Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KEBUTUHAN FREKUENSI KAPAL RO-RO DI

PELABUHAN PENYEBERANGAN AIR PUTIH,


KABUPATEN BENGKALIS

Proposal

Oleh:
HARI HAMID
(2022201033J)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau


yang wilayahnya mencakupi dataran di Pulau Sumatra dan memiliki wilayah
kepulauan, dimana ibukota kabupatennya juga berada di Kecamatan Bengkalis
tepatnya di Pulau Bengkalis yang terpisah dari Pulau Sumatra, sehingga untuk
aksesibilitas masyarakat provinsi riau terkhusus masyarakat kabupaten bengkalis
memerlukan moda angkutan tambahan seperti angkutan penumpang (ferry) dan
angkutan penyeberangan berupa kapal roll on roll off (RORO) sebagai moda
transportasi yang menghubungkan antara Pulau Sumatra dengan Pulau Bengkalis.
Pelabuhan Penyeberangan Air Putih yang dikelola oleh UPT
Penyeberangan Dinas Perhubungan Kabupaten Bengkalis ini berada di Desa Air
Putih Kecamatan Bengkalis, Pelabuhan Penyeberangan Air Putih merupakan
pelabuhan penyeberangan yang melayani lintas penyeberangan Air Putih (Pulau
Bengkalis) – Sei Selari (Pulau Sumatera) atau sebaliknya dengan waktu tempuh ±
45 menit dengan jarak sejauh 5 mil laut, dimana pada pelabuhan penyeberangan
ini terdapat 2 (dua) dermaga dengan type Moveable Bridge yang melayani 5
(lima) unit kapal angkutan penyeberangan yang beroperasi setiap harinya.
Berdasarkan data produktivitas Pelabuhan Penyeberangan Air Putih juga
diketahui adanya penurunan produktivitas pelabuhan pada tahun 2020 namun
mulai meningkat kembali secara perlahan pada tahun 2021 dimana hal tersebut
merupakan dampak dari adanya pandemi covid-19 yang mengakibatkan
terbatasnya pergerakan masyarakat dan jumlah pelayanan angkutan
penyeberangan yang dioperasionalkan. oleh karena itu perlu dilakukan
perhitungan kembali kebutuhan angkutan penyeberangan yang ada agar dapat
meningkatkan kinerja pelayanan angkutan penyeberangan yang ada.
Seperti pada umumnya, masalah kinerja pelayanan angkutan
penyeberangan sering dijumpai dalam operasional suatu pelabuhan, begitu juga
halnya yang terjadi di Pelabuhan Penyeberangan Air Putih, Kabupaten Bengkalis.
Dimana dengan jadwal pelayanan angkutan penyeberangan yang telah ada yaitu

1
setiap 45 menit, masih sering ditemukan kondisi antrain kapal pada kolam labuh
karena harus menunggu kapal yang belum selesai melakukan aktivitas di dermaga
atau masih sedang melaksanakan bongkar muat kendaaran adalah salah satu
akibat dari kurang tepatnya manajemen pengoperasian pelabuhan di Pelabuhan
Penyeberangan Air Putih. Hal tersebut dapat berdampak pada ketidakpuasannya
pengguna jasa atau penumpang kapal terhadap pelayanan angkutan
penyeberangan yang ada. Oleh karena itu salah satu parameter yang perlu
diperhatikan dalam upaya peningkatan pelayanan angkutan penyeberangan yang
diberikan adalah dengan memperhatikan lamanya waktu operasional yang
dibutuhkan kapal di pelabuhan dan jumlah frekuensi kapal yang beroperasi pada
lintasan penyeberangan tersebut.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dianggap perlu untuk
menganalisa kebutuhan frekuensi kapal ro-ro dan waktu operasional yang
dibutuhkan kapal selama berada di Pelabuhan Penyeberangan Air Putih. Oleh
karena itu maka diambil judul : “ANALISIS KEBUTUHAN FREKUENSI
KAPAL RO-RO DI PELABUHAN PENYEBERANGAN AIR PUTIH,
KABUPATEN BENGKALIS”

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah adalah sebagai berikut


1. Apakah frekuensi dan jumlah kapal serta lamanya waktu operasional kapal di
Pelabuhan Penyeberangan Air Putih?
2. Bagaimana penjadwalan kapal yang sesuai dengan frekuensi kapal ro-ro agar
dapat meminimalisir antrian kapal yang terjadi?

1.3. Ruang Lingkup Permasalahan

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Penyeberangan Air Putih, Kabupaten


Bengkalis, Provinsi Riau;
2. Pengambilan data primer dilaksanakan pada waktu kondisi normal, arus dan
gelombang tidak membahayakan keselamatan penyeberangan dan cuaca baik;

2
3. Pengambilan data sekunder berupa data produktivitas saat waktu-waktu padat
seperti waktu angkutan lebaran dilakukan dengan meminta data angkutan
lebaran tahun 2022 Pelabuhan Penyeberangan Air Putih pada Dinas
Perhubungan Kabupaten Bengkalis;
4. Penulis hanya akan membahas mengenai kondisi waktu operasional kapal
eksisting yang terjadi dan rencana penjadwalan kapal sesuai dengan waktu
operasional kapal yang ada;
5. Dalam penelitian ini dipertimbangkan materi, kelayakan dan keterbatasan
dalam penulis tanpa keluar jalur penelitian, dikarenakan adanya keternbatasan
waktu, biaya, tenaga, teori - teori dan masih adanya pandemi covid-19 dan
agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam maka tidak semua masalah
akan diteliti.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apakah frekuensi dan jumlah kapal sudah sesuai serta
menghitung waktu yang dibutuhkan kapal dalam melakukan manuver di
pelabuhan, menaikan dan menurunkan penumpang dan kendaraan, serta lama
waktu berlayar saat ini.
2. Untuk mengetahui jadwal operasional kapal yang sesuai dengan waktu baku
kapal pelayanan tiap kapal yang beroperasi agar dapat meminimalisir antrian
kapal yang terjadi.

Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai referensi pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
manajemen operasional pelabuhan penyeberangan;
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak penyedia jasa untuk
pengambilan kebijakan tentang perlu adanya peningkatan pelayanan terhadap
pengguna jasa demi mengoptimalkan kinerja operasional Pelabuhan
Penyeberangan Air Putih.

3
1.5. Sistematika Penulisan

Agar tugas akhir ini tersusun dengan baik, maka dalam penulisannya
memerlukan suatu sistematika penulisan yang baik. Penulisan tugas akhir ini
terdiri dari lima bab dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun
sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab I berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan sistematika
penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka


Bab II berisi tentang pembahasan bahan pustaka yang relevan
untuk dijadikan landasan penelitian yang dilakukan dan riset-
riset penelitian terdahulu mengenai permasalahan yang sama.

Bab III : Metodologi Penelitian


Bab III berisi tentang uraian jalannya penelitian yang
dilakukan meliputi pengumpulan data, objek penelitian,
populasi atau sampel yang diteliti, lokasi penelitian, waktu
penelitian kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan data,
analisis data, tahapan penelitian yang bisa dijelaskan dengan
bagan alir yang digunakan dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Transportasi
Menurut Drs. H.A. Abbas Salim, S.E., M.A (1993), dalm bukunya yang
berjudul Manajemen Transportasi mengatakan bahwa transportasi adalah kegiatan
pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari satu tempat ke tempat yang
lain.
Menurut Drs. M.N. Nasution, M.STr, APU (2008), transportasi diartikan
sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.
Unsur-unsur transportasi meliputi lima hal yakni :
a. Adanya muatan yang diangkut.
b. Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutnya.
c. Ada jalanan yang dapat dilalui.
d. Ada terminal asal dan terminal tujuan.
e. Sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang
menggerakan kegiatan transportasi tersebut.
Menurut Abubakar Iskandar (2010), transportasi merupakan salah satu
aspek yang paling penting dan strategis dalam memperlancar roda pembangunan,
memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan. Transportasi juga berperan sebagai penunjang, pendorong dan
penggerak bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi namun belum berkembang
dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan. Dari definisi di atas
dapat dimengerti bahwa transportasi dapat berjalan jika unsur – unsur yang terkait
dalam trasportasi tersebut saling mendukung yaitu tersedia sarana yang memadai,
prasarana yang cukup dan sumber daya manusia yang cukup handal. Untuk
menjadikan ketiga faktor tersebut dapat berjalan secara sinergis dan menghasilkan
suatu proses transportasi yang aman, nyaman dan selamat sesuai dengan yang
diharapkan, maka diperlukan suatu manajemen. Dengan manajemen inilah
nantinya akan menentukan optimal atau tidaknya suatu kegiatan transportasi.

5
2.2 Pengertian Angkutan Penyeberangan
Menurut Drs. M.N. Nasution, M.STr, APU (2003), dalam bukunya yang
berjudul Manajemen Transportasi edisi kedua, Angkutan penyeberangan adalah
suatu angkutan yang menghubungkan dua ujung jalan raya yang dipisahkan oleh
sungai yang besar atau laut yang tidak begitu jauh.
Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (2010), dalam buku yang
diterbitkan yang berjudul Transportasi Penyeberangan, Angkutan penyeberangan
merupakan angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk
mengangkut penumpang, kendaraan beserta muatannya. Pada prinsipnya,
angkutan penyeberangan tidak mengangkut barang lepas, barang-barang yang
diangkut harus dimasukkan ke dalam kendaraan.

2.3 Pengertian Kapal Penyeberangan


Iskandar Abu Bakar dkk (2010), mengatakan bahwa sebagai salah satu
moda transportasi yang cukup berkembang di Indonesia merupakan bagian dari
sistem transportasi nasional yang memiliki karakteristik tersendiri.
Kapal Penyeberangan berdasarkan fungsinya terbagi atas 3 (tiga) :
a. Kapal Penyeberangan yang memuat Penumpang (Passenger).
b. Kapal Penyeberangan yang memuat Kendaraan(Ro-ro).
c. Kapal Penyeberangan yang memuat penumpang dan kendaraan (Ro-
pax)
Pendefinisian kapal Ro-Ro oleh Lloyd’s Register adalah kapal penumpang
dengan 1/lebih deck baik tertutup maupun terbuka yang mengangkut penumpang,
kendaraan dan barang yang ada di dalam kendaraan dalam bentuk curah atau palet
atau box, kendaraan di atas kendaraan, kontainer carry, dll yang bongkar muatnya
secara horizontal.
Kapal Ro-Ro adalah kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan
masuk ke dalam kapal dengan pergerakannya sendiri dan bisa keluar dengan
sendiri juga sehingga disebut sebagai kapal roll on-roll off disingkat Ro-Ro.
Untuk itu kapal dilengkapi dengan pintu rampa yang dihubungkan dengan
jembatan bergerak (movable bridge) atau dermaga apung ke dermaga.

6
2.4 Pengertian Lintasan dan Trayek
Menurut Undang – Undangan Pelayaran, Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran, Trayek adalah rute atau lintasan pelayanan angkutan dari satu dermaga
ke dermaga lainnya.
Menurut Chaidirrozi (2012), dalam Modul Manajemen Operasional
Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan bahwa penetapan trayek
dilakukan dengan memperhatikan pengembangan wilayah potensi angkutan dan
jaringan jalan/atau jaringan jalur kereta api yang tersusun dalam satu kesatuan
tatanan transportasi nasional.

2.5 Pengertian Lintasan Penyeberangan


Menurut Ir.Iskandar Abubakar, MSc, dkk (2010), lintas penyeberangan
adalah suatu alur perairan di laut, selat, teluk, sungai dan/ atau danau yang
ditetapkan sebagai lintas penyeberangan serta berfungsi untuk menghubungkan
simpul pada jaringan jalan dan/ atau jaringan jalur kereta api.

2.6 Pengertian Pola Operasi


Menurut Nasution (2010), dalam bukunya Manajemen Transportasi (edisi
ketiga), pola operasi adalah penetapan jumlah kapal dan jumlah frekuensi yang
diperlukan pada setiap lintasan sesuai dengan jenis kapal dan jarak lintasan

2.7 Pengertian Load Factor (Faktor Muat)


Menurut Nasution (2010), dalam bukunya Manajemen Transportasi (edisi
ketiga), load factor adalah jumlah penumpang dan kendaraan yang diangkut oleh
kapal dibandingkan dengan kapasitas tersedia. Formula yang dipergunakan untuk
menentukan factor muat tiap-tiap kapal penyeberangan yaitu :
…………………………………………………………… (1)

Keterangan:

LF = Load Factor (%)

KP = Kapasitas Terpakai

7
KT = Kapasitas Tersedia

2.8 Frekuensi dan Pengaturan Kapal


Menurut Abubakar (2010), dalam bukunya Transportasi Penyeberangan,
frekuensi dan pengaturan kapal yang beroperasi menyatakan bahwa :
a. Pengurangan maupun penambahana jumlah frekuensi kapal yang
beroperasi pada suatu lintas penyeberangan erat kaitannya dengan
kegiatan operasional terhadap jadwal perjalanan kapal dalam rangka
memberikan pelayanan kepada pengguna jasa. Dalam pengaturan
jadwal keberangkatan kapal berdasarkan frekuensi yang diinginkan
dengan melakukan pengurangan maupun penambahan frekuensi
dilihat dari jumlah permintaan penumpang/kendaraan harian, untuk itu
perlu dilakukan survei waktu operasional kapal.
b. Dalam pengaturan jadwal jumlah dermaga merupakan hal yang harus
diperhatikan terkait dengan jumlah kapal yang beroperasi dalam
lintasan. Apabila jumlah kapal yang beroperasi banyak dengan waktu
tempuh yang relatif pendek maka jumlah dermaga merupakan hal
yang menentukan dalam penjadwalan.
Formula yang digunakan untuk menentukan frekuensi kapal yaitu:
……………………………….………… (2)

Keterangan :

FK = Jumlah frekuensi keberangkatan kapal yang dibutuhkan (satuan


trip/hari).

N = Jumlah penumpang/kendaraan yang akan menggunakan angkutan


penyeberangan pada tahun tersebut.

K = Tingkat waktu operasional kapal pertahun ( rasio antara jumlah


hari operasi dan jumlah hari dalam setahun), umumnya diambil
0,9

LF = Faktor muat kapal rencana.

M = Kapasitas angkut kapal.

8
2.9 Penentuan Jumlah Kapal yang dibutuhkan
Jumlah armada penyeberangan yang diperlukan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
……………… (3)

Sedangkan untuk kemampuan RTT digunakan rumus :

……………………………… (4)

Waktu RTT didapat dengan menggunakan rumus :

…………………………………………. (5)

Keterangan :

Sailing Time = Waktu perjalanan.

Layover Time = Waktu Kapal di Dermaga

RTT (Round Trip Time) = Waktu yang dibutuhkan kapal untuk melakukan
perjalanan ke dermaga tujuan hingga kembali lagi ke
dermaga asal.
Kemampuan trip pada angkutan penyeberangan dapat digunakan rumus
sebagai berikut:

….…………….………………………….….………… (6)

Keterangan :

KT = Jumlah frekuensi keberangkatan (trip) yang mampu dilakukan oleh kapal


dalam satuan trip/kapal.

PT = Port time adalah jumlah jam operasional pelabuhan dalam satuan jam.

TT = Trip time atau waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk melakukan 1
(satu) kali perjalanan (satuan trip) dalam satuan jam/(trip/kapal). Sailing
time ditambah dengan lay over time.

2.10 Waktu Operasional Kapal


2.10.1 Waktu Sandar / Lay Over Time
Waktu sandar adalah waktu yang dibutuhkan untuk kapal bersandar
dimulai dari saat kapal merapat di dermaga, mooring kapal ke dermaga, membuka
9
pintu rampa, menurunkan dan menaikkan penumpang, barang, ataupun kendaraan
dari dan ke kapal.

2.10.2 Waktu Putar / Round Trip Time


Waktu putar atau disebut juga sebagai Round Trip Time (RTT) adalah
waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk membuat satu kali perjalanan pulang
pergi termasuk waktu yang dibutuhkan kapal untuk sandar di dermaga.

2.10.3 Waktu Antara / Headway


Waktu antara atau dikenal juga sebagai Headway adalah waktu antara dua
sarana angkutan untuk melewati suatu titik/tempat perhentian dalam hal ini
pelabuhan atau dermaga. Semakin kecil waktu antara semakin tinggi kapasitas
angkut.
Untuk menentukan headway time digunakan rumus sebagai berikut :
.………… ………………….…………….….………… (7)

Keterangan :

2 = Jumlah Operasional Dermaga

f = Jumlah keberangkatan kapal

2.11 Jadwal Pengoperasian Kapal Penyeberangan


Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (2010), dalam bukunya
Transportasi Penyeberangan (2010) menyebutkan bahwa Jadwal pengoperasian
kapal penyeberangan dipengaruhi oleh :

2.11.1 Jumlah Dermaga Penyeberangan


Dalam pengaturan jadwal jumlah dermaga juga merupakan hal yang harus
diperhatikan terkait dengan jumlah kapal yang beroperasi dalam satu lintasan.
Apabila jumlah kapal yang beroperasi banyak dengan waktu tempuh yang relatif
pendek maka jumlah dermaga merupakan hal yang menentukan dalam
penjadwalan.

10
2.11.2 Berth Occupancy Rate (BOR)
Persentase penggunaan dermaga oleh kapal yang merupakan perbandingan
jumlah yang merapat terhadap jumlah jam penggunaan dermaga.

2.11.3 Waktu Bongkar Muat


Dalam pembuatan jadwal agar tidak terjadi antrean masuk untuk
melakukan bongkar muat penumpang dan kendaraan maka waktunya harus diatur
sehingga jadwal kapal tidak terganggu dan tepat waktu.

2.11.4 Waktu Kapal Berlayar


Waktu kapal berlayar adalah Jarak yang ditempuh kapal dari asal sampai
dengan tujuan dalam satuan waktu.

2.11.5 Contoh Jadwal Kapal


Berikut ini adalah contoh penjadwalan untuk lintas penyeberangan A-B
yang memiliki kapal masing-masing 2 drmaga, waktu operasional pelabuhan
selama 12 jam per hari, dioperasionalkan 4 buah kapal penyeberangan dengan
waktu tempuh 2 jam dan waktu bongkar muat selama 1 jam.

Sumber: Transportasi Penyeberangan, 2010

2.12 Analisa Pertumbuhan Penumpang dan Kendaraan


Menurut Nasution (2010) dalam bukunya Manajemen Transportasi Edisi
Ketiga, Regresi linear merupakan suatu pola hubungan yang
berbentuk/diasumsikan garis lurus (linear) antara variabel yang diramalkan

11
dengan variabel waktu yang mempengaruhinya (variabel bebas). Prediksi jumlah
muatan dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
………………………………………….……………………… (8)

Keterangan :

Y = variabel terikat (variable yang diramalkan).

X = variable waktu (hari, bulan, tahun)

a dan b = Bilangan konstan

2.13 Penelitian Sejenis


Penelitian sejenis mengenai waktu pelayanan kapal dan penjadwalan kapal
adalah sebagai berikut :
1. Herlyana [2014]. Dalam penelitian “Evaluasi Kebutuhan Frekuensi Kapal Ro-
Ro Pada Lintasan Penyeberangan Ketapang - Gilimanuk”. Untuk
meminimalisir antrian kapal dilakukan penjadwalan berdasarkan waktu
pelayanan kapal saat kondisi normal yaitu sailing time 35 menit, headways 25
menit dan layover time 25 menit.
2. Putri Febry Andani [2021]. Dalam penelitian “Evaluasi Penerapan Jadwal
Kapal Penyeberangan Lintas Merak – Bakauheni Tahun 2021”. Melakukan
analisis terhadap frekuensi kapal yang beroperasi pada lintas penyeberangan
Merak – Bakauheni yang disesuaikan dengan daya muat kapal, dengan hasil
jumlah kapal yang ideal yaitu 22 kapal/hari di dermaga regular dan 5
kapal/hari di dermaga eksekutif dengan frekuansi kapal 174 trip/hari di
dermaga regular dan 45 trip/hari di dermaga eksekutif.
3. Arlina Phelia [2020]. Meneliti tentang “Studi Waktu Pelayanan Kapal Di
Dermaga I Pelabuhan Bakauheni”. Melakukan analisis data untuk
menentukan waktu lama sandar lama waktu manuver kapal, dengan hasil rata
– rata headway kapal di dermaga I adalah 51,77 menit dan dinyatakan sudah
optimal karena kurang dari waktu yang telah ditetapkan oleh Pelabuhan
Bakauheni dengan total 24 trip kapal di Dermaga I.

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tahapan Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian diperlukan suatu rancangan penelitian agar
dapat membantu didalam menentukan langkah-langkah penelitian. Adapun proses
penelitian yang dilakukan di Pelabuhan Penyeberangan Air Putih diawali dengan
mengidentifikasi permasalahan dan melakukan peninjauan secara langsung ke
lokasi Pelabuhan Penyeberangan Air Putih, dimana dari hasil peninjauan tersebut
dapat ditemukan rumusan permasalahan yang akan di teliti. Setelah itu lalu
dilakukan pengumpulan data-data baik itu data primer yang didapat dengan
melakukan survey secara langsung maupun data sekunder yang didapat dengan
mencari data-data di Pelabuhan Penyeberangan Air Putih dan Dinas Perhubungan
Kabupaten Bengkalis yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Setelah data-data yang dikumpulkan dirasa cukup maka dilanjutkan dengan
pelaksanaan rekapitulasi data-data tersebut untuk mempermudah pengelompokan
data. Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
1. Produktivitas Angkutan Penyeberangan (Penumpang, Kendaraan dan Kapal);
2. Waktu Operasional Kapal;
3. Karakteristik Kapal dan Dermaga;
4. Frekuensi Keberangkatan, Jumlah Trip dan Jumlah Kapal yang Beroperasi;
5. Jadwal Kapal;
Setelah semua data didapat maka dapat dilakukan analisis permasalahan dan
mencari pemecahan dari permasalahan yang dibahas serta menyimpulkan hasil
penelitian dan memberikan saran yang membangun kinerja dari Pelabuhan
Penyeberangan Air Putih. Adapun proses kerja atau penelitian dapat dilihat dan
ditunjukkan pada gambar bagan alir penelitian mulai dari awal sampai dengan
proses itu selesai. Bagan alir dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

13
MULAI

Observasi Lapangan

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

 Waktu Sandar Kapal;  Karakteristik Kapal dan Dermaga;


 Waktu Bongkar Muat;  Jadwal Kapal;
 Waktu Layar Kapal;  Produktivitas Angkutan Lebaran;
 Produktivitas Penumpang;  Produktivitas Pelabuhan 5 Tahun
 Produktivitas Kendaraan; Terakhir;
 Produktivitas Kapal.  Jarak LIntasan

Pengolahan Data

Analisa Data
 Frekuensi Keberangkatan, Trip dan Jumlah Kapal
yang Ideal;
 Load Factor Penumpang dan Kendaraan;
 Penjadwalan;
 Analisa Pertumbuhan Penumpang dan Kendaraan

Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar III.1 Bagan Alir Penelitian

14
3.2. Lokasi Penelitian
3.2.1. Kondisi Geografis
Bengkalis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata
sekitar 2 – 6,1 m dari permukaan laut, juga di daerah ini terdapat beberapa
sungai, tasik (danau) serta 24 Pulau besar dan kecil, beberapa diantara pulau besar
itu adalah Pulau Rupat dan Pulau Bengkalis. Secara astronomis, Kabupaten
Bengkalis memiliki luas wilayah 8.403,28 Km². Secara fisik geografis Kabupaten
Bengkalis mempunyai letak yang sangat strategis, karena dilalui oleh jalur
perkapalan internasional menuju ke Selat Malaka. Bengkalis juga termasuk dalam
salah satu program Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT) dan
Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT).
Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Bengkalis memiliki batas-batas :
Utara : Selat Malaka
Selatan : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan Meranti
Barat : Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu dan Kota
Dumai
Timur : Selat Malaka dan Kabupaten Kepulauan Meranti

Sumber: Bengkalis dalam Angka (2022)

Gambar 3. 1 Peta wilayah Kabupaten Bengkalis

15
Pada tahun 2019, Kabupaten Bengkalis terdiri dari 11 Kecamatan yang
terlerletak di daratan dan kepulauan. Wilayah Kabupaten Bengkalis dialiri oleh
beberapa sungai, diantara sungai yang ada di daerah ini yang sangat penting
sebagai sarana perhubungan utama dalam perekonomian penduduk adalah Sungai
Siak dengan panjang 300 Km, Sungai Siak Kecil 90 Km dan Sungai Mandau 87
Km.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP
432 Tahun 2017 Tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional, bahwa Pelabuhan
Penyeberangan Air Putih Kabupaten Bengkalis merupakan jenis pelabuhan kelas
II. Dimana Pelabuhan Penyeberangan Air Putih merupakan pelabuhan
penyeberangan yang terletak di Pulau Bengkalis yang berpasangan dengan
Pelabuhan Penyeberangan Sungai Pakning, dimana pada pelabuhan ini melayani
kapal angkutan penyeberangan type Roll On Roll Off (RORO) yang beroperasi
selama 24 jam penuh dengan jarak lintasan sejauh 4,52 mil laut untuk waktu
tempuh sekitar 45 menit perjalanan demi menunjang kegiatan aktivitas ekonomi
masyarakat Kabupaten Bengkalis.

3.2.2. Kondisi Administrasi


Secara administrasi Kabupaten Bengkalis terdiri dari 11 Kecamatan dengan
luasan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Data Luas Kecamatan di Wilayah Kabupaten Bengkalis


Luas Wilayah
Kecamatan Ibukota Kecamatan
(km2)
(1) (2) (3)
1. Mandau Air Jamban 372,25
2. Pinggir Pinggir 811,46
3. Bathin Solpan Sebangar 855,62
4. Talang Muandau Beringin 1.244,71
5. Bukit Batu Sungai Pakning 526,62
6. Siak Kecil Lubuk Muda 957,95
7. Bandar Tenggayun 1.237,70
Laksamana
16
(1) (2) (3)
8. Rupat Batu Panjang 1.136,31
9. Rupat Utara Tanjung Medang 378,68
10. Bengkalis Bengkalis Kota 462,24
11. Bantan Selat Baru 442,93
Jumlah / Total 8.426,48
Sumber : Kabupaten Bengkalis Dalam Angka 2021

3.3. Objek Penelitian


3.3.1. Data Umum Pelabuhan Penyeberangan
1. Data Umum Pelabuhan Penyeberangan Air Putih
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Pelabuhan Penyeberangan Air
Putih yang berada di Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau ini
berfungsi sebagai akses utama dalam lalu lintas pergerakan masyarakat Kabupaten
Bengkalis baik menuju maupun dari Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis yang
terpisah oleh adanya perairan.
Adapun gambar layout Pelabuhan Penyeberangan Air Putih dapat dilihat
dibawah ini :

10
9
4
3

5
2 6 7

Gambar 3.2 Layout Pelabuhan Penyeberangan Air Putih Bengkalis

17
Keterangan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :
1. Pintu gerbang
2. Lapangan parkir pengantar/penjemput
3. Mushollah
4. Lapangan parker siap muat roda 4
5. Gedung terminal
6. Lapangan parker siap muat roda 2
7. Trestle dermaga 1
8. Dermaga 1
9. Trestel dermaga 2
10. Dermaga 2

2. Sarana Angkutan Penyeberangan


Angkutan Penyeberangan di Pelabuhan Penyeberangan Air Putih dilayani
oleh jenis kapal Ro-Ro sebanyak 5 (lima) unit kapal penyeberangan (Kapal Motor
Penyeberangan) dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Tabel Karakteristik Kapal yang beroperasi pada lintasan Air Putih –
Sungai Selari

Kapasitas Muatan
Panjang
Panjang Sarat Gross Net
Nama Pemilik Garis Lebar Dalam Anak
No keseluruhan Air Tonnage Tonnage Kendaraan
Kapal Kapal Air (Meter) (Meter) Penumpang Buah
(Meter) (Meter) (Ton) (Ton) Campuran
(Meter) (orang) Kapal
(Unit)
(Meter)

Bahari PT.
1 50.6 47.25 10.35 3.2 2.4 846 280 300 23 30
Nusantara Jembatan
Nusantara

Persada PT.
2 54.3 47.28 9.6 3.6 2.36 687 207 173 23 22
Nusantara Jembatan
Nusantara

Swarna PT.
3 62.28 45 10.2 3.6 2.6 516 155 200 39 20
Putri Jembatan
Nusantara

Mutiara PT.
4 46 39.4 11.6 3.6 2.8 492 148 252 38 20
Pertiwi II Atosim
Lampung

Permata PT.
5 40.46 32.66 10 2.94 2.18 468 274 210 18 16
Lestari III Atosim
Lampung
Sumber: Dinas Perhubungan Kab. Bengkalis (2022)

18
Gambar 3.3 KMP. Bahari Nusantara

Gambar 3.4 KMP. Persada Nusantara

Gambar 3.5 KMP. Swarna Putri

Gambar 3. 6 KMP. Mutiara Pertiwi II

19
Gambar 3.7 KMP Permata Lestari III

3. Jadwal Operasional Angkutan Penyeberangan


Pelabuhan Penyeberangan Air Putih beroperasi selama 24 jam pada hari
Jumat dan pada hari-hari minggu / hari besar lainnya untuk melayani lintasan
penyeberangan Air Putih – Sei Selari, sedangkan pada hari senin sampai kamis
dan sabtu Pelabuhan Penyeberangan Air Putih beroperasi selama ± 18 Jam,
dimana dalam operasionalnya kapal-kapal angkutan penyeberangan ini diatur
jam kedatangan dan keberangkatannya sesuai jadwal operasional yang telah
ditentukan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Bengkalis.
Adapun jadwal operasional angkutan penyeberangan (ro-ro) pada Pelabuhan
Penyeberangan Air Putih ini terlampir.

4. Waktu Operasional Kapal

Dalam pengoperasionalannya kapal angkutan penyeberangan membutuhkan


waktu-waktu dalam setiap olah gerak baik selama berada di dermaga maupun
saat berlayar, hal tersebut lah yang menjadi dasar dalam penentuan jadwal
angkutan penyeberangan, seperti waktu sandar kapal, waktu tolak kapal, waktu
bongkar penumpang dan kendaraan, waktu muat penumpang dan kendaraan, serta
waktu berlayar. Apabila terjadi ketidak sesuaian dalam penyusunan jadwal atau
dalam pelaksanaan jadwal yang telah tersusun maka akan berakibat pada
terjadinya antrian kapal pada kolam pelabuhan, dimana kapal sudah sampai pada
dermaga tujuan hanya saja pada dermaga masih ada kapal yang melakukan proses
bongkar muat penumpang dan kendaraan, hal tersebut berpengaruh terhadap

20
optimalisasi pelayanan angkutan penyeberangan yang diberikan kepada
masyarakat pengguna jasa.

Adapun data rencana waktu operasional kapal pada Pelabuhan


Penyeberangan Air Putih dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bengkalis antara
lain sebagai berikut :

 Waktu Berlayar Kapal : 45 Menit


 Waktu Sandar Kapal : 7,5 Menit
 Waktu Bongkar : 15 Menit
 Waktu Muat : 15 Menit
 Waktu Tolak Kapal : 7,5 Menit

Sedangkan untuk data waktu operasional kapal eksisting pada Pelabuhan


Penyeberangan Air Putih sesuai hasil pengamatan di pelabuhan antara lain
sebagai berikut :

 Waktu Berlayar Kapal : 35 Menit


 Waktu Sandar Kapal : 15 Menit
 Waktu Bongkar : 15 Menit
 Waktu Muat : 20 Menit
 Waktu Tolak : 7 Menit

5. Produktivitas Pelabuhan Penyeberangan Air Putih


Berikut adalah data produktivitas angkutan penyeberangan pada Pelabuhan
Penyeberangan Air Putih Kabupaten Bengkalis :

21
Tabel 3.4 Produktivitas Keberangkatan Angkutan Penyeberangan pada
Pelabuhan Penyeberangan Air Putih Selama 5 Tahun Terakhir
Penumpang Kendaraan Golongan
IV V
Tahun Anak-
Dewasa II III Sedan Bus Truk
anak Pick Up
Sejenis Sedang Sedang
2017 473,972 4,001 190,789 6,973 83,184 14,598 136 13,711
2018 511,274 3,993 205,688 10,599 82,370 16,246 90 14,464
2019 544,829 4,253 225,782 7,615 84,494 17,282 113 14,803
2020 421,605 2,142 179,927 6,564 62,782 16,621 36 16,883
2021 471,882 997 197,906 8,843 70,860 18,524 42 17,601
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bengkalis, 2022

Tabel 3.5 Produktivitas Kedatangan Angkutan Penyeberangan pada


Pelabuhan Penyeberangan Air Putih Selama 5 Tahun Terakhir
Penumpang Kendaraan Golongan
IV V
Tahun Anak-
Dewasa II III Sedan Bus Truk
anak Pick Up
Sejenis Sedang Sedang
2017 467,960 5,818 185,057 8,285 85,878 14,067 140 15,847
2018 518,536 3,938 203,861 12,403 87,248 15,610 109 15,467
2019 538,882 3,634 207,621 9,133 89,159 16,133 111 20,568
2020 384,774 1,616 153,603 8,160 67,673 15,779 64 16,473
2021 443,444 290 206,492 9,112 77,455 15,904 135 17,805
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bengkalis, 2022

Adapun untuk lebih memudahkan dalam melihat naik dan turun data
produktivitas angkutan penyeberangan (ro-ro) pada Pelabuhan Penyeberangan Air
Putih dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

22
Gambar 3.8 Grafik Produktivitas Keberangkatan Kendaraan 5 Tahun Terakhir

Gambar 3.9 Grafik Produktivitas Keberangkatan Penumpang 5 Tahun Terakhir

23
Gambar 3.10 Grafik Produktivitas Kedatangan Kendaraan 5 Tahun Terakhir

Gambar 3.11 Grafik Produktivitas Kedatangan Penumpang 5 Tahun Terakhir

3.4. Analisis Data


3.4.1. Frekuensi Keberangkatan, Trip dan Jumlah Kapal yang Ideal
Perhitungan terhadap jumlah frekuensi keberangkatan kapal, trip serta
jumlah kapal yang ideal dilakukan dengan mengumpulkan data baik data primer
maupun data sekunder terkait waktu operasional kapal selama di pelabuhan,
kemudian dari data-data tersebut dapat dilakukan perhitungan sehingga
didapatkan jumlah kapal yang ideal dalam pengoperasian setiap harinya.

24
3.4.2. Load Factor Penumpang dan Kendaraan
Perhitungan jumlah load factor penumpang dan kendaraan dilakukan untuk
mengetahui besaran kapasitas angkut yang ada saat ini dengan menghitung jumlah
penumpang dan kendaraan yang diangkut oleh kapal dibandingkan dengan
kapasitas yang tersedia.

3.4.3. Penjadwalan
Analisa ini dilakukan untuk melihat keefektifan jadwal operasional kapal
angkutan penyeberangan yang ada saat ini, dengan membandingkannya dengan
data-data frekuensi kapal yang ideal yang telah dikumpulkan sebelumnya, dimana
pada setelah dilakukannya analisa penjadwalan maka didapatkan jadwal
operasional yang meminimalisir adanya antrian kapal di kolam pelabuhan.

3.4.4. Analisa Pertumbuhan Penumpang dan Kendaraan


Analisa pertumbuhan penumpang dan kendaraan dilakukan untuk melihat
tingkat pertumbuhan jumlah penumpang dan kendaraan yang beroperasi di
Pelabuhan Penyeberangan Air Putih. Analisa ini hanya dilakukan dengan cara
mengumpulkan data sekunder jumlah penumpang dan kendaraan kemudian
Forecasting untuk memprediksi pertumbuhan jumlah penumpang dan kendaraan
pada tahun-tahun selanjutnya.

3.5. Usulan Pemecahan Masalah


Dari hasil analisa yang dilakukan nanti diharapkan akan menghasilkan
rekayasa lalu lintas pada pelabuhan penyeberangan khususnya dalam hal kapal
angkutan penyeberangan (ro-ro) agar dapat meminimalisir terjadinya antrian kapal
pada kolam pelabuhan sehingga dapat mengoptimalkan kinerja Pelabuhan
Penyeberangan Air Putih. Sebagai masukan bagi instansi terkait dalam
meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jasa angkutan penyeberangan di
Pelabuhan Penyeberangan Air Putih Kabupaten Bengkalis.

25
DAFTAR PUSTAKA

__________ , 2008. Undang – Undang Nomor 17 PELAYARAN

___________, 2012. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26


PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN

___________, 2006. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat nomor:


SK.2681/AP.005/DRJD/2006 PENGOPERASIAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

___________, 2010. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat nomor:


SK.242/HK.104/DRJD/2010 PEDOMAN TEKNIS MANAJEMEN LALU LINTAS
PENYEBERANGAN
Abubakar, Iskandar dkk, 2010, Transportasi Penyeberangan, Direktur Jendral
Perhubungan Darat, Jakarta

Chaidirrozi AS, 2012, Modul Manajemen Operasional Transportasi Sungai, Danau


dan Penyeberangan, Palembang

Herlyana. 2014 Evaluasi Kebutuhan Frekuensi Kapal Ro-Ro Pada Lintasan


Penyeberangan Ketapang - Gilimanuk. Palembang

Anda mungkin juga menyukai