Anda di halaman 1dari 62

BAB III

KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7

3.1. Pendahuluan

Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan konsep keadilan dalam kitab Amos 6:1-7,

tetapi sebelumnya akan dibahas mengenai pribadi Amos dan pelayanannya, kemudian masuk

pada pembahasan mengenai ketidakadilan dalam kitab Amos, sehingga kita dapat mengetahui

alasan mengapa teks Amos 6:1-7 berbicara mengenai ketentaraman yang palsu dan pada

akhirnya kita dapat mengetahui konsep keadilan sosial dalam Amos 6:1-7. Pembahasan bab ini,

bertolak dari konteks teks serta latar belakang kerajaan Israel Utara, baik situasi politik,

ekonomi, maupun keagamaannya. Hal terpenting yang juga akan dikaji di sini adalah motif atau

latar belakang mengapa nabi Amos yang berasal dari Israel Selatan (Yehuda) bisa bernubuat di

Utara (Israel). Mungkin ini adalah salah satu poin penting dalam pembahasan ini, selain untuk

mengetahui konsep keadilan sosial dalam Amos 6:1-7.

3.2. Pembimbing ke dalam Kitab Amos

Sebelum masuk dalam inti pembahasan pada bab ini, alangkah baiknya untuk terlebih

dahulu kita mengetahui pribadi dan pelayaan nabi Amos, isi kitab Amos, serta tujuan

penulisannya secara keseluruhan sebagai langkah awal dalam memahami kitab Amos.

Pribadi dan Pelayanan Amos

Dari firman yang disampaikannya jelas menggambarkan Amos sebagai nabi yang tegas,

kritis dan memiliki ketetapan hati yang kuat. Dalam pemanggilan Amos untuk bernubuat ke

kerajaan Israel seperti yang terdapat dalam Amos 7:14, dengan tegas ia mengakui bahwa ia

54
bukan nabi atau berasal dari sekolah nabi, melainkan seorang awam yang dipanggil melayani di

sana. Pengakuan ini disampaikan Amos dalam menanggapi tuduhan Imam Amazia dengan

mengatakan, “Aku ini bukan seorang nabi”, ini merupakan suatu penegasan bahwa ia bukanlah

orang yang berasal dari tradisi kenabian seperti layaknya nabi lain pada zamannya. Tanggapan

Amos terhadap kritik Amazia justru disampaikan dalam nuansa yang sangat berbeda karena

tujuannya bukan mencari nafkah namun diutus Allah khusus untuk menyampaikan firman Allah.

Perlu dicatat bahwa jabatan nabi pada zaman Amos telah pula menjadi satu profesi untuk upaya

mencari nafkah, khususnya seperti yang dilakukan nabi-nabi palsu (Yer.14:14). Nabi-nabi pada

masa kerajaan cenderung bertugas untuk meramal kesejahteraan raja.1

Di dalam kitab Amos, dapat dilihat bahwa Amos adalah seorang peternak domba dan

pemungut buah ara hutan dari Tekoa (Am.1:1), sebuah desa sekitar enam belas kilometer di

sebelah selatan Yerusalem.2 Sebelum ia dipanggil untuk bernubuat di Israel. Jika dilihat dari

pekerjaannya, maka dapat dikatakan tepat, bertolak dari konteks kehidupan Israel sebagai negeri

agararis dan pekerjaan utama adalah petani dan peternak. Pemahaman akan pekerjaan Amos

sebagai peternak menjadi perdebatan oleh para ahli, sebab tidak disebutkan dengan jelas jumlah

ternak domba yang dimilikinya sehingga ada yang beranggapan bahwa Amos hanyalah seorang

peternak biasa yang mengembalakan ternak dalam jumlah yang relatif sedikit, yang berusaha

untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari, yang mana beternak dilihat sebagai mata

pencaharian bagi kehidupannya.

Namun adapula yang beranggapan bahwa Amos adalah seorang pemilik ternak dalam

jumlah yang besar, bertolak dari 2 Raj.3:4, di mana kata peternak domba juga dikenakan kepada

raja Mesa dari Moab yang memberikan upeti kepada raja Israel seratus ribu anak domba. Jadi,

1
A. G. Auld, Amos: Old Testament Guide (Sheffield: JSOT, 1991), 74.
2
Andrew E. Hill, John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008), 609.

55
jika pemahaman itu juga dikenakan pada nabi Amos, maka dapat dikatakan bahwa Amos adalah

seorang yang kaya karena memiliki ternak dalam jumlah yang besar. 3 Hal yang sama pula

diperdebatkan mengenai pekerjaannya sebagai pemungut buah ara hutan (Am.7:14). Jika ditafsir

secara harafiah maka dapat dikatakan Amos adalah seorang yang miskin, yang kesehariannya

adalah beternak dan memungut buah ara hutan.

Buah ara pada umumnya adalah digunakan untuk makanan ternak, namun pada saat-saat

tertentu juga digunakan sebgai makanan manusia, namun hanya oleh kalangan miskin,

kemungkinan inilah yang digunakan oleh para ahli yang beranggapan bahwa Amos merupakan

petani yang miskin yang hanya menghidupi hidupnya dengan memungut buah arah hutan.

Menurut Willoughby, dalam Book of Amos, kebiasaan dalam memungut buah ara oleh para

petani, biasanya dilakukan pada musim kemarau, pekerjaan tersebut dilakukan sebagai tambahan

penghasilan bagi kehidupan, terutama masyarakat kecil,4 sehingga ada kemungkinan bahwa

Amos adalah bagian dari masyarakat kecil yang ada pada saat itu.

Bertolak dari pernyataan yang disampaikannya kepada Imam Amazia, ketika Amazia

mengusirnya “Carilah makananmu dan bernubuatlah di sana”. Kata Amos kepadanya, aku ini

bukan seorang nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara. Artinya, ada

kemungkinan ia adalah seorang peternak dalam jumlah yang besar, karena ia dapat menghidupi

dirinya, ketika bernubuat di Utara walaupun ia berasal dari Selatan, bahkan ia dengan tegas

menolak bahwa ia adalah seorang nabi, yang pada waktu itu kebanyakan hanya dipakai sebagai

suatu profesi dalam mencari nafkah bagi dirinya senidiri.

3
Gernaida K.R. Pakpahan, Kristalisasi Keadilan Sosial dalam Kitab Amos (Jakarta: Rajawali Arta Mandiri,
2012), 16.
4
B. E. Willoughby, “Book of Amos” dalam The Anchor Bible Dictionary (New York: Doubleday, 1992),
239.

56
Sedangkan untuk pemungut buah ara, menurut saya kemungkinan besarnya ia bukan

petani miskin, yang mencari buah ara untuk kebutuhan hidupnya melainkan untuk ternak-

ternaknya. Jadi bagi saya, Amos kemungkinan adalah seorang yang kaya, kalau dilihat dalam

masa sekarang ia adalah seorang pengusaha ternak, seorang jurangan yang memiliki cukup

banyak ternak dan menegenai memungut buah ara kemungkinan ia juga mengusahakan

perkebunan ara hutan, jenis pohon yang buahnya dapat dimakan tersebut. Oleh karena itu, Amos

disebut bekerja sebagai “petani”.

Menurut Robert Coote, Amos merupakan salah satu dari para nabi yang mulai melayani

pada abad ke-8 SZB, tepatnya pada masa pemerintahan raja Uzziah di Yehuda dan pemerintahan

Yerobeam anak Yoas yang menjadi raja di Israel Utara. Konteks pemberitaannya hampir sama

dengan Mikha, Yesaya dan Hosea. Amos sendiri adalah seorang warga negara Kerajaan Yehuda

(Selatan), tepatnya dari Tekoa, namun ia aktif di kerajaan utara, selama pemerintahan raja

Yerobeam II (783-743 SZB).5 Kehadiran Amos sebagai nabi kontroversial di Israel tidaklah

sesuatu yang mengherankan mengingat latar belakang kehidupannya yang sama sekali berbeda

dari pelayanan kerohanian di Israel yang latar belakangnya berasal dari keluarga nabi, golongan

nabi dan sebagainya. Amos hanyalah seorang kaum awam atau masyarakat biasa yang dipanggil

dan diutus Allah untuk bernubuat di Israel.6

Namun dari isi kitabnya ternyata bahwa Amos mempunyai pengetahuan yang agak luas

dan dalam tentang lapangan keagamaan dan bidang politik. Semua pengetahuan itu tentunya

tidak diwahyukan begitu saja kepadanya. Sebelum Amos, telah ada beberapa nabi di Israel

5
Robert B. Coote, Amos Among The Prophets:Composition and Theology (Philadelphia: Fortress Press,
1981), 20.
6
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 3.

57
misalnya nabi Natan, Elia, dan sebagainya. Namun Amos merupakan nabi pertama yang

ringkasan nubuatnya masih tersimpan dalam sebuah kitab yang disebutkan menurut namanya.7

Kitab Amos

Kitab Amos merupakan sebuah kitab dalam Alkitab Perjanjian Lama yang menguak

kisah seorang nabi yang sangat luar biasa. Ketangguhan, kejelian dan terutama keberanian nabi

Amos, mampu menembus tata masyarakat yang ada. Dengan memakai metafora sebagai ciri

khas warta kenabiannya, misalnya ia menyebut para perempuan Samaria sebagai lembu-lembu

Basan. Nabi Amos berhasil memperlihatkan kekuatan ketidakadilan di Israel Utara. Bahkan

dapat dikatakan bahwa tujuan penulisan kitab Amos tidak lain dari sebuah sindiran terhadap para

pemimpin Israel. Tidak mengherankan jika pemberitaan Amos mengakibatkan dirinya harus

berurusan dengan para pemimpin negara dan agama, bahkan sampai Amazia, seorang kepala

imam di Betel mengadukan Amos kepada raja Yerobeam II (Am. 7:10).8 Kitab Amos termasuk

dalam kumpulan kitab nabi-nabi kecil. Hal ini tidak berarti mutu dari kitab Amos lebih rendah

dari kitab nabi-nabi besar, tetapi karena isinya yang singkat. Kitab Amos sendiri ditempatkan

pada urutan ketiga dari dua belas kitab nabi-nabi kecil dalam susunan kanonik.

Menurut Coote, kitab Amos ditulis oleh lebih dari satu pengarang dan lebih dari satu

waktu (penulis ulang). Amos dipilih sebagai kitab yang bersifat ramalan. Kitab yang

menggunakan nama Amos ini menggambarkan orang dari daerah Yehuda, yang mengkritisi

kehidupan masyarakat dan realita politik yang menindas masyarakat kecil di Israel. Kitab ini

lahir dalam periode waktu yang berbeda-beda dan seperti tulisan-tulisan Alkitab lainnya, maka

tulisan-tulisan dalam kitab Amos juga melalui proses seleksi atau kanon. Bagian yang

7
Ibid., 4.
8
Ibid., 89.

58
melukiskan penglihatan-penglihatannya boleh jadi berdasarkan catatan Amos sendiri. Ada

kemungkinan, Amos sendiri telah memperluas beberapa bagian atau setidaknya telah

mendiktekan kepada seorang teman untuk mengembangkan isi kitab tersebut. Sehingga dapat

dikatakan bahwa kitab Amos yang ada sekarang tidak semata-mata hasil karya Amos sendiri,

tetapi ada bagian-bagian yang berdasarkan catatan-catatan dari juru tulis atau orang yang telah

mencatat atau menghafal pokok-pokok tertentu dari nubuat Amos.9

Lanjutnya Coote, membagi kitab Amos dalam tiga bagian10; Pertama, Amos A. Berisikan

bagaimana kesenjangan sosial yang terjadi antara golongan atas dan golongan bawah, yang

mengakibatkan ada yang tertindas dan yang menindas diantara kedua kelompok tersebut. Dengan

latar belakang inilah yang menjadi titik tolak Amos dalam menyampaikan ktirikan-kritikan

sosialnya. Amos A perhatiannya lebih kepada masalah-masalah sosio-ekonomi, oleh karena itu

tulisan-tulisannya lebih ditujukan kepada mereka yang termasuk golongan bawah dalam

masyarakat dan mereka-mereka yang memegang kekuasaan yakni: para tuan tanah dan pemilik

modal. Masyarakat pada masa Amos bernubuat pada umumnya lebih menggantungkan hidupnya

pada pertanian (masyarakat agraris), yang lemah secara ekonomi. Kitab Amos A, diperkirakan

ditulis pada abad ke-8 SZB pada masa pemerintahan Yerobeam II di Israel Utara dan

pemerintahan raja Uzia di Yehuda. Kedua, Amos B berisi tentang sebuah penerjemahan ulang

dan perluasan seruan tobat di Yehuda dan bekas-bekas Israel di tengah-tengah pengharapan

reformasi Yosia pada akhir abad ke-7. Bagian kedua diperkirakan ditulis pada abad ke-7 SZB

(antara masa pemerintahan raja Hizekia sampai Yosiah). Ketiga, Amos C, ditulis dalam situasi di

mana umat Israel hidup tanpa Bait Suci (berada dalam pembuangan), karena itu ayat-ayat

(Am.9:7-9; Am.9:11-15) menggambarkan bagaimana suatu pengaharapan dari bangsa Israel

9
Robert B. Coote, Amos Among the Prophets..5.
10
Ibid.., 7-8.

59
untuk mendapatkan keadilan dan kehidupan yang layak. Dan bagian ketiga ini ditulis pada abad

ke-6 SZB (ketika umat berada dalam pembuangan di Babilonia).

Ayat-ayat yang termasuk dalam bagian Amos A menurut Coote,11 yakni:

2:6 Beginilah firman TUHAN: Oleh karena mereka menjual orang benar karena uang
dan orang miskin karena sepasang kasut; 2:7 mereka menginjak-injak kepala orang
lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara; anak dan ayah pergi
menjamah seorang perempuan muda, sehingga melanggar kekudusan nama-Ku; 2:8
mereka merebahkan diri di atas pakaian gadaian orang, dan minum anggur orang-orang
yang kena denda 2:13 Sesungguhnya, Aku akan mengguncangkan tempat kamu berpijak
seperti goncangan kereta yang sarat dengan berkas gandum. 2:14 Orang cepat tidak
mungkin lagi melarikan diri, orang kuat tidak dapat menggunakan kekuatannya, dan
pahlawan tidak dapat melarikan diri. 2:15 Pemegang panah tidak dapat bertahan, orang
yang cepat kaki tidak akan terluput dan penunggang kuda tidak dapat meluputkan diri.
2:16 Juga orang yang berhati berani di antara para pahlawan akan melarikan diri dengan
telanjang pada hari itu," demikianlah firman TUHAN ?" 3:9. Siarkanlah di dalam puri di
Asyur dan di dalam puri di tanah Mesir serta katakan: "Berkumpullah di gunung-gunung
dekat Samaria dan pandanglah kekacauan besar yang ada di tengah-tengahnya dan
pemerasan yang ada di kota itu." 3:10 "Mereka tidak tahu berbuat jujur," demikianlah
firman TUHAN, "mereka itu yang menimbun kekerasan dan aniaya di dalam purinya."
3:11 Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Musuh akan ada di sekeliling negeri,
kekuatanmu akan ditanggalkannya dari padamu, dan purimu akan dijarahi!" 3:12
Beginilah firman TUHAN: "Seperti seorang gembala melepaskan dari mulut singa dua
tulang betis atau potongan telinga, demikianlah orang Israel yang diam di Samaria akan
dilepaskan seperti sebagian dari katil dan seperti sepenggal dari kaki balai-balai." .4:1.
"Dengarlah firman ini, hai lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria, yang
memeras orang lemah, yang menginjak orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-
tuanmu: bawalah ke mari, supaya kita minum-minum! 4:2 Tuhan ALLAH telah
bersumpah demi kekudusan-Nya: sesungguhnya, akan datang masanya bagimu, bahwa
kamu diangkat dengan kait dan yang tertinggal di antara kamu dengan kail ikan. 4:3
Kamu akan keluar melalui belahan tembok, masing-masing lurus ke depan 5:1.
Dengarlah perkataan ini yang kuucapkan tentang kamu sebagai ratapan, hai kaum Israel:
5:2 "Telah rebah, tidak akan bangkit-bangkit lagi anak dara Israel, terkapar di atas
tanahnya, tidak ada yang membangkitkannya." 5:11 Sebab itu, karena kamu menginjak-
injak orang yang lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, --sekalipun kamu
telah mendirikan rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun
kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggurnya.
5:16. Sesungguhnya, beginilah firman TUHAN, Allah semesta alam, Tuhanku: "Di
segala tanah lapang akan ada ratapan dan di segala lorong orang akan berkata: Wahai!
Wahai! Petani dipanggil untuk berkabung dan orang-orang yang pandai meratap untuk
mengadakan ratapan. 5:17 Dan di segala kebun anggur akan ada ratapan, apabila Aku
berjalan dari tengah-tengahmu," firman TUHAN. 5:18 Celakalah mereka yang
menginginkan hari TUHAN! Apakah gunanya hari TUHAN itu bagimu? Hari itu
11
Ibid., 11-15.

60
kegelapan, bukan terang! 5:19 Seperti seseorang yang lari terhadap singa, seekor beruang
mendatangi dia, dan ketika ia sampai ke rumah, bertopang dengan tangannya ke dinding,
seekor ular memagut dia! 5:20 Bukankah hari TUHAN itu kegelapan dan bukan terang,
kelam kabut dan tidak bercahaya? 6:1. "Celaka atas orang-orang yang merasa aman di
Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang
terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa
datang! 6:2 Menyeberanglah ke Kalne, dan lihat-lihatlah; berjalanlah dari sana ke Hamat
yang besar itu, dan pergilah ke Gat orang Filistin! Adakah mereka lebih baik dari
kerajaan-kerajaan ini, atau lebih besarkah daerah mereka dari daerahmu? 6:3 Hai kamu,
yang menganggap jauh hari malapetaka, tetapi mendekatkan pemerintahan kekerasan;
6:4 yang berbaring di tempat tidur dari gading dan duduk berjuntai di ranjang; yang
memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing domba dan anak-anak lembu dari
tengah-tengah kawanan binatang yang tambun; 6:5 yang bernyanyi-nyanyi mendengar
bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya; 6:6 yang
minum anggur dari bokor, dan berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi tidak
berduka karena hancurnya keturunan Yusuf! 6:7 Sebab itu sekarang, mereka akan pergi
sebagai orang buangan di kepala barisan, dan berlalulah keriuhan pesta orang-orang yang
duduk berjuntai itu." 6:8. Tuhan ALLAH telah bersumpah demi diri-Nya, 6:11 Sebab
sesungguhnya, TUHAN memberi perintah, maka rumah besar dirobohkan menjadi
reruntuhan dan rumah kecil menjadi rosokan. 8:4. Dengarlah ini, kamu yang menginjak-
injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini 8:5 dan
berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari
Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa,
membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, 8:6 supaya kita membeli
orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual
terigu rosokan?" 8:7 TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: "Bahwasanya
Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka! 8:8 Tidakkah
akan gemetar bumi karena hal itu, ?" 8:9 "Pada hari itu akan terjadi," demikianlah
firman Tuhan ALLAH, "Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari dan
membuat bumi gelap pada hari cerah. 8:10 Aku akan mengubah perayaan-perayaanmu
menjadi perkabungan, dan segala nyanyianmu menjadi ratapan. Aku akan mengenakan
kain kabung pada setiap pinggang dan menjadikan gundul setiap kepala. Aku akan
membuatnya sebagai perkabungan karena kematian anak tunggal, sehingga akhirnya
menjadi seperti hari yang pahit pedih." "Pukullah hulu tiang dengan keras, sehingga
ambang-ambang bergoncang, dan runtuhkanlah itu ke atas kepala semua orang, dan sisa-
sisa mereka akan Kubunuh dengan pedang; tidak seorangpun dari mereka akan dapat
melarikan diri, dan tidak seorangpun dari mereka akan dapat meluputkan diri. 9:2
Sekalipun mereka menembus sampai ke dunia orang mati, tangan-Ku akan mengambil
mereka dari sana; sekalipun mereka naik ke langit, Aku akan menurunkan mereka dari
sana. 9:3 Sekalipun mereka bersembunyi di puncak gunung Karmel, Aku akan mengusut
dan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka menyembunyikan diri terhadap
mata-Ku di dasar laut, Aku akan memerintahkan ular untuk memagut mereka di sana. 9:4
Sekalipun mereka berjalan di depan musuhnya sebagai orang tawanan, Aku akan
memerintahkan pedang untuk membunuh mereka di sana.

61
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa kitab Amos tidak ditulis hanya oleh satu

penulis, tetapi ada juga bagian yang merupakan tambahan dari penulis lain. Sehingga tidak

mengherankan, ketika membaca kitab Amos terdapat berbagai perbedaan antara ayat yang satu

dengan ayat yang lainnya, dikarenakan bahwa masing-masing tulisan tersebut, berbicara tentang

zaman dimana tulisan itu ditulis. Sehingga Coote, mencoba untuk menggabungkan aya-ayat

tersebut dalam satu bagian yang lengkap atau menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan

antara ayat yang satu dengan lainnya.

Bertolak dari bentuk-bentuk kitab Amos yang ditulis oleh Coote, maka pembahasan akan

dikhususkan pada konsep keadilan sosial dalam Amos 6:1-7, yang tergolong dalam Amos A.

Adapun ciri-ciri yang membedakan Amos A dengan tahapan atau kelompok yang lain (Amos B

dan Amos C) terdiri dari sembilan (9) ciri khusus yakni;12

1. ”Celakalah orang yang merasa dirinya terjamin di atas gunung Samaria”. Dari kutipan

tersebut ingin menunjukan bahwa Amos A dialamatkan kepada orang-orang yang merasa

dirinya amat terjamin, mereka yang kuat, orang-orang kaya, para penguasa, orang-orang

yang bersenang-senang di atas penderitaan orang lain, pemimpin elit Israel. Orang-orang elit

yang tinggal di kota, di bagian kerajaan Isral Utara, yang dipusatkan di Samaria, ibukota dan

pusat utama kekuatan. Mereka yang hidup sebelum kejatuhan Samaria tahun 722 SZB

kepada kekuasaan Asyur.

2. Mengumumkan suatu pesan tersendiri yang mendasar yang ditujukan kepada yang kuat

menindas yang lemah, penguasa elit kepada yang miskin. Maksud penindasan ini, dalam

kenyataan yang sangat mendasar, yaitu kekuasaan yang menikmati kemewahan yang sangat

12
Ibid., 16-19.

62
menjijikkan, sebagai perwujudan suatu perayaan yang luar biasa. Tuhan akan menjawab

perlakuan kekejaman kepada orang-orang lemah oleh golongan atas karena kekejian

mereka. Tuhan akan mendatangkan perang atas mereka, pembunuhan, dan akan menghalau

mereka ke dalam pembuangan. Tuhan akan menjawab pesta-pesta kemewahan mereka

dengan menggantikan perang dan ratapan. Keempat hal ini, yaitu: penindasan >< perang,

perayaan >< ratapan, adalah merupakan keseluruhan pesan Nabi Amos.

3. Pesannya merupakan suatu kumpulan dari ciri-ciri gaya bahasa yang puitis, yang disuarakan

kepada mereka (golongan elit bangsa Israel). Tipe-tipe ucapan dan ide-ide Amos A sebagai

berikut: a). Kesejajaran yang konsisten, b). Padanan kata-kata kasar yang sama artinya, c).

Penggunaan bahasa yang hidup/bersemangat, d). perumpamaan yang nyata yang dapat

dilihat oleh mata.

4. Pesannya disampaikan secara lisan (penting untuk membedakan antara penyampaian lisan

dan karangan lisan: Apabila itu gubahan lisan tidak mungkin untuk diucapkan). Bntuk

ramalan ini adalah bentuk copy lisan, menunjukkan cerita-cerita nabi-nabi, yang biasanya

mereka bicara dari pintu ke pintu. Kecondongan Amos kepada kepandaian berbicara secara

dramatis, kutipan langsung, pertanyaan-pertanyaan dalam berbidato juga dapat menunjuk

kepada penyampaian lisannya.

5. Pesannya atau ramalannya disampaikan secara langsung. Berita penghukuman disampailkan

berterus terang, tak terukur, dan pasti.

6. Ramalannya berupa beberapa hal sebagai berikut; hukuman, sumpah, menyuarakan perang,

dan nyanyian.

63
7. Arti suatu ramalan adalah tidak tergantung pada jajaran dengan yang lainnya, atau pun pada

pembacaan dalam beberapa cara dalam persamaan dengan yang lainnya. Dengan kata lain,

adalah ramalan-ramalannya dapat berdiri sendiri.

8. Ramalan atau pesannya mengumumkan suatu bencana atau bahaya yang tidak dapat

dielakkan atau hindari. Tidak ada cara untuk penundaan dan membelokkan. Bentuknya

tegas.

9. Ramalan terpenuhi nyata, yang dipenuhi pada tahun 722 SZB. Dan yang lainnya akan di

penuhi lagi.

Dari ciri-ciri yang ada di atas, dapat dilihat bahwa Amos pada tahap ini berisikan

pengumuman tentang kutukan dan bencana artinya penghukuman kepada orang-orang Israel

khususnya di Israel Utara. Dalam tahap ini tercakup orang-orang yang merasa dirinya amat

terjamin, kuat, orang kaya, penguasa, orang-orang yang bersenang-senang di atas penderitaan

orang lain, pemimpin elit masyarakat petani israel. Oleh sebab itu terhadap kelas elit, Amos

mengumumkan bahwa Tuhan akan menjawab perlakuan kejam kepada orang-orang lemah oleh

golongan atas, bahkan Tuhan akan mendatangkan perang atas mereka, pembunuhan dan akan

menghalau mereka ke dalam pembuangan, dan mengubah pesta pora menjadi perang dan

ratapan.

Melihat pada latar belakang masyarakat di mana Amos A bernubuat yakni lebih pada

masyarakat agraris. Karakteristik yang paling penting dari masyarakat agraris adalah perpecahan

sosial yang ekstrim antara dua kelas utama yakni kaum elit yang berkuasa dan kaum tani. Kaum

elit merupakan pihak yang memegang kekuasaan, dan merupakan kelas yang mengatur segalah

aspek kehidupan.Kaum elit menganggap diri mereka benar dan memandang kemiskinan yang

dialami oleh kaum tani sebagai cerminan dari kurangnya kebenaran dan ketaatan kepada

64
penguasa, serta kemiskinan yang terjadi tersebut merupakan kutukan yang menyebabkan ada

gagal panen, dan sebagainya. Sedangkan kaum tani, merupakan pihak yang lemah dalam

masyarakat, dan pekerjaan kaum tani adalah lebih pada penggarap-penggarap yang tidak

memiliki lahan pertanian dan hidupnya hanya bergantung pada belas kasihan dari para penguasa.

Nasib petani dalam tatatan sosial yang tidak adil ditangani oleh Amos pada abad ke-8

adalah akibat langsung dari dua faktor utama yakni: (1) pergeseran dari dominasi domain

patrimonial ke domain prebendal, dan (2) peran elit penguasa mendorong, memanipulasi, dan

mengambil keuntungan dari pergeseran ini. Domain patrimonial dilaksanakan oleh orang-orang

yang memiliki kepemilikan atau kontrol sebagai anggota, kelompok yang memiliki kekerabatan

(ayah ke anak). Domain prebendal dilaksanakan oleh pejabat negara berdasarkan hibah dari

negara yang memegang kepemilikan akhir dari tanah. Peran Elit, dapat dilihat dari cara para elit

Israel berkuasa, dengan melaksanakan domain prebendal disebut pula dengan kapitalisme sewa.

Petani perkebunan prebendal tidak hanya membayar upeti untuk penggunaan lahan, tetapi juga

membayar untuk faktor produksi lain seperti air, benih, hewan kerja, peralatan, dan sebagainya.13

Bertolak dari konteks kehidupan di mana Amos A bernubuat yakni pada zaman

feodalisme, dengan karakteristik masyarakat agraris, kehidupan pertanian menjadi bagian utama

dalam perekonomian masyarakat, dan relasi sosialnya bersifat hirarkhis. Kekuasaan dipegang

penuh oleh raja dan kaum bangsawan, bahkan mereka berhak penuh untuk mendapatkan

pelayanan dari masyarakat. Pada zaman tersebut, ketidaksamaan merupakan hal yang wajar, jika

para bangsawan menjadi kaya, dan para petani hidup miskin, tetap merupakan hal yang adil.

Raja memiliki kewenangan untuk mengambil hasil panen dari petani, atau hanya para bangsawan

13
Ibid., 24-32.

65
yang boleh berburu, dan sebagainya, bahkan sistem kelas dalam masyarakatpun dianggap hal

yang wajar dan tidak dapat dipersoalkan. Pemikiran ini dilatarbelakangi oleh suatu keyakinan

bahwa semua yang ada dalam masyarakat adalah benar, sah, dan tidak boleh dirubah, tetapi

harus diterima, bahkan kemiskinan yang terjadi dianggap sebagai suatu kutukan yang

menyebabkan gagal panen.14

Persoalannya sekarang adalah, jika dalam konteks kehidupan Amos A bernubuat, raja

dan para bangsawan menjadi semakin kaya dan para petani menjadi miskin merupakan sesuatu

yang sah-sah saja dan tidak menjadi persoalan, mengapa Amos hadir dan mengkritik akan

kehidupan mereka. Kritikan Amos terhadap para penguasa pada waktu itu, dikarenakan karena

semua kekayaan dan kemakmuran yang mereka terima, dihasilkan dengan cara yang curang,

dengan memberi suap kepada para hakim untuk memenangkan perkara di pengadilan. Bahkan

mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang paling kejam sekalipun yakni merampas hak hidup

orang lain, dengan menjual orang benar karena uang dan menjual orang miskin karena sepasang

kasut.

Pokok permasalahan yang menjadi kritikan dari nabi Amos A, yakni mengenai masalah

perampasan hak tanah dan hak hidup oleh para penguasa, karena persoalan hutang yang tidak

dapat dilunasi, atau dirampas demi kepentingan para penguasa. Dengan segala beban yang

dipikul oleh para petani, baik untuk kebutuhan pribadinya, kebutuhan sosial, keagamaan, untuk

memenuhi kebutuhan pemerintahan, gagal panen, dan sebagainya, menuntut para petani terpaksa

berhutang pada penguasa. Namun karena dengan bunga dan denda yang tinggi ditambah dengan

penghasilan yang rendah, mereka tidak mampu membayar, sehingga pada akhirnya mereka harus

kehilangan hak kepemilikan tanah yang merupakan sumber kehidupan mereka.

14
Franz Magnis-Suseno, Kuasa & Moral (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), 52.

66
Dari persoalan inilah, dapat dipahami mengapa Amos begitu keras mengecam kehidupan

penguasa pada waktu itu, sebagai kehidupan yang penuh dengan ketenteraman yang palsu. Hal

tersebut dikarenakan para penguasa tidak lagi hidup menurut perjanjian Allah, mereka lebih

menuruti keinginan mereka, walaupun harus dengan mengorbankan sesama mereka sendiri,

bahkan dengan merampas hak hidup orang lain. Inilah yang membuat Allah sangat marah dan

memeberikan hukuman kepada mereka. Seharusnya mereka sadar bahwa mereka juga awalnya

merupakan budak di negeri orang, sehingga tidak pantas jika mereka memperbudak sesama

mereka sendiri demi kepentingan mereka. Oleh karena mereka tidak menghiraukan akan nubuat

dan kecaman dari Amos, sehingga hukuman dari Allah tidak luput dari mereka, sehingga pada

akhirnya mereka dihukum sebagai bangsa buangan di negeri asing.

Bertolak dari kehidupan bangsa Israel yang awalnya merupakan budak di bangsa Mesir,

namun karena keprihatinan dan keberpihakan Allah pada mereka, sehingga pada akhirnya Allah

membebaskan mereka dari tanah perbudakan, dan memberikan kepada mereka tanah Kanaan

untuk mereka diami. Masing-masing mereka telah mendapatkan bagiannya dari tanah perjanjian

tersebut, untuk dikelola dan memenuhi kebutuhan mereka masing-masing, bahkan boleh

dikatakan tanah sebagai hak hidup mereka. Mengapa dikatakan sebagai hak hidup mereka?

Karena dari situlah mereka memperoleh kebutuhan untuk mengelola demi hidup mereka sehari-

hari, dengan demikian, mereka akan menjadi tidak berdaya dan akan kehilangan hak hidup

mereka ketika tanah mereka dirampas oleh para penguasa.

Untuk lebih lanjut, dalam memahami mengenai masyarakat agraris dalam konteks Amos,

saya menggunakan struktur kelas sosial dari Lenski.

67
Gambar 1. Grafik hubungan kelas-kelas dalam masyarakat agraris

Sistem kelas dalam masyarakat agraris menurut Lenski, ada dua golongan besar di

dalamnya yakni; pertama, golongan Aristokrat, merupakan golongan masyarakat yang hanya

10% atau paling sedikit dalam masyarakat, tetapi mereka menguasai 90% dari masyarakat

(kekayaan), dan mereka inilah yang mengontrol dan mengatur kehidupan di dalam masyarakat

sekalian merupakan tuan tanah. Kedua, masyarakat umum, merupakan kelompok yang paling

besar yakni 90% dari jumlah masyarakat yang ada, namun hanya menguasai 10% dari kekayaan

masyarakat. Merupakan kelompok yang tidak memiliki tanah, digaji oleh negara dengan jumlah

yang minim, selalu berjumpa dengan kesulitan ekonomi, dan selalu berjuang untuk memenuhi

hidup sehari-hari bahkan sampai harus berhutang. Menurut Lesnki, kelompok yang menduduki

68
strata atas merupakan kelas domain yang terdiri dari minoritas yang berkuasa dan mempunyai

hak-hak istimewa, yakni mereka-mereka yang hidup dalam kemewahan.

Dari kedua golongan utama ini, para penguasa berada pada posisi paling puncak (the

ruler). Para penguasa disini yang dimaksud adalah raja, walaupun hanya satu orang tetapi

mampu menguasai kekayaan sampai 50%. Kemudian diikuti oleh kelompok pemerintah

(governing class), yang merupakan kelompok yang selalu mendukung raja. Kemungkinan

kelompok ini 1% dari populasi masyarakat yang ada, dan menguasai sekitar 25% dari kekayaan

masyarakat. Lalu, diikuti oleh kelompok para pelayan dan para imam (retainers and priests).

Mereka merupakan kelompok yang melayani para elit politik. Populasi mereka dalam

masyarakat berkisar 5-8%. Walaupun dengan jumlah yang begitu kecil, tetapi mereka mendapat

distribusi kekuasaan, kekayaan, dan kehidupan yang paling layak. Kemudian kelompok

pedagang (merchants), merupakan kelompok yang menyediakan atribut-atribut atau perhiasan

mewah untuk kelompok penguasa. Dengan cara membeli dari pedagang kelas bawah dengan

harga yang murah, kemudian menjual kepada para penguasa dengan harga yang lebih mahal.

Kelompok ini terdiri dari 3-5% populasi masyarakat. Walaupun kelompok ini berposisi sama

dengan petani, namun ada sebagian kecil dari kelompok yang memiliki posisi atau kedudukan

yang sama dengan kelompok penguasa.15

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok masyarakat umum, merupakan kelompok

terbesar (90%), namun memperoleh distribusi kekuasaan, kekayaan yang paling kecil (10%).

Yakni kelompok pengrajin (artisans), dengan populasi 5%, merupakan kelompok pengrajin yang

membuat berbagai jenis atribut-atiribut perhiasan untuk dijual kepada pemerintah (aristokrat). Di

15
Gerhard E. Lenski, Power and Privilege: A Theory of Social Stratification (Capel Hill and London: The
University of North Carolina Press, 1984), 243-248.

69
bawah kaum artisans, dilanjutkan dengan kaum petani (peasants), merupakan kelompok dengan

populasi 50-75% dalam masyarakat. Dari setiap hasil pekerjaan mereka, yang menjadi milik

mereka seutuhnya adalah 1/3%, sedangkan 2/3% untuk membayar pajak dan sewa tanah. Hal ini

akan berjalan dengan baik, asalkan hasil panen mereka juga baik, tetapi akan berdampak buruk

jika terjadi gagal panen, maka mereka akan berhutang pada para penguasa namun dengan bunga

yang besar, dari sinilah awal menuju perbudakan, jika mereka tidak mampu untuk membayar

hutang.16

Kelompok masyarakat yang tercemar atau kelompok yang kotor (unclean and degraded),

merupakan kelompok yang diasingkan dari kehidupan masyarakat karena berbagai alasan yakni

kusta, bercacat, pelacur, dan sebagainya. Merupakan kelompok dengan jumlah 5% dari populasi

masyarakat. Terakhir adalah kelompok atau kelas terbuang (expendable class), dengan jumlah 5-

10% dari populasi masyarakat, namun akan bertambah menjadi 15% jika terjadi kesulitan

ekonomi. Mereka yang termasuk dalam kelompok expendable, hidup hanya dengan belas

kasihan dari orang lain (hanya meminta-minta, cacat, dan sebagainya).17

Dari diagram Lenski ini, dapat kita melihat bahwa kaum elit, penguasa yang sebagian

besarnya tinggal di kota, terutama di ibukota, memiliki kontrol yang besar atas masyarakat

umum terutama para petani. Para elit gagal melihat petani sebagai bagian dari manusia. Mereka

lebih melihat kemiskinan yang dialami oleh para petani sebagai hukuman atas ketidakbenaran di

hadapan Tuhan sedangkan kekayaan sebagai bagian dari ketaatan mereka. Dalam masyarakat

agraris, kekayaan yang dihasilkan dari sistem ekonomi komando. Dengan sistem hierarki, di

mana yang berkuasa adalah para penguasa. Sedangkan para petani merupakan pengelola tanah

16
Ibid., 266-279.
17
Ibid., 280-284.

70
yang hanya tinggal di pinggiran-pinggiran kota, mereka menyuplai hasil pekerjaan mereka dari

desa ke kota demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Misalnya; membayar pajak, perpuluhan,

sewa, upeti, dan bunga hutang/denda, dan hadiah kepada kaum elit. Semua itu akan berjalan baik

jika hasil panen mereka bagus, tetapi akan berbanding terbalik jika terjadi kegagalan dalam

panen, maka petani akan meminjam kepada elit untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka serta

membayar segala kewajiban mereka. Tentunya mereka berhutang kepada para elit-elit, namun

dengan bunga besar yang ditetapkan oleh para elit untuk membayar hutang, tetapi karena

ketidakmampuan mereka dalam membayar hutang, mereka harus menggadaikan segala tanah

mereka, yang merupakan dasar kehidupan mereka kepada para penguasa demi membayar

hutang. Namun ketidakmampuan mereka dalam melunasi segala hutang mereka kepada para elit,

maka pada akhirnya mereka harus menjual segalah yang mereka punya termasuk diri mereka,

yakni menjadi budak bagi para elit.

Dengan demikian, saya menyimpulkan bahwa persoalan ketidakadilan sosial yang

dikecam oleh Amos A, bukan semata-mata karena persoalan kekerasan dan perbudakan,

melainkan karena terjadi perampasan hak tanah bahkan hak hidup sesama oleh para penguasa

dan kaum elit. Dengan berbagai tindak kecurangan, suap kepada para hakim, bebagai tindakan

ketidakjujuran, bahkan para penguasa rela menjual sesama demi uang, dan demi sepasang kasut.

Dengan demikian, Amos A, hadir untuk menegur mereka, dan menubuatkan berita penghukuman

dan kecaman bagi para penguasa, bahwa Allah akan melakukan perang melawan engkau, dan

akan mengubah perayaanmu menjadi ratapan serta berlalulah semua keriuhan pesta-pora mereka.

Dalam kitab Amos, nubuat penghakiman Amos adalah bukan sekedar kritik melainkan

penghukuman atas nama orang miskin.

71
Selain permasalahan yang ada, sebuah permasalahan yang diangkat oleh Amos A adalah

mengenai perayaan pesta Marzeakh. Perayaan pesta Marzeakh, merupakan suatu bentuk

solidaritas dalam sebuah pesta, yakni dengan memberikan persembahan bagi yang orang yang

sudah mati. Perayaan pesta Marzeakh dipegang sebagai unsur yang mencakup kepentingan

kerajaan, dan diadakan pesta pora tersebut di area sekitar kuburan kerajaan. Dalam perayaan

seperti ini, kaum tani tidak satupun diikut-sertakan dalam perayaan tersebut karena hanya

diperuntukkan bagi para elit. Ketika mereka berpesta, para anggota saling mengharapkan satu

sama lain agar tidak kekurangan dalam konsumsi dari “mangkuk besar” dan perayaan pesta

tersebut berakhir di lantai dasar. 18

Kehidupan sosial yang tidak adil tersebut, seperti yang dinubuatkan oleh Amos bahwa

Allah yang akan berperang melawan mereka. Ketidakadilan yang terjadi di kalangan Israel

sebenarnya dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan kaum elit yang ingin menguasai segalah

aspek kehidupan yang ada, bahkan dengan merampas hak milik orang lain. Dari persoalan inilah

yang membuat kaum tani yang adalah kaum lemah,kehilangan akan hak tanah mereka bahkan

hak untuk hidup. Di mana para pemimpin membelokkan hukum di pengadilan, dengan berbuat

curang, memberi suap kepada para hakim untuk memenangkan perkara, dan merampas hak milik

sesamanya. Dengan demikian tidak mengherankan jika Nabi Amos begitu tegas dan keras

mengutuk akan perbuatan mereka, dengan nubuatan-nubuatan yang disampaikan; Tuhan akan

menjawab perang yang mereka lakukan kepada kaum tani dengan berperang melawan mereka,

dan Ia akan mengubah pesta pora yang mereka lakukan menjadi ratapan. Nubuat ini

mengindikasikan bahwa tidak ada seorang pun yang akan luput dari pada hari Tuhan berperang

melawan mereka.

18
Robert Coote, Amos Among The Prophets., 37-39. Bnd. Philip J. King dan Lawrence E. Stager,
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 405-409.

72
Dalam hubungan sejarah dengan terjadinya kitab Amos ini, tentulah kalangan Yerusalem

telah memainkan peranan yang penting sebab kerajaan Israel (kerajaan Utara) telah runtuh pada

sekitar tahun 722 SZB, hanya beberapa tahun sesudah Amos menubuatkan hukuman terhadap

rasa aman yang semu di sana. Sastra keagamaan di Israel sebelum tahun 722 SZB, sebagian

besar berasal dari bahan yang secara lisan disampaikan turun-temurun dan masih tersimpan

dengan perantaraan jemaat Yehuda dari Kerajaan Selatan, yang tertawan ke Babel. 19 Pada masa

pembuangan di Babel, para rohaniwan Yahudi berikhtiar untuk mengumpulkan, menyusun,

menyadur dan membukukan cerita-cerita lisan dan sastra keagamaan mereka. Pada zaman itu

hadirlah kitab Amos dalam bentuk yang dikenal sekarang dalam bahasa Ibrani. Sesudah itu,

mulailah sejarah penurunannya berupa kitab. Untuk menyimpan dan memelihara isi kitab ini,

naskah ini disalin dan digandakan berabad-abad lamanya.

Kitab Amos dalam Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dibagi dalam sembilan pasal yaitu:

Pasal 1: Judul (ay. 1). Hukuman atas bangsa-bangsa (ay. 2- pasal 2:3)

Pasal 2: Hukuman atas Yehuda (ay. 3-5). Hukuman atas Israel (ay. 6-16)

Pasal 3: Nabi sebagai penyambung lidah (ay. 1-8); Pemberitaan tentang keruntuhan Israel (ay. 9-

15).

Pasal 4: Terhadap perempuan Samaria yang mabuk kemewahan (ay. 1-3); Ibadah orang Israel

adalah ibadah yang jahat (ay. 5-4); Orang Israel tidak mau berbalik kepada Tuhan (ay. 6-13).

19
Wismoady Wahono, Di sini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2011),158-160.

73
Pasal 5: Ratapan mengenai Israel (ay. 1-3); Jalan yang menuju hidup (ay. 4-6). Melawan

perkosaan keadilan (ay. 7-13). Hidup dan mati (ay. 14-17). Hari Tuhan (ay. 18-20). Ibadah Israel

dibenci Tuhan (ay. 21-27).

Pasal 6: Rasa tenteram yang palsu (ay. 1-14).

Pasal 7: Penglihatan pertama: belalang (ay. 1-3); Penglihatan kedua: api (ay. 4-6); Penglihatan

ketiga: tali sipat (ay. 7-9); Amos diusir (ay. 10-17).

Pasal 8: Penglihatan keempat: bakul dengan buah-buahan (ay. 1-3); Peringatan terhadap orang-

orang yang menghisap sesama (ay. 4-8); Gerhana matahari dan ratapan (ay. 9-10); Lapar dan

haus (ay. 11-14).

Pasal 9: Penglihatan kelima: Tuhan dekat mesbah (ay. 1-6); Bangsa pilihan ditolak Allah (ay. 7-

10); Janji mengenai keselamatan (ay. 11-15).

Menurut Norman K. Gottwald, dalam kesembilan bab tersebut menyajikan kesatuan

tulisan yang menarik, yakni terdiri dari pidato-pidato penghakiman, penglihatan, puji-pujian,

himne puji-pujian, nasihat-nasihat atau peringatan, ratapan, satu narasi singkat, dan sebuah

kesimpulan penuh akan janji-janji keselamatan. Karya-karya ini secara khusus terbagi dalam

bagian-bagian yang secara jelas dapat dibedakan. Ada ramalan terhadap Damaskus, Gaza, Edom,

Amnon, Moab, Yehuda, dan Israel membentuk suatu rangkaian yang dibangun secara erat, di

mana masing-masing diantar atau diperkenalkan melalui rumusan ”ketiga” perbuatan jahat,

bahkan empat, Aku (Yahweh) tidak akan menarik kembali keputusan-Nya misalnya: hukuman

atau kemarahan dari Yahweh (Am. 1,2). Sebuah kumpulan pidato terhadap penghakiman Israel

Utara, termasuk ramalan-ramalan kesengsaraan dan sebuah ejekan yang dilakukan dalam bentuk

perintah seperti imam yang ditekankan lewat rumusan “Dengarlah firman ini” (Am. 3-6). Sebuah

74
rangkaian penglihatan yang melaporkan tentang penghakiman yang akan datang terhadap negeri

itu, disela oleh sebuah laporan narasi tentang perjumpaan nabi dengan imam Amaziah, dan

pidato-pidato penghakiman selanjutnya (Am. 7:1-;9:6).

Kitab ini berakhir dengan sebuah ancaman kehancuran total yang agak dilembutkan

dengan jaminan nasional (9:7-15). Terdapat sebuah perbedaan yang tajam dalam tulisan ini

antara Firman Tuhan dalam bentuk orang pertama di dalam sekitara 20 ramalan (penyataan yang

dibawa oleh pembawa pesan) dari penyataan Nabi dalam bentuk orang ketiga di dalam sekitar 12

ramalan (pertanyaan saksi bebas). Jenis yang pertama dibingkai oleh rumusan-rumusan seperti

“Jadi Yahweh telah berkata” dan “Ucapan Yahweh”. Telah ada penelitian-penelitian mendalam

tentang tatanan kehidupan dari bentuk-bentuk penyataan yang digunakan oleh sang nabi dan ada

banyak spekulasi tentang apakah sumber-sumber dari penyataan ini berkaitan dengan tatanan

kelembagaan dari sang Nabi dan sehingga dapat mengungkapkan pesan yang dimainkan dalam

masyarakat.20

Tujuan Penulisan

Dalam pemberitaannya, Amos menyampaikan peringatan yang keras bagi umat Israel,

yakni penghukuman yang akan mereka peroleh jika bangsa Israel masih saja tetap tidak setia

pada Allah dan masih melakukan ketidakadilan bagi sesama mereka sendiri. Oleh karena

penyampaian yang begitu keras maka Amos diusir (Am. 7:10), ia hampir menyerah dan berhenti

untuk menyampaikan nubuat yang diberikan oleh Allah kepadanya yang mesti disampaikan bagi

umat Israel, akan tetapi Amos tidak menghindar dari tugas dan tanggung-jawabnya sebagai

20
Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible A Socio-Literary Introduction (Philadelphia: Fortress Press,
1987), 353-354.

75
seorang nabi.21 Tetapi sindiran ini tentunya sindiran yang benar-benar menyentuh dan tepat

sasaran terutama pada kaum penguasa, para pemimpin dan kaum elit.

Dalam Amos 3: 8, nabi Amos menunjukkan keunikannya yang sesungguhnya yang Amos

berkata-kata seolah-olah tanpa sadar. Hal itu dilakukan oleh Amos, karena itulah sikap ekstatis,

ciri khas seorang nabi pada zaman itu. Ia mengatakan bahwa nubuat yang disampaikannya itu

atas desakan Allah terhadapnya. Ia mengibaratkan seperti singa yang mengaum. Setidaknya

dengan pernyataan itu Amos hendak menyampaikan bahwa Allah tidak tahan lagi melihat

ketidakadilan yang terjadi di Israel Utara. Tentunya ini didasarkan pada kekuatan kasih Allah

yang masih dan bahkan akan terus ada dalan hidup orang di Israel Utara, namun Amos tidak

hanya menubuatkan tentang hari yang kelam, kematian atau petaka. Di akhir dari kitabnya,

Amos menubuatkan tentang hari yang terang dan janji keselamatan (9:1-15). Secara umum,

Amos menyoroti buruknya keadilan sosial di masa pemerintahan raja Yerobeam bin Yosia (786-

746 SZB) di Israel Utara.

Masa pemerintahan raja ini dikenal sebagai masa “zaman keemasan” kerajaan Israel

Utara. Ini disebabkan karena pada masa pemerintahannya kerajaan-kerajaan besar bagian di

Utara dan Selatan, yakni masing-masing Asyur dan Mesir sedang lemah karena daerah-daerah

jajahan memberontak bersama-sama saling mengurangi kekuatan dan kekuasaan negara-negara

besar terutama Asyur dan Aram. Akibatnya, situasi politik dan keamanan di Palestina relatif

aman. Israel Utara dapat memanfaatkan situasi ini dengan baik dan berhasil membangun

kehidupan ekonomi mencapai tingkat kemakmuran yang sangat menonjol. Akan tetapi, dalam

zaman keemasan itu terjadi degradasi moral etik dalam kehidupan sosial Israel. Keberhasilan

seperti itu membangkitkan kebanggaan nasional serta anggapan bahwa Allah berkenan pada

Israel. Perkembangan perdagangan internasional membuat para pedagang menjadi kaya tetapi
21
Gerhand Von Rad, Old Testament Theology Volume II (London: SCM Press, 1975), 130-131.

76
kekayaan tersebut dicapai melalui praktek-praktek ketidakadilan dan ketamakan. Orang miskin

diabaikan, dan teraniaya. Ibadah-ibadah bersifat formal saja. Orang kaya menguasai segala

sesuatu dan semua orang, baik para nabi dan imam, maupun hakim-hakim dan orang miskin

yang hendak mencari keadilan.

Secara khusus pada perikop ini (Amos 6:1-7), yakni mengenai rasa tenteram yang palsu,

mempunyai hubungan dengan teks-teks sebelumnya yang memungkinkan nubuat ini diangkat

oleh Amos yakni karena bentuk ketidakadilan oleh para penguasa dan kaum elit yang menindas

kaum lemah dan menjual orang miskin, menjadikan mereka sebagai budak-budak, mengubah

hukum sesuai dengan keinginan dan kemauan mereka demi kesenangan dan kepentingannya

tanpa mempedulikan mereka yang lemah. Dapat dilihat pada sebelumnya yakni pasal 2, 3, 4 dan

pasal 5. Kemurtadan rohani, keruntuhan baik di bidang moral, dan sosial, serta kemorosotan

politik kerajaan Utara menyebabkan Allah mengutus Amos untuk menyebrangi perbatasan dan

bernubuat di Betel kawasan kerajaan Israel.

Pada pasal 2, bentuk ketidakadilan sosial yang dikecam oleh Amos adalah kejahatan yang

dibuat oleh para elit, di mana mereka menjual orang-orang benar demi karena uang dan menjual

orang miskin karena sepasang kasut; mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu

dan membelokan jalan orang sengsara; anak dan ayah menjamah seorang perempuan muda;

mereka merebahkan diri di setiap mezbah di atas pakaian gadaian orang, minum anggur orang-

orang yang kena denda di rumah Allah mereka (ay.6-8).

Pada pasal 3, disampaikan bahwa Allah memanggil nabi Amos untuk menegur bangsa

Israel dengan keras dan menyampaikan nubuat tentang dosa dan keruntuhan Samaria. Bahkan

kemarahan Allah kepada Israel digambarkan seperti seekor singa yang telah mengaum untuk

77
menerkam mangsanya. Bentuk kejahatan yang dikecam pada bagian ini adalah pemerasan,

penganiayaan, pemutarbalikan hukum.

Pada pasal 4, nabi memprotes dengan kata-kata yang keras terhadap perempuan-

perempuan Samaria yang mabuk kemewahan (ayat 1-3), terhadap ibadah-ibadah orang Israel

sebagai ibadah yang jahat (ayat 4-5). Walaupun mereka dikecam oleh Amos, namun umat Israel

tetap tidak mau untuk berbalik kepada Tuhan (ayat 6-13).Oleh karena itu, Pada pasal 5, nabi

menubuatkan akan datangnya hari Tuhan sebagai hari hukuman (ayat 21-27) dan membawa

mereka pada pembuangan. Inilah yang menurut saya mengapa pada pasal yang ke-6, Amos

kembali menentang dengan keras kesombongan hidup umat Israel yang merasa tenteram, merasa

aman, sejahtera dan makmur namun mengorbankan orang lemah dan miskin sehingga ia keras

mengecam mereka dan menegaskan bahwa ketenteraman yang mereka nikmati hanyalah bersifat

semu atau ketenteraman yang palsu.

Dari bentuk-bentuk ketidakadilan sosial yang dilakukan oleh para kaum elit dan penguasa

yang dikecam oleh Allah melalui nubuatan nabi Amos, maka perlu untuk kita mendalami isi teks

tersebut untuk dapat memahami dengan baik, konsep keadilan yang seperti apa yang diharapkan

untuk melawan ketidakadilan yang ada.

3.3. Keadilan Sosial di dalam Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama, kata keadilan sosial lebih dikenal dengan myspat dan tsedeqa

yang berarti keadilan dan kebenaran. Keadilan dan kebenaran merupakan sesuatu yang tidak

dapat dipisahkan. Kedua kata ini lebih sering digunakan dalam satu pemahaman yang sama

yakni keadilan sosial. Kepedulian Allah terhadap keadilan sosial, bukan saja dalam tuntutan

moral belaka melainkan juga dalam tindakan nyata, yakni kepedulian terhadap mereka yang

paling membutuhkan atau masyarakat yang paling kurang beruntung. Kisah pengeluaran bangsa

78
Israel dari perbudakan Mesir merupakan salah satu contoh keberpihakan Allah pada mereka yang

lemah dan menderita.

Semua bangsa Semit, termasuk bangsa Israel, adalah keturunan semi-nomadis (setengah

pengembara) yang punya suatu kepekaan yang pada masa sekarang disebut “keadilan sosial”,

jauh sebelum mereka bermukim di Palestina-Siria atau Mesopotamia dan mendirikan negara-

negara kecil di sana. Dengan kondisi-kondisi kehidupan di daerah pinggiran padang gurun,

masyarakat semi-nomadis merupakan suatu jenis masyarakat yang khas. Seorang individu tak

dapat bertahan hidup, terlepas dari sekelompok manusia, ia akan mati. Oleh karena itu, orang

biasanya hidup bersama dalam masyarakat keluarga dan marga yang akhirnya menyatu dalam

suku-suku. Dalam masyarakt seperti ini, kebersamaanlah yang diutamakan dan kepentingan

pribadi tidak dihindari untuk menindas orang lain, namun sebaliknya milik tersebut dibagi untuk

kehidupan bersama dengan murah hati.22 Namun semuanya berbanding terbalik ketika mereka

mendiami tanah Kanaan, lambat laun orang Israel mulai melupakan cara hidup mereka yang

lama ketika masih berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain yakni kesederajatan serta

saling ketergantungan.

Untuk melihat keadilan sosial dalam Perjanjian Lama, bagi Herman Hendriks, tidaklah

cukup dengan melihat bahwa Perjanjian Lama memuat hukum-hukum khusus yang menekankan

tanggung jawab sosial. Namun harus dilihat sebagai sebuah perjanjian antara Yahwe dengan

bangsa Israel, baik itu menyangkut aspek keagamaan, politik dan ekonomi sebagai bangsa

pilihan. Perjanjian tersebut adalah bagaimana adanya kesederajatan antara umat Israel dan di

22
Heman Hendrikus, Keadilan sosial dalam Kitab Suci (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 15.

79
hadapan Allah. Demkianlah peraturan-peraturan mengenai keadilan sosial merupakan bagian

dari agama Israel.23

Bangsa Israel sebagai umat Allah, lahir dari suatu pengalaman bersama akan peristiwa

Keluaran dari tanah perbudakan Mesir24. Allah menjanjikan kepada mereka suatu kehidupan

yang makmur, aman, damai, dan tenteram, namun bukan secara individu melainkan kemakmuran

bersama yang dapat dinikmati oleh seluruh anggota mayarakat; artinya bahwa seluruh

kepentingan kelompoklah yang diutamakan, maka tidak akan orang miskin di antara mereka,

tidak akan ada masyarakat yang terpetak-petak karena alasan ekonomi, sosial, agama, dan politik

asalkan mereka mau mendengarkan suara Tuhan dan melakukan setiap apa yang diperintahkan-

Nya (bnd, Ul. 15:4-5).25 Pemahaman Kristen tentang keadilan didasarkan pada keadilan ilahi,

seperti digambarkan dalam Yeremia 9:24: "Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia,

keadilan dan kebenaran di bumi”. Keadilan Ilahi menyiratkan bahwa Tuhan memperlakukan

semua orang adil dan tidak memihak.

Nabi seperti Yesaya dan Amos bernubuat atas nama orang miskin dan terpinggirkan

dalam masyarakat. Nubuat Amos merupakan yang paling mencolok dan paling terkenal

"Keadilan". Allah menegur umat-Nya yang mengutamakan kehidupan pribadinya dan

mengabaikan orang lain dalam hal ini mereka yang terpinggirkan. “Hai kamu yang mengubah

23
Ibid.,16.
24
Peristiwa keluaran dari tanah Mesir merupakan pusat teologi Perjanjian Lama. Alasan yang mendasar
adalah keadilan sosial. Dengan membebaskan Israel dari Mesir, Allah menyatakan diri-Nya dan menegakan
persaudaraan antar manusia. Dengan demikian Ia membangun suatu masyarakat yang manusiawi, suatu masyarakat
manusiawi yang adil.
25
Mungkin saja inilah yang menjadi alasan mengapa Allah melarang orang Israel untuk menimbun manna
untuk hari esoknya. Karena perbuatan seperti inilah yang akan merusaka kesederajatan mereka dalam hal
ketergantungan kepadaYahweh. Heman Hendrikus, Keadilan sosial dalam Kitab Suci., 17.

80
keadilan menjadi ipuh” (Am. 5: 7). "Tuhan mengharuskan umat-Nya melakukan keadilan, dan

cinta kebaikan, dan hidup dengan rendah hati (mereka) Allah (6: 8).26

3.4. Konsep Keadilan Sosial dalam Amos 6:1-7

3.4.1. Konteks Historis Israel Pada Masa Nubuatan Nabi Amos

Di dalam 1 Samuel 8:5-20 diceritakan bahwa Israel ingin mempunyai seorang raja yang

memerintah, menghakimi dan memimpin dalam perang. Meskipun Samuel dengan panjang lebar

menerangkan kepada mereka, bahwa raja dengan segala pegawai dan perwiranya akan menjadi

suatu beban yang berat untuk kaum tani. Dan sungguhlah, tidak lama setelah Saul dipilih

menjadi raja, ladang dan kebun anggur milik rakyat diambil dan diberikan kepada pegawai-

pegawai raja. Dengan demikian terciptalah suatu golongan baru dalam masyarakat Israel yaitu

golongan pemerintah yang harus ditanggung rakyat biasa.27

Pada masa pemerintahan Daud, Israel menikmati keamanan, kedamaian, kejayaan dan

kemakmuran yang semuanya itu dimungkinkan karena keberhasilan dalam bidang politik dan

ekonomi. Setelah Daud wafat, ia diganti oleh anaknya Salomo. Salomo memperkokoh kerajaan

dengan membangun hubungan internasional (1 Raj.5:1-18). Masa pemerintahan Salomo

tampaknya cukup berhasil membangun kerajaan Israel dalam berbagai lini kehidupan, baik

politik, sosial, khususnya perdagangan dan ekonomi. Kerajaan yang dibangun Salomo

tampaknya sama dengan Daud, terkesan sentralistis atau terpusat di Yerusalem. Suku-suku

diwajibkan membayar pajak yang tidak sedikit karena hanya dengan cara mempertinggi

26
Noel Woodbridge and Willem Semmelink, “The Prophetic Witness of Amos and its Relevance for
Today’s Church in African Countries for Promoting Social Justice, Especially in Democratic South Africa” dalam
Jurnal Conspectus 2013 Vol. 16, 81.
27
Wismoady Wahono, Di sini Kutemukan., 129.

81
pajaklah, raja Salomo dapat mendirikan istana-istana dan Bait Suci yang indah sehingga

bertambahlah keluhan dari kalangan orang yang kena beban berat itu dan inilah yang menjadi

penyebab kerajaan Israel terpecah atas dua bagian setelah wafatnya Salomo (1 Raj.12). Bahkan

dari sistem pemerintahan yang menerapkan kerja paksa dan pembayaran pajak itulah yang

membuatnya dijuluki oleh Israel sebagai Firaun Israel. 28

Perdagangan luar negeri menjadi salah satu faktor yang mneyebabkan timbulnya kelas

baru dalam masyarakat, yakni kaum pedagang. Dari sini semakin menambah golongan atau

kelas-kelas dalam kehidupan bangsa Israel, seperti yang diangkat oleh G. Lenski dalam bukunya

Power and Privilege, misalnya raja dan keluarganya yang boleh disebut golongan bangsawan, di

samping itu golongan pegawai-pegawai, perwira-perwira, dan imam-imam yang sering mendapat

hadiah dari raja atau menjadi kaya oleh rampasan dalam peperangan. Selain itu ada golongan

pedagang. Kaum pedagang merupakan golongan yang kuat dalam kehidupan ekonomi dan

sosial. Lalu pada masyarakat umum, yang kehidupan ekonominya pas-pasan, dan terakhir yang

paling bawah adalah kaum petani atau masyarakat lemah, yang tiada hari tanpa mengeluh. 29

Mereka-mereka inilah yang hidupnya di kota-kota dalam rumah yang baik dan kuat, dan

karena dilindungi tembok yang besar dan dijaga oleh tentara, maka mereka kurang menderita

kalau ada serangan musuh sedangkan golongan yang makin merosot dalam perkembangan ini

ialah kaum tani. Sebagian dari mereka masih dapat mempertahankan diri sebagai petani yang

merdeka tetapi mengeluh karena pajak yang tinggi. Tanahnya menjadi milik orang kaya di kota

dan mereka hanya menjadi buruh saja yang kadang-kadang ditindas oleh tuan-tuannya.

Perkembangan ini memang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, bahkan harus disebut suatu

28
Robert B. Coote., Demi Membela Revolusi., 70-79.
29
Gerhard E. Lenski, Power and Privilege.,284.

82
akibat yang buruk dari pemutusan perjanjian Allah oleh umatNya.30 Inilah yang menjadi kritik

Amos terhadap ketenteraman yang palsu karena penuh dengan ketidakadilan.

3.4.1.1. Konteks Politik

Sejarah politik Israel mulai mengalami perubahan setelah selama empat puluh tahun

lamanya Salomo memerintah di kerajaan Israel Raya yang dianggap sebagai “abad keemasan

Israel” (971-931). Namun setelah Salomo wafat, dimulailah suatu periode baru yang

menunjukkan sejarah kemunduran yang pesat di kerajaan Israel. Periode ini dimulai dengan

perpecahan di mana suku-suku Israel Utara (10 suku ditambah suku Efraim dan Manasye)

memisahkan diri dari suku-suku Israel Selatan sehingga muncul dua kerajaan bersaudara yakni

Israel yang dipimpin oleh Yerobeam bin Nebat, seorang Efraim, dan Yehuda dipimpin oleh Raja

Rehabeam, anak Salomo, dari suku Yehuda. Periode ini selanjutnya diakhiri oleh kehancuran

kedua kerajaan bersaudara tersebut. Keruntuhan Israel di tahun 722 SZB, sedangkan Yehuda

bertahan sampai pada tahun 586 SZB.31

Secara umum ada tiga faktor yang menyebabkan kerajaan Israel terpecah menjadi dua,

yakni: (1) keinginan wilayah Utara untuk membebaskan diri dari dominasi politik yang

dijalankan Yerusalem dan Yehuda yakni memberlakukan pajak yang berat yang ditetapkan sejak

masa pemerintahan Salomo; (2) Frustasi yang dialami masyarakat karena sistem rodi yang sangat

menindas (1 Raj 12:1-20), dan; (3) Sikap kritis yang tampak di kalangan-kalangan profetis, yang

melalui nabi Ahia32 meyatakan keberatannya terhadap aturan-aturan sosial dan agamani yang

ditetapkan Salomo. Bangsa Yehuda mengakui hak untuk memerintah berdasarkan asas

30
H. Rothlisberger, FirmanKu seperti Api: Para Nabi Israel (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),27-28.
31
S. Wismoady Wahono, Di sini Kutemukan., 141. Bnd. Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomidtik:
Kedaulatan Dinasti Daud Atas Wilayah Kesukuan Israel (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 1.
32
Ahia termasuk nabi-nabi perintis atau terdahulu seperti Samuel dan Abyatar. Mereka menerima dan
meneruskan firman Tuhan kepada jemaat yang mencari atau membutuhkan nasihat (1 Sam.9:9,10).

83
pewarisan takhta secara keturunan tetapi di Israel Utara, seorang raja dipilih oleh Allah melalui

para nabi (1 Raj 12:21-24).33

Wilayah bagian Selatan dengan ibu kotanya Yerusalem, dihuni oleh suku Yehuda dan

Benyamin. Wilayah ini selalu dipimpin oleh keturunan Daud. Sedangkan wilayah bagian Utara

dihuni oleh kesepuluh suku lainya. Wilayah ini dipimpin oleh Yerobeam sebagai raja Pertama.

Setelah pemerintahan raja berikutnya, yakni Omri (879-869 SZB), Samaria menjadi ibu kota

wilayah kerajaan ini (I Raj. 16:24). Tetapi pada tahun 842 SZB, kerajaan Israel diambil alih oleh

Yehu (seorang panglima). Ia berikhtiar untuk membunuh semua keturunan Omri dan

mengadakan perubahan tata kehidupan umat Israel (II Raj. 10). Situasi ini dimanfaatkan oleh

bangsa Aram yang dipimpin oleh raja Hazael yang bersemayam di Damaskus. Keadaan ini tiba-

tiba menjadi lebih kacau dengan pertumbuhan kerajaan Asyur sebagai penguasa politik.34 Raja-

raja Asyur dan masa pemerintahannya yang terpenting adalah Tiglat-Pileser III (745-727 SZB),

Salmanezer (727-722 SZB), Sargon II (722-705 SZB), Sanherib (705-681 SZB), Esarhaddon

(681-669 SZB) dan Asyurbanipal (669-631 SZB).35

Tiglat Pileser sebagai seorang imperialis yang tidak pernah puas, hendak menaklukkan

dunia. Proses tersebut dimulai pada tahun 741 SZB, ketika tentara Asyur memasuki wilayah

Barat. Mereka merebut kota Arphad dan Hamat pada tahun 738 SZB dan akhirnya menaklukkan

seluruh wilayah Semit Barat. Imperialisme Tiglat-Pileser dilanjutkan lebih dari satu abad oleh

Syalmaneser IV, Sargon, Shanherib, Esarhadon dan Asyur-Banipal. Sesudah Siria Utara

ditaklukkan, Aram dan Fenisia diserbu. Perserikatan bangsa-bangsa Siria-Palestina tak bertahan

33
Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 254. Dapat juga dilihat dalam
bukunya Robert B. Coote, Demi Membela Revolusi: Sejarah Elohist (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 70-
73.Mengenai pemerintahan Salomo ia dijuluki sebagai Firaunnya Israel.
34
Frank M. Boyd, Kitab Nabi-nabi kecil (Malang: Gandum Mas, 2006), 39.
35
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 158.

84
melawan kekuasaan raksasa Asyur. Israel jatuh pada tahun 734 dan sisanya dihapuskan pada

tahun 722 SZB. Samaria diserbu dan seluruh tokoh-tokoh Israel Utara diangkut ke dalam

pembuangan. Ketika penyerbuan pertama Yehuda berusaha menyelamatkan diri dengan

berlindung kepada raja Asyur, tetapi terpaksa menyerahkan kedaulatan dan membayar upeti.

Bangsa Asyur mampu menjinakkan Aram dan bangsa-bangsa di sekitar Israel (900-600 SZB).

Kediktatoran Asyur tidak hanya membuat bangsa-bangsa di sekitarnya, termasuk Israel bertekuk

lutut, tetapi mereka bahkan berhasil memperluas daerah jajahan ke semua penjuru.

Pada sekitar tahun 800 SZB kerajaan Asyur mengalami sedikit kemunduran.36 Kerajaan

Asyur sendiri akhirnya hancur sehingga dua ratus tahun kemudian hampir tidak tampak lagi

bekas-bekas kemegahan kerajaan itu. Kerja sama tampaknya dengan mudah terjalin di antara

negara-negara taklukan Asyur untuk merdeka. Pemimpin Israel dan Yehuda pun tidak mau

ketinggalan. Kebesaran Israel raya yang pernah ada pada masa Raja Salomo hendak ditegakkan

kembali. Di wilayah Utara, raja Yerobeam II berhasil memperluas wilayah kerajaannya dan

memulihkan batas-batas lama (II Raj. 14:25). Israel mulai menata diri. Pemulihan besar-besaran

pun terjadi. Intervensi wilayah asing mampu ditepis, dan gejolak dalam wilayah sendiri juga

telah reda. Pada masa ini Israel berada pada masa keemasannya. Banyak kota dibangun, muncul

orang kaya baru. Israel, baik kerohanian maupun struktur kebangsaannya mengalami pemulihan

kembali. Tetapi di saat yang sama muncul ketidakadilan sosial di wilayah Utara, hierarki

kekuasaan dan ekonomi menjadikan jarak yang cukup jauh antara yang kuat dan lemah. Keadaan

inilah yang menimbulkan perhatian serius dari para nabi saat itu, yakni tampilnya empat nabi

yakni Amos, Hosea, Mikha dan Yesaya turut membawa pengaruh besar terhadap bangsa itu.

36
Darmawijaya, Warta Nabi Abad ke-VIII (Yogyakata: Kanisius, 1990), 23.

85
Nabi Amos misalnya, kritikannya terhadap ketidakadilan sosial di Israel Utara bukanlah

pertama-tama perasaan belas kasihan terhadap rakyat. Amos mengungkapkan kritikannya itu

karena ketidakadilan sosial bertentangan dengan hukum Tuhan. Amos menekankan

pertanggungjawaban bangsa pilihan itu. Justru karena Israel dipilih menjadi bangsa pilihan

Tuhan, maka bangsa Israel pun layak untuk dihukum (Am. 3:2).37 Menurutnya, memperkosa hak

sesama manusia berarti memperkosa perjanjian dengan Tuhan. Sebab Tuhan mengadakan

perjanjian bukan saja dengan kalangan atas yang berkuasa saja, tetapi juga dengan seluruh umat

Israel; mereka semua seharga dan senilai. Umat Allah itu, menurut pandangan Amos, tidak

hanya mencakup kerajaan Yehuda, yang dipimpin oleh keturunan Daud, tetapi juga kerajaan

Israel yang memisahkan diri di bidang politik dan keagamaan. Perpisahan itu dikecam oleh

Amos (Am. 5:5), tetapi pada dasarnya umat Israel tetap menjadi umat pilihan Allah (Am. 2:10).

Amos sendiri meremehkan keterpilihan itu (Am. 9:7), sebab ini tidak memberikan jaminan

kepada bangsa Israel seolah-olah luput dari hukuman yang ditimpakan Tuhan kepada bangsa-

bangsa lain yang memperkosa hak sesama manusia. Sebaliknya perjanjian dan keterwakilan yang

tidak ditanggapi sebagai mana mestinya, hanya menjadi dasar untuk hukuman yang lebih berat

(Am. 2:6-16). “Hari Tuhan ” menjadi hari kegelapan (Am. 5:20). Artinya tindakan penghukuman

Tuhan dan tidak ada orang dapat meluputkan diri; Allah berdaulat penuh atas umat pilihan-

Nya.38

Selain Amos, ada Hosea yang berkarya sebagai nabi setelah Amos di Israel Utara.

Keduanya saling melengkapi. Ciri khas Hosea dalam pemberitaannya adalah melalui

perkawinannya yang menghasilkan anak-anak yang nama mereka berupa lambang. Misalnya,

37
A.Th. Kramer, Singa Telah Mengaum: Para Nabi dalam Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1996), 25.
38
Jeane Ch. Obadja, Survei Ringkas Perjanjian Lama (Surabaya: Momentum, 2004), 159.

86
perkawinan Hosea itu, melambangkan hubungan Tuhan dengan umatnya, hubungan cinta sumi

istri. Allah mengasihi umat Israel seperti seorang suami mengasihi istrinya. Karena itu, Hosea

mempunyai pandangan yang keras tentang bangsanya; tidak ada penyerahan diri, tidak ada kasih

setia satu sama lain, tidak ada pengetahuan dan kasih akan Allah.39 Di sini tampak jelas bahwa

situasi ketidakadilan yang terjadi di Israel Utara menjadi pokok pewartaan mereka saat itu.

3.4.1.2. Konteks Ekonomi

Masyarakat di Israel Utara umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.

Sebagian bekerja di ladang dan sebagian kecil bekerja sebagai pedagang. Hewan yang dipelihara

seperti domba, kambing, dan lembu yang merupakan hewan yang paling penting diambil

susunya, kulit, bulu, dan dipekerjakan sebagai penarik beban. Hasil pertanian yang dihasilkan

antara lain adalah anggur dan zaitun yang ditanam di sisi bukit serta gandum di lembah. Tanah

dan juga anggur menjadi sesuatu yang sangat berharga pada saat itu. Jenis anggur yang paling

berharga pada waktu itu adalah jenis anggur sleeping wine, yakni jenis anggur tua yang dicampur

dengan minyak pembasuh yang digunakan untuk meminyaki kaki seseorang setelah mandi. Oleh

para penguasa biasanya disimpan dalam gudang sebagai komoditi yang bernilai paling tinggi.

Sedangkan pada kegiatan perdagangannya adalah berupa penjualan logam, batu berharga,

gading, rempah-rempah, dan kemenyan.40

Di zaman tampilnya nabi Hosea dan Amos, pada masa pemerintahan raja Uzia dan

Yerobeam II, Kerajaan Israel mengalami masa kejayaan dan kemakmuran yang baik. Faktor-

faktor yang menyebabkan kerajaan Utara (Israel) mengalami kemakmuran antara lain karena

kerajaan Utara meliputi kota-kota Kanaan yang utama, jalan utama yang menghubungkan Mesir,

39
Etienne Charpentier, Bagaimana membaca Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 61.
40
Robert B. Coote, Amos Among The Prophets., 36-37.

87
Mesopotamia, dan Asia Kecil, serta daerah subur di Kanaan kiri sungai Yordan, termasuk bekas

kerajaan Moab.41 Konteks kehidupan yang makmur ini juga dikarenakan oleh letak geografisnya

yang berbeda dengan Yehuda yang berada di dataran tinggi yang tidak terlalu luas, dibatasi

perbukitan, dan padang gurun. Israel lebih besar wilayahnya dan menerima lebih banyak curha

hujan, dan dengan demikian maka tidak mengherankan jika Israel menghasilkan produk

pertanian yang lebih besar dan produk peternakan yang lebih kecil.42 Ditambah lagi dengan

Israel yang memiliki akses secara langsung ke jalur-jalur perdagangan utama, yang memudahkan

mereka untuk bertransaksi.

Kerajaan Israel mengalami masa kejayaan dan kemakmuran yang baik. Segala kebutuhan

dapat terpenuhi, ditambah lagi dengan kehidupan yang serba mewah; terbukti dari bangunan

rumah-rumah yang penuh dengan ornamen-ornamennya (Am.3:15). Selain hal demikian, satu hal

yang juga penting adalah kekuatan kota dan berkembang pesatnya pasar dalam kota itu disertai

dengan proses interaksi bisnis yang semakin kuat, membuat Amos mengkritik hal tersebut

(Am.6:8). Misalnya, dapat dilihat dari bukit Efraim sampai pada Yerusalem. Sepanjang jalan

tersebut Israel dipenuhi dengan berkat yang melimpah berupa gandum, anggur, dan hal ini juga

dikritisi oleh Hosea (Hos.2:8-13).43

Kesejahteraan dan kemakmuran yang dimiliki Israel dan Yehuda, tampak dalam

penampilan hidup masyarakat yang terkesan mewah, sebagai dampak keberhasilan ekonomi dan

politik. Kesan mewah ini juga tidak terlepas dari tampilan ibadah yang dilakukan di Israel.

Mereka menganggap ini adalah perlindungan Tuhan yang sangat istimewa bagi Israel. 44 Namun

41
S. Wismoady Wahono,Di sini Kutemukan.,142.
42
Robert B. Coote, Demi Membela Revolusi., 85-87.
43
Bernhard Anderson, Understanding The Old Testament (Prentice Hall: Englewood Cliffs, 1957), 222-
225.
44
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 2.

88
dibalik semua kemewahan tersebut, terjadi penyimpangan serta penindasan dari kaum elit

terhadap orang-orang kecil. Misalnya, karena ingin mendapatkan kemewahan ini banyak orang

yang jatuh pada kemiskinan, orang-orang benar dijual karena uang (Am.2:6).

Kemewahan yang dibangun menyebabkan sebuah penindasan dan ketidak-belaskasihan

terhadap orang miskin. Orang-orang berduit mengambil-alih tanah, menyuap hukum negara dan

hukum dalam ekonomi, maka otomatis ini semakin menindas orang-orang miskin. Pada saat

yang sama, telah menghancurkan solidaritas umat perjanjian. Pada masa Salomo, beban pajak

yang diberikan kepada rakyatnya walaupun sedikit namun masih menggambarkan penindasan

karena ada rakyat yang sangat miskin, yang bekerja keras untuk membayar pajak. Kemewahan

itu ternyata hanya menjadi milik kaum pemilik modal, yang membuat semakin melebarnya

jurang antara kaum elit dan kaum miskin. Meskipun mereka berusaha untuk keluar dari pajak

dan sistem pemerintahan monarki, tetapi setelah itu mereka justru membangun ketenteraman

yang tidak menambahkan apa-apa untuk mereka, karena itu dibangun berdasarkan ketidak-adilan

dan di atas kepentingan segelintir orang saja yang berorientasi pada keuntungan semata dan tidak

melihat pada orang lain.45 Masa kejayaan dan kemakmuran ditandai dengan perdagangan dengan

luar negeri menjadi hidup kembali. Di ibu kota Samaria, penduduk merasa aman dan senang.

Ada juga akibat atau konsekuensi yang mengikuti kemakmuran tersebut.

Perubahan yang terjadi dalam bangsa Israel dan Yehuda seperti yang disuarakan oleh

nabi Amos dan Hosea di Israel serta Yesaya dan Mikha di Yehuda. Keberhasilan dan

kemewahan di Israel ternyata tidak dinikmati oleh semua golongan masyarakat. Rakyat diperas

dan ditindas oleh kaum atas yang hidup tenteram dalam kota dan yang dilindung oleh tembok

yang kuat. Rakyat tinggal di luar dan harus mengerjakan ladang milik mereka dan hasilnya

45
John Bright, A History of Israel (Philadelphia: The Westminster, 1952), 225-259.

89
harus diserahkan kepada para pejabat di kota. Bahkan ada penduduk yang tidak mampu

membayar utangnya kepada para rentenir, terpaksa menggadaikan tanahnya dan jatuh di tangan

para pemodal (Am. 2:6). Mereka diberi pinjaman dengan bunga yang cukup tinggi. Golongan

rakyat jelata hanya menonton jurang pemisah antara mereka dan para pejabat dan tidak dapat

pula merasakan apa yang dirasakan oleh kaum elit. Para penguasa dan kaum elit terus

memperkaya dirinya di atas pengorbanan dari yang miskin. Keadaan tersebut diakibatkan oleh

karena mereka tidak mampu membayar hutangnya, mereka terpaksa menjual serta mengadaikan

harta bendanya hingga dirinya pun digadaikan dan menjadi budak. Bahkan Mereka diperas

habis-habisan sehingga pada akhirnya yang ada pada mereka hanyalah tubuhnya sendiri dan

terpaksa harus digadaikan demi melunasi hutang-hutang.46

Amos mengkritik keras akan semua ketidakadilan sosial dalam masyarakat Israel. Semua

yang dibuatnya bukan ingin menunjukkan keinginan dan kehebatannya sendiri, tetapi kritik

Amos ini didasarkan pada kepercayaan kepada Allah yang maha adil dan maha kasih. Orang-

orang kaya, orang-orang berkuasa, orang-orang terkemuka telah menjadi kaya secara tidak adil

dan tidak benar karena dengan merampas hak milik orang lain, bahkan hak hidup orang lain pun

dirampas demi kesejahteraan mereka semata. Inilah yang membuat Amos dengan tegas

mengkritik setiap tindakan mereka yang menjual orang benar tanpa ada kesalahan pada diri

mereka, sehingga akhirnya mereka dijual sebagai budak oleh mereka yang disebut golongan elit

(II Raj 4:1).47

46
Hutang terjadi secara berlebihan tersebut bukan karena ketidakmampuan dari kaum miskin, tetapi karena
sistem pajak yang diterapkan oleh raja Salomo yang mencekik leher, dan hutang sudah tidak mampu dilunasi dan
terpaksa menjual dirinya menjadi budak-budak karena tidak mampu melunasi hutang-hutang tersebut. Robert B.
Coote, Demi Membela Revolusi.,85.
47
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 24.

90
Perubahan tata ekonomi yang dimulai raja Salomo, diteruskan, ditingkatkan dan

dipercepat oleh para raja-raja di wilayah Israel Utara. Tata ekonomi itu mengikuti tata ekonomi

di Mesir, di mana daerah tersebut sudah lama dipraktekkan apa yang diistilahkan sebagai

“Kapitalisme Negara”, di mana semua alat produksi ada di tangan negara (raja dan

pegawainya).48Demikianlah Amos dan nabi-nabi sezamannya melihat bahwa keadaan ekonomi

di Israel yang kelihatan baik ternyata berada dalam kemerosotan di berbagai lini kehidupan.

3.4.1.3. Konteks Keagamaan

Protes nabi terhadap ibadah-ibadah Israel yang terlihat sangat teratur ternyata merupakan

tipuan yang tak berguna (Am 5:4-5, 21-24). Pada masa Amos tampak bangsa Israel melakukan

ibadah dengan giat (Am 4:5), tetapi ia mengecam ibadah di Betel dan Gilgal sebagai ibadah yang

jahat. Ibadah yang mereka lakukan hanya rutinitas belaka tanpa disertai pertobatan. Di tempat-

tempat itu berlangsung praktek peribadahan yang tidak memuliakan Tuhan. Hal ini dapat

diketahui dari penggunaan istilah Ibrani pasya yang secara harafiah berarti memberontak.

Ternyata orang Israel tidak menyembah Yahweh di tempat-tempat tersebut, tetapi menyembah

dewa-dewi Kanaan: Dewi Asima di Samaria, Dewa Sakut dan Kewan (dewa binatang), dan

sejumlah patung-patung berhala.49 Misalnya perayaan pesta Marzeach. Perayaan pesta Marzeach

merupakan suatu bentuk solidaritas dalam pesta memberikan persembahan dan pesta sangat

memakan biaya yang mahal.

Perayaan pesta Marzeach diadakan secara khusus di “rumah Marzeach,”. Rumah

Marzeach berada di bawah lindungan kerajaan, dan pesta dipegang sebagai unsur yang

mencakup kepentingan kerajaan. Dengan demikian mengadakan pesta dekat dengan atau di
48
C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 284.
49
Marthinus T. Mauwene, Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012),
209-210.

91
kuburan kerajaan. Marzeach berpesta di satu pihak sebagai pilihan di Samaria, pada festival

ziarah di Bethel atau Dan tidak satupun kaum tani yang diikut-sertakan.50

Para nabi menunjukan kepada Israel bahwa betapa salahnya mereka beranggapan Tuhan

akan berkenan dengan ibadah-ibadah mereka yang resmi, sementara mereka melupakan

sesamanya manusia. Ini ditunjukkan pada Amos 6:4, “.....Yang berbaring di tempat tidur dari

gading dan duduk berjuntai di ranjang. Yang memakan anak-anak domba dari kumpulan

kambing domba dan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun”. Dan

juga Hosea menghardik bangsa Israel karena mereka mengikuti peribadahan-peribadahan kafir,

termasuk kebiasaan kafir yang berasal dari agama Asyur ketika berkuasa di Israel (Hos 4:11-

14).51 Secara keagamaan, hidup keagamaan di Israel telah merosot menjadi ibadat kepada Baal

(Hos. 1-3, 4:1). Di Israel berkembang pula sinkretisme secara besar-besaran. Penyembahan dewa

Baal dan dewa Asima menjadi sangat marak bahkan cenderung menjadi agama resmi di Israel

utara di samping agama Israel yang Yahwistis.52 Di bukit-bukit pengorbanan, berhala dan

Baalisme merajalela dan sinkretisme menjadi meningkat, bahkan oleh para pejabat kultus

sendiri.53

Sesudah perpecahan antar Israel (Utara) dan Yehuda (Selatan) tahun 931 sM, wilayah-

wilayah yang tadinya bergabung dengan kerajaan Salomo dan negara-negara kecil di seberang

Yordan merebut kemerdekaannya kembali. Dalam sejarah agama Israel perpecahan itu menjadi

penting. Dengan demikian, pengaruh Yerusalem menjadi berkurang, meskipun pimpinan kota

selalu mendesak Yerusalem untuk menjadi kota kebangsaan dan kota kudus. Khususnya raja

50
Robert B. Coote, Amos Among The Prophet., 37-38.
51
David F. Hinson, Sejarah Israel.,177.
52
Marthinus T. Mauwene, Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual., 205.
53
Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum., 23.

92
Yerobeam II sengaja mengurangi pengaruh Yerusalem dengan cara mengembangkan kuil kuno

di wilayah Israel Utara menjadi kuil kenegaraan. Bahkan Yerobeam II menaruh patung lembu di

kuil-kuil itu sebagai pengganti Yahweh (I Raj. 12:28). Itu berarti bahwa pada zaman Yerobeam

II, penggunaan lembu simbolik itu menyamarkan perbedaan antara Yahweh dan Baal. Awalnya

maksud Yerobeam II tidak demikian; dia ingin agar bangsanya tetap beribadah kepada Yahweh,

tetapi dalam praktek justru kebijakan Yerobeam II itu bertentangan dengan maksud awalnya.

Dalam artian bahwa sebelum perpecahan kerajaan Israel Raya, pusat peribadahan ada pada

Sinagoge di Yerusalem. Setelah perpecahan, Dan dan Betel berubah menjadi tempat pemujaan.54

Patung lembu di Betel dan di Dan semakin menyebar di kerajaan Utara (Hos. 8:4).

Bahkan patung itu dicurigai sebagai simbol kesucian (Hos. 13:2). Tindakan Yerobeam II dalam

mendirikan kultus lembu itu merupakan contoh betapa besarnya pengaruh kerajaan terhadap

pengaruh agama di Israel. Gejala itu jelas sekali pada masa pemerintahan Ahab, anak Omri (874-

835 sM) yang menikah dengan Izebel, puteri raja Sidon. Izebel berusaha sekuat tenaga untuk

menyebarkan agama Baal di Israel.55 Hal ini membuktikan bahwa status kota Samaria yang

didirikan oleh Omri itu hendak disejajarkan dengan status kota Yerusalem. Sebagai mana

Yerusalem menjadi kota Daud, samaria pun menjadi kota raja. Oleh statusnya itu, Samaria

menjadi pusat perkembangan kultus Baal (II Raj.10). 56

Keyakinan umat Israel, bahwa Allah memberkati mereka sebagai bangsa pilihan,

tampaknya hanyalah keyakinan semu. Kehidupan keagaman yang terlihat khusuk hanyalah

kamuflase untuk menutupi praktek ketidakadilan yang dilakukan oleh para penguasa (Am. 5:21-

27). Ibadah yang dilakukan sebenarnya hampa, karena tidak disertai oleh penghayatan iman yang

54
Th. C. Vriezen,Sejarah Israel Kuno., 255.
55
Ibid.,199-200.
56
Klaus Koch, The Prophet, The Assyrian Period (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 50.

93
sungguh; hanya bersifat lahiriah. Terkesan ibadah dilakukan untuk merayu Allah agar mengikuti

apa yang diinginkan oleh para penguasa Israel. Bahkan persembahan yang dipersembahkan

dijadikan ajang untuk menunjukkan kekayaan; siapa yang lebih kaya pasti memberi paling

banyak. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan bentuk ibadah bangsa Kanaan dan bangsa di

sekitar mereka.57 Maka Amos hadir untuk mengkritisi keadaan hidup umat Israel yang diliputi

oleh ketidakadlian. Sebenarnya Israel sebagai umat pilihan Allah harus menunjukkan sikap hidup

yang berkenan kepada-Nya, bukan sebalikya. Kekudusan Allah yang telah memilih mereka

semestinya menjadi bagian integral yang tidak bolah terpisahkan dalam hidup umat Israel. 58

3.4.2. Mengapa Amos dari Yehuda bernubuat di Israel?

Sebelum masuk dalam analisa teks, ada suatu hal menarik bahkan suatu pertanyaan besar

yang patut untuk dikaji yakni alasan mengapa Amos yang berasal dari Selatan harus bernubuat

sampai di Utara, apa hanya sebatas karena ia dipanggil dan diutus oleh Allah, bagi saya jika

dilihat dari kacamata post kolonial, pasti ada kepentingan di dalamnya. Di luar dari kritikan yang

begitu keras terhadap para penguasa dan kaum elit di Israel yang berlaku tidak adil terhadap

masyarakat kecil yang lemah dan miskin.

Bertolak dari sejarah politik Israel yang mulai mengalami perubahan setelah selama empat

puluh tahun lamanya Salomo memerintah di kerajaan Israel Raya yang dianggap sebagai “abad

keemasan Israel” (971-931). Namun setelah Salomo wafat, dimulai dengan perpecahan di mana

suku-suku Israel Utara memisahkan diri dari suku-suku Israel Selatan sehingga muncul dua

kerajaan bersaudara. Bangsa Yehuda mengakui hak untuk memerintah berdasarkan asas

pewarisan takhta secara keturunan. Setiap raja di Israel Selatan berasal dari suku Yehuda. Tetapi

57
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 67.
58
Th. C. Vriezen, Sejarah Israel Kuno.,298.

94
di Israel Utara, seorang raja dipilih oleh Allah melalui para nabi (1 Raj 12:21-24). Oleh karena

itu, saat dinasti Daud memerintah, pusat kekuasaan dan peribadahan difokuskan di Selatan, yakni

di Yerusalem, kediaman suku Yehuda. Setiap orang yang ingin memperoleh keadilan dan ingin

beribadah harus datang ke Yerusalem. Yerusalem menjadi sentral kehidupan Israel. Namun

setelah perpecahan, suku-suku Israel Utara pun membangun tempat pemerintahan dan tempat

ibadahnya sendiri seperti di Yehuda, yakni Samaria dan Betel.59

Dan firman yang dipakai untuk membenarkan kepentingan sentralisasi tersebut adalah

Amos 4:4-5; 5:5-6.

“Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal, dan perhebatlah


perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi dan
persembahkanlah persepuluhanmu pada hari yang ketiga, Bakarlah korban syukur
dari roti yang beragi, Dan maklumkanlah persembahan-persembahan sukarela;
siarkanlah itu! sebab bukankah yang demikian yang kamu sukai, hai Israel?”
Demikianlah firman Tuhan Allah (4:4-5)
Carilah Aku, maka kamu akan hidup, Janganlah kamu mencari Betel, janganlah pergi
ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pasti masuk ke
dalam pembuangan dan Betel akan lenyap carilah Tuhan, maka kamu akan hidup,
supaya jangan ia memasuki keturunan Yusuf bagaikan api, yang memakannya habis
dengan tidak ada yang memadamkan bagi Betel (5:5-6)

Di mana Yahwe sehingga harus dicari, jika bukan pada Betel bagi orang Israel? Tentu ini

menjadi sesuatu yang mengejutkan bahkan sebuah pertanyaan besar bagi bangsa Israel, mereka

harus mencari tempat peribadahan yang baru, di daerah yang berbeda. Karena bagi Amos tempat

Yahweh adalah di Sion, disitulah Yerusalem yang menjadi kota sentral bagi orang Yahudi. Oleh

karena itu dalam nubuatannya Amos memberitakan untuk tidak pergi ke Betel, karena di Betel

hanyalah penuh dengan kejahatan, dan mereka akan lenyap dari hadapan Tuhan. Oleh karena itu

jika mereka yang dari Israel Utara ingin hidup dan selamat, maka mereka dipanggil memandang

kembali TUHAN yang disembah oleh Daud di Yerusalem.

59
Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomistik., 6.

95
Jadi seolah-olah Allah telah menentukan bahwa Yerusalem dan Sion merupakan tempat

yang layak, tempat yang kudus dan suci bagi seluruh rakyat Israel, tempat “Allah berdiam”. Ada

beberapa pokok penting yang perlu diketahui disini adalah pertama, Amos adalah orang Yehuda,

namun ia diutus untuk bernubuat di Israel. Di balik nubuat Amos ini, ada suatu kepentingan

politik di dalamnya bahkan lebih kasarnya adalah adanya unsur kecemburuan sosial terhadap

Israel yang lebih makmur dan tenteram dibandingkan dengan Yehuda, yang dipimpin dan

dikendalikan oleh penguasa dari dinasti Daud, yakni menginginkan penyatuan kembali kerajaan

Israel Raya seperti sebelumnya yakni dipimpin oleh dinasti Daud. Kedua, setelah Israel Utara

menjadi sebuah kerajaan, mereka menjadi kerajaan yang maju dan makmur, oleh karena itu

kritikan Amos pada bidang ekonomi tujuan utamanya adalah agar bangsa Israel berbalik dan

tidak menjadi ancaman bagi Yehuda. Kemakmuran di Israel menunjukkan bahwa mereka pun

bisa membangun kembali masa kejayaan Salomo, tanpa campurtangan penguasa-penguasa dari

dinasti Daud.

Ketika melihat Amos 5:5, “Janganlah kamu mencari Betel, maupun pergi ke Gilgal,“ ini

serupa dengan bahasa Ulangan 12:5, “Tempat itulah yang harus kamu cari dan ke sanalah kamu

harus pergi”. Jika dipahami secara mendalam artinya “mencari” obyek atau tempat yang selain

kedua tempat di atas, dapat juga dikaitkan di dalam 2 Tawarikh 1:5, “Kemudian demikian juga

mengenai kuil yang dibangun oleh Salomo”. Setelah melihat perbandingan yang ada maka dapat

disimpulkan bahwa di dalam pandangan Amos adalah pemujaan Tuhan di Yerusalem dan hal ini

serupa dengan pandangan Deuteronomis bahwa pemujaan Tuhan diharapkan hanya di Yerusalem

saja, dan bahwa itu tidak datang secara langsung dari nabi Amos, tetapi karena ada campur-

tangan kepentingan politik dibelakang peran Amos. Dengan demikian, Israel bukanlah disebut

kerajaan yang makmur dan sejahtera tanpa Yerusalem.

96
Masa jaya kehidupan Israel pada masa pemerintahan raja Yerobeam II, ingin

menunjukkan kepada Yehuda bahwa suku-suku Israel pun dapat menjadi masyarakat yang maju,

sejahtera, tidak hanya kesejahteraan itu milik suku Yehuda, baik dalam pemerintahan maupun

ritus keagamaan yang mana ia juga menentukan suatu hari raya pada hari yang kelima belas

bulan ke delapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan ia sendiri naik tangga mezbah itu,

begitulah dibuatnya di Betel, yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang

telah dibuatnya itu, dan ia menugaskan di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah di

angkatnya.60

Setelah menjadi raja atas Israel, sekitar tahun 1000 SZB sampai sekitar tahun 250 SZB,

Daud melakukan pemusatan pemerintahan dan ibadah suku-suku bangsa Israel di Yerusalem.

Hal ini dilakukan Daud karena sebelumnya suku-suku tersebut memiliki tempat ibadah masing-

masing, seperti Sikhem, Silo, Bethel, Gilgal, Gibeon dan sebagainya. Daud juga memulai suatu

kultus baru yang terpusat yang disebut kultus raja dan berpusat pada raja sebagai wakil Allah di

dunia. Oleh sebab itu, untuk berhubungan dengan Allah, orang harus melakukannya lewat sang

raja, karena dia sajalah yang dapat berhubungan dengan Allah dan semakin terpusat ketika Bait

Allah dibangun oleh Salomo di Yerusalem, kultus ini semakin mendapat tempat yang penting

dalam kehidupan bangsa Israel khususnya di Yehuda.61

Dengan demikian, Yehuda menjadi pusat pemerintahan sekaligus peribadahan bagi

seluruh Israel. Namun pada akhirnya setelah kematian Salomo, Israel Utara memberontak dan

memisahkan diri dari kerajaan Israel Raya dan membentuk kerajaan sendiri, dipimpin oleh Raja

Yerobeam. Dan mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan raja Yerobeam bin Yoas

(Yerobeam II), yang berhasil memperluas wilayah kerajaannya dan memulihkan batas-batas

60
Robert B. Coote, Demi Membela Revolusi., 95.
61
Ibid., 14-15.

97
lama (II Raj. 14:25). Banyak kota-kota dibangun di Israel, baik kerohanian maupun struktur

kebangsaannya mengalami pemulihan kembali. Sentralisasi oleh Dinasti Daud di Yehuda baik

itu pemerintahan dan peribadahan di Yerusalem dan Sion, tidak diterima oleh Kerajaan Israel

Utara. Oleh karena itu, suku-suku Utara juga membuat suatu sistem yang sama seperti di Yehuda

yakni membangun pusat pemerintahan dan pusat peribadahan di Samaria dan Betel.

Pembentukan pusat pemerintahan dan menghidupkan kembali kultus peribadahan oleh raja

Israel, Yerobeam II bertujuan supaya bangsa Israel tidak perlu lagi beribadah di Yerusalem.

Inilah yang dikecam oleh Amos dalam nubuatannya bahwa semua tindakan yang dibuat oleh

Raja Yerobeam adalah tindakan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dan penuh dengan

ketidakadilan sehingga peribadahan mereka tidak layak dan mereka akan dilenyapkan dari

hadapan Tuhan. Oleh sebab itu jika bangsa Israel ingin hidup maka harus mencari Tuhan serta

takut kepada Tuhan seperti raja dari Yehuda, yakni Daud.

Nubuat Amos pada akhirnya tidak didengarkan oleh para pemimpin-pemimpin di Israel

namun justru ia diusir oleh Imam Amazia untuk kembali ke dan bernubuat di Yehuda (Am.

7:12). Pengusiran Amos oleh para Pemimpin Israel sebenarnya mengindikasikan bahwa

Kerajaan Israel ingin melakukan suatu pengejekan atau olokan (mockery) bagi nabi Amos yang

menjadi alat atau kaki tangan dari kekuasaan Dinasti Daud. Penguasa dari keturunan Daud

diklaim sebagai penguasa yang sepihak, mereka hanya memperhatikan wilayah dan saudara

sesuku mereka, tanpa memperhatikan bahwa Israel Raya tidaklah hanya suku Yehuda, tidak

hanya di wilayah Selatan saja, namun Israel Raya juga terdiri dari suku-suku di wilayah Utara

Israel. Israel tidak disebut raya jika pembangunan besar-besaran dipusatkan di Selatan,

sementara di Utara terabaikan. Oleh karena itu bagi saya, ketidakadilan dari sentralisasi di

Yerusalem, menjadi masalah penting yang menghancurkan kerajaan Israel Raya.

98
3.4.3. Analisa Teks Amos 6:1-7

1"Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa
tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-
orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang!
2 Menyeberanglah ke Kalne, dan lihat-lihatlah; berjalanlah dari sana ke Hamat yang
besar itu, dan pergilah ke Gat orang Filistin! Adakah mereka lebih baik dari kerajaan-
kerajaan ini, atau lebih besarkah daerah mereka dari daerahmu?
3 Hai kamu, yang menganggap jauh hari malapetaka, tetapi mendekatkan pemerintahan
kekerasan;
4 yang berbaring di tempat tidur dari gading dan duduk berjuntai di ranjang; yang
memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing domba dan anak-anak lembu dari
tengah-tengah kawanan binatang yang tambun;
5 yang bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan
bunyi-bunyian bagi dirinya;
6 yang minum anggur dari bokor, dan berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi
tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf!
7 Sebab itu sekarang, mereka akan pergi sebagai orang buangan di kepala barisan, dan
berlalulah keriuhan pesta orang-orang yang duduk berjuntai itu."
Untuk melihat keadilan sosial dalam Amos 6:1-7, yang termasuk dalam bagian yang

menggambarkan kalangan Israel yang makmur yang oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)

perikop ini diberi judul “Rasa Tenteram Yang Palsu”. Ayat-ayat tersebut menggambarkan

bagaimana kenteteraman yang dialami di Samaria adalah tidak sejati tetapi hanya penuh dengan

kepalsuan. Perikop ini terdiri dari tiga bagian, pertama-tama berfokus pada kepercayaan diri

yang congkak dari kalangan pemerintah (ay.1-3) yang hidup dalam kemewahan (ay.4-6a).

Kemudian disusul dengan suatu seruan kemarahan atas ketidakpedulian yang begitu besar

terhadap kehancuran bangsanya (ay.6b). Dari sini dilanjutkan dengan berita penghukuman yang

akan menimpa Israel (7).

Amos membuka pemberitaannya dengan seruan yang menyerang rasa tenteram yang

palsu. Ayat 1 ini dibuka dengan seruan “celakalah” (Ibr: hoy), yang merupakan penegasan

karena menyangkut sesuatu yang penting, harus didengarkan dan diperhatikan dengan seksama.

Kata “celakalah” di sini berhubungan dengan suatu kondisi di mana orang-orang tidak lagi

99
mendengarkan suara kenabian, dan hidup dalam ketidakadilan (Yer.33:13), serta yang

merencanakan kejahatan dan penindasan dalam lapisan sosial (Mi.2:1), yang pada akhirnya

berkonsekuensi pada pembuangan dan kematian.62

Nabi Amos menyerukan “hoy:celakalah”, sebagai bentuk ancaman terhadap para

penguasa Israel yang hidup dalam ketenteraman dan kemewahan namun dipenuhi dengan

ketidakadilan.63 Dalam ayat 1, seruan “celakalah” juga berhubungan dengan terjadinya

penyimpangan secara material dan membanggakan diri (Ibr: hoy hasya’ānānim besiyon)64 Amos

menyebutkan suatu gambaran hidup dari kaum atas yang merasa aman (Ibr:Sha’anan), yang

terlihat hidup dalam damai dan mewah.

Rasa aman juga memiliki pengertian yang sama dengan rasa bangga, juga dapat berarti

keangkuhan. Jika dilihat dari keadaan umat Israel pada zaman Yerobeam II yang berada pada

suatu masa yang makmur dan tenteram, misalnya ada orang-orang yang mendirikan rumah-

rumah yang indah dan menghiasinya dengan barang-barang kesenian dari luar negeri yang

mewah dan mahal.65 Tetapi sayangnya kekayaan dan kemakmuran itu hanya dinikmati oleh

golongan elit sedangkan, rakyat biasa hidup dengan penuh penderitaan bukan karena bencana

alam atau karena serangan musuh melainkan karena diperas dan dianiaya oleh sesamanya

sendiri, hal ini disebabkan oleh karena adanya kerja sama antar pihak pemilik modal dan para

pemuka-pemuka. Dengan demikian nabi menyampaikan bahwa kemapanan dan kebanggaan diri

umat Israel akan direndahkan. Mereka akan segera mendapatkan penghukuman karena mereka

telah terbenam dalam kemewahan, kebanggaan, pesta pora, dan penyimpangan secara moral.

62
Willyam B.Eerdmanss, “Hoy”, Theology Dictionary Old Testament Vol. III, G.J.Botterweck, dkk.,
(Michigan:Grand Rapids, 1983), 359-364.
63
Shalom M. Paul, Amos: A Commentary On The Book Of Amos (Minneapolis, USA: Fortress Press,
1991), 199.
64
Ray Beeley,Amos, Introduction and Commentary (London: Chitern Street 1970), 80.
65
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 71.

100
Berkenaan dengan kata Sion66, mau diingatkan kembali tentang kata-kata Amos yang

mula-mula ditujukan kepada “Betel”. Di kerajaan Selatan, Sion merupakan pusat kegiatan

religius dan Yerusalem sebagai pusat pemerintahan dan politik sedangkan di kerajaan Utara

sendiri, Betel merupakan kota religius dan Samaria sebagai pusat pemeritahan dan politik. Oleh

karena itu Yerusalem akan lebih sejajar dengan Samaria, juga Betel sejajar dengan Sion.67 Umat

yang berdiam di kota-kota utama ini ditegur oleh Tuhan melalui nabiNya karena kehidupan umat

sudah tidak sesuai dengan hukum-hukum Tuhan, dan bukan hanya pada umat Israel Utara tapi

juga pada umat di Sion yang selalu rajin untuk beribadah kepada Tuhan namun dalam

kehidupannya dengan penuh kemunafikan. Sion merupakan pusat peribadatan di Israel Selatan.

Sedangkan di Israel Utara, pusat penyembahan kepada Yahweh berpusat di Silo dan Betel. 68 Di

tempat inilah, para imam yang melakukan ritus penyembahan di Sion tidak lain adalah mereka

yang dikatakan oleh Amos sebagai orang-orang terkemuka.

Menurut Shaloom Paul, Amos tidak begitu memperhatikan perbedaan antara Israel dan

Yehuda, tetapi masih memandang keduanya sebenarnya sebagai satu umat. Tetapi banyak

penafsir menduga bahwa Amos telah memakai kata lain ganti kata “Sion”, yakni misalnya “di

kota itu”. Ketika nubuat Amos dijadikan kitab, barangkali kata itu diganti dengan kata “di Sion”,

karena tentulah pemberitaan itu berlaku juga untuk penduduk Yerusalem (bnd.Yes.32:9-11).69

Sebagai umat Tuhan, penduduk Sion dan Betel, serta Samaria akan mengalami penghukuman

yang sama jikalau kehidupan mereka tidak sejalan dengan hukum Allah (keadilan). Inilah yang

66
Sion pada mulanya merupakan benteng pertahanan dari orang Yebus, Yang dikalahkan oleh raja Daud
dan selanjutnya dijadikan tempat tinggalnya (2 Sam 5:6-10). Jadi Sion adalah suatu bagian dari kota yang
dikemudian hari bernama Yerusalem, khusunya bagian di mana berdiri rumah Allah, bait suci (Mzm 2:6). Nama
Sion juga berarti kota Yerusalem (Yes 10:24) dengan segala penghuninya (Mzm 97:8).
67
Harry Mowvley, Epworth Commentaries The Books Of Amos and Hosea (London: Epworth Press, 1991),
67.
68
R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 86.
69
Shalom M. Paul,Amos: A Commentary On The Book Of Amos., 200.

101
menjadi alasan datangnya peringatan oleh nabi Amos bahwa penghukuman juga disampaikan

untuk Sion. (Yes.32:9).70

Di Israel Utara terdapat dua kota yang penting, yakni Betel sebagai pusat keagamaan

negara dan Samaria sebagai pusat politik dan ekonomi di mana orang-orang berkuasa dan para

pemuka hidup dalam kemewahan.71 Pada bagian ini Amos menghadapkan pemberitaannya

teristimewa kepada “orang-orang terkemuka” (Ibr.nāqav), yaitu pemimpin-pemimpin rakyat,

orang-orang yang memerintah dan orang-orang yang berkuasa, termasuk tuan-tuan tanah yang

permukimannya di kota Samaria, yang didirikan di atas sebuah gunung (I.Raj. 16:24). Ungkapan

“di gunung Samaria”, membuat orang-orang desa dengan segera teringat kepada golongan orang-

orang kaya, yang mempunyai villa-villa besar, yakni tempat peristirahatan di gunung. Orang-

orang kaya inilah yang disebut Amos “Celakalah atas orang-orang yang merasa tenteram”

Sebab mereka mau menikmati hidup tanpa kuatir, dengan memakai kekayaan dan kekuasaan

untuk mereka sendiri dengan tidak menghiraukan teman-teman sebangsanya yang miskin dan

lemah, dan teristimewa tidak memikirkan hukuman yang akan datang. 72 Seruan celaka ditujukan

kepada “Atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, para tuan-tuan tanah yang biasa

orang Israel datang!” (Ibr: neqēbey re’syit). Bangsa yang utama adalah sebuah ungkapan yang

luar biasa karena digunakan hanya untuk Israel, dan Amos memakai kalimat tersebut sebagai

suatu sindiran.73

Amos menyebutkan mereka, ”Orang-orang yang kepadanya kaum Israel biasa datang

untuk meminta keadilan dan bantuan-bantuan”. Mereka adalah para pejabat yang dipercayakan

untuk membantu dan membela kaum kecil, ironisnya orang-orang kecil yang memerlukan
70
Ibid., 201.
71
B.J. Boland. Tafsiran Kitab Amos., 71.
72
Ibid., 72.
73
Harry Mowvley, Epworth Commentaries The Books Of Amos., 68.

102
keadilan tidak didengarkan dan diabaikan oleh golongan atas yang ada di Samaria. Jelaslah

kepada kita bahwa para pemuka (pembesar, pejabat, perwira para hakim atau imam) yang kepada

mereka ada kedamaian, justru merekalah yang melakukan penyelewengan. Berbagai tindakan

ketidakadilan terus diperlihatkan tanpa ada rasa malu maupun menyesal, bahkan para pemuka

sampai melupakan sesama hanya demi memenuhi kepentingan dirinya. Kritik sosial yang

dilontarkan Amos sesungguhnya ditujukan kepada para penguasa kaum terkemuka yang

bertindak tidak adil terhadap rakyat, dan paling kejam adalah mereka merampas tanah dan hak

hidup mereka yang miskin dan lemah.

Jika membaca pada ayat berikut, kalimat yang dipakai di sini adalah sebuah kalimat

perintah kepada bangsa Israel yakni “menyeberanglah” (Ibr: iberu). Dari sini bangsa Israel

diperintahkan untuk melihat pada ketiga kerajaan di sekitar mereka yang telah hancur terlebih

dahulu misalnya dari Kalne, kemudian Hamat, dan Gat orang Filistin. “Berjalanlah dari sana ke

Hamat”. Hamath adalah satu benteng pemerintahan (Amos 6:14), suatu tempat di lembah

Libanon. Lembah ini adalah jalur lalu lintas utama komunikasi antara Mesir, Palestina, dan Syria

di bagian selatan, dan Assyria dan Babelonia di bagian Utara dan Timur. Wilayah ini kemudian

ditaklukkan oleh Yerobeam II. Setelah itu ditaklukkan oleh Asyur. Hamat juga merupakan kota

penting orang Suriah yang berbatasan dengan bagian Utara Arpad dan Pattin Selatan Damaskus.

Sehingga yang menjadi peringatan pada ayat ini adalah: Apakah kamu lebih kuat atau

lebih aman dibandingkan mereka? Kalimat ini ditujukan kepada bangsa Israel, bahwa

sesungguhnya kekuatan dan kebanggaan sebagai bangsa yang makmur, mereka tidak lebih kuat

dari tempat-tempat yang telah hancur lebur ditaklukan oleh gigitan Asyur.74 Kalimat yang sama

juga adalah “Pergilah ke Gat orang Filistin” Gat adalah Ibu kota dari kota Filistin yang

74
Shalom M. Paul, Amos: A Commentary On The Book Of Amos.,201-205.

103
ditaklukkan oleh raja Uziah (2 Taw. 26.6), yang sebelumnya direbut oleh Hazael, raja Aram (2

raja 12:17).75 Catatan di sini untuk menyebutkan kejatuhan Gat oleh serangan bangsa Aram yang

dipimpin oleh Hazael (2 Raj. 12: l8) atau penawanannya oleh Uziah raja dari Yehuda yang

meruntuhkan dinding-dinding kota Gat (2 Taw. 26:6 ). Ini menjadi peringatan bagi Israel bahwa

mereka tidak lebih kuat dari ketiga kerajaan yang disebutkan oleh Amos, Israel diperingatkan

bahwa nasib yang sama akan menimpa mereka.76 Itu biasa menjadi suatu undangan untuk

melihat bahwa mementingkan kesenangan diri sendiri di Israel adalah sungguh-sungguh sebuah

refleksi bahwa Samaria tidak lebih baik dari kota-kota di negara-negara lain. Apakah kamu lebih

baik dari kerajaan-kerajaan itu? Atau apakah wilayahmu lebih besar dari wilayah mereka?

Selanjutnya, Amos menyadarkan Israel tentang pemahaman “hari Tuhan”. Bagi bangsa

Israel “hari Tuhan” yang merupakan bagian dari optimisme agamawi yang berlaku; keyakinan

akan kehadiran Allah bersama-sama dengan mereka (ay.14) dan akan kasih karunia-Nya

terhadap mereka (ay.15) dan sebab itu dengan pengharapan dan kerinduan yang pasti (ay.18). 77

Bangsa Israel sendiri beranggapan bahwa “hari Tuhan” merupakan hari di mana Allah akan

menghukum musuh-musuh Israel dan akan menjadi hari perayaan, hari kebahagiaan dan hari

kemenangan mereka namun Amos mempunyai pandangan yang sedikit berbeda mengenai “hari

Tuhan” itu yakni pada hari itu Allah akan menghukum musuh-musuh Israel namun, hukuman itu

bukanlah dikarenakan mereka adalah musuh bangsa Israel tetapi lebih kepada perbuatan jahat

yang mereka lakukan.78

Hari malapetaka (yom ra’) diartikan sebagai hari kesengsaraan derita, dan hari yang jahat.

Masyarakat kelas elit yang menyombongkan diri dengan kekayaan, jabatan dan bersikaptidak
75
Ray Beeley, Amos, Introduction and Commentary., 81.
76
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 73.
77
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Tafsiran Masa Kini jilid II (Jakarta: Inter- Farsity Press, 2009), 633.
78
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 64.

104
adil terhadap orang-orang golongan bawah, mereka sama sekali tidak percaya ketika nabi

menyampaikan nubuat mengenai hukuman yang akan mereka alami (Am.2: 6-16), menolak dan

menganggap jauh "hari malapetaka" seperti yang disebutkan Amos sebagai "Hari Tuhan" ( 5:18,

20) dan "satu hari yang pahit" (8:10). Mereka justru melarang para nabi supaya jangan bernubuat

mengenai kehancuran bangsa (6:12). Mereka merasa aman dan bersukacitayang ada pada gaya

hidup mereka dari kesenangan dan kemewahan tetapi mereka sama sekali tidak berharap

menghadapi kenyataan hukuman itu. Bagaimanapun, mereka mencoba untuk menghindari

bencana nasional, namun mereka secara bertentangan "membawa dekat" pemerintahan

kekerasan. Sehingga hari Tuhan yang mereka harapkan mendatangkan kebahagiaan dan

kehidupan yang lebih baik, justru sebaliknya menjadi hari yang gelap dan sebagai hari

penghukuman.79

Pada ayat 4, Amos melihat bahwa rasa aman dan tenteram di Samaria digambarkan

dengan tidur di tempat yang mewah yakni dari gading, duduk berjuntai di atas ranjang. Orang

dapat merasa aman berbaring di tempat tidur dari gading yang dihiasi dengan berbagai ukiran-

ukiran mewah dari gading. Ini merupakan simbol kemewahan hidup yang benar-benar mewah.

Kaum elit berbaring dalam kemalasan sedang kaum yang lemah dijadikan budak mereka.80

Mereka menikmati kemewahan dari kerja keras masyarakat kelas bawah, dalam hal ini golongan

petani. Apapun arti yang paling baik dari ekspresi ini, niat dari nabi menjadi jelas: Para

pemimpin dari Utara secara langsung telah mempercepat kemalangan yang dianggap tidak akan

menimpa mereka. Amos jelas memberitahukan bahwa malapetaka itu “Oleh pedang akan

membunuh semua orang berdosa di antara umatKu yang mengatakan: malapetaka itu tidak akan

menyusul dan tidak akan mencapai kami” (Am.9:10).Yang mereka lakukan ialah, hanya

79
H. Rothlisberger, FirmanKu Seperti Api Para Nabi Israel (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 32.
80
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 74.

105
memikirkan kesenangan mereka, dengan memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing

domba dan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun.

Para penguasa dan kaum terkemuka memilih yang termuda dari kambing domba dari

kumpulan yang paling baik sebagai kelezatan istimewa bagi kepuasan mereka sendiri, tanpa

memperhatikan masyarakat umum yang hidup dalam kemelaratan, orang kaya mencari

kesenangan dengan berfoya-foya yang tidak mungkin dialami oleh sesama mereka yang

tergolong rakyat kecil. Di sini, kita diajak melihat pada pesta-pesta makan-minum yang berlebih-

lebihan. yang terjadi pada orang-orang terkemuka di Samaria, setiap hari mereka mengadakan

perjamuan pesta seperti itu. Pada kesempatan itu mereka bukan makan daging biasa dari

binatang-binatang yang dewasa, tetapi mereka mau makan daging dari binatang yang terbaik.

Daging yang sangat empuk dari “anak-anak domba” dan “anak-anak lembu”.

Menurut Eka Darmaputera, kehidupan yang ditujukan oleh para pemimpin Israel pada

waktu itu, merupakan gambaran kehidupan pemimpin yang memakan dan menghisap darah

rakyatnya, dikarenakan mereka hanya duduk bersantai dan memakan makanan yang enak-enak

tanpa ada beban apapun, sedangkan para petani yang harus berjuang dan bekerja keras untuk

memenuhi kebutuhan dari para penguasa tersebut.81

Dari pola kehidupan seperti inilah, yang membuat Allah sangat marah, karena tidak ada

lagi penghargaan akan sesama mereka sebagai bagian dari bangsa Israel, tetapi mereka hanyalah

dilihat sebagai budak-budak. Sebenarnya jika kita melihat konteks hidup masyarakat feodal,

bahwa raja dan kaum bangsawan tetap kaya, dan mereka yang miskin tetap menjadi miskin dan

menjadi budakpun tidak dipersoalkan. Tetapi yang dilakukan oleh para penguasa sudah melebihi

81
Eka Darmaputera, Mencari Allah: Pemahaman Kitab Amos tentang Mencintai Keadilan dan Kebenaran
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 83.

106
apa yang seharusnya, mereka melakukan segalah kecurangan untuk menguasai hidup mereka

yang lemah, mulai dari perampasan hak tanah, merampas hak hidup mereka, hanya bergantung

selamanya petani kepada mereka, sehingga dikecam oleh Amos bahwa dalam konteks hidup

mereka bersama tersebut tidak ada lagi solidaritas diantara mereka yang kaya dengan sesama.

Selanjtunya, pada ayat 5, para pemuka-pemuka kemudian bernyanyi-nyanyi mendengar

bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya; Seperti pada pesta-

pesta keagamaan diperdengarkan musik dan nyanyian, begitulah dilakukan orang-orang Samaria

apabila mereka berfoya-foya di villa-villa mereka, mereka ”bernyanyi-nyanyi mendengar musik

dari gambus”, bukanlah berarti mereka menyanyikan suatu nyanyian secara teratur, seperti yang

Daud lakukan dalam memuji Tuhan, mereka menyanyi dan berpesta bukan memuji Allah

melainkan karena kelimpahan yang semarak di tengah-tengah ketidak-adilan sosial.82 “Seperti

Daud”, sebenarnya mau menunjukkan bagaimana mereka memuji Tuhan, sementara orang kecil

menangis di tanah yang mereka tinggal akibat ketidakadilan pemimpin mereka. Mereka

beranggapan, bahwa kejayaan zaman Daud dahulu sedang terjadi dalam tenteramnya hidup yang

sedang mereka alami. Justru inilah yang sebenarnya oleh Amos disebut “ketenteraman yang

palsu”

Pada Ayat 6a ini terdapat kata-kata yang langsung ada sangkut-pautnya dengan ibadah,

sehingga jelaslah bahwa “orang-orang terkemuka” itu menajiskan segala apa yang termasuk

dalam agama dan mencemoohnya. Sebab mereka “minum anggur dari bokor”83 dan sebagai

ganti parfum mereka berurap dengan “minyak yang paling baik”84 atau minyak yang pertama.

82
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 74.
83
Bokor dalam kehidupan Israel adalah seperti perkakas besar yang dipakai dalam ibadah (Kel.7:3; 38:8).
84
Minyak yang menurut ulangan 18:4 diperuntukkan bagi Allah dan dipakai untuk mengurapi manusia dan
benda-benda yang dikuduskan (Kel.20:25-30).

107
“Minum angggur di bokor” dan “berurap dengan minyak yang paling baik” juga

menunjukkan bukan merupakan kebiasaan rakyat biasa dan orang miskin, melainkan hanya bisa

dinikmati oleh golongan atas seperti orang-orang kaya, kaum pedagang, juga orang-orang yang

duduk di tempat terhormat (pemuka agama dan masyarakat). Kebiasaan ini sangatlah menguras

kekayaan, yang tidak mungkin dibuang-buang oleh orang miskin. Dalam kesusahan rakyat, para

penguasa menikmati yang terbaik yang dipersembahkan rakyat dari hasil tanah mereka lewat

pajak, sekaligus persepuluhan atau persembahan yang dikhususkan bagi TUHAN.

Bagi Amos, dosa para pemuka di Israel adalah dosa yang melanggar kekudusan hidup

sebagai umat Allah. Keangkuhan, tidak memperhatikan sesama yang miskin dan lemah, telah

merasuk sampai pada lingkup keagamaan. Awalnya di Betel, Amos tampil untuk memberitakan

bahwa Allah membenci dan menolak ibadah mereka yang jahat, dan sekarang di Samaria, Amos

juga tampil menentang “orang-orang terkemuka” yang hidup befoya-foya sampai menggunakan

apa yang dikhususkan untuk Tuhan. Seharusnya sebagai pemimpin, mereka harusnya

memperhatikan dan peduli terhadap sesama, bahkan harus rela berkorban demi mereka yang

dipimpinnya,85 tidak hanya peduli dan memperhatikan diri sendiri, atau hanya mencari kepuasan

individu.

Deskripsi dari pesta yang mewah diikuti pada ayat 4-6 mengungkapkan kehidupan

mewah mereka yang didukung oleh ibadah kepada Tuhan. Domba dari kumpulan kambing

domba mungkin menggambarkan kualitas yang terbaik (1 Sam.15:9) dan digunakan untuk

pengurbanan (Yes.39:18). Selanjutnya seperti Daud. Jika semula menyatakan pandangan bahwa

diri mereka sebagai musisi. Di tengah-tengah dari semua ini, kehancuran kerajaan yang akan

datang tidak membuat mereka berdukacita (grief) kata ini memiliki arti yang sesungguhnya

85
Eka Darmaputera, Mencari Allah., 83.

108
“menjadi sakit atau buruk” dan mungkin digunakan dengan bebas dengan kesan bahwa walau

pun mereka menjadi sakit karena semua pesta mereka yang mewah itu, nasib dari keturunan

Yusuf (kerajaan Utara), mereka tidak terpengaruh karena mereka tidak pernah berpikir tentang

hal itu.

Dalam ayat 6b, sebuah peringatan untuk menyadarkan umat di Samaria yang tidak

merasa tidak terluka atas kehancuran keturunan Yusuf. Bagian ini memiliki hubungan dengan

peristiwa terdahulu dan akan berlaku kembali bagi mereka. Nabi secara jelas menyalahkan

bangsa bangsa Israel, karena gaya hidup mereka yang meminum anggur di mangkuk, karena

mereka mengurapi diri mereka sendiri dengan minyak yang paling mahal, karena mereka

berbaring pada ranjang gading, karena mereka duduk dengan santai pada bangku mereka, karena

mereka makan daging terbaik, tetapi semua kemewahan itu berasal dari tanah rakyat kecil yang

diraup mereka yang memiliki kuasa.

Situasi ini menggambarkan bagaimana para penguasa bersukaria dalam pesta pora,

sedangkan rakyat kecil yang adalah sesama manusia semakin menderita di tanahnya sendiri. Di

sini, memiliki kaitan dengan seruan nabi, bahwa mereka “menganggap jauh hari malapetaka,

tetapi mendekatkan pemerintahan kekerasan”. Inilah yang disebut oleh nabi ketenteraman yang

celaka, keturunan Yusuf sementara dihancurkan karena sikap ketidakadilan pemimpin Israel.

Dengan demikian, berita penghukuman sebagai jawaban karena Tuhan tidak tahan lagi melihat

sikap acuh dan sejahtera yang omong kosong Ini. Nabi memperingatkan dengan keras bahwa

kejatuhan mereka tetap dekat, tetapi mereka tidak peduli dengan apa pun, justru mereka masih

mementingkan kesenangan sendiri.86

86
J. Calvin, Commentaries On The Twelve Minor Prophets Vol.II Joel, Amos, Obadiah (Michigan: Baker
Book House Company, 1984), 311-312.

109
Amos mengungkapkan tentang Allah yang akan bertindak untuk menghukum (Am. 3:15),

Allah akan membuang mereka (Am 5:27,5:17). Allah akan meruntuhkan bukit pengorbanan dan

tempat kudus, Allah akan melawan keluarga Yerobeam dengan pedang (Am 7:9) Allah akan

memunahkan kerajaan-kerajan yang berdosa itu (Am 9:8) akan tetapi Amospun menubuatkan

tentang pemulihan apabila bangsa Israel berbalik pada Allah (Am 5:5). Allah tidak ingin

menunda-nunda waktu untuk mengampuni umatnya, akan tetapi umat Israel tidak segera berbalik

kepada Allah, melainkan mereka mengabaikan apa yang disampaikan oleh nabi dan masih

mementingkan kesenangan sendiri.87

Bagian ini diakhiri oleh Amos dengan pemberitaannya mengenai hukuman yang dimulai

dengan kata “dengan demikian” (Ibr:lakēn). (LAI: sebab itu). Seperti pada pasal 4:3 dan 5:27

hukuman itu digambarkan sebagai bangsa buangan seperti yang sering menjadi nasib dari suatu

bangsa yang kalah dari perang. Di waktu itu “orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama”

akan pergi sebagai orang buangan di kepala barisan; yaitu mereka akan mendapat “kehormatan”

sebagai orang-orang yang pertama untuk berjalan di depan dalam barisan orang-orang terhukum!

Dengan demikian, tamatlah “keriuhan pesta” (bnd.5:6). Umat itu hancur karena kesombongan

mereka, kesenjangan dalam kehidupan bersama; mereka merasa sejahtera di tengah-tengah

penderitaan sesama. Inilah yang disampaikan Amos bahwa ketenteraman mereka hanyalah palsu,

sia-sia, bukan tenteram yang seharusnya sebagaimana ada dalam hidup umat Allah.

3.5. Kesimpulan

Pada abad ke-8 SZB situasi politik, ekonomi dan keagamaan di Israel Utara menjadi

sorotan dari nabi-nabi abad ke-8. Selain nabi Amos, ada juga nabi-nabi lain seperti, nabi Yesaya

87
Gerhand Von Rad, Old Testament Theology., 134.

110
(Proto Yesaya), Hosea dan Mikha. Para nabi-nabi abad ke-8 bernubuat dalam situasi di mana

Israel telah hidup menyimpang sebagai umat perjanjian milik Allah. Penyelewenan-

penyelewengan banyak dilakukan kepada sesama umat, bahkan pemimpin Israel pun melakukan

apa yang tidak berkenan di hadapan Allah. Mereka yang berasal dari golongan penguasa

menindas rakyat yang lemah terjadi pemerasan, keadilan diperjual-belikan. Tidak hanya itu saja,

di dalam kehidupan keagamaan Israel pun mengalami kemerosotan moral, karena ibadah yang

dilakukan dibungkus dengan kepalsuan. Umat Israel beribadah dengan mempersembahkan

korban-korban bakaran yang banyak namun keadilan mereka perjual-belikan.

Selama masa pemerintahan Yerobeam II, Israel mencapai apa yang mungkin yang tinggi

dalam hal kesejahteraan ekonomi, ia berhasil memperkokoh ekonomi negerinya (Am. 3:15, Hos.

10:1). Perdagangan dengan luar negeri menjadi hidup kembali, di ibu kota Samaria, penduduk

merasa aman dan senang. Yerobeam II berhasil memanfaatkan kelemahan kerajaan-kerajaan di

sekitarnya, seperti Asyur dan Siria untuk mengembangkan ekonomi negerinya. Namun ada juga

akibat atau konsekuensi yang mengikuti kemakmuran tersebut. Perubahan yang terjadi dalam

bangsa Israel dan Yehuda seperti yang disuarakan oleh nabi Amos dan Hosea di Israel serta

Yesaya dan Mikha di Yehuda. Keberhasilan dan kemewahan di Israel ternyata tidak dinikmati

oleh semua golongan masyarakat. Rakyat diperas dan ditindas oleh kaum atas yang hidup

tenteram dalam kota dan yang dilindung oleh tembok yang kuat. Rakyat tinggal di luar dan harus

mengerjakan ladang milik mereka dan hasilnya harus diserahkan kepada para pejabat di kota.

Bahkan ada penduduk yang tidak mampu membayar utangnya kepada para rentenir, terpaksa

menggadaikan tanahnya dan jatuh di tangan para pemodal (Am. 2:6). Mereka diberi pinjaman

dengan bunga yang cukup tinggi. Golongan rakyat jelata hanya menonton jurang pemisah antara

mereka dan para pejabat.

111
Di bidang keagamaan, setelah Israel terpecah menjadi dua kerajaan, Yerobeam sengaja

mengurangi pengaruh Yerusalem dengan cara mengembangkan kuil kuno di wilayah Israel

Utara menjadi kuil kenegaraan. Bahkan Yerobeam menaruh patung lembu di kuil-kuil itu

sebagai pengganti Yahweh (I Raj. 12:28). Dengan demikian, maka di Israel berpeluang

terjadinya sinkretisme yang dilakukan oleh umat Allah. Situasi-situasi seperti inilah maka

muncul suara kenabian untuk menegur Israel betapa mereka tidak hidup lagi sebagai umat

Perjanjian.

Dari permasalahan inilah saya melihat bahwa, seruan nabi Amos "Celakalah orang-orang

yang berbaring di tempat tidur dari gading dan meregangkan diri di ranjang mereka; yang

memakan anak-anak domba dari kawanan kambing domba anak-anak lembu dari tengah-tengah

kawanan yang tambun” (Amos 6: 4). Dalam hal ini, orang-orang dimaksud adalah mereka yang

telah melanggar perjanjian sebagai umat Allah, yakni kemakmuran ekonomi yang dialami oleh

elit di Israel dengan segalah ketidakadilan. Korupsi, suap, dan sebagainya di antara pemimpin,

khususnya dalam sistem peradilan yang merajalela. Dengan semua kenyamanan dan kemewahan

di Israel, Amos melihat bahwa semua yang dialami merupakan rasa aman yang palsu karena

pada satu sisi hanyalah dinikmati oleh kaum elit dan pemimpin dengan mengorbankan kaum

lemah, dengan demikian orang kaya semakin sejahtera padahal hidup orang yang sulit semakin

miskin oleh karena pemerkosaan hak-hak mereka oleh para penguasa. Yang lebih menyakitkan

adalah terjadi kerjasama antara penguasa ekonomi dan penguasa politik yang membuat

ketidakaadilan semakin merajalela.

Keadilan sosial merupakan poin utama dalam pemberitaan nabi Amos, kritik yang keras

dilontarkan bagi para penguasa dan pemilik modal serta para pemuka agama yang lebih

mengutamakan kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan sesama di sekitar. Menurut

112
Amos, memperkosa hak sesama manusia berarti memperkosa perjanjian dengan Tuhan. Sebab

Tuhan mengadakan perjanjian bukan saja dengan kalangan atas yang berkuasa saja, tetapi juga

dengan seluruh umat Israel; mereka semua seharga dan senilai. Umat Allah itu, menurut

pandangan Amos, tidak hanya mencakup kerajaan Yehuda, yang dipimpin oleh keturunan Daud,

tetapi juga kerajaan Israel yang memisahkan diri di bidang politik dan keagamaan. Perpisahan itu

dikecam oleh Amos (Am. 5:5), tetapi pada dasarnya umat Israel tetap menjadi umat pilihan Allah

(Am. 2:10). Bahkan Amos sendiri meremehkan keterpilihan itu (Am. 9:7), sebab tidak

memberikan jaminan kepada bangsa Israel seolah-olah luput dari hukuman yang ditimpakan

Tuhan kepada bangsa-bangsa lain yang memperkosa hak asasi mereka yang lemah.

Amos mengungkapkan tentang Allah yang akan bertindak untuk menghukum (Amos

3:15), Allah akan membuang mereka (Am 5:27,5:17). Allah akan meruntuhkan bukit

pengorbanan dan tempat kudus, Allah akan melawan keluarga Yerobeam dengan pedang (Am

7:9) Allah akan memunahkan kerajaan-kerajan yang berdosa itu (Am 9:8) akan tetapi Amospun

menubuatkan tentang pemulihan apabila bangsa Israel berbalik pada Allah (Am 5:5). Allah tidak

ingin menunda-nunda waktu untuk mengampuni umatnya, akan tetapi umat Israel tidak segera

berbalik kepada Allah, melainkan mereka mengabaikan apa yang disampaikan oleh nabi dan

masih mementingkan kesenangan sendiri, maka dengan tegas Amos mengatakan “Bencilah yang

jahat dan cintailah yang baik” (Am. 5:15a), yang senada dan memiliki pengertian yang sama

dengan ungkapan “carilah yang baik supaya kamu hidup” (Am. 5:14), karena Allah

menginginkan umatNya untuk selalu menghidupi suatu keadaan yang “sejati” bukan sebaliknya,

hidup dalam keadaan yang kelihatannya tenteram tetapi sebetulnya penuh dengan kepalsuan

yaitu dalam ketidakadilan. Dan kecaman itupun terbukti, ketika kejatuhan bangsa Israel yang

dikalahkan oleh bangsa Asyur, dan akhirnya dibawah ke pembuangan.

113
Dari penjelasan tersebut, ada beberapa hal penting yang menjadi perhatian utama dari

nubuat nabi Amos yakni;

1. Kritik untuk para pemuka-pemuka yang berlaku tidak adil.

Para pemuka di Israel, yakni para pemimpin agama dan politik melanggar kekudusan

hidup sebagai umat Allah. Keangkuhan, tidak memperhatikan sesama yang miskin dan lemah,

telah merasuk sampai pada lingkup keagamaan. Secara keseluruhan Amos merupakan nabi yang

tampil dan menentang para penguasa “orang-orang terkemuka” yang hidup berfoya-foya sampai

menggunakan apa yang dikhususkan untuk Tuhan, mereka meminum anggur di bokor,

mengurapi diri dengan minyak yang paling mahal, berbaring pada ranjang gading, dan memakan

daging terbaik, tetapi dibalik semua kemewahan tersebut mereka menyakiti hati sesama mereka,

yakni memeras orang lemah menginjak-injak kepalah orang miskin, memutarbalikan hukum,

menjual orang benar karena uang, meminum anggur dari hasil perampasan, dan sebagainya.

Ketidakadilan sosial yang dilakukan oleh para pemimpin atau penguasa yang dikecam

oleh Amos A, sebenarnya bukan semata-mata karena perlakuan yang sewenang terhadap mereka

yang lemah, tetapi yang dikecam disitu adalah karena para pemimpin atau penguasa mengambil

hak tanah atau hak hidup dari sesamanya karena tidak mampu membayar hutang kepada

penguasa. Para petani kesulitan dalam melunasi hutang tersebut, dikarenakan bunga yang

diberikan terlalu besar, harus memenuhi berbagai kebutuhan hidup, membayar pajak, sewa

tanah, belum lagi ditambah dengan hasil pertanian yang gagal panen. Ditambah lagi dengan

perampasan hak tanah oleh penguasa, untuk diberikan kepada para pemimpin-pemimpin di

bawahnya. Semakin menambah segalah penderitaan para petani, sehingga Amos begitu keras

mengecam segalah perbuatan para penguasa di Israel. Mereka hidup dengan aman, tenteram, dan

114
sejahtera dari hasil kerja keras para petani, tetapi mereka masih merampas hak hidup para petani,

dan menambah penderitaan para petani.

2. Konsep keadilan sosial menurut Amos 6:1-7.

Keadilan sosial dalam Amos 6:1-7, digambarkan sebagai ketenteraman yang sejati atau

sesungguhnya bagi umat Allah sebagai suatu persekutuan, dimana seluruh umat merasakan

kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan bukan hanya bagi segelintir orang sebagai lawan dari

ketenteraman yang oleh Amos sebagai ketenteraman palsu. Penghargaan akan hak hidup orang

lain menjadi perhatian utama dari konsep keadilan sosial dalam Amos 6:1-7. Menghargai dan

menghormati orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan yang sama, bukan sebaliknya melihatnya

sebagai objek yang bisa diperjual-belikan. Berlaku jujur dengan sesama dan tidak membelokan

hukum demi kepentingan sendiri, menjauhi segalah bentuk penindasan dalam hal ini, tidak

merampas hak hidup orang lain untuk diperbudak, apalagi mengambil hak asasi atau hak hidup

dari orang lain, tidak boleh mengubah kebenaran menjadi kesalahan ataupun sebaliknya dan

yang terakhir adalah benci yang jahat dan mencintai yang baik. Jika semua itu dapat dilakukan,

maka ketenteraman yang sesungguhnya diharapkan dalam Amos 6:1-7 pasti dapat terwujud.

115

Anda mungkin juga menyukai