Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia, adalah pertanggungjawaban dan anggung gugat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukan. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan
satu landasan hukum yang mengatur batas-batas wewengan profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan
berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian otonomi dalam pelayanan kebidanan?
2. Apa saja tujuan otonomi dalam pelayanan kebidanan?
3. Apa bentuk – bentuk otonomi dalam pelayanan kebidanan?
4. Apa pengertian akuntabilitas bidan?
5. Bagaimana regulasi dalam pelayanan kebidanan?
C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian otonomi dalam pelayanan kebidanan
b. Mengetahui tujuan otonomi dalam pelayanan kebidanan
c. Mengetahui bentuk – bentuk otonomi dalam pelayanan kebidanan
d. Menegtahui pengertian akuntabilitas
e. Mengetahui regulasi dalam pelayanan kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN
I. Otonomi
A. Pengertian otonomi
Secara etimologi , Otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang artinya sendiri,
dan nomos yang berarti hukuman atau aturan, jadi pengertian otonomi adalah
pengundangan sendiri (Danuredjo, 1979).
1. Menurut Koesoemahatmadja (1979: 9),
Otonomi adalah Perundangan Sendiri, lebih lanjut mengemukakan bahwa
menurut perkembangan sejarahnya di Indonesia, otonomi selain memiliki pengertian
sebagai perundangan sendiri, juga mengandung pengertian "pemerintahan" (bestuur)
2. Menurut Wayong (1979: 16)
Menjabarkan pengertian otonomi sebagai kebebasan untuk memelihara dan
memajukan kepentingan khusus daerah, dengan keuangan sendiri, menentukan
hukuman sendiri, dan pemerintahan sendiri.
3. Menurut Syarif Saleh (1963)
Menjelaskan bahwa otonomi ialah hak mengatur dan mmerintah sendiri, hak
mana diperoleh dari pemerintah pusat. 
4. Menurut Ateng Syafruddin (1985: 23)
Adalah kebebasan dan kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan
yang terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus
dipertanggungjawabkan.
Jika dilihat dari pengertian di atas, maka pengertian otonomi kebidanan
adalah kekuasaan untuk mengatur persalinan peran dan fungsi bidan sesuai dengan
kewenangan dan kompetensi yang dimiliki seorang bidan ( suatu bentuk mandiri dalam
memberikan pelayanan).
B. Bidan dalam pelayanan kebidanan
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah
pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang
dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis
kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan satu
landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan
berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi. 
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan dalam 
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Penelitian dalam bidang kebidanan
3. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan
4. Akreditasi
5. Sertifikasi
6. Registrasi
7. Uji Kompetensi
8. Lisensi.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang registrasi dan
praktik bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar
Profesi Bidan.
4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang
organisasi          dan tata kerja Depkes.
7. UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10. KUHAP, dan KUHP, 1981.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/ Menkes/ Per/ IX/
1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana;
a) UU No. 10/1992 Tentang pengembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera.
b) UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan di
Dalam Rumah Tangga.
C. Tujuan otonomi dalam pelayanan kebidanan
    Supaya bidan mengetahui kewajiban otonomi dan mandiri yang sesuai
dengan   kewenangan yang didasari oleh undang – undang kesehatan yang berlaku.
Selain itu tujuan dari otonomi pelayanan kebidanan ini meliputi :
1. Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan.
Misalnya mengumpulkan data – data dan mengidentifikasi masalah pasien pada
kasus tertentu.
2. Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan.
Merencanakan asuhan yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan oleh pasien tersebut.
3. Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian.
4. Berperan sebagai anggota tim kesehatan.
Misalnya membangun komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan,
dan  menerapkan keterampilan manajemen
5. Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan.
Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan, mengidentifikasi
perubahan  yang terjadi dan melakukan pendokumentasian.
6. Untuk mengelola perawatan pasien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya.
Membangun komunikasi yang efektif dengan pasien dan melakukan asuhan terhadap
pasien.
D. Bentuk-bentuk otonomi dalam pelayanan kebidanan
Bentuk-Bentuk Otonomi Bidan Dalam Praktek Kebidanan:
1. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan
2. Menyusun rencana asuhan kebidanan
3. Melaksanakan asuhan kebidanan
4. Melaksanakan dokumentasi kebidanan
5. Mengelola keperawatan pasien dengan lingkup tanggung jawab
E. Persyaratan dalam otonomi kebidanan
Suatu ketentuan untuk melaksanakan praktek kebidanan dalam memberikan asuhan
pelayanan kebidanan sesuai dengan bentuk – bentuk otonomi bidan dalam praktek
kebidanan. 
Syarat – syarat dari otonomi pelayanan kebidanan meliputi :
1. Administrasi
Seorang bidan dalam melakukan praktek kebidanan, hendaknya memiliki
sarana dan prasarana yang melengkapi pelayanan yang memiliki standard dan sesuai
dengan fasilitas kebidanan.
2. Dapat diobservasi dan diukur
Mutu layanan kesehatan akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap
standar pelayanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum
pengukuran mutu dilakukan
3. Realistic
Kinerja layanan kesehatan yang diperoleh dengan nyata akan diukur terhadap
criteria mutu yang ditentukan, untuk melihat standar pelayanan kesehatan apakah
tercapai atau tidak.
4. Mudah dilakukan dan dibutuhkan.
F. Kegunaan otonomi dalam pelayanan kebidanan
Otonomi pelayanan kesehatan meliputi pembangunan kesehatan, 
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
G. Proses registrasi
Registrasi adalah proses seorang profesi untuk mendaftarkan dirinya   kepada badan
tertentu untuk mendapatkan kewenangan dan hak atas tindakan yang dilakukan secara
professional setelah memenuhi syarat – syarat yang telah ditetapkan oleh badan tersebut.
Pengertian registrasi menurut keputusan menteri kesehatan republikindonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 yaitu proses pendaftaran,pendokumentasian dan pengakuan
terhadap seorang bidan setelah memenuhi standar penampilan minimal yang ditetapka
sehingga mampu dalam melaksanakan profesinya.
Setelah terpenuhnya persyaratan yang ada, maka tenaga profesi tersebut telah
mendapatkan surat izin melakukan praktik.
1. Tujuan
a. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
b. Meningkatkan mekanisme yang objektif dan komprehensif dalam penyelesaian
dalam kasus malpraktik
c. Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.
2. Persyaratan
Beberapa syarat yang mesti dilengkapi pada saat mengajukan registrasi:
a. Fotocopy ijazah bidan
b. Fotocopy transkip nilai akademik
c. Surat keterangan sehat dari dokter
d. Pas foto 4 X 6 sebanyak 2 lembar
         Masa berlaku registrasi yaitu dalam rentang waktu 5 tahun, setelah 5 tahun bidan
harus  melakukan registrasi ulang.
3. Kegunaan
Registrasi berguna untuk mendapatkan surat izin bidan sebagai dasar menerbitkan
surat izin praktek bidan.
  Bidan teregistrasi merupakan seseorang yang telah menamatkan pendidikan bidan
dan telah mampu menrapkan kemampuannya dalam memberikan asuhan kepada ibu
dan anak sesuai dengan standar profesinya.

4. Lisensi praktik kebidanan


Lisensi praktik kebidanan merupakan proses administrasi yang dilakukan
pemerintah dalam mengeluarkan surat izin praktik yang diberikan kepada suatu tenaga
profesi untuk pelayanan yang mandiri.
Menurut IBI : Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan
melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan.
5. Tujuan
a. Memberikan kejelasan batas wewenang
Dalam hal ini, seorang bidan harus mengetahui wewenang yang harus
dilakukannya sesuai dengan standar profesi yang dimiliki dan sesuai dengan undang
– undang yang berlaku agar dalam menjalankan profesinya tidak melakukan
pelanggaran – pelanggaran.
b. Menetapkan sarana dan prasarana
Seorang profesi juga harus mengetahui apa – apa saja sarana dan prasanayang
mesti dimiliki dalam melakukan praktek profesi.
c. Meyakinkan klien
Dalam melakukan asuhan terhadap klien, seorang tenaga profesi harusbisa
meyakinkan klien tersebut terhadap asuhan yang telah kita berikan dan jelaskan.
6. Persyaratan
Syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan license praktik suatu
profesi meliputi :
a. Fotokopi SIB yang masih berlaku
b. Fotokopi ijazah bidan
c. Surat keterangan sehat
d. Rekomendasi dari organisasi profesi
e. Pas foto ukurab 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar
II. Akuntabilitas
Sebagai perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau unit organisasi, dalam
mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai, dalam rangka pencapaian
tujuan, melalui suatu media berupa akuntabilitas secara periodik.
Akuntabilitas bidan adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability)
atas semua tindakan yang dilakukannya. Oleh karena itu, semua tindakan yang dilakukan
oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based.
III. Regulasi Dalam Pelayanan Kebidanan
Pengertian perlindungan hukum suatu jaminan yang diberikan oleh otoritas tertentu
kepada semua pihak untuk dapat melaksanakan hak dan kepentingan hukum yang
dimilikinya dalam kapasitasnya sebagai subyek hukum. Perlindungan hukum diberikan
bagi tenaga Kesehatan sebagai subyek hukum yang melakukan tugasnya sesuai dengan
standar profesinya.
Hal – hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keadilan dalam regulasi kebidanan
1. Melakukan penyempurnaan / revisi regulasi kebidanan.
2. Memberikan sosialisasi kepada bidan – bidan.
3. Melakukan diseminasi hukum kesehatan di lingkungan pendidikan formal/non formal
dengan nilai – nilai keadilan.
4. Memasukkan materi etikolegal dalam praktek kebidanan.
5. Melakukan koordinasi dengan stakeholders dalam cakpan Kesehatan
6. Melakukan pembinaan kesadaranakan hukum yang mencerminkan nilai keadilan
kepada semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai