Anda di halaman 1dari 228
BABI NAMANYA GUMMY. "Bunda kenapa nangis.?" Tanya seorang balita laki-laki dengan bahasa khasnya, berdiri sambil mengusap mata nya yang tampak masih mengantuk. Mata bulat bermanik biru itu memandang penuh tanya pada seorang wanita cantik yang di panggilnya Bunda. Wanita itu tengah bersimpuh dalam balutan mukena_ putih mengadahkan tangan seraya bercerita di dalam sunyinya malam, di tempat teraman untuk sekedar menangis, berkeluh kesah dan hanya berdua dengan-Nya tanpa ada yang tahu— terlebih putra semata wayangnya. "Eh Gu. Gummy." Ucapnya terbata dan gerak tangan cepat untuk menghapus aliran sungai di wajah cantik nya. Balita itu berjalan pelan menuju Bundanya dengan langkah terseok-seok dan melompat masuk dalam dekapan hangat yang satu-satunya di miliki dan dapat di rasakan selama ini. Tempat ternyaman itu hanya milik Bundanya dan tercipta hanya untuknya. Tangan lembut itu mengusap helaian rambut coklat emas milik balita itu, mencoba menahan air mata agar tak runtuh, menahan sekuat nya, karena kekuatannya dan alasan nya bertahan ada di dalam dekapannya saat ini adalah anak nya Guminorion Auza D. Guminorion Auza D.—Gummy panggilannya. Nama yang cukup jarang digunakan namun juga meninggalkan kesan saat menyebutkan nama itu. Nama itulah Ia jadikan nama toko kue yang dirintisnya. Balita berusia 4 tahun, memiliki bola mata iris biru, rambut ikal coklat keemasan, hidung mancung yang di turunkan oleh seseorang, selebihnya adalah turunan Aura bulu mata lentik, bibir tipis dan kulit putih bersih. Balita yang SaAriska | 1 memikat siapa saja yang bertemu dengannya, yang begitu manja hanya pada Bundanya. Selebihnya Ia hanya akan menjadi pemalu dan pendiam jika bertemu orang baru. Sama seperti sifat Bundanya yang hanya akan cerewet, manja dan merepotkan pada orang yang benar-benar di rasa tulus pada nya dan dekat setelah nya Ia akan membangun tembok kokoh yang tak dapat dilihat tapi dapat di rasakan. "Anak Bunda kok bangun, hem?" Tanya wanita itu penuh kelembutan dengan suara serak khas sehabis menangis. Wanita itu mengecup pucuk kepala anak nya yang masih dalam dekapan nya dengan penuh sayang seraya berdo'a. ‘jadi jagoan kuat buat Bunda ya sayang, anak yang sholeh. Bunda sayang kamu, ayah juga pasti sayang kamu." “Air putih Bunda." Ucapnya matanya masih mengantuk. "Sebentar ya anak Bunda." Wanita itu melepaskan dekapannya dan berdiri melipat mukenanya. Menggendong balita mungilnya menuju dapur sederhana miliknya, di dalam apartement mungil itu hanya ada mereka berdua. Berbagi cerita dalam keseharian yang penuh cinta dan tawa meski rasanya ada yang kosong, namun biarlah menjadi kekosongan sementara—sampai waktunya tiba. Kekosongan yang kini menimbulkan rasa rindu tidak bertepi pada sosok yang begitu jauh. Setelah menuntaskan keinginannya untuk minum, Ia kembali bermanja-manja pada sang Bunda sambil bergumam tidak jelas, hingga mata mungil itu kembali terpejam dalam dekapan Bundanya, menenggelamkan wajah nya dalam pelukan hangat itu, juga sapuan ringan di punggungnya seolah menjadi penghantar tidurnya. Mata yang begitu mirip dengan seseorang itu terpejam kembali hingga dengkuran halus terdengar teratur. Mata bermanik biru khas orang Eropa yang memang menurun pada Gummy tidak bisa terelakkan dan membuatnya tampak berbeda lagi-lagi menjadi pusat perhatian, yang menandakan gen sang Ayah menang dan menurun dengan sempurna pada Gummy. Baby Gummy | 2 Aura mengambil sebuah pigura di atas nakasnya di sana ada foto Gummy yang baru lahir, lalu berusia satu tahun, saat Gummy belajar melangkah, tertawa saat mengerjai tante- tantenya di toko, ataupun saat Gummy mengikuti kelas renang. Aura mengusap foto mereka beberapa waktu lalu liburan bersama, Aura mendengar tawa khas milik Gummy yang tidak pernah Ia relakan hilang. Ia menyukai semua tentang Gummy—anaknya karena hanya Ia yang menjadi pusat dunia Aura dalam menjalani kenyataan yang tak sesuai harapannya itu. Aura sangat menyayangi Gummy apa pun yang terjadi tetaplah kebahagiaan Gummy prioritas pertamanya dan yang akan sangat di perjuangkannya selama Ia bisa membahagiakan sang anak maka yang lain tidak akan di pedulikannya. Aura membesarkannya dengan kasih sayang yang tidak terbatas, Ia memberikan apa yang diinginkan Gummy selama itu wajar seperti kedua orang tuanya yang dahulu memberikan apa pun padanya namun akhirnya Ia kecewakan. Hidup dalam kesederhanaan, tanpa peduli pandangan aneh orang dan juga remeh yang sering di dapatkan Aura Navulia Dimitri. Wanita berusia 27 tahun yang memiliki anak laki-laki berusia 4 tahun. Ibu muda yang begitu cantik terlebih, sejak 5 tahun lalu beritikad menggunakan hijab menutup aurat yang memang telah menjadi kewajiban nya. Ibu muda lulusan terbaik ilmu Manajemen di Kampus swasta ternama di kotanya terdahulu , yang kini memiliki usaha sendiri berkat hobby memasaknya dan ilmu Manajemen yang di aplikasikannya dalam kehidupannya. Dulunya Ia memiliki Toko kecil yang diberi nama "Aura Cake" namun kini toko itu di jalankan teman bisnisnya yang merupakan pemilik baru di sana, hingga kini Ia membuka toko baru di tempat baru yang sama seperti punya nya dulu, yang sengaja diberi nama "ByGummy" menjadi tempat persembunyian nya dari keluarganya juga teman- temannya. Melarikan dari kenyataan masa lalu rasanya tak begitu mudah, terlebih banyak hal-hal yang belum terselesaikan, SaAriska | 3 bersama orang-orang yang berada di masa lalunya. Tidak ada kesalahan tanpa adanya kesempatan, itulah takdir nya. Hanya kisah tidak sempurna, jika tanpa bantuan juga restu-Nya. ek "Hiks.. hikssBundaaaaa." Teriakan itu memeriahkan pagi hari di apartement mungil itu. Aura berlari menuju kamar utama—kamar miliknya juga si kecil. Sampai di depan pintu Aura tersenyum melihat tampannya anaknya dengan pipi chubby kulit putihnya, mata biru itu berkaca-kaca jangan lupakan bibir mungil yang mencebik, tangannya terulur seolah meminta diangkat. "Anak Bunda kok nangis, kan bisa cari Bunda di dapur sayang.". Ucapnya sambil mengangkat Gummy seraya menghapus air matanya. Gummy yang masih sesenggukan memeluk leher Aura dengan erat seolah tidak ingin melepaskannya lagi. Aura hanya tersenyum dan mengusap lembut punggung anaknya yang begitu manja pada nya. "Hari ini Bunda buat nasi goreng spesial lohhh buat anak Bunda." Rayu Aura "Be..neran Bunda?." Mengendurkan pelukannya dan menatap Aura penuh minat. "Tentu, untuk jagoan kesayangan Bundaa." Aura dengan gemas mencium pipi chubby itu hingga terdengar tawa yang memenuhi ruangan itu. “Yang ada sosisnya.?” Tanyanya antusias “Tya ada, ayam gorengnya juga.” Aura terkekeh melihat betapa antusiasnya sang anak. “Telur.?” Gummy bertanya lagi. Aura meletakkan jari telunjuknya di bawah dagu seolah berpikir “Hem ada gak ya.?” “Ada dong Bunda, ada kan Bundaaaa.” Rengek Gummy sambil menciumi wajah sang Bunda. “Hahaha iya ada Gummy. Semuanya ada untuk anak Bunda yang paling tampan ini.” Baby Gummy | 4 “Oke alegoooo.” Pekik Gummy girang. Aura menggeleng "Tapi sebelum itu cuci muka, gosok gigi dan cuci tangan dulu sama Bunda, oke?." Aura menjawil hidung mancung itu. Gummy mengangguk mendengar perintah Bundanya. Yang di syukuri Aura, hingga saat ini Gummy tidak ada bertanya tentang seseorang yang harusnya membuatnya merasa lengkap, tapi itu menjadi juga beban tersendiri untuk Aura. Merasa semua salah nya, hingga semua terjadi seperti ini. Selalu meminta pengampunannya juga meminta jawaban atas semua pertanyaan hidup nya. Hingga air mata selalu menjadi saksi bisu antara dia dan Tuhan-Nya. Namun setelahnya Aura akan bertindak bahagia, semua baik-baik saja saat melihat anaknya, harta berharganya, kekuatannya. Hingga kini masih menjadi alasan utama nya bertahan. “Anak Bunda bisa makan sendiri kan.?.” Saat Aura mendudukkan Gummy di salah satu kursi di meja makan. “Bisa Bundaaa. Kan Gummy sudah besar.” Ia menepuk dadanya sambil tersenyum lebar. “Kalau sudah besar kenapa tadi nangis cari Bunda.” Aura menyiapkan makanan untuk sang anak. “Gummy mimpi aneh Bunda.” “Apa.?” “Mainan Gummy hilang.” Bahu Gummy merosot kebawah seolah sedih. “Bunda kira apa.” Aura tersenyum lembut pada sang anak dan mengusap pelan puncak kepalanya. “Sebelum tidur itu baca do’a mau tidur yang sudah Bunda ajarkan biar di lindungi sama malaikat.” “Tya Bunda. Bismillahirahmanirrahim.” Gummy menyuap makannya dan menatap sang Bunda menanti komentar dari sang anak. “Gimana.?” “Enak Bunda.” SaAriska | 5 “Alhamdulillah. Di habiskan ya sayang nanti nasinya nangis kalau tidak habis.” Ucap Aura lembut. Gummy menelan makanannya lalu hormat pada sang Bunda “Siap Bunda.” “Setelah ini kita siap-siap ke Toko ya sayang, Bunda beres-beres dulu. Nanti kalau sudah selesai makan baru mandi ya. Bajunya Bunda siapkan di atas kasur. Oke.” “Oke. Bunda jangan lupa video hari ini ya Bunda.” “Oh iya nanti Bunda downloadkan. Yang semalam sudah hafal.?” “Sudah Bunda.” “Nanti Bunda mau dengar ya.” “Tya Bunda.” “Pintarnya anak Bunda.” Aura mengecup puncak kepalanya dan berniat ingin pergi dari meja makan. “Bunda sudah makan.?.” Aura terhenti dan menatap sang anak “Belum.” Aura tersenyum lembut. “Bunda sini.” Gummy menepuk kursi di sebelahnya dan menyuapkan Aura makanan dari piringnya. “Bunda makan juga, nanti Bunda sakit.” Mata Aura berkaca-kaca melihat anaknya begitu pintar dan seolah tidak ingin mengecewakannya Aura mengangguk dan mengambil nasi untuknya sendiri dan tidak melanjutkan kegiatan mencuci pakaiannya tadi di dapur. Mereka makan dalam diam di atas meja yang hanya terisi oleh mereka berdua saja tanpa sosok lain. Baby Gummy | 6 BABII SEBUAH RENCANA. Setelah sarapan bersama, hari ini Aura akan mengunjungi toko kecilnya. Menggunakan sweater navy dan blue jeans joggernya, untuk atasan Aura hanya menggunakan pashmina berwarna putih bercorak navy, jangan lupakan jam tangan Alexandre Christie putih miliknya, untuk sepatu hanya menggunakan flatshoes navy. Ibu muda satu ini memang tidak begitu heboh dalam berpakaian, jika di lihat seperti ini dia seperti gadis remaja, tak tampak seperti Ibu muda dengan satu balita tampan. Aura berjalan menuju ruang keluarga di sana Gummy sedang di putarkan video pembelajaran ayat-ayat suci Al- Qur'an, yang sengaja diberikan selama Aura bersiap-siap, video yang selalu di download Aura untuk anaknya tiap harinya. Gummy telah siap dengan polo t-shirt putih polos dengan blue jeans selutut miliknya. Untuk alas kaki Aura hanya menggunakan sepatu sport Adidas berwarna putih. Rambut coklat keemasan miliknya sengaja diberi kesan berantakan, menambah kesan tampan. "Gummy." Panggil Aura sambil berjalan mendekat pada Gummy yang anteng dengan tab di tangannya Gummy mengalihkan pandangannya kearah Bundanya "Bunda Cantik." sambil tersenyum. Aura mencium pipi itu dengan gemas "Anak Bunda juga ganteng. Ayo kita ke toko. Aunty Bee sudah nunggu kita.” Aunty Bee—panggilan untuk Bianca Angelina salah satu sahabat terdekat Aura yang memaksa mengikutinya untuk bersembunyi di kota rantauan ini. Mereka telah lama bersahabat namun bukan hana mereka berdua tetapi ada juga SaAriska | 7 Aluna namun Aluna memilih jalan berbeda. Aura dan Bianca memilih mengambil jurusan Manajemen sedangkan Aluna mewujudkan mimpinya sebagai dokter dan menempuh waktu Jebih lama lagi dalam dunia pendidikannya. Tanpa pamit pada Aluna, Aura juga Bianca akhirnya menghilang hingga akhirnya 2 tahun yang lalu Bianca menemukan Jodohnya—Dionny Angga Wijaya. Di sinilah, di kota ini Bianca dan suaminya bertemu, dalam pertemuan tidak sengaja. Bianca dan Dion pasangan yang cocok jika Bianca dengan sikap tomboynya maka Dion menjerat Bianca dengan sikap kalem dan suka mengalahnya membuat Aura cukup iri dengan pasangan yang akan menggendong buah hati mereka yang pertama. Orang tua Bianca pun membantu Aura merahasiakan keberadaannya saat beberapa kali mengunjungi mereka dan juga Aura bersyukur mertua Bianca sangat baik padanya menerimanya sebagai anak dan Gummy dianggap sebagai cucu mereka, bahkan saat pertama kali bertemu kepala_ keluarga Wijaya itu mengatakannya, membuat Aura bersyukur semakin banyak cinta dan kasih sayang yang Gummy dapatkan meskipun terpisah dengan keluarganya. "Ale goo." Ucap mereka bersamaan dan mengangkat tangan kanan keatas penuh semangat. Aura menyimpan tab itu kedalam tasnya. Mengambil kunci mobil juga kunci apartement yang ada di tempat gantungannya. Setelah Aura mengunci apartemennya Gummy berlari menuju lift. Aura hanya tersenyum melihat tingkah anaknya itu. Selama perjalanan turun ke Basement Gummy masih dalam genggaman tangan Bundanya tak lupa dia bertanya-tanya tentang video yang di lihatnya tadi. Di Basement Aura memasuki mobil Audi putih miliknya. “Bismillahirrahmanirrahim.” Ucap Aura pelan. Aura meletakkan Gummy di seat car merahnya di samping tempat duduk kemudi sebelum akhirnya mobil itu melaju membelah jalanan, Aura mengajak sekaligus Baby Gummy | 8 membiasakan anaknya untuk berdo'a untuk keselamatan mereka berdua. Ini lah yang di lakukan Aura dalam mengajarkan anak nya, membesarkan dengan cara nya tersendiri. Di dalam perjalanan pun tidak sunyi, selama perjalanan. Gummy diajak Bundanya untuk melafalkan huruf Hijaiyah sambil bernyanyi dan juga lafal Surah al-Fatihah. ‘Tuhan lindungi malaikat kecilku, izinkan hambamu ini menemaninya hingga Ia dewasa, dewasa dalam jalanmu dengan bimbinganku, tidak akan ku biarkan dia melakukan hal yang engkau larang, jagalah selalu senyum itu di wajahnya.' Ucap Aura dalam hatinya dan mengelus puncak kepala Gummy dengan sebelah tangannya, sesekali melirik balita tampan yang begitu mirip seseorang dari masa lalunya itu namun semua hanya masa lalu yang semakin diingat semakin menyesakkan. Aura beristigfar saat merasakan sakit di relung hatinya dan berusaha fokus pada jalanan yang cukup panjang menuju Toko Kuenya. eke "Assalamualaikum Aunty Bee." Gummy mengucap salam dan menyalami tangan seorang wanita yang tengah hamil 4 bulan itu, Bianca. "Wa'alakummussalam —_jagoan." Bianca _ sedikit membungkuk untuk mengecup puncak kepala Gummy. Sebelum berlari menuju ruangan sang Bunda Gummy mengecup pelan perut buncit Bianca seperti yang biasa di lakukannya tiap hari. "Assalamualaikum Bee." Kali ini Aura yang mengucapkan salam pada Bianca setelah di tinggal Gummy. “Assalamualaikum Baby.” Aura juga mengusap perut Bianca "Wa'alakummussalam Bu bos." Jawab Bianca "Gimana pagi ini Bee? Sibuk gak?" Tanya Aura sambil menuju ruangan khususnya sambil menggandeng Bianca dengan langkah pelan karena Ia tahu membawa perut yang mulai membesar itu bukan hal yang gampang, apalagi untuk SaAriska | 9 anak pertama yang banyak kekhawatirannya. Di dalam ruangan Aura, di sana Gummy sudah duduk dengan robot-robotan yang di dapatnya di atas meja sofa yang ada di ruangan Bundanya itu yang Ia tinggalkan semalam meskipun tidak seberantakan semalam namun Gummy mengambil mainan itu sambil duduk santai. Bianca mengikuti langkah kaki pelan Aura sambil mengusap perutnya. Bianca duduk di kursi berhadapan dengan Aura yang baru saja mendudukkan diri di balik meja kerja nya "Ya Alhamdulillah Ra, tapi masih bisa di atasi." "Kalau pemesanan untuk acara besar gimana Be.?" Tanyanya sambil mengecek laporan yang ada di atas mejanya itu. Bianca tampak berpikir mengingat. "Kalau untuk minggu ini ada 3 pesanan sih Ra, tapi hari nya juga gak mepet kok. Aman terkendali kok." Bianca menjawab santai sambil menatap Gummy yang asik dengan mainan nya masih dengan gerakan tangan mengusap pelan perut buncitnya. Aura mengangguk paham, lalu mengalihkan pandangan nya pada Bianca. Bianca yang merasa di pandangi menatap Aura dengan dahi menyerit bingung. "Udah 4 bulan ya Bee? Kamu Belum mau cuti kan.?" Tanya Aura sedikit ragu sambil menggigit bibir bawahnya. "Belum kok Ra, kenapa?" Tanya Bianca bingung, pasalnya Ia belum ada niatan untuk mengambil cuti karena Ia masih mampu dan juga sang suami tidak memintanya, lagian kerjaanya hanya menerima pesanan dan meeting bersama klien bukan Ia yang membuat kue ataupun mengantarkan kue pada pelanggannya jadi Ia tidak bekerja begitu berat hanya sebagai manajer di sini dan nanti akan melapor pada Aura. "Heem, aku..” Aura menggantung ucapannya Bianca memutar bola matanya jengah dengan sikap Aura yang cukup aneh itu “Kenapa.?” Baby Gummy | 10 “Aku mau ke Jambi Bee." Ucap Aura ragu menggigit bibir bawahnya mewanti-wanti jawaban apa yang akan di dapatnya dari sahabatnya itu. "APA?" Teriak Bianca memenuhi ruangan Aura bahkan mengalahkan suara TV yang sedang menayangkan kartun— yang sengaja Aura hidupkan itu. Gummy yang sedang asik pun terkejut akan teriakan itu dan memandang Auntynya heran namun akhirnya tidak mau peduli kembali sibuk dengan acara bermainnya terkadang ikut bernyanyi mengikuti suara dari TV yang ada. Aura hanya menggelengkan kepala nya pada Bianca yang meresponya dengan begitu berlebihan menurutnya tapi dalam bayangan Aura, Bianca akan berdiri dan menggebrak mejanya saking terkejutnya namun hanya teriakan yang Ia dapatkan dan itu cukup membuatnya sedikit bersyukur karena jika terjadi apa- apa dengan Bianca dan bayinya maka Ia akan menyalahkan diri sendiri. "Mau ngapain?" Tanyanya pelan namun cukup ada penekanan di sana, raut wajahnya pun menampilkan raut ketidak sukaannya atas keinginan sang sahabat itu. "Ttu loh Bee.” Aura mencoret bagian belakang buku yang di pegangnya membuat pola abstrak “Jangan bertele-tele deh Ra.” Bianca tahu Aura seolah mengulur waktu dan membuatnya semakin penasaran “Aluna kan, dia kan itu. Dia mau wisuda." Ucap Aura tanpa memandang manik mata Bianca sambil masih mencoret- coret kecil di bukunya. "Tya aku tahu, tapi kan." "Aku pun masih ragu." Potong Aura cepat sambil menatap manik mata Bianca sambil menggembungkan pipinya. Bianca menghela nafas sebenarnya tidak setuju Ia hanya takut sang sahabat terluka ataupun tersakiti namun semua tidak bisa terus seperti ini berlari menghindar dari kenyataan. Ia pun tahu bahwa Aura cukup tersiksa beberapa tahun ini dan Ia tidak SaAriska | 11 ingin Aura merasakan penderitaan itu terus menerus "Gummy ikut?" Tanya Bianca akhirnya. "Tentu. Mana bisa aku hidup tanpa dia meski beberapa jam saja." Aura mengingat bahwa beberapa waktu lalu kedua orang tua Dion menculik Gummy membawanya bermain tanpa Aura membuat Aura tersiksa dalam tiap waktu yang di laluinya saat jauh dari sang anak. "Apa kamu sudah siap?" Tanyanya penuh khawatir pada Aura sambil mengambil tangan Aura mengusap punggung tangannya pelan. "Rasa nya mau tak mau memang harus begitu. Aku tidak mau menjadi pengecut lagi Bee. Yang terus berlari namun semakin aku berlari semua semakin mendekat padaku Bee." "Apa, Aluna tahu.? " "Ya enggak lah, namanya juga mau kasih surprise. Lagian kita sudah Jost sama dia cukup lama ya." "Kalau gitu, kamu harus kuat, harus yakin" Tangan Bianca terulur mengusap tangan Aura seolah memberi kekuatan. "Kalaupun berjumpa dengannya adalah takdir, anggap aja itu takdir anak yang bertemu Ayah nya." Ucap Aura lirih sambil menatap Gummy. "Tapi aku juga gak bakalan sanggup kalau nanti pisah sama Gummy Bee, dia harta aku satu-satunya. Kalau.. kalau. " Sambung Aura dengan terbata. "Sttt jangan nangis, ada Gummy nanti dia ikut sedih kalau Bundanya sedih." Ucap Bianca menenangkan. "Tapi kamu tenang saja. Itu gak bakalan terjadi, Gummy gak bakalan dipisahkan dengan kamu Ra, jangan suu-dzan. " Sambung Bianca. Kilasan-kilasan seperti kilat mampu terbayang dalam pikiran Aura. Kenangan indah, tawa, cinta, cerita menjadi bagian-bagian tak terlupakan oleh nya. Saat mata biru itu hanya menatapnya tanpa berkedip, tersenyum hanya untuk nya, menyediakan pelukan hangat yang hanya untuk nya, meskipun semua hanya tertinggal di sana, di masa lalu. Baby Gummy | 12 BAB II PERTEMUAN. Keheningan yang menemani Aura saat ini, dengan buku laporan juga laptop menemani nya dalam _pengalihan pemikiran yang mampu menyiksa perasaannya, menyesakkan dada. Bunyi hentakan jari-jari lincah itu berdansa dengan keyboard memenuhi ruangan itu, Gummy sudah terlelap di atas sofa dengan selimut bergambar beruang milik nya sedangkan TV yang sejak tadi menampilkan kartun sudah Aura matikan agar tidak mengganggu Aura juga Gummy di ruangan itu. Tok. Tok.Tok "Masuk." Ucap Aura sambil masih fokus pada layar laptop nya. Rere—Renata Asfia seseorang yang menemaninya merintis usaha ini dari nol Ia sudah menganggap Rere adiknya sendiri karena Rere telah yatim piatu. Awalnya Rere tinggal bersama Aura dan Gummy juga Bianca—sebelum menikah bersama Dion namun sejak Gummy berusia 2 tahun Ia memilih pindah kerumah lama dan melanjutkan kuliahnya meski tetap kerja paruh waktu di Toko Aura. Ia cukup berperan dalam perjalanan hidup Aura. Rere masuk kedalam ruangan itu duduk di tangan sofa mengelus pipi chubby Gummy "Heem Mbak Ra, ada pelanggan yang mau mesan kue." "Loh Bee dimana?" Tanya Aura memfokuskan pada Rere. "Mbak Bee, pergi sama Mas Dion mau cek kandungan katanya" Jawab Rere masih fokus pada Gummy yang masih terlelap dalam tidurnya. "Jangan di ganggu Re" Tegur Aura yang melihat pergerakan Gummy yang menggeliat merasa terganggu. SaAriska | 13 "Iya deh, Mbak temui. Aku disini jaga Gummy aja ya." Rere tersenyum lebar pada Aura yang kini menggeleng melihat tingkahnya itu. "Di sini aku bosnya atau kamu sih Re?" Tanya Aura yang hanya di jawab kekehan Rere. "Yaudah jangan di gangguin, dia baru tidur loh Re” Sambung Aura "Oh iya mbak, di pondokan 6 ya mbak" Aura berdiri dari kursi kesayangannya, merapikan sedikit penampilan nya, membawa buku kecil untuk mencatat dan beberapa contoh hasil yang pernah di buat Toko nya. Aura berjalan ke arah Gummy dan mengecup puncak kepala anak nya dan berlalu setelah menepuk sekilas bahu Rere sambil tersenyum. Aura melangkah ke lantai atas yang memang sengaja di desain menyatu degan alam, ada yang menggunakan payung- payung besar ada pula yang seperti pondokan. Dari tempatnya berdiri Aura dapat melihat pasangan yang tengah duduk membelakanginya—sepasang kekasih tampaknya atau suami istri. Aura melangkah namun langkahnya terhenti oleh seseorang yang menarik tangannya. Aura menoleh ke kanan, seorang balita cantik yang tersenyum padanya sambil terus menahan lengan Aura itu, tampaknya berusia 4 tahun sama seperti Gummy. Aura berjongkok menyejajarkan tinggi balita itu "Ada apa sayang?" Tanyanya sambil tersenyum "Jessi mau es krim Tante, tapi Papa endak boleh." Ucap balita itu lucu menggeleng sambil menggembungkan kedua pipinya. "Benarkah? Dimana Papa kamu sayang?." "Disana, tante bilang Papa ya Tante, Jessi mau." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca. “Tante minta izin dulu sama Papa kamu ya.” Dan Aura tersenyum saat balita itu mengangguk antusias. Baby Gummy | 14 Aura menggandeng balita itu ke arah yang di tunjuk Jessi—balita mungil itu. Beberapa langkah Aura menyadari bahwa orang tua balita ini adalah klien nya. "Permisi. Selamat so—kak Aldan?" Ucap Aura terkejut setelah menatap pria itu—Aldan "Aura, itu kamu?" Tanya pria itu tak kalah terkejut nya dari Aura "Jessi kamu sama siapa nak?" Tanya wanita disamping pria itu pada anak nya. Aura yang menyadari itu, melepaskan gandengannya dan membiarkan Jessi berlari menuju Ibunya. "Oh maaf, selamat sore Pak. Maaf membuat anda menunggu." Aura berucap formal "Aura kam—" "Baiklah bagaimana jika pembicara masalah pemesanan kita bicarakan sekarang, bagaimana?" Potong Aura sambil ikut duduk di hadapan pasangan suami istri itu. “Perkenalkan saya Aura Navulia pemilik Toko Kue ByGummy ini.” Tangan Aura terulur kedepan untuk berjabat tangan formal. “Aldan.” “Layla istri Mas Aldan.” Layla tampak menilai Aura dengan mata sipitnya itu. “Mama, mau es cream.” Rengek Jessi. Aura tersenyum pada Jessi namun tidak bisa berbuat apa- apa, apalagi memujuk sang Ayah dari balita itu. Untuk memulai pembicaraan masalah pekerjaan saja sulit rasanya. Namun Aura harus profesional dalam bekerja dan menyingkirkan masalah pribadi saat bekerja. Disini kedatangan keluarga kecil Aldan ini sebagai Kliennya bukan orang masa lalunya, jadi sebisa mungkin Ia menempatkan diri meski ada terbesit ingin berlari menjauh dan bersembunyi kembali. Aldan Athair Dimika—laki-laki itu masih menatap Aura penuh tanda tanya dan juga keterkejutan yang tak bisa di sembunyikan nya. Selama satu jam mencoba serius dalam SaAriska | 15 pembicaraan, untuk acara perusahaannya yang ada di Bandung, Aura terus saja berupaya bersikap profesional. Tanpa memandang Aldan, seolah Aldan tidak ada disana sedangkan Ja lebih banyak berbicara bersama Layla—istri Aldan yang lebih mengerti hal ini dan mereka kemari atas rekomendasi sahabat Layla. Aura mencoba menahan sakit nya, sakit yang di tahan nya. Entah kenapa rasanya sakit yang dulu di rasakan masih terasa sama, malah semakin menjadi dalam. Pandangan itu masih sama, sama-sama menimbulkan luka. Balita mungil itu begitu cantik ternyata adalah anak dari Pria ini, awal dari semua kesalahan nya. Bibit dari luka itu. Namun Ia juga tidak bisa menyalahkan siapa-siapa apalagi waktu. Layla dan Jessi adalah masa depan dari pria yang duduk di hadapannya kini dan Ia hanya masa lalu. Di tekankan lagi masa lalu yang mengikuti arus hingga masa kini. Lama _ berbincang membuat Aura ingin segera menyelesaikan pembicaraan mereka secepatnya dan berlalu dari hadapan keluarga bahagia itu "Terimakasih atas kepercayaan untuk memesan di toko kami, nanti saya akan memberikan hasil yang memuaskan untuk kelancaran acara bapak dan ibu. Kalau begitu saya pamit dulu. Permisi" Ucap Aura sambil berjabat tangan setelah berberes peralatannya. Aldan yang terdiam sejak tadi sebenarnya sedang memperhatikan Aura lalu menerawang masa-masa saat mereka bersama dan tak lupa masa-masa sulit yang pernah di laluinya saat Aura menghilang dan penyesalan hadir di hidupnya. Aldan bergerak cepat setelah langkah itu menjauh, masih memandang sosok mungil itu yang semakin menghilang. Seakan tak ingin kehilangan lagi. Aldan mengejarnya. Baru satu langkah berjalan, suara perempuan yang merupakan istrinya itu menginterupsinya. "Mau kemana kamu Mas.?" Layla menatap Aldan bingung Tanpa berbalik Aldan berucap "Ada yang perlu aku urus." Baby Gummy | 16 Aldan menuruni anak tangga yang ada bahkan melewati dua anak tangga sekaligus demi cepat mencapai lantai satu mencari sosok Aura, namun dia kehilangan sosok itu. Tidak ada di lantai dasar. Kemana dia? Kenapa begitu cepat, kemana harus seperti ini. Kehilangan lagi, padahal hampir saja , hampir. Aldan meremas rambut nya masih sibuk mencari, wajah nya begitu frustrasi. Lantai dasar ini sama ramainya seperti lantai atas banyak pegawai yang berlalu lalang ataupun anak para pengunjung yang berkeliaran bermain bersama. Hingga matanya fokus pada seorang balita tampan dengan rambut keemasan dan mata biru yang begitu familiar. Menatap dengan saksama, berjalan pada satu arah tanpa mengalihkan pandangannya takut sosok itu akan menghilang, berulang kali bertabrakan dengan beberapa pelanggan dan mengucapkan maaf Aldan bahkan tidak berkedip saat beberapa langkah menuju balita itu seolah jika Ia berkedip sekejap saja semuanya akan hilang dan Ia tidak ingin kehilangan lagi. "Hallo." Ucap Aldan saat berada di depan balita itu dan kemudian berjongkok di depannya agar dapat memperhatikan wajah balita itu dengan saksama, penuh penilaian. "Assaalamu'alaikum om." Ucap Balita itu sambil tersenyum dan tanpa sungkan Gummy mengambil tangan Aldan untuk mencium punggung tangannya. Gummy anak pintar yang selalu sopan pada orang yang lebih tua darinya dan menyayangi sesamanya juga yang lebih muda darinya. Iya sosok balita tampan itu adalah, Gummy. Akhirnya mereka bertemu. Meskipun ini pertemuan pertama mereka namun Gummy tak segan untuk bersikap ramah pada Aldan. Saat sepasang masa bermanik biru saling bertatap menimbulkan perasaan aneh dalam relung Aldan. Bahkan anaknya sendiri tidak menuruni mata birunya juga rambut keemasan yang mirip dengannya. Ia seperti berkaca saat menatap manik biru itu, Gummy tampak seperti Ia saat masih balita. Aldan tersentak atas ucapan balita itu "Wa'alaikumsalam," SaAriska | 17 "Ada apa Om?." Gummy mengerjap polos. "Nama kamu siapa?." "Gummy" Ucapnya dengan senyum tak pernah surut di bibirnya "Gummy kam—" "Gummy, kamu bikin Aunty bingung aja, kamu dari mana saja.?" Ucapan Aldan terpotong suara cempreng itu. Aldan memutar tubuhnya menatap gadis bersuara cempreng itu. Setelahnya yang terlihat adalah keterkejutan dari wajah gadis itu, gadis itu menatap Gummy dan Aldan bergantian dengan mulut terbuka dan mata membulat sempurna. Yang ada dalam pikirannya wajah dua orang di hadapannya saat ini begitu mirip seperti seorang Ayah dan Anak—apa Ayah dan Anak. Rere menggeleng tak percaya apa yang di lihat nya. Bianca yang ada disana setelah mendengar teriakan Rere mencari arah suara itu dan menatap dengan keterkejutan yang sama, namun cukup cepat bertindak. Dengan perut yang mulai terlihat membuncit, Bianca berjalan ke arah Gummy dan menggendongnya berlalu meninggalkan dua orang dewasa itu. Aldan yang mengenal Bianca terkejut atas apa yang di lakukannya, membawa Gummy tanpa berkata apa-apa. "Bianca" Ucap Aldan ingin mencapai lengan Bianca yang bebas. "Dia istriku jangan menyentuhnya" Ucap Dion saat tangan lelaki itu hampir saja menyentuh tangan istrinya. "Papaa." Ucap suara putri cantik nya "Ayo kita pulang Mas" Layla tiba-tiba datang sambil menggandeng Jessi. Akhir nya Aldan hanya bisa pasrah menatap punggung Bianca yang menggendong Gummy. Aldan yakin akan bertemu dengan Aura dan Gummy. Karena sejauh apa pun mereka berlari, menjauh juga bersembunyi pasti akan ketahuan. Aldan berbalik arah lalu menggendong putri nya menuju kasir untuk membayar makanan mereka dan akhirnya berjalan Baby Gummy | 18 menuju pintu keluar tanpa tahu ada sepasang mata yang memperhatikannya. Sambil menahan sesak di dada. Mungkinkah waktu nya itu sekarang, kenapa terasa begitu cepat. Rasa nya pun masih belum siap, hati nya masih sakit. SaAriska | 19 BAB IV LUKA ITU. Terdengar hanya helaan nafas yang belum teratur milik Aura, masih bertahan di dalam ruangan itu, ruangan penyimpanan bahan makanan. Aura menyandarkan tubuhnya terasa lemah pada dinding putih gading itu, setelah memastikan sosok itu pergi bersama keluarga kecilnya Ia bersembunyi di ruangan ini, meskipun sedikit khawatir saat melihat Aldan berbicara pada Gummy, namun Ia cukup bersyukur Rere juga Bianca menolongnya menjauhkan Gummy dari Aldan, Ia hanya belum siap dan tidak akan pernah siap jika seperti ini. Tidak ada air mata namun manik mata nya cukup mampu menceritakan betapa sakitnya luka yang terciptakan. Kesedihan yang bahkan tak mampu di uraikan dengan tetesan air mata. Aura menghirup udara- dengan rakus_—lalu menghembuskannya demi menenangkan degub yang tak beraturan, perlahan rahasianya mulai terbongkar namun Ia juga tahu semua seperti bom waktu yang siap kapan saja meledak dan Aura hanya bisa pasrah jika seperti ini menunggu waktu yang mendebarkan itu. "Mau sampai kapan disana.?" Deg. Jantung nya kali ini berdetak cepat. Terdengar suara familiar itu, Aura menatap sosok yang sedang bersandar pada pintu yang kini terbuka, sambil bersedekap memandang Aura dengan pandangan khawatir tapi tetap dengan tersenyum— senyum terpaksa. Tidak mendekat juga tidak berjalan menjauh, masih dalam posisi yang sama Aura memandang Bianca, seolah menceritakan perasaannya hanya dengan pandangan Baby Gummy | 20 matanya saja. Manik mata coklat nya berbicara banyak tentang ketakutan dan perasaan hancur secara bersamaan. Dan Bianca sebenarnya ingin berlari memeluk Aura namun Ia tahu satu pelukan saja maka tumpah ruahlah sudah air mata yang tertahan itu. Ia juga pasti akan menangis saat Aura menangis, namun Ia harus menjadi orang yang kuat untuk Aura juga Gummy. Jika Bundanya bersedih maka Gummy juga akan bersedih. Bianca tidak ingin kesedihan itu mengusik ketenangan mereka, meskipun Bianca juga tahu pastinya Aldan akan gencar kemari mencari jawaban atas pertanyaan juga apa pun yang dilihatnya hari ini. Bianca harus menyiapkan dirinya sebagai tamengnya Aura, dan tidak akan membiarkan Aldan bertemu Aura kembali juga Gummy. Hidup Aura sudah bahagia tanpa kehadiran sosok itu. Bianca sangat mengerti perasaan Aura tanpa perlu Aura menjelaskan semua sudah bisa terbaca begitu saja oleh Bianca, jika bukan karena sosok itu tidak mungkin Aura akan seperti ini, lima tahun yang di jalaninya tidaklah mudah, bersembunyi juga berlari untuk bertahan lebih lama, meski luka akan terus ada setidaknya luka itu tidak akan bertambah. Itulah yang Bianca mau, tapi yang Aura inginkan luka itu sembuh dan tidak merasakan luka yang baru lagi. "Bundaaa.” Suara itu menyadarkan Aura alasannya masih bertahan dalam diamnya. Sosok Gummy muncul dalam gendongan Dion yang juga mencoba mengerti meski tanpa banyak bertanya. Menilik yang terjadi rasanya cukup membuatnya mengerti. Tidak ingin mengungkit rasa sakit yang lebih dalam. Dion menggendong Gummy karena takut saat Bianca menggendong balita yang berusia empat tahun itu, jika anaknya terjepit bagaimana. Maka Ta menawarkan diri untuk menggendong Gummy yang sejak tadi diam saja. Gummy menggerakkan tubuhnya meminta turun dalam gendongan Dion dan melangkah pada Aura "Bunda ngapain disini.?" SaAriska | 21 Aura tersenyum menerima anak nya dalam pelukan, memilih tidak menjawab. Tidak ingin membohongi siapa pun biarlah semuanya tak mendapat jawaban, asalkan tidak ada kebohongan yang akan muncul selanjutnya. Sebab satu kebohongan akan memunculkan kebohongan lain nya. Dari pada menanam bibit kebohongan dan menuai kebohongan, diamnya Aura adalah pilihannya saat ini nantinya Gummy akan lupa atas pertanyaannya sendirinya. "Anak Bunda sudah bangun hem?" Aura mengalihkan pertanyaan Gummy yang tidak ada jawabannya. "Sudah Bunda. Bunda kita pulang yuk." Ajak Gummy seolah mengerti kerisauan hati Bundanya. Aura menatap jam tangan putih favoritnya, menunjukkan jam tiga siang ternyata telah cepat berlalu putaran jam untuk hari ini dan semua terasa seperti begitu berat tuk di jalani. "Hem ya sudah ayo." Aura beranjak dari tempat nya dan berjalan menuju pintu di sana ada Bianca dan Dion yang tersenyum padanya seolah menguatkan Aura. Aura cukup berterimakasih akan kebaikan sahabat-sahabatnya itu, melindungi dan menyayanginya dengan cara tersendiri. Tanpa banyak berucap, karna lidah nya masih begitu kelu. Aura menuju ruangannya dan mengambil segala barang-barangnya. Bianca masih bertahan mengikutinya di belakang nya begitu pula Dion yang menyediakan tangannya sebagai pegangan Bianca . "Gimana kalau aku dan Dion yang ngantar." Usul Bianca yang khawatir pada Aura yang sedang merapikan tas nya juga beberapa buku laporan yang ada di meja kerjanya sedangkan Gummy Ia biarkan untuk meletakkan kembali mainannya dalam kotak yang ada. "Gak perlu, aku bisa pulang sendiri kok." "Kalau terjadi yang sesuatu gimana?" Protes Bianca pada Aura dan menghentikan gerakan Aura yang akan memasukkan ponselnya ke dalam tas. Baby Gummy | 22 "Insya Allah, ada Allah yang melindungi kami Bee. Makanya kamu bicaranya yang baik-baik dong. Kan Ucapan itu adalah do’a Bee." Ucap Aura sambil mengusap pelan bahu Bianca seolah menenangkannya sambil tersenyum tipis. “Tapi Ra.” “Bee.” Dion menatap Bianca yang akhirnya bungkam mendengar panggilan Dion dan gelengan darinya. Sebagai istri yang baik maka Bianca menurut saat melihat raut serius Dion. Aura tersenyum kembali saat melihat keterdiaman sang sahabatnya itu. "Kalau ada apa-apa telepon ya, sudah sampai rumah juga telepon ya. Pokoknya telepon aku ya Ra." Ucap Bianca lagi sambil memegang bahu Aura yang kini menatapnya. Aura yang paham akan sifat Bianca yang satu itu tersenyum lembut. "Tyaa Bianca.” Bianca dan Dion masih mengikuti langkah Aura yang menggandeng Gummy menuju keluar Toko. Aura berhenti sejenak di depan kasir menghampiri Rere yang melamun. “Hoy Re.” “Astaghfirullahaladzim.” Rere tersentak saat melihat sang bos yang di pikirkannya berdiri di hadapannya. “Melamun ya kamu.” Mata Aura menyipit melihat Rere yang tampak salah tingkah. “Eh eng—enggak kok mbak.” Rere menggelengkan kepalanya. “Bohong ya, buktinya kamu kaget tadi.” “Th Mbaaak. Maaf ya Mbak.” Rere menunduk merasa bersalah. “Udah gak apa-apa Mbak cuma mau pamit pulang dulu ya. Nanti seperti biasa kamu sama yang lain tutupnya yang bener ya semuanya dikunci.” Aura berbicara dengan raut seriusnya. “Siap Bu bos.” Rere hormat pada Aura yang terkekeh. “Kerja yang bener, jangan melamun kamu, kita balik dulu ya. Assalamualaikum." Ucap Aura pada Rere. SaAriska | 23 “Aunty Ree, Gummy pulang dulu. Jangan nakal. Assalamualaikum.” “Aunty gak nakal Gummy.” Bibir Rere mencebik pada Gummy yang tertawa sambil menggandeng Bundanya. “Tadi Bunda marahi Aunty, berarti Aunty nakal.” “Enggak.” “Tyaaaaa.” Gummy mengangguk antusias. “Sok tahu kamu.” “Th memang Gummy tahu kok. Iya kan Aunty Bee.” Gummy sedang mengajak Bianca untuk bersekutu dengannya. “Tya Gummy.” “Gak, Gummy sok tahu.” “Aunty Ree NAKAL.” Rere menggeleng pada Gummy “Enggak Gummy.” “Sudah, sudah. Kami pulang dulu.” “Hati-hati Mbak Ra. Gummy jaga Bundanya baik-baik ya jangan sampai hilang.” “Oke. Dadahhhh.” Tangan mungil itu melambai pada Rere yang berdiri di balik meja kasirnya. "Assalamualaikum Aunty, Uncle, dadah" Ucap Gummy Bianca juga Dion masih betah mengikuti Aura dan Gummy keluar toko itu dan masuk dalam mobilnya. Hingga mobil itu benar-benar pergi, Bianca masih memperhatikannya dengan penuh kecemasan. Dion berdiri di samping nya sambil merengkuh bahu istrinya hingga lebih mendekat pada nya. Raut khawatir itu tidak kunjung hilang di wajah istri membuat Dion juga serba salah harus berbuat apa selain mengikuti segala maunya dan menyediakan bahunya untuk sandaran sang istri. Dion cukup miris saat usia Gummy masih kecil harus di hadapkan pada permasalahan orang tua yang seharusnya tidak Ta rasakan. Harusnya Gummy saat ini merasakan kasih sayang yang banyak dari Ayah, Bunda juga Kakek-Neneknya bukan hanya hidup bersama Bunda dan Tante juga Omnya saja. Bahkan seharusnya Gummy bisa bermain bebas bersama anak- anak seusianya di PAUD yang ada lalu saat malam hari Baby Gummy | 24 menghabiskan waktu bercerita tentang harinya pada sang Ayah yang akan menemaninya setelah pulang bekerja. Namun Dion juga tidak bisa ikut campur karena Ia hanya suami dari sahabatnya Aura, bahkan mengetahui siapa Ayah kandung Gummy saja Ia enggan bertanya lebih banyak. Ia menyayangi Gummy begitu tulus begitu juga keluarganya yang menganggap Gummy dan Aura bagian keluarga mereka terlepas dari masa lalu mereka. "Mereka akan selamat sampai rumah, Insya Allah" Ucap Dion kembali berusaha menangkan Bianca. "Tapi Aura itu, dia—" Ucap Bianca serak ingin menangis namun di tahannya. "Sttt, Aura wanita kuat, Aura pasti bisa" "Kenapa harus Aura yang mengalami semua ini." Tanya Bianca "Karna Allah tahu dia mampu menjalaninya, melewati semuanya." Bianca terdiam menatap lurus kedepan, Dion membawa istrinya menuju mobil, setelah istrinya masuk Dion berlari kedalam toko untuk mengambil tas dan barang-barang Bianca sembari mengatakan kepulangannya pada Rere. Rere yang masih bertanya-tanya dalam pikirannya, menatap layar komputer di depannya dengan bingung. Tatapan mata pria itu begitu sama dengan Gummy juga tatapan sarat akan kesakitan yang ada di manik mata Aura seolah menceritakan kebenaran yang mulai terendus. Tapi pria itu sudah memiliki putri kecil nan cantik dan juga istri yang begitu modis. Akan kah cerita kelam itu harus naik ke permukaan. Membawa cerita sedih lainnya. Rasa nya jika senyum indah juga tulus yang akan hilang dari wajah bos cantiknya—yang sudah dianggap nya sebagai kakaknya itu dia merasa tidak rela. Apalagi menghancurkannya begitu dalam, rasa nya Rere juga akan ikut dalam peperangan itu membawa_ kembali kebahagiaan kakaknya itu, Ia begitu menyayangi Aura juga Gummy, memang egois jika memisahkan yang seharusnya SaAriska | 25 menjadi keluarga. Namun jika harus kehilangan siapa yang akan siap. Siapa yang akan mengalah? Siapa yang ingin tidak bahagia selama hidup nya. Jawabannya tidak ada. Baby Gummy | 26 BABV SATU PERSATU "Bunnn." Panggil Gummy yang memandang Bundanya yang sedang termenung dalam pemikirannya sendiri yang kembali mencerna apa saja yang terjadi hari ini. Panggilan itu seolah membawa Aura kembali kedalam dunia nyata. Aura mengalihkan pandangnya pada anaknya yang sedang membawa tabnya menuju Aura yang awalnya sedang menatap kosong TV di depannya. Entah di mana pikirannya di berkelana, mungkinkah di bawa sosok itu. Entahlah rasanya Aura perlu mengalihkan pemikiran nya dari hal yang tidak di ketahuinya sebagaimana rencananya. "Ada apa sayang.?" Tanya Aura setelah memangku balita tampannya yang membelakanginya itu sembari mengecup puncak kepala Gummy. "Bunda tadi liat, uncle tampan yang bicara sama Gummy?." Tanya Gummy sambil memainkan ujung rambut panjang Bundanya. Saat ini mereka sedang menggunakan piama yang memiliki warna yang sama. Aura menegang untuk sesaat, namun cepat di atasnya. "Ehm, Oh ya?" Aura bertingkah seolah tertarik akan cerita Gummy dan akan mendengarkan apa yang akan di ucapkan sang anak. "Iya Bunda, uncle ganteng tadi. Matanya mirip itu mirip sama mata Gummy ini." Jemari kecilnya menunjuk matanya bermanik biru yang jarang di temui pada orang Asia yang ditemuinya saat berada di Toko sang Bunda ataupun saat berada di tempat umum yang biasanya di kunjunginya itu. Manik Biru itu memang jarang dilihatnya, jika pun dilihatnya maka Aldan tadi lah yang di lihatnya dan itu cukup membekas SaAriska | 27 dalam otak miliknya itu. Aura hanya mendengarkan sambil sesekali mengecup puncak kepala Gummy. Gummy melanjutkan ceritanya. "Tapi, Gummy gak tau namanya unclenya Bun.” Gummy berucap raut wajah nya tampak murung lalu melepaskan tangannya dari rambut sang Bunda dan kembali mengutak-atik tabnya. "Kenapa?" Aura mengeratkan pelukan nya dan berusaha menormalkan nada suaranya agar tidak terdengar aneh di telinga Gummy. "Tadi Aunty Re manggil Gummy katanya di cari Gummy padahal kan Gummy tadi habis main, terus tadi Aunty Bee juga langsung gendong Gummy Bun." Cerita Gummy masih dengan wajah sedih nya. "Yaudah gak apa-apa, insya Allah nanti Gummy ketemu lagi ya." Ucap Aura sambil menguatkan hati nya, jika itu benar- benar terjadi tapi Aura tidak ingin membayangkan itu terjadi secepatnya. "Boleh ya Bunda?." Gummy menangkup wajah Aura dengan mata berbinar. Lihat binar mata itu sudah kembali cerah, hanya karna sosok itu. Entahlah rasa nya masih terasa luka itu. Namun rasa nya berbeda ketika melihat raut ceria wajah itu. "Iyaa sayangnya Bunda." Aura mengecup pipi chubby itu degan gemas. Menimbulkan tawa di ruangan itu. "Tapi Bun..." Ucapan Gummy lagi. "Kenapa lagi, hem?" Aura menyatukan dahi mereka sambil mencium ujung hidung anak nya. "Mata Uncle itu sama seperti mata Gummy, beda sama mata Bunda, Aunty Bee, Aunty Ree, Uncle Ion juga" Ucapan Gummy kali ini benar-benar memacu kerja jantung juga aliran darah Aura, anaknya terlalu pintar, terlalu kritis membuat Aura harus berhati-hati dalam berkata juga bertindak kedepannya. Anaknya begitu pintar dan kritis dalam memandang sesuatu tampaknya adalah warisan dari sang Ayahnya lagi Baby Gummy | 28 bukan dari Aura yang ceroboh, namun kali ini benar-benar harus bagaimana dia. Pertanyaan ini benar-benar membuka luka lama. Rasa nya pintu kenangan masa lalu itu benar-benar akan terbuka dalam waktu dekat ini. Sanggupkah dia melewati semua meski kini ada Gummy di samping nya, rasa nya penolakan demi penolakan sulit untuk dilupakan, luka itu membekas tanpa pernah di sembuhkan. Aura berlari demi menghindari luka lainnya namun Ia lupa bahwa luka tu perlu sembuh dan yang bisa menyembuhkannya hanya memaafkan masa lalu dan tidak kembali berlari seperti pengecut. Mata Gummy menunjukkan rasa penasaran yang begitu mendalam, seakan menanti jawaban yang akan diberikan Bundanya. Entah itu jawaban yang sejujurnya atau hanya bualan tidur untuk anak balita itu, yang Ia inginkan hanya mendengar jawaban dari sang Bundademi menuntaskan rasa penasarannya yang tidak bisa di tahan. Ting Tong... Baru Aura akan mengeluarkan suara, terdengar suara bel yang memotong pembicaraan Gummy dan Aura. Aura menatap jam yang ada di dinding menunjukkan jam 8 malam. Rasanya belum terlalu malam untuk bertamu. Mereka memalingkan wajah kearah pintu lalu bertukar pandang seolah bertanya siapa yang datang. Akhirnya mereka saling menggeleng dan mengangkat bahu secara bersamaan. Aura mengambil jilbab langsung nya yang sengaja di letakkan di atas sofa, senada dengan piama berwarna merah maroon berlengan panjang dan celana panjang itu. Menggendong Gummy menuju pintu utama untuk melihat siapa yang menekan bel dengan begitu semangat itu—jika itu adalah Rere atau Bianca mereka biasanya mengabarkan jika ingin kemari. Aura harus berterimakasih pada tamu itu, karena bisa mengalihkan pembicaraan sensitif itu dan membantu Aura dari lukanya Ia tidak bisa menjelaskan semuanya pada Gummy yang masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Aura tidak bisa membohongi juga otaknya SaAriska | 29 mendadak lambat bekerja untuk menjawabnya, yang jelas Ia tidak akan berbohong untuk alasan apa pun lagi terlebih di hadapan sang anak. Bukankah sang anak yang kritis itu bisa saja tahu kebohongannya nantinya dan mengikutinya berbohong maka Aura akan menyalahkan dirinya sendiri saat itu benar-benar terjadi. Aura membuka pintu tanpa mengintip dulu siapa yang datang, namun pilihannya kini benar-benar salah. Seharusnya dia mengintip siapa yang bertandang ke apartemennya lalu diam saja pura-pura tidak ada orang dan mereka akan bermain di kamar saja seolah tidak ada tamu yang datang. Wajah Aura menunjukkan keterkejutan yang sangat kentara, terlebih sosok yang berdiri di hadapannya yang kini memedangnya dengan mata berkaca-kaca sarat akan rindu juga penyesalan. Aura tak tahu harus seperti apa, bergerak sedikit pun tidak bisa bahkan Ta seakan lupa cara bernafas. Sosok itu masih sama, pandangan matanya masih sama hanya tubuh itu semakin proporsional. Wajahnya di tumbuhi bulu halus diatas bibir juga rahang itu semakin tegas, bahu tegap yang kini semakin mengagumkan dengan setelan formal khas kantoran, juga dada bidang dulu selalu jadi sandarannya. Sungguh Ia pun merindukan sosok ini, sosok pria dewasa yang sejak dahulu selalu mengalah padanya, melindunginya dan amat menyayanginya namun telah Aura kecewakan. Pertanyaannya kenapa sosok itu harus muncul saat ini, bahkan saat kejadian tadi masih belum hilang dari pikiran Aura namun sosok tampan ini malah berdiri di hadapannya. Bom waktu benar-benar akan meledak dan Aura harus menyiapkan dirinya sesiap mungkin. "Aura." Suara berat itu memanggil namanya, setelah beberapa tahun di lewatinya tanpa mendengar suara itu, rasanya Aura pun merindukan sosok di hadapannya saat ini dan ingin menangis menumpahkan semua sakitnya dalam dekapan hangat yang dahulu selalu tersedia untuknya. Baby Gummy | 30 Tidak mendapat respon dari Aura, Ia memanggilnya lagi "Aura." dengan satu langkah ragu mendekat pada Aura yang masih memegang handle pintu apartemennya. Aura tidak menjawab juga tidak melakukan gerakan menjauh sebagai penolakan. Masih dengan Gummy yang menatap dua orang itu bergantian dengan bingung dalam gendongan Aura. Manik birunya mengerjap polos dalam keheningan yang ada. "Ini anak kamu?. Ya Tuhan, sudah sebesar ini Ra." Tanya sosok itu. Aura tersadar dalam pikirannya lantas tersenyum lembut dan mengangguk antusias "Iya kak." "Boleh kakak gendong?" Tanya sosok yang di panggil Aura kakak itu. Kali ini Aura menitikkan air mata dan mengangguk lagi sambil menyerahkan Gummy pada sosok yang dipanggilnya kakak—Auva Gibran Dimitri Kakak satu-satunya yang Ia miliki, terpaut usia 4 tahun. Kini bekerja di perusahaan Ayahnya sebagai penerus Dimitri tentunya itu adalah tanggung jawabnya. Saat itu dia sedang melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Hingga satu tahun setelah ia pulang baru mengetahui kabar tentang Adiknya. Dan kini orang suruhannya menemukan nya, Adiknya yang begitu disayanginya dan juga keponakan tampan yang wajahnya mengingatkan Auva pada satu orang oh bukan tapi dua orang. "Hallo jagoan, nama kamu siapa?." Tanya Auva sambil mengacak puncak rambut Gummy dengan sayang tak lupa senyum lebarnya menghiasi wajah tampan itu. "Gummy...Ayah?" Tanya Gummy sedikit ragu. Deg. Jantung Aura maupun Auva berhenti, ya berhenti. Pertanyaan dari mulut mungil itu mengundang linangan air mata yang siap kapan saja meluruh. Aura akhirnya membuang tatapannya keatas menahan air matanya. Sedangkan Auva merasakan sakit yang begitu mendalam juga kesedihan yang SaAriska | 31 kenapa harus di rasakan adiknya dan keponakannya yang baru di ketahuinya kehadirannya ini. Betapa 5 tahun yang menyiksa dan berat pasti di lalui Aura hanya dengan Gummy tanpa Ia di samping mereka. Auva merasa miris sendiri membayangkan hal itu terjadi pada orang yang amat di sayanginya. Sedikit kecewa dengan kerja bawahannya yang tidak bisa lebih cepat menemukan Aura, jika tidak pastinya Ia bisa datang lebih cepat bukan saat seperti ini. Saat sang keponakan sudah bisa berjalan dan berbicara dengan baik bahkan menanyakan keberadaan sang ayah. Betapa sakitnya hati Auva mendengarnya. Bukan hal mudah untuk adiknya menjadi Ayah juga Ibu untuk sang anak, dan Gummy tidak bisa di bohongi Ia butuh figure Ayah sesungguhnya untuk menemaninya bukan yang lainnya. "Bukan sayang, tapi ini Uncle Auva. Kakaknya Bunda kamu" Ucap Auva tenang menjelaskan pada Gummy dengan penuh kelembutan. Lagi Gummy menundukkan wajahnya kecewa, apalagi bayang-bayang anak-anak yang di lihatnya di tempat bermain khusus anak-anak yang ada di toko Ibunya. Saat anak-anak itu bahagia bermain ada Ayah juga Ibu yang menjaga mereka, tertawa bersama lalu makan bersama selama ini di meja makan hanya ada Gummy dan Bundanya tanpa ada sosok Ayah yang sering di lihatnya bersama teman bermainnya. Rasanya Gummy juga ingin merasakannya namun di pendamnya. Melihat Ibunya bercerita dengan air mata di setiap malam nya mampu mengurungkan niatnya. Gummy kecewa saat mengharapkan ada sosok yang bisa di panggilnya Ayah bukan lagi uncle yang sudah banyak Ia miliki. Baby Gummy | 32 BAB VI MULAI MEMIKIRKANNYA. Hanya keheningan yang ada di depan pintu apartement itu, dua orang dewasa memandang balita yang kini sedang memeluk leher Auva dengan erat seolah membutuhkan juga merindukan sosok lain—Ayah. Hingga akhir nya Auva tersadar di mana mereka sedang berada. "Kakak gak di suruh masuk Ra?" Tanya Auva pada adiknya yang masih di liputi rasa sedihnya. Aura yang tersadar akan ucapan kakaknya, memberi ruang agar Kakaknya dapat masuk. "Silahkan masuk kak, dan maaf ruangannya kecil." Ucap Aura merendah "Tidak apa." Ucap Auva yang masih menggendong Gummy menuju sofa yang ada di tengah ruangan. "Kakak kok bisa disini.?". Tanya Aura membawa secangkir teh hangat yang selalu menjadi minuman favorit kakaknya. "Jadi kakak gak boleh kesini?" Ucap Auva dengan malas "Bukan gitu, em Abi dan Umi gak tahu kan kak?" Tanya Aura dengan wajah sedihnya "Kenapa? Mau kabur lagi?." Auva menatapnya penuh selidik. "Bu. Bukan gitu kak." Ucap Aura sambil menggerakkan tangannya mengatakan tidak. "Lalu.? " Auva mengusap bahu balita itu dengan lembut Aura mengangkat bahu tak acuh "Orang suruhan kakak baru dapat menemukan aku setelah tiga tahun kakak pulang ke Indonesia ya kak Ck." Ucap Aura menyandarkan tubuhnya ke sofa di samping kakaknya. "Payah." Sambungnya SaAriska | 33 Auva hanya mendelik pada Aura, tidak ingin terpancing ucapan adiknya karena takut mengganggu Gummy yang mulai tertidur. "Lantas gimana si ‘dia’ yang belum menemukan kamu, Payah aja atau payah banget?." Sindir Auva "Lah memangnya dia nyari aku? Sok tahu deh kakak." Ucap Aura tak mau kalah. "Ya gak tahu juga." Auva mengangkat bahunya acuh. "Sini Gummy sudah tidur, kakak mandi sana. Kamar tamu selalu bersih kok." Ucap Aura menunjukkan ruang tidur di sudut ruangan. "Tahu aja kamu, kakak capek nyari kamu sampai sini." Auva yang berdiri membuka jasnya meletakkan di sofa dan melepaskan kancing lengan di kemejanya menggulungnya hingga siku, beranjak keluar apartement menuju mobilnya karena disana ada baju ganti dan perlengkapan lainnya. Auva memang sengaja membawa baju ganti lain karena Ia biasa melakukan dinas diluar dan nyatanya saat ini sangat membantunya. Aura bergegas menuju kamar nya juga Gummy. Aura meletakkan Gummy dengan hati-hati, mengecup puncak kepala Gummy dan air mata yang mulai menetes. ‘Seharusnya kamu gak akan merasakan hal seperti ini sayang, maafkan Bunda’ ucapnya dalam hati. sek Matahari mulai menampakkan wujudnya dalam riangnya pagi, cerahnya cuaca yang mampu membuat hari menjadi lebih indah, Auva mencium wangi makanan yang membuatnya mau tak mau beranjak dari hangatnya pelukan selimut yang begitu hangat. Dengan matanya yang masih setengah terbuka berjalan malas-malasan menuju ruang makan. Aura juga Gummy terkikik geli melihat sosok yang terlihat begitu gagah tadi malam tergantikan dengan muka bantal yang berjalan seperti zombie. Sedangkan Aura sudah siap dengan long dress maroonnya dan pashminanya disisi lain Gummy Baby Gummy | 34 juga sudah siap dengan kemeja putih berlengan pendek dipadukan dengan blue jeans setengah lututnya. Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 08:00 WIB. Aura juga Gummy sudah pasti siap karena akan pergi ke toko. "Cuci mukanya dulu kak." Tegur Aura yang melihat kakaknya mengambil kerupuk yang ada di meja makan. Auva yang masih setengah sadar tidak menggubris teguran Aura yang kini memasang wajah datarnya pada kakaknya. "Uncle," Ucap Gummy. "Bajunya di pake dulu Uncle." Auva membuka penuh matanya dan menatap tubuhnya yang topless sedangkan Aura sejak dulu sudah biasa melihat kelakuan kakaknya satu itu. Jadi hanya geleng-geleng melihat kakak sablengnya itu. "Jangan di tiru ya sayang." Ucap Aura mengusap pipi Gummy. Gummy hanya mengangguk. Aura telah duduk di meja makan dan mulai menyuapi makan untuknya dan membantu Gummy. Auva datang kini telah menggunakan baju dan menekuk bibirnya, oh jangan lupakan wajahnya kini sudah lebih segar bahkan airnya masih ada di sekitar wajah dan leher nya. "Ra, tunggu." Auva merajuk pada Aura "Kakak lama deh, liat itu Gummy sudah mau habis makannya" Auva mengambil duduk di hadapan Gummy dan di atas meja itu sudah satu porsi nasi goreng yang di buatkan oleh Aura dengan telur dadar yang diiris memanjang favorit kakaknya. Auva tersenyum lebar pada Aura karena memang sangat mengerti dirinya. "You know me so well Aura." Setelah beberapa menit berlalu hanya di temani denting sendok dan garpu. Aura membiasakan Gummy untuk tidak makan dengan berbicara, Aura juga Gummy kini memandang gemas pada Auva yang dengan santainya menikmati sarapannya. Karna merasa terlalu lama Aura berdiri SaAriska | 35 mengangkat piring juga gelas kotor miliknya dan Gummy. Auva mendongakkan wajahnya meneliti adik dan keponakannya telah siap seperti ingin pergi. "Gummy mau kemana?." Tanya Auva pada Gummy yang masih duduk di seberang kursi nya. "Mau ke toko Uncle Au." Jawabnya dengan memangku wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Ke toko?" Auva membeo "Iya, kakak gak pulang?" Aura beranya pada Auva Auva mendelik pada adiknya itu. "Ngusir,?" Aura hanya mengangkat bahu acuh. "Yaudah kak, kami mau ke toko ya."Baru beberapa langkah Aura menjauh Auva menggeser kursinya dan berdiri. "Kakak ikut Ra.. Tapi setelah sarapan kakak habis." Aura menghela nafas dan duduk di sofa menunggu Auva sambil memangku Gummy membunuh kebosanan berbicara dengan anak nya sambil sesekali tertawa. Auva yang hendak melangkah kan kaki ke kamarnya melihat kebahagiaan adik dan keponakannya pun ikut tersenyum. ‘Setidaknya izinkan mereka bahagia untuk saat ini dan seterusnya Tuhan' Batin Auva Tak lama Auva keluar dari kamar dengan pakaian simpelnya sama dengan Gummy, kini Auva menggunakan kemeja putih dan blue jeans nya. Aura yang ingin mengomeli kakaknya karena begitu lama akhir nya hanya melongo melihat kakaknya yang bertingkah couple bersama anaknya. Namun pekikan bahagia milik Gummy membuatnya ikut tersenyum juga. "Pakai mobil kakak saja." "Emang." Jawab Aura sambil berjalan mendahului kakaknya yang kini menggendong Gummy Mereka berjalan beriringan menuju basement masih dengan Gummy dalam gendongan Auva. Wajah Gummy kini lebih bahagia meskipun yang menggendongnya ini adalah pamannya—kakak dari Bundanya. Di dalam mobil kali ini Baby Gummy | 36 sama seperti biasa nya selalu penuh dengan sorak bahagia milik Gummy yang kini menjadi lebih penuh ketika ada sosok Auva yang senantiasa menjadi sosok yang begitu Gummy butuhkan. Aura mulai memikirkan sosok itu. SaAriska | 37 BAB VII BINAR HARAPAN GUMMY. Aura keluar dari mobil dan ingin menggandeng Gummy yang sudah di turunkannya, namun Gummy masih tak bergeming ia masih berdiri di samping mobil MarcedesBenz itu sambil menanti Auva yang berjalan keluar dari mobil di bagian sebelah kanan. "Kenapa Gummy." Tanya Aura bingung melihat tingkah anaknya. Namun bukan jawaban yang di terima Aura melainkan tangan Gummy yang terulur pada sosok laki-laki yang kini berdiri di hadapan Gummy. Aura hanya mencibirkan bibirnya dan berjalan di belakang Auva yang kini menggendong Gummy. "Biasanya turun sendiri, gak mau di gendong Bunda masuk kedalam tokonya." Ucap Aura, Gummy hanya tertawa sambil mengeratkan pelukannya di leher Auva. Auva hanya tersenyum melihat tingkah keponakan tampannya yang begitu merindukan sosok Ayah. Rasanya Auva turut sedih melihat kehidupan adiknya yang dulu penuh dengan kasih sayang yang lengkap namun pasti kini Ja merasa gagal karena Ia hanya menjadi single mother yang tentunya punya banyak kekurangan, menghidupi diri sendiri juga anaknya. Tidak memperdulikan cibiran orang ataupun mengabaikan semua yang terjadi di sekitarnya yang membawa pengaruh negatif untuk dirinya sendiri. Aura bukan orang benar-benar kuat. Aura terlalu banyak memikirkan sesuatu hingga menumpuk dalam pikiran nya hingga kadang membuatnya sakit. Namun kini beban itu rasanya lepas ketika melihat senyum juga tawa Gummy. Baby Gummy | 38 Aura masih berjalan di belakangan Auva mengganggu Gummy yang terus tertawa bahagia, tanpa menghiraukan senyum orang yang memandang mereka, karna layaknya keluarga kecil—nyatanya mereka memang keluarga meski bukan keluarga Ayah, Ibu dan Anak. Rere yang sedang berdiri di meja kasir memandang bingung juga takjub pada sosok laki-laki tampan nan gagah yang menggendong Gummy. Rasanya sosok itu mampu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama, namun akhirnya merasakan sakit karena mereka tampak bahagia, melihat senyum juga tawa milik Aura dan Gummy rasanya mampu menutup lubang luka itu. Rere menghela nafas "Selamat pagi Gummy, Mbak Ra." Rere mengamati sosok di hadapannya ini tubuh tinggi, rahang tegas, hidung mancung , bibir nya tipis juga manik matanya berwarna coklat—sama seperti milik Aura. Jika Ia Ayahnya Gummy lantas manik biru khas orang Eropa itu di dapatkan dari mana? Rere menggeleng tapi masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada di dalam pikirannya. Sampai-sampai tidak mendengarkan sapaan Gummy. Aura tersenyum geli melihat karyawannya yang sudah di anggapnya adiknya itu. Rasanya ia melihat pancaran kekaguman juga cinta—ah atau suka. Aura paham akan pandangan itu karena dirinya juga pernah melakukan hal yang sama pada seseorang. "Ree. Tu Gummy ngomong dengerin." Ucap Aura sambil terkikik geli. Gummy memandang Rere bingung, sedangkan Auva bersikap cuek, mengamati setiap sudut yang ada di toko kecil milik adiknya ini bukan kecil ini cukup besar untuk toko kue ini. Tiba-tiba datang sosok wanita hamil dari samping kanan Auva yang langsung memeluk Auva dan juga Gummy yang ada dalam gendongan Auva. Dion yang berjalan dibelakangnya SaAriska | 39 melotot tak terima dengan apa yang di lihatnya itu. Istrinya memeluk seorang pria di hadapannya. "Thhh Kak Auva, Iya kan Kak Auva. Kangeeeeeen." Ucap Bianca dengan manja "Siapa ya.?" Ucap Auva ketika pelukan itu terlepas. Dion dengan sigap menggenggam tangan Bianca sambil menatap tajam sosok pria yang menggendong Gummy. Aura tertawa melihat tingkah kakak dan sahabatnya itu. "Th kakak kok gitu." Bianca merajuk pada Auva. Dion semakin menahan geramnya melihat tingkah mereka berdua. "Salah sendiri, kenapa ikut kabur sama Aura, gak ngasih tahu keberadaan Aura sama kakak, terus tidak mengundang kakak saat resepsi dan sekarang tidak memperkenalkan suami tampanmu yang sedang menatap tajam pada kakak, hem." Ucap Auva santai sambil melirik suami Bianca. Bianca menepuk jidatnya dan memeluk lengan kiri suaminya. "Ohh iya, hehe ini suami aku kak, namanya Dion. Sayang ini kakaknya Aura namanya kak Auva." Dion memandang Bianca bingung lalu Auva dan terakhir Aura untuk lebih meyakinkannya. Aura yang di tatap mengangguk dan tersenyum geli pada nya. Akhir nya Dion mengulurkan tangan kanan yang bebas untuk berjabat tangan pada Auva. Auva menerima uluran tangan itu. Aura berbalik pada sosok Rere yang kini menahan senyumannya. "Sudah jelaskan Re, dia kakaknya Mbak." Aura dan Bianca terkikik melihat senyum malu-malu dan rona merah di wajah putih itu. Saat ini mereka sedang duduk di ruangan kerja Aura. Masing-masing duduk di sofa setengah lingkaran itu. Bianca masih saja memberondong Auva dengan pertanyaan- pertanyaannya tentu nya dengan wajah Dion yang tetap datar merasa di abaikan. Juga dengan Gummy yang tak ingin jauh Baby Gummy | 40 dari Auva. Auva hanya pasrah dan tertawa melihat dua orang yang selalu berebut perhatiannya. "Kamu gak ngantor Di?." Tanya Aura pada Dion yang masih betah merangkul bahu istrinya. "Gak." Jawab singkat Dion Bianca berulang kali ingin melepaskan rangkulan Dion tapi Dion terus menerus menahannya. Bianca menatap Dion "Kamu pergi ngantor gih, sementang kamu bosnya kamu gak boleh gitu." "Heeem." Dion hanya menjawab dengan gumaman. "Uncle, kemarin Gummy ketemu Uncle tampan terus matanya sama seperti punya Gummy, endak sama punya Bunda juga Uncle, Aunty Bee juga Uncle Di juga" Ucapan polos Gummy yang memainkan jari-jari tangan Auva . Pernyataannya itu menghasilkan ekspresi yang berbeda di dalam ruangan itu. Auva dengan rahang tegas yang kini mengeras menatap Aura meminta penjelasan, namun Aura hanya menggeleng lemah dan menatap sendu putranya. Bianca juga Dion saling memandang ingatan mereka kembali pada kejadian kemarin. "Oh yaa.?" Tanya Auva yang berpura-pura tertarik dengan cerita Gummy "Iya Uncle, apa itu Ayah.? Kalau itu Ayah Gummy mau ketemu lagi Uncle. Gummy mau peluk." Tanyanya lagi kini menatap langsung manik mata Auva. Deg. Lagi-lagi pernyataan itu membekukan keadaan, tidak ada yang akan menyuarakan suara untuk menjawab pertanyaan balita tampan itu. Hening memang hening, Auva masih menatap manik mata yang kini menanti jawabannya, entahlah rasanya Auva juga tak tahu apa yang di jawabannya. Aura membuang pandangan nya kesamping atas menahan air matanya. Pertanyaan itu lagi. SaAriska | 41 "Haloooo. Hot chocolate and Red Velvet Cake. Siapa nih yang mau.?" Terdengar seruan ceria milik Rere yang menginterupsi kesunyian. Membuat sepasang suami istri yang entah sejak kapan menahan nafas menghembuskannya perlahan, juga perasaan Jega milik Auva dan ucapan terimakasih Aura yang di ucapkan lewat pandangan matanya. Rere yang awalnya tak paham akhirnya paham dengan keadaan yang awalnya sunyi. Kini Gummy telah bersorak karena pesanannya sudah datang, dengan gembira Gummy memakan cake yang menjadi favoritnya di Caffe milik Bundanya. Auva mengusap dengan sayang puncak kepala Gummy. Gummy merasa ada yang mengusap kepalanya dengan lembut akhirnya mengangkat kepala nya dan tersenyum lebar. Memotong kembali kue yang berada di piring dalam pangkuannya dan menyuapkan pada Auva. "Aaaaa." Ucap Gummy pada Auva. Auva dengan senang hati menerima suapan dari keponakannya itu. "Bunda nggak di suapinnih Gummy.?"Aura mencibirkan bibirnya. Gummy tertawa lalu memotongkan lagi dan menyuapkan pada Aura. "Untuk Bunda. Aaaaaa." "Aunty dong Aunty." Sorak Bianca dan Rere yang nyatanya masih ada di ruangan itu. "Enggak. Nanti punya Gummy abis." Ucapnya. "Yaaaah." Ucap Bianca dan Rere dengan raut wajah sedih dibuat-buat. Mereka akhirnya tertawa bahagia di dalam ruangan itu, suasana yang awal sunyi akibat pertanyaan polos itu namun kini sudah di tebar akan rasa bahagia yang meskipun masih terasa kurang. sek Di tempat berbeda berdiri seseorang laki-laki yang menghadap kearah luar kamar apartemennya. Sambil menatap Baby Gummy | 42 Jayar tabnya yang layarnya di penuhi oleh foto terbaru yang menampilkan wajah bahagia dan senyum lebar milik wanita nya dan buah hati nya yang di dapat nya dari seseorang yang menjadi mata-mata nya untuk jarak dekat dengan wanita nya yang sengaja mengawasi sejak lima tahun yang lalu. Rasa nya ia ingin berada di sana, membawa mereka dalam pelukan hangat yang sudah di tahannya sejak awal. Ya, dia sudah sadar akan kesalahan itu yang kini semakin menjadi rumit. Lihat saja ruangan yang sekarang ia datangi di penuhi foto, setiap dindingnya dengan foto wanita itu, Aura dari kecil hingga dewasa, hingga foto-foto bersama Gummy. Ia hanya bisa menatap foto-foto yang ia dapat. Setiap kali Ia ingin menyerah dan menyusul mereka lagi-lagi ia ingat ia berjuang sejak lima tahun lalu untuk masa depan wanita nya juga putranya. Ia hanya menunggu waktu untuk bersabar dan berdo'a mereka masih mau menerimanya. Rasa nya sakit melihat perjuangan wanita nya, tapi Ia pun merasakan sakit yang sama ketika mendengar wanita nya morning sicknes lalu cerita haru wanitanya yang ngidam harus memenuhi sendiri, melahirkan tanpa dampingannya juga tanpa Ta yang mengazankan putranya. Rasa nya sakit, tapi bagaimana lagi semua harus bertahan untuk kebahagiaan itu. Iya akan menebus semua kesalahan juga waktu yang pernah terbuang Jalu. "Sehat terus nak, Ayah sayang kamu, Ayah juga sayang Bunda. Jaga Bunda untuk Ayah. Ayah akan menyusul kalian. Bersabarlah untuk saat ini sayang." Ucapnya lirih. SaAriska | 43 BAB VIII AKHIRNYA BERTEMU. Di lain tempat. Kini pria gagah bermata biru dengan gaya kasual miliknya itu sudah sampai di kota kelahirannya, hanya membawa diri tanpa adanya koper yang perlu di seretnya. Mata itu menatap sekelilingnya mencari supir keluarganya yang sudah di tugaskan untuk menjemputnya. Di sana terlihat pria paruh baya dengan sedikit mengantuk duduk di bangku tunggu. Aldan—pria itu segera menghampiri sopirnya itu, dan menepuk pelan bahu pak Udin. Pak Udin yang terkejut meminta maaf namun Aldan tidak mempermasalahkannya karena dalam keluarga mereka di ajarkan menghargai orang lain dan menganggap yang ada di rumahnya layaknya keluarga. "Kita ke tempatnya Arza ya Pak." Ucap Aldan yang kini duduk di kursi samping kemudi. "Baiklah den, ternyata dua tahun tidak kembali, lebih kangen den Arza di banding Tuan dan Nyonya ya den." Ucap pak Udin yang mencairkan suasana. Aldan hanya tersenyum tipis kepulangannya yang mendadak memang hanya untuk Arza karena pertanyaan- pertanyaan yang menghantuinya dan membuat kepalanya berdenyut nyeri setelah pertemuan itu dengan Auranya— pantaskah Ia menyebut Aura miliknya dan sosok balita bernama Gummy. Pertanyaan itu menghantuinya dan yang Ia butuhkan adalah jawaban dari adiknya. "Istri dan anak den dimana? Tidak ikut.?"” Tanya pak Udin yang heran mengenai keberadaan anak dan istri dari anak tuannya itu. Baby Gummy | 44 "Tidak Pak, saya disini cuman sebentar, kalau sudah selesai saya akan langsung pulang ke Bandung." Pak Udin hanya mengangguk paham, dan tidak bertanya lagi karena melihat pria dewasa yang sejak dulu dikenalnya itu tampak kelelahan. Tiga puluh menit berlalu setelah sampai di Apartement milik Arza. Aldan meminta pak Udin untuk menurunkan dia di lobby dan pulang kerumah orang tuanya saja tanpa menunggunya. Aldan menuju lift dan menekan angka sembilan, setibanya di lantai yang dituju Ia segera mencari pintu apartement adiknya dengan nomer 2006. Aldan menekan bel terus menerus karena tahu adiknya pasti sedang berada dalam pelukan selimut. Akhirnya beberapa menit yang tak kunjung menyerah, Arza lah yang menyerah dengan menggaruk kepalanya dan menyeret selimutnya. Arza cukup terkejut ketika membuka pintu apartement nya wajah seseorang yang begitu mirip dengannya—kakaknya yang kini menatapnya datar. Arza menyuruh kakaknya untuk masuk dan beristirahat di kamar tamu yang ada, karena wajah Aldan masih tampak lelah. Akhirnya Aldan masuk tanpa banyak suara. Dia akan membicarakan hal itu nanti saja bersama adiknya. Pagi harinya Arza menyiapkan makanan untuknya juga sang kembaran beberapa menit lebih duluan darinya. Arza sudah siap dengan kemeja abu-abunya Ia akan pergi ke kampus swasta untuk seminar. Tak lama pintu kamar tamu sudah terbuka Kakaknya yang tampak segar dan menggunakan baju Arza yang di pinjam nya. Mereka berdua memang jarang berbicara banyak semenjak kejadian itu, mereka duduk berhadapan sambil menikmati sarapan pagi ini dengan nasi goreng ala Arza. Terdengar hanya bunyi sendok dan garpu beradu dengan piring. Tiba-tiba Arza merasakan getaran dari smartphone nya, ketika di buka adalah pesan dari seseorang yang mengirimkan gambar wanitanya dan putranya, foto itu tampaknya Aura baru saja sampai di Caffe miliknya dengan gaya sederhana nya dan SaAriska | 45 jangan lupakan mereka selalu saja tampak serasi entah pemilihan warna ataupun model pakaian yang sama beda warna. Lagi-lagi paginya hanya mampu tersenyum melihat foto yang membuat hatinya berdesir. Arza terus saja tersenyum dan mengamati foto-foto yang di dapatnya. Tanpa tahu ada mata yang menatapnya penuh selidik. Tanpa di duga smartphone itu telah berpindah tangan. Aldan melihat foto itu dan melotot pada Arza yang kini juga terkejut akan tindakan Kakak kembarannya itu. "Jadi benar dia anak kamu.?" Tanya Aldan menahan amarah Tidak ada jawaban, Arza sedang mencoba mengendalikan ekspresinya dari yang terkejut mencoba santai. "Jawab Arza." Desak Aldan. "Gummy anak kamu.?" Tanyanya sekali lagi. Arza terkejut dari mana kakaknya tahu jika anaknya dan Aura bernama Gummy. Belum sempat Arza mengutarakan pertanyaannya. Aldan sudah berbicara terlebih dahulu. "Ternyata benar, ternyata kedatangan Gue kesini tidak sia- sia. Lo tahu keberadaan mereka, dan Lo hanya diam saja disini. Liat Aura Gue menderita karena Lo, laki-laki macam apa Lo!!" Aldan menaikkan suaranya merubah panggilannya, berdiri dari duduknya sambil menatap tajam adiknya. "Dia AURAKU bukan AURAMU." Arza kini juga terbawa emosi akan pernyataan kepemilikan yang Kakaknya sebutkan. Belum sempat Aldan membalas ucapan Arza lebih dahulu berkata. "Aura kini milikku. Salahmu — sendiri yang melepaskannya." Arza menampilkan wajah meremehkannya. "Apa maksud Lo.?" "Cih. Pikirkan saja dengan otak pintarmu itu." Ucap Arza berlalu mengambil jas navy yang di tergantung di sandaran sofa di ruang tengah. Baby Gummy | 46 Aldan menatap adiknya dengan geram, dan pertanyaan- pertanyaan baru mulai muncul sepertinya dia harus mencari jawabannya sendiri. Aldan bingung dengan keadaan rumit ini, semua saling berkaitan semakin menyulitkan. Ternyata lima tahun yang lalu adalah hari-hari terberat yang di Jalui Aura dan Gummy. Benarkah semua adalah salahnya? Bermula dari dia? Atau hah entahlah semua akan ada jawabannya. Aldan kini masih bersandar di sandaran sofa dengan menutup wajah nya dengan kedua tangannya, dengan sesekali terdengar menggerang frustrasi. Rasanya semua begitu sulit untuk di terima akal sehat. Adiknya, Auranya, dan Gummy?. Bahkan Aldan melupakan anak dan istrinya yang ada di Bandung. Setelah kepindahannya ketika anak nya berumur dua tahun, baru kali ini dia di pertemukan dengan Aura dan anak laki-laki adiknya—yang faktanya baru di ketahuinya. Rasa sakit itu masih ada justru sangat kuat setelah berjuang melupakan dan mencoba tidak memperdulikan hilangnya Aura yang begitu mendadak namun kini hadir nya membawa rahasia besar berupa kepingan-kepingan kecil yang mulai terungkap. Cintanya masih milik Aura hingga saat ini, meskipun Ia memiliki istri juga buah hati. Tapi rasa tak mungkin berbohong terlebih menatap manik coklat milik Aura yang begitu menenangkan sejak dulu. Sejak dulu Aldan sudah mencintai Aura kecil yang bermain boneka di ayunan depan rumahnya, hingga dewasa mengambil jurusan dan universitas yang sama dengan Aura. Aldan tidak pernah bisa lepas dari Auranya. Tapi nyatanya takdir jodoh memang menghendaki yang lain. Aldan memperistri Layla Anggraeni yang kini pernikahan mereka berusia lima tahun. Aldan berjalan lemas ingin menuju kamar nya namun kamar Arza menarik perhatiannya, rasanya Ia akan tahu alasan dan jawaban dari setiap pertanyaannya. Dia harus mengungkap fakta yang ada tanpa perlu mengeluarkan amarah lagi. SaAriska | 47 Meskipun sedikit meragu dengan keinginannya kali ini, tapi Aldan harus memasuki teritori Arza. Dengan langkah yang semakin dekat dengan pintu berwarna coklat yang berdiri angkuh di depan Aldan, Aldan memegang handle pintu dan bunyi pintu terbuka karena Arza tidak menguncinya. Kamar yang luasnya sama dengan kamar yang di tempati Aldan tampak sama, kamar adiknya begitu rapi juga bersih kamar dominan warna putih juga biru itu tampak menyenangkan, tapi ketika di dekati lagi ada dua pintu yang berada di kamar itu. Aldan membuka handle pintu berwarna putih yang isinya kamar mandi. Dan pintu berwarna biru yang membawanya memasuki sebuah ruangan lagi. Ruangan itu gelap, tangan Aldan meraba dinding mencari saklar lampu. Dan ketika lampu menyala. Mata biru Aldan membulat sempurna terlihat keterkejutan di dalam manik itu. "Aura." Ucapnya pelan. Langkah kaki semakin mendekat pada jejeran foto yang di tempel di dinding putih itu, menyentuh foto Aura yang membuatnya merasakan perasaan campur aduk, di sini semua foto Aura di susun sedemikian rupa hampir semua dinding penuh foto Aura sejak mereka pertama kali bertemu hingga terakhir kali bertemu, bertambah dengan foto hamilnya Aura juga jejeran foto bersama Gummy. "Sejak kapan kamu mencintainya Za." Tanya Aldan "Kenapa sejak dulu aku tidak tahu Za, sebegitu cintanya kah kamu dengan Aura.?" Tanyanya lagi meski tahu tanpa adanya jawaban. "Za, kenapa.." Akhirnya Aldan meluruh ke lantai menatap semua foto yang ada. Satu foto yang mencuri perhatiannya adalah foto mereka bertiga dengan Aura merangkul Aldan dan Arza dengan senyum bahagianya. Aldan juga ikut tersenyum, lalu mata Aldan membaca beberapa post in yang berwarna biru itu. "Aku sayang kamu Aura." Baby Gummy | 48 "Kenapa cuma kak Aldan yang kamu lihat." "Lihat aku Aura.” "Jangan menangis Aura." Dan banyak lagi namun ada yang begitu menyentil hatinya. "Maafkan Ayah, Ayah sayang Bunda dan Gummy. Tunggu Ayah, Ayah akan menyusul kalian, Ayah akan membalaskan semua penderitaan yang kalian rasakan, Ayah Janji." "Sehat terus Gummy dan Bunda." Ternyata benar, anak itu adalah keponakannya dari adik yang di sayanginya juga wanita yang begitu di cintainya. Mampukah Ia menerima kenyataan itu. Rasanya sakit namun dia pun harus tahu kenapa, kapan dan bagaimana semua bisa terjadi seperti ini. Usia anak mereka sama, Gummy dan Jessi mereka seperti kembar yang menuruni mata bermanik biru dan kulit putih khas dari gen Dimika. eke 07:45 WIB Saat ini Arza duduk di ruko yang berseberangan dengan toko yang bernama. "ByGummy". Arza menggenggam minuman coffe kaleng di tangan sebelah kanan nya. "Sepertinya sebentar lagi mereka akan datang" Gumam Arza sambil tersenyum tipis. Pakaian yang kini di kenakannya adalah kemeja putih yang dipadukan dengan celana jeans cream. Pakaian nya yang di gunakan sebelumnya di bawakan oleh Dimas—orang suruhannya yang selama ini memantau Aura dan Gummy. Sejak tadi Dimas sudah mengajak Arza untuk istirahat terlebih dahulu namun Arza tidak ingin bahkan sarapan pun tidak. Dia begitu ingin bertemu Aura dan Gummy namun rasa gugup, takut, rindu juga bahagia menggerogoti perasaannya. Semua bercampur aduk. "Rasanya sungguh aneh" Gumam Arza lagi. SaAriska | 49 Tak lama datanglah mobil milik Auva berhenti di pelantaran toko. Gummy dan Aura turun dari pintu penumpang. Arza tersenyum tipis melihatnya dan berjalan mendekat. "Sudah waktunya." Arza berjalan dengan langkah pasti wajah nya dihiasi senyum tipis, minuman kaleng sudah di buangnya. Mobil Auva sudah mulai berjalan, Gummy dan Aura melambaikan tangan perpisahan di tepi jalan. Senyum mengembang di kedua wajah itu. Namun senyum di wajah Aura mulai menghilang melihat sosok tampan yang kini berdiri di hadapannya, kedua tangan di dalam saku dan sepatu sport menghiasi kaki jenjang itu. Tubuh kokohnya terbalut kemeja putih yang membungkus dengan sempurna. "Ayah..?" Tanya Gummy dengan mata berbinar. Arza_ masih saja_melangkah mendekat tidak memperdulikan wajah Aura yang pucat pasi. Arza tersenyum di hadapannya, mulai mengambil Gummy dalam gendongan Aura. Aura tidak bisa menolak, berucap pun rasanya sulit. Bahkan saat Arza dengan santainya menggendong Gummy memasuki toko seolah terbiasa melakukannya. “Ayah..?" Tanya Gummy sambil menatap penuh minat pada Ayahnya. "ya. Ini Ayah nak." Jawab Arza dengan senyumnya. "Ayah sudah pulang.?" Tanyanya lagi. "Iya nak." Arza berkata matanya tampak berkaca-kaca penuh haru. "Horeeee.!" Gummy bersorak bahagia dalam gendongan Ayah ya. Pintu berbunyi menunjukkan adanya orang yang masuk. Baru saja Rere akan menyambut namun hanya mampu terdiam melihat siapa yang datang. Mata Rere membulat sempurna. "Selamat da—" Ucapan Rere terhenti. “Selamat pagi Rere." Ucap Arza dengan sopan. Baby Gummy | 50 Bahkan Arza tahu semua nama karyawan yang ada di toko Aura tanpa pernah bertemu secara langsung. "Assalamualaikum Aunty Re." Ucap Gummy dengan suara lembutnya. "Re, saya pesan Red Velvet sama Hot Chocolateya, antar ke atas saja ya. Saya di atas sama Gummy." Ucap Arza tanpa memperdulikan wajah melongo Rere dan Aura yang hanya terdiam di belakangnya. "Aunty.." Panggil Gummy yang melihat Rere yang hanya diam. "Oh...baiklah Pak—" Ucap Rere tergagap "Arza." Ucap Arza "Ini Ayah nya Gummy loh Aunty. Ayah Gummy sudah pulang.” Ucapnya gembira sambil memeluk erat leher sang Ayah. “Ayah atas?." Tanyanya "Iya, ayo." Arza menggendong Gummy sambil menaiki tangga menuju ke atas. Aura menatap tak percaya akan sosok yang satu itu. Bahkan saat pertemuan pertama mereka seperti ini, keadaan yang sudah sangat berbeda. Kini setelah pertemuan mereka terakhir kali bahkan tanpa ada Gummy seperti saat ini, Arza menampilkan wajah datar saja, santai tanpa ada rasa bersalah ataupun rasa menyesal. Pertemuan ini rasa nya seperti pertemuan biasa seolah-olah telah melalui waktu lama bersama-sama. Bahkan Aura sudah biasa melihat sifatnya itu. Sejak mereka masih bersama-sama bertiga sampai terpisah saat ini pun untuk pertemuan tak terduga yang membawa takdir lain mampu membuat Aura terdiam, rasanya masih sama. "Itu siapa mbak?" Tanya Rere memotong lamunan Aura "Ttu Arza." Ucap Aura "Iya aku juga tau itu namanya Mas Arza. Tapi yang kemarin itu bukan sih Mbak?" Tanya Rere ingin tahu. SaAriska | 51 "Bukan yang kemarin kakak kembarannya." Ucap Aura sambil memainkan hiasan gelas yang ada di meja kasir Rere pandangan nya hanya tertuju pada gelas kaca itu. "Pantas.." Baby Gummy | 52 BAB IX SUDAH WAKTUNYA. "Pantas apa?" Tanya Aura menatap wajah Rere yang sedang berpikir. "Pantas mirip, tapi ada yang berbeda gitu Mbak. Yang ini mah dingin gitu, kaku. Lah yang kemarin seperti hangat, ramah gitu mbak." Jelas Rere semangat "Ya mereka memang berbeda." Sambung Aura "Ya sudah, Mbak masuk ruangan dulu ya Re. Oh iya antarkan pesanan Arza ya Re, dia gak suka nunggu lama. Terus tambahkan omelette ya Re, sepertinya dia belum sarapan dan segelas air putih.” "Oh iya Mbak." Ucap Rere Dan Rere hanya tergugu, bahkan bosnya hafal akan makanan juga kebiasaan sosok itu—Ayah kandung Gummy. ‘Mbak, ada mas bule namanya mas Arza mbak. Dia mirip sama mas bule yang kemarin itu loh mbak. Katanya bapaknya Gummy.’ - Sent. Rere mengirim pesan singkat pada Bianca. Bergegas menyimpan smartphonenya setelah melapor pada Bianca lalu memesan ke dapur sesuai pesanan bosnya itu. eke "Kamu ngapain di sini.?" Tanya Aura yang menatap tajam pada Arza. Sejak tadi Aura telah menunggu saat dimana Ia bisa berbicara—lebih tepatnya marah-marah pada sosok yang begitu datar seolah tanpa rasa bersalah sejak datang tanpa mau melepas Gummy sedetik saja, bercanda bersama layaknya Ayah dan anak hingga Gummy tertidur dalam pangkuannya. SaAriska | 53 Aura sejak tadi memikirkan kehadiran Arza yang mendadak—meskipun Ia tahu cepat atau lambat semua akan terbongkar terlebih Gummy yang telah bertemu Aldan. Dan akhirnya, orang-orang masa lalunya hadir di waktu yang tak terduga sebelumnya. Dari pertemuannya dengan Aldan, lalu Auva dan akhirnya Arza. Nanti siapa lagi yang akan di temuinya. "Ketemu kamu, Gummy." Ucap Arza enteng Mata Aura mulai berkaca-kaca terlebih melihat eratnya pelukan sang anak pada ayahnya "Kenapa?" Lirihnya. "Karna ini sudah waktunya, sudah lama aku menanti saat ini" Arza menatap Aura penuh rindu namun wajahnya tetap datar. "Tapi kenapa sekarang..." Tanya Aura lagi "Aku tahu rencana kamu yang akan ke Jambi wisuda sahabat kamu itu, tapi aku nggak tahu kalau rencana Tuhan lebih indah seperti ini, la mempertemukan kalian dengan Kak Aldan yang akhirnya menguatkan aku untuk bergerak cepat sebelum aku kalah lagi." Arza mengecup puncak kepala Gummy sayang sambil mengusap punggung kecil itu. Aura yang akhirnya menyerah pun karna tak ingin ikut arus mata biru itu yang menyeretnya ke masa lalu. Ia ingin menguatkan hati yang hampir goyah. Semua tak semudah ini. Ja hanya perlu ikhlas tanpa harus kembali bersama untuk menebus masa lalu. Ya Aura berpikir seperti itu. "Bawa Gummy ke ruanganku saja." Hanya itu yang di ucapkan Aura dan tanpa banyak bicara lagi Aura melangkah menjauh. Arza tersenyum kecil melihat punggung mungil wanitanya yang berlalu menuruni tangga. Setidaknya semua lebih mudah dibanding yang dipikirkannya. Yang dipikirkannya akan mendapat tamparan atau cacian dari bibir mungil itu. Namun, yang di dapatkannya malah wajah tak suka Aura namun tetap berbicara lembut tanpa menaikkan nada suaranya. Ternyata Baby Gummy | 54 semenjak memutuskan berjilbab, semakin membawanya menjadi sosok yang lebih baik lagi. "Bunda kamu makin cantik ya pakai jilbab gitu." Ucap Arza sambil tersenyum geli. Sejak tadi Arza telah menahan diri agar tidak memeluk sosok yang di cintainya dan menampilkan raut wajah dingin, datar seperti biasanya agar tidak ada yang tahu apa yang di rasakan Arza yang sebenarnya. Ia tak bisa menunjukkan rasa yang dirasakannya, sejak dulu menyimpan sendiri, memendam tanpa ada yang tahu itulah Arza. Drrrrt.Drrrrt.Drrrrtt. Smartphone Arza bergetar, pada screen tertulis nama Tama yang meneleponnya. Tama selalu saja— "Hm." Arza hanya bergumam setelah menggeser ikon hijau itu. "Bos lu kapan balik.?" Rengek Tama. Bahkan dua puluh empat jam saja belum. Bayangkan, Tama begitu menjijikkan dengan rentekannya yang begitu lebay. "Kapan-kapan." Arza berkata santai "Weh kampret. Kagak bisa gitu.!" Teriak Tama diujung sana. "Ck. Yang bos disini siapa.?" "Yah tapi kan..." Tama menggantung ucapannya. "Tapi apa? Sudah siap dipecat? Yaudah." Arza mengakhiri sambungan sambil sesekali mengecup puncak kepala Gummy dengan sayang. Drrrrt.Drrrrrtt. Tak lama Tama menelepon Arza lagi, mendengar ucapan terakhir Arza membuatnya kalang kabut sendiri. "Hm." "Kagak, gue kagak mau dipecat. Oke bakalan gue handle semua pak Bos." "Bagus." ook SaAriska | 55 Bianca memasuki ruangan Aura dengan tergesa-gesa tak menghiraukan keadaan perutnya itu. Seharusnya Bianca tidak masuk hari ini karna membantu-bantu untuk acara dirumah mertuanya besok. Tapi pesan singkat yang dikirimkan Rere beberapa jam lalu padanya membuatnya meminta sopir mengantarnya sebentar ke toko setelah meminta izin ada urusan mendadak dengan Aura. Mertuanya yang juga mengenal Aura dengan baik hanya berpesan hati-hati juga salam pada Aura dan Gummy, maka di sinilah Ia, di ruangan Aura. "Loh Bee.?" Tanya Aura yang heran melihat Bianca. "Mana? Mana.?" Tanya Bianca "Apa?" Aura sebenarnya tahu apa yang dicari Bianca tapi pura-pura menatap bingung sahabatnya itu. "Arza Aldebaran Dimika," Ucap Bianca Aura mematung, Bianca mengingatnya bahkan nama lengkap Jelaki itu. Pastinya Bianca menyimpan rasa benci juga marah yang tak terbendung seperti yang terlihat dari wajahnya yang memerah menahan marah. "Di lantai atas." Ucap Aura singkat Bukan hal yang mengejutkan kenapa Bianca tahu akan keberadaan Arza yang hadir di toko meski Bianca sedang tidak masuk seperti ini. Tentu saja jawabannya Rere, semenjak hadirnya Aldan kemarin Bianca semakin gencar meminta Rere menjadi mata-mata di toko saat Ia tidak ada. "Kenapa dia ada disini sih Ra? Terus kenapa di bolehin sama Gummy? Ya ampun Ra." Ucap Bianca sambil memijat pelipisnya. "Udah waktu nya mereka bertemu sebagai seorang Ayah dan anak Bee." Aura tersenyum tipis. "Tapi—" "Ya, benar kata Aura. Sudah waktunya kami bertemu." Ucapan Bianca dipotong oleh suara berat milik Arza yang muncul di balik pintu dengan Gummy yang masih tertidur sambil memeluk nya. Baby Gummy | 56 "Looooo." Bianca berdiri dan menatap tajam pada Arza, jari telunjuk ibu hamil itu mengarah pada Arza tapi yang ditatap hanya menatapnya datar seolah tak peduli. "Berisik.". Arza berjalan santai lalu membaringkan Gummy di sofa dengan pelan. "LO! NGAPAIN—" Teriakan Bianca mengejutkan Gummy "Sttttstttt." Tangan Arza dengan lembut mengusap punggung kecil Gummy menenangkannya. Setelah di rasa tenang. Mata manik biru itu menatap tajam pada Bianca. "Masih mau teriak? Di hutan sana." Cibir Arza "Berani nya Lo.!" Bianca menunjuk tajam Arza yang santai duduk di sebelah Gummy menumpukan kaki kanan nya di atas kaki kirinya dan tangan terlipat di dadanya. "Haruskah dengan berteriak-teriak seperti itu sebagai ucapan salam untuk teman lama.?" Tanya Arza menaikkan sebelah alisnya. "Ih kok Lo ngeselin sih!." Bianca merengek dengan menghentak "Eh Bee. Sudah. Nanti melahirkan disini lagi." Aura menenangkan Bianca. "Tapi Ra." Rengek Aura lagi. Tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah wajah Dion dengan raut tegang, khawatir, cemas yang penuh dengan keringat. Lengan kemeja navynya sudah dinaikkan hingga siku dan kancing baju bagian atas sudah terbuka dua. "Bee, kamu kalau pergi kemana-mana itu bil—" Tiba-tiba Bianca menjatuhkan diri pada pelukan Dion dengan manja. “Sayaaang." "Kenapa sayang.?" Hilang sudah raut wajah tegang itu menjadi lega melihat istrinya yang manja. SaAriska | 57 "Itu...." Masih menenggelamkan wajahnya di dada sang suami, Bianca menunjuk Arza yang sedari tadi duduk anteng melihat drama Bianca. "Lo siapa.?" Tanya Dion penuh penilaian. "Ayahnya Gummy. Arza Aldebaran Dimika " "DIMIKA.?" Tanya Dion "Hm." Itulah respon Arza yang tahu setiap orang tahu nama belakangnya seolah nama itu menakutkan. "Bee, kok gak bilang kalau dia keluarga Dimika.?" Bisik Dion lalu menelan ludah dengan berat. "Kenapa sih emang nya.?" Tanya Bianca lagi. "Dia kan anak pemilik Perusahaan Properti yang terbesar di Indonesia Bee. Perusahaan aku mah gak ada apa-apanya." "Kalau itu aku juga tahu kali." Cibir Bianca Drrrrt.Drrrtt. Smartphone Aura bergetar. Kak Auva Calling "Assalamualaikum kak.?" Ucap Aura setelah menggeser ikon hijau. "Waalaikumsalam Ra, kakak sepertinya balik malam deh, sekalian kakak mau beli baju dulu. Disana ada Dion sama Bianca kan? Nebeng aja deh ya Ra." "Oh iya ada, Dion sama Bianca kok kak. Oke kakak hati- hati ya. Nanti, makan malam dirumah gak kak.?" "Iya diusahakan makan di rumah nanti Ra." "Mau dimasakkan apa kak.?" Tanya Aura “Apa aja deh Ra. Udah dulu ya Ra. Wassalamualaikum." "Waalaikumsalam." Tuttt.Tutttt.. Aura memasukkan smartphone kedalam handbag nya, juga berkemas barang-barang untuk pulang. Jam sudah menunjukkan jam tiga siang. Aura akan segera pulang untuk mandi dan menunaikan sholat di rumah. "Kenapa Ra.?" Tanya Bianca yang membuka suara. Baby Gummy | 58 "Ini tadi gak bawa mobil, terus di suruh kak Auva nebeng kalian. Boleh kan Bee?." Tanya Aura penuh harap "Oh ten—" Lagi, Ucapan Bianca dipotong Arza "Kamu pulang sama aku saja." Suara itu terdengar tegas dan tak ingin dibantah. "Emang kamu bawa mobil.?" Tanya Aura "Gak." Menggeser screenn Smartphone untuk menelepon seseorang. Arza menatap santai pada Aura yang menatapnya bingung. "Antarkan mobil biasa, tempat tadi." Klik terputus pembicaraan sepihak Arza. Bianca semakin menatap benci pada Arza yang angkuh, dan Aura yang hanya menggelengkan kepala melihat sifat Arza yang satu itu. ‘Semoga kamu nggak angkuh, keras kepala seperti Ayah ya nak' Batin Aura yang menatap Gummy "Kamu bisa nunggu dulu kan Ra? Sambil nunggu Gummy bangun." Tanya Arza "Iya." Hanya itu yang Aura ucapkan. "Yaudah sayang, kita pulang yuk." Ajak Dion pada istrinya yang masih saja menatap benci Arza. "Eh tunggu Bee, aku ambilkan kue buat Mama ya. Tunggu.” Aura bergegas keluar ruangan. Hening, Arza menatap wajah anaknya yang begitu tenang dalam tidurnya sambil menghisap ibu jarinya. Bianca dan Dion duduk mesra di samping kirinya. "Gue Arza, Ayahnya Gummy." Arza mengulurkan tangannya pada Dion "Gue Dion, suaminya Bianca" Dion menerima uluran tangan Arza. "kok mau sama dia.?" Tanya Arza enteng sambil memainkan rambut pirang Gummy. "Yang Lo maksud sapa? Gue?" Tanya Bianca sewot. SaAriska | 59 "Eh udah yang." Dion mengusap bahu Bianca "Takdir bro." Sambung Dion "Ck." Arza berdecak. Teman Aura satu ini memang bar- bar. aiek "Hem.. Ayah." Gummy menggeliat dalam pelukan Bundanya yang duduk di samping kemudi. "Eh anak Ayah sudah bangun." Tanya Arza sambil sebelah tangannya mengusap pucuk kepala Gummy. "Kita pulang, Ayah.?" Gummy masih menyandar dalam dekapan ibunya sambil menatap Ayahnya. "Tya nak." "Horeeee. Ayah pulang, kita pulang." Arza tersenyum melihat Gummy yang bersorak senang. “Ayah kenapa baru pulang?." Tanya Gummy yang kini duduk menghadap Ayahnya. Deg. Aura terdiam, pertanyaan itu. “Ayah banyak urusan sayang, makanya baru bisa pulang. Maafkan Ayah ya." Arza mencoba menjawab dengan tenang. "Iya Gummy maafin. Jadi Ayah tinggal di mana.?" "Di Jambi. Di rumah Ayah. Nanti kita ke rumah Ayah ya." Jawab Arza santai. "Horeee..." Baby Gummy | 60 BAB X KEBAHAGIAAN GUMMY. Hening. Kendaraan lalu lalang saling bersapa menemani sore yang begitu hening, Gummy tertidur pulas kembali dengan senyum menghiasi wajah tampannya. Benar-benar terasa hening di mobil sport putih yang diantar oleh orang suruhan Arza. Jangan tanya, mengapa semua terasa mudah untuk Arza. Jawabannya adalah uang. Sejak kecil semua terasa mudah untuk Arza bila berurusan dengan uang namun untuk masalah wanita dia kalah Arza memang mendapatkan yang juga Aldan dapatkan tapi kasih sayang, perhatian tidak. Bahkan saat Arza mengikuti akselerasi saat SMP juga SMA dan akhirnya Ia lulus lebih dahulu pun Aura tidak ikut mengantarnya di Bandara untuk melanjutkan pendidikannya. Aura memilih pura-pura tidak tahu dan Arza kecewa rasanya serpihan hati nya benar-benar patah, hancur. Arza yang tahu Aura tidak menyukai keheningan seperti ini. Mulai menghidupkan radio, dan terdengar nyanyian oppa- oppa yang begitu di gemari Aura sejak zaman SMP. Di mana poster pria imut bergelantungan di dinding kamar Aura. Bahkan jika tours di Indonesia Ia akan datang dan tentunya lagi-lagi Aldan yang bersedia menjadi bodyguard Aura. "Hm. Kamu masih suka Korea.?" Tanya Arza "Untuk aku yang seorang Ibu tunggal mengurus balita, mengurus rumah juga toko tidak ada waktu untuk melanjutkan hobby ku zaman dulu." Aura menekankan kata tunggal dan dulu. Arza melirik Aura sekilas, cukup paham akan penekanan kata yang Aura lakukan "Bukankah saat itu kamu yang pergi.?" SaAriska | 61

Anda mungkin juga menyukai