METODOLOGI
BAB IV METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai pendekatan studi, tahapan pelaksanaan kegiatan, metode
pengumpulan data, dan metode analisis.
2. Kebijakan dan peraturan yang berlaku serta literatur yang berkaitan dengan aturan pemanfaatan
ruang; dan
4. Proses Asistensi untuk mendapatkan legalitas peta dasar untuk penyusunan peta rencana detail
tata ruang (RDTR) WP Kandeman
Secara umum, tahapan pelaksanaan kegiatan ini adalah:
Citra Ikonos, Quickbird dan Pleiades adalah beberapa contoh citra satelit resolusi tinggi yang
akhir-akhir ini banyak digunakan untuk pemetaan skala besar. Citra Ikonos dan citra Quickbird
masing-masing merupakan produk hasil peliputan dari satelit pengindera Ikonos dan Quickbird.
Spesifikasi satelit Ikonos dan Quickbird seperti yang ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 4. 1 Spesifikasi Satelit Ikonos dan Quickbird
Data Teknis Satelit Ikonos Satelit Quickbird
24 September 1999 di Vabdeberg Air 18 Oktober 201 di Vabdeberg Air
Tanggal peluncuran
Force Base, California, USA Force Base, California, USA
Resolusi Spasial:
— Resolusi pada orbit 0,82 m Pankromatik: 3,2 m MS 0,61 m Pankromatik: 2,44 m MS
— Resolusi 26 off-nadir 1,0 m Pankromatik: 4,0 m MS
0
0,72 m Pankromatik: 2,88 m MS
Resolusi Temporal 3 hari pada lintang 400 1 s/d 3,5 hari pada lintang 300
Resolusi Spektral Pankromatik : 0,45 – 0,90 µm Pankromatik : 0,45 – 0,90 µm
Band 1 (blue) : 0,45 – 0,53 µm Band 1 (blue) : 0,45 – 0,52 µm
Band 2 (green) : 0,52 – 0,61 µm Band 2 (green) : 0,52 – 0,60 µm
Band 3 (red) : 0,64 – 0,72 µm Band 3 (red) : 0,63 – 0,69 µm
Band 1 (VNR) : 0,77 – 0,88 µm Band 1 (VNR) : 0,76 – 0,90 µm
Luas liputan (scane) (11,3 x 11,3) km pada nadir (16,5 x 16,5) km pada nadir
Kebutuhan peta skala besar dengan ketelitian yang memadai sangat diperlukan untuk berbagai
aplikasi. Penggunaan citra Pleiades dan World view sebagai data dasar dalam pemetaan skala besar
sudah banyak digunakan. Hal tersebut disebabkan pembuatan peta menggunakan data dasar citra
ditinjau dari segi pemrosesannya, waktu, dan biaya dinilai lebih mudah, cepat, dan murah. Namun
sangat disayangkan sebagian besar pengolahan citra satelit resolusi tinggi untuk pembuatan peta
skala besar belum didasarkan pada kajian ilmiah yang mengungkapkan sampai seberapa jauh
ketelitian geometrik peta terhadap kondisi sebenarnya di lapangan. Untuk itu, perlu dilakukan kajian
terhadap hal tersebut sehingga hasil akhir yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan secara
akademis, dan pemetaan skala besar menggunakan data dasar citra sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana mestinya.
Untuk pelaksanaan pekerjaan pengolahan citra pada Kecamatan Tayu akan menggunakan
citra satelit resolusi tinggi (CSRT) yang telah disediakan yang bersumber dari LAPAN.
Analisis ketelitian objek pada peta didasarkan atas studi komparatif antara hasil pengukuran
sampel objek-objek yang ada pada muka peta citra hasil proses ortorektifikasi terhadap hasil
pengukuran objek secara langsung di lapangan (permukaan bumi). Besaran-besaran yang diukur
berupa jarak dan koordinat dari suatu objek, dimana keberadaan objek tersebut di lapangan secara
fisik memang ada dan di muka peta dapat diidentifikasi secara meyakinkan. Sebagai contoh, jenis-
jenis objek yang diukur jaraknya antara lain berupa: lebar jalan beraspal/beton, panjang marka jalan,
panjang jembatan, panjang lapangan tenis, panjang proyeksi dari atap suatu bangunan, lebar jalan
kereta api, dan lainlain.
Proses digitasi harus dimulai dari hulu ke muara. Dalam satu daerah aliran sungai, segmen
garis sungai harus terhubung satu dengan lainnya membentuk satu jaringan yang bermuara pada satu
titik. Sungai dan alur dapat bermuara pada garis pantai, garis tepi danau, garis tepi air rawa, atau
garis tepi perairan lainnya. Pada daerah karst, aliran sungai dapat terhenti tanpa diketahui kelanjutan
muaranya. Bentuk topografi daerah karst dicirikan dengan banyak cekungan.
Gambar 4. 4 Contoh Penarikan Garis Area Perairan Sungai Bertemu dengan Danau
11. Digitasi berhenti/finish sketch jika ada perubahan karakteristik garis pantai;
12. Digitasi garis pantai dilakukan dengan 2 cara, yaitu pembuatan garis pantai baru dan
melakukan editing pada data garis pantai eksisting;
13. Pembuatan fitur baru (contohnya di Pulau-pulau yang belum masuk garis pantainya);
Gambar 4. 9
Penarikan Area Tutupan Lahan,
Gabungan Dari Semua Unsur Berbentuk Area
Kode Penutup
Lahan Skema
1:25.000
1.1.1.1.1 = AA AA.1 Perairan laut dangkal AA.1.0 Perairan laut dangkal AA.1.0.0 Perairan laut dangkal
1.1.1.1.2 = AB AA.2 Terumbu karang AA.3 AA.2.0 Terumbu Karang AA.3.0 AA.2.0.1 Terumbu Karang A
Padang lamun AB.0 Perairan laut Padang lamun AB.1.0 Perairan laut AA.2.0.2 Terumbu Karang B
dalam dalam AA.3.0.1 Padang lamun AA.3.0.2
Mikroalga
AB.1.0.1 Perairan laut dalam
1.1.1.2.0 = AC AC.1 Danau pegunungan AC.2 AC.1.0 Danau pegunungan AC.1.0.0 Danau pegunungan
Danau krater AC.2.0 Danau krater AC.3.0 AC.2.0.0 Danau krater AC.3.0.0
AC.3 Danau karst Danau karst Danau karst AC.4.0.0 Danau lahan
AC.4 Danau lahan rendah AC.4.0 Danau lahan rendah rendah AC.5.0.0 Laguna
AC.5 Laguna AC.5.0 Laguna AC.6.0.0 Danau tapal kuda
AC.6 Danau tapal kuda AC.6.0 Danau tapal kuda AC.7.0.0 Danau lainnya
AC.7 Danau lainnya AC.7.0 Danau lainnya
1.1.1.3.0 = AD AD.1 Rawa belakang AD.2 AD.1.1 Rawa belakang AD.1.1.0.Rawa belakang selalu
Rawa pedalaman selalu tergenang tergenang
lainnya AD. 1.2 Rawa belakang AD.1.2.0 Rawa belakang tergenang
tergenang musiman musiman
AD.2.1 Rawa pedalaman AD.2.1. 0.Rawa pedalaman lainnya, selalu
lainnya, selalu tergenang AD.2.2.0.Rawapedalaman,
tergenang tergenang
AD .2.2 Rawa pedalaman periodic
lain, tergenang musiman
LEGALISASI PETA RDTR WP KANDEMAN
Laporan Pendahuluan IV-12
Skema Untuk Skala
Skema Untuk 1:10.000 Skema Untuk Skala 1:1.000
1:5.000
1.1.1.4.1 = AE AE.1 Rawa pesisir AE.1.0 Rawa pesisir AE.1.0.0 Rawa pesisir bervegetasi,
bervegetasi, berair bervegetasi, berair berair payau
payau payau AE.2.0.0 Rawa pesisir
AE.2 Rawa pesisir AE.2.0 Rawa pesisir bervegetasi, berair tawar
bervegetasi, berair tawar bervegetasi, berair tawar
1.1.1.4.2 = AF AF.1 Rawa pesisir tak AF.1.0 Rawa pesisir tak AF.1.0.0 Rawa pesisir tak bervegetasi, berair
bervegetasi, berair bervegetasi, berair payau
payau payau AF.2.0.0 Rawa pesisir tak
AF.2 Rawa pesisir tak AF.2.0 Rawa pesisir tak bervegetasi berair tawar
bervegetasi berair bervegetasi berair
tawar tawar
1.1.1.5.0 = AG AG.1 Sungai (tidak dirinci) AG.1.1 Sungai Besar AG.1.1.1.Sungai Besar (cek lebar sungai)
tidak bertanggul di dalam
kawasan perkotaan;
AG.1.1.2.Sungai besar tidak
bertanggul di dalam
kawasan perkotaan
AG.1.1.3.Sungai besar bertanggul di dalam
kawasan perkotaan
AG.1.1.4.Sungai besar bertanggul di luar
kawasan perkotaan
AG.1.2.1.Sungai sedang tidak
bertanggul di dalam kawasan
perkotaan;
AG.1.2 Sungai Sedang AG.1.2.2 Sungai sedang tidak
bertanggul di luar
kawasan perkotaan
AG.1.2.3 Sungai sedang bertanggul didalam
kawasan perkotaan
AG.1.2.4. Sungai sedang
bertanggul di luar kawasan
perkotaan
AG.1.3 Sungai Kecil AG.1.3.1.Sungai kecil tidak
bertanggul di dalam kawasan
perkotaan
AG.1.3.2.Sungai kecil tidak
bertanggul di luar kawasan
perkotaan
AG.1.3.3.Sungai kecil tidak
bertanggul di dalam kawasan
perkotaan
AG.1.3.4.Sungai kecil bertanggul di
luar kawasan perkotaan
1.2.1.1.1 AO.1 Waduk pengendali banjir AO.1.0 Waduk pengendali banjir AO.1.0.0 Waduk pengendali banjir AO.2.0.0
hingga AO.2 Waduk irigasi AO.2.0 Waduk irigasi Waduk irigasi
1.2.1.1.5 = AO AO.3 Waduk multiguna AO.3.0 Waduk multiguna AO.4.0 AO.3.0.0 Waduk multiguna
AO.4 Danau wisata air Danau wisata air AO.5.0 Danau
AO.5 Danau buatan lainnya buatan
lainnya
1.2.1.2.1 AP.1 Tambak ikan AP.2 AP.1.1 Tambak ikan AP.1.1.0. Tambak ikan tradisional dan semi-
hingga Tambak udang AP.3 tradisional dan intensif
1.2.1.2.3 = AP Tambak garam semi-intensif AP.1.2.0. Tambak ikan intensif AP.2.1.0.
AP.4 Tambak rumput laut AP.5 AP.1.2. Tambak ikan intensif Tambak udang tradisional
Tambak polikultur AP.2.1 Tambak udang dan semi- intensif AP.2.2.0.
tradisional dan Tambak udang intensif AP.3.1.0. Tambak
semi-intensif garam tradisional
AP.2.2. Tambak udang dan semi- intensif AP.3.2.0.
intensif Tambak garam intensif AP.4.1.0.
AP.3.1. Tambak garam Tambak rumput laut
tradisional dan tradisional dan semi- intensif
LEGALISASI PETA RDTR WP KANDEMAN
Laporan Pendahuluan IV-13
Skema Untuk Skala
Skema Untuk 1:10.000 Skema Untuk Skala 1:1.000
1:5.000
2.1.1.8.4 = BI BI.2 Padang alang-alang BI.3 (kode ditambahkan angka 0 (kode ditambahkan angka 0
Herba dibelakangnya; contoh: BI.1.0) dibelakangnya; contoh: BI.1.0.0)
BI.4 Enceng gondok dan
tumbuhan air lain tidak dirinci
lagi
2.1.1.10.0 = BJ BJ.0 Liputan vegetasi BJ.0.0 Liputan vegetasi BJ.0.0.0 Liputan vegetasi
alami/semi-alami lain alami/semi-alami lain (tidak dirinci) alami/semi- alami lain (tidak
(tidak dirinci) dirinci)
2.2.1.1.1 hingga BK.1 Hutan jati BK.2 Hutan Tidak diperinci Tidak diperinci
2.2.1.1.8 = BK mahoni (kode ditambahkan angka 0 (kode ditambahkan angka 0
BK.3 Hutan sanakeling BK.4 dibelakangnya; contoh: BK.1.0) dibelakangnya; contoh:
Hutan akasia BK.1.0.0)
BK.5 Hutan sengon BK.6
Hutan pinus
BK.7 Hutan kayu putih
BK.8 Hutan tanaman
(industri) lain
2.2.1.2.1 hingga BL.1 Perkebunan karet BL.2 Tidak diperinci Tidak diperinci
2.2.1.2.7 = BL Perkebunan kopi BL.3 (kode ditambahkan angka 0 (kode ditambahkan angka 0
Perkebunan kakao BL.4 dibelakangnya; contoh: BL.1.0) dibelakangnya; contoh:
Perkebunan teh BL.5 BL.1.0.0)
Perkebunan kelapa BL.6
Perkebunan kelapa
sawit
BL.7 Perkebunan lain
2.2.1.3.1 hingga BM.1 Perkebunan tebu Tidak diperinci Tidak diperinci
2.2.1.3.4 = BM BM.2 Perkebunan (kode ditambahkan angka 0 (kode ditambahkan angka 0
LEGALISASI PETA RDTR WP KANDEMAN
Laporan Pendahuluan IV-14
Skema Untuk Skala
Skema Untuk 1:10.000 Skema Untuk Skala 1:1.000
1:5.000
4.4.8. Ketentuan
Berikut ini beberapa ketentuan yang harus dipenuhi agar kualitas digitasi
terjaga.
1. Skala Zoom
Tampilan data di layar monitor atau zooming data di atur pada skala 2x lebih besar dari
skala peta yang diinginkan. Untuk skala 1:5000 maka proses digitasi dilakukan pada zooming data
pada skala 1:1000. Hal ini dilakukan agar penarikan garis tidak keluar dari arahan citra/foto.
Gambar 4. 11 Ketepatan Penarikan Garis Harus Dilakukan Zoom 2 kali Skala Peta, Perbandingan Kiri
(1:5.000) dan Kanan (1:2.500)
LEGALISASI PETA RDTR WP KANDEMAN
Laporan Pendahuluan IV-16
2. Kerapatan Vertex
Vertex adalah titik-titik yang membentuk sebuah garis atau area. Untuk menghasilkan
tarikan garis atau area yang halus dan rapi maka sebaiknya jarak antar vertex tidak terlalu jauh
(sekitar 5 meter). Kecuali untuk penarikan jalan yang lurus tegas atau bangunan tidak diperlukan
bataasan jarak vertex.
1. Konversi Data
Semua objek yang dihasilkan pada proses digitasi, harusdikonversi ke dalam format
geodatabase dan dikelompokkan kedalam tema unsur peta dasar dimana setiap tema dapat berupa
titik, garis, atau area.
2. Edgematching
Jika peta terdiri dari beberapa lembar peta yang dikerjakan oleh banyak operator maka
diperlukan proses penggabungan dengan memperhatikan sambungan antar lembar peta atau disebut
edgematching.
3. Data Cleaning
Analisis spasial akan dapat dilakukan jika hubungan (relasi) antar unsur peta dasar dapat
didefinisikan dengan membangun topologi. Hasil akhir dari pekerjaan ini harus betul- betul
menjamin bahwa data yang dihasilkan benar-benar bersih (clean) dari kesalahan, baik kesalahan
geometrik, kesalahan atribut serta kesalahan topologi (free of topological errors).
Direkomendasikan untuk melakukan proses topologi menggunakan perangkat lunak GIS standar
yang digunakan di Pusat Pemetaan Dasar Rupabumi-BIG. Cluster toleransi yang digunakan
menggunakan standar (default) dari perangkat lunak GIS.
Penetapan Topologi Rules
Koreksi Topologi
Dengan software proses deteksi dan perbaikan kesalahantopologi dapat dilakukan secara
LEGALISASI PETA RDTR WP KANDEMAN
Laporan Pendahuluan IV-18
otomatis ataupun manual.
Validasi
Validasi dilakukan untuk pengecekan ulang terhadap kesalahan topologi.
4. Editting Atribut
Untuk pengecekan atribut data, hal-hal yang harus diperhatikan adalah: