Oleh:
Ketua : Muhammad Yazid, ST.M.Eng
Anggota : Rizki Ramadhan Husaini, ST.MT
Anggota : Fitra Ramdani, ST.MT
Anggota : Husnah, ST.MT
Anggota : Siti fini Annisa
Bab I : Pendahuluan
Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang
lingkup, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika Laporan
Penenlitian
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab II berisi tentang teori – teori yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, diantaranya yang berkaitan dengan bahan
admixture MasterGlenium ACE 8595, kuat tekan beton, definisi
beton, pengujian agregat dan penelitian sejenis.
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab III berisi tentang langkah-langkah atau prosedur penelitian
yang akan dilaksanakan mulai dari pemeriksaan agregat,
pelaksanaan pembuatan beton dengan bahan tambah hingga
proses pengujian beton. Prosedur pelaksanaan penelitian
disajikan dalam bentuk bagan alir/ flowchart.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab IV berisi penjelasan dari hasil penelitian yang dilakukan,
yaitu berupa hasil dari pemeriksaan agregat, kebutuhan material
hingga variasi MasterGlenium ACE 8595 yang digunakan serta
nilai slump dan kuat tekan yang dihasilkan.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab V berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang
dihasilkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan :
ƒ’c = Kuat Tekan Beton (MPa)
P = Beban Tekan (N)
A = Luas Permukaan Benda Uji (mm2)
2.3 Beton
Beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat
halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture) (SNI
2847 : 2013). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan
akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.
Adapun sifat-sifat beton yang sering dipergunakan senagai acuan menurut
Tjokrodimuljo (2004) antara lain:
4. Kekuatan.
Beton bersifat getas sehingga memiliki kuat tekan tinggi namun
rendah pada kuat tarik. Adapun parameter-parameter yang mempengaruhi
kekuatan beton menurut Nawy dan Tavid (2010) adalah :
a. Kualitas semen.
b. Proporsi semen terhadap campuran.
c. Kekuatan dan kebersihan agregat.
d. Interaksi antara pasta semen dan agregat.
e. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton.
f. Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton.
g. Perawatan beton.
2.3.1 Self Compacted Concrete (SCC)
Self Compacted Concrete adalah beton segar yang mudah mengalir karena
beratnya sendiri mengisi kesegala arah cetakan yang dipengaruhi oleh sifatnya
untuk dapat memadatkan sendiri tanpa adanya bantuan alat pemadat (EFNARC,
2005).
Beton dapat dikatakan SCC bila kelecekan campuran beton memenuhi
kriteria berdasarkan spesifikasi EFNARC, sebagai berikut:
1. Filling Ability, merupakan kemampuan beton untuk mengalir mengisi
seluruh bagian cetakan yang ditentukan dengan menggunakan Slump
Flow Test dengan besaran diameter aliran sekitar 60 cm – 70 cm.
2. Passing Ability, yaitu kemampuan beton mengalir melalui celah antar
tulangan tanpa terjadinya segregasi dengan dilakukan pengujian L-
Shape Box dengan diperoleh hasil perbandingan segregasi yang
berkisar antara 0,8 – 1,0.
3. Segregation Resistance, adalah kemampuan beton untuk menjaga
keadaan komposisi yang homogen selama waktu mobilisasi,
menggunakan V-Funnel Test sebagai pengukur waktu viskositas beton
segar untuk mengalir melalu ujung bawah V-Funnel dengan besaran
waktu antara 3 – 15 detik.
2.4.2 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70%
volume mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai pengisi akan tetapi agregat
berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau beton. (Tjokrodimuljo, 2004)
Agregat terdiri dari dua tipe, yaitu agregat kasar dan agregat halus.
1. Agregat Kasar
Agregat kasar memiliki ukuran terkecil lebih besar dari ¼ inci (6
mm). Properti-properti agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton
yang mengeras dan ketahanannya terhadap disintegrasi, cuaca, dan
pengaruh yang merusak lainnya. Agregat kasar harus bersih dari bahan-
bahan organik kotor dan harus melekat baik dengan semen (Nawy and
Tavid, 2010)
Spesifikasi standar pemeriksaan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut ini:
2. Agregat Halus
Agregat halus merupakan suatu pengisi yang lebih kecil terbuat dari
pasir. Suatu agregat halus yang baik harus selalu bebas dari bahan organik
kotor, lempung, atau sembarangan material berbahaya atau pengisi
berukuran lebih kecil dari pada saringan No. 100 yang berlebihan. Agregat
halus diharapkan memiliki suatu kombinasi dengan distribusi gradasi yang
baik dan memenuhi standar analisis saringan. (Nawy and Tavid, 2010).
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SII.0052 dalam
Mulyono (2003) adalah sebagai berikut:
a. Susunan butir agregat halus mempunyai kehalusan antara 1,5 – 3,8.
b. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan
mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%
jika dibandingkan dengan warna standar / pembanding tidak lebih tua
dari pada warna standar.
c. Butir – butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji denga larutan
jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
10% berat , sedangkan jika dipakai magnesium sulfat yang hancur
maksimum 15% berat.
Menurut peraturan SK-SNI-T-15-1990-03, kekasaran pasir dibagi menjadi
empat kelompok seperti Tabel 2.3
2.4.3 Air
Air diperlukan dalam produksi beton untuk mempercepat reaksi kimia
dengan semen, untuk melembabkan agregat dan melumas campuran untuk
memudahkan pekerjaan (workability) yang lebih mudah. Air yang mempunyai
bahan-bahan pembentuk yang berbahaya, terkontaminasi, lanau, minyak, gula, atau
bahan kimia yang bersifat merusak terhadap kekuatan dan properti-properti
pengikatan semen. Hal ini dapat mengganggu daya tarik antara agregat dan pasta
semen dan dapat merugikan workability suatu campuran. (Nawy and Tavid, 2010).
dimana :
W2 = Berat contoh kondisi SSD
W3 = Berat piknometer + air + contoh
W4 = Berat piknometer + air
W5 = Berat contoh kering
Sedangkan mengitung berat jenis dan penyerapan agregat kasar menurut
SNI 03-1969-1990 dapat dilihat pada persamaan berikut:
W1
Bulk Specific Gravity on dry basic = (2.6)
W2 -W3
W2
Bulk Specific Gravity on SSD basic = (2.7)
W2 -W3
W1
Apparent Specific Gravity = (2.8)
W1 -W3
W2 -W1
% Water Absorpstion = x 100% (2.9)
W1
dimana :
dimana:
V1 = Tinggi lumpur
V2 = Tinggi pasir
2.5.5 Berat Volume
Pengujian berat volume agregat menurut SNI 03-4804-1998 bertujuan untuk
menentukan berat isi agregat yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat
material kering dengan volumenya.
Perhitungan berat volume agregat dapat dilihat pada persamaan 2.11
W3
Berat volume agregat = (gr/cm3) (2.11)
V
dimana:
dimana:
dimana :
3.1.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang tercantum dalam
Tabel 3.2.
Studi Literatur
Tidak
Mutu fc’ 30 MPa Tercapai
Iya
Pembuatan Spesimen
Perawatan Spesimen
Selesai
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Slump Flow dan Persentase Pengurangan Air
Kode Variasi MasterGlenium Nilai Slump Flow Pengurangan Air
ACE 8595 (%) (cm) (%)
BN 0 5 -
MG3 0,3 8 12,35
MG6 0,6 60,5 27,12
MG9 0,9 60 28,09
MG12 1,2 63 29,88
MG15 1,5 63,5 31,96
MG18 1,8 63 33,49
MG21 2,1 65,5 33,89
Sumber : Hasil Pengukuran dan Analisa (2021)
4.3. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton dilakukan saat benda uji berumur 28 hari dengan
variasi MasterGlenium ACE 8595 sebesar 0%; 0,3 %; 0,6 %; 0,9 %; 1,2 %; 1,5 %;
1,8 % dan 2,1% dari berat semen. Setelah dilakukan pengujian pada benda uji data
– data nilai kuat tekan beton diolah dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.4.
Dari hasil yang diperoleh dan dilihat dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
beton normal dengan perencanaan 30 MPa menghasil kuat tekan lebih besar yaitu
sebesar 39,99 MPa. Sedangkan kuat tekan optimum diperoleh oleh variasi
MasterGlenium ACE 8595 0,6 % dengan kuat tekan sebesar 52,81 MPa. Dari grafik
juga dapat diketahui variasi MasterGlenim ACE 8595 2,1 % merupakan variasi
dengan kuat tekan terendah bila dibandingkan dengan kuat tekan pada variasi
MasterGlenium ACE 8595 lainnya yaitu sebesar 40,56 MPa.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian terhadap MasterGlenium ACE 8595 yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa setiap penambahan dosis akan menyebabkan
meningkatnya workability beton. Oleh sebab itu dilakukan pengurangan air seiring
dengan penambahan superplatisizer. Pengurangan air terbesar yaitu 33,89% pada
variasi MasterGlenium ACE 8595 2,1%. Sedangkan kuat tekan tertinggi dihasilkan
oleh variasi MasterGlenium ACE 8595 0,6% yaitu sebesar 52,81 MPa. Dari
pernyataan tersebut diketahui bahwa penggunaan dosis yang tinggi belum tentu
mempengharuhi peningkatan kuat tekan beton.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Peneliti menyarankan
dalam proses pengerjaan perlu dilakukan dengan benar agar diperoleh kuat tekan
yang tinggi. Serta perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk melihat perilaku
lain pada MasterGlenium ACE 8595.
Daftar Pustaka
ASTM, C. (2017) ‘142, Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles
in Aggregates’, in American Society for Testing and Materials.
ASTM, C. (no date) ‘618-94a (1995).“’, Standard Specification for Coal Fly Ash
and Raw or Calcined Natural Pozzolana for use as a Mineral Admixture in
Protland Cement Concrete,” Annual Book of ASTM Standards, American
Society for Testing and Materials, Philadelphia, Sec, 4, pp. 304–306.
Umum, D. P. (1989) ‘Pedoman Beton 1989. SKBI. 1.4. 53.1989’, Draft Konsensus.
Lampiran 1-2
Hasil Pemeriksaan ;
Agregat halus setelah dicampur dengan NaOH 3% menghasil Warna No.3 (No
Warna berdasarkan Plat Warna Standard), menandakan agregat halus ini
mengandung organik yang rendah, sehingga agregat ini baik untuk campuran
beton.
Lampiran 1-5
Pengujian Pengujian
Uraian Satuan Rerata
1 2
A. Berat Wadah gram Kalibrasi Kalibrasi Kalibrasi
B. Berat Wadah + Benda Uji gram Kalibrasi Kalibrasi Kalibrasi
C. Berat Benda Uji (B-A) gram 500,00 500,00 500,00
D. Berat Benda Uji Kering gram 485,00 485,00 485,0
E. Kadar Air = ((C-D)/(D)) x 100% % 3,09 3,09 3,09
Lampiran 1-6
PADAT GEMBUR
Uraian Satuan
Uji - 1 Uji - 2 Rerata Uji - 1 Uji - 2 Rerata
3
A. Volume Wadah cm 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92
B. Berat Wadah gram 7285 7285 7285 7285 7285 7285
C. Berat Benda Uji +
gram 12980 13015 12998 12540 12535 12538
Wadah
D. Berat Benda (C-B) gram 5695 5730 5713 5255 5250 5253
Berat Volume = D/A g/cm3 1776,40 1787,32 1781,86 1639,15 1637,59 1638,37
Lampiran 1-7
Lampiran 1-8
Gradasi Material : B
Jumlah Bola : 11 Buah
Jumlah Putaran : 500 Putaran
A. Berat Benda Uji (B-A) : 5000,00 gram
B. Berat Benda Uji Putaran 500 kali : 4166,70 gram
Absrasi = ((A-B)/(A)) x100% : 16,67 %
Lampiran 1-10
Pengujian Pengujian
Uraian Satuan Rerata
1 2
A. Berat Wadah gram Kalibrasi Kalibrasi Kalibrasi
B. Berat Wadah + Benda Uji gram Kalibrasi Kalibrasi Kalibrasi
C. Berat Benda Uji (B-A) gram 1000,00 1000,00 1000,00
D. Berat Benda Uji Kering gram 965,00 965,00 965,50
E. Kadar Air = ((C-D)/(D)) x 100% % 3,63 3,63 3,63
Lampiran 1-11
PADAT GEMBUR
Uraian Satuan
Uji - 1 Uji - 2 Rerata Uji - 1 Uji - 2 Rerata
A. Volume Wadah cm3 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92
B. Berat Wadah gram 7285 7285 7285 7285 7285 7285
C. Berat Benda Uji +
gram 12105 12100 12103 11800 11830 11815
Wadah
D. Berat Benda (C-B) gram 4820 4815 4818 4515 4545 4530
Berat Volume = D/A g/cm3 1503,47 1501,91 1502,69 1408,33 1417,69 1413,01
Lampiran 2-1
Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 0,3% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 0,3% [10]*0,3% 1,286 Liter
Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 0,6% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 0,6% [10]*0,6% 2,571 Liter
Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 0,9% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 0,9% [10]*0,9% 3,857 Liter
Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 1,2% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 1,2% [10]*1,2% 5,143 Liter
Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 1,5% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 1,5% [10]*1,5% 6,429 Liter
Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 1,8% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 1,8% [10]*1,8% 7,714 Liter
Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 2,1% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 2,1% [10]*2,1% 8,999 Liter