Data citra satelit tersebut tersedia dalam kurun waktu beberapa tahun mulai dari
tahun 2013 sampai 2021. Dalam mendownload citra satelit sesuai dengan area yang kita
inginkan perlu memperhatikan tutupan awan atau Cloud cover karna akan mempersulit
proses analisa, sehingga untuk meminimalisir tutupan awan dapat dilakukan dengan
pemilihan waktu pengambilan citra satelit tersebut. Adapun tahapan mendownload peta
citra satelit ialah sebagai berikut:
2. Download peta citra sesuai angka pathrow melalui situs website USGS pada tahun
2013, 2017 dan 2021.
a. Tahun 2013
12
Gambar 4.4 data citra pathrow 12659 pada tahun 2013
Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022
13
Gambar 4.8 data citra pathrow 12659 pada tahun 2017
Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022
14
Gambar 4.13 data citra pathrow 12659 pada tahun 2021
Sumber : EarthExplorer – USGS, 2022
Gambar 4.16 digitasi peta dari peta citra satelit tahun 2013 di wilayah pesisir provinsi riau
Sumber : Pengolahan data, 2022
Gambar 4.17 digitasi peta dari peta citra satelit tahun 2017 di wilayah pesisir provinsi riau
Sumber : Pengolahan data, 2022
Gambar 4.18 digitasi peta dari peta citra satelit tahun 2021 di wilayah pesisir provinsi riau
Sumber : Pengolahan data, 2022
16
4.2.4. Perhitungan dengan Digital Shoreline Analysis System
Perhitungan perubahan garis pantai menggunakan aplikasi Digital Shoreline
Analysis System (DSAS). DSAS merupakan free software yang dikembangkan oleh United
States Geological Survey (USGS) (Thieler, dkk., 2009). Metode statistika dalam DSAS
yang digunakan adalah NSM (Net Shoreline Measurement) yang mengukur jarak
perubahan garis pantai berdasarkan transek yang memotong 2 garis pantai. Garis acuan atau
baseline digunakan sebagai titik awal pembuatan transek. Garis pantai tahun 2013 – 2021
menjadi shorelines yang akan dihitung jarak dan laju perubahannya. Setelah proses
perhitungan selesai, dilakukan perhitungan rata – rata perubahan garis pantai dan pemilihan
transek yang mengalami perubahan maksimum pada setiap segmen.
Perubahan (m)
Gambar 4.20 Grafik distribusi perubahan garis pantai
Sumber : Pengolahan data, 2022
Dari grafik diatas, diketahui bahwa jumlah garis transek didominasi pada nilai
positif (+) atau lebih dari 0 yang artinya terjadi penambahan daratan (akresi) yang cukup
tinggi. Nilai tertinggi dan terendah dari perubahan garis pantai dapat dilihat dari tabel
dibawah ini :
Tabel 4.2 nilai perubahan garis pantai tertinggi tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
No Perubahan Nilai perubahan (m) Lokasi Koordinat
Gambar 4.21 perubahan akresi pada tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022
18
Gambar 4.22 perubahan abrasi pada tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022
Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa potensi terjadinya akresi dominan berada
di teluk wilayah pesisir, teluk merupakan tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan
dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya, Sedangkan potensi terjadinya abrasi dominan
berada di semenanjung wilayah pesisir.
Tabel 4.3 luas perubahan garis pantai tertinggi tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
No Tahun Perubahan Luas (m2) Lokasi Koordinat
Kecamatan Bangko
Akresi 4.874.581,13 100.876904 2.301331
1 2013-2017 dan Sinaboi
Kecamatan Bangko
Akresi 6.947.558,15 100.884150 2.302839
2 2017-2021 dan Sinaboi
Gambar 4.23 luas abrasi dan akresi pada tahun 2013-2017 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022
19
Gambar 4.24 luas abrasi dan akresi pada tahun 2017-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022
Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa luasan perubahan garis pantai tahun
2017 s/d 2021 juga merupakan lanjutan dari perubahan garis pantai dari tahun 2013 s/d
2017, perubahan garis pantai relatif terjadi di area yang sama dan mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya.
Tabel 4.4 Laju Perubahan Garis Pantai tertinggi tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
No Perubahan Nilai perubahan (m/thn) Lokasi Koordinat
Gambar 4.25 laju akresi pada tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022
20
Gambar 4.26 laju abrasi pada tahun 2013-2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : Pengolahan data, 2022
Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa laju perubahan garis pantai tertinggi
berupa akresi didominasi dari tahun 2013 s/d 2017 dari pada 2017 s/d 2021, sedangkan
abrasi cukup konstan terjadi dari tahun 2013 s/d 2021.
2) Pembahasan
Pembahasan penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan hasil penelitian menjadi
lebih komprehensif dan adaptif terhadap berbagai aspek yang terkait. Adapun pembahasan
mencakup aspek yang berkaitan terhadap terjadinya perubahan garis pantai meliputi aspek
lingkungan dan aspek statistik.
a) Lingkungan
Mendeteksi isu lingkungan pada wilayah yang terdampak abrasi dan akresi seperti
keberlangsungan aktifitas makhluk hidup dari penggunaan lahan, aktifitas iklim dari siklus
angin muson dan jenis tanah.
21
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat penggunaan lahan yang berpotensi
terhadap perubahan garis pantai seperti Pemukiman dan Perkebunan. Penggunaan lahan
tersebut berdampak terhadap terjadinya peningkatan abrasi dari periode 2013 s/d 2017 dan
2017 s/d 2021 yaitu Pemukiman ± 379 % dan Perkebunan ± 70 %.
Gambar 4.27 peta siklus angin muson tahun 2017 dan 2021 di Kabupaten Rokan Hilir
Sumber : earth.nullschool.net, 2022
Dari gambar diatas, diketahui bahwa faktor iklim dari siklus angin muson
memberikan pengaruh terhadap pergerakan massa air mendatar (arus). Siklus angin muson
menyebabkan abrasi dari barat daya dan akresi pada timur laut wilayah pesisir Kabupaten
Rokan Hilir.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jenis tanah diwilayah pesisir Kabupaten
Rokan Hilir ialah aluvial. Jenis tanah tersebut berdampak terhadap terjadinya peningkatan
abrasi dari periode 2013 s/d 2017 ke 2017 s/d 2021 yaitu ± 105 %.
b) Statistik
Memperkirakan abrasi dan akresi dalam 10 tahun kedepan untuk menentukan
kebijakan pemerintah. Data awal untuk menentukan nilai perubahan garis pantai dalam 10
tahun kedepan menggunakan nilai EPR dan NSM. Adapun perhitungan statistik perubahan
garis pantai menggunakan rumus eksponensial. Metode eksponensial ini yang paling sering
digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk karena harus menghitung jumlah
penduduk yang banyak. Metode ini dapat digunakan untuk menghitung proyeksi nilai
22
perubahan garis pantai ditahun berikutnya. Adapun Perhitungan dapat dilihat pada uraian
dibawah ini.
rt
Rumus Eksponensial, Pn = Po x e
Pn = Nilai perubahan akhir
e = 2,7182818 (Bilangan pokok sistem logaritma natural)
Po = Nilai awal
r = laju perubahan (%)
t = selisih tahun akhir dan awal
1. Abrasi
a. EPR = -41,07 m/thn
b. NSM
2013 s/d 2017 = -172,234 m
2017 s/d 2021 = -164,112 m
Total NSM = -336,346 m
Rata-rata NSM, Nilai perubahan awal (Po) = -168,173 m
EPR -41,07 m/thn
c. Laju perubahan (r) = NSM 𝑥100% = 𝑥100% = 12,2%
-336,346 m
2. Akresi
a. EPR = 110,53 m/thn
b. NSM
2013 s/d 2017 = 783,074 m
2017 s/d 2021 = 50,811 m
Total NSM = 833,85 m
Rata-rata NSM, Nilai perubahan awal (Po) = 416,942 m
EPR 110,53 m/thn
c. Laju perubahan (r) = NSM 𝑥100% = 𝑥100% = 13,3%
833,885 m
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa statistik untuk 10 tahun kedepan
23
diwilayah pesisir Kabupaten Rokan Hilir berupa abrasi ialah 570,24 m sedangkan akresi
ialah 1569,37 m.
Perubahan (m)
Gambar 1.2 Grafik distribusi perubahan garis pantai
Dari grafik diatas, diketahui bahwa jumlah garis transek didominasi pada nilai
24