A.1 Trikotomi
Trikotomi adalah konsep yang memiliki pandangan bahwa natur manusia terdiri dari tiga bagian,
yaitu tubuh, jiwa dan roh. Pandangan ini berdasarkan pada pengertian bahwa, Allah menciptakan
manusia, dengan memberikan tiga unsur utama di dalam diri manusia yaitu tubuh, jiwa dan roh.
Sebagaimana juga dalam pandangan para filsuf Yunani, memandang bahwa tubuh, jiwa dan roh
adalah satu kesatuan, yang ada dalam manusia yang hidup.
Tubuh adalah unsur lahiriah manusia, unsur daging yang dapat dilihat, didengar, disentuh, dan
sebagainya
Jiwa adalah unsur batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia meliputi beberapa
unsur, pikiran, emosi (perasaaan) dan kehendak. Dengan pikirannya, manusia dapat berpikir,
Dengan perasaannya manusia dapat mengasihi dan dengan kehendaknya, manusia dapat
memilih.
Roh adalah prinsip kehidupan manusia. Roh adalah nafas yang dihembuskan oleh Allah ke
dalam manusia dan kembali kepada Allah, kesatuan spiritual dalam manusia. Roh adalah sifat
alami manusia yang 'immaterial' yang memungkinkan manusia berkomunikasi dengan Allah,
yang juga adalah Roh.
Pencetus awal dari teori ini adalah Irenius yang mengajarkan bahwa orang percaya memiliki tiga
komponen di dalam diri mereka: tubuh, jiwa dan roh, sedangkan orang yang tidak percaya hanya
memiliki jiwa dan tubuh.Teolog lain yang dikaitkan dengan konsep ini adalah Apollinarius yang
beranggapan bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh atau akal budi. (Pneuma atau nous).
Sebenarnya pemikiran trikotomi ini berasal dari filsafat yunani, khususnya pandangan Plato yang
juga melihat manusia itu terdiri atas tiga unsur. Plato dan para filsuf Yunani lainnya
menempatkan anti tesis yang tajam antara hal-hal yang terlihat dan yang terlihat. menurut
mereka dunia substansi material bukan diciptakan oleh Allah melainkan secara kekal
bertentangan dengan Allah.
Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada perkataan Paulus dalam I
Tesalonika 5:23 dan penulis Ibrani dalam Ibrani 4:12 yang secara jelas menyebutkan tiga unsur
tersebut yang berbunyi demikian:
"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya, dan semoga roh (πνευμα, spirit),
jiwa(ψυχη, soul) dan tubuhmu (σωμα, body) terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada
kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." I Tes. 5:23
"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia
menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum,; ia sanggup
membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." Ibr. 4:12
A.2 Dikotomi
Dikotomi adalah pandangan yang percaya bahwa natur manusia terdiri dari dua bagian saja, yaitu
tubuh dan roh (jiwa termasuk di dalamnya). Pandangan ini merupakan pandangan yang paling
populer sepanjang sebagian besar sejarah gereja. Konsep dikotomi ini di anut sejak sekitar awal
mula pemikiran Kristen. Menyusul konsili di konstantinopel pada tahun 381, pendapat ini
menjadi makin populer sehingga dapat dikatakan menjadi kepercayaan yang secara resmi
diterima oleh gereja
Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada argumentasi berikut ini:
1. Ketika Allah menciptakan manusia, Allah menghembuskan ke dalam manusia hanya satu
prinsip saja, yaitu jiwa/napas yang hidup. Kej. 2:7
Para penganut dikotomi memandang istilah jiwa dan roh di dalam Alkitab bukan sebagai dua
substansi yang berbeda, tetapi merupakan istilah yang sering dipakai secara bergantian/bisa
dipertukarkan oleh penulis Alkitab, misalnya dalam Mat. 6:25; 10:28 (Manusia disebut dengan
istilah tubuh dan jiwa) dan Pkh. 12:7; I Kor. 5:3,5 (manusia disebut dengan istilah tubuh dan
roh). Contoh lainnya adalah Kej. 41:8; Maz. 42:6; Mat. 20:28; 27:50; Yoh. 12:27; Ibr. 12;23;
Why. 6:9.
2. Penyebutan jiwa dan roh secara bersamaan seperti dalam I Tesalonika 5:23 dan Ibrani 4:12,
tidak harus ditafsirkan sebagai adanya dua substansi yang berbeda. Sebab jika ditafsirkan
demikian, maka manusia tidak hanya dibagi dalam tiga substansi saja, melainkan lebih, misalnya
dalam Mat. 22:37 menyebutkan secara bersamaan hati, jiwa dan akal budi (pikiran).
3. Pada umumnya kesadaran manusia hanya menunjukkan adanya dua bagian dalam diri
manusia, yaitu unsur yang badaniah/jasad (yang dapat dilihat) dan unsur rohaniah (yang tidak
dapat dilihat) .
Jika diselidiki dengan lebih jelas maka akan ditemukan bahwa Alkitab tidak melukiskan manusia
secara ilmiah dan faktanya. Alkitab juga tidak memakai bahasa Ilmiah yang baku. Alkitab
memakai istilah seperti jiwa, roh dan hati sebagai padanan kata yang bisa saling menggantikan.
Hal ini karena bagian tubuh tidak secara terutama dilihat dari sudut pandang perbedaan dan
kesalingterkaitan mereka dengan bagian-bagian yang lain, tetapi untuk menandai atau
menekankan aspek-aspek yang berbeda dari manusia yang utuh, di dalam hubngannya dengan
Allah. Anthony A. Hoekema dalam bukunya yang bejudul Manusia:Ciptaan Menurut Gambar
Allah mengatakan bahwa “Alkitab pertama-tama tidak tertarik pada bagian-bagian yang
membentuk manusia atau struktur psikologisnya tetapi lebih pada hubungan-hubungan yang
didalamnya manusia berdiri”
Yang menjadi awal permasalahan dalam Alkitab adalah ketika sampai pada Kejadian 2:7 “Ketika
Itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu dan tanah dan menghembuskan napas
hidup kedalam hidungnya ; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”. Dalam ayat
ini dengan gamblang dijelaskan akan konsep pembentukan manusia. Ayat ini juga berisi bukti-
bukti akan susunan elemen natur manusia dimana rumusan tubuh manusia adalah debu tanah +
napas hidup = makhluk (manusia) hidup atau jiwa yang hidup (Merupakan pegangan yang kuat
bagi penganut Dikotomi). Namun ada dua ayat yang tampaknya bertentangan dengan pernyataan
dikotomis dari Alkitab yaitu 1Tes 5:23 "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu
seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada
kedatangan Yesus Kristus" dan satu lagi dalam Ibr 4:12, "Sebab Firman Allah hidup dan kuat
dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan
jiwa dan roh, sendi-sendi dan sunsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati
kita.". Dari ayat ini seolah-olah tubuh, jiwa dan roh di tempatkan pada porsi yang berbeda.
(Merupakan pegangan yang kuat bagi penganut trikotomi)
Rupanya yang menjadi inti permasalahan dalam pandangan unsur konstituen manusia terdapat
pada kata Jiwa/nephes(PL)/Psyche(PB) dan Roh/Ruach(PL)/ pneuma(PB). Paham trikotomi
menyebutkan hal ini sebagai suatu substansi yang harus dibedakan sementara paham dikotomi
memandang kata ini sebagai suatu padanan karena Alkitab sering menggunakan kata ini secara
bergantian.
Lihatlah hasil penjabaran berikut ini untuk kata jiwa dan kata roh:
Tiga kata Ibrani dalam Perjanjian Lama dan satu dalam kata Yunani dalam Perjanjian Baru yang
menggambarkan tentang jiwa. Yaitu:
a. Neshamah diterjemahkan sekali dalam Yesaya 57:16, "padahal Akulah yang membuat nafas
hidup.
b. Nedibah diterjemahkan sekali dalam Ayub 30:16, bagian pertama "Oleh sebab itu jiwaku
hancur dalam diriku."
c. Nephes adalah merupakan kata lain dalam perjanjian Lama yang diterjemahkan dengan
"nyawa", "mahluk" atau "jiwa", berasal dari nasphash yang berarti "untuk bernapas". Muncul
752 kali dan diterjemahkan dengan 43 kata yang berbeda.
d. Psuche adalah merupakan ucapan kata Yunani dalam Perjanjian Baru yang dinyatakan
sebanyak 105 kali dan diterjemahkan dalam enam kata yang berbeda. Psuche mempunyai arti
yang sama dengan nephes dalam bahasa Ibrani.
Dari kata ruach, digunakan 377 kali dalam Perjanjian Lama, menunjuk kepada percikan tenaga
yang hakiki bagi kehidupan eksistensi individual. Dalam Alkitab pada umumnya sering
diterjemahkan sebagai :
a. "roh", "angin", atau "napas" (Kejadian 8:1)
b. Digunakan juga untuk menunjuk kepada vitalitas (Hakim 15:19), keberanian (Yosua 2;11),
kemarahan atau amarah (Hakim 8:3), watak (Yesaya 54:6), sifat tabiat (Yehezkiel 11:19), dan
tempat emosi (I Samuel 1:15).
c. Sering digunakan untuk menyatakan Roh Allah, seperti yang terdapat dalam Yesaya 63:10.
d. Pneuma adalah kata yang sama dalam Perjanjian Baru Pneuma menunjuk kepada 'suasana
hati', 'sikap', atau 'keadaan perasaan' (Roma 8:15, I Kor 4:21, II Tim 1:7, I Yoh 4:6), pelbagai
aspek kepribadian (Gal 6:1, Roma 12:11).
Dari penjabaran diatas maka paham trikotomi yang mengatakan bahwa “Jiwa adalah unsur
batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia meliputi beberapa unsur, pikiran, emosi
(perasaaan) dan kehendak.dapat terbantahkan karena terkadang kata roh pun diangkat untuk
mengungkap hal itu.
Telaah Louis berkhof terhadap Alkitab dalam bukunya tentang Teologi Sistematika (Doktrin
manusia) mengungkapkan seperti ini.
Mari kita perhatikan paralelisme yang dipakai dalam Luk 1:46-47; "Jiwaku memuliakan Tuhan
dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku." Alkitab menyebut manusia sering dengan
istilah "tubuh dan jiwa" (Mat 6:25; 10:28) dan di bagian lain disebutkan "tubuh dan roh" (Pkh
12:7; 1Kor 5:3,5). Kematian sering disebut sebagai berhentinya jiwa (Kej 35:18; 1Raj 17:21; Kis
15:26) dan juga berhentinya roh (Mzm 31:5; Luk 23:46; Kis 7:59). Lebih jauh lagi, baik "jiwa"
maupun "roh" dipakai untuk menunjukkan elemen bukan materi dari orang mati (1Pet 3:19; Ibr
12:23; Why 6:9; 20:4). Perbedaan Alkitab yang penting adalah demikian: kata "roh"
menunjukkan elemen spiritual dalam diri manusia sebagai prinsip kehidupan dan tindakan yang
mengatur tubuh; sedangkan istilah "jiwa" menunjuk elemen yang sama sebagai subjek dari
tindakan di dalam diri manusia, dalam Perjanjian Lama, Mzm 10:1,2; 104:1; 146:1; Yes 42:1;
band. juga dengan Luk 12:19. Dalam berbagai keadaan secara khusus kata itu menunjuk
kedalaman diri manusia sebagai tempat kedudukan perasaan manusia. Semua ini selaras dengan
Kej 2:7: "Dan Tuhan Allah ... menghembuskan ke dalam hidungnya nafas hidup; dan manusia
menjadi makhluk yang hidup." Jadi dapatlah dikatakan bahwa manusia mempunyai roh, yang
juga adalah jiwa. Jadi Alkitab menunjukkan hanya dua saja elemen konstitusional dalam natur
manusia yaitu tubuh dan roh atau jiwa. Pernyataan Alkitab ini juga selaras dengan kesadaran diri
manusia. Kendatipun manusia sadar akan kenyataan bahwa dirinya terdiri dari elemen-elemen
material dan spiritual, tak ada seorangpun yang sadar ia memiliki roh yang berbeda dengan jiwa”
III. KESIMPULAN
Dari hasil penjabaran diatas maka penulis lebih berpihak konsep dikotomi karena memang
demikian yang diajarkan oleh Alkitab (Matius 10:28 ; 1 Korintus 7:34). Alkitab mengajarkan
bahwa jiwa dan roh bukan dua elemen manusia yang berbeda, tetapi satu kesatuan dan dipakai
secara bergantian. Ambil contoh, di dalam 1 Korintus 7:34, kata “jiwa” di dalam terjemahan
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) diterjemahkan spirit di dalam King James Version (KJV) yang
dalam bahasa Yunani adalah pneuma, lalu kata “jiwa” di dalam Matius 10:28 menurut
terjemahan LAI diterjemahkan soul di dalam KJV yang dalam bahasa Yunani adalah psuchē .
Lalu, Tuhan Yesus dan Paulus sama-sama tidak memisahkan pengertian antara jiwa dan roh
Penulis melihat beberapa hal yang merupakan kelemahan dari konsep trikotomi, diantaranya
bahwa konsep trikotomi membedakan jiwa dan roh tanpa landasan Alkitab yang kuat. Kemudian,
jika konsep trikotomi mendefenisikan jiwa adalah menyangkut Pikiran, emosi dan kemauan.
Benarkah? Apakah roh tidak ada pengetahuan, tidak ada emosi, tidak ada kemauan? Apakah roh
tidak mempunyai fungsi intelektualitas, tidak mempunyai fungsi benci-kasih?. Allah itu roh atau
jiwa? Jika Allah itu Roh, apakah Allah tidak memiliki intelektualitas, emosi, dan kemauan? Pada
kenyataannya adalah Allah memiliki unsur-unsur itu. Ia memilki intelektualitas, emosi dan
kemauan.
Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang wajib digunakan pada pembelajaran di Sekolah,
baik Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, berdasarkan aturan Kurikulum 2013.
Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung oleh Kurikulum
2013. Langkah-langkah pada pendekatan saintifik merupakan bentuk adaptasi dari langkah-
langkah ilmiah pada sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah,
karenanya Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang
memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive
reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductiv reasoning).
Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.
Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian
menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti
spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena
unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode
ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-
bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran
yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data
melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian
memformulasi, dan menguji Hipotesis.
Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas
lima pengalaman belajar pokok yaitu:
mengamati;
menanya;
mengumpulkan informasi/eksperimen;
mengasosiasikan/mengolah informasi; dan
mengkomunikasikan.
Mengamati
Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah
membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang
dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
Menanya
Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Mengumpulkan Informasi/Eksperimen
Mengasosiasikan/Mengolah Informasi
Mengkomunikasikan
Menurut KBBI
Pengertian implikasi adalah AKIBAT LANGSUNG yang terjadi karena suatu hal
misalnya penemuan atau karena hasil penelitian. Kata implikasi memiliki makna yang
cukup luas sehingga maknanya cukup beragam. Implikasi bisa didefinisikan sebagai
suatu akibat yang terjadi karena suatu hal. Implikasi memiliki makna bahwa sesuatu yang
telah disimpulkan dalam suatu penelitian yang lugas dan jelas. Kata-kata ini lebih banyak
diartikan dalam penelitian yang telah jelas.
Kunci utamanya adalah menyadari bahwa anda sedang dilanda gejolak emosi. Bila anda
tahu anda sedang marah, setidaknya anda bisa menolong diri sendiri untuk meredakan
kemarahan. ketidakstabilan Emosi (BT) biasanya tidak gampang dijabarkan dengan jelas,
tetapi begitu anda mengalami suasana hati yang runyam, segera sadari keadaan itu. Sadari
juga efek dari ketidakstabilan Emosi (BT): mutu kerja merosot, kehilangan kustomer,
negoisasi gagal, dan banyak lagi yang buruk. Jadi, cepat atasi bad mood anda sebelum
mengganggu kerja anda berkepanjangan.
Saat anda sudah sadar bahwa anda sedang kebakaran dalam api ketidakstabilan Emosi
(BT).Sekarang, tenangkan diri anda. Tarik nafas dalam-dalam berulang kali sampai
ketegangan dalam diri anda reda. Lakukan relaksasi sederhana, misal, bernafas secara
teratur sambil memejamkan mata,dengarkan musik, Coba reguklah 1 gelas air putih, atau
manjakan diri anda Atau berdoa agar anda diberi kesabaran,
Jangan berdiam diri. Bergeraklah. Lakukan olahraga ringan. Buat diri anda berkeringat
dan lelah. Bila anda diam saja, maka "ulat-ulat" emosi akan terus menggerogoti pikiran
anda dan membuat anda terbayang-bayang hal yang tidak-tidak. Bergerak, bergerak, dan
bergeraklah.
Intinya sama dengan bergerak, lakukan sesuatu agar diri anda segar. Minum air putih
banyak-banyak. Cuci muka dengan air segar. Makan dan minumlah sesuatu yang alami
dan segar, seperti jus jeruk. Tetapi jauhi alkohol. Ia takkan banyak membantu, malah
memperburuk saja. Jauhi gula, cokelat, makanan yang mengenyangkan, softdrink, dan
sebagainya. Ini justru membuat anda kenyang, malas dan mengantuk. Kondisi demikian,
alih-alih menjernihkan pikiran anda, malah memperbesar "bad mood" anda saja.
Sabar adalah menerima dengan ikhlas apa yang terjadi, karena keikhlasan diri atau
pikiran akan membuat emosi kita lebih dapat di kontrol,
Ya, semua "kecelakaan" atau kekacauan itu adalah bagian dari hidup. Terimalah itu apa
adanya. Jangan berburuk sangka pada hidup ini. Pasti ada pelajaran di balik semua
kesulitan. Nikmati saja.
Pertanyaan kelompk Sembilan
Istilah perkembangan sering digunakan secara “interchangeably” dengan kata
pertumbuhan, artinya kedua istilah itu dipakai secara silih berganti dengan maksud yang
sama. Sebenarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda.
Berdasarkan padangan John Dewey, bahwa manusia adalah makhluk hidup, dan hidup
itu merupakan suatu proses pertumbuhan. Sedangkan perkembangan adalah perubahan
kualitatif sesuatu sehingga membuahkan hasil atau menfaat bagi pihak lain.1 Dengan
demikian antara pertumbuhan dan perkembangan memiliki pengertian yang berbeda.
Manusia sejak dalam kandungan sudah ditentukan polanya, dan tiap-tiap sel tubuh
berkembang sesuai dengan garis perkembangannya masing-masing. Dalam Buku
Psikologi Pendidikan, pengertian pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif pada materil
sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kualitatif ini dapat
berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi
besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan sebagainya. Ini berarti,
bahwa peretumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena
tidak selamanya materil itu kuantitatif. Matril dapat terdiri dari bahan-bahan kuantitatif
seperti misalnya atom, sel, kromoson, rambut, molekul dan lain-lain, dapat pula materil
terdiri dari bahan-bahan kuantitatif seperti kesan, keinginan, ide, gagasan, pengetahuan,
nilai, dan lain-lain. Jadi materil itu terdiri dari kualitas dan kuantitas.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan pribadi adalah
sebagai perubahan kuantitatif pada materiil pribadi, sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan. Materiil pribadi yang dimaksud adalah seperti; sel, kromoson, butir darah,
rambut, lemak, tulang, tidak dapat dikatakan berkembang, melainkan bertumbuh atau
tumbuh. Begitu juga materiil pribadi seperti; kesan keinginan, ide, pengetahuan nilai,
selama tidak dihubungkan dengan fungsinya, maka tidak dapat dikatakan berkembang,
melainkan bertumbuh atau tumbuh. Kaitannya dengan pertumbuhan, bahwa peristiwa
pertumbuhan pribadi manusia adalah bertolak dari peristiwa hereditas (sifat turun-
temurun). Manusia terbentuk dari materiil yang lemah . Materiil yang dimaksud adalah
materiil genetis. Pertumbuhan genetis manusia tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan
genetis pada hewan, karena keduanya merupakan organisme.
Pertumbuhan manusia mencakup dua aspek perubahan, yaitu perubahan kuantitatif dan
perubahan kualitatif. Perubahan kuantitatif mencakup “division” dan dan memperbanyak
kromoson, sel-sel, penambahan jumlah gigi, rambut, pembesaran materiil jasmaniah.
Jadi, adanya perubahan struktur pisik adalah merupakan pertumbuhan secara kuantitatif.
Selanjutnya, dengan perubahan struktur fisiologis maka dapat menyebabkan adanya
perubahan emosional. Perubahan emosional ini dapat menumbuhkan perangai pribadi
manusia. Deferensiasi struktur dan akumulasi pengalaman menghasilkan rekasi-reaksi
emosional yang lebih kompleks. Perubahan fungsi-fungsi fisiologis seperti otak dan
sistem saraf menghasilkan pertumbuhan kapasitas itntelektual atau kecakapan untuk
melakukan sesuatu. Hal inilah yang disebut dengan pertumbuhan kualitatif pada diri
manusia.3