Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-24

Universitas Indonesia – Universitas Pembangunan Jaya, 4-6 November 2021

SISTEM REM KENDARAAN MOBIL BARANG SEBAGAI


PROMOTOR KESELAMATAN LALU LINTAS SESUAI
DENGAN JBB (JUMLAH BERAT YANG
DIPERBOLEHKAN) DI ERA DISRUPSI TEKNOLOGI

Arista Khafid Murtofik


Teruna DIII Teknologi Otomotif Teruna DIII Teknologi Otomotif
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
Jalan Perintis Kemerdekaan No.17 Tegal Jalan Perintis Kemerdekaan No.17 Tegal
aristamuhammadiyah98790@gmail.com khafidmurtofik43@gmail.com

I Putu Biru Bayu Nanda Brasie Pradana Sela Bunga Riska Ayu
Teruna DIII Teknologi Otomotif Dosen Politeknik Keselamatan
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Transportasi Jalan
Jalan Perintis Kemerdekaan No.17 Tegal Jalan Perintis Kemerdekaan No.17 Tegal
birubayu10@gmail.com brasie@pktj.ac.id

Abstract
This study discusses braking system on vehicles with Gross Vehicle Weight / GVW. The study aims to (1)
know type of braking for freight vehicles in accordance with GVW (2) to see how to minimize brake failure.
This research is descriptive quantitative with primary (efficiency calculations and questionnaires) and
secondary data (KNKT data). The results known that 11 of 11 GVW vehicles < 3500 kg used Full Hydraulic
Braking, while for GVW > 3500 kg using 7 Air Braking and 4 Full Hydraulic Braking. Brake efficiency’s
mean shows that Air Braking System is more efficient than Full Hydraulic Braking (MeAir = 2071.1 >
MeHydraulic = 1548.75). The questionnaire supports the results, hydraulic braking has more problems.
Accident data for 2017-2021 shows that hydraulic brake has more accidents. Other result shows promotive and
preventive way to minimize brake failure : routine inspection of the braking system and repairing damaged
parts.

Keywords: Braking System, Freight Vehicle, Full Hydraulic Braking System, Air Braking System, GVW
(Gross Vehicle Weigh)

Abstrak
Penelitian ini membahas sistem pengereman pada kendaraan dengan Jumlah Berat Yang
Diperbolehkan.Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui model jenis pengereman kendaraan angkutan barang
sesuai dengan JBB (2) untuk melihat cara meminimalisir kerusakan sistem rem. Penelitian ini bersifat deskriptif
kuantitatif dengan data primer (perhitungan efisiensi dan kuiesioner) dan sekunder (kecelakaan dari
KNKT).Hasil penelitian pertama, terungkap bahwa 11 dari 11 kendaraan JBB < 3500 kg menggunakan Full
Hydraulic Braking , sedangkan untuk kendaraan JBB > 3500 kg, 7 menggunakan Air Braking dan 4
menggunakan Full Hydraulic Braking . Nilai rata-rata efisiensi rem menunjukkan bahwa Air Braking System
lebih efisien dibandingkan Full Hydraulic Braking (MeAir = 2071.1 > MeHydraulic = 1548,75). Hasil tersebut
didukung oleh hasil kuesioner ,hidarualik braking paling banyak bermasalah. Data kecelakaan tahun 2017-
2021 menunjukkan jenis rem hidarualik paling banyak kecelakaan. Hasil kedua memberikan cara promotif dan
pencegahan untuk meminimalisir kerusakan system rem yaitu pemeriksaan rutin sistem pengereman dan
memperbaiki bagian rusak.

144
Arista, et al.

Kata Kunci: Sistem Pengereman, Kendaraan Angkutan Barang, Full Hydraulic Braking System, Air Braking
System, JBB (Jumlah Berat yang Diperbolehkan)

PENDAHULUAN
Roadmap to Zero Accident (2011-2020), resolusi transportasi PBB yang ditandatangani oleh
lebih dari 100 negara, menjadi salah satu agenda Kementerian Perhubungan untuk
mengurangi angka kecelakaan di Indonesia. Namun, masih belum bisa dijangkau
(Transportasi.co, 2015). Fakta yang diungkap Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik
Indonesia (Korlantas Polri) bahwa pada tahun 2017 terdapat 3 orang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas setiap 1 jam (Marroli, 2017). Selain itu, pada tahun 2019 terdapat
8.877 kasus kecelakaan di jalan raya, lebih tinggi dari jumlah kecelakaan pada tahun 2009
sebanyak 5.903 kasus (Fundrika & Nainggolan, 2020).

Salah satu factor penyebab kecelakaan adalah faktor kendaraan. Faktor kendaraan yang
paling banyak menyebabkan kecelakaan adalah kegagalan sistem pengereman. Pada tahun
2018 terdapat 9.333 kejadian (atau 25 kejadian per hari) akibat rem rusak (Kumparan.com,
2019). Kerusakan rem rusak lazim terjadi pada kendaraan angkutan barang. Penggunaan rem
yang mendadak dan jenis rem yang tidak sesuai pada kendaraan tertentu yang tidak sesuai
dengan JBB dapat menyebabkan kegagalan pada sistem rem (Dananjaya, 2020). JBB atau
jumlah berat yang diperbolehkan menurut rancangan yang diperbolehkan adalah berat
maksimal kendaraan bermotor dan muatan sesuai dengan desainnya (Peraturan Pemerintah
No. 55 Tahun 2012, 2012). Sayangnya, pengembangan sistem rem (misal ABS, EDB, dan
Braking Assist) disebut sebagai fitur keselamatan aktif belum mampu secara maksimal
(Nayazri, 2017).

Melihat fakta tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang masalah kerusakan rem pada
kendaraan angkutan barang sesuai dengan JBB. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan (1)
mengetahui model jenis pengereman kendaraan angkutan barang sesuai dengan JBB (2)
untuk mengetahui cara meminimalisir kerusakan sistem rem

Sistem pengereman merupakan rangkaian perangkat mobil tertentu untuk melawan gaya
pada jalan di dalam roda (Xu, 2017). Wildan menjelaskan bahwa kendaraan bermotor
memiliki tiga jenis sistem pengereman yang umum. Mereka adalah pengereman Full
Hydraulic Braking System (menggunakan tenaga hidrolik, biasa digunakan di mobil kecil),
Air Over Hydraulic Braking System (menggunakan tenaga hidrolik dan pneumatik, biasa
digunakan di bus dan truk), dan sistem pengereman udara penuh (menggunakan tenaga
pneumatik) (Wildan, 2021).

Ada beberapa penelitian sebelumnya dalam penelitian ini. Pertama adalah penelitian dari M.
Taufik Qurohman dan Syarifudin yang menganalisis beban pengereman terhadap kualitas
rem teromol mobil dengan metode Ogoshi. Hasilnya menunjukkan bahwa makin besar
keausan material, makin kecil nilai keausan yang ditambahkan (Qurohman & Syarifudin,
2016). Namun, mereka hanya memeriksa keausan kampas rem terhadap beban yang
diberikan pedal rem tanpa meninjau efisiensi sistem rem dengan berbagai bobot.

145
Arista, et al.

Penelitian kedua dari Sabri dan Fauza yang bertujuan untuk mengetahui keterikatan antara
parameter kinematik utama yang terdapat pada proses pengereman seperti gaya, jarak dan
waktu pada proses pengereman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendaraan memiliki
karakteristik proses pengereman yang cenderung sama pada kecepatan apapun (Sabri &
Fauza, 2018). Namun, hasil tersebut perlu diteliti lebih lanjut karena JBB juga memengaruhi
waktu; makin berat kendaraannya, makin lambat percepatannya, seperti halnya kereta api.

Penelitian terakhir dari Prameswari dan Yohanes. Penelitian ini menganalisis kelayakan
sistem pengereman untuk digunakan pada mobil multiguna pedesaan. Kajian ini hanya
membahas kelayakan pengereman di pedesaan, tanpa membahas jenis rem yang cocok
(Prameswari & Yohanes, 2019). Karena di pedesaan, suhu dingin yang cukup ekstrem di
pedesaan juga memengaruhi fluida dari rem.

Mempertimbangkan perbedaan dari ketiga penelitian sebelumnya, maka penelitian ini


difokuskan untuk menyelidiki jenis sistem rem yang cocok untuk berbagai jenis kendaraan,
terutama pada kendaraan angkutan barang.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang berlangsung dari tanggal 27 Maret sampai dengan 14 April 2021 ini
merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan dua jenis data (data primer dan data
sekunder).

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Data Primer

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan suatu fenomena, populasi, atau
situasi. Ini menjawab 'apa', bukan 'bagaimana'(Loeb et al., 2017; Nassaji, 2015). Data primer
diambil dari kuesioner, dan pengukuran bobot di UPPKB Jembatan Timbang Trosobo. Data
sekunder yang diambil dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) adalah data
kecelakaan tahun 2017-2021. Selain itu, beberapa literatur terkait digunakan sebagai
pelengkap. Analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis
data.Berikut adalah gambar alur metodelogi penelitian.

146
Arista, et al.

Diagram Alur metodelogi Penelitian

Gambar 2.2 Diagram Alur Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dan pembahasan dibagi menjadi dua sub-topik, yaitu jenis sistem pengereman sesuai
JBB dan prosedur meminimalkan kecelakaan akibat kegagalan rem.

Jenis Sistem Pengereman Sesuai JBB


Untuk mengetahui sistem pengereman pada angkutan barang dan kendaraan niaga, data berat
kendaraan awalnya dikumpulkan dan dikategorikan menjadi dua (kendaraan berat kurang
dari 3500 kg dan kendaraan berat lebih dari 3500 kg). Ada 22 unit mobil (11 mobil di bawah
3500kg dan 11 mobil di atas 3500kg) sebagai sampel. Lalu, efisiensi rem diukur dengan
menggunakan rumus ini: G = 50% x Berat Kendaraan berdasarkan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor Km. 63 tahun 1993. Hasilnya seperti yang terlihat pada tabel di bawah
ini :

Tabel 3.1 Data JBB dan Efisiensi Rem Kendaraan di bawah 3500 kg
No No. Kendaraan Nama Kendaraan JBB Efesiensi Rem
Kendaraan Utama (Kg)
(Kg)
1 W 8617 XH MITSUBISHI L-300 2540 745
2 W 8527 YB MITSUBISHI L-300 CC 1165 294
3 L 9039 WC MITSUBISIHI L-399 FB-R 2540 951
4 W 5347 RU DAIHATSU S041 RP 1950 2222
5 L 4512 RT SUZUKI CARRY PICK UP WIDE DECK 22015 800

147
Arista, et al.

6 W 8323 XZ MITSUBISHI FE 34 S 3360 752


7 W 8249 P MITSUBISHI FE 74 STANDART PICK UP 1760 572
8 W 8254 XR MITSUBISHI T120SS WAY WIDE DECK 2540 702
9 W 9703 NY DAIHATSU S91 1655 652
10 W 8953 YA TOYOTA WU342 R 2520 1537
11 S 8157 NH MITSUBISHI FE 34 S 3360 1848
(Sumber : Data pengukuran efisiensi rem utama)

Tabel 3.2 Data JBB dan Efisiensi Rem Kendaraan di atas 3500 kg
No No. Kendaraan Nama Kendaraan JBB Kendaraan Efesiensi Rem
(Kg) Utama (Kg)
1 AE 90933 BE MITSUBISHI FM215F 14030 572
2 AD 1529 PU ISUZU NMR71T SD 8250 1983
3 W 9003 NZ TOYOTA BU 303R 7500 2185
4 W9004 NZ TOYOTA WU 342 R 7750 2470
5 L 8013 RY MITSUBISHI FE334 7000 1964
6 L 15698 NV TOYOTA BU 34 ETS 7500 3615
7 S 84979 S TOYOTA WU 34 HTS 8250 21599
8 S 815 NH COLT DIESEL FE 74S 7500 1964
9 W 9877 BH ISUZU NHR 55 5100 1182
10 L 1879 EP TOYOTA 342 R 5200 1573
11 AE 9895 EH MITSUBISHI 2008 5150 1476
(Sumber : Data pengukuran efisiensi rem utama)

Pada gambar efisiensi rem pada kendaraan berbobot kurang dari 3500 kg pada tabel 3.1,
terlihat bahwa ke-11 kendaraan tersebut menggunakan Full Hydraulic Braking System .
Sedangkan pada gambar kategori kedua tabel 3.2 dari 11 kendaraan terdapat 7 kendaraan
yang menggunakan sistem pengereman Air Braking System dan 4 kendaraan yang
menggunakan sistem pengereman full hydraulic. Untuk membandingkan efisiensi antara
keduanya, Mean dihitung. Rata-rata pada mobil dengan sistem pengereman air hidralic (1)
dan pada mobil dengan Full Hydraulic Braking System (2) adalah sebagai berikut:

Keterangan :
= rata-rata hasil uji emisi gas buang (kg)
x1,x2,x3 = data-data yang diperoleh (kg)
n = banyaknya data
Rata – rata hasil uji efisiensi Air Braking System

Rata – rata hasil uji efisiensi rem full hidralic braking system

Dari rerata kedua efisiensi sistem rem yang berbeda tersebut, terlihat jelas bahwa pada
kategori kendaraan dengan bobot di atas 3500kg, mobil dengan sistem pengereman Air
Braking System memiliki efisiensi pengereman yang lebih tinggi dibandingkan dengan

148
Arista, et al.

mobil dengan Full Hydraulic Braking System. Oleh karena itu, kendaraan dengan berat di
atas 3500kg disarankan untuk menggunakan sistem pengereman Air Braking System
daripada sistem pengereman Full Hydraulic Braking System braking system. Ini digaungkan
oleh Zhao yang menyatakan bahwa kendaraan dengan bobot JBB di atas 3.500 kg memiliki
tenaga motor yang cukup untuk mengalirkan udara dari mesin (Zhao et al., 2016). Ini dapat
digunakan untuk meningkatkan angin dari penyimpanan tabung dalam sistem pengereman
udara penuh.

Hasil serupa juga terlihat dari hasil kuesioner. Beberapa pertanyaan yang menjadi indikator
sistem rem yang baik adalah sebagai berikut:
1. Apakah Anda sering mengalami kerusakan pedal rem?
Hasil: 10 responden menjawab 'ya': 3 pengguna sistem Air Braking System, 1 Air Over
Hydraulic Braking System, dan 6 pengguna Full Hydraulic Braking System. Artinya
untuk masalah pada komponen pedal, jenis Full Hydraulic Braking System lebih
dominan.
2. Apakah sering terjadi kebocoran pipa / cairan / sambungan angin pada sistem rem?
Hasil: 7 responden menjawab 'ya': 4 untuk pengguna Full Hydraulic Braking System, 2
pengguna Air Over Hydraulic Braking System, dan 1 pengguna Air Braking System.
Artinya untuk masalah penyambungan, jenis Full Hydraulic Braking System lebih
dominan. Ini karena bahan dari pipa itu sendiri adalah bahan non besi. Ini lebih fleksibel
dalam penempatannya, tetapi mudah robek.
3. Saat Anda menginjak pedal rem saat mengemudi, apakah rem terasa seperti tidak
berfungsi? Tujuan pertanyaan ketiga ini adalah untuk memastikan responden menjawab
pertanyaan pertama. Hasil: 3 responden menjawab 'ya': 3 responden merupakan pengguna Full
Hydraulic Braking System di JBB di atas 3.500 kg. Artinya, Full Hydraulic Braking System
dengan intensitas lebih tinggi mengalami false pressure. Pada dasarnya minyak rem pada
kendaraan yang memiliki JBB cenderung lebih besar, sehingga oli yang ditekan juga lebih besar.
Dengan demikian, suhu menjadi lebih tinggi dan akan menghasilkan gelembung air yang dapat
menciptakan tekanan palsu.

Tabel 3.3 Data Kecelakaan Tahun 2017-2021


N Kendaraan Sistem Rem Yang Digunakan Faktor Penyebab
o Kecelakaan
1 MOBIL TANGKI BA8146-QU Air Braking System Air Braking System
2 BUS AKAP Air Braking System Air Braking System
3 BUS AKAP AD-1666-CF Air Braking System Penyebab Lain
4 DUMP TRUCK B-9410-UIU Air Braking System Penyebab Lain
5 TRUK TRAILER TANGKI B 9851 SHE Air Braking System Penyebab Lain
6 BUS AKAP H.1469.CB Air Braking System Penyebab Lain
7 MOBIL PENUMPANG PRIBADI Full Hydraulic Braking System Full Hydraulic Braking
System
8 MOBIL ELF E-7027-KA Full Hydraulic Braking System Full Hydraulic Braking
System
9 BUS AKAP PO. KERAMAT DJATI Air Braking System Penyebab Lain
10 BUS A 7520 CS Air Braking System Penyebab Lain
11 TRUK TANKI NO E 9890 YA Air Over Hydraulic Braking System Air Over Hydraulic
Braking System
12 BUS BK-7136-FY Full Hydraulic Braking System Full Hydraulic Braking
System
13 BUS TIBAN INTEN Air Braking System Penyebab Lain
14 BUS MAXI BM-7524-JU Air Braking System penyebab Lain

149
Arista, et al.

15 TRUK TRAILER TANGKI L-8121-UF Air Braking System Air Braking System
16 TRUK TRONTON H 1996 CZ Full Hydraulic Braking System Full Hydraulic Braking
System
17 BUS MIRA S-7526-US Air Braking System penyebab lain
18 MOBIL TRAILER B 9013 TEA Air Braking System penyebab lain
19 DUMP TRUCK B 9167 Air Braking System penyebab lain
20 MOBIL ELF E-7548-PB Full Hydraulic Braking System Full Hydraulic Braking
System
21 BUS PARIWISATA F 7959 AA Air Braking System Air Braking System
22 DUMP TRUK DA 1983 TN Air Braking System Penyebab Lain
23 TRUK SEMI TRAILER TANGKI T-9580-E Air Braking System Air Braking System
24 BUS METROMINI M B 7921 EM Air Braking System Penyebab Lain
25 MOBIL PICK UP BL- 8158 Full Hydraulic Braking System Full Hydraulic Braking
System
26 BUS TRANS K 1515 EX Air Braking System Penyebab Lain
27 AVANZAT-1316-SL Full Hydraulic Braking System Full Hydraulic Braking
System
28 TRUK SEMI TRAILER H-1636-BP Air Braking System Air Braking System
29 TRUCK CRANE N 9065 UA Air Braking System Air Braking System
30 BUS MEDALI MAS N-7130-UA Air Braking System Penyebab Lain
31 BUS ROSALIA AD. 1505 AU Air Braking System Air Braking System
32 MINI BUS ISUZU ELF S-7485-N Full Hydraulic Braking System Full Hydraulic Braking
System
33 DAIHATSU GRANMAX B-9092-PCM Air Braking System Penyebab Lain
34 TRUK TRAILER TANKI B-9283-UU Air Braking System Air Braking System
35 HINO FM 260 JD Full Hydraulic Braking System Full Hydraulic Braking
System
36 TRUK TRAILER TANKI B-9283-UU Air Braking System Air Braking System
37 L BUS ELF- R-1724-EA Full Hydraulic Braking System Full Hydraulic Braking
System
38 TRUK SEMI TRAILER TANKI B-9195-SHE Air Braking System Air Braking System

(Sumber: KNKT, 2019)

Lebih lanjut, data kecelakaan lalu lintas 2017-2021 di atas juga mengkonfirmasi bahwa 11
dari 26 kecelakaan melibatkan kendaraan dengan Air Braking System. Angka ini lebih
rendah dibandingkan kecelakaan yang melibatkan Full Hydraulic Braking System (11 kasus
kecelakaan akibat rem dari 11 kecelakaan kendaraan).

Prosedur Meminimalkan Kecelakaan Akibat Kegagalan Rem


Menyikapi upaya pengurangan angka kecelakaan lalu lintas, Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) bekerja menyelidiki dan menganalisis setiap kasus di Indonesia. Data
kecelakaan lalu lintas dari KNKT 2017-2021 (lihat tabel 3.3) menunjukkan bahwa kerusakan
rem masih menjadi faktor penyebab kecelakaan terbesar. Oleh karena itu, semua pemangku
kepentingan harus lebih memperhatikan kendaraan, terutama pada sistem pengeremannya.

Jumlah kecelakaan berdasarkan data pada lampiran 5 paling banyak terjadi pada kendaraan
dengan sistem pengereman full hidrulic braking system. Alhasil, pengawasan dan tendensi
untuk jenis kendaraan ini harus ditingkatkan, karena sistem pengereman full hidrulic braking
system penuh memiliki tingkat panas tertentu. Fluida ini, pada suhu tertentu akan berubah
menjadi gelembung sehingga terjadi bias tekanan.

150
Arista, et al.

Dipastikan oleh Wildan bahwa kadar air yang melebihi ambang batas akan menyebabkan
tekanan yang tinggi. Hal tersebut memicu kandungan minyak rem menjadi vapor lock.
Kemudian uap air bisa menyebabkan rem mati. Solusinya, pada saat pre-tes pengujian
kendaraan, penguji perlu melakukan pengecekan dengan memasukkan alat ke dalam
reservoar. Jika parameter berwarna merah berarti fluida tidak memenuhi standar yaitu 3%
dari isi (Wildan, 2021).

Alternatif lain yang dikemukakan oleh Sabri yaitu memperbaiki minyak rem. Prosedur
perbaikannya meliputi penggantian kampas rem, minyak rem dan menghilangkan tekanan
bias pada minyak rem (Sabri & Fauza, 2018).

Solusi terakhir adalah mengidentifikasi komponen sistem rem yang rusak. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan inspeksi baik inspeksi visual maupun pengukuran.
Pengukurannya dilakukan dengan membandingkan kelayakan komponen rem maksimum
dan minimum terhadap komponen standar (Pratiko, 2015).

Terlepas dari fakta di atas, meskipun Air Braking System memiliki kemungkinan kecil
terjadinya kecelakaan, namun tetap perlu dilakukan perawatan dan pengecekan. Begitu
udaranya bocor, kendaraan dengan bobot lebih dari 3.500 kg akan sulit dikendalikan. Oleh
karena itu pencegahan harus menjadi prioritas. Namun, rem pegas bisa menjadi perangkat
yang baik untuk menghindari kerusakan rem pada sistem pengereman ini. Ini dapat
mengatasi penahanan tekanan udara di ruang sekunder, dan rem secara otomatis akan
menghentikan kendaraan (Roberts et al., 2014).

Kemudian sistem pengereman tipe ketiga yaitu Air Over Hydraulic Braking System belum
umum digunakan di Indonesia. Namun, pengguna jenis kendaraan ini harus lebih berhati-
hati karena rem ini merupakan kombinasi antara hidrolik dan pneumatik.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem rem hidrolik/fluida cocok digunakan pada kendaraan dengan jbb < 3500 kg
2. Sistem rem angin cocok digunakan pada kendaraan dengan jbb > 3500 kg
3. Langkah preventif untuk meminimalisir kasus kecelakaan akibat kesalahan sistem
pengereman yaitu mengecek kelayakan sistem rem dan memperbaiki bagian yang rusak

151
Arista, et al.

DAFTAR PUSTAKA
Dananjaya, D. (2020). Alasan Mengapa Truk dan Bus Lebih Rawan Mengalami Rem
Blong ,https://amp.kompas.com/otomotif/read/2020/08/25/110157615/alasan-
mengapa-truk-dan-bus-lebih-rawan-mengalami-rem-blong
Fundrika, B. A., & Nainggolan, M. J. (2020). Angka Kematian Akibat Kecelakaan
Lalu Lintas Melonjak 33 Persen,
https://www.suara.com/otomotif/2020/09/29/194615/angka-kematian-akibat-
kecelakaan-lalu-lintas-melonjak-33-persen?page=all,
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor Km. 63 tahun 1993 pasal 5 Tentang
Kendaraan
KNKT. (2019). Laporan Final LLAJ. http://knkt.go.id/post/read/laporan-final-
llaj?cat=QmVyaXRhfHNlY3Rpb24tNjU
Kumparan.com. (2019). Penyebab Kecelakaan Terbesar, Waspadai Gejala Rem
Blong | kumparan.com. https://kumparan.com/kumparanoto/penyebab-
kecelakaan-terbesar-waspadai-gejala-rem-blong-1551598041655440832
Loeb, S., Dynarski, S., McFarland, D., Morris, P., Reardon, S., & Reber, S. (2017).
Descriptive analysis in education: A guide for researchers. U.S. Department of
Education, Institute of Education Sciences. National Center for Education
Evaluation and Regional Assistance, March, 1–40.
https://eric.ed.gov/?id=ED573325
Marroli. (2017). Kementerian Komunikasi dan Informatika.
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/10368/rata-rata-tiga-orang-
meninggal-setiap-jam-akibat-kecelakaan-jalan/0/artikel_gpr
Nassaji, H. (2015). Qualitative and descriptive research: Data type versus data
analysis. Language Teaching Research, 19(2), 129–132.
https://doi.org/10.1177/1362168815572747
Nayazri, G. M. (2017). Belajar Perbedaan ABS, BA, dan EBD pada Mobil -
Kompas.com. Http://Www.Kompas.Com/.
https://amp.kompas.com/otomotif/read/2017/03/31/084200715/belajar.perbeda
an.abs.ba.dan.ebd.pada.mobil#referrer=https://www.google.com&csi=0
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan.
Prameswari, D., & Yohanes, Y. (2019). Analisis Sistem Pengereman Pada Mobil
Multiguna Pedesaan. Jurnal Teknik ITS, 8(1).
https://doi.org/10.12962/j23373539.v8i1.42494
Pratiko, F. B. (2015). Troubleshooting Dan Servis Sitem Rem Pada Mobil Toyota
Kijang Innova. 151, 10–17.
Qurohman, M. T., & Syarifudin. (2016). Analisis Beban Pengereman Terhadap
Kualitas Kampas Rem Teromol Mobil Dengan Metode Oghosi. Jurnal
Matematika, 19(1), 8–12.
Roberts, J., Smallwood, D., & Baxter, J. (2014). Air Brake Book (J. Crissey (ed.); 9th
ed.). Randall Reilly.
Sabri, M., & Fauza, A. (2018). Studi Eksperimental Analisis Kinematik Pengereman
Mobil. Talenta Conference Series: Energy and Engineering (EE), 1(2), 171–
180
Transportasi.co. (2015). Zero Accident Masih Mimpi.
http://transportasi.co/zero_accident_masih_mimpi_102.htm

152
Arista, et al.

Wildan. (2021). Video Revisi Dishub - YouTube.


https://www.youtube.com/watch?v=kwUa5zKB308
Xu, Z. (2017). Talking about the Automobile Braking System. IOP Conference
Series: Materials Science and Engineering, 274(1).
https://doi.org/10.1088/1757-899X/274/1/012141
Zhao, P., Zhang, H., & Peng, B. (2016). The Summary of the Research on the
Compound Braking Strategy of Four Wheel Hub Motor Drive Electric Vehicle.
Engineering, 08(07), 432–437.

153

Anda mungkin juga menyukai