Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

UJIAN AKHIR SEMESTER

OLEH:

NAMA : ANGEL KRISTIANI

NIRM : 2020164859

KELAS : D TEOLOGI

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI (STAKN) TORAJA

TAHUN AKADEMIK 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kitab Imamat adalah kitab yang cukup sulit untuk dipahami sepintas
begitu saja. Kitab Imamat berisi tentang aturan dan ketetapan bagi bangsa Israel
dalam menjalani kehidupannya dari berbagai aspek kehidupan mereka. Salah
satu di antaranya tentang perbedaan antara tentang makanan (hewan halal dan
hewan haram) pemisahan antara hewan yang boleh di makan dan yang tidak
boleh di makan ada dalam kitab Imamat sebagai aturan yang harus dikerjakan
oleh bangsa Israel dalam menjalani kehidupannya. Ketika kita melihat di masa
sekarang maka akan menjadi pertanyaan bagi kita umat Kristen tentang aturan
itu jika harus di terapkan di kehidupan masa sekarang.
Melihat hal tersebut penulis tertarik mengkaji ayat perikop yang
membahas tentang makanan halal dan haram dalam hal ini Hewan yang di
maksudkan serta bagaimana kaitannya dengan relevansi di masa kini dalam hal
pembiran sumbangsi masa kini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum kitab Imamat?
2. Tafsiran khusus perikop Imamat?
3. Relevansi dan apa sumbangsinya untuk konteks masa kini tertuang dalam
kesimpulan?
C. Batasan Perikop
Batasan Perikop dalam penulisan ini terdiri dari 47 ayat di dalam satu perikop
ini dari Imamat 11 dengan fokus judul perikop Binatang yang haram dan tidak
haram.
BAB II

ISI

A. Penjelasan Umum Kitab


Kitab Imamat merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang
dimasukkan dalam kelompok Kitab Taurat. Dalam bahasa Ibrani “Wayyiqra”,
bahasa Latin dan bahasa Inggris “Leviticus”.1
Dalam Alkitab bahasa Jerman, kitab itu disebut “Kitab Musa yang ketiga”. Judul
itu menghubungkannya dengan kitab-kitab Pentateukh yang lain, sebab Kejadian
disebut Kitab Musa yang pertama dan Ulangan Kitab Musa yang kelima. Judul
dalam bahasa Indonesia, yaitu “Imamat” menunjuk pada isi kitab ini, sama
seperti judul Leviticus tersebut. Kitab ini terdiri dari enam bagian, yaitu: pasal
1:1 s/d 7:38. Dalam bagian ini membahas mengenai Ibadah, dan dalam pasal 1 s/
d 3 terdapat peraturan-peraturan tentang cara tiga macam korban. Pasal 8:1 s/d
10:20. Dalam bagian ini mengenai imam-imam, dan di seluruh Kitab Imamat
merupakan bagian yang satu-satunya berisi ceritera, kecuali satu dua riwayat
singkat di tengah-tengah hukum yang membimbing keputusan-keputusan dalam
pengadilan. Pasal 11:1 s/d 15:33. Tema bagian ini ialah perbedaan antara yang
najis dan yang tahir. Pasal 16:1-34. Dalam bagian ini membahas “Hari Raya
Pendamaian” walaupun tidak secara langsung terdapat dalam pasal ini. Pasal
17:1 s/d 26:46. Dalam bagian ini merangkum bermacam-macam pokok, tetapi
dipersatukan oleh satu tema yang menonjol, yaitu kekudusan. Pasal 27:1-34.
Dalam bagian yang singkat ini mengenai pembayaran nazar-nazar yang
diucapkan kepada Tuhan dan pemberian persembahan sukarela kepada-Nya. 2
Tujuan dari Kitab Imamat ialah memperlihatkan kepada umat Israel cara
bagaimana seharusnya mereka hidup sebagai umat yang kudus, yaitu sebagai
umat yang dengannya Tuhan masuk hubungan perjanjian dan yang dipilih serta
dipanggil untuk melayani Dia. Hukum-hukum asasi yang terdapat dalam kitab ini
terlebih-lebih mengenai ibadah, kekudusan, kenajisan, perbedaan antara yang
haram dan yang halal, dan kelakuan etis dalam kehidupan sehari-hari. Dan

1
J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 9
2
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab Imamat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 2-5
hukum-hukum itu dikumpulkan supaya umat Israel tetap berhubungan baik
dengan Tuhan dan mengadakan pendamaian jika mereka bermaslaah. 3
B. Penjelasan khusus Perikop
Imamat 11 menyajikan daftar hewan-hewan yang tidak haram dan yang
haram, sebuah bentuk singkatan dari apa yang muncul dalam Ulangan 14:3-21.
Kriteria hewan darat yang tidak haram adalah berkuku belah dan memamah
biak; untuk hewan-hewan air, sirip dan sisik; untuk serangga-serangga bersayap
dan merayap dalam pasal 11 tungkai yang bersatu. Tidak ada kriteria umum
untuk burung-burung yang di perbolehkan.
Peraturan tentang makanan itu menempatkan seluruh dunia hewan
dalam kerangka penyembahan. Semua hewan dimasukkan ke dalam salah satu
dari keempat kategori yang ada. Perbedaannya bukan tentang hewan-hewan itu
sendiri melainkan tentang fungsi relatifnya dalam penyembahan bentukan
Taurat, yaitu peraturan makan bagi orang-orang yang hidup di antara umat
Allah.
Label “tidak haram” dan “haram” tidak merujuk kepada kotor atau segi
menjijikan lain, atau kekurangan dari hewan-hewan itu. Label ini adalah masalah
apakah secara seremonial hewan-hewan itu cocok atau tercemar. Tidak ada
alasan hakiki mengapa yang tidak haram itu tidak haram. Artinya, yang tidak
haram adalah tidak haram dan yang haram adalah haram karena Allah
mengatakan demikian. 4
C. Tafsiran Imamat Pasal 11:1-47
Ini berisi ajaran tentang bagaimana cara orang-orang Israel harus hidup
sebagai umat kudus yang terpilih dan menaati kehendak Tuhan. Mereka harus
membedakan antara yang najis (atau haram) dan yang tahir (atau tidak haram).
Undang-undang mengenai binatang yang dapat dimakan (Im. 11:1-23) yakni
kambing, lmbu, dan domba, rusa, binatang-binatang yang berkaki belah dan yang
memamah biak. Binatang demikian dinyatakan tidak memenuhi syarat dan
haram.5
 Pasal 11:1-8 Binatang-binatang
3
Ibid, Robert M. Paterson, 14
4
Gary Edward Schnittjer, The Torah Story, (Malang: Gandum Mas, 2015), 345-346
5
Agustinus Ruben, Makna Konflik antara golongan kuat dan golongan lemah: Suatu tinjauan
mengenai Kebebasan Kristen terhadap makanan dan implikasinya bagi misi, (Makassar: Jurnal Teologi STT
Jaffray), 60
Ayat 1
kepada Musa dan Harun: Bnd. 13:1; 14:33; 15:1; karena Harun sudah
ditahbiskan sebagai Imam Besar, sehingga firman Tuhan ditujukan
langsung kepada dia bersama-sama dengan Musa. Firman yang mereka
terima itu harus diteruskan dalam ajaran mereka kepada umat Israel.
Ayat 2
Binatang-binatang.... binatang-binatang berkaki empat: Dua kata Ibrani
dipakai untuk “binatang”, tetapi dalam konteks ini artinya sama. Memang
ungkapan “berkaki empat” hanya merupakan penjelasan yang ditambah
di dalam Alkitab LAI. Di antara binatang yang tidak haram itu terdapat
ternak jinak maupun liar.6 Inilah binatang-binatang yang boleh kamu
makan (Bdk, Ulangan 14:3-8). Nas dalam kitab Imamat hanya
menyebutkan hewan-hewan yang haram saja. Sekalipun demikian,
kriteria tentang tidak haram disajikan di dalam kedua nas: hewan itu
harus memiliki kuku belah dan juga harus merupakan seekor hewan yang
memamah biak.7
Ayat 3
Daftar binatang yang tidak haram yang boleh dimakan, ditulis dalam
Ulangan 14:4-5, yaitu lembuh, domba, kambing, rusa, kijang, rusa dandi,
kambing hutan, kijang gunung, lembu hutan dan domba hutan.
Ayat 4-7
Untuk binatang-binatang yang dianggap sebagai tidak haram, harus
memenuhi kedua syarat yang disebut dalam ayat 3. Dalam ayat-ayat ini
disebut empat binatang binatang yang memenuhi satu syarat saja, sebab
itu harus dianggap haram. Misalnya unta (ayat 4) memamah biak tetapi
tidak berkuku belah, dan babi (ayat 7) berkukuh belah tetapi tidak
memamah biak.8
Ayat 5
Pelanduk: Syapan dalam bahasa Ibrani. Adalah kelinci yang tinggal
digunung berbatu atau semacam luak di gunung berbatu, yaitu seekor

6
Ibid, Robert M. Paterson, 153-154
7
Charles F. P & Everett. F. H, The WYCLIFFE Bible Commentary Vol. 1, (Malang: Gandum Mas, 2014),
267
8
Ibid, Robert M. Paterson, 154
hewan yang sangat takut-takutan dan tinggal di gua atau retakan batu
karang yang terbentuk secara alamiah. Baik pelanduk maupun kelinci
tidak betul-betul memamah biak, tetapi dengan senantiasa menggerakkan
rahang orang memperoleh kesan bahwa hewan itu memamah biak.9
Ayat 6
Kelinci: Arnebet dalam bahasa Ibrani. Binatang ini sama dengan yang
disebut secara teknis lepus dan “here” dalam bahasa Inggris. Binatang ini
terdapat di negeri Israel pada zaman dahulu, tetapi bukan jenis kelinci
yang disebut secara teknis oryctologos cuniculus dan “rabbit” dalam
bahasa Inggris. Binatang ini juga sesungguhnya memamah biak, tetapi
menggerakkan rahang dan mengertakkan gigi seakan-akan memamah
biak.
Ayat 8
dan bangkainya janganlah kamu sentuh: dan bangkainya janganlah kamu
sentuh: Ayat 2-8 ini sesungguhnya mengenai binatang-binatang yang
boleh dimakan dan yang tidak. Hewan yang haram tidak boleh dimakan
dan bangkainya tidak boleh disentuh.10
 Pasal 11:9-12 Ikan-ikan
Ayat 9
Inilah yang boleh kamu makan dari segala yang hidup di dalam air.
Bandingkan Ulangan 14:9, 10. Pembatasan-pembatasan di dalam ayat-
ayat berikut mengnai makhluk hidup dalam air rupanya melarang orang
menahan segala jenis kerang dan belut.11
Ayat 10
Segala yang berkeriapan: Kata bahasa Ibrani ini menujuk pada makhluk-
makhluk kecil yang terdapat dalam kelompok-kelompok besar.
Barangkali, sama seperti yang disarankan NEB, ungkapan berikut, yaitu
“segala makhluk hidup”, menunjuk pada makhluk-makhluk yang lebih
besar, dan kita bisa mengerti ayat 1o ini sebagai berikut: “tetapi segala
yang tidak bersirip atau bersisik di dalam lautan dan di dalam sungai,

9
Ibid, Charles F. P & Everett. F. H, 267
10
Ibid, Robert M. Paterson, 154-155
11
Ibid, Charles F. P & Everett. F. H, 267
apakah makhluk-makhluk hidup yang lebih besar yang ada di dalam air
semuanya itu kejijikan bagimu”.
Kejijikan: yaitu sesuatu yang harus ditolak secara tegas. Kata bahasa
Ibrani ini berbeda dengan yang diterjemahkan sebagai “haram” dalam
ayat 2-3, tetapi maksudnya sama.
 Pasal 11:13-19
Di sini terdapat daftar burung yang adalah kejijikan bagi umat Israel
sebab itu tidak boleh dimakan. Kebiasaan atau sifat tubuh burung-burung
itu tidak disebut. Memang identitas dari beberapa ekor tidak jelas,
terlebih-lebih karena namanya hanya terdapat di sini dan dalam daftar
yang hampir sama dalam Ulangan 14:12-18. Tetapi rupa-rupanya
semuanya adalah jenis burung buas.
Ayat 13
Burung Rajawali: burung ini terkenal dalam Perjanjian Lama sebagai yang
“naik terbang dengan kekuatan sayapnya” (Yesaya 40:31) yang
mengembangkan sayapnya” (Yeremia 48:40) dan maju secara “tangkas”
(Habakuk 1:8). Sarangnya di buat ditempat yang tinggi dan aman
(Yeremia 49:16), dan cara bagaimana anak-anaknya diajar terbang
digambarkan dalam Ulangan 32:11.
Ayat 15
Burung gagak: burung yang juga terkenal dalam Perjanjian Lama; lihat
Kejadian 8:7; I Raja-raja 17:4; Mazmur 147:9.
Ayat 16
Burung unta; atau barangkali sejienis burung hantu. Memang semua kata
dalam ayat ini dan beberapa dalam ayat-ayat berikut mungkin menunjuk
pada jenis-jenis burung hantu.
Ayat 19
Kelelawar: Meskipun kata ini terdapat dalam daftar-daftar burung-burun,
tetapi bukan burunglah yang dimaksud tetapi keluang kecil yang makan
serangga.
 Pasal 11:20-23 Makhluk-makhluk Kecil
Ayat 20
Segala binatang yang merayap; ungkapan yang sama dipakai dalam ayat
10, dimana diterjemahkan sebagai “segala yang berkeriapan”. Di sini
menunjuk pada serangga-serangga serta makhluk-makhluk kecil yang
lain yang terdapat dalam kelompok-kelompok besar, yang terbang tetapi
juga berjalan dengan empat kaki.12
Ayat 22
Tiga empat jenis belalang boleh dimakan, tetapi jenis-jenis itu tidak dapat
diidentifikasikan secara tetap. Memang, belalang, sama seperti serangga-
serangga lain, mempunyai enam kaki. Tetapi orang-orang Israel
menganggap kedua kaki belakang yang lebih panjang dan kuat daripada
yang lain, sebagai anggota-anggota yang berbeda, sebab itu tidak
termasuk dalam jumlah kaki itu.
Ayat 24-28
Disini pokok baru mulai dibicarakan, yaitu persentuhan dengan bangkai
makhluk-makhluk yang haram yang membuat orang menjadi najis.
Barangkali orang secara kebetulan kena kepada bangkai itu; jika
demikian, maka ia menjadi sedikit lebih najis daripada orang yang
membawanya, bnd 15:10.
Ayat 25
Mencuci pakaiannya: Bnd. Catatan tentang pasal 8:6. Menurut pikiran
orang Israel, pakaian seseorang dianggap seakan-akan hampir
merupakan sebagaian dari kepribadiannya; bnd. II Raja-raja 2:13-15.
Ayat 26
Binatang yang berkuku belah, tetapi tidak berselah panjang: barangkali
ungkapan ini bisa diterjemahkan sebagai: “Binatang yang berkuku, tetapi
bukan kuku yang bersela panjang”.
Ayat 27
Yang berjalan dengan telapak kakinya: yaitu yang tidak berkuku dan
bersela panjang. Kata “telapak” binatang, hanya dipakai di sini dari
seluruh Perjanjian Lama dan ada pendapat, keralah yang dimaksudkan,
sebab kaki depannya adalah dalam bentuk tangan. Pendapat lain ialah
bermacam-macam binatang dimaksudkan, misalnya anjing, beruang,

12
Ibid, Robert M. Paterson, 155-157
singa, serta kucing, sebab mereka juga berjalan menurut gambaran di
atas.
Ayat 29-38
Ayat-aya ini mengenai kelompok makhluk yang haram, yang kebanyakan
sering masuk rumah, naik dinding, dan merayap sebab itu mungkin jatuh
ke atas alat rumah tangga dan ke dalam bejana atau belanga.
Ayat 29
Segala binatang yang merayap dan berkeriapan: kata benda yang
diterjemahkan sebagai “berkeriapan” berasal dari akar kata yang sama
dalam bahasa Ibrani; bnd. Catatan tentang ayat 10, 20. Rupa-rupanya ide
yang terpenting yang berhubungan dengan akar kata itu ialah
“berkeriapan” sebab dalam daftar-daftar pasal ini terdapat makhluk-
makhluk yang tidak merayap tetapi semua sering berkumpul dalam
kelompok besar.
Ayat 33
Belanga itu harus kamu pecahkan: Bnd. Catatan tentang pasal 6:28; 15:12.
Belanga tanah dianggap sebagai yang menyerap kenajisan makhluk itu,
sebab itu harus dipecahkan.
Ayat 34
Barangkali makanan serta minuman di persiapkan dengan air dari satu
belanga, lalu dilihat bahwa belanga itu najis. Itu berarti makanan itu tidak
boleh di makan dan minuman itu tidak boleh diminum.
Ayat 35
Pembakaran roti: Bnd. Catatan tentang pasal 2:4, Anglo: kata bahasa
Ibrani ini, yang tidak terdapat di tempat lain dalam Perjanjian Lama,
menujuk pada kompor kecil yang cocok untuk dua kuali. Kedua macam
kompor ini dibuat dari tembikar, sebab itu peraturan tentang belanga
tanah dalam ayat 33 berlaku untuk kompor-kompor ini juga. 13
Ayat 36
Mata air.... tetap tahir: mata air atau sumur yang memiliki jumlah air yang
cukup banyak memiliki kekuatan untuk mentahirkan dirinya sendiri. 14

13
Ibid, Robert M. Paterson, 155-157

14
Ibid, Charles F. P & Everett. F. H, 268
Pastilah karena air segar dan mengalr sebab itu kenajisan dihilangkan
cepat.
Ayat 39-40
Ayat 24-38 mengenai bangkai-bangkai makhluk-makhluk yang haram.
Tetapi pertanyaan muncul, yaitu apakah orang menjadi najis jika ia
menyentuh bangkai binatang yang tidak haram yang mati karena alasan
alamiah, yaitu yang tidak disembelih sebagai korban? Menurut ayat 39-40
ini orang itu memang menjadi najis, terutama jika ia makan membawa
bangkai itu.
Pasal 42
Yang nerayap debgab perutnya: misalnya ular. Memang kata-kata bahasa
Ibrani di sini hampir sama dengan yang diterjemahkan sebagai “dengan
perutmulah engkau akan menjalar” dalam Kejadian 3:14. Kata yang
diterjemahkan sebagai “merayap” dalam ayat 29, tidak dipakai disini.
Yang berkaki banyak: misalnya kelabang, lipan.
Pasal 43-45
Ayat ini menghubungkan perintah-perintah dalam pasal pasal 11 ini
dengan kekudusan TUHAN. Umat Israel tidak bisa menajiskan dirinya
dengan makhluk-makhluk kecil yang berkeriapan yang haram itu, dan
implikasinya ialah, jika mereka makan makhluk-makhluk haram yang lain
atau melanggar hukum-hukum lain tentang itu, maka mereka melanggar
kekudusan Tuhan juga. Disini di sebut untuk pertama kali tema yang akan
menonjol dalam hukum-hukum kesucian (Pasal 17 s/d 26).
Pasal 46-47
Ayat-ayat ini meringkaskan ajaran dalam pasal 11 ini dan peraturan-
peraturan tentang makanan dan rupa-rupanya dianggap sebagai yang
terpenting.15
D. Pokop-pokok pikiran Perikop
Pasal 11 ini mengenai tiga pokok yaitu:
a) Perbedaan antara binatang-binatang, ikan-ikan, burung-burung dst.
Binatang-binatang yang halal yang bisa dimakan umat Israel dengan yang
haram yang dilarang bagi mereka.
15
Ibid, Robert M. Paterson, 161-163
b) Kenajisan yang disebabkan oleh makhluk-makhluk haram itu, jika orang
menyentuh atau membawa bangkainya atau jika bangkainya jatuh ke atas
benda.
c) Kenajisan orang yang menyentuh, membawa atau makan binatang atau
hewan yang halal, yang mati karena alasan alamiah, yaitu yang tidak
disembelih sebagai korban.
Dengan ringkas, Imamat 11:1-47 seluruhnya merupakan kumpulan ajaran
yang sangat penting dari imam-imam, yang dikembangkan selama beberapa
abad dan yang dipakai untuk membimbing kaum awam.
Tetapi mengapa beberapa binatang, ikan, burung, dst. Dianggap haram
sedang yang lain tidak? Ada sifat-sifat tubuh serta kebiasaan-kebiasaan yang
disebut baik dalam Imamat maupun dalam ulangan, yaitu binatang yang halal
berkuku belah dan memamah biak, dan ikan yang halal bersirip dan bersisik.
Tetapi pastilah alasan-alasan demikian bukan yang asli atau yang asasi.
Penjelasan-penjelasan itu sebagai berikut:
1. Ada binatang-binatang yang menjadi haram bagi umat Israel karena
berperan penting dalam korban-korban serta ibadah kepada dewa-dewa
kafir, bahkan dianggap kudus oleh penganut dewa-dewa itu. Memang
orang-orang Arab pada zaman kuno mempersembahkan unta dalam
ritus-ritus mereka, dan orang-orang Babel, Siria serta Kanaan
mengorbankan babi. Tetapi tidak ada bukti bahwa semua makhluk yang
didaftarkan dalam Imamat 11 ini berperan demikian di antara bangsa-
bangsa di sekitar Israel, misalnya makhluk-makhluk kecil yang menurut
ayat 10 berkeriapan dalam air, pastilah tidak.
2. Barangkali beberapa makhluk menjadi haram karena kebiasaan yang
tidak enak atau karena penyakit-penyakit yang menular yang mereka
sebarkan.
3. Dicatat di atas bahwa semua burun yang disebut adalah burung buas yang
menumpahkan dan makan darah mangsanya. Sebab itu burung-burung
itu dianggap haram oleh orang-orang Israel.
4. Menurut orang-orang Israel, setiap makhluk seharusnya mempunyai
sifat-sifat yang sesuai dengan jenisnya, dan seekor makhluk dianggap
haram jika tidak mempunyai sifat-sifat berbeda. Misalnya, ikan-ikan
seharusnya bersirip dan bersisik, sebab itu ikan-ikan dianggap haram jika
kekurangan sifat-sifat demikian atau jika mempunyai sifat-sifat yang
biasa bagi binatang di atas tanah. Memang alasan ini merupakan dasar
alasan yang diberikan dalam pasal 11 ini tentang beberapa makhluk,
tetapi bukan alasan satu-satunya mengapa makhluk menjadi haram.
Bagaimanapun juga dalam pasal 11 ini, daftar makhluk-makhluk yang
dianggap haram dikumpulkan dan dipersatukan supaya para imam dapat
membimbing dan mengajar kaum awam. Alasan-alasan asli mungkin
dilupakan, dan yang penting ialah kaum awam itu tidak melanggar hukum
serta kehendak Tuhan karena ketidatahuan atau dengan sengaja.
E. Kata Kunci Perikop
Binatang-binatang, Haram, Halal, Bangkai, Makanan, Kudus, Najis, Tahir.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Orang Kristen mengakui keyakinannya tentang mendapat keselamatan,


hidup yang sungguh dengan hubungan benar bersama Allah bukan karena
mentaati peraturan atau ketetapan yang terdapat dalam pasal 11 ini tetapi
karena kasih karunia Allah kepada manusia. Apakah peraturan-peraturan
tentang makanan itu tidak lagi memiliki makna bagi orang Kristen sekarang?
Untuk dimasa sekarang perlu pemahaman yang baik untuk merelevankan
perikop ini. Paulus dalam kitab yang ditulisnya menekankan tentang orang yang
dibenarkan melalui iman dalam Yesus Kristus namun ketika orang-orang masih
menganggap ketaatan kepda hukum Taurat sebagai jalan untuk keselamatan
maka kematian Yesus untuk penebusan kita itu sia-sia adanya.
Dengan cara menghaargai keselamatannya melalui Yesus Kristus maka
seorang Pengkhotbah Kristen menggunakan perikop ini untuk khotbah tanpa
menghubungkananya dengan kitab Perjanjian Baru dengan menekeknkan
pemahaman berbeda tersebut.
Pada dasarnya perikop ini memberikan kita sesuatu penjelasan bahwa
haram dan halal yang dimaksudkan tidak hanya tentang persoalan bukan pada
haramnya typo ketetapan Allah yang dilanggar. Karena apa yang dihalalkan oleh
Allah tidak boleh diharamkan manusia. Paulus juga menjelaskan bukan apa yang
masuk di haramkan tetapi apa yang keluar. Dalam artian hati yang meniatkan
dan mendukung.
Tawaran yang bisa di terapkan lewat perikop ini bukan pada bagaimana
itu haram karena ketentuan hukum Tuarat tapi lebih kepada segi kesehatan
karena aspek mengatakan itu Haram juga melihat tadi dari segi kesehatannya.

Daftar Pustaka
J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2005)
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab Imamat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011)
Gary Edward Schnittjer, The Torah Story, (Malang: Gandum Mas, 2015)
Agustinus Ruben, Makna Konflik antara golongan kuat dan golongan lemah: Suatu
tinjauan mengenai Kebebasan Kristen terhadap makanan dan implikasinya bagi misi,
(Makassar: Jurnal Teologi STT Jaffray)
Charles F. P & Everett. F. H, The WYCLIFFE Bible Commentary Vol. 1, (Malang:
Gandum Mas, 2014)

Anda mungkin juga menyukai