Anda di halaman 1dari 8

EKONOMI PERTANIAN DAN KEPULAUAN

‘’Pengaruh komoditas ubi kayu Di Maluku’’

OLEH:
Hilal hamdi kelderak
2018-29-009

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis hanturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena anugerah dan
rahmat-Nya sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan proposal ini, penulis telah
berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai
dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan
yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi
untuk menyusun proposal ini.
Namun penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini

Ambon, 11 Desember 2020

Hilal Hamdi Kelderak


DAFTAR ISI
KATA PENGANTA
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III
3.1 LOKASI
3.2 SUMBER DATA YANG DIGUNAKAN
3.3 SOLUSI YANG DIBERIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman ubi kayu [(Manihot esculenta Crantz, Euphorbiaceae] dan ubi jalar [Ipomoea
batatas (L.) Lam., Convolvulaceae] merupakan tanaman yang tergolong tanaman semusim
(berumur pendek) dan di Indonesia tanaman ini juga digolongkan sebagai palawija.
Di Provinsi Maluku yang merupakan wilayah kepulauan, budidaya tanaman- tanaman ini
tersebar di pulau-pulau besar maupun kecil, terutama sebagai tanaman subsistensi dan
sebagai tanaman cadangan pangan. Dengan demikian, tanaman ini juga berperanan penting
untuk ketahanan pangan masyarakat (security and emergency food source). Pada tahun 2011,
luas panen ubi kayu di Provinsi Maluku adalah 7197 hektar dengan produksi 128733 ton,
atau dengan produktivitas 17,873 ton per hektar.
Di Maluku, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat penting, setelah beras dan sagu.
Petani/peladang di Maluku yang menanam ubi kayu biasanya menggunakan beberapa
kultivar atau klon pada lahannya. Puluhan atau bahkan ratusan kultivar lokal dapat ditemukan
pada suatu wilayah.
1.2 Masalah
Untuk memudahkan penyusunan tugas akhir ini penulis merumuskan masalah kedalam
beberapa bentuk kalimat pertanyaan, sebagai berikut ini:
1. Pengolahan jenis baru ubi kayu guna meningkatkan perekonomiantPenggunaan
teknologi dalam pengolahan masih tergolong rendah
2. Serangan hama babi hutan merusak tanaman
3. Ketersediaan pupuk terbatas dan harga yang cukup tinggi
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
kompditas ubi kayu di Maluku
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI PANGAN
Pengertian pangan menurut Encyclopaedia Britannica (2013) adalah “material consisting
essentially of protein, carbohydrate, and fat used in the body of an organism to sustain
growth, repair, and vital processes and to furnish energy”. Definisi tersebut menekankan
kepada kandungan bahan pangan yang mem- berikan manfaat kepada tubuh dalam
pertumbuhan, memperbaiki kerusakan, dan menjaga kelancaran fungsi vital serta sebagai
sumber energi.
Dalam Undang Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Setneg, 1996), pangan
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman.
Rencana strategis Badan Ketahanan Pangan 2010-2014 (Kementerian Pertanian, 2010)
mengelompokkan komoditas pangan penting ke dalam dua kelompok yaitu pangan nabati dan
pangan hewani. Pangan nabati terdiri dari 10 komoditi yang terdiri dari beras, jagung,
kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, sayuran, buah-buahan, minyak goreng dan gula
putih. Sedangkan pangan hewani terdiri dari lima komoditi yang meliputi daging sapi dan
kerbau, daging ayam, telur, susu, dan ikan.
B. Pangan Ubi Kayu di Maluku
Walaupun di daerah perkotaan posisi umbian telah tergeser secara bertahap oleh beras, di
perdesaan masyarakat tradisional masih mempertahankan pola makan dengan sumber
makanan pokok (staple food) campuran yang terdiri dari umbi-umbian (terutama ubi jalar,
ubi kayu, ubi Dioscorea spp, talas dan keladi), sagu, serealia, dan pisang.
Ubi kayu merupakan salah satu tanaman sumber bahan makanan pokok yang sangat
penting bagi penduduk SBB, ubi kayu juga merupakan bagian yang harus ada pada menu
makanan tradisional. Di SBB, tanaman ubi kayu umumnya juga ditanam pada sistem
budidaya tanaman campuran ‘kabong’. Dengan pola budidaya tanaman seperti itu, walaupun
produktivitasnya masih rendah, umbian itu punya peranan penting sebagai tanaman
subsistensi sumber pangan pokok (staple) yang turut menunjang ketahanan pangan
masyarakat. Oleh sebab itu, upaya meningkatkan produksinya akan memperkuat ketahanan
pangan penduduk. Di samping memperbaiki aspek agronomis, ini perlu dicapai dengan
pemanfaatan klon-klon unggul yang spesifik lokasi, idealnya dengan melibatkan plasma
nutfah lokal.
Sebagai tanaman subsistensi, nilai ekonomi dan sosial ubi kayu umumnya dianggap
rendah. Kedua umbian ini umumnya dikonsumsi langsung setelah direbus atau digoreng.
Produk olahan dari tanaman ini di Maluku masih sangat terbatas, misalnya dalam bentuk
'embal' (di Maluku Tenggara), ‘suami’ dan keripik dari ubi kayu, Dengan demikian, peluang
pengembangannya masih sangat luas untuk pemanfaatan kedua jenis umbian itu selain untuk
bahan pangan subsistensi.
Ubi kayu ditanam sebagai tanaman subsisten sumber karbohidrat, biasanya dengan areal
relatif kecil berkisar antara <100 m2 sampai 0.5 hektar dari keseluruhan pemilikan lahan
petani (0.25 hektar sampai 2 ha). Umumnya jenis tanaman tersebut merupakan salah satu
tanaman umbi-umbian yang dominan sebagai sumber pangan; namun areal pertanamannya
hanya merupakan sebagian kecil dari luas lahan yang diusahakan oleh para petani. Sebagian
besar luas lahannya ditanami dengan tanaman umur panjang sumber penghasilan berupa uang
(cash crops), yang meliputi cengkeh, kelapa, kakao dan pala. Pola ini sebenarnya merupakan
akibat dari sistem perladangan yang diarahkan menuju budidaya tanaman umur panjang, yang
dipraktekkan oleh sebagian besar petani di SBB.
BAB III
3.1 Lokasi
Lokasi penelitian adalah provinsi Maluku
3.2 Sumber data yang digunakan
Penulisan tugas ini menggunakan metode penelitian:
Studi Pustaka (Study Research) Studi ini dilakukan dengan cara melihat
dan mencari literature seperti referensi-referensi dari beberapa buku serta
internet yang sudah ada untuk memperoleh data yang berhubungan dengan
analisis pada penulisan.
3.3 Solusi yang diberikan
1. Petani atau buruh tani komoditas ubi kayu memasang pagar-pagar
berduri agar hewan yang di antusipasi pengganggu tanaman umbi-
umbian ini seperti babi dan heean lain nya.
2. Jikalau harga pupul tergolong mahal bagi para tani ubi kayu, harusnya
petani juga mencari alterntif lain dengan mebuat pupuk buatan seperti
dari kotoran-kotoran hewan.
3. Menambah teknologi untuk pengolahan agar hasil dari komoditas
tersebut beragam , atau juga bisa menjadi olahan-olahan yang dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/profile/Simon_Raharjo/publication/
291821315_Keragaman_ubi_kayu_dan_ubi_jalar_di_Seram_Bagian_Barat_dan_peluang_pe
manfaatannya_untuk_ketahanan_pangan_dan_industri/links/56a63d9508aebf168e322ce4/
Keragaman-ubi-kayu-dan-ubi-jalar-di-Seram-Bagian-Barat-dan-peluang-pemanfaatannya-
untuk-ketahanan-pangan-dan-industri.pdf?origin=publication_detail

http://jurnal.kemendag.go.id/index.php/bilp/article/download/81/47

Anda mungkin juga menyukai