PKK Pengendalian Kualitas Jasa Untuk Memenuhi Kepuasan Pelanggan
PKK Pengendalian Kualitas Jasa Untuk Memenuhi Kepuasan Pelanggan
Disusun Oleh:
1. Denny Rakasiwi (1111210029)
2. Andhini Wulan Saputri (1113210026)
3. Flora Mountania Jaya (1113210136)
Didiskusikan oleh:
1.Adit Tirta Ganda
2.Anton putra pamungkas
3.Andhika
4.Faiz Darmawan
5.Naufal Hafizh A.
KONSEP KEPUASAN PELANGGAN DAN
LOYALITAS PELANGGAN, SETVICE
QUALITY, DAN PRODUCT LIABILITY.
ABSTRAKSI
Dalam menciptakan produk atau jasa yang diinginkan pelanggan, maka perlu
mengetahui bagaimana kepuasan pelanggan terbentuk secara maksimal dengan melakukan
survey secara langsung atau tidak langsung terhadap keinginan pelanggan dalam memenuhi
kebutuhannya. Konsep tersebut akan berhasil dengan munculnya pelanggan yang berloyalitas
terhadap produk atau jasa tersebut, dengan kata lain pelanggan akan berkontribusi kepada
perusahaan atau institusi yang menciptakan produk atau jasa. Pelayanan yang baik dan
berkualitas akan membuat pelanggan merasa puas dan ingin melakukan transaksi kembali,
sehingga perusahaan atau institusi wajib memberikan jaminan secara jelas terhadap produk
atau jasa yang diciptakan kepada pelanggan yang mengkonsumsi produk atau jasa tersebut.
Kata kunci: kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, service quality, product liability.
IV
PENDAHULUAN
Saat ini, iklim kompetisi dalam dunia perdasgangfan semakin terasa. Disisi
lain perubahan lingkungan yang demikian pesat semakin mendukung kompetisi yang
sering terjadi saat ini. Menurut Dick dan Basu (1994),salah satu tujuan utama aktivitas
pemasaran seringkali dilihat dari pencapaian loyalitas pelanggan melalui strategi
pemasaran (Siregar, 2994). Loyalitas pelanggan merupakan bagian teropentinjg pada
pengulangan pembelian pada pelanggan (Caruana, 2002).
1
1.1.1 Tujuan Penelitian
Tujuan pembuatan laporan ini merupakan wujud dari keingin tahuan kami sebagai
mahasiswa terhadap salah satu mata kuliah Manajemen Kualitas tentang Konsep Kepuasan
terhadap pelanggan, loyalitas pelanggan, service quality, dan product liability yang
berpengaruh terhadap konsumen disekitar.
Kami juga mendapatkan cara untuk menentukan strategi yang akurat terhadap
pelanggan dalam mendapatkan pelanggan yang berloyalitas dengan perusahaan dan
mendapatkan kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa yangg dihasilkan oleh suatu
perusahaan.
- Pemodelan analisis
Bagaimana menganalisis berbagai macam pemodelan yang muncul dalam
menganalisis Pelanggan, Kepuasan Pelanggan, Service quality, dan Product Liability.
- Model
Model yang muncul yang sebagai permasalahan dalam laporan yang kami
analisis adalah Model Parasuraman Et Al. Karena informasi dalam teori terhadap
konsep tersebut suliit untuk dicari dan dipahami.
- Teori
Teori – teori dalam sub bab tertentu sulit untuk didapat akibat keterbatasan
penelitian yang muncul dalam meneliti laporan ini.
2
METODE PENELITIAN
Dalam laporan yang kami susun ini metode penelitian yang kita pakai ialah metode
analisis deskriptif kualitatif. Alasan kami menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif
karena berdasarkan judul yang kami teliti sebagian besar ialah didasarkan oleh berbagai
macam konsep, identifikasi, dan pengertian – pengertian dari para ahli yang mengemukakan
definisi dari sub – sub judul laporan ini. Definisi dari metode analisis deskriptif kualitatif
menurut I Made Winartha (2006:155) yaitu:
“ Metode Analisis Deskrptif Kualitatif yaitu menganalisis, menggambarkan, dan meringkas
berbagai kondisi, situasi dari berbagai data, yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau
pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan”.
Berdasarkan metode yang kami gunakan ini berikut adalah beberapa definisi dari
berbagai ahli yang sesuai dengan judul laporan ini yang kami gunakan sebagi acuan kami
dalam menganalisis laporan tentang Konsep Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan, Service
Quality, dan Product Liability. Di antaranya ialah:
Menurut Tjiptono (1997:24) kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon
pelanggan terhadap evolusi ketidaksesuaian (discinfirmation) yang dirasakan antara harapan
sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan bahwa pada persaingan yang semakin
ketat ini, semakin banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen sehingga hal ini menyebabkan setiap badan usaha harus menempatkan orientasi
pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama, antara lain dengan semakin banyaknya badan
usaha yang menyatakan komitmen terhadap kepuasan pelanggan dalam pernyataan misi,
iklan.
Loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara
berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk/jasa yang
dihasilkan oleh badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses
pembelian yang berulang-ulang tersebut (Olson, 1993).
Menurut Kotler (2002) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang
dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan
tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Menurut Parasuraman dkk (dalam Lupiyoadi dan Hamdani, 2006:182) terdapat lima
dimensi dalam kualitas jasa yaitu berwujud (tangible), keandalan (reliability), ketanggapan
(responsiveness), jaminan dan kepastian (assurance), empati (emphaty).
3
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pelanggan dapat didefinisikan sebagai salah satu alat untuk membeli yang
bertujuan untuk menerima produk dan jasa. Pelanggan memiliki dua tipe yaitu eksternal-
internal.
3.1.1 Pelanggan Eksternal
Pelanggan eksternal ada di luar organisasi dan membeli produk atau layanan yang
menghasilkan keuntungan atau profit bagi perusahaan. Setiap karyawan dalam bisnis
harus tahu bagaimana pekerjaan mereka mempengaruhi dan / atau meningkatkan
kepuasan total pelanggan eksternal. kinerja harus terus ditingkatkan untuk
mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan mendapatkan yang baru.
3.1.2 Pelanggan Internal
Pelanggan internal itu penting, karena pelanggan internal merupakan pelanggan
yang berada di dalam perushaan itu sendiri. Setiap fungsi, apakah itu rekayasa,
pemrosesan order, atau produksi memiliki pelanggan internal. Masing-masing menerima
produk atau layanan, dan dalam pertukaran, menyediakan produk atau layanan. Setiap
orang dalam proses dianggap pelanggan dari operasi sebelumnya. Setiap tujuan pekerja
adalah untuk memastikan bahwa kualitas memenuhi harapan orang berikutnya atau yang
biasa disebut sebagai pelanggan.
Semua proses memiliki output, yang digunakan oleh pelanggan internal atau
eksternal, dan masukan, yang disediakan oleh pemasok internal atau eksternal. setiap
melakukan pekerjaan yang menghasilkan beberapa layanan atau produk yang digunakan
oleh yang lain. setiap karyawan di seluruh organisasi adalah bagian dari rantai pemasok
internal dan eksternal.
4
3.2 Konsep Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan
Kepuasaan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena
membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk terhadap ekspektasi (harapan)
mereka. Penilaian pelanggan atas kinerja produk tergantung pada banyak faktor, terutama
jenis hubungan loyalitas yang dimiliki pelanggan dengan sebuah merek. Konsumen
sering membentuk persepsi tentang sebuah produk secara positif terhadap merek.
Secara umum terdapat lima dimensi utama kepuasan pelanggan, yaitu kualitas
produk, harga, kualitas layanan, emotional factor, dan kemudahan. (Sitinjak 2008:14):
5
3. Dimensi mutu pelayanan Mutu pelayanan (service quality)
Sangat tergantung pada tiga hal yaitu: sistem, teknologi dan manusia. Faktor
manusia memegang kontribusi terbesar sehingga mutu layanan lebih sulit ditiru
dibandingkan dengan mutu produk dan harga. Salah satu konsep mutu layanan yang
popular adalah Servqual. Berdasarkan konsep ini kualitas layanan diyakini memiliki
lima dimensi yaitu:
- Reliability
- Responsiveness
- Assurance
- Emphaty
- Tangible.
4. Dimensi emosional
5. Dimensi kemudahan
6
Bentuk produk
Bentuk produk merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk yang
menghasilkan suatu manfaat.
Keandalan
Merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan produk
sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan.
7
1. Teknik Pengukuran
Rumusan dari kepuasan pelanggan menurut Tse dan Wilton dalam Tjiptono
(1997:36), dapat diperoleh sebagai berikut:
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa ada dua variabel utama yang
menentukan kepuasan pelanggan, yaitu expectations dan perceived performance.
Apabila perceived performance melebihi expectations, maka pelanggan akan puas,
tetapi bila sebaliknya maka pelanggan akan merasa tidak puas. Oleh karena kepuasan
akan menimbulkan loyalitas pelanggan, maka loyalitas sebagai variable endegenous
disebabkan oleh suatu kombinasi kepuasan, rintangan pengalihan (switching barrier)
pemasok, dan keluhan. Jadi dapat dirumuskan bahwa:
8
2. Pengaruh Kepuaasan Pelanggan
3. Keluhan Pelanggan
Mengingat besarnya dampak buruk dari pelanggan yang tidak puas, penting bagi
pemasar untuk menangani pengalaman negatif dengan tepat. Di luar itu, prosedur
berikut dapat membantu memulihkan itikad baik pelanggan:
a. Membuka “hotline” gratis 7 hari, 24 jam (lewat telepon, faks, atau e – mail)
untuk menerima dan menindaklanjuti keluhan pelanggan
b. Meenghubungi pelangan yang menyampaikan keluhan secepat mungkin.
Semakin lambat respon perusahaan, semakin besarlah ketidakpuasan yang
akan menimbulkan berita negatif.
c. Menerima tanggung jawab atas kekecewaan pelanggan; jangan menyalahkan
pelanggan
9
d. Memperkerjakan orang layanan pelanggan yang memiliki empati
e. Menyelesaikan keluhan dengan cepat dan mengusahakan kepuasan pelanggan.
Sebagian pelanggan yang menyampaikan keluhan sesungguhnya tidak
meminta kompensasi yang besar sebagai tanda bahwa perusahaan peduli.
Kotler, Hayes dan Bloom (2002) menyebutkan ada enam alasan mengapa suatu
institusi perlu mendapatkan loyalitas pelanggannya.
Pertama: pelanggan yang ada lebih prospektif, artinya pelanggan loyal akan
memberi keuntungan besar kepada institusi.
Kedua: biaya mendapatkan pelanggan baru jauh lebih besar berbanding menjaga
dan mempertahankan pelanggan yang ada.
Ketiga: pelanggan yang sudah percaya pada institusi dalam suatu urusan akan
percaya juga dalam urusan lainnya.
Keempat: biaya operasi institusi akan menjadi efisien jika memiliki banyak
pelanggan loyal.
Keenam: pelanggan loyal akan selalu membela institusi bahkan berusaha pula
untuk menarik dan memberi saran kepada orang lain untuk menjadi pelanggan.
Membangun loyalitas dengan cara menciptakan hubungan yang kuat dan erat
dengan pelanggan merupakan mimpi semua pemasar, dan hal ini sering menjadi kunci
keberhasilan pemasaran jangka panjang. Berikut 4 jenis kegiatan pemasaran yang penting
dalam meningkatkan loyalitas pelanggan:
10
a. Berinteraksi dengan pelanggan
- Program frekuensi
Program ini dapat membantu membangun loyalitas jangka
panjang dengan pelanggan, menciptakan lintas penjualan dalam proses.
c. Mempersonalikan pemasaran
11
1. Biaya pemasaran menjadi berkurang, karena biaya untuk menarik pelangan
baru lebih tinggi daripada biaya mempertahankan pelanggan.
2. Biaya transaksi menjadi lebih rendah, seperti biaya negosiasi kontrak dan
pemrosesan pesanan.
3. Biaya perputaran pelanggan menjadi berkurang karena lebih sedikit
pelanggan hilang yang harus digantikan.
4. Keberhasilan penjualan silang menjadi meningkat, menyebabkan pangsa
pasar yang lebih besar.
5. Pemberitaan dari mulut ke mulut menjadi lebih positif, dengan asumsi para
pelanggan yang loyal juga merasa puas.
6. Biaya kegagalan menjadi menurun seperti pengurangan pengerjaan ulang,
kalim garansi, biaya pergantian, dan sebagainya.
1. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku berfokus pada perilaku konsumen purnapembelian
dan mengukur loyalitas pelanggan berdasarkan tingkat pembelian
(frekuensi dan kemungkinan membeli lagi).
2. Pendekatan sikap
Pendekatan sikap menyimpulkan loyalitas pelanggan dari aspek
keterlibatan psikologis, favoritisme, dan sense of goodwill pada jasa
tertentu.
3. Pendekatan terintegrasi
Pendekatan terintegrasi mengkombinasikan dua variabel untuk
menciptakan sendiri konsep loyalitas pelanggan yaitu kombinasi sikap
senang pelanggan dan perilaku pembelian ulang.
12
1. Loyalitas Kognitif
2. Loyalitas Afektif
3. Loyalitas Konatif
13
4. Loyalitas Tindakan
14
3.3 Proses Mengetahui Eksppektasi Pelanggan
Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja
sesuai dengan ekspektasi, pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi eksektasi,
pelanggan akan puas atau senang. Jika pemasar meningkatkan ekspektasi terlalu tinggi,
pembeli akan kecewa. Meskipun demikian, jika perusahaan menetapkan ekspektasi
terlalu rendah, perusahaan tidak akan menarik cukup pembeli (meskipun perusahaan
dapat memuaskan pelanggan yang membeli).
15
3.4 Pembentukan Fokus Pada Pelanggan
16
3.5 Pengertian dan Karakteristik Service
17
Berdasarkan pemahaman diatas dapatlah dikatakan, bahwa pengukuran dan
penilaian kualitas jasa tidaklah berbeda, akan tetapi dalam pelaksanaannya agak sukar
dibandingkan pada produk fisik. Pada dasarnya inti dari pengukuran dan penilaian
kualitas terletak pada dua sisi, yaitu dari sudut pandang konsumen dalam hal ini
harapannya, dan disatu sisi terletak pada sudut pandang manajemen perusahaan dalam hal
ini kinerja atas kualitas jasa secara keseluruhan.
Dengan kata lain, seperti yang dikemukakan oleh Parasuraman, et al. (1985:43)
bahwa terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu:
1. Jasa yang diharapkan (expected service)
Merupakan jasa yang diinginkan pelanggan sesuai dengan kebutuhan
pelanggan itu sendiri.
2. Jasa yang dipersepsikan (perceived service)
Merupakan jasa yang hanya dikemukakan oleh pelanggan dan belum tentu
sesuai dengan jasa yang diinginkan oleh pelanggan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Rush, et al. (1996) dalam Fandy
Tjiptono, (2000:51-52) bahwa:
“Harapan pelanggan dapat berupa tiga tipe. Pertama, will expectation, yaitu
tingkat kinerja yang diprediksi atau diperkirakan konsumen akan diterimanya,
berdasarkan semua informasi yang diketahuinya. Kedua, should expectation, yaitu tingkat
kinerja yang dianggap sudah sepantasnya diterima konsumen. Ketiga, ideal expectation,
yaitu kinerja optimum atau terbaik yang diharapkan dapat diterima konsumen”.
Jasa tidak dapat dipisahkan dari pemberi jasa itu, baik pemberi jasa itu
adalah orang maupun mesin. Jasa tidak dapat dijejerkan pada rak-rak
penjualan dan dibeli oleh konsumen kapan saja dibutuhkan.
18
c. Variability (Keanekarupaan)
Jasa tidak dapat tahan lama merupakan jasa yang dibuat yang
kegunaanya atau fungsinya tidak akan bertahan lama, karenanya tidak dapat
disimpan untuk penjualan atau penggunaan di kemudian hari. Sifat jasa yang
tidak tahan lama ini bukanlah masalah kalau permintaan tetap/teratur, karena
jasa-jasa sebelumnya dapat dengan mudah disusun terlebih dahulu, kalau
permintaan berfluktasi, perusahaan jasa akan dihadapkan pada berbagai
masalah yang sulit.
19
3.6 Model Kualitas Jasa Dari Parsuraman, Et Al.
Model kualitas layanan yang paling popular dan hingga kini banyak dijadikan
acuan dalam riset manajemen dan pemasaran jasa adalah model SERVQUAL (singkatan
dari service quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry
(1985,1988, 1990, 1993, 1994) dalam serangkaian penelitian mereka terhadap enam
sektor jasa; reparasi peralatan rumah tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan telepon
jarak jauh, perbankan ritel, dan pialang sekuritas (Tjiptono,2011). Dalam serangkaian
penelitian mereka terhadap sektor-sektor jasa, model ini juga dikenal dengan istilah gap
analysis model.
Model ini berkaitan erat dengan model kepuasan pelanggan yang sebagian besar
didasarkan pada pendekatan diskonfirmasi. (Oliver,1997) dalam Tjiptono,2011. Dalam
pendekatan ini ditegaskan bahwa bila kinerja pada suatu atribut (attribute performance)
meningkat lebih besar dari pada harapan (expectations) atau atribut yang bersangkutan,
maka kepuasan dan kualitas jasa pun akan meningkat, begitu pula sebaliknya
(Tjiptono,2005). Menurut Parasuraman, et al. (1988) terkait dengan model SERVQUAL,
kualitas jasa didefinisikan sebagai penilaian atau sikap global berkenaan dengan superioritas
suatu jasa.
- Kedua , berbagai riset telah menunjukkan bahwa instrument Servqual sahih (valid)
untuk berbagai konteks layanan.
Masih dalam Tjiptono, 2011 disebutkan bahwa kolaborasi antara tiga pakar
terkemuka kualitas layana, A. Parasuraman, Valarie A. Zeithaml, dan Leonard L. Berry
dimulai pada tahun 1983. Reputasi dan kontribusi ketiga pakar ini dimulai dari paper
konseptual mereka berjudul” A Conceptual Model of Service Quality and Its
Implications for future Research” yang dipublikasikan di Journal of Marketing . Dalam
paper tersebut, mereka memaparkan secara rinci lima gap kualitas layanan yang
berpotensi menjadi sumber masalah kualitas layanan.
20
Dalam penelitiannya, Parasuraman, et al., (1994) dalam Nasution (2004)
mengidentifikasikan lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan kegagalan penyampaian
jasa. Lima gap utama tersebut adalah:
1. Gap antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen (knowledge gap)
Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas jasa tidak konsisten dengan
persepsi manajemen terhadap ekspektasi kualitas. Kadangkala manajemen
mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan, tetapi mereka
tidak menyusun suatu standard kinerja tertentu yang jelas. Hal ini dikarenakan
tiga faktor, yaitu : tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas
jasa, kekurangan sumberdaya, adanya kelebihan permintaan.
3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (delivery gap)
Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja
dalam proses produksi dan penyampaian jasa.
5. Gap antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan (service gap)
Gap ini berarti bahwa jasa yang dipersepsikan tidak konsisten dengan
jasa yang diharapkan. Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau
prestasi perusahaan berdasarkan kriteria yang berbeda, atau bisa juga mereka
keliru menginterpretasikan kualitas jasa yang bersangkutan.
21
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menghilangkan gap-gap dalam
SERVQUAL adalah sebagai berikut:
22
4. Menghilangkan gap 4, langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a. Memperlancar arus komunikasi antara unit promosi/ iklan dan unit operasi,
antara
b. unit penjualan dan unit operasi, dan antara unit personalia, pemasaran, dan
operasi.
c. Memberikan layanan yang konsisten disemua tingkatan perusahaan.
d. Memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek-aspek vital kualitas
pelayanan.
e. Menjaga agar pesan-pesan yang disampaikan secara eksternal tidak
membentuk harapan para pelanggan yang melebihi kemampuan perusahaan.
f. Mendorong para pelanggan untuk menjadi pelanggan yang baik dan setia.
23
3.7 Pengertian dan Jenis – Jenis Product Liability
24
2. Kelalaian (negligence)
Kelalaian merupakan suatu bentuk tindakan seseorang yang tidak sesuai
dengan tujuan yang sudah ditetapkan, atau bisa juga seperti hal nya seseorang
melupakan sesuatu yang sekira nya penting dalam memenuhi tujuan yang sudah
ditentukan oleh diri dia sendiri sebelumnya. Mengaplikasikan ke dalam suatu
prroduk atau jasa dapat disebutkan contoh berikut ini:
Seorang pelanggan memesan produk televisi yang sudah ia beli di sebuah toko
elektronik dengan tipe z. Ketika pihak toko mengantarkan produk tersebut kepada
pelanggan yang sudah membeli produk tersebut tidak sesuai dengan tipe yang
pelanggan beli, maka terjadilah kelalaian dari pihak perusahaan atas pengantaran
produk atau barang yang dibeli oleh pelanggan tersebut.
25
3.7.2 Jenis – Jenis Product Liability
Dan jaminan garansi tersurat ini sangat terbukti akurat dan terpercaya.
Karena memiliki bukti tertulis yang tercantum berbagai ketentuan – ketentuan
yang tertera di dalamnya atas pembelian yang dilakukan oleh pelanggan
tersebut. Dan hal ini memberikan konsumen rasa kepercayaan atas produk
yang mereka beli terhadap perushaan tersebut.
Jaminan garansi tersirat memberikan bahwa produk ini cukup cocok untuk
tujuan umum yang produk itu dirancang. tugas untuk menyediakan cukup
sesuai untuk produk tersirat oleh hukum.
Contoh dari jaminan garansi tersirat ialah produk kosmetik yang tidak
memilki penanda BPOM di label produk tersebut. Menandakan bahwa produk
yang di produksi oleh suuatu perusahaan yang tidak mencantumkan label atau
tanda BPOM maka produk tersebut ilegal atau tidak berbadan hukum.
26
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Hasil dari diskusi kami ialah bahwa apabila suatu perusahaan ingin memuaskan
pelanggan dengan cara memberikan suatu produk atau jasa yang berkualitas, terpercaya,
dan aman bagi pelanggan. Dan yang terpenting ialah bahwa perusahaan harus melihat
dari berbagi macam aspek terhadap pelanggan itu sendiri.
Dalam melihat unsur – unsur kesalahan yang ada pada proses perusahaan atau
pemasar kepada pelanggan dapat dilihat melalui model SERQUAL atau Model
Parasuraman Et Al. Dalam model tersebut sangat jelas terlihat apa saja yang menjadi
masalah – masalah yang timbul terhadap poin – poin kepusaan konsumen dengan poin –
poin pelayanan perusahaan terhadap konsumen atau pelanggan.
27
Dalam memproduksi barang atau jasa perusahaan diharuskan mampu
memberikan tanggung jawab terhadap produk atau jasa yang mereka hasilkan. Agar
pelanggan merasa percaya dan tidak merasa kecewa setelah mereka mengkonsumsi
produk atau jasa yang mereka beli.
Maka adanya ilmu Product Liability yang menjelaskan tentang tanggung jawab
perusahaan terhadap produk atau jasa yang mereka hasilkan yang di peruntukan kepada
pelanggan sangat penting dalam hal mencapai kepusasan pelanggan dan menjadikan
pelanggan loyal terhadap perusahaan tersebut. Product Liability meruapakan ilmu yang
menjelaskan tentang produk yang seperti apa yang baik untuk di konsumsi pelanggann,
karena product liability merupakan jaminan atas produk agar pelanggan tidak meresa
kecewa terhadap produk atau jasa yang mereka konsumsi.
Product liability pun memilki dua jenis yaitu jaminan tersurat dan jaminan
tersirat. Jaminan tersurat merupakan jaminan yang memiliki bukti kongkrit yang secara
tertulis dan telah berbadan hukum, yang membuat produk atau jasa tersebut terpercaya
dan tidak ada unsur penipuan di dalamnya. Sedangkan jaminan terseriat jaminan yang
tidak berbadan hukum dan tidak memiliki bukti yang kongkrit. Mengakibatkan produk
atau jasa tersebut sulit untuk dipercaya pelanggan, dan membuat pelanggan tidak tertarik
untuk mengkonsumsi produk atau jasa yang tidak memilki jamina tersurat tersebut.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
30
Tabel 2.1 Karakteristik Layanan
KARAKTER KETERANGAN
Inseparability Jasa tidak dapat dipisahkan dari pemberi jasa itu, baik
(Tidak dipisahkan) pemberi jasa itu adalah orang maupun mesin.
Perishability (Tidak dapat tahan lama) Jasa tidak dapat tahan lama, karenanya tidak dapat disimpan
untuk penjualan atau penggunaan di kemudian hari.
31
BIODATA PENELITI
32
3. Nama : Flora Mountania Jaya
NIM : 1113210136
No. Urut : 28
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Yogyakarta, 30 Mei 1997
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sindang Barang Sekolahan No. 16, Bogor.
Warga Negara : Indonesia
III
33