Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat
Oleh:
Kelompok 10
FAKULTAS USHULUDDIN
2023 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah ‘Azza wa Jalla yang senantiasa melimpahkan rahmat,
nikmat dan karunia-Nya, sehingga pemakalah mampu menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Filsafat Pra Socrates (Filsafat Alam)”. Tidak lupa,
shalawat serta salam tercurahkan kepada Baginda Agung Rasulullah SAW yang
telah membimbing kita menuju jalan yang lurus, sampai akhirnya zaman telah
dipenuhi dengan ilmu pengetahuan.
Pemakalah
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Filsafat adalah cabang ilmu pengetahuan yang berfokus pada
pencarian sistem kebenaran sebagai hasil dari berfikir radikal,sistematis
dan universal. Pemikiran filsafat dapat dijadikan wahana untuk
meningkatkan kualitas hidup umat manusia dengan jalan menerapkan
pemikiran kefilsafatan sebagai bagian dari induk ilmu pengetahuan.
Proses penerapan itu, di masa lampau menghasilkan peralatan-peralatan
dan berbagai sarana hidup seperti kapak dan batu di zaman itu hingga
peralatan komputer dizaman sekarang ini, serta alat-alat yang canggih
(mutakhir) lagi untuk masa-masa mendatang.
A. Gnostitisme
1. Latar Belakang Gnostisisme
Asal-usul Gnostisisme tetap tinggal tidak jelas tetapi dapat
dipastikan bahwa Gnotisisme sudah ada sejak awal kekristenan. Ada yang
menduga aliran ini berasal dari Mesopatamia lalu menyusupi Yudaisme
sebelum berkontak dengan kekristenan awal. Gnostik baru berkembang
pesat antara tahun 130 dan 180 Masehi. Pusat-pusat gnostis terdapat di
Alexandria, Anthiokhia dan (untuk periode tertentu) Roma.1
Perkembangan Gereja saat itu beriringan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dalam literer terutama bagi kaum Helenistik, yakni orang-
orang Yunani yang sangat mengagungkan ratio. Dalam kekristenan,
Gnostik muncul pertama kali sebagai sekolah pemikiran dan kemudian
melepaskan diri dari Gereja Universal pada akhir abad kedua. Pada zaman
itu, banyak orang terpelajar mengejar hikmat tertinggi itu dengan dengan
giat, sebab akal sanubarinya kurang dipuaskan oleh agama biasa yang
mudah dipahami.2
Ditandai dengan situasi seperti ini Gnostisisme terbentuk begitu saja
melalui setiap orang yang sungguh-sungguh mengagungkan pengetahuan.
Kekuatannya terletak pada kemampuannya memberikan interpretasi atau
penjelasan yang sah kepada pribadi-pribadi beragama mengenai diri mereka
sendiri. Tindakan-tindakan seperti itu memiliki kesamaan seperti yang
dilakukan oleh Gereja melalui ajaran-ajaran yang disampaikan Gereja.
Akhirnya, Gnostisisme memandang Gereja sebagai saingan dan berusaha
mengalahkannya dari dalam. Mereka menyusup ke tengah jemaat dan
memecah belah dengan membentuk sel-sel Gnostik di dalam tubuh Gereja.
1
Eddy Kristianto, Gagasan yang Menjadi Peristiwa (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 28.
2
Dr. H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), hlm. 19.
Tetapi baru pada abad kedua, Gnostik Kristen mulai terasa kuat
pengaruhnya di dalam Gereja. Di mana-mana terbentuklah kelompok-
kelompok orang-orang Kristen yang merasa dirinya lebih berhikmat dan
rohani daripada jemaat biasa.3 Itu semua berasal dari sel-sel Gnostik yang
dibentuk oleh gnostisisme. Mereka memahami iman kristiani dengan
menggabungkan ajaran Kristen dengan berbagai ajaran ke dalamnya.
Penganut Gnostik itu berbeda-beda dalam Gereja. Ada yang masih bergaul
dengan jemaat lain, ada yang mengadakan perkumpulannya sendiri, dan ada
pula yang dikucilkan oleh pemimpin Gereja.
2. Tokoh-Tokoh Gnostisisme
3
Dr. H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), hlm. 20.
4
Dr. Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia, 1988), hlm. 44.
pikiran Gnostik ke dalam ajarannya. Alirannya kemudian disebut dengan
Marcionisme. Mereka semua menyampaikan pemikirannya dan menyerang
Gereja dengan pemikirannya itu.
A. Theodotus
B. Valentinus
5
Dr. Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia, 1988), hlm. 43.
diatas kayu salib. Kristus menebus kita bukan dengan jalan kematian dan
kebangkitan, keselamatan itu diperoleh dengan jalan mengingkari tubuh
kita (askese) dan memiliki pengetahuan rahasia tentang jalan ke dunia
terang. Ptolemaeos, murid Valentinus menjadikan tradisi apostolik atau
kata-kata Yesus sendiri sebagai pendukung ajarannya. Hal ini tampak dari
tulisannya yakni Surat kepada Flora.
C. Basiledes
D. Marcion
6
Hubert Jedin (ed.), History of the Church From the Apostolic Comunity to constantine,Jilid
I,(London: Burns & Oates, 1980), hlm. 190-191
b. Menggunakan filsafat Plato dan menafsirkannya dengan cara
khusus. Cara interpretasi itu cenderung mengaitkan Allah dengan prinsip
kesatuan seperti yang tampak dalam proses emanasi.7
7
Teguh, Pengantar Filsafat Umum(Surabaya: eLKAF, 2005), Hal. 116-118
8
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hal. 111
penciptaan, Plotinus berpendapat bahwa Yang Paling Awal merupakan
Sebab yang Pertama. Disini mulailah Plotinus memulai teori emanasinya
yang belum pernah diajukan oleh filosof lainnya. Tujuan dari teori ini untuk
meniadakan anggapan keberadaan Tuhan sebanyak makhlukNya.
9
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hal. 112
memikirkan dirinya. Jadi akal budi sudah tidak satu lagi. Hal ini karena
dalam akal budi terdapat dualisme (pemikiran dan yang difikirkan). Dari
akal budi itu muncullah Jiwa Dunia (psykhe). Akhirnya dari jiwa dunia ini
mengeluarkan materi (hyle) yang bersama dengan jiwa dunia merupakan
jagat raya. Karena materi memiliki tingkatan paling rendah, maka ia berupa
makhluk yang paling kurang sempurna dan sumber-sumber kejahatan.
10
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hal. 114
PENUTUP
Manusia dewasa ini dihadapkan dengan berbagai tantangan dan isu global
yang menuntut pesan universal agama untuk berperan aktif dalam mewujudkan
tatanan dunia baru yang lebih berpihak pada perdamaian, keadilan dan
kemanusiaan.
Jedin, Hubert, (1980), History of the Church From the Apostolic Comunity to
Constantine, London: Burns and Oates.
End, Van den, (1988), , Harta Dalam Bejana, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.