KAJIAN TENTANG
STRATEGI
MANAJEMEN AIR
LIMPASAN HUJAN
HUJAN
;
ii
CURAH HUJAN
MANFAAT AIR HUJAN
@)
gm.
RUN Ree SERN
}KONSEP ZERO DELTA Q
Zero Delta Q Policy (ZDQP) adalah suatu kebijakan untuk
mompertahankan besaran debit run off/debit limpasan
supaye tidak bertambah dari waktu ke waktu, dan
momperbesar kesempatan air untuk berinfiltrasi ke
dalam tanah.
Dalam penerapannya di lapangan, untuk merealisasikan
program Zero Delta Q Policy yaitu sebagai berikut;
1) Pembuatan sebuah kolam resapan
2) Pembuatan Aquifer Buatan Simpanan Air Hujan
(ABSAH) dan di wilayah chatment area saluran
3) Pembuatan sumur resapan d di sepanjang daerah
aliran saluran
KONSEP EKODRAINASE
Strategi lain yang dapat diterapkan diantaranya dengan
menorapkan drainase ramah lingkungan atau ekodrainase
yang memiliki prinsip pengendalian air limpasan dengan
cara ditampung dan diresapkan. Metode yang bisa
diterapken diantaranya lekasi konservasi diprain
harvesting, sumur resapan dan biopori
Metode yang digunakan yai
1) Ditahan dengan cara melakukan konn:
tanamon keras/berakar kokoh dan kuat
2) Dialirkan terlebih dahulu ke penampungan, misalnya
untuk diresapkan di waduk/kelam tampungan (pela
rel bagai upaya pengawetan/konsorvasi air)
3) Selanjutnya kelebihan limpasan airnya dialirkan ke
badan air terdekat
rvasi huten oteu
PENGENDALIAN LIMPASAN PERMUKAAN
BERBASIS KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
Upeya pengendalian limpasan permukaan di lahan pada
konsop ini dilakukan dengan konservasi lohan, dengan
metode Vegetatil, Mekanis, den Konstruktif. Lokasi
konservasi yang patut diprioritaskan adalah lokesi
dongon status sangat kritis. Lokasi ini bise diperoteh
melalui analisa kondisi lahan dengan tinjauan
pengendalian banjir. Konservosi metode mekanis juga
bise dilakukan dengan pembuctan teras bangku di kebun
dan ladang, pombuatan lubeng resapon, dan peninggian
pemateng sawah. Adapun konservesi metodo kenstruktif.
Dimana model konservasi ini dilakukan dengen
pembuatan Sumur Resopen Fungsi Ganda di kawasen
ladang dan sawah, seria pembuatan Gully Plug dan
Cekhdam di anak-anak sungai badan air terdeketProsiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2021 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 20 Maret 2021
KAJIAN TENTANG STRATEGI MANAJEMEN AIR LIMPASAN HUJAN
Zahra’, Suci Elvira’
"Program Magister Arsitektur Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail :'zahral112@ student.unsrat.ac.id,’sucielviral 112 @student.unsrat.ac.id
ABSTRACT
Green open land is decreasing day by day, it's due to areas that have not yet been developed into areas or
in other words, changes in land use are increasing. These changes have a real impact on reducing the natural
absorption zone of rainwater, so that when it rains, the rainwater will quickly turn into runoff. Rainwater that
initially has many opportunities or opportunities to seep into the soil, but due to changes in land use or use, as well
as land hardening, the opportunity for water to seep into the soil is lost or greatly reduced. Several strategies are
needed to manage rainwater runoff in order to maintain water with water quality, rainwater with surface water
and groundwater, which is achieved by managing land use with water use. Techniques or methods that can be used
include rainwater infiltration areas, biopore infiltration holes, landscape modification, rainwater reservoirs, rain
gardens, injection wells and infiltration wells.
Keywords : rainwater, runoff strategies, land use
INTISARI
Lahan terbuka hijau kian hari kian berkurang, hal ini disebabkan oleh kawasan yang belum terbangun
menjadi kawasan atau dengan kata lain perubahan penggunaan lahan yang kian meningkat. Perubahan tersebut
memberikan dampak nyata terhadap berkurangnya zona penyerapan air hujan secara alami, sehingga apabaila
hujan turun maka air hujan akan dengan cepat berubah menjadi air limpasan. Air hujan yang awalnya
mempunyai banyak kesempatan atau peluang untuk meresap ke dalam tanah, namun akibat perubahan fungsi atau
penggunaan lahan, serta pengerasan lahan, maka kesempatan air untuk meresap ke dalam tanah menjadi hilang
atau jauh berkurang. Bberapa strategi diperlukan untuk memanajemen limpasan air hujan agar menjaga air
dengan kualitas air, air hujan dengan air permukaan dan air bawah tanah yang dicapai dengan upaya pengolaan
penggunaan lahan (land use) dengan pendayagunaan air (water use). Teknik atau metode yang dapat digunakan
antara lain areal resapan air hujan, lubang resapan biopori, modifikasi lansekap, penampungan air hujan, rain
garden, sumur injeksi, dan sumur resapan.
Kata kunci : air hujan, strategi limpasan, penggunaan lahan
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Climate Change atau perubahan iklim menjadi sebuah kenyataan yang saat ini telah terjadi dan dihadapi
oleh dunia. Hal ini dapal dilihat pada fenomena yang terjadi diantaranya fenomena peningkatan suhu global,
perubahan pola curah hujan, peningkatan kejadian cuaca ekstrem, serta permukaan air laut yang semakin
meningkat dan mencairnya lapisan es di kutub (Stone, 2010).
Untuk area perkotaan yang mana memiliki tipologi land use yang didominasi dengan perkerasan pastinya
akan sangat terpengaruh dengan fenomena perubahan iklim ini. Peningkatan area perkerasan membuat daerah
tangkapan dan resapan air terus berkurang sehingga sebuah kota sangat dituntut agar mampu mengatur
manajemen limpasan air hujan secara efisien.
Hujan sendiri dapat digambarkan sebagai sebuah siklus pergerakan air di lingkungan. Sebagai sebuah
siklus, pastinya memiliki sebuah tolak ukur keseimbangan diantaranya air masuk dan keluar adalah sama atauProsiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2021 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 20 Maret 2021
saling berkaitan. Berdasarkan ilustrasi diatas, diketahui bahwa permukaan tanah sebagai resapan air sangatlah
berpengaruh. Dampak utama dari resapan air ketanah ini adalah pengaruhnya terhadap ketersediaan air bersih.
Dalam konteks pembangunan kawasan, pertambahan zona terbangun artinya berkurangnya zona resapan
air, diwaktu yang sama volume run-off water (air hujan yang mengalir diatas permukaan) semakin bertambah.
Lahan terbuka hijau kian hari kian berkurang, hal ini disebabkan oleh kawasan yang belum terbangun menjadi
kawasan atau dengan kata lain perubahan penggunaan lahan yang kian meningkat. Perubahan tersebut
memberikan dampak nyata terhadap berkurangnya zona penyerapan air hujan secara alami, sehingga apabaila
hujan turun maka air hujan akan dengan cepat berubah menjadi air limpasan. Air hujan yang awalnya
mempunyai banyak kesempatan atau peluang untuk meresap ke dalam tanah, namun akibat perubahan fungsi atau
penggunaan lahan, serta pengerasan lahan, maka kesempatan air untuk meresap ke dalam tanah menjadi hilang
atau jauh berkurang. Untuk itu dibutuhkan upaya pengolahan air hujan. Tujuan utama dari pengolahan air hujan
adalah memenuhi kebutuhan akan air bersih. Selain itu, upaya ini juga dibutuhkan untuk mengurangi volume
run-off water untuk menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi. Salah satunya yang sering terjadi yaitu
banjir. Oleh sebab itu, makalah ini bertujuan untuk menjabarkan kajian stategi yang dapat diterapkan dalam
pengendalian limpasan air hujan.
1,2, Rumusan Masalah
Apa saja strategi pengendalian limpasan air dalam manajemen air hujan?
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan (library research). Yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan data dengan cara melakukan studi pada literatur dari
berbagai sumber yang relevan untuk mendapatkan jawaban dan landasan teori sesuai dengan masalah yang
dikaji.
Sesuai dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini yaitu strategi manajemen air hujan, sehingga
penelitian ini dilakukan dengan prosedur sesuai pada Gambar 2.
informasi sumber data | n
Gambar 2Z. Alur penelitian
Pemilihan topik dilakukan berdasarkan issue lingkungan yaitu banjir. Selanjutnya issue ini dieksplorasi
untuk menentukan fokus topik yang akan dikaji.
Sumber data yang dikumpulkan merupakan informasi dan data empirik yang didapatkan dari buku,
peraturan pemerintah, maupun jurnal dan hasil laporan dari penelitian sebelumnya. Informasi yang terkumpul
kemudian dikaji dan disajikan dalam bentuk laporan hasil penelitian.
G-20Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2021 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 20 Maret 2021
PEMBAHASAN
Air Hujan
3.1.1 Deskripsi
Hujan dapat digambarkan sebagai sebuah siklus pergerakan air di lingkungan. Sebagai sebuah
siklus, pastinya memiliki sebuah tolok ukur keseimbangan diantaranya air masuk dan keluar adalah sama
atau saling berkaitan (Gambar 3). Berdasarkan ilustrasi diatas, diketahui bahwa permukaan tanah sebagai
resapan air sangatlah berpengaruh. Dalam konteks pembangunan kawasan, pertambahan zona terbangun
artinya berkurangnya zona resapan air, diwaktu yang sama volume run-off water (air hujan yang mengalir
diatas permukaan) semakin bertambah.
Gambar 3. Ilustrasi Siklus Air Hujan
(Sumber: http://iali.or.id/jabar/2016/10/25/mengelola-air-hujan-untuk-mengurangi-volume-air-limpasan/)
3.1.2 Curah hujan
Curah hujan dapat dideskripsikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Pada umumnya, curah hujan dihitung dalam satuan
milimeter atau inchi. Di Indonesia, perhitungan curah hujan diterapkan dengan menggunakan satuan
milimeter (mm). 1 milimeter curah hujan memiliki arti bahwa dalam luasan satu meter persegi di tempat yang
datar, air yang akan tertampung adalah setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Adapun jumlah curah hujan yang dihitung dalam suatu satuan kurun waktu tertentu yaitu disebut
intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan biasanya dinyatakan dalam satuan mm/jam untuk curah hujan
per jam, mm/hari untuk curah hujan per harian, dan mm/tahun untuk curah hujan pertahun. Dalam pengerjaan
sebuah analisi, data yang paling umum digunakan diantaranya adalah nilai maksimum, minimum dan nilai
rata-ratanya.
3.1.3 Manfaat air hujan dan tujuan pengolahannya
Air tanah yang berkurang secara kuantitas maupun kualitas membuat banyak daerah kekurangan
persediaan air bersih. Sedangkan sistem penyediaan air minum dari PDAM belum dapat melayani seluruh
penduduk yang ada. Kondisi ini makin memburuk pada musim kemarau, sehingga mengakibatkan
timbulnya waterborne diseases (seperti cholera, typhus, penyakit kulit, saluran pencernaan, dll.)
(Samsuhadi, 2009).
G21Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2021 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 20 Maret 2021
Disisi lain, perubahan tata guna lahan dari suatu kawasan yang belum terbangun menjadi kawasan
terbangun menyebabkan lahan terbuka hijau pun area resapan air menjadi berkurang. Perubahan ini
nyatanya juga memiliki andi] dalam dampak berkurangnya persediaan air bersih. Berkurangnya zona
penyerapan air hujan secara alami menyebabkan air hujan yang turun dengan cepat berubah menjadi air
limpasan. Air hujan yang awalnya mempunyai banyak kesempatan atau peluang untuk meresap ke dalam
tanah, diakibatkan perubahan ini maka kesempatan air untuk meresap ke dalam tanah menjadi hilang atau
jauh berkurang. Untuk itu dibutuhkan upaya pengolahan air hujan. Tujuan utama dari pengolahan air hujan
adalah memenuhi kebutuhan akan air bersih.
3.1.4 Permasalahan
Pengendalian limpasan air hujan akan berhasil dengan baik jika dilakukan dengan teknis yang tepat,
melibatkan masyarakat pelaku aktivitas dalam kawasan yang dikendalikan, serta mendatangkan keuntungan
ekonomi. Untuk menyusun upaya tersebut, perlu dikenali permasalahan dari berbagai faktor yang
berpengaruh, diantaranya sebagai berikut.
1) Faktor Hujan; durasi, intensitas, dan frekuensi.
2
Faktor Topografi; Kemiringan topografi berpengaruh terhadap kecepatan aliran air melimpas di atas
permukaan lahan dan hal ini menentukan berapa lama waktu yang diberikan kepada air hujan untuk
meresap ke dalam tanah
3
4
Faktor Kondisi Tanah; tekstur tanah dan kepadatan tanah
Faktor Kandungan Air Tanah Pada Lahan; tingkat porusitas tanah dan potensi air hujan yang
diresapkan.
5
6
Faktor Sikap Masyakat
Faktor Strategi Pengendalian
Teknologi Pengendalian Limpasan Air
3.2.1 Konsep zero delta 0
Keterpaduan pada komponen pengelolaan SDA Terpadu di wilayah perkotaan mencakup antara lain
yaitu kuantitas air dengan kualitas air, air hujan dengan air permukaan dan air bawah tanah, penggunaan
lahan (land use) dengan pendayagunaan air (water use). Dalam implementasi di lapangan, seiring dengan
perkembangan pembangunan di wilayah perkotaan, pada umumnya akan membuat kecenderungan
mengurangi tingkat keterpaduan tersebut yaitu antara musim kemarau dan musim hujan kuantitas air sangat
fluktuatif, menurunnya kualitas air, air hujan yang sebagian besar berubah menjadi air permukaan/limpasan
dan jumlah yang sangat sedikit terinfiltrasi ke dalam tanah. Tidak terkontrolnya perubahan tataguna lahan
juga memiliki andil mumpuni dalam menyebabkan turunnya kualitas lingkungan di daerah perkotaan.
Zero Delta Q Policy (ZDQP) adalah suatu kebijakan untuk mempertahankan besaran debit run
off/debit limpasan supaya tidak bertambah dari waktu ke waktu, dan memperbesar kesempatan air untuk
berinfiltrasi ke dalam tanah. Dalam Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 yang berisi tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional yang diterbitkan tanggal 10 Maret 2008 memuat penjelasan tentang
kebijakan prinsip Zero Delta Q yaitu bahwa tiap bangunan yang ada tidak boleh mengakibatkan
bertambahnya jumlah debit air terhadap sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai.
G-22Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2021 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 20 Maret 2021
Untuk menerapkan konsep zero delta Q dapat digunakan teknik atau metode seperti membuat areal
resapan air hujan, membuat lubang resapan biopori, memodifikasi lansekap, menyediakan tempat
penampungan air hujan, rain garden, sumur injeksi, ataupun sumur resapan. Dalam penerapannya di
lapangan, untuk merealisasikan program Zero Delta Q Policy yaitu sebagai berikut:
1) Pembuatan sebuah kolam resapan
2) Pembuatan Aquifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) dan di wilayah chatment area saluran
3) Pembuatan sumur resapan d di sepanjang daerah aliran saluran
Dengan peraturan tersebut, selain pemerintah pusat dan daerah, kesadaran dan partisipasi
masyarakat juga diperlukan dalam penanganan banjir. Terkait dengan tata ruang yaitu dengan tidak tinggal
di bantaran sungai. Karena fungsi dari tata ruang bantaran sungai bukan untuk permukiman.
3.2.2 Konsep ekodrainase
Selain konsep zero delta Q, strategi lain yang dapat diterapkan diantaranya dengan menerapkan
drainase ramah lingkungan atau ekodrainase yang memiliki prinsip pengendalian air limpasan dengan cara
ditampung dan diresapkan. Metode yang bisa diterapkan diantaranya lokasi konservasi diprain harvesting,
sumur resapan dan biopori. Ilustrasi mekanisme ekodrainase ditunjukkan Gambar 4.
sweng feroung royau
(icsctegast
Gambar 4. Ilustrasi Mekanisme Ekodrainase
(Sumber: https://www.slideshare.net/komarudinmz/ekodainase)
Salah satu penerapan ekodrainase dapat dilakukan yaitu penanganan air di daerah hulu sungai yang
sering menjadi masalah ketika curah hujan meningkat dan mengakibatkan debit air bertambah. Metode
yang digunakan yaitu:
1) Ditahan dengan cara melakukan konnservasi hutan atau tanaman keras/berakar kokoh dan kuat
2) Dialirkan terlebih dahulu ke penampungan, misalnya untuk diresapkan di waduk/kolam
tampungan (pola retensi sebagai upaya pengawetan/konservasi air)
3) Selanjutnya kelebihan limpasan airnya dialirkan ke badan air terdekat
3.2.3. Pengendalian limpasan permukaan berbasis konservasi sumber daya air
Upaya pengendalian limpasan permukaan di lahan pada konsep ini dilakukan dengan konservasi
lahan, dengan metode Vegetatif, Mekanis, dan Konstruktif. Lokasi konservasi yang patut diprioritaskan
adalah lokasi dengan status sangat kritis. Lokasi ini bisa diperoleh melalui analisa kondisi lahan dengan
tinjauan pengendalian banjir. Konservasi metode mekanis juga bisa dilakukan dengan pembuatan teras
bangku di kebun dan ladang, pembuatan lubang resapan, dan peninggian pematang sawah. Adapun
konservasi metode konstruktif. Dimana model konservasi ini dilakukan dengan pembuatan Sumur Resapan
Fungsi Ganda di kawasan ladang dan sawah, serta pembuatan Gully Plug dan Cekhdam di anak-anak
sungai.
G-23Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2021 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 20 Maret 2021
4, KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1) Beberapa konsep pengendalian limpasan air hujan yaitu Konsep Zero Delta Q, konsep Ekodrainase,
dan Pengendalian Limpasan Permukaan Berbasis Konservasi Sumber Daya Air.
2) Penerapan prinsip zero delta Q policy dapat digunakan dengan metode antara lain areal resapan air
hujan, lubang resapan biopori, modifikasi lansekap, penampungan air hujan, rain garden, sumur
injeksi, dan sumur resapan. Selain itu, konsep Zero Delta Q membuat keterpaduan pada komponen
pengelolaan SDA Terpadu di wilayah perkotaan yang mencakup kuantitas air dengan kualitas air, air
hujan dengan air permukaan dan air bawah tanah yang dicapai dengan upaya pengolaan penggunaan
Jahan (Jand use) dengan pendayagunaan air (water use).
3) Konsep Ekodrainase dengan cara ditampung dan diresapkan menjadi strategi lain yang dapat diterapkan
dalam manajemen limpasan air hujan.
4) Selain itu, Pengendalian Limpasan Permukaan Berbasis Konservasi Sumber Daya Air dengan cara
peningkatan kapasitas resapan lahan dengan pemanfaatan jasa tanaman (vegetasi) dan pengolahan
Jahan (tanah).
DAFTAR PUSTAKA
Indriatmoko, R. H., & Rahardjo, N. (2015). Kajian Pendahuluan Sistem Pemanfaatan Air Hujan. Jurnal Air
Indonesia, 8(1).
Kustamar. (2017). Pengendalian Limpasan Permukaan. Malang : Mitra Gajayana. Eprints ITN Repository.
Sari, K. E., Harisuseno, D., & Shafira, C. A. (2018), Pengendalian Air Limpasan Permukaan Dengan Penerapan
Konsep Ekodrainase (Studi Kasus Kelurahan Oro-oro Dowo Kota Malang). Plano Madani: Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, 7(1), 24-36.
Wangsasusana, Dony. (2012). Kajian Konsep Zero Delta Q Policy Terhadap Adanya Kebijakan Pemekaran
Wilayah Kota Banjar — Jawa Barat. Bandung : Institusi Teknologi Bandung.
Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia. (2016) Mengelola Air hujan untuk mengurangi volume air limpasan. Diakses
tanggal 18 Januari 2021, dari
http://ali.or.id/jabar/2016/10/25/mengelola-air-hujan-untuk-mengurangi-volume-air-limpasan/
http://digilib.unila.ac.id/7014/106/BAB% 201] pdf
https://www.slideshare.net/komarudinmz/ekodainase