Anda di halaman 1dari 4

PAULUS DAN VISI KOSMOSNYA

Kosmologi berasal dari bahasa Yunani cosmos dan logos. Secara hurufiah, kosmologi
adalah disiplin ilmu tentang kosmos, jagad atau semesta raya. Ditinjau dari sudut pokok bahasan
memang ada kemiripan antara kosmologi dan filsafat alam; kedua bidang disiplin ilmu sama-sama
menjadikan alam semesta sebagai pokok bahasan.
Setiap bangsa di dunia ini memiliki cara pandang dan cara berinteraksi tersendiri terhadap
kosmos. Bahkan dalam setiap bangsa di dunia secara khusus dalam suku-suku bangsa memiliki
cara pandang yang berbeda satu sama lain terhadap alam semesta ini. Cara pandang tersebut
menyangkut segenap asal-usul semesta dan penciptanya.
Perlu penekanan khusus bahwa di Yunani-lah pertama-tama bertemunya dunia akal budi
dan dunia iman melebur. Pengalaman Paulus yang mewartakan Kristus seakan menjadi kunci
untuk beriman bagi masyarakat Yunani yang amat mengandalkan peranan akal budi dalam segala
hal.
Penjelasan Paulus mengenai teologi Allah seakan bertentangan dengan kehidupan Yunani
yang meletakkan pengalaman rasio di atas segalanya. Bagi mereka segala sesuatu yang tidak bias
ditangkap rasio adalah nihil. “All men by nature desire to know”, inilah kalimat pembuka yang
dipakai Aristoteles dalam bukunya Metaphysics.
Paulus membawa pencerahan dan menjelaskan Allah dalam lingkup Yunani yang
dibarengi dengan sisi rasionalitas yang membuat keduanya dapat dipahami dengan baik oleh
masyarakat Yunani. Pertautan iman dan akal budi (fides et ratio) melebur seluruh pandangan
tradisional Yunani mengenai kosmos.
Kosmologi Paulus dalam Perjanjian Baru mengungkapkan kesadaran societas bahwa
hakikat organis dari seluruh ciptaan sebagai satu kesatuan. Dimana kesakitan dan penderitaan,
kebahagiaan dan harapan berjalan bersama-sama.
Dan ini tidak hanya digambarkan dalam keadaan manusia sewaktu kesakitan saat bersalin
melainkan menuntut pembebasan umat manusia itu sendiri. Realitas manusia sekarang
dideskripsikan kedalam masa perbudakan dan diidentifikasikan ke masa depan sebagai masa
pembebasan, penebusan dan kemuliaan.

[Pneuma dan Kosmologi]

Dalam kosmologi Stoic, segala sesuatu yang ada, terletak pada 2 prinsip utama. Bahwa
materi tidak dapat dihancurkan dan diciptakan, serta ‘divine reason’ yang aktif dan mengorganisir
semua ini. Dimaknai ketika nautral dan supernatural order digabungkan. Dengan kata lain
keteraturan alam datang dari akal manusia yang mana disana akan muncul filosofi, dengan
hukumnya sendiri, metodenya sendiri.
Dan keteraturan yang supranatural tidak dapat dijelaskan secara ilmiah ‘beyond our
understanding’, datang dari wahyu dan iman, bahwa kepercayaan merupakan tindakan
pemahaman yang melibatkan ‘divine truth’ pada setiap ‘reason’ yang kita miliki, yang digerakan
tuhan melalui anugerahnya. Summa Theologica – Saint Thomas. Summa Theologiae (Kumpulan
dari Teologi) ditulis selama sembilan tahun mulai tahun 1265 dan dipublikasikan pada tahun 1274.
Tiga tahun sebelum kelahiran kristus filusuf Stoic Chrysippus mendefinisikan ‘Pneuma’
sebagai kendaraan dari logos, dalam hewan atau kita, maupun dunia materil. Dan ‘kualitas’
pneuma tidak bisa disamaratakan antara satu dengan yang lainya, tersurat pada 1 Korintus 15 : 39
“Bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada daging binatang, lain dari pada daging
burung, lain dari pada daging ikan.”
Pneuma juga ditranlasikan sebagai ‘constructive fire’ igniter yang akan mematik api
‘spirit’ yang akan dimaknai/twist oleh paulus sebagai roh kudus. 'Lord and Giver of life’ dan
pneuma juga berfungsi sebagai penggerak siklus regenerasi dan penghancuran di dalam kosmologi
Stoic.

Ketika bumi ber-revolusi pada titik equinox maka pneuma akan ber-regenerasi dan ini
kemungkinan alasan kenapa Hari Raya Pentecost suka dikaitkan dengan gambaran api itu sendiri.

[Roh Dunia Dalam Teks-teks Pauline : Iblis, Setan dan Malaikat]

Tersurat dalam 1 Korintus Pasal 8 – 6. Kesimpulan dari ayat-ayat tersebut ialah ada berbagai
macam tuhan di kayangan, sangat banyak yang dinamai tuhan di bumi ketika itu. Tuhan-Tuhan
yang selain Tuhan yahudi. “Tapi hanya ada satu tuhan bagi mereka yang percaya, yaitu Tuhan
(Lord dan Jesus Christ) atau dengan kata lain segala yang disebut tuhan haruslah dibawah Tuhan
Bapa dan Kristus.” ((Engberg, Troels and Pedersen; Cosmology and Self in the Apostle of Paul,
2009, p. 92). Serta dalam Surat 1 Korintias Pasal 10 Ayat 14 menyatakan “Karena itu, saudara-
saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!”
Bahwa Paulus juga tidak menolak setidaknya keberadaan tuhan yang lain yang disangka
benar karena mereka sebenarnya iblis yang nyata dan ada, kekuatan mereka bukanlah kekuatan
tuhan, kekuatan jahat dan musuh tuhan yang akan dikalahkan ketika yesus kembali, Paulus dia
memperingatkan jemaat Korintias agar tidak menyembah berhala atau idols tersebut.
Iblis yang dipahami kaum Stoics ialah psychic beings yang diaman jiwa yang terpisah dari
tubuh, ada yang disebut good demons (good souls) dan bad demons (bad souls). Berbeda dengan
apa yang paulus pahami, lebih pesimistic tidak ada iblis yang baik. Sementara penjelasan satan
menurut Paulus tercermin pada surat 1 Tesalonika Pasal 2 Ayat 18 dan Tesalonika Pasal 3 ayat 5.
Tesalonika Pasal 2 Ayat 18 “Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu--aku,
Paulus, malahan lebih dari sekali--,tetapi Iblis telah mencegah kami.” Pada ayat ini paul
mendefinisikan setan ialah seseorang yang telah menghalangi Paulus untuk kembali ke Jemaat
Tesalonika, dengan demikian pekerjaan satan jelas melawan misi keilaihan Paulus.
1 Tesalonika Pasal 3 ayat 5 “Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah
mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai
oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.”. Sementara disini bagi Paul setan
merupakan penggoda yang mungkin mencoba menggoda jemaat tesalonika untuk berpaling
terhadap pesan-pesan Paulus.
Sementara setan pada teks-teks hebrew ialah rebellious angels, fallen angel, diantaranya
Asael dan Mastema. Satan ialah accuser, penuduh, sikap bermusuhan, mereka yang kejam,
presekutor, inherently evil, pemberontak, menentang kehendak tuhan. Maka tidak semua malaikat
juga memiliki sifat yang baik atau perpanjangan tangan dari tuham, di dalam Jubilees Mastema
disuruh tuhan untuk menguji abraham untuk mengorbankan anaknya, Mastema meminta tuhan
untuk memberika kesepuluh ruh anak penjaga dan iblis untuk membantu dia menjalankan
tugasnya, tapi iblis melewati otoritas Mastema, jadi sebagian ada malaikat yang tertuduh sebagai
setan tapi ada juga malaikat yang ditugaskan untuk melindungi kaum yahudi pada pasca
pembuangan. (Brown, 2011).
[Paulus Dengan Epictetus]

Tapi apa yang Zeus katakan? Epictetus, jika itu mungkin, aku akan membuat kedua tubuh
kecilmu dan properti kecilmu bebas dan terbebas dari masalah. Tapi sekarang jangan bodoh, tubuh
ini bukanlah punyamu, tapi itu adalah tanah liat yang berwatak dan sejak saya tidak bisa
melakukanya untukmu dengan apa yang saya tadi bilang. Saya telah memberikanmu sebagian kecil
dari kemampuan dari kita, seperti mengejar sebuah tujuan ataupun menghindarinya, hasrat
keinginan dan ke-engganan, serta menggunakan benda-benda. Jika kamu menjaga kemampuan ini
dan mempertimbangkan bahwa kemampuan ini milikmu, kamu tidak akan menjadi disulitkan dan
bertemu dengan hambatan, kamu tidak akan meratap, kamu tidak akan menjadi disalahkan.
(Epictetus, Discourses, 1.11)
Quote diatas mungkin akan mengingatkan kita pada teks Roma Pasal 9 Ayat 21 “Apakah
tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama
suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan
yang biasa?
Di satu sisi paulus menggunakan bahasanya sendiri ke yesaya, ini bisa dilihat pada, Isaiah
Pasal 29 Ayat 16 “Betapa kamu memutarbalikkan segala sesuatu! Apakah tanah liat dapat
dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata tentang yang
membuatnya: "Bukan dia yang membuat aku"; dan apa yang dibentuk berkata tentang yang
membentuknya: "Ia tidak tahu apa-apa"?
Serta Isaiah Pasal 45 Ayat 9 “Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia
tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: "Apakah yang
kaubuat?" atau yang telah dibuatnya: "Engkau tidak punya tangan!”.
Paulus juga menggunakan bahasa yang sama dan konsep yang dekat dengan Epicetetus
diungkapkan pada 2 Korintias Pasal 4 Ayat 7, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah
liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri
kami.”
Apa yang membuat Epictetus dan Paulus quote sangat menarik ialah kesamaan dan
perbedaan-perbedaan dalam konsepsi mereka tentang tubuh. Zeus memberitahukan Epictetus
bahwa tubuhnya tidak terhindar dari masalah, karena tubuhnya milik Zeus. Tapi Zeus
mengingatkan Epictetus bahwa ia telah diberikan sebagian dari kemampuan Tuhan yang mana
apabila ia gunakan dengan tepat Epictetus akan dapat menaklukan rintangan, masalah yang mana
tubuhnya tidak bisa lakukan. Tubuh disini dilihat sebagai sesuatu yang negatif dan penderitaan
harus dihindari.
Pada Paulus kita akan melihat penderitaan pada tubuhnya untuk memuliakan dan
mengagungkan Tuhan, mendemonstrasikan penderitaan Kristus. Tubuh Paulus ialah bukti yang
mengidentikanya bahwa ia dekat dengan ayat-ayat Alkitab yang ketika itu ia sampaikan tentang
penyaliban dan kebangkitan. Menurut Paulus penderitaan bukanlah sesuatu untuk menjadi
dihindari tapi sebaliknya itu membuktikan apa yang dikatakan oleh Alkitab.
Dalam Apocalupticism Paulus dan Epictetus Stoic antara divine external dan human
autonomus sering disalah pahami bahwa keduanya bertentangan, tapi sebaliknya kedua pemikir
tersebut memahami bahwa kognisi manusia dalam pemahaman dunia digerakan oleh Tuhan.
Hidup di dalam kerangka Tuhan.

Opini Epictetus Terhadap Hubungan Tuhan dan Manusia Dalam Kerangka Manusia yang
Otonom
Epictetus membedakan antara apa yang telah diberikan tuhan terhadapnya yaitu tubuhnya
(soma), propertinya, peralatan atau perlengkapanya, rumah, anak-anaknya, istrinya dan
pembahasan terhadap kekuatanya (autexousion) yakni pilihan (proairetika), dimana ia telah
membuatnya ‘terserah kepada saya’ agar tak ada rintangan dan tak terhalangi. Apa yang
dikehendaki tuhan ia akan berkehendak, sementara apa yang tidak dikehendaki tuhan dia tidak
bekehendak. Objek dari pilihan-pilihan Ia telah sediakan ke saya, dan membuatnya terserah kepada
saya, terbebas tanpa Ia harus halang-halangi. Tapi tubuh saya terbuat dari tanah liat. (pilihan-
pilihanya tanpa ia sadari, merupakan hasil pilihan-pilihan dari tuhan).
Kita semua pada dasarnya merupakan ciptaan dan milik tuhan, tuhan yang merupakan Bapa
dari semua yang ada, termasuk umat manusia dan Bapa dari Tuhan-Tuhan yang ada dan kita
terjalin, tertautkan kepadanya throught the reason serta melalui hubungan yang reciprocal
denganya. Walapun ini merupakan hubungan kekerabatan yang sangat spesial dengan tuhan tapi
tubuh bukanlah sesuatu yang sangat dihargai disini atau pada dirinya. Dalam gambaran ontologi
keduanya menciptakan sebuah asymmetry antara kedua sisi manusia. Disatu sisi lain keduanya
bukanlah merupakan rigid dualism.

Epictetus Pada Keilahian dan Human Agency atau Perantara Manusia

Jadi tuhan telah memberikan kemampuan parakolouthic/understanding dan kemampuan


prohairesis atau preference, prefix “pro” yang mana bisa berarti sesatu yang terjadi sebelum,
seperti prolog, namun mereka pada dirinya sendiri. Tuhan telah memberikan itu dibawah kendali
kita, atau terserah kita (ephhemin) dan apa yang tidak terserah kita, what is not up to us (taouk
ephhemin), bahkan tuhan tidak menyimpan kekuatan padanya untuk mencegah atau menghalangi
itu semua. Ada bebrapa hal yang kita dapat pengaruhi dan pengandaian bahwa saya sedang
berjuang dengan cara ini atau cara lainya dalam kehidupan saya, untuk mengontrol segala yang
terjadi di dalam kehidupan saya, sebanyak dan sebisa mungkin saya berharap, bahwa semua
berjalan seperti apa saya inginkan, sayangnya saya tidak bisa melakukan itu semua, karena saya
tidak bisa mengkontrol semuanya, terkadang berberapa hal terjadi di luar kontrol saya.
Kesimpulan seharusnya dalam hubungan tuhan dengan pemahaman manusia tidaklah
berkaitan, manusia pada dirinya sendiri, serta dalam pemahamanya tidak bisa di paksakan dari
pihak luar untuk menuju ke arah tertentu, tidak pula bisa dipaksakan oleh tuhan. Setiap pemahan
yang ada itu terjadi pada dirinya sendiri, pemahaman hanya terjadi dari dalam, hanya dapat diubah
dari dalam. Persepsi itu selalu ada dalam kekuatan kognisi seseorang.
Sehubungan dengan manusia sebagai makhluk yang independen self-sufficiency dan
memiliki kekuatan dan hubunganya dengan dunia, seharusnya terserah pada diri manusia, menarik
diri atau melibatkan diri, dengan konteks terlepas dari hubugan dengan tubuhnya yang ragawi.
Sementara hubungan dengan Tuhan bukanlah termasuk self-sufficiency atau dependence
melainkan adalah hubungan secara kognitif yang arahkan kepada tuhan, yang pada akhirnya
disatukan kepada Tuhan. Epictetus menciptakan dualisme terhadap dunia dan tuhan yang
menyatakan manusia sebenarnya hanya milik tuhan secara kongnitif, disisi lain adanya self-
sufficency dengan dependence dan manusia dengan divine agency.

Anda mungkin juga menyukai