Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama untuk mencapai
derajat kesehatan yang lebih baik di wilayah kerjanya.1 Puskesmas merupakan kunci dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat melalui pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga merupakan strategi pendekatan pelayanan terintergrasi antara Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang didasari oleh
data dan informasi profil kesehatan keluarga.

Pendekatan keluarga sehat yang dapat dilakukan melalui kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan. Dengan melakukan kunjungan rumah ini petugas kesehatan bukan hanya
mengumpulkan data kesehatan keluarga melainkan petugas dapat mengenali masalah
kesehatannya, upaya mengatasinya serta memberikan motivasi agar keluarga di wilayah kerja
puskesmas tersebut mampu melakukan upaya pencegahan serta peningkatan status kesehatan
keluarganya dengan megoptimalkan potensi atau kemampuan yang dimilikinya.

Dalam rangka mendukung Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga yang
merupakan salah satu dari Agenda ke-5 Nawa Cita yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia. Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga (PIS-PK) ini
dituangkan dalam penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional 2015-
2019, melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Puskesmas Bangko merupakan salah satu Puskesmas di kota Bangko Kabupaten


Merangin yang telah menjalankan program PIS-PK sejak tahun 2017, mengingat pentingnya
Program PIS-PK untuk meningkatkan kualitas hidup serta mendukung program pemerintah
dalam menjalankan satu agenda ke-5 Nawa Cita, oleh karena perlunya dilakukan Re-Evaluasi
Program PIS-PK tahun 2019 diwilayah kerja Puskesmas Bangko.

Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan adanya distorsi realita,
disorganisasi, dan kemiskinan psikomotor Gejala psikotik ditandai oleh abnormalitas dalam
1
bentuk dan isi pikiran, persepsi, emosi, motivasi, neurokognitif, serta aktivitas motorik. Gejala
pada skizofrenia sering kali dikenal sebagai gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif
meliputi waham, halusinasi, dan gangguan pikiran formal. Gejala negatif merefleksikan tidak
adanya fungsi yang pada kebanyakan orang ada. Tampil dalam bentuk kemiskinan
pembicaraan, penumpulan dan pendataran afek, anhedonia, penarikan diri secara sosial,
kurangnya inisiatif atau motivasi, dan berkurangnya atensi.1

Pada tahun 2017, skizofrenia menjangkit hampir 20 juta orang di seluruh dunia.2 Menurut
data dari Riskesdas tahun 2018, prevalensi rumah tangga yang memiliki anggota rumah
tangga dengan gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis di Indonesia sebesar 6,7 permil, dan
untuk di Provinsi Jambi sendiri mencapai 6,58 permil

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian
ini adalah upaya peningkatan pelayanan kesehatan jiwa terhadap pasien skizofrenia di wilayah
kerja Puskesmas Bangko kabupaten Merangin berdasarkan data PIS-PK Tahun 2020.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pelayanan kesehatan jiwa terhadap pasien skizofrenia di
wilayah kerja Puskesmas Bangko Kabupaten Merangin Tahun 2020
.
1.3.2 Tujuan Khusus
2. Untuk mengidentifikasi masalah dalam pelayanan kesehatan jiwa terhadap pasien skizofrenia
di wilayah kerja Puskesmas Bangko.
3. Untuk menentukan prioritas masalah dalam pelayanan kesehatan jiwa terhadap pasien
skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas bangko.
4. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah yang dominan dalam upaya
pelayanan kesehatan jiwa terhadap pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Bangko.
5. Untuk mencari dan menentukan alternatif pemecahan masalah dalam upaya pelayanan
kesehatan jiwa terhadap pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Bangko.
6. Untuk menentukan pemecahan masalah terpilih dalam pelaksanaan dalam upaya pelayanan
kesehatan jiwa terhadap pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Bangko.
2
7. Untuk menentukan rencana usulan kegiatan untuk pemecahan masalah terpilih dalam
pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan jiwa terhadap pasien skizofrenia di wilayah kerja
Puskesmas Bangko.
8. Untuk menentukan rencanan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan upaya pelayanan
kesehatan jiwa terhadap pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Bangko.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat hasil penelitian yaitu:
1. Bagi Peneliti
Penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan mengenai upaya pelayanan kesehatan
jiwa terhadap pasien skizofrenia.
2. Bagi Puskesmas
Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan jiwa terhadap pasien skizofrenia
3. Bagi Masyarakat
Penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan mengenai skizofrenia dan mengetahui serta
sadar akan adanya upaya dalam pelayanan kesehatan jiwa terhadap pasien skizofrenia. .

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Skizofrenia


Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan adanya distorsi realita,
disorganisasi, dan kemiskinan psikomotor Gejala psikotik ditandai oleh abnormalitas dalam
bentuk dan isi pikiran, persepsi, emosi, motivasi, neurokognitif, serta aktivitas motorik. Gejala
pada skizofrenia sering kali dikenal sebagai gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif
meliputi waham, halusinasi, dan gangguan pikiran formal. Gejala negatif merefleksikan tidak
adanya fungsi yang pada kebanyakan orang ada. Tampil dalam bentuk kemiskinan
pembicaraan, penumpulan dan pendataran afek, anhedonia, penarikan diri secara sosial,
kurangnya inisiatif atau motivasi, dan berkurangnya atensi.1

2.2. Epidemiologi
Menurut WHO, mengambil data dari The Lancet, skizofrenia menjangkit hampir 20 juta
orang di seluruh dunia pada tahun 2017.2 Menurut data dari Riskesdas tahun 2018, prevalensi
rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga dengan gangguan jiwa atau psikosis di
Indonesia sebesar 6,7 permil, dan untuk di Provinsi Jambi sendiri mencapai 6,58 permil, serta
khususnya di Kota Jambi mencapai 7,36 permil. 3, 4

2.3 Etiologi

Skizofrenia didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal namun katagori


diagnostiknya mencakup sekumpulan gangguan, mungkin dengan kausa yang heterogen, tapi
dengan gejala perilaku yang sedikit banyak yang serupa .

Faktor-faktor yang menyebabkan skizofrenia, antara lain :

1. Faktor Genetik

Dapat dipastikan bahwa terdapat kontribusi genetik pada beberapa, atau seluruh
bentuk skizofrenia. Sebagai contoh, pada individu yang memiliki saudara dengan kelainan
skizofrenia akan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk terpapar skizofrenia juga
daripada individu yang tidak memiliki saudara dengan skizofrenia. Kemungkinan tersebut
berhubungan dengan tingkat kedekatan individu dan saudaranya yang menderita skizofrenia.6

4
2. Faktor Biokimia

Faktor biokimiawi terdiri atas aktivitas dopamine. Skizofrenia disebabkan karena


terlalu banyaknya aktivitas dopaminergic. Neuron dopaminergic dalam jalur mesokortikal dan
jalur mesolimbic berjalan dari badan selnya diotak tengah menuju neuron dopaminergic di
sistem limbik dan korteks serebral. 7

3. Faktor Psikososial

Faktor ketiga stressor psikososial adalah setiap keadaan yang menimbulkan perubahan
dalam hidup seseorang sehingga memaksa seseorang untuk melakukan penyesuaian diri, guna
menanggulangi stressor (tekanan mental). Masalah stressor psikososial dapat digolongkan
dalam masalah perkawinan, masalah hubungan interpersonal. Faktor keluarga dan faktor
psikosial lain (penyakit fisik, korban kecelakaan atau bencana alam, masalah hukum,
perkosaan, dan lain-lain).8

2.4 Patofisiologi

Hipotesis dopamin, teori patofisiologi tertua, mengemukakan bahwa psikosis


disebabkan oleh dopamin berlebihan di otak. Hipotesis ini mengikuti penemuan bahwa
klorpromazin, obat antipsikotik pertama, adalah antagonis dopamin postsinaps 9

5
Gambar 2.2.Jalur dopaminergik pada otak manusia (Crocker, 1994)

Dopamin adalah modulator neurotransmiter yang lama dipahami memainkan peran


penting dalam skizofrenia. Empat jalur dopamin utama telah terlibat dalam neurobiologi
skizofrenia dan efek samping obat antipsikotik: (1) mesolimbik, (2) mesokorteks, (3)
nigrostriatal, dan (4) tuberoinfundibular.

a. Hiperaktif jalur dopamin mesolimbik dapat mendasari beberapa gejala positif


skizofrenia. Proyek jalur dopamin mesolimbik memproyeksikan dari sel-sel tubuh
dopaminergik di daerah tegmental ventral batang otak ke terminal akson di salah satu daerah
limbik otak, yaitu nucleus accumbens pada striatum ventral. Jalur ini diperkirakan memiliki
peran penting dalam beberapa perilaku emosional, termasuk gejala positif psikosis, seperti
delusi dan halusinasi. Jalur dopamin mesolimbik juga penting untuk motivasi, kesenangan,
dan penghargaan.

6
Gambar 2.2.Jalur dopaminergik pada otak manusia (Crocker, 1994)

b. Jalur mesokorteks juga muncul dari batang otak namun diproyeksikan ke daerah
korteks. Gejala negatif dan kognitif skizofrenia mungkin terkait dengan penurunan aktivitas di
jalur mesokorteks, yang dapat menyebabkan penurunan neurotransmisi dopamin di daerah
korteks seperti korteks prefrontal.

c Proyek jalur nigrostriatal dari substantia nigra ke ganglia basal. Jalur dopamin
nigrostriatal adalah bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal, dan mengendalikan gerakan
motorik. Kekurangan dalam dopamin di jalur ini menyebabkan gangguan gerakan termasuk
penyakit Parkinson, ditandai dengan kekakuan, akinesia/bradikinesia, dan tremor.

d Jalur tuberoinfundibular, yang memproyeksikan dari hipotalamus ke hipofisis


anterior. Biasanya, neuron ini aktif dan menghambat pelepasan prolaktin.10

7
2.5 Gejala

Tsuang membagi dua gejala skizofrenia secara garis besar : gejala positif dan gejala
negatif Gejala negatif muncul dan mendominasi pada fase “prodromal‟ dan “residual‟ dari
skizofrenia.

Gejala positif diartikan secara umum sebagai tingkah laku yang tidak ditemui di orang
normal, sedangkan gejala negatif adalah gejala-gejala yang berhubungan dengan tingkah laku
pasif pasien namun cenderung tidak terlihat dan diabaikan oleh orang-orang sekitar. Gejala
positif muncul dan mendominasi tingkah laku paseien pada fase “aktif” skizofrenia.

a. Gejala Negatif

Gejala Negatif Skizofrenia mencakup afek mendatar atau menumpul, miskin bicara
(alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat diri, kurang motivasi, anhedonia, dan
penarikan diri secara social. Gejala negatif dari pasien skizofrenia cenderung berkaitan
dengan gangguan ekspresi emosi dan kurangnya kapasitas pasien untuk merespon lingkungan
di sekitar pasien yang sebagian besar bersifat dinamis.

b. Gejala Positif

Gejala-gejala ini meliputi delusi/waham, halusinasi, dan ilusi. Berdasarkan dari letak
gangguan, gejala-gejala positf ini bisa diklasifikasikan sebagai:

1. Gangguan persepsi : Mengganggu persepsi, atau kemampuan untuk menyadari


stimulus yang datang melalui indera.

2. Gangguan kognitif : Mempengaruhi pemrosesan informasi

3. Gangguan emosi atau motorik : Karena gejala-gejala ini sangat mudah untuk
dikenali, bahkan oleh orang awam, gejala-gejala positif ini memiliki peran
penting dalam membangun gambaran umum pasien skizofrenia.

Halusinasi auditorik adalah kelainan persepsi yang paling umum terjadi pada kasus
skizofrenia. Sering sekali, halusinasi auditori ini datang dalam bentuk suara-suara yang
terkadang memberikan komentar dan menyisipkan persepsi tersendiri pada pasien skizofrenia.
8
Beberapa bentuk halusinasi lain diantaranya : Halusinasi visual, halusinasi penciuman
(misalnya mencium wewangian), ataupun halusinasi somatik yang merupakan persepsi pasien
terhada organ tubuhnya. Ilusi diartikan sebagai persepsi yang muncul sebagai respon dari
stimulus-stimulus tertentu (sebagai contoh, pasien skizofrenia menganggap takut dengan tali
karena menganggap talisebagai ular). Delusi/waham merupakan kepercayaan yang salah atau
keyakinan palsu yang dianut pasien secara sadar tanpa adanya stimulus dari luar.11

2.6 Tilikan

Insight/Tilikan adalah kesadaran dan pemahaman pasien terhadap keadaan sakitnya.

Derajat insight.

1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit

2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan tetapi
menyangkal pada saat bersamaan

3.Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar, medis atau
faktor organik yang tidak diketahui.

4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada dirinya

5. Tilikan intelektual, yaitu pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan
dalam penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu, tanpa
menerapkan pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang.

6. Tilikan emosional yang sebenarnya yaitu kesadaran emosional terhadap motif-


motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala. Ada kesadaran yang
menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang.
Keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan orang-
orang penting dalam kehidupannya.12

2.7 Tingkat Pengetahuan dan Persepsi


Tingkat pengetahuan adalah hasil pemahaman yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhap objek tertentu. Pengetahuan merupakan sesuatu yang
sangat penting untuk membentuk perilaku terbuka dalam bersosial. Pengetahuan adalah

9
domain yang sangat penting terhadap tindakan seseorang. Tingkatan pengetahuan dalam
domain kognitif mencakup. 13

a. Tahu
Tahu adalah tingkatan yang paling rendah. Seseorang dikatakan tahu jika dapat
menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan dan menyatakan, tahu adalah mengingat
materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan materi
dengan benar.
c. Penerapan
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
kondisi nyata.
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan materi atau objek ke dalam komponen
kecil, tetapi masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
e. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan komponen dalam bentuk
keseluruhan yang baru
f. Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan melakukan penilaian terhadap materi atau objek.
Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang didahului
oleh perhatian sehingga masyarakat mampu mengetahui dan mengartikan tentang hal yang
diamati baik dari luar maupun dalam diri. Persepsi orang tentang penyakit mental memiliki
pengaruh pada sikap terhadap orang yang sakit mental.14

2.8 Proses Terjadinya Pengetahuan Dan Persepsi

Proses terbentuknya pengetahuan berlangsung secara aktif dan dinamis. Faktor seperti
pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif, dan lingkungan sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan.13 masuknya perhatian berasal dari beberapa faktor eksternal yang
terdiri dari ukuran, kontras, intensitas, gerakan dan sesuatu yang baru dan faktor internal yaitu
proses stimulus oleh apa yang terjadi diluar dirinya melalui penginderaan seperti mata, kulit,
lidah, telinga, dan hidung tetapi tidak semua memiliki kekuatan penginderaan yang
10
sama.persepsi kemudian dilanjutkan dengan proses kognisi yaitu individu yang memiliki
tingkat kognisi yang buruk cenderung akan memiliki presepsi yang buruk terhadap objek
yang dipersepsikan.10

2.9 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dan Perspsi

Faktor terbentuknya pengetahuan dimulai dari seseorang belajar yang akan


menghasilkan pengalaman dengan realitas baik, realitas buruk, realitas pribadi, alam, maupun
realitas sosial. Dalam pengambilan keputusan pengetahuan yang dimiliki seseorang berperan
penting.13 faktor terbentuknya persepsi dimulai dari mempersiapkan stimulus visual visual
berupa bentuk yang akan menggolongkannya menjadi dua bagian yaitu objek dan latar. Objek
adalah bentuk yang masuk dalam perhatian, seperti benda. Latar adalah suatu tanpa bentuk
yang membantu mentapkan lokasi dari objek yang kita lihat. Terhadap dua faktor yang
mempengaruhi persepsi yang pertama yaitu faktor eksternal adalah karakteristik dari objek
persepsi yang terdiri dari kontras, sesuatu yang baru dan sesuatu yang menjadi perhatian
orang banyak dan faktor internal adalah bagaimana seseorang menginterprestasikan stimulus
yang dilihat karena stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda pada orang
dengan skizofrenia. Faktor internal terdiri dari pengalaman atau pengetahuan, kebutuhan, dan
dukungan.14

11
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

3.1 Profil Puskesmas Bangko


1. Deskripsi Singkat Puskesmas Bangko
Gambaran umum Puskesmas Bangko adalah:
a. No. KodePuskesmas : 05050101
b. No. Kode Pos : 37312
c. No Telp. : 0746-21265
d. Nama Puskesmas : Bangko
e. Kecamatan : Bangko
f. Kabupaten : Merangin
g. Provinsi : Jambi

Puskesmas bangko mempunyai luas wilayah kerja ±384 km² yang terdiri dari 2 kelurahan
dan 2 desa yang berada tepat di kota bangko yang berarti aksesnya cukup mudah dijangkau
dari semua desa. Adapun nama-nama desa di wilayah kerja puskesmas bangko sebagai
berikut:

Tabel 3.1 Nama-nama Desa Wilayah Kerja Puskesmas Bangko


Nama Kecamatan Nama Desa/ Kelurahan Jumlah Dusun/ Lingkungan
Kecamatan Bangko Kel. Pasar AtasBangko 5 Lingkungan
Kel. Pasar Bangko 5 Lingkungan
Desa Sungai Kapas 6 Dusun
Desa Kungkai 6 Dusun

Umumnya geografi desa berbukit dan sedikit dataran. Masing-masing desa dapat
ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Dengan jarak tempuh dari desa dengan
puskesmas berkisarantara 6-12 km, dengan waktu tempuh ±1 jam, 2 kelurahan yang berada di
pusat kota bangko merupakan jalur lintas sumatera yang mempunyai faktor resiko tinggi
terhadap masalah kesehatan.

12
Wilayah puskesmas bangko memiliki batas-batas wilayah sebagaiberikut:
Utara : berbatasan dengan Kelurahan pematang kandis
Selatan : berbatasan dengan desa kungkai
Timur : berbatasan dengan Kecamatan batang mesumai
Barat : berbatasan dengan Kecamatan bangko barat

Gambar 3.1 Peta Wilayah KerjaPuskesmasBangko

Distribusi jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko berjumlah 16.498


orang dan mayoritas mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Puskesmas Bangko
mempunyai sarana pelayanan sebagai berikut:

13
Tabel 3.2 SaranaPelayananPuskesmasBangko
No. Nama Sarana Jumlah Keterangan
1. Puskesmas 1 Puskesmas Bangko
2. Puskesmas Pembantu 1 Pustu Sungai Kapan
3. Polindes 1 Polindes Sungai Kapas
4. Mobil Ambulance 2
5. Sepeda Motor 7

Adapun sumberdaya tenaga petugas puskesmas bangko adalah dokter umum 5 orang,
doktergigi 1 orang, tenaga kesehatan masyarakat 9 orang, apoteker 1 orang, asisten apoteker 3
orang, perawat 12 orang, sarjana keperawatan 1 orang, perawat gigi 2 orang, bidan 27 orang,
nutrisionis 2 orang, administrasi 2 orang, LCPK 2 orang, sanitasi 1 orang, laboratorium 2
orang, dan cleaning service 2 orang.

Berdasarkan Surat Keputusan Kementrian Kesehatan No. 00128g/FKTP-Reg/VIII/2019


Tanggal 07 Oktober 2019, Puskesmas Bangko ditetapkan status akreditasi utama.

Motto Puskesmas Bangko adalah “Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, tulus dan
ikhlas”. Tata nilai Puskesmas Bangko adalah CAKAP, berikut penjabaran tata nilai
Puskesmas Bangko adalah:
1. Cepat. Setiap kegiatan haruscepat, tanggap dalam menyelesaikan permasalahan yang
ada.
2. Akurat. Akurat dalam memberikan pengobatan
3. Komunikatif. Komunikatif dalam memberikan informasi
4. Aman. Aman dalam bertindak berdasarkan prinsip keselamatan kerja
5. Prima. Prima dalam memberikan pelayanan kesehatan dengansenyum, salam, sapa
dan santun.

Adapun visi dari Puskesmas Bangko adalah “Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Dasar
Yang Berkualitas”. Untuk mencapai visi tersebut, maka Puskesmas Bangko menetapkan
misinya sebagai berikut :

1. Memberikan pelayanan yang bermutu, proaktif, terjangkau dan terintegrasi


2. Menjadikan puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat
14
3. Sebagai pusat penggerak peran serta masyarakat
4. Manajemen yang transparan pada setiap program.

Adapunjenis-jenis pelayanan yang ada di Puskesmas Bangko adalah :


1. Upaya Kesehatan Perorangan
a. Pelayanan pemeriksaan umum
b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
c. Pelayanan KIA/KB dan MTBS
d. Pelayanan administrasi
e. Pelayanan laboratorium
f. Pelayanan farmasi
g. Pemeriksaan IVA Test
h. Konsultasi (Sanitasi, Gizi, KIA/KB, Remaja)
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
a. Pelayanan KIA/KB
b. Pelayanan Promosi kesehatan
c. Pelayanan gizi
d. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
e. Pelayanan kesehatan lingkungan
3. Upaya Kesehatan Pengembangan
a. Pelayanan Kesehatan olahraga
b. Pelayanan Bina Kesehatan Kerja
c. Pelayanan Bina Kesehatan Tradisional
d. Pelayanan upaya kesehatan gigi masyarakat
e. Pelayanan kesehatan jiwa
f. Pelayanan Kesehatan Usila
g. Perawatan Kesehatan Masyarakat
h. Pelayanan P2 (IVA Test, PMS dan HIV-AIDS, Rabies)

4. Inovasi puskesmas
a. Santun Lansia
b. IVA Test dan CBE
15
c. Terapi berhenti merokok
d. Homecare.3

16

Anda mungkin juga menyukai