SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NIM : 020706014
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Esa atas alam dan segala isinya, berkat penyertaan dan segala anugerah yang
dikaruniakan sehingga penulisan skripsi ini dapat dilakukan. Penulisan skripsi ini
lalu yang diharapkan menjadi sebuah pelajaran dari masa lalu untuk permasalahan
saat ini dan yang akan datang. Dilain pihak skripsi ini ditujukan sebagai
tersebut dapat disesaikan dengan berbagai kebijakan oleh segenap warga Gereja
yang luput dari jangkauan penulis. Atas kesadaran ini penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang tentunya bersifat untuk membangun agar
karya ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan
Tommi Purba
Apapun yang penulis alami sampai saat ini adalah semua berkat Tuhan
Yesus Kristus, begitu juga hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari pada pertolongan yang tulus dariNya. Banyak pihak yang telah turut
serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik bantuan materi
maupun spiritual. Skripsi tidak akan terselesaikan tanpa bantuan mereka, untuk
mereka:
untukmu Ayah, berkatmu juga anakmu ini bisa seperti saat ini apapun
2. Mamaku yang sangat baik, M Br. Saragih, terima kasih ‘Ma, Engkau
selalu berdoa dan berjuang untuk anakmu ini tanpa Ayah di sisimu Engkau
terimakasih buat kalian: ada Meli yang cantik, Ria yang maniz, ada
Purnama yang imut-imut, ada Winda yang baik hati dan ada Marta
sibontot yang manja. Sekali lagi terima kasih dan selalu tetap berdoa untuk
keluarga kita.
terkecuali, khusus buat bung “G”, engkau tak terlupakan friend, masih
5. Dek “Christ” yang baik hati, terimakasih atas dukungan semangat dan
motipasi yang telah engkau berikan. Kupastikan namamu kan slalu terukir
indah di hatiku.
6. Bapak Drs. Syaifuddin, MA. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra USU
Medan.
9. Selurug Staf pengajar depatemen Sejarah yang tidak dapat saya sebutkan
kepada saya.
Tommi Purba.
Tommi Purba
KATA PENGANTAR…………………………………………….... i
ABSTRAK …………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………… 7
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………………………… 8
1.4 Tinjauan Pustaka ……………………………………….. 9
1.5 Metode Penelitian ……………………………………… 11
BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN
2.1 Latar Belakang Historis
Dan Perkembangan Kota Medan ……………………… 13
2.2 Kondisi Geografis Kota Medan ………………………… 17
2.3 Struktur Sosial Budaya Masyarakat Kota Medan ……… 18
BAB III SEJARAH RINGKAS ALIRAN METHODIST
3.1 Latar Belakang Terbentuknya Aliran Methodist ………. 21
3.2 Masuknya Ajaran Methodist Ke Indonesia ……………. 26
3.2.1 Perjalanan misi Methodist di pulau Jawa …….. 28
3.2.2 Misi Methodist di Kalimantan ………………… 33
3.2.3 Perjalanan Methodist di Sumatera Selatan
dan pulau Bangka …………………………….. 36
3.3 Proses Methodisasi Di Sumatera Utara ………………… 39
BAB IV PERKEMBANGAN GEREJA METHODIST INDONESIA
DI MEDAN
4.1 Terbentuknya Gereja Methodist Indonesia
Di Medan Dan Perkembangannya ……………………... 46
4.2 Methodist Terbagi Menjadi Dua Distrik ……………….. 54
4.3 Gereja Methodist Indonesia Satu Distrik Kembali ……. 60
4.4 Konstitusi Gereja Methodist Indonesia ………………… 64
BAB V KESIMPULAN ……………………………………………. 67
-DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 71
-LAMPIRAN
Tommi Purba
kristus) dimulai dari kesadaran teologis oleh seorang pendeta Inggris bernama
John Wesley, dari keluarga protestan dimana ayah dan ibunya adalah seorang
pendeta. Ajaran Methodist yang dimulai oleh Wesley adalah gereja yang lahir
karena kesadaran teologis, bukan berlatar belakang dari konflik seperti yang
dimana hukum dan ajaran protestan diterima dan dilaksanakannya secara keras.
Praktek teologi ini dijalankan oleh Wesley sejak lulus dari bangku universitas
Oxford Inggris. Perkembangan teologi yang sudah tertanam dalam diri John
Wesley semakin berkembang didukung oleh kebaktian dan perjamuan yang sering
Hasil yang diterima John Wesley dari pelaksanaan kebaktiaan dan acara
penyempurnaan diri sendiri tetapi turun kepada kita dengan kepercayaan terhadap
Kristus” 1. Dengan demikian manusia akan memperoleh hidup aman dan damai.
yaitu:
terhadap Allah. 2
oleh kelompok masyarakat lainnya. Jumlah pengikut dari ajaran wesley semakin
mempunyai corak dan ciri yang berlainan yang berlatar belakang dari perbedaan
misi zending (organiasi penginjilan) dan kondisi lokal seperti misi zending Huria
Kristen Batak Protestan (HKBP), dengan konsep suku Batak Toba, sedangkan
nasional. 3
Indonesia yang disebarkan oleh John Russel misi Zending dari New York
Amerika Serikat. John Russel menilai bahwa pada babakan awal tahun 1900an
1
Benjamin Munthe, Training Dasar Rohani Kristen, Medan: GKII, 2003, hlm. 1.
2
Gereja Methodist Indonesia, Disiplin Gereja Methodist Indonesia 1973, Tebing Tinggi:
Depot Buku Methodist, 1973.hlm.2.
dari sudut teologia, mereka juga melakukan pelayanan dalam bentuk pembukaan
menjadi dua bagian besar pelayanan, yaitu daerah Jawa dan sekitarnya berpusat di
Singapura, dan pulau Sumatera berpusat di Penang. Pada tahun 1922 kedua
pelayanan Methodis ini sudah mampu menyebarkan agama Kristen kepada suku
Tionghoa, Sunda, Dayak, Batak Toba dan Simalungun. Mereka yang sudah
3
Richard Daulay, kekristenan Dan Kesuku Bangsaan. Yoyakarta: Taman Pustaka
Kristen, 1996. hlm. 4.
yang dilakukan oleh penginjilan Methodist dominan etnis Batak Toba dan
Tioanghoa yang sudah lama di Medan. Sedangkan dengan kelompok suku lainnya
(kepercayaan suku Batak Toba) dan menjadi pengikut gereja Methodist. Kedua
kelompok etnis ini masing-masing ikut bergabung dalam Methodist dan saling
sebuah persaingan yang tidak sehat, misalnya seperti penggunaan bahasa, pada
kelompok Batak adalah bahasa Batak Toba, demikian juga etnis Tionghoa yang
dua Distrik, yaitu Distrik Tionghoa dan distrik Batak Toba yang mana
etnisitas.
Methodis yang semakin lama semakin berorientasi dengan keadaan lokal, hingga
4
Gereja Methodist Indonesia, op. cit., hlm. 5.
menjadi Gereja Methodist Indonesia (GMI). Proses perubahan ini dilalui dengan
Walaupun terlihat ada perbedaan yang jelas dalam tubuh methodist, tetapi
ini tidak jadi penghalang dalam hal pengembangan jemaat. Hal ini tidak terlepas
jemaatnnya baik dalam bentuk kuantitas (pelayanan) maupun dari segi kualitas
Misi sosial yang dilakukan oleh Gereja Methodist Indonesia sangat beragam dan
distrik dalam organisasi ini masih terbagi atas dua bagian. yaitu distrik Batak
Toba dan Tionghoa. Perkembangan jemaat Methodist terlihat pesat dari kelompok
suku yang ada di Sumatera Utara. Kelompok suku yang bertambah ini pada
dasarnya lebih banyak mengikuti distrik Batak Toba. Hal ini dipengaruhi oleh
bahasa dan budaya yang identik, seperti etnis Karo dan Simalungun. Etnis lokal
berguna bagi masyarakat, bukan hanya bagi jemaat Methodist saja. Departemen
yang dibangun oleh Methodist pada dasarnya tidak bersifat teologis tetapi bersifat
sekuler, misalnya sekolah yang dibangun oleh pihak Methodist yang bertujuan
Medan, bukanlah hasil perpecahan dari gereja yang lainnya, akan tetapi Gereja
Indonesia sudah terselesaikan, dimana sejak tahun ini kedua distrik yang berseteru
bersatu menjadi satu distrik yang bersifat nasional, hal ini dipengaruhi oleh
Indonesia dan semakin besarnya jumlah etnis Batak Toba yang masuk menjadi
jemaat Gereja Methodist Indonesia. Dalam upaya pemersatuan ini tentu ada
gerakan dan kelompok yang sudah berjuang untuk hal ini. Penyatuan ini tentu
mengalami perkembangan yang pesat, selalu dilalui dengan proses sejarah yang
unik. Banyak usaha yang dilakukan oleh Gereja Methodist Indonesia untuk
menjaga eksistensinya, hal inilah yang menjadikan penulis tertarik dalam memilih
topik ini menjadi penelitian skripsi. Penulis juga tertarik mengetahui lebih lanjut
tentang Methodist. Topik yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah Sejarah
1983. penulisan skripsi ini akan dilangsungkan sebab bukti-bukti yang akan
digunakan untuk menjawab permasalahan yang akan diangkat dalam karya ini
Topik permasalahan yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah sejarah
pertanyaan yaitu:
distrik Tionghoa?
Batasan waktu yang diangkat dalam penelitian ini mengambil tahun 1964,
sebagai awal penelitian dan 1983 sebagai batas akhir penelitian. Tahun 1964
dari penyatuan dua distrik di tubuh Gereja Methodist Indonesia. Sejak tahun 1983
Setiap segi sejarah kehidupan manusia adalah hal yang sangat perlu
Medan.
Indonesia di Medan
organisasi gereja.
harus dikaji dari banyak segi kehidupan sosial sebagai cara menghindari
penulisan sejarah yang bersifat konfensional yang berpusat pada peran seorang
sementara peran dari aspek lain yang tergolong sebagai pendukung terhadap
Gereja Methodist Indonesia, tidak terlepas dari misi Zending dan penginjilan-
Indonesia pada dasarnya barasal dari Eropa, kecuali misi Zending yang membawa
ajaran Methodist ke Indonesia, yang dibawa oleh misi Zending Amerika serikat.
Indonesia”, bahwa gereja Methodist adalah gereja yang pada dasarnya sama
dengan gereja lokal lainnya, dimana firman Tuhan diajarkan, dan sakramen-
Protestan yang tidak langsung dari hasil reformasi, melainkan mekar dari gereja
Inggris oleh John Wesley, dengan proses yang cukup panjang. Latar belakang dari
John Wesley adalah keluarga yang kristen Protestan Inggris, dimana ayah dan
zending Methodist, maka perkembangan dari sekte ini sangat pesat diberbagai
negara terutama negara-negara maju, seperti negara Inggris dan Amerika serikat,
yang terpanggil dan mengerti firman Tuhan. Mereka bisa saja memberitakan
5
Sartono Kartodirdjo, Beberapa Kecenderungan Dari Study Sejarah di Indonesia Dalm
Sejarah Indonesia Dalam Monograf, Yoyakarta: Jurusan Sejarah Dan Geografi Sosial IKIP Sanata
Dharma, 1980. hlm.9.
6
Gereja Methodis Indonesia, op. cit., hlm.1-2.
dua suku, yaitu etnis Batak Toba dan etnis Tionghoa. Gagasan menuju
oleh kedua etnis tersebut. Latar belakang ini membuat kedua etnis membentuk
etnisitas (Batak dengan Tionghoa). Tetapi dua distrik yang dulunya terlihat
renggang akhirnya bersatu kembali tepatnya pada tahun 1983 yang semua itu
Dari beberapa konsep dan buku yang dijelaskan di atas, penulis berharap
akhirnya melahirkan organisasi gereja yang bernuansa lokal dan berdiri sendiri
sebagai berikut:
7
Ibid., hlm.5.
8
Richard Daulay, op . cit., hlm. 256.
sebelumnya.
Dari hasil penelaahan yang dilakukan oleh tim sejarah rekonstruksi kota
yaitu, bahwa kota Medan didirikan oleh guru Patimpus Sembiring yang berasal
kota Medan, akhirnya disimpulkan bahwa kota Medan berdiri tanggal 1 Juli 1590,
maka tanggal 1 Juli dijadikan sebagai hari ulang tahun kota Medan, 9 yang
yang berfungsi sebagai tempat pemukiman beberapa orang manusia, dan semakin
semakin besar, sehingga Medan menjadi sebuah perkampungan yang dihuni oleh
beragam etnis.
kepercayaan kepada penguasa alam atau roh nenek moyang. Agama sama sekali
belum masuk kewilayah Medan. Hal ini membuktikan, bahwa agama yang ada di
Medan hingga sampai saat ini telah mengalami banyak proses, dari awal masuk
9
Pemerintah Kota Medan, Profil Kota, Medan: Pemko, 2004. hlm. 34.
Dari hasil penelaahan yang dilakukan oleh tim sejarah rekonstruksi kota
yaitu, bahwa kota Medan didirikan oleh guru Patimpus Sembiring yang berasal
kota Medan, akhirnya disimpulkan bahwa kota Medan berdiri tanggal 1 Juli 1590,
maka tanggal 1 Juli dijadikan sebagai hari ulang tahun kota Medan, 9 yang
yang berfungsi sebagai tempat pemukiman beberapa orang manusia, dan semakin
semakin besar, sehingga Medan menjadi sebuah perkampungan yang dihuni oleh
beragam etnis.
kepercayaan kepada penguasa alam atau roh nenek moyang. Agama sama sekali
belum masuk kewilayah Medan. Hal ini membuktikan, bahwa agama yang ada di
Medan hingga sampai saat ini telah mengalami banyak proses, dari awal masuk
9
Pemerintah Kota Medan, Profil Kota, Medan: Pemko, 2004. hlm. 34.
bahwa tahun 1882, Cina telah mengirimkan sejumlah utusannya sebagai biro
Tionghoa dengan kelompok masyarakat yang ada di Medan. Akibat dari hal ini,
unsur budaya yang mereka miliki dari daeah asal. Status mereka sebagai pedagang
masyarakat yang sebagai penduduk asli Medan, tetapi hal ini terjadi setelah
10
Mahadi, Hari Djadi Dan Garis-garis Besar Perkembangan Sosiologi Kota Medan,
Medan: Fakultas Hukum USU, 1967. hlm. 37
11
Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Lembaga Penelitian Dan
Pengembangan Seni Budaya Melayu,1991. hlm. 42.
ada di Sumatera Timur, baik yang datang dari Eropa, maupun kelompok pedagang
Perkembangan kota yang semakin pesat, maka pada tahun 1887 Medan
ini dilakukan antara Sultan Deli dengan masyarakat dan kelompok pengusaha
yang datang ke Medan. Sejak saat itu, maka Medan menjadi pusat segala aktifitas
maupun pusat pemukiman penduduk. Perkembangan Medan sejak saat itu sangat
tersebut. Kelompok buruh yang terbesar pada dasarnya didatangkan dari pulau
perkembangan yang sangat pesat. Medan dihuni oleh beragam Suku, Etnis,
Agama, dan juga tradisi yang berbeda, berdasarkan masyarakat yang datang
12
Mahadi, op. cit., hlm. 39.
13
Ibid., hlm. 55.
yang akhirnya menjadi pusat dari propinsi Sumatera Utara, yang mana berfungsi
sebagai pusat administrasi untuk wilayah Sumatera Utara. Ada beberapa hal yang
ingin dicapai oleh pemerintah kota Medan sebagai ibu kota propinsi yaitu
akan terus mengalami perkembangan baik secara fisik maupun dari sudut
demikian pesatnya.
ternyata disertai dengan unsur kebudayaan yang mereka miliki secara turun
temurun, setelah sampai mereka ditempat tujuan, kebudayaan itu tetap melekat
pada diri mereka, seperti yang sudah terjadi di Medan dimana berbagai kelompok
memungkinkan Medan menjadi sebuah kota yang dihuni oleh berbagai etnis yang
Utara dan 98,35 º - 98,44º Bujur Timur dengan topografi, kota Medan cenderung
miring kesebelah utara. Wilayah Medan jauh lebih rendah apabila dibandingkan
dengan kabupaten yang ada disebelahnya. Ketinggian Medan berada pada 2,5 –
Sebagian wilayah Medan sangat dekat dengan wilayah laut yaitu pantai
Barat Belawan, dan wilayah Medan tidak sedikitpun memiliki daerah dataran
tinggi. Dataran tinggi terdekat berada di wilayah kabupaten Karo, hal ini
mengakibatkan daerah Medan memiliki suhu udara yang cukup panas, apalagi
pemukiman penduduk.
Dengan posisi seperti ini dan ditambah dengan faktor kemajuan Internal
lainnya, maka kota Medan sangat mudah dijangkau oleh masyarakat Sumatera
14
Pemerintahan Kota Medan, op. cit., hlm. 36.
15
Ibid., hlm. 38.
pada usia ini ditafsir sebagai masyarakat pendatang atau masyarakat karena proses
urbanisasi, dengan tujuan adalah untuk bekerja. Hal ini terjadi sebagai akibat dari
Medan.
Banyak etnis yang ada di Nusantara, maupun yang datang dari luar negeri
yang dibuka oleh pengusaha asing di Indonesia. Banyak dari kelompok buruh ini
menetap ini akan mejadi dasar-dasar dari pembentukan sistem sosial dan budaya
di Medan, sebab mereka datang lengkap dengan budaya yang mereka miliki.
sosial, dan kemasyarakatan pada dasarnya dibentuk oleh kesultanan. Hal ini
sosial, dan struktur masyarakat Medan. Hal ini berpengaruh terhadap sistem
budaya Melayu yang sudah diingkari sebagai budaya kesultanan 16 kepada sistem
16
Mahadi, op . cit., hlm. 57.
kesultanan Deli.
budaya percampuran (pluralis) dari berbagai suku yang menempati kota Medan.
Seperti suku Jawa, Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Nias, Aceh, Tionghoa
miliki, tanpa ada unsus budaya dari suatu suku yang sistem budayanya yang
diutamakan.
mayoritas dengan agama yang mereka anut sejak mereka berada di daerah asal,
seperti etnis Melayu, Jawa, mandailing telah beragama Islam, demikian halnya
dengan etnis Batak Toba, Simalungun, Karo pada umumnya menganut agama
merupakan sistem sosial yang diatur berdasarkan sistem sosial yang berlaku di
Indonesia. Peraturan pemerintah dan sistem norma masyarakat menjadi dasar dari
Unsur budaya masyarakat Medan berasal dari inti sari budaya-budaya etnis
yang ada di Indonesia, khususnya budaya etnis yang ada di kota Medan. Unsur
undang-undang yang berlaku dalam negara republik Indonesia, sehingga tidak ada
unsur budaya yang dominan dari kelompok masyarakat, ataupun etnis tertentu,
walaupun secara kuantitas ada suatu etnis yang lebih dominan di kota Medan. 17
17
Pemerintahan kota Medan, loc. cit., hlm. 38.
dan unsur keagamaan masyarakat yang saling menghormati menjadi salah satu
proses reformasi oleh seorang pendeta yang bernama John Wesley. Keluarga yang
gereja, sebab ayah dan ibu John Wesley sama-sama berprofesi sebagai pendeta di
Gereja Inggris.
memperoleh gelar sarjana, berasal dari universitas Oxford Inggris, dengan sifat
pribadi dalam bidang teologia adalah, melaksanakan hukum agama dengan keras
dan menghindari penyimpangan dari ajaran agama. 18 Prinsip ini menjadi dasar
dan pedoman hidup bagi John Wesley ketika dia masih duduk di bangku
perkuliahan.
ternyata salah dengan ajaran Kristen, sebab manusia terlalu memberatkan dirinya
caranya sendiri. Ajaran yang seharusnya dan yang benar adalah ketika Wesley
mendalami isi Alkitab, tentang kisah yang dialami oleh Rasul Paulus yaitu
18
Pdt. W.L Amstrong, Dkk, Disiplin Gereja Methodist Indonesia, Medan: Taman
Pustaka Kristen, 1973. hlm. 1.
maka mansia tidak harus berpegang pada prinsip dan penyucian diri sendiri. 19
Tahun 1738, prinsip lama yang dipegang oleh John Wesley dirobahnya
dengan prinsip baru, dimana manusia harus banyak berserah, bukan menanggung
beban sendiri. Pertobatan baru ini menjadi awal kesaksian bagi Wesley, yang
Dua ajaran pokok yang disebarkan oleh John Wesley kepada banyak orang
yaitu: pertama, bahwa anugrah Tuhan yang diberikan kepada seluruh dunia
bahwa Alkitab tidak mengenal keslamatan selain dari pada keslamatan dari dosa.
John Wesley meminta manusia harus memiliki penghidupan yang suci, berupa
Dalam misinya John Wesley tidak menyebarkan agama baru, atau ajaran
gereja yang baru, tetapi pelayanan yang dilakukannya adalah pertobatan dari
sehingga orang-orang kecil yang tidak datang ke gereja tidak mendapat pelayanan.
Di sisi lain, masyarakat tidak lagi mendapat pemberitaan tentang injil, anggota
baru ini membiayai para penginjil untuk melakukan penginjilan terhadap orang-
orang tertentu saja, dengan kata lain penginjilan dilakukan hanya untuk
kepentingan sendiri.
19
Ibid., hlm. 2.
20
Ibid., hlm. 4.
yang disebarkan oleh John Wesley. Manusia harus memberikan sendiri dan
kesempurnaan hidup, hal inilah yang diinginkan oleh ajaran yang dibawakan oleh
John Wesley. 21
Ajaran dan tekanan dari John Wesley menjadi hal yang perlu
dipertahankan dalam tubuh Methodist. Setelah John Wesley meninggal ajaran ini
dikumpulkan menjadi dua buku yang berjudul “Lima Puluh Dua Khotbah John
Wesley dan Notes Upon The New Testament, merupakan ringkasan Wesley dari
pasal-pasal agama. Kumpulan dari Khotbah Wesley ini sampai saat ini menjadi
bidang ini adalah kegiatan yang perlu ditingkatkan sebagai penyeimbang antara
21
Devies, A History Of Methodist Church Ingreat Britain (terj), London: London
Epworth Press, 1992. hlm.81.
ini mendapat ijin untuk diajarkan dengan nama ajaran Kristen Methodist. Ajaran
ini segera disebarkan kewilayah Amerika Serikat, sebagai daerah yang masih
Ajaran Methodist menjadi gereja yang bersifat otonom dan berdiri sendiri
yang berdiri sendiri tanpa ada keterkaitan dengan pemerintah Inggris. Gereja
menjadi ajaran Kristen yang perkembangannya sangat pesat. Hal ini dilatar
besar dari ajaran ini ada di Amerika Utara, termasuk negara Kanada. Kelompok
migrant yang datang ke Amerika pada dasarnya menjadi pengikut dari Methodist
22
W. I Amstrong, op. cit., hlm. 3.
yang besar dibandingkan dengan pengikut Methodist yang ada di Inggris. Hal ini
menanggapi masalah ini dengan membuat surat kepada John Wesley, yang isinya
pendeta dan pengkhotbah yang sudah berpengalaman yaitu Richard Boarman dan
benua Amerika semakin pesat, bahkan lebih besar dibandingkan dengan pengikut
Methodist di Inggris.
pada tahun 1773 telah dilakukan di Amerika. Hal ini menandakan bahwa
Serikat.
awal dari Gereja Methodist yang terbentuk di luar negara Inggris. Gereja
pengabaran injil dan perluasan injil kepada berbagai negara bagian, dan
menjadikan negara Amerika Serikat, tepatnya di New York sebagai pusat kontrol
berdasarkan etnisitas tanpa ada suatu organisasi yang menyatukan. Hal ini
dipengaruhi oleh wilayah dan etnisitas yang masih sama sekali belum ada unsur
tama mendapat pekabaran injil Methodist adalah Jawa, Sumatera, Bangka dan
Kalimantan.
23
William G Shellabear, Hikayat Perhimpunan Methodist, Singapura: Methodist
Publising House, 1992. hlm.125.
MAC bersifat menyebar atau dengan kata lian tidak terkonsentrasi pada satu
wilayah saja, oleh karena itu perkembangan masyarakat yang mengikuti ajaran
khusus untuk jemaat Methodist di Hindia Belanda, hal ini dapat terlaksana setelah
NIMC membawa pengikut Methodist yang ada di Hindia Belanda untuk secara
administratif berada dibawah naungan misi Methodist Amerika Serikat yang mana
dari kelompok penginjil terutama dari Amerika Serikat, NIMC sering mendapat
dengan distrik yaitu, Distrik Jawa, Distrik Kalimantan Barat, Distrik Sumatera
Selatan dan Distrik Sumatera Utara. Dari 4 distrik yang dibentuk oleh misi
Methodist, Distrik Sumatera Utara mendapat peluang yang lebih baik untuk
24
Richard Daulay, op. cit., hlm. 112.
Methodist sama sekali tidak dihentikan, atau dikurangi, bahkan misi Methodist
Permintaan ini tidak ditolak oleh Russel, karena pekerjaan yang akan
manusia.
salah satu sekolah faforit bagi orang Tionghoa yang ada di Hindia Belanda dan
mengenal Russel sebagai guru, bukan sebagai penyebar injil, karena itulah Russel
memberikan pelajaran sekolah dan waktu memberi pelajaran tentang injil. Para
ajaran injil, hal ini disebabkan karena Russel tidak ada menganjurkan atau
menjadi pengikut Methodist, tetapi materi yang diberikan saat penginjilan adalah
gembaran tentang Tuhan, Kekristenan dan arti pentingnya Juruslamat yaitu Tuhan
Yesus Kristus.
di pulau Jawa, sebab jumlah siswa yang sedang menuntut ilmu di Singapura yang
berasal dari pulau Jawa tergolong besar. Jumlah ini akan bertambah jika sekolah
disampaikan dan diteruskan kepusat misi Methodist yang ada di Amerika Serikat.
tersebut.
25
Ibid., hlm. 114.
aktivitas pekabaran injil telah berlangsung di pulau Jawa yang dikelola oleh misi
telah mendapat berita tentang injil ketika sebagian anak mereka berada di sekolah
Angglo Chinese di singapura. Melihat hal ini B.F West menilai bahwa wilayah
Batavia adalah wilayah yang tepat sebagai tempat penyebaran ajaran Methodist,
berbeda dengan wilayah Malaya yang sangat sulit mengalami perkembangan. Hal
ini tidak luput dari permasalahan agama yang telah mereka miliki, yaitu agama
Islam yang mereka anut ternyata sudah mendarah daging terutama kepada
Tionghoa yang ada di pulau Jawa sudah hampir meninggalkan tradisi kepercayaan
Russel sangat menginginkan situasi seperti yang terjadi di Pulau Jawa ini,
maka dengan segenap usaha dilakukannya untuk pindah dari distrik Malaya yang
Methodist yang ada di Asia Tenggara, maka pada tahun 1905 Russel diberi izin
26
Richard Daulay, op. cit., hlm. 120.
Bible (Alkitab) dan The Methodist Hymnal. Dengan pelajaran ini maka
Masyarakat Tionghoa yang sekolah, akhirnya banyak yang mengerti isi Alkitab
Tionghoa.
Methodist setelah proses Babtis yang dilakukan oleh Russel. Pekerjaan ini yang
membuat Russel mendapat gelar dari kalangan masyarakat Methodist sebagai Pak
cepat di Batavia. Selama dua tahun (1905-1907) Russel telah membentuk sebuah
Jemaat Methodist, dimana Russel menjadi gembala sidang atas gereja tersebut.
27
Arsip Gereja Methodist Indonesia, Medan Sumatera Utara.
28
Richard Daulay, op. cit., hlm.121.
Senen, Tanah Abang, Kebantenan dan Cibinong. Metode pelayanan yang baru ini
dan suku yang lainnya yang ada di pulau Jawa. Kelompok masyarakat yang
mayoritas sebagai pengikut Methodist pertama-tama dari kelompok baru ini masih
gereja tersebut. Sejak saat inilah perbedaan bahasa dalam kebaktian Methodist
mulai ada. 30
jemaat Katolik yang tertarik dengan metode pengembangan yang dilakukan oleh
dalam Gereja Methodist semakin lama mulai diarahkan sesuai dengan disiplin
sebenarnya. 31
29
Lihat Gambar 1
30
Richard Daulay, op. cit., hlm. 124.
Methodist di Pulau Jawa baik dari suku Jawa, Ambon, Tionghoa, sunda.dan suku-
berseberangan dengan wilayah negara Malaysia. Pertemuan antara dua negara ini
perbatasan.
31
Ibid., hlm. 127.
32
Richard Daulay, op. cit., hal. 140.
Kalimantan.
Seorang Dokter bernama Uching Seng, yang datang dari Singapura, ikut
dan buku lagu-lagu Kristen kepada mereka yang mendapat pelayanan kesehatan
Kalimantan telah mencapai, 80 orang anggota penuh 192 anggota percobaan, yang
Sambas. Para jemaat Methodist tersebut dominan berasal dari suku Tionghoa, 33
sedangkan kelompok suku lainnya yang menjadi anggota Methodist berasal dari
suku Dayak.
Dayak. Latar belakang Abel yang berasal dari negara Amerika Serikat terasa sulit
untuk menginjili suku Dayak, maka 3 orang penginjil yang sebelumnya menuntut
33
H Sitorus, Benih Yang Tumbuh GMI, Medan: (naskah tidak diterbitkan), 1977, hlm.5.
sulit dari kelompok suku Dayak. Strategi yang dilakukan oleh keempat
bahasa Melayu dan dikhususkan kepada orang Dayak. Strategi ini memberikan
hasil yang lumayan, sebab anak-anak banyak yang mengikuti program ini. Sambil
Methodist dari kalangan orangtua pada masyarakat Dayak tidak terlepas dari
Methodist. Anak-anak dayak yang tumbuh dewasa akhirnya banyak yang menjadi
penginjil.
Sebelum meletusnya perang dunia ke-II, kota Palembang adalah kota yang
34
Ibid., hlm. 6.
telah mencapai 65.000 orang yang terfokus pada daerah pelabuhan, sebab
minyak dan daerah ini menjadi pusat pertemuan dari pedagang-pedagang yang
Russel melihat kota Palembang sebagai daerah yang sangat cocok sebagai
Tionghoa yang tertarik dan mengikuti program tersebut. Mereka rela membayar
Tionghoa.
misi Methodist selanjutnya diteruskan sampai ke Pulau Bangka, kota yang tidak
begitu jauh dari Palembang. Daerah pulau Bangka adalah daerah yang cepat
bangka yang berasal dari etnis Tionghoa sudah mencapai 200.000 orang pada
tahun 1911. 35
situasi masyakat di daerah ini sama sekali belum ada yang beragama Kristen, jadi
Freeman adalah tokoh Kristen pertama untuk daerah ini. Banyak kendala yang
agama oleh pemerintah Kolonial Belanda, dan keadaan daerah yang sangat panas
memperlebar jalan bagi Freeman untuk menyebarkan injil kepada mereka anak-
anak Tionghoa yang menuntut ilmu di sekolah tersebut. Dalam sekolah tersebut
tugasnya Freeman tidak penah terlambat dan selalu serius, hal ini menjadi dasar
keyakinan dari orang tua murid kepada Freeman untuk menyerahkan anaknya
Melihat tindakan yang dilakukan Freeman adalah baik, maka sejak tahun
waktu pagi di hari minggu, Freeman membuka kelas sekolah minggu, yang
35
Richard Daulay, op. cit., hlm. 148.
bangka kerena penyakit yang dideritanya. Freeman digantikan oleh L.L Akerson,
banyak murid sekolah dan kelompok dewasa tidak datang lagi ke sekolah.
Semakin lama jumlah anggota misi Methodist semakin berkurang dan akhirnya
sudah besar, dimana orang Eropa sudah mencapai 2.667 orang, Pribumi berjumlah
saat itu masyakat Tionghoa sudah banyak yang beralih dari kepercayaannya,
36
Ibid., hlm. 149.
37
Usman pelly, Urbanisasi Dan Adabtasi, Jakarta: LP3S, 1994. hlm.58.
perdagangan.
salah satu sekolah paforit kelompok Tionghoa dan kelompok Eropa lainnya.
perusahaan yang berdiri di Sumatera Utara ini yakin dengan kemampuan para
keadaan ini, pada tahun 1904, Hong Teen yang merupakan seorang alumni
berbahasa Inggris yang baru berdiri di Medan, maka Hong Teen mengundang G.
F Pykett yang berpropesi sebagai kepala sekolah dan pemimpin distrik Methodist
Undangan dari Hong Teen menjadi hal yang sangat tepat bagi Pykett
memasukkan para guru Kristen sebagai tenaga pengajar di sekolah tersebut, yang
mana hampir semua tenaga pengajar tersebut merupakan lulusan dari sekolah
Singapura. 38
sekolah tersebut adalah pekabaran injil dan pengembangan ilmu, kelak lulusan
dari sekolah ini diharapkan akan menjadi tenaga penginjil yang akan
pendidikan dan penginjilan kepada kelompok Tamil, dalam hal ini adalah sebagai
membuka les pada kelompok Tionghoa untuk malam hari, yang mana biaya
38
N. T. Gottschall, Experience We Treasure (terj) ,Medan, : tanpa penerbit, 1977, hlm.2.
Teen, Pykett memutuskan untuk tidak bekerja sama lagi dengan Hong Teen
kerena Hong Teen telah melanggar kesepakatan dengan tidak mengizinkan lagi
muridnya. Janji untuk menyerahkan sekolah tersebut kepada misi Methodist tidak
dilaksanakan oleh Hong Teen. Maka sejak saat itu Pakianathan dipindahkan ke
sedangkan guru-guru Kristen yang lain masih tetap menginjil di Medan tetapi
Sumatera Utara yang berpusat di Medan. Sejak saat itu, wilayah Sumatera Utara
naungan distrik Batavia. Alasan pemindahan ini berlatar belakang dari kedekatan
wilayah antara Penang dengan Sumatera Utara, jarak ini dinilai lebih dekat
menginjili suku Batak yang ada di Pardembanan, atau daerah Tapanuli. Ward
merasa kewalahan menginjili orang Batak dengan alasan pemukiman orang Batak
sangat jauh kepedalaman. Disamping itu para missionaries Jerman sudah lebih
39
Cooplestone, History Of Methodist Missions (terj), New York: The United Methodist
Curch, 1973, hlm. 136.
kepada orang Tionghoa. Penginjilan Ward kepada orang Tionghoa berjalan sukses
segera mengubah sekolah tersebut dari sekolah yang berbasis umum menjadi
sekolah yang dinaungi oleh Gereja Methodist, yaitu The English Publik School
Perjanjian ini disetujui oleh Ward. Ward melaksanakan pelayanan pengajaran dan
adalah dengan cara membuka kelompok musik atau kelompok band sekolah yang
kelompok musik ini merupakan bantuan dari misi Methodist, yang tujuannya
Metode ini ternyata berhasil, hal ini disebabkan kerena tersedianya alat-
alat musik untuk keperluan klub tersebut, yang mana alat-alat musik tersebut
dikirim langsung dari Amerika Serikat. Kelompok musik ini sering dibawa oleh
40
N. T. Gottscall, op. cit., hlm. 1.
Selama empat tahun menginjili, Ward membabtis 119 orang, yang berasal
dari berbagai suku dan menjadi anggota tetap Methodist. Pada akhir penginjilan
Ward di kota Medan, jumlah anggota Methodist sudah mencapai 188 orang,
dengan perincian 65 orang anggota tetap Methodist dan 123 orang anggota
percobaan. Hal ini bertahan hingga beberapa tahun kemudian. Dengan alasan
Leonard masih seputar penginjilan di kota Medan dan khususnya kepada orang
Leonard mangambil cuti keluar negeri untuk belajar bahasa Tionghoa sebagai
tahun di Medan. 41
terbesar di Indonesia, bahkan diwilayah Asia, sehingga pada tahun 1920 wilayah
misi Methodist Sumatera Utara dibentuk menjadi satu distrik tersendiri dengan
Leonard diangkat sebagai pemimpin distrik. Sebagai wilayah distrik, maka harus
tersedia sebidang tanah sebagai tempat lokasi pendirian gereja dan sekolah. 42
41
Ibid.,hlm. 5.
42
Lihat Gambar 3, Sekolah Methodist Pertama di Sumatera Utara.
Gottschall tiba di Medan pada tahun 1921 sebagai missionaries tambahan dan
Indonesia, sudah lahir sejak tahun 1950. usulan ini terbentuk sejak Indonesia
gereja dengan nuansa lokal, maka tahun 1964 terbentuklah Gereja Methodist
terbentuknya gereja bernuansa lokal, gereja yang sesuai dengan budaya dan
Jumlah jemaat Methodist yang semakin tertarik dengan rencana ini semakin besar,
tertib gereja Methodist, maka kelompok Methodist yang ada di Indonesia tetap
Amerika Serikat.
sampai tahun 1964. Sejak konfrontasi terjadi, hubungan Methodist yang ada di
wilayahnya mendapat dukungan yang kuat dari Amerika Serikat dan Inggris, yang
sebagai negara yang menerima dengan baik Komunis. Hal ini terbukti dengan
Utara jauh lebih besar jumlahnya dari pada perkembangan Methodist yang ada di
Malaysia ini menjadi dasar pertimbangan bagi Methodist yang ada di Amerika
Serikat dan Inggris untuk mendekatkan diri kembali kepada Methodist yang ada di
Sumatera Utara, maka Methodist Inggris menjalin kembali kerja sama dengan
Methodist yang ada di Sumatera Utara, sebagai bentuk awal jalinan kerja sama
C.G Baker dan J.D Buxton. Kedatangan ketiga missionaries ini menjadi dasar
Methodist adalah antek-antek dari negara Amerika Serikat dan Inggris, sehingga
43
G. R. Senior, Partisipasi Gereja Methodist Inggris di Gereja Methodist Sumatera
(terj), Jakarta: tanpa Penerbit, 1967, hlm. 9.
Sejak adanya anggapan yang tergolong jelek ini kepada warga Methodis di
selanjutnya.
menjelaskan, bahwa gereja Methodist harus segara mejadikan dirinya gereja yang
otonom agar terhindar dari segala tuduhan kelompok orang kepada gereja
tersebut. 45
negara Indonesia sebagai negera kesatuan, dan pembentukan gereja yang otonom
PAGMI disampaikan kepada dua orang utusan untuk mengikuti konferensi Agung
yaitu Pdt. Ragnar dan Pdt.Karel Hutapea. Utusan ini diberangkatkan dengan
mulai terlihat. Kelompok ini mengancam akan keluar dari keaggotaan Methodist
44
Ibid., hlm. 10.
45
A. Sihombing, Sejarah Gereja Methodist Indonesia, Medan: Suara Methodist
Indonesia, 1990, hlm. 23.
yang tidak setuju dengan gerakan menuju otonomi pun muncul. Mereka setuju
dengan apa yang dituntut anggota PAGMI, tetapi tidak mau melepaskan diri dari
sebagai warga Methodist. Pusat gereja Methodist yang terletak di Jalan Hangtuah
akhirnya menjadi puncak keributan antara kedua belah pihak. Kelompok PAGMI
Methodist yang tidak mau memisahkan diri dari Methodist Amerika Serikat, tetap
menyanyi dengan suara yang sangat keras, hal itu dimaksudkan untuk
mengganggu kebaktian jemaat yang kontra otonom tersebut. Jumlah dari anggota
PAGMI ternyata lebih besar apabila dibandingkan dengan kelompok jemaat yang
PAGMI. 46
46
W. Lempp, Benih Yang Tumbuh IX, Jakarta: Lembaga Penelitan Dan Pengembangan
DGI, 1976. hlm.288-290.
tangan mereka.
organisasi yang tidak mendapat ijin resmi dari pusat Methodist tersebut. Beberapa
gereja Methodist yang bergabung kedalam kelompok GMMI adalah GMMI Jalan
Gedung Area (Medan), GMMI Helvetia Medan, GMMI simpang Dolok, GMMI
etnisitasnya berasal dari suku Batak, yang tidak puas dengan perlakuan para
Tionghoa lebih terampil didunia usaha sebagai latar belakang dari masa lalu, yaitu
Sumatera Utara, bahkan yang ada di Indonesia tetap satu wadah, dalam hal ini
Dari hasil perundingan, maka surat ijin (Enabling Act) belum bisa
persyaratan tersebut, sebab persyaratan menjadi gereja lokal tidaklah hal yang
sulit dijangkau, dan bahkan sebagian dari persyaratan yang diinginkan konfrensi
anggota panitia bekerja dengan sangat cepat. Pekerjaan yang seharusnya disiapkan
selama empat tahun, ternyata panitia bisa melaksanakannya hanya dalam waktu
enam bulan.
Pekerjaan yang dimulai sejak bulan Februari 1964 berahir pada bulan
Agustus 1964, maka setelah diseleksi oleh konstitusi gereja Methodist, distrik
sebagai berikut:
Methodist di Indonesia sejak saat GMI terbentuk dilakukan sendiri oleh gereja
Methodist yang saat ini masih dalam tahap percobaan. Terdapat dua pendapat
48
Konstitusi Gereja Methodist Indonesia, Laporan Sidang Istimewa Gereja Methodist
Indonesia, Medan, 1964, hlm. 28.
kepemimpinan bishop.
kepemimpinan yang tertinggi berada ditangan bishop, dimana bishop akan dipilih
langsung oleh jemaat Methodist yang ada di Sumatera Utara. Di sisi lain yang
jemaat Methodist dari kelompok Batak adalah, hasil pemilihan nantinya yang
dominan memberikan keuntungan bagi orang Batak, sebab seorang bishop akan
selalu berasal dari kelompok Methodist Batak, karena secara jumlah jemaat
kepada pendapat etnis Tionghoa, mereka yang memberi dukungan terhadap sistem
dewan Metodist adalah Per Eric Lager, D.F Walker, W.S Health Richard
49
R. M Daulay, Masalah Etnisitas Sebagai Masalah Teologis Dalam Gereja Methodist
Indonesia, Medan: Tesis Sekolah Teologia Methodist Indonesia, 1990. hlm. 206.
Pusat atau DPP, dimana susunan yang paling tinggi dipegang oleh seorang ketua
DPP dan membawahi lima orang anggota. Lima orang anggota merupakan kepala
dari lima distrik wilayah yang ditentukan sebelumnya. Pimpinan menjabat selama
DPP adalah:
Methodis etnis Batak, dan hanya menyisakan satu orang pemimpin distrik dari
50
Richard Daulay, op. cit., hlm.277.
eksistensi kelompok Tionghoa dari anggota Methodist lainnya yang berasal dari
kelompok etnis lainnya, hal ini terjadi sejak tahun 1964, yang semakin diperbesar
Methodist dari etnis Batak memintakan hal ini segera ditinjau, dan mereka
khusus kepada kelompok Tionghoa, padahal semua jemaat memiliki hak dan
dari etnis mereka, terbukti dalam mendirikan sekolah dan pembangunan lembaga-
lembaga yang lainnya. Dari alasan ini terbentuknya distrik Tionghoa menurut
politik.
belakng itu tidak benar, terbentuknya distrik Tionghoa dekat hubungannya kearah
kemampuan dari pemimpin sekolah dan pendeta dan pemimpin distrik lainnya
dan pemimpim distrik lainnya cenderung berasal dari kelompok Batak, yang
pemimpin bagi distrik tersebut sebaiknya berasal dari kelompok Tionghoa agar
kepentingan dan kecocokan budaya termasuk bahasa lebih baik apabila mereka
wilayah, bukan seperti yang diinginkan kelompok Tionghoa, sebab anggota gereja
kelompok Methodist adalah hal yang sukar dilaksanakan, sebab sudah mengakar
sejak dari dulu, sehingga melalui konferensi tahunan Gereja Methodist Indonesia,
Tionghoa. Alasan yang tepat dari sifat mempertahankan hal ini dari kelompok
Tionghoa belum Jelas bagi pimpinan umum Methodist, yang saat itu berada di
terdiri dari pengurus Gereja Methodist Indonesia pusat, diketuai oleh Pdt. Edenata
Unsur anggota yang dominan berasal dari etnis Tionghoa, menjadi latar
belakang kelompok ini berjalan kurang serius untuk membongkar lebih dalam
tentang distrik Tionghoa. Tim yang beranggotakan 5 orang dari etnis Tionghoa, 2
orang dari etnis Batak dan satu orang dari etnis Sunda dibubarkan setelah
etnisitas ini. Pertemuan yang sudah direncanakan akan bekerja selama beberapa
bulan ternyata hanya dihadiri tiga orang dari anggota non Tionghoa.
51
Richard Daulay, op. cit., hlm 292.
52
Notulen Konferensi Tahunan Gereja Methodist Indonesia, Medan, 1975.
Tionghoa adalah tindakan perpecahan didalam Methodist itu sendiri yang terbagi
kerja yang tidak kunjung bekerja maka bishop A. Sitorus meniadakan Distrik
adalah:
distrik Tionghoa
Methodist Indonesia.
sebuah pemojokan dan bahkan mengurangi semangat kekristenan mereka, hal ini
53
Notulen Konferensi Tahunan Gereja Methodist Indonesia Sumatera utara –Aceh,
Medan, 1980, hlm 32.
54
Richard Daulay, op. cit., hlm. 336.
berpindah agama.
didirikan mengatas namakan Gereja Methodist Indonesia, tetapi sejak saat itu
gereja yang anggota jemaatnya adalah etnis Batak. Ada beberapa tanggapan
tentang pembubaran distrik Tionghoa yaitu dari kalangan Batak dan dari
Sitorus digantikan oleh Pdt. J Gultom untuk periode 1985-1989 setelah konferensi
baru kepada kelompok Tionghoa, yang menyimpan harapan bahwa dengan bishop
baru ini kelompok Tionghoa akan semakin diperhatikan, paling tidak sudah lebih
baik dari pada mantan bishop A. Sitorus yang telah menyepakati bubarnya distrik
Tionghoa. 55
terhadap suasana baru yaitu bishop baru. Beberapa hari setelah terpilih, jemaat
ditingkatkan lagi.
55
Hasil Notulensi Konfrensi Agung Ke-V, Medan, 1985, hlm.2.
bercorak etnisitas. Organisasi ini diharapkan menjadi salah satu wadah yang
etnisitasnya Tionghoa.
Harapan dari pihak pemrakarsa ternyata terbalik kepada hal yang tidak
diduga, sebab forum tidak menerima gagasan tersebut. Alasan yang kuat dari
Methodist. Pendeta A. Sihombing salah satu dari peserta menilai bahwa gerakan
56
Lampiran surat Pendeta Boaz Yahya kepada Pendeta J. Napiun tanggal 27 Januari
1986, Arsip GMI, Medan, 1986 (beraksara Tionghoa, yang diterjemahkan kedalam bahasa
kecewa setelah rencana ini dibatalkan, dan juga bishop hanya dapat menarik
daerah yang menjadi sasaran pembangunan tersebut, yaitu Tebing tinggi, Lubuk
Perguruan Kristen Ostrom ini adalah perkembangan bagi kelompoknya dari sisi
Indonesia.
57
Richard Daulay, op. cit., hlm. 343.
masuk terhadap organisasi ini adalah memberiakan pilihan kepada mereka untuk
memilih salah satu kelompok tertentu, antara Methodist dengan CCCOWE, sebab
lainnya dalam satu gereja. Gereja Methodist Indonesia selalu tetap memperhatikan
selalu dijauhkan oleh pengurus GMI Pusat, sehingga sampai saat ini perbedaan
etnisitas menjadi salah satu kekuatan bagi tubuh Methodist, yang diatur dengan
sejak tahun 1964 hingga sampai tahun 1973. Tujuan dari pembentukan ini
58
Ibid., hlm. 345.
Memasyurkan nama Yesus Kristus dengan memberikan Injil kepada seluruh umat
Bishop, yang membawahi beberapa pendeta Distrik atau Elder. Bishop menjadi
yang menjadi pesertanya adalah 50% dari kelompok Elder dan 50% dari
kelompok Jemaat.
waktu 4 tahun, dengan pelaksanaan pertama diadakan pada tahun 1969 sesudah
membahas pelayanan yang akan dilakukan para pekerja gereja, mengatur segala
mensahkan peraturan tambahan yang bersifat skala kecil dan tidak diatur dalam
59
Dikutip dari arsip Gereja Methodist Indonesia bagian Aturan dan Peraturan.
60
GMI, Tata Tertib Gereja Methodist Indonesia, Medan: Penerbitan GMI, 1976, hlm.27.
satu resort saja, sedangkan konferensi gereja setempat pelaksanaannya hanya satu
dalam konferensi resort dan konferensi gereja sifatnya lokalistik, hanya berlaku
terhadap kegiatan gereja serta para pekerjanya, program yang akan dilaksanakan
oleh Gereja Methodist Indonesia dari tingkat pusat maupun ketingkat yang labih
61
Ibid., hlm, 35.
KESIMPULAN
Kota Medan merupakan kota yang paling besar di Sumatera Utara dan
menjadi ibu kota propinsi Sumatera Utara. Latar belakang kota yang bermula
sebagai kota perdagangan, sehingga banyak masyarakat yang datang dari berbagai
daerah bahkan negara untuk tujuan yang beragam, akhirnya wilayah Medan
Utara.
injil dan mengajak anggota masyarakat lain ikut kedalam ajarannya, seperti
yang berbeda dari ajaran Anglikan, sebagai ajaran Kristen yang terbesar di
kepada keluarga, orang dekat Jhon Wesley dan bahkan kepada kelompok
masyarakat yang ada di Inggris dan Amerika Serikat, sehingga banyak masyarakat
penginjilan ini merupakan daerah pusat perekonomian di Tanah Air yang juga
Tionghoa. Hal ini dilatar belakangi oleh penginjilan mula-mula yang dilakukan di
masyarakat yang pertama menganut ajaran Methodist di benua Asia adalah etnis
mereka sendiri. Akibat dari penginjilan ini kepada kelompok Tionghoa, maka
Tionghoa, yang ada di Kalimantan, Pulau Jawa, Sumatera selatan dan Bangka.
yang tertarik dengan ajaran ini diluar etnis Tionghoa, terutama etnis Batak Toba,
yang latar belakang agamanya sudah banyak yang menganut Agama Kristen.
salah satu distrik yang selalu berhubungan dengan pusat Methodist di Ameriaka
tahun 1964, maka konferensi memberikan ijin kepada jemaat Methodist yang ada
di Indonesia untuk menjadi gereja yang otonom yang dinamakan dengan Gereja
berkembang dengan pesat, terutama dari kelompok etnis Batak Toba. Persentase
etnis Batak Toba yang dominan memberikan banyak peluang kepada etnis Batak
Tionghoa melakukan kebaktian khusus dengan bahasa dan gereja yang berbeda
akhirnya Gereja Methodist Indonesia hingga sampai saat ini tetap satu, yang