Anda di halaman 1dari 18

REFERAT PSIKIATRI DEWASA

MODEL BIOPSIKOSOSIAL DAN PENERAPANNYA


PADA ILMU KEDOKTERAN JIWA

Presentan : Kent Pradana, dr.

Pembimbing : Lynna Lidyana, dr., SpKJ

Penyanggah : Shelly Iskandar, dr., SpKJ., SpAkp., M.Si, Ph.D

Penelaah : N. R. Febrianti Santiardi Danasasmita, dr., Sp.KJ., M.M.

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RSUP DR.HASAN SADIKIN BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................4

2.1.1 Definisi Model Medis .............................................................................4

2.1.2 Riwayat Perkembangan Model Medis ....................................................5

2.2 Model Biopsikososial .....................................................................................6

2.2.1 Definisi dan Riwayat Perkembangan Model Biopsikososial ..................6

2.2.2 Kelebihan Model Biopsikososial ............................................................8

2.2.3 Kritik Terhadap Model Biopsikososial .................................................10

2.4 Penerapan Model Biopsikososial pada Ilmu Kedokteran Jiwa ....................11

Bab III SIMPULAN ...............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15

1
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam ilmu kedokteran, istilah biopsikososial merupakan istilah yang sudah

sangat lazim terdengar, apalagi dalam ilmu kedokteran jiwa. Biopsikososial

merupakan suatu model medis yang dikemukakan oleh George Engel pada tahun

1977 dalam sebuah artikel yang berjudul “The Need for a New Medical Model : A

Challenge for Biomedicine”.1 Sejak saat itu, model biopsikosial mulai berkembang

dan digunakan sebagai model medis kedokteran hingga saat ini, khususnya dalam

bidang ilmu kedokteran jiwa.

Model medis atau “medical model” sendiri diartikan sebagai model yang

menggambarkan bagaimana suatu penyakit dideteksi dan diidentifikasi melalui

proses yang sistematik yang terdiri dari observasi, deskripsi, dan differensiasi, yang

sesuai dengan prosedur standar yang diterima, seperti contohnya pemeriksaan

medis, pemeriksaan lab, atau deskripsi gejala. 2 Praktek kedokteran merupakan

suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan kepada

para individu yang membutuhkan bantuan, oleh sebab itu, dibutuhkan suatu model

atau konseptualisasi dari praktek kedokteran yang baik agar ruang lingkup dan

batasan dari praktek kedokteran itu dapat dipahami dengan baik. 3

Model biopsikososial sudah digunakan sejak lama dan dianggap memiliki

banyak kelebihan dibanding model medis sebelumnya, antara lain model ini

dianggap cocok karena dapat berfokus pada evidence-based medicine. Selain itu,

seiring dengan perkembangan zaman, saat ini praktek kedokteran tidak hanya

2
3

berfokus kepada penyakit akut, namun juga berfokus pada penyakit kronis,

dimana model biopsikososial sangatlah dibutuhkan dan dapat diaplikasikan secara

luas untuk penyakit akut maupun kronis.4

Berdasarkan hal-hal tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa penting bagi kita

tenaga kesehatan untuk mengenal lebih dalam mengenai model biopsikososial dan

aplikasinya di bidang psikiatri. Oleh sebab itu, dengan adanya referat ini diharapkan

istilah model biopsikososial dapat dipahami seutuhnya dan dapat diterapkan oleh

tenaga medis dalam praktek kedokteran sehari-hari, khususnya dalam ilmu

kedokteran jiwa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Riwayat Perkembangan Model Medis Kedokteran

2.1.1 Definisi Model Medis

Praktek kedokteran meliputi tindakan yang dilakukan oleh dokter dan

tenaga kesehatan kepada para individu yang membutuhkan bantuan, maka dari itu,

dibutuhkan konseptualisasi dari praktek kedokteran yang baik agar ruang lingkup

dan batasan dari praktek kedokteran itu dapat dipahami secara sistematis, serta agar

gambaran dan definisi dari penyakit juga dapat dipahami dengan baik oleh tenaga

kesehatan.3 Konseptualisasi tersebut dituangkan dalam model medis.

Model medis sendiri memiliki berbagai definisi. Dalam Encyclopedia of

Clinical Neuropsychology, model medis atau “medical model” sendiri diartikan

sebagai model yang menggambarkan bagaimana suatu penyakit dideteksi dan

diidentifikasi melalui proses yang sistematik yang terdiri dari observasi, deskripsi,

dan differensiasi, yang sesuai dengan prosedur standar yang diterima, seperti

contohnya pemeriksaan medis, pemeriksaan lab, atau deskripsi gejala.2

Menurut Ahmed Samei Huda (2021), model medis mengacu pada sistem

yang dilakukan oleh para profesional medis, yakni dokter dalam pekerjaan klinis

dan penelitian. Sistem ini terdiri dari dua model praktikal dan eksplanasi yang

saling berhubungan. Model praktik melibatkan bagaimana dokter berinteraksi

dengan pasien mereka, bagaimana mereka menilai dan mengklasifikasikan masalah

yang mereka hadapi dan intervensi apa yang mereka tawarkan untuk membantu

4
5

mereka. Sedangkan model eksplanasi digunakan untuk menjelaskan masalah yang

ada dan bagaimana terbentuknya masalah tersebut, contoh aplikasi model

eksplanasi tersebut adalah dalam proses CBT dan psikodinamik. 5

2.1.2 Model Biomedis

Sebelum model biopsikososial diperkenalkan oleh George Engel, model yang

digunakan sebelumnya adalah model biomedis. Model biomedis atau biomedical

model sebenarnya sudah ada sejak era Hippocrates dan terus berkembang sejak saat

itu.6 Wade dan Halligan (2004) merangkum konsep dari model biomedis sebagai

berikut7 :

• Seluruh gejala dan keluhan berasal dari sebuah abnormalitas pada

struktur tubuh atau organ tertentu, dan disebut sebagai penyakit atau

“disease”

• Seluruh penyakit pasti mempunyai gejala, dan walaupun faktor lain

dapat mempengaruhi gejala tersebut, mereka tidak berhubungan dengan

perkembangan atau manifestasi klinisnya

• Sehat adalah kondisi tanpa penyakit

• Gangguan jiwa, seperti gangguan emosi dan waham merupakan

gangguan yang terpisah dan tidak berhubungan dengan gangguan fisik

• Pasien merupakan korban sehingga tidak memiliki tanggung jawab atau

bukan penyebab timbulnya penyakit

• Pasien menerima pengobatan secara pasif, dan hanya diharapkan

kooperasinya terhadap pengobatan.


6

Di bidang psikiatri sendiri, model biomedis ini sangat sulit diterapkan oleh

karena gangguan mental merupakan proses kompleks yang melibatkan multifaktor.

Dalam segi tatalaksana penyakit, model biomedis menganggap bahwa gangguan

mental hanya disebabkan oleh suatu proses biologis dan pasti dapat diobati,

sehingga muncul pengobatan radikal seperti lobotomi.8,9

Secara keseluruhan, model biomedis berfokus pada penyakit infeksius yang

biasanya dapat diobati serta dapat dipahami patofisiologinya dengan jelas, serta

pengobatannya bersifat spesifik dan rasional. Sehingga dianggap dengan

menghilangkan sumber penyakit tersebut (seperti virus atau bakteri) penyakit pasti

sembuh. Secara etis, model biomedis ini bertujuan hanya untuk menyembuhkan

penyakit dan memperbaiki kelainan1,4

2.2 Model Biopsikososial

2.2.1 Definisi dan Riwayat Perkembangan Model Biopsikososial

Seiring berkembangnya waktu dan penyakit, banyak kritik mulai

bermunculan terhadap model biomedis. Model ini dianggap tidak dapat

menjelaskan berbagai bentuk penyakit. Kritik ditujukan terhadap 3 hal dari model

ini, yakni setiap penyakit dianggap hanya memiliki 1 penyebab; kelainan biologis

(bakteri, virus, atau kelainan pada struktur atau organ) pasti merupakan penyebab

utama dari sebuah penyakit; dan bila sumber penyakit tersebut dihilangkan maka

individu pasti kembali sehat.7


7

Pada artikel yang diterbitkan pada tahun 1977, George Engel mengutarakan

kritik mengenai model biomedis. Ia menguraikan keterbatasan pendekatan tersebut,

antara lain bagaimana gangguan mental hanya dianggap sebagai dampak dari

gangguan struktural atau fisik tanpa adanya peranan faktor lain. Model ini memiliki

keterbatasan dalam penerapannya terhadap penyakit-penyakit seperti skizofrenia,

dimana etiologinya tidak hanya berasal dari faktor biologis, melainkan antara

interaksi biologis dan psikologis yang dapat berpengaruh terhadap timbulnya

penyakit.1

Oleh sebab itu, Engel mengusulkan perlunya model medis baru yang ia

karakteristikkan sebagai ‘model biopsikososial’. Engel mengusulkan untuk

memperluas pendekatan biomedis untuk memasukkan psikososial tanpa

menghilangkan kelebihan pendekatan biomedis, sehingga pasien yang sakit tidak

hanya dirawat dari sudut pandang penyakitnya, namun juga dari sudut pandang

psikologis dan sosial.1,10

Model biopsikosial sendiri didefinisikan sebagai model yang memahami

bahwa suatu penyakit dan kelainan dipengaruhi oleh berbagai faktor dari beberapa

tingkatan, mulai faktor molekular hingga lingkungan. Secara praktis, model ini juga

diartikan sebagai model yang memahami bahwa keluhan dan pengalaman yang

dialami pasien sebagai salah satu faktor penentu diagnosis, prognosis dan

tatalaksana.11

Pada model biopsikososial, tenaga medis mengintegrasikan faktor

psikologis dengan faktor biologis dan data dari tingkat sosial untuk membangun
8

model biopsikososial dari tiap pasien (Gambar 1). Berdasarkan bagan tersebut,

diketahui bahwa tiap tingkat dari hirarki berjalan sesuai dengan sistemnya masing-

masing (contoh: jaringan dan organ pada tingkat biologis). Namun, integrasi dari

semua sistemlah yang merupakan hal penting dalam pemahaman perjalanan

biopsikososial pasien1.

Gambar 1. Representasi skematik dari hierarki model biopsikososial oleh Engel.1,3

2.2.2 Kelebihan Model Biopsikososial

Sejak awal model biopsikososial diperkenalkan, pelayanan kesehatan di

seluruh dunia mulai berpindah. Awalnya pelayanan kesehatan berfokus pada

penyakit akut dan yang dapat disembuhkan saja, namun seiring dengan
9

perkembangannya, pelayanan kesehatan mulai berfokus pada penyakit kronis,

selain itu juga berfokus pada evidence-based medicine. Penyakit kronis tidak dapat

dicakup oleh model biomedis, sebab penyakit kronis umumnya tidak dapat

disembuhkan dan memiliki berbagai penyebab (multifaktorial) serta pengidap

penyakit kronis biasa memiliki lebih dari 1 penyakit yang berbeda

(multimorbiditas). Selain itu, evidence-based medicine juga menentang model

biomedis karena berbasis pada argumentasi berdasarkan penelitian ilmiah

dibanding dengan argumentasi logis belaka.4

Selain itu, batasan mengenai definisi “sakit” dan “sehat” harus melibatkan

faktor kultural, sosial dan psikologis. Dengan melibatkan faktor-faktor tersebut,

seorang dokter dapat benar-benar menjelaskan bagaimana seseorang merasakan

“sakit”, dan dapat membedakannya dengan keluhan yang dianggap “bukan

penyakit” oleh orang lain (seperti reaksi emosi terhadap masalah atau keluhan

somatik lain).1 Model biopsikososial menekankan bahwa pengalaman dan keluhan

pasien merupakan kunci utama dalam membentuk aliansi terapeutik yang baik

antara dokter dan pasien.12

Pada model biomedis, suatu sumber penyakit dianggap menyebabkan

kelainan pada variable biologis yang dapat diukur (pemeriksaan lab, EKG,

rontgen). Hal ini sepenuhnya mengabaikan faktor sosial dan psikologis dalam

penanganan suatu penyakit. George Engel (1977) menyatakan bahwa dengan

adanya pemahaman seperti ini, maka orang dengan hasil lab positif tanpa gejala

akan diberikan pengobatan, sedangkan orang dengan hasil lab negative dengan

gejala akan dihiraukan.1,3,10 Pada model biopsikososial, pendekatan biomedis tetap


10

dilakukan, hanya saja faktor psikososial juga harus disertakan tanpa mengurangi

aspek pendekatan secara biomedis sehingga pasien tetap akan mendapat tatalaksana

penyakitnya, namun juga tatalaksana di bidang psikologis dan sosial yang relevan

dengan penyakitnya.3

2.2.3 Kritik Terhadap Model Biopsikososial

Kritik utama dari model biopsikososial jatuh ke dalam tiga kategori besar yang

saling tumpang tindih13:

1. Model ini terlalu didefinisikan secara samar dan abstrak sehingga tidak

dapat diuji. Sejumlah penulis menyebutkan bahwa batasan utama model ini

adalah konsepnya yang abstrak dan sulit diaplikasikan.14-16 Model

biopsikososial ini juga memiliki definisi yang tidak sesuai dengan definisi

model yaitu representasi dari ide atau teori yang dapat diuji secara empiris

dan memiliki kekuatan prediksi dan/atau penjelasan. 17

2. Cakupan model terlalu umum dan sulit diaplikasikan dalam praktik. Hal ini

terutama karena model biopsikososial dianggap tidak spesifik dalam

menentukan bagaimana menggali informasi yang relevan dari pasien. 16

Sehingga yang ditakutkan adalah akan banyak sekali data biopsikososial

yang didapat dan hal ini akan sangat memakan waktu sehingga kurang

efisien.

3. Model ini tidak menyertakan metode untuk mengidentifikasi data

biopsikososial yang relevan. Beberapa penulis mencatat bahwa model ini

berfokus pada kebutuhan untuk memperoleh informasi biopsikososial tanpa

memberikan panduan metodologis untuk membantu proses ini. 17,18 Pada


11

beberapa penyakit yang tidak diketahui etiologi pastinya, akan sulit untuk

memilih faktor yang paling berperan. Dalam hal ini, para kritikus juga

menunjukkan bahwa model tersebut tidak menunjukkan tingkat analisis

(biologis, psikologis, atau sosial) apa yang harus diprioritaskan atau

kapan.16

2.3 Penerapan Model Biopsikososial pada Ilmu Kedokteran Jiwa

Pada ilmu kedokteran jiwa, penjelasan psikologis dan ilmiah keduanya

sangatlah penting dalam mengkonseptualisasi masalah pada pasien. Gangguan jiwa

merupakan masalah yang kompleks, sehingga salah satu faktor atau model saja

tidak akan cukup untuk mengkonseptualisasi segala hal yang relevan terhadap

perkembangan penyakit seorang individu. Kebutuhan pasien juga berbeda,

sehingga dengan adanya model biopsikososial, diharapkan kebutuhan pasien akan

pengobatan dapat terpenuhi. Sebagai contohnya pasien dengan depresi, pengobatan

dengan antidepresan atau psikoterapi tidaklah cukup. Namun, bila kedua

pengobatan tersebut digabungkan, maka hasilnya akan jauh lebih baik. Maka dari

itu, dibutuhkanlah model biopsikososial.5

Dengan model biopsikososial, kita juga mengumpulkan data yang penting

pada pasien seperti sosiodemografis dan relasi interpersonal. Dengan adanya data-

data tersebut, dapat dikembangkan formulasi diagnostik yang lebih baik, serta dapat

digunakan untuk penelitian. Hal ini disebabkan formulasi diagnostik dalam ilmu

kedokteran bukan menggunakan disease based model namun merupakan pattern


12

recognition model, dalam arti individu dengan diagnosis yang sama memiliki pola

tertentu yang membedakan mereka dengan diagnosis lain. 5

Pada model biomedis, dokter mengobati penyakit berdasarkan kelainan

biologis yang dapat diidentifikasi dan secara jelas berbeda dari normal. Namun,

pandangan tersebut ternyata tidak dapat diterapkan sekarang ini. Contohnya saja

pada pasien dengasn kondisi medis seperti hipertensi tanpa kelainan atau keluhan

lain, kondisi hipertensi ini bisa saja dikategorikan sebagai penyakit ataupun tidak.

Sama halnya dengan kehamilan. Kehamilan dan hipertensi merupakan kondisi yang

tidak dianggap penyakit, namun merupakan kondisi yang memiliki resiko untuk

menimbulkan penyakit atau gangguan, sehingga dibutuhkan pemeriksaan medis.

Borrel-Cario, et al (2004) menyatakan bahwa faktor biopsikososial

dibutuhkan karena kompleksnya suatu penyakit, contohnya skizofrenia. Dalam

skizofrenia, timbulnya gejala dapat didasari dari berbagai faktor, bukan hanya 1

faktor saja. Dengan memahami berbagai faktor tersebut, kita dapat menentukan

terapi terbaik yang cocok dengan setiap individu.11

Kondisi stres memodifikasi respons imunologis dan mempengaruhi

kepatuhan pengobatan. Ketidakpatuhan minum obat, serta dukungan psikososial

yang kurang, dapat menyebabkan terhambatnya pemulihan fungsi psikososial,

kekambuhan gangguan, dan biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi.

Psikoedukasi pasien dan kerabat mereka dengan penerapan model biopsikososial

memainkan peran penting dalam terapi psikiatri, dan itu juga dapat diterapkan

melalui Internet dalam bingkai telepsikiatri.19


13

Hasil dari studi neuroimaging telah menunjukkan bahwa berbagai jenis

pengalaman manusia, traumatis atau terapeutik, memiliki pengaruh pada fungsi

otak. Psikoterapi dapat memodifikasi koneksi neuronal otak, sehingga dianggap

tidak hanya mengobati faktor psikososial, namun juga faktor biologis. 19

Alvarez, et al (2012) membagi 3 aplikasi biopsikosial dalam ilmu psikiatri,

yakni20:

1. Model biopsikososial menjadi dasar terapi kombinasi yang beragam dalam ilmu

psikiatri, seperti pemberian farmakoterapi dan psikoterapi.

2. Model biopsikososial sebagai sebuah proses reflektif, yakni model

biopsikososial menuntut psikiater untuk dapat memahami dan menginterpretasi

masalah yang dialami pasien, sehingga dengan itu kebutuhan setiap individu

yang berbeda akan terpenuhi.

3. Model biopsikososial sebagai dasar pendidikan, contohnya dalam evidence-

based medicine, komunikasi dokter pasien, kedokteran psikosomatik,

psikoterapi dan etika kedokteran.


Bab III

SIMPULAN

Model biopsikososial merupakan model medis yang cocok untuk diterapkan

dalam ilmu kedokteran, khususnya psikiatri. Hal ini karena setiap penyakit atau

kelainan memiliki faktor penyebab yang kompleks dan bervariasi. Selain itu, setiap

individu dengan penyakit yang sama sangatlah mungkin memiliki faktor resiko

yang berbeda-beda, maka dengan memahami konsep dari model biopsikososial ini,

kita dapat lebih paham akan kebutuhan pasien dan dapat memberikan terapi yang

terbaik untuk pasien.

Pada zaman sekarang, praktik kedokteran tidaklah hanya berfokus pada

penyakit akut, namun juga pada penyakit kronis, dimana berbagai faktor dapat

memperburuk kondisi. Selain itu, peranan faktor selain biologis terhadap

perkembangan penyakit dan respon individu terhadap penyakit tersebut sangatlah

dibutuhkan. Model biopsikososial juga menjadi dasar dari evidence-based medicine

yang kita terapkan sekarang, dimana proses penyakit tidak hanya dijelaskan dari

argumentasi yang logis, namun harus juga melalui proses penelitian dan dibuktikan

secara ilmiah.

Oleh sebab itu, penting bagi para psikiater dan juga calon psikiater dalam

memahami dan menerapkan model biopsikososial dalam menjalani pendidikan

serta dalam praktek sehari-hari, khususnya dari awal membangun komunikasi dan

hubungan dengan pasien, hingga diagnosis dan tatalaksana secara keseluruhan.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Engel GL. The need for a new medical model: a challenge for biomedicine.

Science. 1977 Apr 8;196(4286):129-36.

2. Swaine Z. Medical Model. Dalam: Kreutzer JS, DeLuca J, Caplan B, editor.

Encyclopedia of Clinical Neuropsychology. New York, NY: Springer New

York; 2011. hlm. 1542-3.

3. Farre A, Rapley T. The New Old (and Old New) Medical Model: Four

Decades Navigating the Biomedical and Psychosocial Understandings of

Health and Illness. Healthcare (Basel). 2017;5(4):88.

4. Fuller J. The new medical model: a renewed challenge for biomedicine.

CMAJ. 2017;189(17):E640-E1.

5. Huda AS. The medical model and its application in mental health. Int Rev

Psychiatry. 2021 Aug;33(5):463-70.

6. Mueller RH. The origin and development of the medical model of

psychopathology. 1970.

7. Wade DT, Halligan PW. Do biomedical models of illness make for good

healthcare systems? Bmj. 2004;329(7479):1398-401.

8. Deacon BJ. The biomedical model of mental disorder: a critical analysis of

its validity, utility, and effects on psychotherapy research. Clin Psychol Rev.

2013 Nov;33(7):846-61.

9. Terrier L-M, Lévêque M, Amelot A. Brain Lobotomy: A Historical and

Moral Dilemma with No Alternative? World Neurosurgery. 2019

2019/12/01/;132:211-8.

15
10. Engel GL. The clinical application of the biopsychosocial model. Am J

Psychiatry. 1980 May;137(5):535-44.

11. Borrell-Carrió F, Suchman AL, Epstein RM. The biopsychosocial model 25

years later: principles, practice, and scientific inquiry. Ann Fam Med. 2004

Nov-Dec;2(6):576-82.

12. Guillemin M, Barnard E. George Libman Engel: The Biopsychosocial

Model and the Construction of Medical Practice.2015. hlm. 236-50.

13. Smith RC, Fortin AH, Dwamena F, Frankel RM. An evidence-based

patient-centered method makes the biopsychosocial model scientific.

Patient Educ Couns. 2013 Jun;91(3):265-70.

14. Malmgren H. The theoretical basis of the biopsychosocial model.2005. hlm.

21-38.

15. The Second Medical Revolution: From Biomedicine to Infomedicine,

Laurance Foss and Kenneth Rothenberg. 1987. Shambhala, Boston, MA.

300 pages. ISBN: 0-87773-394-5. $22.50. Bulletin of Science, Technology

& Society. 1988;8(3):341-.

16. Ghaemi SN. The rise and fall of the biopsychosocial model. Br J Psychiatry.

2009 Jul;195(1):3-4.

17. McLaren N. A Critical Review of the Biopsychosocial Model. Australian &

New Zealand Journal of Psychiatry. 1998;32(1):86-92.

18. Freudenreich O, Kontos N, Querques J. The muddles of medicine: a

practical, clinical addendum to the biopsychosocial model. Psychosomatics.

2010 Sep-Oct;51(5):365-9.

16
19. Papadimitriou G. The "Biopsychosocial Model": 40 years of application in

Psychiatry. Psychiatriki. 2017 Apr-Jun;28(2):107-10.

20. Álvarez AS, Pagani M, Meucci P. The clinical application of the

biopsychosocial model in mental health: a research critique. Am J Phys Med

Rehabil. 2012 Feb;91(13 Suppl 1):S173-80.

17

Anda mungkin juga menyukai