Firman Allah dapat di kabarkan dalam Gereja dengan tidak mendapat
gangguan, dan selama sakramen-sakramen dapat di lakukan di sana ada mennurut pesan kristus ,
Gereja itu boleh di sebut “kurang murni” atau sakit tetapi bukan palsu. Mereka lupa bahwa
Gereja Hervord adalah milik kristus. Pemisahan bererti menyangkal dan melepaskan
pemerintahan kristus dalam Gereja, sebab itu masalah pembersihan Gereja tidak pernah tercapai
dengan jalan memisahkan diri.

5. Zaman Greon van Prinsterer. Di samping gerakan pemisahan, perjuangan untuk membaharui
Gereja berlangsung untuk membaharui Gereja berlangsung terus. Suatu permohonan kepada
sinode, yang di tandatangani oleh 8000 orang supaya organisasi Gereja boleh di ubah dan
pengakuan dari tiga pasal keesaan di pertahankan, di tolak oleh sinode, tetapi sinode
memaklumkan bahwa ajaran Gereja harus di pelihara sebagaimana ajaran itu merupakan wujud
dan pokok pengakuan Gereja Hervormd. Akan tetapi sinode menerangkan pula, bahwa ia badan
pengurus saja, sehingga tak berkuasa untuk mengambil keputusan dalam pertikaian mengenai
pokok-pokok ajaran. Orang-orang tersebut tadi adalah pemuka-pemuka gerakan Reveil,
pemimpin mereka ialah Mr. G Groen van Prinsterer (1801-1876), seorang murid Bilderdikjk,
yang memegang peranan penting di lapangan Gereja, politik dan ilmu sejarah di Belanda pada
abad yang lalu. Groen van printerer, Heldring dan lain-lain berpendirian bahwa  jalan
peradilanlah yang lebih baik. Pengakuan Gereja harus di pertahankan dengan menjalankan
disiplin yang kuat atas ajaran pendeta-pendeta dan anggota-anggota jemaat, agar supaya lama-
kelamaan segala anasir yang tidak takluk kepada pengakuan resmi dapat di singkarkan dari
Gereja.

            Keadaan Gereja Hervord banyak diperbaiki oleh undang-undang  dasar baru dari tahun
1848 dengan segala akibatnya. Perwakilan Gereja oleh negara yang sudah kurang di rasakan di
bawah pemerintahan raja willem II (1840-1849) di hentikan sehingga peraturan umum perlu di
ubah. Perubahan itu, yang di laksanakan pada tahun 1852, memberi kebebasan kepada jabatan-
jabatan di dalam Gereja.

            Dalam tahun 1850-1870 rupa-rupanya terwujud cita-cita pembaruan Gereja makin sukar
tercapai, karena pada masa itu aliran theologi modern dari scholten dan kawan-kawannya meluas
dalam Gereja. Liberalisme mereka jauh lebih radikal lagi; kekuatan mereka terletak dalam
sikapnya yang negatif: mereka menyangkal penyataan Tuhan, mukjizat-mukjizat dan kebenaran
Alkitab. Beberapa pendeta moderen meletakkan jabatannya dan banyak anggota golongan itu
berpindah ke Gereja Remonstran. Pada pihak lain, banyak orang ortodoks yang telah putus asa
terhadap pembaruan Gereja Hervormd , masuk anggota Gereja Christelijk.

            Groen van Prinsterer, yang dahulu berusaha memperbaiki segenap Gereja dengan jalan
yang sah, sudah putus pengharapannya dan mulai mendesak jemaat supaya melawan badan-
badan pengurus.

6. Kuyper dan Doleansi. Abraham Kuyper bertobat dari modernisme Scholten kepada ajaran
Calvinis, sementara ia bekerja selaku pendeta dalam jemaatnya yang pertama. Gereja harusterdiri
dari pengaku-pengaku nama Kristus yang sejati saja, yang telah membuang “kuk sinode” dan
menjunjung tiga .pasal keesaan.

            Kuyper menerima saja negara netral dari revolusi Perancis dan menghendaki supaya di
dalam masyarakat yang netral itu bagian rakyat yang calvinis membina kebudayaan kristennya
sendiri “di segala lapangan hidup”. Kuyper adalah seorang pemimpin yang amat cakap dan kuat
pendiriannya.

            Tatkala pada tahun 1876 fakultas-fakultas theologi dari ketiga universitas negara di ubah
menjadi fakultas ilmu yang netral, kuyper mulai berusaha untuk mendirikan sebuah “Universitas
Bebas”, yang harus menjadi suatu benteng pertahanan melawan semangat zaman yang liberal,
dengan memakai tiga pasal keesaan itu sebagai dasar penuntutan ilmu. Pada tahun 1880 sekolah
tinggi baru itu di buka di Amsterdam. Kuyper menjadi guru besar. Ia dan teman sekerjanya Dr.
F.L. Rutgers merangkap jabatan penatua di jemaat Hervormd Amsterdam.

            Pada tahun 1885 terjadilah bentrokan itu. Majelis-gereja Amsterdam yang ortodoks tak
mau menerima dalam pangkat sidi sejumlah murid katekisasi dari pendeta-pendeta moderen.
Akan tetapi badan penerus Gereja propinsi dan sinode dan menuntut supaya majelis Gereja
Amsterdam menyerahkan surat-surat tersebut. Atas desakan Kuyper dan Ruutgers majelis Gereja
dengan segera memutuskan untuk mengubah beberapa pasal dalam peraturan tentang
penyelenggaraan milik-milik Gereja (14 Desember 1885), supaya segala milik jemaat
Amsterdam tetap dalam tangan golongan Kuyper, jikalau seandainya terjadi pertikaian antara
majelis Gereja dengan badan-badan pengurus yang lebih tinggi. Dengan demikian gagallah
maksud Kuyper, supaya seluruh jemaat Amsterdam menarik diri dari organnisasi Gereja
Hervormd, tindakan mana kemudian mudah-mudahan akan di contoh oleh banyak jemaat lain.
Pada 1 Des 1886 tuan-tuan yang di hentikan itu di pecat oleh sinode dengan definitif, karena
sinode memastikan bahwa dalam masa perantaraan itu mereka sudah memisahkan dirinya dari
Gereja dengan perkataan dan perbuatannya. Beberapa jemaat lain pun melaksanakan reformasi,
kuyper mengharap supaya segala majelis Gereja tak mau supaya anggota-anggota jemaat
memaklumkan bahwa jabatan-jabatan dalam jemaatnya sudah terluang dan mereka sendiri akan
memilih majelis-gereja baru, berdasarkan jabatan orang percaya.

            Pada kongres Gereformeerd, yang di adakan di Amsterdam pada bulan januari 1887,
terbentuklah organisasi Gereja-gereja yang telah membebaskab dirinya. Mereka menyebut diri
“Dolerende kerken”. Dolerend (dolere, Lat=berdukacita), karena mereka  berduka oleh sebab
milik-milik Gereja tidak di serahkan hakim kepada mereka dan kerken (gereja-gereja :jamak)
oleh karena mereka mendasarkan hukum gerenya pada jemaat-jemaat setempat dan berdiri
sendiri  bertentangan dengan tatagereja sinode Gereja Hervormd.

7. Gereja-gereja Gereformed. Pada tahun 1892 kaum Doleansi (dolerende kerken) bergabung


dengan kaum pemisahan (Christelijke Gereformerde Kerk). Sesudah bergabung itu mereka
barnama “Gereformede Kerken In Nederland” (gereja-gereja gereformerd di Neerdeland). Pada
permulaan abad ini Geereja-gereja gereformerd lekas bertanbah besar. Di dalamnya terdapat
semangat berkorban dan kegiatan yang mengakibatkan pula beberapa pertikaian yang hebat
dalam lingkungannya sendiri. Pada 1926 Dr. J. G. Gelkerken di pecat sebagai pendeta oleh
sinode do Assen, oleh karena ia menyangsikan arti arti lurus dari kejadian 1-3. Pada tahun 1944
sebagian besar dari Gereja itu memisahkan diri oleh karena adanya suatu pertikaian dengan
sinode menngenai ajaran baptisan dan penafsiran tatagereja, sehingga  terbentuklah Gereja-
gereja Gereformerd yang di bebaskan, menurut pas 31 dari tatanegara Drodrecht.

8. hoedemaker. Yang paling mengerti bahaya-bahaya yang bersangkutan dengan Doleansi, ialah


Ds. Ph. J. Hoedemaker (1839-1910). Ia juga banyak keberatannya terhadap organisasi
tahun  1816, yang kurang calvinis itu. Meskipun ia turut dalam Doleansi, tetapi dari permulaan ia
memperingatkan kawan-kawannya, “ bahwa reformasi Gereja harus mendatangkan faedah bagi
segala orang, yang terhisap kedalam perjanjian Allah. Akhirnya menjelang pembukaan Kongres
Gereformerd, Hoedemaker menarik diri, karena pada pendapatnya kaum Doleansi menuju
kepada kebidatan (kesektean), padahal ia menghendaki keselamatan Gereja seluruhnya. Sebab
itu Hoedemaker tidak mau membiarkan umat Gereja rakyat yang telah di baptiskan itu. Ia
menghendaki suatu Gereja rakyat yang mengaku nama Yesus Kritus, dengan tataGereja
presbiterial, dimana jabatan-jabatan di junjung kembali dan Firman Tuhan dapat menguasai lagi
segenap hidup Gereja.

            Akan tetapi maksud dan harapan terakhir Hoedemaker adalah lebih tinggi. Ia mengidam-
iadamkan perbaikan segenap Gereja, supaya Gereja itu dapat pula memimpin dan memberkati
segenap kehidupan rakyat, dengan pengakuannya. Di sini muncul lagi ciita-cita theokrasi Calvin.
Segenap Gereja dan segenap rakyat. Itulah semboyan Hoedemaker.

            Cita-cita negara Gereja Calvin telah pecah pada kuyper dan Hoedemaker, menjadi dua
pendirian yang bertentangan. Seperti seorang nabi,ia mengerahkan segenap rakyat Kristen
Belanda untuk bertobat dan takluk kepada Raja Kristus, tetapi oleh sebab pribadinya kurang
kuat, pegaruhnya hanya sedikit. Sebaliknya, Kuyper sebagai pahlawan yang gagah di lapangan
Gereja, politik dan masyarakat, dapat menggembirakan beri-ribu orang.

9. Gereja Hervormd dari tahun 1900-1940. Pada tahun 1900 Prof. Gunning, pemimoin theologia
ethis, mulai memihak kepada  dan membantu Hoedemaker, yang olehnya gerakan reorganisasi di
perdalam dan di perluas. Di samping itu didirkan juga “Gereformerde Bond untuk menyebarkan
dan mempertahankan kebenaran dalam Gereja Hervormd-Belanda”.
            Sejak tahun 1900 banyak usul telah di kemukakan kepada sinode dari berbagai pihak
untuk membereskan pertikaian Gereja. Golongan liberal atau “vrijzinning” yang telah
berorganisasi dalam “vereniging vanVrijzinning Hervormerd” sejak tahun 1913 dan beberapa
saudara yang beraliran ethis, mengusulkan supaya mengadakan perwakilan yang beribang dalam
badan-badan Gereja bagi semua aliran.

            Sesudah peran dunia pertama, pengaruh “theologia Firman” karl Barth dengan kawan-
kawannya membaharui cita-cita rreorganisasi. Tatkala suatu rancangan reorganisasi yang rapi
telah di tolah oleh sinode pada tahun 1929 dengan 10 lawan 9 suara, terbentuklah dua
perhimpunan untuk mengusahakan pembaruan organisasi Gereja Hervormd, yakni kerkheste
(“pemulihan Gereja”,1930, dari pihak sayap kanan)dan “kerkopbouw”(“pembangunan Gereja”,
1931).

10. Gereja di Belanda sejak tahun 1949. Perlawanan terhadap ajaran dan praktek nasional-
sosialisme selama pendudukan Belanda oleh jerman dari tahun 1940 sampai 1945 akhirnya
memmberikan kepada Gereja Hervormd apa yang tak sanggup di capai manusia dalam satu abad
lebih. Semua aliran bersatu dalam perjuangannya untuk membela Firma Tuhan terhadap jiwa dan
kuasa kekafiran moderen itu. Pada umumnya lahirlah kembali kesadaran bahwa Gereja tak boleh
dinamakan “Gereja”, jikalau ia tidak berpengakuan.

            Sekarang sudah terang kepada semua aliran dalam Gereja, bahwa wujud dan amanat
Gereja yang baru disadari kembali itu, tidak sesuai dengan organisasi tahun 1816. Dengan
hampir suara bulat sinode menerima suatu usul untuk mengadakan “sinode besar”, yang terdiri
dari 45 anggota, yaitu seorang wakil dari tiap-tiap klasis, sehingga benar-benar menjadi
pewakilan seluruh Gereja dan bukan badan pengurus administrasi saja.

            Di gereja-gereja Gerevormerd terjadilah selama perang dunia suatu konflik baru
mangenai suatu baptisan dan hukum Gereja, tetapi yang juga berkaitan dengan pelbagai
pertentangan-pertentangan pribadi. K. Schilder menyanggah pendapat Abr. Kuyper tentang
baptisan, yaitu seakan-akan baptisan itu di berikan berdasarkan kelahiran kembali yang di
andaikan. Schilder mengemukakan terhadap ini, bahwa  baptisan itu memateraikan janji-janji
Allah, lepas dari keterangan apapun yang ada pada orang baptisan itu. Sinode atau sidang raya
menuntut supaya schilder tunduk kepada keputusan sinode itu. Schilder pun membebaskan
dirinya pada tahun 1944, dengan mengandalkan kepada pasal 31 peraturan gereja dari Dordrecht
(kerkorde van Dordrecht).

            Oleh lembaga Alkitab Belanda (Nederlands Bijblelgenootschap) di tawarkan di tahun


1951 suatu terjemahan baru Alkitab, yang di terima dengan baik di Gereja-gereja. Ketika
ternyata bahwa di perlukan juga suatu terjemahan dalam bahasa Belanda yang sederhana, maka
hal itu pun di usahakan juga. Dengan kerjasama antar-gerejani di terbitkanlah pada tahun 1973
suatu buku nyannyian yang baru sama sekali, dimana mazmur-mazmur disajakkan secara baru.

BAB 54

GEREJA DI INDONESIA SEJAK TAHUN 1800

1.      Pekabaran injil baru. Minat baru terhadap sending yang timbul di inggeris pada akhir abad
ke-XVIII segera berpindah ke belanda oleh pengaruh London Missionary Society dan atas
anjuran Dr.Joh Theodorus van der Kemp, yang ingin berlayar sendiri ke afrika selatan untuk
mengabarkan injil di antara bangsa Negro, pada tahun 1797 didirikan Nederlands Zendeling
Genootschap di Rotterdam selama belanda dibawa kuasa perancis 1795-1813 dan Indonesia
dibawah pemerintahan sementara inggeris Gubernur Jenderal Raffles  1811-1816, N.Z.G
memulai pekerjaan sending di Indonesia akan tetapi setelah kepulauan Indonesia dikembalikan
menjadi jajahan kerajaan belanda yang baru di bentuk. Maka N.Z.G terus mulai mengusahakan
pemeliharaan jemaat Kristen di Maluku, timur dan setempat lain di Indonesia timur. sejak tahun
1830 N.Z.G mengutus pendeta ke minahasa untuk membawa injil kepada suku bengsa yang
beragama suku di sana.
Pada pertengahan abad ke XIX muncullah perselisihan dalam badan N.Z.G di belanda karena
banyak anggota merasa bahwa perhimpunan mereka sudah terlalu dipengaruhi oleh semangat
modernisasi sehingga semboyan N.Z.G damai oleh darah salib kurang dijunjung dalam praktek
pekerjaan utusan N.Z.G di Indonesia anggota di antaranya Mr. Groen van Prinsterer menuntut
supaya N.Z.G mengutamakan pertobatan kaum beragama suku dan bukan pengembangan
peradaban barat.dengan demikian terbentuklah dua perhimpunan zending yang baru Naderlands
Zendingsvereniging pada tahun 1858, yang mulai mengabarkan injil dijawa barat tahun 1862 dan
disulawesi tenggara 1915 dan utrechtse zendingsvereniging pada tahun 1859 yang bekerja di
irian 1863 Halmahera 1866 dan buru 1885. Usaha dalam pekabaran injil dijawa timur tahun 1848
di poso 1890 dan di antara suku batak karo di beli 1890 sangat indah.

Untuk membantu usaha pekabaran injil dengan cara yang baru, yang lebih murah dan yang
mudah lebih besar hasilnya, maka tahun 1847 di bentuk perhimpunan “penginjil tukang”oleh Ds.
OG. Heldring ialah supaya utusan injil itu bekerja selaku tukang atau petani untuk
penghidupannya sendiri sambil melayani dan memberi teladan bagi suku bangsa yang beragama
suku dan di samping pekerjaan itu mereka boleh mengabarkan injil dengan leluasa. Mereka lebih
gampang menarik hati kaum beragama suku daripada pendeta biasa dan mereka itu lebih bebas
dalam menentukan tempat dan cara penginjilan mereka pendapat heldring “bapa Gossner”

2.      Gereja protestan. Sejarah dan perkembanga beberapa gereja Indonesia pada abad ke XIX
dan sampai sekarang. Yang menjadi lanjutan jemaat VOC kembali pemerintah belanda ke
Indonesia pada tahun 1816, raja Willem I merasa bahwa kewajiban Negara untuk
memperhatikan nasib gereja secara resmi. Pada masa itu jemaat protestan tidak sanggup
menyusun organisasinya dan menyelenggarakan keperluan jasmaninya sendiri. gereja protestan
diurus dan dipimpin oleh pemerintah seperti gereja Hervormd di belanda pada pimpinan di
Jakarta.

    Di minahasa pekerjaan N.Z.G dimulai oleh Riedel dan Schwarz dan yang diteruskan oleh
banyak pendeta lain. Sehingga hampir segenap suku minahasa masuk Kristen 380.000 jiwa mula
mula N.Z.G membiayai gaji para pendeta dan penolongnya. Kaum Kristen diterima dalam gereja
protestan tahun 1870. Hanya sekolah dalam urusan N.Z.G Sampai tahun 1933.

      Di bolaag Mongondow sudah terasa pengaruh sending diminahasa selama abad yang lalu
tahun 1904 ditempatkan pendeta N.Z.G di mongondow sehabis perang dunia kedua jemaat
merupakan G.M.I B.M. yang berdiri sendiri. di kepulauan timur N.Z.G menyelenggarakan
jemaat Kristen didaerah kupang dan di rote tahun 1820, pekerjaan banyak diselangi oleh masa
“dibiarkan saja, tidak dipedulikan”. Mulai + tahun 1875 pendeta menjadi hulpprediker dan
jemaat ditimur  rote dan sawu masuk gereja protestan.

      Ke empat bagian gereja protestan juga maju menuju kedaulatan gereja diminahasa maaluku
dan timur yang berdiri sendiri dibentuk berturut-turut pada tahun1934, 1935 dan 1947, tetapi
mulanya masih takluk pada sinode umum. Gereja protestan bergumul dengan soal bagaimana
keempat gerejanya dapat berdiri sendiri masing-masing, tetapi dengan memelihara kesatuan
kesimpulannya diperoleh dalam sinode di bogor 1948, yaitu gereja protestan di Indonesia bagian
timur berdiri sendiri sepenuhnya tetapi sekali dalam tiga tahun mereka bertemu dalam sidang
gereja Am dan di samping itu dibentuk suatu badan pekerja Am, agar dengan jalan demikian
kesatuan dan kerjasama terjamin. Di dalam masalah pengakuan tatagereja dan tatakebaktian
keempat gereja berusaha mengejar dan mewujudkan keesaannya itu.

3.      Beberapa Gereja lain. Tak mungkin menguraikan perkembangan semua gereja di Indonesia
dalam ruangan yang sempit hanya keadaan beberapa gereja saja dapat kita tinjau di sini dengan
selayang pandang. Rasul suku bangsa batak Ludwig nommensen mulai bekerja di antara kaum
batak toba di lembang silindung pada tahun 1862.  Pekerjaan  yang banyak dan pengantar jemaat
dan guru sekolah dengan secukupnya dari permulaan, maka lama kelamaan gereja Kristen
ditanah batak meluas sampai menjadi gereja muda yang paling besar di dunia ini 750.000 jiwa.
Semangat untuk mengabarkan injil di antara ratusan ribu orang sebangsanya yang belum
mengenal kristus, desakan islam dan aksi katolik roma kini merupakan masalah yang berat bagi
gereja batak. Di pulau nias sudah terdapat 18.000 orang Kristen sesudah pekerjaan setengah abad
yaitu pada tahun 1915, tetapi pada tahun itu lahirlah suatu gerakan pembangunan rohani yang
sangat mengagumkan dan menggembirakan.

Dijawa timur injil mulai di khotbahkan di antara orang jawa pada pertengahan abad yang lalu
oleh dua orang yang bukan pendeta resmi Coolen seorang eropah peranakan memberitakan injil
kepada orang kampong yang bekerja di dalam kebunnya, yang berlainan dengan coolen
mengajak orang jawa yang bertobat oleh khotbahnya supaya hidup menurut adat eropah. Pendeta
Jellesma mengumpulkan orang Kristen jawa dalam sebuah desa Kristen yang dinamai
Mojowarno. Di kemudian hari malanglah yang menjadi pusat yang kedua dengan rumah sakit
besar sukun dan sekolah pendeta bale Wyata. Gereja jawa timur yang mempunyai 65.000
anggota. Telah berdiri sendiri tahun 1913 semenjak itu pendeta belanda tidak memimpin lagi
melainkan menjadi penasihat dan penolong.

Gereja jawa tengah selatan 25000 jiwa sudah lama di didik untuk memimpin dirinya sendiri.
zending Gereformeerd menyelenggarakan lapangan pekerjaan dengan banyak pekerja yang
cakap. Gereja ini telah bergabung dengan jemaat Kristen dari sending salatiga dijawa tengah
utara, yang beranggota 7000 orang. gereja jawa tengah mengusahakan pemberitaan injil diantara
kaum kolonis jawa di sumatera selatan.

Di pasundan lebih kuat islam menguasai batin rakyat dan masyarakat umum. Masuk Kristen
berarti dibuang keluar dari persekutuan penduduk. Tetapi dengan demikian mereka tak dapat
memberi kesaksian tentang kristus di tengah bangsa. Gereja pasundan sudah mendapat dasar
yang teguh dan berkembang perlahan-lahan 7000 anggota.

Di seluruh jawa, gereja harus berjuang pada dua front melawan pengaruh sekularisasi modern
dan terhadap kuasa islam yang bertambah berani tampil kemuka pada masa yang mutakhir. Yang
terkenal ialah golongan yang mula-mula dipimpin oleh sadrach pada abad yang lalu. Oleh karena
itu gerakan mereka tidak disetujui pemimpin zending. Sekarang pengaruh mereka  sudah hampir
hilang akan tetapi soal yang tetap muskil ialah bagaimana injil harus di jelmakan ke dalam
bentuk jawa tulen.

4.      Perkembangan gereja pada masa kini. Perkembangan gereja diindonesia secara batiniah
dan lahiriah sangat dipercepat oleh perang dunia kedua. Setelah belanda diduduki jerman mei
1940 pimpinan dan sokongan dari pihak itu berhenti dengan tiba-tiba. Pucuk pimpinan zending
amerika memberi tunjangan uang besar kepada segala “lapangan sending piatu”. Dan segenap
jemaat protestan di Indonesia turut menyumbangkan dermanya untuk membantu saudara yang
dalam kesusahan. Bantuan itu berakhir dengan timbul perang pasifik sejak tahun 1942. Gereja
Kristen menderita banyak sengsara karena agama islam dihormati.

Salah satu keuntungan yang didatangkan oleh masa perang ialah bahwa gereja terpaksa belajar
mengurus dirinya sendiri. tentu saja sudah perang proses ini berlangsung terus gereja yang sudah
mempunyai sinode sendiri belum perang. Kini memilih pendeta Indonesia untuk semua pangkat
yang terdiri di dalam badan gereja. Pekerja asing itu sekarang hanya diutus diatas undangan
gereja di Indonesia dan mereka bekerja di mana dan selama dikehendaki oleh jemaat Indonesia
sendiri. biasanya dalam tugas istimew hampir segala gereja yang belum berdaulat dengan resmi
sebelum perang berturut berdiri sendiri juga sumba 1946 timur sangir dan poso 1947 Halmahera
1949 dan bolaang Mongondow 1950.

Latihan pendeta secara seksama memang merupakan kebutuhan yang paling penting bagi
pembinaan gereja muda.sekolah theologia tinggi yang dibuka di Jakarta mula-mula beberapa
tahun di bogor sebelum perang terutama atas inisiatif dan ikhtiar Dr, H. Kraemer besar artinya
sebagai latihan untuk bakal pemimpin gereja. Sekolah ini yang  sejak tahun 1954 berderat
sekolah tinggi theologia. Dan fakultas theology dari universitas nommensen di pematang siantar
menyelenggarakan pendidikan theologia atas taraf universiter. Pengajaran theology di sekolah
pendeta yang lain diperluas dan diperbaiki sesudah perang umpamanya di sipolohan batak kini di
pematang siantar Yogyakarta. Malang bale wyata, Banjarmasin, ambon, tomohon. Untuk gereja
di seluruh bagian timur Indonesia didirikan sekolah theologia di makasar.

Cita-cita kesatuansangat kuat di antara gereja di indonesiateristimewa pada zaman yang akhir ini.
semenjak permulaan abad ini memang sudah terdapat kantor perwakilan sending dijakarta yang
dibentuk dengan pertolongan lembaga alkitab belanda dan dibawah urusan dewan pekabaran injil
belanda sejak tahun 1946. Jasa biro konsul zending itu sungguh besar karena membantu gereja
dalam segala hal ihwal, terutama dengan mewakili dihadapan pemerintah.

Boleh kita simpulkan bahwa Indonesia adalah suatu daerah pekabaran injil yang diberkati Tuhan
dengan hasil yang indah dan besar atas penaburan bibit firman Tuhan. jumlah orang Kristen
prostestan sudah 13 juta lebih akan tetapi jangan kita lupa di tengah 150 juta penduduk. Jadi
tugas sending gereja muda dibenua ini masih amat luas dan berat. Bukan saja sisa kaum kafir
yang tidak beberapa banyak yang perlu mendengar kabar kesukaaan tetapi juga kaum muslimim
yang besar, yang merupakan benteng agama yang sukar rakyat jelata. Yang harus ditaklukan
untuk kristus tetapi jugadan terutama para pemimpin masyarakat, kaum cendekiawan, golongan
atas tengah.

Pelaksanaan tugas raksasa selayaknya jangan hanya dijalankan dengan perkataan saja, tetapi juga
dengan perbuatan. Segala usaha pekabaran injil yang sudah mulai pada masa dulu hendaknya
dilanjutkan bahwa harus ditambah. Penterjemahan Alkitab kedalam bahasa daerah oleh ahli
lembaga bahasa alkitab yang sudah menjadi suatu berkat rohani yang tak terkatakan besar. Harus
terus diusahakan dengan rajin perawatan orang sakit tetap menjadi suatu jalan yang indah untuk
menyatakan belas kasihan dan pertolongan tuhan Yesus terhadap semua yang cacat tubuhnya.
Pengajaran dan pendidikan orang Kristen sekali tak boleh diabaikan oleh gereja. Gereja Kristen
tentulah dapat mengusahakan lembaga sendiri untuk melayani rakyat dan untuk menjadi
kesaksian tentang Yesus Kristus dan tanda kerajaan Allah yang datang (misalnya Universitas
Kristen Indonesia di Jakarta, Universitas Nommensen di sumatera utara dan Universitas Satya
wancana di salatiga). Tanggung jawab dan tugas gereja terhadap kekurangan dan kebutahan
sosial dalam masyarakat, adalah perkara yang penting saja suatu usaha yang baru, ialah
rancangan pertolongan bagi penduduk kampong yang perlu dibantu dalamperdagangannya untuk
memperbaikin perekonomiannya dan mempertinngi derajat hidupnya disegala lapangan. Dengan
segala jalan dan daya upah ini gereja  Yesus kristus mau bergumul untuk merebut jiwa raga
bangsa Indonesia dari cengkeraman kegelapan rohani dan jasmani supaya dalam keselamatan
yang satu-satunya dapat dikenali dan ditempuh oleh segenap rakyat.

BAB 55

GEREJA KATOLIK ROMA PADA ABAD KE-XIX

1. Perjuangan Politik. Abad ke-XIX menjadi zaman perjuangan lahiriah dan batiniah bagi Gereja
Katolik Roma dan hampir selalu ia yang menang. Dalam abad sebelum itu, Gereja rubuh,
diperkosa, diduniawikan; rupanya tidak dapat bagun lagi. Tetapi dalam waktu beberapa puluh
tahun saja keadaanya sudah berubah sama sekali. Sejatuh Napolen, tibalah masa restaurasi;
semua orang mengunjungi kembali kuasa dan tradisi dari abad-abad yang terdahulu.

            Suasana yang baik itu terus dipergunakan oleh Paus Pius VII untuk merebut beberapa
keuntungan politik. Pada tahun 1814 ia mendirikan dan mensahkan kembali ordo Yesuit.
Perbuatan itu adalah bukti yang nyata, bahwa Gereja Roma mau meneruskan jalan yang diirintis
oleh trente, menuju kepada pemerintahan mutlak Paus.
Terjadi pemberontakan yang hebat seperti di Prusia yang Protestan itu dalam pertikaian Gereja
Koln. Tatkala negara menuntut supaya dalam nikah campuran anak –anak harus ikut
kepercayaan bapa, maka khatolik menolak peraturan itu.

            Berkat revolusi riberal dari tahun 1848, Gereja Katolik Roma dapat melepaskan diri dari
berbagai rintangan yang tertalian dengan perwalian negara dalam masa sebelum tahun itu.
Walaupun demikian, paus Pius IX yang amat kuat dan aktif, sangat berpolitik anti liberal, karena
pengalamnya yang kurang menyenangkan dalam Negara Gereja.

            Disana tetap terdapat kebencian yang keras terhadap sikap reaksioner Gereja K.R. ordo
Yesuit sudah dibubarkan (1800), semua pengaruh gereja disingkirkan dari pengajaran, dan
akhirnya pada tahun 1905 segala milik gereja dinyatakan menjadi kepunyaan negara, milik-milik
itu hanya dipinjamkan oleh negara kepada perhimpunan-perhimpunan agama.

2. Perjuangan Rohani. Pada umumnya Gereja Katolik Roma dapat mempertahankan dirinya


ditengah-tengah tofan politik abad ke-XIX, seperti yang kita lihat tadi. Tetapi gerakan-gerakan
rohani abad itupun mengetuk pintunya, supaya dibuka.

            Guru besar Hermes di Bonn di Jerman Barat mau membangun ilmu theologi di atas dasar
filsafat Kant akan tetapi segera Hermesianisme itu ditolak dengan keras oleh pemimpin-
pemimpin Gereja. Yang pandangan bahwa Reformasi adalah perintis zaman moderen, bahkan
sejiwa dan setujuan dengan anggapan-anggapan moderen itu. Demikian materialisme dan
kebebasan kata hati.

            Sungguhpun demikian dalam waktu yang berikutnya banyak orang cenderiawan K.R.
tidak tahan lagi melihat sikap keras Gereja terhadap kebudayaan moderen. Dari keberatan
muncullah gerakan Modernisme, yang cita-citanya sejajar dengan modernisme dalam gereja-
gereja Protestan. Dari segala uraian yang diatas itu nyatalah bahwa gereja Roma sangat kurang
dipengaruhi oleh roh zaman, dibanding dengan Gereja Protestan.

3. Perkembangan batiniah. Perjuangannya dilapangan politik dan rohani tidak menjadi halangan


bagi Gereja Katolik Roma untuk mengembangakan lagi ajarannya pada abad ke-XIX, dan untuk
maju terus dijalan yang ditempuhnya sejak Trente. Memproklamasikan dalam suatu bulla dogma
“Maria dikandung tanpa noda dosa”. Bahwa Maria hidup dengan tidak berdosa, itulah hal yang
sudah lama dipercayai umat K.R. tetapi ahli-ahli theologia belum setuju, apakah Maria lahir juga
dengan bebas dari dosa turunan. Konsili terpaksa memutuskan pekerjaannya sebelum masanya,
berhubung dengan pendudukan Roma oleh tentara Italia. Diseluruh Eropa yang cerah itu
berkobarlah suatu tofan amarah karena dogma inim : paus tak mungkin bersalah akan tetapi
kebanyakan uskup yang mula-mula melawan lekas takhluk. Hanya sekelompok kecil dari klerus
dan anggota jemaat yang cendekiawan di Jerman, tetap menolak keputusan konsili Vatikan.

            Pada abad ke-XIX gereja Katolik Roma meneruskan dengan konsewensi jalan yang telah
dipilihnya di Trente. Hal itu sungguh menyedihkan dan mengejutkan. Kehidupan dan kegiatan
baru yang diperlihatkannya dalam abad itu, tidak membawa kembali kepada Alkitab saja dan
ramatnya. 
BAB 56

SEKTA-SEKTA/BIDAT-BIDAT

1. WUJUD SEKTA

Buku ini mau menguraikan sejarah gereja dan bukan sejarah sekta-sekta, akan tetapi oleh karena
gereja sering dipengaruhi oleh sekta-sekta itu, maka perlu kita membahas dengan pendek gejala
sekta itu. apalagi, dalam perkembangan gereja sudah banyak kita bertemu dengan bermacam-
macam sekta, seperti montanis, donatis, albigens, anabaptis, dan sebagainya.

Wujud sekta atau bidat lebih gampang kita merasakannya dari pada merumuskannya. Bagi
banyak anggota gereja nama sekta itu bercorak  hina saja, tetapi pada hakekatnya, jika ditinjau
dari sudut historis, tak boleh demikian. Sekta-sekta ialah semua persekutuan kristen (yang kecil),
yang dengan sengaja memisahkan dirinya dari gereja-gereja (yang besar), oleh sebab pada
pendapatnya gereja-gereja sudah mengabaikan beberapa pokok yang penting dari kepercayaan
kristen. Pokok-pokok pengakuan itu dijunjung oleh sekta-sekta, sehingga mereka menganggap
dirinya suatu pernyataan yang lebih murni dan sempurna dari jemaat kristen dibumi ini.
Akibatnya ialah bahwa unsur-unsur iman kristen tadi sangat ditekankan mereka secara berat-
sebelah, misalnya: hal pertobatan dan pengudusan hidup;karunia-karunia berkata-kata dengan
bahasa roh; penantian akan datangnya kembali Tuhan; keasinga gereja di tengah-tengah kuasa-
kuasa dunia ini, dan sebagainnya. Memang dalam segala hal ini gereja-gereja sering alpa dan
berkekurangan. Namun sekta-sekta itu sendiri juga banyak sedikitnya telah melepaskan
keseluruhan kesaksian Alkitab, sehingga theologianya dan praktek kesalahannya biasanya
membengkokkan kebenaran injil.

Meskipun sudah ada sekta sejak permulaan sejarah-sejarah gereja, namun barulah pada abad ke-
XIX sekta-sekta mulai timbul dimana-mana, teristimewa di inggris dan amerika. Pada abad ke-
XIX, asa toleransi dijunjung oleh hampir semua negeri Eropah, sehingga abad ini menjadi zaman
kejayaan sekta-sekta.

2. ORANG ADVENTIS
Penantian akan datang datang kembali (“advent”) Tuhan Yesus kristus dengan segera, yang
diutamakan oleh banyak sekta, membawa william miller di Amerika kepada perhitungan yang
teliti tentang saat berlakunya peristiwa yang hebat itu, meskipun Yesus sendiri telah mengatakan
bahwa tidak ada seorang yang mengetahui hari dan ketika itu. menurut miller, kristus mau datang
kembali antara 21 Maret 1843 dan 21 Maret 1844. Salah satu golongan Adventis yang paling
penting, ialah “Adventis hari ketujuh” (seventh day adventists”; ing.) atau “sabbatis”, yang
menganggap bahwa dosa besar gereja ialah membuat hari minggu/hari pertama menjadi hari
istirahat sebagai ganti hari sabat. Lain sifat istimewa sekta adventis ialah: mereka percaya bahwa
sesudah mati, tubuh dan jiwa manusia tidur sampai kepada hari kebangkitan, sesudah mati, tubuh
dan jiwa manusia tidur sampai kepada hari kebangkitan, bahwa kristus telah membangun
kerajaan seribu tahun didalam surga sebelum hari kiamat yang akhir dan bahwa semua orang
yang tak percaya akan ditiadakan.

3. SAKSI-SAKSI YEHOWA

“saksi-saksi yehowa” atau “penyelidik-penyelidik Alkitab yang sungguh”, yang didirikan oleh
Chharles Russel (1916) dan kemudian dipimpin oleh Rutherford (1942) dan knorr. Mereka telah
menantikan kedatangan kristus pada tahun 1914, sehingga pecahlah perang dunia pertama
dihubungkannya dengan Wah. 12:7-12; kesimpulan mereka ialah pada saat itu kristus telah naik
takhanya disurga. Negara dianggap mereka selaku alat setan dan gereja-gereja sebagai kaki
tangganya. Penghayatan dosa dan rahmat telah menghilang dibelakang kesadaran pemangilan
mereka untuk berjuang bagi hormat Yehowa. Gerakan ini merupakan suatu protes yang kuat,
walaupun primitif dan legalistis, terhadap meranana harapan dan merajalelanya roh dunia dalam
gereja-gereja besar.

4. GERAKAN PENTAKOSTA.

Golongan-golongan pentakosta menitikberatkan soal bernubuat, berbahasa roh, menyembuhkan


orang sakit, dan sebagainya. Ekstase dan kegembiraan menjadi ciri-ciri mereka. Gerakan
pentakosta dizaman modern mulai muncul di Amerika (california), kemudian berpengaruh di
Eropah (khusus dijerman), dan sekarang digemari juga oleh banyak orang kristen dalam “gereja-
gereja muda”, yang gampang terpengaruh oleh metode-metode dan suasana kebaktian gerakan-
gerakan pentakosta.
5. GERAKAN DAN SEKTA

Sungguh menggembirakan, bahwa gereja dimasa ini sudah mau membuka telinganya bahwa
seruan roh kudus, yang disampaikan kepadanya melalui sekta-sekta itu. beberapa gereja mulai
memberi kelapangan kepada penyembuhan melalui doa dan iman. Gereja mencari hubungan
dengan golongan-golongan masyarakat yang sudah membelakanginya, misalnya ordo-ordo
protestan, yang mau mewujudkan cita-cita sekta didalam lingkungan gereja sendiri dengan cara-
cara yang dapat dipertanggungjawabkan, misalnya dijerman (Evangelische
Michaelisbruderschaft), skotlandia (ionacommunity), perancis (biara protestan di taize) dan swia
(biara wanita protestan di granchamps).

BAB 57

GEREJA SEJAK TAHUN 1918

1. Keadaan politik

Sehabis perang dunia pertama (1914-1918), mula-mula timbullah semangat optimisme dan
idialisme, yang sebenarnya adalah lanjutan semangat abad ke-XIX. Demokrasi dan sosialisme
dijunjung tinggi; orang berharap bahwa sekarang dunia menuju kepada zaman keadilan,
kemakmuran dan damai. Mudah-mudahan segala negeri mau membuang senjatanya bdan takluk
kepada perserikatan bangsa-bangsa.

Demokrasi dan sosialisme sekarang ini juga berkuasa dinegeri-negeri yang menurut sejarah dan
tabiatnya kurang bersedia untuk memakainya: jerman, Australia dan Rusia. diJerman kerajaan
mengakibatkan suatu perkara yang baik, yakni kebebasan gereja sama sekali dari negara. Kira-
kira pada tahun 1930, keadaan krisis dan meleset berkembang seluruh Eropah dan lebih luas lagi.
Italia yang mula-mula melaksanakan pandangan ini. Sudah sejak tahun 1922 tatanegara
demokrasi diganti dengan bentuk negara “fasis”. Dan dijerman, yang paling menderita oelh
karena kemelaratan asas “pemimpinnya” dan tatanegara totaliter (sejak tahun 1933) sebagai
suatu pembebasan yang besar. Tetapi juga dinilai-nilai negeri mala-kelamaan semangat
nasionalisme menang  atas cita-cita demokratis. Semangat itu bertambah kuat lagi di eropah oleh
karena peran dunia yang kedua pada umumnya dan pendudukan musuh pada khususnya. Di Asia
dan di Afrika tak kurang juga meningkatkannya semangat kebangsaan itu disebabkan perjuangan
memerdekakan diri dari Eropah.

2. keadaan rohani

Sebelum perang dunia pertama, ilmu pengetahuan sudah mulai melepaskan pandangan hidupnya
dan naturalisme dan materialistis. Agaknya ilmu dan iman dapat diperdamaikan juga. Dimana-
mana orang menjunjung kerohanian kembali. Tetapi perubahan itu tidak bearti bahwa dunia
barat kembali kepada Firman Tuhan. Lapisan bawah masyarakat semakin hari semakin
mengasingkan diri dari gereja, disebabkan propaganda sosialis.banyak orang mengangap bahwa
gereja turut menyebabkan timbulnya krisis ekonomi dan keruntuhan peradapan barat. Sebab itu
orang semakin banyak membelakangi gereja.

Pada masa idealisme baru itu, tak lama kemudian pada masa pessimisme dan putusan asa baru,
hasil besar bagi agama tidak dipungut oleh gereja, melainkan oleh pelbagai aliran rohani yang
tidak bertumpu kepada injil. Sejak tahun 1700, kebudayaan eropah telah melepaskan dirinya dari
kuasa firman Allah, lalu mendasarkan kepercayaan kepada dunia, kepada manusia dan akalnya,
kepada roh dan zat benda, dan sebagainya denganrupa-rupa jalan. Sekarang kebudayaan barat itu
sedang kehilangan kepercayaan kepada kekuataan dirinya sendiri. Akan tetapi manusia tidak
kembali dari dunia kepada Tuhan, melainkan tetap mendewakan dunia saja.

Mula-mula aliran rohani ini menggemari pantheisme-mistik, agama-agama ketimuran, ajaran


thesofis, dan sebagainya. Diantara kaum sosialis banyak yang berpaling dari materialisme. Karl
Marx kepada suatu sosialisme keagamaan. Makin rubah beragamaan barat makin orang mencari
bantuan rohani kepada kuasa yang mengatakan orang-orang. Bahwa pada sejak tahun 1930
nasionalisme menjadi bentuk yang terpenting dari cita-cita agama yang baru itu. berjuta-juta
orang mulai memuja bangsa, rakyat dan negara.

3. gereja dan semangat zaman

Cita-cita terhadap kekuasaan, persekutuan, perkara-perkara yang mengatasi akal, dan hadis,
kedengaran dalam gereja. Tetapi gereja sekarang tidak hendak menyesuaikan beritanya lagi
kepada semangat dunia, seperti yang pernah dilakukannya dikedua abad yang lalu. Itulah yang
menyebabkan gereja mendengarkan lagi dengan hormat dan perhatian dengan sungguh-sungguh
kepada penganjur-penganjur seperti luther dan calvin, yang sudah lamadikesampingkan selaku
orang kolot. Umumnya boleh dikatakan bahwa zaman sesudah tahun1918 mengakibatkan
pertobatan untuk gereja. Pertobatan pertama berlaku dilapangan kehidupan gereja yang lain.
Didalam dunia abad ke-XIX, yang sadar dan bangsa atas kesanggupannya sendiri, gereja merasa
malu dan ragu-ragu; tetapi kini, diwaktu dunia sedang tak keruan dan bingung, gereja mendapat
kembali kebenarannya.

Sudah barang tentu bahwa jika theologia abad ke-XIX undur dengan perlahan-lahan saja dan
sampai kini belum mati. Tetapi umumnya boleh dikatakan bahwa gereja kembali kepada sumber
Alkitab yang hidup dibidang oleh pembaru-pembaru gereja yang besar. Persintuhan demikian
berlaku dijerman, karena disanalah golongan yang menyebut dirinya “kristen jerman” mencita-
citakan suatu kekrestenan yang sesuai dengan sifat bangsa jerman. Untuk itu mereka mau
membuang segala hal dalam injil, yang tidak cocok dengan tabiat jerman itu.

4. gerakan katolik roma

Pada masa perang tahun 1914-1918 gereja K.R. dan terutama paus mengusahakan banyak
amalan guna orang tawanan, orang luka dan kurban perang lainnya. Oleh sebab itu paus
benedictus XV (1914-1922) dihormati umum, tetapi ia tidak berhasil memegang perana penting
dalam komperensi perdamaian sehabis perang. Dibawah pemerintahannya dibaharui hukum
gereja katolik Roma. Pada tahun 1918 mulailah dijalankan kitab hukum gereja yang baru, yang
memang mempunyai kuasa ilahi bagi umat K.R. didalam relasinya gereja dan negara dirumuskan
dengan hati-hati benar.

Pengganti Benedictus ialah pius XI (1922-1939), seorang diplomat dan sarjana. Ia meneguhkan
kedudukan gereja dengan mengadakan konkordat (persesuaian, persetujuan) dengan banyak
pemerintahan. Dengan konkordat lateran pada tahun 1929, kuasa duniawi paus didirikan kembali
sebagai negara-negara “kota vatikan” dan dengan mengaku gereja katolik Roma selaku gereja-
gereja Italia.  Pius XI juga terkenal oleh karena banyaknya enksiklik-enksiklik yang
diumumkannya untuk memimpin kawanan dombanya: pada tahun 1928 ia menolak debat
oikuminis dengan gereja-gereja lain: pada tahun 1929 pendidikan oleh negara ditolaknya karena
menyinggung hak ilahi gereja dan hak kodrati (alamiah) rumah tangga terhadap pendidikan
anak-anak; pada tahun 1930 paus menasehati umatnya terhadap aggapan-anggapan moderen
mengenai pernikahan, dan pada tahun 1931 pius XI memaklumkan ensikliknya “ouadragesimo
Anno” (dalam tahun keempat puluh).
Eugenio pacelli menjadi paus pius XII (1939-1958). Amat penting keputusannya pada tahun
1945 untuk mengisi lowongan-lowongan golongan kardinal, dengan melantik teristimewa bukan
orang yang hukan italia untuk jabatan yang tinggi itu, sehingga pengaruh besar italia didalam
pemerintah gereja banyak surut. Paus joannes XXIII telah memanggil suatu “konsili oikumenis”
yang baru, supaya bersidang pada tahun 1962. Dengan ini mulailah muncul suatu pembaharuan
yang besar berkenaan dengan hidup iman dan panggilan gereja untuk memberitakan injil dalam
dunia medern.

5. Rusia

Revolusi Bolsyewik dirusia pada tahun 1917 mengakibatkan terbentukntya suatu negara bagian
komunis menurut rancangan Marx, jadi atas dasar materialis srtheis. Agama diterangkan sebagai
candu bagi rakyat dan gereja sebagai suatu kuasa kontra-revolusioner. Kebencian yang hangat
dari penguasa-penguasa baru terhadap gereja rusia ortodoks ada juga sebab dan dasarnya. Selaku
gereja negara dahulu, gereja selalu menjadi kaki tangan dan lembaga propaganda dari pada
pemerintahan lalim tsar-tsar.

Pada tahun 1918 dilaksanakan perpisahan gereja dan negara dan penyitaan segala milik gereja.
Semenjak itu pengaruh gereja direbut satu-persatu, sampai akhirnya propaganda agama apa saja
dilarang pada tahun 1930. Sejak tahun 1942 ketegangan antara negara dan umat kristen sudah
banyak kendur. Pada tahun itu tentara-tentara jerman telah maju sampai kedaerah pendalaman
rusia. Orang berduyun-duyun masuk gedung-gedung gereja untuk berdoa dan membaca misa
guna orang mati. Pemerintah sovyet terpaksa membiarkan saja perkobaran baru api agama yang
memang tidak padam jiwa manusia. beberapa tanda bahwa gereja rela menyediakan dirintya
dipergunakan untuk maksud itu, tak kurang dari zaman tsar-tsar.

6. gereja oikumenis

Dalam sejarah yang panjang, gereja yang esa sudah terpecah belah menjadi banyak-banyak
gereja. Sering kali orang kristen merasa dirinya terpaksa bercerai, oleh karena mereka tidak
setuju lagi tentang kebenaran Tuhan yang dinyatakan dalam injil. Usaha untuk merapatkan
kembali bagian-bagian gereja sedunia dimuali oleh perserikatan-perserikatan pemuka kristen
internasional dan oleh pekabaran injil sedunia, dibawah pimpinan John Mott seorang amerika
yang menjadi menganjur dan pahlawan besar untuk sending dan evangelisasi diseluruh dunia
(1955). Sejak tahun 1910 sudah terdapat gerekan lain lagi, yang tidak hendak mencapai kerja
sama gereja-gereja dilapangan praktek, melainkan kemajuan kesatuannya didalam iman dan
tatagereja. Gerakan ini timbul karena diantara orang Anglikan diamerika.

Pada tahun 1939 diadakanlah suatu konperensi sedunia untuk kaum pemuda kristen di
amsterdam (1600 hadirin), dimana pimpinan-pimpinan gerakan pemuda dari banyak negeri
mendapat kesempatan untuk saling mengenal dan untuk mempelajari hasil-hasil konperensi-
konperensi di oxford dan edinburg. Kemudian diadakan lagi konperensi pemuda-pemuda seperti
itu di oslo dan di travankore.

Kemudian dari tahun 1948 mulailah babak baru dalam usaha oikumenis; terjadilah konsolidasi
dari apa yang sudah tercapai. Komperensi mengenai “iman dan tatagereja” di lund pada tahun
1952 mengakhiri suatu masa penyelidikan tentang soal bagaimanakah gereja-gereja dapat
melangkah bersama-sama kearah pean baru.

7. pembaharuan theologia

Ahli filsafat agama jerman rudolph otto menerbitkan sebuah kitab pada tahun 1917, yang
beralamat “yang kudus”. Dalam kitab ini ia mengemukakan bahwa agama bukanlah suatu
gerakan jiwa yang besar dalam manusia sendiri, sebagaimana anggapan umum sejak
schleiermacher. Dalam kitab itu ia masih kuat dipengaruhi oleh luther dan kierkegaard. Dengan
rendah hati ia memaklumkan bahwa karangannya itu tak lain dari suatu “keterangan dipinggir”
saja, tetapi pada hakekatnya kitabnya merupakan suatu serangan yang hebat terhadap usaha
theologia abad ke-XIX untuk meyesuaikan Firman Allah kepada manusia.

Sesudah tahun 1960, muncullah dieropah dibidang theologia suatu generasi yang lebih muda,
yang padanya umumnya tidak lagi tertarik kepda cara berpikir sistematis orang-orang besar dari
dasawarsa yang lampau. Juga negeri belanda mengalami segala pengaruh ini. Kedua theologia
asli belanda pada masa ini tentulah o. Noordmans (1956) dan A.A van ruler (1970) van ruler
menolak cara berpikir kristosentris dari barth dan lebih menekankan fungsi tersendiri roh
disamping kristus, dan didalam fungsi ini khususnya aspek-aspek politik; jadi dengan itu ia
memperbaharui cara berfikir theokratis hoedemaker.\

8. gerakan-gerakan dibidang gereja dan theologia


Lagi seorang sarjana theologia yang berpengaruh sekarang, ialah reinhold nicbuhr lahir pada
tahun 1892, yang mengajar di union theological seminary di new york dan yang menjadi
pimpinan bagi banyak orang, yang menginginkan suatu pembaharuan hidup rohani atas dasar
Alkitab selaku pengganti optimisme yang dangkal buat kemajuan peradapan manusia. dibelanda
masih tampak perbedaan yang mendalam antara golongan-golongan ortodoks dan liberal didalam
gereja. Dalam abad ini, karena pengaruh dua orang guru besar di leiden, yakni roessingh (1926)
dan heering (1955), sudah terbit aliran “liberal-kanan”, yang jatuh lebih mementingkan
kenyataan-kenyataan dosa, rahmat, penebusan, dan dengan demikian juga oknum kristus, dari
pada modernisme abad ke-XIX. Rasanya seakan-akan pada masa depan akan bertumbuh suatu
persetujuan yang lebar dan dalam mengenai pokok-pokok asasi iman kristen; usaha theologia
dari D.G.D. menajdi suatu pernyataan dan suatu dorongan yang kuat terhadap perkembangan ini.

BAB 58

GEREJA SEDUNIA ZAMAN INI

1. Konperensi-konperensi Sending Internasional

Tiga konperensi Sending sedunia yang besar, yang diadakan di abad ini. Ketiganya itu diketuai
oleh penganjur gerakan oikumenis dan Sending yang mulia, Dr. John Mott, selaku ketua Dewan
Pekabaran Injil Internasional (I. M. C. Internasional Missionary Council). Jasanyab untuk
organisasi, pergabungan, dan kemajuan pekerjaan Sending adalah luar biasa besarnya.

Pertama diadakan di Edinburg pada tahun 1910. Konperensi ini merundingkan bersama-sama


segala hal-ihwal mengenai Sending  yang diusahakan oleh Eropah dan Amerika, dan untuk
memperkenalkan segala badan dan Gereja yang melakukan Sending satu sama lain. Hasil
konperensi ini ialah daerah dan pekerjaan Sending sedunia dapat dibagikan lebih baik. Dari 1200
hadirin hanya beberapa saja yang bukan berasaldari Eropah atau Amerika.
Kedua, diadakan diatas bukit Zaitun, Yerusalem pada tahun 1928. Disini berkumpul 250 utusan,
diantara 50 lebih utusan asli dari daerah-daerah Sending sendiri. mereka mewakili Gereja-Gereja
yang didirikan di daerah Sending itu. di Yerusalem istilah “Gereja-gereja muda” mulai
dipergunakan. Relasi Sending menjadi relasi antara Gereja tua-Gereja muda.         

Ketiga, konperensi Sending sedunia ketiga diadakan di Tambaram, Madras, India. Disitu


berhimpun 182 wakil-wakil dari Gereja-Gereja pengutusan dan 189 wakil Gereja-Gereja muda.
Muktamar melepaskan perbedaan lama antara daerah-daerah Gereja dan daerah-daerah Sending.

Keempat, Sending yang keempat ini diadakan di whitby, Canada pada tahun 1947, selama
perang dunia kedua banyak Gereja muda mengalami penindasan dan penganiayaan; justru
itu  karena gereja-gereja itu sudah lebih menyadari tugas bersaksi mereka sndiri.

Kelima, konperensi kelima ini terjadi di Willingen, Jerman pada tahun 1952. Negara-negara baru
di Asia mengakui kebebasan beragama, tetapi oleh karena disebabkan nasionalismenya . Sending
sedunia mendapat pukulan hebat, tatkala semua utusan luar negeri dipaksa meninggalkan
kelompok.

Keenam, yang keenam ini dilakukan di Ghana, Afrika Barat (permulaan 1958, keputusan yang
penting ialah 1. Dibentuk dana Pendidikan Theologia untuk memajukan pelajaran theologia di
Asia, Afrika dan Amerika-Selatan;  2. Secara asasi sudah disetujui untuk menyediakan peleburan
Dewa Gereja-gereja sedunia dan Dewan Sending Internasional; 3. Untuk cabang Asia Timur
diangkat tiga orang panitera.

Sending sedunia ini terlibat dalam peralihan kepada suatu babak baru, diantaranya: 1. Gereja-
gereja Barat dan Timur bekerja sama untuk memenuhi pesan sending yang dipercayakan
kepadanya; 2. Supremasi (kuasa) barat atas dunia yang bukan barat sudah berakhir di Asia dan
Afrika; 3. Suatu pertemuan sejati antara agama Kristen dengan agama-agama besar lainnya tidak
dapat dihindari lagi.

2. Timur-Jauh
Timur- jauh ini adalah semua negeri Asia dari India hingga Tiongkon dan Jepang. Dibenua itu
terdapat kebudayaan tinggi dari zaman purbakala, disertai dan dipikul oleh agama-agama yang
mulia seperti Hindu di India, agama Konfutse di Tiongkok, agama Shinto di Jepang, dan agama
Buddha diseluruh Asia-Timur. Terhadap segala kebudayaan agama yang mendalam itu boleh
dikutip perkataan Paulus, bahwa mereka “Menyembah makhluk dengan melupakan penciptanya”
(Roma 1:25). Peradaban dunia mulai meresap, diantara bangsa-bangsa ketimuran itu bangkitlah
perasaan kesadaran diri. Pertemuannya dengan dunia barat yang berbeda itu membangun kasih
baru terhadap tanah air dan milik rohaninya sendiri.

            Sikap baru terhadap barat itu memang medatangkan kesusahan bagi Gereja Kristen
dibenua-benua timur. Kekristenan di curigai karena dari barat. Sekarang Sending dan Gereja-
Gereja muda wajib membuktikan, bahwa Alkitab dan Gereja adalah hal-hal yang supranasional,
yaitu mengatasi perbedaan bangsa-bangsa. Mereka seboleh-bolehnya berusaha untuk
menjauhkan diri dari asalnya yang terdapat di barat supaya dunia timur yakin bahwa
kepercayaan Kristen sekali-kali tidak perkara berat saja. Pemakaian nama Kristen di negeri
Timur-Jauh lebih besar artinya dibandingkan dengan Eropah; dan ditimur pengaruh Gereja jauh
lebih luas daripada golongan pengaku-pengaku sejati.

3. Timur-Dekat

Nama ini dipakai untuk negeri-negeri dari Iran (Persia) sampai Mesir, daerah-daerah ini
merupakan suatu kesatuan rohani, Afrika-Utara pun termasuk kesitu. Disini kita berada dalam
suasana yang berlainan sekali dengan Timur-Jauh, oleh karena Islamlah yang berkuasa disini.
Sulit sekali memberitakan Injil di negeri-negeri ini karena telah terpengaruh agama islam yang
adalah agama politik yang menciptakan negara-agama. Mereka memusuhi agama Kristen dengan
fanatic.

Disini golongan Muslim yang meliputi hampir semua penduduk, didaerah ini masih tersisa
Gereja-gereja Armenia, Persia, Siria dan Mesir. Berabad-abad Gereja-gereja itu  hidup terasing
yang pada mulanya perrpisahan Nestorian dan oleh Monophysit dan kemudian hari oleh
kemenangan-kemenangan Islam.
Pada zaman baru, pertama-tama Injil dibawa ke Iran oleh Henry Martyn, ia menyelesaikan
terjemahan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Persia sebelum ia mati pada usia muda. Pada tahun-
tahun akhir ini semangat kebangsaan telah mengahalaukan system pemerintahan Islam yang
theokratis dari dalam kehidupan politik dan masyarakat. Pemerintah tidak bersikap antipat
terhadap Gereja Kristen; agama Kristen tidak dipandang anti-nasional. Kini disitu terdapat
sebuah Gereja Injil yang anggotanya terutama terdiri dari orang-orang yang bertobatb dari agam
Islam. Gereja ini semakin berkembang mencapai 6.500 jiwa, berbeda dengan Timur-Dekat
lainnya dan sudah mencapai persatuan yang menggirangkan.

4. Hari depan Gereja.

Sejarah Gereja Yesus Kristus telah ditinjau secara garis besar sejak hari tercurahnya Roh Kudus
sampai sekarang ini. Tetapi pada hakekatnya yang kita ketahui ialah bahwa pekerjaan pekabaran
Injil sedunia sebenarnya baru dimulai, masih banyak daerah yang belum mendengarkan Injil.
Baiklah kira berusaha dan menyerahkan kepada Kristus sendiri  untuk memutuskan selesainya
tugas itu. diseluruh dunia ini semangat kebangsaan bertambah kuat, dan semangat itu jarang
sekali menyukai agama Kristen. Bagi mereka Injil adalah suatu kebodohan. Pemberita Injil harus
memberitakan Injil yang kekal itu didalam bentuk-bentuk bahasanya  dan bangsanya sendiri.
itulah syarat mutlak bagi Gereja yang mau menjadi saksi Kristus ditengah-tengah bangsanya.
Tetapi ada lagi  tuntutan yang penting yakni menyaksikan dalam persekutuan dengan Seluruh
Gereja disegenap muka bumi, bahwa hanya ada satu Tuhan dan tidak ada Tuhan lain.

Anda mungkin juga menyukai