Anda di halaman 1dari 7

MINGGU : 11 SEPTEMBER 2011

BACAAN : EFESUS 2 : 1 - 10

TEMA : SOLA GRATIA

Surat Efesus, bersama dengan Surat Filipi, Surat Kolose, dan Surat
Filemon merupakan surat-surat yang ditulis oleh Paulus dari penjara,
kemungkinan dari penjara Roma, sebagaimana yang dicatat di dalam
Kisah Para Rasul 28:16,30-31. Dalam sejumlah naskah penting surat ini
tidak terdapat kata “Efesus,” dan ini membuat orang menduga bahwa
Surat ini merupakan surat edaran yang tidak hanya dimaksudkan bagi
jemaat di kota Efesus, tetapi juga bagi gereja-gereja di lembah Lycus,
di mana gereja Efesus merupakan salah satu gereja yang utama pada
waktu itu.

Isi dari Keseluruhan kitab Efesus menjelaskan kepada kita tentang


tujuan Allah yang sejak sebelum dunia diciptakan telah membentuk
satu umat bagi diri-Nya sendiri. Surat ini dibuka dengan
pengungkapan rahasia berkat Allah yang telah dirancangkan-Nya sejak
kekekalan. Menurut kerelaan kehendak-Nya dan hikmat-Nya yang
ajaib Allah menebus manusia yang telah jatuh ke dalam dosa dan
kematian di dalam Kristus. Tujuan keselamatan ini ialah untuk menjadi
puji-pujian bagi Allah. Allah bukan hanya menyelamatkan individu
Kristen, tetapi juga mendamaikan mereka (orang Yahudi dan maupun
orang bukan Yahudi) dan mempersatukan mereka di dalam diri-Nya
sebagai satu tubuh, itulah gereja-Nya. “Kemanusiaan baru” ini terdiri
seluruh komunitas umat tebusan di mana Kristus menjadi Kepalanya.
Inilah rahasia yang dipercayakan kepada Paulus untuk dinyatakan
kepada jemaat. Namun demikian maksud Allah itu harus diwujudkan
dalam kehidupan praktis mereka. Tuhan yang telah naik ke sorga
mencurahkan karunia-Nya kepada jemaat untuk memperlengkapi
mereka supaya semuanya saling melayani untuk mencapai
pertumbuhan dan kesatuan yang sempuna di dalam Kristus. Sebagai
umat Allah mereka harus hidup sesuai dengan panggilan mereka,
hidup dalam kekudusan dan kebenaran dan kebijaksaan dan tidak

Page
hidup menurut kehidupan lama mereka yang bodoh dan memalukan
itu. Kehidupan baru mereka di dalam Kristus harus memberi warna
baru dalam seluruh aspek hidup mereka, termasuk dalam hubungan
suami-istri, orangtua-anak, tuan-budak/pekerja. Dan akhirnya mereka
didorong untuk hidup kuat di dalam kekuatan Allah sehingga dapat
menang dalam peperangan rohani.

Saudara/I jemaat yang dikasihi Tuhan…


Dalam Ef 1:3-14 membicarakan apa yang Tuhan kerjakan sejak awal
dunia, tentang bagaimana anugerah Tuhan, tentang doktrin pilihan
Tuhan dan bagaimana anugerah itu turun ke dalam dunia. Setelah itu
kemudian dalam ayat 15-23 Paulus masuk ke dalam aspek di dunianya.
Dalam ay 15-23 ini, Paulus mulai dengan kata ‘karena itu’ sebagai
respon dari tindakan Allah yang telah Ia tetapkan di dalam kekekalan
yang tidak berubah harus diproses dan digarap di dalam sejarah yang
berubah. Kedua wilayah ini menjadi wilayah dasar yang membuat kita
mengerti bagaimana kita merelasikan konsep kekekalan dengan
konsep dinamis sejarah. Jika kita kacau di dalam kedua hal ini maka
seringkali akan jatuh dalam dua ekstrim yang besar yaitu yang pertama
kita masuk dalam fatalistik atau takdirisme dimana manusia semuanya
sudah ditetapkan tanpa dapat diubah sama sekali. Sehingga manusia
menjadi seperti robot karena sudah ditetapkan di dalam kekekalan dan
disini proses sejarah ditiadakan. Sebaliknya di dalam ekstrim kedua
mereka menarik Allah ke dalam proses manusia. Dengan pengertian
bahwa kalau manusia berubah maka Allahpun berubah sehingga
akibatnya kekekalan ditiadakan ditarik ke dalam proses.

Lalu bagaimana merelasikan dua sifat yang berbeda ini? Kekekalan dan
sejarah memang merupakan dua wilayah dunia yang berbeda namun
di dalam diri manusia dua wilayah ini telah disatukan. Jadi manusia
memiliki dua unsur yaitu aspek rohani yang kekal yang tidak bisa mati
dengan aspek jasmani yang bisa mati atau rusak dan ini tidak ada pada
ciptaan lain. Maka di dalam aspek ini manusia menjadi unik karena
manusia memiliki dua wilayah secara bersama-sama namun tidak bisa
kita campur adukkan karena yang satu dengan yang lain memiliki sifat

Page
yang berbeda tetapi juga tidak bisa didualismekan karena dua wilayah
ini ada di dalam satu pribadi manusia.

Paulus dalam surat Efesus telah merelasikan dua unsur ini bersama-
sama. Setelah itu, Paulus mulai dengan apa yang seharusnya menjadi
kekuatan dan menjadi perjalanan iman Kristen itu sendiri. Ini dapat kita
lihat di dalam Ef 2:1-10 (bd Rm 1:1-8). Penguraian Ef 2:1-10 ini begitu
padat dimana Paulus ingin membicarakan hal tersebut kepada jemaat
di Efesus untuk menghadapi tantangan yang sulit. Di dalam ps 2 ini
Paulus mulai dengan berita Injil yang sejati yang merupakan satu berita
yang sangat pendek tetapi sangat sentral yaitu Paulus mulai dengan
inti permasalahan manusia yaitu, "Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu." Penjelasan ini bersifat
paradoksikal yang diucapkan dalam bentuk past tense. Inilah satu fakta
yang menunjukkan pada hakekatnya manusia sudah mati dan hal ini
harus diberitakan kepada dunia. Ini suatu gambaran yang begitu unik
dan merupakan satu realita yang harus diungkapkan tetapi dilain pihak
menghadapi kesulitan karena berhadapan dengan kondisi paradoks
dengan situasi itu sendiri. Mengapa Paulus menekankan hal ini? Sebab
pada jaman itu kondisi kota Efesus mengalami kondisi yang betul-betul
fatal yaitu mati. Mati adalah satu realita yang paling mengerikan
karena orang yang sampai pada kondisi ini berarti dia sudah tidak
mampu berbuat apapun juga selain takluk dibawah kuasa daripada
kematian. Ketika seseorang mati pada waktu itu dia tidak berhenti
berproses hanya berbalik arah berproses kepada pembusukan. Proses
ini berjalan melampaui kuasa dia, dengan kata lain kuasa kematian
adalah kuasa penaklukkan yang akan menghancurkan, membusukkan
dan membinasakan sampai habis dan proses ini terjadi tidak bisa
dihambat oleh pelaku yang mengalami kematian.

Ketika Alkitab mengatakan, "Kamu dahulu sudah mati," banyak orang


berkata bahwa pada waktu Adam dan Hawa makan buah pengetahuan
baik dan jahat mereka tetap hidup. Memang kelihatannya tetap hidup
tetapi sesungguhnya mereka sudah mati pada waktu makan buah
pengetahuan baik dan jahat hanya kita tidak dapat melihat karena
kondisi kematiannya dalam aspek spiritual. Kematian aspek spiritual

Page
adalah lebih berbahaya daripada kematian fisikal karena
mengakibatkan pembusukan yang bersifat global. Ketika kita
mengalami kematian spiritual pengaruh pembusukan kita tidak
berhenti secara lokal tetapi kita akan mempengaruhi semua orang dan
pengrusakan ini menjadi pengrusakan global. Dengan rusaknya seluruh
citra dari tatanan dunia mengakibatkan kehancuran dunia. Saudara,
jika seseorang mati secara jasmani tidak menimbulkan efek yang
berbahaya tetapi kematian spiritual pengaruhnya akan menyebar ke
seluruh dunia dan berjalan terus tanpa bisa dihambat oleh dunia.

Kalimat Ef 2:1 ini seharusnya menjadi dasar bagi kita untuk mengerti
seluruh sejarah dan keadaan dunia. Kalau tidak ada jalan keluar,
kondisi mati ini akan membuat dunia kita begitu celaka adanya. Dunia
yang berada dalam kondisi mati tidak mungkin dihentikan oleh hukum
yang keras. Sejarah menyatakan hukum yang sekeras apapun tidak
dapat menghambat atau menghentikan proses kematian yang sedang
berjalan dan menguasai. Kejahatan dunia ini sudah menjadi kejahatan
yang bersifat kematian. Kita bisa membayangkan betapa mengerikan
dunia ini yang mayoritas dikuasai dengan pikiran yang berbau
kematian, sikap yang memancarkan kematian dan seluruh cara
pandang kita yang berbau kematian ditularkan kepada orang lain.

Hal ini tampak jelas di kota Efesus sebagai kota perdagangan yang
sangat besar sehingga semangat materialisme merajalela luar biasa,
dan bukan itu saja kota tersebut terkenal menjadi pusat penyembahan
dewi Artemis (Yunani) atau dewi Diana (Romawi). Pelacuran disahkan
bahkan dianggap sakral karena mereka yang mengadakan pelacuran
menganggap hal itu merupakan ibadah kepada dewi itu. Ini
mengakibatkan rusaknya sistem keluarga dan tempat pemancaran
nuansa kematian begitu kuat di kota Efesus. Setelah itu ditambah
dengan munculnya pengajaran yang disebut Epikurianisme yang
merupakan pengajaran dualisme yang mengajarkan bahwa tubuh ini
jahat dan roh itu suci. Tetapi roh berada di dalam penjara daripada
tubuh. Dari sini kemudian muncul dua golongan yang disebut Stoa dan
Hedonisme. Golongan Stoa melarikan diri dan mengadakan penyiksaan
diri supaya rohnya dapat bebas dari penjara tubuh. Gagasan mereka

Page
sangat dualistik sehingga tidak bisa memparadokskan dua wilayah yang
berlawanan. Sedangkan golongan Hedonisme sangat berlawanan
dengan stoa, memiliki pemikiran filsafat yang mengajarkan kita harus
menikmati hidup secara fisikal, secara dunia dan secara sekuler.
Filsafat Hedonisme ini lebih diterima oleh orang-orang Romawi
sehingga pengaruh ini menyebar di kota Efesus. Keadaan inilah Inilah
yang dikatakan Paulus pada ayat 2, “karena kamu mengikuti jalan
dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa , yaitu roh
yang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka”. Kerusakan moral
seperti ini bukan hanya di wilayah Romawi tetapi juga meliputi seluruh
dunia bahkan sampai saat ini. Inilah fakta manusia berdosa. Nuansa
kematian bukan hanya problem abad pertama tetapi juga problem kita
hari ini.

Nuansa kematian itulah esensi dosa yang seharusnya kita waspadai


karena seringkali manusia tidak sadar. Dalam Ef 2:1-10 ini Paulus mau
membuka kepada dunia dan orang Kristen tentang realita dunia ini,
sekaligus panggilan dan menuntut respon dari kita untuk mengerti apa
yang menyebabkan kematian seperti itu. Manusia mati adalah karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa, karena kita telah melanggar
Firman dan berdosa terhadap Allah. Di dalam surat Roma, Paulus
menjelaskan hal ini secara lebih panjang (baca Rm 1:18-32). Manusia
dicipta oleh Tuhan seharusnya hidup untuk melayani Tuhan dan taat
kepada Tuhan. Ketika kita melawan Dia disitulah kita berdosa dan upah
dosa adalah maut. Manusia telah terpisah dari Allah, inilah kondisi
kematian. Tidak ada satu lembaga rehabilitasi yang bisa menghentikan
dosa manusia termasuk penjara tidak bisa menghentikan dosa. Itu
sebabnya jika bukan anugerah tidak mungkin orang berdosa akan
kembali kepada Allah. Ini berarti orang itu harus diinjili, disadarkan dan
dibawa kembali kepada Tuhan sehingga orang tersebut bisa berubah.
Tanpa penginjilan yang sejati tidak ada pengharapan.

Kita patut bersyukur pada Tuhan karena Ef 2:1-3 ini ditulis bukan dalam
bentuk kalimat tak berubah (present continous tense) yang berarti
kamu sedang dan selama-lamanya akan berdosa atau mati. tetapi
Paulus menulis dalam bentuk past tense dan dan yang menunjuk

Page
kepada masa lampau "kamu dahulu sudah MATI," TETAPI… (perhatikan
ayat 4-9) SEKARANG kamu telah DIHIDUPKAN ketika kamu beriman
kepada Tuhan Yesus. Hal ini bukan karena usaha manusia tetapi karena
kasih karunia belaka Inilah SOLA GRATIA! (bd ayat 8). Inilah janji Allah
yang KEKAL yang diungkap Paulus dalam Fasal 1:4 ; bahwa Ia telah
memilih kita sebelum dunia dijadikan dan ayat 7 “sebab di dalam Dia
dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa
menurut kekayaan kasih karunia-Nya. Hal inilah yang diungkap oleh
John Newton, pedagang budak yang telah bertobat dalam lagunya
“AMAZING GRACE”. Sebuah lagu yang masuk 10 lagu rohani terbaik
sepanjang 200 tahun, yang kita pun masih terus nyanyikan dalam
Kidung Jemaat No. 40 “Ajaib Benar Anugerah”. Saudara/i…Memang
anugerah keselamatan itu Ajaib bagi kita, sehingga dalam sejarah
pekabaran Injil di Tanah Papua pun tidak ada kata lain yang dapat
mengungkapkan peristiwa dibalik sejarah penyelamatan orang-orang
Papua, kecuali seperti apa yang dikatakan oleh Dr FC. Kamma, sungguh
“AJAIB di MATA KITA” Itulah keadaan kita dahulu dan sekarang bahkan
sampai selama-lamanya, kasih karunia Allah itu tetap dan tak berubah
oleh waktu dan sejarah dunia ini, karena Ialah yang telah memilih kita,
bukan kita yang mencari dan memilih Dia.

Saudara/i…

Sudahkah kita dibebaskan dari nuansa kematian? Coba perhatikan cara


hidup kita! Apakah kita telah melepaskan semua bentuk kehidupan
yang menampakkan keduniawian? Apakah kita semua sadar, bahwa
hari ini R. Paulus sedang berkhotbah menentang kepalsuan hidup kita,
yang masih berpura-pura menjadi pengikut Kristus tetapi yang
berwatak dan berkarakter manusia mati; Mati dalam perbuatan sinah,
mati dalam perbuatan korupsi, mati dalam perbuatan pelanggaran
HAM, mati dalam kebiasan alkoholik, mati dalam berbagai-bagai
bentuk kenajisan yang merajalela di sekitar kita.

Karena itu, marilah kita mau mengoreksi diri kita masing-masing dan
bertindak untuk merubah cara hidup kita yang lama yang telah mati
dalam dosa dan menjadi manusia baru yang telah ditebus dan

Page
merdekakan oleh Kristus dari segala bentuk dosa-dosa kita dan
menjalani hidup sebagai manusia terang seperti motto kita yang
terambil dari Efesus 5:8 dan saat ini kita semua mau berkata “memang
dahulu hidup saya adalah gelap, tetapi sekarang saya mau hidup dalam
terang Kristus”. Semoga pengakuan kita menjadi pengakuan yang
benar dan sungguh-sungguh agar kita semua dapat hidup dan
menikmati berkat Tuhan dalam damai dan anugerah-Nya yang selalu
baru dalam hidup kita. AMIN.

Page

Anda mungkin juga menyukai