Anda di halaman 1dari 17

1

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

IMAN KEPADA TAKDIR (QADA DAN QADAR) ALLAH

Kelompok 6

FANDI ALAMSYAH

AYU LARASATI ANWAR

SITTI HAJRAH SUHARTINI

Nama Dosen : Dr. Husaen Pinang, S.Ag, M.Pd.I.

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR

2016
2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh.
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat
serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Adapun topik dari makalah ini adalah membahas tentang “Iman Kepada Takdir Allah” yang
dibuat sebagai tugas kelompok dari mata kuliah “Akidah Akhlak”.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah atas
ilmu yang telah diberikan dan memberikan waktu dalam pembuatan makalah ini, dan semua
pihak buku referensi yang terkait yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis pribadi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh.

Makassar, 13 April 2016

Kelompok 6
3

DAFTAR ISI

SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang 1
B.    Rumusan Masalah 1
C.    Tujuan Pembahasan 2
D.    Metode Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Beriman Kepada Qada dan Qadar    3
B. Dalil Tentang Iman Kepada Qada dan Qadar    4
C. Pengaruh Iman Kepada Qada dan Qadar    6
D. Hikmah Beriman Kepada Qada dan Qadar    6
E. Analisa Tentang Takdir    8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13
4

BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar belakang
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-
warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan)
dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah
yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan kuasa
AllahSWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa
bangsakita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain
yang telahmelanda bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT.

Dengan bekalkeyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT,
seorangmukmintidak pernah mengenal kata frustrasidalam kehidupannya, dan tidak berba
ngga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.Kematian, kelahiran, rizki,
nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuaiketentuan-ketentuan Ilahiah yang
tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak
adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba
-lombamenjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita
tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat Rabbul‟alamin dan menjadi
penghuni Surga. Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun.
Yang terakhiradalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun yang
buruk.

B. Rumusan Masalah

1. Definisi iman kepada qada‟ dan qadar ?


2. Dalil tentang iman kepada qada dan qadar ?
3. Pengaruh iman kepada qada dan qadar ?
4. Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada qada‟ dan qadar?
5

5. Seperti apa itu qada dan qadar?

C. Tujuan Makalah
 
1. Untuk memahami iman kepada qada‟ dan qadar 
2. Untuk memahami dalil-dalil tentang iman kepada qada dan qadar
3. Untuk memahami pengaruh iman kepada qada‟ dan qadar 
4. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada‟ dan
Qadar
5. Untuk menganalisa seperti apa itu beriman kepada qada dan qadar

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode dengan studi
kepustakaanyaitu menggunakan beberapa literatur yang digunakan sebagai referensi.
6

BAB II
PEMBAHASAN
 
A. Pengertian Beriman Kepada Qada’ Dan Qadar
 
Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan
dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada‟ menurut bahasa artinya
Ketetapan. Qada‟artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk  -Nya yang bersifat
Azali.Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran
mahluk.Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran. Qadar artinya terjadi
penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya.
Qada‟ dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.Sedangkan arti qodo
dan qodar menurut al-quran yaitu : 

1. Arti Qada

a. Qada berarti hukum atau keputusan terdapat ( Q.S. Surat An-Nisa‟ ayat 65 )


b. Qada berarti mewujudkan atau menjadikan ( Q.S. Surat Fussilat ayat 12 )
c. Qada berarti kehendak ( Q.S. Surat Ali Imron ayat 47 )
d. Qada berarti perintah ( Q.S. Surat Al-Isra‟ ayat 23)

2. Arti Qadar.
 
a. Qadar berarti mengatur atau menentukan sesuatu menurut batas-batasnya ( Q.S.Surat
Fussilat ayat 10 ) 
b. Qadar berarti ukuran ( Q.S. Surat Ar-Ra‟du ayat 17 )
c. Qadar berarti kekuasaan atau kemampuan ( Q.S. Surat Al- Baqarah ayat 236 )
d. Qadar berarti ketentuan atau kepastian ( Q.S. Al- Mursalat ayat 23 ) 
e. Qadar berarti perwujudan kehendak Allah swt terhadap semua makhluk-Nyadalam
bentuk-bentuk batasan tertentu ( Q.S. Al- Qomar ayat 49)
7

Jadi, Iman kepa qada‟ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang
terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah
SWT sejak jaman azali. Iman kepada qada‟ dan qadar termasuk rukun iman yang
keenam. Rasulullah SAW bersabda.

Artinya :“Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikatnya, kitab
kitabnya, para Rasulnya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang
baiknya ataupun yang buruk”.(H.R. Muslim)

Dan sabda Rasullullah SAW yang artinya : “Malaikat akan mendatangi nuthfah
yang telah menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima malam
serayaberkata; „Ya Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara atau bahagia? „ Maka ditet
apkanlah(salah satu dari) keduanya. Kemudian malaikat itu bertanya lagi; „Ya Tuhanku,
apakah nanti ia ini laki-laki ataukah perempuan? „ Maka ditetapkanlah antara salah satu
dari keduanya, ditetapkan pula amalnya, umurnya, ajalnya, dan rezekinya. Setelah itu
catatan ketetapan itu dilipat tanpa ditambah ataupun dikurangi lagi.” (HR. Muslim).

 
B. Dalil Dalil Tentang Iman Kepada Qada dan Qadar
 
1. Dalil-Dalil Dari Al-Qur-anDalil-dalil dari al-Qur-an sangat banyak, di antaranya
firman Allah Azza wa Jalla

"…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti


 berlaku." [Al-Ahzab/33:38]Juga firman-Nya:
8

 "Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk." [Al-


A‟laa/87: 3]

2. Dalil-Dalil Dari As-Sunnah

“…Dan engkau beriman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk… .” [1]
 
3. Dalil-Dalil Dari Akal
 
Sedangkan dalil akal, maka akal yang sehat memastikan bahwa Allah-
lahPencipta alam semesta ini, Yang Mengaturnya dan Yang Menguasainya.
Tidakmungkin alam ini diadakan dengan sistim yang menakjubkan, saling menjalin,
dan berkaitan erat antara sebab dan akibat sedemikian rupa ini adalah secara kebetulan
.Sebab, wujud itu sebenarnya tidak memiliki sistem pada asal wujud-nya,
lalu bagaimana menjadi tersistem pada saat adanya dan perkembangannya.Jika ini
terbukti secara akal bahwa Allah adalah Pencipta, maka sudah pastisesuatu tidak
terjadi dalam kekuasaan-Nya melainkan apa yang dikehendaki danditakdirkan-Nya.Di
antara yang menunjukkan pernyataan ini ialah firman Allah Azza wa Jalla:

 "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas
segalasesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu."[Ath-Thalaaq/65 : 12]Kemudian perincian tentang qadar tidak diingkari akal,
tetapi merupakan hal yang benar-benar disepakati, sebagaimana yang akan dijelaskan
nanti.
9

C. Pengaruh iman kepada qada’ dan qadar


 Mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita. Kita harus yakin
dengansepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang
menyenangkanmaupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah. Sebagai
orang beriman, kitaharus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita. Di dalam
sebuah hadits qudsiAllah berfirman yang artinya:

” Siapa yang tidak ridha dengan qadha -Ku dan qadar-Ku dantidak sabar terhadap
bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencariTuhan selain Aku.
(H.R.Tabrani) Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir
tidak selalusesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan
keinginan kita,hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang
diberikan Allah kepadakita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau
merupakan musibah, makahendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus
yakin, bahwa di balik musibah ituada hikmah yang terkadang kita belum
mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apayang diperbuatnya

D. Hikmah orang yang beriman kepada qada’ dan qadar


 
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi
kitadalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
Hikmahtersebut antara lain:

1. .Banyak Bersyukur dan Bersabar 


 Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat
keberuntungan,maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat
Allah yang harusdisyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar,
karena hal tersebutmerupakan ujian. Firman Allah :

Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya),


dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada- Nyalah kamu meminta
pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).
10

2. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila
memperolehkeberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena
hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia
mudah berkeluhkesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu
sebenarnya adalahketentuan Allah. Firman Allah SWT:Artinya: Hai anak-anakku,
pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dansaudaranya dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)

3. Bersifat Optimis dan Giat Bekerja


 
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang
tentumenginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu
saja,tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan
qadarsenantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan
itu.Firman Allah :Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan)negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawidan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik,kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allahtidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-
Qashas ayat 77)

4. Jiwanya Tenang
 
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami
ketenangan jiwadalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang
ditentukan Allahkepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena
musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Allah SWT berfirman :Artinya : Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yangtenang lagi diridhai-
Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, danmasuklah kedalam sorga-
Ku. ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)
11

E. Analisa Tentang Takdir

Takdir merupakan suatu kajian yang sering diperdebatkan, baik oleh cemdikiawan
maupun oleh masyarakat biasa. Permasalahan yang sering diperbincangkan adalah
apakah takdir dapat dipercepat atau ditunda, bahkan ada yang menanyakan apakah dapat
dirubah oleh makhluk, khususnya makhluk manusia.

Takdir kematian mempunyai peranan yang sangat besar dalam memantapkan


akidah serta menumbuh kembangkan semangat pengabdian. Dalam masalah akidah,
Tuhan mengatakan ‫وما نحن بمسبقين‬ (Tidak ada yang dapat mendahului atau menandingi
dalam penetapan waktu tibanya), yang mendorong manusia memiliki keyakinan yang
mantap, sehingga dalam proses menuju ke “terminal terakhir” itu merupakan suatu wujud
pengabdian kepada Allah Swt.

Demikian pula dalam konteks takdir rezeki, Tuhan menggunakan dua term yaitu
‫ يقدر‬dan ‫يبسط‬, yang menandakan bahwa ada dua terminal yang ditetapkan atau dibuatkan
oleh Allah untuk didatangi oleh manusia, yakni lapang dan sempit. Hanya manusia yang
memilih mana yang akan didatangi. Namun  fakta menunjukkan bahwa masa lalu dan
masa depan sudah tercipta dalam pandangan Allah dan bahwa segalanya telah terjadi dan
hadir dalam pandangan Allah, setiap manusia sepenuhnya tunduk pada takdirnya.
Manusia tidak dapat mengubah masa lalunya dan masa depannya. Walaupun demikian
Allah memberikan kepada setiap manusia satu perasaan bahwa dia dapat mengubah hal-
hal dan membuat pilihan dan keputusannya sendiri. Sebagai konsekwensinya, manusia
berserah diri dengan sukarela kepada Allah SWT , ia hanya berusaha dan berharap untuk
mendapatkan keridhaan dan rahmat-Nya.

1. Takdir Irasional.

Takdir Allah yang pertama adalah takdir yang irasional (tidak dapat berubah) oleh
siapa pun kecuali Allah Swt. Bagaimana pun usaha manusia, baik usaha fisik maupun
usaha doa, tidak akan berubah sedikit pun. Lihat, misalnya QS. al-Muzammil (73) : 20

Terjemahnya :
12

….. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang, Allah mengetahui bahwa
kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu ….

Juga dalam QS. Yunus (10): 5

Terjemahnya :

Dia lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkannya tempat-tempat poros perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan waktu .

Kedua ayat di atas tidak menggunakan ‫( ”إس__م الض__مير “نا‬kata ganti “na”), yang
menandakan bahwa perputaran takdirnya tidak ada campur tangan manusia, semata-mata
Allah yang menentukannya. Lain halnya takdir rasional, Tuhan menggunakan kata ganti
‫ نحن‬atau ‫ نا‬yang menunjukkan adanya partisipasi manusia.

2. Takdir Rasional

Takdir Allah yang kedua ini adalah takdir yang rasional. Takdir tersebut adalah
takdir yang ditujukan kepada alam manusia, termasuk takdir kematian dan rezeki.

Term takdir yang rasional adalah ditujukan  pada takdir kematian. Lihat, misalnya
QS. al-Waqi’ah (56) : 60

Terjemahnya :

Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali tidak dapat
dikalahkan.

Kalimat ‫ نحن قدرنا‬merupakan kalimat yang tersusun dari subjek dan predikat. Di
dalam ilmu Balaghah dikatakan bahwa kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat
mengandung berita benar dan bohong. Dalam kalimat ini seseorang pasti yakin berita itu
benar, karena itu bersumber dari Allah dan ditulis dalam media cetak al-Qur’an. Isi berita
tersebut adalah batas kehidupan setiap makhluk yang bernyawa, disebut mati.

Kata ‫ نحن‬adalah isim dhamir (kata ganti) yang mengandung arti jama’ (banyak).


Muncul pertanyaan, apakah ada selain Allah Swt, yang dapat memberikan
13

batas,qadar kehidupan makhluk, khususnya manusia ?. Sebelum di jawab pertanyaan


tersebut, terlebih dahulu penulis menguraikan kalimat yang ada sebelum kalimat ‫نحن قدرنا‬,
yaitu kalimat ‫نحن خلقن___اكم‬. Dalam kalimat tersebut, Tuhan menggunakan pula isim
dhamir ‫ نحن‬yang menunjukkan jama’ (banyak). Dalam Tafsir fi Zilalil Qur’an,
pengarangnya berpendapat bahwa hal itu tidak terlepas dari campur tangan
manusia. Karena sebelum diproses penciptaan manusia dalam rahim, terdapat proses
pertama yaitu mempertemukan air mani dengan ovum. Itu proses yang dilakukan oleh
manusia. Maka dhamir ‫ نجن‬pada kalimat ‫ نحن ق_درنا‬menunjukkan adanya pula partisipasi
manusia dalam mempercepat dan menunda tiba pada “terminal mati” atau takdir mati.

Kata ‫ قدرنا‬adalah kata kerja lampau. Kata tersebut ditafsirkan oleh Ibnu Katsir
‫( صرفنا‬Kami telah merubah), maksudnya adalah ada dipercepat dan ada ditunda, yang
sesuai dengan proses sikap manusia. Atas dasar itu, Tuhan menetapkan dan mentakdirkan
sesuai dengan sikap tersebut Tuhan menggunakan kata kerja yang menunjukkan
pengertian dinamis, sehingga kendati Tuhan mengatakan, “Kami telah menetapkan”,
akan tetapi tidak menutup kemungkinan Tuhan akan melonggarkan atau menetapkan
suatu ketetapan yang lain selain ketetapan awal. Sama halnya kalau dikatakan ‫ق__د‬
‫اكلنا‬ (kami telah makan), pasti (cepat atau lambat) akan makan lagi.

Kata ‫ الموت‬kedudukannya dalam I’rab sebagai maf’ulumbih. Di dalam al-Qur’an


ternyata hidup dan mati itu adalah makhluk. Lihat, misalnya, QS al-Mulk (67) : 2 ‫ق‬ َ َ‫الَّ ِذي خَ ل‬
َ‫( ْال َموْ تَ َو ْال َحيَاة‬Dia yang mencipta mati dan hidup …..). Berdasarkan ayat tersebut, penulis
berkesimpulan bahwa kematian ini ibaratnya sebuah terminal, yang setiap makhluk
khususnya manusia, dari perjalanan hidupnya yang panjang harus mendatanginya dan
singgah. Oleh karena itu, Allah mengisyaratkan tentang hal itu, ‫( كل نفس ذائقة الموت‬setiap
yang bernyawa akan singgah di terminal tersebut untuk merasakannya).

Kata ‫ يق__در‬،‫( ق__در‬tanpa tasydid), menurut M. Quraish Shihab, mem-punyai tiga


makna, yaitu mulia, sempit dan menetapkan. Makna yang cocok digunakan dalam
konteks ayat ‫… يبس__ط ال__رزق لمن يش__اء ويق__در‬  (Allah melapangkan rezeki kepada orang
berkeinginan dan menyempit-kannya) adalah sempit.

Di dalam ayat di atas, disamping Tuhan menyebutkan kata ‫ يقدر‬juga menyebutkan


kata ‫ يبسط‬sehingga penulis berkesimpulan bahwa terminal-terminal terakhir bagi makhluk
14

yang diciptakan oleh Allah itu berpasang-pasangan, seperti lapang dan sempit, hidup dan
mati, kaya dan miskin, dan sebagainya.

Itulah hikmahnya Tuhan menciptakan “komputer canggih” dalam diri manusia,


yakni otak untuk berpikir dalam segala hal, diantaranya seseorang ingin hidup sejahtera
atau mati, ia harus menempuh koridor yang dapat menjadikan hidup sejahtera dan
menempuh koridor yang dapat mematikan. Serta ingin kaya atau miskin, ia sebaiknya
bekerja keras atau menempuh rel-rel yang dapat menjadikan dan mengantar sampai pada
menempu jalan yang menjadikan miskin, pasti Tuhan memberikan karena ada ayat yang
mengisyaratkan manusia harus menentukan sikap lebih awal kemudian Tuhan akan
membalas sikap tersebut. Lihat, misalnya QS. al-Baqarah (2) : 152     

ْ ‫فَ ْاذ ُكرُونِي َأ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر‬


ِ ‫ُوا لِي َوالَ تَ ْكفُر‬
‫ُون‬

Artinya; “ingatlah Aku pasti Aku mengingat kalian”

Juga dalam firman-Nya dalam QS. Al-Raád (13) : 11

‫ُوا َما بَِأ ْنفُ ِس ِه ْم‬


ْ ‫ِإ َّن هّللا َ الَ يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّر‬ 

Artinya; “Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga mereka merubah dirinya
sendiri)”

 
15

BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan

Beriman kepada qada‟ dan qadar akan melahirkan sikap


optimis,tidak mudah putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang 
telah Allahtakdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang
muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Olehkarena
itu,jikakita tertimpa musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut
kitabelumtentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menu
rutAllah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan
tawakalyang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan
untukmencari takdir yang terbaik dari Allah.

B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.Oleh
karena itu, penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwakita
kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandanganAllahSWT.
Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa
ditingkatkan demimeningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar, be
rikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah.

 
16

DAFTAR PUSTAKA

A. Ahyadi. 2009. Bahan Kuliah PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP.


Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.
Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka. 
Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya. 
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.

 
17

1. Alim Praya Magnun; Apakah takdir itu diketahui atau belum dan apakah dalam takdir itu
ada campur tangan tuhan di dalamnya?
2. Muhammad Fahcreza Mifta; Apakah Allah sudah menentukan takdir manusia dari awal
hidunya tau bagaimana?
3. Siti Humairah; Menurut anda apa yanga menjadi permasalahan dasar terkhusus terhadap
masalah masyarakat yang selalu menyalahkan takdir?
4. Nur Aminah; Bagaimana menghadapi ketika takdir yang diharapkan tidak sesuai?
5. Sahdan; Kalau saya dapat uang apakah itu takdir saya?

Jabariyah: Takdir semuanya ditentukan oleh Allah


Qadariyah: Takdir Allah pun tetap ada campur tangan manusia

Anda mungkin juga menyukai