Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DOSEN MANDIRI

PENGARUH PENAMBAHAN MASTERGLENIUM ACE 8595 TERHADAP


KUAT TEKAN BETON

Oleh:
Ketua : Muhammad Yazid, ST.M.Eng
Anggota : Rizki Ramadhan Husaini, ST.MT
Anggota : Fitra Ramdani, ST.MT
Anggota : Husnah, ST.MT
Anggota : Siti fini Annisa

Sumber dana : mandiri

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi pada sektor konstruksi di Indonesia terus
meningkat. Hal tersebut tidak terlepas dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan
sarana prasarana yang lebih maju seperti jembatan serta gedung-gedung tinggi.
Perencanaan fasilitas ini mengarah pada penggunaan beton berkualitas tinggi yang
mencakup kekuatan dan keawetan dan efisiensi. Salah satu masalah yang sangat
berpengaruh pada kuat tekan beton adalah adanya porositas atau kerapatan beton.
Besar dan kecilnya porositas dipengaruhi oleh besar dan kecilnya FAS yang
digunakan. Beton mutu tinggi umumnya memiliki nilai fas yang rendah, namun
hal tersebut dapat menyebabkan rendahnya workability beton. Workability
merupakan kemudahan pekerjaan pada pencampuran beton yang akan berpengaruh
pada nilai kuat tekan beton.
Penambahan bahan tambah terutama superplaticizer dapat digunakan untuk
mengatasi masalah workability tersebut. Pada beberapa penelitian sebelumnya kuat
tekan beton menggunakan MasterGlenium ACE 8580 dan abu sekam padi
menghasilkan kuat tekan optimum sebesar 40.962 MPa (Harjawinata; 2017).
Penambahan 0,5% MasterGlenium SKY 8614 pada beton menghasilkan kuat tekan
maksimum sebesar 42,356 MPa (Pratama, 2017). Pada penelitian kuat tekan beton
dengan penambahan silica fume 10% dan superplasticizer 2% dari berat semen
diperoleh kuat tekan beton optimum sebesar 84.93 MPa (Krisman Aprieli Zai,
2015).. Pada penelitian kuat tekan beton menggunakan Masterglenium Sky 8316
berhasil memperoleh kuat tekan beton sebesar 39,75 MPa pada variasi 2000
mL/100 kg semen (Rangkuti, 2014).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penelitian ini mencoba
menggunakan MasterGlenium ACE 8595 pada perencanaan beton dengan kuat
tekan rencana sebesar 30 MPa.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah adalah sebagai berikut

1. Bagaimana pengaruh penambahan MasterGlenium ACE 8595 pada


kuat tekan beton?
2. Berapa persentase MasterGlenium ACE 8595 dalam campuran beton
yang menghasilkan kekuatan beton optimum?

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Mutu beton rencana fc’ 30 MPa.


2. Slump rencana beton normal ±6 cm.
3. Slump flow Self Compacted Concrete (SCC) rencana 60 cm – 75 cm.
4. Menggunakan Ordinary Portland Cement (OPC) dari Semen Padang.
5. Agregat kasar berupa batu pecah 13 Koto Kampar.
6. Agregat halus berasal dari Danau Bingkuang.
7. Bahan admixture yang digunakan pada beton yaitu Superplasticizer
berupa MasterGlenium ACE 8595 dari PT. BASF.
8. Dosis MasterGlenium yang digunakan sebesar 0%; 0,3 %; 0,6 %; 0,9
%; 1,2 %; 1,5 %; 1,8 % dan 2,1%dari berat semen.
9. Sampel benda uji sebanyak 3 buah setiap variasi.
10. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur beton 28 hari.
11. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan MasterGlenium ACE 8595
pada kuat tekan beton.
2. Untuk mengetahui persentase MasterGlenium ACE 8595 dalam
campuran beton yang menghasilkan kekuatan beton optimum.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai referensi pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
perencanaan beton.
2. Dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai perencanaan
campuran bahan tambah khususnya MasterGlenium ACE 8595.

1.5 Sistematika Penulisan


Penelitian ini terdiri dari lima bab dimana setiap bab terdiri dari beberapa
sub bab. Adapun sistematika Laporan Penelitan ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan
Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang
lingkup, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika Laporan
Penenlitian
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab II berisi tentang teori – teori yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, diantaranya yang berkaitan dengan bahan
admixture MasterGlenium ACE 8595, kuat tekan beton, definisi
beton, pengujian agregat dan penelitian sejenis.
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab III berisi tentang langkah-langkah atau prosedur penelitian
yang akan dilaksanakan mulai dari pemeriksaan agregat,
pelaksanaan pembuatan beton dengan bahan tambah hingga
proses pengujian beton. Prosedur pelaksanaan penelitian
disajikan dalam bentuk bagan alir/ flowchart.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab IV berisi penjelasan dari hasil penelitian yang dilakukan,
yaitu berupa hasil dari pemeriksaan agregat, kebutuhan material
hingga variasi MasterGlenium ACE 8595 yang digunakan serta
nilai slump dan kuat tekan yang dihasilkan.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab V berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang
dihasilkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MasterGlenium ACE 8595


MasterGlenium ACE 8595 merupakan produk dari BASF yang berfungsi
sebagai water reducing (superplaticizer type f) diutamakan untuk industri beton
dengan data tahan terhadap penurunan slump, mutu tinggi dan ketahanan pada
cuaca panas.
MasterGlenium ACE 8595 memberikan keuntungan sebagai berikut :

1. Mereduksi pemakaian air.


2. Beton dengan FAS rendah.
3. Tidak terjadi bleeding.
4. Tidak segresi.
5. Workability.

2.2 Kuat Tekan Beton


Menurut (Mulyono, 2003) kekuatan tekan merupakan kemampuan beton
untuk menerima gaya tekan per satuan luas. Sedangakan menurut SNI 03-1974-
1990, kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan
oleh mesin tekan. Alat yang digunakan pada uji tekan yaitu mesin uji tekan
(Compression Test Machine). Kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus :
P
f'c = (2.1)
A

Keterangan :
ƒ’c = Kuat Tekan Beton (MPa)
P = Beban Tekan (N)
A = Luas Permukaan Benda Uji (mm2)
2.3 Beton
Beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat
halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture) (SNI
2847 : 2013). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan
akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.
Adapun sifat-sifat beton yang sering dipergunakan senagai acuan menurut
Tjokrodimuljo (2004) antara lain:

1. Modulus Elastisitas Beton


2. Kekerapan Air
3. Berat Jenis.
Berat jenis beton dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Berat Jenis Beton


Jenis Beton Berat Jenis Pemakaian
Beton Sangat Ringan <1,00 Non Struktur
Beton Ringan 1,00-2,00 Struktur
Ringan
Beton Normal 2,30-2,40 Struktur
Beton Berat >3,00 Perisai Sinar X
Sumber: Tjokrodimuljo, 2004

4. Kekuatan.
Beton bersifat getas sehingga memiliki kuat tekan tinggi namun
rendah pada kuat tarik. Adapun parameter-parameter yang mempengaruhi
kekuatan beton menurut Nawy dan Tavid (2010) adalah :
a. Kualitas semen.
b. Proporsi semen terhadap campuran.
c. Kekuatan dan kebersihan agregat.
d. Interaksi antara pasta semen dan agregat.
e. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton.
f. Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton.
g. Perawatan beton.
2.3.1 Self Compacted Concrete (SCC)
Self Compacted Concrete adalah beton segar yang mudah mengalir karena
beratnya sendiri mengisi kesegala arah cetakan yang dipengaruhi oleh sifatnya
untuk dapat memadatkan sendiri tanpa adanya bantuan alat pemadat (EFNARC,
2005).
Beton dapat dikatakan SCC bila kelecekan campuran beton memenuhi
kriteria berdasarkan spesifikasi EFNARC, sebagai berikut:
1. Filling Ability, merupakan kemampuan beton untuk mengalir mengisi
seluruh bagian cetakan yang ditentukan dengan menggunakan Slump
Flow Test dengan besaran diameter aliran sekitar 60 cm – 70 cm.
2. Passing Ability, yaitu kemampuan beton mengalir melalui celah antar
tulangan tanpa terjadinya segregasi dengan dilakukan pengujian L-
Shape Box dengan diperoleh hasil perbandingan segregasi yang
berkisar antara 0,8 – 1,0.
3. Segregation Resistance, adalah kemampuan beton untuk menjaga
keadaan komposisi yang homogen selama waktu mobilisasi,
menggunakan V-Funnel Test sebagai pengukur waktu viskositas beton
segar untuk mengalir melalu ujung bawah V-Funnel dengan besaran
waktu antara 3 – 15 detik.

2.4 Material Penyusun Beton


2.4.1 Semen
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
semen non-hidrolik dan semen hidrolik. Semen non-hidrolik yaitu semen yang tidak
dapat mengikat dan mengeras di dalam air, namun dapat mengeras di udara.
Sedangkan semen hidrolik merupakan semen yang mempunyai kemampuan
megikat dan mengeras di dalam air. Menurut Tjokrodimuljo (2004), semen
berfungsi untuk mengikat butir-butir agregat supaya terjadi suatu massa padat dan
mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat sebesar 10% dari volume
beton.
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan mengolah
baru kapur, silika dari abu vulkanis dan tanah liat dengan proses tertentu hingga
membentuk klinker. Klinker yang telah dihaluskan ditumbuk hingga menjadi bubuk
semen (Tjokrodimuljo, 2004).
Menurut SNI 15-2049-2004 semen portland dibagi menjadi lima jenis
1. Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan
pada jenis-jenis lain.
2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
3. Jenis III yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kalor hidrasi rendah.
5. Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.
Namun berdasarkan komposisi penggunaan semen pada campuran beton,
semen dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1. Semen Portland Tipe I (OPC)
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat
yang bersifat hidrolis dan digiling bersama dengan bahan tambahan berupa
satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah
dengan bahan tambahan lainnya (SNI 15-2049-2004).
2. Semen Portland Komposit (PCC)
Semen portland komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil
penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu atau
lebih bahan anorganik. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur
tinggi, pozzolan, senyawa silikat, baru kapur, dan kadar total bahan
anorganik 6% - 35% dari massa semen portland komposit (SNI 15-2049-
2004).
3. Semen Portland Pozzolan (PPC)
Semen portland pozzolan adalah campuran semen portland dan
bahan-bahan yang bersifat pozzolan. Semen jenis ini biasanya digunakan
untuk beton yang diekpos dengan sulfat.

2.4.2 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70%
volume mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai pengisi akan tetapi agregat
berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau beton. (Tjokrodimuljo, 2004)
Agregat terdiri dari dua tipe, yaitu agregat kasar dan agregat halus.
1. Agregat Kasar
Agregat kasar memiliki ukuran terkecil lebih besar dari ¼ inci (6
mm). Properti-properti agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton
yang mengeras dan ketahanannya terhadap disintegrasi, cuaca, dan
pengaruh yang merusak lainnya. Agregat kasar harus bersih dari bahan-
bahan organik kotor dan harus melekat baik dengan semen (Nawy and
Tavid, 2010)

Spesifikasi standar pemeriksaan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut ini:

Tabel 2.2 Spesifikasi Standar Pemeriksaan Agregat Kasar


Standar Spesifikasi Standar yang
No Jenis Pemeriksaan
Agregat Kasar digunakan
Berat Jenis (gr/cm3)
a. Apparent Specific Gravity 2,58 – 2,83
1 b. Bulk Specific Gravity on dry 2,58 – 2,83 SNI 03-1969-1990
c. Bulk Specific Gravity on SSD 2,58 – 2,83
d. Absorpsion (%) 2–7
2 Kadar Air (%) 3–5 SNI 03-1971-1990
3 Modulus Kehalusan 5–8 SNI 03-1968-1990
4 Berat Volume SNI 03-4804-1998
a. Kondisi Padat >1,2
b. Kondisi Gembur >1,2
5 Ketahanan Aus (%) < 40 SNI 03-2417-1991
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI)

2. Agregat Halus
Agregat halus merupakan suatu pengisi yang lebih kecil terbuat dari
pasir. Suatu agregat halus yang baik harus selalu bebas dari bahan organik
kotor, lempung, atau sembarangan material berbahaya atau pengisi
berukuran lebih kecil dari pada saringan No. 100 yang berlebihan. Agregat
halus diharapkan memiliki suatu kombinasi dengan distribusi gradasi yang
baik dan memenuhi standar analisis saringan. (Nawy and Tavid, 2010).
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SII.0052 dalam
Mulyono (2003) adalah sebagai berikut:
a. Susunan butir agregat halus mempunyai kehalusan antara 1,5 – 3,8.
b. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan
mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%
jika dibandingkan dengan warna standar / pembanding tidak lebih tua
dari pada warna standar.
c. Butir – butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji denga larutan
jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
10% berat , sedangkan jika dipakai magnesium sulfat yang hancur
maksimum 15% berat.
Menurut peraturan SK-SNI-T-15-1990-03, kekasaran pasir dibagi menjadi
empat kelompok seperti Tabel 2.3

Tabel 2.3 Batasan Gradasi Untuk Agregat Halus


Lubang Persen berat butir yang lewat ayakan
(mm) Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
10 100 100 100 100
4.8 90-100 90-100 90-100 90-100
2.4 60-95 75-100 85-100 95-100
0.6 15-34 35-59 60-79 80-100
0.3 5-20 8-30 12-40 15-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : SK-SNI-T-15-1990-03

Keterangan : Daerah I = Pasir kasar


Daerah II = Pasir agak kasar
Daerah III = Pasir agak halus
Daerah IV = Pasir halus
Spesifikasi standar pemeriksaan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2.4
berikut ini:
Tabel 2.4 Spesifikasi Standar Pemeriksaan Agregat Halus
Standar Spesifikasi Standar yang
No Jenis Pemeriksaan
Agregat Halus digunakan
Berat Jenis (gr/cm3)
a. Apparent Specific Gravity 2,58 – 2,83
1 b. Bulk Specific Gravity on dry 2,58 – 2,83 SNI 03-1970-1990
c. Bulk Specific Gravity on SSD 2,58 – 2,83
d. Absorpsion (%) 2–7
2 Kadar Air (%) 3–5 SNI 03-1971-1990
3 Modulus Kehalusan 1,5 – 3,8 SNI 03-1968-1990
Berat Volume
4 a. Kondisi Padat >1,2 SNI 03-4804-1998
b. Kondisi Gembur >1,2
5 Kadar Lumpur (%) <5% ASTM C-142
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI) dan ASTM

2.4.3 Air
Air diperlukan dalam produksi beton untuk mempercepat reaksi kimia
dengan semen, untuk melembabkan agregat dan melumas campuran untuk
memudahkan pekerjaan (workability) yang lebih mudah. Air yang mempunyai
bahan-bahan pembentuk yang berbahaya, terkontaminasi, lanau, minyak, gula, atau
bahan kimia yang bersifat merusak terhadap kekuatan dan properti-properti
pengikatan semen. Hal ini dapat mengganggu daya tarik antara agregat dan pasta
semen dan dapat merugikan workability suatu campuran. (Nawy and Tavid, 2010).

2.4.4 Bahan Tambah


Secara umum bahan tambah yang digunakan pada beton dapat dibedakan
menjadi:
2.2.4.1. Bahan Tambah Bersifat Kimiawi (Chemical Admixture)
Menurut Ulasan Pedoman Beton (1989), bahan tambah kimia dibedakan
menjadi:
1. Tipe A (Water Reducing Admixtures).
Water Reducing Admixtures merupakan bahan tambah yang mengurangi air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu. Bahan tambah ini digunakan untuk memproduksi beton dengan nilai
perbandingan atau rasio faktor air semen yang rendah.
2. Tipe B (Retarding Admixtures).
Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan beton.
3. Tipe C (Accelerating Admixtures).
Accelerating Admixtures murpakan bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.
4. Tipe D (Water Reducing and Retarding Admixtures).
Water Reducing and Retarding Admixtures merupakan bahan tambah yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan dan
menghambat pengikatan awal.
5. Tipe E (Water Reducing and Accelerating Admixtures).
Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan dan
mempercepat pengikatan awal.
6. Tipe F (Water Reducing, High Range Admixtures).
Water Reducing, High Range Ademixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Jenis bahan tambah ini dapat
berupa superplasticizer yang merupakan jenis bahan tambahan baru yang
dapat disebut sebagai “bahan tambahan kimia pengurang air”. Tiga jenis
plasticizer:
a) Kondensasi sulfonat melamin formaldehid dengan kandungan klorida
sebesar 0,005 %;
b) Sulfonat nafthalin formaldehid dengan kandungan klorida yang dapat
diabaikan;
c) Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida
Ketiga jenis bahan tambahan ini dibuat dari sulfonat organik dan disebut
superplastiszer karena bahan ini dapat banyak mengurangi air pada campuran
beton sementara slump beton bertambah sampai 8 in. (20,32 cm) atau lebih.
Dosis yang disarankan adalah 1 sampai 2% dari berat semen. Dosis yang
berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan tekan pada beton.
7. Tipe G (Water Reducing, High Range Retarding Admixture).
Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah bahan tambah
yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan juga untuk
menghambat pengikatan beton.

2.2.4.2. Bahan Tambah Bersifat Mineral (Additive)


Menurut (Mulyono, 2003) bahan tambah mineral merupakan bahan
tambah yang dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton. Saat ini bahan tambah
mineral lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja tekan beton sehingga
bahan tambah mineral cenderung bersifat penyemenan. Beberapa bahan tambah
mineral adalah sebagai berikut:
1. Silica Fume
Silica fume adalah material pozzollan yang halus, dimana komposisi silika
lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon.
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan
beton dengan kuat tekan tinggi..
2. Abu Terbang (Fly Ash)
Abu terbang didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran
batubara atau bubuk batubara (ASTM C 618, 1995:304). Abu terbang memiliki
kelebihan dan kelemahan antara lain:
3. Penghalus Gradasi (Finely Divided Mineral Admixtures)
Bahan tambahan penghalus gradasi berupa mineral yang digunakan untuk
memperluas perbedaan-perbedaan pada campuran beton dengan memberikan
ukuran butir yang tidak ada atau kurang pada agregat. Selain itu juga dapat
menaikkan mutu beton. Bahan ini misalnya kapur hidrolis, semen slag, fly ash, dan
pozolan alam yang sudah menjadi kapur atau masih mentah.

2.5 Pengujian Agregat


2.5.1 Analisa Saringan
Pengujian analisa saringan agregat bertujuan untuk menentukan gradasi
butiran agregat menurut SNI 03-1968-1990.
2.5.2 Analisa Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Halus
Pengujian analisa specific gravity bertujuan untuk menentukan berat jenis
dan daya serap dari beton. Menurut SNI 03-1970-1990 menghitung berat jenis dan
penyerapan agregat halus dapat dilihat dari persamaan berikut:
W5
Bulk Specific Gravity on dry basic = (2.2)
W2 +W4 -W3
W2
Bulk Specific Gravity on SSD basic = (2.3)
W2 +W4 -W3
W5
Apparent Specific Gravity = (2.4)
W5 +W4 -W3
W2 -W5
% Water Absorpstion = x 100% (2.5)
W5

dimana :
W2 = Berat contoh kondisi SSD
W3 = Berat piknometer + air + contoh
W4 = Berat piknometer + air
W5 = Berat contoh kering
Sedangkan mengitung berat jenis dan penyerapan agregat kasar menurut
SNI 03-1969-1990 dapat dilihat pada persamaan berikut:
W1
Bulk Specific Gravity on dry basic = (2.6)
W2 -W3

W2
Bulk Specific Gravity on SSD basic = (2.7)
W2 -W3

W1
Apparent Specific Gravity = (2.8)
W1 -W3

W2 -W1
% Water Absorpstion = x 100% (2.9)
W1

dimana :

W1 = Berat contoh kondisi kering udara


W2 = Berat contoh kondisi SSD
W3 = Berat contoh dalam air

2.5.3 Kadar Organik


Menentukan kandungan organik pada agregat halus merupakan tujuan dari
pemeriksaan kada organik. Organik yang terdapat dalam agregat akan berpengaruh
pada mutu beton.

2.5.4 Kadar Lumpur


Tujuan dari pemeriksaan kadar lumpur adalah untuk menentukan persentase
kandungan lumpur dalam agregat halus. Dibawah ini merupakan persamaan
perhitungan persentase kadar lumpur agregat halus:
V1
Kadar Lumpur = x 100% 2.10)
V1+V2

dimana:

V1 = Tinggi lumpur
V2 = Tinggi pasir
2.5.5 Berat Volume
Pengujian berat volume agregat menurut SNI 03-4804-1998 bertujuan untuk
menentukan berat isi agregat yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat
material kering dengan volumenya.
Perhitungan berat volume agregat dapat dilihat pada persamaan 2.11
W3
Berat volume agregat = (gr/cm3) (2.11)
V

dimana:

W3 = Berat benda uji


V = Volume Mould

2.5.6 Kadar Air


Tujuan dari pengujian kadar air agregat adalah untuk menentukan persentasi
kadar air yang terkandung dalam agregat. Menurut SNI 03-1971-1990 kadar air
agregat dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini
W3 - W5
Kadar air agregat = x 100% (2.12)
W5

dimana:

W3 = Berat benda basah


W5 = Berat benda kering

2.5.7 Ketahanan Aus


Mengukur tingkat ketahanan aus agregat kasar adalah tujuan dari pengujian
ketahanan aus.
Nilai keausan agregat kasar padat dilihat dari persamaan dibawah ini
W1 - W2
Keausan Agregat = x 100% (2.13)
W1

dimana :

W1 = Berat awal benda uji


W2 = Berat benda uji setelah di uji
2.6 Penelitian Sejenis
Penelitian sejenis mengenai penggunaan superplaticizer dalam campuran
beton memberikan hasil sebagai berikut :

2.6.1 Krisman Aprieli Zai, Syahrizal dan Rahmi Karolina [2015]

Pada jurnal “Pengaruh Penambahan Silica Fume Dan Superplasticizer


Terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi Dengan Metode ACI (American Concrete
Institute)”. Menghasilkan kuat tekan optimum sebesar 84,93 MPa pada penambahan
silicafume 10% dan superplasticizer 2%. Hal tersebut melebihi dari kuat tekan
rencana sebesar 70 MPa.

2.6.2 Bagus Abdi Pratama [2017]

Dalam penelitian “Pengaruh Penambahan Fly Ash Dan Zat Aditif


Superplasticizer Sebagai Bahan Pengganti Sebagian Semen Tehadap Kuat Tekan
Beton”. Kuat tekan beton rencana sebesar 40 MPa. Menggunakan Masterglenium
SKY 8614 sebesar 0,5% dalam campuran beton dengan variasi fly ash batu bara
sebesar 0%, 5%, 10% dan 15%. Menghasilkan kuat tekan maksimum sebesar
42,356 MPa pada variasi fly ash 10%.

2.6.3 Jefri Harjawinata [2017]


Meneliti tentang “Pengaruh Penambahan Superplasticizer Dan Abu Sekam
Padi Sebagai Bahan Pengganti Semen Terhadap Kuat Tekan Beton”.
Menggunakan mix design metode ACI dengan variasi abu sekam 5%, 10% dan 15%
serta penggunaan 1% superplasticizer (MasterGlenium ACE 8580) menghasilkan
kuat tekan sebesar 40,962 MPa pada variasi abu sekam 15%.

2.6.4 Rahmadsyah Rangkuti [2017]


Meneliti mengenai “Pengaruh Sifat Mekanik Beton Pada Penambahan
Master Glenium Sky 8316”. Melakukan penelitian kuat tekan dan kuat tarik beton
menggunakan variasi MasterGlenium Sky 8316 sebanyak 800 mL,1400 mL dan
2000 mL per 100 kg cementitious dengan umur perawatan 7, 14 dan 28 hari.
Diperoleh kuat tekan beton maksimum sebesar 39,75 MPa pada variasi 2000
mL/100 kg semen dan nilai kuat tarik belah maksimum sebesar 7,57 MPa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dan pengujian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan


Universitas Abdurrab dan Laboratorium Pengujian Kuat Tekan Mitra Beton. SNI
03-2847-2002 menjadi metode yang digunakan dalam perencanaan campuran beton
pada penelitian ini. Penelitian ini diawali dengan pengujian propertis pada agregat
yang digunakan pada campuran beton, dilanjutkan dengan pembuatan benda uji
dengan menambahkan MasterGlenium ACE 8595 kedalam campuran beton,
perawatan, pengujian kuat tekan dan pengolahan data.
3.1 Tahapan Persiapan
3.1.1 Material Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Bahan yang digunakan dan Sumbernya.


No Material Sumber
1. Semen OPC PT. Semen Padang
2. Agregat Halus Danau Bingkuang
3. Agregat Kasar 13 Koto Kampar
4. MasterGlenium ACE 8595 PT. BASF
Sumber : Data Penelitian (2020)

3.1.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang tercantum dalam
Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Alat-alat yang digunakan dalam Penelitian


Pengujian Agregat Agregat
No. Alat yang digunakan
Properties Kasar Halus
a. Oven
b. Talam
1. Kadar Air Ya Ya c. Sendok
Semen
d. Timbangan
Tabel 3.2. Alat-alat yang digunakan dalam Penelitian (Sambungan)
Pengujian Agregat Agregat Alat yang digunakan
No.
Properties Kasar Halus
a. Gelas Ukur
Kadar b. Penggaris
2. Tidak Ya
Lumpur c. Sendok
Semen
a. Satu Set
Saringan
Agregat
Analisa b. Sendok
3. Ya Ya
Saringan Semen
c. Talam
d. Timbangan
e. Kuas
a. Oven
b. Talam
Berat
4. Ya Ya c. Sendok
Jenis
d. Timbangan
e. Piknometer
a. Mould
b. Tongkat
Berat Besi
5. Ya Ya
Volume c. Sendok
Semen
d. Timbangan
a. Botol
b. Larutan
Kadar
6. Tidak Ya NaOH 3%
Organik
c. Sendok
Semen
a. Satu Set
Mesin Los
Angeles
Keausan b. Satu Set
Agregat Saringan
7. dengan Ya Tidak Agregat
Mesin Los c. Sendok
Angeles Semen
d. Talam
e. Timbangan
f. Kuas
3.2 Tahapan Pengujian
3.2.1 Pengujian Agregat
3.2.1.1 Pengujian Agregat Kasar
1. Pengujian Analisa Saringan
Berikut adalah prosedur pemeriksaan analisa saringan
1) Agregat kasar dikeringkan dalam oven pada suhu ± 105 0C, sampai
berat agregat kasar tetap.
2) Saringan agregat kasar disusun dengan susunan yang dimulai dari
ukuran yang paling besar diatas sampai dengan pan yang paling bawah
untuk menampung butiran yang lolos.
3) Agregat mulai dimasukkan kedalam ayakan yang paling atas, lalu
diayak selama ± 15 menit.
4) Timbang agregat kasar yang tertinggal pada masing – masing ayakan
tersebut.

2. Pengujian Analisa Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Kasar


Prosedur pemeriksaan
1) Benda uji dicuci untuk menghilangkan debu dan kotoran yang terdapat
pada butir – butir agregat kasar.
2) Benda uji dimasukkan ke dalam oven pada suhu ± 105 0C sampai
beratnya tetap.
3) Benda uji didinginkan kemudian ditimbang (W1).
4) Benda uji direndam dalam suhu kamar ± 24 jam.
5) Benda uji dilap dengan kain penyerap sampai air pada permukaan
agregat hilang.
6) Benda uji yang sudah jenuh kering permukaan ditimbang (W2).
7) Benda uji dimasukkan dalam keranjang kawat, keranjang digerakkan
agar udara yang terserap keluar, kemudian berat benda uji didalam air
ditimbang (W3).

3. Pengujian Berat Volume


Prosedur pemeriksaan
1) Berat Volume Padat
a) Berat mould kosong ditimbang dan dicatat (W1).
b) Benda uji dimasukkan dengan hati – hati ke dalam mould sebanyak
tiga lapisan dan tiap lapisan dipadatkan sebanyak 25 kali dengan
tongkat pemadat secara merata.
c) Permukaan benda uji diratakan dengan menggunakan mistar perata.
d) Berat mould beserta isinya ditimbang dan dicatat (W2).
e) Berat benda uji dihitung (W3 = W2 – W1).
f) Tinggi dan diameter mould dicatat untuk menghitung volume mould
(V).
2) Berat Volume Gembur
a) Berat mould kosong ditimbang dan dicatat (W1).
b) Benda uji dimasukkan dengan hati – hati ke dalam mould.
c) Permukaan benda uji diratakan dengan menggunakan mistar perata.
d) Berat mould beserta isinya ditimbang dan dicatat (W2).
e) Berat benda uji dihitung (W3 = W2 – W1).
f) Tinggi dan diameter mould dicatat untuk menghitung volume mould
(V).

4. Pengujian Kadar Air


Prosedur pemeriksaan
1) Berat cawan ditimbang, lalu beratnya dicatat (W1).
2) Benda uji dimasukkan ke dalam cawan, kemudian ditimbang (W2).
3) Berat benda uji dihitung (W3 = W2 – W1).
4) Benda uji dikeringkan dalam oven pada suhu ± 105 0C sampai beratnya
tetap.
5) Setelah kering cawan dan benda uji ditimbang (W4).
6) Berat benda uji dihitung (W5 = W4 – W1).

5. Pengujian Ketahanan Aus


Prosedur pemeriksaan
1) Agregat kasar dikeringkan dalam oven dengan suhu ± 105 0C sampai
berat tetap.
2) Setelah itu agregat dikeluarkan dari oven dan dibiarkan dingin.
3) Agregat digradasi sesuai spesifikasi gradasi yang cocok untuk material
tersebut.
4) Kemudia berat benda uji ditimbang (W1), selanjutnya benda uji
dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles, mesin diputar dengan
kecepatan antara 30 s/d 35 rpm sebanyak 500 putaran.
5) Setelah putaran mesin selesai, benda uji dikeluarkan dan diayak diatas
saringan No. 12 lalu berat benda uji yang tertinggal pada saringan
ditimbang (W2).

3.2.1.2 Pengujian Agregat Halus


1. Pengujian Analisa Saringan
Prosedur pemeriksaan
1) Agregat halus dikeringkan dalam oven pada suhu ± 105 0C, sampai
berat agregat halus tetap.
2) Saringan agregat halus disusun dengan susunan yang dimulai dari
ukuran yang paling besar diatas sampai dengan pan yang paling bawah
untuk menampung butiran yang lolos.
3) Agregat mulai dimasukkan kedalam ayakan yang paling atas, lalu
diayak selama ± 15 menit.
4) Timbang agregat halus yang tertinggal pada masing – masing ayakan
tersebut.

2. Pengujian Analisa Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Halus


Prosedur pemeriksaan
1) Benda uji dimasukkan ke dalam oven pada suhu ± 105 0C sampai
beratnya tetap.
2) Benda uji didinginkan sampai pada suhu kamar (± 3 jam), kemudian
ditimbang (W1).
3) Benda uji dimasukkan ke dalam piknometer sebanyak 500 gram (W2).
Masukkan air sekitar 90% penuh. Putar dan guncang piknometer untuk
mengeluarkan udara diantara butiran agregat halus, pengeluaran udara
dapat dilakukan dengan bantuan alat pompa hampa udara atau dengan
memanasi piknometer.
4) Air ditambah sampai pada tanda batas dan catat suhu air, kemudian
timbang piknometer berisi air dan benda uji (W3).
5) Agregat halus dikeluarkan dari piknometer, kemudian keringkan dalam
oven hingga berat tetap (W5).
6) Piknometer berisi air hingga tanda batas ditimbang (W4).

3. Pengujian Kadar Organik


Prosedur pemeriksaan
1) Agregat halus dimasukkan kedalam botol.
2) NaOH 3% dimasukkan secukupnya sampai semua agregat terendam.
3) Kemudian gelas ukur diguncang – guncang agar agregat halus dan
larutan NaOH 3% bercampur.
4) Selanjutnya benda uji didiamkan selama 24 jam agar terjadinya reaksi
dengan NaOH 3%.
5) Warna standar yang digunakan adalah warna No. 3. Jika larutan NaOH
berubah warna dibawah standar maka agregat mengandung organik
yang tinggi sehingga kurang baik untuk beton maupun mortar.

4. Pengujian Kadar Lumpur


Prosedur pemeriksaan
1) Agregat halus dimasukkan kedalam gelas ukur hingga sepertiga gelas
ukur.
2) Air dimasukkan secukupnya sampai semua agregat terendam.
3) Kemudian gelas ukur diguncang – guncangkan untuk mencuci agregat
halus dari lumpur.
4) Selanjutnya gelas ukur didiamkan selama 24 jam agar gelas lumpur
mengendap.
5) Tinggi lumpur (V1) dan tinggi pasir (V2) dicatat.
5. Pengujian Berat Volume
Prosedur pemeriksaan
1) Berat Volume Padat
a) Berat mould kosong ditimbang dan dicatat (W1).
b) Benda uji dimasukkan dengan hati – hati ke dalam mould sebanyak
tiga lapisan dan tiap lapisan dipadatkan sebanyak 25 kali dengan
tongkat pemadat secara merata.
c) Permukaan benda uji diratakan dengan menggunakan mistar perata.
d) Berat mould beserta isinya ditimbang dan dicatat (W2).
e) Berat benda uji dihitung (W3 = W2 – W1).
f) Tinggi dan diameter mould dicatat untuk menghitung volume mould
(V).
2) Berat Volume Gembur
a) Berat mould kosong ditimbang dan dicatat (W1).
b) Benda uji dimasukkan dengan hati – hati ke dalam mould.
c) Permukaan benda uji diratakan dengan menggunakan mistar perata.
d) Berat mould beserta isinya ditimbang dan dicatat (W2).
e) Berat benda uji dihitung (W3 = W2 – W1).
f) Tinggi dan diameter mould dicatat untuk menghitung volume mould
(V).

6. Pengujian Kadar Air


Prosedur pemeriksaan
1) Berat cawan ditimbang, lalu beratnya dicatat (W1).
2) Benda uji dimasukkan ke dalam cawan, kemudian ditimbang (W2).
3) Berat benda uji dihitung (W3 = W2 – W1).
4) Benda uji dikeringkan dalam oven pada suhu ± 105 0C sampai
beratnya tetap.
5) Setelah kering cawan dan benda uji ditimbang (W4).
6) Berat benda uji dihitung (W5 = W4 – W1).
3.2.2 Perencanaan Campuran Beton
Mix design pada penelitian ini menggunakan metode SNI 03-2847-2002
dengan nilai kuat tekan yang direncanakan yaitu 30 MPa. Dosis MasterGlenium
ACE 8595 merupakan variasi dari penelitian ini dimana nilai flow test rencana
ditetapkan sebesar 60 cm – 75 cm, dengan masing-masing variasi dibuat 3 sampel
benda uji berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan umur
pengujian 28 hari. Pembuatan benda uji ini dilaksanakan di Laboratorium
Teknologi Bahan Universitas Abdurrab.

3.2.3 Perancangan Benda Uji


Pembuatan benda uji pada penelitian ini sebanyak 35 sampel. Benda uji
berbentuk silinder dan digunakan untuk pengujian kuat tekan beton. Penelitian ini
menggunakan 7 variasi admixture MasterGlenium ACE 8595 yaitu 0 %; 0,3 %; 0,6
%; 0,9 %; 1,2 %; 1,5 %; 1,8 % dan 2,1 % dari berat semen. Selanjutnya perincian
benda uji yang akan dibuat dapat dilihat pada Tabel 3.3:

Tabel 3.3 Penamaan Benda Uji


Variasi MasterGlenium ACE 8595
Kode Jumlah
(%)
BN 0 3
MG3 0,3 3
MG6 0,6 3
MG9 0,9 3
MG12 1,2 3
MG15 1,5 3
MG18 1,8 3
MG21 2,1 3
Total 24
Sumber : Data Penelitian (2021)
3.2.4 Pengadukan Benda Uji
Material yang digunakan (agregat kasar dan agregat halus) adalah material
yang dalam kondisi SSD (Saturated Surface Dry). Kemudian semua material
penyusun beton dan MasterGlenium ACE 8595 ditimbang berdasarkan komposisi
masing-masing. Selanjutnya material dicampur sampai campuran merata,
kelecakan yang cukup dan tampak homogen.
Setelah pencampuran adukan beton selesai, maka dilakukan pengujian
slump untuk mengetahui workability campuran dengan diukur tinggi jatuh
campuran beton dengan memasukkan campuran beton segar kedalam kerucut
terpancung sebanyak tiga lapisan dan tiap lapisan dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 kali. Kemudian setelah pengujian slump, beton segar
dimasukkan kedalam cetakan dan didiamkan selama 24 jam sebelum cetakan
dibuka.

3.2.5 Perawatan Benda Uji


Perawatan benda uji dilakukan untuk menjaga kelembaban beton guna
menjamin prosis hidrasi semen berlangsung dengan sempurna. Adapun beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk merawat beton yaitu:
a. Beton diletakkan dalam ruangan lembab.
b. Beton diletakkan dalam genangan air atau perendaman.
c. Beton diselimuti dengan karung basah.
d. Beton disiram secara teratur.
Pada penelitian ini dilakukan pada perawatan benda uji hingga 28 hari
dengan meletakkan beton dalam perendaman.

3.2.6 Pengujian Kuat Tekan Beton


. Prosedur pelaksanaan uji kuat tekan beton adalah sebagai berikut:
1) Benda uji yang telah dikeluarkan dari bak perendaman didiamkan
selama 24 jam agar pada saat pengujian benda uji dalam keadaan
kering.
2) Benda uji yang telah dikeluarkan diberi capping (lapisan belerang) pada
permukaan yang tidak rata.
3) Benda uji ditimbang.
4) Benda uji diletakkan mendatar pada kerangka alat Compressing Test
Machine.
5) Pembebanan dilakukan sampai benda uji hancur.
6) Beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji dicatat.

3.3 Bagan Alir Penelitian


Pada pelaksanaan penelitian ini terdiri atas tahapan yang telah dijelaskan di
atas dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir penelitian di bawah ini :
Mulai

Studi Literatur

Pengujian Karakteristik Material

Agregat Kasar: Agregat Halus:


Semen (tidak diuji) Air (tidak diuji)
1. Gradasi 1. Gradasi
2. Kadar Air 2. Kadar Air
3. Berat Volume 3. Berat Volume
4. Keausan 4. Berat Jenis
5. Berat Jenis 5. Kadar Lumpur
6. Zat Organik

Trial Jobmix Rencana 30 MPa

Tidak
Mutu fc’ 30 MPa Tercapai

Iya

Pembuatan Spesimen

Beton dengan penambahan dosis MasterGlenium


Beton Normal fc’ 30 MPa ACE 8595 sebesar 0,3 %; 0,6 %, 0,9 %, 1,2 %, 1,5
%; 1,8 % dan 1,2 % dari berat semen

Perawatan Spesimen

Pengujian Kuat Tekan

Hasil dan Pembahasan

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian Karakteristik Bahan Dasar Material Beton


4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus
Pengujian terhadap agregat halus yang berasal dari Sungai Kampar untuk
mengetahui karakteristik dan spesifikasi agregat tersebut. Hasil pengujian propertis
agregat halus dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Halus


No Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
1. Modulus Kehalusan 2,90 Memenuhi
2. Berat Jenis (gr/cm3)
a.Apparent Specific 2,72 Memenuhi
Gravity
b. Bulk Specific 2,58 Memenuhi
Gravity on Dry
c. Bulk Specific 2,63 Memenuhi
Gravity on SSD
d. Presentase Absorpsi 2,04 Memenuhi
Air (%)
3. Kadar Lumpur (%) 1,32 Memenuhi
4. Kadar Organik No. 3 Memenuhi
5. Kadar Air (%) 3,09 Memenuhi
6. Berat Volume (kg/m3)
a. Kondisi Gembur 1,64 Memenuhi
b. Kondisi Padat 1,78 Memenuhi
Sumber : Hasil Analisa dan Perhitungan (2021)

4.1.2. Hasil Pengujian Agregat Kasar


Pengujian dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan spesifikasi agregat
kasar yang berasal dari Koto Kampar. Hasil pegujian propertis agregat kasar dapat
dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Kasar
No Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
1. Modulus Kehalusan 6,89 Memenuhi
2. Berat Jenis (gr/cm3)
a. Apparent Specific 2,80 Memenuhi
Gravity
b. Bulk Specific 2,65 Memenuhi
Gravity on Dry
c. Bulk Specific 2,70 Memenuhi
Gravity on SSD
d. Presentase Absorpsi 2,04 Memenuhi
Air (%)
3. Ketahanan Aus (%) 16,67 Memenuhi
4. Kadar Air (%) 3,63 Memenuhi
5. Berat Volume (kg/m3)
c. Kondisi Gembur 1,41 Memenuhi
d. Kondisi Padat 1,50 Memenuhi
Sumber : Hasil Analisa dan Perhitungan (2021)

4.2. Hasil Pemeriksaan Slump Flow dan Persentase Pengurangan Air


Pemeriksaan nilai slump flow dan persentase pengurangan air diperoleh
hasil seperti yang terlihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Slump Flow dan Persentase Pengurangan Air
Kode Variasi MasterGlenium Nilai Slump Flow Pengurangan Air
ACE 8595 (%) (cm) (%)
BN 0 5 -
MG3 0,3 8 12,35
MG6 0,6 60,5 27,12
MG9 0,9 60 28,09
MG12 1,2 63 29,88
MG15 1,5 63,5 31,96
MG18 1,8 63 33,49
MG21 2,1 65,5 33,89
Sumber : Hasil Pengukuran dan Analisa (2021)
4.3. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton dilakukan saat benda uji berumur 28 hari dengan
variasi MasterGlenium ACE 8595 sebesar 0%; 0,3 %; 0,6 %; 0,9 %; 1,2 %; 1,5 %;
1,8 % dan 2,1% dari berat semen. Setelah dilakukan pengujian pada benda uji data
– data nilai kuat tekan beton diolah dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Kuat Teka Beton

Variasi MasterGlenium Sampel Kuat Tekan Rerata


Kode
ACE 8595 Ke (MPa) (MPa)
1 39,61
BN 0 2 40,74 39,99
3 39,61
1 50,36
MG3 0,3 2 45,27 49,8
3 53,76
1 52,34
MG6 0,6 2 54,61 52,81
3 51,50
1 48,67
MG9 0,9 2 45,84 48,01
3 49,51
1 48,10
MG12 1,2 2 44,14 46,97
3 48,67
1 47,53
MG15 1,5 2 45,84 46,59
3 46,40
1 46,97
MG18 1,8 2 44,70 45,37
3 44,42
1 38,48
MG21 2,1 2 43,01 40,56
3 40,18
Sumber : Hasil Analisa dan Perhitungan (2021)
Gambar 4.1 Grafik Kuat Tekan Beton

Dari hasil yang diperoleh dan dilihat dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
beton normal dengan perencanaan 30 MPa menghasil kuat tekan lebih besar yaitu
sebesar 39,99 MPa. Sedangkan kuat tekan optimum diperoleh oleh variasi
MasterGlenium ACE 8595 0,6 % dengan kuat tekan sebesar 52,81 MPa. Dari grafik
juga dapat diketahui variasi MasterGlenim ACE 8595 2,1 % merupakan variasi
dengan kuat tekan terendah bila dibandingkan dengan kuat tekan pada variasi
MasterGlenium ACE 8595 lainnya yaitu sebesar 40,56 MPa.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian terhadap MasterGlenium ACE 8595 yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa setiap penambahan dosis akan menyebabkan
meningkatnya workability beton. Oleh sebab itu dilakukan pengurangan air seiring
dengan penambahan superplatisizer. Pengurangan air terbesar yaitu 33,89% pada
variasi MasterGlenium ACE 8595 2,1%. Sedangkan kuat tekan tertinggi dihasilkan
oleh variasi MasterGlenium ACE 8595 0,6% yaitu sebesar 52,81 MPa. Dari
pernyataan tersebut diketahui bahwa penggunaan dosis yang tinggi belum tentu
mempengharuhi peningkatan kuat tekan beton.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Peneliti menyarankan
dalam proses pengerjaan perlu dilakukan dengan benar agar diperoleh kuat tekan
yang tinggi. Serta perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk melihat perilaku
lain pada MasterGlenium ACE 8595.
Daftar Pustaka

ASTM, C. (2017) ‘142, Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles
in Aggregates’, in American Society for Testing and Materials.

ASTM, C. (no date) ‘618-94a (1995).“’, Standard Specification for Coal Fly Ash
and Raw or Calcined Natural Pozzolana for use as a Mineral Admixture in
Protland Cement Concrete,” Annual Book of ASTM Standards, American
Society for Testing and Materials, Philadelphia, Sec, 4, pp. 304–306.

EFNARC (2002) ‘Specification and Guidelines for Self-Compacting Concrete’,


Report from EFNARC, 44(February)

Mulyono, T. (2003) ‘Teknologi Beton Yogyakarta’. CV. Andi Offset.

Nasional, Badan Standarisasi (1990a) ‘SNI 03-1968-1990.“’, Metode pengujian


analisis saringan Agregat halus dan kasar.

Nasional, Badan Standardisasi (1990) ‘SNI 03-1969-1990’, Metode Pengujian


Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregar agregat kasar.

Nasional, Badan Standarisasi (1990b) ‘SNI 03-1971-1990 Metode pengujian kadar


air agregat’, Jakarta (ID): BSN.

Nasional, Badan Standarisasi (1990c) ‘SNI 03-1974-1990 Metode Pengujian Kuat


Tekan Beton’, BSN. Jakarta.

Nasional, B. S. (1991) ‘SNI 03-2417-1991’, Pengujian Keausan Agregat Dengan


Mesin Los Angeles, Jakarta.

Nasional, B. S. (1998) ‘SNI 03-4804-1998 (Metode Pengujian Bobot Isi Dan


Rongga Udara Dalam Agregat)’, BSN, Jakarta.

Nasional, B. S. (2004) ‘SNI 15-2049-2004: Semen Portland’, BSN, Jakarta.

Nasional, B. S. (2013) ‘Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung (SNI


2847: 2013)’, Jakarta: Standar Nasional Indonesia.

Nawy, E. G. and Tavid, B. K. (2010) ‘Beton Bertulang: Sebuah Pendekatan


Mendasar Edisi Kelima’. ITS Press, Surabaya.

Sky, D. M. et al. (no date) ‘MasterGlenium ® ACE 8595’.

Tjokrodimuljo, K. (2004) ‘Teknologi Beton, Buku Ajar’, Jurusan Teknik Sipil–


Magister Teknologi Bahan Bangunan–Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Yogyakarta.

Umum, D. P. (1989) ‘Pedoman Beton 1989. SKBI. 1.4. 53.1989’, Draft Konsensus.

Umum, D. P. (1990a) ‘SNI 03-1970-1990’, Metode Pengujian Berat Jenis dan


Penyerapan Air Agregat Halus.

Umum, D. P. (1990b) ‘Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal


(SK SNI T-15-1990-03)’, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan. Indonesia.
Lampiran 1-1

Sumber : Danau Bingkuang


Tanggal Uji : Januari 2021
Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel Pemeriksaan Analisa Saringan Agregat Halus

Lubang Berat Persentase % Lolos % Tertahan


No Ayakan Ayakan Tertahan Tertahan Kumulatif Kumulatif
(mm) (gram) % % %
1 1/2” 40 0 0 100 0
3/4” 20 0 0 100 0
3/8” 10 0 0 100 0
No. 4 4,75 27,15 5,43 94,57 5,43
No. 8 2,36 77,05 15,41 79,16 20,84
No. 16 1,18 31,90 6,38 72,78 27,22
No. 30 0,3 152,95 30,59 42,19 57,81
No. 60 0,25 120,75 24,15 18,04 81,96
No. 100 0,125 74,75 14,95 3,09 96,91
No. 200 0,075 13,20 2,64 0,45 99,55
SISA = 2,25 0,45 100
TOTAL = 500,00 100,00 290,17
FINE MODULUS 2,90
Grafik Pemeriksaan Analisa Saringan Agregat Halus (Pasir)

Lampiran 1-2

Sumber : Danau Bingkuang


Tanggal Uji : Januari 2021
Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus

Uraian Satuan Uji - 1 Uji - 2 Rerata


A. Berat Flaks gram 160,00 160,00 160,00
B. Berat contoh SSD gram 500,00 500,00 500,00
C. Berat Flaks +Air + Contoh SSD gram 965,00 965,00 965,00
D. Berat Flaks + Air gram 655,00 655,00 655,00
E. Berat Contoh Kering gram 490,00 490,00 490,00

 Apparent Specific Gravity 2,72 2,72 2,72


 Bulk Specific Gravity on Dry 2,58 2,58 2,58
 Bulk Specific Gravity on SSD 2,63 2,63 2,63
 Persentase Absorpsi Air 2,04 2,04 2,04
Lampiran 1-3

Sumber : Danau Bingkuang


Tanggal Uji : Januari 2021
Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus

Uraian Satuan Uji 1 Uji


A. Tinggi Pasir mm 168 130
B. Tinggi Lumpur mm 2 2
Kadar Lumpur = (B / A+B)) x 100% % 1.18 1,52
Rerata % 1,35
Lampiran 1-4

Sumber : Danau Bingkuang


Tanggal Uji : Januari 2021
Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel Pemeriksaan Zat Organik Agregat Halus

Hasil Pemeriksaan ;
Agregat halus setelah dicampur dengan NaOH 3% menghasil Warna No.3 (No
Warna berdasarkan Plat Warna Standard), menandakan agregat halus ini
mengandung organik yang rendah, sehingga agregat ini baik untuk campuran
beton.
Lampiran 1-5

Sumber : Danau Bingkuang


Tanggal Uji : Januari 2021
Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus

Pengujian Pengujian
Uraian Satuan Rerata
1 2
A. Berat Wadah gram Kalibrasi Kalibrasi Kalibrasi
B. Berat Wadah + Benda Uji gram Kalibrasi Kalibrasi Kalibrasi
C. Berat Benda Uji (B-A) gram 500,00 500,00 500,00
D. Berat Benda Uji Kering gram 485,00 485,00 485,0
E. Kadar Air = ((C-D)/(D)) x 100% % 3,09 3,09 3,09
Lampiran 1-6

Sumber : Danau Bingkuang

Tanggal Uji : Januari 2021


Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus

PADAT GEMBUR
Uraian Satuan
Uji - 1 Uji - 2 Rerata Uji - 1 Uji - 2 Rerata
3
A. Volume Wadah cm 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92
B. Berat Wadah gram 7285 7285 7285 7285 7285 7285
C. Berat Benda Uji +
gram 12980 13015 12998 12540 12535 12538
Wadah
D. Berat Benda (C-B) gram 5695 5730 5713 5255 5250 5253
Berat Volume = D/A g/cm3 1776,40 1787,32 1781,86 1639,15 1637,59 1638,37
Lampiran 1-7

Sumber : 13 Koto Kampar


Tanggal Uji : Januari 2021
Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel Pemeriksaan Analisa Saringan Agregat Kasar

Lubang Berat Persentase % Lolos % Tertahan


No Ayakan Ayakan Tertahan Tertahan Kumulatif Kumulatif
(mm) (gram) % % %
1 1/2” 37,5 0,00 0,00 100,00 0,00
3/4" 19,1 517,90 5,22 94,78 5,22
3/8” 9,52 8355,40 84,18 10,60 89,40
No.4 4,75 899,30 9,06 1,54 98,46
No.8 2,36 70 0,71 0,84 99,16
No.16 1,18 0,00 0,00 0,84 99,16
No.40 0,425 0,00 0,00 0,84 99,16
No.60 0,18 0,00 0,00 0,84 99,16
No.100 0,15 0,00 0,00 0,84 99,16
No.200 0,075 0,00 0,00 0,84 99,16
SISA = 83,10 0,84 0,00 100,00
TOTAL = 10000,00 100,00 688,89
FINE MODULUS 6,89

Lampiran 1-8

Sumber : 13 Koto Kampar


Tanggal Uji : Januari 2021
Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar

Uraian Satuan Uji - 1 Uji - 2 Rerata


A. Berat Contoh SSD di udara gram 2000,00 2000,00 2000,00
B. Berat Contoh SSD di dalam
gram 1262,00 1256,10 1259,20
air
C. Berat Contoh Kering gram 1960,00 1960,00 1960,50
 Apparent Specific
2,81 2,78 2,80
Gravity
 Bulk Specific Gravity on
2,66 2,63 2,65
Dry
 Bulk Specific Gravity on
2,71 2,69 2,70
SSD
 Persentase Absorpsi Air % 2,04 2,04 2,04
Lampiran 1-9

Sumber : 13 Koto Kampar


Tanggal Uji : Januari 2021
Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Kasar

Gradasi Material : B
Jumlah Bola : 11 Buah
Jumlah Putaran : 500 Putaran
A. Berat Benda Uji (B-A) : 5000,00 gram
B. Berat Benda Uji Putaran 500 kali : 4166,70 gram
Absrasi = ((A-B)/(A)) x100% : 16,67 %
Lampiran 1-10

Sumber : 13 Koto Kampar


Tanggal Uji : Januari 2021
Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel 13. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar

Pengujian Pengujian
Uraian Satuan Rerata
1 2
A. Berat Wadah gram Kalibrasi Kalibrasi Kalibrasi
B. Berat Wadah + Benda Uji gram Kalibrasi Kalibrasi Kalibrasi
C. Berat Benda Uji (B-A) gram 1000,00 1000,00 1000,00
D. Berat Benda Uji Kering gram 965,00 965,00 965,50
E. Kadar Air = ((C-D)/(D)) x 100% % 3,63 3,63 3,63
Lampiran 1-11

Sumber : 13 Koto Kampar


Tanggal Uji : Januari 2021
Tempat : Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Abdurrab

Tabel Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar

PADAT GEMBUR
Uraian Satuan
Uji - 1 Uji - 2 Rerata Uji - 1 Uji - 2 Rerata
A. Volume Wadah cm3 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92 3205,92
B. Berat Wadah gram 7285 7285 7285 7285 7285 7285
C. Berat Benda Uji +
gram 12105 12100 12103 11800 11830 11815
Wadah
D. Berat Benda (C-B) gram 4820 4815 4818 4515 4545 4530
Berat Volume = D/A g/cm3 1503,47 1501,91 1502,69 1408,33 1417,69 1413,01
Lampiran 2-1

Tabel Desain Campuran Untuk Beton


No Uraian Perhitungan Nilai Satuan
1. Kuat Tekan Disyaratkan 30 MPa
2. Standar Deviasi 5 MPa
3. Nilai Tambah 1,64*[2] 8,2 MPa
4. Kuat Tekan yang ditargetkan [1]+[3] 38,2 MPa
5. Faktor Air Semen Bebas (FAS) 0,42
6. Faktor Air Semen Maksimum (FAM) 0,6
7. Slump 6±2 cm
8. Ukuran Agregat Maksimum 20 mm
9. Berat Kadar Air Bebas 180,00 Kg/m3
10. Berat Kadar Semen 428,6 Kg/m3
11. Berat Kadar Air Minimum 325 Kg/m3
12. Persen Agregat Halus 45 %
13. Berat Jenis Relatif Agregat 2,67
14. Berat Isi Beton 24100,00 Kg/m3
15. Kadar Agregat Gabungan [20]-[12]-[11] 1801,43 Kg/m3
16. Kadar Agregat Halus [18]*[21] 810,64 Kg/m3
17. Kadar Agregat Kasar [21]-[22] 990,79 Kg/m3
KOREKSI KADAR AIR
18. Penyerapan Agregat Kasar 1,27 %
19. Penyerapan Agregat Halus 2,04 %
20. Kadar Air Agregat Kasar 1,01 %
21. Kadar Air Agregat Halus 2,04 %
([20]-
22. Koreksi Air Agregat Kasar -2,53 L
[18]/100)*[17]
([21]-
23. Koreksi Air Agregat Halus 0,00 L
[19]/100)*[16]
24. Koreksi Air [23]+[22] -2,53 L
KOMPOSISI UNTUK 1 m3
25. Semen [10] 428,57 Kg
26. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
27. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
28. Air [9]-[24] 182,53 Liter

Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 0% MasterGlenium ACE


8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 0% [10]*0% 0,00 Liter

Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 0,3% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 0,3% [10]*0,3% 1,286 Liter
Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 0,6% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 0,6% [10]*0,6% 2,571 Liter

Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 0,9% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 0,9% [10]*0,9% 3,857 Liter

Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 1,2% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 1,2% [10]*1,2% 5,143 Liter

Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 1,5% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 1,5% [10]*1,5% 6,429 Liter

Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 1,8% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 1,8% [10]*1,8% 7,714 Liter
Tabel Desain Campuran Untuk Beton dengan Variasi 2,1% MasterGlenium ACE
8595 per m3
1. Semen [10] 428,57 Kg
2. Agregat Kasar [17]+[22] 988,25 Kg
3. Agregat Halus [16]+[23] 810,64 Kg
4. Air [9]-[24] 182,53 Liter
5. MasterGlenium ACE 8595 2,1% [10]*2,1% 8,999 Liter

Anda mungkin juga menyukai