Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian


Dalam penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data yang berguna bagi proses
penelitian, data yang dibutuhkan adalah data sekunder. Data Sekunder diperoleh dari
unduhan Peta Citra Sateli Landsat melalui situs website Landsat catalog dan USGS dan data
pendukung yang diperoleh dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau. Adapun data
yang diperoleh meliputi:

4.2.1. Data Peta Citra Satelit


Pencitraan satelit atau Fotografi angkasa adalah citra dari Bumi yang dikumpulkan
oleh satelit pengamat Bumi yang dioperasikan oleh pemerintah atau perusahaan di seluruh
dunia dan dipublikasikan melalui situs website untuk keperluan masyarakat. Dalam hal ini,
situs website yang menyediakan satelit yang dioperasikan oleh perusahaan dan pemerintah
yaitu Landsat catalog dan USGS.

Data citra satelit tersebut tersedia dalam kurun waktu beberapa tahun mulai dari
tahun 2013 sampai 2021. Dalam mendownload citra satelit sesuai dengan area yang kita
inginkan perlu memperhatikan tutupan awan atau Cloud cover karna akan mempersulit
proses analisa, sehingga untuk meminimalisir tutupan awan dapat dilakukan dengan
pemilihan waktu pengambilan citra satelit tersebut. Adapun tahapan mendownload peta
citra satelit ialah sebagai berikut:

1. Menentukan angka pathrow dari lokasi penelitian


Dalam hal ini, lokasi penelitian berada di wilayah pesisir provinsi riau.

Gambar 4.1 Peta pathrow


Sumber : pgsp.big.go.id, 2022
11
Dari gambar peta pathrow, dapat diketahui angka pathrow di wilayah pesisir
provinsi riau, terdapat pada tabel dibawah ini.

Table 4.1 Angka pathrow di wilayah pesisir provinsi riau


No Path Row Kabupaten/Kota

1 128 58 Rokan Hulu

2 127 59 Rokan Hulu, Dumai, Bengkalis

3 126 59 Dumai, Bengkalis, Siak, Pelalwan, Kepulauan Meranti, Indragiri Hilir

4 125 60 Siak, Pelalwan, Kepulauan Meranti, Indragiri Hilir

Sumber : analisis peta pathrow, 2022

2. Download peta citra sesuai angka pathrow melalui situs website USGS pada tahun
2013, 2017 dan 2021.
a. Tahun 2013

Gambar 4.2 data citra pathrow 12858 pada tahun 2013


Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022

Gambar 4.3 data citra pathrow 12759 pada tahun 2013


Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022

12
Gambar 4.4 data citra pathrow 12659 pada tahun 2013
Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022

Gambar 4.5 data citra pathrow 12560 pada tahun 2013


Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022
b. Tahun 2017

Gambar 4.6 data citra pathrow 12858 pada tahun 2017


Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022

Gambar 4.7 data citra pathrow 12759 pada tahun 2017


Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022

13
Gambar 4.8 data citra pathrow 12659 pada tahun 2017
Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022

Gambar 4.9 data citra pathrow 12560 pada tahun 2017


Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022
c. Tahun 2021

Gambar 4.11 data citra pathrow 12858 pada tahun 2021


Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022

Gambar 4.12 data citra pathrow 12759 pada tahun 2017


Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022

14
Gambar 4.13 data citra pathrow 12659 pada tahun 2021
Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022

Gambar 4.14 data citra pathrow 12560 pada tahun 2021


Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022

4.2.2. Data Peta Batas Administrasi Wilayah Provinsi Riau


Peta batas administrasi wilayah provinsi riau berguna untuk mengidentifikasi lokasi
peta citra. Peta batas administrasi didownload melalui situs website
http://tanahair.indonesia.go.id/.

Gambar 4.15 data peta batas administrasi wilayah provinsi riau


Sumber : Indonesia Geospatial Portalhttps, 2022

4.2.3. Digitasi Peta


Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke
15
dalam format digital. Objek- objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah dan lain-lain yang
sebelumnya dalam format raster maka menjadi objek- objek vector. Digitasi peta pada
penelitan ini berfungsi untuk membuat garis pantai pada tahun 2013, 2017 dan 2021 dari
peta citra satelit yang telah didownload. Proses digitasi peta dilakukan di software ArcGis
10.4. Adapun hasil digitasi peta ialah sebagai berikut :

4.2.1. Tahun 2013

Gambar 4.16 digitasi peta dari peta citra satelit tahun 2013 di wilayah pesisir provinsi riau
Sumber : Pengolahan data, 2022

4.2.2. Tahun 2017

Gambar 4.17 digitasi peta dari peta citra satelit tahun 2017 di wilayah pesisir provinsi riau
Sumber : Pengolahan data, 2022

4.2.3. Tahun 2021

Gambar 4.18 digitasi peta dari peta citra satelit tahun 2021 di wilayah pesisir provinsi riau
Sumber : Pengolahan data, 2022

16
4.2.4. Perhitungan dengan Digital Shoreline Analysis System
Perhitungan perubahan garis pantai menggunakan aplikasi Digital Shoreline
Analysis System (DSAS). DSAS merupakan free software yang dikembangkan oleh United
States Geological Survey (USGS) (Thieler, dkk., 2009). Metode statistika dalam DSAS
yang digunakan adalah NSM (Net Shoreline Measurement) yang mengukur jarak
perubahan garis pantai berdasarkan transek yang memotong 2 garis pantai. Garis acuan atau
baseline digunakan sebagai titik awal pembuatan transek. Garis pantai tahun 2013 – 2021
menjadi shorelines yang akan dihitung jarak dan laju perubahannya. Setelah proses
perhitungan selesai, dilakukan perhitungan rata – rata perubahan garis pantai dan pemilihan
transek yang mengalami perubahan maksimum pada setiap segmen.

4.2 Hasil dan Pembahasan Penelitian


Hasil dan Pembahasan penelitian didapat dari melakukan pengolahan data di
wilayah Pesisir Provinsi Riau yang meliputi Kabupaten Rokan Hilir, Kota Dumai,
Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten
Pelalawan, dan Kabupaten Indragiri Hilir melalui software ArcGis 10.4.

4.2.1. Kabupaten Rokan Hilir


1) Hasil Penelitian
Kabupaten Rokan Hilir terletak di bagian paling utara dari Provinsi Riau yang juga
merupakan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera, memiliki luas wilayah 8.881,59 Km2,
terbagi atas 14 kecamatan dengan 6 kecamatan berada di wilayah pesisir Provinsi Riau yang
meliputi kecamatan pasir limau kapas, kecamatan kubu, kecamatan kubu babussalam,
kecamatan pekaitan, kecamatan bangko dan kecamatan sinaboi, juga memiliki 4 pulau
terluar yang meliputi pulau halang, pulang padamaran, pulau barkley dan pulau sinaboi.
Bagian utara wilayah pesisir pantai Kabupaten Rokan Hulu berbatasan dengan selat malaka.

Gambar 4.19 Peta Kabupaten Rokan Hilir


Sumber : Pengolahan data, 2022
17
Perubahan garis pantai yang terjadi antara tahun 2013 hingga 2021 di wilayah
pesisir Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan interpretasi citra satelit Landsat 8 dan
pengolahan garis NSM pada DSAS mengalami perubahan garis pantai yang cukup tinggi
yang didominasi oleh akresi dengan nilai rata-rata perubahan yaitu 42,97 meter.
Garis Transek (bh)

Perubahan (m)
Gambar 4.20 Grafik distribusi perubahan garis pantai
Sumber : Pengolahan data, 2022
Dari grafik diatas, diketahui bahwa jumlah garis transek didominasi pada nilai
positif (+) atau lebih dari 0 yang artinya terjadi penambahan daratan (akresi) yang cukup
tinggi. Nilai tertinggi dan terendah dari perubahan garis pantai dapat dilihat dari tabel
dibawah ini :
Tabel 4.2 nilai perubahan garis pantai tertinggi tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
No Perubahan Nilai perubahan (m) Lokasi Koordinat

1 Akresi 833,89 Kecamatan Pekaitan 100.725829 2.098761

2 Abrasi -336,44 Kecamatan Bangko 100.865798 2.005364


Sumber : Pengolahan data, 2022
Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai NSM yang menunjukan nilai perubahan
garis pantai dari tahun terlama ke tahun terbaru, bahwa perubahan paling tinggi pada tahun
2013 s/d 2021 yaitu akresi berada di kecamatan pekaitan sejauh 833,39 meter sedangkan
abrasi berada dikecamatan bangko sejauh 336,44 meter.

Gambar 4.21 perubahan akresi pada tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022
18
Gambar 4.22 perubahan abrasi pada tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022

Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa potensi terjadinya akresi dominan berada
di teluk wilayah pesisir, teluk merupakan tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan
dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya, Sedangkan potensi terjadinya abrasi dominan
berada di semenanjung wilayah pesisir.
Tabel 4.3 luas perubahan garis pantai tertinggi tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
No Tahun Perubahan Luas (m2) Lokasi Koordinat

Kecamatan Bangko
Akresi 4.874.581,13 100.876904 2.301331
1 2013-2017 dan Sinaboi

Abrasi 283.520,55 Kecamatan Bangko 100.832317 2.021009

Kecamatan Bangko
Akresi 6.947.558,15 100.884150 2.302839
2 2017-2021 dan Sinaboi

Abrasi 1.081.689,51 Kecamatan Bangko 100.875393 2.000883


Sumber : Pengolahan data, 2022
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa luas perubahan garis pantai
tertinggi berupa akresi dan abrasi terjadi pada tahun 2017 s/d 2021 di kecamatan bangko
dan sinaboi.

Gambar 4.23 luas abrasi dan akresi pada tahun 2013-2017 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022

19
Gambar 4.24 luas abrasi dan akresi pada tahun 2017-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022

Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa luasan perubahan garis pantai tahun
2017 s/d 2021 juga merupakan lanjutan dari perubahan garis pantai dari tahun 2013 s/d
2017, perubahan garis pantai relatif terjadi di area yang sama dan mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya.
Tabel 4.4 Laju Perubahan Garis Pantai tertinggi tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
No Perubahan Nilai perubahan (m/thn) Lokasi Koordinat

1 Akresi 101,8 Kecamatan Pekaitan 100.725829 2.098761

2 Abrasi -41,07 Kecamatan Bangko 100.865798 2.005364


Sumber : Pengolahan data, 2022
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa laju perubahan garis pantai
tertinggi berupa akresi terjadi di kecamatan pekaitan dan abrasi terjadi di kecamatan
bangko.

Gambar 4.25 laju akresi pada tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022

20
Gambar 4.26 laju abrasi pada tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022

Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa laju perubahan garis pantai tertinggi
berupa akresi didominasi dari tahun 2013 s/d 2017 dari pada 2017 s/d 2021, sedangkan
abrasi cukup konstan terjadi dari tahun 2013 s/d 2021.

2) Pembahasan
Pembahasan penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan hasil penelitian menjadi
lebih komprehensif dan adaptif terhadap berbagai aspek yang terkait. Adapun pembahasan
mencakup aspek yang berkaitan terhadap terjadinya perubahan garis pantai meliputi aspek
lingkungan dan aspek statistik.

a) Lingkungan

Mendeteksi isu lingkungan pada wilayah yang terdampak abrasi dan akresi seperti
keberlangsungan aktifitas makhluk hidup dari penggunaan lahan, aktifitas iklim dari siklus
angin muson dan jenis tanah.

Tabel 4.5 Penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir Kabupaten Rokan Hilir


Abrasi (m2) Akresi (m2)
No Tutupan Lahan
2013-2017 2017-2021 2013-2017 2017-2021
1 Badan Air 964.440,15 541.359,34 2.552.825,98 299.997,40
2 Belukar Rawa 526.373,17 475.408,76 208.779,61 199.817,50
3 Hutan Lahan Kering Sekunder - 8.690,96 - -
4 Hutan Mangrove Primer 152.649,42 439.318,11 1.153.084,67 68.225,13
5 Hutan Mangrove Sekunder 835.812,40 914.424,66 4.996.198,84 551.802,16
6 Pemukiman 46.609,74 223.103,30 102.982,79 20.235,86
7 Perkebunan 902.946,22 1.533.175,39 1.150.272,76 387.390,45
8 Pertanian Lahan Kering Campur 245.941,74 383.097,09 45.095,33 54.977,07
9 Sawah 222.986,73 136.559,31 57.458,53 99.107,27
10 Tanah Terbuka 21.464,83 62.119,54 53.148,26 9.909,20

Sumber : Indonesia Geospatial Portalhttps, 2022

21
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat penggunaan lahan yang berpotensi
terhadap perubahan garis pantai seperti Pemukiman dan Perkebunan. Penggunaan lahan
tersebut berdampak terhadap terjadinya peningkatan abrasi dari periode 2013 s/d 2017 dan
2017 s/d 2021 yaitu Pemukiman ± 379 % dan Perkebunan ± 70 %.

Gambar 4.27 peta siklus angin muson tahun 2017 dan 2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : earth.nullschool.net, 2022

Dari gambar diatas, diketahui bahwa faktor iklim dari siklus angin muson
memberikan pengaruh terhadap pergerakan massa air mendatar (arus). Siklus angin muson
menyebabkan abrasi dari barat daya dan akresi pada timur laut wilayah pesisir Kabupaten
Rokan Hilir.

Tabel 4.6 Jenis Tanah di Wilayah Pesisir Kabupaten Rokan Hilir


Abrasi (m2) Akresi (m2)
No Kabupaten Jenis Tanah
2013-2017 2017-2021 2013-2017 2017-2021
1 Rokan Hilir Aluvial 1.290.005,14 2.639.452,99 1.124.934,48 339.345,04

Sumber : Indonesia Geospatial Portalhttps, 2022

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jenis tanah diwilayah pesisir Kabupaten
Rokan Hilir ialah aluvial. Jenis tanah tersebut berdampak terhadap terjadinya peningkatan
abrasi dari periode 2013 s/d 2017 ke 2017 s/d 2021 yaitu ± 105 %.

b) Statistik
Memperkirakan abrasi dan akresi dalam 10 tahun kedepan untuk menentukan
kebijakan pemerintah. Data awal untuk menentukan nilai perubahan garis pantai dalam 10
tahun kedepan menggunakan nilai EPR dan NSM. Adapun perhitungan statistik perubahan
garis pantai menggunakan rumus eksponensial. Metode eksponensial ini yang paling sering
digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk karena harus menghitung jumlah
penduduk yang banyak. Metode ini dapat digunakan untuk menghitung proyeksi nilai
22
perubahan garis pantai ditahun berikutnya. Adapun Perhitungan dapat dilihat pada uraian
dibawah ini.
rt
Rumus Eksponensial, Pn = Po x e
Pn = Nilai perubahan akhir
e = 2,7182818 (Bilangan pokok sistem logaritma natural)
Po = Nilai awal
r = laju perubahan (%)
t = selisih tahun akhir dan awal
1. Abrasi
a. EPR = -41,07 m/thn
b. NSM
2013 s/d 2017 = -172,234 m
2017 s/d 2021 = -164,112 m
Total NSM = -336,346 m
Rata-rata NSM, Nilai perubahan awal (Po) = -168,173 m
EPR -41,07 m/thn
c. Laju perubahan (r) = NSM 𝑥100% = 𝑥100% = 12,2%
-336,346 m

d. Waktu proyeksi (t) = 10 Tahun


e. Bilangan pokok sistem logaritma natural (e) = 2,7182818
f.
Nilai perubahan akhir (Pn) = Po x ert = -570,24 m

2. Akresi
a. EPR = 110,53 m/thn
b. NSM
2013 s/d 2017 = 783,074 m
2017 s/d 2021 = 50,811 m
Total NSM = 833,85 m
Rata-rata NSM, Nilai perubahan awal (Po) = 416,942 m
EPR 110,53 m/thn
c. Laju perubahan (r) = NSM 𝑥100% = 𝑥100% = 13,3%
833,885 m

d. Waktu proyeksi (t) = 10 Tahun


e. Bilangan pokok sistem logaritma natural (e) = 2,7182818
f.
Nilai perubahan akhir (Pn) = Po x ert = 1569,37 m

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa statistik untuk 10 tahun kedepan
23
diwilayah pesisir Kabupaten Rokan Hilir berupa abrasi ialah 570,24 m sedangkan akresi
ialah 1569,37 m.

4.2.2. Kota Dumai


1) Hasil Penelitian
Kota Dumai terletak di bagian utara dari Provinsi Riau yang juga merupakan wilayah
pesisir timur Pulau Sumatera, memiliki luas wilayah 1.727,38 km2, terbagi atas 7
kecamatan dengan 5 kecamatan berada di wilayah pesisir Provinsi Riau yang meliputi
kecamatan sungai sembilan, dumai barat, dumai kota, dumai timur, dan medang kampai.
Bagian utara wilayah pesisir pantai berbatasan dengan selat malaka dan pulau rupat.

Gambar 1.1 Peta Kota Dumai


Perubahan garis pantai yang terjadi antara tahun 2013 hingga 2021 di wilayah
pesisir Kota Dumai berdasarkan interpretasi citra satelit Landsat 8 dan pengolahan garis
NSM pada DSAS mengalami perubahan garis pantai yang cukup tinggi yang didominasi
oleh akresi dengan nilai rata-rata perubahan yaitu 42,97 meter.
Garis Transek (bh)

Perubahan (m)
Gambar 1.2 Grafik distribusi perubahan garis pantai

Dari grafik diatas, diketahui bahwa jumlah garis transek didominasi pada nilai

24

Anda mungkin juga menyukai