Panduan Skrining Pasien
Panduan Skrining Pasien
2019
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI
BAB V DOKUMENTASI
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HAPPY LAND MEDICAL CENTRE
NO : 002C/SK/DIR/HLMC/I/19
TENTANG SKRINING DAN TES DIAGNOSA PASIEN
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Happy
Land, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan di Rumah Sakit
Happy Land dapat terlaksana dengan baik, diperlukan adanya keputusan
Direktur Rumah Sakit Happy Land sebagai landasan bagi
penyelenggaraan akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan di Rumah
Sakit Happy Land;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan
Kebijakan Skrining dan Tes Diagnosa pasien Rumah Sakit Happy Land
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Happy Land;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HAPPY LAND MEDICAL
CENTRE TENTANG SKRINING DAN TES DIAGNOSA PASIEN RUMAH
SAKIT HAPPY LAND MEDICAL CENTRE;
KEDUA : kebijakan Panduan Skrining dan Tes Diagnosa Pasien Rumah Sakit Happy
Land Medical Centre sebagaimana tercantum dalam Lampiran dibawah
ini.
KETIGA : peraturan skrining dan tes diagnostic pasien di Rumah Sakit Happyland
sebagaimana dalam Diktum pertama, harus dijadikan acuan dalam
memberikan pelayanan pasien saat masuk ke Rumah Sakit Happy Land.
pera
turan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Yogyakarta
Pada tanggal 7 Januari 2019
RS Happy Land Medical Centre
NO : 002C/SK/DIR/HLMC/I/19
II. Pasien baru masuk di IGD dilakukan skrining dengan kriteria triase.
a. Kejang;
1) Dipulangkan :bila disertai demam, sudah ada riwayat kejang
demam sebelumnya, kesadaran baik.
2) Dirawat/ diterima :Bila kejang, disertai demam, tidak disertai kaku
kuduk,tidak disertai penurunan kesadaran, tidak disertai gangguan fungsi
neurologis lainnya
3) Dirujuk/ tidak diterima :Bila diikuti deficit neurologist, kaku kuduk,
kesadaran menurun, kejang tidak berhenti dengan obat anti kejang/
kejang berulang, peningkatan tekanan darah dan gagal nafas
b. Nyeri akut abdomen;
1) Dipulangkan : Hb serial bagus pada trauma abdomen, tidak
disertai muntah hebat, tidak disertai BAB hitam setelah pengobatan
kesannya membaik.
2) Dirawat : perlu observasi lebih lanjut, setelah
pengobatan tidak membaik.
3) Dirujuk/ tidak diterima : Pada perempuan hamil, disertai tanda-tanda
syok.
c. Nyeri dada;
1) Dipulangkan : Riwayat trauma dengan thorak foto baik,
nyeri dengan hasil EKG baik, membaik dengan terapi
2) Dirawat : Bila nyeri setempat, vital sign stabil,
terdapat abnormalitas EKG
3) Dirujuk/ tidak diterima : Bila nyeri menjalar, nyeri tekan disertai
tanda-tanda syok pada pasien, perlu penanganan lebih lanjut pada
abnormalitas EKG tertentu
d. Sesak napas;
1) Dipulangkan : pemeriksaan jantung dan paru-paru normal,
saturasi oksigen baik
2) Dirawat : Ada tanda-tanda gelisah, pasien
memerlukan oksigen, riwayat sakit sesak sebelumnya, belum membaik
dengan terapi yang diberikan
3) Dirujuk : Dengan JVP yang meningkat, tanda-tanda
syok.
2. Pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik
Skrining melalui pemeriksaan fisik meliputi :
a. Tingkat kesadaran
1) Pasien dipulangkan :
GCS 15 tanpa hematoma dan deficit neurologis.
Kehilangan kesadaran kurang dari 5 menit.
Kejadian terjadi 4 jam atau lebih.
2) Pasien dirawat/ diterima :
GCS 14-15 dengan hematoma tanpa deficit neurologis.
Tanda atau gejala defisit neurologis.
Kesulitan penilaian klinis.
Kelainan medis lain.
Usia lebih dari 50 tahun.
3) Pasien dirujuk/ tidak diterima :
GCS ≤ 13 dengan hematoma.
GCS ≤ 15 dengan deficit neurologis focal.
GCS ≤ 8 setelah resusitasi.
Penurunan GCS ≥ 2.
Cedera penetrasi.
Fraktur depresi.
Fraktur terbuka.
Fraktur basis kranii.
f. Psikologik
1) Pasien dengan percobaan bunuh diri
Pasien dipulangkan : Bila permintaan keluarga.
Pasien dirawat/ diterima : Pasien dirawat
Dirujuk/ tidak diterima : Bila memerlukan
penanganan lebih lanjut oleh psikiater.
2) Permintaan keluarga
Pasien dipulangkan : Pasien pulang dengan persetujuan.
Pasien dirawat/ diterima : Ada permintaan pasien dirawat.
Dirujuk/ tidak diterima : Pasien dirujuk (KIE).
3) Kiriman dokter
Pasien dipulangkan :-
Pasien dirawat/ diterima : Sesuaikan dengan
kebutuhan dan jenis pelayanan yang sesuai.
Dirujuk/ tidak diterima : Bila tidak sesuai kebutuhan
pasien dengan jenis pelayanan yang tersedia.
3. Hasil pemeriksaan laboratorium (hasil lab abnormal)
Hasil dari pemeriksaan laboratorium yang mengharuskan penderita dirawat,
atau dipulangkan atau tidak diterima. Apakah di rumah sakit tersedia pelayanan
yang sesuai kebutuhan pasien.
a. Darah lengkap
1) Trombosit
Pasien dipulangkan : Trombosit ≥ 150.000.
Pasien dirawat/ diterima: Trombosit < 150.000 dan ada
riwayat demam. Trombosit < 150.000 dengan Hb > 17 g/dl dan
peningkatan hematokrit > 20%, disertai klinis yang mendukung
Dirujuk/ tidak diterima : Trombosit < 150.000 disertai Hb ≤7
dan leukosit < 4000, disertai tanda syok yang tidak teratasi
2) Haemoglobin
Pasien dipulangkan : Hb > 10 g/dl.
Pasien dirawat/ diterima : Hb ≤7 g/dl, dengan anemia akut.
Hb 7-10 g/dl ada hipoksia dan hipoksemia.
4) BUN/SC
riwayat hemodialisis.
b. Pelayanan Preventif
Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan
kehamilan, balita)
Deteksi dini kasus, faktor resiko maternal dan balita
Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ibu hamil dan dewasa
c. Pelayanan rehabilitative
Tindakan fisioterapi bisa dilakukan dengan rawat jalan (tidak
memerlukan rawat inap)
Pada kasus penyerta pengerjaan fisioterapi dilakukan untuk
pemulihan pasca operasi
Jenis fisioterapi akan di skrining oleh dokter rehabilitasi medik.
d. Pelayanan Paliatif
e. Isolasi
Pasien isolasi dengan indikasi masuk rawat inap
Diagnose Kriteria
TBC Batuk berdarah
KU buruk
Pneumothoraks
Empiema
Efusi pleural massif
Sesak nafas berat TB paru milier
Meningitis TB
Cytomegalovirus Demam
Pneumonia/sesak nafas berat
Takipnea dan dyspnea
Kerusakan otak
Tetanus Semua grade tetanus indikasi di rawat
inapkan
Kondisi pasien Demam
immunocompromised (ex : Ada infeksi tumpangan
pansitopenia, keganasan post
kemoterapi)
Ditetapkan di : Yogyakarta
DEFINISI
Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triage, anamnesis (wawancara
riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik maupun
psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi diagnostik. Keterangan hasil skrining
digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien
rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan
kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Skrining pasien adalah
suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap
pasien yang datang ke Instalasi Gawat. Dalam hal ini skrining pasien dilakukan pada
awal di triage primer yang juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita
berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi
Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan gawat
darurat selama 24 jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari
penyakit dengan pengobatan dini yang sesuai terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah skrining pasien yang baik sehingga pelayanan
kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat dapat diselenggarakan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Skrining dibagi dalam dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining pra-
hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum dirujuk dari
fasilitas kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari luar
rumah sakit.
Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat dilaksanakan melalui
metode triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologis,
laboratorium klinik atau diagnostic imaging sebelumnya. Pengkajian riwayat pasien
dalam proses skrining dilakukan melalui auto anamnesa dan hetero anamnesa.
Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit. Baik
pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Pada area rawat jalan, baik tenaga
medis maupun paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun
menunggu di ruang tunggu.
Skrining intra hospital dengan area rawat jalan dilakukan oleh dokter dan perawat di
rawat jalan. Skrining rawat jalan meliputi kondisi umum pasien, penilaian nyeri, skrining
batuk, resiko jatuh dan skrining hambatan.
Skrining pasien dengan indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui
IGD/poliklinik umum dan oleh dokter spesialis.
BAB III
KEBIJAKAN
TATA LAKSANA
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon.
Interaksi telepon bisa datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari
informasi dengan melakukan panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas
kesehatan luar rumah sakit yang berencana merujuk pasien ke rumah sakit
Happyland akan diterima oleh operator yakni petugas admisi, case manager (CM)
atau tenaga medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait (IGD/IRJ) setelah
disambungkan oleh operator.
2) Tekanan darah
a. Pasien dipulangkan: Tekanan darah normal.
b. Pasien dirawat/ diterima :Hipotensi dengan tanda-tanda syok,
hipertensi tanpa deficit neurologis.
c. Dirujuk/ tidak diterima : Hipertensi dengan kesadaran
menurun/ tanda deficit neurologis.
3) Respirasi
a. Pasien dipulangkan : Respirasi ≤ 24 x/menit, saturasi oksigen ≥
96%.
b. Pasien dirawat/ diterima :Respirasi 24-30 x/menit, saturasi oksigen ≤
95% ada wheezing, rhonki.
c. Dirujuk/ tidak diterima: Gagal napas dengan saturasi oksigen ≤
65%.
4) Temperatur
a. Pasien dipulangkan : ≥ 37,2°C baru 1-2 hari.
b. Pasien dirawat/ diterima :≥ 37,2°C dengan panas ≥ 3 hari/ kejang
tanpa penurunan kesadaran/ tidak ada kaku kuduk, ditemukan gejala
klinis dan penunjang lain yang mendukung
c. Dirujuk/ tidak diterima :≥ 40°C dengan penurunan kesadaran/
kejang berulang/ kaku kuduk.
5) Fisik secara umum maupun organ
a. Pasien dipulangkan : Bila keadaan umum bagus, tidak ada
pembesaran organ.
b. Pasien dirawat/ diterima:Penurunan berat badan, tidak ada asupan
makanan, pembesaran organ memerlukan
pemeriksaan lanjutan.
c. Dirujuk/ tidak diterima :Keadaan umum sangat lemah, terdapat
kegagalan sistem organ.
Psikologik
1. Pasien dengan percobaan bunuh diri
a. Pasien dipulangkan : Bila permintaan keluarga.
b. Pasien dirawat/ diterima : Pasien dirawat
c. Dirujuk/ tidak diterima: Bila memerlukan penanganan lebih lanjut
oleh psikiater.
2. Permintaan keluarga
Pasien dipulangkan : Pasien pulang dengan persetujuan.
Pasien dirawat/ diterima : Ada permintaan pasien dirawat.
Dirujuk/ tidak diterima : Pasien dirujuk (KIE).
3. Kiriman dokter
Pasien dipulangkan : -
Pasien dirawat/ diterima: Sesuaikan dengan kebutuhan dan jenis
pelayanan yang sesuai.
Dirujuk/ tidak diterima :Bila tidak sesuai kebutuhan pasien
dengan jenis pelayanan yang tersedia.
2. Penilaian nyeri
Penilaian nyeri menggunakan wong baker face pain scale;
0 : tidak nyeri
1– 3 : nyeri ringan
4–6 : nyeri sedang
7–9 : nyeri berat terkontrol
10 : nyeri berat tidak terkontrol
3. Skrining batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien
batuk, apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk
semua diberikan masker wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ 2 minggu
diarahkan ke poliklinik umum dan penyakit dalam. Pasien yang dengan TBC
diarahkan ke IGD atau poliklinik umum dan penyakit dalam.
2) Hasil
Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat
inap, dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan di
dokumentasikan dalam form pemberian edukasi dan CPPT serta form
surat keterangan pulang.
Selanjutnya form surat keterangan pulang tersebut akan dibawa pulang
dan menjadi pedoman perawatan pasien dan keluarga di rumah.
b) Preventif
Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit/deteksi dini faktor resiko :
Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan,
balita)
Deteksi dini kasus, faktor resiko maternal dan balita
Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ibu hamil dan dewasa
c) Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang usia dan meningkatkan
kualitas hidup.
Pasien paliatif yang masuk indikasi rawat inap :
Diagnose Kriteria
TBC Batuk berdarah
KU buruk
Pneumothoraks
Empiema
Efusi pleural massif
Sesak nafas berat TB paru milier
Meningitis TB
Cytomegalovirus Demam
Pneumonia/sesak nafas berat
Takipnea dan dyspnea
Kerusakan otak
Tetanus Semua grade tetanus indikasi di rawat
inapkan
Kondisi pasien Demam
immunocompromised (ex : Ada infeksi tumpangan
pansitopenia, keganasan post
kemoterapi)
d) Rehabilitatif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi
mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru
sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan
kecacatan (tertiary prevention). Contoh tindakan rehabilitative adalah
fisioterapi.
Tindakan fisioterapi bisa dilakukan dengan rawat jalan (tidak
memerlukan rawat inap), kecuali terdapat pada kasus penyerta
sebagai contoh pengerjaan fisioterapi untuk pemulihan pasca operasi.
Pemilihan kriteria pasien yang harus di fisioterapi dilakukan oleh
dokter spesialis, sedangkan untuk jenis fisioterapi yang dilakukan
akan di skrining oleh dokter rehabilitasi medik.
Setelah dokter spesialis rehabilitasi medik memberikan diagnose
dengan advice jenis fisioterapi, maka fisioterapis melakukan tindakan
fisioterapi sesuai dengan advice.
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih (laju filtrasi glomerulus < 5ml). pasien
tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi :
DOKUMENTASI
Kegiatan skrining pasien awal di dokumentasikan di lembar catatan medis yang sudah
ditentukan pada form CPPT dan asassmen IGD.
Ditetapkan di Yogyakarta
Pada tanggal 7 Januari 2019
RS Happy Land Medical Centre