Anda di halaman 1dari 33

REFERAT BESAR PSIKOTIK

DURATION UNTREATED PSYCHOTIC DAN OUTCOME KLINIS PADA

SKIZOFRENIA

Presentan : Rani Kusuma Ningrum


Pembimbing : Santi Andayani dr., Sp.KJ., MMRS.
Penelaah : Ade Kurnia Surawijaya, dr., Sp.KJ
Penyanggah : Tuti Kurnianingsih, dr., Sp.KJ
Hari/Tanggal : Kamis, 23 Desember 2021
Ruangan : Ruang Sidang Dept/KSM Ilmu Kedokteran Jiwa

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
DEPARTEMEN/KSM ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................3
2.1 Duration of Untreated Psychosis (DUP) ...............................................................3
2.1.1 Definisi ........................................................................................................... 3
2.1.2 Epidemiologi .................................................................................................. 3
2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi DUP ................................................. 3
2.2 Hubungan Duration untreated psychosis dengan outcome klinis pada
skizofrenia.....................................................................................................................5
2.2.1 Duration of Untreated Psychosis dan Neurobiologi ...................................5
2.2.2 Duration of Untreated Psychosis dan Gejala Psikotik ................................. 9
2.3 Penanganan mengurangi duration untreated psychosis......................................12
BAB III SIMPULAN .....................................................................................................15
BAB IV ILUSTRASI KASUS .......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................28

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Beban Penyakit di Indonesia

Gambar 2.1 DUP dan Perubahan Left Hippocampal Volumetric Integrity

Gambar 2.2 Duration Untreated Psychosis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan mental merupakan penyumbang terbesar untuk disabilitas dalam

aktivitas sosial, pekerjaan atau aktivitas penting lainnya. Menurut Riskesdas 2018,

gangguan Mental mempunyai persentase tertinggi untuk YLDs (Year Life with

Disability) baik untuk tingkat Global, Asia Tenggara maupun Indonesia.1

Gambar 1.1 Beban Penyakit di Indonesia


(Sumber : Infodatin Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia)

Dalam Riskesdas 2018 Skizofrenia menempati posisi ketiga dalam 10 besar

penyakit mental yang menyebabkan disabilitas aktifitas. Sikap keluarga dan

masyarakat yang masih menganggap sebagai aib keluarga apabila salah seorang

anggota keluarganya menderita skizofrenia seringkali membuat penderita

skizofrenia disembunyikan, dikucilkan bahkan sampai dipasung.1

Durasi psikosis yang tidak diobati (Duration Untreated Psychosis (DUP))

yang lebih lama telah secara konsisten dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk bagi

individu dengan psikosis awal. Terdapat variasi yang luas dalam DUP di antara

1
2

pasien yang mencari pengobatan untuk skizofrenia. 2-3 Beberapa hasil penelitian

menunjukkan hubungan positif antara DUP yang lebih lama dengan hasil yang lebih

buruk, termasuk kemampuan neurokognitif, gejala yang lebih positif dan negatif,

tingkat fungsi sosial yang lebih rendah dan fungsi premorbid yang lebih buruk. 3

Hasil fungsional dari pasien skizofrenia telah menjadi perhatian utama

dalam psikiatri. Tinjauan sistematis dari 50 studi dari tahun 1921 hingga 2011

menunjukkan bahwa proporsi median Pasien yang pulih dari skizofrenia adalah

13,5% dan ini tidak berubah dari waktu ke waktu meskipun ada kemajuan dalam

pengobatan. dalam beberapa dekade terakhir. Berbagai faktor telah dilaporkan

mempengaruhi arah dan hasil dari pengobatan pasien skizofrenia, prediktor 2 tahun

hasil dalam studi di 10 negara WHO adalah usia, jenis kelamin, status perkawinan,

mode onset (akut atau berbahaya), durasi psikosis yang tidak diobati (DUP), fungsi

psikososial premorbid, teman dekat, penyalahgunaan narkoba, dan pengaturan

sosiokultural. Faktor-faktor kecuali DUP dan penyalahgunaan obat berada di luar

kendali klinis.4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Duration of Untreated Psychosis (DUP)

2.1.1 Definisi

Duration of untreated psychosis (DUP) adalah masa atau waktu dari mulai

timbulnya manifestasi dari gejala psikosis sampai pertama kali mendapatkan

perawatan yang efektif dan adekuat dari obat anti psikotik. 5

2.1.2 Epidemiologi

Prevalensi dan insidensi dari duration of untreated psychosis belum diketahui

secara pasti. Hal ini berhubungan dengan tersedianya sarana atau prasarana

kesehatan mental disertai anggaran untuk kesehatan mental yang memadai dan juga

kesadaran dari masing-masing individu atau keluarga untuk menjangkau lini

kesehatan mental. Data untuk sosiodemografi pada duration of untreated psychosis

seperti jenis kelamin secara sosioekonomi sangat terbatas, walaupun pada beberapa

studi menunjukkan untuk insidensi pada orang-orang yang menetap di negara

berkembang. Beberapa klinisi juga mengindikasikan bahwa duration of untreated

psychosis pada pasien dengan jenis kelamin pria, tidak bekerja dan dengan kelas

sosio ekonomi yang rendah.6

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi DUP

Beberapa faktor yang mempengaruhi Duration of Untreated Psychosis adalah7

a. Anggota keluarga tidak berpikir pasien sakit

3
4

b. Anggota keluarga berpikir pasien dapat sembuh sendiri

c. Penolakan anggota keluarga untuk mengakui pasien sakit

d. Mencari pengobatan akan menstigmatisasi pasien

e. Mencari pengobatan akan menstigmatisasi keluarga

f. Pengobatan alternatif

g. Beban keuangan

h. Jauh dari institusi kesehatan mental

i. Pasien menolak, anggota keluarga tidak tahu apa yang harus dilakukan

j. Dokter menolak untuk memberikan layanan kunjungan.

Faktor lain yang juga mempengaruhi DUP adalah sebagai berikut : 8

a. Keterlambatan dalam pencarian bantuan yaitu interval antara kontak

pencarian bantuan pertama untuk psikosis dan timbulnya psikosis, dimana

individu sudah berhubungan dengan layanan kesehatan (misalnya untuk

gejala prodromal) pada awal psikosis.

b. Keterlambatan rujukan pertama ke layanan kesehatan mental. Ini adalah

interval antara kontak pencarian pertolongan pertama dan rujukan pertama

kelayanan kesehatan mental. Di mana individu sudah melakukan kontak

dengan layanan untuk gejala lain.

c. Keterlambatan dalam layanan kesehatan mental. Ini adalah interval antara

kontak pertama dengan layanan kesehatan mental sekunder setelah

timbulnya psikosis dan timbulnya kriteria pengobatan. Di mana individu

sudah berhubungan dengan layanan (sebagai contoh untuk gejala yang

muncul selama prodromal), kontak yang bertepatan dengan waktu


5

timbulnya psikosis, dianggap sebagai keterlambatan layanan kesehatan

mental.

d. Keterlambatan dalam mengakses Early Intervention Service. Ini adalah

interval antara kontak pencarian bantuan pertama dan diterima oleh Early

Intervention Service atau interval antara kontak pertama dengan layanan

kesehatan mental sekunder dan penerimaan oleh Early Intervention Service.

2.2 Hubungan Duration untreated psychosis dengan outcome klinis pada

skizofrenia

2.2.1 Duration of Untreated Psychosis dan Neurobiologi

Seiring dengan pendekatan psikososial, memahami mekanisme

neurobiologi terkait dengan DUP akan menjadi penting untuk pendekatan

pengembangan informasi biologis dalam upaya strategi pengobatan dan

pencegahan.

Variasi dalam konektivitas frontostriatal terkait DUP selama pemeliharaan

working memory dapat didorong oleh mekanisme yang dimediasi oleh

ketidakseimbangan dopamin antara striatum dan korteks prefrontal. Pasien dengan

DUP yang lebih lama menunjukkan resistensi pengobatan terhadap obat

antipsikotik, yang dengan sendirinya telah terkait dengan tingkat normal dopamin

di striatum. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa DUP yang lebih lama dapat

mengganggu dan mengubah sistem frontostriatal yang mengarah pada penurunan

keterlibatan sirkuit fungsional dengan peningkatan permintaan kognitif.. Lebih

lanjut, penurunan konektivitas dengan beban working memory yang lebih tinggi ini

mungkin mencerminkan pelepasan dopamin yang tidak mencukupi, pensinyalan


6

dopamin D1 abnormal, atau peningkatan irama glutamatergic dalam DLPFC

sekunder akibat gangguan berkepanjangan pada fungsi dopamin kortikostriatal.9

Hasil dari penelitian ini juga menyoroti hubungan fungsional normal antara

striatal dan prefrontal korteks selama working memori. Striatum telah

dihipotesiskan untuk secara dinamis membuka dan memperbarui representasi yang

dipertahankan di daerah prefrontal selama working memori. Bukti terbaru

mendukung teori ini dan berimplikasi striatal gate yang memadai untuk efisiensi

working memori. Penurunan konektivitas frontostriatal selama beban working

memori yang lebih tinggi mungkin dalam menanggapi kelainan dopamin-dimediasi

dalam gating selektif untuk manipulasi dan pemeliharaan informasi. Tautan

frontostriatal yang utuh mungkin juga penting untuk fungsi working memori

mengingat interaksinya dengan mekanisme pembelajaran penguatan yang terkait

dengan ventral striatum. Fungsi penghargaan dan rekrutmen terkait striatum dan

korteks prefrontal telah terbukti tumpul pada pasien dengan skizofrenia. Psikosis

yang tidak diobati dapat mempengaruhi pemrosesan penghargaan dan secara luas

berkontribusi pada gangguan dalam perilaku yang berorientasi tujuan dan

pemecahan masalah. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mendekonstruksi

pemrosesan working memori dalam konteks hubungan frontostriatal pada

skizofrenia awal, serta bagaimana penyakit yang tidak diobati memengaruhi

pemrosesan working memori dalam kaitannya dengan pemulihan fungsional yang

lebih buruk.9

Ketebalan dan luas permukaan kortikal memiliki lintasan perkembangan

dan pengaruh genetik yang berbeda, mereka mengindeks entitas biologis yang
7

berbeda. Luas permukaan adalah representasi longgar dari jumlah minikolumns,

berjalan tegak lurus terhadap permukaan otak, sedangkan ketebalan kortikal

mencerminkan ukuran, kepadatan, dan pengaturan neuron, neuroglia, dan serabut

saraf. Pengurangan neuropil dan gabaergic interneurons (yang ditemukan pada

minikolumns kortikal) yang sebelumnya ditemukan pada skizofrenia dalam studi

postmortem dapat membantu menjelaskan pengurangan luas permukaan di daerah

frontal dan temporal. Demikian pula, peningkatan ketebalan kortikal di daerah

prefrontal dan insular medial dapat dikaitkan dengan peradangan otak, yang telah

ditemukan pada tahap awal skizofrenia dan mungkin merupakan hasil dari

pengurangan global dan fokal, hipodensitas, dan defisit pada mielin dan mikroglia

aktif. Secara keseluruhan, pengurangan luas permukaan dan peningkatan ketebalan

kortikal sebagai fungsi DUP sangat menunjukkan perubahan dalam organisasi

fungsional neokorteks dengan DUP yang lebih lama.10

Pada penelitian lain ditemukan bahwa tingkat tahunan pengurangan LHVI

meningkat sebesar 0,4% per minggu DUP di berbagai Nilai DUP (Gambar 2.1).

Penelitian sebelumnya sebagian besar gagal untuk mengidentifikasi korelasi

morfologi DUP meskipun dalam studi cross-sectional, Guo dan rekannya

menemukan korelasi terbalik antara DUP dan volume hippocampal. Durasi psikosis

yang tidak diobati tidak secara independen terkait dengan hippocampal volumetric

integrity dasar dalam sampel penelitian, tetapi DUP berinteraksi dengan genotipe

BDNF, NOS1, COMT, dan ZNF804A dan dengan 2 biomarker serum inflamasi

dalam asosiasi dengan Left Hippocampal Volume Integrity dasar.11


8

Gambar 2.1 DUP dan Perubahan Left Hippocampal Volumetric Integrity

Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan antara DUP yang

lebih panjang dan volume hippocampus keseluruhan yang lebih kecil, serta CA1,

ML, subiculum, presubiculum, dan ekor. Temuan ini konsisten dengan temuan dari

Goff et al.31 yang melaporkan bahwa, dalam FEP, DUP yang lebih lama dikaitkan

dengan atrofi hippocampal yang dipercepat hanya selama 8 minggu pengobatan

antipsikotik, menunjukkan efek DUP yang terus-menerus pada struktur otak. Hasil

ini konsisten dengan bukti dari efek DUP yang merusak pada struktur otak lainnya.
9

Meskipun tidak ditemukan hubungan antara volume hippocampal dan kinerja

memori, studi yang lain menemukan hubungan antara subregion hippocampus dan

fungsi kognitif dalam risiko tinggi dan skizofrenia. Secara keseluruhan data ini

berpotensi menjelaskan bagaimana DUP lebih lama bertindak melalui defisit di

hippocampus subbidang terkait dengan hasil yang lebih buruk pada pasien First

Episode Psychosis.12

2.2.2 Duration of Untreated Psychosis dan Gejala Psikotik

Gejala dari Skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Gejala positif,

Gejala positif adalah gejala yang muncul dan biasanya dapat diamati. Ini

adalah gejala yang terkait dengan episode psikotik akut dan terutama

gangguan pemikiran dan presentasi. Yang termasuk gejala positif adalah

halusinasi, Waham dan perilaku aneh lainnya.

b. Gejala negatif,

Gejala negatif ditentukan oleh ketidakhadirannya dan kadang juga

disebut gejala defisit. Gejala ini biasanya dikaitkan dengan

perkembangan penyakit. Ini termasuk tidak adanya pengaruh, tidak

adanya pemikiran, tidak adanya motivasi, tidak adanya kesenangan, dan

tidak adanya perhatian.

c. Gejala Kognitif,

Gejala kognitif dari skizofrenia mungkin saja tidak terlihat terutama pada

awal proses penyakit, tetapi sangat mengganggu dan menyebabkan


10

banyak kecacatan yang terkait dengan gangguan ini, termasuk

didalamnya gangguan perhatian, memori kerja dan fungsi eksekutif.

Sebuah penelitian yang dilakukan di negara maju dimana DUP biasanya

kurang dari 5 tahun, telah melaporkan bahwa DUP yang lebih lama dikaitkan

dengan gejala positif dan negatif yang lebih parah, tingkat remisi yang lebih rendah,

pengurangan fungsi global dan sosial dan peningkatan kecemasan sosial, atrofi

hippocampal dan perubahan struktur di otak.13

Penurunan kinerja kognitif progresif pada pasien dengan psikosis kronis

yang tidak diobati dapat menjadi substansial, tetapi mekanisme yang mendasari

penurunan selektif ini masih belum jelas. Penurunan mungkin mencerminkan

lintasan kerentanan kognitif premorbid selektif yang melampaui perkembangan

psikosis, konsisten dengan etiologi perkembangan saraf. 13

Dalam suatu penelitian meta analisis didapatkan bahwa DUP yang lebih

lama dikaitkan dengan gejala negatif yang lebih parah pada presentasi pertama bisa

menjadi hasil dari gejala negatif yang mendahului timbulnya psikosis, yang

menyebabkan kontak pertama yang tertunda dengan layanan kesehatan dan

bertahan melalui tindak lanjut karena mereka menunjukkan sedikit respon

pengobatan.14

Hipotesis neurotoksisitas psikosis menunjukkan bahwa defisit kognitif

muncul sebagai konsekuensi dari psikosis aktif yang tidak diobati pada tahun-tahun

awal penyakit. Hipotesis neurotoksisitas menunjukkan bahwa DUP yang lebih lama

dapat menyebabkan perubahan otak struktural dan defisit kognitif pada FEP. Secara

umum, DUP tidak memiliki dampak signifikan pada tingkat keparahan gangguan
11

kognitif namun ada pengecualian untuk domain perencanaan / pemecahan masalah.

Secara umum, temuan ini tidak mendukung gagasan bahwa DUP memiliki efek

"toxic" pada kemampuan kognitif. Temuan ini konsisten dengan hipotesis

perkembangan saraf skizofrenia, yang menunjukkan bahwa defisit kognitif

sebagian besar berasal dari perkembangan saraf dan mendahului timbulnya

gangguan psikotik. Sementara DUP yang lebih lama tidak terkait dengan defisit

kognitif global yang lebih parah di FEP, orang mungkin berpendapat bahwa

korelasi ringan namun signifikan antara DUP dan kemampuan perencanaan

mungkin mencerminkan kemunduran selektif fungsi eksekutif tingkat tinggi selama

periode prodromal. DUP yang lebih lama mungkin menjadi penanda keparahan

prognosis yang buruk, daripada menjadi penyebab hasil yang buruk pada gangguan

psikotik. Teori perkembangan saraf psikosis juga dapat memberikan penjelasan

untuk hubungan sederhana namun signifikan antara DUP dan kemampuan

perencanaan. Berbeda dengan domain kognitif lainnya, pematangan lobus

prefrontal dan peningkatan kinerja dalam keterampilan fungsi eksekutif yang paling

maju berlanjut hingga pertengahan dua puluhan. Oleh karena itu, gangguan akuisisi

kemampuan kognitif (dan hubungannya dengan prognosis yang buruk) mungkin

paling jelas untuk fungsi eksekutif lanjutan di tahun-tahun sebelum episode pertama

psikosis. Juga, efek dari gejala psikotik prodromal yang sedang berlangsung (yaitu,

stres dan penarikan sosial) dapat mengganggu perkembangan normal fungsi

eksekutif lanjutan. Di sisi lain, diagnosis mungkin berpotensi memiliki efek pada

kekuatan hubungan antara DUP dan kemampuan perencanaan. Hubungan

sederhana antara DUP dan kemampuan perencanaan mungkin spesifik untuk


12

skizofrenia episode pertama. Hubungan yang lemah antara DUP dan neurokognisi

dalam FEP juga dapat dijelaskan oleh heterogenitas etiologis potensial defisit

kognitif pada skizofrenia. Bukti cross-sectional menunjukkan bahwa ada sejumlah

subkelompok kognitif dengan berbagai tingkat gangguan pada skizofrenia.

Implikasi klinis yang mungkin dari temuan metaanalisis saat ini adalah bahwa

mengurangi DUP mungkin tidak banyak membantu dalam meningkatkan gangguan

kognitif, karena gejala psikotik dalam FEP tampaknya sebagian besar tidak terkait

dengan defisit kognitif.15

2.3 Penanganan mengurangi duration untreated psychosis

Duration untreated psychosis telah didefinisikan secara luas sebagai jangka

waktu antara timbulnya gejala psikotik, dan inisiasi pengobatan. Oleh karena itu,

untuk mengukur DUP seseorang harus mengidentifikasi dua titik waktu yang

terpisah, yaitu : onset psikosis dan onset pengobatan (gambar 2.2). Namun,

operasionalisasi titik waktu ini sangat bervariasi Misalnya, onset DUP telah

didefinisikan sebagai pengalaman pertama delusi atau halusinasi, bukti penyakit

faktual, termasuk gejala positif, negatif dan afektif, rangkaian gejala positif, atau

perilaku motorik katatonik, atau perubahan perilaku yang terlihat pertama kali.

Frekuensi gejala telah dimasukkan sebagai kualifikasi tambahan dalam beberapa

penelitian, menetapkan bahwa gejala harus berlangsung selama beberapa hari,

bertahan, muncul setidaknya beberapa kali selama suatu periode seminggu,

dan/atau tidak terbatas pada saat-saat singkat. Titik akhir DUP, yang berarti

permulaan pengobatan, telah didefinisikan sebagai kontak pertama dengan

profesional kesehatan mental, inisiasi pengobatan, pengurangan pengobatan


13

pertama yang efektif, pengobatan pertama dengan antipsikotik, rawat inap psikiatri

pertama , atau titik masuk studi Lainnya telah mengadopsi kriteria yang lebih ketat

seperti antipsikotik yang diberikan selama periode waktu tertentu, dan pada dosis

yang tepat, yang mengarah ke respon klinis.16

Gambar 2.2 Duration Untreated Psychosis

Duration untreated psychosis yang lebih lama dikaitkan dengan hasil yang

lebih buruk untuk orang dengan episode pertama psikosis, termasuk gejala positif

dan negatif yang lebih buruk, tingkat remisi yang lebih rendah, kognisi sosial yang

lebih buruk dan gangguan kognitif. Selain manfaat klinis, fungsional dan kognitif,

pengurangan DUP dikaitkan dengan pengurangan konsekuensi sosial dari onset

psikosis, seperti isolasi sosial, pengangguran, tuna wisma dan dapat mengurangi

menyakiti diri sendiri yang disengaja, dan kekerasan terhadap orang lain.17

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak intervensi yang berbeda telah

diujicobakan untuk mengurangi DUP, menargetkan berbagai sumber rujukan untuk

kasus First Episode Psikosis seperti dokter umum, layanan penyedia jasa, dan
14

masyarakat. Intervensi khusus ini telah bervariasi termasuk program jaringan

penyedia layanan kesehatan primer dan pendidikan publik, program deteksi dini

yang mengidentifikasi pasien FEP atau mereka yang berisiko klinis tinggi untuk

psikosis (CHR-P), lokakarya informasi, informasi tertulis dalam paket informasi,

buletin atau brosur, tim intervensi masyarakat dan kegiatan, serta situs web dan

hotline telepon.17

Dalam suatu studi mengenai Early Detection System, dimana dilakukan

penyuluhan ke berbagai tempat, memberikan informasi mengenai kesehatan mental

didapatkan hasil penurunan DUP yang signifikan, semula rata – rata 114 minggu

menjadi rata – rata 26 minggu. Hal ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa DUP

dapat dikurangi melalui upaya pendidikan yang efektif, yang ditujukan kepada

masyarakat, sekolah dan profesi profesi yang ada yang diharapkan dapat mengubah

perilaku dalam mencari pertolongan kesehatan terutama kesehatan jiwa. 18


BAB III

SIMPULAN

Duration untreated psychosis telah didefinisikan secara luas sebagai jangka

waktu antara timbulnya gejala psikotik, dan inisiasi pengobatan. DUP menjadi

salah satu factor penentu prognosa pasien skizofrenia, DUP yang lebih lama telah

secara konsisten dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk bagi individu dengan

psikosis awal. Terdapat berbagai faktor penyebab lama nya DUP. Integrasi program

terkait kesehatan mental melalui kerja sama lintas sektor diharapkan dapat

mengurangi waktu dari DUP sehingga perbaikan kondisi dari pasien skizofrenia

menjadi lebih baik.

15
BAB IV

ILUSTRASI KASUS

Pemeriksaan di IGD (Tanggal 11 November 2021)

Identitas Pasien

Pasien seorang laki-laki (Tn.R), anak kedua dari tiga bersaudara, berusia 35 tahun,

belum menikah, beragama Islam, pasien tinggal sendiri, pasien tidak bekerja,

dibawa ke IGD RSJ Prov Jawa Barat tanggal 11 November 2021

Keluhan Utama

Gelisah

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien gelisah, marah-marah,

mengamuk, merusak perabotan di rumah. Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

pasien terlihat semakin gelisah, terlihat bicara dan tertawa sendiri, mondar-mandir

dan juga pasien memukul adiknya. Pasien sulit tidur, makan minum sedikit dan

tidak mau mandi.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sakit sejak 6 tahun yang lalu, dan belum pernah berobat.

Riwayat trauma kepala tidak ada, Riwayat kejang tidak ada.

Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital : T : 116/69 mmHg, N : 97 x/menit, R : 20 x/menit, S : 37 ℃

16
17

Pemeriksaan Fisik : dalam batas normal

Pemeriksaan Psikiatri

PANSS EC: 20, MSAS: 0

1. Penampilan: Roman muka bingung, kontak ada, rapport kurang adekuat,

tingkah laku gelisah, tidak kooperatif, dekorum kurang,

2. Bicara : negativistik, apatis, volume pelan

3. Emosi : Mood: belum dapat dinilai, Afek datar

4. Pikiran : waham : belum dapat dinilai

5. Persepsi: halusinasi : belum dapat dinilai

6. Wawasan terhadap penyakit: Tilikan derajat 1

Diagnosis Multiaksial

Axis 1 : Skizofrenia

Axis 2 : Belum ada diagnosa

Axis 3 : Tidak ada diagnosa

Axis 4 : Primary support

Axis 5 : Moderate

Terapi saat di IGD

Injeksi Zyprexa i.m 1x1, jika 3 jam masih gelisah, injeksi ulang, maksimal 3x

pemberian.
18

Hari ke 2 : Injeksi Zyprexa 2x1

Hari ke 3 : Risperidone 2 mg 2x1

Lorazepam 2 mg 0-0-1
19

Pemeriksaan di Ruang Rawat Tenang (Ruang Merak)

Tanggal Hari Subjek Objek Assesment Plan

Rawat

18-11-2021 8 Pasien tampak Tanda Vital : Axis 1 : Skizofrenia Observasi TTV

bingung, semua
T : 120/80 mmHg, N : 98 x/menit, R : 20 x/menit, S : Axis 2 : Belum ada diagnose Observasi EPS
pertanyaan
36℃
Axis 3 : Tidak ada diagnose Olanzapine 10mg 0-0-2
dijawab dengan
1. Penampilan : Kontak ada , rapport kurang adekuat,
‘salamet’ Axis 4 Support System Divalproat ER 250mg 1-0-0
roman muka bingung, tingkah laku hipoaktif.,
Axis 5 : GAF saat ini 20-11 Lorazepam 2 mg 0-0-1 prn
decorum cukup
bila tidak tidur
2. Bicara : kemiskinan isi bicara, artikulasi kadang

kurang jelas, volume pelan

3. Emosi : mood disforik, afek tumpul

4. Pikiran : autistic, perseverasi, waham belum dapat

dinilai

5. Persepsi : halusinasi dengar + (ngapalkeun)

6. Tilikan 1, PANNS EC : 15
20

19-1-2021 9 Pasien masih Tanda Vital : Axis 1 : Skizofrenia Observasi TTV

tampak bingung
T : 130/100 mmHg, N : 100 x/menit, R : 20 x/menit, S : Axis 2 : Belum ada diagnose Observasi EPS

36,4℃
Axis 3 : Tidak ada diagnose Olanzapine 10mg 0-0-1

1. Penampilan : Kontak ada , rapport adekuat, roman


Axis 4 Support System Haloperidol 1,5 mg 2x1
muka bingung, tingkah laku hipoaktif., decorum
Axis 5 : GAF saat ini 20-11 Divalproat ER 250mg 1-0-0
cukup

Lorazepam 2 mg 0-0-1 prn


2. Bicara : spontan, produktivitas meningkat,
bila tidak tidur
artikulasi kadang kurang jelas, volume pelan

3. Emosi : mood disforik, afek tumpul

4. Pikiran : autistik, inkoheren, waham belum dapat

dinilai

5. Persepsi : halusinasi dengar disangkal

Tilikan 1, PANNS EC : 15

22-11-2021 12 Pasien tampak Tanda Vital : Axis 1 : Skizofrenia Observasi TTV

bingung, hanya
T : 102/69 mmHg, N : 84 x/menit, R : 20 x/menit, S : Axis 2 : Belum ada diagnose Observasi EPS
menjawab
36℃
21

pertanyaan 1. Penampilan : Kontak ada , rapport adekuat, roman Axis 3 : Tidak ada diagnose Olanzapine 10mg 0-0-1

dengan ‘apalan- muka bingung, tingkah laku hipoaktif., decorum


Axis 4 : Support System Haloperidol 1,5 mg 2x1
ngapalkeun- kurang
Axis 5 : GAF saat ini 20-11 Divalproat ER 250mg 1-0-0
sudrajat’
2. Bicara : spontan, kemiskinan isi bicara, artikulasi
Rencana ECT
kadang kurang jelas, volume pelan

3. Emosi : mood disforik, afek tumpul

4. Pikiran : autistik, inkoheren, waham disangkal

5. Persepsi : halusinasi disangkal

6. Tilikan 1, PANNS EC : 10

23-11-2021 13 Post ECT, Tanda Vital : Axis 1 : Skizofrenia Observasi TTV

pasien tampak
T : 121/86 mmHg, N : 100 x/menit, R : 20 x/menit, S : Axis 2 : Belum ada diagnose Observasi EPS
bingung,
36,3℃
Axis 3 : Tidak ada diagnose Haloperidol 5 mg 2x1
banyak bicara
1. Penampilan : Kontak ada , rapport adekuat, roman
namun sulit Axis 4 : Support System Divalproat ER 250mg 1-0-0
muka bingung, tingkah laku hipoaktif., decorum
dimengerti
Axis 5 : GAF saat ini 20-11 ECT ke 1
cukup
22

2. Bicara : spontan, logore, artikulasi kadang kurang

jelas, volume pelan

3. Emosi : mood disforik, afek tumpul

4. Pikiran : autistik, inkoheren, waham disangkal

5. Persepsi : halusinasi disangkal

6. Tilikan 1, PANNS EC : 10

24-11-2021 14 Pasien masih Tanda Vital : Axis 1 : Skizofrenia Observasi TTV

tampak
T : 120/80 mmHg, N : 100 x/menit, R : 20 x/menit, S : Axis 2 : Belum ada diagnose Observasi EPS
bingung,
36℃
Axis 3 : Tidak ada diagnose Haloperidol 5 mg 2x1
sesekali terlihat
1. Penampilan : Kontak ada , rapport adekuat, roman
berbicara Axis 4 : Support System Divalproat ER 250mg 1-0-0
muka bingung, tingkah laku hipoaktif., decorum
sendiri
Axis 5 : GAF saat ini 20-11
cukup

2. Bicara : spontan, produktivitas meningkat,

artikulasi kadang kurang jelas, volume pelan

3. Emosi : mood disforik, afek tumpul


23

4. Pikiran : autistik, inkoheren, waham disangkal

5. Persepsi : halusinasi disangkal

6. Tilikan 1, PANNS EC : 10

25-11-2021 15 Post ECT, Tanda Vital : Axis 1 : Skizofrenia Observasi TTV

pasien masih
T : 103/67 mmHg, N : 84 x/menit, R : 20 x/menit, S : Axis 2 : Belum ada diagnose Observasi EPS
tampak bingung
36,3℃
Axis 3 : Tidak ada diagnose Haloperidol 5 mg 3x1

1. Penampilan : Kontak ada , rapport tidak adekuat,


Axis 4 : Support System Triheksifenidil 2 mg 3x1
roman muka bingung, tingkah laku hipoaktif.,
Axis 5 : GAF saat ini 20-11 Divalproat ER 250mg 1-0-0
decorum kurang

ECT ke 2
2. Bicara : mutisme

3. Emosi : mood disforik, afek tumpul

4. Pikiran : belum dapat dinilai

5. Persepsi : belum dapat dinilai

6. Tilikan 1, PANNS EC : 15
24

26-11-2021 16 Pasien terlihat Tanda Vital : Axis 1 : Skizofrenia Observasi TTV

bingung
T : 134/87 mmHg, N :100 x/menit, R : 20 x/menit, S : Axis 2 : Belum ada diagnose Observasi EPS

36,3℃
Axis 3 : Tidak ada diagnose Haloperidol 5 mg 3x1

1. Penampilan : Kontak ada (minimal), rapport tidak


Axis 4 : Support System Triheksifenidil 2 mg 3x1
adekuat, roman muka bingung, tingkah laku
Axis 5 : GAF saat ini 20-11 Divalproat ER 250mg 1-0-0
hipoaktif., decorum kurang

2. Bicara : mutisme

3. Emosi : mood disforik, afek tumpul

4. Pikiran : belum dapat dinilai

5. Persepsi : belum dapat dinilai

6. Tilikan 1, PANNS EC : 15

29-11-2021 19 Pasien hanya Tanda Vital : Axis 1 : Skizofrenia Observasi TTV

menunduk dan
T : 122/75 mmHg, N : 95 x/menit, R : 20 x/menit, S : Axis 2 : Belum ada diagnose Observasi EPS
sesekali
36℃
Axis 3 : Tidak ada diagnose Haloperidol 5 mg 3x1
menjawab

pertanyaan Axis 4 : Support System Triheksifenidil 2 mg 3x1


25

1. Penampilan : Kontak ada , rapport tidak adekuat, Axis 5 : GAF saat ini 20-11 Divalproat ER 250mg 1-0-0

roman muka bingung, tingkah laku hipoaktif.,


Rencana ECT ke 3
decorum cukup

2. Bicara : kemiskinan isi bicara, artikulasi kadang

kurang jelas, volume pelan

3. Emosi : mood disforik, afek tumpul

4. Pikiran : autistic, inkoheren, waham disangkal

5. Persepsi : halusinasi disangkal

6. Tilikan 1, PANNS EC : 15

30-11-2021 20 Post ECT, hari Tanda Vital : Axis 1 : Skizofrenia Observasi TTV

ini baik
T : 105/59 mmHg, N : 71 x/menit, R : 20 x/menit, S : Axis 2 : Belum ada diagnose Observasi EPS

36,4℃
Axis 3 : Tidak ada diagnose Haloperidol 5 mg 3x1

1. Penampilan : Kontak ada, rapport adekuat, roman


Axis 4 : Support System Triheksifenidil 2 mg 3x1
muka bingung, tingkah laku hipoaktif., decorum
Axis 5 : GAF saat ini 30-21 Divalproat ER 250mg 1-0-0
cukup

ECT ke 3
2. Bicara : spontan, produktivitas cukup, volume pelan
26

3. Emosi : mood eutimik, afek terbatas

4. Pikiran : autistik, inkoheren, waham disangkal

5. Persepsi : halusinasi disangkal

6. Tilikan 1, PANNS EC : 15
27

Pembahasan

Pada pasien ini didapatkan Duration untreated psychosis selama 6 tahun. Pasien tidak

pernah dibawa berobat, baik ke dokter ataupun ke pengobatan alternatif. Selama masa

perawatan perbaikan kondisi pasien dirasakan sangat lambat.

Studi menyatakan bahwa DUP yang lebih lama dikaitkan dengan gejala positif dan

negatif yang lebih parah, tingkat remisi yang lebih rendah, pengurangan fungsi global dan

sosial dan peningkatan kecemasan sosial, atrofi hippocampal dan perubahan struktur di otak.

Oleh karena itu diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk dapat mengurangi lama DUP

sehingga diharapkan prognosis pasien pasien psikotik menjadi lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

1. KEMENKES RI. Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia. InfoDATIN. Published online

2019:12.

2. Qin H, Zhang J, Wang Z, et al. Duration of untreated psychosis and clinical outcomes

of firstepisode schizophrenia: a 4-year follow-up study. Shanghai Arch Psychiatry.

2014;26(1):42-48. doi:10.3969/j.issn.1002-0829.2014.01

3. Ran MS, Xiao Y, Chui CHK, et al. Duration of untreated psychosis (DUP) and outcome

of people with schizophrenia in rural China: 14-year follow-up study. Psychiatry Res.

2018;267(June):340-345. doi:10.1016/j.psychres.2018.06.043

4. Kurachi M, Takahashi T, Sumiyoshi T, Uehara T, Suzuki M. Early intervention and a

direction of novel therapeutics for the improvement of functional outcomes in

schizophrenia: A selective review. Front Psychiatry. 2018;9(FEB):1-11.

doi:10.3389/fpsyt.2018.00039

5. Sullivan SA, Carroll R, Peters TJ, et al. Duration of untreated psychosis and clinical

outcomes of first episode psychosis: An observational and an instrumental variables

analysis. Early Interv Psychiatry. 2019;13(4):841-847. doi:10.1111/eip.12676

6. Takizawa N, Melle I, Barrett EA, Nerhus M, Ottesen AA. The Influence of Mental

Health Literacy, Migration, and Education on the Duration of Untreated Psychosis.

Front Public Heal. 2021;9(July):1-9. doi:10.3389/fpubh.2021.705397

7. Qiu Y, Li L, Gan Z, et al. Factors related to duration of untreated psychosis of first

episode schizophrenia spectrum disorder. Early Interv Psychiatry. 2017;(September):1-

7. doi:10.1111/eip.12519

8. Birchwood M, Connor C, Lester H, et al. Reducing duration of untreated psychosis: Care

pathways to early intervention in psychosis services. Br J Psychiatry. 2013;203(1):58-

28
29

64. doi:10.1192/bjp.bp.112.125500

9. MICHA R. Association between duration of untreated Psychosis and frontostriatal

connectivity during maintenance of visuospatial working memory. Physiol Behav.

2017;176(1):100–106. doi:10.1016/j.bpsc.2019.01.007.Association

10. Maximo JO, Nelson EA, Armstrong WP, Kraguljac N V., Lahti AC. Duration of

Untreated Psychosis Correlates With Brain Connectivity and Morphology in

Medication-Naïve Patients With First-Episode Psychosis. Biol Psychiatry Cogn

Neurosci Neuroimaging. 2020;5(2):231-238. doi:10.1016/j.bpsc.2019.10.014

11. Goff DC, Zeng B, Ardekani BA, et al. Association of hippocampal atrophy with duration

of untreated psychosis and molecular biomarkers during initial antipsychotic treatment

of first-episode psychosis. JAMA Psychiatry. 2018;75(4):370-378.

doi:10.1001/jamapsychiatry.2017.4595

12. Briend F, Nelson EA, Maximo O, Armstrong WP, Kraguljac N V., Lahti AC.

Hippocampal glutamate and hippocampus subfield volumes in antipsychotic-naive first

episode psychosis subjects and relationships to duration of untreated psychosis. Transl

Psychiatry. 2020;10(1). doi:10.1038/s41398-020-0812-z

13. Stone WS, Phillips MR, Cai B, et al. Association between the Duration of Untreated

Psychosis and Selective Cognitive Performance in Community-Dwelling Individuals

with Chronic Untreated Schizophrenia in Rural China. JAMA Psychiatry.

2020;77(11):1116-1126. doi:10.1001/jamapsychiatry.2020.1619

14. Howes OD, Whitehurst T, Shatalina E, et al. The clinical significance of duration of

untreated psychosis: an umbrella review and random-effects meta-analysis. World

Psychiatry. 2021;20(1):75-95. doi:10.1002/wps.20822

15. Bora E, Yalincetin B, Akdede BB, Alptekin K. Duration of untreated psychosis and

neurocognition in first-episode psychosis: A meta-analysis. Schizophr Res. 2018;193:3-


30

10. doi:10.1016/j.schres.2017.06.021

16. Savill M, Gosdin M, Patel P, Melnikow J, Loewy R, Niendam T. How Do Early

Psychosis Services Define and Operationalize the Duration of Untreated Psychosis? J

Behav Heal Serv Res. 2019;46(3):497-508. doi:10.1007/s11414-018-9630-y

17. Oliver D, Davies C, Crossland G, et al. Can we reduce the duration of untreated

psychosis? A systematic review and meta-analysis of controlled interventional studies.

Schizophr Bull. 2018;44(6):1362-1372. doi:10.1093/schbul/sbx166

18. Johannessen JO, McGlashan TH, Larsen TK, et al. Early detection strategies for

untreated first-episode psychosis. Schizophr Res. 2001;51(1):39-46.

doi:10.1016/S0920-9964(01)00237-7

Anda mungkin juga menyukai