Anda di halaman 1dari 10

Volume 5 No.

1
Mei 2020
p-ISSN : 2502-9398
e-ISSN : 2503-5126
Email: tahdzibi@umj.ac.id
Website : http://jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi

MODEL DAN STRATEGI MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Asep Muljawan1*
1
Pendidikan Agama Islam, STAI Asy-Syukriyyah, Tangerang
*Email: asepmulyawan2014@gmail.com

Diterima: 10 Februari 2020 Direvisi: 15 Maret 2020 Disetujui: 21 April 2020

ABSTRAK

Lembaga Pendidikan Islam harus mampu membangun generasi Muslim yang tangguh, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dan berkarakter mulia. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pendidikan Islam harus
dikelola secara maksimal melalui Lembaga Pendidikan Islam. Tulisan ini berusaha mengkaji faktor-faktor
keberhasilan Lembaga Pendidikan Islam. Kajian ini difokuskan pada manajemen lembaga pendidikan Islam untuk
menghadapi tantangan globalisasi. Dan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi pustaka. Hasil
kajian pustaka menunjukkan bahwa dalam pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam bermutu memerlukan model
manajemen yaitu model manajemen LPI Bernuansa Entrepreneurship, model manajemen LPI Berbasis
masyarakat dan model manajemen LPI berbasis masjid. Selain itu, LPI bermutu memerlukan strategi manajemen
baik secara umum maupun khusus. Secara khusus dikenal dengan istilah manajemen stratejik.

Kata kunci: Model, Strategi Manajemen, Lembaga Pendidikan Islam

ABSTRACT

Islamic education institutions must be able to build a strong Muslim generation, to master science and technology
and noble character. To achieve this goal, Islamic education must be managed optimally through Islamic
education institutions. This paper attempts to examine the factors that are successful in Islamic education
institutions. This study focused on the management of Islamic education institusions to face challenges of
globalization. And this research is a qualitative research type of literature study. The results of the literature
review show that in managing quality LPI requires a management model, namely the LPI management model with
nuance of entrepreneurship, community-based and mosque-based LPI management models. In addition, quality
LPI requires management strategies both in general and specifically. Specifically known as strategic management.

Keywords: Model, strategic management, Islamic Education Institutions

PENDAHULUAN secara aktif mengembangkan potensi dirinya


Pendidikan merupakan masalah penting bagi untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
kehidupan manusia, membantu manusia pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
menuju ke arah pertumbuhan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang
perkembangan. Tersurat dalam Undang- diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun negara”. (Sisdiknas, 2003)
2003 tentang Sistem Nasional Pendidikan,
bahwa “Pendidikan merupakan usaha sadar dan Pendidikan merupakan ujung tombak dalam
terencana untuk mewujudkan suasana belajar mempersiapkan generasi yang handal, karena
dan proses pembelajaran agar peserta didik pendidikan akan dapat memaksimalkan potensi

DOI: 10.24853/tahdzibi.5.1.9-18
Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam Volume 5 No. 1 Mei 2020 p-ISSN : 2502 - 9398
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi e-ISSN : 2503 - 5126

peserta didik. Melalui pendidikan potensi siswa tetap berpijak pada rambu-rambu ajaran Islam.
akan terus digali sedemikian rupa guna menjadi Menurut Abuddin Nata, Cita-cita besar yang
insan yang handal untuk dapat bersikap kritis, ingin dicapai melalui Pendidikan Islam adalah
logis, dan inovatif dalam menghadapi dan menjadikan ajaran Islam sebagai landasan yang
menyelesaikan setiap permasalahan yang kuat dan membumi dalam segala sendi
dihadapinya. kehidupan (Nata, 2010).

Peranan Lembaga Pendidikan dalam Namun saat ini dunia pendidikan kita belum
mewujudkan tujuan Pendidikan tersebut sepenuhnya dapat memenuhi harapan
menjadi sangat penting. Saat ini Lembaga masyarakat. Fenomena itu ditandai dari
Pendidikan bermutu menjadi perhatian utama rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah
banyak orang baik secara individu maupun pendidikan yang tidak sampai tuntas, atau
dalam suatu organisasi. Mereka menganggap cenderung tambal sulam, bahkan lebih
bahwa Lembaga pendidikan yang berkualitas berorintasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil
akan banyak dibutuhkan dan karena nya pendidikan mengecewakan masyarakat.
memiliki peluang untuk memenangkan Mereka terus mempertanyakan relevansi
kompetisi ditengah-tengah kehidupan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat
masyarakat yang semakin maju. dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik,
sosial, dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan
Demikian pula sebuah Lembaga Pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga
Islam harus bermutu untuk menjaga kerja dan pembangunan, baik industri,
eksistensinya dan bertahan ditengah kompetisi perbankan, telekomunikasi, maupun pasar
yang sangat ketat sekarang ini. Jadi mutu tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung
merupakan hal yang wajib dan harus ada dalam menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM
lembaga Pendidikan (Arcaro, 2007). Agar mutu yang disiapkan melalui pendidikan sebagai
pendidikan tersebut dapat dicapai maka generasi penerus belum sepenuhnya
lembaga pendidikan harus mampu memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral,
mengoptimalkan fungsi dan peran seluruh dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya
sumber-sumber daya pendidikan baik sumber bangsa.
daya manusia maupun sarana dan prasarana
fisik lainnya yang dimiliki (Chotimah, C., & Pendidikan Islam juga dihadapkan dan
Fathurrohman, M., 2014). terperangkap pada persoalan yang sama,
bahkan apabila diamati maka pendidikan Islam
Secara fungsional, pendidikan pada dasarnya terkukung dalam kemunduran,
ditujukan untuk menyiapkan manusia keterbelakangan, ketidakberdayaan, dan
menghadapi masa depan agar hidup lebih kemiskinan, sebagaimana pula yang dialami
sejahtera, baik sebagai individu maupun secara oleh sebagian besar negara dan masyarakat
kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa Islam dibandingkan dengan mereka yang non
maupun antar bangsa. Bagi pemeluk agama, Islam. Katakan saja, pendidikan Islam terjebak
masa depan mencakup kehidupan di dunia dan dalam lingkaran yang tak kunjung selesai yaitu
pandangan tentang kehidupan hari kemudian persoalan tuntutan kualitas, relevansi dengan
yang bahagia (Umaedi, 2017). Sementara itu, kebutuhan, perubahan zaman, dan bahkan
visi pendidikan Islam adalah melahirkan pendidikan apabila diberi “embel-embel
manusia sholeh dalam ilmu, amal dan Islam”, dianggap berkonotasi kemunduran dan
akhlaknya. Sedangkan misi yang ingin dicapai keterbelakangan, meskipun sekarang secara
adalah pertama, mendidik dan mengajarkan berangsur-angsur banyak diantara lembaga
ajaran Islam secara kaffah (komprehenshif) pendidikan Islam yang telah menunjukkan
sehingga peserta didik mengetahui dan kemajuan (Soeroyo, 1991).
memahami sekaligus memiliki keasadaran
yang tinggi untuk mengamalkannya. Kedua, Hal ini, merupakan suatu kenyataan yang
memberikan bekal agar para siswa mampu selama ini dihadapi oleh lembaga pendidikan
berpartisipasi dan berkontribusi seberapapun Islam di Indonesia. Olah karena itu, muncul
besar kecilnya dalam kehidupan sosial. serta tuntutan masyarakat sebagai pengguna
memiliki kemampuan berkompetisi dengan pendidikan Islam agar ada upaya penataan dan

10
Asep Muljawan: Model Dan Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam

Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam 5 (1) pp 9-18 © 2020

modernisasi sistem dan proses pendidikan Secara khusus dikenal dengan istilah
Islam agar menjadi pendidikan yang bermutu, manajemen stratejik.
relevan, dan mampu menjawab perubahan
untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia. Berbagai upaya untuk membangun METODE PENELITIAN
sekolah/madrasah bermutu yang berintegritas Jenis penelitian yang digunakan adalah model
tinggi, berkemajuan, berkeunggulan, berdaya penelitian kualitatif dengan studi pustaka, yaitu
saing serta mampu menghasilkan lulusan kajian teoritis, referensi serta literatur ilmiah
sebagai generasi yang banyak memberi manfaat lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai
bagi sesama dimanapun ia berada, telah-sedang dan norma yang berkembang pada situasi sosial
dan terus dilakukan. yang diteliti (Sugiyono, 2012). Penelitian
kualitatif bertujuan memperoleh gambaran
Berdasarkan penelitian terdahulu, telah seutuhnya mengenai suatu hal menurut
dilakukan beberapa penelitian dalam pandangan manusia yang diteliti. Penelitian
pengelolaan lembaga pendidikan dalam rangka kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi,
pencapaian tujuan pendidikan dan strategi pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti;
peningkatan mutu Pendidikan (Ardimen, 2012; kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.
Fathurrohman, 2012; Himayaturohmah, 2017;
Khadijah, 2015; Khojir, 2011; Priyatna, 2016;
Rohman, 2014; Rozi, 2016; Riyuzen, 2017; HASIL DAN PEMBAHASAN
Sodiah, 2016; Sulistyorini, 2012; Tanu, 2016). Lembaga Pendidikan Islam dan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Tantangannya
sebelumnya, perbedaannya dalam penelitian ini Lembaga pendidikan merupakan hal yang
terletak pada bagaimana Model dan Strategi sangat penting dalam mencapai keberhasilan
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam dalam proses pendidikan karena lembaga berfungsi
menghadapi tantangannya. sebagai mediator dalam mengatur jalannya
pendidikan. Dan pada zaman sekarang ini
Kajian Pustaka tampaknya tidaklah disebut pendidikan jika
Jurnal: Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan tidak ada lembaganya. Lembaga pendidikan
Islam, Volume 8, No II 2017 “Strategi dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya
pengelolaan lembaga pendidikan islam” oleh bagi kelancaran proses pendidikan. Apalagi
Riyuzen, Dispora Lampung Selatan. Hasil lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan
penelitian ini dua strategi pengelolaan yaitu konsep islam. Lembaga pendidikan islam
strategi umum dan strategi khusus. Secara merupakan suatu wadah dimana pendidikan
umum ditawarkan strategi berdasarkan konsep dalam ruang lingkup keislaman melaksanakan
Sirozi yang meliputi strategi substantive, tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam.
bottom-up, deregulatory, dan cooperative. Kata “lembaga” menurut Kamus Besar Bahasa
Sedangkan secara khusus penerapam fungsi- Indonesia berarti badan atau organisasi yang
fungsi Manajemen Pendidikan Islam tujuannya melakukan suatu penyelidikan
(perencanaan, pengorganisasian, keilmuan atau melakukan usaha (Tim
pelaksanaan/pengarahan dan pengawasan) Penyusun, 1999).
secara komprehensif dan konsisten dinilai
sebagai langkah strategis yang cerdas dan Sedangkan yang dimaksud pendidikan Islam
futuristik. adalah “sebagai proses mengubah tingkah laku
individu dalam kehidupan pribadinya atau
Novelty riset adalah; Lembaga Pendidikan kehidupan kemasyarakatannya dan alam
Islam bermutu memerlukan model manajemen sekitarnya melalui interaksi yang dilakukan
yaitu model manajemen Lembada Pendidikan oleh individu tersebut.” (al Syaibany, 1979).
Islam (LPI) yang bernuansa Entrepreneurship, Jadi, yang dimaksud dengan lembaga
model manajemen LPI berbasis masyarakat dan pendidikan Islam adalah lembaga atau badan,
model manajemen LPI berbasis masjid. Selain tempat berlangsungnya proses pendidikan yang
itu, LPI bermutu memerlukan strategi dilakukan dengan tujuan untuk mengubah
manajemen baik secara umum maupun khusus. tingkah laku individu ke arah yang lebih baik
melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

11
Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam Volume 5 No. 1 Mei 2020 p-ISSN : 2502 - 9398
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi e-ISSN : 2503 - 5126

Perubahan dimaksud tentunya dilandasi oleh tasyri’ (sejarah) yang diarahkan untuk
nilai-nilai islami (Suharto, 2005). mencapai tujuan pendidikan. Bentuk dan
realisasi itu adalah agar anak didik beribadah,
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mentauhidkan Allah SWT, tunduk dan patuh
Lembaga Pendidikan Islam (LPI) merupakan kepada perintah dan syariat-Nya. 2)
suatu Lembaga/wadah/media/organisasi tempat Memelihara fitrah anak didik sebagai insan
dimana pendidikan Islam diselenggarakan. yang mulia, agar tidak menyimpang dari tujuan
Lembaga ini memiliki struktur organisasi dan Allah menciptakannya. 3) Memberikan kepada
pembagian tugas/wewenang dan tanggung anak didik seperangkat peradaban dan
jawab yang jelas, tertata dengan baik sehingga kebudayaan Islami dengan cara
memungkinkan terciptanya suasana kondusif mengintengrasikan antara ilmu-ilmu alam, ilmu
yang mendukung terlaksananya proses sosial, ilmu eksak, dengan landasan ilmu-ilmu
pendidikan dan pembelajaran Agama Islam agama, sehingga anak didik mampu melibatkan
dengan efektif sesuai dengan karakteristik dan dirinya terhadap perkembangan ilmu
tugas masing-masing, seperti pengetahuan dan teknologi. 4) Membersihkan
sekolah/madrasah. pikiran dan jiwa anak didik dari pengaruh
subyektivitas (emosi) karena pengaruh zaman
Tujuan lembaga pendidikan Islam maka tidak yang terjadi pada dewasa ini lebih mengarahkan
terlepas dari tujuan pendidikan Islam itu pada penyimpangan fitrah manusia. 5)
sendiri. Tujuan pendidikan Islam digali dari Memberikan wawasan nilai dan moral, dan
nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber dari al- peradaban manusia yang membawa khasanah
Qur’an dan Hadits. Lembaga pendidikan Islam pemikiran anak didik menjadi berkembang. 6.)
secara umum bertujuan untuk meningkatkan Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan
keimanan, pemahaman, penghayatan dan antara anak didik. 7) tugas mengkoordinasi dan
pengalaman peserta didik tentang agama Islam, membebani kegiatan pendidikan. 8)
sehingga menjadi manusia muslim yang Menyempurnakan tugas-tugas lembaga
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta pendidikan keluarga, masjid dan pesantren”
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, (An-Nahlawi, 1989).
bermasyarakat berbangsa dan bernegara
(Muhaimin, & Mujib, A. , 1993). Tugas lembaga pendidikan pada intinya adalah
sebagai wadah untuk memberikan pengarahan,
Dengan kata lain, lembaga pendidikan Islam bimbingan dan pelatihan agar manusia dengan
mempunyai tujuan untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dan dapat
semua potensi yang dimiliki manusia itu, mulai dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Tugas
dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan lembaga pendidikan Islam yang terpenting
pemahaman siswa terhadap ajaran Islam, adalah dapat mengantarkan manusia kepada
berikut dilanjutkan dengan tahapan afeksi, misi penciptaannya sebagai hamba Allah,
yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan sebagai kholifah fi Al-Ardhi, yaitu seorang
nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti hamba yang mampu beribadah dengan baik dan
menghayati dan meyakininya. Melalui tahapan dapat mengembangkan amanah untuk menjaga
efeksi tersebut diharapkan bertumbuh motivasi dan untuk mengelolah serta melestarikan bumi
dalam diri siswa untuk bergerak mengamalkan dengan mewujudkan kebahagiaan dan
dan menaati ajaran Islam (tahap psikomotorik) kesejahteraan seluruh alam.
yang telah diinternalisasikan dalam dirinya.
Dengan demikian, akan terbentuk manusia Dalam perkembangannya Lembaga Pendidikan
muslim yang bertakwa dan berakhlak mulia. Islam banyak mengalami tantangan, salah
satunya adalah globalisasi. Kata ini diartikan
Lembaga pendidikan Islam seperti halnya sebagai suatu proses meningkatnya keterkaitan
sekolah/madrasah umumnya adalah merupakan antara masyarakat sehingga satu peristiwa yang
lembaga pendidikan kedua setelah keluarga. terjadi di wilayah tertentu semakin lama akan
Menurut An-Nahlawi, ”Tugas-tugas yang kian berpengaruh terhadap manusia dan
ditambah oleh Lembaga pendidikan Islam masyarakat yang hidup di bagian lain di muka
adalah: 1) merealisasikan pendidikan Islam bumi ini, dengan kata lain globalisasi sebagai
yang didasarkan atas prinsip pikir, aqidah dan sebuah proses sosial yang ditandai dengan

12
Asep Muljawan: Model Dan Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam

Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam 5 (1) pp 9-18 © 2020

semakin intensifnya hubungan sosial yang dimintai pertanggungjawabannya” (QS. Al-


mengglobal. Artinya, kehidupan manusia di Isra: 36).
suatu wilayah akan berpengaruh kepada
kehidupan manusia di wilayah lain, dan begitu Kedua landasan ideal fundamental di atas cukup
sebaliknya. Selanjutnya Era globalisasi ditandai mengingatkan kepada kita bahwa manusia
dengan beberapa hal, yaitu: pertama, globalisasi sebagai anggota masyarakat janganlah statis
terkait erat dengan kemajuan dan inovasi dan jumud dalam hidupnya, melainkan
teknologi, arus informasi atas komunikasi yang hendaknya dinamis dan konstruktif dalam
lintas batas negara. Kedua , globalisasi tidak melakukan perubahan-perubahan. Tingkah laku
dapat dilepaskan dari akumulasi kapital, dan usaha perubahan yang dilakukan itu
semakin tingginya intensitas arus investasi, hendaknya jangan latah mengikuti ide orang
keuangan dan perdagangan global. Ketiga , lain yang tidak diketahui arah dan tujuannya.
globalisasi berkaitan dengan semakin tingginya Semua usaha perubahan yang dilakukan itu
intensitas perpindahan manusia, pertukaran harus dipertanggung jawabkan dihadapan
budaya, nilai dan ide yang lintas batas negara. Tuhan, apakah bermanfaat bagi manusia,
Keempat , globalisasi ditandai dengan semakin masyarakat, dan agama. Itulah sebabnya semua
meningkatnya tingkat keterkaitan dan usaha untuk menciptakan perubahan itu perlu
ketergantungan tidak hanya antar bangsa dilandasi nilai-nilai yang tetap dan yang
namun juga antar masyarakat (Mulkhan, 2004). konstruktif, yaitu nilai agama.

Sementara Pendidikan islam memiliki Tantangan lainnya adalah popularitas Lembaga


karakteristik, yaitu: (1) Penguasaan ilmu Pendidikan (sekolah umum) makin meningkat.
pengetahuan, bahwa ajaran dasar Islam Sedangkan Lembaga Pendidikan Islam (sekolah
mewajibkan pemeluknya mencari ilmu Islam) bagi sebagian masyarakat kita dianggap
pengetahuan, (2) Pengembangan ilmu sekolah cadangan ( alternatif bila tidak diterima
pengetahuan, yaitu ilmu yang telah dikuasai di sekolah umum). Argumen klasiknya adalah
harus diberikan dan dikembangkan kepada bahwa sekolah umum dianggap lebih mampu
orang lain, (3) Penekanan pada nilai-nilai bersaing dalam menyiapkan lulusan yang
akhlak dalam penguasaan dan pengembangan berkualitas dibandingkan dengan sekolah Islam
ilmu pengetahuan, (4) Dasar beribadah kepada atau sekolah berwawasan Islam. Meskipun
Allah dan kemaslahatan umat, (5) akhir-akhir ini mulai muncul sekolah Islam atau
Memperhatikan perkembangan anak didik, (6) pun sekolah umum berwawasan Islam yang
Pengembangan kepribadian Islam, dan (7) mampu menunjukkan prestasinya, namun
Penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab jumlahnya masih relatif sedikit (Harahap,
sosial (Mulkhan, 2004). 1998).

Satu sisi globalisasi memberikan tantangan Model Manajemen Lembaga Pendidikan


kepada Pendidikan Islam yang memiliki Islam
karakteristik tersebut di atas, ketika sikap Berdasarkan sejarahnya, Lembaga Pendidikan
positif terhadap tantangan globalisasi ini maka Islam khususnya pesantren dan madrasah itu
tantangan ini menjadi peluang harapan tumbuh dari bawah; dari gagasan tokoh-tokoh
eksistensi Pendidikan islam. Sikap positif ini agama setempat. Berawal dari pengajian-
diikuti dengan persiapan-persiapan adaptif pengajian di rumah kemudian mendirikan
bahkan antisipatif. Sikap tersebut merujuk mushalla/masjid, madrasah diniyah, bahkan
kepada petunjuk-petunjuk agama yang antara mendirikan pesantren dan madrasah. Sebagian
lain: “…sesungguhnya Allah tidak akan besar tumbuh dan berkembang dari kecil dan
mengubah hal-hal yang ada pada suatu umat, kondisinya serba terbatas. Dalam
sehingga mereka melakukan perubahan atas perkembangannya diantara Lembaga
dirinya sendiri…” (QS. Ar-Ra’du:11). Petunjuk Pendidikan Islam tersebut ada yang terus
lainnya, firman Allah swt; “Janganlah kamu tumbuh dan berkembang dengan pesat atau
mengikuti hal-hal yang kamu tidak mengalami continuous quality improvement,
mengetahuinya, sesungguhnya pendengaran, ada juga yang jalan di tempat dan ada pula yang
penglihatan, dan hati, masing-masingnya akan berguguran. Bagi lembaga pendidikan islam
yang terus berkembang umumnya didukung

13
Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam Volume 5 No. 1 Mei 2020 p-ISSN : 2502 - 9398
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi e-ISSN : 2503 - 5126

oleh usaha-usaha lain yang bersifat profit brand belaka, namun juga memanfaatkan
seperti pertanian, perdagangan, percetakan, kekuatan brand untuk melipatgandakan
industri jasa dan lain sebagainya. akselerasi sebuah perubahan. Berikut kalimat
singkat, menarik yang diucapkan oleh KH
Sejak pengaruh era globalisasi, kesadaran umat Ahmad Dahlan, ”Hidup-hidupi
untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di
Islam mulai bangkit dimana-mana dan beberapa Muhammadiyah”. Dapat ditafsirkan dalam
di antaranya telah mampu menjadi sekolah konteks semangat entrepreneurship. Artinya
unggul atau sekolah yang efektif (effective setiap orang yang bekerja di lembaga amal
school). Yang menjadi persoalan adalah model usaha Muhammadiyah harus mampu
manajemen yang bagaimana yang tepat bagi memberikan nilai tambah bagi perkembangan
Lembaga pendidikan Islam yang memiliki mutu lembaganya. Dengan cara inilah akan terjadi
tinggi dan berkarakter islami. Adapun model- penumpukan capital (capital development)
modelnya yaitu sebagai berikut: sehingga amal usaha Muhammadiyah dapat
terus tumbuh dan berkembang.
1. Model Manajemen LPI Bernuansa
Entrepreneurship 2. Model Manajemen LPI Berbasis
Model ini merupakan pola manajemen LPI Masyarakat
yang dapat memberikan nilai tambah. Winarto Model ini merupakan pola manajemen LPI
dalam Syafrudin menegaskan bahwa seorang yang dapat menjaga hubungan baik dengan
entrepreneur adalah seorang yang menyukai masyarakat sekitar. Berdasarkan “Data EMIS
perubahan, melakukan berbagai temuan yang Kementerian Agama menunjukkan 90%
membedakan dirinya dengan orang lain, madrasah berstatus swasta dan 100 % pesantren
menciptakan nilai tambah, memberikan adalah swasta”. Ini berarti bahwa lembaga
manfaat bagi dirinya dan orang lain, karyanya pendidikan Islam adalah lembaga milik
dibangun berkelanjutan (bukan ledakan sesaat) masyarakat, atau bisa dikatakan “dari, oleh dan
dan dilembagakan agar kelak dapat bekerja untuk masyarakat”. Konsep Manajemen LPI
dengan efektif di tangan orang lain. Seorang berbasis sekolah (Management Based School)
manajer LPI yang entrepreneur memiliki dan pendidikan berbasis masyarakat (Society
karakter sebagai berikut: berani mengambil Based Education) dalam konteks otonomi
resiko, menyukai tantangan, hambatan dan daerah, lahir karena dilandasi oleh kesadaran
bahkan ancaman, punya daya tahan yang tinggi, bahwa masyarakat punya peran dan tanggung
punya visi jauh ke depan dan selalu berusaha jawab terhadap lembaga pendidikan di
memberikan yang terbaik (Syafaruddin, 2005). daerahya disamping sekolah dan pemerintah.

Seorang entrepreneur pada dasarnya adalah Lembaga-lembaga pendidikan di negara-negara


seorang pembaharu (innovator) karena maju terutama yang berstatus privat pada
melakukan sesuatu yang baru, dianggap baru umumnya terdapat lembaga semacam Dewan
atau berbeda dari kondisi sebelumnya. Apa Sekolah, Majlis Madrasah, Dewan Penyantun,
yang dilakukan itu membawa perubahan ke Majlis Wali Amanah dan lain sebagainya yang
arah yang lebih baik dan memberi nilai tambah antara lain bertugas memperhatikan hubungan,
bagi diri maupun orang lain. Dalam upaya kedekatan dan aspirasi masyarakat serta siap
untuk menciptakan nilai tambah seorang mendayagunakan potensi masyarakat dan
entrepreneur sangat mengutamakan kekuatan memberikan layanan pengabdian (langsung
brand, yaitu citra atau merek yang kuat atas apa maupun tidak langsung) kepada masyarakat. Di
yang dilakukannya. Dengan brand yang baik Stanford University misalnya ada The Board of
jelas akan memberikan value yang tinggi. Trustees yang berwenang mengelola dana hibah
Brand image bagi sebuah lembaga pendidikan dan hadiah (grand), sumbangan (endowment)
merupakan aset yang paling berharga yang dan lain sebagainya yang dihimpun dari dana
mampu menciptakan value bagi stakeholder masyarakat untuk pengembangan Stanford
dengan meningkatkan kepuasan dan University (Syafaruddin, 2005).
menghargai kualitas dan akhirnya melahirkan
kepercayaan. Seorang manajer yang sekaligus Semangat beramal untuk membangun lembaga
entrepreneur bukan sekedar bisa membangun pendidikan dalam tradisi iman umat Islam

14
Asep Muljawan: Model Dan Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam

Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam 5 (1) pp 9-18 © 2020

sebenarnya bukan sesuatu yang baru, bahkan nasionalisme, dan patriotisme sejati” (Wahab,
umat Islam pernah menjadi pelopor (avant- 2013).
garde) dalam komitmennya mengembangkan
lembaga pendidikan melalui semangat amal. Berdasarkan deskripsi model-model di atas,
Yang menjadi persoalan sekarang adalah, maka dapat disintesakan bahwa Lembaga
bagaimana upaya rekonstruksi semangat Pendidikan Islam (LPI) dapat memadukan
beramal ini dalam mengembangkan pendidikan ketiga model manajemen tersebut karena ketiga
Islam? Pertama, adanya lembaga semacam model tersebut bersesuaian secara filosofis,
Board of Trustees atau semacam Majlis Wali teoritis dan empirik.
Amanah yang anggotanya dari wakil
masyarakat yang memiliki integritas dan Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan
komitmen yang tinggi terhadap pendidikan Islam (LPI)
Islam. Kedua, perlu dibangkitkan kembali Ada beberapa strategi alternatif untuk
semangat juang (jihad), etos kerja semua menjawab berbagai tantangan manajemen
komponen stake holder internal sebagai wujud (pengelolaan) LPI, yaitu strategi Umum dan
amal (perbuatan) nyata. Ketiga, perlu strategi khusus (Qomar, 2007). Strategi umum
diterapkan manajemen mutu terpadu (total meliputi; (1) Merumuskan cita-cita, program ,
quality management) dalam penyelenggaraan dan tujuan serta langkah-langkah realisasi, (2)
pendidikan Islam (Syafaruddin, 2005). Membangun kepemimpinan, budaya organisasi
yang baik dan profesional serta menyiapkan
3. Model Manajemen LPI Berbasis Masjid pendidik yang memiliki kompetensi, (3)
Embrio pendidikan Islam adalah Masjid. Menggali potensi-potensi keuangan dan
Manajemen Lembaga pendidikan Islam yang mengembangkannya dengan kreatif, (4)
berbasis masjid adalah manajemen yang dijiwai Membangun kerjasama (networking) baik
oleh nilai dan semangat spiritual, semangat ditingkat daerah, nasional maupun
berjamaah, semangat ikhlas (murni karena internasional, (5) Sikap optimis, peduli, aktif
Allah) dan semangat memberi yang hanya dan kreatif dalam menghadapi berbagai
berharap pada ridlo Allah. Proses pembelajaran tantangan.
yang integratif dengan masjid memberikan
nuansa religius yang kental dalam penanaman Strategi Umum lainnya, yaitu; (1) strategi
nilai-nilai religius maupun praktek langsung substantif; sekolah-sekolah Islam seperti
pengalaman beragama. Mengapa berbasis madrasah, pondok pesantren dan LPI lainnya
masjid? perlu menyajikan program-program yang
komprehensif meliputi aspek Kognitif
Menurut Muhbib Abdul Wahab yang dimuat (pemahaman), afektif (penerimaan atau sikap)
pada harian Republika Online (ROL) bahwa dan psikomotorik (pengalaman atau
“Masjid adalah pusat dan sumber inspirasi keterampilan), (2) strategi bottom-up;
dalam segala hal, karena di masjid semua Pertumbuhan dan perkembangan LPI harus
Muslim hanya mengabdi dan memohon dimulai dari bawah. Artinya konsep dan
pertolongan kepada Allah SWT (QS Al-Fatihah rancang bangun kurikulum serta berbagai
[1]: 5). Ayat ini oleh para mufassir, antara lain, kebijakan pengembangan kualitas SDM dan
dimaknai ayat pembebasan manusia dari sarana fisik lainnya harus disesuaikan dengan
ketergantungan kepada makhluk menuju tauhid kebutuhan, potensi dan cita-cita masyarakat.
sejati. Shalat berjamaah di masjid tidak hanya Masyarakat harus dilibatkan sejak dari tahap
melambangkan persatuan dan kebersamaan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap
tetapi juga persamaan (equality), evaluasi. Konsep kebersamaan yang dibangun
egalitarianisme, dan anti-diskriminasi. Yang dari bawah inilah yang diyakini mampu
kaya dan miskin, pejabat dan rakyat, penguasa menumbuhkan sikap kepedulian yang tinggi
dan pengusaha dapat berdiri dalam shaf yang (concern), rasa memiliki (sense of belonging),
sama. Tidak ada masjid hanya dikhususkan para dan rasa turut bertanggung jawab (sense of
penguasa, pengusaha, atau pejabat. Masjid, responsibility) atas prestasi yang dicapai.
seperti halnya kemerdekaan, adalah hak semua. Keikutsertaan masyarakat ini dapat saja
Masjid mendidik kita untuk mandiri, direfresentasikan oleh Komite
mengembangkan semangat kebersamaan, Sekolah/Madrasah. Organisasi ini perlu bekerja

15
Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam Volume 5 No. 1 Mei 2020 p-ISSN : 2502 - 9398
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi e-ISSN : 2503 - 5126

sama bahu membahu guna memajukan kualitas Berdasarkan deskripsi di atas, manajemen
sekolah. (3) strategi deregulatory; Sekolah- stratejik diwujudkan dalam bentuk perencanaan
sekolah Islam/madrasah dan LPI lainnya berskala besar, dalam arti mencakup
seharusnya diberi kebebasan untuk berkreasi kepentingan seluruh komponen organisasi.
dan berimprovisasi terhadap programprogram Hasil rumusan rencana ini biasanya dituangkan
pembinaan dan pengembangan, tidak terlalu dalam bentuk rencana-rencana organisasi
terpaku dan kaku pada aturan umum yang di secara hierarkis, yakni: rencana strategis
buat oleh pemerintah. (4) strategi cooperative; (renstra), rencana operasional (renop), program,
Dalam proses pembinaan dan dan kegiatan. Rencana strategik ini berorientasi
pengembangannya, maka sekolah/madrasah ke masa depan (misal 10 tahun ke atas). Visi
dan LPI lainnya harus bisa bekerja sama, dan misi organisasi menjadi acuan dalam
(berkolaborasi) dan memberdayakan semua penyusunan rencana strategis. Diperlukan
potensi dan sumber daya yang ada baik dari keterlibatan pimpinan puncak dalam
internal maupun dari lingkungan sekitarnya penyusunan rencana strategis, dan Hasil
(Sirozi, 2004), rumusan rencana strategis diimplementasikan
melalui fungsi manajemen.
Adapun strategi khusus dalam menghadapi
tantangan pengelolaan LPI yaitu pendekatan KESIMPULAN
manajemen stratejik; suatu seni dan ilmu dari Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
pembuatan (formulating), penerapan bahwa Lembaga Pendidikan Islam (LPI)
(implementing), dan evaluasi (evaluating) Sebagai wadah pembelajaran Pendidikan Islam
keputusan-keputusan strategis antar fungsi- harus dikelola secara efektif dan efisien dengan
fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi tetap berpijak pada ajaran Islam, sehingga peran
mencapai tujuan-tujuan masa yang akan datang LPI signifikan dalam membangun pribadi-
(Nawawi, 2005). Manajemen stratejik dapat pribadi dengan kemampuan intelektual yang
pula didefinisikan sebagai proses perencanaan, mumpuni, karakter keimanan yang tangguh,
pengarahan, pengorganisasian dan serta akhlak mulia. Dengan kepribadian
pengendalian berbagai keputusan dan tindakan tersebut maka mereka mampu menghadapi
strategis sekolah dengan tujuan untuk mencapai tantangan global.
keunggulan kompetitif (Solihin, 2012). Dalam merespon tantangan era globalisasi ini,
Lembaga pendidikan Islam seharusnya tetap
Proses manajemen strategik terdapat 3 tahap memberikan respon positif dan solutif tanpa
(Solihin, 2012), yaitu: mengurung diri, tetap inklusif dengan tanpa
Perencanaan Strategi, yang meliputi : meninggalkan karakter dan basic yang
a. Pengembangan Visi, Misi dan Tujuan dimilikinya. Lembaga Pendidikan Islam
b. Pengidentifikasian faktor internal dan memang perlu melakukan penggabungan
eksternal (analisis SWOT) berbagai model manajemen dan menerapkan
c. Perencanaan jangka pendek, strategi manajemen baik secara umum maupun
menengah, dan Panjang secara khusus yang dikenal dengan istilah
d. Penentuan strategi unggul. manajemen stratejik (management strategic).
Pelaksanaan Strategi, yaitu meliputi:
a. Menentukan Kebijakan Sekolah DAFTAR PUSTAKA
b. Memotivasi karyawan Al Syaibany, O. M. (1979). Falsafah
c. Mengalokasikan sumber-sumber daya Pendidikan Islam , alih bahasa Hasan
manusia Langgulung. Jakarta: Bukan Bintang.
d. Mengembangkan budaya yang An-Nahlawi, A. (1989). Prinsip-prinsip dan
mendukung strategi Metode Pendidikan Islam dalam
Evaluasi/kontrol strategi, mencakup: Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Terj.
a. Memonitor seluruh hasil-hasil dari Herry Noer Ali. Bandung: Diponegoro.
pembuatan dan penerapan strategi Arcaro, J. (2007). Pendidikan Berbasis Mutu:
b. Mengukur Kinerja Individu dan Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata
Sekolah Langkah Penerapan (Terj. Yosai
c. Mengambil langkah-langkah Triantara). Yokyakarta: Pustaka Belajar.
perbaikan

16
Asep Muljawan: Model Dan Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam

Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam 5 (1) pp 9-18 © 2020

Ardimen. (2012). Pengelolaan Lembaga Rohman, F. (2014). Strategi Pengelolaan


Pendidikan Berbasis SNP Dalam Rangka Komponen Pembelajaran Bahasa Arab.
Pencapaian Tujuan Pendidikan. Jurnal Arabiyat: JUrnal Pendidikan Bahasa
Ta'dib, 15 (2), 137-148. Arab dan Kebahasaaraban, I (1), 64-78.
Chotimah, C., & Fathurrohman, M. (2014). Rozi, M. (2016). Strategi PEningkatan Mutu
Komplemen Manajemen Pendidikan Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi, 4 (2),
Islam: Konsep Integratif Pelengkap 322-336.
Manajemen Pendidikan Islam. Sirozi, M. (2004). Agenda Strategi Pendidikan
Yogyakarta: Teras. Islam. Yogyakarta: AK Group.
Fathurrohman, M. (2012). Implementasi Sisdiknas, U.-U. (2003). Sistem Nasional
Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan.
Pendidikan Islam: Peningkatan Sodiah. (2016). Manajemen Lembaga
Lembaga Pendidikan Islam Secara Pendidikan Islam Berbasis Masyarakat
Holistik (Praktik dan Teoritik). dan Sekolah. Jurnal Sosial Budaya, 89-
Yogyakarta: Teras. 100.
Harahap, S. (1998). Perguruan Tinggi Islam di Soeroyo. (1991). Berbagai Persoalan
Era Globalisasi. Yogyakarta: Tiara Pendidikan, Pendidikan Nasional dan
Wacana. Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal
Himayaturohmah, E. (2017). Strategi Ilmu Pendidikan Islam, Problem dan
Pengembangan Manajemen Pengelolaan Prospeknya. Vol I. Fak Tarbiyah IAIN
Pusat Kegiatan Belajar MAsyarakat Yogyakarta, 77.
(Pkbm) Di Provinsi Riau. Jurnal Solihin, I. (2012). Manajemen Strategik.
Penjamin Mutu, 3 (1), 100-110. Bandung: Erlangga.
Khadijah, I. (2015). Manajemen Mutu Terpadu Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian.
(TQM) Pada Lembaga Pendidikan Islam. Bandung: Alfabeta.
Al-Idarah : Jurnal Kependidikan Islam, Suharto, M. T. (2005). Rekonstruksi dan
5(1), 59-75. Modernisasi Lembaga Pendidikan .
Khojir. (2011). Pengebangan Lembaga Yogyakarta: Global Utama Pustaka.
Pendidikan di Indonesia. Jurnal Sulistyorini, M. (2012). Implementasi
Dinamika Ilmu, 11 (2), 1-9. Manajemen Peningkatan Mutu
Muhaimin, & Mujib, A. . (1993). Pemikiran Pendidikan Islam:. Yogyakarta: Teras.
Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Syafaruddin. (2005). Manajemen Lembaga
Karya. Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
Mulkhan, A. M. (2004). Pendidikan Islam dan Tanu, I. (2016). Pembelajaran Berbasis Budaya
Tantangan Globalisasi , Buah Pikiran dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Seputar Filsafat, Politik,Ekonomi, Sosial di Sekolah. Jurnal Penjamin Mutu, 34-
dan Budaya. Yogyakarta: Presma UIN 43.
Yogyakarta. Tim Penyusun. (1999). Kamus Besar Bahasa
Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam . Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Jakarta: Kencana Prenada. Umaedi. (2017). Manajemen Mutu Berbasik
Nawawi, H. (2005). Manajemen strategik Sekolah/Madrasah. Komunikasi dan
Organisasi Non Pofit Bidang Pendidikan Islam, Vol 6 No 2, 1.
Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Wahab, M. A. (2013). Spirit Istiqlal, diposting
Pendidikan. Yogyakarta: Gajah Mada pada 22 Agustus 2013 , diakses pada 24
University Press. Juli
Priyatna. (2016). Manajemen Pengembangan 2019.Jakarta:http://khazanah.republika.c
SDM Pada Lembaga Pendidikan Islam. o.id/berita/dunia-
Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam, islam/hikmah/13/08/22/mrwy9w-spirit-
1231-1250. istiqlal.
Qomar, M. (2007). Manajemen Pendidikan
Islam. Malang: Erlangga.
Riyuzen. (2017). Strategi Pengelolaan Lembaga
Pendidikan Islam. Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, 8 (2), 145-165.

17
Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam Volume 5 No. 1 Mei 2020 p-ISSN : 2502 - 9398
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi e-ISSN : 2503 - 5126

18

Anda mungkin juga menyukai