Anda di halaman 1dari 17

Ay 2: 

“Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kataNya:”.

Tuhan Yesus mulai mengajar. Jelas sekali bahwa Yesus sangat menekankan pengajaran
Firman Tuhan.

Bdk. Mark 1:37-38 - “waktu menemukan Dia mereka berkata: ‘Semua orang mencari Engkau.’
JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana
juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.

Karena itu gereja / hamba Tuhan / orang Kristen yang baik juga harus menekankan
pengajaran Firman Tuhan.

Ay 3: “‘Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya
Kerajaan Sorga”.

1)   Arti dari kata ‘berbahagialah’.

a)   Kata ‘bahagia’ di sini tidak menunjuk pada ‘perasaan bahagia’ yang terasa dalam hati
kita. Kalau kata ‘bahagia’ memang menunjuk pada perasaan bahagia dalam hati kita,
bagaimana mungkin bisa ada ay 4 yang berbunyi: “Berbahagialah orang yang
berdukacita, karena mereka akan dihibur”? Disamping itu terjemahan yang
sebenarnya bukan ‘berbahagialah’, tetapi ‘blessed’ (= diberkatilah) seperti dalam
KJV/RSV/NIV/NASB. Memang ada yang menterjemahkan ‘happy’ (= berbahagialah)
seperti Good News Bible, tetapi ini merupakan terjemahan yang kurang tepat.

b)   Juga kata ‘berbahagialah’ / ‘diberkatilah’ ini tidak menunjuk pada kebahagiaan /


keadaan diberkati menurut ukuran dunia / jasmani, seperti kaya, sukses, sehat dan
sebagainya. Mengapa? Karena kalau demikian bagaimana bisa dikatakan
‘Berbahagialah / diberkatilah orang yang dianiaya / dicela / difitnah’ seperti dalam Mat
5:10-11?

c)   Kata ‘berbahagialah’ / ‘diberkatilah’ di sini menunjuk pada kebahagiaan / keadaan


diberkati dalam pandangan Tuhan. Jadi, dalam pandangan Tuhan orang-orang seperti
dalam Mat 5:3-12 adalah orang yang berbahagia / diberkati. Bisa saja pandangan
Tuhan ini bertentangan dengan pandangan manusia. Jadi bisa saja kita miskin, gagal,
menderita, dianiaya, lemah dsb, tetapi dalam pandangan Tuhan kita berbahagia /
diberkati. Sebaliknya bisa saja kita kaya, berkedudukan tinggi, sukses, dsb, tetapi
dalam pandangan Tuhan kita celaka / terkutuk.

Bdk. Luk 6:24-26

2)   ‘Miskin di hadapan Allah’.

a)   ‘Miskin’.

Ada beberapa kata bahasa Yunani yang berarti ‘miskin’:


        PENES atau PENICHROS yang artinya adalah ‘miskin tetapi masih mempunyai
sesuatu’.

        PTOCHOS yang artinya adalah ‘miskin dalam arti sama sekali tidak punya apa-
apa’. Dalam Luk 16:20 kata ‘pengemis’ yang ditujukan kepada Lazarus itu dalam
bahasa Yunaninya adalah PTOCHOS. Bacalah Luk 16:20-21 untuk mendapat
gambaran tentang PTOCHOS itu.

Pulpit Commentary:

        “PTOCHOS, in classical and philosophical usage, implies a lower degree of poverty


than PENES (2Cor 9:9)” 

        “The PENES may be so poor that he earns his bread by daily labour; but the
PTOCHOS is so poor that he only obtains his living by begging ... The PENES has
nothing superfluous, the PTOCHOS has nothing at all” 

Dalam Luk 21:1-4 terdapat cerita tentang seorang janda miskin yang memberikan
seluruh uangnya kepada Tuhan.

Dalam Luk 21:2 ada kata ‘miskin’ dan demikian juga dalam Luk 21:3, tetapi dalam
Luk 21:2 digunakan kata Yunani PENICHROS dan dalam Luk 21:3 digunakan kata
Yunani PTOCHOS. Mengapa berbeda? Karena dalam Luk 21:2 sekalipun ia miskin, ia
masih mempunyai uang sedikit, jadi digunakan kata PENICHROS. Tetapi setelah
uangnya dipersembahkan semua, ia tidak mempunyai apa-apa lagi, sehingga dalam
Luk 21:3 digunakan kata PTOCHOS.

Kata ‘miskin’ yang digunakan dalam Mat 5:3 adalah PTOCHOS!

b)   Kata-kata ‘di hadapan Allah’ salah terjemahan.

NIV/NASB: in spirit (= dalam roh).

Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan ‘miskin’ dalam Mat 5:3 ini bukanlah ‘miskin
dalam hal jasmani / uang’.

Dalam persoalan ini, dalam dunia ini ada 3 golongan manusia:

1.   Orang yang merasa dirinya baik (‘kaya dalam roh’) seperti:

a.   Orang Farisi dalam Luk 18:9-12 (perumpamaan Yesus tentang 2 orang yang
berdoa di Bait Allah).

b.   Jemaat Laodikia.


Wah 3:17 - “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan
diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa
engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang”.

2.   Orang yang merasa diri berdosa tetapi toh masih merasa dirinya mempunyai
kebaikan. Ini adalah miskin dalam arti PENES / PENICHROS bukan PTOCHOS!
Jadi golongan ini belum bisa dikatakan berbahagia! Mungkin ini adalah golongan
orang yang paling banyak terdapat di gereja. Mereka merasa diri sebagai orang
berdosa, tetapi mereka juga merasa diri lumayan baik, karena mereka masih mau
pergi ke gereja, memberi persembahan, melayani Tuhan, tidak melakukan hal-hal
yang maksiat, dan sebagainya. Mereka tidak merasa diri sebagai hitam legam,
tetapi sebagai abu-abu atau putih berbintik-bintik. Apakah saudara termasuk
golongan ini?

3.   Orang yang merasa dirinya penuh dosa dan sama sekali tidak bisa berbuat baik.

Pulpit Commentary: “Christ here affirms the blessedness of those who are in their spirit
absolutely devoid of wealth. It cannot mean that they are this in God’s opinion, for in
God’s opinion all are so. It means therefore, that they are this in their own opinion” 

Jadi, orang yang termasuk golongan ini adalah orang yang menyadari sepenuhnya
bahwa hidupnya hanyalah dosa, dosa, dan dosa. Ia tidak menganggap diri sebagai
putih, abu-abu, putih berbintik-bintik, tetapi sebagai hitam legam.

Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan
kami seperti kain kotor”.

Yeh 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka
menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar
kain di hadapanKu”.

Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah ‘cemar kain’ itu?


NIV menterjemahkannya: ‘a woman’s monthly uncleanness’ (= kenajisan bulanan
dari seorang perempuan).

Bandingkan juga dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama
ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga.
... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar
kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur
yang ditidurinya menjadi najis juga”.

Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her period’ (=


masa datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ay 24)
NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ (= aliran bulanannya).
Contoh orang yang termasuk PTOCHOS:

        Rasul Paulus.

Ro 7:18-19 - “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai
manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku,
tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki,
yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu
yang jahat, yang aku perbuat”.

1Tim 1:15 - “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus
datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka
akulah yang paling berdosa”.

Merupakan sesuatu yang aneh bahwa pada saat Paulus belum bertobat, ia
menganggap dirinya bisa mentaati hukum Taurat tanpa cacat.

Fil 3:4-6 - “(4) Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal
lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal
lahiriah, aku lebih lagi: (5) disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari
suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku
orang Farisi, (6) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran
dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat”.

Tetapi setelah ia bertobat, dan tumbuh dalam pengertian Firman Tuhan dan
kekudusan, ia justru merasa dirinya penuh dengan dosa.

        Pemungut cukai dalam Luk 18:13 - “Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan
berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”.

        Anak bungsu / terhilang.

Luk 15:17-19 - “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang


upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati
kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya:
Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi
disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa”.

3)   ‘Karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga’.

Inilah alasan mengapa golongan ini disebut berbahagia: mereka adalah pemilik kerajaan
Sorga. Tetapi mengapa mereka disebut sebagai pemilik kerajaan surga?

a)   Karena orang seperti ini tidak akan berusaha masuk surga dengan usahanya sendiri.
Dia akan mengemis pengampunan kepada Tuhan (bdk. Luk 18:13-14). Sebaliknya,
orang yang merasakan dirinya baik / lumayan akan berusaha masuk surga dengan
usahanya / perbuatan baiknya sendiri. Ini tidak mungkin berhasil, karena Kitab Suci
memang tidak pernah mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik! Jadi, orang-
orang seperti ini justru akan masuk neraka!

b)   Kristus juga berkata bahwa Ia datang untuk memanggil orang berdosa bukan orang
benar.

Mat 9:10-13 - “Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak


pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-
muridNya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-
murid Yesus: ‘Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan
orang berdosa?’ Yesus mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang
memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang
Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan
untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.’”.

Kata-kata Yesus ini tidak berarti bahwa dalam dunia ini ada orang-orang yang benar
dan ada orang-orang yang berdosa. Tidak, Kitab Suci mengatakan bahwa semua
orang berdosa (Ro 3:10-12,23), tetapi ada yang sekalipun berdosa tetapi menganggap
dirinya baik / benar, dan ada yang menyadari dirinya berdosa. Yesus datang bukan
untuk kelompok pertama tetapi untuk kelompok kedua!

4) Cara menjadi PTOCHOS.

a)   Berdoalah dengan tekun supaya Tuhan membukakan mata saudara sehingga


saudara bisa melihat dosa-dosa saudara. Salah satu fungsi Roh Kudus adalah
menyadarkan kita dari dosa.

Yoh 16:8 - “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan
penghakiman”.

b)   Jangan membandingkan diri dengan orang lain.

Dengan membandingkan diri dengan orang yang jahat kita akan merasa diri kita baik
(bdk. Luk 18:11 - orang Farisi itu merasa diri baik karena ia membandingkan dirinya
dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa yang lain).

c)   Belajarlah Firman Tuhan!

d)   Bandingkan Firman Tuhan dengan diri saudara sendiri, jangan dengan orang lain.

e)  Jangan mencari alasan / kambing hitam untuk menutupi dosa saudara atau
membenarkan kesalahan saudara! Bdk. Kej 3:12-13  1Sam 15:13-15,20-21.

Ay 4: “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur”.

1)   ‘Berdukacita’.
a)   Harus diartikan berhubungan dengan ay 3.

Ini adalah sambungan dari ay 3, dan karena itu harus ditafsirkan berhubungan dengan
ay 3nya. Jadi, yang dimaksud dengan dukacita, bukanlah sembarang dukacita, tetapi
dukacita karena kesadaran akan dosa. Jadi Mat 5:4 tidak boleh dipisahkan dari
Mat 5:3. Kalau saudara sadar bahwa diri saudara penuh dengan dosa, tetapi saudara
tidak berdukacita karenanya, saudara bukan orang Kristen! Celakalah saudara!

b)   Arti sebetulnya bukan ‘berdukacita’, tetapi ‘berkabung’.

Kata ‘berduka cita’ (PENTHEO) arti sebenarnya adalah ‘to mourn’ (= berkabung). Bdk.
Mark 16:10 dan Kej 37:34 (Septuaginta / LXX). Jadi tidak cukup sekedar sedih, tetapi
harus sangat sedih!

c)   Contoh orang yang berkabung karena dosa:

        Rasul Paulus dalam Ro 7:24 - “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan
melepaskan aku dari tubuh maut ini?”.

        Daud dalam Maz 51 (baca seluruh Maz 51, yang merupakan doa pengakuan dosa
Daud setelah disadarkan dari dosa perzinahan dan pembunuhan yang ia lakukan).

        Pemungut cukai dalam Luk 18:13.

2)   ‘akan dihibur’.

Orang-orang yang berkabung karena dosa-dosanya ini ‘akan dihibur’, artinya mereka


akan diampuni sehingga mereka akan bersukacita kembali.

Ro 7:24-25 - “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut
ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.

Maz 51:9,10,16 - “Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi
tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar
kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! ...
Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan
bersorak-sorai memberitakan keadilanMu!”.

Luk 18:14 - “Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang
dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.

Ay 5: “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi”.

A)  ‘Lemah lembut’.

1)   Arti yang salah:


        seperti ‘putri Solo’.

        weakness (= kelemahan).

: “Meekness is not weakness” (= Kelembutan bukanlah kelemahan)!

2)   Kata ‘lemah lembut’ dalam bahasa Yunaninya adalah PRAUS, yang merupakan


suatu kata yang sukar sekali untuk diterjemahkan. William Barclay memberikan 3 hal
untuk menjelaskan arti PRAUS ini:

a)   Ia mengatakan bahwa Aristotle sering mendefinisikan suatu sifat di antara dua sifat
yang extrim. Misalnya: murah hati terletak diantara pelit / kikir dan boros.

PRAUS terletak diantara ‘marah yang berlebih-lebihan’ dan ‘tidak pernah marah’.


Jadi, orang yang PRAUS bukannya tidak pernah marah, juga bukannya marah
yang berlebihan, tetapi selalu marah pada saat yang tepat. Perlu diingat bahwa
marah belum tentu merupakan dosa. Musa disebut sebagai orang yang lemah
lembut (Bil 12:3), tetapi ia pernah marah (Kel 32:19).

Demikian juga dengan Tuhan Yesus. Ia menyebut diriNya lemah lembut


(Mat 11:29), tetapi berulang-ulang Ia marah (Mat 23:13-36  Yoh 2:13-17  Mark 3:5).

Kemarahan yang bersifat egois / selfish anger (misalnya kalau kita marah karena
ada orang berbuat salah kepada kita), jelas adalah kemarahan yang salah. Tetapi
kemarahan yang terjadi pada waktu kita melihat orang lain ditindas (bdk.
1Sam 11:6), atau pada saat kita melihat suatu dosa, atau pada saat kita melihat
adanya ajaran sesat (Wah 2:2  2Kor 11:4), jelas merupakan kemarahan yang
benar.

b)   Kata PRAUS juga digunakan terhadap binatang yang sudah dijinakkan / dikuasai
sehingga tunduk sepenuhnya kepada pemilik / majikannya. Jadi dalam arti yang
kedua ini orang yang PRAUS adalah orang dikuasai / tunduk sepenuhnya kepada
Tuhan.

c)   Dalam bahasa Yunani, PRAUS sering dikontraskan dengan sombong. Jadi
PRAUS mengandung arti ‘rendah hati’.

Bdk. Maz 37:11 - “Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan


bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah”.

3)   Tiap orang Kristen harus mempunyai sifat PRAUS ini, karena PRAOTES (kata
bendanya) adalah salah satu dari 9 hal yang merupakan buah Roh Kudus (Gal 5:22-
23 - ‘kelemah-lembutan’).

B)  ‘Memiliki bumi’.

Ini salah terjemahan. Terjemahan yang benar adalah ‘mewarisi bumi’.


1)   Arti yang salah:

a)   Ajaran Saksi Yehovah yang mengatakan bahwa nanti hanya 144.000 orang yang
akan masuk surga, sedangkan sisanya akan tinggal di bumi yang disempurnakan.
Ajaran ini bertentangan dengan 2Pet 3:9-12 dan Wah 21:1, yang jelas
menunjukkan bahwa bumi / alam semesta akan dihancurkan pada waktu Kristus
datang kedua kalinya.

b)   Memiliki bumi berarti kita akan jadi kaya (theologia kemakmuran).

2)   Arti yang benar: Ada beberapa kemungkinan:

a)   Kita / orang kristen memang memiliki bumi dalam arti tertentu.

1.   Di dalam Kristus, kita memiliki segala sesuatu (1Kor 3:21,22  2Kor 6:10).

2.   Sekalipun ditinjau secara materi / duniawi orang dunia mempunyai banyak dan
orang Kristen mempunyai sedikit tetapi ada hal-hal yang perlu kita ingat:

        Untuk orang dunia:

        bukan ia yang memiliki harta, tetapi hartanya yang memiliki / menguasai


dia (menjadi dewa).

        ia tidak mempunyai damai; semua miliknya sia-sia.

        Sedang untuk orang Kristen, William Hendriksen berkata:

“They may possess only a small portion of this earth or of earthly goods, but a
small portion with God’s blessing resting upon it is more than the greatest riches
without God’s blessing” 

b)   Yang dimaksud dengan ‘bumi’ adalah ‘langit dan bumi yang baru’ (Wah 21:1).

c)   ‘Memiliki / mewarisi bumi’ berarti ‘diberkati oleh Tuhan’.

Dari mana bisa muncul arti seperti ini? Kata bahasa Yunani yang
diterjemahkan ‘bumi’ adalah gh (GE), yang mempunyai bermacam-macam arti
yaitu: earth (= bumi), land (= tanah / negeri / daratan), country (= negeri), region (=
daerah / wilayah), soil (= tanah), ground (= tanah). Jadi, sekalipun bisa
diterjemahkan ‘bumi’, tetapi bisa juga diterjemahkan ‘tanah’ / ‘negeri’. Tuhan
berjanji untuk memberikan tanah Kanaan kepada Abraham (Kej 12:1-3,7). Selama
ratusan tahun janji itu diulang-ulang kepada bangsa Israel. Akhirnya kata-
kata ‘memiliki / mewarisi tanah’ menjadi suatu ungkapan yang artinya ‘menerima
berkat Tuhan’ atau ‘diberkati oleh Tuhan’. Karena itu istilah ‘mewarisi
bumi’ atau ‘mewarisi negeri’ muncul berulang-ulang, seperti dalam Maz 25:13 
Maz 37:9,11,22,29,34  Yes 57:13..
Ay 6: “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan
dipuaskan”.

A)  ‘Lapar dan haus’.

1)   Ini adalah kata kiasan yang artinya ‘rindu’ / ‘ingin sekali’ (bdk. Maz 42:2,3  Maz 63:2).

2)   Ini adalah pertanda dari kehidupan yang sehat; sebaliknya, ‘tidak lapar / haus’
menunjukkan mati / sakit.

3)   ‘Lapar dan haus’ pasti ada wujudnya, yaitu mencari makan / minum.

4)   ‘Lapar dan haus’ terjadi setiap hari; dan kalau orang yang lapar dan haus itu tidak
mendapatkan yang diingini, maka orangnya akan menderita.

B)  ‘Kebenaran’.

1)   Ini adalah hal rohani, bukan materi / duniawi.

2)   ‘Kebenaran’ yang dimaksud di sini bukanlah ‘kebenaran secara hukum / legal’


(justification) seperti dalam Ro 9:30-10:4, melainkan ‘kebenaran secara moral’ atau
‘kesucian’.

C)  ‘Lapar dan haus akan kebenaran’.

1)   Orang yang disebut berbahagia adalah orang yang rindu pada hal-hal rohani.

2)   Orang yang berbahagia adalah orang yang rindu pada kesucian.

3)   Kerinduan pada kesucian / kebencian pada dosa itu harus ada wujudnya, yaitu:

4)   Kerinduan untuk suci dan 3 wujudnya di atas harus ada tiap hari. Dan kalau tak
dituruti, saudara akan menderita.

D)  ‘Akan dipuaskan’.

Artinya:

1)   Akan mendapatkan kesucian (secara bertahap).

2)   Akan bersukacita.

Ay 7: “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan”.

A)  Orang yang murah hati.

1)   Arti murah hati / merciful.


Ada 3 unsur yang harus ada:

a)   Kemampuan untuk melihat penderitaan orang lain dari sudut orang itu sehingga
bisa ikut merasakan penderitaannya.

b)   Adanya rasa kasihan / simpati pada orang yang menderita itu.

Kamus Webster mengatakan bahwa kata bahasa Inggris ‘sympathy’ berasal dari


kata bahasa Yunani SYMPATHEIA yang berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu
SYN (= bersama-sama dengan) dan PATHOS (= feeling / perasaan).

Jadi, ‘simpati’ artinya adalah ‘merasa bersama-sama dengan orang yang


menderita’. Ini tentu baru bisa terjadi kalau no 1 di atas sudah ada.

c)   Adanya tindakan menolong.

Rasa kasihan yang tidak diikuti tindakan menolong, sama sekali tidak berguna (Yak
2:15-16  1Yoh 3:18).

2)   Contoh ‘orang’ yang murah hati.

a)   Allah sendiri.

Ia melihat diri kita dari sudut kita (Maz 103:14), Ia kasihan pada kita, Ia menolong
kita. Dalam diri Allah terdapat:

        Kasih Karunia / Grace / CHARIS: ini menangani dosa.

        Kemurahan hati / Mercy / ELEOS: ini menangani penderitaan akibat dosa.

b)   Orang Samaria yang murah hati dalam Luk 10:30-37.

Kata ‘belas kasihan’ dalam Luk 10:37 dalam bahasa Yunaninya adalah ELEOS (=
kemurahan hati / mercy).

c)   ‘Domba-domba’ dalam Mat 25:34-40; jadi, ‘murah hati’ itu adalah ciri dari ‘domba’.

3)   Tindakan ‘murah hati’ yang salah.

Kalau kita tahu bahwa pertolongan / tindakan kita itu akan membawa akibat yang jelek
untuk orang yang kita tolong itu, maka tindakan ‘murah hati’ itu adalah salah.

4)   Bagaimana bisa menjadi murah hati?

a)   Harus sudah mengalami kemurahan Allah (bdk. Ef 4:32-5:2).

Yesus mengecam orang yang sudah mendapat kemurahan tetapi tidak mau
bermurah hati (Mat 18:23-35).
b)   Harus mengalami penderitaan (Ibr 2:18  Ibr 4:15  2Kor 1:3-6).

Tanpa ini kita tidak akan bisa mengerti penderitaan orang lain.

“God does not comfort us to make us comfortable, but to make us comforters

c)   Harus tahu / mengerti kebenaran / Firman Tuhan.

B)  Orang yang murah hati akan beroleh kemurahan.

Bdk. Mat 6:14 - “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di
sorga akan mengampuni kamu juga”.

Kita harus berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat seperti ini. Ayat-ayat ini tidak berarti
bahwa kita mendapat kemurahan / pengampunan dari Allah karena kita sudah bermurah
hati / mengampuni orang lain. Ini jelas salah karena ini mengajarkan ‘salvation by works /
‘keselamatan karena perbuatan baik’ yang bertentangan dengan Ef 2:8-9  Ro 9:15-16,18.

Arti yang benar: Imanlah yang menyebabkan kita diampuni / mendapat kemurahan.
Tetapi iman itu harus dibuktikan dengan perbuatan (Yak 2:17,26) dan kemurahan hati /
mengampuni orang adalah salah satu perbuatan baik. Jadi, kita tidak bisa disebut
beriman kalau kita tidak mempunyai kemurahan hati atau tidak mau mengampuni orang,
dan karena kita tidak beriman, kita juga tidak akan mendapat kemurahan / pengampunan.
Sebaliknya, kalau kita mempunyai kemurahan hati / mau mengampuni orang, itu
membuktikan kebenaran iman kita, sehingga kitapun akan mendapat kemurahan /
pengampunan.

Ay 8: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”.

A)  ‘Orang yang suci hatinya’.

1)   ‘Suci’.

Kata ‘suci’ ini dalam bahasa Yunani adalah KATHAROS dan kata ini digunakan untuk
menggambarkan:

        pakaian yang sudah dicuci.

        jagung / gandum yang sudah bersih.

        tentara pilihan.

        susu / anggur yang tidak dicampur dengan air.

        logam murni.
Jadi, artinya sebetulnya adalah murni (pure), tanpa kotoran / campuran. Dan memang
dalam KJV: ‘Blessed are the pure in heart: for they shall see God’ (= Diberkatilah
mereka yang murni hatinya: karena mereka akan melihat Allah). RSV/NIV/NASB juga
menterjemahkan ‘pure’ (= murni).

2)   Macam-macam kekotoran yang bisa ada dalam hati kita:

        kemunafikan (Mat 15:8  Mat 23:25-28).

        motivasi-motivasi yang salah (Kis 5:1-11  Mat 6:1,2,5,16).

        kesombongan.

        semua dosa-dosa lain dalam hati seperti rencana jahat, cinta uang, iri hati,
kebencian, egoisme, keinginan-keinginan duniawi, percabulan, kekuatiran,
kemalasan, ketamakan, sifat kikir, dsb.

3)   Hati yang suci merupakan sesuatu yang penting karena hal itu mempengaruhi
seluruh kehidupan kita (Mat 15:18-19  Maz 24:4  Amsal 4:23).

4)   Bagaimana bisa memiliki hati yang suci?

a)   Beriman kepada Kristus (Kis 15:9  Ibr 9:13-14  Tit 1:15).

b)   Belajar Firman Tuhan (Ro 3:20  2Tim 3:16  Yer 23:29  Yoh 15:3).

c)   Introspeksi (Amsal 4:23).

Tanpa ini, pengertian Firman Tuhan tidak ada gunanya.

d)   Doa pengakuan dosa (Maz 51:9,11,12  1Yoh 1:9).

e)   Doa supaya Tuhan membuat hati kita menjadi suci (Maz 86:11-12  Maz
119:36,80).

B)  ‘mereka akan melihat Allah’ (bdk. Ibr 12:14).

Artinya:

1)   ‘Melihat Allah’ di surga setelah kita mati (1Kor 13:12  1Yoh 3:2).

2)   ‘Melihat Allah’ di dunia ini, pada waktu kita masih hidup.

Artinya: orang yang murni / suci hatinya akan merasakan kehadiran Allah, merasa
Allah dekat dengan dia, merasakan penyertaan Allah dan mengalami persekutuan
yang indah dengan Allah.
Ay 9: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak
Allah”.

A)  ‘Orang yang membawa damai’.

1)   Kata ‘damai’ dalam bahasa Yunani adalah EIRENE, dan dalam bahasa Ibrani
adalah SHALOM. Kata ini tidak sekedar berarti ‘tidak bertengkar’, tetapi juga harus
ada hubungan yang benar / baik.

2)   Kata-kata ‘orang yang membawa damai’ seharusnya lebih tepat diterjemahkan
‘orang-orang yang mengusahakan damai’ (peacemakers).

3)   Cara mengusahakan damai.

a)   Kita sendiri juga harus berdamai dengan orang-orang di sekitar kita (Ro 12:18  Ibr
12:14a).

b)   Kita harus mendamaikan orang dengan orang, dan juga mendamaikan mereka
dengan Allah dengan cara memberitakan Injil kepada mereka. Ingat bahwa dosalah
yang menyebabkan adanya pertengkaran antar manusia (Kej 3:12). Juga Injil
disebut sebagai Injil damai sejahtera (Ef 6:15). Kalau orang-orang itu bertobat,
sehingga dosa mereka dibereskan, maka lebih besar kemungkinan bagi mereka
untuk berdamai.

B)  ‘karena mereka akan disebut anak-anak Allah’.

1)   Ini tak boleh diartikan bahwa kalau kita mendamaikan orang maka kita menjadi anak-
anak Allah. Penafsiran semacam ini mengarah pada ajaran sesat ‘salvation by
works’ (= keselamatan karena perbuatan baik), dan bertentangan dengan Yoh 1:12
yang mengatakan bahwa kita bisa menjadi anak-anak Allah karena iman kepada
Yesus.

2)   Orang-orang yang mengusahakan damai disebut anak-anak Allah artinya ‘mirip
dengan Allah’ dan ‘mereka melakukan apa yang dilakukan Allah’.

Ay 10-12: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan
kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu
besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.’”.

A)  Penderitaan / penganiayaan.

1)   Alasan Yesus memberikan bagian ini.

Calvin: “It is evident from other passages, that they foolishly imagined the kingdom of Christ
to be filled with wealth and luxuries” (= Adalah jelas dari bagian-bagian yang lain, bahwa
mereka secara tolol membayangkan bahwa Kerajaan Kristus dipenuhi dengan kekayaan
dan kemewahan).

2)   Yang disebut berbahagia bukanlah seadanya orang yang menderita. Ada orang-
orang yang menderita karena dosa. Ini tentu tidak disebut berbahagia (1Pet 2:20 
1Pet 4:15).

3)   Yang disebut berbahagia adakah orang yang menderita karena:

a)   Kebenaran (ay 10).

Orang yang lapar dan haus akan kebenaran (Mat 5:6), justru akan menderita
karena kebenaran!

b)   Kristus (ay 11).

Memang orang-orang yang percaya kepada Kristus, betul-betul mengikut Kristus


dan berusaha hidup sesuai kehendak Tuhan, pasti akan mengalami penderitaan
(Mat 10:16,25,34-36  Yoh 15:18-25  Kis 14:22  Fil 1:29  2Tim 3:12).

“The Church is the community of those who are persecuted and martyred for the gospel’s
sake” 

“We can not be Christ’s soldiers on any other condition than to have the greater part of the
world rising in hostility against us, and pursuing us even to death. The state of the matter is
this. Satan, the prince of the world, will never cease to fill his followers with rage, to carry on
hostilities against the members of Christ” 

B)  Macam-macam penderitaan.

Ay 11 dan Luk 6:22 menunjukkan bahwa penderitaan itu bisa ada dalam berbagai bentuk,
yaitu: dicela, difitnah, dianiaya, dikucilkan, dibenci, ditolak. Ini tentu tidak lengkap. Bisa
saja kita dipecat dari pekerjaan, dicerai oleh istri / suami (bdk. 1Kor 7:15), dipenjarakan,
dan bahkan dibunuh. Makin kita mendekati akhir jaman / kedatangan Kristus yang
keduakalinya, maka makin hebat penganiayaan terhadap orang Kristen (Mat 24:9,21,22).
Karena itu, kalau kita tidak mau untuk berlatih untuk menderita / berkorban bagi Kristus
mulai sekarang, nanti pada saat ada penganiayaan besar, kita pasti tidak akan kuat!

C)  Sikap menghadapi penderitaan / penganiayaan.

1)   Sikap yang salah:

        kasihan pada diri sendiri (self pity).

        marah / benci / membalas dendam.

        susah / sedih.
        pura-pura menikmati penderitaan.

        berkompromi dengan dosa / lari ke dalam dosa / menjauhi Tuhan.

        menjadi suam dalam kerohanian.

        menjadi takut terhadap serangan setan, sehingga mengambil keputusan untuk


tidak terlalu giat dalam mengikuti Tuhan, dengan tujuan supaya setan tidak terlalu
menyerangnya.

2)   Sikap yang benar: bersuka cita dan bergembira (ay 12 bdk. 1Pet 4:13).

Mengapa bersukacita / bergembira? Bukan karena penderitaan itu sendiri! Tetapi


karena:

a)   Upah yang besar di surga (ay 10b,12a  Ibr 11:24-26  Ro 8:18  2Kor 4:17).

b)   Penderitaan itu membuktikan kemurnian iman kita (1Pet 4:14).

Yesus juga dianiaya, dan demikian juga nabi-nabi Perjanjian Lama (ay 12b), dan
rasul-rasul juga. Kalau kita tidak dianiaya, jelas ada sesuatu yang tidak beres
dengan iman kita.

c)   Kita menderita karena orang yang kita cintai yaitu Kristus sendiri (ay 11  Kis 5:41).

d)   Kita bisa memberi teladan yang menguatkan orang-orang Kristen yang lain. Ay 12
menunjukkan bahwa nabi-nabi itu bisa menjadi teladan bagi kita. Kalau kita
menderita karena Kristus / kebenaran dan kita tetap bisa bersukacita, kita juga bisa
menjadi teladan yang menguatkan iman orang-orang Kristen yang lain.

D)  Kalau sampai sekarang saudara belum pernah menderita barang sedikitpun karena
Kristus / kebenaran, maka perhatikanlah Luk 6:26 - “Celakalah kamu jika semua orang
memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan
nabi-nabi palsu”.

Leon Morris (Tyndale):

 “It is a danger when all men speak well of you, for this can scarcely happen apart from
sacrifice of principle” 
 “It is the false prophets who win wide acclaim (cf. Je. 5:31). A true prophet is too
uncomfortable to be popular” 

William Hendriksen: “When everybody speaks well of you it must be that you are a deceitful,
servile flatterer” 

Contoh: Bambang Noorsena (Gereja Orthodox Syria) berulangkali menyatakan


kebanggaannya karena ia diterima oleh tokoh-tokoh ‘orang seberang’ (padahal ‘orang
seberang’ itu tidak bertobat / percaya kepada Yesus), dan ia mengecam orang kristen
yang tidak diterima oleh ‘orang seberang’. Ia juga mengatakan bahwa dengan sistim
penyampaian seperti yang ia lakukan, sekalipun ia tidak mengkompromikan
kepercayaannya, tetapi bisa terjadi ‘agree in disagreement’ (= setuju di dalam
ketidaksetujuan).

Perlu dipertanyakan mengapa ia bisa diterima oleh ‘orang seberang’ padahal mereka
tidak bertobat / percaya kepada Yesus? Jelas karena ajaran yang ia beritakan adalah
Kitab Suci / Injil yang sudah disesuaikan dengan telinga ‘orang seberang’ itu.

Misalnya ia berkata: kalau berbicara kepada orang Islam sebutlah Bapa


sebagai WUJUTULAH (= the existence of God / keberadaan Allah), Anak
sebagai KALIMATULAH (= Firman Allah), Roh Kudus sebagai ROHULAH (= Roh Allah),
maka pasti tidak ada batu sandungan. Bandingkan sikap kompromi Bambang Noorsena
ini dengan:

      Yesus sendiri, rasul-rasul, dan orang-orang kristen abad pertama (bahkan nabi-nabi
dalam Perjanjian Lama). Pada waktu mereka memberitakan Injil / Firman Tuhan, saya
tidak melihat bahwa orang-orang yang menolak mereka lalu ‘setuju di dalam ketidak-
setujuan’. Sebaliknya mereka memusuhi, memfitnah, dan tidak jarang menganiaya
dan membunuh pemberita Injil / Firman Tuhan tersebut. Mengapa? Karena berbeda
dengan apa yang dilakukan oleh Bambang Noorsena, mereka ini tidak
mengkompromikan Injil / Firman Tuhan tersebut.

      kata-kata Paulus dalam 2Kor 4:2 dan 1Kor 1:22-23. Paulus tetap memberitakan salib,
sekalipun itu adalah batu sandungan!

Bandingkan juga dengan:

        Yoh 15:18-20a - “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu
membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi
kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah
memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah
Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih dari tuannya. Jikalau mereka telah
menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu”.

        Mat 10:21-28 - “Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga


seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya
dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena
namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Apabila
mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel,
Anak Manusia sudah datang. Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang
hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti
gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah
disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka,
karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada
sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan
kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke
telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu takut kepada
mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa;
takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di
dalam neraka”.

Anda mungkin juga menyukai