Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODE TEAM GAME TOURNAMENT

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Implementasi
Pembelajaran Tematik Di SD/MI (Strategi Pembelajaran)

Dosen Pengampu:

1. Dr. H. Fahrur Razi, M.Pd


2. Roikhatul Janah, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 2
1. Asih ( 12010049 )
2. Iin Suriani ( 12010002 )
3. Mira Rizkika Putri ( 12010092 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
TAHUN 2022
METODE TGT DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK

A. Latar Belakang Makalah

Pembelajaran tematik adalah bentuk model pembelajaran terpadu yang


menggabungkan suatu konsep dalam beberapa materi, pelajaran atau bidang studi
menjadi satu tema atau topik pembahasan tertentu sehingga terjadi integrasi antara
pengetahuan, keterampilan dan nilai yang memungkinkan siswa aktif menemukan
konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menekankan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil belajar
dan indikator dari suatu mata pelajaran, atau bahkan beberapa mata pelajaran. Melalui
pembelajaran tematik, siswa diharapkan dapat belajar dan bermain dengan kreativitas
yang tinggi. Sebab, dalam pembelajaran tematik, belajar tidak semata-mata mendorong
siswa untuk mengetahui (learning to know), tetapi belajar juga untuk melakukan
(learning to do), untuk menjadi (learning to be), dan untuk hidup bersama (learning to
live together). Menurut Majid (2014), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan
harapan siswa akan belajar lebih baik dan bermakna.

Keberhasilan proses pembelajarqn ditentukan oleh banyak factor diantaranya adalah


guru. Siswa. Sarana dan prasarana serta lingkungan. Model pembelajaran tematik
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan peluang untuk
menggunakan berbagai strategi dan metode pembelajaran agar siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan mampu mengembangkan berbagai potensi dan keterampilan dalam diri siswa termasuk
keterampilan untuk berpikir kritis. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran tematik yang dimodifikasi dengan strategi dan
metode yang ditujukan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis bagi siswa
Sekolah Dasar. Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang

1
ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-
bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya Mengingat pentingnya relevansi
suatu metode dalam kegiatan belajar mengajar, dan demi menjaga keberlangsungan
interaksi antara pengajar dan peserta didik, dalam makalah ini penulis mencoba untuk
menguraikan metode tematik dalam mengajar agar bisa diaplikasikan dalam praktek
sesuai dengan konteks, sehingga setidaknya bisa mengetahui metode tematik dalam
pembelajaran, dapat menentukan tema belajar yang signifikan untuk metode tematik
yang berorientasi pada karakteristik peserta didik, agar proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara interaktif dan optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana Konsep Teori Metode TGT Pada Pembelajaran Tematik ?
2. Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Metode TGT ?
3. Apa Saja Langkah – Langkah Metode TGT ?
4. Bagaimana Rencana Pembelajaran Menggunakan Metode TGT ?
5. Bagaimana Implementasi Metode TGT ?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk Memahami Konsep Teori Metode TGT Pada Pembelajaran Tematik.


2. Untuk Memahami Kelebihan dan Kekurangan Metode TGT.
3. Untuk Memahami Langkah – Langkah Metode TGT.
4. Untuk Memahami Rencana Pembelajaran Menggunakan Metode TGT.
5. Untuk Memahami Implementasi Metode TGT.

D. Konsep Metode Teori


Metode Tipe Team Games Tournament (TGT) dikembangkan pertama kali oleh
David De Vries dan Keith Edward. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama
antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam
pembelajaran TGT peserta didik memainkan permainan dengan anggota-anggota tim

2
lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun
guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran.Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan
dengan kelompok Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan
dengan metode STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi kecuali
satu.
TGT menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem
skor kemajuan individu, dimana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim mereka
dengan tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara mereka. Teman satu tim atau
kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan
mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi
sewaktu peserta didik sedang bermain dalam game atau permainan, teman yang lain tidak
boleh membantu, dan guru perlu memastikan telah terjadi tanggung jawab
individual.Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ini peserta didik sebelumnya telah
belaja rsecara individual, untukselanjutnyabelajar kembali dalam kelompok masing-
masing. Model team games tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsure
permainan serta reinforcement. Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran koopretaif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di
samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan
belajar. Ada lima komponen utama dalam TGT adalah Penyajian kelas, Kelompok (Tim),
Game, Tournament Team Recognize (penghargaan kelompok) (Kokom komalasari, 2010 :
67). Metode Team Games Tournament (TGT) adalah Metode Pembelajaran Tipe
Kooperatif yang paling tua dan Metode ini hampir sama dengan metode Student Teams
Achievment Divisions Divisions (STAD) perbedaanya hanya terletak pada Turnamen
Akademiknya saja (Slavin, 2005:163)1 Menurut Huda (2013:292) Metode Team Games
Tournament (TGT) adalah metode yang menekankan pada evaluasi individual materi
akademik yang sudah dirancang dan membuka ruang kompetisi secara individual maupun
secara kelompok untuk meningkatkan hasil pembelajaran 2 . Penerapan model kooperatif
tipe TGT dalam pelaksanaanya tidak memerlukan fasilitas pendukung yang khusus seperti
peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah di terapkan dalam penerapannya, model

1
Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
2
Miftahul Huda. 2015. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

3
pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) juga melibatkan aktivitas
seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan (Trianto, 2009 : 83) 3.
Slavin (2015:163) medefiniskan TGT merupakan turnamen akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skro kemajuan individu, di mana para siswa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik
sebelumnya setara seperti mereka4. Shoimin (2014:203) menyatakan TGT adalah model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peransiswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement5. Rusman (2014:224) mendefinisikan
TGTadalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda 6.
Jadi kesimpulannya konsep metode TGT adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang dapat diterapkan, dengan melibatkan seluruh aktivitas peserta didik
tanpa ada perbedaan status sosial, serta melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya
dan mengandung unsur belajar dengan bermain dan menempatkan peserta didik dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 orang atau lebih.

E. Kelebihan dan Kekurangan Metode TGT


Model pembelajaran team games tournament (TGT) mempunyai kelebihan dan
kekurangan, menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan
kelebihan dari model pembelajaran team games tournament (TGT) antara lain:
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.
2. Mengedepankan penberma terhadap perbedaan individu.
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktfan dari siswa.
5. Mendidik siswa untuk berlath bersosialsasi dengan orang lain.
6. Motivasi belajar lebih baik.
7. Hasil belajar lebih baik.
8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

3 Trianto. 2011. Model-modelPembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.


4 Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
5 Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
6 Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

4
Sedangakan kelemahan model pembelajaran team games tournament (TGT) adalah:

1. Bagi Guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen


dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi guru yang bertndak sebagai
pemegang Kendala, teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Dan waktu yang
dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang
sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatas jika guru mampu menguasai kelas secara
keseluruhan.

2. Bagi siswa Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sult
memberikan penjelasan kepada siswa yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini,
tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa
lainnya7.

F. Langkah – Langkah Metode TGT

Menurut Slavin (2001 : 166), langkah-langkah model pembelajaran TGT ada lima
tahap, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Uraian
selengkapnya sebagai berikut:

1. Presentasi di kelas Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi


kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru
menyampaikan materi kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung melalui ceramah. Selain menyajikan materi, pada tahap
ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan
siswa, serta memberikan motivasi.
Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta berusaha
untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain itu, siswa
dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan
kelas.

7 hhtp://sc.syekhnurjati.ac.id

5
2. Tim/kelompok Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul
berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3
sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa berusaha
mendalami materi yang telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan optimal
saat turnamen. Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu
mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang
mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab
dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang bisa
menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru. Belajar dalam
kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa. Keterampilan sosial yang
dimaksud adalah berbagi tugas dengan anggota kelompoknya, saling bekerja sama,
aktif bertanya, menjelaskan dan mengemukakan ide, menanggapi
jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.

3. Game (permainan) Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota
kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan
oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja
tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-
pertanyaan pada lembar permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak
bermain juga berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman
sekelompoknya.

4. Tournament (turnamen) Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir
sub bab. Turnamen diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di
meja turnamen dengan siswa dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya
setara. Jadi, dalam satu meja turnamen akan diisi oleh siswasiswa homogen
(kemampuan setara) yang berasal dari kelompok yang berbeda. Meja turnamen
diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1 untuk siswa dengan
kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang. Meja 3 untuk
siswa dengan kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya. Di meja
turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-soal yang disediakan
mewakili kelompoknya. Soal-soal turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar

6
semua siswa dari semua tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi
kelompoknya.
Jadi, guru membuat kartu soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan
soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Siswa yang mendapat skor
tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih tinggi. Siswa yang mendapatkan
peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan siswa dengan peringkat-
peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang yang tingkatannya lebih rendah.
Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan
memperhatikan aturan-aturannya8.

G. Rencana Pembelajaran Menggunakan Metode TGT


Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan
turnamen akademik, dan menggunakan kus-kus dan stem skor kemajuan ndividu,
dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang
kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2005: 163). Model
pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) dapat digunakan dalam
berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu sosal maupun bahasa
dari jenjang penddkan dasar (SD, SMP) hingga perguruan tinggi. Penerapan model
koopertif team games tournament (TGT) dalam pelaksanaanya tidak memerlukan
fasilitas pendukung yang khusus seperti peralatan atau ruangan khusus.
Selain mudah di terapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas
seluruh siswa untuyk memperoleh konsep yang diinginkan (Trianto, 2009 : 83) Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator model pembelajaran Team
Games Tournament (TGT) adalah : Pra pembelajaran, Kegiatan inti pembelajara dan
Penutup.
a. Kegiatan Pra pembelajaran
Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila, guru dapat mengkondisikan
kegitan belajar secara efektif. Kondisi belajar tersebut harus dimulai dari tahap
pembelajararan (Anitah Sry,2007 : 4.3 ). Kegiatan pra pembelajaran atau disebut juga
kegiatan prainstruksional adalah kegiatan pendahuluan pembelajaran yang diarahkan
untuk menyiapkan siswa mengikuti pelajaran. Kegiatan pra pembelajaran biasanya
bersifat umum dan tidak berkaitan langsung dengan kompetensi atau materi yang akan

8 hhtp://sc.syekhnurjati.ac.id

7
dibahas dalam kegitanan inti pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan guru pada
tahap pra pembelajaran sebagai berikut:

1) Menciptakan Sikap dan Suasana Kelas yang Menarik yaitu kondisi belajar dapat
dipengaruhi oleh sikap guru di depan kelas. Guru harus memperliahatkan sikap yang
menyenangkan supaya siswa tidak merasa tegang, kaku, bahkan takut mengikuti
pembelajaran. Kondisi yang menyenangkan ini harus diciptakan mulai dari awal
pembelajaran sehingga siswa akan mampu melakukan aktivitas belajar dengan
penuh percaya diri tanpa ada tekanan yang dapat menghambat aktivitasnya.

2) Memeriksa Kehadiran Siswa yaitu kegiatan yang dilakukkan guru pada jam pertama
pembelajaran adalah mengecek kehadiran siswa. Untuk meghemat waktu dalam
mengecek kehadiran siswa, dengan mengecek kehadiran, secara tidak langsung guru
telah memberikan motivasi terhadap siswa, disiplin dalam mengikuti pembelajaran
3) Menciptakan Kesiapan Belajar Siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang
sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru
perlu membantu mengembangkan kesiapan belajar dan menumbuhkan semangat
siswa dalam belajar.
4) Menciptakan Suasana Belajar yang Demokratis yaitu menciptakan suasana belajar
yang demokratis daapat dikondisikan melaului pendekatan proses belajar Cara
Belajar Siswa Aktif. Untuk menciptakan suasana belajar yang demokratis guru
harus membimbing siswa agar berani menjawab, berani bertanya, berani
mengeluarkan ide.

b. Kegiatan inti dalam pembelajaran

Rusman ( 2017 : 21 ) Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk


mencapai tujuan, yanag dilakukan secara interaktif , inspiratif, menyenangkan,
menantang dan memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari
informasi, serta memberikan ruang yang cukup, kretifitas dan kemandirian sesuai
denagan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan denagan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya,
menggumpulkan informasi, dan komunikasi.

8
Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yanng bersifat prosedure
untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan
pengamatan terhadap pemodelan atau demonstrasi oleh guru , peserta didik harus
menirukan selanjutnya guru melakukakn pengecejekan dan pemberian umpan balik
dan latihan lanjutan kepada peserta didik.

Contoh kegiatan belajar:

1) Mengamati, guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih


siswa untuk memperhatikan ( melihat, membaca, mendengar ) hal yang penting dari
suatu benda dan objek.
2) Menanya, dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau
dilihat.
3) Mengumpulkan dan mengasosiasikan, tindak lanjut dari bertanya adalah menggalai
dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu,
peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak. Dari kegitan tersebut terkumpul
sejumlah informasi , informasi tersebut menjadi dasar bagi kegitan berikutnya yaitu
memproses informasi dengan infoermasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
4) Mengkomunikasikan Hasil, kegiatan berikutnya alah menuliskan atau menceritakan
apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai
hasil belajar peserta didik.

c. Kegiatan penutup

Rusman ( 2012 : 13 ) menyatakan bahwa dalam kegiatan penutup, guru harus


memperhatikan hal-hal berikut :
1) Bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman
ataukesimpulan pelajaran.
2) Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

9
4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan memberikan tugas , baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya 9.

H. Implementasi Metode TGT


Pada implementasinya, model TGT akan membagi siswa ke dalam grup kecil
yang terdiri dari 3 hingga 5 siswa. Di dalam grup tersebut terdapat anggota siswa yang
berbeda- beda latar belakang mulai dari gender, kecerdasan, status sosial hingga ras
atau suku. Menurut Nugroho (2012 : 6) TGT adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) ini
siswa dituntut untuk saling kerjasama, aktif dan bertanggungjawab terhadap dirinya.
sendiri maupun kelompoknya. Selain itu dalam pembelajaran TGT ini siswa
dihadapkan pada suatu permainan dan kompetisi, sehingga kemauan dan kemampuan
siswa ada perubahan. Dengan model pembelajaran tersebut diharapkan kebebasan dan
keaktifan siswa meningkat, sehingga siswa menjadi senang dalam mengikuti pelajaran.
Selanjutnya siswa bisa berkolaborasi untuk diskusi mengenai penyelesaian masalah
dari suatu materi yang disediakan guru. Pada tahap diskusi, setiap siswa akan saling
membantu agar nantinya mereka bisa menjawab soal turnamen.
Pada saat siswa mengikuti turnamen (TGT), setiap siswa akan ditetapkan
menjadi wakil grup sesuai dengan keahliannya masing-masing. Mereka akan
bertanding sesuai dengan bidang akademik yang mereka sukai ataupun kuasai. Pada
tahap akhir siswa akan diajak untuk rekognisi dan evaluasi.Dalam prakteknya teams
games tournament sangat serupa dengan model pembelajaran STAD, perbedaanya
terletak pada adanya kuis dan sistem nilai dari individu karena TGT memakai sistem
permainan turnamen.Model pembelajaran ini dapat diaplikasikan ke dalam berbagai
jenis mata pelajaran. TGT sangat cocok untuk mengatur tujuan pembelajaran agar
materi bisa dikuasai secara mendalam. Contoh mata pelajaran yang sangat efektif bila
diterapkan dalam model TGT adalah fakta dan konsep seperti pada IPA serta
perhitungan pada matematika.

9 hhtp://sc.syekhnurjati.ac.id

10
Model pembelajaran TGT bisa dilakukan dengan berbagai variasi game. Menurut
Silberman(2010) prosedur dari Teams Game Tournament (TGT) adalah :
1. Mengelompokkan siswa menjadi sejumlah tim yang beranggotakan 2 hingga 8 siswa,
setiap kelompoknya memiliki jumlah anggota yang sama.
2. Memberikan materi kepada tim untuk dipelajari bersama.
3. Membuat beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan atau pengingatan akan
materi pelajaran. Format pertanyaan hendaknya mudah untuk penilaian sendiri,
misalnya pilihan ganda,mengisi titik-titik, benar/salah,atau definisi istilah.
4. Memberikan sebagian pertanyaan kepada siswa. Sebutlah ini sebagai “ronde satu”,
setiap siswa harus menjawab pertanyaan secara perorangan.
5. Setelah pertanyaan diajukan, sediakan jawabannya dan siswa diminta untuk
menghitung jumlah jawaban yang benar. Selanjutnya siswa diminta untuk menyatukan
skor mereka dengan tiap anggota tim mereka untuk mendapatkan skor tim. Umumkan
skor dari tiaptim.
6. Selanjutnya siswa diminta belajar lagi untuk “ronde kedua”. Kemudian diajukan
petanyaan atau tes lagi sebagai bagian dari ronde kedua tersebut. Selanjutnya siswa
diminta untuk menggabungkan skor mereka dan menggabungkan skor mereka di
ronde
7. Lamanya metode ini bisa bervariasi, dan ronde yang digunakan bisa sebanyak
mungkin. Pastikan untuk memberi kesempatan pada tim untuk menjalani sesi belajar
antar masing- masing ronde. dan meminta informasi untuk menambah kemampuan
kognitifnya10.
I. Kesimpulan
Konsep Metode Tipe Team Games Tournament (TGT) dikembangkan pertama kali
oleh David De Vries dan Keith Edward. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja
sama antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam
pembelajaran TGT peserta didik memainkan permainan dengan anggota-anggota tim
lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Model pembelajaran team
games tournament (TGT) mempunyai kelebihan dan kekurangan, menurut Suarjana
(2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari model pembelajaran
team games tournament (TGT) antara lain:

10 hhtp://sc.syekhnurjati.ac.id

11
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.
2. Mengedepankan penberma terhadap perbedaan individu.
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktfan dari siswa.
5. Mendidik siswa untuk berlath bersosialsasi dengan orang lain.
6. Motivasi belajar lebih baik.
7. Hasil belajar lebih baik.
8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Sedangakan kelemahan model pembelajaran team games tournament (TGT) adalah:

1. Bagi Guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan


heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi guru yang bertndak
sebagai pemegang Kendala, teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Dan waktu
yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang
sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatas jika guru mampu menguasai kelas secara
keseluruhan.
2. Bagi siswa Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan
sulitmemberikan penjelasan kepada siswa yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan
ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa
lainnya.
Menurut Slavin (2001 : 166), langkah-langkah model pembelajaran TGT ada lima
tahap, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Uraian
selengkapnya sebagai berikut:
1. Presentasi di kelas Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi
kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru
menyampaikan materi kepada siswa terlebih dahulu
yang biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung melalui ceramah. Selain
menyajikan materi, pada tahap ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau
kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.
2. Tim/kelompok Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul
berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri
dari 3 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa

12
berusaha mendalami materi yang telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan
baik dan optimal saat turnamen.
3. Game (permainan) Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama
anggota kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game.
4. Tournament (turnamen) Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau
akhir sub bab. Turnamen diikuti oleh semua siswa.

Selain mudah di terapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas


seluruh siswa untuyk memperoleh konsep yang diinginkan (Trianto, 2009 : 83) Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator model pembelajaran Team Games
Tournament (TGT) adalah : Pra pembelajaran, Kegiatan inti pembelajara dan Penutup.
Pada implementasinya, model TGT akan membagi siswa ke dalam grup kecil yang terdiri
dari 3 hingga 5 siswa. Di dalam grup tersebut terdapat anggota siswa yang berbedabeda
latar belakang mulai dari gender, kecerdasan, status sosial hingga ras atau
suku.Selanjutnya siswa bisa berkolaborasi untuk diskusi mengenai penyelesaian masalah
dari suatu materi yang disediakan guru.

13
J. Daftar Pustaka
hhtp://sc.syekhnurjati.ac.id

Miftahul Huda. 2015. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan

Model Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum

2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Trianto. 2011. Model-modelPembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

14

Anda mungkin juga menyukai