Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yohanes Hidaci

Nim : 16.3143

Mata kuliah : Sejarah Gereja Asia

Dosen : Pdt.

Corak Kerohanian Kekristenan Asia sampai Kedatangan Islam

1. Periode Pertama : Abad 1 – 3

Keyahudian zaman itu jauh lebih beranekaragam daripada dikemudian hari. Ada
keyahudian Rabbinis, yang berpegang teguh pada PL, dan menutup diri terhadap pengaruh
agama-agama lain. Ada pula macam-macam golongan lain. Golongan Fissen, yang berpusat
di Qumran. Mereke mengikuti berbagai peraturan yang menjaga ketahiran ritual dan orang
sangat mengharapkan kedatangan Al-Masih.

Ada pula golongan Sinkretistis, dalam kelompok ini unsure-unsur dari agama yahudi
dicampurkan dengan unsure-unsur yang dari kepercayaan yang ada di Asia Barat.
Percampuran ini menghasilkan Gnostisisme. Sifat keyahudian sinkretistis ini sering agak
dualistis dan asketis. Di kalangan ini masalah kerohanian berkisar pada : bagaimana manusia
bisa keluar dari keadaannya yang serba celaka dan fana.

Dalam lingkungan kekafiran terdapat keanekaragaman pula. Ada pola keagamaan


Babilonia, dengan kepercayaannya kepada bintang-bintang atas nasib manusia (astrologi).
Dan adapula Hellenisme, dengan filsafat yunaninya. Juga Zoroaster, dari Persia. Janganlah
hendaknya kita membayangkan Gereja dalam abad pertama dan kedua, apalagi Gereja di
Asia sebagai suatu kesatuan yang padu. Gereja Kristen mula-mula tidak seragam corak
kerohaniannya.

Ketidakseragaman ini diperkuat lagi oleh factor-faktor sosiologis. Dalam karangan-


karangan dari zaman pertama Gereja Asia Lama itu kita temukan berbagai corak kerohanian.
Ternyata ada jemaat-jemaat yang dipengaruhi oleh Keyahudian Essenis. Ada pula yang
terpengaruh oleh pola keagamaan sinkretistis. Lain lagi kelompok Bardesanes, yang harus
bergumul dengan astrologi dan fatalism orang-orang Babilonia. Dan kita bertemu juga
dengan golongan yang menggunakan Diatesseron karangan Tatianus.

Secara negative, dapat dikatakan bahwa dalam karangan-karangan hasil kekristenan Asia
Barat itu kita tidak menemukan corak yang terdapat dalam Gereja Barat. Dalam kekristenan
Barat pada zaman itu juga terdapat kesalehan yang bersifat praktis, yang menekankan
hubungan yuridis antara manusia dengan Allah. Corak ini ditentukan oleh unsur-unsur
tertentu dari pemikiran Paulus, juga oleh sikap praktis orang-orang Romawi. Sebaliknya, di
jemaat-jemaat Asia tekanan yang utama bukanlah atas perbuatan melainkan atas pengertian
apa yang harus kuketahui untuk memperoleh keselamatan.

Secara positif, jemaat-jemaat ini banyak dipengaruhi oleh aliran kepercayaan sinkretistis
yang pada zaman itu terdapat di Asia Barat. Mereka menafsirkan Kekristenannya, arti Kristus
bagi mereka, dengan memakai konsep-konsep darisana. Dari Kristus mereka mengharapkan
kelepasan dari kefanaan, untuk dapat memperoleh kebakaan Kristus memberi manusia
kemungkinan untuk memperoleh kefanaan itu dengan jalan mengalahkan iblis dan maut.

KESIMPULAN

a. Pokok-pokok theologia tidak diuraikan secara sistematis, seperti yang dilakukan oleh para
theology dalam lingkungan kebudayaan Yunani, tetapi dalam bentuk perumpamaan-
perumpamaan.
b. Sesuai dengan itu pemikiran mengenai manusia, keselamatan, dll . Tidak bersifat
ontologism, melainkan historis.
c. Sesuai dengan itu, manusia tidak digambarkan sebagai terdiri dari tubuh dan jiwa, tetapi
ia dianggap pernah mempunyai tabiat yang lebih mulia daripada yang ada sekarang.
d. Pandangan banyak orang Kristen dilingkungan Gereja ini mengenai dunia adalah
pessimistis. Dunia dikuasai iblis; bukan dunia yang diselamatkan, melainkan manusialah
yang diselamatkan dari dalam dunia.
e. Sebaliknya, pandangan mengenai manusia adalah optimistis. Tidak dibicarakan tentang
dosa dan keampunan; tentang pembaharuan manusia secara total menjadi ciptaan baru.
f. Pemikiran mengenai Allah juga tidak bersifat sistematis. Allah Bapa disebut “Bapak Roh
Kudus” , “Ibuku” dan Kristus “Saudaraku”.
g. Pandangan mengenai dunia, manusia dan keselamatan yang dianut oleh Gereja di Siria itu
tentu saja harus mempengaruhi gambaran Gereja itu tentang Kristus. Kristus bukan
terutama sebagai Penebus dosa, melainkan sebagai Guru dan Pemenang atas Iblis.
h. Berhubung dengan ini, sakramen Perjamuan Kudus dalam Gereja Siria tidak mempunyai
tempat penting. Sebaliknya sakramen Baptisan dihargai sebagai pembersihan dari
kefanaan dan pemberian tanda milik Kristus.
i. Dalam theologia ini, kita tidak menemukan kekayaan PB theologia Paulus dan Yohanes.
Masing-masing pihak hanya mengambil unsure tertentu dari ajaran Rasuli.
2. Perkembangan Sejak Abad Ke-3 Sampai Konsili Khaloedon.

Dilingkungan kebudayaan Yunani, orang biasa menuntu definisi-definisi yang tajam


mengenai hal-hal termasuk mengenai persoalan-persoalan theologia. Hal ini berarti bahwa
mereka jauh lebih konsekwen dalam pemikiran mereka daripada orang-orang Kristen dalam
Gereja Asia Lama.
Gereja Orthodox menegaskan bahwa dunia ini secara azasi adalah dunia yang baik
walaupun perlu disempurnakan kelak. Penjelmaan Kristus menjadi manusia betul-betul perlu,
supaya terjamin juga keselamatan seluruh kemanusiaan kita, termasuk tubuh.
Sebaliknya, Marcion dan Gnostik menyatakan bahwa dunia yang kita pandang ini tidak
berasal dari Allah Bapa, dan bahwa tubuh manusia tidak ikut diselamatkan.
Kedua aliran ini, Kekristenan Orthodox dan Marcion Gnostik, beradu kekuatan di Siria.
Kaum Orthodox sekitar tahun 200 mengirim Palut dari Antiokhia sebagai uskup ke Edessa.
Sementara itu Marcion, dan di kemudian hari sekte gnostis yaitu Manicheisme, mendirikan
gereja-gereja sendiri.
Akhirnya yang menang adalah kaum Orthodox. Gereja di Siria menyesuaikan diri dengan
Gereja dalam kekaisaran Romawi. Hal ini berarti bahwa Gereja Siria mengambil-alih ajaran-
ajaran berikut ini :
a. Perkawinan dibolehkan bagi seorang Kristen
b. Dunia dan tubuh ini ikut diselamatkan; tubuh orang percaya akan bangkit kembali.

Perkembangan Sesudah Konsili Khaloedon

a. Pengaruh dari “Barat” ini tidak terlalu bersifat merombak, karena dalam beberapa hal
pokok corak kerohanian Gereja dibagian Timur kekaisaran Romawi tidak begitu jauh
berbeda dengan corak Kerohanian Gereja Siria.
b. Corak Theologia dan kerohanian khas Siria hidup terus. Corak ini menampakkan diri
dalam hal-hal berikut :
1. Cara bertheologis terpengaruh terus oleh struktur pemikiran yang historis. Buktinya
ialah suatu pengakuan iman yang terdapat pada tulisan Afrahat. Pengakuan iman Siria
abad ke-4 ini berbeda dari Pengakuan Iman Rasuli karena yang merupakan kerangka
pengakuan iman rasuli itu ialah Trinitas, pada hal yang merupakan kerangka dari
pengakuan iman Afrahat ialah sejarah keselamatan.
2. Pandangan mengenai Kristus dan cita-cita kesalehan yang berhubungan dengannya,
tetap menunjukkan corak seperti dalam abad-abad pertama.

Maka inilah juga jalan yang dapat dilalui setiap insan : yaitu membuka diri bagi pimpinan
Roh Kudus dengan tetap memperhatikan Kristus, supaya manusia itu juga dibimbing melalui
jalan yang sama. Dalam corak kerohanian abad-abad pertama kita menemukan Kristus
sebagai anak sulung, sebagai teladan. Kebebasan manusia ditonjolkan, ia sanggup mengikuti
teladan itu.

Anda mungkin juga menyukai