3.1. Pendahuluan
Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan konsep keadilan dalam kitab Amos 6:1-7,
tetapi sebelumnya akan dibahas mengenai pribadi Amos dan pelayanannya, kemudian masuk
pada pembahasan mengenai ketidakadilan dalam kitab Amos, sehingga kita dapat mengetahui
alasan mengapa teks Amos 6:1-7 berbicara mengenai ketentaraman yang palsu dan pada
akhirnya kita dapat mengetahui konsep keadilan sosial dalam Amos 6:1-7. Pembahasan bab ini,
bertolak dari konteks teks serta latar belakang kerajaan Israel Utara, baik situasi politik,
ekonomi, maupun keagamaannya. Hal terpenting yang juga akan dikaji di sini adalah motif atau
latar belakang mengapa nabi Amos yang berasal dari Israel Selatan (Yehuda) bisa bernubuat di
Utara (Israel). Mungkin ini adalah salah satu poin penting dalam pembahasan ini, selain untuk
Sebelum masuk dalam inti pembahasan pada bab ini, alangkah baiknya untuk terlebih
dahulu kita mengetahui pribadi dan pelayaan nabi Amos, isi kitab Amos, serta tujuan
penulisannya secara keseluruhan sebagai langkah awal dalam memahami kitab Amos.
Dari firman yang disampaikannya jelas menggambarkan Amos sebagai nabi yang tegas,
kritis dan memiliki ketetapan hati yang kuat. Dalam pemanggilan Amos untuk bernubuat ke
kerajaan Israel seperti yang terdapat dalam Amos 7:14, dengan tegas ia mengakui bahwa ia
54
bukan nabi atau berasal dari sekolah nabi, melainkan seorang awam yang dipanggil melayani di
sana. Pengakuan ini disampaikan Amos dalam menanggapi tuduhan Imam Amazia dengan
mengatakan, “Aku ini bukan seorang nabi”, ini merupakan suatu penegasan bahwa ia bukanlah
orang yang berasal dari tradisi kenabian seperti layaknya nabi lain pada zamannya. Tanggapan
Amos terhadap kritik Amazia justru disampaikan dalam nuansa yang sangat berbeda karena
tujuannya bukan mencari nafkah namun diutus Allah khusus untuk menyampaikan firman Allah.
Perlu dicatat bahwa jabatan nabi pada zaman Amos telah pula menjadi satu profesi untuk upaya
mencari nafkah, khususnya seperti yang dilakukan nabi-nabi palsu (Yer.14:14). Nabi-nabi pada
Di dalam kitab Amos, dapat dilihat bahwa Amos adalah seorang peternak domba dan
pemungut buah ara hutan dari Tekoa (Am.1:1), sebuah desa sekitar enam belas kilometer di
sebelah selatan Yerusalem.2 Sebelum ia dipanggil untuk bernubuat di Israel. Jika dilihat dari
pekerjaannya, maka dapat dikatakan tepat, bertolak dari konteks kehidupan Israel sebagai negeri
agararis dan pekerjaan utama adalah petani dan peternak. Pemahaman akan pekerjaan Amos
sebagai peternak menjadi perdebatan oleh para ahli, sebab tidak disebutkan dengan jelas jumlah
ternak domba yang dimilikinya sehingga ada yang beranggapan bahwa Amos hanyalah seorang
peternak biasa yang mengembalakan ternak dalam jumlah yang relatif sedikit, yang berusaha
untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari, yang mana beternak dilihat sebagai mata
Namun adapula yang beranggapan bahwa Amos adalah seorang pemilik ternak dalam
jumlah yang besar, bertolak dari 2 Raj.3:4, di mana kata peternak domba juga dikenakan kepada
raja Mesa dari Moab yang memberikan upeti kepada raja Israel seratus ribu anak domba. Jadi,
1
A. G. Auld, Amos: Old Testament Guide (Sheffield: JSOT, 1991), 74.
2
Andrew E. Hill, John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008), 609.
55
jika pemahaman itu juga dikenakan pada nabi Amos, maka dapat dikatakan bahwa Amos adalah
seorang yang kaya karena memiliki ternak dalam jumlah yang besar. 3 Hal yang sama pula
diperdebatkan mengenai pekerjaannya sebagai pemungut buah ara hutan (Am.7:14). Jika ditafsir
secara harafiah maka dapat dikatakan Amos adalah seorang yang miskin, yang kesehariannya
Buah ara pada umumnya adalah digunakan untuk makanan ternak, namun pada saat-saat
tertentu juga digunakan sebgai makanan manusia, namun hanya oleh kalangan miskin,
kemungkinan inilah yang digunakan oleh para ahli yang beranggapan bahwa Amos merupakan
petani yang miskin yang hanya menghidupi hidupnya dengan memungut buah arah hutan.
Menurut Willoughby, dalam Book of Amos, kebiasaan dalam memungut buah ara oleh para
petani, biasanya dilakukan pada musim kemarau, pekerjaan tersebut dilakukan sebagai tambahan
penghasilan bagi kehidupan, terutama masyarakat kecil,4 sehingga ada kemungkinan bahwa
Amos adalah bagian dari masyarakat kecil yang ada pada saat itu.
Bertolak dari pernyataan yang disampaikannya kepada Imam Amazia, ketika Amazia
mengusirnya “Carilah makananmu dan bernubuatlah di sana”. Kata Amos kepadanya, aku ini
bukan seorang nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara. Artinya, ada
kemungkinan ia adalah seorang peternak dalam jumlah yang besar, karena ia dapat menghidupi
dirinya, ketika bernubuat di Utara walaupun ia berasal dari Selatan, bahkan ia dengan tegas
menolak bahwa ia adalah seorang nabi, yang pada waktu itu kebanyakan hanya dipakai sebagai
3
Gernaida K.R. Pakpahan, Kristalisasi Keadilan Sosial dalam Kitab Amos (Jakarta: Rajawali Arta Mandiri,
2012), 16.
4
B. E. Willoughby, “Book of Amos” dalam The Anchor Bible Dictionary (New York: Doubleday, 1992),
239.
56
Sedangkan untuk pemungut buah ara, menurut saya kemungkinan besarnya ia bukan
petani miskin, yang mencari buah ara untuk kebutuhan hidupnya melainkan untuk ternak-
ternaknya. Jadi bagi saya, Amos kemungkinan adalah seorang yang kaya, kalau dilihat dalam
masa sekarang ia adalah seorang pengusaha ternak, seorang jurangan yang memiliki cukup
banyak ternak dan menegenai memungut buah ara kemungkinan ia juga mengusahakan
perkebunan ara hutan, jenis pohon yang buahnya dapat dimakan tersebut. Oleh karena itu, Amos
Menurut Robert Coote, Amos merupakan salah satu dari para nabi yang mulai melayani
pada abad ke-8 SZB, tepatnya pada masa pemerintahan raja Uzziah di Yehuda dan pemerintahan
Yerobeam anak Yoas yang menjadi raja di Israel Utara. Konteks pemberitaannya hampir sama
dengan Mikha, Yesaya dan Hosea. Amos sendiri adalah seorang warga negara Kerajaan Yehuda
(Selatan), tepatnya dari Tekoa, namun ia aktif di kerajaan utara, selama pemerintahan raja
Yerobeam II (783-743 SZB).5 Kehadiran Amos sebagai nabi kontroversial di Israel tidaklah
sesuatu yang mengherankan mengingat latar belakang kehidupannya yang sama sekali berbeda
dari pelayanan kerohanian di Israel yang latar belakangnya berasal dari keluarga nabi, golongan
nabi dan sebagainya. Amos hanyalah seorang kaum awam atau masyarakat biasa yang dipanggil
Namun dari isi kitabnya ternyata bahwa Amos mempunyai pengetahuan yang agak luas
dan dalam tentang lapangan keagamaan dan bidang politik. Semua pengetahuan itu tentunya
tidak diwahyukan begitu saja kepadanya. Sebelum Amos, telah ada beberapa nabi di Israel
5
Robert B. Coote, Amos Among The Prophets:Composition and Theology (Philadelphia: Fortress Press,
1981), 20.
6
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 3.
57
misalnya nabi Natan, Elia, dan sebagainya. Namun Amos merupakan nabi pertama yang
ringkasan nubuatnya masih tersimpan dalam sebuah kitab yang disebutkan menurut namanya.7
Kitab Amos
Kitab Amos merupakan sebuah kitab dalam Alkitab Perjanjian Lama yang menguak
kisah seorang nabi yang sangat luar biasa. Ketangguhan, kejelian dan terutama keberanian nabi
Amos, mampu menembus tata masyarakat yang ada. Dengan memakai metafora sebagai ciri
khas warta kenabiannya, misalnya ia menyebut para perempuan Samaria sebagai lembu-lembu
Basan. Nabi Amos berhasil memperlihatkan kekuatan ketidakadilan di Israel Utara. Bahkan
dapat dikatakan bahwa tujuan penulisan kitab Amos tidak lain dari sebuah sindiran terhadap para
pemimpin Israel. Tidak mengherankan jika pemberitaan Amos mengakibatkan dirinya harus
berurusan dengan para pemimpin negara dan agama, bahkan sampai Amazia, seorang kepala
imam di Betel mengadukan Amos kepada raja Yerobeam II (Am. 7:10).8 Kitab Amos termasuk
dalam kumpulan kitab nabi-nabi kecil. Hal ini tidak berarti mutu dari kitab Amos lebih rendah
dari kitab nabi-nabi besar, tetapi karena isinya yang singkat. Kitab Amos sendiri ditempatkan
pada urutan ketiga dari dua belas kitab nabi-nabi kecil dalam susunan kanonik.
Menurut Coote, kitab Amos ditulis oleh lebih dari satu pengarang dan lebih dari satu
waktu (penulis ulang). Amos dipilih sebagai kitab yang bersifat ramalan. Kitab yang
menggunakan nama Amos ini menggambarkan orang dari daerah Yehuda, yang mengkritisi
kehidupan masyarakat dan realita politik yang menindas masyarakat kecil di Israel. Kitab ini
lahir dalam periode waktu yang berbeda-beda dan seperti tulisan-tulisan Alkitab lainnya, maka
tulisan-tulisan dalam kitab Amos juga melalui proses seleksi atau kanon. Bagian yang
7
Ibid., 4.
8
Ibid., 89.
58
melukiskan penglihatan-penglihatannya boleh jadi berdasarkan catatan Amos sendiri. Ada
kemungkinan, Amos sendiri telah memperluas beberapa bagian atau setidaknya telah
mendiktekan kepada seorang teman untuk mengembangkan isi kitab tersebut. Sehingga dapat
dikatakan bahwa kitab Amos yang ada sekarang tidak semata-mata hasil karya Amos sendiri,
tetapi ada bagian-bagian yang berdasarkan catatan-catatan dari juru tulis atau orang yang telah
Lanjutnya Coote, membagi kitab Amos dalam tiga bagian10; Pertama, Amos A. Berisikan
bagaimana kesenjangan sosial yang terjadi antara golongan atas dan golongan bawah, yang
mengakibatkan ada yang tertindas dan yang menindas diantara kedua kelompok tersebut. Dengan
latar belakang inilah yang menjadi titik tolak Amos dalam menyampaikan ktirikan-kritikan
sosialnya. Amos A perhatiannya lebih kepada masalah-masalah sosio-ekonomi, oleh karena itu
tulisan-tulisannya lebih ditujukan kepada mereka yang termasuk golongan bawah dalam
masyarakat dan mereka-mereka yang memegang kekuasaan yakni: para tuan tanah dan pemilik
modal. Masyarakat pada masa Amos bernubuat pada umumnya lebih menggantungkan hidupnya
pada pertanian (masyarakat agraris), yang lemah secara ekonomi. Kitab Amos A, diperkirakan
ditulis pada abad ke-8 SZB pada masa pemerintahan Yerobeam II di Israel Utara dan
pemerintahan raja Uzia di Yehuda. Kedua, Amos B berisi tentang sebuah penerjemahan ulang
dan perluasan seruan tobat di Yehuda dan bekas-bekas Israel di tengah-tengah pengharapan
reformasi Yosia pada akhir abad ke-7. Bagian kedua diperkirakan ditulis pada abad ke-7 SZB
(antara masa pemerintahan raja Hizekia sampai Yosiah). Ketiga, Amos C, ditulis dalam situasi di
mana umat Israel hidup tanpa Bait Suci (berada dalam pembuangan), karena itu ayat-ayat
9
Robert B. Coote, Amos Among the Prophets..5.
10
Ibid.., 7-8.
59
untuk mendapatkan keadilan dan kehidupan yang layak. Dan bagian ketiga ini ditulis pada abad
2:6 Beginilah firman TUHAN: Oleh karena mereka menjual orang benar karena uang
dan orang miskin karena sepasang kasut; 2:7 mereka menginjak-injak kepala orang
lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara; anak dan ayah pergi
menjamah seorang perempuan muda, sehingga melanggar kekudusan nama-Ku; 2:8
mereka merebahkan diri di atas pakaian gadaian orang, dan minum anggur orang-orang
yang kena denda 2:13 Sesungguhnya, Aku akan mengguncangkan tempat kamu berpijak
seperti goncangan kereta yang sarat dengan berkas gandum. 2:14 Orang cepat tidak
mungkin lagi melarikan diri, orang kuat tidak dapat menggunakan kekuatannya, dan
pahlawan tidak dapat melarikan diri. 2:15 Pemegang panah tidak dapat bertahan, orang
yang cepat kaki tidak akan terluput dan penunggang kuda tidak dapat meluputkan diri.
2:16 Juga orang yang berhati berani di antara para pahlawan akan melarikan diri dengan
telanjang pada hari itu," demikianlah firman TUHAN ?" 3:9. Siarkanlah di dalam puri di
Asyur dan di dalam puri di tanah Mesir serta katakan: "Berkumpullah di gunung-gunung
dekat Samaria dan pandanglah kekacauan besar yang ada di tengah-tengahnya dan
pemerasan yang ada di kota itu." 3:10 "Mereka tidak tahu berbuat jujur," demikianlah
firman TUHAN, "mereka itu yang menimbun kekerasan dan aniaya di dalam purinya."
3:11 Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Musuh akan ada di sekeliling negeri,
kekuatanmu akan ditanggalkannya dari padamu, dan purimu akan dijarahi!" 3:12
Beginilah firman TUHAN: "Seperti seorang gembala melepaskan dari mulut singa dua
tulang betis atau potongan telinga, demikianlah orang Israel yang diam di Samaria akan
dilepaskan seperti sebagian dari katil dan seperti sepenggal dari kaki balai-balai." .4:1.
"Dengarlah firman ini, hai lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria, yang
memeras orang lemah, yang menginjak orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-
tuanmu: bawalah ke mari, supaya kita minum-minum! 4:2 Tuhan ALLAH telah
bersumpah demi kekudusan-Nya: sesungguhnya, akan datang masanya bagimu, bahwa
kamu diangkat dengan kait dan yang tertinggal di antara kamu dengan kail ikan. 4:3
Kamu akan keluar melalui belahan tembok, masing-masing lurus ke depan 5:1.
Dengarlah perkataan ini yang kuucapkan tentang kamu sebagai ratapan, hai kaum Israel:
5:2 "Telah rebah, tidak akan bangkit-bangkit lagi anak dara Israel, terkapar di atas
tanahnya, tidak ada yang membangkitkannya." 5:11 Sebab itu, karena kamu menginjak-
injak orang yang lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, --sekalipun kamu
telah mendirikan rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun
kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggurnya.
5:16. Sesungguhnya, beginilah firman TUHAN, Allah semesta alam, Tuhanku: "Di
segala tanah lapang akan ada ratapan dan di segala lorong orang akan berkata: Wahai!
Wahai! Petani dipanggil untuk berkabung dan orang-orang yang pandai meratap untuk
mengadakan ratapan. 5:17 Dan di segala kebun anggur akan ada ratapan, apabila Aku
berjalan dari tengah-tengahmu," firman TUHAN. 5:18 Celakalah mereka yang
menginginkan hari TUHAN! Apakah gunanya hari TUHAN itu bagimu? Hari itu
11
Ibid., 11-15.
60
kegelapan, bukan terang! 5:19 Seperti seseorang yang lari terhadap singa, seekor beruang
mendatangi dia, dan ketika ia sampai ke rumah, bertopang dengan tangannya ke dinding,
seekor ular memagut dia! 5:20 Bukankah hari TUHAN itu kegelapan dan bukan terang,
kelam kabut dan tidak bercahaya? 6:1. "Celaka atas orang-orang yang merasa aman di
Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang
terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa
datang! 6:2 Menyeberanglah ke Kalne, dan lihat-lihatlah; berjalanlah dari sana ke Hamat
yang besar itu, dan pergilah ke Gat orang Filistin! Adakah mereka lebih baik dari
kerajaan-kerajaan ini, atau lebih besarkah daerah mereka dari daerahmu? 6:3 Hai kamu,
yang menganggap jauh hari malapetaka, tetapi mendekatkan pemerintahan kekerasan;
6:4 yang berbaring di tempat tidur dari gading dan duduk berjuntai di ranjang; yang
memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing domba dan anak-anak lembu dari
tengah-tengah kawanan binatang yang tambun; 6:5 yang bernyanyi-nyanyi mendengar
bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya; 6:6 yang
minum anggur dari bokor, dan berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi tidak
berduka karena hancurnya keturunan Yusuf! 6:7 Sebab itu sekarang, mereka akan pergi
sebagai orang buangan di kepala barisan, dan berlalulah keriuhan pesta orang-orang yang
duduk berjuntai itu." 6:8. Tuhan ALLAH telah bersumpah demi diri-Nya, 6:11 Sebab
sesungguhnya, TUHAN memberi perintah, maka rumah besar dirobohkan menjadi
reruntuhan dan rumah kecil menjadi rosokan. 8:4. Dengarlah ini, kamu yang menginjak-
injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini 8:5 dan
berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari
Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa,
membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, 8:6 supaya kita membeli
orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual
terigu rosokan?" 8:7 TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: "Bahwasanya
Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka! 8:8 Tidakkah
akan gemetar bumi karena hal itu, ?" 8:9 "Pada hari itu akan terjadi," demikianlah
firman Tuhan ALLAH, "Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari dan
membuat bumi gelap pada hari cerah. 8:10 Aku akan mengubah perayaan-perayaanmu
menjadi perkabungan, dan segala nyanyianmu menjadi ratapan. Aku akan mengenakan
kain kabung pada setiap pinggang dan menjadikan gundul setiap kepala. Aku akan
membuatnya sebagai perkabungan karena kematian anak tunggal, sehingga akhirnya
menjadi seperti hari yang pahit pedih." "Pukullah hulu tiang dengan keras, sehingga
ambang-ambang bergoncang, dan runtuhkanlah itu ke atas kepala semua orang, dan sisa-
sisa mereka akan Kubunuh dengan pedang; tidak seorangpun dari mereka akan dapat
melarikan diri, dan tidak seorangpun dari mereka akan dapat meluputkan diri. 9:2
Sekalipun mereka menembus sampai ke dunia orang mati, tangan-Ku akan mengambil
mereka dari sana; sekalipun mereka naik ke langit, Aku akan menurunkan mereka dari
sana. 9:3 Sekalipun mereka bersembunyi di puncak gunung Karmel, Aku akan mengusut
dan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka menyembunyikan diri terhadap
mata-Ku di dasar laut, Aku akan memerintahkan ular untuk memagut mereka di sana. 9:4
Sekalipun mereka berjalan di depan musuhnya sebagai orang tawanan, Aku akan
memerintahkan pedang untuk membunuh mereka di sana.
61
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa kitab Amos tidak ditulis hanya oleh satu
penulis, tetapi ada juga bagian yang merupakan tambahan dari penulis lain. Sehingga tidak
mengherankan, ketika membaca kitab Amos terdapat berbagai perbedaan antara ayat yang satu
dengan ayat yang lainnya, dikarenakan bahwa masing-masing tulisan tersebut, berbicara tentang
zaman dimana tulisan itu ditulis. Sehingga Coote, mencoba untuk menggabungkan aya-ayat
tersebut dalam satu bagian yang lengkap atau menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan
Bertolak dari bentuk-bentuk kitab Amos yang ditulis oleh Coote, maka pembahasan akan
dikhususkan pada konsep keadilan sosial dalam Amos 6:1-7, yang tergolong dalam Amos A.
Adapun ciri-ciri yang membedakan Amos A dengan tahapan atau kelompok yang lain (Amos B
1. ”Celakalah orang yang merasa dirinya terjamin di atas gunung Samaria”. Dari kutipan
tersebut ingin menunjukan bahwa Amos A dialamatkan kepada orang-orang yang merasa
dirinya amat terjamin, mereka yang kuat, orang-orang kaya, para penguasa, orang-orang
yang bersenang-senang di atas penderitaan orang lain, pemimpin elit Israel. Orang-orang elit
yang tinggal di kota, di bagian kerajaan Isral Utara, yang dipusatkan di Samaria, ibukota dan
pusat utama kekuatan. Mereka yang hidup sebelum kejatuhan Samaria tahun 722 SZB
2. Mengumumkan suatu pesan tersendiri yang mendasar yang ditujukan kepada yang kuat
menindas yang lemah, penguasa elit kepada yang miskin. Maksud penindasan ini, dalam
kenyataan yang sangat mendasar, yaitu kekuasaan yang menikmati kemewahan yang sangat
12
Ibid., 16-19.
62
menjijikkan, sebagai perwujudan suatu perayaan yang luar biasa. Tuhan akan menjawab
perlakuan kekejaman kepada orang-orang lemah oleh golongan atas karena kekejian
mereka. Tuhan akan mendatangkan perang atas mereka, pembunuhan, dan akan menghalau
dengan menggantikan perang dan ratapan. Keempat hal ini, yaitu: penindasan >< perang,
3. Pesannya merupakan suatu kumpulan dari ciri-ciri gaya bahasa yang puitis, yang disuarakan
kepada mereka (golongan elit bangsa Israel). Tipe-tipe ucapan dan ide-ide Amos A sebagai
berikut: a). Kesejajaran yang konsisten, b). Padanan kata-kata kasar yang sama artinya, c).
Penggunaan bahasa yang hidup/bersemangat, d). perumpamaan yang nyata yang dapat
4. Pesannya disampaikan secara lisan (penting untuk membedakan antara penyampaian lisan
dan karangan lisan: Apabila itu gubahan lisan tidak mungkin untuk diucapkan). Bntuk
ramalan ini adalah bentuk copy lisan, menunjukkan cerita-cerita nabi-nabi, yang biasanya
mereka bicara dari pintu ke pintu. Kecondongan Amos kepada kepandaian berbicara secara
6. Ramalannya berupa beberapa hal sebagai berikut; hukuman, sumpah, menyuarakan perang,
dan nyanyian.
63
7. Arti suatu ramalan adalah tidak tergantung pada jajaran dengan yang lainnya, atau pun pada
pembacaan dalam beberapa cara dalam persamaan dengan yang lainnya. Dengan kata lain,
8. Ramalan atau pesannya mengumumkan suatu bencana atau bahaya yang tidak dapat
dielakkan atau hindari. Tidak ada cara untuk penundaan dan membelokkan. Bentuknya
tegas.
9. Ramalan terpenuhi nyata, yang dipenuhi pada tahun 722 SZB. Dan yang lainnya akan di
penuhi lagi.
Dari ciri-ciri yang ada di atas, dapat dilihat bahwa Amos pada tahap ini berisikan
pengumuman tentang kutukan dan bencana artinya penghukuman kepada orang-orang Israel
khususnya di Israel Utara. Dalam tahap ini tercakup orang-orang yang merasa dirinya amat
terjamin, kuat, orang kaya, penguasa, orang-orang yang bersenang-senang di atas penderitaan
orang lain, pemimpin elit masyarakat petani israel. Oleh sebab itu terhadap kelas elit, Amos
mengumumkan bahwa Tuhan akan menjawab perlakuan kejam kepada orang-orang lemah oleh
golongan atas, bahkan Tuhan akan mendatangkan perang atas mereka, pembunuhan dan akan
menghalau mereka ke dalam pembuangan, dan mengubah pesta pora menjadi perang dan
ratapan.
Melihat pada latar belakang masyarakat di mana Amos A bernubuat yakni lebih pada
masyarakat agraris. Karakteristik yang paling penting dari masyarakat agraris adalah perpecahan
sosial yang ekstrim antara dua kelas utama yakni kaum elit yang berkuasa dan kaum tani. Kaum
elit merupakan pihak yang memegang kekuasaan, dan merupakan kelas yang mengatur segalah
aspek kehidupan.Kaum elit menganggap diri mereka benar dan memandang kemiskinan yang
dialami oleh kaum tani sebagai cerminan dari kurangnya kebenaran dan ketaatan kepada
64
penguasa, serta kemiskinan yang terjadi tersebut merupakan kutukan yang menyebabkan ada
gagal panen, dan sebagainya. Sedangkan kaum tani, merupakan pihak yang lemah dalam
masyarakat, dan pekerjaan kaum tani adalah lebih pada penggarap-penggarap yang tidak
memiliki lahan pertanian dan hidupnya hanya bergantung pada belas kasihan dari para penguasa.
Nasib petani dalam tatatan sosial yang tidak adil ditangani oleh Amos pada abad ke-8
adalah akibat langsung dari dua faktor utama yakni: (1) pergeseran dari dominasi domain
patrimonial ke domain prebendal, dan (2) peran elit penguasa mendorong, memanipulasi, dan
mengambil keuntungan dari pergeseran ini. Domain patrimonial dilaksanakan oleh orang-orang
yang memiliki kepemilikan atau kontrol sebagai anggota, kelompok yang memiliki kekerabatan
(ayah ke anak). Domain prebendal dilaksanakan oleh pejabat negara berdasarkan hibah dari
negara yang memegang kepemilikan akhir dari tanah. Peran Elit, dapat dilihat dari cara para elit
Israel berkuasa, dengan melaksanakan domain prebendal disebut pula dengan kapitalisme sewa.
Petani perkebunan prebendal tidak hanya membayar upeti untuk penggunaan lahan, tetapi juga
membayar untuk faktor produksi lain seperti air, benih, hewan kerja, peralatan, dan sebagainya.13
Bertolak dari konteks kehidupan di mana Amos A bernubuat yakni pada zaman
feodalisme, dengan karakteristik masyarakat agraris, kehidupan pertanian menjadi bagian utama
dalam perekonomian masyarakat, dan relasi sosialnya bersifat hirarkhis. Kekuasaan dipegang
penuh oleh raja dan kaum bangsawan, bahkan mereka berhak penuh untuk mendapatkan
pelayanan dari masyarakat. Pada zaman tersebut, ketidaksamaan merupakan hal yang wajar, jika
para bangsawan menjadi kaya, dan para petani hidup miskin, tetap merupakan hal yang adil.
Raja memiliki kewenangan untuk mengambil hasil panen dari petani, atau hanya para bangsawan
13
Ibid., 24-32.
65
yang boleh berburu, dan sebagainya, bahkan sistem kelas dalam masyarakatpun dianggap hal
yang wajar dan tidak dapat dipersoalkan. Pemikiran ini dilatarbelakangi oleh suatu keyakinan
bahwa semua yang ada dalam masyarakat adalah benar, sah, dan tidak boleh dirubah, tetapi
harus diterima, bahkan kemiskinan yang terjadi dianggap sebagai suatu kutukan yang
Persoalannya sekarang adalah, jika dalam konteks kehidupan Amos A bernubuat, raja
dan para bangsawan menjadi semakin kaya dan para petani menjadi miskin merupakan sesuatu
yang sah-sah saja dan tidak menjadi persoalan, mengapa Amos hadir dan mengkritik akan
kehidupan mereka. Kritikan Amos terhadap para penguasa pada waktu itu, dikarenakan karena
semua kekayaan dan kemakmuran yang mereka terima, dihasilkan dengan cara yang curang,
dengan memberi suap kepada para hakim untuk memenangkan perkara di pengadilan. Bahkan
mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang paling kejam sekalipun yakni merampas hak hidup
orang lain, dengan menjual orang benar karena uang dan menjual orang miskin karena sepasang
kasut.
Pokok permasalahan yang menjadi kritikan dari nabi Amos A, yakni mengenai masalah
perampasan hak tanah dan hak hidup oleh para penguasa, karena persoalan hutang yang tidak
dapat dilunasi, atau dirampas demi kepentingan para penguasa. Dengan segala beban yang
dipikul oleh para petani, baik untuk kebutuhan pribadinya, kebutuhan sosial, keagamaan, untuk
memenuhi kebutuhan pemerintahan, gagal panen, dan sebagainya, menuntut para petani terpaksa
berhutang pada penguasa. Namun karena dengan bunga dan denda yang tinggi ditambah dengan
penghasilan yang rendah, mereka tidak mampu membayar, sehingga pada akhirnya mereka harus
14
Franz Magnis-Suseno, Kuasa & Moral (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), 52.
66
Dari persoalan inilah, dapat dipahami mengapa Amos begitu keras mengecam kehidupan
penguasa pada waktu itu, sebagai kehidupan yang penuh dengan ketenteraman yang palsu. Hal
tersebut dikarenakan para penguasa tidak lagi hidup menurut perjanjian Allah, mereka lebih
menuruti keinginan mereka, walaupun harus dengan mengorbankan sesama mereka sendiri,
bahkan dengan merampas hak hidup orang lain. Inilah yang membuat Allah sangat marah dan
memeberikan hukuman kepada mereka. Seharusnya mereka sadar bahwa mereka juga awalnya
merupakan budak di negeri orang, sehingga tidak pantas jika mereka memperbudak sesama
mereka sendiri demi kepentingan mereka. Oleh karena mereka tidak menghiraukan akan nubuat
dan kecaman dari Amos, sehingga hukuman dari Allah tidak luput dari mereka, sehingga pada
Bertolak dari kehidupan bangsa Israel yang awalnya merupakan budak di bangsa Mesir,
namun karena keprihatinan dan keberpihakan Allah pada mereka, sehingga pada akhirnya Allah
membebaskan mereka dari tanah perbudakan, dan memberikan kepada mereka tanah Kanaan
untuk mereka diami. Masing-masing mereka telah mendapatkan bagiannya dari tanah perjanjian
tersebut, untuk dikelola dan memenuhi kebutuhan mereka masing-masing, bahkan boleh
dikatakan tanah sebagai hak hidup mereka. Mengapa dikatakan sebagai hak hidup mereka?
Karena dari situlah mereka memperoleh kebutuhan untuk mengelola demi hidup mereka sehari-
hari, dengan demikian, mereka akan menjadi tidak berdaya dan akan kehilangan hak hidup
Untuk lebih lanjut, dalam memahami mengenai masyarakat agraris dalam konteks Amos,
67
Gambar 1. Grafik hubungan kelas-kelas dalam masyarakat agraris
Sistem kelas dalam masyarakat agraris menurut Lenski, ada dua golongan besar di
dalamnya yakni; pertama, golongan Aristokrat, merupakan golongan masyarakat yang hanya
10% atau paling sedikit dalam masyarakat, tetapi mereka menguasai 90% dari masyarakat
(kekayaan), dan mereka inilah yang mengontrol dan mengatur kehidupan di dalam masyarakat
sekalian merupakan tuan tanah. Kedua, masyarakat umum, merupakan kelompok yang paling
besar yakni 90% dari jumlah masyarakat yang ada, namun hanya menguasai 10% dari kekayaan
masyarakat. Merupakan kelompok yang tidak memiliki tanah, digaji oleh negara dengan jumlah
yang minim, selalu berjumpa dengan kesulitan ekonomi, dan selalu berjuang untuk memenuhi
hidup sehari-hari bahkan sampai harus berhutang. Menurut Lesnki, kelompok yang menduduki
68
strata atas merupakan kelas domain yang terdiri dari minoritas yang berkuasa dan mempunyai
Dari kedua golongan utama ini, para penguasa berada pada posisi paling puncak (the
ruler). Para penguasa disini yang dimaksud adalah raja, walaupun hanya satu orang tetapi
mampu menguasai kekayaan sampai 50%. Kemudian diikuti oleh kelompok pemerintah
(governing class), yang merupakan kelompok yang selalu mendukung raja. Kemungkinan
kelompok ini 1% dari populasi masyarakat yang ada, dan menguasai sekitar 25% dari kekayaan
masyarakat. Lalu, diikuti oleh kelompok para pelayan dan para imam (retainers and priests).
Mereka merupakan kelompok yang melayani para elit politik. Populasi mereka dalam
masyarakat berkisar 5-8%. Walaupun dengan jumlah yang begitu kecil, tetapi mereka mendapat
distribusi kekuasaan, kekayaan, dan kehidupan yang paling layak. Kemudian kelompok
mewah untuk kelompok penguasa. Dengan cara membeli dari pedagang kelas bawah dengan
harga yang murah, kemudian menjual kepada para penguasa dengan harga yang lebih mahal.
Kelompok ini terdiri dari 3-5% populasi masyarakat. Walaupun kelompok ini berposisi sama
dengan petani, namun ada sebagian kecil dari kelompok yang memiliki posisi atau kedudukan
terbesar (90%), namun memperoleh distribusi kekuasaan, kekayaan yang paling kecil (10%).
Yakni kelompok pengrajin (artisans), dengan populasi 5%, merupakan kelompok pengrajin yang
membuat berbagai jenis atribut-atiribut perhiasan untuk dijual kepada pemerintah (aristokrat). Di
15
Gerhard E. Lenski, Power and Privilege: A Theory of Social Stratification (Capel Hill and London: The
University of North Carolina Press, 1984), 243-248.
69
bawah kaum artisans, dilanjutkan dengan kaum petani (peasants), merupakan kelompok dengan
populasi 50-75% dalam masyarakat. Dari setiap hasil pekerjaan mereka, yang menjadi milik
mereka seutuhnya adalah 1/3%, sedangkan 2/3% untuk membayar pajak dan sewa tanah. Hal ini
akan berjalan dengan baik, asalkan hasil panen mereka juga baik, tetapi akan berdampak buruk
jika terjadi gagal panen, maka mereka akan berhutang pada para penguasa namun dengan bunga
yang besar, dari sinilah awal menuju perbudakan, jika mereka tidak mampu untuk membayar
hutang.16
Kelompok masyarakat yang tercemar atau kelompok yang kotor (unclean and degraded),
merupakan kelompok yang diasingkan dari kehidupan masyarakat karena berbagai alasan yakni
kusta, bercacat, pelacur, dan sebagainya. Merupakan kelompok dengan jumlah 5% dari populasi
masyarakat. Terakhir adalah kelompok atau kelas terbuang (expendable class), dengan jumlah 5-
10% dari populasi masyarakat, namun akan bertambah menjadi 15% jika terjadi kesulitan
ekonomi. Mereka yang termasuk dalam kelompok expendable, hidup hanya dengan belas
Dari diagram Lenski ini, dapat kita melihat bahwa kaum elit, penguasa yang sebagian
besarnya tinggal di kota, terutama di ibukota, memiliki kontrol yang besar atas masyarakat
umum terutama para petani. Para elit gagal melihat petani sebagai bagian dari manusia. Mereka
lebih melihat kemiskinan yang dialami oleh para petani sebagai hukuman atas ketidakbenaran di
hadapan Tuhan sedangkan kekayaan sebagai bagian dari ketaatan mereka. Dalam masyarakat
agraris, kekayaan yang dihasilkan dari sistem ekonomi komando. Dengan sistem hierarki, di
mana yang berkuasa adalah para penguasa. Sedangkan para petani merupakan pengelola tanah
16
Ibid., 266-279.
17
Ibid., 280-284.
70
yang hanya tinggal di pinggiran-pinggiran kota, mereka menyuplai hasil pekerjaan mereka dari
desa ke kota demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Misalnya; membayar pajak, perpuluhan,
sewa, upeti, dan bunga hutang/denda, dan hadiah kepada kaum elit. Semua itu akan berjalan baik
jika hasil panen mereka bagus, tetapi akan berbanding terbalik jika terjadi kegagalan dalam
panen, maka petani akan meminjam kepada elit untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka serta
membayar segala kewajiban mereka. Tentunya mereka berhutang kepada para elit-elit, namun
dengan bunga besar yang ditetapkan oleh para elit untuk membayar hutang, tetapi karena
ketidakmampuan mereka dalam membayar hutang, mereka harus menggadaikan segala tanah
mereka, yang merupakan dasar kehidupan mereka kepada para penguasa demi membayar
hutang. Namun ketidakmampuan mereka dalam melunasi segala hutang mereka kepada para elit,
maka pada akhirnya mereka harus menjual segalah yang mereka punya termasuk diri mereka,
dikecam oleh Amos A, bukan semata-mata karena persoalan kekerasan dan perbudakan,
melainkan karena terjadi perampasan hak tanah bahkan hak hidup sesama oleh para penguasa
dan kaum elit. Dengan berbagai tindak kecurangan, suap kepada para hakim, bebagai tindakan
ketidakjujuran, bahkan para penguasa rela menjual sesama demi uang, dan demi sepasang kasut.
Dengan demikian, Amos A, hadir untuk menegur mereka, dan menubuatkan berita penghukuman
dan kecaman bagi para penguasa, bahwa Allah akan melakukan perang melawan engkau, dan
akan mengubah perayaanmu menjadi ratapan serta berlalulah semua keriuhan pesta-pora mereka.
Dalam kitab Amos, nubuat penghakiman Amos adalah bukan sekedar kritik melainkan
71
Selain permasalahan yang ada, sebuah permasalahan yang diangkat oleh Amos A adalah
mengenai perayaan pesta Marzeakh. Perayaan pesta Marzeakh, merupakan suatu bentuk
solidaritas dalam sebuah pesta, yakni dengan memberikan persembahan bagi yang orang yang
sudah mati. Perayaan pesta Marzeakh dipegang sebagai unsur yang mencakup kepentingan
kerajaan, dan diadakan pesta pora tersebut di area sekitar kuburan kerajaan. Dalam perayaan
seperti ini, kaum tani tidak satupun diikut-sertakan dalam perayaan tersebut karena hanya
diperuntukkan bagi para elit. Ketika mereka berpesta, para anggota saling mengharapkan satu
sama lain agar tidak kekurangan dalam konsumsi dari “mangkuk besar” dan perayaan pesta
Kehidupan sosial yang tidak adil tersebut, seperti yang dinubuatkan oleh Amos bahwa
Allah yang akan berperang melawan mereka. Ketidakadilan yang terjadi di kalangan Israel
sebenarnya dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan kaum elit yang ingin menguasai segalah
aspek kehidupan yang ada, bahkan dengan merampas hak milik orang lain. Dari persoalan inilah
yang membuat kaum tani yang adalah kaum lemah,kehilangan akan hak tanah mereka bahkan
hak untuk hidup. Di mana para pemimpin membelokkan hukum di pengadilan, dengan berbuat
curang, memberi suap kepada para hakim untuk memenangkan perkara, dan merampas hak milik
sesamanya. Dengan demikian tidak mengherankan jika Nabi Amos begitu tegas dan keras
mengutuk akan perbuatan mereka, dengan nubuatan-nubuatan yang disampaikan; Tuhan akan
menjawab perang yang mereka lakukan kepada kaum tani dengan berperang melawan mereka,
dan Ia akan mengubah pesta pora yang mereka lakukan menjadi ratapan. Nubuat ini
mengindikasikan bahwa tidak ada seorang pun yang akan luput dari pada hari Tuhan berperang
melawan mereka.
18
Robert Coote, Amos Among The Prophets., 37-39. Bnd. Philip J. King dan Lawrence E. Stager,
Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 405-409.
72
Dalam hubungan sejarah dengan terjadinya kitab Amos ini, tentulah kalangan Yerusalem
telah memainkan peranan yang penting sebab kerajaan Israel (kerajaan Utara) telah runtuh pada
sekitar tahun 722 SZB, hanya beberapa tahun sesudah Amos menubuatkan hukuman terhadap
rasa aman yang semu di sana. Sastra keagamaan di Israel sebelum tahun 722 SZB, sebagian
besar berasal dari bahan yang secara lisan disampaikan turun-temurun dan masih tersimpan
dengan perantaraan jemaat Yehuda dari Kerajaan Selatan, yang tertawan ke Babel. 19 Pada masa
menyadur dan membukukan cerita-cerita lisan dan sastra keagamaan mereka. Pada zaman itu
hadirlah kitab Amos dalam bentuk yang dikenal sekarang dalam bahasa Ibrani. Sesudah itu,
mulailah sejarah penurunannya berupa kitab. Untuk menyimpan dan memelihara isi kitab ini,
Kitab Amos dalam Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dibagi dalam sembilan pasal yaitu:
Pasal 1: Judul (ay. 1). Hukuman atas bangsa-bangsa (ay. 2- pasal 2:3)
Pasal 2: Hukuman atas Yehuda (ay. 3-5). Hukuman atas Israel (ay. 6-16)
Pasal 3: Nabi sebagai penyambung lidah (ay. 1-8); Pemberitaan tentang keruntuhan Israel (ay. 9-
15).
Pasal 4: Terhadap perempuan Samaria yang mabuk kemewahan (ay. 1-3); Ibadah orang Israel
adalah ibadah yang jahat (ay. 5-4); Orang Israel tidak mau berbalik kepada Tuhan (ay. 6-13).
19
Wismoady Wahono, Di sini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2011),158-160.
73
Pasal 5: Ratapan mengenai Israel (ay. 1-3); Jalan yang menuju hidup (ay. 4-6). Melawan
perkosaan keadilan (ay. 7-13). Hidup dan mati (ay. 14-17). Hari Tuhan (ay. 18-20). Ibadah Israel
Pasal 7: Penglihatan pertama: belalang (ay. 1-3); Penglihatan kedua: api (ay. 4-6); Penglihatan
Pasal 8: Penglihatan keempat: bakul dengan buah-buahan (ay. 1-3); Peringatan terhadap orang-
orang yang menghisap sesama (ay. 4-8); Gerhana matahari dan ratapan (ay. 9-10); Lapar dan
Pasal 9: Penglihatan kelima: Tuhan dekat mesbah (ay. 1-6); Bangsa pilihan ditolak Allah (ay. 7-
tulisan yang menarik, yakni terdiri dari pidato-pidato penghakiman, penglihatan, puji-pujian,
himne puji-pujian, nasihat-nasihat atau peringatan, ratapan, satu narasi singkat, dan sebuah
kesimpulan penuh akan janji-janji keselamatan. Karya-karya ini secara khusus terbagi dalam
bagian-bagian yang secara jelas dapat dibedakan. Ada ramalan terhadap Damaskus, Gaza, Edom,
Amnon, Moab, Yehuda, dan Israel membentuk suatu rangkaian yang dibangun secara erat, di
mana masing-masing diantar atau diperkenalkan melalui rumusan ”ketiga” perbuatan jahat,
bahkan empat, Aku (Yahweh) tidak akan menarik kembali keputusan-Nya misalnya: hukuman
atau kemarahan dari Yahweh (Am. 1,2). Sebuah kumpulan pidato terhadap penghakiman Israel
Utara, termasuk ramalan-ramalan kesengsaraan dan sebuah ejekan yang dilakukan dalam bentuk
perintah seperti imam yang ditekankan lewat rumusan “Dengarlah firman ini” (Am. 3-6). Sebuah
74
rangkaian penglihatan yang melaporkan tentang penghakiman yang akan datang terhadap negeri
itu, disela oleh sebuah laporan narasi tentang perjumpaan nabi dengan imam Amaziah, dan
Kitab ini berakhir dengan sebuah ancaman kehancuran total yang agak dilembutkan
dengan jaminan nasional (9:7-15). Terdapat sebuah perbedaan yang tajam dalam tulisan ini
antara Firman Tuhan dalam bentuk orang pertama di dalam sekitara 20 ramalan (penyataan yang
dibawa oleh pembawa pesan) dari penyataan Nabi dalam bentuk orang ketiga di dalam sekitar 12
ramalan (pertanyaan saksi bebas). Jenis yang pertama dibingkai oleh rumusan-rumusan seperti
“Jadi Yahweh telah berkata” dan “Ucapan Yahweh”. Telah ada penelitian-penelitian mendalam
tentang tatanan kehidupan dari bentuk-bentuk penyataan yang digunakan oleh sang nabi dan ada
banyak spekulasi tentang apakah sumber-sumber dari penyataan ini berkaitan dengan tatanan
kelembagaan dari sang Nabi dan sehingga dapat mengungkapkan pesan yang dimainkan dalam
masyarakat.20
Tujuan Penulisan
Dalam pemberitaannya, Amos menyampaikan peringatan yang keras bagi umat Israel,
yakni penghukuman yang akan mereka peroleh jika bangsa Israel masih saja tetap tidak setia
pada Allah dan masih melakukan ketidakadilan bagi sesama mereka sendiri. Oleh karena
penyampaian yang begitu keras maka Amos diusir (Am. 7:10), ia hampir menyerah dan berhenti
untuk menyampaikan nubuat yang diberikan oleh Allah kepadanya yang mesti disampaikan bagi
umat Israel, akan tetapi Amos tidak menghindar dari tugas dan tanggung-jawabnya sebagai
20
Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible A Socio-Literary Introduction (Philadelphia: Fortress Press,
1987), 353-354.
75
seorang nabi.21 Tetapi sindiran ini tentunya sindiran yang benar-benar menyentuh dan tepat
sasaran terutama pada kaum penguasa, para pemimpin dan kaum elit.
Dalam Amos 3: 8, nabi Amos menunjukkan keunikannya yang sesungguhnya yang Amos
berkata-kata seolah-olah tanpa sadar. Hal itu dilakukan oleh Amos, karena itulah sikap ekstatis,
ciri khas seorang nabi pada zaman itu. Ia mengatakan bahwa nubuat yang disampaikannya itu
atas desakan Allah terhadapnya. Ia mengibaratkan seperti singa yang mengaum. Setidaknya
dengan pernyataan itu Amos hendak menyampaikan bahwa Allah tidak tahan lagi melihat
ketidakadilan yang terjadi di Israel Utara. Tentunya ini didasarkan pada kekuatan kasih Allah
yang masih dan bahkan akan terus ada dalan hidup orang di Israel Utara, namun Amos tidak
hanya menubuatkan tentang hari yang kelam, kematian atau petaka. Di akhir dari kitabnya,
Amos menubuatkan tentang hari yang terang dan janji keselamatan (9:1-15). Secara umum,
Amos menyoroti buruknya keadilan sosial di masa pemerintahan raja Yerobeam bin Yosia (786-
Masa pemerintahan raja ini dikenal sebagai masa “zaman keemasan” kerajaan Israel
Utara. Ini disebabkan karena pada masa pemerintahannya kerajaan-kerajaan besar bagian di
Utara dan Selatan, yakni masing-masing Asyur dan Mesir sedang lemah karena daerah-daerah
besar terutama Asyur dan Aram. Akibatnya, situasi politik dan keamanan di Palestina relatif
aman. Israel Utara dapat memanfaatkan situasi ini dengan baik dan berhasil membangun
kehidupan ekonomi mencapai tingkat kemakmuran yang sangat menonjol. Akan tetapi, dalam
zaman keemasan itu terjadi degradasi moral etik dalam kehidupan sosial Israel. Keberhasilan
seperti itu membangkitkan kebanggaan nasional serta anggapan bahwa Allah berkenan pada
Israel. Perkembangan perdagangan internasional membuat para pedagang menjadi kaya tetapi
21
Gerhand Von Rad, Old Testament Theology Volume II (London: SCM Press, 1975), 130-131.
76
kekayaan tersebut dicapai melalui praktek-praktek ketidakadilan dan ketamakan. Orang miskin
diabaikan, dan teraniaya. Ibadah-ibadah bersifat formal saja. Orang kaya menguasai segala
sesuatu dan semua orang, baik para nabi dan imam, maupun hakim-hakim dan orang miskin
Secara khusus pada perikop ini (Amos 6:1-7), yakni mengenai rasa tenteram yang palsu,
mempunyai hubungan dengan teks-teks sebelumnya yang memungkinkan nubuat ini diangkat
oleh Amos yakni karena bentuk ketidakadilan oleh para penguasa dan kaum elit yang menindas
kaum lemah dan menjual orang miskin, menjadikan mereka sebagai budak-budak, mengubah
hukum sesuai dengan keinginan dan kemauan mereka demi kesenangan dan kepentingannya
tanpa mempedulikan mereka yang lemah. Dapat dilihat pada sebelumnya yakni pasal 2, 3, 4 dan
pasal 5. Kemurtadan rohani, keruntuhan baik di bidang moral, dan sosial, serta kemorosotan
politik kerajaan Utara menyebabkan Allah mengutus Amos untuk menyebrangi perbatasan dan
Pada pasal 2, bentuk ketidakadilan sosial yang dikecam oleh Amos adalah kejahatan yang
dibuat oleh para elit, di mana mereka menjual orang-orang benar demi karena uang dan menjual
orang miskin karena sepasang kasut; mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu
dan membelokan jalan orang sengsara; anak dan ayah menjamah seorang perempuan muda;
mereka merebahkan diri di setiap mezbah di atas pakaian gadaian orang, minum anggur orang-
Pada pasal 3, disampaikan bahwa Allah memanggil nabi Amos untuk menegur bangsa
Israel dengan keras dan menyampaikan nubuat tentang dosa dan keruntuhan Samaria. Bahkan
kemarahan Allah kepada Israel digambarkan seperti seekor singa yang telah mengaum untuk
77
menerkam mangsanya. Bentuk kejahatan yang dikecam pada bagian ini adalah pemerasan,
Pada pasal 4, nabi memprotes dengan kata-kata yang keras terhadap perempuan-
perempuan Samaria yang mabuk kemewahan (ayat 1-3), terhadap ibadah-ibadah orang Israel
sebagai ibadah yang jahat (ayat 4-5). Walaupun mereka dikecam oleh Amos, namun umat Israel
tetap tidak mau untuk berbalik kepada Tuhan (ayat 6-13).Oleh karena itu, Pada pasal 5, nabi
menubuatkan akan datangnya hari Tuhan sebagai hari hukuman (ayat 21-27) dan membawa
mereka pada pembuangan. Inilah yang menurut saya mengapa pada pasal yang ke-6, Amos
kembali menentang dengan keras kesombongan hidup umat Israel yang merasa tenteram, merasa
aman, sejahtera dan makmur namun mengorbankan orang lemah dan miskin sehingga ia keras
mengecam mereka dan menegaskan bahwa ketenteraman yang mereka nikmati hanyalah bersifat
Dari bentuk-bentuk ketidakadilan sosial yang dilakukan oleh para kaum elit dan penguasa
yang dikecam oleh Allah melalui nubuatan nabi Amos, maka perlu untuk kita mendalami isi teks
tersebut untuk dapat memahami dengan baik, konsep keadilan yang seperti apa yang diharapkan
Dalam Perjanjian Lama, kata keadilan sosial lebih dikenal dengan myspat dan tsedeqa
yang berarti keadilan dan kebenaran. Keadilan dan kebenaran merupakan sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan. Kedua kata ini lebih sering digunakan dalam satu pemahaman yang sama
yakni keadilan sosial. Kepedulian Allah terhadap keadilan sosial, bukan saja dalam tuntutan
moral belaka melainkan juga dalam tindakan nyata, yakni kepedulian terhadap mereka yang
paling membutuhkan atau masyarakat yang paling kurang beruntung. Kisah pengeluaran bangsa
78
Israel dari perbudakan Mesir merupakan salah satu contoh keberpihakan Allah pada mereka yang
Semua bangsa Semit, termasuk bangsa Israel, adalah keturunan semi-nomadis (setengah
pengembara) yang punya suatu kepekaan yang pada masa sekarang disebut “keadilan sosial”,
jauh sebelum mereka bermukim di Palestina-Siria atau Mesopotamia dan mendirikan negara-
negara kecil di sana. Dengan kondisi-kondisi kehidupan di daerah pinggiran padang gurun,
masyarakat semi-nomadis merupakan suatu jenis masyarakat yang khas. Seorang individu tak
dapat bertahan hidup, terlepas dari sekelompok manusia, ia akan mati. Oleh karena itu, orang
biasanya hidup bersama dalam masyarakat keluarga dan marga yang akhirnya menyatu dalam
suku-suku. Dalam masyarakt seperti ini, kebersamaanlah yang diutamakan dan kepentingan
pribadi tidak dihindari untuk menindas orang lain, namun sebaliknya milik tersebut dibagi untuk
kehidupan bersama dengan murah hati.22 Namun semuanya berbanding terbalik ketika mereka
mendiami tanah Kanaan, lambat laun orang Israel mulai melupakan cara hidup mereka yang
lama ketika masih berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain yakni kesederajatan serta
saling ketergantungan.
Untuk melihat keadilan sosial dalam Perjanjian Lama, bagi Herman Hendriks, tidaklah
cukup dengan melihat bahwa Perjanjian Lama memuat hukum-hukum khusus yang menekankan
tanggung jawab sosial. Namun harus dilihat sebagai sebuah perjanjian antara Yahwe dengan
bangsa Israel, baik itu menyangkut aspek keagamaan, politik dan ekonomi sebagai bangsa
pilihan. Perjanjian tersebut adalah bagaimana adanya kesederajatan antara umat Israel dan di
22
Heman Hendrikus, Keadilan sosial dalam Kitab Suci (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 15.
79
hadapan Allah. Demkianlah peraturan-peraturan mengenai keadilan sosial merupakan bagian
Bangsa Israel sebagai umat Allah, lahir dari suatu pengalaman bersama akan peristiwa
Keluaran dari tanah perbudakan Mesir24. Allah menjanjikan kepada mereka suatu kehidupan
yang makmur, aman, damai, dan tenteram, namun bukan secara individu melainkan kemakmuran
bersama yang dapat dinikmati oleh seluruh anggota mayarakat; artinya bahwa seluruh
kepentingan kelompoklah yang diutamakan, maka tidak akan orang miskin di antara mereka,
tidak akan ada masyarakat yang terpetak-petak karena alasan ekonomi, sosial, agama, dan politik
asalkan mereka mau mendengarkan suara Tuhan dan melakukan setiap apa yang diperintahkan-
Nya (bnd, Ul. 15:4-5).25 Pemahaman Kristen tentang keadilan didasarkan pada keadilan ilahi,
seperti digambarkan dalam Yeremia 9:24: "Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia,
keadilan dan kebenaran di bumi”. Keadilan Ilahi menyiratkan bahwa Tuhan memperlakukan
Nabi seperti Yesaya dan Amos bernubuat atas nama orang miskin dan terpinggirkan
dalam masyarakat. Nubuat Amos merupakan yang paling mencolok dan paling terkenal
mengabaikan orang lain dalam hal ini mereka yang terpinggirkan. “Hai kamu yang mengubah
23
Ibid.,16.
24
Peristiwa keluaran dari tanah Mesir merupakan pusat teologi Perjanjian Lama. Alasan yang mendasar
adalah keadilan sosial. Dengan membebaskan Israel dari Mesir, Allah menyatakan diri-Nya dan menegakan
persaudaraan antar manusia. Dengan demikian Ia membangun suatu masyarakat yang manusiawi, suatu masyarakat
manusiawi yang adil.
25
Mungkin saja inilah yang menjadi alasan mengapa Allah melarang orang Israel untuk menimbun manna
untuk hari esoknya. Karena perbuatan seperti inilah yang akan merusaka kesederajatan mereka dalam hal
ketergantungan kepadaYahweh. Heman Hendrikus, Keadilan sosial dalam Kitab Suci., 17.
80
keadilan menjadi ipuh” (Am. 5: 7). "Tuhan mengharuskan umat-Nya melakukan keadilan, dan
cinta kebaikan, dan hidup dengan rendah hati (mereka) Allah (6: 8).26
Di dalam 1 Samuel 8:5-20 diceritakan bahwa Israel ingin mempunyai seorang raja yang
memerintah, menghakimi dan memimpin dalam perang. Meskipun Samuel dengan panjang lebar
menerangkan kepada mereka, bahwa raja dengan segala pegawai dan perwiranya akan menjadi
suatu beban yang berat untuk kaum tani. Dan sungguhlah, tidak lama setelah Saul dipilih
menjadi raja, ladang dan kebun anggur milik rakyat diambil dan diberikan kepada pegawai-
pegawai raja. Dengan demikian terciptalah suatu golongan baru dalam masyarakat Israel yaitu
Pada masa pemerintahan Daud, Israel menikmati keamanan, kedamaian, kejayaan dan
kemakmuran yang semuanya itu dimungkinkan karena keberhasilan dalam bidang politik dan
ekonomi. Setelah Daud wafat, ia diganti oleh anaknya Salomo. Salomo memperkokoh kerajaan
tampaknya cukup berhasil membangun kerajaan Israel dalam berbagai lini kehidupan, baik
politik, sosial, khususnya perdagangan dan ekonomi. Kerajaan yang dibangun Salomo
tampaknya sama dengan Daud, terkesan sentralistis atau terpusat di Yerusalem. Suku-suku
diwajibkan membayar pajak yang tidak sedikit karena hanya dengan cara mempertinggi
26
Noel Woodbridge and Willem Semmelink, “The Prophetic Witness of Amos and its Relevance for
Today’s Church in African Countries for Promoting Social Justice, Especially in Democratic South Africa” dalam
Jurnal Conspectus 2013 Vol. 16, 81.
27
Wismoady Wahono, Di sini Kutemukan., 129.
81
pajaklah, raja Salomo dapat mendirikan istana-istana dan Bait Suci yang indah sehingga
bertambahlah keluhan dari kalangan orang yang kena beban berat itu dan inilah yang menjadi
penyebab kerajaan Israel terpecah atas dua bagian setelah wafatnya Salomo (1 Raj.12). Bahkan
dari sistem pemerintahan yang menerapkan kerja paksa dan pembayaran pajak itulah yang
Perdagangan luar negeri menjadi salah satu faktor yang mneyebabkan timbulnya kelas
baru dalam masyarakat, yakni kaum pedagang. Dari sini semakin menambah golongan atau
kelas-kelas dalam kehidupan bangsa Israel, seperti yang diangkat oleh G. Lenski dalam bukunya
Power and Privilege, misalnya raja dan keluarganya yang boleh disebut golongan bangsawan, di
samping itu golongan pegawai-pegawai, perwira-perwira, dan imam-imam yang sering mendapat
hadiah dari raja atau menjadi kaya oleh rampasan dalam peperangan. Selain itu ada golongan
pedagang. Kaum pedagang merupakan golongan yang kuat dalam kehidupan ekonomi dan
sosial. Lalu pada masyarakat umum, yang kehidupan ekonominya pas-pasan, dan terakhir yang
paling bawah adalah kaum petani atau masyarakat lemah, yang tiada hari tanpa mengeluh. 29
Mereka-mereka inilah yang hidupnya di kota-kota dalam rumah yang baik dan kuat, dan
karena dilindungi tembok yang besar dan dijaga oleh tentara, maka mereka kurang menderita
kalau ada serangan musuh sedangkan golongan yang makin merosot dalam perkembangan ini
ialah kaum tani. Sebagian dari mereka masih dapat mempertahankan diri sebagai petani yang
merdeka tetapi mengeluh karena pajak yang tinggi. Tanahnya menjadi milik orang kaya di kota
dan mereka hanya menjadi buruh saja yang kadang-kadang ditindas oleh tuan-tuannya.
Perkembangan ini memang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, bahkan harus disebut suatu
28
Robert B. Coote., Demi Membela Revolusi., 70-79.
29
Gerhard E. Lenski, Power and Privilege.,284.
82
akibat yang buruk dari pemutusan perjanjian Allah oleh umatNya.30 Inilah yang menjadi kritik
Sejarah politik Israel mulai mengalami perubahan setelah selama empat puluh tahun
lamanya Salomo memerintah di kerajaan Israel Raya yang dianggap sebagai “abad keemasan
Israel” (971-931). Namun setelah Salomo wafat, dimulailah suatu periode baru yang
menunjukkan sejarah kemunduran yang pesat di kerajaan Israel. Periode ini dimulai dengan
perpecahan di mana suku-suku Israel Utara (10 suku ditambah suku Efraim dan Manasye)
memisahkan diri dari suku-suku Israel Selatan sehingga muncul dua kerajaan bersaudara yakni
Israel yang dipimpin oleh Yerobeam bin Nebat, seorang Efraim, dan Yehuda dipimpin oleh Raja
Rehabeam, anak Salomo, dari suku Yehuda. Periode ini selanjutnya diakhiri oleh kehancuran
kedua kerajaan bersaudara tersebut. Keruntuhan Israel di tahun 722 SZB, sedangkan Yehuda
Secara umum ada tiga faktor yang menyebabkan kerajaan Israel terpecah menjadi dua,
yakni: (1) keinginan wilayah Utara untuk membebaskan diri dari dominasi politik yang
dijalankan Yerusalem dan Yehuda yakni memberlakukan pajak yang berat yang ditetapkan sejak
masa pemerintahan Salomo; (2) Frustasi yang dialami masyarakat karena sistem rodi yang sangat
menindas (1 Raj 12:1-20), dan; (3) Sikap kritis yang tampak di kalangan-kalangan profetis, yang
melalui nabi Ahia32 meyatakan keberatannya terhadap aturan-aturan sosial dan agamani yang
ditetapkan Salomo. Bangsa Yehuda mengakui hak untuk memerintah berdasarkan asas
30
H. Rothlisberger, FirmanKu seperti Api: Para Nabi Israel (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),27-28.
31
S. Wismoady Wahono, Di sini Kutemukan., 141. Bnd. Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomidtik:
Kedaulatan Dinasti Daud Atas Wilayah Kesukuan Israel (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 1.
32
Ahia termasuk nabi-nabi perintis atau terdahulu seperti Samuel dan Abyatar. Mereka menerima dan
meneruskan firman Tuhan kepada jemaat yang mencari atau membutuhkan nasihat (1 Sam.9:9,10).
83
pewarisan takhta secara keturunan tetapi di Israel Utara, seorang raja dipilih oleh Allah melalui
Wilayah bagian Selatan dengan ibu kotanya Yerusalem, dihuni oleh suku Yehuda dan
Benyamin. Wilayah ini selalu dipimpin oleh keturunan Daud. Sedangkan wilayah bagian Utara
dihuni oleh kesepuluh suku lainya. Wilayah ini dipimpin oleh Yerobeam sebagai raja Pertama.
Setelah pemerintahan raja berikutnya, yakni Omri (879-869 SZB), Samaria menjadi ibu kota
wilayah kerajaan ini (I Raj. 16:24). Tetapi pada tahun 842 SZB, kerajaan Israel diambil alih oleh
Yehu (seorang panglima). Ia berikhtiar untuk membunuh semua keturunan Omri dan
mengadakan perubahan tata kehidupan umat Israel (II Raj. 10). Situasi ini dimanfaatkan oleh
bangsa Aram yang dipimpin oleh raja Hazael yang bersemayam di Damaskus. Keadaan ini tiba-
tiba menjadi lebih kacau dengan pertumbuhan kerajaan Asyur sebagai penguasa politik.34 Raja-
raja Asyur dan masa pemerintahannya yang terpenting adalah Tiglat-Pileser III (745-727 SZB),
Salmanezer (727-722 SZB), Sargon II (722-705 SZB), Sanherib (705-681 SZB), Esarhaddon
Tiglat Pileser sebagai seorang imperialis yang tidak pernah puas, hendak menaklukkan
dunia. Proses tersebut dimulai pada tahun 741 SZB, ketika tentara Asyur memasuki wilayah
Barat. Mereka merebut kota Arphad dan Hamat pada tahun 738 SZB dan akhirnya menaklukkan
seluruh wilayah Semit Barat. Imperialisme Tiglat-Pileser dilanjutkan lebih dari satu abad oleh
Syalmaneser IV, Sargon, Shanherib, Esarhadon dan Asyur-Banipal. Sesudah Siria Utara
ditaklukkan, Aram dan Fenisia diserbu. Perserikatan bangsa-bangsa Siria-Palestina tak bertahan
33
Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 254. Dapat juga dilihat dalam
bukunya Robert B. Coote, Demi Membela Revolusi: Sejarah Elohist (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 70-
73.Mengenai pemerintahan Salomo ia dijuluki sebagai Firaunnya Israel.
34
Frank M. Boyd, Kitab Nabi-nabi kecil (Malang: Gandum Mas, 2006), 39.
35
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 158.
84
melawan kekuasaan raksasa Asyur. Israel jatuh pada tahun 734 dan sisanya dihapuskan pada
tahun 722 SZB. Samaria diserbu dan seluruh tokoh-tokoh Israel Utara diangkut ke dalam
berlindung kepada raja Asyur, tetapi terpaksa menyerahkan kedaulatan dan membayar upeti.
Bangsa Asyur mampu menjinakkan Aram dan bangsa-bangsa di sekitar Israel (900-600 SZB).
Kediktatoran Asyur tidak hanya membuat bangsa-bangsa di sekitarnya, termasuk Israel bertekuk
lutut, tetapi mereka bahkan berhasil memperluas daerah jajahan ke semua penjuru.
Pada sekitar tahun 800 SZB kerajaan Asyur mengalami sedikit kemunduran.36 Kerajaan
Asyur sendiri akhirnya hancur sehingga dua ratus tahun kemudian hampir tidak tampak lagi
bekas-bekas kemegahan kerajaan itu. Kerja sama tampaknya dengan mudah terjalin di antara
negara-negara taklukan Asyur untuk merdeka. Pemimpin Israel dan Yehuda pun tidak mau
ketinggalan. Kebesaran Israel raya yang pernah ada pada masa Raja Salomo hendak ditegakkan
kembali. Di wilayah Utara, raja Yerobeam II berhasil memperluas wilayah kerajaannya dan
memulihkan batas-batas lama (II Raj. 14:25). Israel mulai menata diri. Pemulihan besar-besaran
pun terjadi. Intervensi wilayah asing mampu ditepis, dan gejolak dalam wilayah sendiri juga
telah reda. Pada masa ini Israel berada pada masa keemasannya. Banyak kota dibangun, muncul
orang kaya baru. Israel, baik kerohanian maupun struktur kebangsaannya mengalami pemulihan
kembali. Tetapi di saat yang sama muncul ketidakadilan sosial di wilayah Utara, hierarki
kekuasaan dan ekonomi menjadikan jarak yang cukup jauh antara yang kuat dan lemah. Keadaan
inilah yang menimbulkan perhatian serius dari para nabi saat itu, yakni tampilnya empat nabi
yakni Amos, Hosea, Mikha dan Yesaya turut membawa pengaruh besar terhadap bangsa itu.
36
Darmawijaya, Warta Nabi Abad ke-VIII (Yogyakata: Kanisius, 1990), 23.
85
Nabi Amos misalnya, kritikannya terhadap ketidakadilan sosial di Israel Utara bukanlah
pertama-tama perasaan belas kasihan terhadap rakyat. Amos mengungkapkan kritikannya itu
pertanggungjawaban bangsa pilihan itu. Justru karena Israel dipilih menjadi bangsa pilihan
Tuhan, maka bangsa Israel pun layak untuk dihukum (Am. 3:2).37 Menurutnya, memperkosa hak
sesama manusia berarti memperkosa perjanjian dengan Tuhan. Sebab Tuhan mengadakan
perjanjian bukan saja dengan kalangan atas yang berkuasa saja, tetapi juga dengan seluruh umat
Israel; mereka semua seharga dan senilai. Umat Allah itu, menurut pandangan Amos, tidak
hanya mencakup kerajaan Yehuda, yang dipimpin oleh keturunan Daud, tetapi juga kerajaan
Israel yang memisahkan diri di bidang politik dan keagamaan. Perpisahan itu dikecam oleh
Amos (Am. 5:5), tetapi pada dasarnya umat Israel tetap menjadi umat pilihan Allah (Am. 2:10).
Amos sendiri meremehkan keterpilihan itu (Am. 9:7), sebab ini tidak memberikan jaminan
kepada bangsa Israel seolah-olah luput dari hukuman yang ditimpakan Tuhan kepada bangsa-
bangsa lain yang memperkosa hak sesama manusia. Sebaliknya perjanjian dan keterwakilan yang
tidak ditanggapi sebagai mana mestinya, hanya menjadi dasar untuk hukuman yang lebih berat
(Am. 2:6-16). “Hari Tuhan ” menjadi hari kegelapan (Am. 5:20). Artinya tindakan penghukuman
Tuhan dan tidak ada orang dapat meluputkan diri; Allah berdaulat penuh atas umat pilihan-
Nya.38
Selain Amos, ada Hosea yang berkarya sebagai nabi setelah Amos di Israel Utara.
Keduanya saling melengkapi. Ciri khas Hosea dalam pemberitaannya adalah melalui
perkawinannya yang menghasilkan anak-anak yang nama mereka berupa lambang. Misalnya,
37
A.Th. Kramer, Singa Telah Mengaum: Para Nabi dalam Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1996), 25.
38
Jeane Ch. Obadja, Survei Ringkas Perjanjian Lama (Surabaya: Momentum, 2004), 159.
86
perkawinan Hosea itu, melambangkan hubungan Tuhan dengan umatnya, hubungan cinta sumi
istri. Allah mengasihi umat Israel seperti seorang suami mengasihi istrinya. Karena itu, Hosea
mempunyai pandangan yang keras tentang bangsanya; tidak ada penyerahan diri, tidak ada kasih
setia satu sama lain, tidak ada pengetahuan dan kasih akan Allah.39 Di sini tampak jelas bahwa
situasi ketidakadilan yang terjadi di Israel Utara menjadi pokok pewartaan mereka saat itu.
Masyarakat di Israel Utara umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.
Sebagian bekerja di ladang dan sebagian kecil bekerja sebagai pedagang. Hewan yang dipelihara
seperti domba, kambing, dan lembu yang merupakan hewan yang paling penting diambil
susunya, kulit, bulu, dan dipekerjakan sebagai penarik beban. Hasil pertanian yang dihasilkan
antara lain adalah anggur dan zaitun yang ditanam di sisi bukit serta gandum di lembah. Tanah
dan juga anggur menjadi sesuatu yang sangat berharga pada saat itu. Jenis anggur yang paling
berharga pada waktu itu adalah jenis anggur sleeping wine, yakni jenis anggur tua yang dicampur
dengan minyak pembasuh yang digunakan untuk meminyaki kaki seseorang setelah mandi. Oleh
para penguasa biasanya disimpan dalam gudang sebagai komoditi yang bernilai paling tinggi.
Sedangkan pada kegiatan perdagangannya adalah berupa penjualan logam, batu berharga,
Di zaman tampilnya nabi Hosea dan Amos, pada masa pemerintahan raja Uzia dan
Yerobeam II, Kerajaan Israel mengalami masa kejayaan dan kemakmuran yang baik. Faktor-
faktor yang menyebabkan kerajaan Utara (Israel) mengalami kemakmuran antara lain karena
kerajaan Utara meliputi kota-kota Kanaan yang utama, jalan utama yang menghubungkan Mesir,
39
Etienne Charpentier, Bagaimana membaca Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 61.
40
Robert B. Coote, Amos Among The Prophets., 36-37.
87
Mesopotamia, dan Asia Kecil, serta daerah subur di Kanaan kiri sungai Yordan, termasuk bekas
kerajaan Moab.41 Konteks kehidupan yang makmur ini juga dikarenakan oleh letak geografisnya
yang berbeda dengan Yehuda yang berada di dataran tinggi yang tidak terlalu luas, dibatasi
perbukitan, dan padang gurun. Israel lebih besar wilayahnya dan menerima lebih banyak curha
hujan, dan dengan demikian maka tidak mengherankan jika Israel menghasilkan produk
pertanian yang lebih besar dan produk peternakan yang lebih kecil.42 Ditambah lagi dengan
Israel yang memiliki akses secara langsung ke jalur-jalur perdagangan utama, yang memudahkan
Kerajaan Israel mengalami masa kejayaan dan kemakmuran yang baik. Segala kebutuhan
dapat terpenuhi, ditambah lagi dengan kehidupan yang serba mewah; terbukti dari bangunan
rumah-rumah yang penuh dengan ornamen-ornamennya (Am.3:15). Selain hal demikian, satu hal
yang juga penting adalah kekuatan kota dan berkembang pesatnya pasar dalam kota itu disertai
dengan proses interaksi bisnis yang semakin kuat, membuat Amos mengkritik hal tersebut
(Am.6:8). Misalnya, dapat dilihat dari bukit Efraim sampai pada Yerusalem. Sepanjang jalan
tersebut Israel dipenuhi dengan berkat yang melimpah berupa gandum, anggur, dan hal ini juga
Kesejahteraan dan kemakmuran yang dimiliki Israel dan Yehuda, tampak dalam
penampilan hidup masyarakat yang terkesan mewah, sebagai dampak keberhasilan ekonomi dan
politik. Kesan mewah ini juga tidak terlepas dari tampilan ibadah yang dilakukan di Israel.
Mereka menganggap ini adalah perlindungan Tuhan yang sangat istimewa bagi Israel. 44 Namun
41
S. Wismoady Wahono,Di sini Kutemukan.,142.
42
Robert B. Coote, Demi Membela Revolusi., 85-87.
43
Bernhard Anderson, Understanding The Old Testament (Prentice Hall: Englewood Cliffs, 1957), 222-
225.
44
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 2.
88
dibalik semua kemewahan tersebut, terjadi penyimpangan serta penindasan dari kaum elit
terhadap orang-orang kecil. Misalnya, karena ingin mendapatkan kemewahan ini banyak orang
yang jatuh pada kemiskinan, orang-orang benar dijual karena uang (Am.2:6).
terhadap orang miskin. Orang-orang berduit mengambil-alih tanah, menyuap hukum negara dan
hukum dalam ekonomi, maka otomatis ini semakin menindas orang-orang miskin. Pada saat
yang sama, telah menghancurkan solidaritas umat perjanjian. Pada masa Salomo, beban pajak
yang diberikan kepada rakyatnya walaupun sedikit namun masih menggambarkan penindasan
karena ada rakyat yang sangat miskin, yang bekerja keras untuk membayar pajak. Kemewahan
itu ternyata hanya menjadi milik kaum pemilik modal, yang membuat semakin melebarnya
jurang antara kaum elit dan kaum miskin. Meskipun mereka berusaha untuk keluar dari pajak
dan sistem pemerintahan monarki, tetapi setelah itu mereka justru membangun ketenteraman
yang tidak menambahkan apa-apa untuk mereka, karena itu dibangun berdasarkan ketidak-adilan
dan di atas kepentingan segelintir orang saja yang berorientasi pada keuntungan semata dan tidak
melihat pada orang lain.45 Masa kejayaan dan kemakmuran ditandai dengan perdagangan dengan
luar negeri menjadi hidup kembali. Di ibu kota Samaria, penduduk merasa aman dan senang.
Perubahan yang terjadi dalam bangsa Israel dan Yehuda seperti yang disuarakan oleh
nabi Amos dan Hosea di Israel serta Yesaya dan Mikha di Yehuda. Keberhasilan dan
kemewahan di Israel ternyata tidak dinikmati oleh semua golongan masyarakat. Rakyat diperas
dan ditindas oleh kaum atas yang hidup tenteram dalam kota dan yang dilindung oleh tembok
yang kuat. Rakyat tinggal di luar dan harus mengerjakan ladang milik mereka dan hasilnya
45
John Bright, A History of Israel (Philadelphia: The Westminster, 1952), 225-259.
89
harus diserahkan kepada para pejabat di kota. Bahkan ada penduduk yang tidak mampu
membayar utangnya kepada para rentenir, terpaksa menggadaikan tanahnya dan jatuh di tangan
para pemodal (Am. 2:6). Mereka diberi pinjaman dengan bunga yang cukup tinggi. Golongan
rakyat jelata hanya menonton jurang pemisah antara mereka dan para pejabat dan tidak dapat
pula merasakan apa yang dirasakan oleh kaum elit. Para penguasa dan kaum elit terus
memperkaya dirinya di atas pengorbanan dari yang miskin. Keadaan tersebut diakibatkan oleh
karena mereka tidak mampu membayar hutangnya, mereka terpaksa menjual serta mengadaikan
harta bendanya hingga dirinya pun digadaikan dan menjadi budak. Bahkan Mereka diperas
habis-habisan sehingga pada akhirnya yang ada pada mereka hanyalah tubuhnya sendiri dan
Amos mengkritik keras akan semua ketidakadilan sosial dalam masyarakat Israel. Semua
yang dibuatnya bukan ingin menunjukkan keinginan dan kehebatannya sendiri, tetapi kritik
Amos ini didasarkan pada kepercayaan kepada Allah yang maha adil dan maha kasih. Orang-
orang kaya, orang-orang berkuasa, orang-orang terkemuka telah menjadi kaya secara tidak adil
dan tidak benar karena dengan merampas hak milik orang lain, bahkan hak hidup orang lain pun
dirampas demi kesejahteraan mereka semata. Inilah yang membuat Amos dengan tegas
mengkritik setiap tindakan mereka yang menjual orang benar tanpa ada kesalahan pada diri
mereka, sehingga akhirnya mereka dijual sebagai budak oleh mereka yang disebut golongan elit
46
Hutang terjadi secara berlebihan tersebut bukan karena ketidakmampuan dari kaum miskin, tetapi karena
sistem pajak yang diterapkan oleh raja Salomo yang mencekik leher, dan hutang sudah tidak mampu dilunasi dan
terpaksa menjual dirinya menjadi budak-budak karena tidak mampu melunasi hutang-hutang tersebut. Robert B.
Coote, Demi Membela Revolusi.,85.
47
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 24.
90
Perubahan tata ekonomi yang dimulai raja Salomo, diteruskan, ditingkatkan dan
dipercepat oleh para raja-raja di wilayah Israel Utara. Tata ekonomi itu mengikuti tata ekonomi
di Mesir, di mana daerah tersebut sudah lama dipraktekkan apa yang diistilahkan sebagai
“Kapitalisme Negara”, di mana semua alat produksi ada di tangan negara (raja dan
di Israel yang kelihatan baik ternyata berada dalam kemerosotan di berbagai lini kehidupan.
Protes nabi terhadap ibadah-ibadah Israel yang terlihat sangat teratur ternyata merupakan
tipuan yang tak berguna (Am 5:4-5, 21-24). Pada masa Amos tampak bangsa Israel melakukan
ibadah dengan giat (Am 4:5), tetapi ia mengecam ibadah di Betel dan Gilgal sebagai ibadah yang
jahat. Ibadah yang mereka lakukan hanya rutinitas belaka tanpa disertai pertobatan. Di tempat-
tempat itu berlangsung praktek peribadahan yang tidak memuliakan Tuhan. Hal ini dapat
diketahui dari penggunaan istilah Ibrani pasya yang secara harafiah berarti memberontak.
Ternyata orang Israel tidak menyembah Yahweh di tempat-tempat tersebut, tetapi menyembah
dewa-dewi Kanaan: Dewi Asima di Samaria, Dewa Sakut dan Kewan (dewa binatang), dan
sejumlah patung-patung berhala.49 Misalnya perayaan pesta Marzeach. Perayaan pesta Marzeach
merupakan suatu bentuk solidaritas dalam pesta memberikan persembahan dan pesta sangat
Marzeach berada di bawah lindungan kerajaan, dan pesta dipegang sebagai unsur yang
mencakup kepentingan kerajaan. Dengan demikian mengadakan pesta dekat dengan atau di
48
C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 284.
49
Marthinus T. Mauwene, Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012),
209-210.
91
kuburan kerajaan. Marzeach berpesta di satu pihak sebagai pilihan di Samaria, pada festival
ziarah di Bethel atau Dan tidak satupun kaum tani yang diikut-sertakan.50
Para nabi menunjukan kepada Israel bahwa betapa salahnya mereka beranggapan Tuhan
akan berkenan dengan ibadah-ibadah mereka yang resmi, sementara mereka melupakan
sesamanya manusia. Ini ditunjukkan pada Amos 6:4, “.....Yang berbaring di tempat tidur dari
gading dan duduk berjuntai di ranjang. Yang memakan anak-anak domba dari kumpulan
kambing domba dan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun”. Dan
juga Hosea menghardik bangsa Israel karena mereka mengikuti peribadahan-peribadahan kafir,
termasuk kebiasaan kafir yang berasal dari agama Asyur ketika berkuasa di Israel (Hos 4:11-
14).51 Secara keagamaan, hidup keagamaan di Israel telah merosot menjadi ibadat kepada Baal
(Hos. 1-3, 4:1). Di Israel berkembang pula sinkretisme secara besar-besaran. Penyembahan dewa
Baal dan dewa Asima menjadi sangat marak bahkan cenderung menjadi agama resmi di Israel
utara di samping agama Israel yang Yahwistis.52 Di bukit-bukit pengorbanan, berhala dan
Baalisme merajalela dan sinkretisme menjadi meningkat, bahkan oleh para pejabat kultus
sendiri.53
Sesudah perpecahan antar Israel (Utara) dan Yehuda (Selatan) tahun 931 sM, wilayah-
wilayah yang tadinya bergabung dengan kerajaan Salomo dan negara-negara kecil di seberang
Yordan merebut kemerdekaannya kembali. Dalam sejarah agama Israel perpecahan itu menjadi
penting. Dengan demikian, pengaruh Yerusalem menjadi berkurang, meskipun pimpinan kota
selalu mendesak Yerusalem untuk menjadi kota kebangsaan dan kota kudus. Khususnya raja
50
Robert B. Coote, Amos Among The Prophet., 37-38.
51
David F. Hinson, Sejarah Israel.,177.
52
Marthinus T. Mauwene, Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual., 205.
53
Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum., 23.
92
Yerobeam II sengaja mengurangi pengaruh Yerusalem dengan cara mengembangkan kuil kuno
di wilayah Israel Utara menjadi kuil kenegaraan. Bahkan Yerobeam II menaruh patung lembu di
kuil-kuil itu sebagai pengganti Yahweh (I Raj. 12:28). Itu berarti bahwa pada zaman Yerobeam
II, penggunaan lembu simbolik itu menyamarkan perbedaan antara Yahweh dan Baal. Awalnya
maksud Yerobeam II tidak demikian; dia ingin agar bangsanya tetap beribadah kepada Yahweh,
tetapi dalam praktek justru kebijakan Yerobeam II itu bertentangan dengan maksud awalnya.
Dalam artian bahwa sebelum perpecahan kerajaan Israel Raya, pusat peribadahan ada pada
Sinagoge di Yerusalem. Setelah perpecahan, Dan dan Betel berubah menjadi tempat pemujaan.54
Patung lembu di Betel dan di Dan semakin menyebar di kerajaan Utara (Hos. 8:4).
Bahkan patung itu dicurigai sebagai simbol kesucian (Hos. 13:2). Tindakan Yerobeam II dalam
mendirikan kultus lembu itu merupakan contoh betapa besarnya pengaruh kerajaan terhadap
pengaruh agama di Israel. Gejala itu jelas sekali pada masa pemerintahan Ahab, anak Omri (874-
835 sM) yang menikah dengan Izebel, puteri raja Sidon. Izebel berusaha sekuat tenaga untuk
menyebarkan agama Baal di Israel.55 Hal ini membuktikan bahwa status kota Samaria yang
didirikan oleh Omri itu hendak disejajarkan dengan status kota Yerusalem. Sebagai mana
Yerusalem menjadi kota Daud, samaria pun menjadi kota raja. Oleh statusnya itu, Samaria
Keyakinan umat Israel, bahwa Allah memberkati mereka sebagai bangsa pilihan,
tampaknya hanyalah keyakinan semu. Kehidupan keagaman yang terlihat khusuk hanyalah
kamuflase untuk menutupi praktek ketidakadilan yang dilakukan oleh para penguasa (Am. 5:21-
27). Ibadah yang dilakukan sebenarnya hampa, karena tidak disertai oleh penghayatan iman yang
54
Th. C. Vriezen,Sejarah Israel Kuno., 255.
55
Ibid.,199-200.
56
Klaus Koch, The Prophet, The Assyrian Period (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 50.
93
sungguh; hanya bersifat lahiriah. Terkesan ibadah dilakukan untuk merayu Allah agar mengikuti
apa yang diinginkan oleh para penguasa Israel. Bahkan persembahan yang dipersembahkan
dijadikan ajang untuk menunjukkan kekayaan; siapa yang lebih kaya pasti memberi paling
banyak. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan bentuk ibadah bangsa Kanaan dan bangsa di
sekitar mereka.57 Maka Amos hadir untuk mengkritisi keadaan hidup umat Israel yang diliputi
oleh ketidakadlian. Sebenarnya Israel sebagai umat pilihan Allah harus menunjukkan sikap hidup
yang berkenan kepada-Nya, bukan sebalikya. Kekudusan Allah yang telah memilih mereka
semestinya menjadi bagian integral yang tidak bolah terpisahkan dalam hidup umat Israel. 58
Sebelum masuk dalam analisa teks, ada suatu hal menarik bahkan suatu pertanyaan besar
yang patut untuk dikaji yakni alasan mengapa Amos yang berasal dari Selatan harus bernubuat
sampai di Utara, apa hanya sebatas karena ia dipanggil dan diutus oleh Allah, bagi saya jika
dilihat dari kacamata post kolonial, pasti ada kepentingan di dalamnya. Di luar dari kritikan yang
begitu keras terhadap para penguasa dan kaum elit di Israel yang berlaku tidak adil terhadap
Bertolak dari sejarah politik Israel yang mulai mengalami perubahan setelah selama empat
puluh tahun lamanya Salomo memerintah di kerajaan Israel Raya yang dianggap sebagai “abad
keemasan Israel” (971-931). Namun setelah Salomo wafat, dimulai dengan perpecahan di mana
suku-suku Israel Utara memisahkan diri dari suku-suku Israel Selatan sehingga muncul dua
kerajaan bersaudara. Bangsa Yehuda mengakui hak untuk memerintah berdasarkan asas
pewarisan takhta secara keturunan. Setiap raja di Israel Selatan berasal dari suku Yehuda. Tetapi
57
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 67.
58
Th. C. Vriezen, Sejarah Israel Kuno.,298.
94
di Israel Utara, seorang raja dipilih oleh Allah melalui para nabi (1 Raj 12:21-24). Oleh karena
itu, saat dinasti Daud memerintah, pusat kekuasaan dan peribadahan difokuskan di Selatan, yakni
di Yerusalem, kediaman suku Yehuda. Setiap orang yang ingin memperoleh keadilan dan ingin
beribadah harus datang ke Yerusalem. Yerusalem menjadi sentral kehidupan Israel. Namun
setelah perpecahan, suku-suku Israel Utara pun membangun tempat pemerintahan dan tempat
Dan firman yang dipakai untuk membenarkan kepentingan sentralisasi tersebut adalah
Di mana Yahwe sehingga harus dicari, jika bukan pada Betel bagi orang Israel? Tentu ini
menjadi sesuatu yang mengejutkan bahkan sebuah pertanyaan besar bagi bangsa Israel, mereka
harus mencari tempat peribadahan yang baru, di daerah yang berbeda. Karena bagi Amos tempat
Yahweh adalah di Sion, disitulah Yerusalem yang menjadi kota sentral bagi orang Yahudi. Oleh
karena itu dalam nubuatannya Amos memberitakan untuk tidak pergi ke Betel, karena di Betel
hanyalah penuh dengan kejahatan, dan mereka akan lenyap dari hadapan Tuhan. Oleh karena itu
jika mereka yang dari Israel Utara ingin hidup dan selamat, maka mereka dipanggil memandang
59
Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomistik., 6.
95
Jadi seolah-olah Allah telah menentukan bahwa Yerusalem dan Sion merupakan tempat
yang layak, tempat yang kudus dan suci bagi seluruh rakyat Israel, tempat “Allah berdiam”. Ada
beberapa pokok penting yang perlu diketahui disini adalah pertama, Amos adalah orang Yehuda,
namun ia diutus untuk bernubuat di Israel. Di balik nubuat Amos ini, ada suatu kepentingan
politik di dalamnya bahkan lebih kasarnya adalah adanya unsur kecemburuan sosial terhadap
Israel yang lebih makmur dan tenteram dibandingkan dengan Yehuda, yang dipimpin dan
dikendalikan oleh penguasa dari dinasti Daud, yakni menginginkan penyatuan kembali kerajaan
Israel Raya seperti sebelumnya yakni dipimpin oleh dinasti Daud. Kedua, setelah Israel Utara
menjadi sebuah kerajaan, mereka menjadi kerajaan yang maju dan makmur, oleh karena itu
kritikan Amos pada bidang ekonomi tujuan utamanya adalah agar bangsa Israel berbalik dan
tidak menjadi ancaman bagi Yehuda. Kemakmuran di Israel menunjukkan bahwa mereka pun
bisa membangun kembali masa kejayaan Salomo, tanpa campurtangan penguasa-penguasa dari
dinasti Daud.
Ketika melihat Amos 5:5, “Janganlah kamu mencari Betel, maupun pergi ke Gilgal,“ ini
serupa dengan bahasa Ulangan 12:5, “Tempat itulah yang harus kamu cari dan ke sanalah kamu
harus pergi”. Jika dipahami secara mendalam artinya “mencari” obyek atau tempat yang selain
kedua tempat di atas, dapat juga dikaitkan di dalam 2 Tawarikh 1:5, “Kemudian demikian juga
mengenai kuil yang dibangun oleh Salomo”. Setelah melihat perbandingan yang ada maka dapat
disimpulkan bahwa di dalam pandangan Amos adalah pemujaan Tuhan di Yerusalem dan hal ini
serupa dengan pandangan Deuteronomis bahwa pemujaan Tuhan diharapkan hanya di Yerusalem
saja, dan bahwa itu tidak datang secara langsung dari nabi Amos, tetapi karena ada campur-
tangan kepentingan politik dibelakang peran Amos. Dengan demikian, Israel bukanlah disebut
96
Masa jaya kehidupan Israel pada masa pemerintahan raja Yerobeam II, ingin
menunjukkan kepada Yehuda bahwa suku-suku Israel pun dapat menjadi masyarakat yang maju,
sejahtera, tidak hanya kesejahteraan itu milik suku Yehuda, baik dalam pemerintahan maupun
ritus keagamaan yang mana ia juga menentukan suatu hari raya pada hari yang kelima belas
bulan ke delapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan ia sendiri naik tangga mezbah itu,
begitulah dibuatnya di Betel, yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang
telah dibuatnya itu, dan ia menugaskan di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah di
angkatnya.60
Setelah menjadi raja atas Israel, sekitar tahun 1000 SZB sampai sekitar tahun 250 SZB,
Daud melakukan pemusatan pemerintahan dan ibadah suku-suku bangsa Israel di Yerusalem.
Hal ini dilakukan Daud karena sebelumnya suku-suku tersebut memiliki tempat ibadah masing-
masing, seperti Sikhem, Silo, Bethel, Gilgal, Gibeon dan sebagainya. Daud juga memulai suatu
kultus baru yang terpusat yang disebut kultus raja dan berpusat pada raja sebagai wakil Allah di
dunia. Oleh sebab itu, untuk berhubungan dengan Allah, orang harus melakukannya lewat sang
raja, karena dia sajalah yang dapat berhubungan dengan Allah dan semakin terpusat ketika Bait
Allah dibangun oleh Salomo di Yerusalem, kultus ini semakin mendapat tempat yang penting
seluruh Israel. Namun pada akhirnya setelah kematian Salomo, Israel Utara memberontak dan
memisahkan diri dari kerajaan Israel Raya dan membentuk kerajaan sendiri, dipimpin oleh Raja
Yerobeam. Dan mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan raja Yerobeam bin Yoas
(Yerobeam II), yang berhasil memperluas wilayah kerajaannya dan memulihkan batas-batas
60
Robert B. Coote, Demi Membela Revolusi., 95.
61
Ibid., 14-15.
97
lama (II Raj. 14:25). Banyak kota-kota dibangun di Israel, baik kerohanian maupun struktur
kebangsaannya mengalami pemulihan kembali. Sentralisasi oleh Dinasti Daud di Yehuda baik
itu pemerintahan dan peribadahan di Yerusalem dan Sion, tidak diterima oleh Kerajaan Israel
Utara. Oleh karena itu, suku-suku Utara juga membuat suatu sistem yang sama seperti di Yehuda
yakni membangun pusat pemerintahan dan pusat peribadahan di Samaria dan Betel.
Pembentukan pusat pemerintahan dan menghidupkan kembali kultus peribadahan oleh raja
Israel, Yerobeam II bertujuan supaya bangsa Israel tidak perlu lagi beribadah di Yerusalem.
Inilah yang dikecam oleh Amos dalam nubuatannya bahwa semua tindakan yang dibuat oleh
Raja Yerobeam adalah tindakan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dan penuh dengan
ketidakadilan sehingga peribadahan mereka tidak layak dan mereka akan dilenyapkan dari
hadapan Tuhan. Oleh sebab itu jika bangsa Israel ingin hidup maka harus mencari Tuhan serta
Nubuat Amos pada akhirnya tidak didengarkan oleh para pemimpin-pemimpin di Israel
namun justru ia diusir oleh Imam Amazia untuk kembali ke dan bernubuat di Yehuda (Am.
7:12). Pengusiran Amos oleh para Pemimpin Israel sebenarnya mengindikasikan bahwa
Kerajaan Israel ingin melakukan suatu pengejekan atau olokan (mockery) bagi nabi Amos yang
menjadi alat atau kaki tangan dari kekuasaan Dinasti Daud. Penguasa dari keturunan Daud
diklaim sebagai penguasa yang sepihak, mereka hanya memperhatikan wilayah dan saudara
sesuku mereka, tanpa memperhatikan bahwa Israel Raya tidaklah hanya suku Yehuda, tidak
hanya di wilayah Selatan saja, namun Israel Raya juga terdiri dari suku-suku di wilayah Utara
Israel. Israel tidak disebut raya jika pembangunan besar-besaran dipusatkan di Selatan,
sementara di Utara terabaikan. Oleh karena itu bagi saya, ketidakadilan dari sentralisasi di
98
3.4.3. Analisa Teks Amos 6:1-7
1"Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa
tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-
orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang!
2 Menyeberanglah ke Kalne, dan lihat-lihatlah; berjalanlah dari sana ke Hamat yang
besar itu, dan pergilah ke Gat orang Filistin! Adakah mereka lebih baik dari kerajaan-
kerajaan ini, atau lebih besarkah daerah mereka dari daerahmu?
3 Hai kamu, yang menganggap jauh hari malapetaka, tetapi mendekatkan pemerintahan
kekerasan;
4 yang berbaring di tempat tidur dari gading dan duduk berjuntai di ranjang; yang
memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing domba dan anak-anak lembu dari
tengah-tengah kawanan binatang yang tambun;
5 yang bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan
bunyi-bunyian bagi dirinya;
6 yang minum anggur dari bokor, dan berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi
tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf!
7 Sebab itu sekarang, mereka akan pergi sebagai orang buangan di kepala barisan, dan
berlalulah keriuhan pesta orang-orang yang duduk berjuntai itu."
Untuk melihat keadilan sosial dalam Amos 6:1-7, yang termasuk dalam bagian yang
menggambarkan kalangan Israel yang makmur yang oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
perikop ini diberi judul “Rasa Tenteram Yang Palsu”. Ayat-ayat tersebut menggambarkan
bagaimana kenteteraman yang dialami di Samaria adalah tidak sejati tetapi hanya penuh dengan
kepalsuan. Perikop ini terdiri dari tiga bagian, pertama-tama berfokus pada kepercayaan diri
yang congkak dari kalangan pemerintah (ay.1-3) yang hidup dalam kemewahan (ay.4-6a).
Kemudian disusul dengan suatu seruan kemarahan atas ketidakpedulian yang begitu besar
terhadap kehancuran bangsanya (ay.6b). Dari sini dilanjutkan dengan berita penghukuman yang
Amos membuka pemberitaannya dengan seruan yang menyerang rasa tenteram yang
palsu. Ayat 1 ini dibuka dengan seruan “celakalah” (Ibr: hoy), yang merupakan penegasan
karena menyangkut sesuatu yang penting, harus didengarkan dan diperhatikan dengan seksama.
Kata “celakalah” di sini berhubungan dengan suatu kondisi di mana orang-orang tidak lagi
99
mendengarkan suara kenabian, dan hidup dalam ketidakadilan (Yer.33:13), serta yang
merencanakan kejahatan dan penindasan dalam lapisan sosial (Mi.2:1), yang pada akhirnya
penguasa Israel yang hidup dalam ketenteraman dan kemewahan namun dipenuhi dengan
penyimpangan secara material dan membanggakan diri (Ibr: hoy hasya’ānānim besiyon)64 Amos
menyebutkan suatu gambaran hidup dari kaum atas yang merasa aman (Ibr:Sha’anan), yang
Rasa aman juga memiliki pengertian yang sama dengan rasa bangga, juga dapat berarti
keangkuhan. Jika dilihat dari keadaan umat Israel pada zaman Yerobeam II yang berada pada
suatu masa yang makmur dan tenteram, misalnya ada orang-orang yang mendirikan rumah-
rumah yang indah dan menghiasinya dengan barang-barang kesenian dari luar negeri yang
mewah dan mahal.65 Tetapi sayangnya kekayaan dan kemakmuran itu hanya dinikmati oleh
golongan elit sedangkan, rakyat biasa hidup dengan penuh penderitaan bukan karena bencana
alam atau karena serangan musuh melainkan karena diperas dan dianiaya oleh sesamanya
sendiri, hal ini disebabkan oleh karena adanya kerja sama antar pihak pemilik modal dan para
pemuka-pemuka. Dengan demikian nabi menyampaikan bahwa kemapanan dan kebanggaan diri
umat Israel akan direndahkan. Mereka akan segera mendapatkan penghukuman karena mereka
telah terbenam dalam kemewahan, kebanggaan, pesta pora, dan penyimpangan secara moral.
62
Willyam B.Eerdmanss, “Hoy”, Theology Dictionary Old Testament Vol. III, G.J.Botterweck, dkk.,
(Michigan:Grand Rapids, 1983), 359-364.
63
Shalom M. Paul, Amos: A Commentary On The Book Of Amos (Minneapolis, USA: Fortress Press,
1991), 199.
64
Ray Beeley,Amos, Introduction and Commentary (London: Chitern Street 1970), 80.
65
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 71.
100
Berkenaan dengan kata Sion66, mau diingatkan kembali tentang kata-kata Amos yang
mula-mula ditujukan kepada “Betel”. Di kerajaan Selatan, Sion merupakan pusat kegiatan
religius dan Yerusalem sebagai pusat pemerintahan dan politik sedangkan di kerajaan Utara
sendiri, Betel merupakan kota religius dan Samaria sebagai pusat pemeritahan dan politik. Oleh
karena itu Yerusalem akan lebih sejajar dengan Samaria, juga Betel sejajar dengan Sion.67 Umat
yang berdiam di kota-kota utama ini ditegur oleh Tuhan melalui nabiNya karena kehidupan umat
sudah tidak sesuai dengan hukum-hukum Tuhan, dan bukan hanya pada umat Israel Utara tapi
juga pada umat di Sion yang selalu rajin untuk beribadah kepada Tuhan namun dalam
kehidupannya dengan penuh kemunafikan. Sion merupakan pusat peribadatan di Israel Selatan.
Sedangkan di Israel Utara, pusat penyembahan kepada Yahweh berpusat di Silo dan Betel. 68 Di
tempat inilah, para imam yang melakukan ritus penyembahan di Sion tidak lain adalah mereka
Menurut Shaloom Paul, Amos tidak begitu memperhatikan perbedaan antara Israel dan
Yehuda, tetapi masih memandang keduanya sebenarnya sebagai satu umat. Tetapi banyak
penafsir menduga bahwa Amos telah memakai kata lain ganti kata “Sion”, yakni misalnya “di
kota itu”. Ketika nubuat Amos dijadikan kitab, barangkali kata itu diganti dengan kata “di Sion”,
karena tentulah pemberitaan itu berlaku juga untuk penduduk Yerusalem (bnd.Yes.32:9-11).69
Sebagai umat Tuhan, penduduk Sion dan Betel, serta Samaria akan mengalami penghukuman
yang sama jikalau kehidupan mereka tidak sejalan dengan hukum Allah (keadilan). Inilah yang
66
Sion pada mulanya merupakan benteng pertahanan dari orang Yebus, Yang dikalahkan oleh raja Daud
dan selanjutnya dijadikan tempat tinggalnya (2 Sam 5:6-10). Jadi Sion adalah suatu bagian dari kota yang
dikemudian hari bernama Yerusalem, khusunya bagian di mana berdiri rumah Allah, bait suci (Mzm 2:6). Nama
Sion juga berarti kota Yerusalem (Yes 10:24) dengan segala penghuninya (Mzm 97:8).
67
Harry Mowvley, Epworth Commentaries The Books Of Amos and Hosea (London: Epworth Press, 1991),
67.
68
R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 86.
69
Shalom M. Paul,Amos: A Commentary On The Book Of Amos., 200.
101
menjadi alasan datangnya peringatan oleh nabi Amos bahwa penghukuman juga disampaikan
Di Israel Utara terdapat dua kota yang penting, yakni Betel sebagai pusat keagamaan
negara dan Samaria sebagai pusat politik dan ekonomi di mana orang-orang berkuasa dan para
pemuka hidup dalam kemewahan.71 Pada bagian ini Amos menghadapkan pemberitaannya
orang-orang yang memerintah dan orang-orang yang berkuasa, termasuk tuan-tuan tanah yang
permukimannya di kota Samaria, yang didirikan di atas sebuah gunung (I.Raj. 16:24). Ungkapan
“di gunung Samaria”, membuat orang-orang desa dengan segera teringat kepada golongan orang-
orang kaya, yang mempunyai villa-villa besar, yakni tempat peristirahatan di gunung. Orang-
orang kaya inilah yang disebut Amos “Celakalah atas orang-orang yang merasa tenteram”
Sebab mereka mau menikmati hidup tanpa kuatir, dengan memakai kekayaan dan kekuasaan
untuk mereka sendiri dengan tidak menghiraukan teman-teman sebangsanya yang miskin dan
lemah, dan teristimewa tidak memikirkan hukuman yang akan datang. 72 Seruan celaka ditujukan
kepada “Atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, para tuan-tuan tanah yang biasa
orang Israel datang!” (Ibr: neqēbey re’syit). Bangsa yang utama adalah sebuah ungkapan yang
luar biasa karena digunakan hanya untuk Israel, dan Amos memakai kalimat tersebut sebagai
suatu sindiran.73
Amos menyebutkan mereka, ”Orang-orang yang kepadanya kaum Israel biasa datang
untuk meminta keadilan dan bantuan-bantuan”. Mereka adalah para pejabat yang dipercayakan
untuk membantu dan membela kaum kecil, ironisnya orang-orang kecil yang memerlukan
70
Ibid., 201.
71
B.J. Boland. Tafsiran Kitab Amos., 71.
72
Ibid., 72.
73
Harry Mowvley, Epworth Commentaries The Books Of Amos., 68.
102
keadilan tidak didengarkan dan diabaikan oleh golongan atas yang ada di Samaria. Jelaslah
kepada kita bahwa para pemuka (pembesar, pejabat, perwira para hakim atau imam) yang kepada
mereka ada kedamaian, justru merekalah yang melakukan penyelewengan. Berbagai tindakan
ketidakadilan terus diperlihatkan tanpa ada rasa malu maupun menyesal, bahkan para pemuka
sampai melupakan sesama hanya demi memenuhi kepentingan dirinya. Kritik sosial yang
dilontarkan Amos sesungguhnya ditujukan kepada para penguasa kaum terkemuka yang
bertindak tidak adil terhadap rakyat, dan paling kejam adalah mereka merampas tanah dan hak
Jika membaca pada ayat berikut, kalimat yang dipakai di sini adalah sebuah kalimat
perintah kepada bangsa Israel yakni “menyeberanglah” (Ibr: iberu). Dari sini bangsa Israel
diperintahkan untuk melihat pada ketiga kerajaan di sekitar mereka yang telah hancur terlebih
dahulu misalnya dari Kalne, kemudian Hamat, dan Gat orang Filistin. “Berjalanlah dari sana ke
Hamat”. Hamath adalah satu benteng pemerintahan (Amos 6:14), suatu tempat di lembah
Libanon. Lembah ini adalah jalur lalu lintas utama komunikasi antara Mesir, Palestina, dan Syria
di bagian selatan, dan Assyria dan Babelonia di bagian Utara dan Timur. Wilayah ini kemudian
ditaklukkan oleh Yerobeam II. Setelah itu ditaklukkan oleh Asyur. Hamat juga merupakan kota
penting orang Suriah yang berbatasan dengan bagian Utara Arpad dan Pattin Selatan Damaskus.
Sehingga yang menjadi peringatan pada ayat ini adalah: Apakah kamu lebih kuat atau
lebih aman dibandingkan mereka? Kalimat ini ditujukan kepada bangsa Israel, bahwa
sesungguhnya kekuatan dan kebanggaan sebagai bangsa yang makmur, mereka tidak lebih kuat
dari tempat-tempat yang telah hancur lebur ditaklukan oleh gigitan Asyur.74 Kalimat yang sama
juga adalah “Pergilah ke Gat orang Filistin” Gat adalah Ibu kota dari kota Filistin yang
74
Shalom M. Paul, Amos: A Commentary On The Book Of Amos.,201-205.
103
ditaklukkan oleh raja Uziah (2 Taw. 26.6), yang sebelumnya direbut oleh Hazael, raja Aram (2
raja 12:17).75 Catatan di sini untuk menyebutkan kejatuhan Gat oleh serangan bangsa Aram yang
dipimpin oleh Hazael (2 Raj. 12: l8) atau penawanannya oleh Uziah raja dari Yehuda yang
meruntuhkan dinding-dinding kota Gat (2 Taw. 26:6 ). Ini menjadi peringatan bagi Israel bahwa
mereka tidak lebih kuat dari ketiga kerajaan yang disebutkan oleh Amos, Israel diperingatkan
bahwa nasib yang sama akan menimpa mereka.76 Itu biasa menjadi suatu undangan untuk
melihat bahwa mementingkan kesenangan diri sendiri di Israel adalah sungguh-sungguh sebuah
refleksi bahwa Samaria tidak lebih baik dari kota-kota di negara-negara lain. Apakah kamu lebih
baik dari kerajaan-kerajaan itu? Atau apakah wilayahmu lebih besar dari wilayah mereka?
Selanjutnya, Amos menyadarkan Israel tentang pemahaman “hari Tuhan”. Bagi bangsa
Israel “hari Tuhan” yang merupakan bagian dari optimisme agamawi yang berlaku; keyakinan
akan kehadiran Allah bersama-sama dengan mereka (ay.14) dan akan kasih karunia-Nya
terhadap mereka (ay.15) dan sebab itu dengan pengharapan dan kerinduan yang pasti (ay.18). 77
Bangsa Israel sendiri beranggapan bahwa “hari Tuhan” merupakan hari di mana Allah akan
menghukum musuh-musuh Israel dan akan menjadi hari perayaan, hari kebahagiaan dan hari
kemenangan mereka namun Amos mempunyai pandangan yang sedikit berbeda mengenai “hari
Tuhan” itu yakni pada hari itu Allah akan menghukum musuh-musuh Israel namun, hukuman itu
bukanlah dikarenakan mereka adalah musuh bangsa Israel tetapi lebih kepada perbuatan jahat
Hari malapetaka (yom ra’) diartikan sebagai hari kesengsaraan derita, dan hari yang jahat.
Masyarakat kelas elit yang menyombongkan diri dengan kekayaan, jabatan dan bersikaptidak
75
Ray Beeley, Amos, Introduction and Commentary., 81.
76
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 73.
77
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Tafsiran Masa Kini jilid II (Jakarta: Inter- Farsity Press, 2009), 633.
78
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 64.
104
adil terhadap orang-orang golongan bawah, mereka sama sekali tidak percaya ketika nabi
menyampaikan nubuat mengenai hukuman yang akan mereka alami (Am.2: 6-16), menolak dan
menganggap jauh "hari malapetaka" seperti yang disebutkan Amos sebagai "Hari Tuhan" ( 5:18,
20) dan "satu hari yang pahit" (8:10). Mereka justru melarang para nabi supaya jangan bernubuat
mengenai kehancuran bangsa (6:12). Mereka merasa aman dan bersukacitayang ada pada gaya
hidup mereka dari kesenangan dan kemewahan tetapi mereka sama sekali tidak berharap
kekerasan. Sehingga hari Tuhan yang mereka harapkan mendatangkan kebahagiaan dan
kehidupan yang lebih baik, justru sebaliknya menjadi hari yang gelap dan sebagai hari
penghukuman.79
Pada ayat 4, Amos melihat bahwa rasa aman dan tenteram di Samaria digambarkan
dengan tidur di tempat yang mewah yakni dari gading, duduk berjuntai di atas ranjang. Orang
dapat merasa aman berbaring di tempat tidur dari gading yang dihiasi dengan berbagai ukiran-
ukiran mewah dari gading. Ini merupakan simbol kemewahan hidup yang benar-benar mewah.
Kaum elit berbaring dalam kemalasan sedang kaum yang lemah dijadikan budak mereka.80
Mereka menikmati kemewahan dari kerja keras masyarakat kelas bawah, dalam hal ini golongan
petani. Apapun arti yang paling baik dari ekspresi ini, niat dari nabi menjadi jelas: Para
pemimpin dari Utara secara langsung telah mempercepat kemalangan yang dianggap tidak akan
menimpa mereka. Amos jelas memberitahukan bahwa malapetaka itu “Oleh pedang akan
membunuh semua orang berdosa di antara umatKu yang mengatakan: malapetaka itu tidak akan
menyusul dan tidak akan mencapai kami” (Am.9:10).Yang mereka lakukan ialah, hanya
79
H. Rothlisberger, FirmanKu Seperti Api Para Nabi Israel (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 32.
80
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 74.
105
memikirkan kesenangan mereka, dengan memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing
domba dan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun.
Para penguasa dan kaum terkemuka memilih yang termuda dari kambing domba dari
kumpulan yang paling baik sebagai kelezatan istimewa bagi kepuasan mereka sendiri, tanpa
memperhatikan masyarakat umum yang hidup dalam kemelaratan, orang kaya mencari
kesenangan dengan berfoya-foya yang tidak mungkin dialami oleh sesama mereka yang
tergolong rakyat kecil. Di sini, kita diajak melihat pada pesta-pesta makan-minum yang berlebih-
lebihan. yang terjadi pada orang-orang terkemuka di Samaria, setiap hari mereka mengadakan
perjamuan pesta seperti itu. Pada kesempatan itu mereka bukan makan daging biasa dari
binatang-binatang yang dewasa, tetapi mereka mau makan daging dari binatang yang terbaik.
Daging yang sangat empuk dari “anak-anak domba” dan “anak-anak lembu”.
Menurut Eka Darmaputera, kehidupan yang ditujukan oleh para pemimpin Israel pada
waktu itu, merupakan gambaran kehidupan pemimpin yang memakan dan menghisap darah
rakyatnya, dikarenakan mereka hanya duduk bersantai dan memakan makanan yang enak-enak
tanpa ada beban apapun, sedangkan para petani yang harus berjuang dan bekerja keras untuk
Dari pola kehidupan seperti inilah, yang membuat Allah sangat marah, karena tidak ada
lagi penghargaan akan sesama mereka sebagai bagian dari bangsa Israel, tetapi mereka hanyalah
dilihat sebagai budak-budak. Sebenarnya jika kita melihat konteks hidup masyarakat feodal,
bahwa raja dan kaum bangsawan tetap kaya, dan mereka yang miskin tetap menjadi miskin dan
menjadi budakpun tidak dipersoalkan. Tetapi yang dilakukan oleh para penguasa sudah melebihi
81
Eka Darmaputera, Mencari Allah: Pemahaman Kitab Amos tentang Mencintai Keadilan dan Kebenaran
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 83.
106
apa yang seharusnya, mereka melakukan segalah kecurangan untuk menguasai hidup mereka
yang lemah, mulai dari perampasan hak tanah, merampas hak hidup mereka, hanya bergantung
selamanya petani kepada mereka, sehingga dikecam oleh Amos bahwa dalam konteks hidup
mereka bersama tersebut tidak ada lagi solidaritas diantara mereka yang kaya dengan sesama.
bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya; Seperti pada pesta-
pesta keagamaan diperdengarkan musik dan nyanyian, begitulah dilakukan orang-orang Samaria
dari gambus”, bukanlah berarti mereka menyanyikan suatu nyanyian secara teratur, seperti yang
Daud lakukan dalam memuji Tuhan, mereka menyanyi dan berpesta bukan memuji Allah
Daud”, sebenarnya mau menunjukkan bagaimana mereka memuji Tuhan, sementara orang kecil
menangis di tanah yang mereka tinggal akibat ketidakadilan pemimpin mereka. Mereka
beranggapan, bahwa kejayaan zaman Daud dahulu sedang terjadi dalam tenteramnya hidup yang
sedang mereka alami. Justru inilah yang sebenarnya oleh Amos disebut “ketenteraman yang
palsu”
Pada Ayat 6a ini terdapat kata-kata yang langsung ada sangkut-pautnya dengan ibadah,
sehingga jelaslah bahwa “orang-orang terkemuka” itu menajiskan segala apa yang termasuk
dalam agama dan mencemoohnya. Sebab mereka “minum anggur dari bokor”83 dan sebagai
ganti parfum mereka berurap dengan “minyak yang paling baik”84 atau minyak yang pertama.
82
B.J. Boland, Tafsiran Kitab Amos., 74.
83
Bokor dalam kehidupan Israel adalah seperti perkakas besar yang dipakai dalam ibadah (Kel.7:3; 38:8).
84
Minyak yang menurut ulangan 18:4 diperuntukkan bagi Allah dan dipakai untuk mengurapi manusia dan
benda-benda yang dikuduskan (Kel.20:25-30).
107
“Minum angggur di bokor” dan “berurap dengan minyak yang paling baik” juga
menunjukkan bukan merupakan kebiasaan rakyat biasa dan orang miskin, melainkan hanya bisa
dinikmati oleh golongan atas seperti orang-orang kaya, kaum pedagang, juga orang-orang yang
duduk di tempat terhormat (pemuka agama dan masyarakat). Kebiasaan ini sangatlah menguras
kekayaan, yang tidak mungkin dibuang-buang oleh orang miskin. Dalam kesusahan rakyat, para
penguasa menikmati yang terbaik yang dipersembahkan rakyat dari hasil tanah mereka lewat
Bagi Amos, dosa para pemuka di Israel adalah dosa yang melanggar kekudusan hidup
sebagai umat Allah. Keangkuhan, tidak memperhatikan sesama yang miskin dan lemah, telah
merasuk sampai pada lingkup keagamaan. Awalnya di Betel, Amos tampil untuk memberitakan
bahwa Allah membenci dan menolak ibadah mereka yang jahat, dan sekarang di Samaria, Amos
juga tampil menentang “orang-orang terkemuka” yang hidup befoya-foya sampai menggunakan
apa yang dikhususkan untuk Tuhan. Seharusnya sebagai pemimpin, mereka harusnya
memperhatikan dan peduli terhadap sesama, bahkan harus rela berkorban demi mereka yang
dipimpinnya,85 tidak hanya peduli dan memperhatikan diri sendiri, atau hanya mencari kepuasan
individu.
Deskripsi dari pesta yang mewah diikuti pada ayat 4-6 mengungkapkan kehidupan
mewah mereka yang didukung oleh ibadah kepada Tuhan. Domba dari kumpulan kambing
domba mungkin menggambarkan kualitas yang terbaik (1 Sam.15:9) dan digunakan untuk
pengurbanan (Yes.39:18). Selanjutnya seperti Daud. Jika semula menyatakan pandangan bahwa
diri mereka sebagai musisi. Di tengah-tengah dari semua ini, kehancuran kerajaan yang akan
datang tidak membuat mereka berdukacita (grief) kata ini memiliki arti yang sesungguhnya
85
Eka Darmaputera, Mencari Allah., 83.
108
“menjadi sakit atau buruk” dan mungkin digunakan dengan bebas dengan kesan bahwa walau
pun mereka menjadi sakit karena semua pesta mereka yang mewah itu, nasib dari keturunan
Yusuf (kerajaan Utara), mereka tidak terpengaruh karena mereka tidak pernah berpikir tentang
hal itu.
Dalam ayat 6b, sebuah peringatan untuk menyadarkan umat di Samaria yang tidak
merasa tidak terluka atas kehancuran keturunan Yusuf. Bagian ini memiliki hubungan dengan
peristiwa terdahulu dan akan berlaku kembali bagi mereka. Nabi secara jelas menyalahkan
bangsa bangsa Israel, karena gaya hidup mereka yang meminum anggur di mangkuk, karena
mereka mengurapi diri mereka sendiri dengan minyak yang paling mahal, karena mereka
berbaring pada ranjang gading, karena mereka duduk dengan santai pada bangku mereka, karena
mereka makan daging terbaik, tetapi semua kemewahan itu berasal dari tanah rakyat kecil yang
Situasi ini menggambarkan bagaimana para penguasa bersukaria dalam pesta pora,
sedangkan rakyat kecil yang adalah sesama manusia semakin menderita di tanahnya sendiri. Di
sini, memiliki kaitan dengan seruan nabi, bahwa mereka “menganggap jauh hari malapetaka,
tetapi mendekatkan pemerintahan kekerasan”. Inilah yang disebut oleh nabi ketenteraman yang
celaka, keturunan Yusuf sementara dihancurkan karena sikap ketidakadilan pemimpin Israel.
Dengan demikian, berita penghukuman sebagai jawaban karena Tuhan tidak tahan lagi melihat
sikap acuh dan sejahtera yang omong kosong Ini. Nabi memperingatkan dengan keras bahwa
kejatuhan mereka tetap dekat, tetapi mereka tidak peduli dengan apa pun, justru mereka masih
86
J. Calvin, Commentaries On The Twelve Minor Prophets Vol.II Joel, Amos, Obadiah (Michigan: Baker
Book House Company, 1984), 311-312.
109
Amos mengungkapkan tentang Allah yang akan bertindak untuk menghukum (Am. 3:15),
Allah akan membuang mereka (Am 5:27,5:17). Allah akan meruntuhkan bukit pengorbanan dan
tempat kudus, Allah akan melawan keluarga Yerobeam dengan pedang (Am 7:9) Allah akan
memunahkan kerajaan-kerajan yang berdosa itu (Am 9:8) akan tetapi Amospun menubuatkan
tentang pemulihan apabila bangsa Israel berbalik pada Allah (Am 5:5). Allah tidak ingin
menunda-nunda waktu untuk mengampuni umatnya, akan tetapi umat Israel tidak segera berbalik
kepada Allah, melainkan mereka mengabaikan apa yang disampaikan oleh nabi dan masih
Bagian ini diakhiri oleh Amos dengan pemberitaannya mengenai hukuman yang dimulai
dengan kata “dengan demikian” (Ibr:lakēn). (LAI: sebab itu). Seperti pada pasal 4:3 dan 5:27
hukuman itu digambarkan sebagai bangsa buangan seperti yang sering menjadi nasib dari suatu
bangsa yang kalah dari perang. Di waktu itu “orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama”
akan pergi sebagai orang buangan di kepala barisan; yaitu mereka akan mendapat “kehormatan”
sebagai orang-orang yang pertama untuk berjalan di depan dalam barisan orang-orang terhukum!
Dengan demikian, tamatlah “keriuhan pesta” (bnd.5:6). Umat itu hancur karena kesombongan
penderitaan sesama. Inilah yang disampaikan Amos bahwa ketenteraman mereka hanyalah palsu,
sia-sia, bukan tenteram yang seharusnya sebagaimana ada dalam hidup umat Allah.
3.5. Kesimpulan
Pada abad ke-8 SZB situasi politik, ekonomi dan keagamaan di Israel Utara menjadi
sorotan dari nabi-nabi abad ke-8. Selain nabi Amos, ada juga nabi-nabi lain seperti, nabi Yesaya
87
Gerhand Von Rad, Old Testament Theology., 134.
110
(Proto Yesaya), Hosea dan Mikha. Para nabi-nabi abad ke-8 bernubuat dalam situasi di mana
Israel telah hidup menyimpang sebagai umat perjanjian milik Allah. Penyelewenan-
penyelewengan banyak dilakukan kepada sesama umat, bahkan pemimpin Israel pun melakukan
apa yang tidak berkenan di hadapan Allah. Mereka yang berasal dari golongan penguasa
menindas rakyat yang lemah terjadi pemerasan, keadilan diperjual-belikan. Tidak hanya itu saja,
di dalam kehidupan keagamaan Israel pun mengalami kemerosotan moral, karena ibadah yang
Selama masa pemerintahan Yerobeam II, Israel mencapai apa yang mungkin yang tinggi
dalam hal kesejahteraan ekonomi, ia berhasil memperkokoh ekonomi negerinya (Am. 3:15, Hos.
10:1). Perdagangan dengan luar negeri menjadi hidup kembali, di ibu kota Samaria, penduduk
sekitarnya, seperti Asyur dan Siria untuk mengembangkan ekonomi negerinya. Namun ada juga
akibat atau konsekuensi yang mengikuti kemakmuran tersebut. Perubahan yang terjadi dalam
bangsa Israel dan Yehuda seperti yang disuarakan oleh nabi Amos dan Hosea di Israel serta
Yesaya dan Mikha di Yehuda. Keberhasilan dan kemewahan di Israel ternyata tidak dinikmati
oleh semua golongan masyarakat. Rakyat diperas dan ditindas oleh kaum atas yang hidup
tenteram dalam kota dan yang dilindung oleh tembok yang kuat. Rakyat tinggal di luar dan harus
mengerjakan ladang milik mereka dan hasilnya harus diserahkan kepada para pejabat di kota.
Bahkan ada penduduk yang tidak mampu membayar utangnya kepada para rentenir, terpaksa
menggadaikan tanahnya dan jatuh di tangan para pemodal (Am. 2:6). Mereka diberi pinjaman
dengan bunga yang cukup tinggi. Golongan rakyat jelata hanya menonton jurang pemisah antara
111
Di bidang keagamaan, setelah Israel terpecah menjadi dua kerajaan, Yerobeam sengaja
mengurangi pengaruh Yerusalem dengan cara mengembangkan kuil kuno di wilayah Israel
Utara menjadi kuil kenegaraan. Bahkan Yerobeam menaruh patung lembu di kuil-kuil itu
sebagai pengganti Yahweh (I Raj. 12:28). Dengan demikian, maka di Israel berpeluang
terjadinya sinkretisme yang dilakukan oleh umat Allah. Situasi-situasi seperti inilah maka
muncul suara kenabian untuk menegur Israel betapa mereka tidak hidup lagi sebagai umat
Perjanjian.
Dari permasalahan inilah saya melihat bahwa, seruan nabi Amos "Celakalah orang-orang
yang berbaring di tempat tidur dari gading dan meregangkan diri di ranjang mereka; yang
memakan anak-anak domba dari kawanan kambing domba anak-anak lembu dari tengah-tengah
kawanan yang tambun” (Amos 6: 4). Dalam hal ini, orang-orang dimaksud adalah mereka yang
telah melanggar perjanjian sebagai umat Allah, yakni kemakmuran ekonomi yang dialami oleh
elit di Israel dengan segalah ketidakadilan. Korupsi, suap, dan sebagainya di antara pemimpin,
khususnya dalam sistem peradilan yang merajalela. Dengan semua kenyamanan dan kemewahan
di Israel, Amos melihat bahwa semua yang dialami merupakan rasa aman yang palsu karena
pada satu sisi hanyalah dinikmati oleh kaum elit dan pemimpin dengan mengorbankan kaum
lemah, dengan demikian orang kaya semakin sejahtera padahal hidup orang yang sulit semakin
miskin oleh karena pemerkosaan hak-hak mereka oleh para penguasa. Yang lebih menyakitkan
adalah terjadi kerjasama antara penguasa ekonomi dan penguasa politik yang membuat
Keadilan sosial merupakan poin utama dalam pemberitaan nabi Amos, kritik yang keras
dilontarkan bagi para penguasa dan pemilik modal serta para pemuka agama yang lebih
112
Amos, memperkosa hak sesama manusia berarti memperkosa perjanjian dengan Tuhan. Sebab
Tuhan mengadakan perjanjian bukan saja dengan kalangan atas yang berkuasa saja, tetapi juga
dengan seluruh umat Israel; mereka semua seharga dan senilai. Umat Allah itu, menurut
pandangan Amos, tidak hanya mencakup kerajaan Yehuda, yang dipimpin oleh keturunan Daud,
tetapi juga kerajaan Israel yang memisahkan diri di bidang politik dan keagamaan. Perpisahan itu
dikecam oleh Amos (Am. 5:5), tetapi pada dasarnya umat Israel tetap menjadi umat pilihan Allah
(Am. 2:10). Bahkan Amos sendiri meremehkan keterpilihan itu (Am. 9:7), sebab tidak
memberikan jaminan kepada bangsa Israel seolah-olah luput dari hukuman yang ditimpakan
Tuhan kepada bangsa-bangsa lain yang memperkosa hak asasi mereka yang lemah.
Amos mengungkapkan tentang Allah yang akan bertindak untuk menghukum (Amos
3:15), Allah akan membuang mereka (Am 5:27,5:17). Allah akan meruntuhkan bukit
pengorbanan dan tempat kudus, Allah akan melawan keluarga Yerobeam dengan pedang (Am
7:9) Allah akan memunahkan kerajaan-kerajan yang berdosa itu (Am 9:8) akan tetapi Amospun
menubuatkan tentang pemulihan apabila bangsa Israel berbalik pada Allah (Am 5:5). Allah tidak
ingin menunda-nunda waktu untuk mengampuni umatnya, akan tetapi umat Israel tidak segera
berbalik kepada Allah, melainkan mereka mengabaikan apa yang disampaikan oleh nabi dan
masih mementingkan kesenangan sendiri, maka dengan tegas Amos mengatakan “Bencilah yang
jahat dan cintailah yang baik” (Am. 5:15a), yang senada dan memiliki pengertian yang sama
dengan ungkapan “carilah yang baik supaya kamu hidup” (Am. 5:14), karena Allah
menginginkan umatNya untuk selalu menghidupi suatu keadaan yang “sejati” bukan sebaliknya,
hidup dalam keadaan yang kelihatannya tenteram tetapi sebetulnya penuh dengan kepalsuan
yaitu dalam ketidakadilan. Dan kecaman itupun terbukti, ketika kejatuhan bangsa Israel yang
113
Dari penjelasan tersebut, ada beberapa hal penting yang menjadi perhatian utama dari
Para pemuka di Israel, yakni para pemimpin agama dan politik melanggar kekudusan
hidup sebagai umat Allah. Keangkuhan, tidak memperhatikan sesama yang miskin dan lemah,
telah merasuk sampai pada lingkup keagamaan. Secara keseluruhan Amos merupakan nabi yang
tampil dan menentang para penguasa “orang-orang terkemuka” yang hidup berfoya-foya sampai
menggunakan apa yang dikhususkan untuk Tuhan, mereka meminum anggur di bokor,
mengurapi diri dengan minyak yang paling mahal, berbaring pada ranjang gading, dan memakan
daging terbaik, tetapi dibalik semua kemewahan tersebut mereka menyakiti hati sesama mereka,
yakni memeras orang lemah menginjak-injak kepalah orang miskin, memutarbalikan hukum,
menjual orang benar karena uang, meminum anggur dari hasil perampasan, dan sebagainya.
Ketidakadilan sosial yang dilakukan oleh para pemimpin atau penguasa yang dikecam
oleh Amos A, sebenarnya bukan semata-mata karena perlakuan yang sewenang terhadap mereka
yang lemah, tetapi yang dikecam disitu adalah karena para pemimpin atau penguasa mengambil
hak tanah atau hak hidup dari sesamanya karena tidak mampu membayar hutang kepada
penguasa. Para petani kesulitan dalam melunasi hutang tersebut, dikarenakan bunga yang
diberikan terlalu besar, harus memenuhi berbagai kebutuhan hidup, membayar pajak, sewa
tanah, belum lagi ditambah dengan hasil pertanian yang gagal panen. Ditambah lagi dengan
perampasan hak tanah oleh penguasa, untuk diberikan kepada para pemimpin-pemimpin di
bawahnya. Semakin menambah segalah penderitaan para petani, sehingga Amos begitu keras
mengecam segalah perbuatan para penguasa di Israel. Mereka hidup dengan aman, tenteram, dan
114
sejahtera dari hasil kerja keras para petani, tetapi mereka masih merampas hak hidup para petani,
Keadilan sosial dalam Amos 6:1-7, digambarkan sebagai ketenteraman yang sejati atau
sesungguhnya bagi umat Allah sebagai suatu persekutuan, dimana seluruh umat merasakan
kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan bukan hanya bagi segelintir orang sebagai lawan dari
ketenteraman yang oleh Amos sebagai ketenteraman palsu. Penghargaan akan hak hidup orang
lain menjadi perhatian utama dari konsep keadilan sosial dalam Amos 6:1-7. Menghargai dan
menghormati orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan yang sama, bukan sebaliknya melihatnya
sebagai objek yang bisa diperjual-belikan. Berlaku jujur dengan sesama dan tidak membelokan
hukum demi kepentingan sendiri, menjauhi segalah bentuk penindasan dalam hal ini, tidak
merampas hak hidup orang lain untuk diperbudak, apalagi mengambil hak asasi atau hak hidup
dari orang lain, tidak boleh mengubah kebenaran menjadi kesalahan ataupun sebaliknya dan
yang terakhir adalah benci yang jahat dan mencintai yang baik. Jika semua itu dapat dilakukan,
maka ketenteraman yang sesungguhnya diharapkan dalam Amos 6:1-7 pasti dapat terwujud.
115