NSS merupakan bagian dari DSS untuk keuntungan kepada pihak-pihak yang
membantu dalam situasi adanya ketidak- bersengketa, dan tetap menjaga keberlanjutan
setujuan antara berbagai pihak mengenai lingkungan.
keputusan apa yang harus diambil. Aplikasi NSS Assimacopoulos (2004), serta Apostolaki dan
pada dunia nyata pada saat ini memang masih Assimacopoulos (2007) memaparkan
belum banyak, tetapi potensi penerapannya pengalaman penerapan proses Visioning dan
pada masa mendatang cukup baik. Menurut RIDA (Resources-Infrastructure-Demand-Access)
Kersten (1989) penyebabnya adalah 1) para untuk mendorong dialog antar pemilik
pimpinan dan profesional telah semakin akrab kepentingan, dan merumuskan keterkaitan
dengan DSS; 2) teknologi internet dan sistem tata air perkotaan di Alexandria, daerah
komunikasi akan menuju pada negosiasi di aliran sungai Nil, di Mesir.
dunia maya; 3) tekanan waktu, banyaknya data, Carraro (2005) menyatakan bahwa sesuai
dan semakin kompleksnya permasalahan dengan fungsinya, NSS dapat dibagi atas a)
mendorong penggunaan DSS dan NSS; dan 4) sistem persiapan negosiasi, mendukung
bertambah mudah digunakannya NSS, dengan perencanaan strategis sebelum negosiasi atau
visualisasi data dan teknik multimedia. juga sebagai sistem informasi negosiasi, yang
Di Indonesia, Suyanto et al (2001) menunjang pada saat negosiasi; b) sistem
menerapkan NSS di Kabupaten Lampung Barat pendukung konteks negosiasi, yang fokus pada
untuk mengatasi konflik kepemilikan lahan pada perilaku sistem, perkembangan dan pemilihan
hutan pemerintah. NSS merupakan proses strategi; dan c) sistem pendukung proses
mengelola konflik pengelolaan sumber daya negosiasi atau Negotiation Process Support
alam pada suatu wilayah ekosistem, seperti System (NPSS) yang membantu proses negosiasi
daerah aliran sungai. NSS mendorong dialog, dan dan dinamikanya, mengidentifikasi hal-hal yang
negosiasi, vertikal dan horisontal, didukung oleh disetujui oleh pihak yang bertikai.
penelitian dan pengembangan partisipatoris
untuk memecahkan konflik yang memberikan Model Simulasi Alokasi Air Generik
Penggunaan model simulasi alokasi air generik, DAS Rappahannock; dan kegagalan pada sebuah
seperti DSS-Ribasim, MODSIM, WEAP, dan MIKE- kasus. Kegagalan yang terjadi disebabkan oleh
Basin juga dapat digunakan untuk pengambilan rendahnya kemampuan, motivasi dan insentif
keputusan alokasi air, dengan menyertakan masyarakat terkait (Lorie et al, 2007).
masyarakat (Assaf et al, 2008). Model generik ini SVP merupakan suatu pendekatan
agar memenuhi syarat untuk digunakan secara perencanaan, yang menggunakan metodologi
partisipatoris sebaiknya dapat digunakan untuk perencanaan sumber daya air secara
identifikasi dan evaluasi berbagai alternatif “tradisional”; partisipasi masyarakat secara
praktek dan kebijakan sumber daya air, mudah terstruktur; dan pemodelan kolaboratif dalam
digunakan, interaktif, fleksibel, dan dapat menyusun sistem pendukung keputusan
digunakan di berbagai lokasi. Peran pemangku (Cardwell, 2008). Langkah-langkah perencanaan
kepentingan dalam proses pengambilan dalam SVP serupa dengan langkah-langkah
keputusan adalah dengan secara bersama: “tradisional” pada Planning Manual (Yoe dan
menggambar skematisasi sistem tata air; Orth, 1996), akan tetapi SVP menyertakan
identifikasi lokasi dan permasalahannya; stakeholder pada seluruh proses perencanaan.
pemasukan data pada lokasi tertentu; menguji Tahap perencanaan tersebut adalah: 1)
seberapa jauh berbagai asumsi berbeda itu identifikasi permasalahan dan peluang; 2)
mempengaruhi keputusan yang akan diambil; inventarisasi dan peramalan sumber daya; 3)
dan melaksanakan simulasi dengan berbagai perumusan rencana alternatif; 4) evaluasi
skenario dan strategi. Kesertaan masyarakat ini rencana alternatif; 5) membandingkan rencana
akan menimbulkan rasa memiliki bahwa alternatif; dan 6) memilih rencana yang
keputusan dan model komputer ini adalah milik direkomendasikan. Perencanaan “tradisional” ini
bersama. dipandang sebagai pilar pertama dari SVP.
Pilar kedua SVP adalah partisipasi
Perencanaan Visi Bersama stakeholder secara terstruktur. Pendekatan yang
Pendekatan Shared Vision Planning (SVP) digunakan tidak membawa semua lapisan
dimulai sejak tahun 1970 oleh U.S. Army Corps masyarakat ke dalam forum, akan tetapi
dalam merevisi strategi pengelolaan Sungai menggunakan lingkaran pengaruh, atau Circle of
Potomac, secara partisipatif (Imwiko et al, Influence (COI), untuk menyertakan berbagai
2007). Pendekatan ini berkembang pada tahun stakeholder dalam beberapa format dan
1988, dalam menyusun Metode Persiapan intensitas. Metode ini mengelompokkan
Kekeringan (Drought Preparedness Method) partisipan menurut peranannya dalam studi,
dalam studi kekeringan nasional (National disamping memelihara komunikasi antar
Drought Study) untuk meningkatkan kelompok. Terdapat 4 peranan stakeholder, yaitu
pengelolaan sumber daya air di Amerika Serikat. 1) pembuat model; 2) pengguna model dan yang
Pendekatan kolaborasi ini diuji-coba memvalidasi; 3) semua pihak yang tertarik; dan
pelaksanaannya pada pengelolaan kekeringan di 4) pembuat keputusan. Lingkaran pada Gambar
lima daerah aliran sungai, dengan sukses besar 3, menunjukkan bahwa stakeholder pada suatu
dicapai di dua kasus, yaitu Danau Ontario, dan lingkaran akan memberi kepercayaan penuh
atas hasil-hasil yang dicapai oleh stakeholder keluarannya memang diperlukan oleh seluruh
pada lingkaran di dalamnya. stakeholder; model harus dapat diandalkan, and
Pilar ketiga dari pendekatan ini adalah sistem cukup detil, agar dapat digunakan untuk
pendukung keputusan, dengan kriteria: mudah pengambilan keputusan yang sebenarnya. Model
digunakan; transparan, juga bagi masyarakat yang banyak digunakan dalam SVP selama ini
yang bukan pemrogram; dapat dijalankan antara lain adalah STELLA yang merupakan
dengan cepat, untuk menghasilkan evaluasi model dinamika sistem, dan Microsoft-Excel.
skenario dan alternatif secara real-time;
Gambar 3 Stakeholder dalam SVP (Cardwell, 2008)
Keunggulan pendekatan SVP ini adalah pengembangan dan aplikasi model visi bersama
kemampuan untuk menggambarkan keterkaitan dalam studi pengelolaan sumber daya air pada
antar unsur dari sistem yang sangat rumit, yang saat kekeringan, telah dilaksanakan secara
dimungkinkan dengan penggunaan model intensif. Manfaat dari model visi bersama ini,
komputer secara transparan; dan kemampuan sesuai dengan namanya adalah konsensus akan
untuk mensimulasikan berbagai skenario dan dapat dicapai, sebab semua pihak berpartisipasi
rencana alternatif, dalam waktu yang sangat dalam pengembangan model. Meskipun
singkat, dan memungkinkan para perencana demikian, jika jumlah pemilik kepentingan yang
bersama pemangku kepentingan untuk terlibat konflik begitu banyak, sehingga proses
menjawab berbagai pertanyaan “bagaimana jika” resolusi konflik dengan cara ini sulit
atau what if. dilaksanakan, teknik lain, misalnya dengan
Pendekatan SVP ini terlihat menjanjikan jika kuesioner, mungkin akan lebih berhasil. Michaud
diterapkan pada konflik yang masih baru atau (2009) menyusun berbagai kriteria untuk
intensitasnya masih rendah, sebelum mengevaluasi penerapan model kolaborasi di
mempertimbangkan alternatif hukum atau Amerika Serikat, pada beberapa kasus yang
politik; atau untuk konflik dengan intensitas disajikan pada Tabel 3.
yang lebih tinggi, dimana telah dicapai Metode kolaborasi yang serupa dengan SVP
kesepakatan, atau insentif memelihara adalah Sandia, yang dikembangkan oleh Sandia
berjalannya proses (Lund dan Palmer, 1997). National Laboratories, bekerjasama dengan US
Cardwel et al. (2008) melaporkan bahwa Army Corps of Engineer, juga menggunakan
pendekatan partisipatif, dengan bantuan dengan identifikasi individu atau kelompok masyarakat
model simulasi dinamika sistem. Perangkat yang relevan, dengan kuesioner yang untuk
lunak dinamika sistem yang digunakan pada mempermudah dan memperluas jangkauan
umumnya adalah Powersim. Metode ini disebarkan melalui internet; dan 2) Lokakarya
menekankan jawaban atas 3 buah pertanyaan, pemilik kepentingan, untuk mengenalkan
yaitu 1) dengan berbagai kendalanya, berapa masyarakat pada proyek, serta menyerap
banyak, dimana, bilamana, untuk apa aspirasi masyarakat. Studi yang dilaksanakan di
tersedianya air? 2) dengan berbagai kendalanya, tujuh buah DAS di Mediteranian ini
berapa banyak, , dimana, bilamana, dan untuk menggunakan model simulasi wilayah sungai
apa kebutuhan air? dan 3) apa saja berbagai OPTIMA untuk mengevaluasi kinerja sistem
manfaat dan kerugian dalam mengelola alokasi menurut kriteria yang ditetapkan oleh para
air ini? Penerapan metode ini antara lain di pemilik kepentingan; menganalisis skenario, dan
Sungai Rio Grande dan Sungai San Fransisco strategi alokasi air; dan menyatukan para
(Lowry et al 2007). pemilik kepentingan dalam proses ini, dengan
Di Mediteranian, Fedra (2007) menyertakan saling berbagi informasi yang mudah diakses.
masyarakat dalam proses pengambilan Model simulasi ini juga dapat diakses melalui
keputusan alokasi air melalui beberapa tahap: 1) internet oleh para pemangku kepentingan.
Profil Pengambilan Keputusan secara Kolaborasi SVP, antara lain Imwiko dkk. (2007), Stephenson
dengan Bantuan Komputer dkk. (2007), dan Michaud (2009). Imwiko dkk
Istilah Collaborative Computer Aided Decision (2007) telah melaksanakan survai pengambilan
Making ini dipopulerkan oleh U.S. Army Corps of keputusan secara kolaborasi dengan bantuan
Engineer melalui rangkaian publikasi-publikasi komputer, dan hasilnya adalah: 1) perencanaan
dan pengelolaan sumber saya air merupakan Pengairan dan Delft Hydraulics (1990) telah
bagian terbesar (65%) pengguna SVP; 2) melaksanakan berbagai simulasi DSS Ribasim
sponsor terbesar adalah U.S Army Corps of berdasarkan skenario kondisi hidrologi dan
Engineer dan Masyarakat Ekonomi Eropa; 3) lamanya pengisian Waduk Cirata. Hasil simulasi
permasalahan yang ditangani paling banyak ini telah digunakan sebagai sarana negosiasi
mengenai konflik penggunaan air dan evaluasi antara pihak Proyek Otorita Jatiluhur (POJ) yang
alternatif penyediaan air baku; 4) model yang mengelola Waduk Jatiluhur, dan Perusahaan
banyak digunakan adalah model simulasi Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola Waduk
dinamika sistem Stella, Powersim, dan Vensim; Saguling dan Cirata pada saat itu.
dan 5) partisipasi masyarakat pada umumnya Piranti lunak lain yang telah populer
pada tahap pengumpulan data, dan juga pada digunakan di Indonesia adalah Water Resources
tahap pengembangan model, serta evaluasi Management Model (WRMM) yang
alternatif. dikembangkan oleh Illich (2001), dan juga
digunakan dalam alokasi air secara tepat waktu.
SPK untuk Perencanaan Alokasi Air di Disamping itu, akhir-akhir ini semakin banyak
Perkembangan SPK untuk Perencanaan mendukung perencanaan alokasi air pada DAS
untuk alokasi air strategis di Indonesia dimulai AHP untuk menyusun alternatif alokasi air yang
dengan Proyek BTA-155 Cisadane-Cimanuk paling bisa diterima oleh para pengguna air di
Integrated Water Resources Development Study sepanjang sungai Tampo di Provinsi Sumatera
1989), yang menggunakan Decision Support dan aspek fisik, yaitu ketersediaan air rata-rata,
System – River Basin Simulation Model (DSS- pendapatan regional, keadilan pengalokasian air,
Ribasim) untuk menyusun rencana alokasi air keadilan pemerataan pendapatan, sensitivitas
strategis di Jawa Barat bagian Utara. Model ketersediaan air, dan sensitivitas pendapatan
simulasi alokasi air DSS-Ribasim pada akhir- regional. Penggunaan metode AHP ini
akhir ini juga digunakan pada berbagai studi memungkinkan para pemilik kepentingan untuk
sumber daya air, antara lain oleh Yulistiyanto membandingkan berbagai alternatif. Hambatan
dan Kironoto (2008) pada penyusunan rencana penggunaan AHP untuk para petani adalah
pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai dalam pelaksanaannya memakan waktu,
DSS-Ribasim juga telah digunakan untuk untuk mengefektifkan proses diskusi dan
mengatasi konflik air pada saat pengisian awal penilaian. Kelemahan lainnya adalah bahwa AHP
Waduk Cirata yang menyebabkan waduk tidak dapat memprediksi dampak yang akan
Jatiluhur tidak menerima air dari Waduk terjadi jika dipilih suatu strategi, berdasarkan
0.05
3.09
DI Cisadane Utara
0
PDAM Mauk
6.52 3.255 ha
0.05
3.09
DI CisadaneBarat Laut
8.885 ha 0 0 0.05 0.05
S. Induk Barat Laut
PDAM Bojongrenged
1.73
1.818 ha
Sek Kedaung
6.57
0
1.73
Bd. Pasarbaru
0.02
0
9.930 ha 0 Tng
0.02
0.02
0.01
0
3.95 0.82 0.81 0.8 0.78 0.76 0.75 0.75
0.01
0.33 0.33 Sal. Induk Timur DI Cisadane Timur
0.01
0.02
0.02
0
787 ha
PDAM Rajeg
0.01
0.2 0 0.02
0.2
0.02
PDAM KotaTng
0.01
0.01 20
0
0.05
0.01
0.05
0.01
0
0.07 0.03 0.01
S. Cisadane
0.02 0.01
Mookervaart Penggelontoran
0.14 0.14
Sal. Induk Tanah Tinggi 143 ha
20
Permintaan pengambilan air untuk industri proses negosiasi alokasi air dalam mencapai
Jika ada investor akan membangun kawasan konsensus bersama. Pada beberapa negara,
industri dan permukiman, yang membutuhkan sistem pendukung keputusan untuk alokasi air
air 2 m /s, maka kondisi kekurangan air irigasi
3
telah berkembang pesat menjadi sistem
DI Pasarbaru akan semakin parah, sebagaimana pendukung negosiasi, sistem pendukung
ditunjukkan pada Gambar 10. Dengan negosiasi berbasis internet, dan pembantu
kekurangan air yang terjadi sampai dengan akhir resolusi konflik. Penerapan berbagai sistem
Oktober, maka akan mengganggu awal tanam, pendukung keputusan tersebut di Indonesia
yaitu pada tahap persiapan lahan irigasi, jadi masih perlu disesuaikan dengan kondisi
sebaiknya permintaan investor tersebut ditolak. masyarakat, kelembagaan dan alam wilayah
Solusi kompromi sungai di Indonesia.
Mengingat pentingnya kawasan industri, maka Untuk mendorong keterlibatan masyarakat
dapat diusulkan kompromi, yaitu kawasan dalam pengelolaan alokasi air, maka perlu
industri diijinkan mengambil air sebesar 1 m 3/s, dikembangkan sistem pendukung keputusan
dan kekurangan air irigasi pada akhir Oktober untuk pengelolaan alokasi air secara
tidak separah pada pengambilan 2 m3/s. partisipatoris. Pengembangan ini dapat
dilakukan berdasarkan sistem yang sudah ada
Perubahan paradigma pengelolaan sumber daya air strategis, yaitu untuk penyusunan pola dan
air, yang melahirkan pendekatan pengelolaan rencana pengelolaan sumber daya air;
sumber daya air terpadu, telah mendorong perencanaan taktis untuk alokasi air tahunan
keterlibatan masyarakat dalam segala aspek dan pemberian ijin penggunaan air; serta
pengelolaan sumber daya air, termasuk pelaksanaan operasional alokasi air secara tepat
masyarakat pengguna air akan mendukung partisipatoris dengan bantuan SPK ini dapat
pula dipandang sebagai proses pembelajaran
atau capacity building untuk para pemangku 8. Cardwell, H, Stacy, M. L. dan K. Stephenson.
2008. The Shared Vision Planning Primer:
kepentingan. Dalam proses ini para pemangku
How to incorporate computer aided dispute
kepentingan saling berbagi ketrampilan, resolution in water resources planning. U.S.
Army Corps of Engineers.
pengetahuan, dan visi, dalam meningkatkan
9. Carraro, C, Marchiori, C. Dan A. Sgobbi, 2005.
pengelolaan sumber daya air untuk kepentingan
Applications of Negotiation Theory to Water
masyarakat luas. Issues. FEEM Working Paper No. 65.05
University Ca’ Foscari of Venice, Dept. of
Economics Research Paper Series No. 09/06
Daftar Pustaka World Bank Policy Research Working Paper
No. 3641.
1. Alfieri, Lorenzo, Paolo Perona, dan Paolo
Burlando. 2006. Optimal Water Allocation 10. Delft Hydraulics dan Puslitbang Pengairan,
for an Alpine Hydropower System Under 1989. Main Report Cisadane-Cimanuk
Changing Scenarios. Water Resources Integrated Water Resources Development
Management 20, no. 5 (May): 761-778. Study (BTA-155 Project), Pusat Litbang
doi:10.1007/s11269-005-9006-y. Pengairan dan Delft Hydraulics, Bandung.
http://www.springerlink.com/index/10.100 11. Delft Hydraulics dan Puslitbang Pengairan,
7/s11269-005-9006-y. 1990. Cirata Reservoir Impounding Policy,
2. Apostolaki, S. dan D. Assimacopoulos. 2007. Pusat Litbang Pengairan dan Delft
Integrating Visioning , RIDA and DSS Hydraulics, Bandung.
activities in Alexandria. 2nd SWITCH 12. Delft Hydraulics, 2001. Main Report
Scientific Meeting, Dan Panorama Hotel, Tel- Jabotabek Water Resources Management
Aviv, Israel, 25 - 29 November 2007 Study (JWRMS), Ministry of Public Works,
3. Assaf, H., van Beek, E., Labadie, 2008. Jakarta
Generic Simulation Models For Facilitating 13. Dinar, A., Rosegrant, M.W., dan R. Meinzen-
Stakeholder Involvement In Water Resources Dick, 1997. Water Allocation Mechanisms
Planning and Management: A Comparison, Principles and Examples, Policy Research
Evaluation, and Identification of Future Working Paper 1779, The World Bank.
Needs, US Department of Energy
Publications. 14. Febriamansyah, R., 2006. The Use of AHP
(The Analytic Hierarchy Process) Method For
4. Assimacopoulos, D. 2004. An Integrated Irrigation IWACO, DHV, Delft Hydraulics,
Decision Support System for the evaluation of 1994. Jabotabek Water Resources
water management strategies. In IDS-Water Management Study, Final Report, Ministry of
Europe web conference. Public WorksWater Allocation In A Small
http://www.idswater.com/Common/Paper/P River Basin (Case Study In Tampo River Basin
aper_15/Assimacopolous.pdf. In West Sumatra, Indonesia), Eleventh
5. Bappenas, 2007. The New Water Policy in biennial global conference of IASCP, Survival
Indonesia, The State Ministry of National of the commons: Mounting challenges and
Development Planning / National new realities, Bali 19-23 Juni 2006
Development Planning Agency, Jakarta 15. Fedra, K., Kubat, M., dan Maja Zuvela. 2007.
6. Berger, Bret; Roger D. Hansen; Arlen Hilton. Water Resources Management : Economic
2002. Using the world-wide-web as a support Valuation and Participatory Multi-Criteria
system to enhance water management. Optimization. Proceeding of the Second
Irrigation Advisory Services and IASTED International Conference: 123-128.
Participatory Extension in Irrigation 16. GWP-TAC, 2000. Integrated Water Resources
Management Workshop organised by FAO – Management, TAC Background Papers no. 4,
ICID, no. July. Global Water Partnership, Stockholm,
7. Cai, X., dan D.C. McKinney, 1997. A Sweden.
Multiobjective Analysis Model for 17. GWP dan INBO, 2009. A Handbook for
Negotiations in Regional Water Resources Integrated Water Resources Management In
Allocation, Proc. ASCE Specialty Conference Basins, Global Water Partnership dan
on Water Resour. Plan. and Mgt., ASCE, p. International Network on Basin
510-515, New York, NY. Organizations, Swedia.
18. Harnanto, A., dan F. Hidayat, 2004. Water Management. Southwest Hydrology,
Allocation in the Brantas River Basin, July/August 2007.
Conflicts and Its Resolutions. Proceeding
30. Loucks, D. P.; Stedinger, J. R.; dan Haith, D. A.
APHW, Kyoto.
1981. Water Resources Systems Planning and
19. Hatmoko, W., 1998. Simulation Model for Management. New Jersey, Prentice-Hall
Water Allocation using Lotus-123, Proceeding
31. Loucks, D. P. dan E. Van Beek, 2005. Water
The Tenth Afro-Asian Regional Conference,
Resources Systems Planning and
ICID, Bali, 19 - 24 July 1998. ICID.
Management, An Introduction to Methods,
20. Hatmoko, W. 2006. Modeling of Real-Time Models and Applications, UNESCO, Paris.
Water Allocation Planning in Indonesia, ICID
32. Lowry, Thomas S, Suzanne A Pierce, Vincent
Proceeding of the 3rd Asian Regional
C Tidwell, and William O Cain. 2007.
Conference, Kuala Lumpur.
Merging Spatially Variant Physical Process
21. Hermans, L. M, 2001. Using stakeholder Models under an Optimized Systems
analysis to increase the effectiveness and Dynamics Framework. Sandia National
relevance of water resources systems Laboratories Albuquerque, New Mexico
modeling, Proceedings of a symposium field 87185 and Livermore, California 94550.
during die Sixth IAHS Scientific Assembly at
33. Lund, Jay R, and Richard N Palmer. 1997.
Maastricht, The Netherlands.
Water Resource System Modeling for Conflict
22. Hwan Ko, I. 2009. Development of a Decision Resolution. Water Resources Update 3/108.
Support System for Integrated Water
34. Mahmoud, M, and L Garcia. 2000.
Resources Management of the Citarum River
Comparison of different multicriteria
Basin. Water. ADB
evaluation methods for the Red Bluff
23. Ilich, Nesa. 2001. The Benefits of Replacing diversion dam. Environmental Modelling and
LP Solvers in Basin Allocation Models with a Software 15, no. 5 (July): 471-478.
Generalized Non-Linear Evolutionary doi:10.1016/S1364-8152(00)00025-6.
Network Flow Solver (SFEP). World Water http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/
Congress 2001, no. 1: 47-47. S1364815200000256.
doi:10.1061/40569(2001)47.
35. Mayasari, R. 2008. Applying hydro-
http://link.aip.org/link/ASCECP/v111/i405
informatics to introduce IWRM in Asian river
69/p47/s1&Agg=doi.
basin, The Case of the Citarum River Basin in
24. Imwiko, A., Kiefer, J.C., Werick, W.J., Cardwell, Indonesia. NARBO.
H. E., dan M. A. Lorie. 2007. Literature
36. Michaud, William R. 2009. Performance
Review of Computer- Aided Collaborative
Measures to Assess the Benefits of Shared
Decision Making. Water Resources. U.S. Army
Vision Planning and Other Collaborative
Corps of Engineers.
Modeling Processes. U.S. Army Corps of
25. IWACO, DHV, Delft Hydraulics, 1994. Engineers.
Jabotabek Water Resources Management
37. Nandalal, KDW, and S.P. Simonovic. 2003.
Study, Final Report, Ministry of Public Works
State-of-the-art report on systems analysis
26. Kersten, G. E. 1998. Negotiation Support methods for resolution of conflicts in water
Systems and Negotiating Agents. Colloque resources management. UNESCO, Paris.
SMAGET - 5 au 8 Octobre 1998.
38. Power, D.J. A Brief History of Decision
27. Labadie, John W. 1995. MODSIM : Decision Support Systems. DSSResources.COM, World
Support System for Integrated River Basin Wide Web,
Management. http://DSSResources.COM/history/dsshisto
ry.html, version 4.0, March 10, 2007.
28. Leemhuis, C. , Jung G., Kasei R., dan J. Liebe,
2009. The Volta Basin Water Allocation 39. Sarana Bhuana Jaya, 2005. Laporan Akhir
System: assessing the impact of small-scale Penyusunan Neraca Air Nasional (Tahap II),
reservoir development on the water resources Ditjen Sumber Daya Air, Jakarta
of the Volta basin, West Africa, Adv. Geosci.,
40. Sechi, Giovanni M, dan Andrea Sulis. 2010.
21, 57–62, 2009
Intercomparison of Generic Simulation
29. Lorie, Mark A., and Hal E. Cardwell. 2007. Models for Water Resource Systems.
Collaborative Modeling for Water
41. Stephenson, K, Shabman, L. dan S Langsdale,
2007. Computer Aided Dispute Resolution:
Proceedings from the CADRe Workshop.
Albuquerque, New Mexico, September, 2007,
U.S. Army Corps of Engineer.
42. Suyanto, S., Permana, R.P., Setijono, D. dan
Grahame Applegate, 2001. Kebijakan
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Aktivitas
Sosial Ekonomi dalam Kaitannya Dengan
Penyebab dan Dampak Kebakaran Hutan dan
Lahan di Sumatera, Prosiding Seminar
Sehari Policy on Natural Resources
Management and Human Activities in
Relationship with Forest and Land Fires,
Bandar Lampung.
43. Tohary, B., 1999. Pelaksanaan Alokasi Air di
Daerah Pengaliran Sungai Sampean, Balai
Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai
Sampean Baru di Bondowoso.
44. Van Cauwenbergh, N., D. Pinte, Tilmant, I.
Frances, a. Pulido-Bosch, dan M. Vanclooster.
2007. Multi-objective, multiple participant
decision support for water management in
the Andarax catchment, Almeria.
Environmental Geology 54, no. 3 (June): 479-
489.
45. Virama Karya, McDonald dan Wiratman,
2000. Pedoman Penyusunan Model Alokasi
Air dengan WRMM, Departemen
Permukiman dan Pengembangan Wilayah,
Jakarta.
46. Yulistiyanto, B. dan B. A. Kironoto, 2008.
Kajian Pengembangan Pengelolaan
Sumberdaya Air pada Wilayah Sungai Progo-
Opak Serang dengan RIBASIM, Dinamika
TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Januari
2008 : 10 – 2
47. Yoe, C. E., dan K. D. Orth. 1996. Planning
Manual, IWR Report 96-R-21. U.S. Army
Corps of Engineers.