Nim : 16.3143
Dosen : Pdt.
Keyahudian zaman itu jauh lebih beranekaragam daripada dikemudian hari. Ada
keyahudian Rabbinis, yang berpegang teguh pada PL, dan menutup diri terhadap pengaruh
agama-agama lain. Ada pula macam-macam golongan lain. Golongan Fissen, yang berpusat
di Qumran. Mereke mengikuti berbagai peraturan yang menjaga ketahiran ritual dan orang
sangat mengharapkan kedatangan Al-Masih.
Ada pula golongan Sinkretistis, dalam kelompok ini unsure-unsur dari agama yahudi
dicampurkan dengan unsure-unsur yang dari kepercayaan yang ada di Asia Barat.
Percampuran ini menghasilkan Gnostisisme. Sifat keyahudian sinkretistis ini sering agak
dualistis dan asketis. Di kalangan ini masalah kerohanian berkisar pada : bagaimana manusia
bisa keluar dari keadaannya yang serba celaka dan fana.
Secara negative, dapat dikatakan bahwa dalam karangan-karangan hasil kekristenan Asia
Barat itu kita tidak menemukan corak yang terdapat dalam Gereja Barat. Dalam kekristenan
Barat pada zaman itu juga terdapat kesalehan yang bersifat praktis, yang menekankan
hubungan yuridis antara manusia dengan Allah. Corak ini ditentukan oleh unsur-unsur
tertentu dari pemikiran Paulus, juga oleh sikap praktis orang-orang Romawi. Sebaliknya, di
jemaat-jemaat Asia tekanan yang utama bukanlah atas perbuatan melainkan atas pengertian
apa yang harus kuketahui untuk memperoleh keselamatan.
Secara positif, jemaat-jemaat ini banyak dipengaruhi oleh aliran kepercayaan sinkretistis
yang pada zaman itu terdapat di Asia Barat. Mereka menafsirkan Kekristenannya, arti Kristus
bagi mereka, dengan memakai konsep-konsep darisana. Dari Kristus mereka mengharapkan
kelepasan dari kefanaan, untuk dapat memperoleh kebakaan Kristus memberi manusia
kemungkinan untuk memperoleh kefanaan itu dengan jalan mengalahkan iblis dan maut.
KESIMPULAN
a. Pokok-pokok theologia tidak diuraikan secara sistematis, seperti yang dilakukan oleh para
theology dalam lingkungan kebudayaan Yunani, tetapi dalam bentuk perumpamaan-
perumpamaan.
b. Sesuai dengan itu pemikiran mengenai manusia, keselamatan, dll . Tidak bersifat
ontologism, melainkan historis.
c. Sesuai dengan itu, manusia tidak digambarkan sebagai terdiri dari tubuh dan jiwa, tetapi
ia dianggap pernah mempunyai tabiat yang lebih mulia daripada yang ada sekarang.
d. Pandangan banyak orang Kristen dilingkungan Gereja ini mengenai dunia adalah
pessimistis. Dunia dikuasai iblis; bukan dunia yang diselamatkan, melainkan manusialah
yang diselamatkan dari dalam dunia.
e. Sebaliknya, pandangan mengenai manusia adalah optimistis. Tidak dibicarakan tentang
dosa dan keampunan; tentang pembaharuan manusia secara total menjadi ciptaan baru.
f. Pemikiran mengenai Allah juga tidak bersifat sistematis. Allah Bapa disebut “Bapak Roh
Kudus” , “Ibuku” dan Kristus “Saudaraku”.
g. Pandangan mengenai dunia, manusia dan keselamatan yang dianut oleh Gereja di Siria itu
tentu saja harus mempengaruhi gambaran Gereja itu tentang Kristus. Kristus bukan
terutama sebagai Penebus dosa, melainkan sebagai Guru dan Pemenang atas Iblis.
h. Berhubung dengan ini, sakramen Perjamuan Kudus dalam Gereja Siria tidak mempunyai
tempat penting. Sebaliknya sakramen Baptisan dihargai sebagai pembersihan dari
kefanaan dan pemberian tanda milik Kristus.
i. Dalam theologia ini, kita tidak menemukan kekayaan PB theologia Paulus dan Yohanes.
Masing-masing pihak hanya mengambil unsure tertentu dari ajaran Rasuli.
2. Perkembangan Sejak Abad Ke-3 Sampai Konsili Khaloedon.
a. Pengaruh dari “Barat” ini tidak terlalu bersifat merombak, karena dalam beberapa hal
pokok corak kerohanian Gereja dibagian Timur kekaisaran Romawi tidak begitu jauh
berbeda dengan corak Kerohanian Gereja Siria.
b. Corak Theologia dan kerohanian khas Siria hidup terus. Corak ini menampakkan diri
dalam hal-hal berikut :
1. Cara bertheologis terpengaruh terus oleh struktur pemikiran yang historis. Buktinya
ialah suatu pengakuan iman yang terdapat pada tulisan Afrahat. Pengakuan iman Siria
abad ke-4 ini berbeda dari Pengakuan Iman Rasuli karena yang merupakan kerangka
pengakuan iman rasuli itu ialah Trinitas, pada hal yang merupakan kerangka dari
pengakuan iman Afrahat ialah sejarah keselamatan.
2. Pandangan mengenai Kristus dan cita-cita kesalehan yang berhubungan dengannya,
tetap menunjukkan corak seperti dalam abad-abad pertama.
Maka inilah juga jalan yang dapat dilalui setiap insan : yaitu membuka diri bagi pimpinan
Roh Kudus dengan tetap memperhatikan Kristus, supaya manusia itu juga dibimbing melalui
jalan yang sama. Dalam corak kerohanian abad-abad pertama kita menemukan Kristus
sebagai anak sulung, sebagai teladan. Kebebasan manusia ditonjolkan, ia sanggup mengikuti
teladan itu.