Anda di halaman 1dari 4

Pengucapan Syukur 11 Desember 2023

Manusia Batiniah Yang Terus Dibaharui TUHAN


2 Korintus 4 : 16 – 18

Pendahuluan
Latar belakang penulisan 2 Korintus adalah sebagai berikut: Setelah beberapa kali berhubungan
dan surat-menyurat yang awal di antara Paulus dengan jemaat itu, maka Paulus menulis surat
1 Korintus dari Efesus (awal tahun 55/56). Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang
di Korintus. Pertama, ia menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang
tetap setia kepadanya sebagai bapa rohani mereka. Ia menulis untuk menantang dan
menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus-menerus berbicara menentang dia secara pribadi
dengan harapan dapat meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan untuk memutarbalikkan
beritanya. Ia juga menulis untuk menegur minoritas dalam jemaat yang sedang dipengaruhi
oleh para lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak wewenang dan tegurannya. Paulus
meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan
memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang lebih lanjut. Kitab 2 Korintus
berfungsi untuk mempersiapkan jemaat secara keseluruhan untuk kunjungannya yang akan
datang.
Pemahaman Konteks
2 Korintus 4: 16-18 menceritakan dalam surat kedua kepada jemaat Kristen di Korintus bahwa
ia sendiri mengalami tekanan dan penderitaan saat memberitakan injil. Ia mengalami
penyiksanaan, pemukulan, bahkan hendak dibunuh oleh orang Yahudi. Namun, di tengah
segala tekanan dan penderitaan yang membuat manusia lahiriahnya semakin merosot, Rasul
Paulus tidak tawar hati. Ia tidak berkecil hati dan berhenti memberitakan injil. Meskipun, tubuh
Paulus semakin menua, semakin merasakan sakit, semakin terbatas pergerakannya, namun
Rasul Paulus tidak pernah kendur dalam memberitakan injil.
Tafsiran
Ayat 16-18: Ketika Rasul Paulus memikul tanggung jawab yang besar untuk memberitakan
injil Yesus Kristus di tengah tekanan dan penderitaan, maka tentu saja kekuatan
atau tenaga adalah hal yang paling penting. Manusia tidak dapat melakukan
pekerjaan jika ia tidak mempunyai kekuatan. Berbicara mengenai kekuatan,
maka di dalam dunia ini ada dua jenis kekuatan yaitu kekuatan yang kelihatan
dan tidak kelihatan. Kekuatan yang kelihatan berdasarkan pada kemampuan
fisik kita, kemampuan tubuh kita. Kekuatan yang tidak kelihatan itu
berdasarkan pada keadaan psikis atau batin kita.
Relevansi
Seorang tokoh besar dalam dunia Psikologi yang bernama Sigmund Freud mencetuskan sebuah
teori yang dikenal dengan Teori Gunung Es. Secara sederhana, teori ini membagi dua alam
pikiran manusia yaitu alam pikiran sadar (conscious mind) dan alam pikiran bawah sadar
(unconscious mind). Alam pikiran sadar adalah segala sesuatu yang kita amati, sedangkan alam
pikiran bawah sadar ada akumulasi dari pengalaman-pengalaman hidup kita yang menyisakan
bekas pada diri kita. Freud menggambarkan kedua alam ini seperti gunung es, alam pikiran
sadar ada pada bagian permukaan air dan alam pikiran bawah sadar ada pada bagian bawah
permukaan air. Jika kita pernah menonton film Titanic, maka kita tahu bahwa gunung es
tidaklah besar pada bagian atas permukaan air, tetapi bagian bawahnya sangatlah besar.
Sangking besarnya, titanic tenggelam karena menabrak gunung es itu. Jadi, Freud mau
menjelaskan bahwa pola prilaku manusia itu seperti gunung es. Motif dari prilaku seseorang
bisa dilihat dari alam sadar yaitu bagian atas permukaan air, tapi bisa juga dilihat dari alam
bawah sadar yaitu bagian bawah permukaan air dari gunung es. Dalam penelitiannya, Freud
menemukan bahwa keputusan atau pilihan yang diambil manusia dipengaruhi sebagian besar
oleh alam bawah sadar kita.
Alam bawah sadar bagi Sigmud Freud itu merupakan gambaran dari keadaan psikis seseorang,
keadaan mental seseorang, keadaan batin seseorang, atau dalam bahasa Rasul Paulus pada
pembacaan Alkitab malam ini manusia batiniah (Ay. 16). Rasul Paulus menceritakan dalam
surat kedua kepada jemaat Kristen di Korintus bahwa ia sendiri mengalami tekanan dan
penderitaan saat memberitakan injil. Ia mengalami penyiksanaan, pemukulan, bahkan hendak
dibunuh oleh orang Yahudi. Namun, di tengah segala tekanan dan penderitaan yang membuat
manusia lahiriahnya semakin merosot, Rasul Paulus tidak tawar hati. Ia tidak berkecil hati dan
berhenti memberitakan injil. Meskipun, tubuh Paulus semakin menua, semakin merasakan
sakit, semakin terbatas pergerakannya, namun Rasul Paulus tidak pernah kendur dalam
memberitakan injil. Bagi Paulus, tidak masalah jika tubuhnya tersiksa. Tidak masalah besar
juga ia tidak bisa bebas bergerak tekanan-tekanan yang ia alami dari pemerintah Romawi dan
kaum Yahudi. Bagi Paulus, segala penderitaan itu akan membawa dirinya kepada kemuliaan
yang kekal. Yang dimaksud dengan kemuliaan kekal adalah tanggung jawab yang lebih besar
daripada penderitaan yang Rasul Paulus alami. Tanggung jawab yang lebih besar itu adalah
kesetiaan kepada Yesus Kristus di atas segalanya.
Ketika Rasul Paulus memikul tanggung jawab yang besar untuk memberitakan injil Yesus
Kristus di tengah tekanan dan penderitaan, maka tentu saja kekuatan atau tenaga adalah hal
yang paling penting. Manusia tidak dapat melaku kan pekerjaan jika ia tidak mempunyai
kekuatan. Berbicara mengenai kekuatan, maka di dalam dunia ini ada dua jenis kekuatan yaitu
kekuatan yang kelihatan dan tidak kelihatan. Kekuatan yang kelihatan berdasarkan pada
kemampuan fisik kita, kemampuan tubuh kita. Kekuatan yang tidak kelihatan itu berdasarkan
pada keadaan psikis atau batin kita. Di antara dua kekuatan ini, yang paling besar sesungguhnya
adalah kekuatan batin dari manusia. Mengapa demikian? Karena kekuatan fisik bergantung
dari kekuatan batin kita untuk menahan rasa sakit. Saat otot-otot tangan kita sudah terasa pegal
atau otot-otot pada kaki kita sudah terasa tidak kuat lagi, maka pada momen itu tubuh kita
sesungguhnya sudah berkata cukup. Namun, apa yang membuat seseorang bisa menahan rasa
sakit pada tubuhnya dan terus berjuang untuk hidup? Apa yang membuat seorang pelari terus
berlatih meskipun kakinya sudah terasa sakit? Apa yang membuat seorang tentara tetap berani
masuk ke dalam medan perang, meskipun tubuhnya gemetar merasakan ketakutan?
Jawabannya adalah kekuatan batin. Tidak seperti kekuatan fisik, kekuatan batin tidak terbatas.
Ia tidak terbatas karena ia bergantung dari penghayatan akan pengalaman-pengalaman hidup
yang kita alami dari hari ke hari. Sebagai orang beriman, kita hidup dalam keyakinan bahwa
hidup kita berada dalam genggaman Tuhan dari hari ke hari. Naik turunnya kehidupan kita juga
tetap ada dalam tangan pengasihan Tuhan. Jadi, inilah bagian yang tidak kelihatan yang
menjadi sumber kekuatan dari batin kita yaitu penghayatan hidup kita bersama Tuhan.
Dalam penghayatan hidup bersama Tuhan, kita mengalami yang namanya dinamika kehidupan.
Pertemuan dan perpisahan, kelahiran dan kematian, pertengkaran dan perdamaian, kegagalan
dan keberhasilan, dan berbagai dinamika kehidupan kita masing-masing. Dalam setiap
dinamika kehidupan ini, kita perlu sadar bahwa jika kita hanya bersandar pada kemampuan
fisik kita, maka kita belum tentu benar-benar kuat dalam berhadapan dengan dinamika
kehidupan itu. Kekuatan manusia secara fisik itu sangat terbatas. Sebaliknya, kekuatan manusia
secara batiniah atau kekuatan manusia batiniah itu tidak terbatas, terutama bagi orang-orang
yang berpegang pada Tuhan Yesus. Dalam ayat 16, Rasul Pauls mengatakan bahwa manusia
batiniah kami diperbarui dari hari ke hari yang berarti para rasul dari Yesus Kristus tidak
pernah kehabisan kekuatan untuk memberitakan injil. Mereka terus berusaha meskipun hidup
mereka semakin tertekan. Mereka tetap menemukan sumber kekuatan yang tidak ada habisnya
yaitu keyakinan iman pada keselamatan yang Tuhan Yesus berikan.
Pembacaan Alkitab kita pada malam hari ini yang masih dalam suasana kedukaan mau
mengajarkan kita terkhusus Ibu Badar serta keluarga besar Almarhum Bapak Badar untuk
selalu menguatkan diri dalam kekutan batin yang diarahkan untuk tetap berpegang teguh pada
Yesus Kristus dalam baik dalam suka, bahagia, senang, baik dalam duka, susah, derita. Malam
ini, kita mengucap syukur karena kita bersekutu bersama memuji dan memuliakan Tuhan. Hari
ini kita mengucap syukur karena Tuhan menyertai kita dalam pekerjaan kita masing-masing.
Namun, janganlah lupakan bahwa hari ini akan berlalu, hari esok akan datang, lalu hari-hari
akan berganti bulan, lalu bulan berganti tahun. Dalam setiap waktu, kita akan kembali
berhadapan dengan tantangan dan cobaan, baik dalam kehidupan keluarga maupun pekerjaan.
Begitu juga bagi keluarga besar Badar, baik bagi ibu Badar, secara manusiawi, waktu-waktu
ke depan akan sangat berat tanpa Almarhum. Hari-hari ke depan akan terasa sangat berbeda
tanpa almarhum. Tetapi, jangan takut dan gentar hati atau batin kita. Berpeganglah pada Tuhan
Yesus karena Ia akan membaharui kita dari waktu ke waktu. Kekuatan dari Tuhan Yesus akan
menyentuh hati maupun batin kita dan memberikan semangat yang baru dari hari ke hari.
Kekuatan itu akan membuat kita menjadi seperti kata-kata Rasul Paulus dalam ayat 8 –
9,“Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus
asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak
binasa.” Jadi, bersyukurlah kepada Tuhan karena setiap hari, Ia akan selalu membaharui hati
dan batin kita hingga kita selalu kuat menghadapi segala tantangan dan rintangan dalam
kehidupan ini. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai