PASIEN SKIZOFRENIA
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
iv
DAFTAR SINGKATAN
CI : Cortical Inhibiton
EEG : Electroencephalography
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Permasalahan yang ditimbulkan bukan karena tingkat kematian yang tinggi, tetapi
dalam melakukan aktifitas sehari-hari termasuk dalam bekerja. Hal ini tentu saja
akan menghambat berbagai macam bidang pekerjaan dan juga aktifitas atau
pertama, kedua, dan ketiga) telah terbukti paling efektif dalam mengurangi gejala
positif skizofrenia, tetapi tidak memuaskan dalam mengurangi gejala negatif dan
dengan tingkat ketidakpatuhan lebih dari 70 persen selama satu tahun. Beban efek
samping yang signifikan dari obat antipsikotik juga merupakan masalah yang
kurang dapat diterima oleh pasien dan keluarga, yaitu gejala ekstrapiramidal,
1
2
modalitas alternatif untuk mengobati skizofrenia. Salah satu pilihan terapi lainnya
diperkenalkan hampir 30 tahun yang lalu, TMS sering berhubungan dengan metode
ilmu saraf lainnya dan telah digunakan untuk mempelajari interaksi intrakortikal,
antara aktivitas otak dan perilaku, dan menyelidiki neurofisiologis gejala dan
meningkatkan atau menurukan) melalui penerapan medan magnet lokal dan efek
epilepsi, nyeri kronis, depresi berat, dan skizofrenia.3,4 Berdasarkan latar belakang
tersebut di atas, referat ini akan membahas proses perkembangan gejala positif dan
gejala negatif setelah menggunakan TMS sebagai terapi tambahan, sehingga TMS
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari kata “schizen” yang berarti split atau pisah dan
“phren” yang berarti mind atau pikiran. Istilah ini menggambarkan keadaan pasien
dengan skizofrenia pada tahun 1908, digunakan oleh Eugene Bleuler saat melihat
pasien skizofrenia yang terlihat menarik diri dari orang lain dan realita.5
perilaku yang tidak teroganisir, dan gangguan kemampuan kognitif. Tahap awal
menimbulkan hendaya pada banyak pasien dan keluarga. Disabilitas sering kali
diakibatkan dari gejala negatif dan gejala kognitif, seperti gangguan perhatian,
memori kerja, atau fungsi eksekutif. Selain itu, kekambuhan dapat terjadi karena
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2022, sekitar 24 juta orang
(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi dari 1000 rumah tangga dengan
3
4
dan selanjutnya DI Yogyakarta dan NTB yang memiliki persentase yang sama yaitu
10%.9
penyakit yang lebih awal (usia puncak awitan adalah 10-25 tahun) dibandingkan
wanita (usia puncak untuk awitan adalah 25-35 tahun). Tidak seperti pria, wanita
menunjukkan distribusi usia bimodal, dengan puncak awitan kedua terjadi pada usia
paruh baya (sekitar 3-10% wanita dengan skizofrenia mengalami awitan penyakit
setelah usia 40 tahun). Awitan penyakit sebelum usia 10 tahun atau setelah usia 60
beberapa jalur sistem neurotransmitter. Sebagian besar teori ini berpusat pada
serotonin, dan glutamat. Teori-teori lain melibatkan aspartat, glisin, dan gamma-
terlibat. Jalur nigrostriatal berasal dari substansia nigra dan berakhir pada nukleus
kaudatus. Kadar dopamine yang rendah dalam jalur ini diperkirakan akan
5
Jalur mesolimbik, yang berjalan dari Ventral Tegmentum Area (VTA) ke area
limbik, dapat berperan dalam gejala positif skizofrenia dalam keadaan kelebihan
dopamin. Jalur mesokortikal memanjang dari VTA ke korteks. Gejala negatif dan
defisit kognitif pada skizofrenia diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat dopamin
sebagai akibat dari penemuan bahwa asam lisergat dietilamid (LSD) mengarah pada
berbeda dengan obat yang lebih dulu, yang hanya mempengaruhi reseptor
dopamine. Senyawa yang lebih baru ditemukan efektif dalam mengurangi gejala
pengurangan volume substansia grisea pada pasien skizofrenia. Hal ini terjadi tidak
hanya pada lobus temporalis namun juga pada lobus parietalis. Perbedaan pada
lobus frontalis dan hipokampus juga terlihat pada pasien skizofrenia. Hal ini
skizofrenia.11
Gejala pada skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu gejala
positif, gejala negatif, dan gejala kognitif. Gejala positif merupakan perilaku
abnormal yang terobservasi, seperti : halusinasi, delusi, bicara kacau, perilaku yang
selama fase prodromal skizofrenia dan sebelum episode psikotik akut pertama.
Gejala negatif terdiri dari afek yang tumpul, anhedonia (ketidakmampuan untuk
penyakit skizofrenia, dan bahkan sebelum awitan pertama dari penyakit atau fase
defisit yang jelas dalam proses penalaran, perencanaan, pemikiran abstrak, serta
pemecahan masalah.12,13
neuromodulasi otak yang bersifat non-invasif yang memiliki dua fungsi yaitu
mengganggu fungsi otak dan memodulasi fungsi otak.14 Fungsi pertama sebagai
sarana untuk mengganggu fungsi otak, dan konsekuensi dari gangguan tersebut
dapat diamati melalui sikap kerja, pengalaman subjektif, atau gambaran otak serta
tindakan-tindakan elektrofisiologis. Hal ini memungkinkan TMS dapat digunakan
baik secara eksperimental sebagai sarana untuk mengeksplorasi fungsi saraf dan
secara klinis sebagai alat diagnostik dan terapeutik. Fungsi kedua TMS dapat
8
neuropsikiatri.15
TMS merupakan prinsip fisika yang ditemukan pada tahun 1831 oleh
listrik yang melewati kumparan kawat yang dipegang di atas kepala pasien dan
pada korteks motorik otak manusia. Saat ini, kemajuan teknologi telah
transkranial baik dalam bentuk pulsasi yang tak henti-hentinya atau berulang di
gangguan neuro-motorik.18
resmi yang menyetujui hasil medis dan manfaat rTMS. Selain itu, negara-negara
9
lain seperti AS, Inggris, Jerman, dan Jepang telah mengerjakan metode ini
TMS
membangkitkan aktivitas
seperti fosfen; 3)
dalam tugas-tugas
10
kognitif, seperti
perubahan kinerja.
ke penghambatan.
digunakan untuk
bebas stimulasi.
Ada 3 jenis dari TMS berdasarkan frekuensi dan jenis pulse yang
stimulation (rTMS). Pada single pulse TMS akan melepaskan pulse magnetic
tunggal pada waktu tertentu. Pada paired pulse TMS, stimulus subthreshold
dan dopamin intraneuron. Repeated paired pulse TMS memberikan pulse pada
frekuensi yang sangat rendah (2Hz). Ketika interval antara pasangan pulse adalah
3 ms, terjadi pengurangan rangsangan kortikal, dan ketika intervalnya adalah 1,5
pada frekuensi stimulasi 50-100 Hz yang diulang pada 5Hz (frekuensi theta).
Sedangkan pada repetitive TMS (rTMS), pulse magnetik dikirimkan dalam seri
cepat. Ketika rTMS digunakan, maka akan mengirimkan pulse magnetic tunggal
pendingin (2), kursi perawatan (3), kumparan induksi (4) dan, dalam beberapa
kasus, pencitraan resonansi magnetik (MRI) - sistem navigasi terpandu (5) yang
anestesi, pasien dalam keadaan terjaga serta waspada selama perawatan dan
dapat segera pulang setelah sesi selesai. Reaksi yang ditimbulkan dapat
mencakup sakit kepala ringan, nyeri kulit kepala di lokasi stimulasi, dan potensi
efek samping sementara pada pendengaran karena suara klik mesin, yang dapat
paling serius dari TMS adalah induksi kejang, yang jarang terjadi. Pasien harus
disaring dengan hati-hati untuk penyakit otak organik, riwayat kejang pribadi,
dan obat-obatan medis, bedah, neurologis, dan riwayat psikiatri saat ini) dan
medis dan kebutuhan TMS.23 Dibawah ini adalah variabel-variabel apa saja yang
• Riwayat kejang
14
• Pertimbangkan konsultasi
memberikan intervensi.
rTMS.
dikonsumsi.
YA TIDAK CATATAN
kejang?
epilepsi?
16
dapat dijelaskan?
stroke?
dengan otak?
otak?
di daerah kepala?
kepala Anda?
medis?
17
bebas)?
berpotensi hamil?
dibandingkan dengan aktivitas otak orang-orang yang tidak memiliki kondisi ini.
gejala negatif (misalnya penurunan motivasi dan fungsi sosial) yang dialami oleh
percobaan dalam dua paradigma utama: TMS frekuensi tinggi dan TMS
frekuensi rendah. TMS frekuensi rendah (1 Hz) biasanya diterapkan pada TPC
kiri pasien, yang bertujuan untuk mengurangi aktivitas otak dan mengurangi
dalam upaya untuk meningkatkan aktivitas dan mengurangi gejala negatif. TMS
TMS dengan pulse tunggal dan pulse berpasangan adalah alat yang
konektivitas, dan plastisitas. Salah satu fenomena yang dipelajari dengan TMS,
protokol, termasuk cortical silent period (CSP). Pengukuran CSP terdiri dari
perubahan cepat di medan magnet dan menginduksi arus listrik di korteks yang
Secara umum, dua aplikasi TMS yang berbeda dapat dibedakan: pulse tunggal
versus pulse berulang. TMS pulse tunggal digunakan dalam pengaturan yang
spektrum skizofrenia.26-28
halusinasi tidak terlihat dari sudut pandang pengamat, sifat suara yang sering
21
kualitas hidup pada pasien dan dalam kasus yang parah bahkan bunuh diri. 12
penelitian menemukan bukti untuk efek pengobatan positif TMS pada gejala
TMS efektif untuk gejala positif. Namun, ukuran sampel yang kecil dari sebagian
sebelumnya.26
terhadap eksitasi motor korteks pada orang normal, Hoffman dkk adalah yang
sentral dari sistem bahasa, dan menargetkan wilayah ini dapat menghambat
pendengaran.26
AHRS sebesar 56 persen dalam lima hari. TMS pada frekuensi rendah
pendengaran.
Lee et al (2005) melaporkan bahwa TMS sisi kiri dan kanan yang
pendengaran pada kelompok yang terdiri dari 39 pasien dengan skizofrenia dan
yang resisten obat. Tinjauan sistemik terbari dan meta analisis yang mencakup
41 RCT dengan total 1473 subjek untuk melihat efikasi TMS temporoparietal
biasanya HF TMS di atas prefrontal kiri atau korteks prefrontal dorsolateral kiri.
Hallucination (AH). Studi ini menunjukkan bahwa TMS memiliki efikasi 44%
dengan hasil fungsional yang lebih buruk, termasuk hubungan spesifik dengan
dalam kegiatan rekreasi, dan kualitas hidup. Gejala negatif sering dikaitkan
frontal.25
enzim sintetis dari prekursor GABA, juga dapat dimodifikasi oleh rTMS.
Temuan ini mungkin penting karena tingkat keparahan gejala negatif telah
Studi lain telah melaporkan manfaat serupa dari rTMS pada gejala negatif
pada pasien dengan skizofrenia. Sebagai contoh, Prikryl et al. menemukan bahwa
stimulasi rTMS frekuensi tinggi (10 Hz) dari DLPFC kiri dengan intensitas
bahwa kemanjuran rTMS pada gejala negatif adalah yang terbaik dengan
frekuensi stimulasi 10 Hz dan periode stimulasi yang lebih lama, idealnya 4-6
minggu. Lebih lanjut, tidak hanya menunjukkan perbaikan gejala negatif setelah
4 minggu rTMS 10 Hz di atas DLPFC, tetapi efek ini dipertahankan pada tindak
dengan gejala sedang hinnga berat diterapi selama 3 minggu. Selama 3 bulan
follow up, terdapat perbaikan gejala negatif yang signifikan. Perbaikan ini diukur
sebuah penelitian multisenter yang lebih besar dengan 117 pasien dengan gejala
(HF) TMS pada DLPFC kiri untuk terapi gejala negatif skizofrenia. Hasilnya
25
negative, dan efeknya bertahan hingga akhir minggu follow up (24 minggu).35
pemberain TMS :
Nyeri kepala dan/atau nyeri leher merupakan efek samping yang sering
terjadi pada pemberian TMS dengan laporan yang mengalami keluhan tersebut
26
sekitar 20-40%. Intensitas nyeri yang dialami bervariasi dari tiap individu,
lokasi dari stimulasi, intensitas, dan frekuensi. Nyeri kepala/leher yang terjadi
diakibatkan karena ketegangan otot, baik dari stimulasi itu sendiri ataupun posisi
2. Trauma Akustik
Kumparan dari hasil menghasilkan suara klik yang sangat keras (120-140
dB). Hal ini melebihi tingkat keamanan yang direkomendasikan untuk system
samping ini, disarankan pasien dan operator memakai penyumbat telinga selama
3. Kejang
Kejang merupakan efek samping yang sangat jarang terjadi, namun tetap
menjadi perhatian utama ketika menggunakan TMS. Kejang dapat diinduksi oleh
rTMS ketika pulse diterapkan dengan frekuensi yang relatif tinggi dan periode
menginduksi kejang selama dua periode stimulasi yang berbeda: (a) selama atau
segera setelah rangkaian rTMS dan (b) pasca stimulasi karena modulasi
4. Sinkop/pingsan
27
TMS dapat terjadi karena beberapa alasan selain stimulasi yaitu kecemasan,
Meskipun jarang, beberapa kasus nyeri gigi yang diinduksi selama TMS
telah dilaporkan. Jika ini terjadi, itu akan terjadi selama stimulasi dan mungkin
merupakan tanda rongga gigi longgar. Jika nyeri gigi dilaporkan, maka hentikan
ditanamkan di daerah kepala atau leher di dekat medan magnet kumparan TMS.
28
Arus Eddy yang diinduksi pada benda logam oleh medan magnet TMS
menyebabkan benda akan menjadi panas dan risiko terjadinya cedera termal pada
jaringan yang berdekatan. Medan magnet TMS juga dapat menginduksi gerakan
benda logam.23
perangkat medis (misalnya, pelat logam, klip elektroda, chip, pompa, stimulator,
implan koklea, alat pacu jantung), serta tato yang dibuat dengan tinta yang
pemberian TMS karena berisiko tinggi untuk induksi kejang. Saat ini, TMS
sedang diselidiki untuk pengobatan kejang. Oleh karena itu, dalam keadaan
TMS, sehingga keputusan pengobatan hanya boleh dibuat setelah evaluasi yang
cermat. Adapun beberapa obat yang dapat berpotensi berbahaya untuk TMS
Amitriptyline Anticholinergics
Amphetamines Antihistamines
Chlorpromazine Aripiprazole
Clozapine BCNU
Cocaine Bupropion
Doxepine Cephalosporins
Ecstasy Chlorambucil
Foscarnet Chloroquine
Ganciclovir Cyclosporine
Ketamine Duloxetine
Maprotiline Fluoxetine
MDMA Fluphenazine
Nortriptyline Fluvoxamine
Theophylline Isoniazid
Levofloxacin
Lithium
Mefloquine
Methotrexate
Metronidazole
Mianserin
Mirtazapine
Olanzapine
30
Paroxetine
Penicillin
Pimozide
Quetiapine
Reboxetine
Risperidone
Sertraline
Sympathomimetics
Venlafaxine
Vincristine
Ziprasidone
(misalnya, Deep Brain Stimulation (DBS)), yang dapat mengakibatkan arus yang
tidak diinginkan mengalir di elektroda DBS di otak. Oleh karena itu, DBS
pinggul) umumnya dianggap aman karena medan magnet jatuh dengan cepat
dengan TMS. Studi radiografi mungkin diperlukan ketika riwayat klinis tidak
keamanan terbatas telah diterbitkan untuk mengatasi potensi dampak TMS pada
31
stimulasi saraf vagus implan (VNS) dan alat pacu jantung, yang komponennya
respon terhadap stimulasi theta-burst. Oleh karena itu, penting untuk memantau
SIMPULAN
anhedonia dan alogia. Penggunaan TMS sebagai terapi ini dapat digunakan
skizofrenia dengan kepatuhan minum obat yang tidak teratur, dan tidak memberi
memperjelas efektivitas dari terapi TMS terhadap gejala positif agar dapat
digunakan dalam praktek klinis serta dapat dijadikan alternatif pengobatan untuk
skizofrenia.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34