Tuhan Yesus mulai mengajar. Jelas sekali bahwa Yesus sangat menekankan pengajaran
Firman Tuhan.
Bdk. Mark 1:37-38 - “waktu menemukan Dia mereka berkata: ‘Semua orang mencari Engkau.’
JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana
juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.
Karena itu gereja / hamba Tuhan / orang Kristen yang baik juga harus menekankan
pengajaran Firman Tuhan.
Ay 3: “‘Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya
Kerajaan Sorga”.
a) Kata ‘bahagia’ di sini tidak menunjuk pada ‘perasaan bahagia’ yang terasa dalam hati
kita. Kalau kata ‘bahagia’ memang menunjuk pada perasaan bahagia dalam hati kita,
bagaimana mungkin bisa ada ay 4 yang berbunyi: “Berbahagialah orang yang
berdukacita, karena mereka akan dihibur”? Disamping itu terjemahan yang
sebenarnya bukan ‘berbahagialah’, tetapi ‘blessed’ (= diberkatilah) seperti dalam
KJV/RSV/NIV/NASB. Memang ada yang menterjemahkan ‘happy’ (= berbahagialah)
seperti Good News Bible, tetapi ini merupakan terjemahan yang kurang tepat.
Bdk. Luk 6:24-26
a) ‘Miskin’.
PTOCHOS yang artinya adalah ‘miskin dalam arti sama sekali tidak punya apa-
apa’. Dalam Luk 16:20 kata ‘pengemis’ yang ditujukan kepada Lazarus itu dalam
bahasa Yunaninya adalah PTOCHOS. Bacalah Luk 16:20-21 untuk mendapat
gambaran tentang PTOCHOS itu.
Pulpit Commentary:
“The PENES may be so poor that he earns his bread by daily labour; but the
PTOCHOS is so poor that he only obtains his living by begging ... The PENES has
nothing superfluous, the PTOCHOS has nothing at all”
Dalam Luk 21:1-4 terdapat cerita tentang seorang janda miskin yang memberikan
seluruh uangnya kepada Tuhan.
Dalam Luk 21:2 ada kata ‘miskin’ dan demikian juga dalam Luk 21:3, tetapi dalam
Luk 21:2 digunakan kata Yunani PENICHROS dan dalam Luk 21:3 digunakan kata
Yunani PTOCHOS. Mengapa berbeda? Karena dalam Luk 21:2 sekalipun ia miskin, ia
masih mempunyai uang sedikit, jadi digunakan kata PENICHROS. Tetapi setelah
uangnya dipersembahkan semua, ia tidak mempunyai apa-apa lagi, sehingga dalam
Luk 21:3 digunakan kata PTOCHOS.
Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan ‘miskin’ dalam Mat 5:3 ini bukanlah ‘miskin
dalam hal jasmani / uang’.
1. Orang yang merasa dirinya baik (‘kaya dalam roh’) seperti:
a. Orang Farisi dalam Luk 18:9-12 (perumpamaan Yesus tentang 2 orang yang
berdoa di Bait Allah).
2. Orang yang merasa diri berdosa tetapi toh masih merasa dirinya mempunyai
kebaikan. Ini adalah miskin dalam arti PENES / PENICHROS bukan PTOCHOS!
Jadi golongan ini belum bisa dikatakan berbahagia! Mungkin ini adalah golongan
orang yang paling banyak terdapat di gereja. Mereka merasa diri sebagai orang
berdosa, tetapi mereka juga merasa diri lumayan baik, karena mereka masih mau
pergi ke gereja, memberi persembahan, melayani Tuhan, tidak melakukan hal-hal
yang maksiat, dan sebagainya. Mereka tidak merasa diri sebagai hitam legam,
tetapi sebagai abu-abu atau putih berbintik-bintik. Apakah saudara termasuk
golongan ini?
3. Orang yang merasa dirinya penuh dosa dan sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Pulpit Commentary: “Christ here affirms the blessedness of those who are in their spirit
absolutely devoid of wealth. It cannot mean that they are this in God’s opinion, for in
God’s opinion all are so. It means therefore, that they are this in their own opinion”
Jadi, orang yang termasuk golongan ini adalah orang yang menyadari sepenuhnya
bahwa hidupnya hanyalah dosa, dosa, dan dosa. Ia tidak menganggap diri sebagai
putih, abu-abu, putih berbintik-bintik, tetapi sebagai hitam legam.
Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan
kami seperti kain kotor”.
Yeh 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka
menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar
kain di hadapanKu”.
Bandingkan juga dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama
ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga.
... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar
kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur
yang ditidurinya menjadi najis juga”.
Rasul Paulus.
Ro 7:18-19 - “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai
manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku,
tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki,
yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu
yang jahat, yang aku perbuat”.
1Tim 1:15 - “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus
datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka
akulah yang paling berdosa”.
Merupakan sesuatu yang aneh bahwa pada saat Paulus belum bertobat, ia
menganggap dirinya bisa mentaati hukum Taurat tanpa cacat.
Fil 3:4-6 - “(4) Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal
lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal
lahiriah, aku lebih lagi: (5) disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari
suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku
orang Farisi, (6) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran
dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat”.
Tetapi setelah ia bertobat, dan tumbuh dalam pengertian Firman Tuhan dan
kekudusan, ia justru merasa dirinya penuh dengan dosa.
Pemungut cukai dalam Luk 18:13 - “Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan
berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”.
Inilah alasan mengapa golongan ini disebut berbahagia: mereka adalah pemilik kerajaan
Sorga. Tetapi mengapa mereka disebut sebagai pemilik kerajaan surga?
a) Karena orang seperti ini tidak akan berusaha masuk surga dengan usahanya sendiri.
Dia akan mengemis pengampunan kepada Tuhan (bdk. Luk 18:13-14). Sebaliknya,
orang yang merasakan dirinya baik / lumayan akan berusaha masuk surga dengan
usahanya / perbuatan baiknya sendiri. Ini tidak mungkin berhasil, karena Kitab Suci
memang tidak pernah mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik! Jadi, orang-
orang seperti ini justru akan masuk neraka!
b) Kristus juga berkata bahwa Ia datang untuk memanggil orang berdosa bukan orang
benar.
Kata-kata Yesus ini tidak berarti bahwa dalam dunia ini ada orang-orang yang benar
dan ada orang-orang yang berdosa. Tidak, Kitab Suci mengatakan bahwa semua
orang berdosa (Ro 3:10-12,23), tetapi ada yang sekalipun berdosa tetapi menganggap
dirinya baik / benar, dan ada yang menyadari dirinya berdosa. Yesus datang bukan
untuk kelompok pertama tetapi untuk kelompok kedua!
Yoh 16:8 - “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan
penghakiman”.
Dengan membandingkan diri dengan orang yang jahat kita akan merasa diri kita baik
(bdk. Luk 18:11 - orang Farisi itu merasa diri baik karena ia membandingkan dirinya
dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa yang lain).
d) Bandingkan Firman Tuhan dengan diri saudara sendiri, jangan dengan orang lain.
e) Jangan mencari alasan / kambing hitam untuk menutupi dosa saudara atau
membenarkan kesalahan saudara! Bdk. Kej 3:12-13 1Sam 15:13-15,20-21.
1) ‘Berdukacita’.
a) Harus diartikan berhubungan dengan ay 3.
Ini adalah sambungan dari ay 3, dan karena itu harus ditafsirkan berhubungan dengan
ay 3nya. Jadi, yang dimaksud dengan dukacita, bukanlah sembarang dukacita, tetapi
dukacita karena kesadaran akan dosa. Jadi Mat 5:4 tidak boleh dipisahkan dari
Mat 5:3. Kalau saudara sadar bahwa diri saudara penuh dengan dosa, tetapi saudara
tidak berdukacita karenanya, saudara bukan orang Kristen! Celakalah saudara!
Kata ‘berduka cita’ (PENTHEO) arti sebenarnya adalah ‘to mourn’ (= berkabung). Bdk.
Mark 16:10 dan Kej 37:34 (Septuaginta / LXX). Jadi tidak cukup sekedar sedih, tetapi
harus sangat sedih!
Rasul Paulus dalam Ro 7:24 - “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan
melepaskan aku dari tubuh maut ini?”.
Daud dalam Maz 51 (baca seluruh Maz 51, yang merupakan doa pengakuan dosa
Daud setelah disadarkan dari dosa perzinahan dan pembunuhan yang ia lakukan).
2) ‘akan dihibur’.
Ro 7:24-25 - “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut
ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.
Maz 51:9,10,16 - “Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi
tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar
kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! ...
Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan
bersorak-sorai memberitakan keadilanMu!”.
Luk 18:14 - “Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang
dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.
Ay 5: “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi”.
A) ‘Lemah lembut’.
weakness (= kelemahan).
a) Ia mengatakan bahwa Aristotle sering mendefinisikan suatu sifat di antara dua sifat
yang extrim. Misalnya: murah hati terletak diantara pelit / kikir dan boros.
Kemarahan yang bersifat egois / selfish anger (misalnya kalau kita marah karena
ada orang berbuat salah kepada kita), jelas adalah kemarahan yang salah. Tetapi
kemarahan yang terjadi pada waktu kita melihat orang lain ditindas (bdk.
1Sam 11:6), atau pada saat kita melihat suatu dosa, atau pada saat kita melihat
adanya ajaran sesat (Wah 2:2 2Kor 11:4), jelas merupakan kemarahan yang
benar.
b) Kata PRAUS juga digunakan terhadap binatang yang sudah dijinakkan / dikuasai
sehingga tunduk sepenuhnya kepada pemilik / majikannya. Jadi dalam arti yang
kedua ini orang yang PRAUS adalah orang dikuasai / tunduk sepenuhnya kepada
Tuhan.
c) Dalam bahasa Yunani, PRAUS sering dikontraskan dengan sombong. Jadi
PRAUS mengandung arti ‘rendah hati’.
3) Tiap orang Kristen harus mempunyai sifat PRAUS ini, karena PRAOTES (kata
bendanya) adalah salah satu dari 9 hal yang merupakan buah Roh Kudus (Gal 5:22-
23 - ‘kelemah-lembutan’).
B) ‘Memiliki bumi’.
a) Ajaran Saksi Yehovah yang mengatakan bahwa nanti hanya 144.000 orang yang
akan masuk surga, sedangkan sisanya akan tinggal di bumi yang disempurnakan.
Ajaran ini bertentangan dengan 2Pet 3:9-12 dan Wah 21:1, yang jelas
menunjukkan bahwa bumi / alam semesta akan dihancurkan pada waktu Kristus
datang kedua kalinya.
b) Memiliki bumi berarti kita akan jadi kaya (theologia kemakmuran).
1. Di dalam Kristus, kita memiliki segala sesuatu (1Kor 3:21,22 2Kor 6:10).
2. Sekalipun ditinjau secara materi / duniawi orang dunia mempunyai banyak dan
orang Kristen mempunyai sedikit tetapi ada hal-hal yang perlu kita ingat:
“They may possess only a small portion of this earth or of earthly goods, but a
small portion with God’s blessing resting upon it is more than the greatest riches
without God’s blessing”
Dari mana bisa muncul arti seperti ini? Kata bahasa Yunani yang
diterjemahkan ‘bumi’ adalah gh (GE), yang mempunyai bermacam-macam arti
yaitu: earth (= bumi), land (= tanah / negeri / daratan), country (= negeri), region (=
daerah / wilayah), soil (= tanah), ground (= tanah). Jadi, sekalipun bisa
diterjemahkan ‘bumi’, tetapi bisa juga diterjemahkan ‘tanah’ / ‘negeri’. Tuhan
berjanji untuk memberikan tanah Kanaan kepada Abraham (Kej 12:1-3,7). Selama
ratusan tahun janji itu diulang-ulang kepada bangsa Israel. Akhirnya kata-
kata ‘memiliki / mewarisi tanah’ menjadi suatu ungkapan yang artinya ‘menerima
berkat Tuhan’ atau ‘diberkati oleh Tuhan’. Karena itu istilah ‘mewarisi
bumi’ atau ‘mewarisi negeri’ muncul berulang-ulang, seperti dalam Maz 25:13
Maz 37:9,11,22,29,34 Yes 57:13..
Ay 6: “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan
dipuaskan”.
1) Ini adalah kata kiasan yang artinya ‘rindu’ / ‘ingin sekali’ (bdk. Maz 42:2,3 Maz 63:2).
2) Ini adalah pertanda dari kehidupan yang sehat; sebaliknya, ‘tidak lapar / haus’
menunjukkan mati / sakit.
3) ‘Lapar dan haus’ pasti ada wujudnya, yaitu mencari makan / minum.
4) ‘Lapar dan haus’ terjadi setiap hari; dan kalau orang yang lapar dan haus itu tidak
mendapatkan yang diingini, maka orangnya akan menderita.
B) ‘Kebenaran’.
1) Orang yang disebut berbahagia adalah orang yang rindu pada hal-hal rohani.
2) Orang yang berbahagia adalah orang yang rindu pada kesucian.
3) Kerinduan pada kesucian / kebencian pada dosa itu harus ada wujudnya, yaitu:
4) Kerinduan untuk suci dan 3 wujudnya di atas harus ada tiap hari. Dan kalau tak
dituruti, saudara akan menderita.
D) ‘Akan dipuaskan’.
Artinya:
Ay 7: “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan”.
a) Kemampuan untuk melihat penderitaan orang lain dari sudut orang itu sehingga
bisa ikut merasakan penderitaannya.
b) Adanya rasa kasihan / simpati pada orang yang menderita itu.
Rasa kasihan yang tidak diikuti tindakan menolong, sama sekali tidak berguna (Yak
2:15-16 1Yoh 3:18).
Ia melihat diri kita dari sudut kita (Maz 103:14), Ia kasihan pada kita, Ia menolong
kita. Dalam diri Allah terdapat:
Kata ‘belas kasihan’ dalam Luk 10:37 dalam bahasa Yunaninya adalah ELEOS (=
kemurahan hati / mercy).
c) ‘Domba-domba’ dalam Mat 25:34-40; jadi, ‘murah hati’ itu adalah ciri dari ‘domba’.
Kalau kita tahu bahwa pertolongan / tindakan kita itu akan membawa akibat yang jelek
untuk orang yang kita tolong itu, maka tindakan ‘murah hati’ itu adalah salah.
Yesus mengecam orang yang sudah mendapat kemurahan tetapi tidak mau
bermurah hati (Mat 18:23-35).
b) Harus mengalami penderitaan (Ibr 2:18 Ibr 4:15 2Kor 1:3-6).
Tanpa ini kita tidak akan bisa mengerti penderitaan orang lain.
Bdk. Mat 6:14 - “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di
sorga akan mengampuni kamu juga”.
Kita harus berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat seperti ini. Ayat-ayat ini tidak berarti
bahwa kita mendapat kemurahan / pengampunan dari Allah karena kita sudah bermurah
hati / mengampuni orang lain. Ini jelas salah karena ini mengajarkan ‘salvation by works /
‘keselamatan karena perbuatan baik’ yang bertentangan dengan Ef 2:8-9 Ro 9:15-16,18.
Arti yang benar: Imanlah yang menyebabkan kita diampuni / mendapat kemurahan.
Tetapi iman itu harus dibuktikan dengan perbuatan (Yak 2:17,26) dan kemurahan hati /
mengampuni orang adalah salah satu perbuatan baik. Jadi, kita tidak bisa disebut
beriman kalau kita tidak mempunyai kemurahan hati atau tidak mau mengampuni orang,
dan karena kita tidak beriman, kita juga tidak akan mendapat kemurahan / pengampunan.
Sebaliknya, kalau kita mempunyai kemurahan hati / mau mengampuni orang, itu
membuktikan kebenaran iman kita, sehingga kitapun akan mendapat kemurahan /
pengampunan.
Ay 8: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”.
1) ‘Suci’.
Kata ‘suci’ ini dalam bahasa Yunani adalah KATHAROS dan kata ini digunakan untuk
menggambarkan:
tentara pilihan.
logam murni.
Jadi, artinya sebetulnya adalah murni (pure), tanpa kotoran / campuran. Dan memang
dalam KJV: ‘Blessed are the pure in heart: for they shall see God’ (= Diberkatilah
mereka yang murni hatinya: karena mereka akan melihat Allah). RSV/NIV/NASB juga
menterjemahkan ‘pure’ (= murni).
kesombongan.
semua dosa-dosa lain dalam hati seperti rencana jahat, cinta uang, iri hati,
kebencian, egoisme, keinginan-keinginan duniawi, percabulan, kekuatiran,
kemalasan, ketamakan, sifat kikir, dsb.
3) Hati yang suci merupakan sesuatu yang penting karena hal itu mempengaruhi
seluruh kehidupan kita (Mat 15:18-19 Maz 24:4 Amsal 4:23).
a) Beriman kepada Kristus (Kis 15:9 Ibr 9:13-14 Tit 1:15).
b) Belajar Firman Tuhan (Ro 3:20 2Tim 3:16 Yer 23:29 Yoh 15:3).
e) Doa supaya Tuhan membuat hati kita menjadi suci (Maz 86:11-12 Maz
119:36,80).
Artinya:
1) ‘Melihat Allah’ di surga setelah kita mati (1Kor 13:12 1Yoh 3:2).
2) ‘Melihat Allah’ di dunia ini, pada waktu kita masih hidup.
Artinya: orang yang murni / suci hatinya akan merasakan kehadiran Allah, merasa
Allah dekat dengan dia, merasakan penyertaan Allah dan mengalami persekutuan
yang indah dengan Allah.
Ay 9: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak
Allah”.
1) Kata ‘damai’ dalam bahasa Yunani adalah EIRENE, dan dalam bahasa Ibrani
adalah SHALOM. Kata ini tidak sekedar berarti ‘tidak bertengkar’, tetapi juga harus
ada hubungan yang benar / baik.
2) Kata-kata ‘orang yang membawa damai’ seharusnya lebih tepat diterjemahkan
‘orang-orang yang mengusahakan damai’ (peacemakers).
a) Kita sendiri juga harus berdamai dengan orang-orang di sekitar kita (Ro 12:18 Ibr
12:14a).
b) Kita harus mendamaikan orang dengan orang, dan juga mendamaikan mereka
dengan Allah dengan cara memberitakan Injil kepada mereka. Ingat bahwa dosalah
yang menyebabkan adanya pertengkaran antar manusia (Kej 3:12). Juga Injil
disebut sebagai Injil damai sejahtera (Ef 6:15). Kalau orang-orang itu bertobat,
sehingga dosa mereka dibereskan, maka lebih besar kemungkinan bagi mereka
untuk berdamai.
1) Ini tak boleh diartikan bahwa kalau kita mendamaikan orang maka kita menjadi anak-
anak Allah. Penafsiran semacam ini mengarah pada ajaran sesat ‘salvation by
works’ (= keselamatan karena perbuatan baik), dan bertentangan dengan Yoh 1:12
yang mengatakan bahwa kita bisa menjadi anak-anak Allah karena iman kepada
Yesus.
2) Orang-orang yang mengusahakan damai disebut anak-anak Allah artinya ‘mirip
dengan Allah’ dan ‘mereka melakukan apa yang dilakukan Allah’.
Ay 10-12: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan
kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu
besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.’”.
Calvin: “It is evident from other passages, that they foolishly imagined the kingdom of Christ
to be filled with wealth and luxuries” (= Adalah jelas dari bagian-bagian yang lain, bahwa
mereka secara tolol membayangkan bahwa Kerajaan Kristus dipenuhi dengan kekayaan
dan kemewahan).
2) Yang disebut berbahagia bukanlah seadanya orang yang menderita. Ada orang-
orang yang menderita karena dosa. Ini tentu tidak disebut berbahagia (1Pet 2:20
1Pet 4:15).
Orang yang lapar dan haus akan kebenaran (Mat 5:6), justru akan menderita
karena kebenaran!
“The Church is the community of those who are persecuted and martyred for the gospel’s
sake”
“We can not be Christ’s soldiers on any other condition than to have the greater part of the
world rising in hostility against us, and pursuing us even to death. The state of the matter is
this. Satan, the prince of the world, will never cease to fill his followers with rage, to carry on
hostilities against the members of Christ”
Ay 11 dan Luk 6:22 menunjukkan bahwa penderitaan itu bisa ada dalam berbagai bentuk,
yaitu: dicela, difitnah, dianiaya, dikucilkan, dibenci, ditolak. Ini tentu tidak lengkap. Bisa
saja kita dipecat dari pekerjaan, dicerai oleh istri / suami (bdk. 1Kor 7:15), dipenjarakan,
dan bahkan dibunuh. Makin kita mendekati akhir jaman / kedatangan Kristus yang
keduakalinya, maka makin hebat penganiayaan terhadap orang Kristen (Mat 24:9,21,22).
Karena itu, kalau kita tidak mau untuk berlatih untuk menderita / berkorban bagi Kristus
mulai sekarang, nanti pada saat ada penganiayaan besar, kita pasti tidak akan kuat!
susah / sedih.
pura-pura menikmati penderitaan.
2) Sikap yang benar: bersuka cita dan bergembira (ay 12 bdk. 1Pet 4:13).
a) Upah yang besar di surga (ay 10b,12a Ibr 11:24-26 Ro 8:18 2Kor 4:17).
Yesus juga dianiaya, dan demikian juga nabi-nabi Perjanjian Lama (ay 12b), dan
rasul-rasul juga. Kalau kita tidak dianiaya, jelas ada sesuatu yang tidak beres
dengan iman kita.
c) Kita menderita karena orang yang kita cintai yaitu Kristus sendiri (ay 11 Kis 5:41).
d) Kita bisa memberi teladan yang menguatkan orang-orang Kristen yang lain. Ay 12
menunjukkan bahwa nabi-nabi itu bisa menjadi teladan bagi kita. Kalau kita
menderita karena Kristus / kebenaran dan kita tetap bisa bersukacita, kita juga bisa
menjadi teladan yang menguatkan iman orang-orang Kristen yang lain.
D) Kalau sampai sekarang saudara belum pernah menderita barang sedikitpun karena
Kristus / kebenaran, maka perhatikanlah Luk 6:26 - “Celakalah kamu jika semua orang
memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan
nabi-nabi palsu”.
“It is a danger when all men speak well of you, for this can scarcely happen apart from
sacrifice of principle”
“It is the false prophets who win wide acclaim (cf. Je. 5:31). A true prophet is too
uncomfortable to be popular”
William Hendriksen: “When everybody speaks well of you it must be that you are a deceitful,
servile flatterer”
Perlu dipertanyakan mengapa ia bisa diterima oleh ‘orang seberang’ padahal mereka
tidak bertobat / percaya kepada Yesus? Jelas karena ajaran yang ia beritakan adalah
Kitab Suci / Injil yang sudah disesuaikan dengan telinga ‘orang seberang’ itu.
Yesus sendiri, rasul-rasul, dan orang-orang kristen abad pertama (bahkan nabi-nabi
dalam Perjanjian Lama). Pada waktu mereka memberitakan Injil / Firman Tuhan, saya
tidak melihat bahwa orang-orang yang menolak mereka lalu ‘setuju di dalam ketidak-
setujuan’. Sebaliknya mereka memusuhi, memfitnah, dan tidak jarang menganiaya
dan membunuh pemberita Injil / Firman Tuhan tersebut. Mengapa? Karena berbeda
dengan apa yang dilakukan oleh Bambang Noorsena, mereka ini tidak
mengkompromikan Injil / Firman Tuhan tersebut.
kata-kata Paulus dalam 2Kor 4:2 dan 1Kor 1:22-23. Paulus tetap memberitakan salib,
sekalipun itu adalah batu sandungan!
Yoh 15:18-20a - “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu
membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi
kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah
memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah
Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih dari tuannya. Jikalau mereka telah
menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu”.