Anda di halaman 1dari 163

Sejarah Gereja- H. Berkhof & I.H.

Enklaar

BAB 1

DUNIA HELLENIS PADA AWAL SEJARAH GEREJA

1.      KEADAANNYA SECARA LAHIRIAH

Dunia tempat Gereja mulai timbul ialah kekaisaran Romawi. Luasnya kekaisaran itu dari
selat Gibraltar sampai sungai Efrat dan dari tanah Mesir sampai Inggris. Batasnya di
sebelah utara ialah sungai Rind an Donau, akan tetapi kuasa tentang Romawi dirasai
sampai jauh diluar batas itu. Pusat kekaisaran yang besar itu ialah kota Roma, tempat
kaisar-kaisar bersemayam. Sungguh pun kaisar-kaisar itu nampaknya masih member hak
kepada rakyat untuk turut memerintah Negara itu, seperti ketika Romawi masih suatu
republic (sebelum kaisar sendiri sajalah yang memegang kuasa (Monarkhia mutlak)

Dunia barat tidak pernah mengalami persatuan yang besar itu. Hanya satu bahasa
pergaulan dipakai, yaitu bahasa Yunani, yang pada Zaman itu disebut bahasa Koine,
artinya bahasa umum (bandingkan dengan bahasa Indonesia sekarang). Perjanjian Baru
juga dikarang dalam bahasa Koine itu. Tak ada batas-batas didalam kekaisaran Romawi
itu, yang mungkin merintangi kesatuannya. Dimana-mana terdapat jalan raya yang baik,
yang bukan saja digunakan bagi saudagar-saudagar dan pasukan-pasukan kaisar, tetapi
juga bagi para rasul-rasul dan penginjil-penginjil yang perlu berpergian kemana-mana
untuk mamasyurkan Nama Tuhan.

Perdagangan dan lalu lintas didarat dan dilaut mempererat hubungan antara semua
bagian kerajaan. Ketenteraman dan ketertiban terdapat disemua daerah. Perjalanan-
perjalanan Paulus dan perkembangan Gereja yang pesat itu akan sukar diartikan, jika
tidak mengingat keadaan dunia zaman itu, seperti yang diterangkan tadi.

2.      KEADAAN SECARA BATINIAH

Sudah tentu kesemuanya itu belum bearti suatu kesatuan batiniah. Sekalipun bangsa-
bangsa di daerah-daerah perbatasan takluk kepada Roma secara politik (umpamanya
orang Kopt di Mesir, orang Siria atau Syam, orang Yahudi, dan sebagainya), tetapi
kebudayaan tinggi, yang menguasai hidup Rohani pusat kekaisaran Romawi itu, kurang
mempengaruhi bangsa-bangsa itu. Mereka masih memelihara sifat dan adatnya sendiri.
Sedangkan negeri-negeri sekitar pusat kekaisaran itupun kurang bersatu secara batiniah.
Semangat Romawi dibagian barat berbeda jauh dengan suasana Yunani, dibagian Timur.
Perbedaan itu juga nyata benar dalam sejarah Gereja, hal mana akan sering kita lihat
dalam kitab ini.

Akibat dari perhubungan dan pencampuran bangsa-bangsa pada zaman itu ialah bangsa-
bangsa itu kehilangan ketenteraman jiwa dan adat yang baik. Kesopanan telah sangat
mundur (baca “Surat Paulus kepada jemaat di Roma” 1:18 dyb). Dahulu penduduk hidup
dengan senang sentosa menurut adat istirahat dan agamanya masing-masing, tetapi
keadaan itu kemudian berubah sama sekali. Dewa-dewa kebangsaan rupaya sudah hilang
kuasanya dalam dunia baru yang luas itu. Dasar-dasar Rohani dari kehidupan manusia
terguncang dan tubuh. Tak mengherankan bahwa pada masa peralihan itu orang dengan
bimbang bertanya pada diri sendiri: Apakah yang harus kuperbuat? Apakah yang boleh
kuharapkan supaya selamat didunia ini dan diakhirat? Oleh karena soal-soal yang
demikian, maka minat orang terhadap perkara-perkara Rohani bertambah besar. Tetapi
Agama Yunani dan Romawi yang menjadi agama Negara yang resmi, tak sanggup
memuaskan kebutuhan Rohani kebanyakan orang. Sebagai ganti agama yang kolot itu
mereka asyik mempelajari agama-agama dari bagian timur kekaisaran, yang baru dikenal
sesudah pasukan-pasukan Romawi mengalahkan negeri-negeri disebelah timur Laut
Tengah (sejak tahun 150 s.M)

3.      PENGARUH AGAMA-AGAMA TIMUR

Apakah sebabnya timbul perhatian orang terhadap agama-agama yang baru itu? Oleh
sebab pokok utama agama-agama itu ialah kelepasan yang dijanjikan kepada manusia,
yakni kelepasan dari pada segala kesukaran didunia ini. Kehidupan yang penuh kesusahan
dibumi ini pandang sebagai persediaan saja untuk kehidupan yang sempurna dan baka
diakhirat kelak. Tujuan yang indah dan mulia itu harus dikejar dengan beraskese, yakni
bertarak, menahan diri, mematikan bahwa nafsu daging, dan dengan ambil bagian dalam
bermacam-macam tahbisan dan lain-lain upacara rahasia (“misteri”), yang melukiskan
dan mengusahakan kemenangan hidup atas maut. Tambahan pula agama-agama ini
member kepada manusia suatu ilmu kebajikan yang baru, suatu perasaan keamanan dan
perlindungan yang menghiburkan hati, serta pengharapan yang sungguh akan dibebaskan
kelak dari segala kesulitan dan kesengsaraan yang diderita oleh Tubuh dan jiwa dalam
hidup yang Fana ini.

Dari abad yang pertama sampai abad yang ketiga  berkembanglah ibadat kepada dewa-
dewa asing itu diseluruh kekaisaran. Dewa-dewa itu antara lain: dewi Isis dan dewa Osiris
dinegeri Mesir, Baal di Siria, dewa Mitras di Persia dan dewa Kybele di Asia kecil. Ilmu
nujum (astrologia) dari Babel tak kurang pula diselidiki, dan agama-agama rahasia
(misteri) dari Yunani pun bertambah besar pengaruhnya.

Segala agama ini mengajarkan, bahwa dunia yang fana dan bersifat sementara ini
berdasarkan dan berbataskan suatu yang lain. Oleh berjenis-jenis latihan askese dan oleh
rupa-rupa penabisan rohani yang bertingkat, maka jiwa dapat mengalahkan kefanaan
sehingga akhirnya dipersatukan dengan keadaan ilahi yang baka, yang sebetulnya menjadi
dasar dan maksud hidup manusia. Tiap-tiap agama membawa manusia kepada
keselamatan itu, meskipun jalanya berbeda-beda. Sebab itu mereka tak mau berbantah-
bantah, melainkan harga- menghargai dan bersabar satu sama lain. Tak mengherankan
bahwa dewa-dewa itu disamakan saja, karena dianggap berbagai nama saja dari suatu zat
ilahi yang am saja. Mencampur-adukkan agama-agama ini disebut sinkretisme.

Jenis agama ini dapat juga disebut Pantheisme dan Dualism. Pantheisme ialah
kepercayaan bahwa semua (= pan), yakni alam dan segala isinya, termasuk manusia juga,
bersifat ilahi. Ilah (theos) itu ada didalam segala sesuatu dan tiap-tiap barang atau
makhluk mengandung zat ilahi yang esa itu. Dengan demikian sudah tentu bahwa ilah itu
tidak berpribadi. Menurut Dualisme, dunia ini berbagi atas dua bagian yang
bertentangan, yakni yang nampak dan yang tidak nampak, zat benda dan roh, tubuh dan
jiwa yang lahiriah yang jahat dan yang batiniah yang baik, dan sebagainya. Memang
Dantheisme dan Dualism itu berlawanan sama sekali dengan Alkitab dan ajaran Gereja
Kristen, sungguhpun pandangan-pandangan kafir itu sangat mempengaruhi, bahkan
memerosotkan hidup dan Theologia Gereja sepanjang segala abad.

4.      PENYEMBAHAN KEPADA KAISAR

Ibadat kepada kaisar adalah salah satu peryataan yang sangat penting dari hidup
keagamaan pada permulaan tarikh Masehi. Kebiasaan ini timbul dari pandangan umum
di timur, yakni bahwa kaisar mengandung khasiat yang mengatasi dunia kodrati (alamiah)
ini, bahkan ia berasal dari pada dunia ilahi. Ia dianggap sebagai Anak Ilah Tuhan.
Demikianlah misalnya perasaan orang terhadap Alexander Agung (Iskandar Zulkarnain),
raja Makedonia yang membawa tentaranya sampai di India (325 s.M), sehingga namanya
masyhur di Asia Timur sampai kini. Kaisar-kaisar ilahi itu menjadi lambing keesaan
kekaisarannya yang sangat luas. Mula-mula mereka hanya disembah sesudah mangkat,
tetapi kemudian Negara menuntut korban bagi kaisar yang masih hidup, dari semua
penduduk negeri, sebagai tanda dan bukti bahwa mereka setia kepada kepala Negara dan
orang-orang yang dapat dipercaya dalam politik. Siapa yang tak mau berbakti kepada
kaisar dianggap musuh Negara. Kita dapat mengerti bahwa tentunan Negara ini menjadi
pokok perselisihan yang besar antara pemerintah Romawi dan Gereja Kristen.

5.      ILMU FILSAFAT

Pada waktu Gereja memasuki dunia zaman Hellenisme itu ada juga beberapa golongan
ahli filsafat yang kenamaan, baik di Yunani (lihat Kis 17:18), maupun di Italia dan di lain-
lain negeri. Sungguhpun ajaran mereka kerapkali berlain-lain (umpamanya golongan Stoa
berbeda filsafatnya dengan pengikut-pengikut Epicurus), tetapi pada umumnya tujuannya
sama saja, yakni mereka mau membaharuhi hidup kesusilaan, supaya manusia boleh
mencapai bahagia dan kesenangan batiniah yang di idam-idamkan itu, dengan
mengusahakan kelakuan dan perbuatan yang baik. Yang mengajarkan filsafat moralistis
ini, antara lain ialah: Seneca (guru kaisar Nero), Epictetus dan kaisar Marcus Aurelius
(161-180).

Semenjak abad kedua, filsafat Plato, yang hidup di Yunani 400 tahun sebelum kelahiran
Kristus, asyik juga dipelajari di barat, sehingga pandangan-pandangannya sangat
mempengaruhi hidup Rohani banyak orang yang menaruh minat terhadap soal-soal
agama. Filsafat kafir dari Plato yang indah itu pun dipengaruhi oleh mistik timur, sehingga
ia mengajarkan bahwa jiwa berasal dari dunia ilahi yang terang dan murni, tetapi
sekarang terkurung dalam zat benda yang gelap dan jahat. Dengan beraskese dan
berakstase (yaitu jiwa membubung dan meninggalkan tubuh seketika untuk bernapas dan
bersukaria dalam suasana ilahi; bandingkan Petrus “Rohnya diliputi oleh Kuasa ilahi” Kis
10:10; 11:5; lagi 22:7 dan II Kor 12:2-4), hendaklah manusia berusaha mengembalikan
Rohnya kepada asalnya itu. Jadi filsafat Plato ini juga bersifat moralistis dan Dualistis-
Pantheistis, tak ubahnya dengan kepercayaan rendah dan sederhana dari rakyat yang
kurang terpelajar.

BAB 2

KAUM YAHUDI

              Gereja Kristus pertama kali timbul yaitu ditengah bangsa Yahudi dan tujuan
pekabarannya kepada orang Yahudi. Keadaan Kaum Yahudi pada saat itu:

1.      Ditanah Pelestina. Saat lahirnya gereja, bangsa Palestina tunduk kepada pemerintah


Romawi. Bagian selatan Palestina (Yudea) pernah dikepalai oleh orang Romawi,
diantaranya Pilatus, Festus, Felix. Raja bagian utarawaktu itu ialah Herodes Antipas.
Agama Yahudi dipimpin oleh Majelis Sanhendrin yang terdiri dari imam-imam dan ahli
taurat sebanyak 70 orang, pusat mereka ialah bait Allah di Yeusalem. Orang yang tidak
sempat beribadah ke Bait Allah dibangun ditempat mereka rumah ibadah (sinagoge),
mereka beribadah pada hari Sabat, dibawah pimpinan ahli Taurat yang kemudian
membawa para ahli Taurat lebih berkuasa dari golongan imam.

2.      Harapan dan kedatangan Mesias. Kerohanian orang Yahudi tertindas karena mereka


merasa mereka adalah yang dipilih Tuhan untuk memerintah dunia, tetapi kenyataannya
bahwa mereka dikuasai suatu bangsa kafir. Mereka menanti kedatangan Mesias dengan
kerinduan yang besar ntuk memulihkan kedudukan mereka dinegeri itu.

3.      Hal melakukan Taurat. Tengah menanti Mesias, timbullah keinginan dalam benak


mereka untuk mempelajari Taurat Musa. Kebanyakan dari mereka masuk golongan Farisi
untuk melakukan Taurat secermat mungkin dalam hal berpuasa, sedekah, menguduskan
hari sabat. Karena menurut mereka, itu semua membawa mereka masuk dalam surga,
namun satu hal yang disayangkan bahwa mereka hanya saleh lahiriah dalam pengertian
supaya untuk dilihat orang saja dan tidak saleh rohaninya. Terdapat juga partai imam
yang disebut Saduki, mereka yang menolak harapan kedatangan Mesias yang disertai
berbagai mujizat. Orang-orag Yahudi sangat berpegang teguh pada kitab Tauratnya yaitu
Perjanjian Lama, sehingga mereka tidak menerima apabila ada kitab yang menambah
dari kitab Taurat mereka dan mereka sangat melawan itu

4.      Diaspora. Diaspora yaitu perserakan, hal ini terjadi setelah orang Yahudi mengalami
pembuangan di Babel. Mereka berpencar ke daerah Palestina dan dibagian timur, Mesir,
Aexandria, di Laut Tengah dan dikota Roma. Karena mereka sudah berpencar maka
sinagoge-sinagoge (rumah ibadah) ada dimana-mana dan sekali setahun mereka pergi ke
Bait Allah di Yerusalem untuk merayakan pesta besar. Mereka sudah lupa memakai
bahasa Ibrani dan mereka menggunakan bahasa Yunani, itulah alasannya Perjanjian
Lama harus diterjemahkan kedalam bahasa Yunani, kira-kira 200 sM. Terjemahan ini
dikerjakan di Mesir yang di sebut Septuaginta yang berarti 70 ahli bahasa yang
mengarangnya.

5.      Pengaruh Yahudi. Banyak orang yang mulai menghargai agamaitu bahkan orang
kafir mulai masuk agama Yahudi dan takluk kepada Tauratdan mereka itu yang disebut
“proselit” yang berarti penganut agama Yahudi. Karena menurut pandangan orang itu
bahwa orang Yahudi sehati, sepakat, mereka menyembah satu Allah (monotheis) dan tidak
memakai patung-patung, kitab kudus tua dan amalnya baik. Orang-orang “proselit” yang
menyambut ajaran Injil menjadi peranara bagi Gereja untuk memasuki dunia Yunani-
Romawi.

6.      Philo dan Alexandria. Philo adalah seorang Filsuf Yahudi yang berusaha


menyesuaikan ajaran Perjanjian Lama dengan Filsafat Yunan dan Plato dan Stoa. Cara
yang dia pakai ialah dengan cara menafsir Alkitab dengan alegoris dan disitu dia
menemukan arti yang dalam dan indah, dia menemukan bahwa hubungan Allah dengan
manusia selaku khalik dan makhluk disamakannya dengan roh dan zat benda dari filsafat
Plato, di menjelaskan Firman Tuhan selaku “logos” yaitu zat suci yang menghubungkan
dunia ilahi dan jasamani di bumi. Ini berpengaruh dalam sejarah gereja dan banyak ditiru
oleh  pemimpin Kristen

BAB 3

JEMAAT KRISTEN YANG MULA-MULA

1. Keadaan sidang itu. Kelahiran Gereja ialah hari keturunan Roh Kudus pada pesta
Pentakosta. Murid-murid dipenuhi dengan Roh Kristus sehingga mereka  berani bersaksi
tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Di mana orang menyambut
Injil dengan percaya kepada Yesus Kristus, di sanalah terbentuklah jemaat-jemaat kecil.
Keadaannya nampaknya seperti mazhab Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen
masih mengunjungi bait Allah dan rumah ibadat serta taat kepada taurat Musa.
Walaupun demikian, nyata juga perbedaan besar antara orang Kristen Yahudi ini dengan
kawan sebabngsanya, karena mereka percaya dan mengajarkan bahwa Yesus dari Nazaret
ialah Mesias yang dijanjikan itu. Dengan demkian taurat, bait Allah dacn sinagoge lambat-
laun kurang penting bagi kaum Kristen.

Permulaan sejarah Gereja dapat kita pelajari dari kitab Kisah Rasul-rasul yang
melukiskan hidup jemaat yang mula-mula itu, yang rukun dan dalam suasana gembira
dan berbahagia. Sudah tentu, kita boleh mengambil contoh dari cinta kasih, kegiatan,
kerajinan dan keberanian jemaat yang pertama itu, tetapi janganlah kita lupa, bahwa
mereka itu tak lain dari manusia yang lemah  dan berdosa juga. Ingant saja, Ananias dan
Safira (Kis 5), perselisihan tentang pembagian kepada janda-janda dalam pelayanan
sehari-hari (Kis 6) dan nasehat-nasehat Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus.
Kita maklum, bahwa kesucian/kekudusan jemaat Kristen tidak terdapat dalam dirinya
sendiri, melainkan dalam Tuhannya saja (1 Kor 1:30).

2. Sidang pertama bersifat komunis? Ada orang yang mengatakan bahwa jemaat yang
mula-mula bersifat komunis berhubungan dengan penjualan harta benda yang hasilnya
dibagi-bagikan di antara semua saudara sesuai dengan keperluan masing-masing (Kis 5:4).
Tetapi hal itu bukanlah komunisme, karena pemberian itu tidak diatur dengan resmi, itu
pun tidak di haruskan. Tiada berapa lama lagi maka pangkat syamas diadakan untuk
melayani orang miskin , yakni semua anggota Gereja yang membutuhkan bantuan.

3. Karunia-karunia. Pada masa itu tak sedikit orang Kristen yang diberi Tuhan rupa-rupa
“karunia Roh” atau “karunia oleh Roh Allah” seperti karunia menyembuhkan orang
sakit, mengadakan mujizat, bernubuat dan “karunia untuk berkata-kata dengan bahasa
Roh” (glosolatia), yaitu mengeluarkan bunyi dan bahasa yang tak dapat diartikan oleh
orang banyak, tetapi yang perlu diterangkan maknanya (1 Kor 12:10). Dalam sejarah
Gereja dapat kita lihat, bahwa pada abad-abad kemudian juga orang kadang-kadang
dianugerahi karunia semacam itu, tetapi rupanya bukan maksud Tuhan, supaya tiap-tiap
orang yang percaya dikaruniai demikian. Jangan kita lupa keterangan Paulus tentang hal
ini (1 Kor 14 dan 19).

4. Gereja menjauhkan diri dari keyahudian. Mula-mula orang Kristen di Yerusalem belum


sadar akan panggilannya terhadap dunia, tetapi segala aniaya yang diderita dari pihak
orang Yahudi menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mencelikkan mata mereka guna
melihat tugasnya, yakni menyebarkan Injil kepada semua bangsa. Supaya maksud itu
tercapai perlulah kaum Kristen memisahkan diri dari agama Yahudi. Pemisahan itu mulai
sesudah pembunuhan Stefanus, yang menegaskan bahwa taurat dan korban agama Yahudi
tak berharga lagi oleh kedatangan Kristus. Lalu jemaat Kristen sangat dianiaya oleh
Sanhendrin, sehingga mereka lari ke mana –mana. Dengan jalan itu Injil mulai
dikabarkan di luar negeri, mula-mula kepada orang Yahudi saja, tetapi kemudian juga
kepada orang kafir (bangsa-bangsa lain) pertama-tama di kota Anthiokia. Di sanalah
pengikut Yesus mula-mula digelar “orang Kristen” (Kis 11:26) dan dari Anthiokia pulalah
Paulus dan Barnabas diutus, baik kepada orang Yahudi, maupun ke daerah kafir, Gereja
tak terkurung lagi dalam batas-batas adat agama Yahudi, Gereja sedunia mulai
berkembang.

5. Pertikaian. Kemudian terbitlah perselisihan antara jemaat muda diantara orang kafir
dengan jemaat induk di Yerusalem. Paulus mengutus bahwa hanya iman kepada Yesus
Kristus saja yang membawa orang kepada keselamatan, sehingga orang kafir yang telah
bertobat tak usah lagi memenuhi segala tuntutan taurat, misalnya sunat. Banyak orang
Kristen diantara kaum Yahudi tak setuju dengan pendirian itu. Pada persidangan rasul-
rasul di Yerusalem (Kis 15) hal ini diperbincangkan, sampai ke dua pihak sepakat untuk
membebaskan orang kafir yang masuk Kristen dari syarat-syarat taurat, kecuali empat
hal yang wajib diperhatikan (Kis 15:29).

6. Kemunduran jemaat di Yerusalem. Pada waktu kemudian kuasa jemaat di Yerusalem


semakin surut. Jumlah anggotan sedikit saja, jika dibanding dengan Gereja di luar negeri
yang bertambah-tambah besar. Menjelang kemusnahan Yerusalem pada tahun 70 oleh
panglima Romawi Titus, maka orang Kristen asal Yahudi meninggalkan kota itu, karena
tak setuju dengan cita-cita dan maksud kaum pemberontak Yahudi. Mereka pindah ke
kota Pella di daerah sebelah Timur sungai Yordan. Mereka digelar Ebionit (ebion = miskin,
bahasa Ibrani) dan kurang berhubungan dengan Gereja besar, bahkan mereka dianggap
penyesat-penyesat, karena mereka menolak ajaran Paulus, dan tidak mengakui pula,
bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang perawan. Di samping Perjanjian Lama mereka
memakai “Injil orang Ibrani” suatu kitab apokrif. Lama kelamaan orang Ebionit
dilupakan orang, dan sejak Palestina ditaklukkan dan diduduki oleh orang Arab pada
abad ke VII tidak ada kedengaran lagi tentang golongan Kristen bekas Yahudi yang kecil
dan terpencil itu.

                                              

BAB 4

ZAMAN SESUDAH PARA RASUL

1. Perkembangan Gereja

Pada masa sesudah rasul-rasul ( kira-kira 70-140 M ) terjadilah perubahan-perubahan


besar dalam gereja Kristen yang muda itu, baik secara lahiriah, maupun secara batinnya.
Sangat cepat ia berkembang kemana-mana. Cara berkembangnya gereja itu kurang kita
ketahui. Segera terdapat gereja Kristen di tanah Siria, asia kecil dan Yunani, tetapi juga di
Mesir, Mesupotonia, Italia  dan di tempat-tempat lain yang lebih jauh lagi. Pada masa
Paulus jemaat Roma sudah besar. Rasul Petrus pun pernah bekerja disana dan disana pula
ia mati syait. Pusat Gereja Kristen pada waktu itu ada di negeri sekitar pantai timur laut
tengah. Perkembangan Gereja yang sangat pesat itu diakibatkan rajinnya semua orang
percaya dalam bersaksi tentang nama Yesus Kristus.

            Jemaat-jemaat Kristen bukan memandang pada kelompok sendiri saja, melainkan


mereka merasa dirinya terhisap kepada persekutuan Kristen yang luas dan am (katolik)
gereja menganggap dirinya sebagai tujuan ciptaan Allah, alat Tuhan untuk
menyelamatkan dunia, Israel yang rohani dan benar, yang bertentangan dengan kaum
Yahudi yang durhaka itu dan umatNya yang baru dari zaman akhir.

2. Organisasi

Mula-mula pemimpin gereja diamanatkan kepada rasul-rasul (yaitu bukan saja saksi
kebangkitan Yesus, tetapi juga utussan-utusan Injil yang mengendarai semua negeri),
pengajar(guru-guru agama, yang menafsirkan Alkitab, seperti ahli-ahli taurat, dalam
agama Yahudi) dan nabi-nabi (yang menerima Karunia Roh yang istimewa). Saudara-
saudara ini bukan di pilih, melainkan dengan sendirinya mereka di hormati dan diakui
kuasanya dalam jemaat karena karunianya yang biasa itu dan mereka tidak terikat pada
satu jemaat saja.

            Disamping kata-kata itu ada penatua-penatua (Presbiter) dalam tiap-tiap jemaat


dari antaranya dipilih orang yang diberi tugas mengamati jemaat (Episkopos atau Uskup,
artinya penilik). Pejabat-pejabat itu diserahi pimpinan harian jemaat mengenai keuangan,
organisasi dsb. Mereka dibantu oleh Syamas (diakonos artinya pelayan), tugasnya ialah
melayani orang miskin, memungut uang derma dan menjaga rumah kebaktian.

            Pengembalaan jemaat beralih dari golongan rasul, pengajar dan nabi, yang
meninggal dunia, dengan demikian pangkat uskup bertambah-tambah penting selaku
gembala jemaat dan pemimpin jemaat. Pada abad ke II jemaat di Asia kecil dan Siria dan
dikepalai oleh seorang Uskup. Presbiter-presbiter merupakan satu badan tetap, yang
memilih uskup serta pembantunya dalam kebaktian dan pemerintahan jemaat.

            Pada Perjanjian Baru mengajarkan kepada tiap-tiap orang yang percaya bahwa ia
adalah seorang iman, sehingga untuk menghadap Allah, tak perlu seseorang pengantara,
selain dari pada Yesus Kristus. Saat terbentuk suatu kaum pejabat atau Klerus, segolongan
iman yang mengetahui segala seluk beluk agama Kristen, sehingga dapat menguasai orang
banyak, yaitu anggota Gereja yang biasa, yang bukan Klerus itu berkuasa karena
jabatannya di padang ilahi asalnya, bukan lagi karena pekabaranya dan pekerjaannya
sendiri. Inilah bibit “pemerintahan Imam” atau Hierarkhia dari Gereja Romawi di
kemudian hari.

3. kebaktian

            Pada hari pertama suatu minggu, mengapa orang Kristen berkebaktian karena
dihari minggu Tuhan Yesus bangkit, maka jemaat Kristen juga berkumpul pada hari
minggu (dari kata dominggo, artinya Tuhan, bahasa Portugis). Pada zaman itu selalau
mengadakan perjamamuan bersama dalam perkumpulan (Kis 2:26). Jemaat berdoa,
menyanyi dan mendengarkan pembacaan dan penjelasan Alkitab. Pada awalnya sempat
timbul kekacauan (1 Kor 14). Lambat laun kebaktian di langsungkan dengan memakai
tatacara atau liturgi yang lengkap. Bagian pertama terdiri atas doa, nyanyian, pembacaan
Firman Tuhan dan Khotbah. Pemimpin kebaktian (Uskup) mengucapkan syukur atas
roti  dan cawan, sebab itu dalam gereja lama Perjamuan itu disebut “eukharistia”
(Pengucap syukur).

            Jemaat Kristen percaya bahawa Kristus sendiri sungguh-sungguh berada di dalam


Roti dan air anggur, tetapi bagaimanakah beradanya Tuhan itu? Kebanyakan orang
Kristen tentu mengartikannya secara realistis dan magis. Secara realistis itu berarti bahwa
roti  dan anggur bukanlah mengiaskan atau melambangkan tubuh dan darah Kristus,
melainkan ia benar-benar dan sungguh-sungguh berada di dalamnya, secara magis ialah
pandangan orang kafir zaman itu, yakni bahwa benda-benda suci seperti itu mengandung
suatu khasiat alam atas atau zat ilahi yang mengatasi alam dunia ini, yang dengan
sendirinya memberi berkat rohani dan jasmani kepada seseorang yang menerimannya.
Dengan itu roti dan anggur dianggap membawa berkat dan karunia Allah, bahkan sebagai
obat dan jaminan untuk mendapat hidup kekal.

            Eukharistia mulai di pandang sejalan dengan dan selaku lanjutan dari


persembahan syukur dalam perjanjian Lama. Nama “korban” dan “Mezbah” (altar)
kedengaran pula. Akibat dari pandangan yang salah ini ialah ajaran Gereja Romawi di
waktu kemudian tentang “korban misa”, yang di pandang selaku ulangan yang tak
berdarah dari korban Kristus di Golgota.

            Berhubungan dengan sucinya eukharistia itu, tak mungkin lagi perayaan yang
kudus di hubungkan dengan makan bersama baik yang kaya maupun yang miskin akan
menikmati sajian yang ada, dan dipisahkan dengan Perjamuan atau eukharistia yang suci.

4. Ajaran dan Kebajikan

            Zaman Rasul-rasul dengan zaman sesudahnya, jikalau kita menyelidiki bagaimana


berita Injil sendiri dipahami oleh jemaat. Ajaran Perjanjian Baru pada umumnya dan
ajaran Paulus pada khususnya, maka Keselamatan manusia bergantung semata-mata
pada rahmat Allah di dalam Yesus Kristus dan bukan pada suatu perbuatan manusia.
Pada permulaan abad ke II pokok utama Injil itu sudah kurang di mengerti orang. Jemaat
Kristen tentulah masih tetap percaya bahwa Allah saja yang dapat memberi keselamatan,
tetapi yang di pentingkan sebenarnya bukanlah lagi kebenaran yang dianugrahkan oleh
Tuhan, melainkan usaha dan perbuatan-perbuatan manusia untuk mencapai
kebenarannya sendiri.

            Injil menjadi suatu taurat baru. Benar Yesus masih tetap diakui sebagai Anak
Allah, tetapi pekerjaanNya sebagai pembebas berkurang artinya. Segenap hidup Kristen
menjadi suatu perjuangan akan menggenapi segala tuntutan agama yang diajarkan oleh
Yesus, supaya amal dan kebajikan itu kelak diganjari oleh Tuhan. seseorang Kristen
penting melakukan perkabaran Injil namun bukan dalam arti dia tetap dibenarkan
dihadapan mahkamah Tuhan, dosanya yang kecil dapat diampuni di dunia ini sesudah ia
dibaptiskan, asal ia menyatakan penyesalannya yang sungguh-sungguh.

            Segala amal patut diganjar. Tak mengherankan, bahwa jemaat mulai membedakan
amal-amal itu menurut harga dan pentingnya. Dosa –dosa pun dibedakan ada yang
dipandang berat, yang membawa kepada maut kekal, karena orang yang melakukannya
kehilangan rahmat dan jangan pula disebut dosa ringan, yang dapat ampuni jika orang
yang bersalah itu mengakui dan menyesal.

            Gereaja zaman permulaan abad ke II, isalnya kesaksian Uskup Ignatius dari
Antiokhia didalam surat-suratnya yang bersengat, yang ditulisnya takala ia diantar
keroma untuk menghadap kepengadilan Tinggi (kurang lebih 115). Kebebasan
dikaruniakan Kristus, yang telah menjadi manusia dan menderita sensara karena kita,
itulah pusat dan dasar agama Kristen bagi Ignatius. Di kemudian hari ternyata bagian
timur dari gereja lama suka mementingkan mistik, sedangkan gereja dibarat yang bersifat
lebih aktif, suka menekan kepada amalan dan kebajikan. Tetapi pada abad ke II pada
umumnya moralisme marajalela, baik ditimur maupun dibarat.

            Suatu agama dipandang selaku suatu hal yang elok dan menyenagkan alam
pikirannya yang dicarinya alam gereja ialah khasiat sakti dan sukramen yang dengannya
akan menjadi berkat dan untung buat jiwa dan tubuhnya. Sifat orang banyak yang
ternyata pula dalam kitab-kitab apokrif yaitu kitab Injil dan hikayat-hikayat tentang
perbuatan rasul-rasul, yang ditambahkan kepada surat-surat Perjanjian Baru yang diakui
sah dan resmi didalam Gereja. Kitab-kitab apokrif itu (seperti Injil orang Ibrani, Injil
Petrus, Injil Thomas, Kisah Para Rasul, Kisah Petrus dan sebagainnya.

5. Kesimpulan

            Dari uraian diatas kita tahu bahwa pada masa sesudah rasul-rasul, sudah tersedia
lengkap dasar gereja Roma dikemudian hari, yakni Hierarkhia, Moralisme, salah paham
tentang sakramen, dan kepercayaan kepada muzijat. Barulah gereja protestan yang
menunjuk kepada jurang perbedaan yang dalam antara berita Perjanjian Baru.

BAB 5

PERTIKAIAN ANTARA GEREJA DAN DUNIA

1.      Sebab pertikaian itu mula-mula Negara romawi menganggap kaum kristen sebagai
mezbah yahudi, sehingga merekapun bebas melakukan agamanya. Akan tetapi segera
kemudian ternyata bahwa betulnya agama Kristen itu bukan suatu agama kebangsaan
yang di izinkan melainkan agama baru apalagi yang membentuknya ialah seorang yang
mati tersalib oleh pengadilan romawi sendiri. rupanya orang Kristen itu sangat berbahaya
bagi Negara. Kebanyakkan dari mereka adalah bangsa yunani dan romawi dan sesudah
masuk agama Kristen mereka tidak turut lagi beribadah kepada dewa-dewi itu semua
disangkalnya hanya satu allah saja diakuinya itulah sebabnya mereka mendapat nama
sendirian orang yang tidak berdewa.

Kelakuan orang Kristen sangat berbeda dengan orang kafir. Mereka itu menjauhkan diri
dari persundalan sandiwara arena (gelangga tempat pertunjukkan perkelahian antara
binatang atau pahlawan)  dan tida urung pula menjabat suatu pangkat ketentaraan. Oleh
karena istimewa itu mereka di curigai ada yang menyangka bahwa orang Kristen
membunuh dan memakan anak-anak kecil dalam perkumpulannya, karena pernah
didengar bahwa mereka makan daging dan minum darah manusia (Yoh 6:53). Ada pula
yang berbisik bahwa tentulah orang kristen itu peracun berhubung dengan cawan yang
dipakainya. Yang lain lagi menuduh jemaat Kristen melakukan pelacuran keluarga, sebab
mereka mendengar tentang cium persaudaraan yaitu semacam ucapan salah satu sama
lain dalam kebaktian. Dengan berkembangnya gereja Kristen, maka persembahan korban
dirumah berhala makin berkurang pendeknya, kaum Kristen sehingga rakyat berseru-
seru lemparkanlh orang Kristen kedepan singa supaya dengan demikian terhapus dosa
mereka terhadap dewa-dewa. Pemerintahan mencurai kesetiaan dan kejujuran kaum
Kristen terhadap Negara mereka tidak mau mempersembahkan korban kepada kaisar.
Itulah bukti bagi pegawai pemerintah, bahwa orang Kristen tak dapat dipercaya selaku
warga Negara. Barangkali mereka adalah anasir politik yang jahat yang kelak hendak
memberontak melawan kaisar.

2.      Penghambatan pertama terjadi dikota roma pada tahun 64 atas  perintah kaisar


nero, yang mempersalahkan orang  Kristen karena kebakaran besar yang memusnakan
sebagian dari ibu negeri itu. pada hal nero sendirilah yang menyuruh orangnya melakukan
pembakaran itu. orang Kristen dianiaya dengan sangat negerinya umpamanya dilabur
dengan gala lantas dibakar hidup-hidup dan dijadikan obor pada pesta malam. Namun
sebenarnya penghambatan yang pertama itu hanya sebentar dan terbatas kepada kota
roma saja. Dalam keabad ke III barulah kebencian roma dan rakyat kafir terhadap kaum
Kristen menyatakan diri dengan sedahsyat diseluruh kekaisaraan. Di bawah pemerintahan
domitius seorang kaisar yang lalim (81-96) jemaat Kristen sangat tertindasdi beberapa
bagian kerajaan. Agama dilarang maklumat kaisar sebab dianggapnya berbahaya bagi
Negara menurut tradisi pada masa inilah rasul yohanes dibuang kepulau patmos. Dibawa
trayanus (98-117) penganiayaan berkurang karena ternyata bahwa orang Kristen
bukanlah penjahat yang mengancam keamanan negeri. Dalam suratnya yang terkenal itu
kepada plinius wali negeri bitinia di asia kecil maka triyanus memberi perintah supaya
surat buta yang mengadukan orang Kristen. sejak waktu itu sampai tahun 250 kedudukan
gereja Kristen dalam kerajaan roma adalah seperti berikut pemerintah curiga terhadap
orang Kristen. tetapi pada umumnya mereka dibiarkan saja. Sekalipun demikian acapkali
juga berkobar api kebencian sehingga disana sini jemaat disiksa dengan bengis agaknya
penganiayaan itu tidak dititahkan langsung oleh kaisar tetapi perlu ada cara
melaksanakan diserahkan kepada pengusaha daerah dan mereka pun biasanya barulah
menganiaya kaum Kristen apa bila di desak atau diasuk oleh rakyat.
3.      Sikap jemaat dalam kesengsaraan pada masa itu munculah suatu jenis kalangan yang
melukiskan kepada kita keberanian dan iman orang percaya pada zaman itu, yaitu riwat-
riwat itu syahid (saksi) yang sangat mengharukan hati. Orang Kristen dituduh orang kafir
lalu ditangkap dan dibawa kehadapan hakim. Mereka membawa korban kepada kaisar
dengan jalan menaburkan senggenggam kemenyan diatas mezbah baginya, maka mereka
terus dilepaskan apabila mereka tidak mau mereka dinasehati dulu dengan mengingatkan
hukuman keras yang akan dideritanya. Hukuman itu misalnya dipancung kepala dibuang
kesalah satu pulau yang jauh atau dipekerjakan selalu budak dalam tambang. Orang
syahid (saksi) yang terkenal dari masa penghambatan yang mula-mula yang ceritanya
yang kita ketahui ialah umpamanya polykarpus, uskup smira yang hampir seratus tahun
umumnya (+156) ia berkata kepada hakim. Sudah 86 tahun aku mengabdikan diri kepada
kristus dan belum pernah ia berbuat salah kepadaku bagaimanakah aku mungkin
mengutuk raja dan juruselamatku itu tuan hakim mengancam aku dengan api yang
seketika saja menyala, tetapi tuan mengenal api yang kekal tempat orang fasik akan
dibuang kelak selain ia juga Yustinus Martir blandina seorang budak perempuan muda di
lyon (tahun 177 dimasa pemerintah kaisar marcus aurelius) perpetua dan felicitas di
kartago (202 dimasa pemerintahan kaisar septimius severus) sikap yang gagah berani dari
orang syahid sangat menarik hati, maut yang ngerit itu tidak menggentarkan mereka,
mereka bergembira dan bersyukur kepada tuhan mereka layak dipandang layak menjadi
martyr atau saksi yang mati syahid untuk yesus kristus dengan ambil bagian dalam
sengsara tuhanya itu. orang Kristen akan siksa akan dibunuh karena imannya lebih
banyak dari pada yang menyangkal kepercayaannya. Orangf kafir yang mullai menginsafi
kemuliaan dan kebenaran agama itu dan tak sedikit pula orng murtad sehingga mereka
bertobat lagi dan menyerahkan dirinya kepada hakim demikianlah gereja bertambah
besar justru karena pembaharuan itu, benarlah ucapan tetulianus darah orang syahid
itulah benih gereja.

4.      Orang apologet dihadapan mahkamah, orang Kristen yang terdakwa itu tidak diberi
kesempatan untuk membela agamanya dngan uraian yang jelas. Sebab gereja harus
menempuh jalan yang lain untuk mempertahankan diri terhadap kebencian umpat dan
penghinaan oleh kaum kafir itu pada bagian pertama abad ke II beberapa orang Kristen
yang terpelajar mulai mengarang surat pembelaan atau apologia. Para penulis itu sendiri
dinamai apologet. Yang paling terkenal diantaranya ialah yustinus martir yang mati syahid
diroma pada tahun 165. Sebelum bertobat masuk Kristen ia seorang filsuf yang menurut
kebiaasaan zaman itu menjelajahi negeri dengan mengajar dan berkhotbah. Cara bekerja
dilakukan sebagai seorang pekabar injil. Ada dua kitab yang dikarangnya yaitu apologia
dan percakapan dengan tryphon orang yahudi. pada akhir abad itu tampillah tertullianus,
seorang ahli hukum yang alim, dengan kitab apologianya dalam bahasa latin pada abad
kemudian banyaklah ahli theologia Kristen yang berusaha untuk membela kebenaran
gereja dengan karangan mereka. kitab apologia itu biasanya menguraikan tiga pokok
pertama segala fitnah dan tuduhan dibantah. Orang Kristen menimbulkan bahaya bagi
Negara mereka berdoa untuk kaisar segala umpat itu bohong semata-mata dan hidup
mereka sopan dan tidak bercela setelah itu orang apologet mengemukakan pelbagai dalil
yang membuktikan kebenaran agama kisten. Hidup dan kematian yesus telah dinubuatkan
dalam perjanjian lama, kitab kudus yang tua dan mulia itu ajaran injil sesuai dengan
pandangan yang yang terindah dalam filsafat kafir bahkan lebih berharga lagi karena
hidup tinggi dan kebebasan yang hanya diangankan oleh filsaf. Akhirnya orang apologet
menyerang agama kafir menunjukkan kepada kebodohan politdeisme dan percabulan
yang bersangkutan dengannya, filsuf yunani juga belum bebas dari kepercayaan takyul itu
dan segala pikiran mereka yang lebih indah dipungut dari surat musa.  Maksud dan
hendak dituju pada apologet itu tidak tercapai oleh karena seteru agama Kristen, tetapi
walaupun demikian opologia itu sangat berfaedah juga karena orang percaya
mempelajarinya serta mempergunakan uraiannya dan pembuktiannya selaku senjata
dalam menangkis segala musuhnya. Dan untuk membela diri apabila disalahkan dan hasil
yang lebih penting lagi ialah bahwa orang apologetlah yang menjadi ahli theologia gereja
yang pertama itu sesudah rasul paulus dan yohanes.

5.      Celcus perbantahan secara tertulis dari pihak kafir terhadap sesam agama Kristen
barulah kita temui pada tahun 180 seorang fisuf yang pandai celcus namanya
mengemukakan bermacam-macam tuduhan yang tajam terhadap injil dan pengikut
kristus agama Kristen berasal dari tipu daya yesus bersama muridnya. Celcus sungguh
menaruh syak akan jalan keselamatan yang diajarkan oleh perjanjian baru mustahil Allah
telah menyatakan diri dalam yesus kristus, karena allah yang tak berubah itu tak dapat
turun martabadnya menjadi manusia kemudian celcus dibantah oleh origenes.

  

BAB 6

GODAAN DARI PIHAK GNOSTIK

1.      Wujud gnostik . Salah satu sinkretisme yang dualistis – pantheistis ( lihat bab 1.3) ,
yang berusaha menggabungkan filsafat barat dengan agama timur, ialah gnostik, yakni
ajaran tentang gnostik. Kata gnostik ini berarti “pengetahuan,’’ tetapi disini dimaksudkan
suatu “hikmat tinggi’’ yang berahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup
manusia. Pada zaman itu dengan giat, sebab akal sanubarinya kurang dipuaskan oleh
agama biasa yang mudah dipahami.

2.      Gnostik Kristen. Semangat ini mencoba memasuki Gereja yang mudah itu, sebab
pada hemat banyak anggota, berita Injil itu terlampau sederhana.Hikayat-hikayat yang
terang isinya dan ajaran Gereja yang mudah dimengerti itu kurang digemari. Mereka
mencari suatu hikmat yang lebih dalam, lebih indah dan penuh rahasia. Oleh sebab itu
mereka mulai menafsirkan injil secara alegoris, tetapi dengan demikian “kebodohan salib”
ditukarkannya dengan “hikmat dunia” (1kor 1:18-25).

Ajaran gnostik Kristen boleh diringkaskan sebagai berikut :


1.         Allah yang tertinggi, yang keadaanya adalah roh, tak ada hubunganya dengan
dunia ini

2.         Dunia diciptakan oleh suatu ilah rendah (demiurgos’’ namanya, artinya “pencipta
dunia’’) yang dikenal dari perjanjian lama.

3.         Manusia mengandung sebagian kecil dari roh Allah dengan tubuh maya (ajaran
dosentisme untuk membebaskan bagian ilahi yang kecil itu

4.         Oleh pengajaran dan teladan Kristus, roh menusia diajak untuk berusaha
melepaskan dirinya dari zat benda dan supaya kembali kepada Allah yang tinggi itu
ajaran dualisme. Dengan perkataan yang lain: Kristus yang membawah segala gnosis yang
tersembunyi. Tetapi gnosis itu hanya dapat dimengerti oleh “orang yang rohani atau orang
bergnosis, yang tahu membaca Alkitab secara alegoris. Hanya mereka itulah yang dapat
membebaskan zat ilahi yang tertanam dalam jiwa  pada manusia dan yang terkurung oleh
tubuh jasmani yang fana itu, sehingga akhirnya zat rohani itu dapat di persatukan pula
dengan asalnya, yaitu zat Allah.

3.      Sejarahnya. Paulus dan yohanes telah mengigatkan pembacanya, supaya jangan


tertipu oleh pengajar-pengajar sesat, yang membanggakan dirinya karena marifatnya
yang istimewa, atau yang menyangkal bahwa kristus telah datang sebagai manusia (1 tim
6-20 1yoh 4:1-3). Tentu baru pada dimana-mana terbentuklah kelompok – kelompok orang
orang kristen yang merasa dirinya lebi berhikmat dan rohani dari pada jemaat biasa.
Kedudukan orang gnostik berbeda-beda di dalam Gereja. Ada yang masih bergaul dengan
jemaat yang lain yang mengadakan perkumpulan sendiri, dan ada pula yang dikucilkan
oleh pemimpin-pemimpin Gereja, sehingga terpaksa mereka merupakan jemaat terpisah.
Puncak pengaruh gnostik terdapat kira pada tahun 150. Pusatnya ialah kota Alexandria,
tempat kerja Basilides, yang mengarang sebuah tafsiran perjanjian baru secara gnostik,
dan kota roma tempat valentines mengajar gnostik Kristen, yang paling masyhur dan ilahi.

4.      Sikap Gereja terhadap gnostik. Sungguh besar godaan aliran mistik yang pantheistis
ini kepada Gereja. Seandainya Gereja tidak menyadari bahaya ini dan membiarkan
dirinya dihanyutkan saja oleh arus gnostik yang menarik hati itu, maka tak dapat tidak
Gereja Kristen akan menjadi salah satu saja dari segala agama rahasia yang banyak itu
dan kelak akan hilang lenyap seperti agama-agama yang lain itu. Akan tetapi syukurlah
Gereja terpelihara dari  bahaya itu. Dengan jalan bagaimana? Karena Gereja tetap
berpaut kepada kuasa perjanjian lama. Dengan itu Diakuinya bahwa Allah pencipta dunia
tak lain dari pada Allah bapa Yesus Kristus. Hal ini berarti bahwa dunia tak dijadikan
oleh seorang Demiurgos dan segala dosa dan kejahatan dalah kesalahan manusia sendiri,
yang bangkit melawan Tuhanya dan merusakkan ciptaanya yang baik itu.

Sebab itu kebebasan manusia hanya berdasar pada mujizat rahmat Tuhan saja.
Kebangkitan segala daging (makhluk) pun diikrarkan Gereja, pada hal gnostik
menyangkalnya, berhubung dengan zat benda dihinakannya sesuai dengan ajaranya yang
dualistis itu.
Akan tetapi ada juga yang dipelajari gereja dari gnosti itu.Gereja mulai mengerti lagi
bahwa maksud Injil yang terutama ialah kebebasan dan bukan untuk mengemukakan
suatu taurat baru. Tambahan pula, ahli-ahli gnostik merupakan penunjuk jalan bagi
Gereja, sebab mereka mulai memakai istilah-istilah theologia, suatu kanon perjanjian
baru, tafsiran-tafsiran dan pengakuan iman. Segala perkara itu mendorong Gereja
menangkis serangan gnostik dengan senjata yang serupa
itujuga.                                                                                                                                               
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                            

                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                             
                                        

BAB 7

KRIKTIK TERHADAP GEREJA RESMI

 1. Hidup Marcion. Maecion ialah seorang kaya di Bandar sinope di pesisir laut hitam, ada
perusahaan perkapalannya di daerah itu. tetapi ia meninggalkan kota itu untuk
menyebarkan ke mana-mana di dalam gereja pandangan-pandangannya yang baru
tentang injil. Akan tetapi gereja menolak ajaranya; pada tahun144 dikucilakan oleh
jemaat roma. Marcion  sangat bersemangat dan seorang organisator yang cakap. Ia
membentuk sebuah gereja baru (gereja sendiri), yang berkembang dengan cepat, sehingga
beberapa puluh tahun kemudian hampir sama besarnya dengan gereja “katolik” barulah
pada abad ke-V gereja Marcion berangsur-angsur lenyap, oleh karena perlawanan dari
negara, yang menghendaki satu gereja Kristen. Tokoh marciondengan ajarannya dan
pengaruhnya yang sungguh-sungguh mengancam hereja lama itu perlu kita bicarakan lagi
dengan jelas.

 2. Alasannya. Bahwa marcion menginsafi dan menunjukkan dasar-dasar ajaran paulus,
ialah jasanya yang sangat berharga nagi gereja. Ia mengerti bahwa pembenaran manusia
oleh iman, seperti yang diajkan oleh paulus, adalah intisari Injil. Dengan kecewa dan
penuh rasa kesal, Marcion melihat bahwa gereja pada zaman itu sudah  melupakan satu-
satunya jalan keselamatan yang benar, sehingga terperosok ke dalam moralisme, yang
menukarkan rahmat Allah dengan amal dan usaha manusia. Sebab itu Marcion berniat
menghidukan pula ajaran palus di dalam gereja.

Selain dari penemuan ini theologianya pun tertentukan oleh pengalamannya sendiri.
hatinya terharu, karena keadaan dnia ini, yang jahat dan kurang sempurna, dan yang
menampilkan rupa-rupa soal yang sukar dijawab. Masa Allah yang mahakuasa, Bapa
yang baik dari Yesus Kristus, telah menciptakan suatu dunia yang demikian? Barangkali
pencipta dunia ini, yaitu Allah perjanjian lama, adalah Allah yang lain yang kurang mulia
dan cakap.

Agaknya Marcion dipengaruhi oleh gnostik yang juga membedakan perjanjian lama dari
baru, Allah Khalik dan Allah penyelamat. Sungguhpun demikian, Marcion buknlah
seorang gnostik, karena ia tidak mencari  hikmat rahasiawi selaku jalan kebebasan;
keselamatan manusia diperoleh manusia oleh iman kepada Yesus saja.  Apalagi ajaran dan
gerejanya teruntuk bagi segenap umat Kristen, bukan bagi segolongan kecil saja. Marcion
memikirkan dan merencanakan ajarannya sendiri. maksudnya yang terutama ialah untuk
mengeritik tersesatnya jemaat Kristen di hadapa umum, supaya berpaling dari
moralismenya dan kembali kepada Injil Yesus dan theologia Paulus.

 3. Ajaran. Menurut Marcion, dunia diciptakan oleh Allah yang menyatakan dirinya di
dalam perjanjian lama. Allah tidak jahat, tetapi renah derajatnya. Ia mau berbuat baik,
tetapi tak sanggup melangsungkannya. Maksudnya ialah untuk memerintah dengan adil,
tetatp justru karena itu ia menjadi keras dan bengis, karena taurat yang elah diberikannya
kepada manusia itu terlalu berat, sehingga mustahillah manusia dapat melakukannya.
Makhlukmenjadi kurang sempurna, sebab khaliknya sendiri kurang sempurna. Tetapi
walaupun demikian, Allah perjanjian lama ini menuntut kegenapan tauratnya seratus
persen, sambil mengenakan hkuman berat atas tiap-tiap pelanggaran, menurut aturan
“mata ganti mata, gigi ganti gigi.” Dengan itu Allah pertama ini tidak dapat ia menjadi
seorang hakim yanglalim dan kurang adil terhadap dunia.

Kemudian Yesus datang. Di dalam khotbahny-di-bukit” Yesus memberitakan suatu


keadilan yang lebih indah, yang tidak berpokok pada pembalasan,  melainkan kepada
pemurahan dan kemapunan. Oleh karena itu menjadi nyata, bahwa tentulah Yesus tidak
diutus oleh Allah Perjanjian lama, tetapi oleh Allah yang lain, yang asing bagi dunia ini
dan belum dikenal. Allah itu ialah  yang benar, maha tinggi,. Meskipun Allah yang kedua
ini tak ada hubunganNya dengan dan tidak bertanggung jawab atas nasib manusia, namun
ia menaruh belas kasihan, sehingga ia mengutus anakNya untuk membebaskan manusia
dari tindasan khaliknya. Demikanlah Yesus turun ke bumi pada tahun 28 dengan memakai
tubuh maya (dosetisme). Allah khalik merasa dirinya terancam; sebab itu ia
mengikhtiarkan pembunuhan Yesus di kayu salib. Tetapi dengan demikian ia melanggar
tauratnya sendiri, karena Yesusbaik sama sekali. Sekarang ia dihukum menurut aturan
pembalasannya sendiri; ia harus menyerahkan kepada Allah pembebas tiap-tiap orang
yang percaya akan Yesus. Segala orang itu dibenarkan oleh karena imannya dan mewarisi
keselamatan yang kekal.
Dengan demikian percaya ialah; menyangkal Allah-khalik dan menyerahkan diri kepada
kasih Allah yang mahatinggi. Penyerahan itu berarti, bahwa orang-orang  Kristen patut
mnjauhkan diri dari dunia yang cemar ini dengan jalan bertarak dan beraskese :
menyiksa diri, menahan diri dari daging, minuman keras, bersetubuh, dan sebagainya.
Sudah tentu bahwa Marcion menolak kedatangan kristus kembali dan kebangkitan segala
daging/makhluk.

Kesimpulankita sudah memeriksa ajaran marcion itu ialah: sungguh pun marcion berjasa
kepada gereja, sebab yang ditekankannya ialah pembenaran oleh iman, manun sebenarnya
ia kurang mengerti theologia paulus, karena bagi Paulus, Allah perjanjian lama yang
memberi taurat adalah sama saja dengan Allah perjanjian baru, yang mengaruniakan
rahmatNya di dalam Yesus Kristus. Siapa yang memisahkan keduanya, ia merusakkan
Injil.

 4. kanon Marcion. Hal merusakkan itu nyata seterang-terangnya dari sikap marcion
terhadap Alkitab. Perjanjian Lama ditolaknya mentah-mentah, dan sama seperti orang
gnostik ia membagi surat-surat tentang Yesus atas kitab-kitab yang sah dan kitab-kitab
sah, dengan memakai kanonnya sendiri. kebanyakan surat-surat itu pun tidak diakuiny,
karena tak sesuai dengan ajarannya. Dari kitab-kitab Injil hanyalah Injil Lukas saja yang
dipilihnya, sebab kurang berbau Yahudi, tetapi riwayat kelahiran Yesus dicoreknya, oleh
sebab dosetismenya. Dan dari surat-surat rasuli hanya surat-surat Paulus saja yang
dipakainya kecuali Timotius dan Totus. Surat-surat yang sedikit, yang dipandang sah oleh
Marcion itu, kemudian dirasa perlu dibersihkan lagi dari segala catat Perjanjian Lama.
Akan tetapi segala usahanya itu tak mungkin berhasil, sebab memang tak mungkin
memisahkan perjanjian baru dari dasarnya, yakni perjanjian lama.

 5. Marcion dan Gereja. Gereja katolik belajar dari marcion mengenai beberapa hal yang
penting. Bukan saja gereja mulai menyusun kanonnya sendiri. tetapi terlebih-lebih
theoogianya memperlhatkan dalam karangannya bahwa mereka menginsafi lagi inti Injil,
yakni bahwa bukan kebajikan dan usaha manusia, melainkan Rahmat da keampunan dari
Tuhan. Akan tetpi biarpun demikian, gereja terapaksa jua menolak pandangan-pandangan
Marcion sama sekali. Karena baik gnostik, maupun Marcion mengajarkan suatu jalan
kebebasan yang salah. Menurut Marcion, jiwa harus dibebaskan dar ciptaan yang rendah
dan juga dari pada kuasa khaliknya. Menurut gnostik pula, api ilahi yang tedapat di
dalam manusia, perlu dibebaskan dari dunia jasmani yang jahat. Bertentangan denhan
kedua ajaran yang sesat itu, gereja mempertahankan kesatuan perjanjian lama dan baru,
sera mengajarkan bahwa dunia ini tak lain dari ciptaan Tuhan sendiri, yang akan
diluputkan dari dosa oleh Tuhan itu juga, baik bagian rohaninya maupun bagin
jasmaninya.

B. Dari Pihak Montanisme

 1. timbulnya Montanisme. Seorang yang ketiga, yang dialami gereja pada abad ke-II, di
samping serangan-serangan gnostik dan Marcion, adalah serangan dari pihak
Montanisme. Gerakan pembangunan rohani timbul di pendalaman Asia kecil kira-kira
tahun 160. Banyak orang Kristen merasa kecewa, oleh karena kuasa Roh Kudus tidak
menyatakan dirinya lagi dengan hebat dan ajaib di dalam gereja seperti dahulu. Hal
nubuat, ekstase dan glosolalia, sudah hilang lenyap. Kaum Kristen hanya memetingkan
jabatan yang tetap dan organisasinya. Tambahan pula, jemaat tidak lagi merindukan
kedatangan mempelai laki-laki itu, gereja sudah turun derajatnya bagi banyak
anggotanya, karena merasa senang di dunia. Di manakah penghibur menurut Roh, yang
akan menyertai jemaat Tuhan selaku penolong dan penghibur menurut janji Tuhan Yesus
sendiri (Yoh 14:16).

 2. Ajaran Dan riwayatnya. Lagu bangunlah montanus bersama-sama dengan dua orang
nabiah: Priscilla dan maximilla. Mereka itu berkata-kata dengan bahasa Roh (glosalia)
dan kadang-kadang berekstase samapi tak sadar lagi bagaikan orang mati. Itulah tanda,
katanya, bahwaRoh penolong sekarang telah datang, dan berkata-kata dengan mulut
mereka. Kedatangan Yesus Kristus kembali sudah hampir; semua orang percaya yang
sejati dianjurkan supaya meninggalkan segala ikatan bumi ini dengan berkumpul di
pepusa, sebuah desa di Asia kecil; maksudnya ialah untuk menantikan Tuhan di sana.
Wajiblah jemaat sejati itu memperhatikan penyataan yang tertinggi dan akhir itu, yang
disampaikan oleh Roh penolong itu menuntut kelakuan yang suci seorang janda (balu
perempuan) dilarang menikah untuk kedua kalinya; jemaat seluruh menahan nafsu tubh
seboleh-bolehnya; pausa harus dilakukan dengan aturan yang keras; mati syahid (martid)
dipandang sebagai suatu keuntungan dan kehormatan; “Darahmu menjadi anak kunci
Firdaus”.

 3. Gereja dan Bidat (sekta). Mula-mula gereja merasa sukar menentukan pendiriannya
terhadap sekta montanus. Pada waktu itu untuk pertamakalnya adanya diadakan sdang
uskup-usku, yang disebut sinode, untuk merundingkan baik buruknya gerakan yang baru
itu. tak lama kemudian, kebanyakan uskup menolak montanisme, karena dianggap adalah
ajaran yang sesat.

Montanisme itu hanyalah permlaan dari segala gerakan pembinaan rohani yang banyak
itu di dalam sejarah gereja. Anjurannya supaya hidup di dalam Roh dan kritiknya
terhadap kesuaman kebanyakan anggota jemaat, tentulah penting sekali dan selalu perlu
diperhatikan. Tetapi sungguhpun demikian, gereja wajib melawan asas-asas sekta itu.
keberatannya adalah :

·         Salah benar ajaran Montanus bahwa Roh Tuhan mengaruniakan penyataan baru
lagi, yang lebih tinggi dan sempurna dari pada penyataan Tuhan dalam Alkitab. Injil saja
sudah cukup, sehingga tak perlu ditambah lagi

·         Jikalau jemaat Kristen mengasingkan dir supaya boleh mengarahkan pikirannya


kepada kedatangan Kristus saja, tak dapat tidak jemaat mengabaikan tugasnya di dalam
dan untuk duni ini. Gereja tak boleh menjadi sekta, yang hanya mengutamakan
keselamatannya sendiri saja, tetapi ia terpanggil untuk memasyurkan Injil kepada semua
manusia di tengah-tengah masyarakat yang berdosa.

·         Demi melihat moralisme yang memuncak di dalam montanisme,maka mata gereja


terbuka dan melihat moralisme sendiri, sehingga ulai sadar bahwa gereja bukanlah
prkumpulan orang yang suci atau sempurna, melainkan adalah perkumpulan orang yang
berdosa; jemaat Kristen di bawah rahmat, bukan lagidi bawah taurat.

BAB 8

SENJATA-SENJATA GEREJA

1.      KEMENANGAN GEREJA

Oleh karena Tuhan tidak meninggalkan Gereja didalam bahaya yang mengancamnya,
maka segala serangan terhadapnya malah mendatangkan kebaikan baginya. Diantara
tahun 150 dan 200 Gereja sanggup menolak segala ajaran yang sesat, dan menginsafi
wujud dan tugasnya .

Kemenangan ini barulah tercapai sesudah pergumulan yang hebat. Gereja terpaksa
melengkapi senjatanya untuk melawan sekta. Senjata itu pula menjadi ciri dan peryataan
yang tegas dari wujud Gereja sendiri. Ketiga senjata itu ialah: a. Kanon dari kitab-kitab
Perjanjian Baru, yang diakui sah di samping Perjanjian Lama; b. Pengakuan Iman untuk
menetapkan ajaran Gereja, dan c. jabatan uskup, selaku pengganti rasul-rasul dan
pembela kebenaran. Demikianlah Gereja membedakan ajarannya yang Injili dari segala
ajaran yang sesat.

2.      KANON

Sampai waktu itu Gereja hanya mempunyai sebuah kitab saja, yang menjadi Kanon (yaitu
ukuran atau kaidah) bagi kepercayaan dan kehidupan anggotanya, yakni Perjanjian
Lama. Sudah barang tentu bahwa sanbda Tuhannya, Yesus Kristus, dan segala cerita
secara lisan dan tulisan mengenai Tuhan, sangat berkuasa pula dalam Gereja. Hanya
kuasa itu belum dirumuskan dan ditentukan. Jikalau Gereja melawan sekta-sekta yang
telah mengumpulkan banyak (gnostik) atau sedikit (Marcion) surat-surat kudus yang
menjadi kanonnya, di antaranya banyak yang apokirif, maka tugas Gereja yang pertama
ialah menetapkan sendiri kitab-kitab manakah memuat cerita-cerita yang benar tentang
Tuhannya. Kaidah yang dipakainya dalam menimbang dan memutuskan soal itu, ialah
apakah kitab-kitab yang bersangkutan itu berasal dari rasul-rasul atau tidak? Karena
hanyalah rasul-rasul  dengan murid-murid mereka sendiri saja yang dapat dianggap
sebagai saksi yang dapat dipercaya, dan pengarang yang diilhami Roh.
Beralaskan pendirian itu maka pada tahun 150 keempat kitab Injil yang kita kenal, sudah
umum diakui “Kanonik” (yaitu selaras dengan kanon). Demikian pula Surat-surat Rasul
Paulus, dan kitab Kisah Rasul-rasul, sebab ditulis oleh murid dan sahabat Paulus, yakni
Lukas. Diantara segala “Kitab Wahyu” (kitab apokaliptik) yang banyak itu, hanya Wahyu
Yohanes saja yang dipandang sah, meskipun ada juga yang berkeberatan terhadapnya.
Mengenai surat-surat kiriman, hanya secara berangsur-angsur tercapai persetujuan, tetapi
1 Petrus dan 1 dan 2 Yohanes segera dianggap “Rasuli”. Surat kepada orang Ibrani lama
disangsikan dibarat, karena tidak dikarang oleh seorang rasul.

Sebaliknya beberapa kitab yang lain dipandang Kanonik oleh sejumlah jemaat. Yang
dimaksud ialah karangan-karangan “Bapa-bapa Rasuli”. Nama ini dipergunakan bagi
beberapa pengarang pada zaman kemudian sesudah rasul-rasul, yakni Clemens, seorang
presbiler di Roma (tahun 95). Ignatius, “Barnabas”, polykarpus, Papias, Hermas, dan lain-
lain. Tulisan-tulisan Bapa-bapa Rasuli itu, dan juga Kitab “Didache” (“Ajaran keduabelas
rasul”) yang tersiar dan digemari dimana-mana, tidak dimasukkan kedalam Kanon,
karena tidak memenuhi syarat-syarat yang terpapar diatas. Umumnya boleh dikatakan
bahwa Kanon Perjanjian Baru sudah ditetapkan kira-kira pada tahun 200 (secara
definitive pada tahun 380).

Penetapan kanon itu sangat penting, sebab dengan itu gereja menyatakan dengan
berterus-terus, bahwa masa peryataan Tuhan telah diakhiri dengan Perjanjian Baru.
Sebab itu tiap-tiap gerakan atau aliran rohani yang baru, wajib membuktikan  bahwa
ajarannya dan tujuannya sesuai dengan kitab-kitab yang termasuk dalam kanon resmi.
(maklum, kata kanon dipakai juga dalam daftar segala kitab yang diakui sah.) Gereja
tunduk kepada kuasa yang lebih tinggi dan lebih tua dari pada kuasanya sendiri, yakni
kuasa Firman Tuhan yang terdapat dalam Alkitab. Dengan demikian sebenarnya tradisi
Gereja sekali-kali tidak boleh mempunyai kuasa sendiri. Dikemudian hari hal itu dipegang
teguh oleh Gereja Prostestan, tetapi kurang diingat oleh Gereja Katolik Roma.

3.      PENGAKUAN

Selain dari senjatanya yang utama, yakni Kanon, Gereja membutuhkan suatu senjata lain
lagi untuk melawan sekta, karena tidak cukup bahwa salah satu kitab dibubuhi nama
seorang rasul saja. Sebab kitab Injil dan Kisah rasul dari kaum gnostik juga diberi nama
rasul sebagai pengarangnya. Jadi hanya isi kitab-kitab sajalah yang dapat menentukan
apakah kitab itu boleh dianggap sungguh-sungguh rasuli. Oleh sebab itu perlu suatu
ringkasan iman jemaat, yang akan menjadi kaidah supaya jangan “diombang-ambingkan
oleh rupa-rupa angin pengajaran” (Ef 4:14).

Untunglah sudah terdapat kesimpulan percaya yang demikian. Pengakuan yang terutama
hanyalah mengenai kristus: “Yesus adalah Tuhan” (1 Kor 12:3). Pengakuan yang pendek
ini kemudian ditambahkan dengan keterangan-keterangan lain tentang Kristus, seperti
yang nyata dalam Roma 1:3,4 dan Fil 2:5-11. Berikutnya ialah hal-hal mengenai
keselamatan ditambahkan juga. Akibat perkembangan ini ialah: keduabelas pasal Iman,
yang kita akui sekarang juga. Meskipun bentuknya yang akhir barulah ditetapkan dalam
abad ke-V, akan tetapi sebelum tahun 200 pengakuan itu sudah dipakai jemaat di Roma
sebagai pengakuan orang yang hendak dibaptiskan. Di barat pengakuan baptisan itu
segera dipakai dimana-mana. Kemudian pengakuan baptisan pada khususnya dan
pengakuan jemaat pada umumnya juga disebut “symbol”. Di bagian Timur lama barulah
kemudian ditetapkan pengalimatan pengakuan iman. Akhirnya pengakuan Nicea, yang
muncul pada pertengahan abad ke-IV, umum diikrarkan di timur.

Pengakuan-pengakuan itu sangat berfaidah bagi Gereja dalam perlawanannya terhadap


gnostik dan Marcion. Umpamanya, pengakuan bahwa Allah adalah “khalik langit dan
bumi” sama sekali menolak pandangan sekta itu, dan sudah tentu segala pokok yang
mengenai Kristus sangatlah bertentangan dengan ajaran sekta yang mengatakan bahwa
Kristus datang kedunia ini dengan tubuh maya saja  (ajaran dosetisme)

Pengakuan duabelas pasal Iman itu erat hubungannya dengan Alkitab dan selalu
dijelaskan selaku ringkasan dari rasul-rasul sendiri. Sebab itu timbullah nama
“pengakuan rasuli” atau “Apostolicum”. Menurut kata pertama didalam bahasa latin,
yakni “Credo”, artinya: “aku percaya,” maka nama Credo itu pun lazim dipakai. Sungguh
menakjubkan bahwa pengakuan itu mengandung segala perkara iman masehi yang
sungguh penting, sedang yang tidak memuat hal-hal yang sebenarnya diutamakan oleh
kebanyakan anggota jemaat pada zaman itu, yakni: moralisme dan salah paham tentang
sakramen! Keheranan kita juga mengenai susunan kanon: tiada satu pun di antara
tulisan-tulisan yang mencerminkan roh masa itu termasuk kedalamnya; malah sebaliknya
paulus, yang hamper tidak dimengerti lagi waktu itu dialah yang terbesar didalam kanon!
Inilah sesungguhnya suatu bukti yang indah, bahwa Roh kudus telah mengajarkan
didalam gereja abad ke-II itu sesuatu yang jauh mengatasi kesanggupannya sendiri.
Dengan demikian pengakuan Rasuli itu bukan saja menjadi senjata Gereja pada
permulaan sejarahnya, tetapi juga menjadi kesimpulan iman Kristen bagi segala abad
kemudian.

4.      PEWARISAN JABATAN RASULI

Tetapi disamping kedua senjata tadi masih perlu senjata yang ketiga. Apa sebab? Oleh
karena kedua senjata tadi, yakni kanon dan pengakuan, barulah berkuasa dalam praktek,
kalau ada manusia yang melaksanakannya dan mempertahankannya. Itulah sebabnya
pemimpin-pemimpin Gereja menunjuk jemaat kepada uskupnya yang dipilih dengan jalan
yang sah. Dia sajalah yang sanggup memberi keputusan tentang segala masalah yang
muskil, yang mengharu-birukankan jemaat karena khotbah dan pengajaran semua guru
sekta dan nabi palsu itu.

Pada masa itu segala jemaat dikepalai oleh seorang uskup saja, dan pada umumnya para
uskup tidak tersesat oleh sekta-sekta itu. Dengan demikian timbullah semboyan:
berpeganglah kepada uskupmu, karena dialah yang mengetahui kebenaran! Akan tetapi
lama-kelamaan semboyan ini, yang timbul dari praktek pengembalaan jemaat, barulah
menjadi suatu suruhan ilahi, oleh karena pangkat uskup makin dijunjung tinggi.
Demikianlah pada akhir abad ke-II kita lihat keadaan berikut ini: rasul-rasul telah
mengangkat  uskup-uskup sebagai gantinya, dimana tempat, yaitu seorang uskup untuk
tiap-tiap jemaat. (kita sudah maklum bahwa itu tidak benar!) kemudian uskup itu diganti
pula oleh seorang uskup lain, yang juga dipilih dan ditabiskan dengan jalan demikian dan
seterusnya. Sekarang penggantian yang sah itu menjamin penyerahan kebenaran Injili,
yang mula-mula dipunyai rasul-rasul, terus menerus didalam Gereja segala masa. Setiap
kali apabila seorang uskup ditabiskan maka bersama dengan jabatan itu kebenaran Injili
diwarisi dan dimilikinya pula. Ajaran itu dinamai “dogma pewarisan atau suksesi jabatan
rasuli”.

Dengan demikian manusia, yaitu uskup, menerima kuasa yang sama besar dengan kuasa
kanon atau Alkitab, bahkan lebih besar lagi, karena uskuplah yang dianggap berhak dan
berkuasa menjelaskan Alkitab dengan sempurna. Dengan demikian Kristus tidak lagi
sempat menguasai jemaatnya sendiri dengan FirmanNya, karena uskup telah tersisip
diantara Firman Tuhan dan GerejaNya itu. Yang dituntut dari jemaat bukanlah lagi
percaya kepada Kristus , melainkan taat kepada uskup. Mulai pada waktu itu percaya
kepada Kristus, melainkan taat kepada uskup. Mulai pada waktu itu berlakulah dua
macam kuasa didalam Gereja: kuasa Kristus didalam FirmanNya dan kuasa gereja sendiri
di dalam uskupnya. Akhirnya tak dapat tidak harus timbul pemecahan antara kedua
kuasa itu. Pembaharuan gereja (reformasi) memiliki kuasa Firman tuhan, yang kepadanya
segala kuasa lain takluk, padahal gereja Roma mengajarkan bahwa segenap kuasa dan
kebenaran didalam gereja diserahkan oleh Kristus kepada Paus semata-mata.

Bab 9

GEREJA KATOLIK YANG LAMA

Kini perlu di terangkan dasar dan keadaan Gereja yang lama, seperti yang mulai Nampak
antara tahun 180 dan 300 M. Bibit pertentangan Timur-Barat di kemudiaan hari sudah
terdapat pada abad ke-III. 

1.      Kebaktian. Jikalau kebaktian Gereja yang lama dibandingkan dengan kebaktian


Kristen pada tahun 100, ternyata betapa Gereja sudah bertambah-tambah di pengaruhi
oleh suasana kafir di sekelilingnya. Kedua pandangan kafir menguasai kebaktian Kristen
pada masa itu, yaitu:

a.       Perjamuan Kudus. Perjamuan di pandang baik selaku suatu korban dari pihak


jemaat yang patut di ganjari Tuhan dan sebagai suatu hadiah sorgawi yang di karuniakan
Tuhan. Korban itu dinaikkan oleh imam kepada Allah atas nama jemaat dan dianggap
sebagai suatu persembahan ulang dari Kristus, selaku lanjutan dan ulangan dari korban-
Nya di Golgota. Pandangan ini beralaskan kepercayaan bahwa oleh doa imam maka Roh
Tuhan turun ke atas roti dan air anggur dan kedua itu berubah menjadi tubuh dan darah
Kristus, dan ketika penahbisan kedua benda perjamuan ini menyebabkan tercapainya
mujizat yang suci yang di sebut konsekrasi.  Hal ini dapat berlaku, oleh sebab Kristus
sendiri mau berada dalam roti dan anggur itu. Apabila jemaat makan dan minum benda
suci itu yang adalah tubuh dan darah Mukhalis sendiri, maka segala kuasa sakti dan
berkat sorgawi yang ada dalam roti dan anggur itu, mengalir ke dalam batin tiap-tiap
orang percaya. Makanya di bagian Timur Perjanjian Kudus di pandang selaku pemberian
Tuhan, dan di barat di pandang sebagai korban dari pihak manusia.

b.      Babtisan Kristen. Ini pun di artikan salah. Jemaat percaya bahwa dalam air baptisan
terkandung khasiat istimewa, sehingga air itu menyucikan secara magis-realitis; oleh
kuasa ilahi, setan dan pengaruhnya di usir dari badan dan jiwa orang yang di baptiskan
itu. Dengan demikian orang yang baru di lahirkan secara lahiriah-batiniah itu, berdiri
suci-murni di hadapan Tuhan pada hari baptisannya itu. Dampak pandangan itu timbul
reaksi dari jemaat. Ada yang menunda babtisannya sampai menjelang ajalnya, supaya
kesuciannya yang di peroleh dari baptisan itu dapat di perlihatkan lebih gampang sampai
hari matinya.

2.      Disiplin Gereja. Masalah disiplin di pecahkan di Barat. Menurut pandangan umum,


baptisan membasuh segala dosa yang pernah di lakukan sebelumnya, tapi orang Kristen
tidak boleh jatuh ke dalam dosa yang lebih besar lagi supaya tidak kehilangan rahmat
Tuhan yang di peroleh lewat baptisannya. Dosa yang di pandang kecil boleh di tebus lewat
doa, puasa. Tetapi jikalau dosa yang berat, yang ,mengantar kepada maut kekal yaitu
percabulah, zinah, pembunuhan dan murtad maka harus di singkirkan dari gereja.

Keputusan tentang soal ini diambil pada tahun 217 oleh uskup Roma Calixtus, yang
memaklumi dan dia selaku uskup berhak mengampuni dosa percabulan dengan
mengenakan hukuman yang berat kepada yang bersalah. Banyak jemaat di Roma dengan
pandangan itu dan memisahkan diri. Tetapi pendapat Calixtus menang di seluruh
Gereja  sehingga membuat kedudukannya semakin di perteguh dan kuasanya bertambah
besar. Ketika tu banyak penganayaan terjadi, dan hal itu belum pernah terjadi
sebelumnya, dan orang-orang yang murtad  itu bertobat kembali dan meminta diterima
lagi di jemaat. Cyprianus, uskup Carthago dan Corenelius, uskup Roma berpendapat
bahwa dosa murtad adalah berat dan mengantar kepada maut boleh diampuni juga.
Keputusan ini membuat mereka memisahkan diri dengan menamakan dirinya “orang suci
murni” dan mereka berkembang dengan pesat.

3.      Organisasi. Pusat organisasi Gereja adalah oknum Uskup, yang ,mengepalai jemaat
baik mengenai ajaran dan pengakuan, baik dalam kebaktian maupun dalam hal disiplin
dan pemerintahan harian. Seorang uskup yang baru harus dipilih oleh uskup-uskup
berdekatan  dan perlu di tahbiskan supaya mewarisi hak dan kuasa rasuli. Makin banyak
pejabat sekeliling wakil Kristus itu disamping presbiter dan diakonos adapula pangkat
diakonos muda, eksorsis( pembuang setan-setan), pembaca Alkitab, dll. Pada tahun 250
barulah diadakan sinode-sinode di daerah.

4.      Uskup Roma. Rasul Paulus, Petrus yang sangat di hormati di dalam Gereja telah


bekerja dan mati syahid. Oleh sebab itu penggantinya adalah uskup-uskup Roma dan
mereka merasa dirinya  lebih berkuasa dan mulia dari pada segala uskup-uskup yang lain.
Mereka mempergunakan kesempatan untuk memperkokoh kedudukannya di Gereja
sedunia. Uskup Victor memutuskan hubungannya dengan jemaat-jemaatnya di Asia kecil
pada akhir abad ke-II karena mereka tidak menerima keputusannya tentang tanggal
perayaan Hari Raya Kebangkitan, tetapi sikap itu tidak di setujui oleh uskup-uskup lain.
Uskup Roma memang dianggap yang pertama diantara para uskup yang setara dengan
dia tetapi ia belum di akui sebagai satu-satunya hakim dan pengatur yang perintahnya
wajib di patuhi oleh seluruh Gereja.

5.      Cyprianus. Pemimpin Gereja yang terutama dan teristimewa  ialah Cyprianus, uskup


Carthago di Afrika Utara.  Cyprianus dipilih menjadi uskup pada tahun 248, dan sepuluh
tahun kemudian ia meninggal. Pada tahun 249 kaisar Decius membasmi semua pemimpin
Gereja. Cyprianus bersembunyi untuk mengembalakan jemaatnya yang di dalam
penganiayaan  dan sengsara dengan jalan surat menyurat. Karna mengalami siksaan yang
sangat bengis itu banyak jemaat menjadi murtad dan akhirnya banyak yang
menyesali  penyangkalannya, sehingga mereka minta di terima lagi dalam jemaat.
Golongan pengaku ( Confessores) menjadi pembela orang-orang murtad itu di hadapan
uskup Cyprianus. Mereka meminta pengampunan dosa dan minta di terima kembali di
gereja itu. Cyprianus setuju dengan hal itu bahwa gereja berhak mengampuni semua
orang yang jatuh dalam dosa berat, tetapi tentang jalan penerimaan kembali itu ia
mempertahankan pendiriannya, dan pengampunan itu hanya boleh di berikan sehabisa
waktu percobaan yang lama dimana orang murtad itu wajib menebsus dosanya dengan
menjalani hukum Gereja yang berat supaya pertobatan dan penjelasannya nyata dan
terang. Banyak yang setuju dengan pandangan itu dan tindakan Cyprianus menang dan
uskup Cornelius pun setuju. Kuasa Cyprianus pun bertambah besar di barat.

6.      Kesimpulan. Oknum dan pekerjaan Cyprianus mencerminkan semangat barat. Roma


mengutamakan segala hal mengenai hidup sehari-hari, seperti  organisasi, kehakiman,
pemerintahan, kemiliteran, juga mempengaruhi Gereja bagian barat. Susunan, pimpinan
dan disiplin Gereja diatur teliti. Timur lebih suka berfilsafat dan bermistik, sehingga
disitulah persoalah teologia yang sulit. Ada persamaan timur dan barat, yaitu Gereja
Kristen bukanlah lagi suatu persekutuan yang berpusat pada Firman Allah melainkan
jemaat besandar pada uskup. Firman Alkitab di tukar dengan kuasa jabatan uskup .

BAB 10

THEOLOGIA GEREJA LAMA

1.Golongan Apologet. Kaum apologet berusaha untuk menyesuaikan Injil dengan


semangat zaman. Maksudnya ialah untuk membuktikan bahwa hanya Injil saja yang
menggenapi segala cita-cita filsafat Yunani. Menurut pandangan Yunani, Allah
bersemayam jauh di atas dunia ini di tempat yag tidak terhampiri. Manusia hanya dapat
berhubungan dengan Allah itu oleh pertolongan roh-roh yang menjadu pengantara antara
sorga dengan bumi. Roh pengantara itu terutama ialah firman atau Logos. Logos adalah
sesuatu yang bukan Allah dan bukan pula dari dunia, melainkan suatu jabatan antara roh
dan zat benda, bahkan dengan logos itulah Allah menciptakan dunia ini. Sekarang orang-
orang apologet mulai menyamakan logos, filsafat Yunani itu, dengan logos (firman), yang
disebut Yohanes dalam kitab Injilnya. Maksud mereka itu tentulah baik, akan tetapi
dengan menyamakan kedua-duanya maka pintu terbuka bagi pandangan-pandangan kafir
untuk memasuki theologia Gereja, ini menjadi dasar segala salah paham tentang ajaran
Alkitab dalam Gereja Lama. Sebab menurut Yoh 1:1 “Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah,” padahal Logos Yunani hanya semacam setengah Allah
saja. Jikalau Yoh 1 diartikan demikian, maka tentulah Yesus tidak lagi dipandang sebagai
Allah sendiri yang turun ke bumi, melainkan adalah suatu zat yang setengah ilahi saja.
Sejak timbulnya kaum apologet, maka pandangan itu menjadi ajaran umum dari Gereja.
Barulah di kemudian hari paham Logos itu lama-kelamaan dibersihkan dari pengertian
kafir tadi.

Theologia apologet tentang kebebasan dunia adalah seperti berikut: Allah menciptakan
Logos di dalam rangkaian waktu, sebagai suatu roh yang berpribadi, dan dengan Logos itu
Allah menciptakan segala sesuatu yang ada. Manusia telah digodai setan-setan, sehingga
jatuh ke dalam jurang kesesatan, percabulan dan politheisme. Sebab itu Logos itu sendiri
turun ke bumi dengan menjelma dalam tubuh manusia, yaitu Yesus, dengan maksud untuk
memulangkan manusia kepada jalan yang baik. Demikianlah Yesus membuka mata
manusia terhadap segala tipu muslihat setan-setan sambil memberitakan ajaran yang
benar tentang Allah dan dunia dan hari kiamat yang akan datang. Lagipula ia mengajar
mereka tentang hidup yang berkenan kepada Tuhan. Manusia berkehendak bebas dan
dapat meluputkan diri dari genggaman setan-setan dengan pertolongan pengajaran dan
teladan Kristus. Teranglah bahwa dalam hal ini Kristus bukanlah lagi penebus dan
juruselamat, melainkan guru dan teladan saja. Peristiwa-peristiwa yang mendatangkan
selamat (kematian dan kebangkitan Kristus dan sebagaianya), kurang dipentingkan dalam
theologia apologet. Apa sebenarnya rahmat Allah itu kurang dipahami. Nampaknya
theologinya injili, tetapi isinya sangat dipengaruhi oleh filsafat kafir yang moralistis dan
rasionalistis. Walaupun demikian, tidak pernah kaum apologet dipandang sebagai orang
penyesat, karena bukanlah mereka itu saja, tetapi jemaatpun kurang mengerti inti Injil
Yesus Kristus. Apalagi kaum apologet itu selalu membela Gereja resmi dan tidak
mengajarkan suatu hikmat yang lain, sebagaimana dinuat oleh golongan gnostik.
2. Irenus. Beberapa waktu kemmudian sesudah timbulnya golongan apologet itu,
bangkitlah seorang ahli theologia yang kembali lagi kepada ajaran Alkitab tentang
penebusan manusia oleh Yesus Kristus. Ahli theologia itu ialah Irenius. Ia berasal dari Asia
Kecil, suatu daerah Gereja yang lebih mengutamakan mistik (ingat Yohanes dan Ignatius)
Irenius menjadi uskup di kota Lyon di negeri Perancis pada tahun 178, karena banyak
orang Asia Kecil telah pindah ke sana. Ajaran yang dipakainya untuk melawan gnostik,
berlainan sekali dengan theologia apologet. Secara garis besar beginilah uraianya: Adam
serta segenap bangsa manusia diciptakan untuk hidup yang baka, tetapi oleh karena
jatuhnya ke dalam dosa maka manusia diikuti dengan kefanaan. Untuk melepaskan
manusia, Allah mengutus, AnkaNya, yaitu Logos, yang masuk ke dalam daging manusia.
Dengan demikian Kristus menghubungkan tabiat manusia dengan kuasa Allah yang kekal.
Kristus adalah Adam yang kedua, yang menggenapi segala tuntutan Allah, yang dilalaikan
Adam yang pertama. Di dalam kebangkitanNya Kristus memberi suatu petaruh dan
jaminan untuk hidup yang baka kepada sekalian orang yang percaya kepada Dia.
Sekarang Roh Kudus memberikan hidup yang kekal itu kepada semua orang yang
percaya, di dalam baptisan dan perjamuan. Jadi pokok utama theologia Ireneus ialah
“mempersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik yang di sorga,
maupun yang di bumi” (Ef 1:10). Sorga Allah dan dunia manusia yang tercerai sekian
lama oleh dosa, sekarang dihubungkan dan dipersatukan kembali. Allah menjadi manusia,
agar manusia mendapat kembali keadaan yang baka.

Segala pandangan ini sudah tentu jauh lebih Injili daripada ajaran apologet, karena di sini
oknum Yesus Kristus diutamakan dan dijunjung selaku mukhalis dan penyelamat.
Sungguhpun demikian, pembenaran oleh iman dan salib Kristus kurang tampil di muka
dalam theologia Ireneus, karena pokoknya bukanlah pertentangan antara akibat dosa,
yaitu kefanaan dan akibat rahmat, yakni hidup yang baka. Segala theologia timur
bercorak pandangan Ireneus ini, sehingga sampai kini Hari Raya Kebangkitan Tuhan
Yesus adalah pesta yang termulia di Gereja timur itu.

3. Tertullianus. Ia seorang ahli hukum yang bekerja sebagai advokat di Chartago. Dengan
mengenal Tertullianus dari kitabnya yang banyak itu, yang dikarangnya antara tahun 195
dan 220. Tertullianuslah yang pertama-tama yang memakai pelbagai istilah theologia yang
menjadi lazim semenjak masa itu, misalnya: dosa turunan, tebusan dosa, jasa, dan lagi
rumusan seperti: Allah berzat satu tetapi berpribadi tiga dan Kristus adalah satu pribadi
dengan dua tabiat dan sebagainya. Ia memandang relasi manusia dengan Allah selaku
seorang terdakwa di hadapan hakim. Sebagai seorang apologet Tertullianus mengajar
bahwa Logos adalah suatu zat ilahi yang lebih rendah daripada Allah, padahal Ireneus
berpendapat bahwa Logos juga adalah Allah, sesuai dengan awal Injil Yohanes.
4. Clemens dari Alexandria (200). Filsafat Yunani dan Gnostik berkembang di kota
Alexandria dan sudah lama kaum Kristen yang terpelajar berusaha menyesuaikan
filsafatnya dengan ajaran Alkitab. Clemens adalah seorang ahli theologia. Gereja yang
mencoba melaksanakan penyesuaian itu, supaya agama Kristen juga disambut oleh
golongan kafir yang berpengetahuan tinggi. Muridnya yang tersohor namanya sebagai ahli
theologia yang terbesar di Gereja Lama bagian Timur, ialah Origenes.

5. Origenes (185-254). Ia lahir di Alexandria. Bapanya mati syahid pada tahun 202, waktu
Origenes berumur 17 tahun. Ketika itu sudah nyata kepandaiannya yang luar biasa.
Dengan rajin dan gembira ia menuntut rupa-rupa ilmu dan segera namanya termasyhur di
mana-mana. Origenes mengarang beratus-ratus kitab besar dan kecil (ada yang
mengatakan sampai 6000 karangan), teristimewa kitab tafsiran dan filsafat. Hidupnya
sangat sederhana dan beraskese, bahkan ia mengebiri dirinya menurut Mat 19:12, karena
kata orang, asket daging itulah tempat dosa berdiam, sebab itu lebih baik daging
dimatikan supaya jiwa disucikan dari kejahatan. 

Ajaran Origenes adalah begini: Asal dan tujuan segala yang hidup ialah Allah, Bapa abadi,
yang dari kekal melahirkan segala sesuatu yang ada. Yang pertama dilahirkan ialah Logos,
yang ilahi tetapi yang lebih rendah daripada Allah. Logos atau Anak melahirkan Roh
Kudus. Dari Roh itu berpencar segala Roh atau jiwa yang lebih rendah, yang juga
bertabiat ilahi, tetapi berkehendak bebas. Kehendak itu salah dipakainya, ketika mereka
melawan Allah. Cuma satu jiwa saja tetap setia kepada Tuhan. Selaku hukuman maka roh
yang jatuh dalam dosa sekarang sikurung dalam salah satu badan jasmani. Malaikat-
malaikat jatuh sedikit saja, sehingga mendapat badan berupa bintang di langit. Di bawah
malaikat ada dunia dan di bawah dunia terdapat tempat setan-setan yang hidup dalam
kegelapan. Malaikat dan setan berjuang untuk membuat dunia dan manusia. Logos mau
meluputkan dunia, sebab itu ia menghubungkan diriNya dengan satu-satunya jiwa yang
tak jatuh itu, lalu ia menjelma di bumi ini dalam tokoh manusia, yakni Yesus. Yesus
membawa kelepasan bagi semua manusia. Orang sederhana hanya perlu percaya kepada
Yesus selaku penebus, tetapi orang yang berpengatahuan harus memperhatikan
pengajaranNya yang mulia itu dan perlu meniru teladanNya dengan mengusahakan
kebajikanNya dan askese, sehingga lama-kelamaan jiwa manusia itu dipersatukan dengan
logos, bahkan diilahikan. Tetapi pada akhirnya segala sesuatu akan pulang kepada Allah.
Setan-setan pun tidak terkecuali. Inilah ajaran “kebangkitan segala yang ada”, sehingga
akhirnya semuanya dipulihkan menjadi seperti semula. Sesudah itu kejatuhan dan
kebebasan akan dimulai pula dan begitulah terus-menerus berulang-ulang sampai selama-
lamanya.

Dasar sistem Origenes, yaitu tafsiran alegoris, terlalu lemah. Tetapi meskipun demikian,
Gereja zaman itu menghormati Origenes selaku seorang bapa Gereja. Barulah pada tahun
399 Gereja sadar bahwa ajarannya tidaklah sesuai dengan Injil, sehingga theologianya
ditolak dengan resmi. Hasil pengaruh Origenes yang terpenting ialah bahwa pengertian
Logos sebagai suatu zat yang lebih rendah daripada Allah, diterima oleh Gereja Lama
selaku ajaran yang sah dan baik.
BAB 11

PERGAULAN HIDUP DI DALAM GEREJA LAMA

            Gereja lama belum cukup kita memperhatikan suatu pasal yang tak dapat di
terangkan, sebagaimana orang Kristen menyatakan imamnya di dalam pergaulan mereka
sendiri dan dengan orang kafir. Agama Kristen pada abad-abad pertama terakhir Masehi
itu, baiklah kita melayangkan pandangan kita kepada pendirian kaum Kristen di dalam
hidup sehari-hari di tengah masyarakat zaman itu. Jemaat hanya merupakan suatu
kelompok kecil di tengah dunia yang bukan Kristen dan agamanya masih di hina, nyatalah
dengan terang betapa indah dan istimewa hidupnya. Mereka tidak luput dari pelbagai
macam kesesatan, dosa dan kelemahan, tetapi sekalipun demikian bolehkah kita sebutkan
perkataan Paulus, bahwa “di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang
sesat ini, jemaat Kristen bercahaya seperti bintang-bintang di dunia” (Fil 2 : 15).

1.      Derajat kebajikan

Kebajikan kaum Kristen yang suci dan murni jujur berbeda jauh dengan segala kejahatan
itu. Gereja dengan dunia yang bukan Kristen makin kabur, namun perbedaan derajat dan
kebajikan itu tetap Nampak. Tentu ada juga orang kafir, yang berusaha ingin hidup
dengan sopan, tetapi Gereja Kristen ialah satu-satunya persekutuan hidup, yang dengan
pekabaran Injil dan teladannya lama-kelamaan mengangkat rakyat murba kepada tingkat
kesusilaan yang lebih tinggi. Hal ini diakui juga oleh beberapa pujangga kaifr. Tidak
mengherankan, bahwa orang-orang apologet selamanya menunjuk kepada kebajikan
Kristen itu untuk membuktikan kesucian agamanya.

2.      Rumah tetangga

Hal nikah dan rumah tangga dijunjung tinggi di dalam jemaat Kristen, meskipun hidup
lajang (tidak kawin) dianggap lebih suci oleh banyak orang. Sebab itu suami-istri diajak
menahan diri seboleh-bolehnya. Nikah kedua sesudah suami-istri meninggal, dipandang
kurang patut. Perkawinan seorang Kristen dengan seorang kafir tidak diperbolehkan,
sungguhpun sering berlaku. Kaum wanita dihormati; juga di dalam hidup jemaat,
kecakapan dan tenaga mereka dipergunakan untuk pelbagai tugas. Suami-istri harus
berkasihan-kasihan dan tidak boleh bercerai. Maksud nikah ialah melahirkan anak. Anak-
anak harus dididik dalam iman Kristen dan wajib menurut segala nasehat orangtuanya.
Rumah tangga Kristen dipandang sebagai suatu persekutuan agama yang erat
pertaliannya.

3.      Milik

Milik itu adalah pinjaman dari Allah. Sebab itu milik perseorangan diakui baik, asalkan
anggota jemaat sadar dan ingat, bahwa ia bertanggung jawab selaku hamba Tuhan atas
miliknya itu. Dan sebagai seorang Kristen ia tidak boleh hidup mewah. Pakaian, makanan
dan perabot rumahnya hendaknya sederhana, suapaya jangan harta benda itu menjadi
rintangan bagi hidup rohani. Segala kelebihan baiklah diserahkan kepada yang
berkekurangan. Jemaat merasa malu kalau seorang anggotanya miskin atau lapar, tetapi
sekalipun demikian Gereja zaman itu belum insaf, bahwa jurang perbedaan yang
mendalam antara kemiskinan dan kekayaan di dalam masyarakatnya, harus dianggap
sebagai suatu keadaan sosial yang salah dan buruk benar di hadapan Tuhan dan sesama
manusia. Gereja belum mengerti panggilan dan tugasnya untuk memberantas dan
membasmi segala keadaan yang kurang adil itu demi Injil pengasihan Tuhan.

4.      Perbudakan

Orang Kristen pada masa itu memandang perbudakan sebagai suatu perkaya yang biasa
juga. Mereka itupun mempunyai budakan juga. Sebaliknya di tuntut dari tuan-tuan
Kristen, supaya mereka memperlakukan budaknya dengan peri kemanusiaan, sehingga
nasib budak orang Kristen jauh lebih baik dari pada nasib kebanyakan budak orang kafir.
Akan tetapi yang lebih penting lagi ialah di dalam lingkungan jemaat sendiri tak ada
perbedaan antara tuan dan budak melainkan semua bergaul selaku saudara-saudara,
menurut perkataan Paulus, bahwa di dalam jemaat tidak ada hamba atau orang merdeka
karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal 3:8)

5.      Pergaulan umum

Seorang Kristen, yang ingin hidup, untuk menentukan sikapnya terhadap segala hal dalam
pergaulan masyarakat, karena pergaulan itu sangat di pengaruhi oleh agama kafir. Lama-
kelamaan agama dan adat Kristen mulai di perhatikan serta di hargai oleh panglima
mereka. Juga dalam lapangan masyarakat yang lain, sikap orang Kristen berbeda, ada
yang tetap menjauhkan diri sama sekali dari segala hal duniawi, tetapi lebih banyak yang
tidak begitu berkeberatan tentang pergaulan sehari-hari dengan golongan-golongan yang
bukan Kristen. Makin orang Kristen mencampuri masyarakat umum, makin di
perhatikan dan di hormati oranglah adat mereka.

6.      Pengalaman

Sidang Kristen zaman itu suka memberi derma dan pertolongan dengan seluas-luas
hatinya. Pemberian jemaat diletakkan diatas meja Tuhan dalam tiap-tiap kebaktian, lalu
dibagi-bagikan oleh syamas-syamas. Yang diberi bantuan ialah golongan pejabat, orang
miskin, janda, piatu, orangtua dan orang hukuman. Saudara-saudara yang datang dari
tempat lain diberi tumpangan. Siapa saja yang berkekurangan dikunjungi dan diberi
pertolongan. Pada tahun 250 jemaat di Roma, yang waktu itu belum banyak anggotanya
yang kaya, memberi sokongan kepada 1500 orang! Pun kepada kaum kafir, gereja
beramal, umpamanya apabila rakyat ditimpa oleh suatu bencana. Demikian pula jemaat
lain diberi pertolongan, kalau mereka mendapat kesukaran atau menderita
penghambatan. Pengalaman kaum Kristen itu umum disaksikan oleh orang kafir, sehingga
mereka mengucapkan: “camkanlah betapa mereka berkasih-kasihan!”

7.      Perawatan orang sakit


Dalam masyarakat kafir belum ada ruah sakit. Perawatan orang sakit yang sangat perlu
itu diserahkan kepada janda-janda (lihat 1 Tim 5), sedang pemeliharaan hidup mereka
menjadi tugas khusus syamas-syamas. Ada pula saudara-saudara yang mendapat karunia
istimewa untuk membuang setan-setan dengan nama Yesus, menurut janji Tuhan dalam
Mat 16:17. Mereka dinamai “eksorsis.” Segala keadaan dan kelakuan jemaat Kristen yang
diuraikan tadi, menyebabkan banyak orang tertarik kepada Gereja, sehingga mulai abad
ke-III itu Gereja berkembang dengan cepat. Gereja Lama memasyurkan Injil Tuhan,
terutama dengan jalan memperlihatkan kasih Kristus di dalam perbuatannya dan
hidupnya sehari-hari, dan bukan dengan pengajaran dan kebaktiannya saja.

BAB 12

GEREJA DAN DUNIA PENGHAMBATAN DAN PERDAMAIAN

1.      Perkembangan kira-kira tahun180 jemaat kristen sudah terdapat dimana-mana


sekitar laut tengah. Pada waktu itu injil mulai dikabarkan di Germania, Britania, Spanyol
dan Amerika. Dalam abad ke III gereja merambak samapai kedaerah sungai Donau tanah
Persia dan India. Bagian terpenting dari gereja masih terdapat ditimur terutama diasia
kecil. Gereja Kristen yang makin besar ini menjadi suatu masalah politik yang sulit bagi
Negara. Kekaisaraan romawi itu bukanlah suatu kesatuan secara bangsa atau kebudayaan
persatuan segala daerah dan warga Negara hanya dapat tercapai dalam satu agama yang
umum yang diakui oleh penduduk satu Allah, satu Negara, satu kaisar. Gereja tak mau
turut mengakui suatu agama sebab hanyalah Allah bapa dari Yesus kristus itulah allah
yang benar yang harus disembah.

2.      Penghambatan baru sebab kaisar mulai pula menganiaya orang Kristen.


penghambatan ini dimulai oleh Decius (249-251) sekarang bukan lagi dengan maksud
untuk menguji kesetiaan orang Kristen terhadap Negara, melainkan untuk mendapat
kembali anugerah dewa dan untuk menjadi ketenteraman Negara untuk waktu yang akan
datang penghamabatan ini dilakukan di seluruh kekaisaraan. Tidaklah mengherankan
bahwa banyak orang kristus menjadi murtad tau mencoba memberi uang suap kepada
imam kafir, supaya mereka mendapat sepucuk surat kekaisaraan bahwa mereka itu telah
mempersembahkan korban rupa diatas mezbah kaisar. Tetapi ada pula ada saudara yang
tetap setia. Kendati mereka disiksa sebengis mereka menai Confessores (pengaku) jemaat
Carthago dibawah pimpinan Cyprianus berkat pertolongan tuhan maka gereja tak kalah
sebaliknya segala ikhtiar kaisar untuk membasmi umat Kristen gagal belaka.
Penganiayaan dibawah Valerianus (257-258) tidak berhasil. Gereja lebih menjadi kuat lagi
bahkan injil mulai masuk kedalam istana kaisar di kalangan tentara golongan orang
bangsawan. Sekarang Negara harus memilih atau membasmi gereja atau mengaku kalah
dan masuk Kristen jalan pertama dicobai lahi oleh Diocletianus tetapi tak berhasil kaisar
Constantinus agung mengerti bahwa jalan kedua itu lebih baik.

3.      Puncak dan berakhirnya penghambatan, penghambatan yang hebat dalam sejarah


gereja dilakukan oleh Diocletianus dan penggantinya Galerius dari tahun 303 sampai 311.
Untuk mencapai persatuan agam dan politik maka kaisar mengambil tindakan yang keras.
Banyak gedung gereja dirusakkan milik harta jemaat disita buku gereja dan alkitab
banyak dibakar dengan janji yang mutlak ancaman dan siksaan maka dicobai untuk
menjatuhkan pemimpin gereja terutama uskup. Akhirnya sewaktu menemui ajalnya
galerius memberi perintah untuk menghentikan penghambatan yang tak berhasil itu.

4.      Constantius Agung akhirnya tibalah masa yang baik bagi gereja ketika Constantius
merebut tahta sesudah mengalahkan lawannya Maxentius dekat roma pada tahun 312
sehingga ia memerintahkan kekaisaraan romawi bagian barat. Constantius mendapat
penglihatan yakni sebuah salib yang gemilang di udara dengan tulisan menanglah dengan
perantaraan tanda ini. Constantius telah masuk Kristen kira-kira pada tahun 312 ( dia
baru di baptiskan menjelang hari ajalnya tahun 337). Keduanya mengeluarkan edik
(putusan) Milano pada tahun 313 dimana ditetapkan bahwa gereja mendapatkan
kebebasan sepenuhnya. Bahkan segala milik yang dirampas oleh Negara harus
dikembalikan atau dibayar. Mulai saat itu ada perdamaian antara gereja dengan Negara
bahkan kaisar mengharapkan bantuan dan berkat dari pihak gereja untuk keamanan dan
kemajuan Negara. Gereja bertambah kokoh dan penting bahkan diberikan berbagai
keuntungan (umpamanya hak menerima warisan sokongan uang untuk membangun
gedung gereja mengenai penyucian hari minggu) hal ini mulai setelah Constantius
mengalahkan licinius pada tahun 380 gereja diresmikan menjadi gereja oleh kaisar
Theodosius.

BAB 13

GEREJA – NEGARA

1.      Dunia Dimasehikan

Constantinus ialah supaya Gereja dan Negara diperhubungkan erat-erat. Sebab itu ia
berusaha membasahi semua Gereja sekta di luar Gereja Katolik, seperti sekta Marcion,
Montanus, Novatianus dan lain-lain. Tetapi agama kafir dibiarkan yang dulu, sebab yakin
bahwa agama itu akan lenyap dengan sendirinya oleh pengaruh agama Kristen. Lain
sekali tindakan ketiga anaknya yang mengantikan dia. Mereka itu menaruh dewa-dewa.
Akan tetapi ternyata bahwa agama kafir belum mati sama sekali. Reaksinya masih kuat.

            Kaisar julianus yang murtad (Julianus Apostata, 361-363) mau mengembangkan


pula ajaran filsafat kafir dari plato (Neo-platnisme). Meski pun sejak kecil Julianus di
didik secara Kristen, tetapi karena rajin mempelajari kesustraan filsafat kafir sewaktu
remaja, maka ia membuat iman Kristen, lalu ingin membaharui dan memperbaiki
kebudayaan dan agama kafir. Usaha Gereja diri dirintangi. Orang Kristen dipecat dari
jabatan pegawai negeri dan tentara, dan sekolah Kristen dilarang. Akan tetapi segala
usaha Julianus untuk membentuk suatu gereja kafir yang dapat menggantikan Gereja
Kristen sama sekali tidak berhasil. Latewas dalam perang melawan orang persia. Menurut
cerita, ucapannya penghabisan ialah engkaulah yang menang, hai orang Galilea.
Theodosius Agung meneruskan dan menyempurnakan politik Contantinus. Pada tahun
380 ia membuat peraturan bahwa segala penduduk kekaisarannya harus memperkirakan
iman Katolik dari gereja resmi, sesuai dengan ajaran uskup-uskup Roma dan Alexandria.
Pengakuan Iman Kristen yang benar (ortodoks) diperintahkan selaku suatu kewajiban
terhadap negara, dan penganut agama kafir dipandang sebagai suatu pelanggaran politik,
yang harus dihukum. Keadaan ini sangat bertentangan sekali dengan abad ke-IV itu. Yang
dimaksud Gereja Negara adalah Gereja taat dan patuh sama sekali kepada kepalanya,
yakni kaisar, tetapi dalam pada waktu itu Gereja sebagai pelayan pertama dari kaisar
mendapat kehormatan yang terbesar (keadaan ini disebut byzantinisme atau
kaisaropapisme).

2.      Gereja duniawikan

Sebenarnya kedudukannnya yang baru dalam masyarakat menimbulkan kerugian rohani


yang besar bagi Gereja. Kuasa gereja tak turut campurnya kaisar dalam urusan Gereja
ialah: Gereja diduniawikan. Sungguh pun rumah berhala dirombak dan agama kafir
dilarang, akan tetapi agama itu masih berpengaruh besar dibawah lapisan hidup
kekristenan yang tipis saja.

Bahwa gereja dilindungi oleh kasisar menjadi suatu cobaan yang mengandung bahaya
besar baginya. Pemimpin – pemimpin Gereja sudah takhluk kepada urusan dan perintah
kaisar, karena hal itu membawa untung besar baginya. Bukankah mereka lebih dihormati,
lebih kaya dan berkuasa karenanya? Dulu orang yang mau masuk Kristen memerlukan
keberanian dan iman yang teguh sekarang banyak orang minta dibaptiskan, supaya boleh
dalam masyarakat.

Dunia kodrati (alamiah) masuk gereja (proses ini disebut “sekularisasi”). Buktinya banyak
: kebaktian dan upacara yang makin indah dan megah, jubah pejabat yang berwarna-
warna lilin, kemenyan, gedung-gedung gereja yang besar dan elok, bermacam-macam
arahkan (Prosesi) dan sebagainya. Yang kurang baik lagi, yaitu segala benda suci,
teristimewa sakramen dipandang secara realitas dan kasar. Secara lahiriah Gereja Kristen,
akan tetapi kesalehan anggota-anggota jemaat bercorak kafir. Orang kafir yang masuk
Kristen kehilangan dewa-dewinya yang dapat member pertolongan dalam rupa-rupa
kesulitan. Pengganti dewa-dewi itu sekarang ialah orang-orang kudus. Ibadah pada dewa-
dewi dijadikan ibadah kepada maria selaku “Bunda Allah” yang memelihara dan
melindungi segala orang percaya. Perubahan lagi, yaitu pengakuan dosa dihadapan umum
dalam kebaktian dihentikan, sebab memalukan orang, lalu diganti dengan pengakuan dosa
dihadapan seorang paderi.

3.      Organisasi
Gereja harus menjadi pembantu Negara. Untuk itu ada pimpinan yang kuat. Sampai pada
waktu uskup-uskup sama besarnya. Tetapi sekarang kaisar menjadi kepala Gereja. Dialah
hakim dan pengatur undang-undang yang tertinggi. Kaisarlah untuk bersidang selaku
“konsili oikumenis” ( yang pertama di Nicea pada tahun 325). Kaisar menjadi ketua dan ia
menjaga supaya segala keputusan dilaksanakan. Sinode-sinode daerah pun dimasa badan-
badan pengurus dan pelaksana saja.

Dengan semikian gereja negara disusun selaku badan hukum yang berpusat kanistana
kaisar. Dibagian uskup roma memperkokoh kuasanya dan dibagian timur uskup besar
dari kota-kota besar tampil kemuka selaku pemimpin Gereja. Sebenarnya perbantahan
dogmatis dari zaman itu berhubungan rapat dengan persaingan antara Uskup besar
Constantinopel dan Alexandria.

4.      Kerahiban

Sudah lama ada anggota jemaat yang mementingkan dan melakukan hal dan akses. Tetapi
kira-kira tahun 300 di Mesir orang mulai mengasingkan diri sama sekali dari masyarakat
yang berdosa, lalu hidup menyindir salaku orang Partapa. Mereka berusaha mematikan
segala hawa nafsu daging, supaya dapat hidup sesaleh-salehnya. Mereka dinamai orang
“eremit” (eremos = pada gurun). Yang terkenal diantara mereka ialah Antonius, mereka
ingin terhidar dari segala pencobaan dunia, tetapi maksud itu tercapai, karena dalam
persaingannya itu pun mereka digoda oleh iblis.

Tidak lama antaranya orang remit berkumpul dalam rumah-rumah Pertapaan atau Biara.
Pada tahun 320 Pachomius mulai mengatur hidup sehari-hari dari orang Pertapa atau
rahib-rahib ini dan peraturannya itu rabih-rabih melepaskan segala kemewahan, milik
dan nikah, agar dengan pertakaran ini mereka dapat menyerahkan dirinya sepenuh-
penuhnya untuk berdoa, merenung, melakukan pelbagi latihan rohani, ibadah dan
pelajaran Alkitab. Sebenarnya mula-mula bergerak dan tujuannya ini tak lain dari suatu
reaksi saja terhadap sekularisasi Gereja, sehingga dunia dibenci dan ditakuti. Tetapi lama-
kelamaan biara-biara itu berfaedah besar bagi masyarakat, sebagai pemelihara hidup
rohani dan selaku pusat kebudayaan, pelajaran, pendidikan dan pengalaman. Pembesar –
pembesar Gereja sendiri, yang hidup ditengah-tengah dunia ini, tahu menghargai dan
mempergunakan kesalahan dan kerajinan rahib-rahib itu.

Ditimur hal mistik dan akses diutamakan dalam biara-biara oleh sebab pengaruh filsafat
kafir yang dualistik. Sebab itu rahib-rahib ditimur bersifat pasif serta mementingkan
pekerjaan merenung dan menyiksa diri.

BAB 14

PERTIKAIAN TENTANG LOGOS


1.Pertobatan Gereja. Telah kita ketahui bahwa ajaran origenes tentang logos sebagai zat
yang “setengah Allah”atau “Allah kedua” merajalela dalam gereja lama. Sungguh ajaib
sekali bahwa pada abad ke IV gereja sudah bertobat dari pandangan yang sesat itu.
sungguhpun constantinus telah membuka pintu gereja bagi dunia, tetapi .berkat pimpinan
roh Tuhan maka theologia tidak lebih diduniawikan oleh pengaruh ilmu kafir Yunani.
Malahan gereja menyingkirkan roh origenes dari teologinya.

2. Arius dan Alexander. Pada tahun 318 timbullah perselisihan di Alexandri antar seorang
presbiter, Arius namanya dengan uskupnya Alexander kata arius tak mungkin yesus dapat
disebut “ setengah Allah” apabila kita percaya kepada satu allah saja tentulah yesus allah
juga atau ia bukan allah melainkan makhluk saja. Demikian lah arius mengajarkan bahwa
anak atau logos itu adalah makhluk Tuhan yang sulung dan yang tertinggi derajatnya ia
bukannya dari kekal, melainkan diciptakan di dalam batas-batas zaman, seperti manusia
juga diciptakan. Logos itu telah datang ke bumi ini selaku pengajar dan teladan bagi
segala makhluk yang lain. Dengan rela hati kristus taat sepenuh-penuhnya pada Allah oleh
sebab itu ia diberi kehormatan ilahi. Alexander tidak menerima pandangan itu, karena
apabila hal itu benar, maka itu berarti bahwa Injil ditiadakan. Jikalau kristus tidak lain
dari pada makhluk saja mustahil kedatangan logos dalam dunia ini berarti penyataan
Allah yang benar. Dan mustahil pula logos itu dapat membebaskan manusia.

Alexander juga tidak merasa puas dengan pergataan origenes bahwa logos adalah
setengah allah. Tetapi kesimpulan Alexander lain segali. Logos diartikannya sama seperti
Yohanes dalam pendahuluan Injilnya dan seperti Ireneus, yaitu logos itu bukanlah suatu
zat diantara Allah dan dunia melainkan logos sendiri pun adalah Allah sedari kekal.
Hanya dengan demikianlah ia dapat membebaskan dunia sesudah ia menjadi manusia.

3. Konsili di Nicea. Perselisihan ini merambak dengan segera diseluruh gereja bagian
timur, serta mengharu birukan jemaat dan masyarakat. Sebab itu Contantinus mencari
jalan untuk memperdamaikan kepada belah pihak yang berbantah-bantah itu, supaya
jangan keesaan gereja Negara terganggu untuk mencapai maksud itu kaisar memanggil
suatu konsili oikumenis bersidang di Nicea (di Asia kecil dekat Constantinopel) pada tahun
325 supaya konsili ini memperbincangkan dan memecahkan masalah theologia tentang
nisbah/relasi antara bapak dan anak, yang menjadi pokok pertikaian itu jumlah anggota
konsili Nicea antara 250 dan 300 uskup antaranya lima dari barat kaisar menjadi ketua.

Oleh kaisar dan penasehatnya dianjarkan suatu rumus tentang wujud logos yang dapat
memuaskan hati kebanyakkan anggota arius dengan pengikutnya kalah karena ajaranya
disalahkan dan ia sendiri dipecat dan dibuang. Bagaimana kah bunyi rumus yang diterima
oleh konsili itu? mereka setuju bahwa logos atau anak, “homo-usios” dengan bapa
sebenarnya istilah itu berarti “sezat”atau”sehakekat”tetapi menurut Constantinus rumus
itu hanya menyatakan bahwa logos berhubungan rapat dengan Allah bapa. Maksud kaisar
ialah supaya segala golongan dapat menafsirkan homousios sesuai dengan pikiran masing-
masing dengan itu ketenteraman dan persatuan didalam gereja dan Negara terjamin pula
jadi tetapi pada hakekatnya kesimpulan Nicea itu tak lain dari pada suatu kompromi saja.
Akan tetapi akan nyata bahwa kemudian istilah homousios itu mendapat arti dan isinya
yang sejati tatkala Athanasius mulai mempergunakannya sebagai senjata dalam
perjuangannya melawan pengaruh filsat Yunani dalam theologia Kristen.

4. Perjuangan Athanasius. Dengan konsili Nicea pertikaian tentang relasi antara logos
dengan Allah belum diselesaikan, karena golongan  yang berlawanan itu bukan saja
hendak bembenarkan theologinya masing-masing, tetapi juga bersaingan untuk merebut
kuasa didalam gereja Eusebius dari Nikomedia seorang sahabat karib dari Arius dan
pemimpin golongan yang tetap berpegang pada theologia Origenes, menjadi uskup
Constantinopel pada tahun 328 Athanasius menggantikan Alexender selaku uskup
Alexandria. Karena Eusebius serta sahabatnya sampai mengatakan dusta dan umpat
kepada kaisar tentang Athanasius, sehingga pada tahun 335 Athanasius dibuang ke
Trier  di negeri Lotharing. Lepas dua tahun ia diizinkan pulang ke Alexandria tetapi
kemudian ia banyak kali lagi dibuang pulang lagi terpaksa  lari pulang lagi dibuang pula
dan begitu seterusnya, bertahun-tahun lamanya. Hal itu membuktikan bahwa Athanasius
berjuang dengan sekuat tenaga untuk melawan ajaran sesat dengan kaum Arian yaitu
pengikut Arius ia tidak  jemu menjelaskan kepada gereja dengan banyak karangan bahwa
anak itu bukan suatu makhluk dan bukan setengah Allah atau Allah yang kedua,
melainkan suatu zat dengan bapa dalam segala-galanya. Yang terpenting bagi Athanasius,
ialah kebenaran Injil Yakni ketika anak itu masuk ke dunia ini, Allah sendiri datang
menyelamatkan manusia.

Jemaat di roma memihak kepada Athanasius tetapi lawan-lawannya banyak dan berkuasa
pula. Sejak tahun 340 berkali-kali diadakan sinode tentang soal ini. dimasa pemerintahan
Constantinus, anak Constantinus (353-361) timbul kesulitan besar bagi golongan
Athanasius yang ortodoks itu, karena kaisar itu seorang Arian lalu mendesak gereja untuk
menerima dan mengaku rumusnya yaitu bahwa anak menyerupai (homoios) bapa.
Pengikut lain dari Arius mengajarkan bahwa anak itu tidak menyerupai (an-homoios)
bapa, tetapi pendirian mereka itu sebetulnya sama saja, karena keduanya menyangkal
keilahian logos.

Sekarang Athanasius kembali mempergunakan rumus “homo-usios” yang sudah diterima


di Nicea, tetapi belum diartikan menurut maknanya yang sejati.kata Athanasius logos
sama sekali sehakekat dengan Allah bapa, sungguhpun logos dan Allah harus dibedakan,
tetapi pada hakekatnya mereka satu saja. Pada waktu itu juga setengah dari penganut
Origenes meresa bahwa ajaran golongannya terlalu radikal, sebab demikian anak
diceraikan dari bapa.itu bukan pandangan mereka sebab itu mereka mencari suatu rumus
baru yang mendekati ajaran Athanasius, yakni logos “homousios” dengan Allah artinya
zat logos menyerupai zat bapa. Golongan ini yang biasanya disebut golongan Nicea baru
mencari perdamaian dengan Athanasius dalam sinode di Alexandria pada tahun 362.
Walaupun Athanasius bahwa Nicae baru juga melawan anggapan Arius, bahwa logos
kurang tinggi derajatnya dari pada Allah.

Pertikaian theologia yang hebat dan lama ini baru barakhir sesudah Theodosius Agung,
yang anti arian, naik kaisar pada tahun 379. Konsili oikumenis yang kedua, yang diadakan
di Constantinopel pada tahun 381 memutuskan bahwa anak itu homo-usios dengan bapa.
Dengan demikian keputusan Nicea ditetapkan, tetapi dengan pengertian yang lebih terang
dan dalam. Konsili Constantinopel mengakui pula bahwa roh kudus juga sezat dengan
bapa menurut ajaran Athanasius.

Hasil keputusan Nicea dan Constantinopel nampak dengan tegas dalam “pengakuan
Nicea” atau “Nicenum” yang dikalimatkan pada masa itu, yang mengaku tentang kristus
aku percaya kepada satu Tuhan Yesus kristus anak Allah yang tunggal, yang lahir dari
sang bapa sebelum ada segala zaman, Allah dari Allah, terang dari terang. Allah yang
sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat sehakekat dengan sang bapa
yang dengan perantaranya segala sesuatu dibuat yang telah turun dari sorga untuk kita
manusia dan untuk keselamatan kita.

Ajaran kaum Arian dan lain-lain golongan yang tidak menganut theologia ortodoks
disalahkan di Constantinopel. Pengaruh kaum arian lekas surut dalam gereja hanya di
antara suku-suku jerman yang telah masuk Kristen ajaran arian masih mempertahankan
dirinya beberapa abad lamanya.

5. Ajaran Gereja tentang Allah yang tritunggal. Hasil perjuangan Athanasius ialah bahwa
gereja tetap menyingkirkan roh  Yunani dan berita keselamatannya sekarang sudah pasti
bahwa kristus, anak sekali-kali tidak berhubungan logos filsat yunani yang hanya zat
setengah ilahi diantara Allah dan dunia.

            Sungguhpun demikian masih terdapat perbedaan pikiran antara gereja katolik


dibarat dengan gereja ditimur tentang masalah “trinitas”  yaitu Allah tiga oknum yang
esa, atau tritunggal ditimur ahli theologia  mulai berpikir dari jurusan ketigaan bapa, anak
dan roh kudus  lalu menyimpulkan bahwa ketiga oknum itu adalah esa. Dengan demikian
bapa dianggap sebagain Allah yang sebenarnya yang tidak diciptakan padahal anak dan
roh dipandang sebagai yang diciptakan sehingga zatnya lebih rendah meskipun ilahi juga
sebab gereja timur menyangkal roh keluar dari anak juga, karena pada hematnya itu
berarti roh itu direndahkan lagi dibawah anak, gereja dibarat tetap berpendirian seperti
Athanasius yang berdasar pada keesakan allah, dan sesudah itu baru mulai memikirkan
ketigaan Allah sehingga mengajarkan bahwa diri ketiga oknum itu tak ada yang tinggi
atau rendah. Roh keluar dari bapa dan dari anak pula. Keyakinan itu nampak dengan
terang dalam “pengakuan Athanasius” yang direncanakan dibarat pada abad ke VI.

BAB 15

PERSELISIHAN TENTANG KEDUA TABIAT KRISTUS

1.      POKOKNYA

Hasil perbantahan-perbatahan Theologia dalam abad ke-IV itu ialah. Gereja telah
menetapkan pengakuanya tentang keesaan dan kesamaan hakekat Kristus dengan Bapa,
karena Gereja insaf bahwa manusia hanya dapat diselamatkan oleh Kristus apabila ia
sungguh-sungguh Allah. Akan tetapi kebebasan itu bergantung kepada masuknya Allah
yang benar itu kedalam daging dan darah manusia (inkarnasi). Kristus yang sungguh-
sungguh Allah haruslah menjadi sungguh-sungguh manusia pula, jika ia hendak
mengembalikan dunia ini ksepada Tuhan. Dengan demikian terbit lagi soal lain dalam
Gereja lama, ialah: bagaimana hubungan antara tabiat keilahian dan tabiat
kemanusiaanNya?

Perbedaan pikiran tentang masalah ini mengacaukan pikiran banyak orang Kristus 250
tahun lamanya, mulai dari abad ke-V. oleh perselisihan ini Gereja timur pecah dalam
beberapa bagian yang sampai kini belum dipersatukan pula. Perbantahan ini dipengaruhi
pula oleh persaingan antara patriarch-patriarkh Constantinopel dan Alexandria. Sukar
sekali bagi Gereja untuk memutuskan soal ini. Dengan hati-hati Gereja mencari jalan
tengah antara dua ajaran yang bertentangan itu.

2.      APOLLINARIS

Pada pertengahan abad ke-IV masalah ini sudah dikemukakan oleh Apollinaris dari
Laodicea. Ia mengajarkan bahwa Kristus telah menjelma dengan beroleh tubuh dan jiwa
manusia, tetapi roh atau “aku” manusia itu diganti oleh Logos ilahi. Ajaran ini ditolak oleh
konsili Constantinopel (381), karena jika demikian tentulah Kristus tidak menjadi manusia
sungguh-sungguh, dan jikalau ia bukan manusia sungguh-sungguh, mustahil kita manusia
dipersatukan pula dengan Allah dan kristus.

3.      NESTORIUS DAN CYRILLUS

Barulah pada tahun 428 masalah ini mulai diuraikan sedalam-dalamnya oleh Nestorius,
Patriakh dari Constantinopel. Ia berkeberatan terhadap gelar “Bunda Allah” bagi Maria,
berhubungan dengan ajarannya tentang kedua tabiat kristus yang bunyinya seperti
berikut: apabila Kristus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia pula,
maka itu adalah suatu keduaan, bukanlah suatu keesaan. Sebab itu Nestorius
mengajarkan bahwa Yesus seakan-akan menjadi sebuah rumah kudus bagi logos Allah.
Demikian Logos yang kekal itu dan oknum Yesus yang bebas yang dapat diubah itu,
tinggal dua. Ada perbuatan-perbuatan Kristus yang dilakukan oleh Logos (misalnya
mijizat-muzijat), ada lain pula yang hanya mengenai manusia Yesus  (misalnya sengsara
dan kematianNya). Sebagaimana Firman mendiami Yesus, tetapi dengan lebih sempurna.
Antara Yesus dan Logos tak ada keesaan hakekat, melainkan hanya keesaan kehendak
yang teguh saja, sebab keduanya berkasih-kasihan. Relasinya boleh dibandingkan dengan
persekutuan suami-istri dalam nikah. Nestorius serta pengikut-pengikutnya, “golongan
Antiokhia” namanya, menitik beratkan kemanusiaan Kristen dan penceraian kedua
tabiatNya. Diri Kristus seolah-olah dibagi dalam dua oknum, yaitu ilahi dan yang insane.
Dengan itu Allah tidak menjadi manusia sungguh-sungguh.

Ajaran ini dilawan oleh Cyrillus, Patriarkh Alexandria, dengan teman-temannya, yaitu
“golongan Alexandria.” Ia mengajarkan keesaan dari kedua tabiat kristus, sambil menitik
beratkan tabiat ilahi. Akibatnya kemanusiaan Kristus kurang diperhatikan oleh Cytillus.
Katanya: Anak Allah menyelubungi dirinya dengan tabiat manusia, sehingga tabiat
manusia yang tak berpribadi itu telah hilang lenyap. Seperti setitik air susu hilang melebur
dalam samudra. Dengan pertolongan uskup roma, Cyrillus menang, pada konseli
oikumenis yang ketiga, yaitu di Efesus pada tahun 431, ajarann Nestorius ditolak oleh
gereja dan Nestorius dibuang.

4.      KEPUTUSAN KONSELI CHALCEDON

Pada tahun 448 perselisihan ini mulai berkorban lagi, tatkala seorang sarjana theologia
yang bernama Eutyches mengajarkan bahwa sebenarnya Kristus hanya bertabiat satu
saja. Kemanusiaan Kristus dipengaruhi oleh atau diisi dengan keilahianNya semata-mata,
sehingga kemanusiaan itu Cuma kelihatannya saja meyerupai kemanusiaan kita. Inilah
ajaran “monophysit” (mono= satu; physis= tabiat). Patriarkh Alexandria, Dioscurus
namanya, membantu Eutyches. Pada tahun 449 “Sinode penyamun” di Efesus dipaksa oleh
Dioscurus dengan rahibnya yang bersenjata supaya mengaku monophysitisme dari
Eutyches selaku ajaran ortodoks. Akan tetapi putusan ini tak disetujui oleh uskup Roma,
yaitu Leo I.

Pada Tahun 450 seorang kaisar yang lebih kuat pendiriannya naik takhta di Byzantium
(Constantinopel). Kaisar ini bermaksud melawan kuasa Alexandria yang makin
bertambah itu, supaya mewujudkan persatuan baru dalam Gereja dan kekaisarannya.
Atas ajaran Leo I diundangnya suatu sinode baru, yaitu konseli oikumenis yang keempat
yang dilangsungkan pada tahun 451 di Chalcedon (diseberang selat Constantinopel).

Konseli inilah yang terbesar dalam sejarah Gereja Lama: enam ratus orang uskup
bersidang. Meskipun pengaruh Dioscurus masih sangat kuat, tetapi oleh desakan kaisar
maka akhirnya tercapailah suatu keputusan kompromi (jalan tengah) yang begini
bunyinya: Kristus bukan bertabiat satu (Alexandria) dan bukan bertabiat dua (Antiokhia),
melainkan ia “bertabiat dua dalam satu oknum”. Kedua tabiat ini “tidak bercampur dan
tidak berubah” (melawan Eutyches), dan “tidak terbagi dan tidak terpisah” (melawan
Nestorius). Dengan putusan ini Gereja telah mengaku, bahwa sebenarnya keadaan Yesus
Kristus di bumi ini tinggal satu rahasia yang tak dapat dipahami oleh akal budi manusia.

5.      PERPISAHAN DALAM GEREJA TIMUR

Perbantahan ini belum berakhir dengan konseli Chalcedon. Gereja dinegeri mesir dan
Siria menolak keputusan Chalcedon, pertama-tama, sebab mereka tak bersetuju secara
theologia, dan kedua karena mereka tak suka takluk lagi kepada titah kaisar dari
constantinopel, berhubung dengan kesadaran kebangsaan yang mulai timbul dimana-
mana.

Gereja dinegeri Persia itulah yang pertama memutuskan perhubungan Gereja dengan
pemimpin-pemimpin Gereja di Constantinopel. Gereja Persia itu mengaku ajaran
Nestorius (duophysit). Dalam abad-abad berikutnya pekabaran-pekabaran injil Nestorian
masuk sampai jauh ke dalam Asia tengah, bahkan sampai ke peking. Demikianlah timbul
di Tiongkok suatu gereja yang besar, yang pengaruhnya besar sekali dalam masyarakat
sekitar tahun 1200. Tetapi kemudian gereja itu lenyap oleh bangsa Mongol yang dalam
abad ke-XIII dating menyerang daerah-daerah itu (bandingkan bab 26.5).

Dalam abad ke-V banyak Gereja yang lain lagi menceraikan diri dari Gereja Katolik,
yakni Gereja Armenia, Siria, mesir (Gereja koptis) dan Abesinia. Semua Gereja ini
memihak kepada theology Cyrillus atau ajaran monophysit. Dalam abad ke-VII, daerah
semua Gereja ini dialahkan oleh orang Islam, sehingga tak dapat berkembang lagi.
Sungguhpun Gereja-gereja ini masih ada sampai kini, tetapi tidak berpengaruh diluar
lingkungannya sendiri.

BAB 16

GEREJA ORTODOKS-TIMUR

1.      Timur dan Barat

Semakin lama semakin nyata perbedaan berbagai hal dalam Gereja Kristen bagian Timur
dan bagian Barat. Bagian Barat mementingkan perbuatan. Oleh sebab itu ajaran yang
diutamakan adalah tentang amal dan jasa, penebusan dosa atau penyesalan ( praktek
penitensia) dan organisasi gereja. Menurutnya keselamatan adalah perbuatan Allah.

Bagian Timur mementingkan perenungan yaitu merenungkan Allah (mistik) dan


merenungkan kebenaran (dogma). Dalam suasana itu ilmu filsafat Kristen, mistik, askese,
dan kerahiban dapat berkembang. Menurutnya keselamatan dianggap sebagai suatu
keadaan baru yang dikaruniakan. Teologia Timur  menekankan inkarnasi Tuhan dalam
daging manusia dan kebangkitan Kristus, yang karenanya manusia beroleh hidup kekal.

2.       Keadaan Gereja Timur

Gereja Timur mempertahankan peraturan dan susunan Gereja lama, yaitu uskup lebih
tinggi derajatnya. Gereja Timur menyebut dirinya “Gereja Ortodoks” atau Gereja
“Katolik Gerika”. Gereja ini terdiri dari beberapa Gereja diantaranya di Rusia dan di
Balkan, masing-masing dipimpinb oleh patriakh-patriakh atau sinode-sinode. Di Rusia
kini jumlah anggotanya masih banyak sekali, sekitar 140 juta jiwa. Pada persidangan-
persidangan “gerakan oikumenis” di Eropa Barat sejak tahun 1925, Gereja Ortodoks di
wakili oleh uskup-uskupnya. Disitu nyata betapa indah harta rohani Gereja itu yang
dipeliharanya sampai sekarang ini.
BAB 17

ZAMAN AUGUSTINUS

               1. Hieronymus dan Ambrosius. Semenjak zaman Tertullianus (± 200) Gereja barat


mempunyai banyak pimpinan yang cakap, tetapi kurang ahli theologia yang besar.
Theologia barat yang baru ini diperdalam lagi oleh sebab ajaran Paulus tentang manusia
dosa dan rahmat Allah dihidupkan pula. Dua ahli theologia barat yang ternama pada
penghabisan abad ke-IV itu, ialah Hieronymus dan Ambrosius. Hieronymus (345-420)
memprogandakan keindahan dan kesalehan hidup rahib dalam biara. Ia dapat
menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin dari naskah asli dengan memakai
beberapa terjemahan Lama yang kurang baik, yang dibetulkannya dan diubahnya
seberapa perlu. Terjemahan Latin yang diusahakan oleh Hieronymus disebut “vulgata”
(untuk umum/rakyat).

               Ambrosius (340-397) ialah seorang bangsawan romawi. Ia adalah seorang sarjana


yang menjadi pengantara theologia timur dan barat. Orang kafir dan orang Arian dilawan
dengan keras. Nyanyian dalam kebaktian sangat dimajukannya  (nyanyian Ambrosian).
Pada suatu kali (390) kaisar Theodosius Agung membunuh 7000 orang pemberontak di
tanah Yunani karena marahnya. Terus ia ditegur dengan keras oleh Ambrosius dipaksa
untuk membuat penitensia dihadapan umum sebagai tanda penyesalan karena perbuatan
yang bengis itu.

               2. Augustinus (354-430). Seorang bapa Gereja yang jauh lebih besar dari kedua
tokoh tadi ialah Augustinus. Di samping Paulus dialah yang terpenting dalam Gereja
segala abad, kita juga mengetahui pekerjaan theologia Augustinus, pikiran dan perasaan
hatinya oleh kitabnya yang termasyhur itu, yang bernama “Confessiones”, artinya
pengakuan-pengakuan. Dalam kitab ini diceritakannya hidupnya sejak masa mudanya
sampai kepada pertobatannya selaku suatu pengakuan yang terbuka di hadapan Tuhan.
Dengan tidak menyembunyikan apa-apa yang membentangkan segala segala kesalahannya
sambil mengaku salahnya, tetapi terlebih-lebih ia memuji Tuhan karena rahmatNya, yang
olehnya ia akan diampuni dan dibebaskan dari ikatan-ikatan dosanya. Pokok kitab ini
terus dinyatakannya pada permulaan pasal pertama, di mana tertulis: “Engkau telah
menciptakan kami untuk Engkau dan hati kami tidak tenteram sebelum mendapat
ketenteraman di dalam Engkau.”

               3. Hidupnya. Augustinus lahir pada tahun 354 di Thagaste (di Afrika Utara).
Waktu Augustinus berumur 16 tahun pergilah ia ke Carthago untuk menuntut ilmu pidato
buat menjadi retor (pengacara, advokat). Ia belajar rajin, lagipula ia sangat pintar, tetapi
ia juga hidup di dalam percabulan. Dua tahun kemudian ia mendapat seorang anak dari
seorang perempuan yang dengannya ia hidup selama 14 tahun. Waktunya umurnya 19
tahun Augustinus mulai sadar setelah membaca sebuah kitab filsafat. Mulailah ia mencari
kebenaran satu-satunya. Tetapi Alkitab belum menarik perhatiaanya, karena kitab kudus
itu kurang mendalam filsafatnya, bahkan kasar isi dan susunannya. Augustinus lebih suka
lebih suka mempelajari ajaran-ajaran kafir, semacam gnostik Persia yang sangat asketis
dan dualistis. Kemudian Augustinus berangkat ke Roma dengan tidak mengindahkan
permintaan Monnica untuk tidak pergi. Tetapi di Roma ia juga tidak mendapatkan
kebenaran yang dikerjakan itu. Ia masih tetap menolak Alkitab dan ia tertawa apabila
membaca sesuatu tentang Tuhan yang menjadi manusia.

                     Di Roma orang menceritakan kepadanya tentang keahlian Ambrosius


berpidato. Sekarang ia mulai masuk kebaktian Gereja untuk mendengar khotbah
Ambrosius. Keindahan bahasanya sangat menyenangkan hatinya dan memperhatikan isi
khotbahnya. Sekarang Augustinus mulai mempelajari filsafat Neo-Platonisme. Pelajaran
filsafatnya itu membawanya lebih dekat lagi kepada agama Kristen bahkan ia mulai
menyelidiki surat-surat Paulus. Namun ia sadar tentang perbedaan besar antara
pandangan-pandangan orang Neo-Platonisme dengan berita kitab Injil. Segala perkara
yang ada dalam ajaran Neo-Platonisme hanya merupakan buah pikiran yang indah saja
yaitu tentang kebebasan manusia dari ikatan-ikatan dunia ini oleh persatuannya dengan
dunia rohani, telah diwujudkan dalam penjelmaan Kristus berupa manusia. Akhirnya
Augustinus tahu sungguh-sungguh ia mendapat kebenaran itu di dalam Injil Gereja
Kristen.

                     Keyakinan yang pasti ini sangat menyukakan hatinya, tetapi ia belum


sungguh-sungguh bertobat. Sekali peristiwa ia dikunjungi oleh seorang kenalannya yang
menceritakan dengan gembira tentang keindahan hidup saleh dalam biara seperti di
Mesir. Augustinus merasa malu dan bingung. Ia pergi ke kebun dengan pergumulan batin
yang hebat dan memikirkan cerita yang sangat mengharukan hatinya, lalu terdengarlah
olehnya suara anak-anak yang menyanyi sambil bermain-main, katanya berulang-
ulang: “Ambillah, bacalah!”. Kemudian ia membuka kitab surat-surat Paulus dan apakah
yang dibacanya? Roma 13:13,14, bunyinya: “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti
pada sinag hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan
hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus
Kristus sebagai perlengkapan senjata terang…”

                     Sekarang ia sungguh-sungguh bertobat. Ia membaca dan merenungkan


firman Tuhan, supaya kemudian ia dapat dibaptis. Ketika usianya 33 tahun, ia dibaptis
oleh Ambrosius beserta dengan anaknnya Adeodatus. Di Thagaste ia tinggal dengan
sahabatnya dalam sebuah biara kecil. Niatnya tak lain daripada berpuasa, berdoa, dan
mempelajari Alkitab. Tetapi maksud Tuhan adalah lain, jemaat di bandar Hippo
Regius meminta Augustinus menjadi presbiter di situ. Sampai ia mneinggal ia tinggal di
kota Hippo Regius itu dan menjadi pemimpin besar dari Gereja bagian barat yang
tempatnya terpencil itu.

                     4. Ajaran Augustinus tentang Allah dan manusia. Pandangan Augustinus


dapat diterangkan dengan perkataannya yang termasyur ini: Aku rindu untuk mengenal
Allah dan jiwa. Lain tidak? Sekali-kali tidak!”. Allah ialah zat yang sempurna, asal mula
segala keselamatan dan kebahagiaan. Nas Alkitab yang dikutip Augustinus berkali-kali
ialah Mazmur 73:28a yang berbunyi: “Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah”. Manusia
tak dapat memperoleh hubungan dengan Allah, kecuali dengan pertolongan Gereja,
karena Gereja mengantar dia kepada Yesus Kristus.

                     5. Perlawanan Augustinus terhadap sekta Donatis. Telah lebih dari satu abad
lamanya terdapat di situ suatu Gereja sekta yang sebenarnya telah lebih besar daripada
Gereja Khatolik. Anggotanya bernama “orang Donatis”, seorang uskup yang hidup pada
permulaan abad ke IV. Pendirian orang Donatis sangat keras dalam hal ini. Pada zaman
Augustinus mereka mencari kekuatannya dalam hal membela kekudusan Gereja, sama
seperti orang Montanis  dan pengikut-pengikut Novatianus.

                     Pada abad ke V pendirian orang Donatis telah berkurang kerasnya. Mereka


itu menuntut supaya sakramen dilakukan oleh uskup-uskup yang belum pernah berbuat
dosa berat (percabulan dan murtad), hanya dengan demikian saja kesucian Gereja
terjamin. Augustinus melawan ajaran Donatis ini dengan keras dalam beberapa karangan.
Akhirnya kuasa sekta itu ditiadakan oleh Augustinus dalam perdebatan besar di Chartago
pada tahun 411, yang dihadiri oleh 286 orang Khatolik dan 279 orang Donatis. Sesudah
mendengar segala perdebatan, wakil kaisar memutuskan bahwa Augustinus menang dan
ajaran Donatis harus ditolak. Semenjak tahun itu pengaruh orang Donatis surut dengan
cepat di Afrika. Augustinus memohon pertolongan  pemerintah untuk “menobatkan”
orang Donatis dengan tangan besi, beralaskan nas Luk 14:23, “Paksalah mereka masuk!”.
Semboyan ini juga dipakai oleh inkwisisi Gereja Khatolik Roma pada abad-abad
pertengahan.

                     6. Perjamuan. Gereja lama telah memulai dengan mengajarkan perubahan


roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus, ketika ditahbiskan oleh imam; inilah
ajaran transsubstansiasi. Augustinus melawan pandagan ini. Ia membedakan tanda-tanda
(roti dan anggur) dari apa yang ditandakan olehnya (tubuh dan darah Kristus). Hanya
iman saja yang dapat menerima harta benda rohani yang terkandung dalam sakramen itu.
Sakramen itu disebutnya “Firman Tuhan yang kelihatan”. Dikemudian hari Calvin
meneruskan pikiran ini. Karena pengaruh perlawanan Augustinus ini barulah pada tahun
1215 ajaran transsubstansiasi diakui sah oleh Gereja Roma.

                     7. Pertikaian Augustinus dengan Pelagius tentang dosa dan rahmat.  Oleh


pimpinan yang ajaib dari Tuhan, yang telah dialami Augustinus dalam hidupnya
terbukalah matanya terhadap kebenaran Injili, yaitu bahwa iman bukanlah suatu
perbuatan atau jasa dari manusia sendiri, melainkan dikaruniakan semata-mata oleh
rahma Tuhan saja. Inilah ajaran Paulus yang hampir tak diingat lagi pada masa itu.
Diantara Bapa Gereja barulah Augustinus yang membangun theologianya atas dasar
ajaran Paulus.

                     Menurut Augustinus manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna. Adam


diberi kehendak yang bebas, itulah sebabnya Adam dapat tidak berdosa. Akan tetapi
Adam tidak mempergunakan kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya. Adam jatuh ke
dalam dosa oleh kesalahannya sendiri. Di dalam Adam dan semua keturunannya juga
berdosa (Roma 5:12). Tubuh dan jiwa tiap-tiap manusia telah diracuni oleh dosa turunan,
yang turun temurun dari orang-orang tua kepada anak-anaknya.

                     Jelaslah bahwa theologi Augustinus semata-mata berpusat pada rahmat Tuhan


yang bebas, yang mau mencari dan menyelamatkan manusia walaupun manusia itu
sebenarnya tidak terdapat apa-apa yang layak untuk mendapat cinta kasih Tuhan. Ajaran
ini memang sangat bertentangan dengan pikiran, pendirian dan kelakuan kaum Kristen
pada zaman itu. Karena pada masa itu yang diutamakan ialah amal yang membawa
kepada mistik, askese dan kerahiban. Sebab itu Gereja mengajak anggotanya untuk
membuat banyak pekerjaan yang baik supaya nanti diganjari oleh Tuhan. Sampai pada
waktu itu Gereja selalau melawan pandangan kafir, bahwa manusia ditentukan oleh takdir
atau fatum. Tidak mengherankan bahwa Augustinus mendapat perlawanan keras dari
pihak orang rahib, lawannya yang besar ialah Pelagius.

                     Pelagius ialah seorang rahib dari Britania, yang tinggal di Roma, pada waktu
ia pindah ke Afrika Utara, di mana ia berkenalan dengan Augustinus. Pelagius sangat
keberatan terhadap ucapan Augustinus dalam “confessiones”: “Berilah apa yang Kau
suruhkan, dan suruhkanlah apa yang Kau kehendaki”. Theologianya adalah seperti
berikut: Dosa Adam tidak menghilangkan kehendak bebas manusia. Tiap-tiap manusia
lahir dengan tidak bercacat, sama seperti Adam di Firdaus. Jadi dosa turunan tidak
diakuinya. Duduknya dosa bukannya di dalam tabiat manusia, melainkan dalam
kehendaknya. Tiap kali kalau kehendak manusia bermaksud berbuat jahat , ketika itulah
manusia berdosa. Dosa tidak diwariskan turun temurun, tetapi teladan Adam yang jahat
itu ditiru oleh anak-anaknya. Demikian tiap-tiap manusia mulai berdosa, sebab ia melihat
dan meniru orang sekelilingnya: ibu, bapa, dan saudaranya. Kematian bukanlah akibat
dosa atau hukuman dari Tuhan, tetapi termasuk hukum alam. Keselamatan yang kekal itu
diperoleh manusia selaku pahala karena amal dan kebajikannya yang dilakukan manusia
menurut kehendaknya yang bebas itu. Jadi rahmat tidak dianggapnya sebagai suatu kuasa
rohani daru sorga yang bekerja dalam hati manusia. Ajaran Pelagius ini dotolak oleh
Gereja pertama kalinya di Chartago pada 418 dan akhirnya oleh konsili di Efesus (431),
sebab Nestorius telah menyokong pengikut-pengikut Pelagius.

                     Sungguhpun demikian, banyak juga orang dalam Gereja yang berkeberatan


terhadap theologia Augustinus. Jikalau keselamatan hanya beralaskan pemilihan dan
rahmat, di manakah penawaran keselamatan itu kepada segenap umat manusia dan di
manakah tanggung jawab manusia? Satu abad lamanya (429-529) perselisihan ini
memanaskan hati ahli-ahli theologia di barat. Di Gallia Selatan timbul ajaran dari orang
semi (setengah) pelagian, yang mencari suatu jalan kompromi supaya moralisme Kristen
dapat dipertahankan. Kata mereka: oleh jatuhnya Adam kehendak manusia hanya
dilemahkan saja, sehingga manusia dapat berbuat baik lagi. Ia tidak mati (Augustinus),
dan tidak pula sehat (Pelagius), melainkan sakit. Oleh karena itu kekuatan manusia sendiri
tidak cukup untuk mencapai keselamatan itu. Ia memerlukan bantuan rahmat Tuhan.
Rahmat ialah suatu khasiat secara batin yang diberikan oleh Tuhan kepada tiap-tiap
oknum. Kehendak manusia yang bebas harus menerima pertolongan, supaya dengan
demikian manusia dan Tuhan boleh berkerja sama sampai keselamatan itu diperoleh
(inilah ajaran sinergisme).

                     Akhirnya semipelagianisme itu ditolak dengan resmi oleh sinode Oranye di


Galilea pada tahun 529, tetapi keputusan sinode ini juga berbeda dengan theologia
Augustinus. Rahmatlah yang mulai mengerjakan keselamatan manusia, dan dosa turunan
diakui pula. Ajaran Gereja Katolik tentang rahmat bersandar pada semipelagianisme.
Ajaran Augustinus tentang predestinasi dan jalan keselamtan barulah dihidupkan pula
dan disempurnakan oleh Luther dan Calvin pada abad ke-XVI.

                     8. Gereja dan Negara. Pikirannya tentang relasi Gereja dengan Negara


dipaparkan Augustinus dalam kitabnya yang besar dan sangat masyur yakni, “Negara
Allah” (De Civitate Dei). Ia mulai mengarang kitab ini ialah Gereja sangat dipersalahkan
oleh orang kafir pada waktu itu. Kata mereka yang menyebabkan Negara Romawi telah
runtuh dan kota Roma dikalahkan oleh musuh (yaitu oleh Alarik, raja bangsa Got Barat
pada tahun 410), tak lain daripada agama Kristen yang sudah menghalaukan dewa-dewa
Negara.

                     Augustinus menolak segala serangan ini. Kitab yang ditulisnya sebagai


apologia untuk membela Gerejanya. Di dalamnya ia menggambarkan kedua kerajaan
besar itu, yang bertentangan satu sama lain, kerajaan sorga dan kerajaan bumi, atau
kerajaan Tuhan dan kerajaan iblis, terang dan kegelapan, kerendahan dan kecongkakan,
kesucian dan kedurhakaan.

                     Dalam kitab ini Augustinus menguraikan juga soal kerajaan 1000 tahun yang
terbaca dalam Wahyu 20. Origenes serta pengikutnya tak percaya akan nubuat itu, tetapi
orang Kristen pada zaman itu berharapkan pada pemerintahan Kristus di bumi selama
1000 tahun, di mana umatnya akan merasakan kesentosaan dan bahagia yang tak
terkatakan.  di bumi selama 1000 tahun, di mana umatnya akan merasakan kesentosaan
dan bahagia yang tak terkatakan.  di bumi selama 1000 tahun, di mana umatnya akan
merasakan kesentosaan dan bahagia yang tak terkatakan. Tafsiran Augustinus lain sekali,
ia mengajarkan bahwa kerajaan itu sudah mulai dengan kebangkitan Tuhan Yesus dan
dengan kelahiran Gereja. Orang-orang kudus yang duduk di atas takhta dengan
memegang kuasa rohani itu ialah uskup-uskup yang memimpin Gereja  beserta dengan
Tuhan (Wah 20:4 dan 6).  

BAB 18

KESENIAN KRISTEN DALAM GEREJA LAMA


1. Katakombe dekat Roma

            Orang kafir biasanya membakar mayat orang matinya dan menyimpan abuhnya
itu dalam tempayan. Tetapi kaum Kristen dan Yahudi tidak menuruti kebiasaan ini,
karena mereka menantikan kebangkitan segala daging (semua makhluk). Sebab itu
mereka membentuk perhimpunan-perhimpunan pekuburan agama menurut adat orang
Romawi, oleh karena perhimpunan yang demikian itu diizinkan dan tidak pernah
diganggu oleh pemerintah. Katakombe ini yang bertingkat tiga sampai enam terdiri dari
kamar-kamar kuburan yang kecil yang dihubungkan oleh lorong-lorong yang sempit,
dalam dinding lorong-lorong itu dipahat puluhan ribu kuburan.

            Seringkali orang-orang saleh datang berdoa dimuka kuburan orang syahid (orang
martir) pada hari peringatannya, yakni hari kematiannya, yang tak lain dari pada
kelahirannya dalam kehidupan yang kekal. Beberapa katakombe besar di temui pula pada
abad ke XIX dan sampai kini dapat dikunjungi.

            Berbagai-bagai gambar dan lambang Kristen yang terlukis pada dinding atau
loteng kamar-kamr kubur itu, bersaksi kepada kita tentang iman, pengharapan dan cinta
kasih kaum Kristen pada zaman purba itu. Nyatalah bahwa perasaan dan pikiran mereka
tidak pusat pada maut atau kefanaan hidup manusia, melainkan pada kebangkitan, sorga
dan keselamatan yang baka. Diantara gambar-gambar itu kita lihat lukisan taman bunga
yang permai, yakni Firdaus yang baru, dimana orang-orang mati sudah masuk
kedalamnya, beberapa cerita Alkitab yang melukiskan keluputan dan kebinasaan, seperti
Nuh dalam Bahtera. Daniel dalam gua singa, Yunus dimuntahkan ikan besar,
pembangkitan Lazarus, Musa yang memukul bukit batu, 5000 orang diberi makan dan
lain-lain.

2. Basilika

            Sejak zaman constantinus Agung, jemaat Kristen mulai membangun gedung-


gedung gereja menurut contoh dari “basilica”, yaitu gedung-gedung kehakiman dan
peniagaan dalam kaisaran Romawi. Bentuknya sederhana, yakni bilik atau kamar empat
persegi panjang dengan dua bagian yang lebih rendah sebelah-menyebelahnya yang pisah
dari bilik tengah oleh tiang-tiang batu. Dalam dinding pada segi pendek yang bertentangan
dengan pintu masuk ada setengah lingkungan, ‘apsis’ namanya tempat duduk Uskup dan
presbiter-presbiter.

BAB 19

GEREJA BARAT MENEMPUH JALAN BARU


1.      Perpindahan bangsa-bangsa. Sesudah Eropa dimasuki orang Hun, bangsa
asia  tengah yang ganas itu, bangsa suku jerman yang dihalaukan dari negerinya melewati
batas kekaisaran romawi yang hilang kekuatanNya. Kaisar-kaisar Byzantium di bagian
timur kekaisaran itu masih dapat mempertahankan kuasa dan daerahnya, tetapi bagian
barat dibanjiri oleh berbagai bangsa Jerman. Gallia selatan Spanyol utara diduduki oleh
orang Got batar yang berasal dari muara sungai Donau. Spanyol selatan dan afrika utara
oleh bangsa Vandal dari jerman tengah. Gallia timur oleh orang Burgondia dari Jerman
Utara, dan Italia oleh bangsa Got Timur dengan RajaNya Theodorik (kira-kira tahun 500).
Kaum ini berasal dari pantai utara laut Hitam. Dengan itu lenyaplah kekaisaran Romawi
barat.

Perpindahan bangsa-bangsa ini akibatnya besar juga bagi Gereja Katolik, karena sebagian
besar dari suku jerman masuk Gereja Arian. Sebab pada abad ke IV orang Got barat
dimasehikan oleh seorang Uskup Arian, Wulfila namanya. Beberapa bagian dari
terjemahan Alkitab kedalam  bahasa Got yang disediakan oleh Wulfila itu hingga kini
masih tersimpan. Kemudian bangsa Jerman yang lain pun menganut ajaran arian. Dengan
demikian dibarat terjadilah pertentangan hebat antara penguasa-penguasa baru yang
Arian dengan penduduk asli yang beragama Katolik.

2.      Timbulnya kepausan. Ditinjau dari sudut politik, maka masa itu sulit bagi Gereja
Katolik. Tetapi meskipun begitu, pada masa peralihan itulah gereja meletakkan dasar
kuasanya yang dikemudian hari bertambah kokoh dan kuat. Sebab justru di masa itulah
uskup roma mencapai maksudnya yang telah lama dicita-citakannya, yaitu ia mulai
berkuasa atas segala Uskup yang lain serta dengan daerahNya, teristimewa di barat.
Bagaimana jadinya? Tatkala kaisar memindahkan pusat pemerintahan dan tempat
bersemayam mereka ke Byzantium, kota roma tidak berkuasa lagi secara politik. Sebab itu
pada pendapat orang dibarat, gereja katoliklah yang menggantikan Negara, dan uskup
romawilah yang menggantikan kaisar  sebagai tokoh yang tertinggi. Terlebih ketika negeri
batar dikalahkan oleh bangsa yang tersebut tadi, orang tak mungkin lagi mengharapkan
pimpinan dan perlindungan kecuali dari Uskup Roma yang berani dan kuat pendirianNya.
Mereka itu segera memakai kesempatan ini untuk memperkuat kedudukanNya. Sedari
abad ke-V itu mereka digelari “Paus” dan menganggap dirinya terpanggil oleh
Tuhan  untuk menjadi kepala Gereja selaku “pengganti petrus” (Mat 16:18), bahkan
sebagai “wali Kristus” dibumi ini.

Leo I (tahun 450) dialah yang boleh dikatakan menjadi paus pertama. Sesudah kita
ketahui bahwa Leo I mempengaruhi konsili Calcedon. Ia berani menghadapi Attila, raja
Hun, ketika Italia dimasuki oleh tentara Hun (452). Leo I juga yang menghubungkan erat
segala bagian gereja barat seraya memperluas kuasa dan haknya ke Gallia selatan.
Spanyol dan Afrika Utara.

3.      Bangsa-bangsa Jerman masuk katolik. Suatu peristiwa yang sangat penting juga bagi


gereja Romawi (baru mulai sekarang kita boleh memakai nama ini) ialah pertobatan
Clavis raja bangsa Frank kira-kira tahun 500. Bangsa kafir ini datang dari Jerman barat
laut dan telah menduduki serta memerintahi negeri Belanda dan Gallia, yang sejak itu
dinamai Perancis. Oleh karena Clovis melihat bahwa keadaan di negeri itu genting, karena
rakyatnya sebagian katolik, maka diambilnya keputusan untuk masuk katolik bersama
dengan rakyat, supaya persatuan dalam kerajaanNya terjamin dan segala harta benda
agama dan kebudayaan Gereja Kristen dapat diterima oleh banngsanya. Tetapi gereja
diperancis itu disusunnya selaku “gereja senegeri”, sehingga raja berpengaruh besar
dalam pemerintahan gereja dan paus kurang berkuasa disitu. Sementara itu bangsa
Burgondia juga masuk katolik.

4.      Gregorius Agung. Di italia kuasa arian dari orang Got timur sudah dilumpuhkan
(553) oleh tentara kaisar Byzantium justinianus. Tetapi pada tahun 568 italia dimasuki
oleh bangsa yang lain lagi, yaitu oranng Longorbadia yang sebagian arian dan sebagian
kafir. Untunglah pada akhir abad itu seorang paus naik takhta yang mengemudikan gereja
dengan kuat, yaitu gregorius agung (590-604) yang dahulu menjabat pangkat wali kota
roma. Tidak lama antaranya kaum lingorbadia masuk katolik juga atas desakan gregorius.
Di Spanyol dan di perancis ia memperkokoh kuasanya. Di italia ia memperluas daerah
jemaat roma, sehingga paus menjadi kepala pemerintah dari suatu daerah, kemudian
diperluas lagi menjadi “Negara gereja”.

Paus inilah yang pertama insaf betapa pentingnya pertobatan bangsa jerman yang muda
itu bagi gereja dikemudian hari itulah sebabnya ia menyuruh mengabarkan injil diantara
orang angel dan saks ditanah inggris.

Oleh karena gregorius sendiri dahulu rahib juga, maka hidup dalam rumah biara sangat
dianjurkanNya. Dibarat dalam biara sudah dibaharui oleh Benedictus dari nursia (tahun
525) yang mendirikan Ordo (perkumpulan) rahib yang pertama (Ordo Benedictin),
dengan menuntut tiga janji kemiskinan, kesucian, kesucian kelamin dan ketaatan.

Dalam lapangan theologia Gregorius agung kurang menyenangkan, karena ia melemahkan


ajaran Augustinus. Menurut Gregorius keselamatan kekal dihasilkan oleh kerjasama dari
rahmat Tuhan dengan amal, jasa dan penitensia manusia. Oleh karena sumbangan
manusia tentulah belum mencukupi pada ketika ajalnya tiba. Gregorius menetapkan
ajaran gereja tentang api penyucian. Di dalam api itu sisa dari siksa atau hukuman karena
dosa haruslah dilunasi oleh orang yang mati itu. untuk mencapai maksud itu dengan
segera keluarga dan sahabatnya boleh membantu dia dengan doa derma dan dengan
membayar misa istimewa. Dengan demikian maka dalam hidup ini hati manusia dipenuhi
dengan pengharapan dan ketakutan terhadap nasibnya yang kekal.

Rahmat Allah terutama diterima dalam perjamuan kudus yang pandang selaku ulangan
yang tidak berdarah dari kurban Kristus di Golgata. Ajaran ini menimbulkan rupa
kepercayaan yang tak lain dari pada suatu macam magi atau jampi. Ganti iman yang
besar, pelbagai macam takhyul tentang malaikat, setan, relikwi, mujizat dan lain-lain
menguasai hati jemaat. Segala perkara tadi mempengaruhi kesalehan Gereja Romawi
sampai sekarang. Walaupun begitu, gereja ini dipakai juga oleh Tuhan sebagai jembatan
antara agama Kristen dengan bangsa jerman karena bagi bangsa itu gereja menjadi
pemimpin, pengatur masyarakat, guru dan pelatih.
5.      Serangan Islam. Ketika gereja barat menempuh jalan baru yang menuju kepada
kemajuan besar, gereja timur sama sekali kehilangan kuasa dan pengaruhnya. Mula-mula
bahagian gereja timur itulah yang terpentinng tetapi sesudah agama Islam membanjiri
segala negeri disebelah timur dan selatan laut tengah pada abad ke-VII, maka gereja timur
lekas runtuh karena hidup rohaninnya sudah lama munduh. Hal ini disebabkan oleh
karena gereja itu kurang sadar akan tanggung jawabnya terhadap dunia. gereja barat
meskipun sesat dan beraib, selalu teringat juga akan tugasnnya. Yaitu menyiarkan injil di
antara segala bangsa. Setiap gereja yang hanya mengingat diri sendiri dan melupakan
panggilanNya, yaitu memberitakan Firman Tuhan, lama kelamaan niscaya akan mati.

BAB 20

PERKABARAN INJIL DI EROPAH

1.IRLANDIA DAN INGGRIS

Gereja barat yang mula-mula sadar akan panggilan untuk mengabarkan injil kepada
segala bangsa. Pangkalan pengutusan injil di Eropa terdapat di Irlandia. Menurut cerita
lama, injil dibawa kenegeri itu oleh seorang bernama Patrick pada tahun 432. Dengan
segera timbullah disana suatu gereja kristen yang berkembang dengan cepat. Banyak
rahib merasa dirinya terpanggil untuk meninggalkan “pulau orang-orang kudus” itu.
mereka membawa injil banyak ke negeri di Eropa, misalnya ketanah inggris, skotlandia,
jerman barat, bahkan sampai kepulau Es. Columba memasehikan skotlandia (563) dan
columbanus (600) mempengaruhi hati banyak orang kafir dieropa barat dengan
khotbahnya yang memanggil kepada pertobatan. Sejak abad ke-V inggris dimasuki oleh
bangsa Angel dan saks yang datang dari denmark dan jerman utara. Gereja kristen kecil
yang berdiri sebagai hasil pekerjaan rahib Irlandia diganggu oleh suku-suku kafir itu.
sebab itu paus Gregorius Agung mengutus 40 rahib benedictin ke inggris pada tahun 596
dipimpin oleh seorang kepala biara (“abt”) yang bernama Augustinus. Rahib-rahib itu
mulai memasehikan bangsa angel dan saks itu.

2. willibrord dan bonifatius

Pekabaran injil oleh angel dan saks itu pertama-tama ditunjukkan kepada bangsa fris,
yang pada waktu itu mendiami sebagian besar dari negeri belanda. Pada tahun 690
willibrod mendarat dipantai belanda dan enam tahun kemudian ia dilantik oleh paus
menjadi uskup utrecht. Karena pekerjaannya yang berasil baik itu, teristimewa di belanda
tengah dan selatan, willibrord disebut “rasul negeri belanda”. Bonifatius melanjutkan
pekerjaan willibrord. Di negeri jerman ia menyambung pekabaran injil rahib-rahib
Islandia dengan mengorganisasi gereja kristen yang muda itu. tetapi akhirnya ia balik pula
pada pekerjaan yang paling disukainya, yakni pekabaran injil di antara bangsa fris utara,
walaupun ia sudah sangat lanjut umurnya, yaitu hampir delapan puluh tahun. Pekerjaan
itu berhasil juga, tetapi pada tahun 754 penginjilan yang rajin dan setia itu dibunuh dekat
dokkum oleh segerombolan orang kafir.

3. pekabaran injil di masa pemerintahan karel Agung

Suku-suku jerman dimasehikan dengan khotbah, pengajaran, nasehat dan anjuran. Hanya
pada masa pemerintahan karel Agung saja dipakai juga paksaan. Sesudah agama kristen
dipaksakan; siapa bertahan pada agama kafir dihukum mati. Penasehat karel agung yang
bernama Alcuinus, sangat mengeritik metode dan tindakan kaisar itu. orang kristen
jerman tidak bertabiat pemenung seperti orang yunani, dan tidak pula memandang relasi
manusia dengan Allah dalam suasana kehakiman seperti dibuat orang Romawi, tetapi
mereka itu merasa dirinya terikat kepada kristus sebagai rajanya.

4. Eropah utara dan timur

Negeri-negeri di skandinavia baru dimasehikan kira-kira tahun 1000. Sebelum itu


kebanyakan suku slavia yang telah menduduki jerman timur, Australia, hongaria, balkan
dan rusia, sudah masuk kristen juga; separuh masuk ortodoks gerika dan separuh roma
katolik. “rasul-rasul bangsa slavia” ialah kakak-adik constantinus dan methodius, yang
menerjemahkan Alkitab kedalam bahasa daerah itu dan yang mulia mempergunakan
bahasa slavia itu pula didalam kebaktian. Mereka itu terutama bekerja didaerah yang
sekarang adalah hongaria dan cekoslowakia. Sungguhpun demikian, mereka menyerahkan
daerah-daerah itu kepada kuasa paus

Bab 21

Gereja Dalam Kerjaan Karel Agung

 1. sebelum Karel Agung. Dasar kebudayaan Kristen di eropa barat diletakkan oleh
kerajaan dan gereja bangsa frank. Raja frank, karel martel, meluputkan eropa barat dari
bahaya islam dengan mengalahkan tentara arab dekat poitiers (baca puace) di perancis
pada tahun 732. Paus-paus pun mengganggap kerajaan frank itu sebagai pembela dan
pelindung gereja. Tatkala orang longobardia berniat menyerang kota roma, paus meminta
pertolongan dari pepin pendek, anak karel martel. Orang longobardia dialahkannya dan
dipaksanya menyerahkan beberapa daerah yang besar kepada paus. Dengan demikian
berdirilah “Negara Gereja” pada tahun 756.

 2. Semasa karel Agung. Kebesaran kerajaan frank memuncak di bawah pemerintahan


karel agung (768-814). Raja Kristen ini mempersatukan eropa barat, sehigga merupakan
satu badan yang kuat, yang jiwanya gereja katolik. Tetapi gereja itu tetap bercorak gereja-
gereja. Paus dihormati oleh karel sebagai warga pertama dari kerajaannya, tetapi tidak
diberi kuasa mencampuri perkara-perkara gereja.  Raja sendiri yng memerintahi gereja
karena, cita-citanya ialah mencontoh raja Daud, yakn mewujudkan suatu theokrasi baru
di eropa barat. Bukanlah maksud karel untu mempergunakan gereja untuk
kepentingannya sendiri, melainkan melayani dan membangun gereja sedapat-dapatnya.  

     Susuan gereja diaturnya lebih baik. Uskup-uskup diangkat dan ditempatkannya.


Daerah-daerah uskup dibaginya dalam “paroki-paroki” yang dikepalai oleh iman-imam
(paderi-paderi) biasa. Tata cara kebaktian di segala daerahnya disamakannya. Khotbah
dalam bahasa daerah dan pengakuan dosa di hadapan imam  dimajukannya. Demikian
pula pengajaran, teristimewa pelatihan klerus (kaum pejabat) sangat diperhatikannya.
Ada pulanya maksudnya untuk mengubungkan kebudayaan yang lama dengan tabiat
orang jerman, dibawah pimpinan agama Kristen.pusat pergerakan itu ialah sekolah istana
tempat banyak serjana berkumpul, diantaranya Alcuinus yang berpengaruh besar selaku
ahl theologia pertama dari kerajaan dan penasehat raja Karel.

 Pada konsili oikumenis yang terakhir di Nicea (787), gereja timur dalam permupakatan
dengan paus menentapkan suatu peraturan untuk menghormati patung-patung, tetapi
putusan itu dilawan keras oleh karel, dan kemudian ditolak pula selaku perkara takhyul
oleh suatu sinode besar di frakfurt (794). Sementara karel ada di roma pada hari Natal
tahun 800 sekonyong-konyong ia dimahkotai oleh paus selaku kaisar. Dengan penobatan
itu dinyatakan bahwa karel menjadi pengganti kaisar-kaisar kekaisaran romawi yang
dahulu. Memang gelar dan pangkat yang baru ini selaras denan cita-cita karel sendiri.

 3. Sesudah karel Agung. Sesudah kaisar karel mangkat (814), keadaan kekaisarannya


lekas mundur. Pada tahun 843 kekaisaran itu dibagi tiga: perancis di barat, jerman di
timur, dan lotharing, burgondia dan italia di tengah. Akibatnya ialah bahwa tak ada lagi
satu gereja-negara yang kuat, sehingga gereja mencari pimpinan pada paus.  Untuk
seketika lamanya paus nikolas  1(860) behasil untuk membuat takhta petrus di roma
menjadi pusat kekaisaran. Nikols memaklumkan bahwa seharusnya paus saja yang boleh
memerintahi gereja dan negara, sehingga kaisa harus taat kepada paus, juga di lapangan
politik.  Selaku dasar dan dari pendirian itu dipakainya beberapa “dokumen” untuk
membuktikan bahwa gereja seharusnya merdeka dalam segala-galanya, dan lagi
bahwa  kuasa paus dan uskupuskup berdasar teguh pada putusan-putusan dan aturan-
aturan resmi yang ditetapkan sejak zaman dahulu. Pada masa pembaruan gereja surat-
surat tadi ternyata palsu saja.

Paling merosotna gereja, negara dan kebudayaan terjadi kira-kira tahun 900. Pimpinan
yang kuat dan saleh tak ada lagi. Di perancis kaum bangsawan merebut kuasa di dalam
gereja dan merampas milik-milik rumah biara. Di jerman :hertog-hertog” melemahkan
kuasa raja. Jabatan paus di roma jatuh ke dalam tangan orang-orang bangsawan, gereja
masih membutuhkan bantuan gereja.

BAB 22

PERTIKAIAN ANTARA PAUS DAN KAISAR


1.      OTTO  I (936-973)

Sejak tahun 870 ada tiga kerajaan di Eropa barat, yaitu: Jerman, Perancis dan Italia.
Jermanlah yang terbesar dan kuat. Kaisarnya, Otto I melawan hertog-hertog, yaitu
pangeran-pangeran asli dari suku-suku di negeri itu yang dipersatukan dalam
kekaisarannya. Takhtanya dan persatuan di negerinya diancam oleh hertog-hertog itu.
Oleh karena itu kaisar otto merendahkan derajat mereka dengan menjadikan mereka
pegawai-pegawai Negara. Sebagai ganti mereka, Otto menaikkan derajat uskup-uskup dan
abt-abt (kepala-kepala biara) dengan menjadikan mereka pemerintahan. Sampai pada
masa Napoleon (1800), uskup-uskup dinegeri Jerman terus merangkap jabatan
pemerintahan. Sejak Otto I, uskup-uskup itu tetap dipilih dan diangkat oleh kaisar. Sudah
barang tentu bahwa dalam pemilihan itu kepentingan politiklah yang diutamakan oleh
kaisar, bukan kepentingan Gereja.

2.      PEMBAHARUAN DARI CLUNY

Pada pertengahan abad ke-X timbullah suatu pergerakan pembaharuan yang hendak
menyucikan keputusan dan Gereja. Pusat pergerakan itu ialah biara Cluny di Burgondia.
Pergerakan itu berkembang sampai ke Italia, Jerman dan Inggris. Pembaharuan Cluny
menuntut: 1. Biara-biara harus diperintai langsung oleh Paus, 2. Raja dan golongan
bangsawan tidak boleh lagi mencampuri pimpinam dan urusan-urusan biara-biara, 3.
Kaum rahib harus taat kepada disiplin yang keras dan wajib hidup lebih saleh.

Sedari abad ke-XI Klerus juga bertambah-tambah dipengaruhi oleh pergerakan ini.
Segala keadaan Gereja yang buruk dilawannya, misalnya “simoni”, yaitu menjual belikan
pangkat-pangkat Gereja, untuk memperbolehkan laba duniawi (lihat Kis 8:18). Karena
biasanya pangkat-pangkat uskup diberi oleh raja kepada orang yang membayar
terbanyak; begitulah pula uskup-uskup sendiri menjual jabatan-jabatan yang lebih
rendah.

Selain dari pada itu golongan Cluny berusaha juga supaya paderi-paderi jangan menikah
lagi. Satu abad kemudian, paus Gregorius VII sama sekali melarang mereka menikah
(peraturan “selibat” = hidup lajang kaum pejabat).

3.      KEPAUSAN DIBAHARUI

Beralasan asas-asas pembaharuan ini kaisar Hendrik III mulai membetulkan kepausan
juga. Tiga Paus, yang menjabat pangkat itu pada waktu yang sama juga, dipecatnya, lalu
diangkatnya seorang Paus yang baru (1046). Tidak berapa lama antaranya Paus Leo IX
memulihkan kembali kuasa dan kehormatan paus. Dari kaum Klerus tinggi di Roma
dibentuknya suatu badan penolong baginya, yaitu “majelis para cardinal”.

Tetapi makin lama makin keras tuntunan golongan pembaharuan itu, sehingga akhirnya
ditolaknya sama sekali penetapan jabatan-jabatan Gereja ( “investitus”) oleh orang awam,
umumnya kaisar atau raja. Sekarang pengangkatan uskup-uskup oleh kaisar dipadangnya
juga sebagai simony. Paus mau merebut hak investiture itu, tetapi kaisar-kaisar tak mau
mengabulkan tuntunan itu, sebagai tulang-punggung Negara adalah justru golongan
“uskup raja” itu. Kedua belah pihak, baik paus maupun kaisar, tetap pada pendirian
masing-masing, sehingga terjadilah tentangan hak invertitur itu yang berlangsung lama.

4.      GREGORIUS VII DAN HENDRIK IV

Pada tahun 1059, Kardinal Hildebrand, seorang yang tak mau tunduk atau mundur,
merebut dari kaisar hak memilih 1073, Hildebrand menjadi Paus, dengan menamai
dirinya Gregorius VII. Sekarang terbitlah pertikaian yang hebat antara paus dengan
kaisar. Segala usaha Gregorius berdasar pada ketiga hal ini: 1. Paus sekali-kali tidak
bergantung  kepada penguasa yang lain didunia ini, 2. Pauslah satu-satunya kepala Gereja,
jadi segenap Klerus harus menaati perintahnya saja, 3. Segala kuasa duniawi pun hanya
dapat dikaruniakan oleh paus saja. Segala daya dipakainya untuk mencapai maksudnya
itu. Yer 48:10b menjadi semboyannya: “terkutuklah orang yang menghambat pedangNya
dari penumpahan darah.”

Pada Tahun 1075 investitus oleh orang awam dilarang oleh suatu sinode atas titah
Gregorius. Kaisar Jerman Hendrik IV tak suka menerima dan mengakui putusan itu;
sebab itu uskup-uskup dinegeri Jerman disuruhnya memecat paus. Tetapi Gregorius
dibantu oleh raja-raja Jerman. Hendrik IV dikutukinya dan dilepaskan dari pangkatnya.
Terpaksalah hendrik merendahkan dirinya dihadapan paus di Canossa di Inalta Utara
(1077). Setelah menanti-nanti kedinginan tiga hari tiga malam dimuka istana Canossa,
tempat paus menumpang, barulah ia diampuni. Akan tetapi segera juga Hendrik kembali
berkuasa lagi, sehingga ia berani menyerang Gregorius dengan tentaranya. Sesudah kota
Roma dialahkannya (1084), Hendrik dimahkotai sebagai kaisar oleh seseorang paus, yang
diangkatnya sendiri. Gregorius VII dibuang dan tak lama kemudian ia meninggal.

5.      PUTUSAN KOMPROMI

Pengganti-pengganti Gregorius VII melanjutkan perjuangan tentang investiture. Hanya


mereka itu tidak lagi mengajar maksud untuk memerintahi seluruh dunia. Lama
kelamaan terdapat suatu jalan kompromi, yakni investiture Gereja dilakukan dengan
member cincin dan tongkat uskup oleh paus, dan disamping itu ada investiture yang
dilakukan oleh kaisar dengan memberikan tongkat kerajaan. Akhirnya diambil keputusan
menurut Konkordat (permupakatan) Worms (1122); uskup-uskup harus dipilih oleh
Klerus dan disahkan oleh paus, tetapi disamping itu kaisar berhak member pangkat raja
kepada mereka dan menolak orang yang tak disukainya.

BAB 23
PERANG-PERANG SALIB
1. Sebab-Musababnya. Kira-kira tahun 1070 Palestina, Siria dan Asia Kecil jatuh ke dalam
tangan orang Turki yang adalah bangsa yang beragama Islam dan kemudian mengancam
kebudayaan dan agama Kristen di Eropa. Orang-orang  musafir Kristen yang
mengunjungi tempat-tempat suci di Palestina sangat diganggu dan disiksa oleh orang
Turki itu.

Pada suatu sinode di Clermont (Perancis) pada tahun 1095 umat Kristen dikerahkan oleh
paus Urbanus II untuk mengangkat perang suci untuk merebut Tanah Suci dari orang
Islam. Banyak orang dari segala lapisan menuruti ajakan itu. Mereka menempelkan
sebuah salib dari kain merah pada bahu atau dadanya sebagai tanda bahwa mereka mau
merebut Yerusalem tempatdimana Yesus di saliban. Lewat perang itu ada yang
mengharapkan kehormatan dan keuntungan, serta penghapusan dosa (indulgensia) yang
dijanjikan Paus. Paus ingin mengembangkan daerah kekuasaannya ke daerah timur. Bagi
umat Kristen perang salib ini memang mengandung arti rohani yang mulia dan suatu
kebajikan yang besar tetapi dalam prakteknya, perang itu tidak berbeda dari perang
biasa. Apalagi tak ada maksud perang suci itu untuk mengabarkan Injil diantara orang
Islam.

2. Riwayatnya. Pasukan-pasukan yang pertama berangkat ke tanah suci kurang


dilengkapi. Hampir segenap tentara ini dibasmi oleh orang Bulgaria dan Turki. Tetapi
tentara besar yang dikepalai Godfried dari Buyon akhirnya mencapai maksudnya,
Sebagian Asia Kecil dan daerah-daerah Siria dan Palestina ditaklukkannya. Godfried
menolaj mahkota emas tanda pangkat raja, karena katanya: dikota ini Yesus telah
dimahkotai dengan duri. Ia bergelar “Pelindung makam suci”.

 Perang salib yang kedua dianjurkan oleh Bernhard dari Clairvaux (Klervo) sesudah


kerajaan Edesa di Asia Kesil yang dibentuk saat perang salib yang pertama direbut pula
oleh musuh. Perang salib kedua ini berlangsung dari tahun 1157-1149, tetapi tidak berhasil
sebab sudah lumpuh di muka kota Damaskus.

Direbutnya Yerusalem pada tahun 1187 oleh sultan Saladin dari Mesir menyebabkan
perang salib yang ketiga. Raja-raja Inggris (Richard Hatisinga), perancis (Philip Augus)
dan Jerman (Frederik Barbarossa=janggut merah) menggabungkan usahanya, tetapi
kaisar Federik mati dan pasukan-pasukannya kembali ke negerinya. Akibatnya ialah
perang salib yang ketiga ini gagal.

 Perang salib yang keempat (1202-1204) dimulai oleh paus Innocentius III. Dengan maksud
memajukan perniagaan Venetia yang bersaing hebat dengan Byzantium. Pada tahun 1261
kaisar mengusir pula orang-orang barat dari ibukotanya,tetapi oleh segala huru hara ini
kekaisaran timur itu sangat dilemahkan, sehingga kurang sanggup melawan orang Islam.

Hanya perang salib yang keenam saja yang berhasil lagi (1228-1229) Kaisar Federik II
mendapatkan Yerusalem, Betlehem, Nasaret, dan pantai laut denganjalan diplomasi.
Tetapi tahun 1244 Yerusalem jatuh pula ke dalam tangan Islam dan akhirnya perang salib
di hentikan sesudah Bandar Akko direbut orang Islam pada tahun 1291.

3. Akibatnya. Perang salib itu mengakibatkan banyak hal penting bagi barat.Kebudayaan


sangat diperkaya oleh pertemuannya dengan kebudayaan timur. Perdagangan mulai
timbul dengan cepat khususnya di Perancis dan Italia, kota-kota bertambah besar dan
timbul lapisan ketiga dari masyarakat seperti tokowan, tukang, pedagang, pegawai dan
sebagainya. Kerohanian dan gerejani juga semakin luas pandangannya. Kesalehan Kristen
sangat dimajukan, sebab kunjungan ke tempat-tempat keramat itu menyadarkan kaum
Kristen tentang kerendahan dan pengasihan Yesus. Ini yang menerbitkan ibadat baru
terhadap Kristus.

Zaman perang salib timbullah beberapa “ordo ksatria” yang menggabungkan cita-cita
rahib dan ksatria yaitu takluk kepada tuntutan kerahiban dan bersumpa memerangi
orang kafir dan menjamin perlindungan bersenjata kepada musafir. Yang tertua
adalah Ordo-ordo Johanit dan tempelir (± 1120), yan terutama terdiri dari orang Perancis.
Tahun 1190 dibentuklah Ordo Jerman,  yang mengalahkan dan memasehikan daerah
disebelah timur negeri Jerman. Lambat laun ordo ini menjadi pasukan-paskan pilihan
yang langsung diperintahi oleh paus.

BAB 24

BERNHARD DARI CLAIRVAUX

            1. Reaksi terhadap sekularisasi Gereja. Dalam pergerakan pembaruan Cluny,


maksud rohani makin diabaikan dan cita-cita klerus dan golongan rahib makin
diduniawikan. Mereka mengejar kuasa dan kemewahan saja. Pergerakan yang baru ini
mempersalahkan sekularisasi (penjiwaan dengan roh duniawi) hidup rahib-rahib dan
berusaha supaya segala rahib mentaati lagi peraturan askese yang sangat keras.

            Biara-biara besar berjanji untuk menuruti satu peraturan hidup dan taat kepada


satu pemimpin. Demikianlah timbul ordo-ordo rahib. Salah satu ordo yang tertua
ialah ordo Chartreuse.

            2. Hidup Bernhard (1091-1153). Ia seorang ksatria Burgondia. Pada waktu


berumur 24 tahun, ia diangkat menjadi abt (kepala) dari biara cabang di Clairvaux. Di
bawah pimpinannya biara ini sangat diperluas, sehingga pada waktu ia meninggal,
Clairvaux ditumpangi oleh 700 orang rahib, dan jumlah biara-biara cabangnya sampai
160 banyaknya.

            Bernhard pertama-tama seorang asket. Dengan sikap dan teladannya ini


dinyatakannya kritiknya yang seterang-terangnya terhadap suasana Gereja yang semata-
mata duniawi itu. Keberatan-keberatannya terhadap politik dan kehidupan paus dan
klerus tidak disembunyikannya. Ia juga menyokong pandangan theokratis Roma bahwa
pemerintahan Allah boleh disamakan dengan kuasa pembesar-pembesar Gereja di dunia
ini. Bernhard adalah seorang yang aktif dan perang salib yang kedua diadakan atas
anjurannya.

            3. Kesalehan baru. Bernhard juga memperbaharui kesalehan batin dan


diperdalamnya.  Sampai pada waktu itu orang Kristen Jerman memandang Yesus sebagai
seorang Raja dan Panglima, yang mereka turut selaku laskarnya yang setia. Bernhardlah
yang menyadarkan umat Kristen, betapa besarnya kasih Yesus dan betapa indahnya hidup
di tengah-tengah umat manusia. Baru pada saat itu cerita-cerita Injil mulai dikenal dan
diperhatikan baik-baik oleh jemaat biasa. Dan akhirnya orang yang mengikut Yesus akan
sampai kepada tingkat yang tertinggi, yakni mengecap kebahagiaan yang mulia dari
persekutuan langsung dengan Yesus. Kristus dan jiwa bergaul seperti mempelai laki-laki
dan mempelai perempuan.

            Jasa manusia sama sekali tidak dipentingkan oleh Bernhard. “Segala jasaku
terdapat dalam rahmat Tuhan saja”, katanya. Jelas bahwa Luther sangat menghargai dan
menghormati Bernhard, yang boleh digelar “Augustinus abad-abad pertengahan”.

            4. Arnold dari Brescia. Serangan-serangan Bernhard terhadap pimpinan Gereja


dilanjutkan lagi dengan lebih sengit oleh Arnold dari Brescia, seorang pengkhotbah tobat
yang hidup pada masa itu juga. Ia bekerja di Roma dan menuntut dalam suatu peraturan
resmi, supaya segenap Gereja harus melepaskan segala milik dan kuasa duniawi. Jadi
bukan saja akibat-akibat yang salah dari pemerintahan Gereja dipersalahkannya, tetapi
pemerintahan itu sendiri di tolak dan dilarangnya. Akhirnya ia dihukum mati oleh paus.

BAB 25

PUNCAK PEMERINTAHAN PAUS

1.      Frederik I Barbarosa

Pada tahun 1152 ada seorang kaisar yang kuat dan budiman naik takhta, yakni Frederik I
yang di gelar Barbarossa. Perintah-perintah Paus tidak di terimanya sesudah sesuatu
pertikaian yang lama ia terpaksa mengaku Alexander III selaku paus pada tahun 1177,
tetapi dalam kekaisarannya ia sendiri saja yang mengepalai Gereja. Setelah Alexander
mangkat pada tahun 1181, kedudukan Frederik bertambah kuat lagi, oleh pernikahannya
ia dapat memperluas kuasanya sampai di kerjaan Naples (Italia Selatan) dan sisilia,
sehingga akhirnya Negara-Gereja di kurung oleh kerajaan Frederik.

2.      Innocentius III
Pada ketika itu juga takhta Petrus di duduki oleh Paus yang termulia dalam abad-abad
pertengahan, Innocentius III (1198-1216). Kecongkakan paus-paus dan keinginannya
untuk menguasai seluruh dunia sekarang memuncak. Menurut pendapat Innocentius,
“paus kurang besar dari Allah, tetapi lebih besar dari manusia.” Ia bukan wali Petrus saja,
tetapi wali Kristus sendiri. Semua raja harus taat kepada titah Paus;negeri, mahkota dan
kuasa mereka seharusnya mereka terima selaku suatu karunia dari tangan paus. Sebagai
pengampu dan wali dari kaisar baru, Frederik II, anak Hendrik VI, yang masih muda, ia
memerintahi tanah jerman. Raja perancis, philip August, di paksanya menyambut pula
istrinya yang telah di buangnya. Raja inggris yang tidak mau mengakui uskup besar
Canterbury di pecat dan dikutukinya. Demikian pula kuasa Innocentius bertambah di
spanyol, Hongaria, Denmark dan lain-lain telah kita maklumi juga bahwa perang salib
yang keempat di anjurkan oleh Inncentius dengan maksud menaklukan Byzantium dan
kekaisaran timur kebawah pemerintahannya.

3.      Konsili di Lateran

Sebuah istana paus di Roma 1215, menjadi suatu pertunjukan besar dari kemuliaan paus
dan dari kuasa Gereja. Di antara 2000 hadirin terdapat duta-duta dari segala raja Kristen,
71 Patriarkh dan uskup besar, 412 uskup, lebih dari 800.  Sebenarnya konsili ini bukan
oikumenis karena Gereja Ortodoks Timur tidak di wakili.

        

Beberapa perkara penting di tetapkan yaitu :

1.      Tiap-tiap anggota Gereja di wajibkan mengaku dosanya di hadapan imam, sekurang-


kurangnya sekali setahun untuk beroleh pengampunan (Absolusi) atas nama Kristus.

2.      Ordo-ordo rahib yang baru hanya boleh didirikan dengan paus

3.      Dogma transsubstanisasi di sahkan dengan resmi. Menurut ajaran ini, yang harus di
percayai sebagai kebenaran ilahi ialah bahwa dalam misa itu zat atau substansi roti dan
air anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus yang sungguh-sungguh. Pada saat
perkataan-perkataan yang dahulu di ucapkan kristus sendiri, dim ucapkan lagi imam,
walaupun bentuk tanda-tanda itu tak berubah.

Mulai dari waktu itu juga paus di akui selaku satu-satunya penguasa di dalam Gereja. Di
alah pengurus  dan hakim yang tertinggi. Ia mengutuki orang dengan ekskomunikasi
(pengucilan) dan menghukum dengan interdik yaitu dalam salah satu daerah, seluruh
penduduk di larang menerima sakramen. Ia mengepalai suatu organisasi besar yang
teratur rapi dan kuat, terdiri dari ribuan klerus yang mebantu dan melayaninya selaku
pegawai-pegawainya.

4. Frederik II
Pada tahun 1215 saat kemunduran kuasa paus dan tahun itu juga Innocentius mengurus
supaya takhta jerman di beri kepada Frederik II. Frederik tidak suka mematuhi segala
perintah paus saja. Perjuangan baru berkobar untuk merebut kuasa ; pengucilan dan
kutuk resmi di pakai oleh paus selaku senjatanya. Sesudah mangkatnya  tahun 1250,
kerajaan Italia Selatan dan sisilia di hadiahkan oleh paus Urbanus IV, seorang perancis,
kepada raja perancis. Kekaisaran jerman makin runtuh dan terbagi-terbagi. Rupa-
rupanya paus menang, tetapi sebenarnya kusanya sudah sangat mundur pula. Lama-
kelamaan Roma di kuasai oleh perancis.

BAB 26

CITA-CITA KEMISKINAN DILUAR DAN  DI DALAM GEREJA

1.      Sekta-sekta Kathar dan waldens. Cita-cita Arnold dari Brecia di setujui beberapa
golongan sekta. Semenjak tahun 1.100 dari banyak pihak kedengaran tuntutan supaya
gerejs terbaik kepada kemiskinan rasuli.

Sekta yang mulai menasehati gereja demikian ialah orang Albigens atau Kathar (suci
bersih) di perancis selatan. Mereka dipengaruhi oleh Gnostik ajaran kafir dari timur. jiwa
adalah sebagian dari keilahan, tetapi dunia benda ini di ciptakan oleh iblis. Sebab itu
keselamatan hanya tercapai dengan jalan melepaskan dunia sama sekali. “orang percaya”
biasanya belum dapat berbuat demikian, tetapi “orang sempurna”, yang telah menerima
baptisan Roh, rela melepaskan hidup nikah dan milik. Bahkan banyak dianatara mereka
lebih suka mati kelaparan dari pada  janiskan lagi oleh dunia ini. tetapi ajaran yang
didualistis ini bertentangan dengan Injil karena dosa tidak bertempat pada zat benda
dunia sendiri, melainkan dalam hati manusia. Dunia di ciptakan Tuhan yang indah itu
kurang di hormati oleh orang Kathar.

Lain sekali keadaan dan sikap sekta besar orang Waldens atau orang miskin dari Lyon.
Mereka itu adalah pengikut seorang saudagar Lyon, Petrus Waldens namanya, waldes mau
mempraktekkan Syariat Injili, teristimewa pesan Yesus dalam Matius 10, sehingga rumah
dan miliknya ditinggalkannya untuk meniru teladan rasul-rasul. Pada tahun 1177 di
bentuknyalah suatu perhimpunan penghkotbah awan yang mau turut mengembara untuk
menobatkan orang dimana-mana. Larangan dan kutuk paus tak dipedulikan mereka.
pergerakan itu berkembang dengan pesat diperancis selatan dan di italia utara. Penganut
sekta ini menolak sumpah dan perang, seraya menjelajahi negeri berdua selaku
pengkhotbah tobat. Jasa mereka yang besar ialah mereka berpegang teguh kepada alkitab,
sambil memperkenalkan isi kitab kudus itu kepada umat Kristen. beralaskan
pendirianNya segala pandangan dan kebiasaan salah dari gereja roma diserangnya dengan
keras, misalnya keselamatan jiwa, api penyucian, indulgensi dan lain-lain. Akan tetapi
disamping segala pendapat yang baik dari mereka itu tak dapat disangkal, bahwa orang
Waldens menganggap injil laksana suatu taurat, sama seperti gereja katolik yang
dilawannya. Tetapi sungguhpun demikian kriktik dan protes mereka terhadap sekularisasi
gereja sangat berharga.
2.      Reaksi Gereja. Tindakn gereja terhadap sekta ini ialah sekali-kali untuk membasmi
orang Albigenes, perang mana dilaksanakan dengan cara yang bengis dan ngeri (1202-
1209). Di negeri jerman dan perancis dikeluarkan undang-undang resmi, bahwa orang
sekta harus di hukum mati dan pada tahun 1232 Inkwisisi diatur oleh paus, yakni “dinas
rahasia” yang menghambat, menangkap dan menghukum segala orang penyesat secara
kejam.

Akan tetapi syukurlah, pembenarantasan sekta itu dilangsungkan dengan cara yng lebih
halus dan melalui jalan kerohanian pula. Memang gereja roma selamanya berusaha juga
untuk mengalahkan lawanNya dengan mengambil dan mewujudkan cita-cita pelawan itu
sendiri melalui jaln gereja. Demikianlah cita-cita kemiskinan diterima oleh gereja
timbullah “Ordo-ordo minta-minta”, selaku bukti bahwa cita-cita theokrasi dapat
digabungkan juga dengan penyangkalan dunia dan askese.

Beda ordo rahib minta dengan segala ordo yang dulu, ialahlah bahwa ordo rahib yang
baru ini sama sekali tak mempunyai segala sesuatu milik, juga sebagai organisasi.
Anggotanya hidup dari sedekah yang diminta dari jemaat. Berkenaan dengan ini mereka
mereka tidak tinggal dipencil di luar kota dan dusun, melainkan didalam kota besar.
Dengan demikian merekalah yang menjadi pengkhotbah dan penggembala dari gereja.
Yang sangat memperhatikan kemajuan hidup rohani jemaat.

3.      Franciscus dari Assisi. Ordo yang terkenal ialah ordo Franciscan atau saudara Dina
(Ordo Fratrum Minorum atau OFM), yang didirikan oleh Franciscus yang lahir di Assisi
(Italia) pada tahun 1182.

Selagi  muda ia ingin mengejar kehormatan dan kesenangan duniawi, dan cita-citanya


ialah menjadi seorang ksatria yang perkasa. Sekonyong-konyong ia bertobat. Segera ia
mulai membetulkan beberapa gedung gereja yang kecil (kapel) sebagai bukti
penyesalanNya. Akan tetapi pada suatu kali di dengarnya perkataan Yesus yang tertulis
didalam Matius 10, lalu segera segala kekayaan dilepaskannya untuk dapat menuruti
pesan Yesus (1208). Kemiskinan itu disebutnya penggantinya. Dengan berpakaian jubah
yang kasar saja dan tidak memakai sepatu atau sandal, Franciscus mulai mengembara
serta menasehati orang untuk meniru teladanNya. Beberapa kawannya turut serta. Suatu
tata hidup disusunnya, yang disahkan oleh Innocentius III pada tahun 1210. Rahib
Franciscan sangat rajin pula mengabarkan injil diantara bangsa yang bukan Kristen. ada
yang pergi ke Spanyol, Maroko dan Siria. Franciscus sendiri belajar kemesir (1219) untuk
menobatkan sultan Alkamil. Tetapi segala percobaan itu tidak barhasil.

Walaupun Franciscus kurang setuju, tetapi pada tahun 1223 paus membuat ordonya itu
menjadi suatu organisasi yang teratur rapi, dan pencarian nafkah dengan minta saja
diganti dengan kewajiban bekerja unuk penghidupan sehari-hari. Lagi pula cara
mengembara dihentikan sehingga kaum Franciscan mulai tinggal dalam biara-biara.
Oknum dan hidup Franciscus sangat menarik hati kita. bagi Franciscus menurut Kristen
bukanlah berarti menderita sengsara dan menjauhkan diri dari dunia, sebagai pendirian
Bernhard dari Clairvaux, melainkan sesuatu kegirangan yang sangat besar. Alam
dipandanngnnya selaku cermin Allah. Semua makhluk menjadi sahabatnya. Ia bercakap-
cakap dengan bunga-bunga dan burung-burung. Ada suatu kidungnya yang termasyhur,
kepada saudara suria.

Pada tahun 1224 ia mendapat suatu penglihatan dari kristus. setelah itu pada tubuhnya
yang kurus dan sakit itu nampak kelima tanda luka dari Kristus (stigmata). Sungguhpun
hal itu belum dapat diterangkan dengan jelas, tetapi mungkin juga badan manusia
dipengaruhi demikian oleh pergerakan jiwa, sehingga tanda luka seperti itu menjadi
nampak, malahan sampai berdarah. Pada tahun 1226 Franciscus meninggal. Oleh
kesalehannya yang sungguh dan penuh sukacita itu namanya tertera dalam kisah gereja
selaku suatu terang yang permai.

Ordo Franciscan berkembang dengan cepat menjadi orang yang sangat besar. Lima  puluh
tahun kemudian anggotanya sudah sampai 200.000 orang banyaknnya. Kaum Franciscan
itu sangat dihormati oleh umat Kristen. mereka mengutamakan soal khotbah dan
penggembalaan jemaat.  Kemudian Mereka menuntut rupa ilmu pula.

Pada tahun 1212 sudah didirikan suatu cabang wanita dari ordo Franciscan itu oleh Clara
Sciffi dari assisi. Anggota wanita itu disebut “orang Claris”. Ada juga orang awam yang
hendak menurut aturan kaum Franciscan sedapat mungkin. Mereka diorganisasi menjadi
ordo ketiga.

4.      Ordo Dominican. Ordo minta-minta yang lain yang penting pula ialah Ordo
Dominican (ordo predecatorum), yang didirikan pada tahun 1216 oleh Dominicus, seorang
Spanyol. Mereka itulah yang berusaha untuk melawan dan menaklukan orang penyesat.
Inkwisi dikepalai dan dijalamkan oleh ordo ini. mereka menjadi pemuka pekerjaan
khotbah dan teologia gereja. Sarjana theologia yang terutama pada abad pertengahan,
Thomas dari Aquino, adalah seorang rahib Domonican.

5.      Usaha penginjilan kedua ordo ini. insaflah kaum Francisca dan Domonican, bahwa
selayaknya gereja wajib mengambil tindakan lain terhadap agama islam dari pada
mengangkat perang salib. Mereka mulai mengusahakan pekabaran injil diantara kaum
Arab. Gagalnya percobaan Franciscus untuk menobatkan sultan mesir tidaklah
mengecilkan hati mereka. tetapi sekarang mereka sudah Insaf, bahwa persediaan untuk
usaha sesukar itu perlu diperhatikan baik-baik sebelum menjalankanNya. Sebab itu di
Spanyol orang Dominican membuka suatu pusat pelajaran agama Islam dan Yahudi.

Yang tampil kemuka dalam usahaa ini ialah Raymondus Lullus, yang sebetulnya tidak
masuk anggota resmi dari kedua ordo itu. di pulau Malroca, tempat kelahirannya,
didirikannya sebuah sekolah pekabaran injil. Lullus mengarang beberapa kitab dan ia
pergi berulang-ulang kenegeri Arab di afrika utara untuk meyakinkan Muslim itu dengan
uraiannya,bahwa injil sajalah ajaran yang benar. Pada tahun 1316 ia mati dirajam
(dilempari dengan batu) dikota Aljazair

Orang Franciscan berusaha juga memasehikan bangsa Mongol. Pada abad ke XIII, bangsa
Asia tengah yang ganas itu telah mengalahkan seluruh Asia timur (Tiongkok), asia utara
dan asia barat, bahkan dibawah panglima perangnya, Djengis Khan, mereka menaklukan
rusia. Dijerman timur mereka dipukul mundur pada tahun 1241. Cucu Djengis Khan
memberi kesempatan kepada rahib-rahib Franciscan untuk memberitakan Injil dalam
kerajaanNya. Pada penghabisan abad ke XIII mereka sudah maju sampai ke tanah
Tiongkok (ingat juga perjalanan Marco polo, saudagar dari Venetia). Tetapi pada tahun
1368 kota peking direbut pula oleh orang Tionghoa, sehingga batas kerajaan mereka
ditutup pula dan segala hasil pekerjaan kaum Franciscan itu hilang juga.

6.      Perkembangan ordo minta-minta di waktu kemudian. Tidak lama kemudian, ordo itu
dipaksa turut melayani cita-cita paus, yaitu menambahkan kuasa dan milik duniawi
gereja. Bertentangan dengan wasiat Franciscus, paus memberi izin kepada rahib
Franciscan dengan paksa disesuaikan saja dengan pandangan istana paus. Semua orang
melawan perubahan ini, yang tetap memegah teguh aturan Franciscus yang dahulu itu,
dihambat dengan keras oleh gereja.

BAB 27

TERBITNYA PERLAWANAN TERHADAP PEMERINTAHAN PAUS

1.      Kekalahan Bonifatius VII. Untuk melumpuhkan kuasa kaisar-kaisar Jerman, Paus


mencari bantuan pada raja-raja Perancis. Tetapi sebenarnya mereka itulah yang
merupakan bahaya besar bagi Paus, karena di negeri Perancis telah timbul kesadaran
kebangsaan baru, yang tak dapat tidak harus bertentangan dengan keinginan Roma yang
mau menguasai dunia.

Pertentangan ini terjadi tarkala Paus Bonifatius VII (1294 – 1303) melarang Philip IV yang
Elok, Raja Perancis, memungut pajak untuk Negara dari Klerus dan biara-biara serta
segala milik Gereja yang lain. Larangan ini tak dipedulikan oleh Philip. Alasan
perselisihan itu tak lain dari soal yang penting ini. Apakah Negara mempunyai kuasa dan
hak sendiri, terlepas dari hak dan kuasa Paus? Bonifatus mengulangi lagi tuntutan-
tuntutan Paus untuk memerintah seluruh dunia. Dalam “bulla-nya” yang beralamat”
unam Sanctam” (1320), diuraikan bahwa kepada Paus diberikang dua pedang (Lukas
22:38), yaitu kuasa rohani dan duniawi. Akan tetapi sementara Bonifatius menyediakan
kutuk Gereja untuk Philip, dengan tiba-tiba ia sendiri disergap dan ditawan oleh suatu
pasukan Perancis atas perintah raja. Kejadian itu merupakan suatu pukulan besar bagi
Paus yang memang terlalu melebih-lebihkan kekuasaannya. Sesungguh beberapa hari
kemudian ia dibebaskan lagi, tetapi karena akibat segala pengalaman yang berat ini, tak
lama kemudian Bonifatius mangkat.

2.      Paus di Avignon. Mulai ketika itu Paus-paus dikuasai oleh Perancis. Pada tahun 1309
Paus memindahkan Istanahnya ke kota Perancis Avignon (baca Avinyon). Sampai 1377
mereka bersemayam disana. Lawan-lawan Paus menyebut waktu itu “ Pembuangan ke
Babel”.

Paus  Clemens V dipaksa oleh raja membubarkan ordo yang kaya dari tuan-tuan Tempelir
(1312), sebab pada sangka Philip, kuasa mereka berbahaya baginya. Pajak-pajak Gereja
dipunggut menurut aturan-aturan yang sangat keras, yang menyebabkan dompet rakyat
Kristen menjadi kosong dan pembendaharaan Paus semakin penuh. Tak mengherangkan
bahwa dari segala pihak terdengar keberatan sungutan.

Kaisar-kaisar Jerman yang kedudukannya sudah sangat lemah, dilawan terus oleh Paus-
paus di Avignon. Akan tetapi pada tahun 1338 raja-raja Jerman mengambil keputusan
bahwa kaisar-kaisar yang mereka pilih, dengan sendirinya sudah menjadi kaisar yang sah,
sehingga izin Paus tidak perlu lagi.

3.      Perlawanan Kesusteraan. Pandangan-pandangan revolusioner ini pun kedengaran


didalam banyak karangan pada abad ke-XIV. Penyair Dante menguraikan dalam sebuah
kitab (1315) bahwa Negara mempunyai panggilan ilahinya sendiri dibumi di samping
Gereja. Dalam karangan-karangan lain di anjurkannya atas kedaulatan rakyat, yaitu raja
wajib menjalankan kehendak rakyat, karena rakyatlah yang merupakan Negara. Bahwa
asas ini berlaku juga pada gereja. Sebab itu seharusnya pemerintahan Gereja disusun
secara demokratis (yaitu oleh konsili-konsili yang terdiri dari wakil-wakil umat Kristen)
dan bukan lagi secara hierarkhis.

Sangat penting juga ajaran William dari Occam (Inggris) yang menganggap Gereja dan
Negara sebagai dua kuasa yang berdiri sendiri, yang satu tak boleh memerintah yang lain.
Hanya apabila salah satu dari kedua ini tak sanggup melaksanakan tugasnya, maka
wajiblah member pertolongan oleh orang lain.

Segala kritik terhadap kedudukan Paus memuncak dalam kitab syair yang termasyur
“Divina Comedia” (komedi Ilahi), karangan Dante (di Florensa Italia, 1256 – 1321). Dalam
syair yang panjang dan indah ini diceritakannya suatu perjalanan khyali, yang dibuatnya
ke neraka, api penyucian dan sorga. Segala keadaan baik dan buruk pada zamannya itu, di
kupasnya dalam cerita perkunjungan ini. Dante gelisah melihat kuasa duniawi Gereja,
yang menyebabkan derajat Gereja menjadi merosot. Ia tak suka melihat pedang dan
tongkat gembala pada suatu tangan. Kedudukan Paus di lukisannya sebagai perempuan
sundul dari Wahyu Yohanes. Dalam nereka antara lain ditunjukan beberapa Paus yang
menyerahkan karunia-karunia Tuhan yang ajaib untuk memperoleh emas dan perak
(mengenai Simon). Menurut gambarannya, badan mereka terbalik didalam lobang-lobang
ditanah dengan kaki mereka ke atas.

Dante megharapkan, bahwa masyarakat Kristen akan di baharui oleh kaisar baru,
Hendrik VII (1308 – 1212), tetapi harapan ini menjadi kandas karena kaisar ini tiba-tiba
mangkat.

4.      Schisma besar di barat. Pada tahun 1377 tahta Paus di pulangkan ke Roma. Tetapi
satu tahun kemudian, paus Urbanus VI tidak mau menuruti kehendak kardinal- kardinal
Perancis yang banyak dan berkuasa itu, sehingga mereka memilih seorang Paus yang lain
di Avignon. Demikianlah mulai “Schism besar dibarat”. Yang baru berahkir pada tahun
1415. Perancis memihak kepada Avignon, tetapi Jerman dan Inggris kepada Roma. Kedua
Paus itu saling mengutuki, sehingga sehingga sebenarnya segenap umat Kristen pada masa
itu kenak kutuk. Sebab itu banyak orang percaya kehilangan ketenangan hatinya, karena
jikalau hanya kepatuhan pada Paus saja menjamin keselamatan yang kekal bagi orang
Kristen, siapa dapat beroleh kepastian lagi tentang nasibnya diakhirat, bilamana dua
orang Paus berlawanan ? tidak mengherankan, bahwa keadaan ini sangat merugikan
kedudukan Paus dalam Gereja. Timbullah kesangsian dalam hati banyak orang apakah
kuasa Paus benar-benar ilahi. Akibat lain pula dari Schisma ini ialah bahwa orang mulai
memikirkan kemungkinan Gereja-gereja kebangsaan, yang tidak lagi tergantung kepada
Paus.

5.      Konsili – konsili besar. Dari Universitas di Paris, yang pada waktu itu menjadi pusat
ilmu internasional, kedengaranlah seruan, supaya Gereja di perbaruhi secara lahiriah dan
batiniah. Seruan ini sangat disetujui oleh segala golongan masyarakat. Untuk mencapai
maksud yang indah itu diadakanlah konsili di Pisa (Italia) pada tahun 1409. Kedua Paus di
Roma dan Avignon dipecat dan seorang Paus baru dipilih, tetapi oleh karena kedua Paus
yang tersebut tadi tak sudi meletakan jabatannya, keadaan Gereja malah bertambah
kacau, sebab sekarang ada tiga Paus.

Perlu diadakan konsili baru Konsili baru. Raja Sigmund dari Jerman mengusahakan
konsili itu, tempatnya di Constanz (pada batas Jerman dan Swiss), dari tahun 1414 – 1418.
Maksudnya yang terpenting ialah untuk menghentikan Schism itu dan akan
memperbaruhi Gereja. Paus-paus membawa banyak pengikut, supaya anggota-anggota
bersuara menurut bangsanya. Jadi tiap-tiap bangsa (Jerman, Spanyol, Inggris, Italia, dan
lain-lain) dan lagi majelis kardinal – kardinal mendapat suatu suara. Dengna jalan
demikian cita-cita kebangsaan dan “konsiliaris” menentang orang “kurialis” (yaitu yang
menyongkong Paus).

Mula-mula konsili Constanz berhasil baik. Schisman diselesaikan dan seorang Paus baru
dipilih, yaitu Martinus V pun ditetapkan selaku asas resmi, bahwa konsili yang mendapat
hak dan kuasanya langsung dari Kristus, sehingga tiap-tiap orang yang percaya, sampai
Paus sekali pun, wajib takluk kepada keputusan tentang iman dan kebajikan yang diambil
oleh konsili itu. Maksudnya ialah supaya konsili-konsili harus bersidang pada waktu yang
tertentu. Teatapi sayang segala ikhtiar pembaruan yang lain menjadi gagal oleh karena
Negara-negara kurang setuju. Paus Martinus V mempergunakan keadaan ini, dengan
mengatur konkordat dengan setiap Negara, dimana ia menjanjikan beberapa
pembaharuan Gereja untuk tiap-tiap negeri tersendiri. Dengan itu konsili di Constanz itu
tak berdaya lagi.

Berhubungan dengan huru-huru, yang terjadi oleh karena pengikut-pengikut Hus, Paus
terpaksa memangil konsili lagi. Konsili ini bersidang di Besel (Swiss) dari tahun 1431-1449,
tetapi kurang berhasil disebabkan anggota-anggotanya tidak bersatu.

6. Gereja Kebangsaan. Rupa-rupanya golongan konsiliarislah yang kalah dan paus-paus


yang menang, tetapi pada hakekatnya kuasa duniawi dan gerejawi Paus-paus makin lama
makin mundur. Yang sebetulnya menang ialah Negara-negara yang mulai mencampuri
pimpinan Gereja lagi, sama seperti dulu. Gereja Katolik yang am terbagi-terbagi dalam
beberapa Gereja senegeri atau Gereja kebangasaan, meskipun Paus tinggal tetap kepala
gereja juga. Di  Perancis raja merebut belbagai hak dalam pemerintahan, pengadilan dan
pemungutan pajak Gereja. Kerajaan Spanyol yang mudah itu pun mempunyai Gereja
negaranya. Misalnya inkwisisis menjadi satu tugas, bahkan menjadi dinas Negara. Hanya
di Jerman saja Paus masih berkuasa, walaupun cita-cita kebangsaan mulai diwujudkan
juga disana, yaitu oleh raja-raja yang menuntut bermacam hak dari Paus untuk negerinya
masing-masing. Kemudian perkembangan dan susunan Gereja Luther beralaskan keadaan
ini.

7. Kepuasan sesudah konsili-konsili. Mulai waktu itu Paus-paus tak dapat lagi


mengharapkan pemerintahan atas seluruh dunia. Sekarang mereka hidup dalam “negara
Gereja”. Dimana mereka mengejar kekuasaan, kehormatan dan kekayaan untuk diri
sendiri dan untuk keluarga dan anak-anaknya. Pendirian dan kelakuan mereka tak
ubahnya dengan tabiat raja-raja Italia yang lain, yang hidup sesuka hatinya saja.
Kemewahan, cinta dan ingat diri sendiri, percabulan dan lain-lain dosa, itu adalah perkara
biasa dalam istana Paus Alexander VI Borgia (1492 – 1503). Belum pernah derajat Paus
merosot sedalam itu.

Bab 28

PERINTIS-PERINTIS REFORMASI

disebut Mereka yang biasa demikian itu sebenarnya masih termasuk kaum abad-abad
pertengahan, jikalau dibandingkan dengan Luther. Karena mereka belum menginsafi
sungguh-sungguh kebenaran Injil, seperti orang-orang tetapi sungguhpun demikian,
mereka telah merintis jalan untuk reformasi, sebab bagi mereka Alkitab menjadi satu-
satunya kaidah dalam ajaran dan tindakannya. Berdasarkan Alkitab, dengan berani
mereka melancarkan segala kritiknya terhadap pelbagai kesalahan dan kekhilafan gereja.
 1. Wiclif. John wiclif hidup di inggris ada abad ke-XIV. Ia seorang guru besar di Oxford
dan dialah yang menjadi penganjur dan juru bicara perlawanan nasional terhadap
pemerintahan paus. Pada hebatnya, segala milik gereja di inggris haruslah dianggap
kepunyaan negara. Dasar pandangannya itu ialah bahwa sebaiknya gereja jangan
mempunyai milik duniawi, tetapi patut menjadi miskin dan sederhana. Wiclif mengutus
banyak pengkhotbah tobat, orang Lollard namanya, yang tidak bermilik juga, yang
menjelajah segala daerah negeri inggris. Bersama-sama dengan beberapa orang lain.
Alkitab diterjemahkan oleh Wiclif ke dalam bahasa inggris. Pandangan gereja yang
realistis tentang perjamuan Kudus dilawannya dengan keras; ajaran transsubstansiasi
dianggapnya sebagai ibadat kepada berhala.

Akhirnya ketaatan kepada Alkitab mendorong Wiclif untuk menyerang gereja roma dari
segala jurusan. Dengan pedas dilancarkannya kritiknya terhadap susunan gereja yang
hierarkhis itu, tentang kerahiban, pujaan kepada orang kudus dan relikwi-relikwi,
kepausan yang dipandangnya sebagai antikrist sendiri, dan sebagainya. Oleh karena
pendiriannya ini Wiclif harus meletakkan pangkatnya di Oxford, tetapi oleh karena ia
dilindungi oleh raja dan dicintai oleh kaum bangsawan dan rakyat, maka ia sendiri tak
pernah dianiaya sampai ia meninggal (1384). Akan tetapi pengikut-pengikutnya, yakni
orang-orang Lollard, sangat dihambat pada permulaan abad ke-XV, sehingga hampir
dibasmi semuanya.

 2. Hus dan orang-orang Husit. Pekerjaan wiclif banyak berhasil di negeri bohemia (kini
bagian utara dari Cekoslowakia). Johannes Hus (1369-1415), seorang guru besar dan
pengkhotbah di kota praha, mengajarkan segala ajaran Wiclif kepada mahasiswanya dan
kepada umat Kristen di Bohemia. Tetapi ia tidak menolak transsubstansiasi. Sungguhpun
Hus dikutuki dan Praha kenainterdik dari paus, tetapi seluruh daerah itu tetap
memberontak melawan roma. Perlawanan ini bukan saja disebabkan oleh ajaran baru itu,
tetapi juga oleh cita-cita kebangsaan orang-orang Ceko, yang tidak lagi suka dikuasai oleh
orang Jerman yang kaya itu dan oleh gereja Roma.

Raja Sigmund yang ingin menyelesaikan hura-hara ini dengan cepat, membujuk Hus
untuk perhi ke Constanz, supaya perkaranya dapat dirundingkan di sana dalam konsili.
Raja telah berjanji untuk melindunginya, tetapi Hus ditangkap juga atas perintah
pembesar-pembesar gereja, bahkan ia dipenjarakan dan disiksa dengan sangat bengis.
Sigmund mau melepaskan Hus, tetapi pihak gereja menegaskan kepadanya, bahwa janji
kepada seorang penyesat tak usah digenapi. Oleh karena sigmund ingin supaya konsilinya
itu dapat berjalan dengan baik, Hus dibiarkan saja. Hus tidak tidak mau menarik kembali
ajarannya. Ia dihukum mati dan pada 6 juli 1415 ia dibakar hidup –hidup di Constanz.
Tidak lama kemudian sahabatnya Hieronymus dari praha yang mengikuti Hus ke
Constanz pun diadili dan kemudian di bakar.

Tatkala sigmund menjadi raja Bohemia juga (1419), mulaialah perang-perang Husit yang
dasyat itu, baru berakhir pada tahun 1436. Orang Husit melawan raja dan gereja.
Golongan yang bernama orang Calixtin hanya menuntut, supaya kaum awam boleh
menerima perjamuan “dengan dua rupa” yaitu bukan roti saja, tetapi piala anggur juga
(calix=piala). Golongan radikal yang disebut orang Taborit mau membuang segala perkara
dan peraturan yang tidak dipesankan dengan nyata-nyata oleh “taurat Allah), yakni
Alkitab,. Mereka itulah yang memegang pimpinan militer dalam pergerakan ini. Dimana-
mana mereka itu membunuh dan membakar, teristimewa rumah-rumah biara. Pasukan-
pasukan paus dikalahkannya. Gereja terpaksa mengundang pemuka-pemukanya ke basel
selaku partai yang setara dengan konsili, tetapi permusyarawatan itu tidak berhasil.

Lama-kelamaan peperangan ini dapat diakhiri juga. Di Bohemia didirikan dan diakui
sebagai sebuah gereja Husit di samping gereja Roma. Kuasa orang taborit lekas hilang;
hanya beberapa kelompok kecil yang masih kedapatan di Bohemia, yang kemudian
dipengaruhi oleh gereja Protestan.

 3. Savonarola. “perintis reformasi” yang ketiga, seorang rahib Dominican yang bernama
Savonarola (1452-1498), Hanya berpengaruh di kota Florensa (Italia) saja. Seperti Yohanes
pembaptis ia menghardik orang-orang sezamannya. Tuan-tuan medici, yang memegang
kuasa di kota Florensa, diusirnya dan sesudah itu savonarola mengajar semua penduduk
supaya bertobat. Segala kemewahan dan keinginan duniawi harus dimatikan. Yesus saja
yang boleh diakui selalu raja Florensa. Dengan khotbah dan polisinya savonarola
memerintahi kota itu. Paus Alexander VI yang durjana itu diserangnya dengan hebat.
Tetapi akhirnya savonarola dijatuhkan oleh seteru-seterunya yang banyak itu dan oleh
rakyat yang lekas jemu terhadap pimpinannya yang sangat keras itu. atas titah paus ia
ditangkap oleh inkwisisi, disiksa dan dibakar.

 4. kekuatan dan kelemahan perintis itu. kekuatan wiclif, Hus dan savonarola terltak
dalam sikapnya yang keras terhadap sekularisasi gereja yang dilawannya, tetapi
teristimewa dalam sikap mereka untuk mengalaskan ajaran dan aksinya pada Alkitab.
Tetapi sama seperti lawannya, Injil dipandangnya sebagai suatu taurat, yang hukum-
hukumnya harus diturut oleh manusia untuk memperoleh keselamatan yang
kekal.  Dengan menyadarkan jemaat Kristus tentang kesucian dan kesungguhan tuntutan-
tuntutan Tuhan itu mereka bekerja selaku perintis pembaharuan gereja. Akan tetapi inti-
pokok Injil itu, yakni manusia dibenarkan karena rahmat Tuhan saja, oleh iman, dan
bukan oleh amal dan pekerjaan manusia sendiri, hal ini belum dipahaminya. Sebab itu
gelar “perintis-perintis Reformasi” harus dipakai dengan hati-hati.

BAB 29

RENAISSANCE DAN HUMANISME

1.      DI ITALIA

Pada abad ke-XIV cara hidup di Italia mendapat bentuk baru. Terutama di Italia Utara
kota-kota bertambah kaya oleh perniagaan, perusahaan dan kerajinan penduduk.
Golongan orang kota itu makin lama makin makmur, makin sadar akan kepentingan
dirinya dan makin berkuasa. Dengan demikian berkembanglah suatu pandangan hidup
yang baru , yang antara lain ternyata dalam syair-syair punjangga Petrarca (1304-1374):
sebenarnya manusia tak usah mengikuti kuasa apapun di atasnya; kaidah dan pusat hidup
manusia ialah pribadinya sendiri.

Sikap ini berhubungan rapat dengan pandangan penyair-penyair Romawi dan Yunani
zaman purba, yang telah lama dikenal, tetapi baru sekarang diinsafi dan diulangi pula.
Bertentangan dengan cita-cita askese, bangkitlah perasaan kesukaan akan dunia ini, yang
mengandung banyak kemungkinan agi manusia, dan akan alam yang indah dan permai
itu. Kesadaran baru akan keindahan dunia dan manusia ini, biasanya disebut dengan kata
Perancis “renaissance” (baca renesanse), yakni “kelahiran kembali” dari kebudayaan dan
kesenian kuno. Pusat-pusat pergerakan ini, ialah Florensa dan Roma. Pun dilapangan
politik renaissance itu menciptakan bentuk-bentuk baru. Orang-orang yang kuat
pendiriannya merebut kuasa. Misalnya keluarga Medici di Florensa. Mereka itu suka
memerintah dan hidup mewah, tetapi kesenian pun sangat dimajukannya.

Dilapangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan gerakan ini dinamai “humanism”, arti
kata yang sebenarnya: “kemanusiaan”, tetapi arti yang lebih luas ialah: perabatan yang
diperoleh dari kebudayaan kuno. Perabatan bangsa-bangsa Romawi yang mendahului
perabatan Kristen, sekarang dipelajari pula. “pulanglah kepada sumber-sumber!” itulah
semboyan humanism; berhubungan dengan itu, maka bukan saja sumber-sumber
kesusasteraan Kristen, yaitu kitab-kitab para bapa Gereja tetapi juga dari karangan-
karangan para filsuf dan pujangga kafir diselidiki dengan teliti oleh orang humanis itu,
ialah dikumpulkannya cukup bukti untuk memastikan, bahwa sehelai dokumen yang
disebut “Hadiah Constantinus” sebenarnya bukan dari zaman dahulu asalnya, melainkan
dipalsukan saja. Sebagaimana diketahui, dokumen itu sudah dipakai oleh paus-paus sejak
masa Karel Agung selaku dalil dan dasar dari tuntunan-tuntunan mereka terhadap
pemerintahannya dikota Roma dan daerah sekitarnya. Akan tetapi bukanlah maksud
renaissance untuk melawan Gereja. Memang banyak orang yang menurut aliran baru ini
kurang menghargai Injil, tetapi mereka sekali-kali tidak bermaksud mau keluar dari
Gereja Kristen. Agaknya kurang disadarinya betapa dalamnya jurang perbedaan antara
cita-cita baru ini dengan semanggat Gereja Kristen. Tak sedikit Klerus yang berjabatan
tinggi dan beberapa paus pun menempuh jalan baru ini dengan tidak merasa keberatan
apa-apa.

2.      DI JERMAN

Di Jerman gerakan ini dari mulainya lain sifatnya dari pada di Italia. Humanism sangat
mempengaruhi ilmu dan kesusasteraan di tanah itu kaum Humanis di jerman tidak
menolak Gereja sebagai perbendaharaan kebudayaan, tetapi berusaha melayani Gereja
dengan pendapat-pendapatnya yang baru itu. Seorang Humanis Jerman yang kenamaan
ialah Reuchlin, yang membuka jalan bagi pelajaran baru bahasa Yunani dan Ibrani.
Dengan demikian disediakan alat-alat untuk membaca Alkitab nas asli.

3.      ERASMUS

Akan tetapi tokoh humanis yang paling termasyur, ialah seorang Belanda, Desiderius
Erasmus namanya, yang lahir dekat Gouda pada tahun 1469. Oleh karena ia sangat
dihormati dan disokong oleh Raja-raja dan pembesar-pembesar Gereja, Erasmus dapat
menyerahkan segenap karunia dan waktunya kepada pelajaran. Tempat kediaman ialah
Rotterdam, tetapi lama juga ia tinggal dan bekerja di Italia, Inggris, Belgia dan Swiss.
Pada tahun 1536 ia meninggal di kota Basel.

Humanism Erasmus adalah campuran pandangan-pandangan Yunani Romawi dengan


ajaran Injil. Ia boleh disebut “bapa aliran kekristenan yang serba bebas (liberal)”.
Artinya, pada pendapat Erasmus, Injil adalah suatu ajaran yang indah tentang kebajikan
manusia, ajaran mana teristemewa terdapat khotbah Yesus dibukit. Yesus ialah kegenapan
yang sesempurna-sempurnanya dari segala perkara yang baik dan benar, yang sudah
terdapat juga dalam agama-agama kafir. Sama seperti orang apologet dulu kala, ia
berpendapat bahwa ajaran filsafat kafir tentang logos, hanya disempurnakan saja oleh
Injil dan theologia Kristen.

Dengan demikian segala pandangan, takhyul dan adat Gereja dari zaman itu sangat
dikritik dan diolok-olok Erasmus, tetapi ia tak sampai turut dalam pembaharuan gereja,
sebab ia membenci segala revolusi dan tindakan radikal. Pada hematnya, sebaliknya
Gereja harus makin dipengaruhi oleh semangat humanis, supaya lama-kelamaan Gereja
dapat berbalik pada kesuciannya yang sama.

4.      RENAISSANCE DAN REFORMASI

Baik dari pihak liberal, maupun dari pihak K.R. sering kali kedua pergerakan rohani itu,
yakni Reformasi dan Renaissance, dianggap selaku pergerakan yang sejalan dan setujuan.
Tetapi pandangan itu salah benar. Karena renaissance bearti kelahiran dari manusia
modern (zaman baru), yang tidak mengakui kuasa lain dari pada akal budi dan karunia
rohaninya sendiri. Padahal reformasi bearti, bahwa kuasa Firman Tuhan diakui dan
dihormati pula. Memang secara lahiriah ada juga perasaan antara renaissance dengan
Reformasi, karena kedua-duanya telah membuang rantai yang dengannya Gereja
mengikat jiwa manusia dan masyarakat pada abad-abad pertengahan, tetapi sebabnya
berbada jauh.

Para pembaharuan Gereja mendapat banyak keuntungan dari hasil-hasil pelajaran orang
humanis, tetapi roh dan maksud renaissance ditolak sama sekali oleh mereka.
BAB 30

THEOLOGIA ABAD-ABAD PERTENGAHAN

1. POKOKNYA. Pada zaman Gereja lama orang-orang Yunani dan Romawi yang telah
masuk Kristen, mempergunakan pengetahuan dan filsafatnya untuk membela iman
Kristen terhadap segala serangan dari pihak kafir dan untuk melawan segala padangan
sesat dari sekta-sekta. Itulah yang kemudian membuat theologia zaman itu tumbuh dari
jemaat sendiri serta mendapat perumusannya didalam putusan konsili-konsili besar,
khususnya konsili Nicea dan Chalcedon. Tetapi beda halnya dengan abad pertengahan,
bangsa muda di Eropa Barat dan Utara menerima semua ajaran theologia yang diwarisi
gereja lama yang kemudian menjadi ilmu yang dipelajari di sekolah-sekolah tinggi sekitar
tahun 1000. Theologia ini adalah theologia yang di usahakan oleh sekolah-sekolah tinggi
atau universitas yang kemudian dinamai Scholastik.

Isi dari ilmu shcolastik bukan menciptakan kepercayaan baru, namun meninjau atau
memikirkan kembali theologi yang diwarisi waktu lampau. Mereka mencari tahu apa yang
telah dinyatakan Tuhan agar dapat diterangkan kepada akal budi manusia. Pokok
pemikiran utama yang dipikir dan dirundingkan oleh scholastic ialah: bagaimanakah
relasi antara penyataan (wahyu) Tuhan dengan akal budi manusia? Dan untuk mengerti
itu  dipakai theologia Agustinus dan pola pikir filsafat dalam kitab logika Aristoteles pada
abad IX.

2. Anselmus. Anselmus (1033-1109) ialah seorang Italia yang menjadi uskup besar di
Canterbury (Inggris), dia memiliki semboyan”aku percaya supaya aku mengerti”. Ia mulai
percaya kepada segala penyataan Tuhan yang diajarkan Gereja tetapi kemudian itu harus
dijelaskan sehingga kebenarannya bisa diakui sebagai kebenaran oleh otak manusia.
Uraian Anselmus yang termasyur ialah kitab yang dinamai: Apa sebabnya Allah menjadi
manusia? Didalamnya dia mencoba membuktikan perlunya inkarnasi Kristus dan
kematian Kristus harus diakui oleh akal budi. Penjelasannya bahwa kemuliaan Tuhan
telah digelapkan oleh kejatuhan malaikat-malaikat. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan
mengganti malaikat-malaikat itu jatuh juga kedalam dosa sehingga keagungan dan
kehormatan Tuhan dihinakan. Keadilan Tuhan menuntut hukuman dan penebusan karena
kedurhakaan itu. Kesimpulannya adalah manusia adalah manusia yang lemah dan
memerlukan oknum yang lebih kuat untuk menebus dosanya dan oleh karena itulah
sebabnya Tuhan sendiri yang turun dari surga dan menjelma menjadi Yesus Kristus untuk
membayar hutang dosa ganti manusia, dengan itulah rahmat dan kasih Allah digenapi.
Pandangan inilah yang kemudian berpengaruh besar bagi gereja yang kemudian.
Sebenarnya rahmat Tuhan yang dinyatakan dalam pekerjaan Yesus Kristus mengatasi
pengertian akal budi kita bahkan tetap menjadi mujizat yang tidak terduga.

3. Abelardus. Abelardus adalah seorang scholastic yang terkenal (1079-1142). Menurutnya,


persesuaian iman dan akal budi adalah lebih sukar untuk diwujudkannya. Semboyannya
ialah: lebih dulu aku harus mengerti, barulah aku percaya. Dalam kitabnya “ya dan tidak”
ia mempertentangkan dan memperbandingkan bermacam-macam ajaran dari tradisi
resmi Gereja, yang berlawanan satu sama lain. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan
segala perkara yang tidak bercocokan, supaya akal budi dipuaskan dan iman mendapat
dasar yang teguh. Dengan itu akal budi menjadi kaidah yang tertinggi untuk mengukur
dan menilai iman.

4. Zaman kejayaan scholastik. Abad XIII dimana kuasa Gereja memuncak pun menjadi
zaman kejayaan bagi scholastic. Ordo-ordo minta-minta yang baru didirikan itu,
menyerahkan segenap tenaganya kepada ilmu theologia. Yang menjadi dorongan istimewa
scholastik dengan gairah baru ialah sampainya kitab Aristoteles yang kemudian membuat
mereka menghubungkan theologia Augustinus dengan filsafat Aristoteles untuk
membangun pikiran mulia untuk menerangkan perkara yang dibumi dan di surga. Namun
kesulitannya ialah filsafat Arisoteles tidak terdapat uraian tentang dosa dan rahmat,
penyataan dan iman. Dengan itu ahli scholastic yaitu Albertus Magnus (1250) berusaha
memasehikan pandangan-pandangan Aristoteles sebagai suatu dasar theologia Gereja.

5. Thomas dari Aquino (1225-1274). Thomas adalah murid Albertus Magnus yang


termasyur.dia seorang Italia yang mengajar di sekolah tinggi Paris. Theologia Thomaslah
yang menjadi puncak usaha untuk menyesuaikan satu sama lain dan untuk
mencari  keseimbangan antara unsur-unsur akal budi dan penyataan, Alkitab dengan
tradisi, Aristoteles dengan Augustinus. Menurut Thomas dunia ini dan kehidupan manusia
dibagi atas tingkat yang dibawah dibentuk oleh hidup kodrati (alamiah) yang dapat
dipahami akal budi. Dan hidup rahmat yang datang dari Tuhan yang mengatasi tabiat
kodrati dunia ini dan menyempurnakan kodrati. Semboyan Thomas :Tabiat kodrati bukan
ditiadakan, tetapi disempurnakan oleh rahmat. Menurutnya manusia mula-mula
mempunyai hidup kodrati yang sempurna dan ditambah lagi dengan anugerah Tuhan,
tetapi karena kejatuhan ke dalam dosa maka pemberian istimewa dan rahmat itu diambil
daripada manusia. Kristuslah yang menghubungkan kembali hubungan Tuhan dengan
manusia. Dengan demikian tabiat manusia beroleh tambahan ilahi itu yang dibutuhkan
untuk mengembangkan hidupnya dalam dunia ini dan supaya diselamatkan untuk selama-
lamanya. Theologia Thomas di menyelaraskan agama dan ilmu dan disesuaikannya satu
sama lain. Tahun 1879 ajaran Thomas disahkan sebagai theologia resmi dari Gereja Katolik
Roma oleh paus Leo XII. Tetapi keadaan dunia dan kehidupan manusia tidak dapat
dijelaskan semudah itu. tentunya theologia ini berdasarkan filsafat kafir sehingga kasih
karunia tidak dihargai semestinya. Alkitab mencatat bahwa dosa adalah kerusakan tabiat
manusia dan ciptaan Tuhan. Dan Rahmat bukan saja tambahan tetapi penyataan kasih
Tuhan, yang dengannya manusia dan dunia dibaharui dan didamaikan dengan Tuhan.

6.Duns Scotus(1265-1308). Dia mengkritik theologia Thomas. Menurutnya tidak mungkin


penyataan dan akal budi dapat disesuaikan satu sama lain. Banyak bukti-bukti yang
dipakai akal budi untuk mengerti sesuatu, dibuang saja oleh Duns Scotus. Dia
menunjukkan kepada suatu dasar lain bagi penyataan Tuhan, suatu dasar yang lebih teguh
yakni kuasa rohani Gereja, karena Gerejalah yang dikaruniai Tuhan dengan hikmat
rohani dari atas. Dengan demikian Gereja Roma memerlukan Duns sebab dialah yang
menekankan kuasa Gereja yang tak bergantung pada pengertian akal budi.

7. Occam. Ahli scholastik yang ternama yang penghabisan ialah rahib Franciscan Inggeris.
William dari Occam (1280-1349). Occam membongkar seluruh akal budi, bukan saja akal
manusia tak dapat menerti penyataan Tuhan; ikrar Gereja pun diserang oleh akal budi
dengan hebat, karena akal budi sekali-kali tidak dapat memasuki dunia Tuhan. Itulah
sebab utama kenapa manusia menggantungkan kepercayaan kepada kehendak Tuhan.
Semboyan Occam: Aku percaya sebab mustahil! Ada beberapa hal yang diajarkan Occam
yang sesuai dengan Alkitab yaitu: iman itu bukan mistik dan bukan pengakuan otak,
karena iman tidak sesuai dengan tabiat manusia; iman tidak lain dari taatnya dan
takluknya manusia kepada kuasa Firman Tuhan yang kedengaran dari dalam Alkitab.
Disamping Alkitab itu, Gereja dan Paus tak mempunyai kuasa sendiri. Luther telah
belajar dari pandangan-pandangan Occam tentang sifat iman ini. Dari Occamlah
scholastik mulai berkurang karena tidak menghasilkan pemikiran yang baru, sehingga
pada akhirnya scholastik ditolak dan dicelah oleh ahli-ahli renaissance dan humanisme.

8. Faedah Scholastik. Maksud scholastik indah dan benar. Manusia hendak meneguhkan
kebenaran Injil Kristen dengan membuktikan bahwa segala ajaran gereja cocok dengan
akal budi. Tetapi pada akhirnya, scholastik terpaksa mengakui bahwa penyataan Tuhan
hanya dapat diterima oleh manusia, jika ia takluk kepada Tuhan sendiri.

9. Rahmat dan Jasa. Masalah rahmat dan jasa menjadi pokok perbantahan hebat pada
masa Augustinus. Bagi Augustinus pokok utama Injil adalah pemilihan, rahmat dan iman
tetapi Gereja mementingkan pencurahan khasiat rahmat dengan perantaraan sakramen
pada amalan dan jasa. Walaupun scholastik mencoba menghubungkan kedua pendirian
ini, tetapi sebenarnya theologia nya menjatuhkan Augustinus dan Paulus. Pada abad XIV
dan XV Gereja sama sekali tidak lagi mengerti ajaran Augustinus. Jasa manusia saja yang
dipentingkan; rahmat telah hilang sifat rohaninya sama sekali, sebab dipandang sebagai
suatu khasiat ilahi yang dapat diterima oleh manusia secara magis dan lahiriah saja.

BAB 31

KESALEHAN ABAD-ABAD PERTENGAHAN

Kita telah mendengar bahwa Bernhard dari Clairvaux memperdalam hidup roahani umat
Kristen. Jenis kesalehan baru itu berlaku terus sepanjang zaman abad-abad pertengahan.

1.Mistik. Jenis kesalehan mistik menjadi teristimewa di biara-biara. Mistik Kristen itu


didasarkan atas Alkitab dan Augustinus, terutama atas pandangan-pandangan filsafat
kafir dari Platonisme. Pokok segala aliran mistik pada segala agama dari segala zaman
ialah keyakinan manusia bahwa dalam jiwanya masih tersimpan sedikit sisa dari zat ilahi
yang memenuhu semesta alam. Ingat bahwa ajaran pantheisme Plato yang dualistis itu.
Allah tidak berpribadi; Ia hanya Roh semesta; Yang sempurna, Yang Mahabaik, Yang
Mahaterang, Yang Mahabesar. Jadi makin jauh dunia menceraikan diri dari asalnya,
makin berkurang sifat ilahinya, makin jahat dan gelaplah keadaan dunia itu. Filsafat
pantheistis dan dualistis yang indah ini menjadi godaan besar bagi Gereja, baik pada
zaman dahulu (Origenes dan Augustinus), maupun dikemudian hari. Teristimewa Gereja
Roma mudah sekali mencampurkan ajaran Injil dengan pandangan-pandangan dan cita-
cita mistik. Seperti mistik yang pantheistis itu menghapuskan batas Allah dan manusia,
demikian pula Gereja Roma mulai meniadakan batas itu oleh ajarannya tentang kuasa
paus, wujud ilahi Gereja, sifat misa, pencurahan khasiat anugerah (kasih karunia). Pada
abad XIV dan XV cita-cita mistik itu bangkit kembali. Iman dianggap sebagai permulaan
saja dari hidup suci orang Kristen. Yang lebih penting dari iman adalah usaha manusia
supaya dipenuhi dengan zat ilahi dari atas. Pusat-pusat mistik itu ialah rumah-rumah
pertapaan yang terdapat sepanjang sungai Rin, terutama biara-biara wanita.

2.      Eckhart dan golongannya.Orang mistik yang termasyhur ialah Eckhart (1260-1327).


Menurut pendapatnya, pada dasar batin manusia terdapat api kecil yang berasal dari zat
ilahi yang menggerakkan segala sesuatu. Dalam suasana mistik ini pribadi dan pekerjaan
Kristus bukan lagi pusat kesalehan. Yesus menjadi contoh saja bagi manusia, yang
mengajak dan membimbing dia pada perjalanan mistik. Begitu juga Gereja dan sakramen
sudah kurang penting, karena manusia mau mengajar persekutuan yang berbahagia itu
dengan langsung.Tauler, Suso dan Ruysbroek adalah orang-orang mistik yang ternama.
Banyak jemaat yang kerinduan rohaninya kurang dipuaskan oleh Gereja resmi yang
buruk itu, menyerahkan dirinya kepada kesalehan mistik yang baru itu. Menurut (Yoh
15:14) mereka suka disebut “Sahabat-sahabat Tuhan”. Kesalehan mereka tidak lagi
berdasarkan alat-alat keselamatan Gereja resmi, meskipun mereka tak mau membuang
Gereja.

3. Devosi baru. Seorang pengkhotbah awam, yang bernama Geert Groote (1340-1384) di


kota Deventer, mengumpulkan sejumlah orang klerus dan awam, yang bergelar “Saudara-
saudara yang hidup rukun”. Bedanya Devosi Baru ini dengan mistik ialah pengikut-
pengikut Geert Groote menghormati dan melayani Gereja, dan penurutan Kristus
dinyatakan dalam praktek. Mereka memajukan persekolahan, memperhatikan
penggembalaan, turut menuntut ilmu humanis dan sangat mementingkan kuasa Alkitab.

4. Alat-alat Keselamatan.Pimpinan ini diberikan Gereja terutama dengan perantaraan


sakramen yang telah diamanatkan kepadanya oleh Tuhan. Sejak abad XIII Gereja Roma
mengakui tujuh sakramen, yaitu: perjamuan, baptisan, konfirmasi, pengakuan dosa,
urapan penghabisan, nikah dan tahbisan imam. Dengan sakramen-sakramen ini Gereja
membimbing manusia dari kecil sampai ke kuburnya.Perjamuan (misa, sakramen
mahakudus, sakramen alter, ekaristi). Berdasarkan dogma transsubstansiasi, roti yang
telah ditahbiskan itu dipuja oleh jemaat selaku Tuhan sendiri. Roti suci bernama hostia.
Sesudah misa, hostia disimpan dalam “rumah sakramen”, yang terdapat di atas atau di
sebelah mezbah. Adakalanya diadakan prosesi (perarakan) sakramen, yaitu hostia diarak-
arakkan keliling kota dalam suatu tempat yang elok, yang dibawa oleh seorang imam,
yang berjalan di bawah sebuah payung kehormatan.Baptisan bagi Gereja Romawi adalah
sungguh-sungguh menghapuskan dosa turunan dan segala dosa yang diperbuat oleh orang
itu sendiri. Gereja ini juga mengizin baptisan darurat, jikalau seorang mau meninggal
dunia dan imam tak dapat dipanggil lagi.Konfirmasi (sakramen penguatan). Sakramen ini
menyusul baptisan dan berdasar pada Kis 8:14-17, untuk menguatkan iman dan
mengaruniakan Roh Kudus. Konfirmasi ini dilakukan dengan membuat tanda salib pada
dahi dengan minyak suci dan dengan meletakkan tangan pada orang yang
menyambutnya.Pengakuan dosa yang terdiri dari penyesalan batin yang sungguh,
pengakuan dosa dengan mulut di hadapan imam, yang memberi absolusi (kelepasan dari
dosa) atas nama Tuhan dan penebusan dosa dengan amal atau penintesia.Perminyakan
(sakramen orang sakit), yaitu orang sakit didoakan dan diurapi oleh ketua-ketua (Yak 5:14)
dengan membubuh minyak suci pada mata, telinga, hidung, mulut, tangan dan
kaki.Perkawinan yang ditahbiskan oleh imam dan diakui sah oleh Gereja Roma. Nikah
yang ditahbiskan oleh Gereja tidak boleh diceraikan lagi, kecuali dalam hal istimewa
sekali dengan izin paus.Tahbisan imam, yang menjadi satu-satunya pengantara yang
dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan rahmatNya kepada manusia. Sebab itu
sakramen tahbisan imam menjadi batu alas bagi seluruh bangunan Gereja Roma. Segala
hak dan kuasa rasul-rasul dikaruniakan kepada imam menurut dogma suksesi rasuli.

Selain dari sakramen-sakramen, maka Gereja Katolik Roma banyak menaruh


“sakramentalia”, yaitu perbuatan suci yang juga mendatangkan berkat bagi manusia,
tetapi berkat itu lain rupanya dan kurang berharga daripada kuasa sakramen. Umpanya
pemberkatan atau tahbisan oleh imam terhadap pelbagai perkara. Pelantikan raja, rumah
tangga, kebun, makanan, senjata dan sebagainya, semuanya itu dimasukkan ke dalam
lingkungan ilahi dan magis dari Gereja. Air suci yang dipakai untuk maksud itu, dianggap
juga selaku obat sihir yang berkhasiat luar biasa.

BAB 32

LUTHER

1. Keadaan Masyarakat. Roh Tuhan memimpin gereja Kristus di bumi ini kepada


kebenaran Injil itu tidak belaku dengan berangsur-angsur. Biasanya mata Gereja
dicelikkan oleh Roh dengan sekonyong-konyong, sehingga ia sadar pula akan
kesesatannya, dan kembali lagi pada Firman Tuhan yang Kekal. Hal itu terjadi pada
permulaan abad ke-XVI, dan yang dipakai oleh Tuhan untuk mengusahakan pembaruan
itu, ialah Martin Luther.

            Pembaruana Gereja itu susungguhnya adalah suatu mujizat dikerjakan oleh kuasa
Roh Tuhan sendiri, karena tidaka dapat diharapkan lagi dari pihak manusia. Dimana-
mana kelihatan tanda-tanda perubahan zaman kecuali di kalangan politik dan sosial. Tak
dapat tidak segala peristiwa yang penting itu mempengaruhi terjadinya pembaruhan
Gereja, tetapi semua itu tak sanggup memulainya. Gereja belum menampakkan alamat
hidup baru. sebaliknya : pembaruan yang dimaksudkan oleh konseli-konseli pada abad ke-
XV gagal belaka karena paus-paus melawannya. Umumnya orang merasa tak senang dan
kurang puas karena keadaan gereja yang buruk itu, tetapi tak ada yang tahu
mengubahnya dan orang hanya mengeluh dan mengkritik saja. Oleh karena Gereja yang
diduniakan dan najis itu masih tetap menjadi satu-satunya pengatara bagi manusia untuk
beroleh keselamatan kekal. Oleh sebab takutnya terhadap neraka dan api penyucian maka
orang banyak tetap saja taat kepada kuasa paus dan Gereja Roma. Bukan sedikit orang
yang mengejar ketentraman hati dan ingin supaya berkenan kepada Tuhan.

            Kuasa duniawi uskup-uskup, yang diberikan kepadanya pada abad ke-X oleh Otto
I, sudah mudur juga. Raja-raja memegang pemerintahan dalam daerahnya masing-
masing. Banyak diantara mereka memajukan kebudayaan dalam negaranya untuk
mendirikan sekolah-sekolah tinggi. Timbulnya Refor : karena gereja hendak kembali ke
adanya ajaran gereja-gereja yang menyimpang/teologi, dogma, praktek yang tidak
berdasarkan Alkitab.

            Keadaan sosial di Jerman  pun mempengaruhi jalan Reformasi. Oleh perniagaan,


kota-kota bertambah maju dan makmur. Penduduknya menghargai perkara-perkara
rohani, seperti ilmu, seni dan agama. Tetapi sebaliknya arti dan pentingnya kalangan
bangsawan makin berkurang. Banyak orang bangasawan kehilangan penghasilannya.
Khususnya kalangan petani banyak menderita oleh beban berat yang dipertanggungkan
kepadanya oleh Gereja yang loba itu. Mulai abad ke-XV terjadilah pemberontakan-
pemberontakan dari pihak kaum petani yang malang itu. Luther juga terpaksa
menentukan pendirinnya terhadap segala gerakan dan keadaan masyarakat itu, tetapi
menangis godaan menghubungkan Injilnya dengan sesuatu acara sosial. Pembaruan
Gereja menjadi suatu pekara Gereja semata-mata, walaupun seluruh hidup
masyarakatnya mengalami pengaruhnya.

2. Riwayat hidup Luther sampai tahun 1517. Luther berasal dari suatu keluarga petani di
negeri Thurigen, tetapi bapanya, Hans Luther, menjadi pencebak/ penggali tambang.
Luter adalah seorang yang sangat rajin. Kemudian ia naik pangkat dan maju dalam
masyarakat; akhirnya ia dipilih menjadi anggota dewan kota, sehingga dapat mengonkosi
anak-anaknya. Oleh karena Martin ternyata pandai, ia dikirim sekolah menengah di kota
Magdeburg. Pada tahun 1501 Martin masuk sekolah tinggi di Erfurt. Bapanya ingin
anaknya yang pandai itu sebagai ahli hukum. Untuk itu Luther perlu menuntut ilmu
filsafat dulu beberapa tahun lamanya. Dengan jalan demikian ia mempelajari scholastik,
yang pada masa itu masih menguasai sekolah tinggi di Erfurt. Meskipun demikian
pandangan-pandangan Occam mempengaruhi pikiran Luther dalam berbagai hal. Dalam
bilik perpustakaan sekolah tinggi itu, Luther mendapat dan membuka Alkitab untuk
pertama kalinya.

            Pada tahun 1505 Luther lulus dalam ujian yang memberi hak kepadanya untuk
menuntut ilmu hukum. Tetapi dengan tiba-tiba terjadilah perubahan besar dalam hidup
Luther. Pada tanggal 2 juni 1505, ia ditimpa oleh hujan keras disertai guruh dan halilintar.
Hampir-hampir ia disambar kilat. Dengan sangat takut dan gentar ia beseru: “ Santa Anna
yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi rahib!”. Dua minggu kemudian ia meminta
masuk biara yang aturannya paling keras, yaitu biara orde Eremit Augustin.

            Pemimpin-pemimpin Luther di biara Augustin segera memperhatikan


kecakapannya. Ia disuruh menuntut ilmu thelogia. Pada tahun 1507 ia ditabiskan menjadi
imam. Setahun kemudian Luther dipindahkan ke Wittenberg tinggal disana, samabil
mengajar filsafat susila Aritoteles kepada mahasiswa-mahasiswa yang muda. Pada tahun
1510 Luther dikirim ke Roma sebagai utusan ordonya untuk turut memecakan soal
peraturan ordo Agustin. Atas desakan von Staupitz itu Luther mencapai gelar “doktor”
Thelogia, doktor dalam kitab suci. Pada tahun 1512, ia diangkat menjadi guru besar pada
sekolah tinggi untuk memberi pelajaran ilmu-tafsir tentang beberapa surat Alkitab.

3.    Perkembangan kebatinannya. Hidup kebatinan Luther pada Tahun-tahun yang


dibicarakan tadi, karena hal itulah yang paling penting untuk diselidiki dan dipahami
dengan sesama. Luther masuk biara, satu soal yang mengelisahkan hatinya, satu masalah
yang muskil yang dipecahkannya. Bagaimana aku bisa mendapat suatu Allah yang
rahmani? Luther sangat takut akan hari kiamat, dan ia ingin diselamatkan. Menurut
orang waktu itu, biarlah yang menjadi jalan yang terbaik bagi manusia untuk meperoleh
keselamatan itu. Di sanalah manusia dapat berusaha mencapai kesempurnaan yang
berkenan di hati Tuhan serta memberi pahala yang kekal. Dengan tak memandang lelah ia
berpuasa, berjaga-jaga waktu pada malam, menyiksa diri, berdoa dan lain-lain. Tetapi
Luther bukan mendapat damai dan ketentraman hati, malahan ganti (daripada) mendapat
kepastian tentang rahmat Tuhan, Luther merasa dirinya makin jauh dari rahmat Allah,
karena ia mengerti, bahwa segala perbuatan manusia, meski sangat baik dan saleh
sekalipun, tidak berharga dihadapan Tuhan. Ia tidak percaya lagi, bahwa segala amalan
dan dosa manusia dihitung satu persatu dalam buku kas surgawi, lalu dibandingkan
dengan perbuatan-perbuatan yang mana yang besar, apakah itu boleh masuk sorga atau
harus dibuang ke neraka. Bertobatlah Luther, bahwa buah yang baik hanya boleh
diharap, jikalau pohonnya sendiri baik. Bukan terutama perbuatan yang diperhatikan
oleh Tuhan, melainkan Ia melihat hati manusia.

Akan tetapi menurut ajaran gereja memang manusia tak sanggup beramal dengan
kekuatannya sendiri. Untuk itu ia perlu dibantu oleh kuasa rahmat, dengan kekuatannya
sendiri. Oleh kuasa rahmat yang dicurahkan ke dalam batinnya dengan prantara
sakramen. Dengan demikian sebenarnya perhatian orang berdosa tidak diarahkan kepada
Kristus, tetapi kepada usaha sendiri. Luther mulai benci Tuhan, biarlah ia mati saja dan
nama Kristus juga tidak dapat mengiburkannya. Sebaliknya Luther takut akan Kristus
yang akan datang kelak untuk menghukum kelak semua manusia sesuai dengan
perbuatannya.

Firman Tuhan sendiri membebaskan Luther dalam pelajarannya ia telah menemui


perkataan Alkitab, yang termaktub dalam surat Roma 1:17. Bahwa kata “kebenaran” di
dalam Alkitab sama artinya dengan kata itu dalam filsafat Aristoteles, yaitu sifat untuk
memberi kepada seorang apa yang patut diterimannya. Jadi kebenaran Allah adalah sifat
Allah untuk menghukum orang berdosa.

Kata Luther : “Aku mulai sadar, bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada suatu
pemberi yang dianugrahkanNya kepada manusia utnuk memberi hidup yang kekal
kepadanya dan pemberian kebenaran Allah ia harus dikerjakan sendiri. Dengan demikian
Tuhan yang rahmani itu membenarkan kita dengan rahmat dan iman saja. Rahmat Tuhan
bukan lagi suatu tujuan yang jauh, yang mungkin tidak tercapai, melainkan pusat kuasa
hidupnya. Hanya oleh karena pekerjaan Kristus saja, dengan tiada menuntut apa-apa dari
pihak manusia selain dari pada menerima kemampuan itu dengan iman yang sungguh-
sungguh karena Allah tidak menuntut, tetapi ia memberi. Luther mengerti bahwa hidup
dari iman dan rahmat adalah lain benar daripada cita-cita mistik, yaitu supaya hilang
tenggelam dalam dasar jiwa, yaitu dalam zat ilahi yang kekal. Mau tak mau Luther
dipanggil untuk melaksanakan tugas yang mulia itu, sama seperti Musa, Yeremia dan
Paulus dipilih dan didorong oleh Roh Tuhan untuk menjadi alatNya, walaupun mereka
sendiri mula-mula kecil dan segan mengangkat tanggungan yang berat itu.

4. Pertikaian tentang penghapusan siksa. Penjualan surat penghapusan siksa itulah yang


menyebabkan mulianya Reformasi. Peristiwa mulainya Reformasi itu adalah seperti
berikut : Uskup Agung Alberecht dari Mainz mengambil dua daerah uskup yang lain, yang
pada waktu itu tidak ada uskupnya, sehingga ia mendapatkan pendapatan 3 kali
lipat.  Albrecht membayar sejumlah uang besar kepada paus. Banyaknya uang yang
diminta oleh Albrecht dari bank Fugger di Augburg, tetapi kemudian susah baginya untuk
melunasinya. Lalu paus menyarankan kepadanya untuk memperdagangkan surat
penghapusan sikap secara besar-besaran di Jerman. Separuh dari hasilnya boleh diambil
untuk membayar hutangnya, dan separuh lagi hendak dikirim ke Roma untuk
pembangunangedung gereja Santa Petrus, yang besar dan indah. Demikian dilakukan
secara mufakat paus Leo X.

            Luther terpaksa menyerang kebiasaan yang buruk itu, takala orang yang datang
mengaku dosa kepadanya menuntut penghapusan siksa berdasarkan surat indulgensia
Tetzel itu. Sebab itu Luther memutuskan untuk mengadakan perdebatan umum tentang
soal itu, karena pada masa itu belum ada majalah theologia. Begitu pula maksud Luther
pada tanggal 31 Oktober 1517 ia memakukan sehelai kertas, berisi 95 dalil dalam bahasa
Latin tentang penghapusan siksa, pada pintu gereja-istana di Wittenberg, dengan
permohonan untuk memperdebatkan pandangan yang dikemukakan dalam dalil-dalil itu.
Kesaelamatan yang kekal tak dapat diperoleh dengan mengadakan perdagangan dengan
sorga, tetapi hanya dengan memikul salib mengikut Kristus saja.

            Secara lahiriah dan batiniah berkembangnya Reformasi tidak tertahan lagi. Luther
tertuduh di hadapan paus sebagai  seorang penyesat. Tetapi Luther tidak mau. Tuan tanah
Luther, Frederik yang bijaksana, berjanji secara rahasia untuk melindunginya. Dipandang
dari sudut pandang manusia, maka harus diakui bahwa tanpa sikap yang tegas dan
bijaksana dari raja Frederik itu, mustahil pergerakan Reformasi dapat berkembang dan
berhasil baik.

            Tetapilah sebetulnya Lutherlah yang beruntung dengan debat itu, karena sekarang
ia insaf bahwa hanya Alkitab saja yang harus menjadi ukuran dan patokan. Bukan paus
atau konsili, melainkan Firman Tuhan saja yang berkuasa atas orang beriman. Dengan
demikian seluruh dasar gereja Roma menjadi goyang sama sekali. Pemerintahan rohani,
yang dilakukan oleh kaum pejabat, tak sesuai dengan kehendak Tuhan.

5. pembaruan Gereja berkembang. Pada waktu itu Luther mendapat banyak pengikut


yang berpengaruh di segala kota Jerman. Karena sudah tentu banyak perkara yang
menghubungkan Luther dengan mereka. Sama seperti golongan humanis itu Luther juga
sangat penting pelajaran bahasa asli dari Alkitab, bahasa Ibrani dan Yunani. Pada waktu
itu juga Luther mendapat seorang kawan sepejuangan bahkan kemudian menjadi sahabat
karibnya, yakni Philipus Melanchton. Ia seorang ahli bahasa, filsafat dan theologia sangat
pandai. Malanchton menjadi ahli dogmatik yang terbesar dari Reformasi di Jerman.
Selain rakyat dan kaum humanis, maka golongan bangsawan yang bersifat revolusiaoner
pun turut membantu Luther. Akan tetapi Luther tau mengabungkan gerekannya dengan
cita-cita dan tujuan segala golongan itu. Makin hari makin teranglah jalan yang harus
ditempuhnya.

            Berikutnya tertiblah kitab Luther “Tentang pembuangan Babel untuk Gereja”.


Karangan ini ditulis dalam bahasa Latin dan bersifat thelogia. Didalam Luther
mengemukakan suatu ajaran sakramen baru yaitu sesuai dengan Alkitab. Dari ketujuh
sakramen Gereja Roma hanya mengaku tiga berpangkal pada janji Tuhan, yakni
Baptisan, Perjamuan Kudus dan pengakuan Dosa, dan tentang yang ketiga itu pun ia
masih bimbang. Dan ia melawan keras ajaran transsubstansiasi dan pandangan yang salah
bahwa Kristus dibuat sebagai persembahan dalam misa jemaat, karena perjamuan kudus
itu bukanlah suatu usaha manusia, melainkan karunia Tuhan. kitab Itulah yang bersaksi
tentang pendapat baru Luther dengan seidah-indahnya. Kepalanya ialah: “tentang
kebesaran seorang kristen”, tetapi sebetulnya lebih tepat kalau disebut “Hanya oleh iman
saja”atau “Sola fide”. Ketiga karangan ini asyik dibaca oleh banyak orang, sehingga
dalam beberapa bulan saja, harus dicetak berulang-ulang. Umumnya dirasakan bahwa
segala pandangan baru Luther itu harus diwujudkan oleh gereja dan masyarakat.

6. Perlawanan dari pihak paus dan kaisar. Pada tanggal 15 juni 1520 tebitlah bulla paus,
yang sudah lama ditunggu dimana 41 ucapan Luther ditolak, karena dianggap sebagai
ajaran sesat. Luther membalas bulla itu dengan suatu karangan yang berkepala:
“melawan kutuk si Antikrist”. Pada tanggal 10 Desember ia membakar bulla paus dimuka
pintu gerbang kota Wittenberg dihadapan para guru besar dan mahawiswa. Ia juga
membakar kitab undang-undang Gereja K. R., karena kitab itu membuktikan jelas betapa
besarnya kelaliman yang paus lakukan dengan sewenang-wenang terhadap gereja Kristus
sungguhpun rakyat Jerman menghormati Luther selaku pahlawannya, tetapi kaisar Karel
tak ragu-ragu lagi. Pada 26 Mei ia mengeluarkan Edik Worms, di mana Luther dengan
para pengikutnya dikucilkan dari masyarakat dengan kutuk negara. Segala karangan
Luther pun harus dibakar. Ia sendiri boleh ditangkap atau dibunuh oleh siapa saja yang
menemui dia. Sebenarnya Edik itu bukanlah keputusan semua wakil negara, Cuma hanya
beberapa pihak gereja yang memilikinya.

7. Arti Luther bagi Gereja. Hanya satu hal saja yang dimaksudkan Luther: ia mau
membebaskan injil dari belenggunya sudah berabad-abad lamanya merintanginya.
Lutherlah yang pertama-tama sadar akan kesesatan dan kekhilafan itu, yang sekian
lamanya melemakan gereja Kristus. Bahkan sedari zaman kemudian sesudah rasul-rasul,
gereja salah mengerti Injil rahmat Tuhan, sehingga memahamkannya seperti suatu taurat
baru. Dan oleh iman saja manusia dibenarkan, berkat rahmat Allah! Bukan para klerus
yang berkuasa dalam gereja Kristus, melainkan Alkitab saja. Semenjak Luther dapat
menempuh suatu jalan baru, sebab kebenaran Injil sudah disadarinya kembali.
BAB 33

PENYARINGAN, PERCERAIAN DAN PELUASAN

1. Perjuangan baru. Sementara Luther berada di wartbung, reformasi diancam oleh


bahaya baru, yaitu banyak orang salah mengerti kebebasan yang dikhotbahkan oleh
Luther sendiri kebebasan itu berarti, bahwa manusia dilepaskan dari kuk taurat, sehingga
ia dapat menyerhkan diri dengan rela hati kepada Tuhan dan mengabdi kepada dia. Tetapi
tak sedikit pengikutnya yang memandang kebebasan baru itu secara negatif saja, yaitu
kebebasan dari rupa-rupa kebiasaan dan aturan romawi sehingga mereka merasa perlu
merencanakan dan melangsungkan pelbagai syarat baru. Dengan demikian mereka takluk
lagi kepada suatu taurat baru, dan rahmat injil yang memerdekakan itu kurang
dipahaminya. Itulah sebabnya pada tahun-tahun yang berikut Luther terpaksa
menceraikan dirinya dari beberapa golongan yang mengacaukan tujuanNya.

2. Di Wartburg. Sepuluh bulan lamanya Luther tinggi di wartburg dengan berpakaian


secara seorang bangsawan dan memakai nama samara, yaitu “Junker Georg” (raden
georg). Masa itu merupakan suatu ujian pula baginya, karena ditempat yang sunyi itu
hatinya sangat digoda oleh banyak pikiran dan kebimbangan. Benarkah ia sungguh
mengikut jalan Tuhan dengan gerakanNya itu.tetapi ditengah godaan itu Firman Tuhan
yang dulu sudah menawan hatinya, sekarang pun menghiburkan dan menegakkan dia.
Godaan Iblis ditangkisnya dengan iman yang kokoh. kata orang, Luther pernah
melemparkan sebotol tinta kepada iblis yang nampak dalam biliknya dan mengganggu dia.

Tetapi sungguhpun Luther digoda demikian, ia menunjukkan tenaga yang luar biasa yang
selama tinggal di wartburg itu. dalam beberapa bulan saja perjanjian baru
diterjemahkanNya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Jerman. Sampai pada waktu itu
terjemahan kedalam bahasa Jerman semuanya berdasarkan terjemahan Latin, yaitu
Vulgata. Lutherlah yang mempraktekkan dalam gereja semboyan humanis kembalilah
kepada sumber. Tetapi di samping sendirian yang sehat itu, maka hasil yang gilang-
gemilang dengan terjemahannya itu, disebabka oleh keahlianNya dalam ilmu bahasa juga.
terjemahanNya yang elok itu yang rajin dibaca dimana-mana sampai kini, sangat besar
pengaruhnya atas pembentuk suatu bahasa persatuan di Jerman, di tengah-tengah dialek-
dialek yang banyak itu. Luther hanya mau melayani Firman Tuhan, tetapi dengan itu ia
pun berbakti kepada bahasa dan bangsanya. Dua belas tahun kemudian (1534),
terjemahan segenap Alkitab selesai.
sebuah kitab rencana khotbah (pastille) untuk tiap-tiap hari minggu dari tahun gerejani,
supaya menjadi contoh bagi pengkhotbah Reformasi, yang sangat membutuhkan
pimpinan dalam hal menyusun khotbah. Pada masa itu juga Melanchton di Wittenberg
mengarang kitab pengajaran agama yang pertama yang pertama dari Gereja Reformasi,
yang berkepala “pokok-pokok utama” (Loci communes). Dengan sederhana dan sangat
jelaas diuraikan dalam kitab dogmatic ini segala pokok yang terpenting, yang diajarkan
oleh Injil tuhan tentang iman Kristen. dengan demikian senjata gereja Reformasi
disediakan satu persatu.

3. Hura- hara di Wittenberg. Dalam pada itu pengikut Luther di Wittenberg mulai


mewujudkan ajaran baru itu dalam praktek. Pemukanya ialah guru besar Karlstadt.
Pertama ia mau membubarkan segala biara, karena cita-cita dan usaha kerahiban tak
sesuai dengan injil. Luther menyokong ikhtiar itu dari tempat perlindunganNya dengan
suatu karangan. Banyak rahib laki-laki dan perempuan keluar dari biaranya. Bahkan
banyak di antaranya dan juga dari klerus biasa yang kemudian menikah. Selanjutnya misa
diserang. Segala hal yang menyinggung soal mempersembahkan kristus pula kepada Allah
oleh Jemaat dicoret dari tatacara kebaktian misa itu. mulai sekarang, piala juga diberikan
kepada jemaat, sehingga semua orang percaya menerima roti dan air anggur. Banyak
sekali orang turut dalam kebaktian perjamuan yang demikian.

            Akan tetapi segera jemaat dihura-birukan oleh kedatangan beberapa “Nabi”, yang
menolak kuasa Alkitab dan hanya bersandar kepada “terang batin” dan penglihatannya
sendiri pun kurang kuat untuk mencegah semanngat yang salah itu. pada bulan Pebruari
1522, rakyat yang tak dapat ditahan lagi. Mereka menyerbu gedung gereja, lalu
memusnahkan mezbah, salib dan patung. Raja frederik tidak sanggup memadamkan hura
itu. sebab itu Luther memutuskan untuk meninggalkan Wartburg dan kembali ke
Wittenberg pada bulan maret 1522. Hal itu membuktikan keberanianNya yang besar,
karena kutuk kaisar sangat besar, tetapi Luther menulis kepada  Frederik, bahwa ia tak
lagi membutuhkan perlindungan saja, bahkan pengawalan Tuhan sendiri sekarang Luther
mau melindungi raja. Luther yakin bahwa semangat pemberontak hanya dapat dilawan
dengan bersenjatakan Firman tuhan. oleh sebab itu Luther naik mimbar tujuh hari
lamanya dan dengan khotbahnya ia menasihati jemaat sampai mereka malu dan menyesali
kepanasan hatinya. Anasir yang radikal dihardiknya, karena kurang kasih dan basar yang
menyebabkan saudara yang masih lemah dalam iman, terkejut dan barang kali mau
kembali saja kebawah kuasa paus. Jemaat harus di didik perlahan-lahan. Segala perkara
yang lahir tidaklah begitu penting, asal saja firman diberitakan dengan suci murni. Tetapi
karena tidak mengerti itu maka kaum fanatic telah membuat suatu taurat baru dari
kebebasan yang diberikan injil itu. dengan hadirkan yang tegas itu Luther
membendung  sifat radikal di Wittenberg. Karlstadt harus mengundurkan diri. Hanya
beberapa perubahab saja diadakan oleh Luther, umpamanya kata-kata mengenai
persembahan kristus dicoret dari dalam misa tetapi pada umumnya tatacara gereja lama
masih berlaku.

            Peristiwa ini besar sekali artinya bagi sifat reformasi Luther ia menolak segala
kekerasan dan revolusi, karena yang dikehendakinya ialah supaya pengertian Injil yang
baru itu mengkhamiri gereja dan masyarakat dengan berangsur-angsur, agar jemaat
jangan diperbudak kembali oleh bermacam syariat baru. Memang bukan Luther,
melainkan calvinlah yang memikirkan dan mewujudkan pembaruan bentuk lahiriah
gereja.

4. Perceraian dengan golongan fanatic. Makin lama makin terang bahwa jalan dan tujuan
Karlstadt dan nabi-nabi yang fanatic dan mengadakan hura sangat berbeda dengan
maksud dan cita-cita Luther. Karlstadt hidup mengembara dan akhirnya meninggal
dibasel. Thomas Munzer menjadi penganjur golongan ini. ia seorang yang jauh lebih
radikal lagi, sehingga pada tahun 1524-1525 Luther merasa perlu menceraikan dirinya
dengan terang dari padanya. Karena Munzer dengan pengikutnya menerangkan kepada
jemaat, bahwa tiap orang Kristen harus meniru pergumulan batin sebagaimana dialami
Luther, tanpa pengalaman demikian manusia belum dibebaskan dari ikatanNya. Dengan
jalan itu manusia dengan pendapatnya secara mistik menjadi pusat lagi menggantikan
rahmat Allah. Firman tuhan menyatakan diri dengan langsung  kepada jiwa manusia
sendiri, bukan dengan perantara alkitab. Dengan demikian Munzer mengikat pula
manusia dengan taurat mistik di samping itu  pula ia mengkhotbahkan suatu revolusi
sosisal. Rakyat dikerahkanNya untuk membasmi segala kekejian K.R keadaan masyarakat
harus dirombak dan diubah sama sekali. Cita-cita komunis mulai nampak.
Pemberontakan petani disetujui dan diturutnya. Akhirnya Munzer ditangkap dan dibunuh
waktu petani dikalahkan.

Luther sama sekali menolak pandangan dan cita-cita Munzer dengan golongannya.
Karena ia sungguh membebaskan kerohanian dan agama dengan perkara sosial. Revolusi
melawan kehendak Tuhan, dan pemerintah harus dihormati. Tambahan pula ia mengecam
maksud golongan fanatic itu untuk menaklukan manusia kembali kepada abad
pertengahan. Soal dan masyarakat dan relasi gereja dengan Negara lebih baik dipikirkan
dan dipecahkan oleh Protestantisme Calvinis daripada oleh Luther.

5. Percerain dengan golongan petani. Pada tahun 1525 pecahlah pemberontakan besar dari
kaum petani yang tak mau ditindas lagi. Baik petani katolik roma maupun petani yang
mengikut Luther mengangkat senjata. Mereka itu juga salah mengerti khotbah Luther
tentang kebebasan tiap-tiap orang Kristen, sehingga menyangka bahwa Luther akan
membantu mereka. sudah tentu Luther mengaku bahwa tuntutan         mereka patut dan
pada tempatnya, tetapi tatkala ia mendengar seluk beluk pemberontakan itu, yaitu  bahwa
mereka membakar, merampok, dan membunuh dimana-mana, sikapnya berubah sama
sekali. Raja dan pemerintah yang terkejut dan tak berani membela rakyatnya,
ditempalaknya. Beralaskan surat roma 13 ia mengajak raja membalas segala kejahatan
itu. akan tetapi sesudah petani dikalahkan, ia menegur raja pula supaya mereka jangan
bertindak terlalu kejam. Dengan demikian Luther menunjukkan bahwa injil tidak
memihak kepada suatu golongan, melainkan memberitakan firman tuhan kepada segala
golongan masyarakat. Tetapi benar juga, bahwa ia kurang memperhatikan kebutuhan
sosial. Mulai sekarang banyak rakyat merasa kecewa, lalu membelakangi Luther. Luther
sendiri pun kecewa juga dan mengerti bahwa ia tak boleh bersandar pada rakyat jelata.

6. Perceraian (perpisahan) dengan Erasmus. Mula-mula Erasmus menaruh simpati benar


terhadap Luther, karena keberanianNya memberantas keburukan gereja akan tetapi ia
seorang ulama sejati, yang segan mencampuri gerakan radikal. Ia kurang berkairah dari
Luther. Itulah sebabnya ia terus mengundurkan diri tatkala timbul bahaya bagi luther
dari pihak paus dan kaisar (1520). Tetapi sebagian besar dari pengikutnya tetap memihak
kepada luther, dan sebaliknya penganut iman lama (K.R) menyalahkan humanism
Erasmus yang pada sangkanya menyebabkan reformasi. Sekarang Erasmus terpaksa
memilih pihak mana akan diturutnya, supaya jangan ia nanti tinggal sendiri saja. Tak
sukar baginya memihak pihak gereja roma supaya jangan mendapat susah atau
kehilangan anugerah dan sokongan raja. Walaupun demikian Erasmus tentu tidak
menyerang luther tentang soal yang betulnya disetujuinya.

Pada tahun 1524 ia mengeluarkan suatu karangan yang berjudul “uraian tentang
kehendak bebas”  di dalamnya ia menegaskan bahwa rahmat saja tak sanggup
menyelamatkan manusia. Putusan akhir bergantung kepada kehendak bebas, yang dapat
menerima atau menolak rahmat tuhan. tetapi pandangan semi pelagian itu bukanlah
pengakuan iman, melainkan buah pikiran akal budi saja. Setahun kemudian luther
membantah uraian Erasmus itu dengan karanganNya tentang kehendak yang terikat, di
dalamnya ia mempertentangkan Allah yang hidup yang hidup dengan “Allah
filsafat”Erasmus. Manusia yang sungguh beriman mengetahui dan mengaku bahwa hanya
rahmat Allah yang hidup saja, yang menyelamatkanNya. Berdasarkan iman itu, luther
berani mengemukakan pandangan yang rupanya berlawanan. Ia membedakan allah yang
menyatakan dirinya dalam kristus,yang menawarkan keselamatan kepada sekalian
manusia, dengan Allah yang memilih atau menolak manusia, dengan Allah yang memilih
atau menolak manusia menurut musyawaratnya yang kudus dan tersembunyi itu. masalah
itu diperdebatkan berkali-kali dalam sejarah gereja pada masa kemudian.

Oleh perjuangan pena ini golongan humanis terbagi dua. Yang mengikuti Luther
menjadilah Injil, tetapi yang mempertahankan pokok humanism seperti Erasmus tetaplah
menganut agama katolik roma. Pusat theologia mereka ialah manusia dibawah taurat,
bahwa manusia dibebaskan oleh rahmat saja tidaklah dimengerti olehnya. Erasmus
menjadi bapa protestantisme liberal di kemudian hari, juga mengutamakan akal budi dan
moralisme.

7. Pernikahan Luther. Oleh karena ketiga perceraian /perpisahan yang dijelaskan tadi.


Tahun 1525 sangat berat bagi Luther. Tetapi ia dihiburkan dan dikuatkan oleh
perkawinanNya dalam tahun ini juga dengan seorang bekas rahib wanita, yang bernama
Katharina von Bora. Istri ini menjadi bantuan besar bagi luther. Sendiri menganggap
nikahNya suatu perkara yang suci, bahkan jauh lebih mulia daripada hidup rahib yang
pura-pura saja rohani.

8. Perkembangan. Dalam pada itu kabar tentang penemuan injil yang benar oleh luther itu
disiarkan kemana-mana oleh percetakan kitab. Terutama dijerman selatan pergerakan
reformasi berkembang dengan pesat di belanda jatuhlah korban pertama tahun 1523
Hendrik Voes dan Johanes van Essen dibakar hidup dikota Brussel. Luther mengarang
suatu syair untuk menghormati saudara yang berani mati syahid karena imannya itu.
Banyak kota yang berdiri sendiri, yang suka memajukan kebudayaan dan agama,
menerima reformasi, dan hal itu biasanya berlaku dibawa pimpinan dewa kota. Dimana
hal itu berlaku, banyak orang keluar dari biara, tatacara kebaktian diubah dan
pengkhotbah baru diangkat. Luther menolak mereka dengan nasehatnya sambil
mengusahakan pembaruan pengajaran dan pemeliharaan orang miskin, berhubung
dengan pekerjaan minta sekarang kurang dilakukan, sebab sedekah tak lagi dianggap
sebagai amalan yang menghasilkan pahala sorgawi.

Perkembangan yang cepat itu dimungkinkan oleh karena Edik Worms tidak diperhatikan
oleh rakyat. Semenjak pertemuanNya dengan kaisar maka luther bukanlah diganggu,
malahan digemari dan dihormati diseluruh jerman. Perhatian kaisar pun terikat oleh
perangnya dengan perancis dan Turki. Sembilan tahun lamanya ia tidak mengunjungi
jerman. Raja tidak bersatu mengenai reformasi dan takut kepada kota yang sudah ikut
serta pembaruan gereja sebab kekuasaanNya yang besar.

Pada tahun 1524 beberapa raja katolik roma mengadakan suatu perjanjian untuk
melaksanakan edik worms, tetapi pada tahun 1526 raja injil berserikat juga untuk
mencegah pelaksanaan itu. pada tahun itu juga kesusahan kaisar bertambah besar, karena
ia bermusuh dengan paus beberapa waktu lamanya. Sebab itu rapat Negara di Speier
(1526) menunda lagi pemberesen perkara reformasi. Raja diizinkan bertindak untuk
daerahnya masing-masing. Aturan itu besar akibatnya kekaisaran sekarang terbagi atas
banyak gereja senegeri, sehingga reformasi dapat berkembang dengan bebas disegala
negeri yang rajanya bersifat injili, tetapi daerah yang diperintahi oleh raja katolik roma
tak dapat dimasuki oleh semangat pembaruan. Tak ubahnya seperti pada abad
pertengahan, gereja senegeri itu dipimpin oleh tuan tanah atau rajanya. Gereja negeri
senegeri injili yang pertama berdiri di Saksen dan Hessen. Sudah tentu organisasi dan
keuanganNya masih kacau sekali. Ada juga kekurangan pengkhotbah dan guru yang
cakap. Atas ikhtiar Luther beberapa “visitator” (penilik) diangkat, yang diberi tugas
untuk perbaikan dan pembangunan jemaat. Luther sendiri membantu usaha itu dengan
bermacam-macam kitab untuk mengajar dan menasehati jemaat. Yang terpenting ialah
“katekismus kecil” untuk jemaat, dan “katekismus besar” yang disusunnya untuk pendeta.

Dengan demikian reformasi Luther mendapat bentuknya. Yaitu gereja senegeri yang
diperintahi oleh raja. Bentuk itu memang berlawanan dengan kebebasan gereja dan
dengan imamat am semua orang percaya. Luther menyadari hal itu, tetapi ia setuju
dengan ajaran Occam, bahwa dalam keadaan darurat pemerintah duniawi wajib
melindungi dan memelihara gereja. Tambahan lagi ia sangat menghormati pemerintah
yang sudah tentu adalah pemerintah Kristen pada zaman itu. organisasi dan kedudukan
gereja yang demikian itu mengandung segala bahaya yang bersangkutan dengan hal gereja
Negara umumnya.

9. Batas-batas pekerjaan pembaharuan Luther. Sungguhpun Luther mengantar gereja


kristus kepada jalan baru sambil membebaskan dari rupa-rupa perkara yang sesat,
namun dalam beberapa hal ia kurang radikal kebaktian dan susunan gereja kurang
dibaharuinya, ia membiarkan gereja dikuasai oleh pemerintah dan ia kurang
menghubungkan agama dan masyarakat. Ringkasnya, Luther kurang mengerti bahwa
injil yang ditemuinya kembali itu, bersifat theokratis artinya mau mempengaruhi segala
lapangan hidup. Itulah sebabnya Lutheranisme jerman tak sanggup melawan gereja roma
dengan secukupnya. Tugas itu lebih disadari dan dilaksanakan oleh calvinisme. Tetapi
Lutherlah yang menjadi pembaru gereja yang pertama dan yang termasyhur.

BAB 34

ZWINGLI DAN PERTIKAIAN TENTANG PERJAMUAN

1.      Bedanya kedua cabang Reformasi itu. Oleh pimpinan Tuhan yang istimewa maka
timbullah di Swiss suatu pergerakan pembaruan, sebagai lanjutan dari Reformasi Luther,
tetapi yang menambahkan beberapa hal yang sangat penting, yang kurang di perhatikan
Luther, yaitu: a. Kesadaran theokratis yang lebih kuat dan radikal; b. Perubahan dan
pembaruan bentuk-bentuk hidup Gereja; c. Pelakssanaan semangat injil di lapangan
sosial; dan d. Sikap aktif terhadap politik. Jenis reformasi itu di sebut Calvinisme. Cabang
reformasi Calvinis itu memang tidak terpikir tanpa Luther, sebab ia tak lagi lain
sumbangan dan lanjutan Reformasi Luther di Eropa Barat, tetapi perbedaannya dengan
Gereja Protestan Lutheran ialah gerakan pembaruan di Swiss, Perancis, Belanda, Inggris
dan Skotlandia di pimpinan oleh oknum yag matanya terbuka bagi tugas dan tanggung
jawab Gereja terhadap segala lapangan masyarakat dan terhadap tuntutan-tuntutan
Tuhan yang lain mengenai pembaruan Gerejanya, yang kurag di pahami oleh Luther
dengan pengikut-pengikutnya.

2.      Hidup Zwingli. Sifat istimewa dari cabang kedua protestantisme itu nyata dengan
terang dalam hidup dan pekerjaan pelopornya, yaitu Ulrich Zwingli (1484-1531), seorang
Swiss. Sejak waktu menuntu ilmu theologia di Wina dan Basel, Zwingli di pengaruhi oleh
humanisme. Kemudian ia bekerja antara lain sebagai pendeta tentara dari pasukan-
pasukan Swiss. Pada tahun 1518 Zwingli di panggil ke kota Zurich dan menjadi pendeta
dari gereja yang besar disana.

Zwingli mulai memihak kepada Luther dengan pembaruannya semenjak debat di Leipzig
(1519). Oleh karena Zwingli  tidak di didik dalam scholastik dan tidak maasuk biara
seperti Luther, maka penemuan baru itu baginya tidak berarti bahwa  pertaliannya
dengan waktu yang lampau terputus sekaligus, melainkan seakan-akan pandangan dan
keyakinan yang sudah di kandungnya sekian lama itu sekarang di perdalam dan
disadarinya dengan jelas.

Pada tahun 1520 Zwingli mempropagandakan berbagai-bagai pembaruan. Lalu Zwingli


menyerang rupa-rupa adat dan syariat gereja roma, misalnya undang-undang puasa,
selibat kaum imam dan sebagainya. Oleh sebab itu dewan kota mengadakan suatu debat
umum atas ikhtiar dan desakan Zwingli membentengkan acara pembaruannya dengan
membela dan menguraikan 67 dalil.

Dalam hal ini nyatalah perbedaan antara Lutheranisme dengan Calvinisme. Sudah tentu
pendirian Zwingli lain dari pada sikap orang-orang fanatik di Wittenbang. Zwingli berniat
membarui Gereja secara lahiriah juga. Akan tetapi Protestantisme “Calvinis” harus awas,
supaya ia jangan menaklukkan anggota-anggotanya ke bawah suatu taurat baru, seperti
yang telah di buat oleh golongan yang fanatik.

3.      Keadaan pada tahun 1529. Di Swiss juga Reformasi berkembang dengan pesat.
Kanton-kanton (daerah-daerah) Bern, Basel dan beberapa lagi lekas memihak kepada
Reformasi, tetapi kanton-kanton lainnya tetap menganut pengakuan Katolik Roma.
Akkhirnya kanton-kanton katolik Roma berserikat, sehingga kanton-kanton injili terpaksa
berbuat begitu juga. Pada tahun 1529 hampir-hampir pecah perang saudara. Pada ketika
yang amat genting itu, Zwingli mencari pertolongan di jerman, dan sebaliknya pemimpin
politik dari kalangan Reformasi di Swiss.

4.      Pertikaian dengan perjamuan. Akan tetapi maksud itu tak tercapai karena timbullah
pembantahan tulisan yang keras antara Swiss dan jerman selatan pada satu pihak dengan
“golongan Wittenberg”, yakni luther beserta para pengikutnya pada pihak lain. Tatkala
Yesus mengatakan : inilah tubuhkku maka maksud Tuhan tk lain dari menyatakan, bahwa
roti itu kiasan tubuhnya.

Luther tak suka mengadakan perserikatan dengan golongan itu, yang pada hematnya
hanya menghina sakramaen kudus itu. Zwingli merasa, bahwa perselisihan secara theologi
itu tak boleh membatalkan perserikatan militer dan politik yang sangat perlu itu. Phili
dari Hessen, yang juga berpendirian demikian, membujuk Luther untuk mengadakan
perdebatan agama dengan Zwingli tentang perjamuan kudus. Pertemuan itu di
laksanakan di Marburg pada permulaan oktober 1529.

            Barangkali kita merasa heran apa sebabnya Luther tak mau berdamai dengan
Zwingli pada suatu ketika yang segenting itu. Oleh sebab misa sudah menjadi pusat dan
inti pokok alam Gereja Roma, maka perlu sekali aarti injili Perjamuan Kudus itu di
pahami sebaik-baiknya oleh Reformasi. Luther mengetahui bahwa keselamatan jiwanya
beralaskan penyerahan kehendak dan akalnya kepada kuasa Tuhan.

            Sungguhpun demikian, disamping kesetian Luther kepada bunyi Firman Tuhan,


ternyata juga kerinduannya untuk menerangkan rahasia hadirnya Tuhan dalam
perjamuan itu dengan uraian secara scholastik. Sebetulnya pandangan yang realistis ini
adalah perkara yang canggung dalam theologia Luther, karena ia mengajar bahwa relasi
manusia dengan Allah adalah suatu perhubungan rohani yang diadakan oleh Firman
Tuhan dan iman manusia saja. Kata Luther bahwa ada terjadi pertukaran sifat-sifat
diantara tabiat-tabiat ilahi dengan tabiat insani Kristus. Oleh karena itu tubuh Kristus,
yang memang termasuk tabiat insaniNya, antara lain mendapat juga sifat hadirat
sementara tabiat ilahiNya. Sebab itu tubuhnya juga dapat hadir di mana-mana.
5.      Politik dan ajal Zwingli. Luther patut dihormati karena taatnya kepada Tuhan, yang
lebih penting baginya dari pada keuntungan politik. Sudah tentu Zwingli dan
protentatisme “Calvinis” pun mau taat kepada kehendak Tuhan,akan tetapi selain dari itu,
dari mulanya mereka mementingkan pula panggilan dan kewajiban Gereja Kristus
terhadap dunia ini.

Pada tahun 1529 Zwingli berikhtiar untuk menggabungkan kuasa semua raja, daerah dan
kota yang beragama protestan untuk bersama-sama melawan keluarga Habsburg, yang
merupakan lawan  besar bagi kebebasan iman. Sejak itu Strasburg bertambah penting
untuk perkembangan protestantisme “Calvinis”. Zwingli yang turut dengan pasukan-
pasukan protestan itu selaku pendeta tentara, tewwas dan mayatnya di bagi empat dan di
bakar habis.

BAB  35

LUTHERANISME MENDAPAT KEDUDUKAN YANG TEPAT

1. pengakuan dan pembelaan. Rupa-rupanya pada tahun 1530 nasib Reformasi di Jerman


akan ditentukan. Karel V kembali ke jerman sesudah ia tidak mengunjungi negeri itu
sembilan tahun lamanya, sambil berjanji untuk mendengar segala pertimbangan dan
keterangan dari golongan-golongan yang bersangkutan pada rapat negara yang akan
diadakan di Augsburg (1530). Luther sendiri tak dapat menghadirinya, sebab ia masih
terkena kutuk kaisar. Melanchton dan beberapa ahli theologia protestan yang lain
menggantikan dia. Oleh karena Melanchton mengharapkan perdamaian dengan kaisar, ia
berusaha menekankan segala pokok yang disetujui dan diakui oleh kedua belah pihak,
tetapi sudah tentu karangannya menjelaskan juga dengan amat terang tentang segala
pandangan theologia reformasi, sehingga karangan itu, yang biasanya disebut “pengakuan
Augsburg (Confessio Augustana)”, kemudian terhisap kepada surat-surat pengakuan
resmi dari Gereja Lutheran (Lih. Bab 43,2). Pembacaan pengakuan itu di Augsburg di
hadapan kaisar dan banyak pembesar dunia dan gereja sungguh menarik perhatian
sekalian hadirin. Joh Eck dan beberapa pemuka gereja Katolik Roma yang lain menyusun
jawabnya atas uraian Melanchton, yang dibacakan juga. Selanjutnya Melanchton
menyusun karangan yang kedua yang bernama Apologia (pembelaan). Sebenarnya sikap
Melanchton di Augsburg kurang berani; kepercayaannya akan kemenangan akhir
Reformasi sudah surut, ketika dilihatnya kuasa lawan-lawannya itu. keyakinan itu
mendorong dia mencari perdamaian dengan segala daya-upaya yang dapat
dipergunakannya. Tindakan Luther lain sekali. Dengan surat-suratnya itu ia terus
mengajak wakil-wakilnya untuk bertahan dan berjuang sekuat-kuatnya. Politik
Melanchton yang lemah itu makin mempertetap maksud golongan Katolik Roma untuk
mempertiadakan Reformasi selekas mungkin. Golongan injili harus undur dari  rapat
negara. Edik Worms dibaharui dan diambil putusan untuk mengadakan konsili am,
jikalau dapat dalam waktu satu tahun.

Sekarang daerah-daerah injili terpaksa mengorganisasi pertahanannya secara politik dan


militer, supaya sanggup menetang bahaya yang mengancam mereka itu. di smalkalden
raja-raja dan kota-kota yang memihak Luther mengadakan suatu perserikatan pembelaan
(1531). Kota Strasburg dan beberapa kota lain di jerman-selatan turut juga, sebab pendeta
dan pemimpin reformasi di strasburg, Martinus Butzer, telah merincis jalan bagi
perdamaian itu dengan ajarannya tentang perjamuan Kudus, sehingga ia menjadi
pengantara antara golongan Luther dan Zwingli. Philip dari Hessen berhasil mendapat
bantuan dari luar negeri, sehingga terjadilah perserikatan yang besar dan kuat untuk
melawan pemerintahan Habsburg. Dengan demikian cita-cita Zwingli diwujudkan juga,
tetapi oleh kematiaannya dan oleh kalahnya golongan protestan di kappel, maka tanah
swis tak dapat masuk perserikatan Smalkalden itu.  berhubung dengan maksud untuk
menetang kaisar maka timbullah soal di antara golongan Lutheran di jerman, yakni
adakah perlawanan sedemikian dibolehkan oleh Firman Tuhan, karena bukanlah
pemerintahan harus dihormati dan dipatuhi, berdasarkan Roma 13? Tetapi ahli-ahli
hukum menerangka, bahwa pemerintah harus sah yang diberi Tuhan , ialah raja-raja
senegeri saja yang bukan kaisar, yang hanya dipilih saja oleh raja-raja itu.

Kaisar tak berani meneruskan tindakan-tindakannya yang keras itu, karena ancaman dari
pihak turki di sebelah timur. Ia memerlukan bantuan semua rajanya untuk menjaga batas
kekaisaran. Tambahan pula, paus belum mau mengadakan konsili. Itulah sebabnya pada
tahun 1532 diadakan perjanjian Neurenberg anatra karel V dengan golongan Protestan.
Protestantisme dibiarkan lagi oleh kaisar, sampai rapat negara yang berikut atau sampai
konsili besar yang diminta oleh karel. Tambahan pula, kaisar meninggalkan tanah Jerman
untuk waktu sembilan tahun lagi.

2. Peluasan dan rintangan. Perhentian permusuhan di Neurenberg mengakibatkan


perluasan besar gerakan Reformasi. negeri-negeri Wurtemberg, Pommeram, Brandenburg
dan saksen-selatan masuk injili juga. Di Jerman-selatan pengaruh Zwingli surut.
Bugenhagen, seorang pendeta di Wittenberg, menolong Luther, sahabatnya itu
membaharui organisasi jemaat-jemaat Protestan yang muda itu. kalangan katolik roma
mengharapkan bahwa konsili segera akan diadakan, tetapi tak jadi. Atas permintaan raja
saksen, Luther menyusun lagi satu karangan, di mana diuraikannya pokok-pokok iman
mana dapat menjadi pokok perundingan dengan pihak katolik roma dan pokok-pokok
mana tak usah diperbincangkan lagi, sebab sudah menjadi pasal kepercayaan Reformasi
yang tetap. Karangan ini, yang dinamai “pasal-pasal Smalkalden”(1537), adalah lebih
radikal dan kuat dari pada pengakuan Augsburg karangan Melanchton. Pasal-pasal itu
pun termasuk surat-surat pengakuan resmi gereja Lutheran.

Sayang di balik sayang, sekarang reformasi mendapat rintatngan besar. Pemimpinnya


secara politik, yakni Philip dari Hessen, terkena perkara yang berat. Ia tidak beruntung
dalam nikahnya, tetapi tak mungkin bercerai dari isterinya, karena Luther tidak memberi
izin, sebab penceraian tidak diizinkan dalam perjanjian baru. lalu Philip mengambil isteri
yang kedua dengan setahu Luther. Hal bagi itu segera maklum seraya menerbitkan kritik-
kritik yang hebat di mana-mana. Kaisar berhak menghukum Philip dengan keras. Tetapi
sebagai gantinya, dosa Philip dipakainya selaku senjata untuk melawan reformasi. Philip
terpaksa menghentikan segala usahanya secara politik untuk membantu reformasi.
Dengan itu perserikatan smalkalden sangat dilemahkandsn perkembangan reformasi
dirintangi..

Kaisar sudah merasa lebih kuat pula. Untuk mengetahui mata musuhnya ia menyuruh
mengadakan lagi beberapa pertemuan dan perdebatan agama. Melanchton ditipu oleh
daya yang cerdik itu, sehingga tetap mengharapkan perdamaian dengan kaisar dan
dengan gereja roma. Tetapi akhirnya agaknya tibalah waktunya bagi kaisar untuk
memerangi reformasi sekuat-kuatnya, karena keadaan luar negeri tak menghalangi lagi.
Pada tahun 1545 konsili besar, yang telah dinanti-nantikan sekian lama, dibuka oleh paus
di trente (letaknya diujung selatan kekaisaran Jerman; kini di italia Utara). Akan tetapi
orang protestan tidak mau menghadap paus dengan konsilinya, sebab untuk mengerti apa
kelak nasibnya, jikalau mereka pergi menyerahkan diri ke dalam tangan musuhnya,
sekarang peperangan yang sudah sekian lama ditunda,pecahlah dengan hebatnya.

Pada masa yang sukar sulit itu kaum reformasi kehilangan pemimpin yang besar. Sudah
lama Luther tidak sehat lagi hidupnya pada tahun-tahun penghabisan Disusahkan oleh
kekecewaan karena sikap rakyat yang kurang Injili dan rohani itu dan oleh segala
perlawanan dari pihak lawan-lawannya. Biarpun demikian, ia tetap bersemangat, beriman
teguh dan bergirang hati oleh berkat dan rahmat Tuhannya. Luther meninggalkan dunia
pada tanggal 18 feb 1546 dalam usia 62 tahun, di kota kelahirannya, Eisleben; an berada
dii sana dalam perjalanan plang ke wittenberg. 

BAB 36

GOLONGAN-GOLONGAN ORANG BAPTIS

Semenjak tahun 1520 timbullah gerakan rohani yang lain di samping reformasi Luther
dan Zwingli. Gerakan yang ketiga ini yang mendapat banyak pengikut, ialah gerakan
orang Baptis atau Anabaptis (yaitu yang membaptiskan kembali). Golongan ini bersangkut
paut dengan kaum fanatic, yang mengharu birukan Wittenberg dan yang menyokong
pemberontakan petani. Telah kita dengar bahwa kaum anatik itu menaruh manusia
kembali dibawah taurat dan ajaran itulah dibuat sebagai pusat agama Kristen; tetapi
dengan itu mereka cenderung kepada ajaran abad-abad pertengahan. Jadi gerakan Baptis
itu sebenarnya bukan cabang pembaharuan Gereja. Akan tetapi mereka berbeda juga dari
kaum fanatic, karena dalam gerakannya itu ditemui rupa-rupa pandangan dan tujuan
lain. Agar kita dapat mengerti keadaan dan cita-cita orang baptis itu, baiklah kita
menguraikan satu persatu anggapan-anggapan yang menguasai golongan itu, yaitu :
pengudusan hidup yang berdasarkan taurat, pengharapan akan masa depan yang berupa
pemberontakan, mistik perseorangan dan kekristenan yang beralasan akal budi dan
kebajikan.

1.      Pengudusan hidup yang berdasarkan taurat

Di Basel, sekumpulan kaum fanatic mulai menuntut supaya kaum Kristen dibaptiskan
lagi, karena katanya baptisan Kristen hanya boleh dilakukan kepada orang-orang akil
balig beralaskan imannya yang sungguh. Tuntunan ini tetap menjadi tanda istimewa dari
segala golongan Baptis. Zwingli segera berusaha menindas ajaran dan praktek yang salah
itu. Orang baptis diusir dari Basel, tetapi dengan tindakan itu gerakannya belum
dihentikan. Sebaliknya, oleh karena terserak-serak kemana-mana, ajarannyapun
disebarkan keseluruh negeri, dari tanah Swis sampai ke pantai Laut utara. Banyak sekali
orang sederhana diantara rakyat yang masuk golongan baptis itu.

Pokok yang terpenting dari gerakan itu ialah mereka mau membentuk suatu “jemaat
tanpa cacat atau kerut”. Demikianlah jemaat Tuhan disebut dalam Alkitab (Ef. 5:27);
tetapi disana kedudukan jemaat adalah hasil penyerahan diri oleh kristus, kekudusan
mana diwujudkan dalam jemaat dan diantara semua orang percaya dengan
memandikannya dengan air dan firman (E. 5:25,26). Bagi orang baptis kekudusan itu
bukanlah karunia kristus, melainkan tugas manusia yang beriman. Kekudusan itu
dikerjakannya dengan menggenapi segala hukum Tuhan, teristimewa segala syariat untuk
hidup Kristen yang terpapar dalam khotbah Yesus di bukit, yang dianggap seperti kitab
undang-undang. Sudah tentu orang-orang percaya suka dan sanggup memenuhi segala
syariat itu, adalah golongan kecil saja dalam dunia yang jahat ini. Oleh karena itu orang
baptis menolak gereja Negara dan gereja rakyat, baik yang katolik Roma maupun
Protestan. Itulah juga sebabnya mereka menolak baptisan kanak-kanak, yang menyatakan
bahwa rahmat Allah adalah pendahuluan dan dasar iman. Baptisan yang diberi kepada
orang dewasa saja tentulah mengutamakan manusia  yang harus mengusahakkan imannya
dahulu, barulah dipandang layak menerima tanda belas kasihan Allah. Sebeb itu
babptisan orang akil balig menjadi tanda dan syarat mutlak dari segala sekta yang bersifat
taurat.

Ajaran kebajikan khotbah dibukit pun membuat orang Baptis menjadi segan terhadap
segala sesuatu yang berkenan dengan Negara, misalnya sumpah, pangkat pegawai dan
perang. Mereka suka menyepikan diri dari masyarakat ramai, lalu merupakan
perkumpulan-perkumpulan yang saleh dan suci. Sebab itu mereka menderita dengan
penuh sabar dan pasi segala aniaya yang ditimpakan keatasnya oleh pihak pemerintah.
Didalam lingkungan sendiri mereka melawan semangat duniawi  dengan memakai disiplin
yang sangat keras; oleh karena itu memanglah timbul sifat dan roh Farisi di antara
mereka, yakni kesombongan rohani dan menghinaan orang yang kurang kudus dari
mereka. golongan baptis termasuk kepada segala gerakan rohani yang banyak, yang mau
membersihkan gereja rakyat yang sudah sangat turun derajatnya itu, dengan dengan
memperingatkan gereja tersebut kepada kekudusan yang dituntut dari padanya, seraya
berusaha mengembalikan gereja kepada keadaan dan suasananya semua pada zaman
rasul-rasul. Orang Montanis, Novatian, Donatis, Waldens, Baptis, kesemuanya itu
mempunyai maksud yang indah dan patut dipuji, tetapi cara dan jalan yang dipilihnya
salah benar. Mereka hanya menukarkan taurat lama yang telah jadi lemah dengan suatu
taurat baru yang lebih keras, padahal satu-satunya jalan yang dapat membawa
gereja  kepada kekudusan yang kepadanya ia dipanggil, ia mengganti kuasa taurat dengan
perkabaran rahmat dan iman saja. Berhubung dengan pandangan-pandangannya yang
disana-sini menerbitkan roh pemberontakan, lagipula karena segannya terhadap segala
hal ihwal Negara dank arena baptisan kanak-kanak ditolaknya, maka mereka dihambat
oleh semua perintah, baik yang katolik Roma, maupun yang injili, terutama dari tahun
1525 sampai 1530. Banyak benar orang baptis yang dihalaukan dari tempat kediamannya,
banyak yang dipenjarakan, dan tak sedikit pula yang dihukum mati. Dengan penyerbuan
dan keberanian yang besar semua orang syahid itu menerima nasibnya. Akibatnya ialah
orang baptis dipandang oleh rakyat selaku orang Kristen sejati.

2.      Pengharapan yang revolusioner akan masadepan

Tidak mengherankan bahwa semenjak tahun 1530 gerakan baptis mulai berkembang lagi.
Pemimpinnya pada masa itu ialah Melchior Hoffmann. Hoffmann memasukkan
pandangan lain kedalam gerakan baptis, yakni pengharapan akan kedatangan kristus
kembali dengan segera dibumi ini untuk mendirikan kerajaan damai seribu tahun,
diwaktu mana Tuhan akan membenarkan umatnya yang teraniaya dan akan membalas
segala kejahatan seturu-seteru jemaat itu. Hoffmann sendiri belum menghendaki
pemberontakan dalam masyarakat.

Kota Strasburg dianggap Hoffmann sebagai Yerusalem baru yang akan datang itu. Selama
10 tahun ia ditahan dalam penjara di Strasburg, yakni sampai ajalnya ia menantikan
datangnya kerajaan seribu tahun itu. Tetapi khotbah dan ajarannya disebut dimana-mana
dengan penuh kesukaan, terutama dibelanda. Jan Matthijsz dari Haarlem, seorang tukang
roti, berkhotbah bahwa orang-orang percaya sendiri wajib dengan segera mewujudkan
kerajaan Allah yang akan datang, dengan mempergunakan segala daya upaya yang ada
padanya. Ia menganggap dirinya sendiri sebagai penjelmaan nabi Henokh. Pada golongan
Anabaptis di jerman-Barat merebut kuasa di Munster (1534). Banyak penduduk injili dan
katolik Roma mengungsi dari kota itu. Mereka terus digantikan oleh orang Anabaptis dari
belanda dan lain-lain daerah yang membanjiri Munster. Jan Matthijsz pun pindah ke
munster, karena disitulah Yerusalem Baru akan didirikan! Seorang tukang tenun,
Knipperdolling namanya, dipilih menjadi walikota. Ia terus

3.      Mistik perseorangan

Pada umumnya boleh dikatakan bahwa taurat dipentingkan sekta-sekta baptis lebih dari
pada mistik. Oleh karena mistik itu selamanya bersifat perseorangan (individualistis),
sudah tau bahwa hanya beberapa oknum saja yang disebut selaku orang mistik dalam
golongan baptis, yaitu sebastian frank dan kaspar schwenkfeld, yang hidup di jerman
selatan, daerah “sahabat-sahabat Tuhan . frank menganggap, “terang batin” lebih penting
dari Alkitab, gereja dan sakramen, yang dipandang perkara lahiriah saja, “sebab hukum
yang ditulis mematikan, tetapi roh menghidupkan” (II Kor 3:6)! Dasar mistik Franck itu
memanglah tak lain dari pada dasar segala mistik, yakni paham Allah yang pantheistis dan
paham dunia yang dualistis, paham mana berbeda jauh dengan pandangan Alkitab
tentang relasi Alkitab dan manusia. Schwenkfeld lebih mementingkan persekutuan orang
Kristen, tetapi persekutuan yang ditunjukannya itu bukanlah gereja, melainkan
kumpulan-kumpulan orang yang sehati sepakat saja.

BAB 37

CALVINISME

Sifat khas Calvin hendaknya kita periksa lebih dalam:

1. Pembenaran dan Predestinasi. Kepercyaan Calvin sama dengan apa yang Luther


percayai. Mereka percaya orang dibenarkan oleh karena Yesus Kristus dan hanya oleh
iman. Predestinasi bukanlah ajaran pokok dari teologia Calvin. Dalam Institutio pokok
predestinasi diuraikan Calvin sebagai tambahan kepada uraiannya tentang penerimaan
keselamatan oleh manusia. Predestinasi memberi kepadanya satu-satunya keterangan
bahwa ada dua jenis manusia: yang menerima Firman rahmat Tuhan dan yang
menolaknya. Dibelakang keputusan manusia itu terdapatlah keputusan Allah sendiri, yang
memilih atau membuang. Disamping itu predestinasi dipandang Calvin selaku dasar yang
mesti ada untuk ajaran pembenaran. Menurut Calvin keselamatan kita tidak bergantung
kepada iman kita yang kurang murni dan tetap, tetapi berdasarkan keteguhan kepada
kesetiaan Tuhan yang kekal dan yang tidak dapat berubah. Kita harus menerima
pembenaran kita dari tangan Tuhan dengan iman yang sejati; hanya dengan itu dapatlah
kita beroleh kepastian tentang hal, apakah kita terpilih atau tidak. Kristus adalah cermin
dan kita harus menunjukkan mata kita untuk mengetahui apakah kita terpilih atau tidak.

2. Predestinasi dan Tangung-Jawab. Calvin tiba pada masalahnya yaitu bagaimana


predestinasi Allah dapat disesuaikan dengan keberdiri-sendirian dan tanggung jawab
manusia. Ini adalah persoalan sukar bagi Calvin, itu sebabnya ia menghubungkan
predestinasi dengan takdir Allah yang am dan dalam hal itupun ia berpendapat bahwa
segala perbuatan manusia, juga yang salah, dipimpin oleh Allah. Allah poko dosa?  Dan
manusia tidak bertanggungjawab atas perbuatannya? Kesimpulan yang seprti ini ditolak
Calvin.  Ia mengingatkan orang kepada rahasia wujud dan perbuatan Allah yang tidak
dapat dipahami oleh akal budi kita, dengan menunjuk kepada Roma 9:20. Akan tetapi
ajaran Calvin itu mengakibatkan bahwa dikemudian hari teologia Calvinis seringkali
terlalu mengutamakan predestinasi, sehingga hal itu menggelapkan ajaran Alkitab tentang
penawaran Injil dan tanggungjawab manusia terhadapnya, entah Injil itu diterima atau
ditolaknya.

3. Kehormatan Allah. Calvin mengutamakan keagungan dan kuasa Allah yang tidak


terikat kepada barang apapun. Manusia yang hina dan cemar, dengan keberatan-
keberatan akal budinya dan dengan amal dan jasanya yang tak berharga, hanya berdiam
diri dengan malu dan gentar. Oleh karena itu Calvin selalu mengemukakan “kehormatan
Allah” atau “kemuliaan Allah”. Poko predestinasi, penebusan dan pengudusan umat
pilihan Tuhan, pada hakekatnya tidak lain daripada jalan untuk mewujudkan pula
kehormatan Allah di dalam surga dan bumi.

4. Kehormatan Allah dan Pengudusan Manusia. Menurut Calvin manusia dipanggil untuk


menyerahkan segenap hidupnya dan segala tenaga  dan bakatnya untuk memuliakan
Tuhan. Calvin mementingkan pengudusan hidup orang-orang percaya dan disamping
iman yang murni ia mengutamakan amal-amal yang memang menjadi buah dan hasil yang
sewajarnya dari iman itu. Maksud amal-amal itu semata-mata untuk membesarkan dan
memuji nama Allah yang maha kudus dan maha agung. Calvin menekankan akar
pembenaran yaitu predestinasi dan buah pembenaran yakni pengudusan.

5. Gereja dan Tatagereja. Tata Gereja Calvin ialah usahanya untu membebaskan Gereja
dari campur tangan pemerintah.  Gereja Calvinis yang tidak bergantung kepada
pemerintah tumbuh dan mempertahankan diri juga pada waktu aniaya dan
penghambatan. Mereka memerintah diri sendiri , karena mengetahui bahwa sebetulnya
Kristuslah satu-satunya pemerintahan yang penuh.

6. Perjamuan Kudus. Dalam pasal Perjamuan Kudus, Calvin mencoba menghubungkan


kebenaran yang terdapat dalam pandngan-pandangan pembaru-pembaru yang
bertantangan. Calvin sama dengan pendapat Luther, yang  mengatakan “perjamuan itu
adalah pertama-tama suatu pemberian Allah dan bukan suatu perbuatan pengakuan
manusia, roti dan anggur bukanlah hanya lambang saja , tetapi alat yang dipakai untuk
memberikan tubuh dan darah Kristus yang sebenarnya kepada kita.  Akan tetapi tubuh
itu yang telah mati dan bangkit untuk kita, kini ada di dalam surga menurut ajaran Calvin
. Disana itu tubuh terbatas juga, sama sepert dibumi. Menurut Calvin, roti dan anggur
tidak boleh dianggap sama dengan tubuh dan darah yang didalam surga melainkann
harus dipandang sebagai tanda dan materai anugerah dan kasih Tuhan di dalam Yesus
Kristus. Calvin menjelaskan sebagaimana orang percaya it sungguh menerima tanda-
tanda itu dengan mulutnya, pada saat itu juga ia sungguh dihubungkan dengan Roh
Kudus dengan tubuh Kristus yang disurga, yaitu tubuh yang menaru kebebasan dan hidup
yang kekal.

7. Pertikaian kedua tentang Perjamuan. Pada tahun 1552 ajaran Calvin diserang diserang
hebat oleh  Joachim Westphal yang menyamakan pandangan Calvin dengan ajaran
Zwingli, dan banyak orang Jerman yaitu pengikut Luther yang mendukung Westphal dan
mereka mengganggap Calvin sebagai penyesat. Jangka waktu yang cukup lama barulah
Calvin menjawab dengabn tajam dan pajit sehingga sempurnalah perpisahan pihak
Lutheran dan Calvinis. Sampai saat ini kedua bagian reformasi ini semakin berjauhan.

8. Gereja dan Pemerintah. Calvin menaruh minat istimewa antara Gereja dan pemerintah.
Dialah yang pertama diantara para reformator Gereja yang membedakan kedua kuasa itu
secara tegas. Calvin menuntut kebebasan Gereja sepenuhnya dari negara, berdasarkan
hubungan mutlak antara Gereja dan Tuhannya. Sebab pemerintahpun wajib takluk
kepada pemerintah Allah. Pemerintah harus melakukan tugasnya dilapangannya  sendiri
dengan menjalankan keadilan dan menjamin kehidupan yang aman bagi semua penduduk
negeri. Pemerintah wajib tunduk kepada Firman Allah, bilamana pemerintah melawan
atau mencegah penyiaran Injil, rakyat boleh bangkit melawan pemerintah itu,
pemberontakan itu harus dipimpin oleh perwakilan rakyat  atau raja  yang sah.

BAB 38

CALVINISME

1. Pembenaran dan predestinasi. Kepercayaan Calvin tidak lain daripada pusat


kepercayaan Luther, yakni pembenaran orang berdosa oleh karena Yesus Kristus, hanya
oleh iman saja. Calvin juga lebih mendekati ajaran Zwingli yang mengutamakan ajaran
predestinasi, yaitu keyakinan bahwa hal kita percaya atau tidak percaya itu semata-mata
akibat dari takdir Allah yang kekal. Calvin tidak takut memikirkan soal predestinasi yang
muskil itu. Ia tidak memperhatikan dan memikirkannya secara filsafat, melainkan
berdasarkan Alkitab saja. Maka dari itu, tidak benarlah anggapan umum bahwa
predestinasi adalah “ajaran pokok” dari sitem teologia Calvin, karena bukanlah suatu
dogma yang abstrak yang menjadi pusat pikiran Calvin, melainkan Yesus Kristus sendiri,
yang berbicara kepada kita dengan FirmanNya.

Pertama-tama, predestinasi memberi kepadanya satu-satunya keterangan yang sungguh


memuaskan tentang kenyataan di dunia ini, bahwa ada dua jenis manusia: yang menerima
Firman Tuhan dan yang menolaknya. Di belakang keputusan manusia itu terdapatlah
keputusan Allah sendiri, yang memilih atau membuang. Tetapi di samping itu, predestinasi
dipandang Calvin selaku dasar yang mesti ada untuk ajaran pembenaran. Bukankah
ajaran ini menjelaskan bahwa orang berdosa tidak sanggup menyumbnagkan apa-apa,
biar sedikitpun atas keselamatannya, melainkan keselamatan itu adalah semata-mata
rahmat Tuhan saja? Jikalau begitu, memang kepercayaan kepada pembenaran juga
bukanlah amalan orang yang berdosa itu sendiri. Kepercayaan itu juga tidak lain daripada
pemberian Allah saja. Keyakinan akan hal itu mengaruniakan suatu penghiburan yang tak
terperi kepada hati yang bimbang. Sekarang kita mengerti bahwa keselamatan kita tidak
bergantung kepada iman yang kurang murni dan tetap, tetapi berdasarkan teguh-teguh
kepada kesetiaan Tuhan yang kekal. Tidak seorang pun yang merebut milikNya dari
tanganNya. “Kristus adalah cermin yang kepadanya kita harus menunjukan mata kita,
jikalau kita mau mengetahui, apakah kita terpilih atua tidak, kata Calvin”

2. Kehormatan Allah. Rahmat Tuhan yang mengampuni segala dosa karena darah Yesus
Kristus, itulah penemuan Luther yang besar, yang melepaskan dia dari segala ketakutan
dan pergumulan batin. Sebaliknya, Calvin mengutamakan keagungan dan kuasa Allah
yang tidak terikat kepada barang apapun. Di hadapan kebesaran dan kekudusan Tuhan,
manusia yang hina dan cemar, dengan keberatan-keberatan akal budinya dan dengan
amalan dan jasanya yang tak berharga, hanya dapat berdiam diri dengan malu dan
gentar. Oleh karena itu, Calvin selalu mengemukakan “kehormatan Allah”. Allah adalah
raja bagi yang diciptakanNya. Maksud dan tujuan segala sesuatu yang ada bukanlah
manusia atau kebebasan dunia, melainkan kemuliaan Allah sendiri saja. Hanya Allah saja
yang menjadi satu-satunya pusat iman dan ilmu teologia.

3. Kehormatan Allah dan pengudusan manusia. Menurut Calvin manusia dipanggil untuk


menyerahkan segenap hidupnya dan segala tenaga dan bakatnya untuk memuliakan
Tuhan di mana-mana. Calvin juga mementingkan pengudusan hidup orang-orang percaya
dan di samping iman yang murni ia mengutamakan amal-amal yang memang menjadi
buah dan hasil yang sewajarnya dari iman itu. Maksud amal-amal semata-mata untuk
membesarkan dan memuji nama Allah yang kudus.

Perbedaan Luther dan Calvin juga tampak pada Kesepuluh Hukum. Bagi Luther, taurat
Tuhan menjadi sumber pengetahuan kita tentang besar dan beratnya dosa-dosa kita,
padahal Calvin memandang taurat itu sebagai peraturan dan penuntun bagi hidup baru di
dalam iman, yang memimpin orang percaya ke jalan penyesalan dan pertobatan,
penderitaan karena Kristus dan penyangkalan diri. Jadi beda Luther dan Calvin dalam
hal ini hanyalah beda tekanan saja. Luther menekankan pusat iman, yakni pembenaran,
dan Calvin menekankan akar pembenaran, yaitu predestinasi, dan  buah pembenaran
yakni pengudusan.

4. Gereja dan tatagereja. Anggapan Calvin tentang wujud Gereja tentulah bertalian


dengan apa yang diterangkan di atas. Luther lebih banyak memandang Gereja itu secara
obyektif, yakni sebagai tempat yang diberikan oleh Tuhan, di mana kabar Injil tentang
pembenaran manusia oleh anugerah Tuhan diberitakan di dalam khotbah dan sakramen.
Tetapi Calvin mengingat akan panggilan orang-orang percaya, sebab itu baginya Gereja
Kristus bukan hanya tempat yang obyektif, untuk pemberitaan keselamatan, tetapi juga
secara subyektif, Gereja menjadi persekutuan orang-orang percaya dengan Kristus.

Dengan tegas Calvin menerangkan bahwa Gereja yang benar, dapat dikenal dari dua ciri,
yakni pemberitaan Firman menurut Alkitab dan pelayanan sakramen, sesuai dengan
kehendak Kristus, dan kedisiplinan sudah menjadin ciri mutlak untuk Gereja yang benar.
Maksud disiplin dalam Gereja Calvin adalah supaya membentuk suatu persekutuan orang
percaya yang taat dan setia kepada pemimpinnya dan yang rela berjuang bagi
perkembangan hormat dan kemuliaan Tuhan di dunia ini.

Suatu pokok yang amat penting dalam tatagereja Calvin adalah usahanya untuk
membebaskan Gereja dari campur tangan pemerintah. Gereja harus bebas sama sekali
dari penguasa di dunia, jikalau kristokrasi mau diwujudkan di dalamnya.  Tetapi pada
waktu itu Luther telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada pemerintah, akibatnya
Gereja Lutheran semakin melemah dari perlindungan dari pihak pemerintah bahkan
hilang. Akan tetapi Gereja Calvinis yang tidak bergantung kepada pemerintah tumbuh
dan mempertahankan diri pada waktu dianiaya dan penghambatan. Mereka memerintah
diri sendiri, karena mengetahui bahwa sesungguhnya Kristuslah satu-satunya pemerintah
mereka.

5. Perjamuan kudus. Pada hakikatnya Calvin memihak kepada Luther karena bagi Calvin
juga Perjamuan itu ialah pertama-tama suatu pemberian Allah dan bukan suatu
perbuatan pengakuan manusia. Roti dan anggur bukanlah hanya lambang saja, tetapi alat
yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah Kristus yang sesungguhnya kepada
kita. Akan tetapi tubuh itu yang telah mati dan bangkit untuk kita, kini ada di dalam
surga.

Ajaran Luther bahwa tubuh Kristus yang dipermuliakan itu, dapat hadir di mana-mana,
di tolak oleh Calvin, karena dengan demikian tabiat manusiawi Kristus yang sebenarnya
diserang. Oleh karena itu roti dan anggur itu sendiri tidak boleh dianggap sama saja
dengan tubuh dan darah yang ada di dalam surga itu, melainkan harus dipandang sebagai
tanda dan materai anugerah dan kasih Tuhan di dalam Yesus Kristus.

Bertentangan dengan Luther, Calvin membedakan tanda dengan apa yang ditandakan
oleh tanda itu. Ia menjelaskan bahwa: sebagaimana orang yang percaya itu sungguh
menerima tanda-tanda itu dengan mulutnya, demikianlah pada ketika itu juga ia sungguh
dihubungkan oleh Roh Kudus dengan tubuh Kristus yang di surga, tubuh mana menaruh
kebebasan dan hidup yang kekal. Demikianlah diadakan persatuan rohani antara Kristus
dengan orang percaya.

BAB 39

TIMBULNYA KONTRA-REFORMASI

1.      Wujudnya. Pembaruan gereja oleh luther bukan saja penting bagi kaum protestan ,
tetapi juga bagi gereja Katolik Roma karena Lutherlah yang telah memaksa Gereja itu
menyadari keadaannya dan membersihkan rumahnya sendiri. kendatipun segala nasehat
dan uraian Luther tentang kebusukan Gereja K.R. pada masa itu, tetapi masih lama lagi
sampai para pemimpin Roma mulai mengerti sedikit akan ajaran Paulus, seperti yang juga
di kemukakan oleh Luther itu. Di Trente Gereja K.R. memilih jalan yang kedua, yang sesat
itu. gereja itu menutup telinganya terhadap suara panggilan Firman Tuhan, meskipun
rupa-rupa aib dan keburukan di perbaikinya. Umumnya gereja K.R. meneruskan
jalannya yang lama, dengan sikap dan semangat yang lebih fanatic lagi untuk
membinasakan ajaran reformasi. Tindakan dan aksi baru yang hebat dari pihak Gereja
Roma itu di sebut  “kontra-reformasi”. Lama-kelamaan gerakan itu mengakibatkan suatu
pergumulan katolik Roma dengan negeri-negeri injili.

2.      Suasana di Spanyol dan Italia. Negeri pemimpin kontra-reformasi ialah spanyol, yang
kuasanya juga terasa di lapangan politik pada abad ke-XVI di bawah pemerintahan kaisar
karel V dan anaknya, raja Philips II. Gereja Negara di spanyol selalu melayani paus-paus
di Roma dengan gembira. Inkwisisi di lakukan oleh Negara atas nama Gereja dengan
sangat keres dan bengis terhadap segala gerakan rohani yang di anggap penyesat.

Di Italia suasana pada masa reformasi tahun 1520 di sana mundur sekali hidup kerohanian
dan kebajikan Gereja, tetapi di sana juga terdapat beberapa golongan yang mengindahkan
mistik dan yang di pengaruhi oleh paulus maupun oleh humanism, dan yang berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk merawat badan Gereja yang sakit.

Dalam pada itu semangat fanatic spanyol juga mulai memasuki Italia. Pada tahun 1542
Paus memutuskan untuk merergonisasi jabatan inkwisisi dengan menaruhnya di bawah
perintah paus sendiri. Gereja tua itu menolak kritik Luther terhadap Gereja atas Firman
Allah, sambil membalas kritik itu paksaan dan perang.

3.      Konsili Trente. Akan tetapi Gereja Katolik Roma mengerti bahwa Inkwisi dan
pelawanan bersenjata belum mencukupi. Perlulah di adakan suatu dasar hulum untuk
menghambat kaum injili. Ajaran reformasi berlainan dari anggapan dan perasaan umum
Gereja abad-abad pertengahan, tetapi pandangan itu belum di sahkan selaku ajaran resmi
Gereja K.R.

Tambahan pula, kaisar karel V sudah lama mendesak paus mengadakan suatu konsili yang
dapat mendamaikan pertentangan-pertentangan di jerman. Tetapi oleh sebab paus
bermusuhan dengan kaisar di lapangan politik, konsili itu di tunda-tunda, akhirnya paus
menyetujuinya dan pada tahun 1545 berhimpunlah suatu sinode besar di Trente, kota
terselatan di kekaisaran jerman. Pada tahun 1547 paus memindahkannya ke Bologna
(italia) di daerahnya sendiri sampai tahun 1549. Dari tahun 1551 hingga 1552 mereka
berkumpul lagi di trente dan lagi pada tahun 1562-1563. Konsili takluk sama sekali kepada
kuasa paus, pada hal paus sendiri tidak terikat kepada konsili. Pada akhirnya
persidangan-persidangannya konsili memohon kepada paus supaya mengasahkan
keputusan-keputusan yang di ambil oleh konsili. Kaum konsiliaris masih cukup kuat
untuk mencegah penetapan dogma itu hal itu berlaku pada tahun 1870.

4.      Gereja katolik Roma pada persimpangan jalan. Luther hanya mengaku satu kuasa
dalam gereja, yakni kuasa ilahi Alkitab, bukan kuasa tradisi Gereja. Trente mengajarkan
bahwa Alkitab dan tradisi Gereja adalah dua sumber kuasa ilahi yang setara. Keputusan
trente sangat penting akibatnya, karrena jikalau Gereja mengaku kuasa kedua di samping
Alkitab , yaitu tradisi , maka sudah tentu dalam praktek bahwa tradisi itu menjadi kuasa
baru di atas Alkitab. Alkitab di anggap huruf yang mati dan kurang terang, yang harus di
artikan oleh tradisi Gereja yang hidup. Gereja sendirilah yang mengandung
kebenaaran  atau hanya pemberita saja dari kebenaran, yang terkandung dalam Alkitab
yang berkuasa atas Gereja dangan berkatnya dan hukumannya.

Sekarang tidak mengherankan lagi bahwa ajaran Luther tentang keadilan yang di
karuniakan oleh Tuhan, dan tentang pembennaran hanya oleh iman saja, di kutuki oleh
konsili trente, walaupun kedengaran juga suara lain, yaitu dari pihak ordo Augustin, tetapi
keberatan mereka tidak di indahkan, sebab sudah sekian lama surat-surat paulus maupun
kitabAugustinus di tafsirkan menurut tradisi Gereja yang bersifat lain.

Dengan keputusan dan kutuknya ( anathema ) yang demikian trente telah menutup jalan
pembaruan dengan definitive. Sejak itu segala kritik yang berdasarkan Alkitab di tolak
Gereja K.R. jikalau sekarang ia mau bertobat juga, maka hal itu berarti bahwa ia harus
menyangkal dan meniadakan wujud sendiri, dan itu tidak di kehendakinya.

Keputusan-keputusan Trente yang amat penting itu mengurangi harga beberapa


perbaikan yang di setujui oleh konsili itu. organisasi dan keuangan Gereja di betulkan
seperlunya. Kebanyakan peraturan perbaikan itu hanya di laksanakan separuhnya atau
perlahan-lahan.

5.      Ignatius dari Loyola. Semenjak Trente, Gereja katolik Roma bersiap untuk
mangangkat perang melawan kaum protestan. Tetapi untuk melangsungkan peperangan
yang demikian, belum cukup hanya dengan mengumumkan resolusi-resolusi sesuatu
sinode yang di butuhkan ialah orang yang mau menyumbangkan segala tenaganya kepada
kuasa dan kebesaran Gerejanya, sambil mengurbankan segenap dirinya untuk mencapai
terlaksananya cita-cita itu.

Ignatius lahir pada tahun 1491 dari keluarga bangsawan di spanyol utara. Ketika tentara
spanyol mempertahankan sebuah benteng dalam peperangan dengan perancis (Karel V
dan Frans I bermusuhan pada waktu itu. pada tahun 1521, Ignatius berjuang dengan
segala keberanian. Hanya dengan hidup yang demikian jiwanya dapat di pusatkan. Sejak
sakitnya itu, Ignatius mengubah haluan hidupnya dengan kehendak yang kuat sekali.
Kemudian ia melihat khayal yang ajaib, tetapi segala sesuatu di paksanya untuk melayani
satu maksud yang mulia saja, yaitu melakukan perbuatan perbuatan besar bagi Allah dan
Gereja.

Sesudah mengunjungi Tanah suci dan menyerahkan diri beberapa lamanya kepada
pengalaman dan penggembalaan jiwa, Ignatius memutuskan untuk mulai menuntut ilmu,
walaupun usianya sudah 33 tahun.

Pada tahun 1534 mereka itu bersama-sama bernazar untuk pergi ke palestina buat
menyebarkan agama Kristen di negeri itu. maka Ignatius dengan kawan-kawannya
menghadap paus ke Roma untuk menguraikan maksud dan cita-citanya. Paus terus
mengerti bahwa kegembiraan istimewa Ignatius itu sangat berfaedah bagi Gereja Roma,
jikalau di pakai dan di tunjang oleh pucuk pimpinan Gereja.

6.      Ordo Yesuit. Pada abad-abad pertengahan, tiap-tiap pembangunan hidup kerohanian


di dalam Gereja roma di sertai dengan terbentuknya suatu ordo baru. Sekarang pokoknya
bukan membela kebebasan Gereja, atau memperdalam kesalehan klerus dan jemaat, atau
mengembalikan Gereja kepada kemiskinan rasuli. Untuk maksud itulah orang Yesuit
berjuang dengan sekuat-kuatnya. Oleh perjuangan melawan kaum penyesat di Eropa dan
oleh pertobatan bangsa-bangsa kafir di benua baru. Mereka berusaha mengembalikan
segala kekuasaan di dunia ini kepaada Gereja  K.R. saja. hal teristimewa di sebabkan oleh
organisasi yang kuat dan rapi, yang di susun oleh Ignatius bagi ordonya dan oleh saringan
keras terhadap bakal-bakal anggota ordo itu. barulah sesudah waktu percobaan yang
berat , calon-calon di terima dalam ordo Yesuit. Orang Yesuit mengurbankan dirinya
melulu untuk tugas hidupnya, di bandingkan dengan tugas itu segala cinta kasih terhadap
orang tua, bangsa, keluarga atau handai-taulan menjadi lanyap.

Hukum pertama ialah ketaatan yang mutlak kepada paus dan jenderal. Taat seperti
bangkai yang tak mempunyai kehendak sendiri , itulah yang di tuntu dari tiap orang
Yesuit. Orang Yesuit adalah lascar Gereja,  tetapi mereka juga menjadi di plomat atau ahli
politik. Teristimewa kepada abad ke-XVII kesusilaan Yesuit (moral Yesuit)
memperkenalkan dirinya dengan segala keburukannya. Maksud menyucikan daya-upaya,
itulah semboyan yang berpokok pada roh Yesuit.

Dengan organisasinya dan cara bekerjanya orang Yesuit membawa gereja K.R. yang sudah
hampir runtuh itu kepada kekuasaan dan kehormatan duniawi yang baru..
7.      Kesalehan Yesuit. Rahasia kekuasaan ordo itu terdapat dalam kesalehan yang
istimewa. Ignatius telah memberi pimpinan rohani kepada kesalehan itu dengan kitabnya
yang msyur,”latihan-latihan rohani”. Maksud latihan-latihan ialah menujukkan dan
menguatkan kehendak, sehingga ia tidak takluk dengan tidak bersyarat kepada kristus
dan Gerejanya. Puncak segala latihan itu terdapat pada saat orang Yesuit mengangankan
pertempuran antara kristus selaku panglima bala surganya dengan Lucifer, raja kegelapan
itu beserta raja nerakanya.

Kesalehan jemaat yang dipropagandakan kaum Yesuit itu bercorak demikian. Di segala
tempat di mana mereka menjadi pemimpin, berkembanglah kepercayaan kepada relikwi-
relikwi dan mukjizat-mukjizat. Mereka itulah yang memajukan ibadat kepada orang-
orang kudus dan teristimewa kepada hati suci Tuhan Yesus.

8.      Ignatius dan calvin. Yohannes calvin dan Ignatius de Loyola hidup dalam waktu yang
sama. Mereka itu seimbang hebatnya perjuangan merreka terhadap Gereja lawannya
untuk membela Gerejanya sendiri. arti mereka berdua berdua di dalam Gerejanya
masing-masing adalah sama, mereka membangunkan semangat gembira yang di butuhkan
Gereja dalam perjuangan politik yang hebat antara kepercayaan lama dan kepercayaan
baru untuk merebut kekuasaan di Eropa.

Akan tetapi perbedaan antara kedua orang dan gerakan ini lebih besar lagi. Kehormatan
Gereja yang di kejar oleh Yesuit itu di perlakukan seakan-akan perkara manusia, yang
wajib di wujudkan manusia dengan jalan manajuapun. Kaum Calvinis sebaliknya bekerja
dengan keinsafan bahwa hormat Allah adalah perkara Allah sendiri, yang boleh kita layani
dengan ketaatan sederhana selaku umat Tuhan.

BAB 40

PERGUMULAN POLITIK

1.      Iman dan politik. Perjuangan antara iman reformasi dan iman K.R pada hakekatNya
adalah suatu perjuangan rohani, yang hanya dapat dilaksanakan dengan senjata rohani.
Akan tetapi bagi umat Kristen dieropa sudah berabad-abad lamanya iman dan pilitik itu
amat rapat hubunganNya. Bukan gereja saja, tetapi pemerintah pun tak boleh tinggal
netral terhadap soal yang terpenting bagi masyarakat Kristen, yakni agama manakah
yang benar. Jikalau dalam suatu negeri ada bertentangan dua macam kepercayaan, maka
pemerintahnya harus menentukan sikapnya, agama mana yang disokongnya dan yang
mana harus ditindasnya. Sebab itu pertikaian antara pihak K.R dan reformasi mustahil
terbatas hanya pada lapangan gereja saja dengan tidak menular kelapangan politik. Oleh
karena itu soal yang harus dipecahkan dieropa pada bagian kedua abad ke XVI, mengenai
suapakah nanti memperoleh kekuasaan politik, raja dan pemerintah K.Rkah atau raja dan
negeri injili. Semua raja itu bermaksud untuk membawa gerejanya kepada kemenangan,
tetapi maksud yang indah itu sudah tentu bercampur juga dengan cita-cita memperluas
kekuasaan negerinya dan keluarganya.

Dieropa utara dan selatan kedudukan politik itu tak sukar, karena di Skandinavia timbul
gereja Negara Lutheran, sedang dispanyol dan italia tidak ada golongan lain yang berani
dan sanggup menentang kuasa gereja K.R oleh karena itu peperangan antara roma dan
reformasi sudah tentu dilangsungkan dinegeri eropa tengah. Pada pihak K.R perjuangan
bagi imam itu  digabungkan dengan perjuangan keluarga Habsburg untuk merebut kuasa
dunia bagi spanyol. Dengan itu Philips II, putera kaisar karel V, menjadi pemimpin politik
kontra reformasi, ibukota spanyol, Madrid, menjadi markas besar bagi pehlawan gereja
katolik roma terhadap reformasi dan dimana-mana orang Yesuit menghasut. Pergumulan
yang hebat itu mulai pada tahun 1559, ketika kedua kerajaan katolik roma spanyol dan
perancis akhirnya berdamai. Dan peperangan agama itu berhenti untuk sementara pada
tahun 1588, tatkala serangan besar dari spanyol ke inggeris telah gagal lantaran kalahnya
“armada besar”.

2.      Reformasi di perancis. Sejak abad ke XV dan terutama sedudah tahun 1516, Negara


berkuasa besar di dalam perkara gereja di perancis. Itulah sebabnya raja Frans I (1511-
1547) menginginkan supaya gereja K.R tinggal kuat, agar ia boleh memakainya untuk
maksud politiknya. Oleh karena itu segala orang sekta, teristimewa golongan Lutheran,
berulang-ulang dihambat di bawah pemerintahannya, sehingga banyak orang injil yang
dibakar dan banyak pula yang terpaksa lari, di antaranya Calvin. Sungguhpun demikian,
Frans I tidak membenci kaum injili, malahan perhimpunan orang humanis yang menaruh
simpati terhadap pembaharuan gereja, dilindungi raja dan disokong oleh adiknya yang
baik hati, Margareta dan Navarra.

Pada waktu pemerintahan putera Frans, Hendrik II (1547-1559), penganiayaan diperhebat


atas desakan permaisurinya, Catharina de Medicis, seorang puteri italia. Tetapi segala
aniaya itu tak dapat memadamkan semangat golongan reformasi. Gerakan injili itu makin
lama makin dipengaruhi oleh Calvin dari Jenewa, yang dengan tak berkeputusan memberi
pimpinan dengan suratnya, karangannya dan pertemuannya dengan pemuka gereja injili
diperancis, yang datang mengunjunginya di Jenewa. Demikianlah Calvin mengajak dan
meneguhkan semua saudara yang lemah, serta menggembirakan dan menghiburkan
mereka sekalian. Keberanian dan ketekunan pengaku injili di perancis itu amat indah.

Pada waktu itu mereka mualai disebut “Hugenot” penghambatan memaksa jemaat
protestan untuk berorganisasi, menurut contoh Jenewa.dan pada tahun1559 segenap
gereja perancis yang dibawah salib (artinya yang mendapat bagian dari kesengsaraan
TuhanNya) berhimpun diparis dalam sinode nasional pertama. Pada sinode itu ditetapkan
suatu pengakuan iman (Confesio Gallicana), menurut rencana yang dikirim calvin.
Disusun suattu tata gereja, yang meluaskan dan menyempurnakan hukum gereja Calvinis
jenewa dengan peraturannya yang menggabungkan semua jemaat dalam satu badan
gereja nasional tak ada jemaat yang boleh memerintah jemaat lain, segala perkara yang
mengenai gereja pada umumnya atau yang tidak dapat dibereskan oleh tiap jemaat
sendiri, harus diputuskan disinode provinsi atau nasional sinode adalah perwakilan
jemaat, dan terdiri dari pendeta dan penatua. Bertentangan dengan system hierarkhis
(bertingkat) gereja K.R dan dengan perwalian gereja Lutheran oleh Negara. Maka tata
gereja Calvinis menjunjung keberdiri sendirian (kemandirian) dan pemerintahan sendiri
untuk jemaat inilah organisasi gereja secara presbiterian.

3.      Perang-perang Hugenot. Pada masa itu juga beberapa keluarga bangsawan tinggi,


bahkan diantaranya terdapat keluarga raja, telah pindah ke agama prostestan. Wakilnya
yang ternama ialah laksamana Caspar de Coligny, yang menjadi pemimpin kaum
bangsawan injili.mulai sekarang gerakan reformasi itu menjadi suatu partai politik, yang
terseret masuk kedalam pertikaian golongan bangsawan tinggi untuk merebut kekuasaan
diperancis. Keluarga De  Guise memimpin partai bangsawan katolik roma. Perjuangan
partai itu menjadi mungkin karena kelemahan pemerintah pusat sesudah tahun 1559
dibawah pimpinan raja yang muda, karel IX. Ibu suri Catharina de medicis, seorang yang
cerdik dan yang kepada katolik roma fanatic,amat berpengaruh di istana.

Kaum injili diperancis hanya dapat luput dari penghambatan dengan mengangkat senjata
untuk merebut pimpinan politik. Pada tahun1562 mulai perang Hugenot, yang
berlangsung dengan terputus sampai tahun 1598. Pada tahun 1570 orang hugenot agak
mendapat kebebasan bahkan pada tahun1571 mereka sudah mempunyai pengaruh besar
di istana raja oleh karena de Coligny. Lantas catharina de medicis, yang mulai kuatir
tentang pengaruhnya sendiri bermupakat dengan golongan bangsawan K.R untuk
mematikan gerakan hugenot dengan sekaligus di bulan agustus 1572 dirayakanlah pesta
perkawinan adik raja puteri margareta dengan putera hendrik dari Navarra Bourbon,
seorang hugenot. Banyak orang bangsawan hugenot diundang keperancis untuk
menghadiri pesta yang amat ramai itu. pada “malam bartolomeus” (24 agustus), de guise
dengan pengiringnya menyerbu kaum hugenot, atas desakan catharina. Beribu orang
protestan, di antaranya de Coligny dibunuh pada “perkawinan darah” itu, dan sesudah itu
lagi berlaksa-laksa orang diseluruh perancis, desertai pembakaran dan perampas. Inilah
suatu peristiwa yang paling keji dalam sejarah kontra reformasi, yang menimbulkan
ratapan dan tangisan disegala negeri protestan, tetapi diroma dan Madrid pembunuhan
raksasa itu amat dipuji dan dirayakan dengan keramaian besar paus menyampaikan
hormat dan syukurnya kepada pembunuh itu.

Pada waktu berikutnya kedudukan golongan hugenot amat sukar, teristimewa oleh
hasutan dan tipudaya rahasia orang Yesuit. Akan tetapi pada tahun 1589 nasibnya yang
malang  itu berubah, karena hendrikdari Navarra, yang luput dari “malam bartolomeus”
dan yang menjadi penganjur partai hugenot, naik tathta perancis selaku hendrik IV. Ia
memungkiri agamanya pada tahun 1593 dengan masuk katolik roma lagi supaya ia diakui
raja oleh kota paris, yang tidak mau membuka pintunya untuk seorang raja prostestan.
Tetapi pemerintahannya membawa untung dan berkat juga bagi kaum Calvinis. Hendrik
menghentikan segala pertumbuhan darah penganiayaan bahkan pada tahun 1598 ia
mengeluarkan edik nantes, yang menginzikan orang protestan hidup dan bergerak dengan
bebas pada tempat kediamannya sertai mengakui mereka adalag warganegara yang
mempunyai hak dan pengadilan sendiri. demikianlah kaum Calvinis perancis tinggal
hidup di antara rakyat K.R dan dibawah pemerintahan K.R. sebagai segolongan
prostestan kecil, yang seakan-akan merupakan negaranya sendiri di dalam Negara besar.
Mereka Cuma sepersepuluh bagian dari rakyat di antaranya adalah orang terpelajar,
bangsawan atau tukang yang pandai maka pengaruhnya besar juga di dalam masyarakat
perancis.

4.      Timbulnya gereja Anglikan. Di inggeris pembaruan gereja berlaku dengan jalan yang
berlainan sekali. Walaupun sisa-sisa pengaruh Wilclif dan aliran humanities yang kuat
adalah merupakan jabatan kepada pemberitaan Luther, semua bangsa inggeris yang
konservatif itu tidak gampang menerima reformasi, kebanyakkan orang bersikap sebagai
Erasmus terhadap Luther. Pada masa itu Inggeris diperintah oleh raja Hendrik VIII
(1509-1547) yang ingin memutuskan nikahnya dengan catharina dari aragon, supaya boleh
kawin dengan seorang wanita di istananya. Yakni Anna Boleyn. Tatkala paus tak mau
mengizinkan perceraian itu, raja mengambil keputusan untuk memisahkan gereja Inggeris
dari gereja roma. Gereja Inggeris sudah lama mempunyai ikatan yang erat dengan
pemerintah Negara, sekarang raja sendiri yang menjadi kepala gereja. Mulai waktu itu
paus tidak berkuasa lagi atas gereja Inggeris ia hanya diakui selaku uskup roma saja.
Segala perlawanan di inggeris terhadap tindakan Hendrik VIII itu itu ditindas dengan
kekerasan oleh raja. Perkawinannya sekarang diputuskan, biara dibubarkan dan sejak
milik biara yang banyak itu disita oleh Negara. Demikianlah terbentuknya gereja Negara
anglikan pada tahun 1531 dan yang berikut.

5.      Pertikaian tentang roh gereja anglikan. Siapa yang menyanggah pemerintahan paus,


sudah tentu merapati golongan protestan. Akan tetapi hendrik VIII sungguh tak mau
menapak (mengikutu jejak) luther. Maklumlah bahwa ia sendiri sudah pernah menyerang
theologia Luther dengan membela ketujuh sakramen gereja katolik roma segala ajaran
dan adat gereja katolik dipertahankannya dengan tangan besi.sampai dikenakannya
hukuman mati kepada tiap orang yang hendak membarui gereja lahir barin menurut
contoh Luther pada khotbah bertambah besar.

Dibawa pemerintahan putera hendrik, eduard VI (1547-1553) partai injili mendapat


kemenangan. Misa diganti dengan perayaan perjamuan kudus, sama seperti gereja
Lutheran. Pada tahun 1549 parlemen menerima dan mengesahkan kitab tatacara
kebaktian yang disebut “Book of common prayer” (kitab doa umum). Kitab itu dikarang
dalam bahasa inggeris dan dipakai sekarang, baik dalam kebaktian umum, maupun dalam
kumpulan kekeluargaan. Pada masa itu jaga bnyak orang protestan lari mencari
perlindungan ke inggeris karena dihambat dalam negerinya sendiri, misalnyadari jerman
(antara lain Butzer dari Strasburg) berhubung dengan interim dan dari belanda. Dengan
perantaraan orang pelarian itu maka calvin mulai mempengaruhi kaum protestan di
inggeris, pengaruh mana masih  dikuatkan oleh korespondensi calvin dengan raja dan
pembesar pemerintah inggeris. Sebagai hasil hubungan dengan jenewa itu maka pada
tahun 1552 sisi K.R . dikeluarkan dari kitab doa tadi. Dan terbitlah suatu pengakuan iman
yaitu 42 pasal yang sifatnya campuran Lutheran calvin.

Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Sesudah eduard diangkat pada tahun 1553 (ia
baru berumur 16 tahun) takhta inggeris jatuh kepada maria tudor yang bergelar “maria
penumpah darah”. Maria ini adalah puteri tunggal hendrik VIII dari pernikahannya
dengan Catharina karena pembuangan ibunya sejak kecilnya sudah banyak menderita
sekarang maria mulai membalas segala sengsara dan penghinaan itu dengan membalikkan
gereja inggeris kebawah kekuasaan paus maria  kawin dengan raja Philips II dari spanyol
banyak pemuka reformasi di inggeris dibakar hidup dan banyak pula yang lain terpaksa
lari. Rakyat amat membenci tindakan ratunya yang bengis itu. untunglah pada tahun 1558
maria, menumpah darah itu mangkat dalam kemandulannya.

Penggantinya ialah Elisabeth (1558-1603) , puteri hendrik dan anna Boleyn. Tidak
mengherankan bahwa Elisabeth cenderung kepada pihak reformasi. Kitab doa umum
diizinkannya pula, dan kuasa raja atas gereja ditetapkannya hanyalah kuasa itu tidajk
mengenal ajaran gereja. Sekarang banyak orang K.R lari ke luar negeri dan banyak orang
pelarian injili kembali ke inggeris. Lambat laun gereja anglikan berkembang menjadi
suatu gereja protestan. Pada tahun 1563 disahkanlah “39 pasal” yang bersemangat calvinis
itu menjadi surat pengakuan resmi gereja anglikan sampai kini. Akan tetapi ucapan dan
organisasi lahiriah gereja tidak dibaharui. Sehinnga terjadi pertentangan antara ajaran
gereja dengan bentuk lahiriahnya sebenarnya gereja anglikan tidak hidup dengan
pengakuannya melainkan dari kitab doa umumnya. Dan hal itu berate bahwa ia melayang-
layang di antara gereja reformasi dan gereja katolik.

6.      Reformasi di skotlandia. Pada abad ke XVI skotlandia masih merupakan kerajaan


yang berdiri sendiri. sejak tahun1527 reformasi telah berpengaruh juga disana terkadang
mengalirlah darah orang injili yang mati syahid karena soal “pembenaran oleh iman saja”.
Mulai tahun 1550 semangat calvin menguasai hati rakyat dan kaum bangsawan seraya
menggembirakan mereka untuk berjuang dengan berani bagi pembaharuan gereja jemaat
injili diorganisasi menurut contoh jenewa. Golongan bangsawan menuntut, supaya
pemerintah sendiri melayani dan memajukan reformasi.

Jiwa gerakan itu ialah John Knox, seorang pemimpin yang perwira perkasa, lagi bertabiat
dan bersikap nabi seperti elia atau yohanes pembatis. Ia didik oleh calvin sendiri dijenew
dan kesadaran theokratis calvin sudah memuncak didalam diri dan pekerjaannya. Gereja
dan rakyat harus takluk tanpa bersyarat kebawah taurat Allah. Rakyat skotlandia harus
menjadi Israel kedua penyembahan kepada baal didalam misa perlu dibasmi dan izebel
patut dilawan. Oleh karena itu Knox tidak berkeberatan menurutkan raja tahtanya atau
membunuh raja lalim jikalau ia merasa bahwa kehormatan tuhan menuntut demikian.
Dibawah pimpinannya kaum bangsawan injili merebut kekuasaan di skotlandia. Patung
dipecahkan digedung gereja, perang saudara berkobar. Pada tahun 1560, parlemen
mengesahkan pengakuan iman calvinis sejati, yang terutama dikarang oleh Knox (cinfessio
scotica). Sekarang pembaharuan segenap gereja dan masyarakat dilangsungkan.
Skotlandia menjadi contoh sebuah Negara Calvinis tulen, theokrasi jenewa ditirunya dan
diwujudkan secara besar-besaran.

            Akan tetapi tahun 1561 menjadi saat baik bagi reformasi di skotlandia, berhubung
dengan pulanya ratu muda, mari stuart, dari perancis. Sedari umur 6 tahun, maria diddik
diparis sebagai seorang puteri katolik roma setelah mangkat suaminya. Raja frans II ia
balik ketanah airnya. Agama K.R dan suasana istana perancis yang duniawi itu,
dibawanya serta, maria terus menuju kepada pengembalian seluruh negeri kepada gereja
roma. Mustahil kedua uknum yang sangat berbeda itu dapat berdamai nabi elia John
Knox dengan khotbah tobatnya dan izebel maria dengan agama baalnya dan
percabulannya. Dalam tahun berikutnya terjadilah rupa pertikaian dan  pembunuhan.
Dengan setahu maria, suaminya yang kedua, Darnley, dibunuh di Edinburg beberapa
minggu kemudian saja, maria kawin dengan pembunuh Bothwell itu. akhirnya maria
terpaksa menyerahkan kekuasaannya kepada anaknya, jakobus, yang baru berusia satu
tahun saja (1567). Karena takut amarah dan pemberontakan rakyat maka maria lari
kepada keponakannya, Elisabeth, ratu inggeris, tetapi pada tahun 1568 ia dipenjarakan
oleh Elisabeth.

7.      Inggeris dan kontra reformasi. Sudah barang tentu ada sebabnya mengapa Elisabeth
bertindak demikian, karena hak maria stuart atas takhta inggeris sama besar dengan hak
Elisabeth. Apa bila paus menetukan maria jadi raj inggeris, sebab Elisabeth lahir dari
nikah yang tidak sah. Dengan itu maria stuart menjadi harapan dan titik tumpu aksi
kontra reformasi di inggeris. Pihak K.R yang dipimpin dan didesak oleh paus dan Philips
II dari spanyol mencoba beberapa kali untuk membunuh Elisabeth , tetpi maksud jahat itu
selalu gagal dan hanya menyebabkan rakyat memihak lebih lagi kepada ratunya dan
kepada reformasi di inggeris. Di sini juga orang yesuit menghasut dan berikhtiar dengan
tipu muslihatnya yang rahasia akan tetapi segala daya mereka tidak berhasil.

Pada tahun 1587 usaha roma menjatuhkan Elisabeth memuncak dengan ajakan sokongan
katolik roma di luar negeri bermupakatlah pula segerombongan orang roma untuk
mebunuh Elisabeth, supaya maria stuart boleh dinaikkan menjadi raja. Tatkala mupakat
jahat itu terbuka, Elisabeth menyuruh maria di hukum mati di pacung. Kematian maria
yang ngeri itu tentulah amat mendukakan hati Elisabeth tetapi jalan lain tak ada lagi I
terpaksa membela diri. Philips II dalam amarahnya mau membalas dendam. Untuk
menghukum inggeris dan sebagai usaha yang terbesar dan terakhir dari kuasa romawi
spanyol untuk merebut kuasa atas seluruh dunia bagi keluarga habsburg, maka pada
tahun 1588 raja Philips melengkapi dan mengirim “armada yang tak terkalahkan”. Yakni
130 buah kapal yang lurus mendaratkan tentara  spanyol yang besar di inggeris. Tetapi
oleh serangan angkatan laut inggeris dan oleh karena ditimpa tofan yang hebat maka
armada itu kucar-kucir dan hampir binasa sama sekali. Sejak itu kuasa kontra reformasi
di eropa barat laut telah patah.

8.      Wujud gereja Anglikan. Gereja Negara inggeris yang timbul dari pergolakan itu,
adalah suatu ciptaan Negara yang bersifat dua. Misa dan pemerintah paus sudah
dihentikan. Ajaran gereja anglikan tentang pembenaran oleh iman dan pokok perselisihan
dogmatic yang lain, memang sesuai dengan injil tetaapi upacara yang lama dan susunan
episkopal tetap dipertahankan dan dilanjutkan. Malahan pewarisan jabatan rasuli pun
diakui dan dijunjung oleh gereja inggeris, kendatipun tidak diakui sah oleh paus. Orang
Calvinis sejati, yang digelar puritan, makin lama makin hebat melawan campuran
protestan katolik itu. nanti kita akan lihat bahwa pada abad ke XVII calvinisme inggeris
memisahkan dirinya dari gereja resmi sesudah menderita banyak sengsara. Sampai kini
ada dua haluan dalam gereja anglikan yakni satu cenderung ke roma. Yang lain menuju ke
jenewa tetapi berkat kesadaran persatuan kebangsaan yang kuat di inggeris maka gereja
anglikan selamanya dapat digabungkan kedua aliran yang bertentangan itu.
9.      Kontra reformasi di jerman. Maklumlah bahwa dinegeri jerman telah tercapai
perdamaian agama di augsburn pada tahun 1555, yaitu sebelum kontra reformasi katolik
roma sempat memulai pekerjaannya disana. Aksi roma yang kuat semenjak 1560
menimbulkan ketegangan baru dan akhirnya mengakibatkan suatu perang yang lama
yang baru berakhir pada tahun1648. Kendati segala pembatasan oleh perdamaian ausburg
namun reformasi maju banyak lagi juga sejak tahun 1555 teristimewa didaerah
kepunyaab keluarga habsburg terlebih diaustria kira pada tahun 1570 tujuan persepuluh
bagian penduduk jerman adalah injili.

10.  Perang 30 tahun. Akhirnya tindakan raja kontra reformasi tidak bertahan lagi


sehingga pecah perang. Pada tahun 1618 orang behomia yang injili memberontak melawan
tuan tanahnya, yakni kaisar Austria dari keluarga habsburg. Pemeberontakan itu segera
ditindas dan juga negeri palst yang menjadi sekutu bohemia ditaklukan sekarang tentara
kaisar membanjiri seluruh jerman tengah dan mengancam jerman utara. Negeri Denmark
yang turut menyerang pasukan K.R itu supaya jangan jatuh dalam tangan habsburg,
terpaksa mundur telah menderita kekalahan pada tahun 1629. Hampir segenap jerman
utara sedah dalam kuasa tentara kaisar Austria yang dikepalai oleh panglima Tilly dan
Wallenstein. Gereja roma menang dimana dan bersiap untuk membasmi pembaruan sama
sekali. Akhrinya pada pandangan yang ketiga dan kedua abad ke XVI dan bagian pertama
abad ke XVII adalah zaman peperangan agama. barangkali kita membenci perang yang
demikian karena tak berpadanan dengan roh injili dan bertentangan dengan tuntutan
toleransi (kesabaran). Tetapi baiklah kita bertanya kepada diri kita apakah yang lebih
baik mengadakan perang untuk menambah kuasa dan milik duniawi sebagaimana perang
zaman mutakhir ataukah berperang guna kebebasan kebenaran ilahi. Hal ini hanya boleh
diakui sah dan perlu bilamana antara lain kebenaran dan kebebasan agama
diperjuangkan oleh peperangan itu.

BAB 41

PEMBARUAN GEREJA DI BELANDA

1.      keadaan politik. Di bawah pemerintahan kaisar Karel V propinsi – propinsi Belanda


digabungkan dan dihubungkan dengan Spanyol dan negeri-negeri Habsburg yang lain.
Karel mencita-citakan kesatuan diseluruh daerahnya; oleh karena itu menyuruh
membentuk suatu pemerintah pusat bagi propinsi-propinsi Belanda, yang ditempat di
Brussel. Tak dapat tidak tatanegara yang baru itu segera bertubrukan dengan
kemerdekaan dan hak-hak lam propinsi-propinsi dan kota-kota Belanda. Pemerintah –
perintahan Belanda sudah kehilangan kuasa dan pengaruhnya dalam pimpinan politik dan
masyarakat di negeri sendiri. Rakyatpun sangat tidak setuju. Umumnya bangsa Belanda
takut kalau – kalau kemerdekaannya nanti sama sekali hilang.

2.      Permulaan Reformasi. Pada masa itu Reformasi masuk ke negeri Belanda. Atas
pengaruh Erasmus, semangat humanisme sudah kuat diantara kaum terpelajar di
Belanda, serta kesalehan jemaat telah banyak dibaharui oleh cita-cita dan pekerjaan Geert
Groote dengan saudara-saudara yang Hidup Rukun (bab 31,3). Oleh karena itu, waktu
Pembaruan (Reformasi) Gereja oleh Luther mulai dikenal di Belanda, kebanyakan orang
merasa bahwa cita-cita dan maksud gerekan itu tak banyak bedanya dengan apa yang
sudah diperaktekan oleh mereka sendiri. Mula – mula ajaran baru Reformasi itu kurang
mengutamakan khotbah tentang pembenaran oleh iman saja, tetapi lebih banyak
membahas segala keburukan Gereja Roma dengan memberi tekanan kepada kesalahan
perseorangan yang praktis dan suatu ajaran yang menganggap Perjamuan Kudus selaku
lambang semata-mata. Kita telah melihat bahwa Cornelis Hoen, seorang humanis dari
Deghaag. Dengan demikian umumnya boleh kita katakan, bahwa agama Protestan
Belanda mendapat capnya, baik dari Calvin maupun dari Erasmus; pertentangan itu
kerap kali nyata dalam sejarah Gereja Belanda pada abad – abad.

Segala tindakan pemerintah untuk  membasmi pengaruh Reformasi makin bertambah


hebat sehingga banyak pemimpin yang dipenjarakan dan dihukum.  Pada masa itu juga
Belanda dibanjiri oleh gerakan Anabaptis dari Jerman Barat, yang menyeret banyak
orang sederhana. Teristimewa orang miskin suka sekali mempercayai datangnya
Yerusalem Baru.

3.   Penghambatan Baru. Sejak tahun tahun 1540, maklumat-maklumat/ plakat


pemerintah melawan kaum Injil makin keras, dan semenjak tahun 1550 inkwisisi Spanyol,
yang sangat ditakuti dan dibenci itu, mulai dijalankan di Belanda. Segala pergerakan yang
penyesat menurut Gereja K.R. disamaratakan saja. Menurut dugaan orang, di bawah
pemerintahan Karel V ada sepuluh ribu orang Injili yang dibunuh di Belanda. Kesaksian
yang indah, yang sangat memilukan hati, tentang keberanian iman dan sengsara syahid-
syahid itu, terdapat dalam kitab-kitab Syahid yang diterbitkan pada masa itu. Kendatipun
segala penghambatan yang kejam itu, malahan justru oleh tindakan tersebut, Gereja Injili
bertambah-tambah kuat dan besar, menurut hukum lama: darah syahid itu bibit Gereja!
Tetapi perkembangan Gereja itu mula-mula terjadi diluar negeri, karena banyak orang
Injili terpaksa lari ke Jerman dan Inggris. Pada tahun 1555 kaisar Karel V meletakan
jabatanya dan masuk biara. Ia diganti oleh anaknya, Philips II, seorang raja yang tak
kurang fanatik agama Katolik Roma daripada bapanya, tetapi kurang cakap dan
bijaksana. Pada tahun 1559 ia mendirikan organisasi bagi gereja di Belanda, supaya ia
bisa memakai Gereja lebih baik sebagai alatnya. Orang Roma sendiri pun besungut-sungut
karena campur tangan tangan raja Spanyol itu dalam perkara-perkara Belanda. Dengan
demikian lahirlah oposisi yang kuat yang terdiri dari rupa-rupa golongan kaum
bangsawan, orang kota dan sudah tertentu juga kaum Injili.

4.   Calvinisme di Belanda. Keadaan di Belanda bertambah-tambah genting. Tetapi yang


menyebabkan meletusnya pemberontakan terhadap Spanyol ialah Calvinisme. Ajaran dan
semangat Calvinis yang datang dari selatan itu mulai meresap ke Belanda sejak tahun
1550; tidak beberapa lama kemudian semangat Calvinisme sudah menang atas Erasmus.
Untuk membuktikan bahwa ajaran dan cita-cita Calvinis berbeda jauh dengan Anabaptis,
ia mengarang suatu karangan pembelaan pada tahun 1561 yang terdiri dari 37 pasal.

Seorang pemimpin calvinis yang lain yang lain, ialah Petrus Dathenus, yang mengempalai
jemaat pelarian Frankenthal (Palts). Pada tahun 1563 dua ahli theologi di negeri Parls,
yang bernama Caspar Olevianus, seorang murid Calvin, dan Zacharias Ursinus,
mengarang kitab pengajaran agama Calvinis yang masyhur : kateksimus Heidelberg.

Akhirnya suatu bentrokan yang hebat antara kaum Injil dengan pemeritahan spanyol tak
dapat dicegah lagi. Tahun 1566 menjadi tahun yang penting sekali bagi Reformasi di
Belanda. Bagi pemerintah sekarang suatu dan kehendak rakyat sudah menjadi terang,
tetapi Margareta sekali-kali tak mau mundur. Dititahkannya rupa-rupa tindakan yang
lebih keras lagi, tetapi raja Philips merasa perlu menganti dia dengan seorang wakil yang
lebih kuat.

5.   Wilem dari Oranje dan pembrontakan Belanda. Salah seorang yang terpaksa lari dari
Belanda, ialah pengeran Willem dari Oranje. Ia lahir pada ia dididik di Belanda-Selatan di
istana Brussel. Karel V sangat menghormati putra muda itu dan kemudian Philips II
mengangkat Willem menjadi wali negeri untuk tiga propinsi Belanda-Utara yang
terpenting, yakni Holland, Zeeland dan Utrecht. Ia mulai sadar bahwa Tuhan
memanggilnya untuk merebut kemerdekaan bagi rakyat Belanda yang sangat ditindas itu,
dengan mengangkat senjata. Sayang, oleh karena kekurangan uang dan karena rakyat
Belanda sendiri belum cukup berani membantunya, ia harus mundur pula.

Tetapi walaupun demikian, semangat perlawanan dan perjuangan yang sudah lahir dalam
batinnya, tidak terpadamkan lagi dengan tak berkeputusan ia mencari jalan untuk
mencapai maksudnya : demikian ia mendapat hubungan rapat dengan pemimpin-
pemimpin Calvanis diluar negeri.

Kepercayaan kaum Calvinis kepada Tuhan tidak sia-sia. Pada Tahun 1572 tentara
Watergeus sekoyong-koyongnya merebut dan menduduki kota Den Briel dari sebelah laut.
Itu merupakan suatu isyarat bagi banyak kota Belanda utara untuk membuang kuk
Spanyol dan mengaku pangeran Willeam selaku standhouder. Selaku tanda
pengehormatan terhadap keberanian penduduk itu pageran Willeam menghadiahkan
kepada Leiden sekolah tinggi pertama di Belanda –utara pada tahun 1575, terutama
dengan maksud supaya universitas itu boleh melatih pendeta-pendeta yang baik untuk
Gereja Hervormd di Belanda. Akhirnya, pada tahun 1578, seluruh daerah Holland dan
Zeeland menjadi merdeka : lama kelemaan daerah-daerah Belanda utara yang lain
menyusul.

6. Pertikaian Katolik  Roma. Pemberontak Belanda dipimpin golongan Calvinis yang kecil,


tetapi orang K.R. pun turut juga. Sebenarnya kedua golongan itu masing-masing masih
menjunjung bentuk negara secara theokratis, yang hanya mengizinkan satu agama saja.
Oleh karena itu ia tidak setuju, jika pemerintah-pemrintah Holland dan Zeeland hanya
memberi hak kebaktian kepada Gereja Hervormd saja, meskipun tidak seorang dihambat
karena imannya. Tidak heran golongan Roma menjadi kecewa, sehingga mau menarik diri
dari perjuangan bersama untuk merebut kemerdekaan.

Pada tahun 1579 terjadilah perpisahan antara propinsi-propinsi K.R. di selatan dengan
propinsi-propinsi Calvinis di utara, karena pada tahun itu walinegeri baru, hertog Parma,
anak Margareta, menerima usulan daerah-daerah selatan bahwa mereka mau tetap
berkanjang pada agama katolik Roma, jikalau Spanyol sudi mengaku kedaulatannya
secara politik. Meskipun penganut Gereja atau sekta yang lain-lain tidak dianiaya.
Demikian separuh cita-cita pageran Organje tidak tercapai.

Dari penjelasan baik golongan Katolik Roma dan Calvinis, menunjukan diri ke dalam
perlawanan terhadap Spanyol itu dengan segala tenaganya dan tidak mengenal lelah, yang
menyebabkan mereka bersemangat dan tekun memanglah terang, yakni mereka terutama
berperang untuk kebebasan agamanya. Soal iman lebih penting bagi mereka daripada
kedaulatan politik. Oleh karena Belanda-Utara mengajar suatu hal yang lebih tinggi
daripada kemerdekaan politik, yaitu pemerintahan Atas negerinya.

7. Relasi Gereja dan Negara. Masalah lama tentang relasi gereja dan negara mendapat
kesimpulan yang baru dan baik untuk seluruh Eropa, selaku hasil pemberontakan Belanda
terhadap Spanyol. Sejak Gereja Kristen merebut kemenangan di dalam masyarakat
umum, orang tidak dapat memikirkan lagi negara dan pemerintah yang netral terhadap
soal agama, karena kebenaran Tuhan mau memerintah dengan tidak terbatas atau segenap
masyarakat dan masyarakat. Dengan demikian Gereja selalu menghadapi pemerintahan-
pemerintahan dengan tuntutan theokrasi, yaitu supaya semua pembesar dunia takluk
kepada Firman Tuhan, yang diperdengarkan di bumu ini dari mulut gereja (Mzm 2:10-11).
Sebab itu tak dapat tidak pada masa pembaruan Gereja, pemerintah terpaksa pula
memilih ajaran mana yang diakuinya selaku kebenaran Allah.

Berkat perserikatan pangeran Willeam dengan kaum Calvinis, maka Belanda menjadi
negeri pertama yang menghubungkan theokrasi dan toleransi. Pada hakekatnya Gereja
Calvinis mau mempertahankan bentuk negara secara theokrasi, seperti yang dipaparkan
dalam pasal 36 Pengakuan Iman Belanda, bahwa pemerintah wajib memelihara kebaktian
kudus, untuk mencegah dan membasmi segala ibadah dan berhala dan agama palsu.

      Secara  resmi semangat resmi Calvinis pemimpin-pemimpin dapat kemenangan di


Belanda, karena Gereja Hervormdlah yang tetap dijadikan satu-satunya agama yang sah
dan resmi, tetapi keinginan dan anggapan pangeran disetujui banyak orang.

8. Organisasi Gereja Hervormd. Sekarang kita mau membicarakan lagi perkembangan


batin Gereja Calvinis di Belanda. Dasar Gereja Hervormd tidak diletakan di Belanda
sendiri, tetapi oleh jemaat-jemaat pelarian diluar negeri. Di sanalah organisasi gereja
dirundingkan dan ditetapkan pada tahun-tahun yang gelap dan sukar bagi Injil. Hal ini
membuktikan iman yang sungguh dari permukaan Calvinis Belanda itu yang tetap
percaya bahwa Tuhan akan membuka pintu untuk pengabaran Injil di Belanda. Untuk
menyatakan kesatuan imannya, anggota-anggota  sinode itu menandatangani pengakuan
iman-iman belanda . kepercayaan jemaat-jemaat pengunsian tidak diberi malu.

BAB 42
AGAMA PROTESTAN CALVINIS DI BELANDA

1. Calvinis dan Libertin. Setelah mendapat kedudukan yang tetap di Belanda, Gereja


Hevormd mulai berusaha dengan giat untuk memasukkan semangat Jenewa ke dalam
hidup rakyat. Cara-cara Roma ditinggalkan, latihan pendeta-pendeta diusahakan dengan
kuat, dan pendidikan agama diperhatikan dengan seksama.

Golongan pertama ialah pengikut Erasmus, yang sudah cenderung kepada pembaruan
Gereja, sebelum Reformasi oleh Luthern mereka sudah kurang pengaruhnya sesudah
Calvinisme berkembang dengan cepat, tetapi belum kalah. Orang humanisme itu sangat
kecewa melihat Gereja Injili, yang juga Gereja mereka, sudah mengakui kehendak yang
terikat dan kebebasan rahmat Tuhan dalam memilih manusia untuk keselamatan,
sehingga tak ada tempat lagi dalam Gereja Calvinis itu bagi pandangan-pandangan
mereka, yang humanistis dan moralitis.

Golongan kedua terdiri dari regen-regen, yaitu kepala pemerintahan propinsi dan kota.
Banyak di antara mereka kurang mempedulikan propinsi dan kota. Banyak di antara
mereka tidak memperdulikan agama, tetapi hanya turut dalam perjuangan kemerdekaan
untuk melayani kepentingan negara atau keuntungan dirinya sendiri. Para regen itu
sebaliknya bercita-cita, supaya pemerintahan tinggal bebas dari segala campuran-tangan
Gereja, dan Gereja takluk kepada kuasa negara.

2.  Pertikaian tentang pengakuan dan tatagereja. Yang menjadi juru bicara semua orang
yang menentang penandatanganan-paksa Pengakuan dan Katekismus, ialah panitera kota
Haarlem, Coornhrt (1522-1590). Ia menghendaki suatu Kekristenan rasionalistis-
moralistis (yang memuaskan akal budi dan yang menyelamatkan pekerjaan dan usaha
manusia); Yesus menjadi contoh kita yang mulia, dan kebajikan adalah tujuan kita yang
tertinggi. Prodestinasi dan terikatnya kehendak manusia disangkalnya. Orang kristen
tidak boleh selalu berbantah karena permusuhan ajaran; bukan dogma-dogma gereja,
tetapi peri hidup kita sajalah yang harus dipentingkan. Di dalam gereja hervormd banyak
pendeta dan anggota terpelajar setuju dengan Coornhert. Pendeta-pendata itu kurang
berpengaruh didalam jemaat, tetapi mereka disokong oleh regen-regen. Berulang-ulang
pemerintah-pemerintah memaksa majelis gereja memanggil pendeta-pendeta yang tidak
setuju dengan pengakuan gereja dan yang merindukan gereja negara. Pemimpin-
pemimpin Calvinis melawan haluan itu dengan keras dalam sidang-sidang gereja, dan
umumnya mereka berhasil. Mereka tak mau memaksa suara hati orang lain dan tidak
mengejar kuasa kerohanian, tetapi mereka mau memelihara kemurnian berita karunia
Tuhan yang bebas untuk orang berdosa. Jikalau semangat Coornhert dibiarkan meresap
dalam gereja, itu tak lain dari khianat gereja terhadap berita yang kudus itu.

Gereja menuju kepada organisasi yang mewujudkan asas-asas kesatuan dan pemerintahan
diri sendiri bagi gereja, tetapi pemerintah-pemerintah mencegah maksud itu. sebabnya
ialah karena adanya tujuh propinsi yang berdiri sendiri, sehingga mereka takut bahwa
satu gereja serikat yang kuat akan menjadi kuasa yang berbahaya bagi pemerintah-
pemerintah. Apalagi perintah tak mau mengakui tata gereja yang menyingkirkan segala
pengaruh negara atas perkara-perkara gereja. Oleh sebab itu tak mungkin bagi gereja
Belanda untuk menetapkan tata gerejanya. Pemerintah tertinggi, Johan van
Oldenbarneveldt, ialah yang terutama menetang cita-cita gereja. Ia menuju ke arah gereja
negara. Dengan demikian hanya terdapat sinode-sinode propinsi, yang juga tak sempat
menjalankan asas-asas theokrasi di dalam gereja. Pemerintah propinsi masih banyak
campur tangan dalam sinode-sinode itu, begitupun pemerintah-pemerintah kota dalam
pemanggilan pendeta-pendeta oleh majelis gereja. Sejak tahun 1580, perselisihan tentang
tentang pokok-pokok pengakuan dan tatagereja semakin meruncing, sehingga tak dapat
tidak harus mengakibatkan suatu bentrokan yang hebat.

4. Remonstran dan kontra-remonstran. Pertikaian itu mulai pada tahun 1603; asal-
mulanya ialh pengangkatan pendeta Jacobus Arminius menjadi guru besar theologia di
leiden, atas desakan golongan Libertin, meskipun pihak gereja melawan pengangkatan itu,
karena menyangka bahwa arminius tidak ortodoks ajarannya. Pada tahun yang berikut
sudah nyata perbedaan pikiran yang besar antara Arminius dengan teman sekerjanya,
Franciscus Gomarus, seorang Calvinis sejati, tentang pokok predestinasi.

Gomarus mengajarkan, bahwa pemilihan manusia oleh Tuhan adalah dasar iman, tetapi
kata Arminius sebaliknya; pemilihan manusia untuk keselamatan kekal adalah
berdasarkan iman manusia yang telah diketahui Tuhan sebelum manusia lahir. Kedua
orang itu sendiri tak suka berbantah, tetapi oleh karena segala pertentangan terhadap
pengakuan yang sudah terhadap di belanda dan karena kaum Calvinis takut, jangan-
jangan pandangan Arminius akan berpengaruh di dalam gereja, maka dengan segera
nama-nama Arminius dan Gomarus menjadi lambang dari dua partai yang berlawanan
itu, yaitu Libertin dan Calvinis.

Sesudah Calvin, ajaran predestinasi makin menjadi dasar dan pusat theologia Calvinis.
Sebenarnya kita tak dapat setuju dengan pendirian itu, karena pada hakekatnya pokok
dan pusat theologia perjanjian baru bukanlah takdir Allah, takdir yang tersembunyi itu,
bukanlah musyawarah Tuhan, musyawarah yang kekal, yang rahasia itu, tentang nasib
masing-masing manusia di akhirat, melainkan rahmat Tuhan yang telah dinyatakannya
dalam anakNya, Yesus Kristus. Apabila predestinasi, atas pemilihan manusia untuk
keselamatan atau untuk kebinasaan, dijadikan pokok utama theologia, tak dapat tidak
akan timbul rupa-rupa soal yang amat sukar dijawab, misalnya; bagaimana tanggung
jawab manusia?  yang menjadi pokok dosa? Sungguhkah Allah mau menyampaikan
karuniaNya kepada semua manusia? adakah gunanya mengajar orang bertobat dan
percaya kepada Tuhan Yesus? Bukankah predestinasi itu membawa manusia kepada sikap
pasif, menuruti hawa nafsu saja, hidup dengan sewenang-wenang, atau putus asa? Soal
pertengkaran yang lama muncul lagi; bebaskah kehendak manusia itu atau terikat? Baik
Arminius, baik Gomarus bergumul dengan soal-soal tadi, tetapi jawab dan kesimpulan
mereka sangat berbeda.

Arminius berpendapat demikian: apabila saya terpaksa memilih antara takdir mutlak
Tuhan Allah dan tanggung jawab manusia, sudah tentu saya memilih tanggung jawab
manusia itu. sebab itu golongan Arminius menolak predestinasi menurut anggapan
Calvinis, meskipun Arminius sendiri tetap memakai istilah predestinasi juga. Allah
menawarkan iman kepada segala manusia, tetapi dari kekal ia sudah melihat dasn
mengetahui siapa nanti menerima iman itu dan siapa yang akan menolaknya. Jadi
sebenarnya keselamatan manusia bergantung kepada keputusannya sendiri. Manusia yang
telah jatuh ke dalam dosa, tetaplah berkehendak bebas, apabila manusia menolak
anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, ia harus binasa, tetapi nasib itu adalah
kesalahannya sendiri. Sebaliknya, jikalau manusia percaya kepada Kristus dan menerima
keselamatan itu, itulah suatu usaha manusia yang patut diganjari. Tentunlah rahmat
Tuhan harus mendahului dan menyertai usaha manusia itu, tetapi tanpa kehendak
manusia sendiri, rahmat itu belum berkuasa dalam hidupnya. Dengan itu iman manusia
menjadi tambah lagi dengan pahala kematian Kristus di kayu salib. Kesimpulan ajaran ini
ialah; manusia sanggup melawan rahmat Allah; seorang yang beriman sungguh-sungguh,
mungkin juga kehilangan pula iman itu, dan tidak ada seorang Kriste  n yang
keselamatannya sudah dipastikan sebelum ajalnya.

Gomarus dengan golongannya membantah ajaran Arminius itu dengan sekuat-kuatnya;


iman itu semata-mata pemberian saja yang karuniakan Tuhan kepada tiap-tiap manusia
yang telah dipilihNya dengan bebas. Manusia sama sekali tidak sanggup mengerjakan
suatu apapun untuk memperoleh keselamatan. Rahmat Tuhan, yang memperanakkan
kembali manusia yang berdosa itu, tidak dapat dilawan. Semua orang yang sungguh-
sungguh percaya kepada Yesus Kristus, akan bertekun sampai akhir, dan keselamatan
mereka terjamin dengan pasti, kendati mereka banyak sekali masih berdosa dan sesat.

Jangan kita katakan bahwa pokok pertikaian itu kurang penting, dengan cara bagaimana
manusia diperdamaikan dengan Allah, memanglah sangat penting. Perlu sekali kita
mengetahui, siapakah yang memujudkan perdamaian itu, atau kepada siapa tergantung
keselamatan kekal manusia; kepada Allahkah atau kepada manusia sendiri? Perbedaan
pendirian kedua golongan itu adalah berdasarkan perbedaan anggapannya tentang tabiat
dan kesanggupan manusia. pengikut-pengikut Arminius, yang disebut Arminian,
memandang manusia itu sendiri secara optimistis. Walaupun manisua telah jatuh ke dalam
dosa, tetapi ia belum kehilangan nilainya dan kesanggipannya untuk berbuat baik,
sehingga manusia itu sendiri dapat dan wajib berusaha untuk memperoloh keselamatan,
bersama-sama dengan rahmat Tuhan yang membantunya. Kita lihat bahwa pandangan
tentang manusia itu sesuai dengan anggapan semi pelangian dan gereja K.R. padahal
pandangan Alkitab (Paulus), Augustinus,calvin dan Luther lain sekali, karena manusia
dipandang dalam terang kekudusan Allah.

Golongan Gomarus yang memihak pandangan ini, merasa bahwa ajaran Arminius amat
bengis karena membawa manusia kepada putus asa. Bukankah dengan ajaran itu manusia
yang berdosa disuruh bersandar kepada usaha dan kerajinannya sendiri saja untuk
merebut keselamatan, sama seperti yang diajarkan oleh gereja R.K.? menurut pandapat
kaum Calvinis sejati, seorang berdosa baru mendapat ketenangan hati dan kepastian
tentang keselamatannya, jikalau ia boleh yakin dan percaya, bahwa Tuhan saja yang
melakukan keselamatannya dan bahwa keselamatan itu berdasar teguh-teguh pada
rahmat Allah yang telah diuntukkan baginya sejak kekekalan, kendatipun segala dosa
kelemahannya. Oleh sebab itu pokok ini menjadi soal mutlak, yang mengenai hidup atau
mati manusia. jikalau benarlah ajaran Arminius itu, maka semua perjuangan
pembaharuan gereja itu percuma saja dan tak seorang pun yang mendapat keyakinan
yang pasti tentang chalatsnya (keselamatannya) yang kekal.

Arminius sudah meninggal pada tahun 1609, tetapi pertikaian itu berlangsung terus.
Pemimpin baru kaum Arminius, ialah pendeta istana pangeran Maurits yang cakap,
johannes Wtenbogaert (uc. Utenbogaart). Seperti diketahui, Maurits menggantikan
ayahnya, willem, setelah willem mati dibunuh pada tahun 1584 oleh seorang penyahat atas
hasutan raja philips II. Maurits adalah seorang panglima perang yang berkali-kali
membawa tentara belanda kepada kemenangan, sampai diadakan gencatan senjata antara
belanda dengan spanjol selama 12 tahun lamanya (1609-1621).pada tahun 1610
Wtenbogaert, beserta 40 kawannya, mempersembahkan sebuah karangan yang di sebut
“Remonstransi” kepada pemerintah propinsi Holland. Di dalam karangan itu diterangkan
pandangan-pandangan Arminian dan diakui lagi kuasa negara atas gereja. Sejak itu orang
Arminian juga disebut Remonstran. Balasan dari pihak Calvinis dikeluarkan pada tahun
1611 selaku “Kontra-remonstransi”. Karangan pendeta kota Leiden Ds Hommius, yang
sekarang menjadi kepala golongan “Kontra-remonstran”.

Golongan Remonstran lebih kecil, akan tetapi mereka disokong kuat-kuat oleh para regen
yang libertin dan yang mengidam-idamkan kuasa pemerintahan atas gereja. Teristimewa
Oldenbarneveldt, pemimpin pemerintah holland, berniat mengambil tindakan keras untuk
menunjang golongan Arminian yang kecil itu, supaya jalan itu semangat theokrasi dapat
dikalahkan. Dalam beberapa kota pecahlah huru-hara, karena Umat calvinis di sana
ditindas oleh pemerintah, meskipun mereka golongan besar. Akan tetapi pada tahun 1617
sekonyong-konyong kaum kontra-remonstran, sebab ia tidak setuju dengan politik
Oldenbarneveldt. Maurits masuk kebaktian golongan Calvinis di Den Haag dan
Wtenbogaert dipecah dari pangkatnya sebagai pendeta istana. Atas desakan Maurits,
“Staten Generaal” (pemerintah umum dari ketujuh propinsi belanda) menyetujui suatu
sinode nasional untuk membereskan perselisihan theologia dan gereja itu, tetapi “Staten”
(pemerintah propinsi) Holland dan Utrecht tetap melawan ikhtiar itu. lalu maurits
merebut kuasa dengan kekerasan. Di Utrecht ia membubarkan pasukan-pasukan sewaan
dan menggantikan anggota-anggota pemerintah yang menetang dia, dengan kawan-
kawannya yang kontra-remonstran. Karena Holland tidak mau tunduk, Maurits meminta
dan mendapat kuasa mutlak dari staten-generaal; pemimpin-pemimpin golongan regen
dipenjarakan dan kepada mereka, Oldenbarneveldt, dihukum mati dipancung pada tahun
1619 dalam usia 72 tahun, atas tuduhan khianat terhadap perserikatan belanda.
Wtenbogaert melarikan diri ke Antwerpen di Belanda selatan.

 4. Sinode Dordrecht. Sekarang sinode nasional dapat berkumpul. Pembukaan


berlangsung pada 13 Nov 1618 di Dordrecht dengan upacara yang besar. Anggota-anggota
terdiri dari utusan-utusan dari inggris, palts, Bremen, Emden, Hessen, Swis dan jenewa.
Orang Calvinis perancis tak mendapat izin dari rajanya. Demikianlah sinode Dordrecht,
yang diadakan pada tahun 1618-1619, menjadi satu-satunya sinode Calvinis oikumenis,
bersama dengan 18 “Komisaris-politik” (wakil-wakil pemerintah untuk pimpinan lahiriah)
anggota sinode berjumlah seratus orang lebih. Oleh karena pemerintah sudah tidak
mengizinkan sinode nasional sejak tahun 1586, maka pokok-pokok perundingan memang
amat banyak. Tetapi pokok utama ialah pemeriksaan, atau lebih tepat: pengadilan perkara
Remonstran. Pasal itu sudah cukup dipertebatkan bertahun-tahun lamanya dengan
karangan-karangan dan dalam pertemuan-pertemuan kedua belah pihak. Golongan
remonstran mengerti, bahwa tak ada harapan lagi bagi mereka untuk menang; sebab itu
mereka membela dirinya sekuat-kuatnya dan selama mungkin, dibawah pimpinan guru
besar Episcopius, pengganti Arminius di Leiden. Pada tanggal 14 januari 1619 ketua
bogerman mencurahkan amarahnya terhadap lawan-lawan yang keras kepala itu dalam
suatu pidato yang sangat kasar; lalu ia mengusir orang Remonstran keluar dari
persidangan sinode. Pada bulan April telah sedia “pasal-pasal ajaran Dordrecht”, yang
juga disebut “Lima pasal melawan Remonstran”. Karangan itu bersama-sama dengan
pengakuan iman belanda (Confessio Belgica) dari Guido de Bres (1561) dan katekismus
Heidelberg dari Olevianus dan Ursinus (1563), merupakan ketiga surat pengakuan resmi
Gereja hervormd belanda, yang biasa di namakan “Tiga pasal keesaan”.

Di dalam lima pasal Dordrecht” itu sinode menguraikan, bahwa keselamatan manusia
hanyalah berlaku oleh rahmat Tuhan saja. Akan tetapi tanggung jawab manusia diakuinya
juga, meskipun perhubungan antara pemilihan manusia oleh Tuhan dan tanggung jawab
manusia sendiri tidak dapat dijelaskannya dengan memuaskan. Sudah tentu bahwa siapa
yang berusaha memahami rahasia yang melewati batas penyataan Tuhan di dalam Alkitab
dan pengertian akal budi manusia, tak dapat tidak harus mengaku bahwa perubahan
kedua perkara yang rupanya bertentangan itu, susah dimengerti oleh manusia.

Dalam waktu yang singkat banyak lagi perkara yang lain diperbincangkan dan diputuskan
di Dordrecht itu. surat-surat liturgia atau tata cara kebaktian sekarang ditetapkan untuk
gereja Hervormd belanda. Pasal-pasal yang terkenal, yaitu untuk melakukan baptisan dan
perjamuan untuk meneguhkan nikah (yang terjemahannya terhadap dibelakang kitab
mazmur-tahlil Indonesia). Disadur oleh Dathenus dari liturgia jemaat-jemaat di Palts daqn
London.

Di samping itu sinode merancangkan dan menentapkan tata gereja Dordrecht. Sinode
berusaha mewujudkan cita-citanya terhadap kesatuan pemerintahan diri gereja dalam
tatagereja itu, tetapi sekarang pun maksud itu gagal karena perlawanan wakil-wakil
kebanyakan propinsi di dlam staten-generaal. Pemerintahan menolak juga tuntutan sinode
supaya gereja berhak mengawasi dan menilik pengajaran di sekolah-sekolah tinggi.

 5. Nasib orang Remonstran. Oleh sebab para pemimpin Remonstran yang telah didakwa
dan diadili di Dordrecht itu enggan berjanji untuk berdiam diri, mereka dibuang ke luar
negeri. Oleh karena perkara mereka rapat hubungannya dengan politik Oldenbarneveldt,
mereka mula-mula dihambat keras oleh pemerintah, dengan larangan berhimpun, denda-
denda penyitaan milik, pembuangan dan hukuman penjara. Golongan Remonstran yang
kecil tetapi berani itu, berpegang pada pendiriannya dan tidak mau mengaku kalah. Pada
tahun 1619 itu juga mereka membentuk “persaudaraan Remenstran” di Antwerpen, di
bawah pimpinan Wtenbogaert. Setelah Maurits wafat pada tahun 1625, dan adeknya,
pangeran Frederik Hendrik, menjadi stadhouder belanda, mereka dapat memasuki
belanda lagi dengan tidak mendapat bahaya; sejak tahun 1631 kaum Remonstran
dibiarkan oleh pemerintah, sehingga mereka dapat menyusun organisasinya. Sejarah batin
persaudaraan Remonstran itu membuktikan, bahwa syakwasangka orang kontra-
remonstran terhadap ajaran Arminian itu memang pads tempatnya, karena makin lama
makin nampaklah sifat humanistis dan semi-pelangian dalam theologia mereka.

    Hasil pertikaian-pertikaian, yang sekian lama mengharukan gereja belanda muda itu,
adalah semangat Erasmus dilenyapkan dari gereja, dan kebebasan gereja untuk mengurus
hidupnya sendiri tercapai, meskipun dalam banyak perkara lahiriah gereja masih
bergantung pada pemerintah-pemerintah. Gereja negara tidak menang di belanda, tetapi
negara Gereja, menurut maksud pasal 36 pengakuan iman belanda, seperti yang
diharapkan kaum Calvinis, pun tidak.  Tetapi pemerintah pun harus diuji, bahwa
dilapangan negara, toleransi telah dilakukannya selaku asas yang sah dan baik bagi
sikapnya terhadap segala golongan penduduk. Jadi satu hal yang sangat penting dari
perjuangan Calvinis-Remonstran ialah tercapainya keseimbangan antara cita-cita
theokrasi dan toleransi.

 6. Terjemahan baru Alkitab. Suatu keputusan sinode Dordrecht yang amat berfaedah,
yakni supaya Alkitab diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Belanda dari naskah asli, yaitu
dari bahasa ibrani dan Yunani. Sudah lama gereja belanda sangat membutuhkan suatu
perjemahan Alkitab yang baik, karena meskipun sudah terdapat beberapa terjemahan
belanda, tetapi terjemahan-terjemahan yang lama itu hanya berpokok pada Vulgata dan
terjemahan Jerman dari Luther.

Sekarang sinode Dordrecht mengangkat suatu panitia-penterjemah yang terdiri dari


beberapa ahli theologia pilihan.  Mereka itu berkumpul dan bekerja di Leiden sepuluh
tahun lamanya (1625_1635). Antara lain Bogerman turut dalam perjemahan perjanjian
Lama serta Hommius dan Waleus (Lih. 47,2) dalam perjanjian baru. mereka itu bekerja
dengan rajin dan setia, bahkan tidak berhenti juga pada waktu leider ditimpa bala samapr
yang hebat (dalam satu minggu 1500 orang meininggal). Oleh karena sokongan dan jasa
pemerintah itu terjemahan ini deisebut “Statenvertaling”. Akhirnya pada yahun 1637
Alkitab belanda itu dikelurkan; di pinggir halaman-halaman tercetak banyak keterangan
dengan huruf kecil.

 7. Sesudah Dordrcht.sampai pada masa sinode nasiaonal Calvinisme di Belanda adalah


suatu agama yang hidup, yang menggerakkan batin segala penganutnya. Tetapi seperti
biasa, sesuah waktu bersemangat itu, lamabt laun suasana gereja menjadi suam, malahan
soal percaya dan agama dianggap perkara biasa saja. Injil rahmat Allah yangbebas itu
sudah kurang dirasai sebagai suatu mujizat kasilh Tuhan yang senantiasa mengherankan
manusia berdosa, melainkan suatu keadaan yang sudah sewajarnya demikian. Panganut
gereja tentang pasal-pasal yang sukar itu, menjadi suatu taurat yang kepadanya segala
anggota gereja wajib takluk. Iman sudah kehilangan semangatnya dan berpindah dari hati
kepada akal budi, sampai menjadi pengakuan secara pikiran saja dari ajaran gereja.
Niscaya besarlah bahaya bagi gereja bahwa ia mendewakan dogmatik Calvinis yang
ortodoks itu.

Apabila ajaran meneka gereja dan iman jemaat mulai memberi tempat kepada semangat
taurat, biasanya jiwa dunia mulai menguasai segenap hidup masyh arakakat Kristen. Hal
itu pun terjadi di belanda pada “abad keemasan” itu. oleh perdagangannnya,
kemakmuran dan kekayaan belanda bertambah-tambah besar pada abad ke-XVII. Salah
satu hasil yang indah dari perkembangan itu ialah kesenian dan kesusasteraan yang
berkembang dengan indah.akan tetapi hasilnya yang kurang menyenangkan, yakni bahwa
bangsa belanda mulai hidup dengan kemewahan, kelimpahan dan juga dengan
kecongkakan.  Banyak orang yang berangkat dan yang berada, jadi teristimewa golongan
pemerintah dan saudagar-saudagar yang kaya, hanyalah mereka yang ambil bagian dalam
hidup gereja, karena itu dipandang pekara yang patut dan biasa, meskipun hati mereka
tidak turut berbakti kepada Tuhan.

Sudah tentu masih dapat juga pemimpin-pemimpin Calvinis cap dulu, Umpamanya
Gisbertus Voetius (1589-1676), guru besar di Utrecht, yang boleh dianggap selaku lambang
Calvinisme belanda pada abad ke-XVII. Ia banyak berjasa bagi gereja dan rakyat oleh
keahlian dan tenaganya, yang dipakainya untuk melayani ilmu theologia dan pelaksanaan
penggembalaan jemaat. Maka timbullah tiga aliran yang, meskipun dengan jalan dan asas
yang sangat berbeda, berusaha menentang dan mencegah perkembangan suasana taurat
dan sekularisasi (jiwa duniawi) pada abad itu. yang pertama mau mematahkan sistem
dogmatik Calvinis dengan mengutamakan Alkitab;inilah reaksi biblisistis (yakni yang
berdasar pada biblia=Alkitab). Yang ke dua mau membaharui sistem Calvinis beralaskan
akal budi manusia; itulah reaksi rasionalistis. Dan yang ketiga mau melawan jiwa dunia
dengan meberi tekanan pada kelahiran kembali dan pengudusan hidup; reaksi pietistis.

 8. Reaksi Biblisistis. Seorang guru besar di Leiden yang bernama Johannes Coccejus (Uc.
Koksejus;+1669), berusaha mengembalikan gereja dan theologia kepada Firman Tuhan
saja. Ia berpaling dari ilmu dogmatik Calvinis kepada sumber iman Kristen dengan yakni
Alkitab. Dengan itu maka dasar pikiran theologianya bukan lagi predestinasi dan
musyawarah Allah dari kekekalan, melaikan sejarah kudus, yang didalamnya kehendak
Allah itu telah diwujudkan. Alkitab menceriterakan sejarah keselamatan itu selaku suatu
rentetan perjanjian-perjanjian yang diadakan Tuhan dengan umat pilihannya. Theologia
perjanjian atau theologia federal itu amat digemari dan disetujui banyak orang yang lebih
suka mendasarkan keselamatannya kepada segala perjanjian (janji) Tuhan dalam Alkitab
yang banyak itu, dari pada mengalaskannya kepada pemilihan oleh Tuhan, pemilihan yang
rahasiaitu.

Theologia Coccejus itu menang dibantah oleh Voetius dengan para murudnya. Pokok
pertikaian istimewa antara kedua golongan ini mengenai penjelasan hukum yang ke
empat, tentang hari Sabbat. Menurut Coccejus, penyuruhan itu hanya diberi kepada
banyak israel, sehingga jemaat Kristus tidak lagi terikat kepadanya. Hari minggu
perjanjian baru adalah sautu peraturan Kristen. Voetius melawan pendirian itu pada
asasnya dan terlebih-lebih oleh karena ia kuatir, jikalau jemaat menerima pandangan
Coccejus itu.

 9. Reaksi rasionalistis. Reaksi kedua ini berdasar pada seorang ahli filsafat perancis, yang
bernama Cartesius (sebenarnya Descartes), yang hidup 20 Tahun di Belanda (1629-1649).
Ia seorang anggota gereja katolik Roma, tetapi dengan filsafatnya ia menyimpang jaug
dari ajaran gereja Roma. Cartesius ialah ahli filsafat yang paling masyhur pada abad ke
XVII. Ia hanya mengaku satu realitas kenyataan yang berkuasa atas manusia, yakni
kesadaran manusia. dengan itu Cartesius mengembangkan pula asas dan pandangan kafir,
yang sudah mulai timbul lagi disebabkan oleh renaissance, yaitu bahwa manusia sendiri
adalah kaidah segala sesuatu yang ada.

Cara perpikir dirasa indah dan berguna oleh sejumlah pendeta di Belanda. Pada hebat
mereka, alangkah baiknya, jikalau dogmatik gereja dihidupkan kembali dengan dengan
mendasarkan isi penyataan Tuhan pada akal budi, bukan lagi pada Alkitab, atau
sekurang-kurangnya penyataan itu disesuaikan seapat mungkin dengan akal budi. Pokok
pertentangan itu ialah; apakah dasar Gereja? Cuma kuasa rahasia kasih Tuhanlah, yang
telah dinyatakanNya di dalam Yesus Kristus, rahasia mana tersembunyi bagi semua orang
berbudi dan berpengetahuan, ataukah kuasa hikmat manusia sendiri, yang tak lain dari
kebodohan di hadapan Tuhan? Pada abad ke-XVII asas renaissance itu masih ditolak oleh
gereja, tetapi oleh karena khotbah Gereja tentang syak dan kebodohan salib Yesus ristus
sudah kurang kuat dan dalam, kalau dibanding dengan masa Reformasi, maka lama-
kelamaan gereja mulai kalah terhadap godaan himat dunia.Cartesius menjadi bapa
pencerahan, yakni aliran rasionalistis yang merajalela di Eropa-barat pada abad ke-XVII,
yang mengakibatkan revolusi perancis dan yang memberi capnya pada suasana segenap
masyarakat kristen di barat sejak waktu itu.

 10. Reaksi pietistis. Apabila khotbah dalam kebaktian umum menjadi uraian dogmatik


yang panjang dan sukar dipahami oleh jemaat, dan iman berubah menjadi pengaminan
akal kepada suatu sistem theologia, maka alam perasaan dari iman sejati dan praktek
hidup kudus selaku anak-anak Tuhan yang telah dilahirkan kembali oleh RohNya, tentu
saja kurang diperhatikan dan dilaksanakan di dalam Gereja. Aliran Rohani baru, yang
muncul pada abad ke-XVII dan yang mengutamakan kelahiran kembali, pertobatan dan
pengudusan, disebut “Pietisme” (dari kata latin “Pietas”=kesalehan). Voetius dengan
golongan pengiringnya punmenyambut pietisme dengan girang. Seorang pemimpin
Pietisme belanda yang terkenal, ialah pendeta dan penyair, Jodocus van Lodenstein(1677)
di Utrecht, yang melakukan askese yang keras dan mengarang beberapa kidung yang
menjadi Nyanyian kebaktian gereja di kemudian hari, mislanya “Angkat hati, naikkan
suji” (Tahlil 43) dan “berbahagia yang rasanya”

Pietisme ada juga bahayanya. Tekanan pada kelahiran kembali oleh pekerjaan Roh
Kudus, gampang menimbulkan sikap pasif, dan tekanan pada pengudusan hidup,segera
mengakibatkan jiwa taurat merampas kemerdekaan Injili dari Jemaat Kristen; dengan
demikian manusia yang saleh dan kudus itu sendiri menjadi pusat hidup rohani sebagai
ganti Kristus. Akan tetapi hal ini masih kurang terdapat pada permulaan perkembangan
Pistisme, yaitu dalam abad yang ke-XVII; barulah pada abad ke-XVIII yang menjadi
zaman kejayaan pietisme, bahaya itu nampak dengan terang.

Orang pietis biasa berhimpun dalam kumpulan-kumpulan kecil, yang dinamakan


“Konventikel”, supaya di sana mereka boleh membangun imannya dalam suasana rohani
di antara saudara-saudara yang masing-masing telah beroleh banyak pengalaman dan
persekutuan dengan Tuhan.
BAB 43

GEREJA PROTESTAN DI PRANCIS DAN JERMAN SAMPAI TAHUN 1700

A.    Calvinisme perancis

1.      Penghambatan kaum Calvinis

Kendatipun segala aib dan kekurangannya, gereja dan theologia Calvinis di Belanda
berkembang dengan indah pada abad ke-XVII, sehingga Gereja Calvinis Belanda menjadi
pusat sejarah Protestantisme pada zaman itu. Sekolah-sekolah tinggi belanda amat
masyhur, sehingga dikunjungi oleh banyak mahasiswa dari luar negeri.

Akan tetapi lain sekali keadaan Gereja Calvinis di prancis pada masa itu; nasib orang
Calvinis di sana amat malang. Apakah sebabnya? Kita ingat bahwa kaum hugenot telah
mendapat kebebasan beragama dan berpolitik dari raja Hendrik Iv dengan edit Nates
pada tahun 1598. Akan tetapi pada tahun 1629 sebagain janji-janji “Edik kekal” itu
dicabut kembali oleh Louis XIII, dengan jalan melarang golongan Calvinis berorganisasi
secara politik.

Jauh lebih sukar lagi kedudukan orang hugenot sesudah Louis XIV naik takhta perancis.
Dibawah pemerintahan raja agung itu (1643-1715), negeri prancis menjadi negara yang
paling berkuasa di eropah, karena jerman dan Australia masih amat lemah dan penat
disebabkan oleh perang 30 tahun (1618-1648), begitupun spanyol  disebabkan oleh perang
80 tahun (1568-1648), sedang inggris dikacau-balaukan oleh revolusi. Louis XIV menuju
kepada kuasa mutlak (autokrasi) raja, selaku satu-satunya pemerintah dan kepala negara
(absolutism, pemerintahan raja mutlak). Katanya: “Negara ialah aku!” ia memandang
dirinya selaku wakil Allah, dan tak mau bertanggung jawab kepada rakyat, melainkan
kepada Allah saja. Menurut pendapatnya, dialah yang berkuasa dan berhak atas hidup
dan harta benda segenap rakyatnya. Raja hidup dalam kemewahan yang sangat besar
dalam istananya yang baru Versailles dekat paris, dimana iya dilayani dan dihormati
selaku setengah dewa. Louis XIV suka disebut “raja matahari”. Dilapangan agama ia
menghendaki satu gereja-negara yang beragama katolik Roma; kaum hogenot
dipandangnya orang yang merusakkan kesatuan bangsa dan agama, sehingga tidak boleh
dibiarkan lagi mempengaruhi masyarakat umum. Akibatnya ialah bahwa mereka semakin
ditindas dan dianiaya. Banyak orang hugenot meninggalkan tanah airnya serta berpindah
kebelanda, jerman dan inggris, dimana mereka disambut dengan kegirangan, karena
kepandaian dan tenaga mereka.
Pada tahun 1682 Louis XIV melarang imigrasi (perpindahan keluar negeri) itu, sebab ia
tidak mau kehilangan penduduk yang cakap dan rajin itu bukan maksudnya mengusir
mereka dari perancis, melainkan untuk menobatkan mereka! Untuk mencapai maksud itu,
ia memakai bermacam-macam jalan dan daya upaya yang buruk. Misalnya, anak-anak
kecil dirampas dari orang tuanya, lalu dididik dalam biara secara K.R. banyak orang
dibujuk untuk masuk K.R. dengan menjanjikan pangkat tinggi atau gaji besar, kalau
mereka bangsawan, dan uang supa dan rupa-rupa keuntungan, apabila mereka rakyat
biasa. Tindakan paksaan yang paling jahat ialah menumpangkan serdadu-serdadu yang
kasar dalam rumah orang hugenot.

Segala tindakan raja itu memuncak ketika edik nantes ditiadakan sama sekali pada tahun
1685. Dengan keputusan itu kebebasan beragama dilenyapkan seluruhnya diperancis.
Kendati larangan keras untuk berpindah keluar negeri, lebih dari setengah juga orang
hugenot lari, diantaranya 100.000 orang kebelanda. Hal ini sungguh merugikan industri
dan tenaga rakyat perancis. Orang hugenot, yang tinggal tetapi tak mau memungkiri
imannya, tetapi dianiaya dengan sangat begis. Banyak dibunuh atau dipakai selaku hamba
pendayung dikapal-kapal perang. Tetapi segala tindakan negara yang keji tak sanggup
mematahkan keberanian iman mereka. Walaupun dengan kesulitan besar, kaum hogenot
dapat mempertahankan dirinya ditempat-tempat yang sunyi. Mazmur 68:1 menjadi
nyanyian peperangan mereka: Hu bangkit dan mengangkat perang: musuhnya kalah, Hu
menang; cerai-beraikan dia!

B. Lutheranisme Jerman

2. pertikaian tentang pembenaran manusia.

Melanchton berpendapat bahwa ajaran Luther tentang pembenaran manusia oleh rahmat
dan iman saja, perlu ditambah sedikit. Bukan maksudnya untuk menyimpang dari
theologia luther, tetapi ia telah mengutamakan tanggung jawab manusia dan amal-amal
selaku hasil iman. Apalagi, melanchtin dengan murid-muridnya, yang disebut orang
“philips”, menurut nama kecil Melanchton, yaitu Philips, mulai cenderung kepada
pandangan perjamuan Calvin. Sebab itu timbullah suatu perselisihan yang agak hebat
antara golongan yang menamakan dirinya golongan “Lutheran-sejati” dengan golongan
philips, yang juga diberi nama sendirian orang “crypto-calvinis”, artinya Calvinis
tersembunyi.

Sejak tahun 1550, kedua partai ini sangat bertentangan. Golongan Lutheran-sejati menang
pada tahun 1577, karena pada tahun itu kebanyakan negeri Lutheran dijerman
mendatangi suatu karangan yang disebut “formula concordiae” (pasal persatuan), yang
menetapkan theologia Luther yang asli, dan menolak theologia Calvinis. Syang sekali,
dengan demikian hubungan gereja lutheran dengan gereja calvinis terputus. Sesudah itu
disusunlah sebuah “kitab concordia” yang didalamnya dikumpulkan segal surat
pengakuan yang diakui sah oleh geraja lutheran, yakni: ketiga pengakuan oikumenis dari
geraja lama (yaitu pengakuan rasuli, pengakuan nicea dan pengakuan athanasius),
pengakuan Augsburg (1530), apologia melanchton (1530), pasal-pasal smalkalden (1537),
kedua kateksimus luther dan formula concordiae.
3. Lutheran dan calvinis di jerman

Beberapa negara jerman tidak setuju dengan formula concordiae itu. di jerman barat
beberapa negara kecil berpindah kepada calvinisme, diantaranya nassau- dellenburg,
negeri asal pangeran willwm dari oranje. Negara “reformiert” yang terpenting dijerman,
ialah palts. Rajanya, frederik III yang saleh, menyuruh olevianus dari ursinus pada tahun
1563 menyusun katekismus heidelberg. Oleh karena pasal-pasal tatacara kebaktian yang
dikarang dalam jemaat pelarian orang belanda, tambahan lagi oleh karena sekolah
tingginya yang masyhur di heidelberg, maka negeri palts mempunyai arti yang sabar sekali
bagi calvinisme pada abad ke-XVI. Sudah tentu bahwa pengaruh Lutheranisme dirasakan
juga di daerah-daerah itu, tetapi jemaat-jemaat disitu ‘reformiert”, karena mereka
sungguh berusaha melangsungkan reformasi dalam gereja dan masyarakat, lebih dari
pada jemaat-jemaat lutheran dalam bagian jemaat lain.

4. ajaran dan hidup dalam gereja Lutheran

Menurut pendapat gereja lutheran itu, ajaran ortodoks sudah dirumuskan dengan
sempurna dalam formula concordiae. Alkitabnya adalah bahwa hidup rohani dalam gereja
Lutheran sudah mulai surut sekali pada abad ke-XVII, seakan-akan tubuh gereja telah
laku. Oknum dan theologia Luther serta segala rurat pengakuan Lutheran, seolah-olah
didewakan, sehingga mereka berpendirian bahwa sebenarnya orang calvinis bukan orang
kristen! Sikap yang terlampau itu biasa dinamakan “confessionalisme”, yakni rumus
pengakuan didewakan dan segala orang yang merumuskan kepercayaan dengan
perkataan-perkataan lain, dianggap hina saja.

Untunglah, disamping ajaran artodoks yang perlu diakui dengan akal budi, dan segala
karangan dogmatik yang banyak, yang tidak memuaskan hati manusia itu, terdapat juga
banyak kitab yang mau memberi sajian rohani kepada jemaat-jemaat. Teristimewa kita
sebutkan nyanyian-nyanyian gereja yang mulai berkembang lagi pada masa itu. kecuali
luther, penyair gereja lutheran yang bermasyur ialah paul gerhardt (± 1676), yang
mengarang beberapa kidung yang sampai kini dinyanyikan diseluruh dunia, umpamanya
tahlil 270, 271, 272 dan 273. Dimana hidup jemaat sudah suam dan perlu diperbaiki, maka
pemimpin-pemimpin gereja mengambil contoh dari praktek disiplin gereja-gereja
reformiert, sungguhpun theologis calvinis tetap ditolak mereka.

Sebagai reaksi terhadap ajaran ortodoks resmi, lahiriah suatu aliran mistik, yang lama-
kelamaan diterima juga oleh ahli-ahli theologia. Semenjak tahun 1650, persatuan mistik
dengan kristus (“unio mystica”) itu dipandang sebagaii suatu tingkatan baru di dalam
hidup kesalehan tiap-tiap orang kristen. Yang lebih tinggi dari pada kepercayaan yang
sederhana terhadap pembenaran orang berdosa oleh karunia tuhan. Dengan demikian
theologia lutheran yang sangat ortodoks itu sendiri sudah mulai menyimpang dari sola fide
(“oleh iman saja”).
BAB 44

GEREJA KATOLIK ROMA SEJAK TRENETE SAMPAI TAHUN 1700

1. Gereja K. R. di bawah pimpinan Spanyol. Sesudah konsili Trenete Gereja Katolik Roma


berusaha memperbaiki pelbagai keburukannya. Gereja Roma sama sekali menolak ajaran
Injilm tentang keselamatan oleh rahmat saja. Semangat Yesuit yang fanatic itu menuju
kepada pengembalian kuasa dan kemuliaan Gereja yang lama. Sampai tahun 1588, aksi itu
berpusat di Spanyol. Raja Philips II dengan para penasihatnya menganggap dirinya
pembela-pembela kepercayaan yang benar. Paus- paus pada waktu itu kurang kuat
pendiriannya, sehingga semangat baru yang berattuntutannya itu kurang berpengaruh di
Roma.  Hidup dan kegembiraan baru itu lebih Nampak dalam ordo-ordo dan kongregasi-
kongregasi dimana mereka mempergiat usahanya dilapangan sosial. Mereka
memperhatikan pendidikan pemuda, pemeliharaan orang miskin, perawatan orang sakit,
dan sebagainya. Gereja K.R tidak belajar dari reformasi, kesalehan mereka bercorak kafir
yaitu kepercayaan takhyul yang hampir sama dengan politheisme dan mistik dan
Platonisme, hal-hal ini dikembangkan oleh kaum Yesuit. Ini berkembang di Spanyol.
Dilapangan teologia, ajaran Yesuit yang berbau Pelagian, dilawan dengan keras oleh
seorang guru besar di sekolah tinggi Leuwen (Belgia) yang bernama Michael Bajus. Bajus
berbalik kepada ajaran Agustinus, tetapi sesudah Trenete, Gereja Katolik Roma tidak mau
membuka telinga lagi bagi Agustinus.

2. Gereja K. R. dibawah pimpinan Perancis. Sejak tahun 1600 Perancis makin berkuasa


dilapangan politik dan makin penting selaku benteng Gereja K. R. Di Perancis aliran
mistik yang baru sudah memasuki golongan-atasan orang awam dan membawa mereka
kepada rupa-rupa usaha sosial dengan memelihara orang miskin, orang sakit, orang
hukuman bahkan orang yang kuran diperhatikan. Yang aktif melakukannya kemudian
dijadikan orang kudus, yaitu Franciscus dari Sales dan Vincentius dari Paulo. Abad ke-
XVII terjadi tubrukan antara cita-cita kebangsaan Perancis dengan cita-cita paus di Roma
(ingatlah pertikaian Philip IV dan Bonifatius VIII). Raja Louis menghendaki satu Gereja
Nasional yang dalam perkara-perkara lahiriah dikepalai oleh raja sendiri. tahun 1682
terjadi bentrokan yang hebat antara raja dan paus. Klerus Perancis memihak kepada raja
dan kuasa dan hak paus dibatasi, baik hak konsili maupun hak kebangsaan. Sejak Trenete,
konsili tak mempunyai harapan lagi untuk merebut kembali hak-haknya, tetapi tuntutan-
tuntutan nasional makin lama diakui dalam praktek, juga sesudah klerus Perancis
kemudian menarik-kembali pengumumannya tadi.

3. Jansenisme. Ini adalah gerakan terpenting dalam Gereja Katolik Roma pada abad ke-
XVII. Cornelius Jansen seorang guru besar di Leuven yang kemudian menjadi uskup di
Yperen (Belia) berusaha mengembalikan Gereja kepada ajaran Agustinus dan kepada
kesalehan Kristen sejati dalam abad-abad permulaan. Sesudah meninggalnya pada tahun
1638, terbitlah kitabnya yang beralamat “Augustinus”. Seruan Jansen diterima diseluruh
Perancis oleh seluruh orang yang jenuh dengan ajaran Yesuit. Biara wanita Cisterciens
Port Royal menjadi gerakan Jansenisme untuk mempelajari kitab-kitab Augustinus dan
yang memerangi kesusilaan dan praktek pengakuan dosa kaum Yesuit yang tohor itu
dengan keras. Tetapi atas anjuran ordo Yesuit dan raja Perancis, paus melarang
Jansenisme dengan resmi pada tahun 1653. Sejak itu orang Jansenis di Perancis terpaka
menaklukkan diri dengan rasa lahiriah kepda kuasa paus, Yesuit dan raja.

4. Pascal. Orang Jensenis yang termasyur, yang juga menjadi salah seoran penganjur
agama Kristen yang terbesar ialah Blaise Pascal (1623-1662).  Ia meninggal pada usia 39
tahun, dimana waktu itu ditemukan di kelim bajunya sepucuk surat kenangan tentang
pertobatannya, didalamnya ia mengucap syukur kepada Allah karena keselamatan yang
diperolehnya didalam Yesus Kristus. Sejak umur 18 tahun Pascal setiap hari menderita
penyakit yang amat hebat. Dalam dirinya ia menghubungkan suatu kecakapan yang luar
biasa besarnya . didalam kitabnya yang berjudul “Surat-surat kepada seorang sahabat di
propinsi” (1656), didalamnya ia membuka kebusukan dan ketohoran aliran Yesuit dengan
olok-olokan yang amat tajam. Yang lebih pentin ialah “buah-buah renungan” Pascal yang
menjadi bahan-bahan Pascal berusaha menguraikan relasi antara pernyataan Tuhan
dengan hidup batin manusia. Disitu terlihat ia bersandar pada pernyataan Tuhan yang
hanya dapat diterima manusia dengan Alkitab saja. Bial manusia sudah lelah dan putus
asa, maka iman saja yang dapat memberi keselamatan kepadanya. Sejak abad ke- Pascal
mulai besar pengaruhnya, tetapi bukan di dalam Gereja Katolik Roma, melainkan dalam
teologi Protestan.

5. Gereja K. R. dibawah pimpinan Yesuit. Penghabisan abad ke-XVII, Jansenisme dan


biara Port Royal dimusnahkan atas perintah raja pada tahun 1710. Pengaruh ordo Yesuit
pun menjadi nyata dilapangan kesalehan perseorangan. Yesuit menentang segala jenis
kesalehan yang mendalam oleh karena itu mereka menyerang mistik quietistis. Mereka
memaksa paus untuk menolak mistik itu. dengan demikian semenjak 1700 jemaat K.R di
Perancis hanya dapat menganut takhayul Yesuit atau tidak mempercayai apa-apa lagi.
Kaum Yesuit melemahkan Protestanisme dan segala bentuk kesalehan lainnya. Kaum
Yesuit telah mengejar kemuliaan Gereja Katolik Roma dengan segala daya-upaya, tetapi
hidup rohani Gereja mereka matikan.

BAB 45

INGGRIS PASA ABAD KE-XVII


1. Puritanisme dan absolutisme. Pada masa pemerintahan Elisabeth, Gereja Anglikan
memperlihatkan perbedaan yang besar antara bentuknya yang lahiriah yang meneruskan
susunan episkopal serta banyak upacara dan kebiasaan laindari zaman sebelum reformasi,
dengan teologianya yang sudah bersifat Calvinis. Golongan Calvinis yang besar itu menuju
ke arah penyingkiran segala perkara yang masih berbau Roma. Mereka disebut “puritan”.
Orang puritan menjatuhkan diri dari segala kemewahan dan kesenangan dunia, mereka
tiap-tiap hari memeriksa hatinya dan kelakuannya di hadapan Tuhan, mereka
menguduskan hari sabat dengan sungguh-sungguh dan sebagainya. Golongan puritan ini
juga disebut sebagai presbiterian, karena mereka melawan pemerintahan Gereja oleh
uskup-uskup, sambil menuntut supaya Gereja dipimpin oleh penatua-penatua (presbiter-
presbiter), seperti di Jenewa.

Di bawah pemerintahan Karel, lahirlah apa yang dikemudian hari disebut “aliran Gereja
Tinggi”, aliran itu mau menerapkan dan memajukan bentuk-bentuk K.R, pemerintahan
Gereja secara episkopal, kurban missa, bermacam-macam upacara Roma, pewarisan
jabatan rasul, dan sebagainya. Teologianya merupakan campuran ajaran Remonstran dan
Katolik Roma.

2. Revolusi. Akhirnya tindakan Karel I itu mengakibatkan pemberontakan. Revolusi itu


mulai dengan bangkitnya kaum Puritan di Skotlandia. Untuk berperang dengan mereka,
Karek memerlukan uang dan oleh sebab itu ia terpaksa memanggil parlemen bersidang
lagi pada 1640, sudah sebelas tahun lamanya parlemen tidak berkumpul. Akan tetapi
parlemen terus menyerang politik raja dengan hebat, mereka tidak menerima lagi
pemerintahan mutlak dalam negara dan Gereja. Akibatnya pada 1642 pecah perang
saudara di Inggris antara parlemen dan raja. Sekarang parlemen mengurus supaya
diadakan suatu sinode Puritan-Presbiterian. “sinode Westminster” merencanakan suatu
pembaruan Gereja Inggris secara Puritan, atas permintaan parlemen (1646). Selaku hasil
pekerjaannya, sinode mengeluarkan katekismus, liturgia, dan pengakuan yang disebut
“pengakuan Westminster”. Pengakuan Calvinis di kemudian hari tetap dipakai oleh
Gereja-gereja Presbiterian di Inggris, Skotlandia dan Amerika. Padahal semenjak
restaurasi keluarga Stuart, pengakuan 39 pasal dari Elisabeth (1563) diakui lagi sebagai
pengakuan resmi Gereja Anglikan, sampai kini.

3. Golongan Independen. Timbullah gerakan agama baru yang berarti besar bagi


perkembangan politik Inggris yakni gerakan kaum “Independen”. Mereka menggunakan
teologia Calvinis, tetapi dalam organisasi Gereja, mereka berdasar pada kedaulatan
mutlak tiap-tiap jemaat. Orang Independen mau berdiri sendiri dalam segala-galanya,
bebas dari negara, bebas dari uskup-uskup dan bebas juga dari badan-badan Gereja yang
lebih tinggi dari sinode, bebas dari pengakuan-pengakuan yang resmi dan sebagainya.
Penganut-penganut Independentisme ini disebut juga dengan “Kangregasionalis” karena
mereka mengutamakan hak masing-masing jemaat.

4. Oliver Cromwell, ialah Seorang Independen menjadi panglima tentara parlemen.


Cromwell merasa dirinya terpanggil oleh Tuhan untuk melepaskan bangsa Inggris dari
perhambaan oleh raja. Sambil menyanyi mazmur-mazmur mereka menyerbu ke dalam
pertempuran dengan keyakinan yang pasti, bahwa mereka akan menang karena Tuhan
sendiri beserta dengan mereka.

Setelah kekalahan Karel I, berkuasalah Cromwell di Inggris, segala anggota parlemen


dipecatnya dan anggota yang masih ketinggalan, dipaksanya supaya menghukum Karel
mati dibunuh sebagai seorang penghianat terhadap negara, pada 1649 Karel I dipacung di
halaman istana. Sejak itu parlemenlah yang memerintah dan tidak lama kemudian
parlemen hanya terdiri atas orang Independen saja. Pemerintahan Cromwell sekonyong-
konyong berakhir oleh karena kematiannya pada tahun 1658.

5. Gereja dan orang Dissenter. Akhirnya tercapailah juga penyelesaian soal Gereja,


sesudah banyak darah air mata tertumpah. Pada 1689 diumumkanlah kebebasan kata
hati yang sepenuh-penuhnya yang memberi hak kepada segala golongan yang tak dapat
setuju dengan jiwa Gereja Anglikan, untuk mendirikan organisasi Gerejanya sendiri, di
luar badan Gereja resmi.

Orang Quaker adalah segolongan orang yang mementingkan mistik individualistis, seperti
Sebastian Franck di Jerman pada abad XVI. Kaum Quaker mengutamakan “terang batin”
yang dimiliki tiap-tiap manusia dan yang olehnya mnausia belajar mengenal Allah dan hal
yang baik. Dalam perkumpulannya orang Quaker tidak membaca Alkitab dan tidak
mendengarkan khotbah, melainkan mereka berdiam saja sambil menantikan ilham Tuhan
kepadanya. Siapa yang merasa dirinya terpanggil untuk berbicara, berdirilah ia untuk
memberi nasihat kepada saudara-saudaranya. Tentulah cara ini mendatangkan bahaya
besar, yaitu bahwa Roh dicaraikan dari Firman Tuhan. Kini orang Quaker disebut dengan
“The Friends” merupakan suatu golongan Protestantisme liberal.

Aliran Independen juga terpecah-belah, oleh karena sejak 1689, golongan-golongan


Independen tak perlu lagi berjuang  bersama-sama, mereka masing-masing berorganisasi
dan menuju cita-citanya sendiri. Tentang Gereja Anglikan, mulai zaman itu hubungan
antara aliran-aliran Gereja Tinggi dan Gereja Rendah sudah kurang tegang, karena orang
Puritan telah keluar dan golongan Gereja Tinggi tidak begitu menghiraukan kembali
pertentangan antara ajaran dan liturgia di dalam Gerejanya. Teologia Gereja Inggris
kurang suka memikirkan soal-soal dogmatik, menurut tabiat Inggris, perkara-perkara
praktek yang lebih dipentingkan. Kebanyakan penduduk Inggris tetap setia kepada
Gereja-gereja Anglikan yang dianggap mereka Gereja kebangsaan dan yang disukainya
oleh karena upacara-upacaranya yang elok dan sifatnya yang praktis.

BAB 46

MISI KATOLIK ROMA DAN KOLONISASI DI AMERIKA


PADA ABAD KE-XVI  DAN XVII

1.      Misi katolik Roma. Semenjak  penemuan Amerika oleh Columbus pada tahun 1492
dan banyak pelayaran yang lain lagi, terbukalah daerah yang amat luas untuk
perkembangan agama Kristen di benua-bunua yang baru itu. daerah-dareah pekabaran
injil yang terpenting, ialah Amerika Tengah dan selatan, India, Indonesia, Jepang dan
Tiongkok. Dua negeri Eropa yang pada abad ke-XVI mengusahakan pelayaran-pelayaran,
perdagangan dan kolonisasi ialah spanyol dan Portugal. Supaya jangan kedua kuasa
Katolik Roma itu berlawanan dan bersaingan di bagian dunia yang baru  itu, maka pada
tahun 1493 di tetapkanlah batas bagi mereka oleh paus Alexander VI Borgia, segala
daerah yang di sebelah barat sasmudera Atlantik (jadi Amerika dan seterusnya), di
serahkan kepada penjajahan, perdagangan dan Misi spanyol, sedang segala benua di
sebelah timur garis perpisahan itu (afrika, india, Indonesia, Timur-jauh) di tentukan bagi
Portugal.

Pemerintah-pemerintah kedua Negara itu tentu hanya membiarkan pekerjaan pengutusan


K.R. yang biasanya kita sebut “Misi” (misi Lat=pengutusan) di daerah-daerah seberang,
bahkan misi di bantu pemerintah dalam segala-galanya. Walaupun gereja K.R. sudah
banyak di lemahkan dan terikat tangannya di Eropa oleh Reformasi, tetapi dengan tenaga
dan pengurbanan yang besar, Gereja itu menerjunkan dirinya ke dalam tugas baru yang
seakan-akan tak terhingga luas dan beratnya. Nama dari ketiga misionaris Yesuit yang
paling masyur Franciskus Xaverius, Roberto de Nobili dan Matteo Ricci.

Yang paling masyur di antara mereka ialah Xaverius, perintis misi di Timur-jauh. Biarpun
Xaverius hanya bekerja sepuluh tahun lamanya di bagian dunia ini (1542-1552), tetapi di
mana-mana ia membuka jalan bagi Misi tanpa tahu lelah, dialah yang meletakkan dasar
untuk Gereja K.R. di India, Malaka, Maluku, dan Jepang. Sebelum Xaverius meninggal
dia pernah bekerja di Indonesia tahun 1606, sebagai seorang Brahmana dan hidup sebagai
Brahmana dan menjalankan kasta yang tertinggi. Ricci yang bekerja di Tiongkok tahun
1577 menyesuaikan diri dengan adat istiadat Tionghoa, sampai ia turut dalam
penyembahan nenek moyang.

Pada tahun 1622, usaha Misi K.R. mendapat organisasi yang rapi dengan terbentuk suatu
“kongregasi untuk mempropagandakan imam-imam”, badan mana dengan singkat di
sebut “propaganda”. Misi berjalan berbimbingan tangan dengan penjajahan dan
perdagangan. Kekejaman dan keburukan hidup kebanyakan orang Eropa kerap kali
sangat merintangi usaha Misi.

Satu perkara yang tetap menimbulkan kritik keras dari pihak kita ialah cara akomodasi
atau penyesuaian diri kepada kepercayaan kafir yang senantiasa orang Yesuit, baik di
Eropa maupun di daerah-daerah Misi. Kita telah melihat, bahwa telah melihat, bahwa
telah muncul akan tetapi meski demikian Gereja Katolik  Roma  selalu cenderung kepada
asimilasi, sebab menurut theologia Katolik Roma tabiat kodrati (alamiah) manusia tidak
di hukum dan di perdamaikan oleh rahmat Tuhan.
2.      Kolonisasi di Amerika-Utara. Pada abad ke-XVII protestantisme mulai berkembang
di luar Eropa. Sungguhpun pekerjaan pekabaran Injil di Indonesia itu amat penting
selaku permulaan pekabaran Injil protestan di seluruh dunia, tetapi perkembangan
Protestantisme yang terbesar pada zaman itu tidak terdapat  di timur, melainkan di barat,
dan bukan oleh pekabaran Injil, melainkan oleh kolonissasi.

Pada tahun 1607, orang inggris mulai menduduki daerah pantai Amerika Utara antara
daerah-daerah  penjajahan spanyoldan perancis, yaitu Meksiko dan kanada. Pada tahun
1620 ada segerombolan orang puritan, yang meninggalkan Inggris, berangkat ke Belanda
untuk mendapat perlindungan dan kemerdekaan di sana akan tetapi karena belum cukup
senang di belanda, mereka melengkapi sebuah kapal yang bersama “Mayflower” (bunga
mei) untuk membawa mereka ke Amerika. Tidak lama kemudian banyak sekali orang di
senter menyeberang ke Amerika, umpamannya orang puritan, Baptis, kongregasionalisme,
Quaker dan lain golongan.

Di beberapa Negara toleransi itu telah ada dari permulaannya, oleh sebab Negara itu di
bentuk oleh orang yang menjunjung dan menjalankan toleransi secara asas. Demikianlah
halnya dengan Negara Pennsylvania yang didirikan pada tahun 1682 oleh seorang Quaker
yang bernama William Penn. Negara itu menjadi tempat pelarian dan perlindungan bagi
semua golongan yang di tindas dan di hambat di Eropa. Di sana juga Gereja mulai
melawan soal perbudakan.

Begitulah Negara-negara Serikat, yang telah melepaskan dirinya dari Inggris pada tahun
1776 di bawah pimpinan jenderal Washigton, bukan hanya menjadi pemuka di lapangan
politik dan perekonomian, tetapi dalam lapangan Gereja. Dari antara pekabar Injil yang
sedikit itu dan yang berusaha melakukan tugas yang sukar , patutlah dengan hormat kita
sebut nama John Eliot, seorang pendeta presbiterian, yang sejak tahun 1645 bekerja tiga
puluh tahun lamanya diantara orang Indian dekat Boston.

BAB 47

PEKABARAN INJIL DI INDONESIA DARI TAHUN 1500 SAMPAI TAHUN 1800

1.      Misi portugis pada abad ke XVI. Pada akhir abad ke XV orang portugis telah
mendapat jalan laut ketimur. Vasco da Gama di pantai india pada tahun 1498. Beberapa
tahun kemudian 1512 kapal portugis mengunjungi kepulauan rempah, Maluku, untuk
pertama kali dan sejak tahun 1522 mereka tinggal tetap di ternate, ambon, benda dan lain
tempat untuk berdagang. Ketika paus membagi dunia baru antara spanyol dan portugis.
Maka salah satu syaratnya ialah bahwa raja harus memajukan misi katolik roma di
daerah yang telah diserahkan kepada mereka.

Misionaris yang pertama menginjakan kakinya di pulau Maluku ialah rahib fransiscan
yang mendarat itu ternate pada tahun 1522 tetapi oleh karena rupa perselisihan di antar
orang portugis sendiri. mereka segera terpaksa berangkat pulang. Lalu mereka mulai
bekerja di Halmahera pada tahun 1534, tetapi oleh kebengisan pembesar portugis rakyat
bermupakat untuk mengusir semua orang kulit putih dan memaksa orang yang sudah
masuk Kristen untuk murtad lagi. Simon vaz, seorang peter fransiscan mati dibunuh
selaku syahid pertama di Maluku 1536 pahlawan ini ditindas dan kemudian pater
berusaha untuk menanamkan bibit agama roma di Halmahera.

Demikianlah keadaan kekristenan Maluku ketika pemerintahan portugis di Indonesia


mulai serang oleh belanda maklumlah bahwa raja spanyol Philips II yang diperangi
dengan hebat oleh bangsa belanda dalam perang 80 tahun 1568-1648. Merangkap juga
pangkat raja portugis sejak tahun 1580 saudagar belanda rindu menguasai perdagangan
rempah dengan kepulauan Maluku. Permulaan tahun 1605 kapal belanda dibawah
perintah steven van hagen berlabuh di teluk ambon. Kaum Kristen bumi putera di ambon
leasa yang pada waktu itu kira-kira 16000 jmlahnya. Beroleh kebebasan beragama asalkan
mereka takluk kepada pemerintah kompeni belanda.

2.      Permulaan Sending Belanda. Pada abad ke XVI belum ada kemungkinan bagi gereja
reformasi yang muda itu untuk memperhatikan pemberitaan injil dari luar negeri, karena
segala benua yang baru didapat diakui oleh spanyol dan Portugal yang katolik roma.
Keadaan ini berubah sejak tahun 1600 sebab pada waktu itu belanda dan inggeris telah
merebut kuasa dilaut dari spanyol dan Portugal. Pada tahun 1602 dibentuk kongsi
perkapalan verenigde Oost-indische compagnie. (VOC kompeni) yang berdagang dari
tanjung perharapan (afrika selatan) sampai jepang. Di belanda VOC dikepalai oleh suatu
badan pengurus yang beranggota tujuh belas orang (tuan-tuan XVII) dan di Indonesia
oleh seorang gubernur jenderal dengan pegawainya.

Gereja dibelanda menaruh minat besar terhadap pekabaran injil di Indonesia. Disegala
persidangan klasis dan sinode propinsi disinode umum di Dordrecht
(1618/19)dirundingkan soal mengenai pekabaran injil. Ditempat VOC terutama di
Amsterdam, melantik panitia istimewa. Yang anggotanya disebut utusan (deputat) untuk
urusan Indonesia.gereja belanda untuk memajukan pekabaran injil untuk kehormatan
allah dan keselamatn manusia. Akan tetapi gereja terikat oleh kuasa dan peraturan VOC
sehingga ia tak dapat berbuat lain dari pada memajukan saja segala maksudnya sebagai
usul dan permohonan kepada tuan XVII.

Pekabaran injil mendapat perhatian dibelanda Prof Voetius di Utrecht menguraikan


tentang dasar alat objek maksud dan metode pekabaran injil dalam karangannya tentang
penanaman dan penanam gereja. Menurut voetius yang mengutus seharusnya jemaat
setempat berdasarkan Kis 13:1-5 pada hematnya pemerintah wajib menyokong dengan
uang dan pertolongan tetapi tak boleh mencampuri urusan dan pimpinan pekabaran injili.
Pertobatan kaum kafir muslim dan yahudi, penanaman dan pembentukan jemaat
setempat bahkan terutama hormat dan pujian kepada tuhan dan penyataan rahmatnya
selain dari voetius patutlah kita menyebut gurubesar Joh, Hoombeek di Leiden yang
menerbitkan beberapa kitab tentang pemberitaan injil di antara bangsa kafir.

3.      Pekerjaan beberapa pendeta. Untuk mendapat kesan tentang usaha pendeta di


pelbagai lapangan pekerjaan.  Sebastian Danckearts bekerja di ambon (1618-1622) dan
Jakarta (1624-1634). Di ambon ia berkhotbah dalam bahasa belanda dan melayu.
Terutama ia mementingkan  disekolahan  atas usulnya tiap hari pemerintah memberi
beras kepada anak sekolah, sehingga banyak anak tertarik. Dibukanya sebuah sekolah
guru untuk melatih penolong yang cakap bagi pekerjaan di jemaat dan di sekolah.
Danckaerts karangannya tentang keadaan agama Kristen di ambon, Danckaerts
menghidupkan perhatian gereja belanda terhadap pekabaran injil.

Permulaan pekerjaan gereja di Jakarta kita di kenal dari laporan tahunan yang panjng,
oleh Adriaan Hulsebos (1616-1622). Dan guburnur Jakarta jan pieterzoon coen
mengizinkan terbentuknya majelis gereja dan perayaan perjamuan kudus 1621. Sebelum
pulang kebelanda Hulsebos diutus ke Maluku untuk mempelajari keadaan gereja disana.
Justus Heurnius adalah seorang pendeta yang sudah menunjukkan perhatian besar
terhadap pertobatan kaum kafir, selagi ia dibelanda. Ia masuk sekolah tinggi lagi untuk
menuntut ilmu theology dan mengeluarkan sebuah karangan yang di dalamnya ia
membangunkan perhatian jemaat belanda untuk mengusahakan tugas pekabaran injil.
Pada tahun 1614 Heurnius tiba di Jakarta dengan segera iadapat membereskan suatu
pertengkaran antara Gubernur Jenderal dengan majelis gereja.

            Terjemahan Alkitab, pengakuan iman rasuli, kesepuluh hukum, kitab katekismus


dan khotbah dalam bahasa melayu sudah mulai dikerjakan oleh beberapa orang semenjak
permulaan masuknya agama protestan ke Indonesia. Pada akhir abad ke- XVII terasalah
kebutuhan akan terjemahan sebuah alkitab oleh ahli theologia yang pandai. Dua pendeta
bersaingan dalam hal itu Melchior Leidekker, pendeta di Jakarta `1678-1701 mengerjakan
terjemahan dengan memakai bahasa melayu tinggi sampai kepada efesus 6:6 ia  meninggal
pada waktu itu juga Francois Valentijn memimpin jemaat diambon dari tahun 1686-1694
dan 1705-1713. Masyhurlah kitab sejarah Indonesia yang diterbitkan pada tahun 1725
dalam delapan jilid besar. Valentijn telah menterjemahkan Alkitab kedalam bahasa
melayu Maluku dan ia berdaya upaya  supaya  tuan-tuan XVII mencetaknya. Akan tetapi
terjemahan Leidekkerlah yang dipilih dan diterbitkan untuk pertama kali pada tahun
1733. Sebagai mana dimaklumi dikemudian hari justru terjemahan Leidekker inilah yang
amat dicintai suku bangsa ambon.

4.      Baptisan dan pemisahan sakramen. Di samping masalah mengenai khotbah,


pengajaran agama dan displin baptisanlah yang menjadi soal yang penting bagi jemaat di
Indonesia. Pemecahan soal ini sudah tentu betalin rapat dengan cara mengembangkan
gereja pada umumnya. Nyatalah bahwa praktek penerimaan anggota baru dalam gereja
adalah kurang sesuai dengan ajaran gereja secara teori. Tentang baptisan anak-anak
jikalau orang tua dua-duanya atau satu diantara orang Kristen, memanglah anak mereka
patut di baptis. Demikianlh putusan sinode Dordrecht karena mereka belum menjdi ahli
waris perjanjian tuhan, baiklah anak yang demikian didik dalan agama Kristen dan
barulah dibaptis setelah dewasaatas pengakuan mereka sendiri.  anak-anak yang lahir dari
orang Kristen diluar nikah yang sah, boleh dibaptis, asalkan orang tua ditegur jika dirasa
perlu harus memakai saksi.

           Baptisan orang akil balig menimbulkan kesulitan yang lain lagi terus dipandang
sebagai anggota sidi yang berhak turut dalam perjamuan kudus selaku syarat baptisan
pada umumnya dituntut penghapalan doa bapa kami. Kedua belas pasal iman dan
kesepuluh hukum akan tetapi takdapat tidak kebanyakkan calon baptisan kurang
memahami arti kalimat itu. pendeta merasa bahwa tak ada keberatan untuk menerima
orang yang demikian dengan baptisan selaku anggota jemaat Kristen supaya mereka
jangan melawan kompeni. Jangan murtad lagi dan masuk islam, tata gereja tahun 1624
melarang pemisahan sesuai dengan keputusan sinode Dordrecht tetapi tatagereja baru
dari tahun 1643 mengizinkan pemisahan sakramen untuk daerah pekabaran injil. Pada
tahun 1734 sinode dibelanda menolak mentaah penceraian sakramen.praktek pemisahan
itu tak dapat diubah lagi akibatnya  ialah bahwa kaum Kristen protestan di Indonesia
pada masa VOC benar banyakbilangannya tetapi pengetahuan alkitab dan percaya injili
kurang. Derajat kebajikan rendah pengaruh kafir  di dalam jemaat besar dan perayaan
perjamuan kudus hanya jarang sekali dan melulu untuk sedikit anggota sidi saja.

5.      Rintangan perkembangan dan kesudaha. Jikalau kita menoleh kepada usaha


pekabaran injil di Indonesia di zaman  VOC haruslah kita pastikan bahwa pemberitaan
injil itu banyak dirintangi oleh bermacam hal. Secara asas VOC mengaku kewajibannya
untuk mengurus dan menyongkong perkembangan gereja Calvinis, tetapi karena inti
pokok maksud VOC adalah berdagang dan mencari untung. Akan tetapi kendatipun
segala rintangan yang banyak itu pekabaran injil mendapat perhatian dan jemaat tuhan
berkembang diseluruh Indonesia timur pada akhir abad ke XVIII berpuluh ribu orang
sudah masuk Kristen dan berates sekolah sudah dibuka. Pekabaran injil prostestan
mempunyai suatu keuntungan yang sangat besar yang tidak terdapat pada misi K.R yaitu
biar jumlah pendeta belanda berkurang tetapi bilangan pemimpin jemaat bumi putera
bertambah berkat kesetiaan kerajinan dan usaha guru Indonesia itu jemaat hidup terus
juga waktu VOC terpaksa menarik diri selama abad ke XVIII perdagangan VOC sudah
banyak mundur oleh pelbagai sebab sampai akhirnya kerugiannya sudah meningkat
sampai 90 juta rupiah pada tanggal 31 desember tahun 1799 VOC yang mulia itu bubar
segala milik dan hutangnya diserahkannya kepada pemerintah republic belanda.

BAB 48

PIETISME DAN METODE

1.      Pokoknya. Aliran, Pietisme yang mulai muncul di Eropa-Barat pada penghabisan


abad ke-XVII, menjadi suatu gerajan pembangunan rohani yang amat penting,
teristimewa di Jerman dan Belanda. Pietisme adalah reaksi terhadap suasana Gereja yang
suam itu terhadap semangat dunia yang sudah merajalela di dalam masyarakat kristen.
Menurut mereka belum cukup jikalau hanya ajaran murni dan digmatik ortodoks saja
yangn di berikan, yang hanya memuaskan otak, tetapi tidak memberi rezeki rohani
kepada jiwa. Pietusme berusaha memberantas semangat yang suam itu dengan
mengutamakan dengan beberapa hal yang hendak membina kembali hidup rohani
jemaat :
a.       Kesalehan batin perseorangan. Tiap-tiap orang kristen harus ambil bagian dengan
segenap jiwanya dalam hidup rohani yang pintunya telah di buka bagi manusia oleh injil
Yesus Kristus.

b.      Praktek kesalehan dalam hidup sehari-hari. Menurut pandangan pietis, pengakuan


akali terhadap ikrar resmi Gereja sama sekali tidak memadai, karena mungkin juga iman
serupa itu hanya ian yang mati.

c.       Akibat pendirian itu ialah: 1. Kaum pietis suka beraskese. Sikapnya terhadap dunia
negatif saja, karena segala keramaian dan kesenangan masyarakat yang mengandung
banyak dosa, sangat berbahaya untuk hidup rohani. 2. Pietisme gampang bersifat
moralistis. 3. Pietisme bersifat eskhatologi, karena bumi ini di pandang sebagai lembah air
mata saja, tempat iblis merajalela.

d.      Organisasi pietisme berupa konventikal. Orang pietis suka berhimpun


dalam  perkumpulan-perkumpulan atau “konvetikel” kecil terdiri dari orang-orang
saleh  yang tidak puas lagi dengan kebaktian-kebaktian resmi digedung-gedung gereja.

Jiwa puritan dan pietis memasuki jerman dari Inggris dan Belanda pada penghabisab
abad ke-XVII. Di Jermanlah pietisme mendapat perkembangannya yang paling indah dan
besar.

2.      Spener. Bapa Pietisme Jerman ialah seorang pendeta yang bernama philip Jacob
Spener (1615-1705). Keberatannya banyak terhadap semangat Gereja Lutheran pada
zaman itu dan hatinya juga kurang di puaskan oleh misik baru, yang telah banyak timbul
tempat selaku eaksi terhadap ortodoksi Gereja resmi yang mati itu.

Spener bekerja di Frankfort, Dresden dan Berlin. Dimana-mana ia membentuk


konvektikel. Dalam akibatnya yang berkepala “cita-cita saleh” ia mengemukakan bahwa
ajaran Gereja sudah cukup lengkap, tetapi hidup jemaat harus di baharui kembali.
Pandangan-pandangan spener ini sangat di lawan oleh banyak pemimpin Gereja, tetapi
juga di setujui dan di gemari oleh banyak orang.

3.      Francke. Pada tahun 1692 August Hemann Francke (1663-1727) menjadi pendeta di
Halle, sambil merangkap pangkat guru besar atas anjuran spener. Pemberian itu di
anggapnya sebagai suatu petunjuk dari Tuhan sendiri, yakni bahwa ia harus mulai lebih
baik dan teratur untuk mengurus orang miskin. Dengan uang yang sedikit itu Francke
membuka sebuah sekolah bagi anak-anak sekolah bagi anak-anak miskin dalam satu bilik
dalam rumahnya sendiri. Di samping itu Francke mendirikan sebuah perkumpulan untuk
menyiarkan Alkitab, yang akan mengusahakan penjualan Alkitab dengan harga yang amat
murah, agar supaya boleh di miliki anggota jemaat.

Sekalipun kita sangat menghormati segala usaha sosial Francke itu, tetapi kita
berkeberatan  juga terhadap suasana pietisme di Halle. Dari itu ia berpndapat bahwa tiap-
tiap orang kristen seharusnyalah mengikuti jalan itu juga. Dengan jalan itu orang-orang
saleh wajibmengejar kesempurnaan Injil.
Juga untuk perkabaran injil di luar negeri, Halle mempunyai arti yang besar. Pada tahun
1706 ia dapat memakai tenaga dua orang muda (ziegenbalg dan plutschau), yang telah di
didik oleh Francke.

4.      Perkembangan dan perlawanan. Dalam bagian pertama abad ke-XVIII, pietisme


berkembang dengan pesat di jerman. Diprusia dan beberapa negeri yang lain, pietisme
yang terindah terdapatdi wurtemberg di jerman selatan. Akan tetapi pietisme pun banyak
juga menimbulkan perlawanan dari pihak Gereja Lutheran, dan memang ada banyak
sebab yang sah untuk itu, sehingga pemimpin-pemimpin Gereja sangat berkeberatan
terhadap pengaruh dan akibat pietisme. Tak mengherankan bahwa badan-badan Gereja
dan kebanyakan pendeta Lutheran sangat mempermasalahkan dan melawan pietisme,
tetapi sayang, mereka kurang insaf bahwa aliran itu diakibatkan oleh kesalahan dan
kekurangan Gereja sendiri.

5.      Zinzendorf. Pemuka pietis yang terpenting, bahkan merupakan penganjur terutama


untuk Gereja Kristen pada abad ke-XVIII, adalah nicolaus Ludwig Graf von Zinzendorf
(1700-1760). Pada tahun 1722 ia memberi izin  kepada sekumpulan “saudara-saudara
moravia” untuk mengambil tempat kediaman didaerah kepunyaannya itu. Dengan izin
dan pertolongan Zinzendorf, orang pelarian injil, orang pelarian injil itu merupakan
koloninya yang diberi nama Herrnhut (perlindungan Tuhan). Mulai sekarang Zinzendorf
mengunjungi banyak negari, seperti Belanda, Inggris dan Amerika.

Organisasi Herrnhut adalah luarbiasa. Sejak tahun 1740 hanya Yesus sendiri di pandang
mereka sebagai pemimpin jemaat, yang kehendaknya ditanya dengan doa dan undian,
umpamanya pada pemilihan-pemilihan pejabat.

6.      Metodisme. Dahulu golongan Puritan Inggris telah mempengaruhi kesalehan orang


kristen di Jerman. Pada bagian pertama dari abad ke-XVIII, kesalehan jemaat kristen di
Inggris sudah amat surut. Terlalu banyak anggota Gereja kurang menghiraukan
kebaktian, pengajaran dan pimpinan Gereja Anglikan.Pada masa itu seorang pendeta
Anglikan yang muda, yang bernama John Wesley (1703-1791), berjumpa dengan saudara-
saudara Herrnhut, tatkala ia mengunjungi Amerika-utara dan kemudian di Inggris
juga.Pada anggapan Wesley, seorang kristen sanggup mencapai kesempurnaan dalam
pengudusan hidup, oleh usahanya sendiri dengan bantuan Roh Tuhan. Inilah ajaran
“perfeksionisme” (perfek,Lat=sempurna). Jadi theologi wesley bercorak Arminian.
Pandangan itu dilawan oleh Whitefield, yang mempunyai theologia Calvinis dan
mendasarkan pertobatan dan kekudusan hidup itu pad predestinasi. Perbedaan pendapat
ini menyebabkan perpisahan antara pekerjaan Wesley dan Whitefield (1741), tetapi
mereka tetap bersahabat dan harga-menghargai. Kebanyakan pengikut mereka mengikut
Wesley, karena ia seorang pengatur yang amat cakap. Lama-lama gerakan Wesley itu
melepaskan dirinya dari gerej Anglikan dan menjadi suatu Gereja sendiri yang amat besar
di bawah pimpinan Wesley. Gereja Metodis itu banyak menarik anggota ke luar dari
Gereja resmi. Nama “Metodis” itu berasal dari nama sindiran “Metodis”, yang dahulu
diberikan oleh mahasiswa-mahasiswa lain kepada Wesley dan teman-temannya, tatkala
mereka masih belajar di Oxford, yang mengolok-olokkan metode luarbiasa, yang dipakai
Wesley dalam kumpulan-kumpulannya di sekolah tinggi itu.
Gereja Metodis adalah berdasar pada pertobatan anggota-anggotanya, yaitu perbuatan
dan kehendak mereka sendiri, maka Gereja itu diatur seperti suatu perhimpunan manusia
belaka dan bukan sebagai suatu Gereja sejati. Tiap-tiap anggota menerima sepucuk surat
keanggotaan, yang dibaharui sekali dalm tiap-tiap tiga bulan, jikalau anggota itu
berkelakuan baik dan suci, tetapi apabila seorang saudara kalah dalam pemeriksaan
rohani itu, surat keanggotaannya itu dicabut. Sifat lain yang istimewa pada Gereja
Metodis adalah pendeta-pendeta yang telah dilatih untuk jabatannya, mereka memakai
banyak pengkhotbah pembantu, yang dipilih dari antara kaum awam (laypreachera).
Masing-masing anggota Gereja juga wajib turut menyiarkan Injil.

Gereja Anglikan pun hidup kembali oleh karena adanya suatu gerakan pembangunan,
yang berlaku pada masa revolusi Perancis, ketika masyarakat Kristen di Eropa
terguncang dan banyak orang mencari suatu dasar yang teguh untuk imannya. Gerakan
itu memberikan hasil yang bagus. Pada tahun 1804, didirikanlah “Perkumpulan
Penyebaran Alkitab di Britania dan di luar negeri” (British and Foreign Bible Society).

BAB  49

GEREJA PADA MASA PENCERAHAN

 1, Asal Pencerahan. Sebagaimana kita ketahui, renaissance yang timbul pada abad ke-XV,
telah memaklumkan bahwa manusia sendiri adalah kaidah segala sesuatu yang ada, bukan
gereja dan Alkitab. Manusia itu bediri sendiri; ia tak usah takluk kepada sembarang kuasa
lain. Kesadaran kafir renaissance itu, yang bersambungan dengan dunia kafir Yunani-
Romawi zaman dahulu, belum cukup kuat untuk terus membongkar-bangkirkan segenap
masyarakat Kristen di Eropa. Reformasi dan kontra-reformasi masih memimpin
masyarakat dalam abab ke-XVI dan ke-XVII, akan tetapi di samping itu, pengaruh aliran
renaissance makin lama makin meresap diberbagai lapangan hidup, sehingga bertambah
banyak orang, teristimewa dari golongan cendekiawan, mulai melepaskan diri dari kuasa
Firman Tuhan. Ilmu dan pengetahuan dan kebudayaan umum memisahkan diri dari
ajaran-ajaran dan anggapan-anggapan Gereja Kristen. Pada tahun 1543 Copernicus
menemukan, bahwa bukan bumi, melainkan mata harilah pusat semesta alam. Dalam
abad ke-XVII, Kepler menerangkan peredaran bintang-bintang sajarat (Planit) dan atas
dasar itu galilei sama sekali membaharui pengetahuan kita tentang susunan alam. Wewton
(1727) menemukan gaya berat selaku hukum dasar dan asas semesta alam itu.

Akibat penemuan-penemuan yang revolusionar itu,manusia mulai menghina ajaran kolot


Gereja seraya memindahkan perhatiannya dan kepercayaannya kepada ilmu alam yang
ajaib. Mulai abad ke-XVIII, kaum terpelajar merasa bahwa apa yang diamati manusia
dengan pancainderanya dan apa yang di sadari dan diketahuinya dengan akal budinya, itu
sajalah perkara yang wajib dipercaya dan dijunjung. Sementara itu gereja semakin
dilemahkan juga oleh perang-perang agama dan oleh perselisihan-perselisihan di dalam
sendiri. Banyak anggota gereja telah jemu kepada segala pertikaian itu; iman sudah
mundur menjadi pengakuan akali belaka dar ajaran resmi Gereja.
 2. Wujud Pencerahan. semangat kepercayaan yang tak terbatas terhadap akal bumi
manusia itu, biasa ita sebut “pencerahan”. Barulah sekarang rasanya manusia berdaulat
dan memasuki zaman bahagia dan kemajuan. Filsuf kant menjadi mulut perasaan umum
itu, demi ia merumuskan demikian; pencerahan adalah keluarnya manusia dari keadaan
belum akil balig itu ialah tak sanggupnya manusia mempergunakan akalnya, jika tidak
dipimpin oleh orang lain”. Meskipun kebanyakan orang tidak hendak menolak penyetaan
Allah sama sekali, tetapi penyataan itu menjadi kurang penting,jika dibanding dengan
akal budi yang sekarang berjanji untuk membuka segala rahasia di dunia. Menurut
pendapat umum, maka semua manusia hanya mempunyai satu saja akal yang tertentu
menurut tabiat kodratinya, akal mana sama wujud dan isinya pada tiap-tiap okmum;
Cuma perlu akal tradisi

 3. Agama Pencerahan. “Agama kodrati” yang diciptakan oleh filsuf-filsuf penceahan


sudah tentu amat suam dan dangkal, bahkan berbeda jauh dengan agama sejati. Iman
kodrati itu pertama-tama menuju kepada yang mahatinggi, yang dapat dibuktikan dari
hikmat dan ketertiban semesta alam. Menurut agama kodrati itu, tentulah juga Allah
menyuruh manusia melakukan kebijakan. Jiwa manusia tidak dapat mati; dalam hidup
dan akhirat, jiwa akan menemi hukuman atau pahala, yang patut diterimanya. Allah,
kebajikan dan hidup baka, itulah ketiga rukun dasar agama “akali”itu. Yesus sangat
dihormati, tetapi memang dalam agama sejenis itu ia hanya diakui selaku Guru agama
kodrati dn selaku teladan bagi kebajikan yang benar. Semua ajaran untuk Alkitabdan
gereja yang bertentangan dengan pandangan itu mereka ditolak selaku perkara smabil
lalu, yang Cuma dikemukakan oleh gereja untuk menyenangkan jemaat sederhana yang
kurang berpengetahuan, atau mereka cela sebagai tipuan iman-iman. Sikap orang Kristen
pencerahan itu yang memperkosa dan membengkokkan kebenaran Injil adalah lebih
berbahaya bagi gereja dari pada enghinaan dan serangan dari pihak orang yang melawan
agama kristen dengan nyata-nyata.

Samalah halnya dengan “kesusilaan kodrati”. Nampak bahwa juga orang yang belum
diperanakkan kembali, dapat berkebajikan. Dengan demikian ilmu kesusilaan pencerahan
adalah bersendikan paham-paham; bahagia, faedah, kebajikan dan pahala. Tak dapat
tidak kesusilaan semacam itu makin lama makin menjauhkan diri dari Alkitab, karwena
satu-satunya dasar kesusilaan Injil yang benar, yakni kegembiraan beragama, telah
ditukar dengan dasar akal yang memetingkan diri (egoistis). Maksud pencerahan ialah
untuk bersifat kristen dan Kodrati, tetapi hasilnya tak lain dari pada suatu sistem agama
dan kesusilaan, yang paham-pahamnya bukan kristen sejati dan juga bukan kodrati
semata-mata.

 4. Kisah pencerahan. Pencerahan lahir di belanda, karena negeri itu adalah satu-satunya
tempat di eropa yang menaruh toleransi terhadap segala aliran rohani zaman itu dan yang
rela memberi perlindungan kepad tiap-tiap filsuf revolusioner, yang harus lari dari tanah-
airnya sendiri.

Di inggris orang sudah jemu terhadap segala pertikaian gereja pada abad ke-XVII.
Sesudah tahun 1688, banyak orang cendekiawan asyik mencari rezeki rohani yang lain, di
luar gereja; sekarang asas-asas pencerahan dipergunakan untuk membaharui agama.
Orang yang memimpin dan menuruti aliran itumenyebut dirinya “yang berpikiran bebas”
(Freethinkers), tetapi oleh lawannya, mereka diberi gelar “Deis”. Deisme mengajarkan
tentang adanya Allah (lawan atheisme)yang terpisah dari dunia (lawan pantheisme), tetapi
yang tidak lagi mempedulikan makhluk-makhlukNya sesudah dunias diciptakanNya
(lawan theisme). Istana raja da pembesar-pembesargereja bersama-sama memeras rakyat,
yang terjerumus dalam kemiskinan yang dashyat. Pemimpin pencerahan perancis, seorang
yang kenamaan, ialah Voltaire (uc. Volter 1694-1778), yang menerangkap pandangan-
pandangan pencerahan kepada rakyat jelata dan amat membenci agama Kristen pada
umumnya dan Gereja roma Pada khususnya.

Pada tahun 1789 pecahlah revolusi perancis yang hebat, yang lebih nyata lagi membiarkan
pandangan-pandangan anti gereja di antara rakyat murba, sehingga sejak itu menguasai
dan memberi capnya kepada masyarakat umum. Dari tahun 1792 sampai 1794 pemerintah
kota paris menyerang gereja dengan sekeras-kerasnya. Tarikh Masehi dihentikan, banyak
gedung gereja dimusnahkan dan suatu pesta akal budi diadakan, yang memperlihatkan
seorang nona paris bertakhta selaku (Dewi akal) di dalam katedral notre dame.

Di jerman, pencerahan dari mulanya bersifat kurang radikal, tetapi disana juga aliran
baru itu amat digemari dan diturut oleh golongan terpelajar, yang ingin memajukan
negerinya menjadi suatu negara yang berkuasa dan modern. Raja Fredik Agung, yang
memerintah Prusia dari tahun 1740 sampai 1786, menjadikan pencerahan itu suatu
perkara negara.

Kira-kira tahun 1800 pujangga-pujangga dan filsuf-filsuf Jerman membuka sautu fase
baru bagi pencerahan, yang biasanya kita sebut; idealisme Jerman”. Demikian akal budi
itu mendalam dan meluas menjadi “Roh”. Batas antara roh manusia ini dengan Roh Allah
hampir tidak diakui lagi, sehingga aliran deisme yang rasionalistis dari abad ke-XVIII,
bermuara kepada suatu pantheisme mistk yang amat menarik hati orang. Pemuka-
pemuka idealisme itu ialah pujangga-pujangga lessing, Herder, Goethedan Schiller, dan
filsuf-filsuf Kant,Fiehte, Schelling dan Hegel.

 5. Gereja Protestan dan Pencerahan. Sikap manakah yang diambil Gereja terhadap
bangkitnya manusia autonom itu? tak dapat tidak satu-satunya tindakan gereja yang
seharusnya, ialah mengaku dosanya sendiri, yang telah menyebabkan munculnya
pencerahan dalam masyarakat Kristen, lalu gereja hendaklah bertobat dan taat kembali
kepada Firman Tuhan, dan dengan penundukan demikian kepada Injil Kristus, gereja
wajib menyerukan tuntutan pertobatan itu juga kepada dunia, yang memuja anak lembu
emas “Akal-Budi”.

Itulah sepatutunya tugas gereja. Akan tetapi Gereja kurang menginsafi bahaya gerakan
baru itu. Theologia gereja sendiri sudah sekian lama memberitempat kuasa kepada akal
budi, di samping Alkitab, sehingga ia tidak sanggup memberikan kritik untuk menyerang
asas-asas pencerahan itu. Nyatalah bahwa makin berusaha mereka untuk mendasarkan
uraian-uraiannya atas Alkitab, makin sukar juga berhasil maksud mereka untuk
memuaskan akal, karena sudah tentu bahwa Alkitab mengandung banyak perkara yang
mustahil dipahamkan oleh akal-budi manusia. golongan “Kanan” ahli-ahli theologia itu
(artinya yang ortodoks)menjelaskan bahwa perkaras-perkara itu tak lain dari “kebenaran
alam-atas” yang memang mengatasi akal kita, tetapi juga berlawanan dengan akal;
padahal ‘sayap kiri” (artinya theologianya lebih liberal coraknya)menerangkan bahwa apa
yang kurang cocok dengan akal kita disebabkan karena pengarang-penarang Alkitab
dengan sengaja menyesukainnya kisahya kepada pengertian sederhana pembaca-pembaca
Yahudi dahulu kala.

Walaupun demikian, waktu ia juga menghasilkan perkara yang baik bagi gereja dan ilmu
theologia. Dalam abad ke-XVIII barulah ahli-ahli theologia mulai mengindahkan
pelajaran terhadap sejarah hubungan dengan Alkitab dan gereja Kristen.sudah tentu iman
mengaku bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan dan bahwa sejarah gereja adalah sejarah
pimpinan Allah terhadap umatNya, tetapi sampai pada zaman pencerahan, orang Kristen
kurang mempedulikan soal yang penting bagaimana Alkitab dan gereja telah tumbh dan
berkembang di lapangan sejarah dunia ini, malahan soal itu dipandang berbahaya oleh
banyak orang salah. Akibat penyelidikan itu tentu membawa separuh orang kepada
keragu-raguan terhadap dasar ilahi Alkitab dan Gereja, tetapi sekali pun demikian,
nyatalah bahwa pelajaran macam baru itu kelak akan menolong mencelikkan mata kita
kepada keadaan yang luas dan ilahi, yakni keadaan Alkitab dan Gereja Kristus di bumi
ini.

 6. Gereja Katolik Roma Dan Pencerahan. Secara bataniah gereja katolik roma kurang
dipengaruhi oleh pencerahan jika dibandingkan dengan gereja-gereja Protestan, tetapi
secara lahiriah gereja Roma kena rugi yang yang lebih besar.

Kemenangan yang paling penting yang dicapai oleh pencerahan atas gereja K.R. ialah
pembubaran ordo Yesuit. Ordo yang sangat berkuasa itu telah menyingkirkan segala
anasir dari gereja K.R. pemuka-pemuka pencerahan sangat menbenci orang Yesuit, karena
propagandanya tentang pelbagai takhyul, tunjangannya kepada kuasa
paus,perlawanannya terhadap segala kemajuan dan terutama karena politik mereka, yang
berusaha mengukuhkan dan memperluas kuasanya dengan segala ikhtiar, entah yang baik
atau yang buruk. Hal ut terjadi di portugal, spanyol, perancis, Napels dan Parma (italia-
utara). Sedangkan pada tahun 1773, atas desakan raja-raja, ordo Yesuit dibubarkan untuk
selama-lamanya oleh paus Clemens XIV yang mendasarkan keputusan itu atas ilham Roh
Kudus. Akan tetapi pada tahun 1814, ordo Yesuit itu sudah diizinkan kembai, sehingga
mereka tak usah bekerja lagi dengan sembunyi-sembunyi, tetapi boleh meneruskan
pekerjaan dnan resmi. Dibawah pemerintahan kaisar Napoleon, kedudukan gereja sudah
lebih baik lagi; ia mau memakainya selaku alat untuk menambah kuasa. Gereja diberi
beberapa hak, tetapi tetap di bawah pengawasan keras dari pihak negara. Smapai dua kali
Negara Gereja dibubarkan dan paus ditawan oleh Napoleon (1798-1800 dan 1809-1815).
Salah satu hasil penting dari perubahan itu ialah bahwa tak mungkin lagi
mempertahankan peraturan perdamaian agama Augsburg pada tahun 1555, yang
menentukan bahwa tiap-tiap negeri atau daerah jerman mempunyai agamanya sendiri.

 7.Gereja Belanda dan Pencerahan. Di tanah belanda bibir percerahan bertumbuh dengan
segera, karena kita maklum bahwa hidup rohani disana sudah lama dipengaruhi oleh
pandangan-pandangan oleh cita-cita Libertin. Proses ini dipercepat lagi oleh
kecenderungan golongan atasan untuk menjunjung, memuji dan meniru segala perbuatan-
perbuatan perancis dan oleh kemewahan hidup dan kendurnya kebajikan dan kerajinan
yang semakin nampak itu. yang tampil ke muka pada akhir abad ke-XVIII ialah antara
lain Petrus Hofstede di Rotterdam, seorang pembela kepercayaan ortodoks. Hofstede juga
menaruh minat istimewa terhadap pekabaran injil Indonesia. Wajiblaj kita menghormati
Hofstede dengan kawan-kawannya, oleh karena perjuangannya untuk menjauhkan
pengaruh pencerahan dari gereja; usaha itu sudah pernah diambil oleh gereja oleh karena
kebenaran, misalnya terhadap orang pelangian dan Remonstran, tak boleh dipermudah
atau ditiadakan dengan memakai semboyan-semboyan yang betul-betul indah bunyinya,
tetapi memperkosa kebeanran Injil Yesus Kristus. Dalam bagian kedua abad ke-XVIII,
pandangan-pandangan pencerahan lekas memasuki rakyat dan Gereja. Ada lagi suatu
perubahan lain yang lebih penting bagi gereja belanda. Pada tahun 1795, revolusi perancis
membanjiri juga negeri belanda, lalu membongkar masyarakat dan gereja.

 8. Untung-rugi pencerahan bagi Gereja. Alangkah besarnya perbedaan kedudukan gereja


dalam dunia pada permulaan abad ke-XIX dengan keadaan satu abad sebelumnya. Selain
dari itu sekularisasi masyarakat dan pemisahan antara gereja dan negara, yang
diakibatkan oleh revolusi di eropa, menjadi sebab juga untuk bersedih hati, karena oleh
sebab itu kuasa Injil atas rakyat dan pemerintah tidak lagi diakui, malahan ditolak.
Zaman theokrasi, seperti yang dicita-citakan dan dijalankan oleh paus-paus pada abad-
abad pertengahan, oleh Celvin di jelewa, john knox di akot dan kaum Calvinis sudah
lampau dan tak akan kembali lagi.

Sebaliknya, patut kita besyukur karena Kristus tidak meninggalkan gerejaNya, tetapi
melahirkan kebaikan dari kesulitan gereja itu. sejak zaman pencerahan, dunia
menyatakan dirinya sebagai sebenarnya. Sebab itu gereja sempat pula mengkhotbahkan
syak dan kebodohan injil dengan leluasa di hadapan bangsa manusia yang congkak dan
berdosa.

Keutungan lain lagi ialah pemisahan gereja dari negara, yang menghindarkan gereja dari
bahaya yang selalu mengancam theokrasi, yakni gereja terikat secara canggung dengan
kuasa dunia. Godaan itu sekaarang berkurang sekali. Umpamanya, gereja belanda
dibebaskan oleh revolusi pada tahun 1795 dari suatu pengawasan negara, yang sangat
menindasnya meskipun baru pada tahun 1848 gereja bebas sekali.      

BAB 50

GEREJA DALAM DUNIA ABAD KE-X

Yang dimaksud di sini dengan abad ke-XIX ialah zaman sejak jatuhnya Napoleon (dalam
pertempuran di waterloo pada tahun 1815) sampai pecahnya perang dunia pertama pada
tahun 1914. Maka abad ke-XIX ini mengandung demikian banyak perkembangan,
peristiwa dan kenyataan yang penting dan berpusparagam, sehingga terpaksalah kita
menarik beberapa garis besar untuk uraian kita, walaupun sukar juga mengatur segala hal
ihwal itu menurut suatu bagan yang tentu.

1. perkembangan politik dan sosial

Kejatuhan Napoleon disusul oleh waktu reaksi yang hebat. Raja-raja yang diusir dari
tahtanya pada zaman revolusi dan perang-perang napoleon sekarang kembali. Banyak
diantaranya tidak belajar apa-apa dari segala pergolakan dan perubahan masyarakat
yang disaksikannya. Mereka tak mau menurut aliran zaman baru, melainkan berniat
melanjutkan saja pemerintahan raja yang mutlak dari abad ke-XVIII. Dengan keras
mereka menindas segala gerakan revolusioner dan cita-cita kedaulatan rakyat. Zaman ini
disebut “zaman restaurasi” karena mau merestaurasi (artinya membangun kembali)
keadaan yang lampau.

Akan tetapi zaman baru tidak membiarkan dirinya ditiadakan lagi. Rakyat di Eropah
sudah sadar dan bangkit berdiri menuntut halnya. Akhirnya keadaan genting itu meluap
dengan mengakibatkan revolusi lagi dibeberapa negeri pada tahun 1848. Semenjak saat itu
Eropah mulai diperintahkan menurut asa-asa demokratis, yakni tiap-tiap negeri membuat
konstitusi atau undang-udang dasarnya, yang kepadanya raja-raja wajib takluk.

Sesudah perang perancis-jerman pada tahun 1870-1871, timbullah masalah baru. hasil
besar teknik dan kemajuan kapitalisme dilapangan perekonomian menimbulkan
perkembanganya industri dimana-mana dan semakin bertambahnya proletariat dikota-
kota. Semua untung besar masuk kantong kaum pengusaha pabrik dan para majikan,
tetapi kaum buruh hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan yang menyedihkan.
Autonomi selamanya bearti pemerintah kepentingan sendiri. Bertentangan dengan
selamanya diri kaum majikan, kaum buruh mengatur kepentingannya sendiri; mereka
bersiap untuk berjuang bagi perbaikan sosial masyarakat dengan menyerang sistem
kapitalisme. Gerakan ini disebut sosialisme, bertambah kuat sejak tahun 1848 dan menjadi
sosial internasional sejak tahun 1870.

Sedikit waktu kemudian, dan teristimewa sejak tahun 1900, dunia kita mulai mengalami
masalah sulit lagi pula, yakni masalah imperialisme. Negara-negara yang menimpa Eropah
sudah mengembangkan kuasanya keseluruh dunia oleh karena perdagangan dan
penjajahan, terutama inggris. Jerman terlambat dalam persaingan yang hebat itu untuk
membagi dan merebut benua-benua dunia ini, karena baru sesudah kemenangannya pada
tahun 1870-1871 jerman mulai bersatu dan berkuasa dilapangan politik dibawah
pimpinan Bismarck. Ketegangan internasional itu akhirnya menyebabkan pecahnya
perang dunia yang pertama. Demikianlah zaman 1870-1914 dikuasai oleh sosialisme dan
imperialisme.

2. perkembangan Rohaniman

Sejajar dengan perkembangan politik yang menunjukkan tiga zaman pada abad ke-XIX,
yakni zaman-zaman reaksioner, konstitusional dan sosialistis-imperialistis, dapat pula kita
membedakan tiga zaman dalam perkembangan hidup rohani, yaitu zaman idealisme,
zaman liberalisme dan zaman naturalisme.

a.       Zaman pertama itu dipimpin oleh ahli filsafat berlin hegel (1831), yang
menyempurnakan idealisme jerman, yang telah kita perkatakan dalam bab yang lalu.
Semua yang ada, dipandanya sebagai satu saja dalam perkembangan keabadian “roh”,
yaitu akal dunia. Oleh karena itu sistemnya bersifat konservatif; dari sebab itu ia
dijunjung oleh orang-orang zaman restaurasi. Agama kristen, yang dipahaminya secara
pantheistis, dipandangnya selaku bentuk yang terindah dan tertinggi dari segala agama.

b.      Lain sekali pendirian dan anggapan para pengikutnya, seperti david friedrich strauss
(1874), yang menyerang kebenaran injil. Pada tahun 1835 strauss menerbitkan kitabnya
yang banyak dibaca orang tentang “Hidup Yesus”. Dalam kitab itu ia mengemukakan
bahwa pengarang-pengarang kitab-kitab injil mengaburkan gambaran nabi Yesus dengan
dongeng-dongengnya yang ganjil. Roh semesta alam tidak menuangkan kelimpahannya
kedalam satu oknum saja, misalnya yesus. Mustahil manusia Yesus adalah Allah sendiri,
karena hal itu melawan akal. Karena itu segenap agama kristen patut ditolak, karena
ajarannya tidak tak dapat diterima dan diakui oleh akal budi. Dengan pandangan-
pandangan strauss itu mulailah zaman kedua, yakni masa liberalisme, yang semakin
menguasai golongan cendekiawan di eropah. Roh Liberalisme itu dengan langsung
bersambung dengan pencerahan samping itu liberalisme amat keterlaluan
penghargaannya terhadap perkembangannya sendiri dan dalam celaannya terhadap
agama kristen ortodoks, yang menurut meraka dalah terlaku kolot. Heran bahwa
golongan liberal melupakan toleransinya terhadap gereja, malam Cuma tau menghina dan
membenci gereja yang berdasarkan injil Yesus kristus sejati.

c.       Dalam pada itu ilmu pengetahuan berpaling kepada pengamatan alam dengan
pancaindra, sehingga perhatiannya tertarik pada ketertiban alam yang diatur menurut
hukum-hukum yang tetap. Hal ini mengakibabtkan bahwa mulai kira-kira tahun 1860
bukan lagi roh, melainkan tabiat alam (natura) yang dipakai selaku dasar untuk
menerangkan dunia. Karena jikalau roh menjadi pengkalan pikiran kita terhadap rahasia
dunia ini, sudah tentu tak mungkin kita menerangkan segala perkara kebendaan sekarang,
yaitu zaman naturalisme, orang menjelaskan bahwa dunia tidak lain dari pada benda
belaka, dan apa yang kita sebut roh, cumalah perkara sambil lalu saja. Oleh karena itu
aliran ini boleh juga dinamakan materialisme.

3. gereja pada zaman restaurasi

Pada zaman reaksi sesudah tahun 1815, gereja dihormati lagi, bersama dengan segala
kuasa lain yang telah dihalaukan oleh revolusi perancis. Sekarang gereja dijunjung lagi
karena memelihara tradisi dan kuasa yang dahulu, sudah tentu gereja romalah yang
mendapat untung terbesar dari hormat dan penghargaan baru itu; tetapi juga didalam
gereja-gereja reformasi dimana-mana kelihatan pembangunan, dan minat baru terhadap
Alkitab.
Hal ini terutama nampak dijerman, yang sekarang menjadi pusat protestantisme. Tahun
1817, tahun perayaan peringatan 300 tahun lahirnya pembaharuan (reformasi)gereja,
menjadi pula tahun kelahiran beberapa gerakan pembaharuan.

a.       Raja prusia memaklumkan bahwa pertikaian antara golongan Lutheran dan calvinis
perlu dihentikan. Pada tahun 1817 ia mengadakan persatuan kedua golongan itu dalam
satu gereja yang disebut “union”. Akan tetapi, yang dijadikan dasar union itu bukanlah
suatu pengertian baru terhadap dasar orang Lutheran dan calvinis, dasar mana sama saja
bagi kedua-duanya, yakni dasar penemuan kembali injil, melainkan persatuan itu hanya
dapat mungkin hanya oleh karena kedua belah pihak kurang menghiraukan ajaran gereja.
Ajaran itu memang kurang diperhatikan, baik oleh orang yang dipengaruhi pencerahan
maupun  oleh kaum peitis. Oleh sebab itu unio tadi menimbulkan banyak perselisihan dan
kurang mendatangkan berkat. Dan juga kurang terang, apakah union bermaksud
mencapai persatuan pengakuan atau hanya persatuan organi saja. Semenjak waktu itu
dijerman terdapat tiga macam jemaat: yang lutheran, yang calvinis dan yang turut union.

b.      Pada tahun 1817 lahir juga suatu gerakan pembangunan rohani baru, yang bersifat
pietis. Semangat pietisme belum padam lagi dijerman, tetapi tetap merupakan reaksi
terhadap ortodoks yang mati. Juga dalam abad ke-XIX pietisme mengusahakan
pekabaran Injil didalam dan diluar negeri, sebagaimana nantinya akan diuraikan lebih
lanjut.

c.       Gerakan ketiga, yang timbul pada tahun 1817 itu, didirikan di kiel oleh claus horms,
yang mengumumkan 95 dalilnya untuk membaharui lutheralisme. Dengan aksinya itu
terbitlah ortodoksi lutheran yang baru (neo-Lutheranisme), yang menjauhkan diri dari
gerakan pietis dan sangat menentang union. Kekuatan mereka terletak dalam hal bahwa
mereka menjunjung ajaran pembenaran oleh karena iman saja saja, tetapi pendirian
mereka lemah karena mereka hanya kembali kepada formula concordiae, sedang mereka
kurang melaksanakan semangat Lutheran dalam hidupnya sendiri.

4. gereja pada zaman Liberalisme

Dijerman, liberalisme itu kurang berpengaruh dilapangan kerja, jika dibandingkan


dengan lain-lain negeri. Tahun 1848, yang sebenarnya adalah permulaan waktu liberalisme
menjadi kuasa neolutheranisme di dalam gereja. Theologia moderen terbatas pada
sekolah-sekolah tinggi. Perubahan lain,yang dialami gereja sejak tahun 1848, berhubung
dengan pemerintahan negeri yang telah menjadi konstitusional, ialah bahwa
dikembangkan negeri jerman pimpinan gereja oleh raja-raja diganti oleh suatu susunan
gereja yang prebisterial-sinodal.didalam gereja injil di perancis pertentangan antara
golongan ortodoks dan liberal mengakibatkan perpisahan, yang menimbulkan suatu
gerakan ortodoks yang bebas. Perkembangan politik di eropah pun membawa keuntungan
bagi protestantisme., yaitu diitalia, dan Australia gereja-gereja protestan yang kecil
dinegeri itu dapat hidup dan bekerja tanpa dicegah atau diganggu lagi. Malahan di
Australia, sejak tahun 1898, beribu-ribu orang berpindah keagama protestan, akibat
“gerajan lepas dari roma”.

5. gerakan pada zaman naturalisme

Pada zaman ini dipastikan perpisahan gereja-gereja dari negara. Dengan itu berakhirlah
peerwalian negara yang hanya mengutamakan satu gereja saja, maupun kesempatan bagi
gereja untuk mewujudkan cita-cita theokrasinya didalam masyarakat. Didalam lingkaran
gereja-gereja sendiri sayap “kanan” (ortodoks) dan sayap “kiri” (liberal) bergumul untuk
merebut kuasa lambat laun sayap kiri bertambah kuat, sehingga semakin menimbulkan
banyak pertikaian. Golongan ortodoks berjuang untuk mempertahankan kuasanya dan
kurang mengerti, bahwa pokok perkara dalam gereja bukanlah kuasa kita, melainkan hak
dan kuasa kristus; kedua perkara itu biasanya terlalu gampang disamakan saja.

Sementara itu kaum cendikiawan dan kaum buruh makin menjauhkan diri dari gereja.
Masalah sosial semakin susah diselesaikan. Pemuka-pemuka gereja dinegeri-negeri besar
menginsafi kewajiban gereja terhadap perbaikan masyarakat, sehingga dibanyak tempat
mereka mulai menyesuaikan pekerjaan gereja kepada kebutuhan zaman dengan
mengutamakan pekerjaan dikota-kota besar dan dengan melawan kecenderungan
golongan terpelajar soal-soal itu; mereka lebih memperhatikan perselisihan-perselisihan
didalam gereja. Dijerman semangat pietisme mulai hidup kembali didalam ‘gerakan
persekutuan’ (gemeinschafts-bewegung), yang adalah reaksi terhadap sekulirasi disayap
kiri dan terhadap semangat taurat sayap kanan. Pengaruhnya dirasai sampai jauh diluar
lingkungan sendiri.

Diamerika, kebanyakan gereja atau denominasi lekas kehilangan cap calvinisnya. Minat
kekrestenan Angelsaks terhadap pemecahan-pemecahan soal-soal praktek
menghubungkan diri dengan pandangan evolusi dari naturalisme, sehingga timbullah cita-
cita “injil sosial” (sosial gospel) injil sosial mengajarkan bahwa kerajaan Allah tak lain
dari pada mahkota atas perkembangan dunia ini, sehingga kedatangan kerajaan itu boleh
dipercepat, bahkalan diwujudkan oleh usaha kebudayaan dan sosial dari kita manusia
sendiri, menurut asa demokrasi Amerika. Pendirian itu memang bukanlah injili lagi,
karena menurut Alkitab, kerajaan Allah bukan sekali-kali adalah hasil kehendak baik dan
usaha kaum kristen, melainkan anugerah Tuhan sendiri, malahan pada ketika kerajaan itu
dinyatakan dari atas, dunia ini akan diadili oleh Allah. Umumnya boleh kita katakan,
bahwa gereja-gereja Amerika, yang diantaranya gereja Metodis dan gereja baptis yang
paling besar, sudah tentu menyumbangkan kerajinan dan tenaganya kepada banyak-
banyak perkara sosial yang penting, tetapi dengan mengabaikan pokok berita Alkitab,
yakni hukuman dan rahmat Tuhan. Sikap gereja-gereja Eropah terhadap masalah sosial,
yang menjadi soal pokok sesudah tahun 1870.

BAB 51

THEOLOGIA ABAD KE-XIX


1. Pokoknya. Panggilan dan tugas yang mulia untuk theologia ialah menjaga kemurnian
pemberitaan Injil. Theologia harus senantiasa teguh berdasarkan firman Tuhan, supaya
dari dasar ini dia mampu menghadapi dunia  ini dengan rahmat Allah. Tetapi pada abad
ke-XIX tidak memenuhi tuntutan itu sehingga dunia menjadi bersandar dan berharap
kepada kesanggupannya sendiri. kuasa Alkitab ditolaknya. Demikian theologia zaman itu
tetap memusakan pikiran dan perhatiannya kepda manusia, sama seperti zaman
Pencerahan dan Pietisme. Ajaran-ajaran theologia yang serba ragam abad ke-XIX hendak
kita bagi menurut dasar yang dipilih oleh ahli-ahli theologia bagi agama Kristen:

2. Teologia perasaan. Abad ke-XIX dipengaruhi oleh seorang dari Berlin, yaitu Friedrich
Schleiermacher (1768-1834). Dia mengemukakan persetujuan antara penyataan Tuhan
dengan semangat zaman. Dalam kitabnya yang bernama “urian-uraian tentang agama”
(1799), menempatkan agama dalam batin dan perasaan sambil menerangkan
selaku kecenderungan dan nafsu kepada baka. Kitabnya yang terpenting berjudul “ Iman
Kristen”  (1821-1822) didalamnya ia berusaha menyesuaikan pikirannya kepada imam
jemaat.  Kesalehan dia rumuskan sebagai “merasa diri bergantung semata-mata kepada
Allah”. Kita ini tak sanggup memperlihatkan perasaan itu dengan secukupnya; itulah dosa
kita. Kristen adalah satu-satunya manusia yang didalamnya perasaan itu berkembang
dengan sempurna. Dialah manusia Allah (abdi Allah), artinya  perkembangan tabiat
manusia. Hanya denga hubungan dengan Kristus perasaan itu dapat menguasai hidup
rohani kita. Itulah pembebasan menurutnya.

3. Theologia akal budi. Hegel memperdalam pandangan-pandangan Pencerahan, dengan


mengajarkan bahwa akal budi (rasio) adalah tenaga pendorong smesta alam. Demikian
theologia masa itu menegaskan bahwa agama Kristen ialah agama yang paling sesuai
dengan akal budi. Kita mengerti bahwa pendirian theologia yang demikian itu mustahillah
syak dan kebodohan penyataan Tuhan dipahami dan dijunjung dengan sepertinya.
Maksud istimewa theologia ini ialah suatu penjelasan yang memuaskan akal budi tentang
masalah yang muskil, yakni bagaimana jadinya seorang Yesus beroleh pengaruh yang
sekian besar diantara pengikutnya sehingga terbentuk Gereja Kristen yang berbakti
kepadaNya yang mengakuiNya sebagai anak Allah. Golongan ini berpusat dikota Jerman,
Tubingen. Mereka menyelidiki Perjanjian Baru.

Wakil utama dari golongan ahli theologia yang memakai kal budi sebagai dasar kaidah
dogmatic ialah guru besar J.H. Scholten di Leiden (1811-1885), yang  pada abad ke-XVI
bersambung dengan kekristenan Liberal dan kemudian menjadi pemimpin Liberal pada
abad ke-XIX di belanda.

Didalm bukunya ‘Ajaran Gereja Hervormd-Belanda ia mencoba memasuki pandangannya


kedalam theologia para pembaru Gereja. Akal budi adalah antipasti ilahi manusia, selama
manusia berpaut kepada nafsunya akal budi iu digelapkan, itulah tingkat hidup yang
rendah yang disebut dengan dosa. Akal budi kita dihaluskan oleh Yesus, sehingga akal
mengaku Dia selaku pernyataan yang tertinggi dari hikmat ilahi..

4. Theologia kesusilaan.  Tahun 1860 berusaha mengadakan hubungan anatara agama


Kristen dengan semangat zaman berdasarkan kesadaran susila manusia.  Pemimpin
theologia ini adalah Albrecht Rittschl (1882-1889) seorang sarjana yang berpengaruh di
Jerman abad XIX. Ia mendasarkan isi penyataan Kristen kepada kebutuhan susila
manusia. Ia katakana bahwa masalah yang terpenting bagi manusia ialah
mempertahankan oknum sendiri diahadapan alam yang tidak beroknum ini, yang
berkembang sesuai dengan hukumnya sendiri. Menurutnya, Kristus menju kepada
maksud susila yang termulia, yaitu Kerajaan Allah selaku persekutuan oknum-oknum
bebas, yang memerintah dunia ini.

5. Theologia kelahiran kembali. Neo-Calvinisme timbul dan berpengaruh di Gereja


Belanda dengan theologia Dr. Abraham Kuyper (1837-1920) pendeta, pengarang guru
besar di Universitas Bebas di Amsterdam, perdana menteri. Kuyper menghidupkan
kembali theologia Calvin bagi banyak anggota Gereja;bahkan yang merebut tempat
kehormatan Calvinisme ditengah-tengah dunia yang menjauhkan diri dari asas dan cita-
cita Calvinisme. Kuyper sadar bahwa Calvinisme membutuhkan bentuk baru didunia
liberal ini. Kesadaran itu ternyata dalam kitab-kitabnya “tentang rahmat Umum”,
“Calvinisme” dan yang terpenting “ Encyclopedia Theologia Suci”. Dasar pikiran Kuyper
dalam kitab-kitabnya iaalh kenyataan yang berdasarkan pengalaman bawha ada dua
macam manusia; yang telah diperanakkan kembali dan yang belum diperanakkan
kembali. Kelahiran kembali ialah proses yang tidak disadari, yuang menayatakan diri
dalam hidup sadar sebagai pengakuan bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Denga
pandangan itu Kuyper mengambil dasarnya pada asas theologia yang subyektif (yaitu
kelahiran baru orang saleh) dan dari sana ia melangkah kepada asas theologia yang
obyektif (yaitu penyataan Tuhan dalam Firman-Nya).  Theologia Kuyper menjadi dasar
politik-gereja Kuyper. Ia sangat melawan Gereja-rakyat; segala orang Kristen yang
diperanakkan kemabali, segala pengaku-pengaku Kristus yang benar ,hendaklah
berkumpul dalam sebuah Gereja-bebas. Hendaklah rakyat yang Calvinis mengasingkan
diri dari masyarakat besar dalam lingkungannya sendiri ; disanalah hendaknya kaum
Calvinisme membina budayanya sendiri, dimana “hormat Allah di segala lapangan hidup”
diakui dan dijalankan sepenuh-penuhnya.

6. Theologia historis-kritis. Pada akhir abad-XIX, yaitu zaman naturalism, orang sudah
kurang mengharapkan jembatan antara Alkitab  dan manusia modern. Pengalaman dan
ilmu yang bebas dari segala ikatan dogma dan tradisi, itulah yang sekarang dijunjung
tinggi. Ahli-ahli theologia ini pendiriannya mulai sdyik mengupas isi Alkitab; makin lama
makin tercelik matanya pda kebenaran bahwa ada jurang yang dalam antara berita
Alkitab dan manusia zaman muttakhir ini. Golongan Tubingen telah merintis jalan bagi
pandangan-pandangan demikan terhadap  penyelidikan Perjanjian Baru. sekarang cara
ini mulai dipergunakan pada Perjanjian Lama oleh Wellhausen dari Jerman dan Kuenen
guru besar Belanda. Mereka berusaha membagi Alkitab menurut sumber-sumber kitab
itu, yang mereka pikirkan telah dipisahkan oleh ahli-ahli theologa dengan pengupasan
yang teliti. Mereka yakin bahwa pemeriksaan yang demikian membuktikan bahwa
dibelakang pekabaran Alkitab yang sampai pada waktu itu dipandang  sah dan benar oleh
kaum Kristen , ada tersembunyi anggapan-anggapan yang berlainan sekali. Mereka
mengajarkan bahwa kitab-kitab nabi-nabi jauh lebih tua daripada kitab-kitab Musa, dan
bahwa agama Israel pada hakekatnya bepokok politheisme yang primitive , dari dasar itu
berkembang ibadat kepada satu ilah-kebangsaan saja, dan dikemudian hari barulah
monotheisme yang bersifat rohani dan susila, akhirnya pengarang-pengarang Perjanjian
Lama menulis kitab-kitabnya dengan pendirian seakan-akan agamanya telah berada pada
tingkat yang tertinggi itu sedari semulanya. Pendapat seperti ini perlu ditolak karena
mereka memperkosa Alkitab dengan menutup hati dan telinga bagi kesaksian yang khas
yang diperdengarkan Alkitab di dalam dunia ini. Gerakan ini berakhir abad ke-XIX pada
tempat permulaannya.

7. Hasilnya. Rupa-rupanya hasil theologia abad ke-XIX adalah negative saja. Ole kritik
yang tajam terhadap Alkitab, sekarang kita tahu bahwa mustahil memeriksa Alkitab,
apabila menyelidiki tidak menghampiri  Alkitab itu dengan sikap iman dan taat kepada
Firman Tuhan. Theologi Firman itu jauh lebih murni kita bida dapati pada dua orang
bernama Kohlbrugge dan Kierkegaard.

8. Kohlbrugge. Dia lahir di Amsterdam pada tahun 1803. Dia adalah seorang pendeta
jemaat Lutheran di Amsterdam, ia memberitakan dengan kuat pembenaran oleh iman
saja, tetapi sesudah beberapa bulan ia dipecat karena menuduh seseorang pendeta liberal
tentang ajaran yang tidak ortodoks. Sejak tahun 1847 sampai ajalnya (1875), Ia melayani
jemaat Reformiert selaku pendeta. Teologi Kohlbrugge menekankan bahwa dihadapan
Allah manusia sungguh-sungguh tak lain daripada sifat daging. Di luar Kristus, taurat
kudus Allah hanya dapat mematikan kita, tetapi oleh inkarnasi Kristus kita luput dari
kebinasaan. Artinya Kristus telah menerima sifat kita yang olehnya Ia menjadi dosa ganti
kita. Di Golgota , pekerjaan pembebasan itu sudah dipenuhi tanpa kita untuk kita. Kita
hanya perlu mengaku dan percaya bahwa kendati kita manusia berdosa dan durhaka
sekalipun, tetapi didalam Kristus kita dibenarkan juga. Hal itu hanya dicapai dengan iman
saja.

9. Kierkegaard. Dia adalah ahli theologia Denmark. Dia memerangi semangat duniawi
yang merajalela dalam agama Kristen sehingga orang Kristen kurang mengerti lagi
perbedaan yang mutlak antara Allah dengan manusia. Kierkegaard (1813-1855) mulai
mengadakan serangannya yang hebat terhadap kekristenan  Gereja resmi yang pada
hematnya  adalah tiruan belaka dari agama Kristen sejati menurut Perjanjian Baru.
Kierkegaard mengajarkan kepada jemaat bahwa betapa sungguhnya soal kekristenan itu
karena Kristus menjadi pusat agama.  Penyataan Tuhan berlawanan dengan pengertian
kita (paradoks) yaitu perkara yang kelihatannya ganjil tetapi sesungguhnya benar.
Kierkegaard menyimpulkan bahwa kekristenan yang tulen tidak dikenal dan tidak di
praktekkan dalam Gereja yang anggotanya hidup dengan senang didalam dan untuk
dunia ini. Kierkegaard meninggal diusia muda dan sisa uangnya cukup untuk
mengongkosi pekuburannya. Semasa hidup dia tidak dihargai dan tidak dimengerti, tetapi
dikemudian hari kitab-kitabnya banyak dibaca, dan pikiran-pikirannya menimbulkan
hasil yang indah, teristimewa dalam theologia Karl Barth.

BAB  52

PEKABARAN INJIL, PENGALAMAN DAN KEADILAN

1. Pangkalan dan pekerjaan Injil.Abad ke-XIX, memperlihatkan proses sekulerisasi, yang


membuat masyarakat barat makin lama makin kehilangan sifat Kristennya. Tetapi pada
pihak lain, abad ke-XIX disebut “abad pekabaran Injil (sending)”. Kemunduran agama
Kristen di Eropah berjalan bersama-sama dengan kemenangan Injil di benua-benua kafir.
Itulah tanda pimpinan dan pemeliharaan Tuhan yang melindungi jemaatNya. Pada masa
revolusi Prancis dan Napoleon yang gelap itu, di Inggris dan Belanda telah bangun
kesadaran baru terhadap tugas Pekabaran Injil, selaku hasil gerakan pembangunan
rohani.

Sekarang pimpinan Pekabaran Injil berpindah kepada Gereja-gereja di Inggris, negeri


penjajah yang berkuasa itu. Perhimpunan-perhimpunan Pekabaran Injil Inggris mengutus
pendeta-pendetanya ke Australia, New-Zealand, Afrika, India, dan Tiongkok. Utusan-
utusan Injil Jerman pergi ke Afrika Selatan dan barat, ke Tiongkok, India, Palestina,
Pantai Emas (di Afrika). Pada zaman Bismarck, tenaga dan minat jemaat Kristen di
Jerman

bertambah lagi, karena pada masa itu Jerman beroleh daerah-daerah jajahannya sendiri.
Teristimewa di Indonesia kita ini terkenang kepada “Sending Barmen” yang bekerja di
tanah Batak dan di pulau Nias. Juga di Amerika kita melihat keadaan yang serupa itu:
banyak perhimpunan Pekabaran Injil partikulir, dan beberapa yang dilakukan Gereja,
dengan resmi mengutus pekerja-pekerjanya di mana-mana, teristimewa ke India dan
Timur Jauh.

Di dalam Gereja Katolik Roma terbentuklah beberapa ordo dan kongregasi baru, yang
bermaksud meluaskan Gereja di antara bangsa-bangsa kafir. Misi Katolik Roma berbeda
dari Sending Protestan disebabkan kerelaannya untuk menyesuaikan pekerjaannya
kepada anggapan-anggapan dan adat-istiadat kafir, oleh karena itu misi Katolik Roma
tidak bertujuan untuk menyiarkan Firman Tuhan yang berkuasa. Tetapi mereka terutama
berusaha untuk menawarkan dan mempropagandakan Gerejanya sendiri.

Tak dapat disangkal bahwa Pekabaran Injil baru itu mula-mula kurang mengerti keadaan
khas masyarakat ketimuran. Dan tentu, apabila suku-suku bangsa kafir yang primitif itu
mulai memasuki zaman modern yang dimasehikan, maka terjadilah segala pengorakan
segala ikatan adat dan agama yang dahulu menghubungkan dan menentukan hidup
masyarakat: perombakan segala bentuk hidup yang lama itu mengakibatkan rupa-rupa
soal yang muskil dipecahkan mengenai kebudayaan dan peraturan hidup bangsa-bangsa
itu. Cara mengabarkan Injil, membentuk hidup Kristen perseorangan dan membina
masyarakat Kristen sesuai dengan keadaan tiap-tiap bangsa.

Kebanyakan perhimpunan Sending berusaha mengongkosi pekerjaannya dengan mencari


pendapatan tetap, sehingga pendeta-pendetanya menerima gaji tetap juga. Badan lain
tidak mau meminta-minta, tetapi mengharapkan segala pendapatannya dari doa; sebab itu
mereka tidak  meminta uang dengan aksi propaganda dan tidak menjamin gaji tetap
kepada para pekerjanya. Pendirian ini di dasarkan pada iman semata-mata, tetapi inilah
anggapan yang salah tentang iman.

Pada abad yang lalu, Pekabaran Injil terutama diusahakan oleh perhimpunan yang
bersandar pada minat dan derma orang partikulir. Padahal sebenarnya pemberitaan Injil
kepada segala bangsa di dunia adalah tugas segenap jemaat Kristen. Gereja sendiri wajib
memperhatikan dan melaksanakan Sending itu dengan penyerahan segenap cinta kasih
dan tenaganya. Gerejalah yang dipanggil untuk melayani dunia ini dengan Injil Kristus,
dan pelayanan itu harus dijalankannya sampai ke ujung bumi.

2. Wichern. Pada 1808-1881 Wichern telah mengubah keadaan ini dengan kegembiraan


dan tenaganya. Dialah yang mengatur Pekabaran Injil di dalam negeri serta menjadikan
perkara umum dan tugas resmi ddari Gereja. Pada 1833 Wichern membuka sebuah
rumah untuk melepaskan permpuan-perempuan sundal dari hidupnya yang cemar dan
untuk mendidik anak-anak yang terlantar. Dia juga memperhatikan nasib orang hukuman
di penjara-penjara, kaum emigran, pengudusan hari minggu , di samping itu ia juga
membentuk perhimpunan-perhimpunan pemuka Kristen, ia memajukan pekabaran Injil
secara evangelisasi (yang dengannya Injil dilakukan di antara orang banyak yang tidak
lagi mengenal isi Alkitab dan yang tak pernah masuk kebaktian-kebaktian Gereja), ia
membuka rumah penginapan Kristen dan sebagainya. Masalah sosial pun menarik
perhatian Wichern, ia berusaha memperbaiki perumahan kaum buruh di kota-kota
industri.

Pada 1848, Wichern berhasil menggembirakan Gereja untuk mengangkat tugas sosial itu
secara resmi. Gereja-gereja Injili membentuk suatu “Badan Pusat Pekabaran Injil di
dalam Negeri”, yang mengumumkan sebagai berikut: “Maksud pekabaran Injil di dalam
Negeri ialah melepaskan rakyat Injili daripada kemelaratannya yang rohani dan jasmani,
dengan mengabarkan Injil dan menyokong semua saudara yang berkekurangan, di dorong
oleh cinta kasih Kristus. Pekerjaan itu tetap berkembang dan Wichern tinggal menjadi
jiwa pendorong.

3. Filedner. Pada 1800-1864, ia berkeyakinan bahwa jikalau Gereja mau melangsungkan


pelayanannya dengan semestinya, misalnya terhadap perempuan sundal dan anak-anak
kecil, maka perlulah jabatan syamaset (atau syamas wanita atau diakones) di jemaat
Kristen mula-mula (Rm 16:1,2) dihidupkan kembali.

4. Lohe. Ia adalag seorang pendeta Bavaria (1808-1872) berpendirian bahwa segala soal
usaha sosial itu harus dikerjakan oleh Gereja saja dan bukan oleh perhimpunan-
perhinpunan partikular. Rumah diakones Lohe dalam jemaatnya di Neuendettelsau yang
bersemangat Lutheran sejati itu, menjadi pusat banyak pekerjaan belas kasihan Injili di
Bavaria. Semboyan Lohe ialah “Apakah yang kau kehendaki? Melayani! Melayani
siapakah? Tuhan, di dalam semua kaum yang melarat dan miskin. Dan apakah upahku?
Upahku ialah bahwa saya boleh berbuat demikian? Lohe manjadi teristimewa bekerja di
pantai utara Irian-Timur sejak tahun 1886.

5. George Muller. Muller menjadi pendeta Baptis di Bristol. Di kota itu ia mendirikan
“lembaga penyiaran pengetahuan tentang Alkitab-Alkitab” dan menjadi pemimpin
bermacam-macam usaha filantropis (cinta kasih terhadap manusia). Usahanya yang paling
masyhur ialah kelima rumah piatunya yang besar di Bristol. Pada usia 93 tahun ia
menyerahkan diri kepada pekerjaan evangelisasi yang khusus, dengan memberitakan
kabar kesukaan di seluruh dunia.

Suatu ciri yang luar biasa dari pekerjaan Muller ialah bahwa ia tidak pernah meminta
sokongan berupa uang, tetapi percaya bahwa atas doanya Tuhan akan mencukupi segala
keperluaannya dengan menggerakkan hati orang untuk menyumbangkan dermanya.

6. Gereja dan masalah keadilan sosial. Dari keterangan yang ada Pekabaran Injil di dalam
negeri terutama berusaha untuk mengurangi kemelaratan sosial yang terdapat di golongan
bawah masyarakat. Tetapi apabila jemaat Kristus sungguh menginsafi arti dan maksud
belas-kasihan Kristus terhadap orang yang dalam kesukaan jasmani dan rohani,
mustahillah Gereja berpendapat bahwa pertolongan dan perawatan itu sudah memadai.
Pada masa penindasan, kaum buruh merupakan suatu noda yang ngeri di dalam
masyarakat, nyata sekali bahwa sokongan kepada masing-masing orang yang dalam
kesusahan, tentulah belum mencukupi untuk memperbaiki keadaan masyarakat. Keadaan
umum itu harus berubah, artinya perlu adanya keadilan, yang mengubah syarat-syarat
hidup, dan bukan belas-kasihan yang ditujukan kepada kebutuhan tiap-tiap orang sendiri.

Gereja abad ke-XIX memang sudah mengerti tuntutan keadilan sosial itu terhadap
golongan masyarakat yang ditindih, meskipun kita patut mengakui bahwa kesadaran itu
terutama terdapat di antara pemimpin-pemimpin di Gereja, tetapi kurang nyata di dalam
khotbah resmi. Seruan nabi-nabi yang berjuang bagi pemberantasan segala kebusukan
masyarakat (bd Yes 1:17, Am 8:4-7) kurang kedengaran. Pada umumnya Gereja suka
bersahabat dengan golongan majikan yang hartawan, dan orang miskin dihiburkan
dengan menjanjikan dalam surga kelak pembebasan dari segala kesukaran. Tetapi banyaj
orang Kristen yang secara perorangan bergumul dengan masalah kemasyarakatan yang
sulit itu, berdaya upaya dengan sungguh untuk mendapat penyelesaian soal-soal sosial itu.
Nyatalah bahwa tak gampang menempuh jalan tengah yang Injili antara kapitalisme dan
sosialisme karena tak mungkin bagi orang Kristenuntuk menerima segala hal yang
bersangkutan dengan sosialisme abad ke-XIX itu, seperti tuntutannya tentang penyerahan
segala modal partikulir kepada umum, daya yang dipakai untuk mencapai maksudnya
ialah perjuangan golongan, dan perserikatannya dengan atheisme. Yang diutamakan oleh
orang-orang Kristen dalam hal memikirkan masalah sosial dari sudut Injil ialah cinta-
kasih terhadap sesama manusia dan dengan pendirian tersebut mereka menentang kedua
belah pihak yang suka bertentangan itu.

BAB 53

PERTIKAIAN GEREJA DI BELANDA

Gereja Hervormd kurang sanggup mengatur sendiri. Dari itu negara memutuskan untuk
membantu Gereja dan pada tahun 1816 dengan penetapan raja di umumkan peraturan
umum untuk pimpinan Gereja Hervormd.

            Organisasi yang baru itu sendiri lebih tidak menyenangkan pula dari pada cara
melaksanakannya. Pengaruh raja amat besar dalam pembentukan badan-badan Gereja
dan persidangannya. Pada abad ke 17, Gereja menjadi Gereja negara yang berpengaruh
besar terhadap pemerintah, tetapi sekarang sebaliknya, Gereja Hervormd (itulah namanya
yang baru) merupakan suatu Gereja negara yang sama sekali takluk kepada pemerintah..
sekarang pemerintahan diri sendiri yang di bangun dari bawah itu , di ganti dengan suatu
pemerintahan dari atas oleh badan-badan pengurus (tata Gereja sinodal). Sampai tahun
1852 badan-badan pengurus terdiri dari pendeta-pendeta saja. Sistem sinodal itu  yang
mencontoh pemerintahan diktatorial  willem I, sangat berlawanan dengan wujud gereja.
Di dalam Gereja tak ada tinggi dan rendah, karena hanya satu Rabimu dan kamu semua
adalah saudara (Mat 23:8) oleh sebab itu pemerintahan diri sendiri, dengan perantaraan
pejabat-pejabat yang mewakili jemaat adalah satu-satunya tata gereja yang sesuai dengan
wujud Gereja Kristus.

            Di dalam peraturan umum hanya di nyatakan bahwa badan-badan pengurus wajib
“memelihara ajran Gereja”, tetapi kurang di tekankan bahwa dalam segala hal Gereja
harus takluk dan taat kepada Alkitab.  Orang proponen (bakal-pendeta) di wajibkan
berjanji bahwa selaku pendeta mereka akan menjunjung “ajaran yang menurut Firman
Tuhan telah di paparkan dalam pasal-pasal keesaan Gereja Hervormd Belanda bab 42,2
akan tetapi segera ternyata, bahwa rumus ini dapat di tafsirkan dengan dua arti.
Sebenarnya arti dan maksud janji ini ialah supaya proponen-proponen mengaku bahwa
ajaran Gereja yang di tetapkan di sinode Dordrecht itu perlu di junjung, oleh sebab sesuai
dengan Firman Tuhan; tetapi banyak proponen yang liberal mengartikan rumus itu secara
lain, yakni bahwa mereka akan menjunjung ajaran itu sesuai dengan Firman Allah.

3.  Reaksi-reaksi pertama. Oleh sikapnya yang suam itu Gereja Hervormd sendiri pun
bersalah, karena menerima saja organisasi tahun 1816 yang di berikan kepadanya dari
atas. Yang menjadi perintis untuk gerakan pembangunan baru di Belanda, ialah pujangga-
pujangga willem Bilderdijk +1831 dan muridnya Isaac da costa, seorang Yahudi yang telah
bertobat dan menjadi seorang pengikut Yesus kristus yang gembira. Kitab da costa
keberatan-keberatan terhadap semangat zaman tahun 1823 menimbulkan amarah besar di
antara kaum liberal di Belanda. Gerakan reveil itu (penyadaran), nama perancis itupun di
pakai di Belanda bersifat ortodoks dan calvinis, dengan tekanan yang kuat pada
pelaksanaan iman dan pengududsan hidup.

            Reaksi pertama terhadap organisasi tehun 1816 itu muncul dari pihak bagian
jemaat yang masih mengindahkan tradisi calvinis. Pada tahun 1827 seorang pendeta di
Den Haag, Ds. D. Molenaar, mengeluarkan suatu seruan kepada segala sudaraku yang
seiman dalam Gereja Hrvormd; dalam karangan itu ia menjelaskan kepada jemaat
bagaimana janji proponen di permainkan oleh banyak pendeta dan menunutut suatu
sinode besar, yang harus membereskan perkara itu. Pada tahun 1833 sinode menasehati
pendeta-pendeta liberal supaya mereka memperhatikan kemurnian ajarannya, akan tetapi
pada tahun berikutnya seorang guru besar theologi mengemukakan, bahwa pendeta-
pendeta tidak boleh lagi di ikt dengan surat-surat pengakuan calvinis yang dulu, dan pada
tahun 1835 sinode mengumumkan jawaban atas pertanyaan yang banyak tertidak-
tidaknya pelayan-pelayan gereja kepada pengakuan resmi, dengan menyatakan bahwa
sinode merasa dirinya tidak berhak dan berkuasa untuk mengammbil keputusan terhadap
pokok-pokok iman, sehingga tak mau menafsirkan atau mengubah rumus jannji porponen
itu.

4. pemisahan (afscheiding). Ds. Hendrik di cock (1801-1842) menjadi seorang penganut


dan pembela bersemangat ajaran calvinis sejati dalam jemaatnya Ulrum di propinsi
Groningen. Berhubung dengan itu, lagi pula oleh karena de Cock telah menyerang dengan
hebat dua teman sekerjanya yang liberal, maka untuk sementara waktu ia di hentikan oleh
badan pengeurus propinsi. De Cock di pecat oleh badan ini karena ia dengan bahasa yang
tidak senonoh telah menista Tahlil-tahlil injili yang termuat dalam kitab nyanyian resmi
Gereja Hervormd. De Cock memanjat (naik banding pada) pengadilan sinode, yang
memmberikan waktu setengah tahun kepadanya untuk menarik kembali perkataan-
perkataanya.

            Atas desakan seorang temannya, Ds. Scholte, yang sangat di pengaruhi oleh reveil
Swis, sehingga ia mencita-citakan suatu Gereja bebas hanya terdiri dari orang-orang
percaya sejati saja. Pada 13 0ktober 1834 majelis-majelis jemaat Ulrum memaklumkan
pemisahannya (Afchelding) dari Gereja Hervormd, yang di sebut Gereja palsu.

            Apabila kita hendak menimbang baik-buruknya pemisahan itu sudah selayaknya


kita membedakan pihak subyektif (sikap orang-orang terpisah itu dengan pihak obyektif
(arti dan akibat pemisahan). Selama Firman Allah dapat di kabarkan dalam Gereja
dengan tidak mendapat gangguan, dan selama sakramen-sakramen dapat di lakukan di
sana ada mennurut pesan kristus , Gereja itu boleh di sebut “kurang murni” atau sakit
tetapi bukan palsu. Mereka lupa bahwa Gereja Hervord adalah milik kristus. Pemisahan
bererti menyangkal dan melepaskan pemerintahan kristus dalam Gereja, sebab itu
masalah pembersihan Gereja tidak pernah tercapai dengan jalan memisahkan diri.

5. Zaman Greon van Prinsterer. Di samping gerakan pemisahan, perjuangan untuk


membaharui Gereja berlangsung untuk membaharui Gereja berlangsung terus. Suatu
permohonan kepada sinode, yang di tandatangani oleh 8000 orang supaya organisasi
Gereja boleh di ubah dan pengakuan dari tiga pasal keesaan di pertahankan, di tolak oleh
sinode, tetapi sinode memaklumkan bahwa ajaran Gereja harus di pelihara sebagaimana
ajaran itu merupakan wujud dan pokok pengakuan Gereja Hervormd. Akan tetapi sinode
menerangkan pula, bahwa ia badan pengurus saja, sehingga tak berkuasa untuk
mengambil keputusan dalam pertikaian mengenai pokok-pokok ajaran. Orang-orang
tersebut tadi adalah pemuka-pemuka gerakan Reveil, pemimpin mereka ialah Mr. G
Groen van Prinsterer (1801-1876), seorang murid Bilderdikjk, yang memegang peranan
penting di lapangan Gereja, politik dan ilmu sejarah di Belanda pada abad yang lalu.
Groen van printerer, Heldring dan lain-lain berpendirian bahwa  jalan peradilanlah yang
lebih baik. Pengakuan Gereja harus di pertahankan dengan menjalankan disiplin yang
kuat atas ajaran pendeta-pendeta dan anggota-anggota jemaat, agar supaya lama-
kelamaan segala anasir yang tidak takluk kepada pengakuan resmi dapat di singkarkan
dari Gereja.

            Keadaan Gereja Hervord banyak diperbaiki oleh undang-undang  dasar baru dari


tahun 1848 dengan segala akibatnya. Perwakilan Gereja oleh negara yang sudah kurang di
rasakan di bawah pemerintahan raja willem II (1840-1849) di hentikan sehingga peraturan
umum perlu di ubah. Perubahan itu, yang di laksanakan pada tahun 1852, memberi
kebebasan kepada jabatan-jabatan di dalam Gereja.

            Dalam tahun 1850-1870 rupa-rupanya terwujud cita-cita pembaruan Gereja makin


sukar tercapai, karena pada masa itu aliran theologi modern dari scholten dan kawan-
kawannya meluas dalam Gereja. Liberalisme mereka jauh lebih radikal lagi; kekuatan
mereka terletak dalam sikapnya yang negatif: mereka menyangkal penyataan Tuhan,
mukjizat-mukjizat dan kebenaran Alkitab. Beberapa pendeta moderen meletakkan
jabatannya dan banyak anggota golongan itu berpindah ke Gereja Remonstran. Pada
pihak lain, banyak orang ortodoks yang telah putus asa terhadap pembaruan Gereja
Hervormd , masuk anggota Gereja Christelijk.

            Groen van Prinsterer, yang dahulu berusaha memperbaiki segenap Gereja dengan
jalan yang sah, sudah putus pengharapannya dan mulai mendesak jemaat supaya melawan
badan-badan pengurus.

6. Kuyper dan Doleansi. Abraham Kuyper bertobat dari modernisme Scholten kepada


ajaran Calvinis, sementara ia bekerja selaku pendeta dalam jemaatnya yang pertama.
Gereja harusterdiri dari pengaku-pengaku nama Kristus yang sejati saja, yang telah
membuang “kuk sinode” dan menjunjung tiga .pasal keesaan.

            Kuyper menerima saja negara netral dari revolusi Perancis dan menghendaki
supaya di dalam masyarakat yang netral itu bagian rakyat yang calvinis membina
kebudayaan kristennya sendiri “di segala lapangan hidup”. Kuyper adalah seorang
pemimpin yang amat cakap dan kuat pendiriannya.

            Tatkala pada tahun 1876 fakultas-fakultas theologi dari ketiga universitas negara di
ubah menjadi fakultas ilmu yang netral, kuyper mulai berusaha untuk mendirikan sebuah
“Universitas Bebas”, yang harus menjadi suatu benteng pertahanan melawan semangat
zaman yang liberal, dengan memakai tiga pasal keesaan itu sebagai dasar penuntutan
ilmu. Pada tahun 1880 sekolah tinggi baru itu di buka di Amsterdam. Kuyper menjadi
guru besar. Ia dan teman sekerjanya Dr. F.L. Rutgers merangkap jabatan penatua di
jemaat Hervormd Amsterdam.

            Pada tahun 1885 terjadilah bentrokan itu. Majelis-gereja Amsterdam yang ortodoks
tak mau menerima dalam pangkat sidi sejumlah murid katekisasi dari pendeta-pendeta
moderen. Akan tetapi badan penerus Gereja propinsi dan sinode dan menuntut supaya
majelis Gereja Amsterdam menyerahkan surat-surat tersebut. Atas desakan Kuyper dan
Ruutgers majelis Gereja dengan segera memutuskan untuk mengubah beberapa pasal
dalam peraturan tentang penyelenggaraan milik-milik Gereja (14 Desember 1885), supaya
segala milik jemaat Amsterdam tetap dalam tangan golongan Kuyper, jikalau seandainya
terjadi pertikaian antara majelis Gereja dengan badan-badan pengurus yang lebih tinggi.
Dengan demikian gagallah maksud Kuyper, supaya seluruh jemaat Amsterdam menarik
diri dari organnisasi Gereja Hervormd, tindakan mana kemudian mudah-mudahan akan
di contoh oleh banyak jemaat lain. Pada 1 Des 1886 tuan-tuan yang di hentikan itu di pecat
oleh sinode dengan definitif, karena sinode memastikan bahwa dalam masa perantaraan
itu mereka sudah memisahkan dirinya dari Gereja dengan perkataan dan perbuatannya.
Beberapa jemaat lain pun melaksanakan reformasi, kuyper mengharap supaya segala
majelis Gereja tak mau supaya anggota-anggota jemaat memaklumkan bahwa jabatan-
jabatan dalam jemaatnya sudah terluang dan mereka sendiri akan memilih majelis-gereja
baru, berdasarkan jabatan orang percaya.

            Pada kongres Gereformeerd, yang di adakan di Amsterdam pada bulan januari


1887, terbentuklah organisasi Gereja-gereja yang telah membebaskab dirinya. Mereka
menyebut diri “Dolerende kerken”. Dolerend (dolere, Lat=berdukacita), karena
mereka  berduka oleh sebab milik-milik Gereja tidak di serahkan hakim kepada mereka
dan kerken (gereja-gereja :jamak) oleh karena mereka mendasarkan hukum gerenya pada
jemaat-jemaat setempat dan berdiri sendiri  bertentangan dengan tatagereja sinode Gereja
Hervormd.

7. Gereja-gereja Gereformed. Pada tahun 1892 kaum Doleansi (dolerende kerken)


bergabung dengan kaum pemisahan (Christelijke Gereformerde Kerk). Sesudah
bergabung itu mereka barnama “Gereformede Kerken In Nederland” (gereja-gereja
gereformerd di Neerdeland). Pada permulaan abad ini Geereja-gereja gereformerd lekas
bertanbah besar. Di dalamnya terdapat semangat berkorban dan kegiatan yang
mengakibatkan pula beberapa pertikaian yang hebat dalam lingkungannya sendiri. Pada
1926 Dr. J. G. Gelkerken di pecat sebagai pendeta oleh sinode do Assen, oleh karena ia
menyangsikan arti arti lurus dari kejadian 1-3. Pada tahun 1944 sebagian besar dari
Gereja itu memisahkan diri oleh karena adanya suatu pertikaian dengan sinode menngenai
ajaran baptisan dan penafsiran tatagereja, sehingga  terbentuklah Gereja-gereja
Gereformerd yang di bebaskan, menurut pas 31 dari tatanegara Drodrecht.

8. hoedemaker. Yang paling mengerti bahaya-bahaya yang bersangkutan dengan Doleansi,


ialah Ds. Ph. J. Hoedemaker (1839-1910). Ia juga banyak keberatannya terhadap
organisasi tahun  1816, yang kurang calvinis itu. Meskipun ia turut dalam Doleansi, tetapi
dari permulaan ia memperingatkan kawan-kawannya, “ bahwa reformasi Gereja harus
mendatangkan faedah bagi segala orang, yang terhisap kedalam perjanjian Allah.
Akhirnya menjelang pembukaan Kongres Gereformerd, Hoedemaker menarik diri, karena
pada pendapatnya kaum Doleansi menuju kepada kebidatan (kesektean), padahal ia
menghendaki keselamatan Gereja seluruhnya. Sebab itu Hoedemaker tidak mau
membiarkan umat Gereja rakyat yang telah di baptiskan itu. Ia menghendaki suatu
Gereja rakyat yang mengaku nama Yesus Kritus, dengan tataGereja presbiterial, dimana
jabatan-jabatan di junjung kembali dan Firman Tuhan dapat menguasai lagi segenap
hidup Gereja.

            Akan tetapi maksud dan harapan terakhir Hoedemaker adalah lebih tinggi. Ia
mengidam-iadamkan perbaikan segenap Gereja, supaya Gereja itu dapat pula memimpin
dan memberkati segenap kehidupan rakyat, dengan pengakuannya. Di sini muncul lagi
ciita-cita theokrasi Calvin. Segenap Gereja dan segenap rakyat. Itulah semboyan
Hoedemaker.

            Cita-cita negara Gereja Calvin telah pecah pada kuyper dan Hoedemaker, menjadi
dua pendirian yang bertentangan. Seperti seorang nabi,ia mengerahkan segenap rakyat
Kristen Belanda untuk bertobat dan takluk kepada Raja Kristus, tetapi oleh sebab
pribadinya kurang kuat, pegaruhnya hanya sedikit. Sebaliknya, Kuyper sebagai pahlawan
yang gagah di lapangan Gereja, politik dan masyarakat, dapat menggembirakan beri-ribu
orang.

9. Gereja Hervormd dari tahun 1900-1940. Pada tahun 1900 Prof. Gunning, pemimoin
theologia ethis, mulai memihak kepada  dan membantu Hoedemaker, yang olehnya
gerakan reorganisasi di perdalam dan di perluas. Di samping itu didirkan juga
“Gereformerde Bond untuk menyebarkan dan mempertahankan kebenaran dalam Gereja
Hervormd-Belanda”.

            Sejak tahun 1900 banyak usul telah di kemukakan kepada sinode dari berbagai
pihak untuk membereskan pertikaian Gereja. Golongan liberal atau “vrijzinning” yang
telah berorganisasi dalam “vereniging vanVrijzinning Hervormerd” sejak tahun 1913 dan
beberapa saudara yang beraliran ethis, mengusulkan supaya mengadakan perwakilan
yang beribang dalam badan-badan Gereja bagi semua aliran.
            Sesudah peran dunia pertama, pengaruh “theologia Firman” karl Barth dengan
kawan-kawannya membaharui cita-cita rreorganisasi. Tatkala suatu rancangan
reorganisasi yang rapi telah di tolah oleh sinode pada tahun 1929 dengan 10 lawan 9 suara,
terbentuklah dua perhimpunan untuk mengusahakan pembaruan organisasi Gereja
Hervormd, yakni kerkheste (“pemulihan Gereja”,1930, dari pihak sayap kanan)dan
“kerkopbouw”(“pembangunan Gereja”, 1931).

10. Gereja di Belanda sejak tahun 1949. Perlawanan terhadap ajaran dan praktek
nasional-sosialisme selama pendudukan Belanda oleh jerman dari tahun 1940 sampai 1945
akhirnya memmberikan kepada Gereja Hervormd apa yang tak sanggup di capai manusia
dalam satu abad lebih. Semua aliran bersatu dalam perjuangannya untuk membela Firma
Tuhan terhadap jiwa dan kuasa kekafiran moderen itu. Pada umumnya lahirlah kembali
kesadaran bahwa Gereja tak boleh dinamakan “Gereja”, jikalau ia tidak berpengakuan.

            Sekarang sudah terang kepada semua aliran dalam Gereja, bahwa wujud dan
amanat Gereja yang baru disadari kembali itu, tidak sesuai dengan organisasi tahun 1816.
Dengan hampir suara bulat sinode menerima suatu usul untuk mengadakan “sinode
besar”, yang terdiri dari 45 anggota, yaitu seorang wakil dari tiap-tiap klasis, sehingga
benar-benar menjadi pewakilan seluruh Gereja dan bukan badan pengurus administrasi
saja.

            Di gereja-gereja Gerevormerd terjadilah selama perang dunia suatu konflik baru
mangenai suatu baptisan dan hukum Gereja, tetapi yang juga berkaitan dengan pelbagai
pertentangan-pertentangan pribadi. K. Schilder menyanggah pendapat Abr. Kuyper
tentang baptisan, yaitu seakan-akan baptisan itu di berikan berdasarkan kelahiran
kembali yang di andaikan. Schilder mengemukakan terhadap ini, bahwa  baptisan itu
memateraikan janji-janji Allah, lepas dari keterangan apapun yang ada pada orang
baptisan itu. Sinode atau sidang raya menuntut supaya schilder tunduk kepada keputusan
sinode itu. Schilder pun membebaskan dirinya pada tahun 1944, dengan mengandalkan
kepada pasal 31 peraturan gereja dari Dordrecht (kerkorde van Dordrecht).

            Oleh lembaga Alkitab Belanda (Nederlands Bijblelgenootschap) di tawarkan di


tahun 1951 suatu terjemahan baru Alkitab, yang di terima dengan baik di Gereja-gereja.
Ketika ternyata bahwa di perlukan juga suatu terjemahan dalam bahasa Belanda yang
sederhana, maka hal itu pun di usahakan juga. Dengan kerjasama antar-gerejani di
terbitkanlah pada tahun 1973 suatu buku nyannyian yang baru sama sekali, dimana
mazmur-mazmur disajakkan secara baru.

BAB 54

GEREJA DI INDONESIA SEJAK TAHUN 1800


1.      Pekabaran injil baru. Minat baru terhadap sending yang timbul di inggeris pada
akhir abad ke-XVIII segera berpindah ke belanda oleh pengaruh London Missionary
Society dan atas anjuran Dr.Joh Theodorus van der Kemp, yang ingin berlayar sendiri ke
afrika selatan untuk mengabarkan injil di antara bangsa Negro, pada tahun 1797 didirikan
Nederlands Zendeling Genootschap di Rotterdam selama belanda dibawa kuasa perancis
1795-1813 dan Indonesia dibawah pemerintahan sementara inggeris Gubernur Jenderal
Raffles  1811-1816, N.Z.G memulai pekerjaan sending di Indonesia akan tetapi setelah
kepulauan Indonesia dikembalikan menjadi jajahan kerajaan belanda yang baru di
bentuk. Maka N.Z.G terus mulai mengusahakan pemeliharaan jemaat Kristen di Maluku,
timur dan setempat lain di Indonesia timur. sejak tahun 1830 N.Z.G mengutus pendeta ke
minahasa untuk membawa injil kepada suku bengsa yang beragama suku di sana.

Pada pertengahan abad ke XIX muncullah perselisihan dalam badan N.Z.G di belanda
karena banyak anggota merasa bahwa perhimpunan mereka sudah terlalu dipengaruhi
oleh semangat modernisasi sehingga semboyan N.Z.G damai oleh darah salib kurang
dijunjung dalam praktek pekerjaan utusan N.Z.G di Indonesia anggota di antaranya Mr.
Groen van Prinsterer menuntut supaya N.Z.G mengutamakan pertobatan kaum beragama
suku dan bukan pengembangan peradaban barat.dengan demikian terbentuklah dua
perhimpunan zending yang baru Naderlands Zendingsvereniging pada tahun 1858, yang
mulai mengabarkan injil dijawa barat tahun 1862 dan disulawesi tenggara 1915 dan
utrechtse zendingsvereniging pada tahun 1859 yang bekerja di irian 1863 Halmahera 1866
dan buru 1885. Usaha dalam pekabaran injil dijawa timur tahun 1848 di poso 1890 dan di
antara suku batak karo di beli 1890 sangat indah.

Untuk membantu usaha pekabaran injil dengan cara yang baru, yang lebih murah dan
yang mudah lebih besar hasilnya, maka tahun 1847 di bentuk perhimpunan “penginjil
tukang”oleh Ds. OG. Heldring ialah supaya utusan injil itu bekerja selaku tukang atau
petani untuk penghidupannya sendiri sambil melayani dan memberi teladan bagi suku
bangsa yang beragama suku dan di samping pekerjaan itu mereka boleh mengabarkan
injil dengan leluasa. Mereka lebih gampang menarik hati kaum beragama suku daripada
pendeta biasa dan mereka itu lebih bebas dalam menentukan tempat dan cara penginjilan
mereka pendapat heldring “bapa Gossner”

2.      Gereja protestan. Sejarah dan perkembanga beberapa gereja Indonesia pada abad ke
XIX dan sampai sekarang. Yang menjadi lanjutan jemaat VOC kembali pemerintah
belanda ke Indonesia pada tahun 1816, raja Willem I merasa bahwa kewajiban Negara
untuk memperhatikan nasib gereja secara resmi. Pada masa itu jemaat protestan tidak
sanggup menyusun organisasinya dan menyelenggarakan keperluan jasmaninya sendiri.
gereja protestan diurus dan dipimpin oleh pemerintah seperti gereja Hervormd di belanda
pada pimpinan di Jakarta.

    Di minahasa pekerjaan N.Z.G dimulai oleh Riedel dan Schwarz dan yang diteruskan
oleh banyak pendeta lain. Sehingga hampir segenap suku minahasa masuk Kristen 380.000
jiwa mula mula N.Z.G membiayai gaji para pendeta dan penolongnya. Kaum Kristen
diterima dalam gereja protestan tahun 1870. Hanya sekolah dalam urusan N.Z.G Sampai
tahun 1933.
      Di bolaag Mongondow sudah terasa pengaruh sending diminahasa selama abad yang
lalu tahun 1904 ditempatkan pendeta N.Z.G di mongondow sehabis perang dunia kedua
jemaat merupakan G.M.I B.M. yang berdiri sendiri. di kepulauan timur N.Z.G
menyelenggarakan jemaat Kristen didaerah kupang dan di rote tahun 1820, pekerjaan
banyak diselangi oleh masa “dibiarkan saja, tidak dipedulikan”. Mulai + tahun 1875
pendeta menjadi hulpprediker dan jemaat ditimur  rote dan sawu masuk gereja protestan.

      Ke empat bagian gereja protestan juga maju menuju kedaulatan gereja diminahasa
maaluku dan timur yang berdiri sendiri dibentuk berturut-turut pada tahun1934, 1935
dan 1947, tetapi mulanya masih takluk pada sinode umum. Gereja protestan bergumul
dengan soal bagaimana keempat gerejanya dapat berdiri sendiri masing-masing, tetapi
dengan memelihara kesatuan kesimpulannya diperoleh dalam sinode di bogor 1948, yaitu
gereja protestan di Indonesia bagian timur berdiri sendiri sepenuhnya tetapi sekali dalam
tiga tahun mereka bertemu dalam sidang gereja Am dan di samping itu dibentuk suatu
badan pekerja Am, agar dengan jalan demikian kesatuan dan kerjasama terjamin. Di
dalam masalah pengakuan tatagereja dan tatakebaktian keempat gereja berusaha
mengejar dan mewujudkan keesaannya itu.

3.      Beberapa Gereja lain. Tak mungkin menguraikan perkembangan semua gereja di


Indonesia dalam ruangan yang sempit hanya keadaan beberapa gereja saja dapat kita
tinjau di sini dengan selayang pandang. Rasul suku bangsa batak Ludwig nommensen
mulai bekerja di antara kaum batak toba di lembang silindung pada tahun
1862.  Pekerjaan  yang banyak dan pengantar jemaat dan guru sekolah dengan
secukupnya dari permulaan, maka lama kelamaan gereja Kristen ditanah batak meluas
sampai menjadi gereja muda yang paling besar di dunia ini 750.000 jiwa. Semangat untuk
mengabarkan injil di antara ratusan ribu orang sebangsanya yang belum mengenal
kristus, desakan islam dan aksi katolik roma kini merupakan masalah yang berat bagi
gereja batak. Di pulau nias sudah terdapat 18.000 orang Kristen sesudah pekerjaan
setengah abad yaitu pada tahun 1915, tetapi pada tahun itu lahirlah suatu gerakan
pembangunan rohani yang sangat mengagumkan dan menggembirakan.

Dijawa timur injil mulai di khotbahkan di antara orang jawa pada pertengahan abad yang
lalu oleh dua orang yang bukan pendeta resmi Coolen seorang eropah peranakan
memberitakan injil kepada orang kampong yang bekerja di dalam kebunnya, yang
berlainan dengan coolen mengajak orang jawa yang bertobat oleh khotbahnya supaya
hidup menurut adat eropah. Pendeta Jellesma mengumpulkan orang Kristen jawa dalam
sebuah desa Kristen yang dinamai Mojowarno. Di kemudian hari malanglah yang menjadi
pusat yang kedua dengan rumah sakit besar sukun dan sekolah pendeta bale Wyata.
Gereja jawa timur yang mempunyai 65.000 anggota. Telah berdiri sendiri tahun 1913
semenjak itu pendeta belanda tidak memimpin lagi melainkan menjadi penasihat dan
penolong.

Gereja jawa tengah selatan 25000 jiwa sudah lama di didik untuk memimpin dirinya
sendiri. zending Gereformeerd menyelenggarakan lapangan pekerjaan dengan banyak
pekerja yang cakap. Gereja ini telah bergabung dengan jemaat Kristen dari sending
salatiga dijawa tengah utara, yang beranggota 7000 orang. gereja jawa tengah
mengusahakan pemberitaan injil diantara kaum kolonis jawa di sumatera selatan.

Di pasundan lebih kuat islam menguasai batin rakyat dan masyarakat umum. Masuk
Kristen berarti dibuang keluar dari persekutuan penduduk. Tetapi dengan demikian
mereka tak dapat memberi kesaksian tentang kristus di tengah bangsa. Gereja pasundan
sudah mendapat dasar yang teguh dan berkembang perlahan-lahan 7000 anggota.

Di seluruh jawa, gereja harus berjuang pada dua front melawan pengaruh sekularisasi
modern dan terhadap kuasa islam yang bertambah berani tampil kemuka pada masa yang
mutakhir. Yang terkenal ialah golongan yang mula-mula dipimpin oleh sadrach pada abad
yang lalu. Oleh karena itu gerakan mereka tidak disetujui pemimpin zending. Sekarang
pengaruh mereka  sudah hampir hilang akan tetapi soal yang tetap muskil ialah
bagaimana injil harus di jelmakan ke dalam bentuk jawa tulen.

4.      Perkembangan gereja pada masa kini. Perkembangan gereja diindonesia secara


batiniah dan lahiriah sangat dipercepat oleh perang dunia kedua. Setelah belanda
diduduki jerman mei 1940 pimpinan dan sokongan dari pihak itu berhenti dengan tiba-
tiba. Pucuk pimpinan zending amerika memberi tunjangan uang besar kepada segala
“lapangan sending piatu”. Dan segenap jemaat protestan di Indonesia turut
menyumbangkan dermanya untuk membantu saudara yang dalam kesusahan. Bantuan itu
berakhir dengan timbul perang pasifik sejak tahun 1942. Gereja Kristen menderita
banyak sengsara karena agama islam dihormati.

Salah satu keuntungan yang didatangkan oleh masa perang ialah bahwa gereja terpaksa
belajar mengurus dirinya sendiri. tentu saja sudah perang proses ini berlangsung terus
gereja yang sudah mempunyai sinode sendiri belum perang. Kini memilih pendeta
Indonesia untuk semua pangkat yang terdiri di dalam badan gereja. Pekerja asing itu
sekarang hanya diutus diatas undangan gereja di Indonesia dan mereka bekerja di mana
dan selama dikehendaki oleh jemaat Indonesia sendiri. biasanya dalam tugas istimew
hampir segala gereja yang belum berdaulat dengan resmi sebelum perang berturut berdiri
sendiri juga sumba 1946 timur sangir dan poso 1947 Halmahera 1949 dan bolaang
Mongondow 1950.

Latihan pendeta secara seksama memang merupakan kebutuhan yang paling penting bagi
pembinaan gereja muda.sekolah theologia tinggi yang dibuka di Jakarta mula-mula
beberapa tahun di bogor sebelum perang terutama atas inisiatif dan ikhtiar Dr, H.
Kraemer besar artinya sebagai latihan untuk bakal pemimpin gereja. Sekolah ini
yang  sejak tahun 1954 berderat sekolah tinggi theologia. Dan fakultas theology dari
universitas nommensen di pematang siantar menyelenggarakan pendidikan theologia atas
taraf universiter. Pengajaran theology di sekolah pendeta yang lain diperluas dan
diperbaiki sesudah perang umpamanya di sipolohan batak kini di pematang siantar
Yogyakarta. Malang bale wyata, Banjarmasin, ambon, tomohon. Untuk gereja di seluruh
bagian timur Indonesia didirikan sekolah theologia di makasar.
Cita-cita kesatuansangat kuat di antara gereja di indonesiateristimewa pada zaman yang
akhir ini. semenjak permulaan abad ini memang sudah terdapat kantor perwakilan
sending dijakarta yang dibentuk dengan pertolongan lembaga alkitab belanda dan
dibawah urusan dewan pekabaran injil belanda sejak tahun 1946. Jasa biro konsul zending
itu sungguh besar karena membantu gereja dalam segala hal ihwal, terutama dengan
mewakili dihadapan pemerintah.

Boleh kita simpulkan bahwa Indonesia adalah suatu daerah pekabaran injil yang diberkati
Tuhan dengan hasil yang indah dan besar atas penaburan bibit firman Tuhan. jumlah
orang Kristen prostestan sudah 13 juta lebih akan tetapi jangan kita lupa di tengah 150
juta penduduk. Jadi tugas sending gereja muda dibenua ini masih amat luas dan berat.
Bukan saja sisa kaum kafir yang tidak beberapa banyak yang perlu mendengar kabar
kesukaaan tetapi juga kaum muslimim yang besar, yang merupakan benteng agama yang
sukar rakyat jelata. Yang harus ditaklukan untuk kristus tetapi jugadan terutama para
pemimpin masyarakat, kaum cendekiawan, golongan atas tengah.

Pelaksanaan tugas raksasa selayaknya jangan hanya dijalankan dengan perkataan saja,
tetapi juga dengan perbuatan. Segala usaha pekabaran injil yang sudah mulai pada masa
dulu hendaknya dilanjutkan bahwa harus ditambah. Penterjemahan Alkitab kedalam
bahasa daerah oleh ahli lembaga bahasa alkitab yang sudah menjadi suatu berkat rohani
yang tak terkatakan besar. Harus terus diusahakan dengan rajin perawatan orang sakit
tetap menjadi suatu jalan yang indah untuk menyatakan belas kasihan dan pertolongan
tuhan Yesus terhadap semua yang cacat tubuhnya. Pengajaran dan pendidikan orang
Kristen sekali tak boleh diabaikan oleh gereja. Gereja Kristen tentulah dapat
mengusahakan lembaga sendiri untuk melayani rakyat dan untuk menjadi kesaksian
tentang Yesus Kristus dan tanda kerajaan Allah yang datang (misalnya Universitas Kristen
Indonesia di Jakarta, Universitas Nommensen di sumatera utara dan Universitas Satya
wancana di salatiga). Tanggung jawab dan tugas gereja terhadap kekurangan dan
kebutahan sosial dalam masyarakat, adalah perkara yang penting saja suatu usaha yang
baru, ialah rancangan pertolongan bagi penduduk kampong yang perlu dibantu
dalamperdagangannya untuk memperbaikin perekonomiannya dan mempertinngi derajat
hidupnya disegala lapangan. Dengan segala jalan dan daya upah ini gereja  Yesus kristus
mau bergumul untuk merebut jiwa raga bangsa Indonesia dari cengkeraman kegelapan
rohani dan jasmani supaya dalam keselamatan yang satu-satunya dapat dikenali dan
ditempuh oleh segenap rakyat.

BAB 55

GEREJA KATOLIK ROMA PADA ABAD KE-XIX


1. Perjuangan Politik. Abad ke-XIX menjadi zaman perjuangan lahiriah dan batiniah bagi
Gereja Katolik Roma dan hampir selalu ia yang menang. Dalam abad sebelum itu, Gereja
rubuh, diperkosa, diduniawikan; rupanya tidak dapat bagun lagi. Tetapi dalam waktu
beberapa puluh tahun saja keadaanya sudah berubah sama sekali. Sejatuh Napolen,
tibalah masa restaurasi; semua orang mengunjungi kembali kuasa dan tradisi dari abad-
abad yang terdahulu.

            Suasana yang baik itu terus dipergunakan oleh Paus Pius VII untuk merebut
beberapa keuntungan politik. Pada tahun 1814 ia mendirikan dan mensahkan kembali
ordo Yesuit. Perbuatan itu adalah bukti yang nyata, bahwa Gereja Roma mau meneruskan
jalan yang diirintis oleh trente, menuju kepada pemerintahan mutlak Paus.

Terjadi pemberontakan yang hebat seperti di Prusia yang Protestan itu dalam pertikaian
Gereja Koln. Tatkala negara menuntut supaya dalam nikah campuran anak –anak harus
ikut kepercayaan bapa, maka khatolik menolak peraturan itu.

            Berkat revolusi riberal dari tahun 1848, Gereja Katolik Roma dapat melepaskan
diri dari berbagai rintangan yang tertalian dengan perwalian negara dalam masa sebelum
tahun itu. Walaupun demikian, paus Pius IX yang amat kuat dan aktif, sangat berpolitik
anti liberal, karena pengalamnya yang kurang menyenangkan dalam Negara Gereja.

            Disana tetap terdapat kebencian yang keras terhadap sikap reaksioner Gereja K.R.
ordo Yesuit sudah dibubarkan (1800), semua pengaruh gereja disingkirkan dari
pengajaran, dan akhirnya pada tahun 1905 segala milik gereja dinyatakan menjadi
kepunyaan negara, milik-milik itu hanya dipinjamkan oleh negara kepada perhimpunan-
perhimpunan agama.

2. Perjuangan Rohani. Pada umumnya Gereja Katolik Roma dapat mempertahankan


dirinya ditengah-tengah tofan politik abad ke-XIX, seperti yang kita lihat tadi. Tetapi
gerakan-gerakan rohani abad itupun mengetuk pintunya, supaya dibuka.

            Guru besar Hermes di Bonn di Jerman Barat mau membangun ilmu theologi di
atas dasar filsafat Kant akan tetapi segera Hermesianisme itu ditolak dengan keras oleh
pemimpin-pemimpin Gereja. Yang pandangan bahwa Reformasi adalah perintis zaman
moderen, bahkan sejiwa dan setujuan dengan anggapan-anggapan moderen itu. Demikian
materialisme dan kebebasan kata hati.

            Sungguhpun demikian dalam waktu yang berikutnya banyak orang cenderiawan


K.R. tidak tahan lagi melihat sikap keras Gereja terhadap kebudayaan moderen. Dari
keberatan muncullah gerakan Modernisme, yang cita-citanya sejajar dengan modernisme
dalam gereja-gereja Protestan. Dari segala uraian yang diatas itu nyatalah bahwa gereja
Roma sangat kurang dipengaruhi oleh roh zaman, dibanding dengan Gereja Protestan.

3. Perkembangan batiniah. Perjuangannya dilapangan politik dan rohani tidak menjadi


halangan bagi Gereja Katolik Roma untuk mengembangakan lagi ajarannya pada abad
ke-XIX, dan untuk maju terus dijalan yang ditempuhnya sejak Trente.
Memproklamasikan dalam suatu bulla dogma “Maria dikandung tanpa noda dosa”.
Bahwa Maria hidup dengan tidak berdosa, itulah hal yang sudah lama dipercayai umat
K.R. tetapi ahli-ahli theologia belum setuju, apakah Maria lahir juga dengan bebas dari
dosa turunan. Konsili terpaksa memutuskan pekerjaannya sebelum masanya, berhubung
dengan pendudukan Roma oleh tentara Italia. Diseluruh Eropa yang cerah itu
berkobarlah suatu tofan amarah karena dogma inim : paus tak mungkin bersalah akan
tetapi kebanyakan uskup yang mula-mula melawan lekas takhluk. Hanya sekelompok kecil
dari klerus dan anggota jemaat yang cendekiawan di Jerman, tetap menolak keputusan
konsili Vatikan.

            Pada abad ke-XIX gereja Katolik Roma meneruskan dengan konsewensi jalan yang
telah dipilihnya di Trente. Hal itu sungguh menyedihkan dan mengejutkan. Kehidupan
dan kegiatan baru yang diperlihatkannya dalam abad itu, tidak membawa kembali kepada
Alkitab saja dan ramatnya.

BAB 56

SEKTA-SEKTA/BIDAT-BIDAT

1. WUJUD SEKTABuku ini mau menguraikan sejarah gereja dan bukan sejarah sekta-
sekta, akan tetapi oleh karena gereja sering dipengaruhi oleh sekta-sekta itu, maka perlu
kita membahas dengan pendek gejala sekta itu. apalagi, dalam perkembangan gereja
sudah banyak kita bertemu dengan bermacam-macam sekta, seperti montanis, donatis,
albigens, anabaptis, dan sebagainya.

Wujud sekta atau bidat lebih gampang kita merasakannya dari pada merumuskannya.
Bagi banyak anggota gereja nama sekta itu bercorak  hina saja, tetapi pada hakekatnya,
jika ditinjau dari sudut historis, tak boleh demikian. Sekta-sekta ialah semua persekutuan
kristen (yang kecil), yang dengan sengaja memisahkan dirinya dari gereja-gereja (yang
besar), oleh sebab pada pendapatnya gereja-gereja sudah mengabaikan beberapa pokok
yang penting dari kepercayaan kristen. Pokok-pokok pengakuan itu dijunjung oleh sekta-
sekta, sehingga mereka menganggap dirinya suatu pernyataan yang lebih murni dan
sempurna dari jemaat kristen dibumi ini. Akibatnya ialah bahwa unsur-unsur iman
kristen tadi sangat ditekankan mereka secara berat-sebelah, misalnya: hal pertobatan dan
pengudusan hidup;karunia-karunia berkata-kata dengan bahasa roh; penantian akan
datangnya kembali Tuhan; keasinga gereja di tengah-tengah kuasa-kuasa dunia ini, dan
sebagainnya. Memang dalam segala hal ini gereja-gereja sering alpa dan berkekurangan.
Namun sekta-sekta itu sendiri juga banyak sedikitnya telah melepaskan keseluruhan
kesaksian Alkitab, sehingga theologianya dan praktek kesalahannya biasanya
membengkokkan kebenaran injil.
Meskipun sudah ada sekta sejak permulaan sejarah-sejarah gereja, namun barulah pada
abad ke-XIX sekta-sekta mulai timbul dimana-mana, teristimewa di inggris dan amerika.
Pada abad ke-XIX, asa toleransi dijunjung oleh hampir semua negeri Eropah, sehingga
abad ini menjadi zaman kejayaan sekta-sekta.

2. ORANG ADVENTIS

Penantian akan datang datang kembali (“advent”) Tuhan Yesus kristus dengan segera,
yang diutamakan oleh banyak sekta, membawa william miller di Amerika kepada
perhitungan yang teliti tentang saat berlakunya peristiwa yang hebat itu, meskipun Yesus
sendiri telah mengatakan bahwa tidak ada seorang yang mengetahui hari dan ketika itu.
menurut miller, kristus mau datang kembali antara 21 Maret 1843 dan 21 Maret 1844.
Salah satu golongan Adventis yang paling penting, ialah “Adventis hari ketujuh” (seventh
day adventists”; ing.) atau “sabbatis”, yang menganggap bahwa dosa besar gereja ialah
membuat hari minggu/hari pertama menjadi hari istirahat sebagai ganti hari sabat. Lain
sifat istimewa sekta adventis ialah: mereka percaya bahwa sesudah mati, tubuh dan jiwa
manusia tidur sampai kepada hari kebangkitan, sesudah mati, tubuh dan jiwa manusia
tidur sampai kepada hari kebangkitan, bahwa kristus telah membangun kerajaan seribu
tahun didalam surga sebelum hari kiamat yang akhir dan bahwa semua orang yang tak
percaya akan ditiadakan.

3. SAKSI-SAKSI YEHOWA

“saksi-saksi yehowa” atau “penyelidik-penyelidik Alkitab yang sungguh”, yang didirikan


oleh Chharles Russel (1916) dan kemudian dipimpin oleh Rutherford (1942) dan knorr.
Mereka telah menantikan kedatangan kristus pada tahun 1914, sehingga pecahlah perang
dunia pertama dihubungkannya dengan Wah. 12:7-12; kesimpulan mereka ialah pada saat
itu kristus telah naik takhanya disurga. Negara dianggap mereka selaku alat setan dan
gereja-gereja sebagai kaki tangganya. Penghayatan dosa dan rahmat telah menghilang
dibelakang kesadaran pemangilan mereka untuk berjuang bagi hormat Yehowa. Gerakan
ini merupakan suatu protes yang kuat, walaupun primitif dan legalistis, terhadap
meranana harapan dan merajalelanya roh dunia dalam gereja-gereja besar.

4. GERAKAN PENTAKOSTA.

Golongan-golongan pentakosta menitikberatkan soal bernubuat, berbahasa roh,


menyembuhkan orang sakit, dan sebagainya. Ekstase dan kegembiraan menjadi ciri-ciri
mereka. Gerakan pentakosta dizaman modern mulai muncul di Amerika (california),
kemudian berpengaruh di Eropah (khusus dijerman), dan sekarang digemari juga oleh
banyak orang kristen dalam “gereja-gereja muda”, yang gampang terpengaruh oleh
metode-metode dan suasana kebaktian gerakan-gerakan pentakosta.

5. GERAKAN DAN SEKTA

Sungguh menggembirakan, bahwa gereja dimasa ini sudah mau membuka telinganya
bahwa seruan roh kudus, yang disampaikan kepadanya melalui sekta-sekta itu. beberapa
gereja mulai memberi kelapangan kepada penyembuhan melalui doa dan iman. Gereja
mencari hubungan dengan golongan-golongan masyarakat yang sudah membelakanginya,
misalnya ordo-ordo protestan, yang mau mewujudkan cita-cita sekta didalam lingkungan
gereja sendiri dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan, misalnya dijerman
(Evangelische Michaelisbruderschaft), skotlandia (ionacommunity), perancis (biara
protestan di taize) dan swia (biara wanita protestan di granchamps).

BAB 57

GEREJA SEJAK TAHUN 1918

1. Keadaan politik

Sehabis perang dunia pertama (1914-1918), mula-mula timbullah semangat optimisme dan
idialisme, yang sebenarnya adalah lanjutan semangat abad ke-XIX. Demokrasi dan
sosialisme dijunjung tinggi; orang berharap bahwa sekarang dunia menuju kepada zaman
keadilan, kemakmuran dan damai. Mudah-mudahan segala negeri mau membuang
senjatanya bdan takluk kepada perserikatan bangsa-bangsa.

Demokrasi dan sosialisme sekarang ini juga berkuasa dinegeri-negeri yang menurut
sejarah dan tabiatnya kurang bersedia untuk memakainya: jerman, Australia dan Rusia.
diJerman kerajaan mengakibatkan suatu perkara yang baik, yakni kebebasan gereja sama
sekali dari negara. Kira-kira pada tahun 1930, keadaan krisis dan meleset berkembang
seluruh Eropah dan lebih luas lagi. Italia yang mula-mula melaksanakan pandangan ini.
Sudah sejak tahun 1922 tatanegara demokrasi diganti dengan bentuk negara “fasis”. Dan
dijerman, yang paling menderita oelh karena kemelaratan asas “pemimpinnya” dan
tatanegara totaliter (sejak tahun 1933) sebagai suatu pembebasan yang besar. Tetapi juga
dinilai-nilai negeri mala-kelamaan semangat nasionalisme menang  atas cita-cita
demokratis. Semangat itu bertambah kuat lagi di eropah oleh karena peran dunia yang
kedua pada umumnya dan pendudukan musuh pada khususnya. Di Asia dan di Afrika tak
kurang juga meningkatkannya semangat kebangsaan itu disebabkan perjuangan
memerdekakan diri dari Eropah.

2. keadaan rohani

Sebelum perang dunia pertama, ilmu pengetahuan sudah mulai melepaskan pandangan
hidupnya dan naturalisme dan materialistis. Agaknya ilmu dan iman dapat diperdamaikan
juga. Dimana-mana orang menjunjung kerohanian kembali. Tetapi perubahan itu tidak
bearti bahwa dunia barat kembali kepada Firman Tuhan. Lapisan bawah masyarakat
semakin hari semakin mengasingkan diri dari gereja, disebabkan propaganda
sosialis.banyak orang mengangap bahwa gereja turut menyebabkan timbulnya krisis
ekonomi dan keruntuhan peradapan barat. Sebab itu orang semakin banyak
membelakangi gereja.
Pada masa idealisme baru itu, tak lama kemudian pada masa pessimisme dan putusan asa
baru, hasil besar bagi agama tidak dipungut oleh gereja, melainkan oleh pelbagai aliran
rohani yang tidak bertumpu kepada injil. Sejak tahun 1700, kebudayaan eropah telah
melepaskan dirinya dari kuasa firman Allah, lalu mendasarkan kepercayaan kepada
dunia, kepada manusia dan akalnya, kepada roh dan zat benda, dan sebagainya
denganrupa-rupa jalan. Sekarang kebudayaan barat itu sedang kehilangan kepercayaan
kepada kekuataan dirinya sendiri. Akan tetapi manusia tidak kembali dari dunia kepada
Tuhan, melainkan tetap mendewakan dunia saja.

Mula-mula aliran rohani ini menggemari pantheisme-mistik, agama-agama ketimuran,


ajaran thesofis, dan sebagainya. Diantara kaum sosialis banyak yang berpaling dari
materialisme. Karl Marx kepada suatu sosialisme keagamaan. Makin rubah beragamaan
barat makin orang mencari bantuan rohani kepada kuasa yang mengatakan orang-orang.
Bahwa pada sejak tahun 1930 nasionalisme menjadi bentuk yang terpenting dari cita-cita
agama yang baru itu. berjuta-juta orang mulai memuja bangsa, rakyat dan negara.

3. gereja dan semangat zaman

Cita-cita terhadap kekuasaan, persekutuan, perkara-perkara yang mengatasi akal, dan


hadis, kedengaran dalam gereja. Tetapi gereja sekarang tidak hendak menyesuaikan
beritanya lagi kepada semangat dunia, seperti yang pernah dilakukannya dikedua abad
yang lalu. Itulah yang menyebabkan gereja mendengarkan lagi dengan hormat dan
perhatian dengan sungguh-sungguh kepada penganjur-penganjur seperti luther dan
calvin, yang sudah lamadikesampingkan selaku orang kolot. Umumnya boleh dikatakan
bahwa zaman sesudah tahun1918 mengakibatkan pertobatan untuk gereja. Pertobatan
pertama berlaku dilapangan kehidupan gereja yang lain. Didalam dunia abad ke-XIX,
yang sadar dan bangsa atas kesanggupannya sendiri, gereja merasa malu dan ragu-ragu;
tetapi kini, diwaktu dunia sedang tak keruan dan bingung, gereja mendapat kembali
kebenarannya.

Sudah barang tentu bahwa jika theologia abad ke-XIX undur dengan perlahan-lahan saja
dan sampai kini belum mati. Tetapi umumnya boleh dikatakan bahwa gereja kembali
kepada sumber Alkitab yang hidup dibidang oleh pembaru-pembaru gereja yang besar.
Persintuhan demikian berlaku dijerman, karena disanalah golongan yang menyebut
dirinya “kristen jerman” mencita-citakan suatu kekrestenan yang sesuai dengan sifat
bangsa jerman. Untuk itu mereka mau membuang segala hal dalam injil, yang tidak cocok
dengan tabiat jerman itu.

4. gerakan katolik roma

Pada masa perang tahun 1914-1918 gereja K.R. dan terutama paus mengusahakan banyak
amalan guna orang tawanan, orang luka dan kurban perang lainnya. Oleh sebab itu paus
benedictus XV (1914-1922) dihormati umum, tetapi ia tidak berhasil memegang perana
penting dalam komperensi perdamaian sehabis perang. Dibawah pemerintahannya
dibaharui hukum gereja katolik Roma. Pada tahun 1918 mulailah dijalankan kitab hukum
gereja yang baru, yang memang mempunyai kuasa ilahi bagi umat K.R. didalam relasinya
gereja dan negara dirumuskan dengan hati-hati benar.

Pengganti Benedictus ialah pius XI (1922-1939), seorang diplomat dan sarjana. Ia


meneguhkan kedudukan gereja dengan mengadakan konkordat (persesuaian, persetujuan)
dengan banyak pemerintahan. Dengan konkordat lateran pada tahun 1929, kuasa duniawi
paus didirikan kembali sebagai negara-negara “kota vatikan” dan dengan mengaku gereja
katolik Roma selaku gereja-gereja Italia.  Pius XI juga terkenal oleh karena banyaknya
enksiklik-enksiklik yang diumumkannya untuk memimpin kawanan dombanya: pada
tahun 1928 ia menolak debat oikuminis dengan gereja-gereja lain: pada tahun 1929
pendidikan oleh negara ditolaknya karena menyinggung hak ilahi gereja dan hak kodrati
(alamiah) rumah tangga terhadap pendidikan anak-anak; pada tahun 1930 paus
menasehati umatnya terhadap aggapan-anggapan moderen mengenai pernikahan, dan
pada tahun 1931 pius XI memaklumkan ensikliknya “ouadragesimo Anno” (dalam tahun
keempat puluh).

Eugenio pacelli menjadi paus pius XII (1939-1958). Amat penting keputusannya pada
tahun 1945 untuk mengisi lowongan-lowongan golongan kardinal, dengan melantik
teristimewa bukan orang yang hukan italia untuk jabatan yang tinggi itu, sehingga
pengaruh besar italia didalam pemerintah gereja banyak surut. Paus joannes XXIII telah
memanggil suatu “konsili oikumenis” yang baru, supaya bersidang pada tahun 1962.
Dengan ini mulailah muncul suatu pembaharuan yang besar berkenaan dengan hidup
iman dan panggilan gereja untuk memberitakan injil dalam dunia medern.

5. Rusia

Revolusi Bolsyewik dirusia pada tahun 1917 mengakibatkan terbentukntya suatu negara
bagian komunis menurut rancangan Marx, jadi atas dasar materialis srtheis. Agama
diterangkan sebagai candu bagi rakyat dan gereja sebagai suatu kuasa kontra-
revolusioner. Kebencian yang hangat dari penguasa-penguasa baru terhadap gereja rusia
ortodoks ada juga sebab dan dasarnya. Selaku gereja negara dahulu, gereja selalu menjadi
kaki tangan dan lembaga propaganda dari pada pemerintahan lalim tsar-tsar.

Pada tahun 1918 dilaksanakan perpisahan gereja dan negara dan penyitaan segala milik
gereja. Semenjak itu pengaruh gereja direbut satu-persatu, sampai akhirnya propaganda
agama apa saja dilarang pada tahun 1930. Sejak tahun 1942 ketegangan antara negara
dan umat kristen sudah banyak kendur. Pada tahun itu tentara-tentara jerman telah maju
sampai kedaerah pendalaman rusia. Orang berduyun-duyun masuk gedung-gedung gereja
untuk berdoa dan membaca misa guna orang mati. Pemerintah sovyet terpaksa
membiarkan saja perkobaran baru api agama yang memang tidak padam jiwa manusia.
beberapa tanda bahwa gereja rela menyediakan dirintya dipergunakan untuk maksud itu,
tak kurang dari zaman tsar-tsar.

6. gereja oikumenis
Dalam sejarah yang panjang, gereja yang esa sudah terpecah belah menjadi banyak-
banyak gereja. Sering kali orang kristen merasa dirinya terpaksa bercerai, oleh karena
mereka tidak setuju lagi tentang kebenaran Tuhan yang dinyatakan dalam injil. Usaha
untuk merapatkan kembali bagian-bagian gereja sedunia dimuali oleh perserikatan-
perserikatan pemuka kristen internasional dan oleh pekabaran injil sedunia, dibawah
pimpinan John Mott seorang amerika yang menjadi menganjur dan pahlawan besar untuk
sending dan evangelisasi diseluruh dunia (1955). Sejak tahun 1910 sudah terdapat gerekan
lain lagi, yang tidak hendak mencapai kerja sama gereja-gereja dilapangan praktek,
melainkan kemajuan kesatuannya didalam iman dan tatagereja. Gerakan ini timbul
karena diantara orang Anglikan diamerika.

Pada tahun 1939 diadakanlah suatu konperensi sedunia untuk kaum pemuda kristen di
amsterdam (1600 hadirin), dimana pimpinan-pimpinan gerakan pemuda dari banyak
negeri mendapat kesempatan untuk saling mengenal dan untuk mempelajari hasil-hasil
konperensi-konperensi di oxford dan edinburg. Kemudian diadakan lagi konperensi
pemuda-pemuda seperti itu di oslo dan di travankore.

Kemudian dari tahun 1948 mulailah babak baru dalam usaha oikumenis; terjadilah
konsolidasi dari apa yang sudah tercapai. Komperensi mengenai “iman dan tatagereja” di
lund pada tahun 1952 mengakhiri suatu masa penyelidikan tentang soal bagaimanakah
gereja-gereja dapat melangkah bersama-sama kearah pean baru.

7. pembaharuan theologia

Ahli filsafat agama jerman rudolph otto menerbitkan sebuah kitab pada tahun 1917, yang
beralamat “yang kudus”. Dalam kitab ini ia mengemukakan bahwa agama bukanlah suatu
gerakan jiwa yang besar dalam manusia sendiri, sebagaimana anggapan umum sejak
schleiermacher. Dalam kitab itu ia masih kuat dipengaruhi oleh luther dan kierkegaard.
Dengan rendah hati ia memaklumkan bahwa karangannya itu tak lain dari suatu
“keterangan dipinggir” saja, tetapi pada hakekatnya kitabnya merupakan suatu serangan
yang hebat terhadap usaha theologia abad ke-XIX untuk meyesuaikan Firman Allah
kepada manusia.

Sesudah tahun 1960, muncullah dieropah dibidang theologia suatu generasi yang lebih
muda, yang padanya umumnya tidak lagi tertarik kepda cara berpikir sistematis orang-
orang besar dari dasawarsa yang lampau. Juga negeri belanda mengalami segala pengaruh
ini. Kedua theologia asli belanda pada masa ini tentulah o. Noordmans (1956) dan A.A van
ruler (1970) van ruler menolak cara berpikir kristosentris dari barth dan lebih
menekankan fungsi tersendiri roh disamping kristus, dan didalam fungsi ini khususnya
aspek-aspek politik; jadi dengan itu ia memperbaharui cara berfikir theokratis
hoedemaker.\

8. gerakan-gerakan dibidang gereja dan theologia

Lagi seorang sarjana theologia yang berpengaruh sekarang, ialah reinhold nicbuhr lahir
pada tahun 1892, yang mengajar di union theological seminary di new york dan yang
menjadi pimpinan bagi banyak orang, yang menginginkan suatu pembaharuan hidup
rohani atas dasar Alkitab selaku pengganti optimisme yang dangkal buat kemajuan
peradapan manusia. dibelanda masih tampak perbedaan yang mendalam antara golongan-
golongan ortodoks dan liberal didalam gereja. Dalam abad ini, karena pengaruh dua orang
guru besar di leiden, yakni roessingh (1926) dan heering (1955), sudah terbit aliran
“liberal-kanan”, yang jatuh lebih mementingkan kenyataan-kenyataan dosa, rahmat,
penebusan, dan dengan demikian juga oknum kristus, dari pada modernisme abad ke-
XIX. Rasanya seakan-akan pada masa depan akan bertumbuh suatu persetujuan yang
lebar dan dalam mengenai pokok-pokok asasi iman kristen; usaha theologia dari D.G.D.
menajdi suatu pernyataan dan suatu dorongan yang kuat terhadap perkembangan ini.

BAB 58

GEREJA SEDUNIA ZAMAN INI

1. Konperensi-konperensi Sending Internasional

Tiga konperensi Sending sedunia yang besar, yang diadakan di abad ini. Ketiganya itu
diketuai oleh penganjur gerakan oikumenis dan Sending yang mulia, Dr. John Mott, selaku
ketua Dewan Pekabaran Injil Internasional (I. M. C. Internasional Missionary Council).
Jasanyab untuk organisasi, pergabungan, dan kemajuan pekerjaan Sending adalah luar
biasa besarnya.

Pertama diadakan di Edinburg pada tahun 1910. Konperensi ini merundingkan bersama-


sama segala hal-ihwal mengenai Sending  yang diusahakan oleh Eropah dan Amerika, dan
untuk memperkenalkan segala badan dan Gereja yang melakukan Sending satu sama lain.
Hasil konperensi ini ialah daerah dan pekerjaan Sending sedunia dapat dibagikan lebih
baik. Dari 1200 hadirin hanya beberapa saja yang bukan berasaldari Eropah atau
Amerika.

Kedua,  diadakan diatas bukit Zaitun, Yerusalem pada tahun 1928. Disini berkumpul 250
utusan, diantara 50 lebih utusan asli dari daerah-daerah Sending sendiri. mereka mewakili
Gereja-Gereja yang didirikan di daerah Sending itu. di Yerusalem istilah “Gereja-gereja
muda” mulai dipergunakan. Relasi Sending menjadi relasi antara Gereja tua-Gereja
muda.         

Ketiga,  konperensi Sending sedunia ketiga diadakan di Tambaram, Madras, India. Disitu
berhimpun 182 wakil-wakil dari Gereja-Gereja pengutusan dan 189 wakil Gereja-Gereja
muda. Muktamar melepaskan perbedaan lama antara daerah-daerah Gereja dan daerah-
daerah Sending.
Keempat, Sending yang keempat ini diadakan di whitby, Canada pada tahun 1947, selama
perang dunia kedua banyak Gereja muda mengalami penindasan dan penganiayaan;
justru itu  karena gereja-gereja itu sudah lebih menyadari tugas bersaksi mereka sndiri.

Kelima, konperensi kelima ini terjadi di Willingen, Jerman pada tahun 1952. Negara-
negara baru di Asia mengakui kebebasan beragama, tetapi oleh karena disebabkan
nasionalismenya . Sending sedunia mendapat pukulan hebat, tatkala semua utusan luar
negeri dipaksa meninggalkan kelompok.

Keenam, yang keenam ini dilakukan di Ghana, Afrika Barat (permulaan 1958, keputusan
yang penting ialah 1. Dibentuk dana Pendidikan Theologia untuk memajukan pelajaran
theologia di Asia, Afrika dan Amerika-Selatan;  2. Secara asasi sudah disetujui untuk
menyediakan peleburan Dewa Gereja-gereja sedunia dan Dewan Sending Internasional; 3.
Untuk cabang Asia Timur diangkat tiga orang panitera.

Sending sedunia ini terlibat dalam peralihan kepada suatu babak baru, diantaranya: 1.
Gereja-gereja Barat dan Timur bekerja sama untuk memenuhi pesan sending yang
dipercayakan kepadanya; 2. Supremasi (kuasa) barat atas dunia yang bukan barat sudah
berakhir di Asia dan Afrika; 3. Suatu pertemuan sejati antara agama Kristen dengan
agama-agama besar lainnya tidak dapat dihindari lagi.

2. Timur-Jauh

Timur- jauh ini adalah semua negeri Asia dari India hingga Tiongkon dan Jepang.
Dibenua itu terdapat kebudayaan tinggi dari zaman purbakala, disertai dan dipikul oleh
agama-agama yang mulia seperti Hindu di India, agama Konfutse di Tiongkok, agama
Shinto di Jepang, dan agama Buddha diseluruh Asia-Timur. Terhadap segala kebudayaan
agama yang mendalam itu boleh dikutip perkataan Paulus, bahwa mereka “Menyembah
makhluk dengan melupakan penciptanya” (Roma 1:25). Peradaban dunia mulai meresap,
diantara bangsa-bangsa ketimuran itu bangkitlah perasaan kesadaran diri. Pertemuannya
dengan dunia barat yang berbeda itu membangun kasih baru terhadap tanah air dan milik
rohaninya sendiri.

            Sikap baru terhadap barat itu memang medatangkan kesusahan bagi Gereja
Kristen dibenua-benua timur. Kekristenan di curigai karena dari barat. Sekarang Sending
dan Gereja-Gereja muda wajib membuktikan, bahwa Alkitab dan Gereja adalah hal-hal
yang supranasional, yaitu mengatasi perbedaan bangsa-bangsa. Mereka seboleh-bolehnya
berusaha untuk menjauhkan diri dari asalnya yang terdapat di barat supaya dunia timur
yakin bahwa kepercayaan Kristen sekali-kali tidak perkara berat saja. Pemakaian nama
Kristen di negeri Timur-Jauh lebih besar artinya dibandingkan dengan Eropah; dan
ditimur pengaruh Gereja jauh lebih luas daripada golongan pengaku-pengaku sejati.
3. Timur-Dekat

Nama ini dipakai untuk negeri-negeri dari Iran (Persia) sampai Mesir, daerah-daerah ini
merupakan suatu kesatuan rohani, Afrika-Utara pun termasuk kesitu. Disini kita berada
dalam suasana yang berlainan sekali dengan Timur-Jauh, oleh karena Islamlah yang
berkuasa disini. Sulit sekali memberitakan Injil di negeri-negeri ini karena telah
terpengaruh agama islam yang adalah agama politik yang menciptakan negara-agama.
Mereka memusuhi agama Kristen dengan fanatic.

Disini golongan Muslim yang meliputi hampir semua penduduk, didaerah ini masih tersisa
Gereja-gereja Armenia, Persia, Siria dan Mesir. Berabad-abad Gereja-gereja itu  hidup
terasing yang pada mulanya perrpisahan Nestorian dan oleh Monophysit dan kemudian
hari oleh kemenangan-kemenangan Islam.

Pada zaman baru, pertama-tama Injil dibawa ke Iran oleh Henry Martyn, ia
menyelesaikan terjemahan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Persia sebelum ia mati pada
usia muda. Pada tahun-tahun akhir ini semangat kebangsaan telah mengahalaukan system
pemerintahan Islam yang theokratis dari dalam kehidupan politik dan masyarakat.
Pemerintah tidak bersikap antipat terhadap Gereja Kristen; agama Kristen tidak
dipandang anti-nasional. Kini disitu terdapat sebuah Gereja Injil yang anggotanya
terutama terdiri dari orang-orang yang bertobatb dari agam Islam. Gereja ini semakin
berkembang mencapai 6.500 jiwa, berbeda dengan Timur-Dekat lainnya dan sudah
mencapai persatuan yang menggirangkan.

4. Hari depan Gereja.

Sejarah Gereja Yesus Kristus telah ditinjau secara garis besar sejak hari tercurahnya Roh
Kudus sampai sekarang ini. Tetapi pada hakekatnya yang kita ketahui ialah bahwa
pekerjaan pekabaran Injil sedunia sebenarnya baru dimulai, masih banyak daerah yang
belum mendengarkan Injil. Baiklah kira berusaha dan menyerahkan kepada Kristus
sendiri  untuk memutuskan selesainya tugas itu. diseluruh dunia ini semangat kebangsaan
bertambah kuat, dan semangat itu jarang sekali menyukai agama Kristen. Bagi mereka
Injil adalah suatu kebodohan. Pemberita Injil harus memberitakan Injil yang kekal itu
didalam bentuk-bentuk bahasanya  dan bangsanya sendiri. itulah syarat mutlak bagi
Gereja yang mau menjadi saksi Kristus ditengah-tengah bangsanya. Tetapi ada
lagi  tuntutan yang penting yakni menyaksikan dalam persekutuan dengan Seluruh Gereja
disegenap muka bumi, bahwa hanya ada satu Tuhan dan tidak ada Tuhan lain.

Anda mungkin juga menyukai