Anda di halaman 1dari 13

KONSEP SARX, SOMA, ZOE DAN BIOS

OLEH :

Kelompok 5 :

ASRA ZILIWU

AYUB BOANA

SASTRI GEA

RONAULINA SINAGA
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Struktur dari manusia dibagi dari beberapa konsep dan inilah bagian daripada antropologi,
terlalu sering kata-kata Alkitab mengambil definisi yang sepenuhnya bertentangan dengan
arti sebenarnya dari kata itu sebagaimana Allah menggunakannya. Dokumen ini memuat
setiap kitab suci Perjanjian Baru yang mengandung kata Yunani dan kami memberikan 4
konsep, yang berhubungan dengan struktur manusia. Menurut Plato, manusia terdiri dari
tubuh ( sarx, soma), jiwa (psyche, halogos), roh (nous, pneuma, psyche logike). Gnostisisme,
berpendapat serupa, bahwa manusia terdiri dari tiga unsur,
yaitu: pneuma (roh), psyche (jiwa), hyle (materi atau tubuh).

Kemudian di abad ke-2, paham Valentinianisme yang dipelopori oleh Valentinus—seorang


Kristen yang membawa pengaruh Gnostisisme ke dalam Gereja—mengajarkan bahwa
manusia terdiri dari roh, jiwa dan tubuh.1

1
http: //www.newadvent.org/cathen/ 12159a.htm.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Sarx (daging)

Dalam PL kata yang palng umum ialah basar, terdapa t269 kali. Tetapi terdapat juga kata sye’
er 6 kali dan tivkha 3 kali. Basar yang berarti daging, merupakan unsur utama tubuh atau
badan manusia (Kej. 40:19) juga binatang (Im. 6:27). Acuan terakhir menghasilkan
pemikiran akan daging sebagai bahan makanan atau daging korban persembahan, apakah
dimakan atau tidak. Dalam rangka acuan pertama, lahir pengertian seluruh tubuh (Ams.
14:30), dan jika pengertian itu diperluas secara wajar, lahirlah penngertian mansia yang utuh,
seperti dilukiskan oleh para pemazmur dalam mMaz. 16:9, tubuhku aan diam dengan
tentram. Hal ini memandu pada pemikiran bahwa manusia dapat disatukan seoarang dengan
yang lain, laki-laki dan perempuan menjadi satu daging (Kej.2:24), dan seoarang berkata
kepada kerabatnya, aku darah dagingmu (Hak.9:2). Pemikiran tentang daging sebagai
manusia yang utuh mengengbangkan pengertian basar memngacu kepada seluruh umat
manusia (Yes 40:6) yang mengartika totalitas eksitensi manusia, kadang-kadang terkandung
pengertian bahwa basar itu lemah (Mzm. 56:4), ini bukan berarti kelemaan moral maksudnya
adalah kelemahan tubuh manusia.

Dalam PB kata Yunani untuk daging ialah Sarx. Kata ini kata ini seringkali muncul
sebagai padanan basar dalam PL. kata Sarx mengartikan daging sebagai bagian tubuh, seperti
dalam ayat yang menyinggung makan daging misalnya Wahyu 19:18, atau seluruh tubuh
Galatia 4:13. Sarx bisa mengartikan manusia seutuhnya 2 Korintus 7:5; Roma 7:18. Matius
19-5 mengutip Kej. 2:24 dan menerjemahkan basar dengan sarx, dan ada juga ayat yan
menyebut sarx dengan arti segala yang hidup.

Kata sarx dapat diterjemahkan sebagai daging hewan maupun manusia, tubuh, umat
manusia, ataupun natur manusia dengan penekanan kepada aspek fisik 2. Kata sarx dalam
LXX dipakai untuk menerjemahkan kata basar sehingga kedua kata ini memiliki makna yang
serupa3. Dalam PB, sarx muncul lebih dari 145 kali dan 90 kali kemunculannya ditemukan
dalam surat Paulus. Oleh sebab itu, sarx merupakan salah satu kata penting dalam pengajaran
Paulus. Dalam teks non-Paulus kata ini muncul paling banyak dalam Injil Yohanes yaitu 13
kali. Sarx dalam bentuk jamak hanya ditemukan dalam Yakobus 5:3 dan 7 kali dalam Wahyu.
2
Johannes P. Louw dan Eugene Albert Nida, ed., "sarks," dalam Greek-English Lexicon of the New Testament:
Based on Semantic Domains 1, ed. ke-2 (New York: United Bible Societies, 1989), 105.
3
Moisés Silva, ed., “sarks,” dalam New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis,
vol.1 (Grand Rapids: Zondervan, 2014), 251-52
Dalam Injil Sinoptik sarx sering kali diartikan sebagai daging yang menunjukkan
keterbatasan manusia. Sarks identik dengan ketidakmampuan manusia untuk mengenal Allah
(Mat. 16:17)4. Dalam Yohanes, sarx menekankan makna yang penting khususnya
menegaskan aspek kemanusiaan Kristus. Sarx menegaskan Firman yang telah menjadi
daging. Selain itu, dalam Lukas 24:39 Yesus yang bangkit menekankan kepada murid-Nya
bahwa Dia bukanlah Roh yang tidak bertubuh namun Ia memiliki daging dan tulang.
Pemakaian kata sarx dalam Kisah Para Rasul juga kembali menekankan bahwa daging milik
Kristus tidak mengalami kebinasaan. Penulis Kisah Para Rasul menekankan keutuhan
manusia terlihat dari penggunaan sarks dan psychē yang tidak bertentangan namun saling
melengkapi (Kis. 2:27). Dalam surat Ibrani, 1-2 Petrus, dan Yudas kata sarx hampir selalu
berkonotasi negatif. Kata ini mengindikasikan manusia yang tercemar secara moral, sangat
rapuh, dan rentan terhadap dosa.

Paulus menggunakan sarx di surat-suratnya dalam konteks yang lebih luas. Pertama,
Paulus menggunakan sarks untuk menunjuk kepada hal-hal fisik khususnya daging. Dalam 1
Korintus 15:39, Paulus menggunakan sarx untuk membedakan daging manusia dan hewan.
Paulus juga menggunakan sarx untuk membedakan loh batu dan loh daging yaitu hati
manusia (2Kor. 3:3). Kata ini juga digunakan oleh Paulus dalam konteks yang berbicara
mengenai penyakit (2Kor. 12:7 dan Gal. 4:13- 14). Paulus juga menggunakan kata ini untuk
menonjolkan aspek kelemahan dan penderitaan secara fisik (2Kor. 7:5 dan 1Kor. 7:28). Sarx
juga disebutkan Paulus berkenaan dengan perawatan tubuh manusia (Ef. 5:29). Selain itu,
Paulus juga menyebutkan kata ini dalam konteks yang berkaitan dengan penyunatan (Rm.
2:28, Gal. 6:12-13, Ef. 2:11, Kol. 2:11, 13). Kedua, Paulus menggunakan sarx untuk
menunjukkan ekspresi yang negatif. Sarks sering kali diidentikkan dengan kefanaan. Dalam 2
Korintus 4:11 dinyatakan bahwa tubuh manusia adalah fana. Galatia 6:8 juga menyatakan
bahwa daging akan mengalami kebinasaan. Selain itu, sarx sering kali diartikan sebagai
manusia yang terasosiasi dengan kejatuhannya dalam dosa ketika penciptaan sehingga
manusia terpisah dari Allah. Lebih lagi, sarks juga berfungsi untuk menjelaskan
kecenderungan manusia melawan Allah sekaligus juga kondisi dunia yang jahat akibat dosa.
Sarx bukan hanya berkaitan dengan dosa melainkan juga jerat yang ada di dalamnya. Paulus
menggambarkan karakteristik perbuatan daging seperti yang ada dalam Galatia 5:19-21
penuh dengan hawa nafsu dan kejahatan. Dalam Galatia 5:17, Paulus menegaskan bahwa
keinginan daging berlawanan dengan Roh karena keduanya saling bertentangan. Ketiga,
4
Foerster, “sarks,” dalam Theological Dictionary Of The New Testament: Vol. 7, ed. Gerhard Freidrich dan
Geoffrey Bromiley (Grand Rapids: Eerdmans, 1971), 124
Paulus juga menggunakan sarks untuk menunjukkan hubungan pertalian darah dan
persaudaraan. Paulus menggambarkan keturunan fisik dari Abraham dengan frasa “anak
menurut daging” (yang kontras dengan Rm. 9:8 “anak perjanjian”) atau ketika merujuk
kepada orang Yahudi kaum sebangsanya (11:14). Keempat, dalam beberapa kasus Paulus
menggunakan kata sarx dalam gender netral (Rm 9:3). Tujuan Paulus adalah ingin
menekankan bahwa dari kaum sebangsanya datanglah Mesias. Kelima, Paulus menyatakan
bahwa orang percaya suatu saat nanti tidak akan lagi hidup dalam sarx (Rm. 7:5, 8:8, Gal.
5:24). Hal ini bukan berarti bahwa orang percaya akan keluar dari tubuhnya yang fana secara
mistis. Sebaliknya, manusia akan tetap hidup dalam tubuhnya karena iman kepada Kristus
sebab Allah telah menebusnya (2Kor. 10:3 dan Gal. 2:19-20)

Pemakaian sarx dalam PB memiliki perbedaan makna sesuai dengan konteks


pemakaiannya. Dalam beberapa konteks, ketika kata ini menonjolkan sisi kelemahan manusia
maka hal itu menjadi peringatan agar manusia tidak meletakkan kepercayaan kepada
kekuatan manusia (Flp. 3:3-4). Poin utamanya adalah orang percaya memerlukan Roh Kudus
dan Kitab Suci untuk dapat hidup benar (1Kor. 2:10-165, 15:3). Ketika sarx menekankan
aspek fisik maka ada signifikansi khusus bagi kehidupan orang percaya. Penggunaan sarx
sangat penting untuk menekankan aspek fisik dari Kristus untuk melawan ajaran sesat seperti
Gnostisisme pada masa PB. Hal ini penting bagi orang percaya sebagai dasar iman mereka
sekaligus teladan bahwa Tuhan juga pernah hidup dalam fisik sama seperti manusia lainnya.
Oleh sebab itu, orang percaya seharusnya hidup taat dalam tubuh (2Kor. 4:10-11). Fakta
bahwa 58 setiap manusia memiliki eksistensi fisik sebagai bagian dari dunia fisik merupakan
alasan penting bagi setiap orang percaya bertanggung jawab atas fisiknya. Jadi, dalam PB
kebanyakan penggunaan sarx untuk “tubuh” manusia dapat diartikan sebagai daging.
Penggunaan “tubuh” manusia dalam PB khususnya dalam pengajaran Paulus memiliki makna
yang signifikan. Paulus menekankan “tubuh” manusia dengan sarx agar orang percaya
memahami dirinya sebagai daging. Sekalipun dalam beberapa bagian sisi negatif dari daging
ditonjolkan, daging bukanlah hal yang buruk bahkan berbahaya. Daging menjadi buruk dan
berbahaya jika manusia hidup hanya berdasarkan daging dan mengabaikan tuntunan Roh
Kudus. Oleh sebab itu, penting bagi manusia untuk memaknai tubuhnya dengan benar.
Sekalipun “tubuh” manusia terbuat dari daging hendaknya “tubuh” bukan hanya dimaknai
dari komposisi maupun sisi lemahnya tetapi juga dari hubungannya dengan Allah.
B. Konsep Soma

Kata soma dapat diterjemahkan sebagai tubuh. Soma juga dapat diartikan sebagai
seorang pribadi dalam keberaadaan fisiknya serta keberadaan diri yang cenderung berdosa
dan bahkan tidak berdaya5 . Menurut Silva, soma merujuk kepada seseorang secara utuh
tetapi hanya dalam konteks fisik seseorang6. Varga dalam tulisannya menyatakan bahwa
soma menggambarkan seseorang secara utuh, sebagai milik Allah, suatu yang bernilai, suatu
makhluk nonmateri yang permanen, sebagai suatu entitas wujud, dan sesuatu yang lengkap.
Definisi soma seringkali dikaitkan dengan kepribadian manusia secara utuh dengan
menekankan kesatuan dari beberapa unsur manusia (tubuh, jiwa, dan roh) secara holistik 7.
Gandry dalam bukunya menguraikan bahwa soma sebenarnya tidak dapat secara langsung
diartikan demikian, Ia menyatakan bahwa pribadi yang utuh merupakan makna tambahan dari
soma dan bukan makna utama. Soma mungkin dapat mempresentasikan pribadi yang utuh
karen hidup menyatu dengan jiwa atau roh. Namun soma tidak berarti pribadi yang utuh.
Gandry menegaskan bahwa soma lebih tepat dipahami sebagai tubuh fisik daripada keutuhan
pribadi seseorang.

Dalam Injil, soma digunakan untuk menunjuk kepada “tubuh”. Dalam beberapa
bagian soma menunjukkan tubuh kristus (Mat 37: 59, Markus 15: 43, Luk 2: 55, 2: 3, 23;
Yoh 19 : 31, 38 : 40, 20 : 12). Dalam Yoh 2: 21 soma menunjuk kepada tubuh Kristus yang
dibangkitkan dari kematian sekaligus sebagai bait Allah. Soma terkadang juga menunjuk
kepada mayat (Mat 27: 52 dan Luk 1: 37). Dalam Markus 5: 29 soma menunjuk kepada
tubuh yang telah disembuhkan dari penyakit8. Dalam Matius 6: 25 dan Luk 12: 22 soma
menunjuk kepada “tubuh” manusia dengan penekanan kepada bagian eksternal yaitu fisik
manusia. Gundry mengatakan bahwa bagian ini merupakan bukti bahwa soma tidak dapat
diartikan sebagai pribadi manusia yang utuh. Ia mneyatakan bahwa frasa “bukankah hidup
(psyche) itu lebih penting daripada makanan dan tubuh (soma) itu lebih penting daripada
pakaian? “jelas membedakan bahwa soma dengan psyche dimana soma lebih mengacu
kepada aspek fisik dari manusia. Perbedaan tubuh dan jiwa manusia juga terlihat jelas dalam

5
Louw dan Nida “soma”, dalam greek-english lexicom of the new testament, 105
6
Silva, “soma” dalam new inte international dictionary of the testament theology and exegesis, 435-36
7
Robert Horton Gundry, Soma In Biblical Theology : With Emphasis On Pauline Anthropology (Grand Rapids :
Academie, 1987), 3-8.
8
Schweizer, “sōma,” dalam Theological Dictionary of the New Testament, vol. 7, ed. Gerhard Freidrich dan
Geoffrey Bromiley (Grand Rapids: Eerdmans, 1971), 1057-58
matius 10 : 28 yang menyatakan bahwa Dia berkuasa membinasakan baik jiwa (psyche)
maupun tubuh (soma) di dalam neraka. Dari hal tersebut Varga menyatakan bahwa soma
sebenarnya tidak perlu diartikan lebih luas dari “tubuh” manusia. Sekalipun demikian, ia
tetap menekankan bahwa psyche maupun soma bukanlah sebuah antitesis. Psyche maupun
soma merupakan paralel yaitu elemen dari manusia yang saling melengkapi.

Dalam bagian PB yang lain soma digunakan secara beragam. Soma dapat mmerujuk
kepada tubuh manusia (Kis 9 :40 dan Yak 2 : 16) atau kepada tubuh hewan (Ibr 13 : 11).
Selain itu, soma juga menunjuk kepada budak (why 18 : 13) maupun tubuh Kristus (Ibr 10 :
10). Schweize rmenyatakan “tubuh” Kristus yang mati dan bangkit menunjuk kepada
manusia secara utuh bukan parsial. Hal ini dipertegas oleh Bruce bahwa sōma begitu
berharga dalam ayat ini yang terlihat berbeda dengan bagian lain. Sōma di sini bukan hanya
digunakan untuk menunjukkan tubuh fisik Kristus saja tetapi juga diri-Nya secara total. Ia
memberikan diri-Nya secara total untuk mati dan sangat kontras dibandingkan dengan tubuh
fisik hewan dalam sistem persembahan9. Sebagian besar kata sōma muncul dalam tulisan-
tulisan Paulus yaitu dua pertiga dari 140 kemunculannya dalam PB 10. Oleh sebab itu, sōma
merupakan salah satu kata yang penting dalam pegajaran Paulus. Sekalipun banyak muncul
dalam tulisan Paulus, sōma sering kali muncul dalam nuansa yang abstrak sehingga sulit
dipahami dengan tepat. Akibatnya, perdebatan muncul di kalangan para sarjana ketika
mengartikan sōma dalam tulisan Paulus. Umumnya, dua pandangan yang bertentangan adalah
mereka yang mengartikan sōma sebagai pribadi yang utuh dari manusia, dengan mereka yang
mengartikan sōma sebagai “tubuh” manusia secara fisik. Hal ini penting untuk diperhatikan
oleh pembaca masa kini sebab pemahaman yang keliru mengenai sōma akan berakibat fatal.
Kegagalan seseorang memahami sōma berakibat pada kegagalannya memahami ajaran
Paulus.

Robinson menyatakan bahwa sōma merupakan kata ganti yang merujuk pada pribadi
seseorang. Ia mengutip beberapa ayat dalam tulisan Paulus untuk membuktikan bahwa sōma
tidak dapat diartikan sebagai bagian eksternal manusia melainkan sebagai “kepribadian”
(2Kor. 10:10, 1Kor. 5:3, Kol. 2:5, Rm. 4:19, dan 1Kor. 6:13-20) 11. Berbeda dengan Robinson,
Gundry menentang pandangan bahwa sōma merupakan kata ganti yang merujuk pada pribadi

9
Frederick Fyvie Bruce, The Epistle of the Hebrews: The English Text with Introduction, Exposition and Notes,
The New International Commentary on the New Testament 14 (Grand Rapids: Eerdmans, 1981), 232–36
10
Ibid
11
obinson, Body, 27–28. Robinson bahkan menyatakan, “sōma, again like sarks, does not mean simply
something external to a man himself, something he has. It is what he is.”
seseorang. Ia menjelaskan bahwa sōma dalam tulisan-tulisan Paulus (1Kor., 2Kor., dan Rm.)
tidak dapat diartikan sebagai keutuhan dari keberadaan manusia. Paulus sendiri menentang
keutuhan manusia dengan menggunakan kata sōma untuk menekankan aspek fisik manusia.
Sōma menunjukkan tubuh fisik manusia bahkan sering kali dapat diartikan sebagai daging.

Penggunaan sōma dalam tulisan Paulus harus dipahami sesuai dengan konteks dan
tujuan penulisannya. Dalam sebagian besar tulisan Paulus, sōma diartikan sebagai tubuh
manusia yang dipahami secara utuh. Keutuhan manusia di sini bukan hanya karena sōma
memiliki implikasi teologis sebagai “pribadi” tetapi juga harus dipahami dalam konteksnya.
Dalam beberapa bagian seperti Roma 12:1, Paulus menggunakan kata sōma untuk
menekankan persembahan tubuh secara fisik tetapi tidak mengabaikan aspek batiniah dari
seseorang. Dalam 1 Korintus 9:27, Paulus menekankan pentingnya disiplin diri dengan
melatih tubuh dan menguasainya seluruhnya. Hal ini mengindikasikan bahwa yang dimaksud
bukan hanya tubuh secara fisik tetapi juga pribadinya secara utuh. Peringatan terhadap
ketidaksucian dalam 1 Korintus 6:13-20 juga memberikan penegasan bahwa tubuh di sini
seharusnya dimaknai bukan hanya sebagai tubuh secara fisik tetapi juga dalam keutuhannya.
Peringatan untuk hidup suci dan memuliakan Allah di sini tentu saja bukan hanya
memperhitungkan aspek fisik melainkan juga aspek batiniah dari seseorang. Sebagai
tambahan, Paulus juga menggunakan sōma untuk menunjukkan tubuh Kristus yaitu gereja
dalam beberapa tulisannya (1Kor. 12:27, Ef. 4:12, Kol. 1:24, Rm. 12:5). Dalam kasus
tersebut Paulus menggunakan tubuh manusia secara figuratif untuk mengekspresikan karakter
esensial dari gereja.

Sōma dalam tulisan Paulus berkaitan erat dengan pengajarannya mengenai


kebangkitan tubuh. Hal ini ditunjukkan dari kemunculan sōma sebanyak 46 kali dalam 1
Korintus (kurang lebih setengah dari kemunculan sōma dalam tulisan Paulus).

 TUBUH. Kata yang biasa dalam Ibrani untuk tubuh manusia adalah basar,
‘daging’. Kadang-kadang TBI menggunakan kata badan (Kej 47:18; Luk 19:3).
Badan juga digunakan untuk tubuh Dagon setelah kepala dan tangannya dipenggal
(1Sam 5:4). Berlawanan dengan filsafat Yunani dan banyak pemikiran modern,
dalam nalar Ibrani penekanan biasanya tidak diletakkan pada perbedaan tubuh,
jiwa dan roh. Manusia dipandang kesatuan. Tapi dalam sedikit ay dimana nampak
ada pembedaan (mis Mzm 31:10; 44:26; Yeh 11:19; Dan 10:6), maka Alkitab
bahasa Indonesia menggunakan kata ‘tubuh’ bagi unsur badani, kendati dalam
Ibrani kata-katanya berbeda-beda. (Ayb 19:26 tidak memuat kata ‘tubuh’ dalam
aslinya, yang bunyinya ‘sesudah kulitku rusak’.)
Dilain pihak dalam pemikiran Ibrani, tidak ada gagasan yang jelas yang
menyatukan unsur-unsur badani, seperti mis saraf atau pembuluh darah, sehingga
organ-organ tubuh sering dibicarakan seakan-akan bekerja sendiri-sendiri. Sering
juga suatu bagian tubuh berarti segenap tubuh (mis Yes 51:23).
Penggunaan kata soma, ‘tubuh’, dalam PB dekat sekali dengan Ibrani sehingga
menghindari pemikiran falsafah Yunani yang cenderung merendahkan tubuh
sebagai jahat, penjara dari akal yang baik. Paulus memang menggunakan ‘tubuh
dosa’ sebagai istilah teologis searti dengan ‘daging’ yang berarti tempat pekerjaan
dosa. Namun dalam PB ada pembedaan yang lebih jelas antara tubuh, jiwa dan
roh (Mat 10:28; 1 Tes 5:23; Yak 2:26).12

C. Konsep Bios

Dalam bahasa Yunani ada 3 kata ‘hidup’ yaitu:


1. Bios yaitu Hidup secara fisik/tubuh jasmani yang dipengaruhi oleh 5 panca indera.
Sifatnya sementara dan tidak kekal.
2. Psyche Hidup secara jiwani, muncul kata psychology; yaitu ilmu yang mempelajari jiwa.
3. Pneuma yaitu Kehidupan secara rohani; yang artinya nafas. Roh Kudus tidak dikenal oleh
dunia sekalipun hidup ini dihembusi oleh Roh Kudus, setiap orang yang bertobat, Ia
menerima Roh Kudus dan tinggal di dalam dirinya (1 Kor 3:16) memiliki Zoe = yaitu Hidup
yang sesungguhnya.

Dalam bahasa aslinya, kata hidup dalam teks ini menggunakan kata zoe dan bukan
kata bios. “Bios” adalah hidup yang dimiliki oleh semua mahluk hidup, baik manusia,
binatang, dan tumbuhan. Dari kata ini kita mengenal istilah biologi. Bios hanya berbicara
perjalanan mahluk hidup dalam hal mencari makan, kenyang, berkembang biak, sekedar
bertahan hidup sampai akhirnya mencapai titik kematian. Semua ini berkaitan erat dengan
hal-hal fisik semata. Bios dalam konteks hidup manusia yaitu menggambarkan kelahiran,
bertumbuh dan berkembang secara fisik dan emosi, bekerja untuk mendapatkan uang guna
memenuhi kebutuhan untuk tetap eksis, menikah, memiliki keturunan, dan akhirnya
meninggal.13

12
J.D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995), hal.
493-494.
13
https://www.bethelic.com/2018/03/hidup-yang-sebenarnya-zoe/
Dalam Alkitab Perjanjian Baru terjemahan asli Yunani, ada perbedaan kata yang dipakai
untuk menjelaskan hidup yang jasmani dengan hidup yang kekal.  Hidup yang jasmani
disebut “Bios” dan hidup yang kekal disebut “Zoe”.  Tuhan Yesus datang untuk memberikan
Zoe yaitu hidup yang kekal dan memberinya dalam segala kelimpahan. (Yoh. 10:10)
Hal ini seperti seorang yang memegang handphone “dummy” lalu kemudian ada yang
memberikannya handphone beneran.  Mana yang mau dia pilih? “Dummy” atau “Yang
sejati”.  Mana yang saudara pilih? Yang sementara atau yang kekal?  Tuhan Yesus telah
memberikan kepada kita Zoe yakni kehidupan yang kekal yang rohani yang sifatnya
selamanya dan sejati, apakah kita mau hidup di dalamnya atau masih berfokus kepada “bios”
dan tidak mau melepaskan ikatan terhadap “bios”?
Bios itu berarti kehidupan yang jasmani atau kehidupan sehari-hari sedangkan Zoe berarti
kehidupan yang rohani dan yang kekal.  Setiap orang beriman kepada Kristus harus berfokus
kepada yang rohani bukan kepada yang jasmani. Itu sebabnya Tuhan Yesus berbicara tentang
pentingnya mengutamakan yang rohani daripada yang jasmani: “Carilah dahulu Kerajaan
Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.  Bila kita
mengutamakan Zoe, maka kehidupan bios kita akan ditambahkan oleh Tuhan.
Saudara yang dikasihi Tuhan, sudahkah kita berfokus kepada yang rohani dan kekal? Jangan
lepaskan pemberian Tuhan Yesus yang kekal, hanya untuk mengejar yang sementara!

Makna Bios bagi Filsuf Agamben


Bagi Agamben, yang menjadi fondasi atau yang fundamental untuk paradigma politik
modern di Barat lahir dari pembedaan antara suara (phone) dan bahasa (logos), antara zoe
dan bios (Agamben, 1998), dan yang berujung pada pengasingan (ekslusi) dan penyertaan
(inklusi), serta tegangan dari oposisi tersebut. Deskripsi akan hal ini tidak lepas dari
pembacaan titik tolak Agamben sendiri, secara umum, yaitu zaman antik Yunani, dan secara
lebih spesifik pandangan Aristoteles tentang hidup yang baik; dimana ‘baik’ disini merujuk
pada suatu bentuk hidup rasional yang berketatanan dalam polis, seperti dikatakan, “Born
with regard to life, but existing essentially with regard to the good life”, Artinya, lahir dengan
kapasitas / kemampuan untuk hidup, namun secara kodrati mengada dengan kapasitas
(tambahan, bukan hanya untuk sekedar hidup ) untuk hidup yang baik. Lagi, ada kesepakatan
dengan Foucault tentang eksistensi manusia dalam politik, Agamben melihat ada yang
problematis dengan pandangan dari Aristoteles tersebut dan hal ini terimplikasi pada praktik
politik modern di Barat. Yang problematis adalah kata ‘with regard’ dalam ‘with regard to
the good life’. Bagaimana hal ini bermasalah? ‘With regard to the good life’ bukan hanya
dapat dibaca sebagai implikasi dari sebuah kelahiran, namun juga dapat dibaca sebagai
penyertaan (inclusion) sekaligus pengasingan (exclusion) zoe ke dalam bios, juga terhadap
hidup yang alami (bare life) ke dalam hidup yang politis (political life). Dengan demikian,
bare life, ada untuk ditiadakan dalam political life. Menurut Agamben, implikasi ini muncul
tidak lepas dari suatu narasi metafisis antropologis tentang ke-apa-an manusia yang berlaku
sejak zaman Aristoteles. Manusia berbeda dengan mahluk hidup lain karena ia memiliki
‘kapasitas tambahan’ untuk berbahasa dan mencapai hidup yang ‘baik’. Suatu tatanan polis
yang sesuai dapat dicapai karena adanya transisi suara (phone), pada zoe (bare life), menuju
kepada bahasa (logos), pada bios (the good life, the political life). Selain itu, dari bentuk
kehidupan layaknya binatang menuju ke spesifik manusia, lebih spesifik lagi bukan hanya
sebagai manusia, namun manusia sebagai mahluk hidup dengan cara hidup tertentu. Logos
yang hadir pada bios dimiliki sebagai akibat dari meninggalkan sekaligus pembisuan phone
(Agamben, 1998). Suara dilupakan sekali gus ada di dalam bahasa itu sendiri. Setia dengan
pandangan ini, praktik politik modern di Barat adalah suatu peredaman suara ke dalam
bahasa itu sendiri, barelife ke dalam political life; suatu proses bios-nisasi zoe. Dengan
kalimat yang berbeda dapat dikatakan bahwa praktik politik modern di Barat adalah sebuah
tindakan politisasi terhadap hidup yang telanjang (bare life) itu sendiri Politik hadir karena
manusia, sebagai mahluk hidup yang berbahasa, memisahkan dan melawankan diri dengan
bare life-nya sendiri, namun tidak sungguh-sungguh bebas darinya. Menyinggung kembali
istilah docile body dari Foucault, zoe adalah tubuh yang harus didisiplinkan, menjadi tubuh
yang docile (penurut). Zoe ada di dalam bios, dibisukan dan hadir dalam posisi yang
subordinat. Agamben melihat bahwa yang politis hadir dalam sebuah status pengecualian
(state of exception) yang terjadi dalam tegangan zoe-bios, eksklusi-inklusi. Yang politis
bukan hanya hadir melalui pertentangan hubungan kawan dan lawan dalam sebuah status
keadaan darurat (state of emergency), sebuah pandangan politik dari Carl Schmitt .14

Bios, kehidupan (sehari-hari); nafkah kekayaan

Mrk 12:44 semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.


2 Tim2:4 tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya,
1 Yoh 3:17 Barangsiapa mempunyai harta duniawi
Luk 15:12 ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu
1 Tim 2:2 agar kita dapat hidup tenang dan tentram

D. Konsep Zoe

Kata “hidup” ditulis ζωή (zoe) Dalam bahasa Yunani kata hidup selain ζωή (zoe) ada
juga kata bio (bios). Tetapi kata bio(bios) pemakaiannya lebih menunjuk kepada hidup

14
Agamben, G. (1998). Homo Sacer, Sovereign Power and Bare Life (translated by Daniel Heller Roazen) USA
: Stanford Univesity Press.
makhluk pada umumnya (hidup yang jasmaniah). Tetapi kata ζωή(zoe) menunjuk kepada
hidup dalam pengertian mutu/nilai. Tuhan Yesus berkata Aku datang untuk memberi
hidup dan kelimpahan (Yoh.10:10), kata hidup dalam teks ini adalah ζωή(zoe) yakni hidup
yang bermutu (kualitas hidup). Kata kelimpahan dalam teks aslinya tertulis περιςςὸν
(perisson) bukan kelimpahan secara jumlah (kuantitas) melainkan banyak dalam arti
mutu (quality). Hal ini selaras dengan ayat Yohanes 17:3 bahwa memiliki Yesus
Kristus berarti memiliki hidup yang berkualitas, yaitu hidup yang kekal: ”Inilah hidup (zoe)
yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yoh.17:3). 15 Kehidupan di luar diri
Kristus adalah hidup yang tidak bermutu, tidak ada nilai. Ini diteguhkan oleh Paulus,”bahwa
waktu itu kamu tanpa Kristus, ...tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia”
(Ef.2:12). Berbicara mengenai “hidup” yang bermutu (quality) memiliki korelasi dengan kata
“hidup kekal” juga di dalam Yohanes 3:16. Hidup yang bermutu hanya ada ditemukan di
dalam Kristus. Di dalam kristus, seseorang memiliki persekutuan dengan Allah
yang benar. Sebenarnya inilah yang dimaksud dengan hidup kekal, hidup yang bermutu
tersebut. Sedangkan lawan kata “hidup kekal” adalah binasa. Kata “binasa” di dalam
Yohanes 3:16 ditulis ἀπόληται (apoletai) berasal dari kata dasar apollumi, yang
diterjemahkan to destroy (dihancurkan); to perish (binasa, hancur), atau render useless
(membuat sia-sia). Jadi, binasa bukan hanya hancur, tetapi juga menunjuk suatu keadaan di
mana manusia terpisah dari Allah. Keterpisahan dari Allah, Penciptanya berarti suatu
keadaan yang tidak bermutu atau menjadi sia-sia (render useless). Jadi, benar-benar
tidak akan binasa bagi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus.

Zoe (135x)

Hidup jasmaniah, hidup baru hidup kebangkitan, hidup kekal

Mat 7:14 sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan


1`Yoh 3:36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal.
Luk 16:25 menerima segala yang baik sewaktu hidupmu,

15
Jurnal Teologi Kristen, Vol 2, No 1(Juni2021) 38.
Yoh 6:47 ia mempunyai hidup yang kekal
Yoh 5:26 Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya

BAB III

KESIMPULAN

Jadi dari kami kelompok menjelaskan bahwa dalam manusia, bagaikan intan dengan
banyak bidangnya. Terdapat permukaan intan dengan banyak bidangnya bukanlah merupakan
bagian terpisah dengan yang lainnya. Mereka memantulkan berbagai aspek dari keseluruhan.
Mereka bisa saja memiliki fungsi yang sama namun tetap bisa dibedakan satu dengan yang
lainnya. Mereka bukan bagian yang terlepas, mereka adalah aspek-aspek, segi-segi, wajah-
wajah dan keseluruhannya.

Anda mungkin juga menyukai