Anda di halaman 1dari 11

ntuk bisa mencapai kemerdekaan Indonesia, dibutuhkan proses perjuangan yang teramat

panjang dan melibatkan banyak tokoh. Para pejuang Indonesia berani mempertaruhkan nyawa
agar kemerdekaan bisa segera tercapai dan terbebas dari jeratan penjajah. Dalam
memperjuangkan kemerdekaannya, Indonesia juga banyak dibantu oleh pihak luar negeri, salah
satunya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lantas, apa peranan PBB dalam kemerdekaan
Indonesia?

Mengadakan Sidang Dewan PBB


Untuk menengahi perseteruan antara Indonesia dan Belanda yang terus berlangsung setelah
proklamasi kemerdekaan, Dewan Keamanan PBB membuat resolusi tanggal 1 Agustus 1947,
yang isinya sebagai berikut. PBB menyerukan kepada Indonesia dan Belanda untuk melakukan
gencatan senjata Indonesia dan Belanda diminta untuk menyelesaikan masalah dengan komisi
arbitrase atau cara lainnya Pada 14 Agustus 1947, Sidang Dewan PBB pun dilaksanakan di
Lake Success, New York, Amerika Serikat. Agenda Sidang Dewan PBB ini adalah untuk
membahas mengenai konflik antara Indonesia dengan Belanda, khususnya setelah Agresi Militer
Belanda I. Setelah sidang, Belanda dan Indonesia pun bersedia melakukan gencatan senjata
dan berunding dalam Sidang Dewan PBB di AS. Sidang Dewan PBB menghasilkan dua
keputusan, yaitu: Indonesia diwajibkan untuk membuat laporan yang sesungguhnya tentang
keadaan di Indonesia

Pembentukan Komisi Tiga Negara (KTN) yang akan memberikan jasa-jasa baik untuk membantu
menyelesaikan pertikaian antara Indonesia dan Belanda Baca juga: Komisi Tiga Negara: Latar
Belakang, Anggota, dan Tugas Membentuk Komisi Tiga Negara Karena masalah Agresi Militer
Belanda I tidak kunjung usai, pemerintah Indonesia mengundang Menteri Luar Negeri Australia,
Herbert Vere Evatt, untuk membantu menyelesaikannya. Evatt, yang didukung oleh Perdana
Menteri Australia Joseph Benedict Chifley, lantas membawa masalah Indonesia dan Belanda ke
Dewan Keamanan PBB. Bantuan lain yang juga diberikan Australia yaitu dengan mengusulkan
rancangan resolusi. Rancangan resolusi ini berisi usulan Australia kepada Dewan Keamanan
PBB untuk meminta Belanda dan Indonesia menerima komisi arbitrasi tiga pihak. Laporan yang
dikirim pihak Australia pun diterima dengan baik oleh Dewan Keamanan PBB. Setelah itu, PBB
membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) pada 26 Agustus 1947. Terdapat tiga negara yang
menjadi anggota KTN, yaitu Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Berikut ini tugas KTN sesuai
hasil pertemuan di Sydney, pada 20 Oktober 1947. Membantu menyelesaikan persengketaan
antara Indonesia dan Belanda secara damai. Berusaha mendekatkan kedua belah pihak guna
menyelesaikan persoalan-persoalan militer dan politik. Mempertemukan kembali Indonesia dan
Belanda dalam Perundingan Renville Baca juga: Mengapa Perjanjian Renville Merugikan
Indonesia? Membentuk UNCI Setelah Sidang Dewan Keamanan PBB dilakukan, permasalahan
Indonesia dengan Belanda masih belum juga terselesaikan. Belanda masih bersikeras ingin
melakukan Agresi Militer Belanda II agar bisa menguasai Tanah Air. Sikap keras yang terus
dilakukan oleh Belanda pun mendorong PBB mengambil tindakan tegas. PBB
membentuk United Nations Commisions for Indonesia (UNCI) pada 28 Januari 1948 untuk
menghentikan sengketa antara Indonesia dengan Belanda. UNCI yang dipimpin oleh Merle
Cochran dari AS berhasil membawa Indonesia dan Belanda ke Perjanjian Roem-Royen. Akan
tetapi, upaya UNCI masih belum juga membuahkan hasil yang berarti bagi Indonesia.

Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun 1959 tentang Kembali kepada Undang-Undang
Dasar 1945, atau yang lebih dikenal sebagai Dekret Presiden 5 Juli 1959,
adalah dekret (secara legal Keputusan Presiden) yang dikeluarkan oleh
Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno pada 5 Juli 1959. Isi dekret ini adalah
pembubaran Badan Konstituante hasil Pemilu 1955 dan penggantian undang-undang dasar
dari UUD Sementara 1950 ke UUD '45.

Wikisource memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:


Dekret Presiden Republik Indonesia tentang Kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945

Wikisource memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:


5 Juli

Latar belakang[sunting | sunting sumber]


Dekret Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante untuk
menetapkan UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950. Anggota Konstituante mulai
bersidang pada 10 November 1956, tetapi pada kenyataannya hingga tahun 1958 belum
berhasil merumuskan UUD yang diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-
pendapat untuk kembali kepada UUD '45 semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden
Ir. Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April 1959
yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45.
Pada 30 Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269 suara
menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih
banyak, pemungutan suara ini harus diulang karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum.
Kuorum adalah jumlah minimum anggota yang harus hadir di rapat, majelis, dan sebagainya
(biasanya lebih dari separuh jumlah anggota) agar dapat mengesahkan suatu putusan.
Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959. Dari pemungutan suara
ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk meredam kemacetan, pada tanggal 3
Juni 1959 Konstituante mengadakan reses (masa perhentian sidang parlemen; masa istirahat
dari kegiatan bersidang) yang kemudian ternyata untuk selama-lamanya. Untuk mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letnan
Jenderal A.H. Nasution atas nama Pemerintah/Penguasa Perang Pusat (Peperpu),
mengeluarkan peraturan No.Prt/Peperpu/040/1959 yang berisi larangan melakukan kegiatan-
kegiatan politik. Pada tanggal 16 Juni 1959, Ketua Umum PNI Suwirjo mengirimkan surat
kepada Presiden agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan
membubarkan Konstituante.

Pengeluaran Dekrit Presiden 1959


Gagalnya konstituante melaksanakan tugasnya dan rentetan peristiwa politik dan keamanan
yang mengguncangkan persatuan dan kesatuan bangsa mencapai klimaksnya pada bulan Juni
1959. Akhirnya demi keselamatan negara berdasarkan staatsnoodrecht (hukum keadaan
bahaya bagi negara) pada hari Minggu tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden
Soekarno mengeluarkan dekret yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka.
Berikut ini teks Dekret Presiden (ejaan sesuai aslinya):
DEKRET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

TENTANG
KEMBALI KEPADA UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Dengan rachmat Tuhan Jang Maha Esa,
KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG
Dengan ini menjatakan dengan chidmat:
Bahwa andjuran Presiden dan Pemerintah untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945
jang disampaikan kepada segenap rakjat Indonesia dengan amanat Presiden pada tanggal 22
April 1959 tidak memperoleh keputusan dari Konstituante sebagaimana ditentukan dalam
Undang-Undang Dasar Sementara;
Bahwa berhubung dengan pernjataan sebagian besar anggota-anggota Sidang Pembuat
Undang-Undang Dasar untuk tidak lagi menghadiri sidang. Konstituante tidak mungkin lagi
menjelesaikan tugas jang dipertjajakan oleh rakjat kepadanja;
Bahwa hal jang demikian menimbulkan keadaan-keadaan ketatanegaraan jang membahajakan
persatuan dan keselamatan Negara, Nusa, dan Bangsa, serta merintangi pembangunan
semesta untuk mencapai masjarakat jang adil makmur;
Bahwa dengan dukungan bagian terbesar rakjat Indonesia dan didorong oleh kejakinan kami
sendiri, kami terpaksa menempuh satu-satunja djalan untuk menjelamatkan Negara Proklamasi;
Bahwa kami berkejakinan bahwa Piagam Djakarta tertanggal 22 Djuni 1945 mendjiwai Undang-
Undang Dasar 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi
tersebut,
Maka atas dasar-dasar tersebut di atas,
KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG
Menetapkan pembubaran Konstituante;
Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia terhitung mulai hari tanggal penetapan dekret ini dan tidak
berlakunja lagi Undang-Undang Dasar Sementara.
Pembentukan Madjelis Permusjawaratan Rakyat Sementara, jang terdiri atas anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakjat ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan
serta pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara akan diselenggarakan dalam waktu
sesingkat-singkatnja.
Ditetapkan di Djakarta pada tanggal 5 Djuli 1959
Atas nama Rakjat Indonesia
Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Perang

SOEKARNO

KOMPAS.com - Setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebar ke seluruh penjuru dunia,


muncul berbagai respon dari negara-negara internasional. Belanda merespon hal tersebut
dengan datang kembali ke Indonesia untuk merebut kekuasaan dari pemerintah Indonesia
pimpinan Soekarno-Hatta. Belanda datang ke Indonesia dengan menumpang kapal tentara
Sekutu (AFNEI) yang sedang bertugas untuk melucuti dan memulangkan tentara Jepang di
Indonesia. Pada 15 September 1945, Pasukan Belanda tiba di Jakarta dan berupaya untuk
menaklukan beberapa wilayah Indonesia. Rakyat Indonesia merespon kedatangan Belanda
dengan melakukan perlawanan di beberapa daerah, di antaranya: Baca juga: Perlawanan Bali
Terhadap Belanda Pertempuran 10 November di Surabaya Dalam buku 10 November 1945:
Gelora Kepahlawanan Indonesia (1992) karya Berlan Setiadijaya, pertempuran di Surabaya
dipicu oleh Insiden perobekan bendera di hotel Yamato dan tewasnya Mallaby (perwira Inggris).
Pada 10 November 1945, Sekutu memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk
menyerah dan memberikan persenjataan mereka kepada AFNEI. Ultimatum tersebut diacuhkan
oleh rakyat Surabaya dan mereka memilih bertempur mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kolonel Sungkono dan Bung Tomo membakar semangat bertempur rakyat melalui Radio
Perjuangan. Diperkirakan ribuan rakyat Surabaya meninggal dalam pertempuran ini. Untuk
mengenang keberanian rakyat Surabaya, tanggal 10 November dijadikan sebagai hari
pahlawan. Pertempuran Ambarawa Pertempuran Ambarawa berlangsung pada 26 Oktober – 15
Desember 1945. Latar belakang pertempuran ini adalah keinginan Sekutu untuk mengambil alih
kota Ambarawa. Baca juga: Perlawanan Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi Terhadap
VOC   Hal tersebut ditentang oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR), mereka melakukan
perlawanan terhadap pasukan Sekutu hingga mampu menahan beberapa tentara Sekutu.
Pertempuran terus berlanjut demi mengusir pasukan sekutu dari Ambarawa. Pada 15 Desember,
TKR berhasil memukul mundur pasukan Sekutu hingga ke Semarang. Pertempuran Medan Area
Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, pertempuran
Medan Area berlangsung dari 10 Desember 1945 – 10 Desember 1946. Latar belakang
terjadinya pertempuran ini adalah perampasan dan penginjakan lencana merah putih oleh
pasukan Sekutu. Selain itu, pasukan Sekutu juga mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Medan
agar menyerah dan memberikan persenjataan kepada Sekutu. Namun, ultimatum tersebut tidak
diindahkan oleh rakyat Medan sehingga Sekutu melancarkan aksi militer pada 10 Desember
1945. Rakyat Medan merespon tindakan tentara Sekutu dengan melakukan perlawanan. Rakyat
Medan yang tergabung dalam Barisan Pemuda Indonesia dan Komando Resimen Laskar Rakyat
mengalami beberpa kesulitan dalam pertempuran sehingga mengharuskan mereka mundur ke
arah Pematang Siantar. Baca juga: Perlawanan Etnis Tionghoa terhadap VOC   Pertempuran
antara rakyat Medan dan Sekutu teus berlanjut hingga 10 Desember 1946 setelah NICA
mengajukan gencatan Senjata. Lihat Foto Peristiwa terjadinya Bandung Lautan
Api(tribunnewswiki.com) Bandung Lautan Api Peristiwa Bandung Lautan Api berlangsung pada
24 Maret 1946. Latar belakang terjadinya peristiwa ini adalah ultimatum tentara Sekutu yang
memerintahkan pengosongan kota Bandung pada 24 November 1945. Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) menolak ultimatum tersebut dan bersiap untuk melakukan perlawanan di kawasan
Bandung Utara. A.H Nasution sebagai pemimpin pasukan tentara merundingkan rencana opsi
perlawanan dengan Sutan Sjahrir selaku perdana menteri pada masa itu. Baca juga:
Perlawanan Riau terhadap VOC   Sutan Sjahrir menolak opsi perlawanan dan memerintahkan
tentara dan rakyat Bandung untuk mengungsi ke arah Bandung Selatan pada 24 Maret 1946.
Sebelum melakukan pengosongan kota, tentara dan rakyat Bandung melakukan pembakaran
terhadap gedung-gedung penting agar tidak dapat digunakan oleh tentara Sekutu. Peristiwa
pembakaran tersebut dikenal dengan Bandung Lautan Api.

Kehidupan zaman praaksara adalah kehidupan pada masa di mana catatan sejarah tertulis
belum ada. Mengutip Kemdikbud RI, masa praaksara disebut juga masa prasejarah atau nirleka.
Masa praaksara adalah zaman sebelum ditemukan tulisan atau zaman sebelum manusia
mengenal tulisan. Manusia pada zaman praaksara antara lain Meganthropus Palaeojavanicus,
Pithecanthropus Erectus, dan Homo Sapiens. Kehidupan masyarakat praaksara dibagi menjadi
tiga masa, yaitu: Masa berburu dan mengumpulkan makanan Masa bercocok tanam Masa
perundagian Baca juga: 4 Pembagian Zaman Prasejarah Berdasarkan Geologi Berikut ini
penjelasannya: Masa berburu dan mengumpulkan makanan Manusia purba pada masa ini selalu
berpindah-pindah (nomaden) karena tidak punya tempat tinggal tetap. Untuk mencari tempat-
tempat yang menyediakan banyak bahan makanan. Manusia purba mengumpulkan makanan
yang tersedia di alam, tanpa mengolah atau menanam lebih dulu. Alat-alat yang digunakan pada
masa ini antara lain: Kapak perimbas untuk merimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah
tulang. Kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong hewan buruan. Alat serpih
digunakan sebagai pisau. Manusia praaksara membutuhkan api untuk memasak dan
penerangan pada malam hari. Pembuatan api dengan cara menggosokkan dua keing batu yang
mengandung unsur besi. Maka akan timbul percikan api untuk membakar lumut atau rumput
kering. Dalam kehidupan sosial, manusia praaksara hidup dalam kelompok-kelompok dan
membekali diri untuk menghadapi lingkungan sekitarnya. Baca juga: Bagaimana Pola Makan
Zaman Manusia Purba? Masa bercocok tanam Masa bercocok tanam adalah masa ketika
manusia mulai memenuhi kebutuhan hidup dengan cara pembukaan laham di hutan untuk
dijadikan ladang. Pada masa ini, manusia praaksara mulai hidup menetap di suatu tempat
tinggal sederhana secara berkelompok. Tetapi kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan
tidak sepenuhnya ditinggalkan. Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan
masyarakat karena terdapat beberapa penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber
alam, memelihara tumbuhan dan hewan. Alat-alat yang digunakan pada masa bercocok tanam
berasal dari batu yang telah dihaluskan, antara lain: Mata panah untuk berburu. Barang pecah
belah dari tanah liat (gerabah). Beliung persegi untuk menebang kayu dan mencangkul. Kapak
lonjong untuk mengolah tanah. Baca juga: Jenis Peninggalan Bersejarah Masa perundagian
Pada masa ini manusia sudah mengenal teknologi sederhana dan pembagian kerja. Di
kehidupan pada masa perundagian, manusia purba sudah menemukan bijih-bijih logam dan
mengenal pengolahan logam. Sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam.
Pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu, tembaga dan besi untuk membuat
barang-barang kebutuhan rumah tangga yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Meski
sudah ada alat-alat dari logam, tetapi manusia purba pada masa ini masih menggunakan alat-
alat yang terbuat dari batu. Akan tetapi penggunaan bahan logam tidak tersebar luas
sebagaimana penggunaan bahan batu. Karena persediaan logam masih terbatas.

Rempah-rempah menjadi salah satu alasan terbesar bangsa Eropa datang ke Indonesia. Di
abad ke-15 Masehi, aktivitas perdagangan bangsa Eropa ke Asia terputus karena jalur
perdagangan di Laut Tengah dipersulit Turki Utsmani.  Sehingga bangsa Eropa berusaha
mencari dan menemukan secara langsung wilayah penghasil rempah-rempah ke timur (Asia). 
Faktor lain yang mendukung terjadinya penjelajahan samudra adalah serangkaian penemuan di
bidang teknologi seperti kompas. Kompas menjadi faktor penting bagi bangsa Eropa untuk
pelayaran menuju Nusantara.  Pada perkembangannya, bangsa Eropa yang datang ke
Indonesia tidak semata-mata hanya mencari keuntungan. Ada tiga alasan bangsa Eropa datang
ke Indonesia yang dikenal dengan 3G, yaitu:  Gold: memburu kekayaan dan keuntungan dengan
mencari dan mengumpulkan emas perak dan bahan tambang serta bahan-bahan lain yang
sangat berharga. Glory: memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan. Dalam kaitan ini
mereka saling bersaing dan ingin berkuasa di dunia baru yang ditemukannya. Gospel:
menjalankan tugas suci untuk menyebarkan agama. Bangsa Barat memiliki keinginan untuk
menyebarluaskan atau mengajarkan agama Kristen ke bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan
Amerika Selatan. Baca juga: Mengapa Rempah Sangat Berharga bagi Bangsa Eropa? Portugis
dan Spanyol dapat dikatakan sebagai pelopor petualangan, pelayaran, dan membuka jalan
untuk menemukan Nusantara. Kemudian disusul Inggris dan Belanda. Berikut penjelasannya: 
Bangsa Portugis  Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang datang ke Asia dan melakukan
hubungan perdagangan. Bangsa Portugis mengarungi lautan untuk menemukan daerah-daerah
yang memiliki sumber daya alam sebagai bahan perdagangan.  Alasan Portugis melakukan
perdagangan dengan daerah-daerah lain tersebut sebagai berikut:  Portugis tidak memiliki
kekayaan agraris, hasil pertanian harus beli ke negara lain.  Laut merupakan kekuatan utama,
berupa perikanan sebagai bahan perdagangan. Sejak abad ke-15 Portugis mulai
mengembangkan teknologi maritim. Pelaut Portugis sudah menggunakan kompas dan peta
portolan dalam menjelajahi lautan. Pelaut Portugis yang pertama melakukan pelayaran menuju
ke Dunia Timur adalah Bartholomeus Diaz. la meninggalkan Portugis pada tahun 1487 dengan
menyusuri pantai barat Afrika. Bartholomeus Diaz tidak melanjutkan pelayaran, melainkan
bertolak kembali ke negaranya. Selanjutnya, Vasco da Gama menjalankan perintah Raja
Portugis Manuel I untuk melakukan ekspedisi menjelajahi samudra mencari Tanah Hindia. Pada
tahun 1498 mereka mendarat di Calicut dan Goa di India. Setelah beberapa tahun tinggal di
India, orang orang Portugis menyadari bahwa India ternyata bukan daerah penghasil rempah-
rempah. Mereka justru mendengar bahwa Malaka merupakan pusat perdagangan rempah-
rempah. Bagi Portugis, cara termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka adalah dengan
menguasai Malaka. Untuk itu, dikirimlah Alfonso de Albuquerque untuk menjabat pimpinan
Portugis di India.  Selanjutnya, Alfonso memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan berhasil
menaklukkan Malaka pada 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai pusat perdagangan
rempah-rempah dari Asia ke Eropa.  Baca juga: Kejayaan Eropa: Motivasi dan Nafsu Bangsa
Spanyol Lihat Foto Ilustrasi kedatangan bangsa Spanyol di Indonesia.(National Maritime
Museum) Awal mula Bangsa Spanyol sampai ke Nusantara adanya ekspedisi Magellan.
Magellan merupakan warga Portugis yang setiap mengabdi pada Raja Portugis Raja Manuel I. 
Magellan yang dari kecil suka belajar astronomi dan ilmu pelayaran mengembangkan minatnya
untuk mengikuti pelayaran-pelayaran panjang. Khususnya untuk menemukan daerah-daerah
baru.  Magellan memiliki sahabat bernama Fransisco Serrao yang sering berkirim surat.
Beberapa suratnya menceritakan mengenai Spice Islan atau Kepulauan Rempah-Rempah
Maluku yang baru ditemukan Francisco.  Magellan kemudian berinisiatif untuk melakukan
pelayaran ke timur, menuju Kepulauan Rempah-Rempah tersebut.  Ekspedisi Magellan dimulai
dengan mengarungi Samudra Atlantik ke arah barat menuju pantai timur Amerika Selatan.
Mereka menyusuri pantai Amerika Selatan untuk mencari selat di antara Samudra Atlantik dan
Samudra Pasifik.  Pada 16 Maret 1521 rombongan Magellan mencapai Kepulauan Massava
(sekarang Filipina). Di situ Magellan mendirikan sebuah tugu batu sebagai peringatan dan tanda
wilayah kekuasan Spanyol. Magellan mendapatkan perlawanan dari penduduk setempat dan
terjadi pertempuran hebat dan Magellan tewas.  Sisa-sisa armada Magellan akhirnya
meninggalkan daerah tersebut pada 21 Juni 1521 di bawah pimpinan Juan Sebastian del Cano
menuju Brunei dengan dipandu oleh orang-orang Moro Filipina. Pada 6 November 1521,
rombongan tersebut tiba di Tidore dan melaksanakan transaksi perdagangan dengan Sultan
Tidore serta melafalkan beberapa rempah-rempah.  Baca juga: Kerajaan Jawa dan Kekuatan
Bangsa Eropa Bangsa Inggris Lihat Foto Ilustrasi kapal EIC milik Inggris menuju Indonesia.
(Britannica) Memasuki abad ke-16 pada masa pemerintahan Ratu Inggris Elizabeth I muncul
gerakan Reformasi dalam tubuh gereja sehingga muncul agama Protestan. Mereka kemudian
memusuhi bangsa Spanyol yang menganut Katolik.  Hal ini menyebabkan Inggris tidak bisa
membeli rempah-rempah lagi dari Portugis. Di mana saat itu Portugis menjadi pusat
perdagangan rempah-rempah di Eropa setelah menemukan Maluku.  Inggris kemudian
memutuskan untuk ikut melakukan penjelajahan Samudera guna menemukan langsung wilayah
penghasil rempah-rempah tersebut. Kedatangan bangsa Inggris di Kepulauan Indonesia dirintis
oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish. Pada tahun 1586, Thomas Cavendish
menggunakan rute pelayaran Selat Magellan, melewati Samudra Pasifik untuk menuju
Indonesia. Pemerintah Inggris akhirnya bersiap untuk segera merebut hak monopoli
perdagangan Portugis dan menggunakan jalur perdagangan laut melalui Tanjung Harapan. Baca
juga: Alasan Kedatangan Eropa ke Indonesia Bangsa Belanda Lihat Foto Lukisan yang
menggambarkan kapal-kapal Belanda ?Overijssel?, ?Vriesland?, ?Mauritius? dan ?Hollandia?
kembali ke Amsterdam dari ekspedisi kedua mereka di East Indies (Indonesia) pada 1599.
Lukisan dibuat oleh Andries van Eertvelt berdasarkan lukisan gurunya, Hendrick Cornelisz
Vroom (1566-1640) yang diabadikan di Rijksmuseum, Amsterdam.(Andries van Eertvelt) Mulai
tahun 1585, Belanda tidak lagi mengambil rempah-rempah dari Lisbon karena Portugis dikuasai
oleh Spanyol.  Dengan putusnya hubungan perdagangan rempah-rempah antara Belanda dan
Spanyol mendorong bangsa Belanda untuk mengadakan penjelajahan samudra mencari Pulau
Rempah-Rempah. Orang Belanda pertama yang berusaha mencari wilayah Hindia adalah
Willem Barents pada 1594. Namun, ia meninggal di perjalanan ketika hendak kembali ke
Belanda.  Kemudian pada 1585 Cornelis de Houtman memulai pelayaran perdana ke Nusantara
dengan empat kapal dagang. Di perjalanan banyak awak kapal yang meninggal. Penyebabnya
karena kekurangan makanan, konflik internal, dan iklim tropis. Pada 23 Juni 1596, rombongan
de Houtman sampai di Banten. Mereka awalnya disambut baik oleh Sultan Banten. Namun,
lama-kelamaan karena mereka bertingkah seenaknya menyebabkan pihak keamanan Banten
menangkap sebagian dari mereka. Puncaknya rombongan de Houtman diusir dari Banten. Pada
akhirnya mereka kembali ke Belanda. Meski upayanya membawa rempah-rempah gagal, usaha
Cornelis tidak sia-sia. Ekspedisinya menjadi inspirasi para pedagang Belanda lain untuk datang
ke Indonesia. 

Pengeboman Pearl Harbor adalah serangan dadakan yang dilakukan oleh Angkatan Laut


Kekaisaran Jepang terhadap Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat yang tengah
berlabuh di Pangkalan AL Pearl Harbor, Hawaii, pada hari Minggu pagi, 7 Desember 1941.

Pearl Harbor adalah markas besar AL Amerika Serikat di samudra


Pasifik, Jepang menyerang Pearl Harbor karena Jepang khawatir Amerika Serikat akan
mengintervensi dan menghalangi ambisi mereka menguasai Asia

Serangan itu dimaksudkan sebagai antisipasi untuk mencegah armada Pasifik AS


melakukan tindakan militer terhadap Kekaisaran Jepang. Pemimpin Jepang tidak mau AS
terlalu mengintervensi aksinya dalam peperangan di Asia Pasifik.
Peristiwa Rengasdengklok
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kamar peristirahatan Bung Karno di rumah Djiaw Kie Siong.

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh


sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh dari
perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa
ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya
kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta
Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan
dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.[1]
[2]

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian.
Sementara itu di Jakarta, Chaerul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk
merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan
karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan oleh
Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945. Ada dua lokasi
pilihan untuk pembacaan teks proklamasi, yaitu Lapangan IKADA (yang sekarang
telah menjadi Lapangan Monas) atau rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur
No. 56. Rumah Bung Karno akhirnya dipilih untuk menghindari kericuhan antara
penduduk dan tentara Jepang karena tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga di
Lapangan IKADA setelah mendapat informasi ada sebuah acara yang akan
diselenggarakan di lokasi tersebut. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di
rumah Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di
Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk
berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di
Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian
Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno,
Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan
Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan
Timur No. 56, rumah Bung Karno. Pada tanggal 16 Agustus tengah malam
rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi
dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik
oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (sebetulnya diambil)
dari kantor Kepala Perwakilan Kriegsmarine, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[3]

Latar belakang[sunting | sunting sumber]


Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar
proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan
agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai
badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh.
Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila
kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia,
menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu
lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus.
Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala
ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan
disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno
karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.
di Nusantara sebelum dan sesudah Republik Indonesia terbentuk, sedikitnya
112 Kerajaan dan Kesultanan telah eksis mewarnai peradaban Nusantara. Secara
umum Kerajaan dan Kesultanan tidak berrbeda dalam struktur pemerintahanya.

Kerajaan Sriwijaya juga sempat menguasai maritim dan perdagangan di kawasan Asia


Tenggara. Mengapa Sriwijaya dapat dianggap sebagai kerajaan Nusantara pertama
jelaskan, karena wilayahnya begitu luas, hingga meliputi hampir seluruh Indonesia

kerajaan Islam apa saja yang ada di Nusantara?

Kerajaan Islam Pertama Di Indonesia


 Kerajaan Perlak atau Kesultanan Peureulak (840-1292) ...
 Kerajaan Ternate (1257) ...
 Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521) ...
 4. Kerajaan Gowa (1300-1945) ...
 Kesultanan Malaka (1405-1511) ...
 6. Kerajaan Islam Cirebon (1430-1677) ...
 7. Kerajaan Demak (1478-1554) ...
 Kerajaan Islam Banten (1526-1813)
Apa saja kerajaan Hindu dan Budha?
 Kerajaan Kutai. - Kerajaan Kutai berdiri pada tahun 400 Masehi.
 Kerajaan Tarumanegara. - Kerajaan Tarumanegara berdiri pada tahun 450 Masehi.
 Kerajaan Mataram Kuno. - Kerajaan Mataram berdiri pada sekitar abad ke-8.
 Kerajaan Sriwijaya. ...
 Kerajaan Kediri. ...
 Kerajaan Singasari. ...
 Kerajaan Singasari. ...
 Kerajaan Majapahit.
7 Faktor Pendorong Integrasi Sosial dan Bentuk-bentuknya
Lalu, bagaimana cara mengetahui terjadinya interaksi sosial? Simak penjelasan ciri-ciri,
syarat, dan bentuk-bentuk interaksi sosial di bawah ini, ya.

Menurut Charles P. Loomis dalam e-Modul Sosiologi Kelas X: Interaksi Sosial yang
diterbitkan oleh Kemdikbud, interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Melibatkan lebih dari satu orang,


2. Terjadi komunikasi antara pelaku melalui kontak sosial,
3. Memiliki tujuan yang jelas,
4. Terdapat dimensi waktu, meliputi masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Syarat Interaksi Sosial


Secara umum, ada dua syarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan terjadinya interaksi
sosial, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Ini penjelasannya.

1. Kontak Sosial
Kontak sosial dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak yang saling bereaksi dan
menjadi awal terjadinya interaksi sosial. Kontak sosial dapat terjadi melalui kontak fisik atau
kontak secara langsung dan kontak tidak langsung.

Contoh kotak sosial secara langsung adalah dua orang yang saling menyapa atau saling
tersenyum. Sementara itu, contoh kontak sosial tidak langsung adalah dua pihak yang
berinteraksi melalui perantara, seperti surat, telepon, atau media sosial.

2. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan berupa ide atau gagasan
dari satu pihak ke pihak lain sebagai upaya saling mempengaruhi. Dalam proses
komunikasi, pesan harus disampaikan menggunakan bahasa atau simbol yang saling
dimengerti oleh kedua pihak.

Agar dapat berlangsung dengan baik, komunikasi memerlukan beberapa komponen, seperti:
a. Pengirim atau komunikator sebagai pihak yang mengirim pesan kepada pihak lain,
b. Penerima atau komunikan sebagai pihak yang menerima pesan dari pengirim,
c. Pesan, merupakan ide atau gagasan yang ingin disampaikan,
d. Umpan balik (feedback), merupakan tanggapan dari penerima pesan terhadap pesan
yang disampaikan,
e. Media atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Media ini dapat berupa
tulisan, lisan, gambar, atau film.

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


Mengutip Modul Interaksi Sosial yang disusun oleh Dr. H. Asep Mulyana, M.Pd., dkk. secara
garis besar interaksi sosial dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yakni

1. Interaksi sosial asosiatif


a. Kerja sama

Merupakan suatu usaha bersama antarindividu atau antarkelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam pelaksanaannya, kerja sama dapat bersifat membangun (konstruktif) dan
merusak (destruktif).

Contoh kerja sama yang membangun adalah kerja sama antarkaryawan sebuah
perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Sementara itu, contoh kerja sama yang
merusak adalah tawuran antarpelajar.

Bentuk-bentuk lain dari kerja sama, yaitu

Bargaining, yaitu perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi
atau lebih
Cooperation, yakni penerimaan unsur-unsur baru kepemimpinan dalam sebuah organisasi
untuk menghindari terjadinya kecurangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
Coalition (koalisi), merupakan gabungan dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan
yang sama.
Joint venture, merupakan kerja sama dalam usaha proyek-proyek tertentu.
b. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan dari individu
atau kelompok yang saling bertentangan. Bentuk-bentuk akomodasi adalah:

Coersion, yaitu memaksakan kehendak pihak yang lebih kuat kepada pihak yang lebih
lemah.
Kompromi, yaitu pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan untuk
mencapai penyelesaian konflik.
Arbitrasi, merupakan tindakan mengundang pihak ketiga yang netral untuk mengambil
keputusan guna menyelesaikan konflik.
Mediasi, yaitu tindakan mengundang pihak ketiga yang netral untuk menyelesaikan konflik,
tetapi pihak ketiga tidak berwenang memberikan keputusan-keputusan penyelesaian.
Konsiliasi, merupakan tindakan mempertemukan keinginan dari pihak-pihak yang berselisih
demi tercapainya tujuan bersama.
Toleransi, yaitu keinginan untuk mengindari perselisihan.
Stalemate, terjadi ketika dua kelompok yang berselisih memiliki kekuatan yang seimbang.
Ajudikasi, yaitu penyelesaian masalah melalui jalur hukum/pengadilan.
c. Asimilasi

Secara sederhana, asimilasi adalah peleburan dua kebudayaan menjadi satu kebudayaan.

d. Akulturasi
Akulturasi merupakan penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing tanpa
menghilangkan unsur-unsur budaya asli.

Baca juga:
29 Perubahan Sosial Budaya Akibat Pengaruh Modernisasi, Sudah Tahu?
2. Interaksi sosial disosiatif
a. Persaingan (competition)

Proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok dalam mencapai keuntungan tanpa
adanya ancaman atau kekerasan.

b. Kontravensi

Merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya sikap dan perasaan tidak suka yang
disembunyikan. Bentuk proses sosial ini berada di antara persaingan dan konflik.

c. Pertikaian

Pertikaian adalah proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha menentang pihak
lain dengan cara mengancam atau menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya.

d. Konflik

Konflik dapat didefinisikan sebagai proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha
saling menyingkirkan satu sama lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya.

Baca artikel detikedu, "Pengertian Interaksi Sosial, Ciri-ciri, Syarat Terjadi, dan Ragam
Bentuknya" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5752680/pengertian-
interaksi-sosial-ciri-ciri-syarat-terjadi-dan-ragam-bentuknya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Anda mungkin juga menyukai