KD 4 Kelistrikan Dan Skab
KD 4 Kelistrikan Dan Skab
Tanda tangan
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
Orang Tua / Wali
Sekolah : SMK KRISTEN PELANGI MAKALE
Kompetensi Keahlian : TEKNIK ALAT BERAT
Mata Pelajaran : KELISTRIKAN DAN SISITEM KONTROL ALAT BERAT
Kelas/Semester : XI/1
Pertemuan Ke- : 9-12
Alokasi Waktu : 18 x 45 menit
Nama Peserta Didik : ……………………………………………………….
A. Kompetensi Dasar
3.4. Menerapkan cara kerja sistem pemantau elektronik
4.4. Melakukan pemeriksaan pada system pemantau elektronik(Electronic Monitoring Sistem/EMS)
1.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
C. Tujuan Pembelajaran
3.1.Setelah membaca dan mengamati gambar, peserta didik dapat menjelaskan cara perawatan system
pemantau elektronik(Electronic monitoring Sistem/EMS) sesuai standar
3.2.Setelah membaca dan mengamati gambar, peserta didik dapat menjelaskan cara mendiagnosis system
pemantau elektronik(Electronic monitoring Sistem/EMS) sesuai standard
4.1 Disediakan trainer sistim kelistrikan, peserta didik dapat merawat system pemantau elektronik(Electronic
monitoring Sistem/EMS) sesuai standar
4.2 Disediakan trainer sistim kelistrikan, peserta didik dapat mendiagnosis system pemantau
elektronik(Electronic monitoring Sistem/EMS) sesuai standar
3. Bila ada materi / informasi yang kurang jelas bisa langsung berkomunikasi dengan guru mata
pelajaran melaluai chat / Telpun secara langsung
4. Jawablah pertanyaan yang disiapkan!
5. Setelah selesai mengerjakan dengan mengisi lembar pengamatan, analisis dan kesimpulan,
silahkan hasilnya diserahkan kembali kepada guru.
KELISTRIKAN DAN SISTEM KELISTRIKAN DAN SISTEM
KONTROL ALAT BERAT KONTROL ALAT BERAT
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pada engine diesel umumnya bekerja pada kondisi yang ekstrim atau yang disebut
heavy duty engine, sehingga aplikasi engine diesel banyak pada kendaraan atau unit alat
berat seperti escavator, truk dan bus. Akan tetapi setelah adanya te- knologi terbaru atau
yang di kenal dengan nama common rail, engine diesel sudah diaplikasikan ke mobil ringan
atau mobil keluarga.
Common rail menggunakan prinsip sistem pemantau elektronik atau elektron- ik
monitoring sistem/ EMS merupakan sebuah teknologi yang baru dengan prinsip mengatur
suplai fuel atau bahan bakar dari tangka bahan bakar menuju ke engine. Teknologi ini
menganut computerized automatic control yang artinya aliran dengan rangkaian pengontrol
elektronik bahan bakar akan disesuaikan secara otomatis sesuai dengan kondisi dan kecepatan
dari engine.
Sistem pemantau elektronik atau elektronik monitoring sistem/ EMS terdiri dari sistem
common rail pada mesin diesel dan sistem elektronik fuel injection atau EFI pada mesin
gasoline mobil. Kelebihan mesin sistem pemantau elektronik dibanding- kan mesin manual atau
konvensional yaitu:
1. Jumlah bahan bakar yang disuplai ke engine sesuai dengan kondisi dan kecepa- tan dari
engine maka bahan bakar lebih hemat.
2. Akan lebih punya power atau bertenaga dalam segi performa engine, pada mesin diesel
jenis ini mempunyai power yang cukup besar karena tekanan injector dan kompresi lebih
tinggi pada engine diesel ini di bandingkan engine konvensional
3. Akan lebih efisien karena engine ini lebih hemat dan bertenaga maka engine jenis ini
dapat dikatakan efisien dalam pemakaian sehari hari.
4. Emisi gas buang berkurang yang memiliki standar emisi mencapai spesifikasi emisi Euro
4 yang lebih baik dari pada engine konvensional.
5. Suara akan lebih halus untuk suara engine jenis ini memiliki suara yang relatif lebih halus
dibandingkan engine diesel konvensional
Teknologi terbaru pada mesin diesel yang merupakan sistem injeksi bahan bakar
secara langsung pada mesin diesel yang setara atau sama dengan sistem injeksi bahan
bakar atau EFI pada mesin bensin dinamakan sistem common rail. Pada diesel manual atau
konvensional sebuah injeksi pump diatur oleh engine yang akan mensuplai solar ke
injector yang kemudian injector akan mengin- jeksikan atau menyemprotkan solar ke
ruang bakar engine, tekanan dari solar melalui injector tersebut belum tinggi atau masih
dianggap rendah dibanding- kan dengan sistem common rail, sehingga pembakaran
dalam engine yang di- hasilkan masih relatif kurang sempurna dan penginjeksikan atau
penyemprot- kan solar pun belum halus. Oleh sebab itu, teknologi sistem common rail
ini diciptakan untuk menambah tekanan solar oleh injector menjadi lebih tinggi,
sehingga pembakaran yang dihasilkan semakin sempurna.
Prinsip kerja dari sistem common rail hampir mirip dengan sistem injeksi di mesin
bensin atau EFI yang dirancang berdasarkan deteksi atau informasi dari sensor dapat
melakukan penginjeksian atau penyemprotkan bahan bakar yang waktu dan jumlahnya
ditentukan. Supaya engine dapat tetap bekerja sempurna pada kondisi kerja engine yang
berbeda, maka pengaturan perbandingan udara dan bahan bakar sangat penting
dilakukan.
Komponen sensor akan mendeteksi dan memberikan informasi tentang kondisi
dari mesin dari berbagai karakter suhu, putaran, kandungan gas, tekanan, getaran mesin,
dan sebagainya. Informasi dari sensor tersebut akan dikirim ke komponen ECU untuk
diolah atau diatur untuk memberikan perintah yang tepat dan akurat kepada aktuator atau
pekerja.
Pada mesin diesel sistem common rail komponen pompa injeksi tidak di- gunakan
lagi, untuk menghasilkan bahan bakar dengan tekanan tinggi hingga mencapai 1.800 kg/
cm2 dipasang sebuah supply pump, yang akan disimpan dalam reservoir atau rail yang
bercabang dan akan dikirim injector untuk diin- jeksikan.
Solenoid atau kumparan pada injector di sistem common rail siap menung- gu
perintah dari komponen ECU yang berupa sinyal listrik untuk menyemprotkan atau
menginjeksikan sejumlah solar ke dalam ruang bakar. volume solar yang akan
disemprotkan atau diinjeksikan tergantung lamanya pengiriman tegangan listrik ke
solenoid atau kumparan. Sehingga pembakaran akan sempurna, emisi gas buang akan
rendah, injeksi dan suara akan menjadi halus, dan efisiensi peng- gunaan bahan bakar akan
hemat
a. Sensor
Untuk mendeteksian kondisi pada mesin dari berbagai karakter tekanan, ge- taran
mesin, suhu, putaran, kandungan gas, dan sebagainya yang nantinya akan di kirim ke
engine control unit adalah fungsi dari sensor.
Macam-macam sensor yang ada di sistem EFI adalah:
1) Sensor temperature udara masuk atau intake air temperature sensor
Untuk mendeteksi temperature udara yang masuk ke dalam intake manifold adalah
fungsi dari sensor temperatur udara masuk, letaknya di dalam filter udara. Sensor ini
berupa variable resistor jenis thermistor.
pada saat kunci kontak posisi ON pada mesin mati dan saat percepatan atau
akselerasi yaitu dengan menginjak katup gas secara tiba-tiba, begitu seba- liknya saat
deselerasi tegangan ada ditegangan paling rendah .
suplai listrik sehingga nozzle di injector belum terbuka. Sementara, bila mesin sudah
hidup komponen ECU akan mengirimkan tegangan listrik ke solenoid atau
kumparan sehingga nozzle di injector bisa terbuka dan bisa menginjeksikan bahan
bakar.
f) Pressure regulator
Untuk menjaga tekanan di dalam saluran behan bakar tetap stabil pada sistem
bahan bakar EFI adalah fungsi dari pressure regulator. Dengan cara kerja melepaskan
kelebihan tekanan bahan bakar kembali ke tangki bahan bakar dari akibat pompa
bahan bakar yang bekerja terus menerus.
g) Selang atau pipa bahan bakar
Untuk tempat mengalirnya bahan bakar dari tangki ke injector di butuhkan selang atau
pipa bahan bakar. Bahan dari selang atau pipa bahan bakar ter- buat dari bahan
KELISTRIKAN DAN SISTEM KELISTRIKAN DAN SISTEM
KONTROL ALAT BERAT KONTROL ALAT BERAT
seperti mika yang memiki bobot ringan akan tetapi kuat menahan bahan bakar yang
bertekanan. Hanya saja, apabila selang tertekuk akan pecah dan rusak.
h) Selang pengembali atau return feed
Mengalirkan bahan bakar yang tersisa saat kelebihan tekanan kembali menuju
tangki bahan bakar adalah fungsi selang pengembal. Selang ini ter- letak di ujung pipa
pembagi atau setelah pressure regulator dan kembali ke tangki.
2) Sistem pengapian a) Baterai
Baterai berguna sebagai penyimpan energi listrik dan untuk suplai energi listrik ke
beban listrik pada kendaraan.
b) Ignition coil atau koil pengapian
Untuk mengubah tegangan listrik yang rendah dari baterai dirubah men- jadi
tegangan tinggi yang dikirim ke busi sehingga busi bisa memercikan bunga api
adalah fungsi dari koil pengapian. Komponen ini diputus dan di- hubungkan oleh
komponen ECU dari informasi sensor posisi crankshaf atau crankshaf position sensor
dan sensor posisi camshaft atau camshaf position sensor.
c) Busi
Untuk meloncatkan bunga api listrik diantara elektroda pada busi di dalam ruang
bakar adalah fungsi dari busi, sehingga campuran udara dan bahan bakar dapat
terbakar.
2. Sistem Common rail mesin diesel
Sistem bahan bakar diesel yang diatur atau dikontrol secara listrik atau sistem pemantau
elektronik (elektronik monitoring sistem/ ems) adalah sistem com- mon rail. Pada
sistem common rail saat mesin hidup tekanan bakan bakarn- ya yang sangat tinggi.
Kontrol waktu penginjeksian atau penyemprotan dan tekanan bahan bakar di sistem
common rail mesin diesel dirancang untuk mesin yang bertekanan tinggi atau high speed
direct injection. ECU (Elektronik Control Unit) adalah pengendali atau pengatur kinerja
sistem common rail mesin diesel. Berikut macam-macam komponen di sistem common rail
mesin diesel, yaitu:
Untuk menyalurkan solar dari tangki solar ke pompa bahan bakar yang bertekanan tinggi
adalah fungsi dari komponen pre supply pump. Komponen ini terletak di tangki solar.
Pompa pengalir pada umumnya ada dua macam, yaitu:
1) Tipe mekanik
a) Sesuai dengan putaran mesin pengiriman volume solar proporsional;
a) Untuk memutar komponen drive gear menggunakan putaran mesin; dan b) Sebagai
penutup saluran menggunakan shut off elektromagnetis.
2) Tipe elektrik
KELISTRIKAN DAN SISTEM KELISTRIKAN DAN SISTEM
KONTROL ALAT BERAT KONTROL ALAT BERAT
Prinsip kerja pompa tekanan tinggi ini adalah katup inlet akan terbuka keti- ka plunger
bergerak ke arah bawah sehingga bahan bakar solar akan dihisap masuk kedalam ruang
pompa tekanan tinggi. Plunger mulai bergerak ke atas, maka katup inlet akan tertutup
pada posisi titik mati bawah atau TMB. Bahan bakar akan otomatis terdorong keluar
pada saluran keluar atau outlet karena katup inlet ini adalah katup satu arah dan bahan
bakar di dalam ruang pompa ini akan ditekan atau dikompresikan. Untuk menghentikan
atau mematikan aliran bahan bakar saat kunci kontak dalam posisi OFF pada pompa
ini ter- dapat electromagnetic switch off
e. High pressure accumulator atau pipa rel
KELISTRIKAN DAN SISTEM KELISTRIKAN DAN SISTEM
KONTROL ALAT BERAT KONTROL ALAT BERAT
Pipa rel atau disebut rail ini berguna untuk mencegah adanya fluktuasi akibat tekanan
tinggi bahan bakar dan juga sebagai penyimpan bahan bakar yang bertekanan tinggi
untuk sementara sebelum injector meginjeksikan bahan bakar.
f. Pressure control valve
Untuk menjaga dan mengatur dan tekanan di komponen rail supaya tekanann- ya tetap
sama atau konstan dan tidak akan melebihi tekanan dari spesifikasin- ya adalah fungsi
dari Pressure control valve.
g. Rail pressure sensor atau sensor tekanan pipa rel
Untuk mengukur atau mendeteksi seberapa besar tekanan yang ada di dalam pipa rel
adalah fungsi dari sensor tekanan pipa rel. Sensor ini akan mengirim data atau
informasi ke Elektronik Control Unit atau ECU berupa signal listrik.
Dasar untuk mengontrol atau mengatur kerja dari pressure control valve da- lam
menjaga tekanan di dalam pipa rel atau high pressure accumulator supaya tetap stabil
sesuai dengan tekanan dari spesifikasinya adalah informasi atau data dari sensor ini
yang sudah diolah di ECU.
h. Injector
Menyemprotkan bahan bakar dari high pressure accumulator atau pipa rail ke dalam
ruang bakar dengan volume dan waktu yang tepat adalah fungsi dari njektor di sistem
common rail. Menutup dan membukanya komponen injector ini sesuai perintah dari ECU
berdasarkan informasi atau data pada sensor yang ada pada engine.
i. ECU atau elektronik control unit
KELISTRIKAN DAN SISTEM KELISTRIKAN DAN SISTEM
KONTROL ALAT BERAT KONTROL ALAT BERAT
Pada sistem common rail merupakan sebuah sistem injeksi yang pengon- trolannya
diatur oleh Elektronik driver control atau EDC. Sedangkan pada ECU atau elektronik
control unit pada sistem common rail mesin diesel ber- gun untuk memonitor dan
mengontrol di sistem injeksi pada sistem secara
Rangkaian kelistrikan di sistem injeksi EFI seperti yang terlihat pada gambar di atas,
komponen sensor, ECU, dan aktuator adalah komponen utama pada rang- kaian sistem
EFI. Pada sensor akan menjadi mendeteksi dan memberi data atau informasi ke ECU dalam
mengelolah dan mengatur disistem EFI untu dasar ECU dalam memerintahkan kerja dari
KELISTRIKAN DAN SISTEM KELISTRIKAN DAN SISTEM
KONTROL ALAT BERAT KONTROL ALAT BERAT
actuator, sementara aktuator adalah pekerja dari perintah ECU yang berupa sinyal listrik.
Bila dijelaskan rangkaian sistem in- jeksi EFI adalah seperti ini:
a. Pada sensor intake air temperature atau IAT dan Manifold absolute preasure atau MAP
kedua sensor ini akan mendeteksi temperatur dan tekakana udara,
ini akan menjadi informasi awal tentang jumlah udara yang masuk ke mesin dan untuk
menentukan volume bahan bakar yang akan disemprotkan oleh in- jector.
b. Pada sensor throttle position sensor atau TPS akan mendeteksi sudut buka katup gas
atau throtle valve, sensor ini akan mengetahui berapa putaran RPM yang dikehendaki
oleh driver yang artinya semakin katup gas terbuka akan semakin tinggi putaran RPM
dan akan semakin banyak bahan bakar yang nan- tinya akan diinjeksikan atau
disemprotkan.
c. Pada sensor CMP atau crankshaft position sensor dan sensor CKP atau crank- shaft
position sensor, kedua sensor ini akan mendeteksi posisi crankshaft dan posisi camshaft
untuk menginformasikan langkah di mesin untuk injector akan terbuka dan
meninjeksikan bahan bakar pada langkah hisap.
d. Pada sensor oksigen atau O2 sensor, berfungsi sebagai koreksi atau feedback terhadap
hasil proses pembakaran, apakah pembakaran sempurna atau ku- rang sempurna.
Informasi dari sensor ini, akan digunakan ECU untuk mengatur perbandingan campuran
bahan bakar dan udara yang tepat atau ideal.
e. Semua informasi atau data dari semua sensor di atas, bentuknya adalah tegan- gan listrik
dengan ukuran atau nilai tertentu. Setiap ukuran tegangan listrik memiliki informasi
atau data yang berbeda terhadap apa yang dideteksi. Pada komponen ECU akan
mengelola semua nilai atau ukuran tegangan listrik ini dan melakukan perhitungan.
Hasil perhitungan pada ECU juga akan berbentuk tegangan listrik yang nantinya
perhitungan dari ECU tersebut sebagai dasar ECU dalam memerintahkan aktuator atau
pekerja yang berupa sinyal listrik atau tegangan listrik juga.
2. Rangkaian sistem common rail
Dasar dari rangkaian pada sistem common rail sistem diesel dibagi atas tiga ba-
gian, yaitu :
Komponen pre supply pump memompa bahan bakar dari fuel tank menuju ke pompa
tekanan tinggi atau high pressure pump melewati fuel filter untuk menyaring kotoran.
b. Bagian kedua atau high pressure circuit.
Bagian untuk mengubah tekanan rendah atau low pressure circuit menjadi tekanan
yang sangat tinggi adalah bagian high pressure circuit atau tekanan tinggi yang akan
KELISTRIKAN DAN SISTEM KELISTRIKAN DAN SISTEM
KONTROL ALAT BERAT KONTROL ALAT BERAT
mengirim bahan bakar tekanan tinggi ke pipa rail secara kon- stan, dan diinjector bahan
bakar diinjeksikan ke ruang bakar. Skema aliran ba- han bakar pada bagian ini yaitu:
1) Bahan bakar solar dari sirkuit tekanan rendah atau low pressure circuit ma-
suk ke pompa tekanan tinggi
2) Di dalam pompa tekanan tinggi ini tekanan dari bahan bakar akan dirubah atau
dinaikkan menjadi tekanan yang sangat tinggi.
3) Bahan bakar solar yang bertekanan sangat tinggi tersebur akan melewati komponen
pressure control valve untuk membatasi tekanan dari bahan ba- kar yang berlebih
sesuai kondisi mesin berdasarkan perintah dari ECU.
4) Bahan bakar solar yang bertekanan sangat tinggi akan masuk ke pipa rel atau rail.
Tekanan tinggi dalam rail dapat mencapai maksimal sekitar 1350 atau 1800 bar
5) Pada pipa rel atau rail ini dilengkapi komponen sebagai pendeteksi tekanan yang ada
di rail tersebut yang kemudian data dari sensor tersebut akan
dikirim ke ECU dalam bentuk tegangan listrik yaitu rail pressure sensor.
6) Pada ujung pipa rel atau rail juga terdapat komponen katup pembatas tekanan
atau pressure limitter valve. Yang fungsinya hampir sama dengan pressure regulator
di sistem injeksi EFI yaitu apabila ada tekanan di dalam rail berlebihan maka katup
pembatas tekanan yang berhubungan dengan saluran pengembali terbuka oleh
tekanan bahan bakar, sehingga solar yang berlebiahan akan kembali ke tangki bahan
bakar. Tekanan yang diijinkan atau katup terbuka oleh pressure limitter valve di
dalam rail dengan maksi- mal sekitar 1800 bar atau tergantung dari jenis kendaraan
sistem common rail.
7) Injector akan menyemprotkan atau meninjeksikan bahan bakar tekanan tinggi
kedalam ruang bakar. Waktu dan volume bahan bakatr yang disem- protankan atau
diinjeksiankan tergantung perintah dari ECU berupa sinyal tegangan listrik dengan
urutan yang sesuai.
8) Untuk mengembalikan sisa solar yang tidak disemprotkan atau diinjeksikan ke tangki
bahan bakar di dalam injector terdapat saluran pengembali.
c. Bagian ketiga adalah komponen ECU dengan Sensor-Sensor
1) Pada sistem common rail mesin diesel adalah sistem injeksi oleh injector yang diatur
atau dkontrol oleh EDC atau elektronik driver control
2) Pada komponen ECU atau engine control unit berfungsi untuk mengatur atau
mengontrol dan memonitor sistem injeksi secara menyeluruh di da- lam mesin
sesuai deteksi atau informasi dari sensor yang nantinya sebagai dasar ECU
memerintahkan actuator atau pekerja.
KELISTRIKAN DAN SISTEM KELISTRIKAN DAN SISTEM
KONTROL ALAT BERAT KONTROL ALAT BERAT
3) Pada komponen sensor bertugas untuk mendeteksi kondisi pada engine dari
berbagai karakter tekanan, suhu, putaran, kandungan gas, getaran me- sin, dan
sebagainya yang nantinya akan di kirim ke ECU.
menuju injector, memeriksa kebocoran udara dari intake manifold, memeriksa sensor-
sensor, memeriksa tekanan kompresi, dan terakhir memeriksa komponen ECU dari
kemungkinan kerusakan.
b. Bahan bakar boros
Mesin menjadi boros bahan bakar karena ada gangguan pada sistem EFI. Periksa dan
cari masalah atau gangguan di sistem pengapian mulai dari kom- ponen termasuk busi,
kabel busi, hingga setelan timing, selain sistem injeksi diperiksa. Kerusakan atau
masalah yang sering terjadi di sistem injeksi se-
hingga menjadi boros adalah sensor bukaan katup throttle atau TPS, sensor temperatur
mesin atau ECT dan sensor tekanan udara atau MAP yang tidak sesuai dengan
spesifikasi.
c. Mesin sinjal atau tersendat-sendat
Apabila mesin injeksi terasa sinjal atau tersendat-sendat, hal ini bisa terasa ketika
pedal gas dilepas. Masalah umumnya terjadi mulai pada sensor bukaan katup throttle
atau TPS, sensor temperatur mesin atau ECT dan sensor tekanan udara atau MAP yang
tidak sesuai dengan spesifikasi, komponen ECU berma- salah, injector yang sudah kotor,
katup EGR yang tidak bekerja dan tekanan bahan bakar yang tidak sesuai. Kerusakan
lain pada filter bahan bakar tidak bekerja maksimal karena ada kotoran yang
menyumbat yang mengakibatkan mesin tersendat atau sinjal.
d. Mesin tidak bertenaga atau low power.
Masalah umum pada sistem injeksi adalah mesin terasa lambat atau low pow- er.
Pemeriksaan kerusakan ini dilakukan secara intensif yang pada sistem injeksi,
pemeriksaannya meliputi pemeriksaan sistem pengapian mulai dari busi, kabel busi, dan
koil pengapian, pemeriksaan sistem bahan bakar melipu- ti pemeriksaan pipa bahan
bakar yang tersumbat, pemeriksaan fuel filter dan pemeriksaan tekanan pompa bahan
bakar, pemeriksaan kebocoran paking atau gasket di intake manifold, serta periksa
pada sistem pendingin. Sedang- kan pada sistem injeksinya perlu pemerisaan semua
sensor, komponen ECU, tekanan pada injector, dan katup EGR.
e. Emisi gas buang yang berlebihan
Apabila emisi gas buang yang beracun berlebuhan kemungkinan ada keru- sakan di
sistem pengapian yaitu pada busi yang kotor dan kabel busi yang sudah bocor atau
kendur, koil pengapian yang sudah rusak, tekanan kompresi yang sudah lemah,
pencemaran pada komponen catalic converter, dan ker- usakan pada sistem kontrol
emisi, kerusakan juga pada sistem bahan bakar yaitu pada pompa bensin yang sudah
rusak, pipa bocor atau filter bahan ba- kar yang buntu sehingga tekanan bahan bakar
tidak sesuai spesifikasi, pada sistem feedback bermasalah. Sedangkan pada sistem
injeksinya kerusakan pada sensor TPS, sensor ECT, sensor MAP, ECU ada kerusakan,
injector yang su- dah rusak atau kotor, suhu mesinyang sudah tidak normal, serta
tersumbatnya fliter udara.
2. Gangguan-gangguan yang sering terjadi di sistem common rail
Teknologi common rail ini membuat mesin mampu mengeluarkan tenaga yang jauh lebih
optimal. Selain itu, efisiensi bahan bakar, emisi serta perawatan yang juga lebih mudah.
Namun ada gangguan-gangguan di common rail yang dikare- nakan:
a. Kurang perawatan di saringan udara atau air filter
Mesin diesel common rail sudah menggunakan komponen turbocharger se- bagai
induksi udara tambahan pada ruang mesin dan pembakaran. Dengan adanya
turbocharger, udara yang masuk ke dalam ruang bakar mesin bisa leb- ih dimampatkan
agar kompresi tinggi dan pembakaran di ruang bakar mesin lebih optimal. Efeknya,
tenaga yang dihasilkan pun juga meningkat diband-
ingkan dengan mesin diesel konvensional yang dianggap lemot. Karena ku- rangnya
perawatan dan pembersihan di air cleaner menyebabkan air cleaner tidak berkerja
optimal karena udara yang masuk kotor dan berdebu, dan bisa kemungkinan air cleaner
buntu, sehingga udara yang masuk ke intake mani- fold berkurang tenaga menjadi
loyo/ low power.
b. Kualitas bahan bakar yang tidak sesuai
KELISTRIKAN DAN SISTEM KELISTRIKAN DAN SISTEM
KONTROL ALAT BERAT KONTROL ALAT BERAT
Injector memberikan efek kabut bahan bakar dengan tekanan yang tinggi ke dalam
ruang pembakaran sehingga meminimalisir bahan bakar yang terbuang percuma, tenaga
dari hasil pembakaran juga bisa lebih sesuai dengan debit bahan bakar yang
dikabutkan dalam ruang pembakaran. Karena kualitas bah- an bakar yang jelek dan
tekanan di injector yang sangat tinggi mengakibatkan sering rusaknya injector di sistem
common rail.
Oleh sebab itu, pastikan periksa dan bersihkan saringan udara dari adanya ko- toran
dengan udara bertekanan dalam rentang jarak pemakaian 5.000 km atau bila daerahnya
berdebu pemeriksaan saraungan udara lebih cepat dari rentang waktu pemeriksaan.
2. Pemilihan kualitas bahan bakar
Bahan bakar yang berkualitas pada sistem common rail juga menjadi faktor pent- ing. Perlu
diketahui prinsip kerja pada mesin common rail berbeda dengan mes- in manual atau
konvensional yang bekerja secara mekanis atau manual, sedang- kan pada sistem common
rail sudah dikendalikan secara listrik atau elektronik dengan tingkat keakuratan yang
tinggi. Sehingga pada sistem common rail akan bermasalah apabila kualitas bahan bakar
yang jelek atau tidak sesuai standar. Pada mesin diesel yang konvensional, tidak sensitif
terhadap perbedaan nilai cetane bahan bakar, akan tetapi pada mesin common rail
tekanan pada bahan bakar sudah diatur dan bertekanan sangat tinggi, sehingga apabila
nilai cetane bahan bakar yang tidak sesuai dapat menyebabkan pembakaran tidak
sempur- na.
Pahami terlebih dahulu pada mesin common rail sebelum melakukan pengisian bahan
bakar pastikan spesifikasi dan kualitas bahan bakar sudah sesuai, karena setiap kendaraan
pada mesin common rail jenis bahan bakarnya berbeda karena memiliki spesifikasi
tekanan bahan bakar dan kompresi yang berbeda. Jenis so- lar yang tepat untuk mesin
diesel common rail adalah pertamina dex atau shell diesel.
3. Penggantian fuel filter secara rutin.
Kotoran dan kandungan air yang terbawa oleh aliran bahan bakar akan menyum- bat pada
sistem common rail sehingga perawatan pada fuel filter harus terjaga. Injector adalah
KELISTRIKAN DAN SISTEM KELISTRIKAN DAN SISTEM
KONTROL ALAT BERAT KONTROL ALAT BERAT
komponen paling rawan tersumbat apabila fuel filter tidak ter- awat dan bahan bakar
menjadi kotor, karena pada sistem common rail membu- tuhkan tekanan yang tinggi dan
injector rawan rusak apabila bahan bakar kotor. Untuk menghindari masalah tersebut,
maka perlu melakukan perawatan dan penggantian pada fuel filter secara rutin atau
berkala sesuai dengan jadwalnya. Karena fuel filter bersifat sekal maka Fuel filter tidak bisa
dibersihkan dan harus diganti. Penggantian fuel filter pada mesin common rail umumnya
berada dalam rentangan 30.000 km atau HM 250.
kemungkinan ada hubungan singkat atau terjadi short circuit apabila kabel atau wiring ada
yang berhubungan atau continuity dengan massa. Lakukan pemeriksaan hambatan pada
solenoid PCV nya, spesifikasi ham- batan pada solenoid PCV berkisar antara 2,3 – 5,3 ohm
dengan cara ukur dua pin conector male yang berada pada solenoid PCV. Gantilah PCV
solenoid dengan yang baru apabila hasil dari pengukuran hambatan melebihi spesifikasi.