Anda di halaman 1dari 2

11/ BS/ GKPI Jemaat Khusus Saroha Doloksanggul

BAHAN SERMON KHOTBAH PARTANGIANGAN SEKTOR


Minggu : 13 Setelah Trinitatis (03 September 2023)
Epistel : 2 Tawarikh 9 : 1 - 8
Tema : "TUHAN menjadikan hidup kita untuk menjadi berkat bagi dunia"

I. Pendahuluan
 Raja Salomo merupakan salah satu raja yang menjadi panutan dalam perjalanan sejarah
umat Allah. Hal yang paling menonjol dari kepribadian Salomo adalah hikmatnya yang
besar yang mampu mengatasi segala persoalan apapun pada masanya. Sebagai seorang
pemimpin atau raja di Israel, Salomo tidak meminta kekayaan, harta benda, kemuliaan
atau nyawa dari para musuhnya dan juga tidak meminta umur yang panjang, justru
Salomo meminta kebijaksanaan dan pengertian untuk dapat menghakimi atau mengadili
umat Tuhan (lih. 2 Taw. 1:10-11). Hal inilah yang menjadi kesukaan bagi Tuhan oleh
karena Salomo meminta kepada-Nya tetap dalam kerangka maksud dan tujuan Tuhan
atas dirinya sebagai pemimpin bagi umat-Nya.
 Salomo mengetahui apa yang menjadi hal terpenting atau priority dalam menduduki
fungsinya sebagai raja yang ditetapkan Tuhan untuk menjadi pemimpin umat-Nya.
Kesadaran seperti ini sesungguhnya menjadi awal yang penting bagi Salomo untuk
kemudian dapat mengemban tanggungjawab yang besar itu, semata-mata
tanggungjawab yang Salomo pikul bukan hanya untuk kesenangan pribadinya saja,
tetapi justru menuntut adanya tanggungjawab yang besar yang perlu dipenuhinya untuk
keutamaan rencana Tuhan melalui umat-Nya Israel.

II. Penjelasannya
1. TUHAN dimuliakan melalui keteladanan hidup Salomo.
Keberhasilan yang dicapai oleh Salomo pada masa pemerintahannya sesungguhnya
berawal dari berkat Tuhan yang telah diterimanya. Allah yang selalu menyertai setiap usaha
yang dilakukannya menyebabkan setiap rencananya berhasil. Sebagaimana Allah yang berjanji
kepada Daud, maka Allah juga akan menepati janji-Nya kepada Salomo mengenai berkat-Nya
yang akan mengalir sampai kepada keturunannya dan menjadikan mereka menjadi bangsa yang
berdiri dengan kokoh untuk selama-lamanya. Salomo membangun bait Allah pada masanya
dan sekaligus menjadi prestasi yang telah dia ukir menjadi sejarah dalam hidupnya (lih. 2 Taw.
3:1-14). Bait Suci Allah menjadi simbol kehadiran Allah di tengah umat-Nya, setelah Bait Suci
selesai dibangun maka Tabut Perjanjian ditempatkan di dalam Bait Suci (lih. 2 Taw. 5:2-14)
melalui sebuah perayaan pentahbisan Bait Suci yang ditandai dengan kehadiran Allah yang
menyertai umat-Nya dalam tanda api yang turun dari langit (lih. 2 Taw. 7:1-3). Berdirinya Bait
Suci sebagai kediaman Allah bertujuan untuk menyatukan seluruh umat Tuhan hidup dalam
penyembahan yang benar kepada-Nya. Kehadiran Allah disekitar umat-Nya menjadi jaminan
bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Pemahaman Salomo tentang hal itu
sesungguhnya mengarahkan setiap kebijakan yang dilakukannya untuk berfokus kepada
keutamaan rencana Tuhan dalam setiap aspek pemerintahannya. Oleh karena itulah, perspektif
Salomo itu menjadikan dirinya menjadi seorang raja yang terkenal dan menjadi bahan
pembicaraan dalam mulut orang banyak. Hal itu terdengar sampai ke negeri yang jauh dan
menjadi perhatian seorang Ratu yang berasal dari negeri Syeba yang di dalam Alkitab juga
disebutkan sebagai Ratu dari Selatan (lih. 1 Raj. 10:1; bnd. Luk. 11:31). Beberapa para ahli
arkeologi modern memperkirakan bahwa wilayah Syeba yang dimaksud pada masa sekarang
berada di Eritrea atau Ethiopia. Bahkan ada argument yang mengemukakan bahwa Ratu dari
Syeba ini bukanlah orang yang mengenal TUHAN, tetapi oleh karena hikmat yang dimiliki
oleh Salomo ia kagum dan turut memuji TUHAN yang disembah oleh Salomo. Keteladanan
hidup orang yang percaya ternyata mampu mengundang ketertarikan orang lain untuk memuji
dan memuliakan nama Tuhan. Oleh karena itu, hiduplah dalam iman yang benar maka orang
lain akan mencari dan mengikutimu.
2. Tuhan memberkati Salomo untuk menjadi berkat bagi dunia.

1|Page
11/ BS/ GKPI Jemaat Khusus Saroha Doloksanggul
Semenjak kedatangan ratu dari negeri Syeba untuk berjumpa dengan Salomo, maka
dapat dipastikan bahwa ketenaran Salomo dan kepoluleran Salomo tidak dapat kita ragukan
lagi. Salomo sebagai seorang pemimpin politik sekaligus sebagai pemimpin spiritual
memberikan pengaruh yang bukan hanya berdampak secara nasional saja, melainkan
berdampak secara internasional. Pengaruh Salomo dalam konteks perikop ini telah mendunia,
dimana hal itu tampak melalui elektabilitas (ketertarikan) yang dimilikinya terhadap para
pemimpin dunia yang lain. Sesungguhnya hal itu tidak diragukan lagi oleh karena kapasitasnya
sebagai seorang raja yang telah diuji dan disaksikan oleh ratu dari negeri Syeba (lih. 2 Taw.
9:3-6). Prestise (wibawa) yang dimiliki Salomo tentu saja bukanlah sesuatu hal yang terbangun
oleh karena upayanya sendiri, tetapi itu semua menjadi bahagian hidup Salomo hanya oleh
karena TUHAN. Tuhan yang selalu terdepan dalam kehidupan Salomo justru menjadi
penopang dan yang terutama dalam hidupnya. Hal itu juga yang dapat kita temukan melalui
ungkapan dari ratu negeri Syeba dalam ayat 8, "Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah
berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta-Nya sebagai
raja untuk TUHAN, Allahmu! Karena Allahmu mengasihi orang Israel, maka Ia menetapkan
mereka untuk selama-lamanya, dan menjadikan engkau raja atas mereka untuk melakukan
keadilan dan kebenaran". Sesungguhnya ungkapan ini kembali membuka mata kita bahwa
segala sesuatu baik setiap pencapaian dalam kehidupan kita yang kita anggap sebagai
kesuksesan, prestasi, dan keberhasilan semata-mata adalah pemberian Tuhan dan hasil kerja
keras kita sekalipun haruslah kita maknai sebagai berkat dari Tuhan. Dengan demikian,
perspektif seperti ini akan selalu mengontrol hidup kita untuk tetap rendah hati dihadapan
Tuhan dan tidak akan jatuh dalam kesombongan diri atau egosentris.

III. Relevansinya
Sesuai dengan tema diatas "TUHAN menjadikan hidup kita untuk menjadi berkat bagi
dunia", sesungguhnya mengandung pesan yang bersifat visioner. Apakah yang melayakkan diri
kita mampu untuk menjadi berkat bagi dunia? Alasan yang paling benar adalah oleh karena
Yesus Kristus. Melalui keteladanan hidup yang telah kita pelajari dari Tuhan Yesus, maka
sebagai orang yang telah ditebus-Nya, dengan kerelaan dan bukan karena terpaksa, dengan
kerendahan hati dan bukan karena merasa diistimewakan, dengan kasih karunia dan bukan
karena mengharap balasan, kita sebagai orang Kristen dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi
berkat bagi dunia. Perspektif yang baru inilah seharusnya menjadi konsentrasi dan fokus utama
kita. Allah yang mendunia memanggil kita untuk menjadi figur-figur yang mendunia, jangan
hanya puas dengan dirimu sendiri saja, tetapi berdampaklah bagi dunia, karena dunia dimana
kita berada adalah ladang penginjilan, ladang dimana benih-benih firman Allah akan kita tabur.
Dunia ini adalah konteks dimana kita harus menunjukkan kualitas iman yang benar, agar dunia
percaya dan datang kepada Tuhan untuk memuji dan memuliakan nama-Nya. Rasul Paulus
mengungkapkan dalam tulisannya, "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku
bekerja memberi buah…" (Lih. Flp. 1:22a). Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita untuk
menjadi berkat bagi dunia. Amin.

Ditulis Oleh:
Pdt. Josua P. Hasibuan, S.Th

2|Page

Anda mungkin juga menyukai