Anda di halaman 1dari 34

PANDUAN SKRINING PASIEN

RUMAH SAKIT HAPPY LAND MEDICAL CENTER

2019
DAFTAR ISI

SK PEMBERLAKUAN PANDUAN / LEMBAR PENGESAHAN

BAB I DEFINISI

BAB II RUANG LINGKUP

BAB III KEBIJAKAN

BAB IV TATA LAKSANA

BAB V DOKUMENTASI
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HAPPY LAND MEDICAL CENTRE

NO : 002C/SK/DIR/HLMC/I/19
TENTANG SKRINING DAN TES DIAGNOSA PASIEN

RUMAH SAKIT HAPPY LAND MEDICAL CENTRE

DIREKTUR RUMAH SAKIT HAPPY LAND MEDICAL CENTRE

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Happy
Land, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan di Rumah Sakit
Happy Land dapat terlaksana dengan baik, diperlukan adanya keputusan
Direktur Rumah Sakit Happy Land sebagai landasan bagi
penyelenggaraan akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan di Rumah
Sakit Happy Land;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan
Kebijakan Skrining dan Tes Diagnosa pasien Rumah Sakit Happy Land
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Happy Land;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor : 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;


2. Undang – Undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang – Undang Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal
29;
4. Undang – Undang Nomor 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 5;
5. Undang – Undang Nomor 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43;
6. SK Direktur Rumah Sakit Happy Land No : 008B/SK/DIR/HLMC/I/19
tentang Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Happy Land

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HAPPY LAND MEDICAL
CENTRE TENTANG SKRINING DAN TES DIAGNOSA PASIEN RUMAH
SAKIT HAPPY LAND MEDICAL CENTRE;
KEDUA : kebijakan Panduan Skrining dan Tes Diagnosa Pasien Rumah Sakit Happy
Land Medical Centre sebagaimana tercantum dalam Lampiran dibawah
ini.
KETIGA : peraturan skrining dan tes diagnostic pasien di Rumah Sakit Happyland
sebagaimana dalam Diktum pertama, harus dijadikan acuan dalam
memberikan pelayanan pasien saat masuk ke Rumah Sakit Happy Land.
pera
turan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Yogyakarta
Pada tanggal 7 Januari 2019
RS Happy Land Medical Centre

Dr. dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, DLP, AAK


Direktur
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HAPPY LAND MEDICAL
CENTRE

NO : 002C/SK/DIR/HLMC/I/19

TENTANG SKRINING DAN TES DIAGNOSA PENERIMAAN PASIEN

DI RUMAH SAKIT HAPPY LAND MEDICAL CENTRE

SKRINING DAN TES DIAGNOSTIK PENERIMAAN PASIEN

RUMAH SAKIT HAPPY LAND MEDICAL CENTRE

I. Skrining pra hospital


SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN
Operator / penerima 1. Menghubungkan pasien/keluarga ke unit admisi.
telepon 2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter
jaga IGD untuk dikaji lebih lanjut.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat
diakses dan informasi waktu pelayanan.
Admisi/counter 1. Menghubungkan penelpon baik fasilitas kesehatan
pendaftaran/custome perujuk ataupun pasien/keluarga ke dokter jaga IGD (24
r service/security jam) atau IRJ (selama jam buka pelayanan poli) untuk
mengidentifikasi pelayanan yang dibutuhkan pasien.
2. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian
khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan
identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang
membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di
Rumah Sakit Happyland disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan pasien.

IRJA 1. Pada jam buka pelayanan IRJ, admisi rawat jalan


menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ
beserta jam pelayanan dan bagaimana cara mengakses
pelayanan tersebut/pendaftarannya.
1. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima
telepon segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
bagi calon pasien (yang belum terdaftar sebagai pasien)
maupun pasien lama, untuk merencanakan tindak
lanjut.
IGD 2. Petugas medis/paramedic yang menerima panggilan
telepon melakukan skrining per-telepon dengan
mencatat semua informasi yang diperlukan mulai dari
kondisi pasien sampai dengan riwayat penyakit saat ini
dan terdahulu serta rencana tindakan lanjutan yang
direncanakan.
1. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan, yaitu
pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit
untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang sesuai
serta konsultasi dokter jaga IGD kepada DPJP kasus
terkait.
Tenaga ambulan 2. Proses skrining dimulai saat mendapatkan permintaan
penjemputan pasien, untuk menentukan tingkat
emergensi dalam persiapan SDM tim ambulan yang
akan melakukan penjemputan, maupun menentukan
peralatan yang dibutuhkan dalam penjemputan.
3. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan
dengan berpatokan pada penilaian pre transport pasien,
dengan menggunakan form transfer pasien.
Skrining lanjutan yaitu triage, dilakukan setelah tiba di
IGD dengan berpatokan pada pengkajian kondisi
pasien.

II. Pasien baru masuk di IGD dilakukan skrining dengan kriteria triase.

III. Skrining intra hospital


Skrining intra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun area
Instalasi Rawat Jalan (IRJ), pro hemodialisa, sebelum dirujuk dan pro radiologi.

A. Skrining di Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan

1. Keadaan Umum Pasien


Observasi visual atau pengamatan atau anamnesa
Observasi pada pasien baru masuk/ mendapatkan perawatan pasien di rumah
sakit seperti keadaan umum, anamnesa terhadap pasien atau keluarga

a. Kejang;
1) Dipulangkan :bila disertai demam, sudah ada riwayat kejang
demam sebelumnya, kesadaran baik.
2) Dirawat/ diterima :Bila kejang, disertai demam, tidak disertai kaku
kuduk,tidak disertai penurunan kesadaran, tidak disertai gangguan fungsi
neurologis lainnya
3) Dirujuk/ tidak diterima :Bila diikuti deficit neurologist, kaku kuduk,
kesadaran menurun, kejang tidak berhenti dengan obat anti kejang/
kejang berulang, peningkatan tekanan darah dan gagal nafas
b. Nyeri akut abdomen;
1) Dipulangkan : Hb serial bagus pada trauma abdomen, tidak
disertai muntah hebat, tidak disertai BAB hitam setelah pengobatan
kesannya membaik.
2) Dirawat : perlu observasi lebih lanjut, setelah
pengobatan tidak membaik.
3) Dirujuk/ tidak diterima : Pada perempuan hamil, disertai tanda-tanda
syok.
c. Nyeri dada;
1) Dipulangkan : Riwayat trauma dengan thorak foto baik,
nyeri dengan hasil EKG baik, membaik dengan terapi
2) Dirawat : Bila nyeri setempat, vital sign stabil,
terdapat abnormalitas EKG
3) Dirujuk/ tidak diterima : Bila nyeri menjalar, nyeri tekan disertai
tanda-tanda syok pada pasien, perlu penanganan lebih lanjut pada
abnormalitas EKG tertentu

d. Sesak napas;
1) Dipulangkan : pemeriksaan jantung dan paru-paru normal,
saturasi oksigen baik
2) Dirawat : Ada tanda-tanda gelisah, pasien
memerlukan oksigen, riwayat sakit sesak sebelumnya, belum membaik
dengan terapi yang diberikan
3) Dirujuk : Dengan JVP yang meningkat, tanda-tanda
syok.
2. Pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik
Skrining melalui pemeriksaan fisik meliputi :
a. Tingkat kesadaran
1) Pasien dipulangkan :
 GCS 15 tanpa hematoma dan deficit neurologis.
 Kehilangan kesadaran kurang dari 5 menit.
 Kejadian terjadi 4 jam atau lebih.
2) Pasien dirawat/ diterima :
 GCS 14-15 dengan hematoma tanpa deficit neurologis.
 Tanda atau gejala defisit neurologis.
 Kesulitan penilaian klinis.
 Kelainan medis lain.
 Usia lebih dari 50 tahun.
3) Pasien dirujuk/ tidak diterima :
 GCS ≤ 13 dengan hematoma.
 GCS ≤ 15 dengan deficit neurologis focal.
 GCS ≤ 8 setelah resusitasi.
 Penurunan GCS ≥ 2.
 Cedera penetrasi.
 Fraktur depresi.
 Fraktur terbuka.
 Fraktur basis kranii.

 Nyeri kepala, muntah, bingung menetap > 2 jam setelah


MRS.
b. Tekanan darah
1) Pasien dipulangkan : Tekanan darah normal.
2) Pasien dirawat/ diterima : Hipotensi dengan tanda-
tanda syok, hipertensi tanpa deficit neurologis.
3) Dirujuk/ tidak diterima : Hipertensi dengan kesadaran
menurun/ tanda deficit neurologis.
c. Respirasi
1) Pasien dipulangkan : Respirasi ≤ 24 x/menit, saturasi
oksigen ≥ 96%.
2) Pasien dirawat/ diterima : Respirasi 24-30 x/menit,
saturasi oksigen ≤ 95% ada wheezing, rhonki.
3) Dirujuk/ tidak diterima : Gagal napas dengan saturasi
oksigen ≤ 65%.
d. Temperatur
1) Pasien dipulangkan : ≥ 37,2°C baru 1-2 hari.
2) Pasien dirawat/ diterima : ≥ 37,2°C dengan panas ≥ 3
hari/ kejang tanpa penurunan kesadaran/ tidak ada kaku kuduk,
ditemukan gejala klinis dan penunjang lain yang mendukung
3) Dirujuk/ tidak diterima : ≥ 40°C dengan penurunan
kesadaran/ kejang berulang/ kaku kuduk.
e. Fisik secara umum maupun organ
1) Pasien dipulangkan : Bila keadaan umum bagus, tidak ada
pembesaran organ.
2) Pasien dirawat/ diterima : Penurunan berat badan, tidak
ada asupan makanan, pembesaran organ memerlukan
pemeriksaan lanjutan.
3) Dirujuk/ tidak diterima : Keadaan umum sangat lemah,
terdapat kegagalan sistem organ.

f. Psikologik
1) Pasien dengan percobaan bunuh diri
 Pasien dipulangkan : Bila permintaan keluarga.
 Pasien dirawat/ diterima : Pasien dirawat
 Dirujuk/ tidak diterima : Bila memerlukan
penanganan lebih lanjut oleh psikiater.
2) Permintaan keluarga
 Pasien dipulangkan : Pasien pulang dengan persetujuan.
 Pasien dirawat/ diterima : Ada permintaan pasien dirawat.
 Dirujuk/ tidak diterima : Pasien dirujuk (KIE).
3) Kiriman dokter
 Pasien dipulangkan :-
 Pasien dirawat/ diterima : Sesuaikan dengan
kebutuhan dan jenis pelayanan yang sesuai.
 Dirujuk/ tidak diterima : Bila tidak sesuai kebutuhan
pasien dengan jenis pelayanan yang tersedia.
3. Hasil pemeriksaan laboratorium (hasil lab abnormal)
Hasil dari pemeriksaan laboratorium yang mengharuskan penderita dirawat,
atau dipulangkan atau tidak diterima. Apakah di rumah sakit tersedia pelayanan
yang sesuai kebutuhan pasien.
a. Darah lengkap
1) Trombosit
 Pasien dipulangkan : Trombosit ≥ 150.000.
 Pasien dirawat/ diterima: Trombosit < 150.000 dan ada
riwayat demam. Trombosit < 150.000 dengan Hb > 17 g/dl dan
peningkatan hematokrit > 20%, disertai klinis yang mendukung
 Dirujuk/ tidak diterima : Trombosit < 150.000 disertai Hb ≤7
dan leukosit < 4000, disertai tanda syok yang tidak teratasi
2) Haemoglobin
 Pasien dipulangkan : Hb > 10 g/dl.
 Pasien dirawat/ diterima : Hb ≤7 g/dl, dengan anemia akut.
Hb 7-10 g/dl ada hipoksia dan hipoksemia.

 Dirujuk/ tidak diterima : Pada Hb serial (3x) tiap jam terjadi


penurunan, Hb ≤ 7, leukosit < 4,5, trombosit < 150.000.
3) SGOT/SGPT
 Pasien dipulangkan : Kenaikan < 2x normal.
 Pasien dirawat/ diterima : Kenaikan ≥ 2x normal.
 Dirujuk/ tidak diterima : Kenaikan disertai kegagalan hati/
penurunan kesadaran.

4) BUN/SC

 Pasien dipulangkan : BUN/SC < 2x normal.


 Pasien dirawat/ diterima: BUN/SC kenaikan 2x normal disertai
mual dan muntah.

 Dirujuk/ tidak diterima : BUN/SC 2x normal disertai sesak dan

riwayat hemodialisis.

4. Penilaian nyeri dengan menggunakan Wong Baker Face


5. Skrining batuk
Pasien yang batuk semua diberikan masker wajah, sedangkan pasien yang
batuk ≥ 2 minggu diarahkan ke poliklinik umum ataupun penyakit dalam.
6. Skrining pasien jatuh
Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test.
7. Skrining hambatan
Penterjemah bahasa asing dilakukan oleh dokter internal Rumah Sakit
Happyland, apabila terdapat kendala bahasa asing lainnya maka menghubungi
pihak ketiga sebagai penterjemah.

B. Skrining di Instalasi Rawat Inap


Skrining di pelayanan Instalasi Rawat Inap meliputi pelayanan kuratif, preventif,
rehabilitative, paliatif dan isolasi.

a. Pasien kuratif indikasi rawat inap :

Diagnosa Kriteria / indikasi rawat inap


Katarak senilis 1. Pre op dengan penyulit
2. DM
3. Hipertensi
4. Anatomi mata kecil
Trauma mata 1. Laserasi kornea
2. Laserasi bulbus oculi
3. Mengancam visual
Glaucoma akut 1. Penurunan penglihatan
2. Edema kornea
3. TIO > 21
4. Gangguan airway
Pentonsilar abses 1. Gangguan airway
2. Resiko sepsis
3. Disfagia
4. Nyeri berat
Epitaksis 1. Perdarahan massif
2. Hipertensi tak terkontrol
3. Observasi perdarahan lanjut
Hipertrofi tonsil Pre operatic treatment
Prolonged pregnancy Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Pre eklampsi 1. Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
2. Proteinuria ≥ 2
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR
5. Peningkatan SGOT/SGPT
6. Penurunan AT
Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragic
Hyperemesis gravidarum 1. Keton urin +
2. Keadaan umum lemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal uteri bleeding Hb ≤ 8,0 mg/dl
DHF 1. Trombosit < 100.000
2. Tekanan darah < 100/70 mmHg (pre–
syok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal
reflix desease
3. Dehidrasi

Diare 1. Dehidrasi sedang – berat


2. Muntah sampai tidak ada obat yang bisa
masuk
3. Pre – syok TD < 100/60 mmHg
Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x
nebulizer
2. Respirasi rate > 40
Periapical abscess without 1. Suhu tinggi
sinus 2. Susah menelan
3. Nadi cepat
Periapical abscess with sinus 1. Suhu tinggi
2. Susah menelan
3. Nadi cepat
4. Nafas terganggu

b. Pelayanan Preventif
Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan
kehamilan, balita)
 Deteksi dini kasus, faktor resiko maternal dan balita
 Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ibu hamil dan dewasa
c. Pelayanan rehabilitative
 Tindakan fisioterapi bisa dilakukan dengan rawat jalan (tidak
memerlukan rawat inap)
 Pada kasus penyerta pengerjaan fisioterapi dilakukan untuk
pemulihan pasca operasi
 Jenis fisioterapi akan di skrining oleh dokter rehabilitasi medik.

d. Pelayanan Paliatif

Pasien paliatif yang masuk indikasi rawat inap :


Diagnosa Kriteria / indikasi masuk rumah sakit
Congesif heart failure 1. Edema perifer
2. Dyspnea
3. Pembesaran hati
4. Emboli paru
5. Kardiomiopati
6. Disritmia
Chronic kidney Disease (CKD) 1. Mual muntah berlebihan
2. Perubahan status mental
3. Sesak nafas
4. Asidosis

e. Isolasi
Pasien isolasi dengan indikasi masuk rawat inap

Diagnose Kriteria
TBC  Batuk berdarah
 KU buruk
 Pneumothoraks
 Empiema
 Efusi pleural massif
 Sesak nafas berat TB paru milier
 Meningitis TB
Cytomegalovirus  Demam
 Pneumonia/sesak nafas berat
 Takipnea dan dyspnea
 Kerusakan otak
Tetanus Semua grade tetanus indikasi di rawat
inapkan
Kondisi pasien  Demam
immunocompromised (ex :  Ada infeksi tumpangan
pansitopenia, keganasan post
kemoterapi)

C. Skrining pasien pro hemodialisa


Pasien yang dinyatakan perlu hemodialisa apabila terdapat indikasi :
1. Hyperkalemia ( > 6 mEq/l)
2. Asidosis
3. Kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah (ureum > 200 mg%, kreatinin
serum > 6 mEq/l)
5. Kelebihan cairan, mual muntah hebat
6. Intoksikasi obat dan zat kimia
7. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
8. Sindrom hepatorenal dengan kriteria :
 K+ pH darah < 7,10
 Oligouri / anuria > 5 hari
 GFR < 5 ml/1 pada GGK
 Ureum darah > 200 mg/dl
Kontraindikasi pasien hemodialisa :
1. Hipertensi berat (TD > 200/100 mmHg)
2. Hipotensi (TD < 100 mmHg)
3. Adanya perdarahan hebat
4. Demam tinggi

D. Skrining pasien sebelum dirujuk


1. Dokter dan perawat melakukan penilaian visual, anamnesa, dan vital sign
2. Pastikan fasilitas RS rujukan mendukung upaya pertolongan pasien
3. Lakukan pemeriksaan penunjang minimal sebelum diputuskan untuk dirujuk
4. Jika pasien memenuhi kriteria untuk dirujuk, maka wajib dipastikan pasien
dalam keadaan stabil untuk dirujuk.
5. Petugas yang merujuk adalah yang sesuai kompetensinya.

E. Hasil pemeriksaan radiology (hasil abnormal)


Dari hasil pemeriksaan radiology tentukan apakah kelainan yang terdapat pada
pasien dapat terlayani di Rumah Sakit Happy Land atau hanya cukup rawat jalan.

Ditetapkan di : Yogyakarta

Pada tanggal : 7 Januari 2019

RS Happyland Medical Centre

DR. dr. Bondan Agus Suryanto, SE., MA.,DLP.,AKK


Direktur
BAB I

DEFINISI

Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang


yang sehat dari orang yang memiliki keadaan fatologis yang tidak terdiagnosis atau
mempunyai resiko tinggi (Kamus Dorland ed . 25 : 974 ).

Skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau


kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang
terlihat sehat, atau benar- benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan ataupun
gangguan kesehatan.

Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triage, anamnesis (wawancara
riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik maupun
psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi diagnostik. Keterangan hasil skrining
digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien
rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan
kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Skrining pasien adalah
suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap
pasien yang datang ke Instalasi Gawat. Dalam hal ini skrining pasien dilakukan pada
awal di triage primer yang juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita
berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.

Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi
Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan gawat
darurat selama 24 jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari
penyakit dengan pengobatan dini yang sesuai terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah skrining pasien yang baik sehingga pelayanan
kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat dapat diselenggarakan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
BAB II

RUANG LINGKUP

Skrining dibagi dalam dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining pra-
hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum dirujuk dari
fasilitas kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari luar
rumah sakit.

Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat dilaksanakan melalui
metode triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologis,
laboratorium klinik atau diagnostic imaging sebelumnya. Pengkajian riwayat pasien
dalam proses skrining dilakukan melalui auto anamnesa dan hetero anamnesa.

Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit. Baik
pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Pada area rawat jalan, baik tenaga
medis maupun paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun
menunggu di ruang tunggu.

Skrining intra hospital dengan area rawat jalan dilakukan oleh dokter dan perawat di
rawat jalan. Skrining rawat jalan meliputi kondisi umum pasien, penilaian nyeri, skrining
batuk, resiko jatuh dan skrining hambatan.

Skrining pasien dengan indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui
IGD/poliklinik umum dan oleh dokter spesialis.
BAB III

KEBIJAKAN

1. UU no 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 3 Pengaturan praktik kedokteran


bertujuan untuk :

a. memberikan perlindungan kepada pasien;


b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan
oleh dokter dan dokter gigi; dan
c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi
2. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 : Rumah Sakit mempunyai fungsi : huruf
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
3. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 29 Setiap Rumah Sakit mempunyai
kewajiban : huruf r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws)
Penjelasan Pasal 29 huruf r : Yang dimaksud dengan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital bylaws) adalah peraturan organisasi Rumah Sakit (corporate bylaws) dan
peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff bylaw) yang disusun dalam rangka
menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
dan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Dalam peraturan staf
medis Rumah Sakit (medical staff bylaw) antara lain diatur kewenangan klinis (Clinical
Privilege).

4. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 menyatakan rumah sakit wajib


menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
5. Permenkes 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
BAB IV

TATA LAKSANA

1. Skrining Pra – Hospital

Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon.
Interaksi telepon bisa datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari
informasi dengan melakukan panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas
kesehatan luar rumah sakit yang berencana merujuk pasien ke rumah sakit
Happyland akan diterima oleh operator yakni petugas admisi, case manager (CM)
atau tenaga medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait (IGD/IRJ) setelah
disambungkan oleh operator.

Langkah – langkah skrining pra-hospital antara lain :


SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN
Operator / penerima 4. Menghubungkan pasien/keluarga ke unit admisi.
telepon 5. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter
jaga IGD untuk dikaji lebih lanjut.
6. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat
diakses dan informasi waktu pelayanan.
Admisi/counter 3. Menghubungkan penelpon baik fasilitas kesehatan
pendaftaran/custome perujuk ataupun pasien/keluarga ke dokter jaga IGD (24
r service/security jam) atau IRJ (selama jam buka pelayanan poli) untuk
mengidentifikasi pelayanan yang dibutuhkan pasien.
4. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
Case Manager 5. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
berdasarkan prioritas kegawatan.
6. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian
khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
7. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan
identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang
membutuhkan rawat inap.
8. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di
Rumah Sakit Happyland disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan pasien.
IRJA 2. Pada jam buka pelayanan IRJ, admisi rawat jalan
menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ
beserta jam pelayanan dan bagaimana cara mengakses
pelayanan tersebut/pendaftarannya.
3. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima
telepon segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
bagi calon pasien (yang belum terdaftar sebagai pasien)
maupun pasien lama, untuk merencanakan tindak
lanjut.
IGD 3. Petugas medis/paramedic yang menerima panggilan
telepon melakukan skrining per-telepon dengan
mencatat semua informasi yang diperlukan mulai dari
kondisi pasien sampai dengan riwayat penyakit saat ini
dan terdahulu serta rencana tindakan lanjutan yang
direncanakan.
4. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan, yaitu
pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit
untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang sesuai
serta konsultasi dokter jaga IGD kepada DPJP kasus
terkait.
Tenaga ambulan 4. Proses skrining dimulai saat mendapatkan permintaan
penjemputan pasien, untuk menentukan tingkat
emergensi dalam persiapan SDM tim ambulan yang
akan melakukan penjemputan, maupun menentukan
peralatan yang dibutuhkan dalam penjemputan.
5. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan
dengan berpatokan pada penilaian pre transport pasien,
dengan menggunakan form transfer pasien.
6. Skrining lanjutan yaitu triage, dilakukan setelah tiba di
IGD dengan berpatokan pada pengkajian kondisi
pasien.

2. Skrining Intra – Hospital


Skrining intra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun area
Instalasi Rawat Jalan (IRJ). Langkah – langkah skrining intra-hospital antara lain :

SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN


Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian
khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasi pembagian ruangan berdasarkan
identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang
membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di
rumah sakit happyland disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan pasien.
IRJA 1. Setiap tenaga medis dan paramedic wajib untuk segera
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien yang
membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik
maupun menunggu di ruang tunggu melalui pengamatan
visual atau anamnesa.
2. Dalam melakukan proses skrining bagi pasien yang
membutuhkan pelayanan emergensi, rawat inap dan
rujukan keluar. Pedoman skrining dikembangkan oleh
kelompok staf medik terkait.
IGD 1. Proses skrining dilakukan segera setelah pasien datang
ke IGD.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi,maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan.
3. Dokter jaga/paramedic melakukan triage untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan pelayanan awal, untuk
selanjutnya dikonsulkan ke DPJP.
4. DPJP melakukan pelayanan medis, identifikasi
kebutuhan pelayanan khusus, menerima konsultasi dan
penilaian pasien untuk di rawat inap, dipulangkan atau
dirujuk.
Tenaga ambulan 1. Penjemputan pasien dilakukan atas permintaan.
2. Pengumpulan data per-telepon dibutuhkan untuk
menentukan tingkat emergensi dalam persiapan SDM
tim ambulan yang akan melakukan penjemputan,
maupun menentukan peralatan emergensi dan peralatan
tambahan yang dibutuhkan dalam penjemputan.
3. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan
dengan berpatokan pada penilaian pre transport pasien,
dengan menggunakan form pengawasan transportasi
pasien.
4. Pada keadaan khusus, pada kasus emergensi dokter
dalam tim ambulan wajib mengidentifikasi kebutuhan
pelayanan medis yang diperlukan, memberikan advice,
mempersiapkan sarana dan obat-obatan selama proses
transfer sampai dengan tiba di rumah sakit Happyland.
5. Pada pasien tidak stabil, pasien kecelakaan atau pasien
tidak dikenal, cukup ditanyakan jenis kelamin, usia,
kondisi pasien, pelayanan yang dibutuhkan dan lokasi
penjemputan.
6. Untuk pasien-pasien kegawatan dilakukan bantuan hidup
dasar dan stabilisasi sesuai panduan dan SPO, sebelum
di transfer ke rumah sakit.

A. Skrining di Instalasi Rawat Jalan


Skrining rawat jalan dilakukan oleh dokter dan perawat di rawat jalan. Skrining rawat
jalan meliputi :
1. Kondisi umum pasien
Dinilai dari kesadaran, jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
 Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh
(composmenstis), atau apakah pasien mengalami penurunan kesadaran
(mulai gelisah, sangat mengantuk, sampai penurunan kesadaran lebih
lanjut)
 Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan
ataukah ada kondisi potensial yang akan mengancam potensi jalan nafas.
Pernafasan dinilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah,
bahkan ada resiko distress nafas.
 Sirkulasi dinilai apakah normal atau ada masalah. Pasien dengan sirkulasi
drop yang layak mendapatkan pelayanan di IGD adalah :
1. Pasien yang sangat pucat
2. Pasien yang dating dengan keringat dingin, nadi teraba lemah
3. Akral dingin
4. Pasien dengan nyeri dada kiri, curiga iskemik jantung
5. Pasien dengan nyeri ulu hati, disertai dengan keringat dingin,nadi
lemah
6. Pasien dengan perdarahan sedang – hebat di dalamnya perdarahan
per-vaginal.
 Observasi pada pasien baru masuk/ mendapatkan perawatan pasien di
rumah sakit seperti keadaan umum, anamnesa terhadap pasien atau
keluarga:
1. Kejang;
a. Dipulangkan :bila disertai demam, sudah ada riwayat kejang
demam sebelumnya, kesadaran baik.
b. Dirawat/ diterima: Bila kejang, disertai demam, tidak disertai
kaku kuduk,tidak disertai penurunan kesadaran, tidak
disertai gangguan fungsi neurologis lainnya
c. Dirujuk/ tidak diterima: Bila diikuti deficit neurologist, kaku
kuduk, kesadaran menurun, kejang tidak berhenti dengan
obat anti kejang/ kejang berulang, peningkatan tekanan
darah dan gagal nafas
2. Nyeri akut abdomen;
a. Dipulangkan: Hb serial bagus pada trauma abdomen, tidak
disertai muntah hebat, tidak disertai BAB hitam setelah
pengobatan kesannya membaik.
b. Dirawat:perlu observasi lebih lanjut, setelah pengobatan
tidak membaik.
c. Dirujuk/ tidak diterima:Pada perempuan hamil, disertai tanda-
tanda syok.
3. Nyeri dada;
a. Dipulangkan: Riwayat trauma dengan thorak foto baik, nyeri
dengan hasil EKG baik, membaik dengan terapi
b. Dirawat :Bila nyeri setempat, vital sign stabil, terdapat
anormalitas EKG
c. Dirujuk/ tidak diterima :Bila nyeri menjalar, nyeri tekan
disertai tanda-tanda syok pada pasien, perlu penanganan
lebih lanjut pada abnormalitas EKG tertentu
4. Sesak napas;
a. Dipulangkan: pemeriksaan jantung dan paru-paru normal,
saturasi oksigen baik
b. Dirawat: Ada tanda-tanda gelisah, pasien memerlukan
oksigen, riwayat sakit sesak sebelumnya, belum membaik
dengan terapi yang diberikan
c. Dirujuk: Dengan JVP yang meningkat, tanda-tanda syok.
 Pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik
Skrining melalui pemeriksaan fisik meliputi :
1) Tingkat kesadaran
a. Pasien dipulangkan :
 GCS 15 tanpa hematoma dan deficit neurologis.
 Kehilangan kesadaran kurang dari 5 menit.
 Kejadian terjadi 4 jam atau lebih.
b. Pasien dirawat/ diterima :
 GCS 14-15 dengan hematoma tanpa deficit neurologis.
 Tanda atau gejala defisit neurologis.
 Kesulitan penilaian klinis.
 Kelainan medis lain.
 Usia lebih dari 50 tahun.
c. Pasien dirujuk/ tidak diterima :
 GCS ≤ 13 dengan hematoma.
 GCS ≤ 15 dengan deficit neurologis focal.
 GCS ≤ 8 setelah resusitasi.
 Penurunan GCS ≥ 2.
 Cedera penetrasi.
 Fraktur depresi.
 Fraktur terbuka.
 Fraktur basis krani
 Nyeri kepala, muntah, bingung menetap > 2 jam setelah MRS.

2) Tekanan darah
a. Pasien dipulangkan: Tekanan darah normal.
b. Pasien dirawat/ diterima :Hipotensi dengan tanda-tanda syok,
hipertensi tanpa deficit neurologis.
c. Dirujuk/ tidak diterima : Hipertensi dengan kesadaran
menurun/ tanda deficit neurologis.
3) Respirasi
a. Pasien dipulangkan : Respirasi ≤ 24 x/menit, saturasi oksigen ≥
96%.
b. Pasien dirawat/ diterima :Respirasi 24-30 x/menit, saturasi oksigen ≤
95% ada wheezing, rhonki.
c. Dirujuk/ tidak diterima: Gagal napas dengan saturasi oksigen ≤
65%.
4) Temperatur
a. Pasien dipulangkan : ≥ 37,2°C baru 1-2 hari.
b. Pasien dirawat/ diterima :≥ 37,2°C dengan panas ≥ 3 hari/ kejang
tanpa penurunan kesadaran/ tidak ada kaku kuduk, ditemukan gejala
klinis dan penunjang lain yang mendukung
c. Dirujuk/ tidak diterima :≥ 40°C dengan penurunan kesadaran/
kejang berulang/ kaku kuduk.
5) Fisik secara umum maupun organ
a. Pasien dipulangkan : Bila keadaan umum bagus, tidak ada
pembesaran organ.
b. Pasien dirawat/ diterima:Penurunan berat badan, tidak ada asupan
makanan, pembesaran organ memerlukan
pemeriksaan lanjutan.
c. Dirujuk/ tidak diterima :Keadaan umum sangat lemah, terdapat
kegagalan sistem organ.

 Psikologik
1. Pasien dengan percobaan bunuh diri
a. Pasien dipulangkan : Bila permintaan keluarga.
b. Pasien dirawat/ diterima : Pasien dirawat
c. Dirujuk/ tidak diterima: Bila memerlukan penanganan lebih lanjut
oleh psikiater.

2. Permintaan keluarga
 Pasien dipulangkan : Pasien pulang dengan persetujuan.
 Pasien dirawat/ diterima : Ada permintaan pasien dirawat.
 Dirujuk/ tidak diterima : Pasien dirujuk (KIE).
3. Kiriman dokter
 Pasien dipulangkan : -
 Pasien dirawat/ diterima: Sesuaikan dengan kebutuhan dan jenis
pelayanan yang sesuai.
 Dirujuk/ tidak diterima :Bila tidak sesuai kebutuhan pasien
dengan jenis pelayanan yang tersedia.

2. Penilaian nyeri
Penilaian nyeri menggunakan wong baker face pain scale;

0 : tidak nyeri
1– 3 : nyeri ringan
4–6 : nyeri sedang
7–9 : nyeri berat terkontrol
10 : nyeri berat tidak terkontrol
3. Skrining batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien
batuk, apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk
semua diberikan masker wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ 2 minggu
diarahkan ke poliklinik umum dan penyakit dalam. Pasien yang dengan TBC
diarahkan ke IGD atau poliklinik umum dan penyakit dalam.

4. Skrining pasien jatuh


Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test.
1) Pengkajian

No Penilaian pengkajian YA TIDAK


.
1 Cara berjalan pasien (salah satu / lebih)
a. Tidak seimbang/sempoyongan/limbung
b. Jalan menggunakan alat bantu
(trippod/kruk/kursi roda/orang lain
2 Menopang saat akan duduk; tampak memegang
pinggiran kursi meja/benda lain

2) Hasil

No. Pengkajian Hasil Tindakan


1 Jika 1 dan 2 tidak Resiko rendah Tidak ada tindakan
2 Jika 1 atau 2 YA Resiko sedang Edukasi
3 Jika 1 dan 2 YA Resiko tinggi Edukasi dan pasang gelang
resiko jatuh

5. Skrining hambatan pasien


Pasien dinilai apakah mengalami hambatan dalam mengakses pelayanan jika
pasien mengalami hambatan gerak seperti penggunaan kursi roda dan brankar.
Jika pasien mempunyai hambatan bahasa dan budaya, pasien ada pelayanan
penerjemah bahasa di rumah sakit.

B. Skrining di Instalasi Rawat Inap


1. Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitative dan paliatif serta isolasi di prioritaskan.
2. Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui
IGD/poliklinik umum dan oleh dokter spesialis.
3. Pasien akan masuk pada kriteria kuratif, preventif, rehabilitative, pasien indikasi
rawat inap memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.
a) Kuratif :
 Merupakan serangkaian upaya kegiatan pengobatan yang ditunjukan
untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit
Pasien kuratif indikasi rawat inap :

Diagnosa Kriteria / indikasi rawat inap


Katarak senilis 1. Pre op dengan penyulit
2. DM
3. Hipertensi
4. Anatomi mata kecil
Trauma mata 1. Laserasi kornea
2. Laserasi bulbus oculi
3. Mengancam visual
Glaucoma akut 1. Penurunan penglihatan
2. Edema kornea
3. TIO > 21
4. Gangguan airway
Pentonsilar abses 1. Gangguan airway
2. Resiko sepsis
3. Disfagia
4. Nyeri berat
Epitaksis 1. Perdarahan massif
2. Hipertensi tak terkontrol
3. Observasi perdarahan lanjut
Hipertrofi tonsil Pre operatic treatment
Prolonged pregnancy Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Pre eklampsi 1. Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
2. Proteinuria ≥ 2Terdapat tanda awal
kejang
3. IUGR
4. Peningkatan SGOT/SGPT
5. Penurunan AT
Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragic
Hyperemesis gravidarum 1. Keton urin +
2. Keadaan umum lemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal uteri bleeding Hb ≤ 8,0 mg/dl
DHF 1. Trombosit < 100.000
2. Tekanan darah < 100/70 mmHg (pre–
syok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal
reflix desease
3. Dehidrasi
Diare 1. Dehidrasi sedang – berat
2. Muntah sampai tidak ada obat yang bisa
masuk
3. Pre – syok TD < 100/60 mmHg
Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x
nebulizer
2. Respirasi rate > 40
Periapical abscess without 1. Suhu tinggi
sinus 2. Susah menelan
3. Nadi cepat
Periapical abscess with sinus 1. Suhu tinggi
2. Susah menelan
3. Nadi cepat
4. Nafas terganggu

 Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat
inap, dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan di
dokumentasikan dalam form pemberian edukasi dan CPPT serta form
surat keterangan pulang.
 Selanjutnya form surat keterangan pulang tersebut akan dibawa pulang
dan menjadi pedoman perawatan pasien dan keluarga di rumah.

b) Preventif
Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit/deteksi dini faktor resiko :
 Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan,
balita)
 Deteksi dini kasus, faktor resiko maternal dan balita
 Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ibu hamil dan dewasa

Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan


kontrol/imunisasi lanjutan.

c) Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang usia dan meningkatkan
kualitas hidup.
Pasien paliatif yang masuk indikasi rawat inap :

Diagnosa Kriteria / indikasi masuk rumah sakit


Congesif heart failure 1. Edema perifer
2. Dyspnea
3. Pembesaran hati
4. Emboli paru
5. Kardiomiopati
6. Disritmia
Chronic kidney Disease (CKD) 1. Mual muntah berlebihan
2. Perubahan status mental
3. Sesak nafas
4. Asidosis
 Skrining pasien dilakukan oleh dokter umum / spesialis
 Jika ada indikasi rawat inap, perawat wajib melakukan konfirmasi
ke dokter apakah pasien memerlukan ruang khusus HCU, HD
atau isolasi.
 Perawat menghubungi bagian pendaftaran rawat inap, melakukan
konfirmasi ketersediaan ruang yang dibutuhkan pasien
 Jika ruang perawatan positif tersedia, perawat mengarahkan
keluarga pasien untuk mendaftar rawat inap.

Isolasi atau indikasi masuk rumah sakit :

 Ruang isolasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang


merawat pasien dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari
pasien lain untuk mencegah penyebaran penyakit, dan
mengurangi resiko terhadap pemberian pelayanan kesahatan
serta mampu merawat pasien menular agat tidak terjadi atau
memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan
petugas kesehatan. Pasien indikasi rawat inap dengan isolasi :

Diagnose Kriteria
TBC  Batuk berdarah
 KU buruk
 Pneumothoraks
 Empiema
 Efusi pleural massif
 Sesak nafas berat TB paru milier
 Meningitis TB
Cytomegalovirus  Demam
 Pneumonia/sesak nafas berat
 Takipnea dan dyspnea
 Kerusakan otak
Tetanus Semua grade tetanus indikasi di rawat
inapkan
Kondisi pasien  Demam
immunocompromised (ex :  Ada infeksi tumpangan
pansitopenia, keganasan post
kemoterapi)

 Perawat wajib melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat


inap ketersediaan ruang isolasi.
 Jika ruang khusus isolasi tidak tersedia atau penuh, maka pasien
indikasi rawat inap dengan isolasi harus ditempatkan di ruang
yang setidaknya hanya 1 pasien di dalam 1 kamar.
 Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko
penularan infeksi tinggi, tidak bisa digunakan pada pasien
immunocompromise sebelum ruang dinyatakan steril.

d) Rehabilitatif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi
mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru
sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan
kecacatan (tertiary prevention). Contoh tindakan rehabilitative adalah
fisioterapi.
 Tindakan fisioterapi bisa dilakukan dengan rawat jalan (tidak
memerlukan rawat inap), kecuali terdapat pada kasus penyerta
sebagai contoh pengerjaan fisioterapi untuk pemulihan pasca operasi.
 Pemilihan kriteria pasien yang harus di fisioterapi dilakukan oleh
dokter spesialis, sedangkan untuk jenis fisioterapi yang dilakukan
akan di skrining oleh dokter rehabilitasi medik.
 Setelah dokter spesialis rehabilitasi medik memberikan diagnose
dengan advice jenis fisioterapi, maka fisioterapis melakukan tindakan
fisioterapi sesuai dengan advice.

C. Skrining pasien pro Hemodialisa

Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih (laju filtrasi glomerulus < 5ml). pasien
tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi :

1.Hyperkalemia ( > 6 mEq/l)


2.Asidosis
3.Kegagalan terapi konservatif
4.Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah (ureum > 200 mg%,
kreatinin serum > 6 mEq/l)
5. Kelebihan cairan, mual muntah hebat
6. Intoksikasi obat dan zat kimia
7. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
8. Sindrom hepatorenal dengan kriteria :
 K+ pH darah < 7,10
 Oligouri / anuria > 5 hari
 GFR < 5 ml/1 pada GGK
 Ureum darah > 200 mg/dl
Pasien dengan kontra indikasi dilakukan hemodialisa adalah sebagai berikut :

1. Hipertensi berat (TD > 200/100 mmHg)


2. Hipotensi (TD < 100 mmHg)
3. Adanya perdarahan hebat
4. Demam tinggi
Jika dokter memutuskan pasien memerlukan hemodialisa indikasi segera :
 Perawat wajib memastikan ketersediaan fasilitas hemodialisa
 Perawat umum segera menghubungi perawat hemodialisa bahwa ada
pasien indikasi cyto hemodialisa.
 Perawat mengantarkan pasien ke ruang hemodialisa.
 Perawat melakukan serah terima dengan perawat hemodialisa

Jika dokter memutuskan pasien memerlukan hemodialisa indikasi elektif perawat


mengarahkan pasien ke pendaftaran untuk mendaftar ke pelayanan hemodialisa.

D. Skrining sebelum dirujuk


 Dokter dan perawat melakukan penilaian visual, anamnesa dan
melakukan vital sign
 Dokter dan perawat memastikan apakah fasilitas RS dapat mendukung
upaya pertolongan pasien
 Dokter melakukan pemeriksaan penunjang minimal sebelum diputuskan
rawat inap atau rujuk.
 Jika pasien memenuhi kriteria untuk dirujuk, maka dokter atau perawat
wajib memastikan apakah pasien dalam keadaan stabil untuk dirujuk
 Perawat memastikan adanya ruang/tempat di RS rujukan
 Dokter dan perawat melengkapi form berkas rekam medis pasien
diperlukan untuk merujuk, yang kemudian harus dibawa saat merujuk
pasien
 Perawat memastikan kesiapan ambulan beserta peralatan medis yang
diperlukan untuk merujuk pasien
 Petugas yang mengantar pasien ke tempat rujukan adalah petugas yang
terampil dalam bantuan hidup dasar, transport pasien dan skrining pasien
 Semua kegiatan harus terdokumentasikan dengan baik

E. Skrining pasien pro tindakan radiologi (kontras)


 Dokter melakukan assessment perlu atau tidaknya pasien melakukan
pemeriksaan radiologi dengan atau tanpa kontras
 Perawat mengarahkan pasien ke ruang radiologi
 Dokter atau radiographer wajib memastikan pasien sedang tidak dalam
kondisi hamil
 Perawat melakukan skin test untuk mengetahui ada atau tidaknya alergi
dengan cairan kontras
 Jika dalam waktu minimal 15 menit tidak terlihat reaksi di daerah skin test,
maka foto scan dengan kontras bisa dilakukan
 Sebaliknya jika terlihat reaksi alergi, maka foto scan dengan kontras tidak
dapat dilakukan

Daftar skrining pemeriksaan penunjang sebelum pasien diputuskan rawat inap


atau dirujuk atau dilaksanakan tindakan :

Diagnose Pemeriksaan penunjang


Dengue hemorrhagic fever 1. Hemoglobin
2. Angka leukosit
3. Hematocrit
4. Trombosit
Spontaneous Vertex delivery 1. Darah rutin
2. CT/BT
3. HbsAg
4. Gds
5. Urinalisis
Delivery by emergency caesarean 1. Darah rutin
suction 2. CT/BT
3. HbsAg
4. Gds
Delivery by elective caesarean 1. Darah rutin
suction 2. CT/BT
3. HbsAg
4. Gds
Post menopausal bleeding 1. Darah rutin
2. CT/BT
3. HbsAg
4. Gds
Preterm delivery 1. Darah rutin
2. CT/BT
3. HbsAg
4. Gds
5. Urinalisis
False labour before 37 completed 1. Darah rutin
weeks of gestation 2. Urinalisis
Mild hyperemesis gravidarum Urinalisis
Other and unspecified ovarian cyst 1. USG
2. Ca 125 (poliklinik)
3. Darah rutin
4. CT/BT
5. HbsAg
Leiomyoma of uterus uspecified 1. USG
2. Darah rutin
3. CT/BT
4. HbsAg
Blighted ovum and nonhydatidiform 1. USG
mole 2. Darah rutin
3. CT/BT
4. HbsAg
Diabetes melitus 1. Gula darah puasa
2. Gula darah 2 jam PP
3. Urine rutin
4. Ureum
5. Kreatinin
Gastroesphageal reflux sisease EKG (untuk menyingkirkan diagnose chest
pain cardial)
Asma 1. Rontgen thorax
2. Darah rutin
Bronchitis 1. Rontgen thorax
2. Darah rutin
Thyrotoxicosis 1. Free T4
2. TSH
3. EKG
Fever unspecified 1. Darah rutin
2. Urine rutin
3. Tubex TF (bila demam ≥7 hari)
Arthritis Rontgen sendi
Congestive heart failure 1. EKG
2. Rontgen thorax
Cholelithiasis USG abdomen
Chronic ischemic heart disease 1. EKG
2. Rontgen thorax
BAB V

DOKUMENTASI

Kegiatan skrining pasien awal di dokumentasikan di lembar catatan medis yang sudah
ditentukan pada form CPPT dan asassmen IGD.

Ditetapkan di Yogyakarta
Pada tanggal 7 Januari 2019
RS Happy Land Medical Centre

Dr. dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, DLP, AAK


Direktur

Anda mungkin juga menyukai