Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksanaan Tuberkulosis pada Anak Usia 6 Tahun dengan Pendekatan

Kedokteran Keluarga
1 2
Riestya Abdiana , Fitria Saftarina
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak

Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan terutama di negara berkembang, baik dari segi morbiditas maupun
mortalitas. Pada tahun 2018, Sekitar 10 juta orang di dunia telah terkena TB. Sebanyak 57% dari total kasus TB tejadi pada
pria (usia ≥15 tahun), 32% pada wanita dan 11% pada anak-anak (≤15 tahun).Di Indonesia, prevalensi anak dengan
diagnosis TB paru dibagi kedalam beberapa kelompok umur. Kelompok umur <1 tahun sebesar 0,2%, 1-4 tahun sebesar
0,4%, 5-14 tahun sebesar 0,3%. Pasien An. G berusia 6 tahun memiliki keluhan benjolan dibelakang telinga kiri dan pada
lipat paha, ibu pasien khawatir bahwa benjolan tersebut merupakan tanda dari penyakit yang berbahaya dan ibu pasien
berharap keluhannya hilang. Pasien memiliki derajat fungsional I dengan diagnosis tuberkulosis. Faktor risiko internal pada
pasien yaitu pengetahuan yang kurang mengenai penyakit tuberkulosis dan mengenai kebersihan lingkungan tempat
tinggal. Faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu ayah kandung pasien menderita TB paru, kurangnya pengetahuan
keluarga mengenai penyakit TB dan kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak baik. Setelah dilakukan intervensi secara
holistik dengan farmakoterapi dan non-farmakoterapi didapatkan penurunan gejala klinis dan perubahan perilaku pada
pasien dan keluarganya.

Pendahuluan

Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan terutama di negara berkembang, baik dari segi
1
morbiditas maupun mortalitas. TB diperkirakan sudah ada sejak 5.000 tahun sebelum masehi,
namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam dua abad
terakhir. Penyakit ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
2
komplikasi berbahaya hingga kematian.

Pada tahun 2018, diperkirakan 10 juta orang di dunia telah terkena TB. Sebanyak 57% dari total
kasus TB tejadi pada pria (usia ≥15 tahun), 32% pada wanita dan 11% pada anak-anak (≤15 tahun).
Secara geografis, sebagian besar kasus TB pada tahun 2018 berada di wilayah WHO Asia Tenggara
(44%), Afrika (24%) dan Pasifik Barat (18%), dengan presentase yang lebih kecil di Mediterania Timur
(8%), Amerika (3%) dan Eropa (3%). Delapan negara penyumbang dua pertiga kasus TB di dunia
berada di negara India (27%), China (9%), Indonesia (8%), Filipina (6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%),
3
Bangladesh (4%) dan Afrika Selatan (3%). TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian diantara orang
4
dengan HIV-negatif dan sekitar 300.000 kematian diantara HIV-positif. Prevalensi penduduk
Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0.4%. Lima provinsi
dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo
5
(0.5%), Banten (0.4%) dan Papua Barat (0.4%).

Proporsi kasus TB anak di antara seluruh kasus TB secara global mencapai 6% atau 530.000 pasien TB
2
anak pertahun atau sekitar 8% dari total kematian yang disebabkan oleh TB. Di Indonesia, prevalensi
anak dengan diagnosis TB paru dibagi kedalam beberapa kelompok umur. Kelompok umur <1 tahun
5
sebesar 0,2%, 1-4 tahun sebesar 0,4%, 5-14 tahun sebesar 0,3%.

Terdapat beberapa faktor risiko yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun timbulnya
penyakit TB pada anak yaitu, anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan
TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (hiegene dan
sanitasi tidak baik) dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti perawatan
6
lain) yang banyak pasien TB dewasa aktif.

Sumber penularanTB adalah melalui pasien TB paru BTA positif (+).Diagnosis TB anak ditentukan
berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin, foto toraks, dan
6,7
pemeriksaan laboratorium.

Prinsip diagnosis dan penatalaksanaan TB di berbagai belahan dunia adalah sama, yaitu mulai dari
diagnosis yang akurat, pengobatan yang sesuai standar, monitoring, dan evaluasi pengobatan serta
tanggung jawab kesehatan masyarakat. Ketepatan diagnosis sangat menentukan keberhasilan tahap
8
penatalaksanaan TB berikutnya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan kedokteran keluarga untuk
mencegah penularan penyakit ini dengan mengidentifikasi faktor resiko pada pasien ini.

Anda mungkin juga menyukai