Anda di halaman 1dari 27

KONSEP LAPORAN AKHIR

PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
PERENCANAAN
BAB 2. BARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
2.1 ADMINISTRASI

Provinsi Sumatera Barat terbentuk pada tahun 1957 yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor
19 Tahun 1957. Secara astronomis, Sumatera Barat terletak antara 0 054’ Lintang Utara dan 3030’
Lintang Selatan dan atara 98 036’ – 101053’ Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis
khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 0 0. Provinsi Sumatera Barat terletak di pesisir barat
bagian tengah pulau Sumatera dan mempunyai luas 42.297,30 Km2. Provinsi Sumatera Barat
mempunyai 19 kabupaten/ kota, 179 kecamatan, 803 nagari, 231 kelurahan dan 126 desa,
dengan Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu 6.010 Km 2 atau sekitar
14,23 % dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan Kota Padang Panjang, memiliki luas daerah
terkecil, yakni 23.0 Km2 (0,05 %).

Berdasarkan geografisnya Provinsi Sumatera Barat memiliki batas-batas sebagai berikut :

- Utara : Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Riau;

- Selatan : Samudera Hindia;

2-1
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

- Barat : Samudera Hindia;

- Timur : Provinsi Jambi dan Provinsi Bengkulu.

Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Barat

Jumlah Jumlah Jumah


No Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentase (%)
Kecamatan Nagari Kelurahan
A Kabupaten
1 Kep Mentawai 10 43 - 6.011,35 14,21
2 Pesisir Selatan 15 182 - 5.794,89 13,59
3 Solok 14 74 - 3.738,00 8,84
4 Sijunjung 8 61 - 3.130,80 7,40
5 Tanah Datar 14 75 - 1.336,00 3,16
6 Padang Pariaman 17 103 - 1.328,79 3,14
7 Agam 16 82 - 2.232,30 5,28
8 Lima Puluh Kota 13 79 - 3.354,30 7,93
9 Pasaman 12 37 - 3.947,63 9,33
10 Solok Selatan 7 39 - 3.346,20 7,90
11 Dharmasraya 11 52 - 2.961,13 7,15
12 Pasaman Barat 11 19 - 3.887,77 9,19

B Kota
1 Padang - - 104 694,96 1,64
2 Solok - - 13 57,64 0,14
3 Sawahlunto 4 27 10 273,45 0,65
4 Padang Panjang - - 16 23,00 0,05
5 Bukittinggi - - 24 25,24 0,06
6 Payakumbuh - - 47 80,43 0,19
7 Pariaman 4 - 16 73,36 0,17

Total 156 928 230 42.297,24 100,00


Sumber : Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2019

2-2
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

(Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat)


Gambar 2.1 Peta Administrasi Provinsi Sumatera Barat

2-3
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

2.2 KONDISI FISIK WILAYAH

2.2.1. Topografi dan Morfologi

Keadaan topografi wilayah Provinsi Sumatera Barat bervariasi dari datar landai, bergelombang
sampai terjal atau curam dan berbukit. Provinsi Sumatera Barat dapat dibagi kedalam tiga satuan
ruang morfologi, yaitu :

1. Morfologi Dataran

Daerah dengan morfologi dataran terdapat pada wilayah bagian barat dengan ketinggian
antara 0 – 50 mdpl, meliputi bagian dari Kabupaten Pasaman, Kabupaten Agam, Kabupaten
Kepulauan Mentawai dan Kota Padang.

2. Morfologi Gelombang

Daerah bagian tengah dengan ketinggian antara 50-100 m dpl, meliputi bagian Kabupaten
Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam dan Kabupaten
Pasaman.

3. Morfologi Perbukitan

Daerah bagian timur dengan ketinggian 100-500 m dpl, meliputi bagian dari Kota
Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kota Bukittinggi, kabupaten Lima Puluh kota dan
Kabupaten tanah Datar sebagian Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman.

Secara alamiah Sumatera Barat adalah daerah pegunungan Bukit Barisan dan dataran pantai yang
sempit ditambah gugusan Kepulauan Mentawai. Tanahnya bergunung-gunung dan merupakan
kawasan vulkanik dataran tinggi pertanian subur. Di antara gunung berapi yang terdapat di Sumatera
Barat adalah Gunung Merapi (2.891 m), Gunung Singgalang (2.866 m), Gunung Tandikat (2.438 m),
Gunung Talang (2.572 m), Gunung Talamau (2912 m) dan Gunung Sago (2.271 m). Di samping itu,
daerah ini juga memiliki sejumlah danau, lembah dan dialiri banyak sungai. Keadaan ini merupakan
perpaduan yang harmonis antara bukit-bukit dan lembah-lembah yang terdapat pada gugusan Bukit
Barisan serta dataran rendah yang relatif sempit terhampar di belahan barat.

Ketinggian Provinsi Sumatera Barat bervariasi mulai dari 0-1.500 m dpl. Ketinggian yang paling luas
adalah daerah dengan ketinggian 500-1.500 m dpl yakni 1.573.501 Ha atau 37,20% dari luas total
Provinsi Sumatera Barat. Serta menyusul ketinggian antara 100-500 m dpl seluas 1.394.176 Ha atau
32,98% dan luas paling kecil adalah ketinggian lebih dari 1.500 m dpl yakni 95.800 Ha atau 2,26%.

2-4
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

2.2.2. Iklim

Selama tahun 2018 rata-rata suhu udara Provinsi Sumatera Barat berkisar 24,40-25,7 0C dengan rata-
rata kelembaban udara antara 81,0-86,0 %. Untuk rata-rata tekanan udara 973,9-984,5 mb dengan
kecepatan angin berkisar 1,7-2,7 knot.

2.3 KEPENDUDUKAN

Penduduk Sumatera Barat tahun 2018 hasil proyeksi penduduk sebanyak 5,38 juta jiwa yang terdiri
dari 2,68 juta laki-laki dan 2,70 juta perempuan dengan rasio jenis kelamin 99,27. Dibandingkan
tahun lalu telah terjadi pertambahan penduduk sekitar 60,96 ribu orang atau 1,14%.

Tingkat kepadatan penduduk Sumatera Barat tahun 2018, rata-rata 127 orang perKm 2. Kepadatan
penduduk tertinggi di Kota Bukittinggi mencapai 5.102 orang perKm 2, sedangkan yang paling rendah
terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu sekitar 15 orang perKm 2.

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi
Sumatera Barat

Jumlah Laju Pertumbuhan


No Kabupaten/Kota Penduduk (Jiwa) Penduduk (%)
2018 2018
A Kabupaten
1 Kep Mentawai 90.373 2,11
2 Pesisir Selatan 460.716 0,84
3 Solok 371.105 0,74
4 Sijunjung 233.810 1,81
5 Tanah Datar 347.407 0,28
6 Padang Pariaman 413.272 0,65
7 Agam 487.914 0,83
8 Lima Puluh Kota 379.514 1,02
9 Pasaman 278.480 1,14
10 Solok Selatan 168.411 1,91
11 Dharmasraya 241.571 2,91
12 Pasaman Barat 435.612 2,18

B Kota
1 Padang 939.112 1,45
2 Solok 69.776 1,98
3 Sawahlunto 61.898 1,02
4 Padang Panjang 52.994 1,46
5 Bukittinggi 128.783 1,79
6 Payakumbuh 133.703 1,65
7 Pariaman 87.626 1,25

Total 5.382.277 1,27


Sumber : Provinsi Sumatera Barat dalam Angka 2019

2-5
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

2.4 KONDISI SOSIAL EKONOMI

2.4.1 Fasilitas Pendidikan

Dari segi sarana Pendidikan, Provinsi Sumatera Barat memiliki gedung sekolah baik negeri maupun
swasta sebanyak 9.103 buah, untuk jumlah fasilitas Pendidikan dapat dilihat di bawah ini,
berdasarkan data Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2019.

1. Taman Kanak-Kanak (TK) : 2.416 buah;

2. Raudhatul Athfal (RA) : 385 buah

3. Sekolah dasar (SD) : 4.168 buah;

4. Madrasyah Ibtidaiyah (MI) : 142 buah;

5. Sekolah Menengah Pertama (SMP) : 810 buah;

6. Madrasyah Ibtidaiyah (MTs) : 407 buah;

7. Sekolah Menengah Atas (SMA) : 326 buah

8. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) : 210 buah

9. Madrasyah Aliah (MA) : 214 buah

10. Perguruan Tinggi : 25 buah

2.4.2 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan salah satu cermin pembangunan manusia. Fasilitas kesehatan di
Provinsi Sumatera Barat terdiri dari rumah sakit, rumah sakit bersalin, poloklinik, puskesmas,
puskesmas pembantu dan apoyek, untuk banyaknya fasilitas kesehatan dapat dilihat di bawah ini,
berdasarkan data Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2019.

1. Rumah Sakit : 54 buah;

2. Rumah Sakit Bersalin : 22 buah;

3. Poliklinik : 127 buah;

4. Puskesmas : 294 buah;

5. Puskesmas Pembantu : 721 buah;

6. Apotek : 257 buah;

Berikut jumlah kasus penyakit terbanyak di Provinsi Sumatera Barat.

2-6
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

Tabel 2.3 Penyakit Terbanyak di Provinsi Sumatera Barat

No Jenis Penyakit Jumlah Kasus


1 TBC Tuber Culose 10.143
2 BTA + Acid + Fost Bacil 5.159
3 Malaria 482
4 NCDR 46
5 Rabies 4167
6 Demam Berdarah 2202
7 Diare 90537
8 HIV/ AIDS 937
Sumber : Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2019

2.4.3 Fasilitas Peribatadatan

Apabila dilihat dari pemeluk agama di Provinsi Sumatera Barat agama mayoritas yaitu Islam dengan
jumlah pemeluk agama Islam sebanyak 98,05% dan 1,95% lainnya beragama protestan, katolik,
budha dan hindu. Untuk jumlah fasilitas peribadatan dapat dilihat secara rinci berikut ini,
berdasarkan data Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2019.

1. Mesjid : 5.107 buah;

2. Mushola : 9.538 buah;

3. Gereja Protestan : 230 buah;

4. Greja Katolik : 20 buah;

5. Vihara : 7 buah;

6. Pura : 1 buah;

2.4.4 Pertanian

Sumatera Barat Barat tahun 2018 berdasarkan hasil Kerangka Sampel Area (KSA) tercatat sebesar
1.509.337 ton, dengan produktivitas sebesar 4,73 ton/Ha. Luas lahan sawah irigasi di Sumatera Barat
tahun 2018 sebesar 186.550 hektar. Luas lahan sawah irigasi tersebut tersebar di seluruh
kabupaten/ kota di Sumatera Barat dengan lahan sawah irigasi terluas berada di Kabupaten Agam
(24.266 hektar) dan yang terkecil di Kabupaten Kepulauan Mentawai (158 hektar). Secara garis
besar, daerah irigasi di Sumatera Barat 2018 adalah seluas 364.307 hektar. Kabupaten Pesisir Selatan
mempunyai daerah irigasi yang terluas dengan 64.231 hektar, diikuti oleh Kabupaten Padang
Pariaman seluas 42.449 hektar, kabupaten Agam sebesar 40.548 hektar, dan Kabupaten Solok
sebesar 38.610 hektar.

Produksi sayuran di Sumatera Barat didominasi oleh bawang merah, cabe, kol/ kubis, tomat, dan
kentang. Bila dibandingkan dengan produksi tahun 2017, pada tahun 2018 hanya satu komoditi juga

2-7
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

yang mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi tersebut terdapat pada kentang yaitu
dari 40.398 ton menjadi 40.209,2 ton. Komoditas lainnya mengalami peningkatan produksi antara
lain tomat, bawang merah, cabai, dan kubis.

Luas hutan lindung, hutan suaka alam, hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap dan hutan
produksi yang dapat di konversi pada tahun 2018 berturut-turut sebesar 791.670,94 Ha, 769.774,65
Ha, 233.210,58 Ha, 360.608,0 Ha dan 187.628,99 Ha. Produksi hasil hutan pada 2018 untuk kayu
bulat sebanyak 130.682,77 m3 (naik dibanding tahun 2017 dengan produksi sebesar 110.818,11),
Manau sebanyak 75.000,00 batang (turun dari tahun 2017 dengan produksi sebesar 213.000,00),
getah pinus 860,56 kg turun dari tahun 2017 dengan produksi sebesar 1.187.241 kg, dan Tabu-tabu
sebanyak 29.300 batang (naik dari tahun 2017 dengan produksi sebanyak 14.166 batang).

Perkebunan di Sumatera Barat menurut pengelolaannya secara garis besar dapat dibedakan menjadi
perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta, dan perkebunan PNP/ PTP. Komoditi perkebunan
dengan luas tanam paling besar di Sumatera Barat tahun 2018 adalah kelapa sawit dan karet. Dari
seluruh jenis perkebunan tahun 2018 tercatat luas tanam kelapa sawit dan karet masing-masing
seluas 385.237,46 Ha dan 182.230,89 Ha dengan produksi 568.680,36 ton dan 186.197,46 ton.
Tanaman kelapa sawit paling banyak diusahakan oleh masyarakat di Dharmasraya dan Pasaman
Barat sedangkan tanaman karet paling banyak usahakan oleh masyarakat Dharmasraya dan
Pasaman.

2.4.5 Perternakan

Populasi ternak terbesar di Sumatera Barat adalah populasi sapi potong, kambing dan kerbau. Pada
tahun 2018 berturut-turut masingmasingnya sebanyak 401.094 ekor, 250.557 ekor dan 110.228
ekor. Produksi daging unggas tahun 2018 tercatat sebesar 44,51 ribu ton, naik sebesar 8,85%
dibanding tahun sebelumnya. Produksi daging sapi tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,46%
dibanding tahun 2017. Sementara itu produksi daging kambing juga meningkat, sedangkan daging
kerbau menurun disbanding tahun 2017 dengan peningkatan daging kambing sebesar 9,81% dan
daging kerbau menurun sebesar 11,97%. Konsumsi daging di Sumatera Barat tahun 2018 sebesar
45.005 ton, naik sebesar 4,37 ton bila dibandingkan dengan angka konsumsi daging tahun 2017
sebesar 43.123 ton, sedangkan produksi daging di Sumatera Barat di tahun 2018 sebesar 23.664 ton.
Sementara itu untuk konsumsi telur di Sumatera Barat tahun 2018 tercatat sebesar 57.748 ton,
meningkat sebesar 23,58 ton dibandingkan konsumsi telur tahun 2017. Produksi telur di Sumatera
Barat tahun 2018 sebesar 91.100 ton. Konsumsi susu di Sumatera Barat tahun 2018 sebesar 10.782
ton mengalami kenaikan sebesar 0,73% jika dibandingkan tahun 2017.

2-8
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

2.4.6 Perikanan

Secara umum sumber perikanan bisa dibedakan menjadi perikanan darat dan perikanan laut.
Perikanan darat bisa dibedakan menjadi dua yaitu budidaya perikanan dan perairan umum.
Perikanan darat tersebut tersebar di seluruh kabupaten/ kota di Sumatera Barat. Luas area budidaya
perikanan darat Sumatera Barat tahun 2018 seluas 17.423,80 Ha dengan produksi 270.440,87 ton.
Luas area perairan umum seluas 124.202,82 Ha dengan produksi sebesar 11.623,70 ton. Perikanan
laut di Sumatera Barat hanya terdapat di 7 (tujuh) kabupaten/ kota yaitu daerah yang berada di
sepanjang pesisir pantai. 7 (tujuh) kabupaten/ kota tersebut adalah Kep. Mentawai, Pesisir Selatan,
Padang Pariaman, Agam, Pasaman Barat, Padang, dan Pariaman. Tahun 2018 produksi perikanan
laut tercatat sebanyak 211.821,3 ton. Angka ini meningkat dibanding produksi ikan laut tahun 2017
yang tercatat sebanyak 211.530,70 ton.

2.4.7 Industri

Perusahaan Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) di Sumatera Barat pada tahun 2016
meningkat jumlahnya dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 162 perusahaan pada tahun 2015
menjadi 204 perusahaan pada tahun 2016 (bertambah sekitar 25,93%). Bertambahnya jumlah IBS ini
berkaitan dengan jumlah tenaga kerjanya, dimana jumlah tenaga kerja pada IBS minimal 20 orang.
Berdasarkan jenis industrinya, Perusahaan IBS di Sumatera Barat pada tahun 2016 didominasi oleh
Industri Makanan 53,43%, kemudian diikuti oleh Industri Barang-barang dari Karet dan Plastik 6,86%,
Tekstil 5,39%, dan Barang galian bukan logam sebanyak 5,39% juga. Jumlah Industri Mikro dan Kecil
(IMK) di Sumatera Barat pada tahun 2016 yaitu dari 580.344 usaha, dengan 1.297.672 orang jumlah
tenaga kerja. Sarana Perusahaan Selama tahun 2017 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Sumatera Barat telah menerbitkan 5.314 SIUP dari berbagai bidang usaha. SIUP perusahaan kecil
adalah yang terbanyak yang dikeluarkan, mencapai 74,78% dari total SIUP yang dikeluarkan.

2.4.8 Perdagangan

Nilai ekspor dari Sumatera Barat tahun 2018 tercatat 1,6 milyar US$ (Rp. 22.212.192.000.000,00).
Angka ini turun 21,88% dibandingkan nilai ekspor tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,05
milyar US$ (Rp. 28,459,371,000,000.00). Negara tujuan ekspor utama Sumatera Barat tahun 2018
adalah India sebesar 442,45 juta US$ (Rp. 6,142,365,219,000.00) atau sekitar 27,68% dari total
ekspor Sumatera Barat. Ekspor ke Amerika sebesar 393,07 juta US$ (Rp. 5,456,841,443,400.00)
24,59%, ke negara Singapura mencapai 121,67 juta US$ (Rp. 1,689,098,375,400.00) 7,61%. Komoditi
ekspor yang paling besar tahun 2018 adalah minyak kelapa sawit. Komoditi ini memberikan
kontribusi sebesar 69,26% senilai 1.107,16 juta US$ (Rp. 15,370,281,559,200.00) dan komoditi crum
rubber sebesar 18,17%.

2-9
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

Nilai impor di Sumatera Barat mengalami peningkatan sebesar 22,43% dari 446,26 juta US$ (Rp.
6,195,258,001,200.00) tahun 2017 menjadi 546,34 juta US$ (Rp. 7,584,630,610,800.00) tahun 2018.
Dengan demikian neraca perdagangan Sumatera Barat yang dilihat dari transaksi ekspor impor pada
tahun 2017 masih mengalami surplus sebesar 1,05 milyar US$ (Rp. 14,576,751,000,000.00). (1 dollar
= Rp. 13.882,62 tahun 2018).

2.4.9 Pariwisata

Jumlah akomodasi di Sumatera Barat tahun 2018 ada sebanyak 588 unit. Jumlah ini bertambah
sebanyak 12 unit dibanding tahun sebelumnya. Akomodasi ini terdiri dari 78 unit hotel tergolong
hotel berbintang dan 510 unit hotel non bintang dan akodasi lainnya. Tingkat Penghunian Kamar
Hotel (TPK) pada hotel berbintang meningkat sebesar 0,78 poin dari 54,80% tahun 2017 menjadi
55,58% tahun 2018. Pada akomodasi lainnya TPK tahun 2018 tercatat sebesar 31,31%, atau
mengalami penurunan sebesar 2,98 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata lama menginap
tamu (RLMT) pada hotel berbintang tahun 2018 selama 1,47 hari, mengalami penurunan 0,06 hari
dibandingkan tahun 2017 yang tercatat 1,53 hari.

2.4.10 Transportasi dan Komunikasi

a. Transportasi

- Angkutan Jalan Raya

Panjang jalan Provinsi Sumatera Barat tahun 2018 sekitar 1.525,20 Km. Berdasarkan
kondisi jalan Provinsi sepanjang 232,98 Km dengan kondisi jalan baik. Jika dilihat dari
kualitas permukaan jalan, pada umumnya jalan raya Provinsi di Sumatera Barat
berlapiskan aspal sepanjang 1.152,59 Km dan sisanya tidak aspal. Pada tahun 2018
jumlah kendaraan bermotor yang membayar pajak sebesar 2.516 kendaraan naik 8,12%
dari tahun 2017 yaitu sebesar 2.327 kendaraan.

- Angkutan Udara

Jumlah pesawat terbang yang mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM)


mengalami peningkatan sebesar 8,78% dari 13.786 tahun 2017 menjadi 14.997 tahun
2018. Jumlah penumpang yang datang melalui BIM juga mengalami peningkatan sebesar
6,67% dari 1.932.669 orang tahun 2017 menjadi 2.061.552 orang tahun 2018.

- Angkutan Laut

Kegiatan bongkar muat kapal luar negeri di pelabuhan Teluk Bayur Padang dengan
barang yang dibongkar sebesar 517.904 ton dan barang yang dimuat sebesar 4.604.795
ton. Kegiatan bongkar muat kapal interinsuler (antar provinsi) dengan jumlah bongkar

2-10
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

barang sebesar 2.599.652 ton dan muat 3.123.509 ton. Kegiatan bongkar muat kapal
rakyat dengan bongkar barang sebesar 6.418 ton dan muat 35.814 ton.

b. Komunikasi

Banyaknya surat pos biasa yang dikirim selama tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar
12,50% dan yang diterima meningkat sebesar 7,99%. Pengiriman paket pos di tahun 2018
sebesar 73.271 paket meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 69.694.

2.4.11 Sistem Neraca Nasional

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Sumatera Barat atas dasar harga berlaku
pada tahun 2017 adalah 213.889,86 milyar rupiah dan pada tahun 2018 menjadi 230.528,81 milyar
rupiah. Sedangkan menurut harga konstan 2010, 155.976,49 milyar rupiah pada tahun 2017 menjadi
163.995,27 milyar rupiah pada tahun 2018. Struktur ekonomi Provinsi Sumatera Barat tahun 2018
menurut lapangan usaha didukung oleh tiga lapangan usaha utama yaitu lapangan usaha pertanian,
kehutanan dan perikanan, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan
sepeda motor serta lapangan usaha transportasi dan pergudangan. Ketiga lapangan usaha tersebut
memberikan sumbangan terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Barat sebesar 51,13%.
Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebagai penyumbang terbesar memberikan
kontribusi sebesar 23,16%, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 23,61%.
Berikutnya adalah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor,
yang memberikan kontribusi sebesar 15,31%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang
sebesar 14,91%. Sedangkan lapangan usaha transportasi dan pergudangan dengan kontribusi
sebesar 12,66%, relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 12,66%. Struktur
Ekonomi Provinsi Sumatera Barat tahun 2018 menurut pengeluaran didominasi oleh Komponen
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (53,08%), diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto (29,78%).
PDRB perkapita Provinsi Sumatera Barat tahun 2018 mengalami peningkatan dibandingkan dengan
tahun 2017. Pada tahun 2017 PDRB perkapita Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 40,19 juta
rupiah, meningkat menjadi 42,83 juta rupiah pada tahun 2018. Pertumbuhan Provinsi Sumatera
Barat pada tahun 2018 melemah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan
PDRB Provinsi Sumatera Barat tahun 2018 sebesar 5,14%, sedangkan tahun 2017 sebesar 5,29%.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar
8,57%, dan lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 7,86%. Untuk
lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan terendah adalah lapangan usaha Industri Pengolahan
yaitu sebesar -0,57%.

Sebagaimana kondisi pada tahun-tahun sebelumnya, perekonomian Kota Padang tetap menjadi
baromoter dari perekonomian Sumatera Barat. Hal ini bisa dimengerti karena Padang adalah ibu
kota provinsi dengan potensi ekonomi yang paling besar bila dibandingkan dengan kabupaten/ kota

2-11
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

lainnya. Dari nilai PDRB yang dihasilkan, terlihat bahwa Kota Padang jauh mengungguli kabupaten/
kota lainnya. PDRB Kota Padang tahun 2018 adalah sebesar 58.272,34 milyar rupiah, sementara
diurutan berikutnya adalah Kabupaten Padang Pariaman dengan nilai PDRB sebesar 20.639,27 milyar
rupiah, dan diurutan ketiga adalah Kabupaten Agam dengan nilai PDRB sebesar 19.506,49 milyar
rupiah. Jika dilihat PDRB perkapita kabupaten/ kota, Kota Bukittinggi tercatat memiliki PDRB
perkapita tertinggi. PDRB perkapita Kota Bukittinggi tahun 2018 adalah sebesar 62,65 juta rupiah,
diikuti oleh Kota Padang sebesar 62,05 juta rupiah dan diurutan ketiga adalah Kota Padang Panjang
sebesar 61,69 juta rupiah. Dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi masing-masing kabupaten/ kota,
Kota Padang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu sebesar 6,09% diikuti oleh Kota
Bukittinggi sebesar 6,03%, dan kemudian Kota Bukittinggi 6,02%.

2-12
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

Tabel 2.4 Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Sumatera Barat (juta Rupiah), Tahun 2016 – 2018

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan


Lapangan Usaha
2016 2017* 2018** 2016 2017* 2018**
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 47 172 981,14 50 492 015,02 53 388 370,09 34 222 561,72 35 387 634,92 36 612 272,53
Pertambangan & Penggalian 8 886 419,26 9 138 553,46 9 832 802,96 6 267 606,76 6 338 267,17 6 705 049,43
Industri Pengolahan 19 791 728,08 20 835 165,13 20 967 693,16 16 174 096,85 16 540 004,84 16 445 055,91
Pengadaan Listrik & Gas 207 279,26 240 385,53 259 098,03 161 628,93 168 196,58 175 080,06
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 180 305,59 197 019,60 208 775,32 150 771,11 156 736,19 160 240,92
Konstruksi 18 209 710,82 20 008 574,41 22 219 271,09 13 126 836,91 14 075 895,58 15 066 989,63
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan sepeda Motor 28 950 570,56 31 888 828,33 35 296 943,32 22 796 932,47 24 279 260,45 25 985 871,63
Transportasi dan Perdagangan 24 443 530,30 27 068 214,82 29 183 861,43 17 506 914,87 18 762 202,18 19 975 310,85
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2 530 841,03 2 835 449,20 3 146 008,36 1 557 102,43 1 693 494,32 1 832 878,56
Informasi dan Komunikasi 9 790 228,53 11 302 704,39 12 611 224,72 9 934 334,82 10 802 637,25 11 728 422,78
Jasa Keuangan dan Asuransi 6 217 709,41 6 627 783,02 6 929 655,67 4 524 388,29 4 619 805,20 4 665 415,80
Real Estate 3 935 823,81 4 219 482,99 4 513 529,17 2 895 556,33 3 025 615,61 3 166 853,19
Jasa Perusahaan 843 847,00 922 959,07 1 002 378,39 651 284,00 685 063,40 722 425,15
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 11 421 829,61 12 467 324,08 13 642 393,76 8 286 949,05 8 659 075,43 9 175 850,47
Jasa Pendidikan 7 539 722,70 8 843 846,16 9 684 924,22 5 416 448,83 5 954 627,35 6 382 703,06
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2 502 927,51 2 856 972,06 3 194 777,42 1 984 293,52 2 154 588,55 2 311 450,41
Jasa Lainnya 3 473 721,96 3 944 582,99 4 447 105,55 2 476 536,98 2 673 386,50 2 883 397,98
PDRB 196 099 176,57 213 889 860,25 230 528 812,66 148 134 243,89 155 976 491,52 163 995 268,35
Keterangan : *Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara
Sumber : Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2019

2-13
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

Tabel 2.5 Nilai PDRB Menurut Pengeluaran Lapangan Usaha di Provinsi Sumatera Barat (Milyar Rupiah),
Tahun 2016 – 2018

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan


Komponen Pengeluaran
2016 2017* 2018** 2016 2017* 2018**
Kosumsi Rumah Tangga 103 844 966,07 112 795 751,98 122 364 542,23 76 279 872,60 79 928 561,04 83 687 078,89
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2 191 549,30 2 250 915,72 2 453 078,67 1 634 840,98 1 702 688,06 1 813 992,58
Pengeluaran Konsumsi 25 511 598,02 26 852 475,51 29 157 823,09 17 768 113,39 17 679 414,49 18 498 410,79
Pembentukan Modal Tetap Bruto 59 605 598,31 64 168 289,44 68 660 220,68 44 221 668,58 46 100 246,55 47 616 931,78
Perubahan Inventori 1 147 678,22 144 659,39 - 13 948,18 882 222,33 101 773,60 - 7 926,03
Ekspor Luar Negeri 21 329 276,61 27 093 953,05 24 443 498,69 18 179 768,20 21 184 885,90 18 208 503,16
Dikurangi Impor Luar Negeri 6 025 642,11 7 397 882,31 9 268 718,04 6 164 537,16 6 850 602,92 6 885 642,96
Net Ekspor Antar Daerah -11 505 847,85 -12 018 302,53 -7 267 684,48 -4 667 705,03 -3 870 475,20 1 063 920,14
PDRB 196 099 176,57 213 889 860,25 230 528 812,66 148 134 243,89 155 976 491,52 163 995 268,35
Keterangan : *Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara
Sumber : Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2019

2.5 RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SUMATERA BARAT 2012 – 2032

2.5.1 Tujuan Penataan Ruang Provinsi Sumatera Barat

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang, serta harapan
penataan ruang Sumatera Barat 20 tahun ke depan, maka tujuan penataan ruang Sumatera Barat
2029 adalah :

“Terwujudnya Keterpaduan Pola Ruang Provinsi Melalui Pengembangan Potensi Sumber Daya
Alam Dengan Tetap Memperhatikan Ekosistem Alam dan Daya Dukung Wilayah Secara
Berkelanjutan”

2.5.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Untuk mencapai tujuan, maka kebijakan dan strategi yang akan dilaksanakan, meliputi:

a. Pengurangan kesenjangan pembangunan dan perkembangan wilayah Utara-Selatan Provinsi


Sumatera Barat, melalui:

1. pengembangan interaksi kawasan untuk meningkatan perkembangan ekonomi kawasan


dengan pengembangan jalan arteri primer dan sarana pendukungnya;

2. peningkatan akses kawasan budi daya ke sistem jaringan transportasi melalui


peningkatan jalan kolektor primer;

3. peningkatan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang pengembangan pusat-


pusat primer dan sekunder berupa pengembangan fasilitas bongkar muat dan sarana
pelabuhan perikanan di PKN, PKW dan/atau PKWp;

4. peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya alam di wilayah selatan melalui


pengolahan produk perkebunan dan perikanan.

2-14
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

b. Pengembangan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier sesuai daya dukung wilayah,
melalui:

1. peningkatan kegiatan pertanian, kehutanan dan perkebunan melalui pola intensifikasi


dan ekstensifikasi dengan tetap mempertahankan ekosistem lingkungan;

2. peningkatan pengembangan kawasan agropolitan dengan melengkapi fasilitas


perdagangan pusat koleksi distribusi dan jasa pendukung komoditas pertanian kawasan;

3. peningkatan pengembangan industri berbasis pertanian berupa perlengkapan saprodi


dan sarana pendukungnya;

4. peningkatan pengembangan kegiatan jasa perdagangan untuk mendukung kegiatan


primer dan sekunder, serta menciptakan lapangan kerja perkotaan terutama di kawasan
metropolitan;

5. pengembangan kegiatan sektor unggulan pada kawasan andalan antara lain pertanian,
perkebunan, pertambangan, industri, perikanan dan pariwisata dengan tetap
mempertahankan kawasan hutan dan ruang terbuka hijau minimum mencapai 30% dari
total luas kawasan.

c. Penetapan pusat-pusat kegiatan untuk mendukung pelayanan sosial/ekonomi dan


pengembangan wilayah, melalui :

1. pemantapan pengembangan PKN Kota Padang sebagai pusat orientasi wilayah menuju
Metropolitan Padang, PKW yang terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota
Sawahlunto, Kota Solok dan Muara Siberut sesuai arahan RTRWN;

2. penetapan pusat-pusat kegiatan lingkungan dalam rangka Peningkatan pelayanan intra


wilayah di 19 (sembilan belas) kabupaten/ kota di Provinsi Sumatera Barat;

3. pembangunan yang terkait dengan kegiatan dan akses dalam kawasan agropolitan
berupa pengembangan jalan kolektor primer ke pusat pengembangan agropolitan.

d. Peningkatan fungsi Kota Padang menjadi Kota Metropolitan, melalui :

1. fasilitasi peningkatan fungsi Kota Padang menjadi kawasan metropolitan dengan kajian
wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Padang sebagai wilayah pengaruh dan
kota-kota sekitar sebagai pendukungnya;

2. penyusunan sinkronisasi penataan ruang kawasan perkotaan metropolitan terutama


sistim jaringan prasarana dan sarana fasilitas perkotaan;

3. peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kawasan perkotaan metropolitan sesuai


hirarki pelayanan dan tetap memperhatikan kaidah lingkungan, terutama kawasan RTH
minimal 30%, prasarana pejalan kaki dan pedagang informal;

2-15
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

4. pengembangan dan Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana transportasi laut dan
udara dalam rangka menunjang kegiatan koleksi dan distribusi barang/ penumpang di
Pelabuhan Laut Internasional Teluk Bayur dan Bandar Udara Internasional Minangkabau.

e. Penetapan dan Peningkatan Kota Payakumbuh, Pulau Punjung, Tapan, dan Simpang Empat
menjadi Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan provinsi (PKWp) untuk melayani
beberapa kabupaten, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu Painan, Lubuk Alung, Parik
Malintang, Lubuk Basung, Lubuk Sikaping, Sarilamak, Kota Padang Panjang, Batusangkar,
Muaro Sijunjung, Aro Suka, Padang Aro, dan Tuapejat untuk melayani satu wilayah
kabupaten atau beberapa kecamatan, melalui:

1. Pengembangan fungsi pusat-pusat sesuai dengan potensi kegiatan wilayah;

2. Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan fungsi pusat kegiatan baik internal
maupun eksternal;

3. Peningkatan prasarana transportasi dalam rangka menunjang pengembangan ekonomi


daerah.

f. Pendorongan terbentuknya aksesibilitas jaringan transportasi dalam rangka menunjang:

1. Perwujudan dan peningkatan hubungan lintas barat, tengah dan timur Sumatera dengan
mengembangkan jaringan jalan arteri primer dan kolektor primer;

2. Peningkatan akses wilayah-wilayah di Provinsi Sumatera Barat yang belum berkembang


dengan pembangunan jaringan jalan kolektor primer dan pelayanan kapal perintis ke
daerah-daerah terisolir di Pantai Barat Provinsi Sumatera Barat dan Kepulauan
Mentawai;

3. Pengembangan sistem transportasi kereta api di Provinsi Sumatera Barat dalam rangka
menunjang jaringan transportasi kereta api Pulau Sumatera;

4. Peningkatan pelayanan angkutan kereta api di Provinsi Sumatera Barat untuk angkutan
barang dan penumpang.

g. Penetapan kawasan lindung untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam secara terpadu
dengan provinsi berbatasan, melalui :

1. Pemantapan fungsi kawasan lindung;

2. Prioritas penyelesaian konflik penggunaan ruang berdasarkan aspek hukum dan


pertimbangan kondisi sosial masyarakat setempat;

3. Sinkronisasi fungsi kawasan lindung dengan provinsi yang berbatasan.

h. Peningkatan pemanfaatan kawasan budi daya untuk mendukung pengembangan ekonomi


daerah, melalui:

2-16
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

1. Pengembangan kawasan andalan sesuai dengan potensi unggulan, yang meliputi


Kawasan Padang Pariaman dan sekitarnya, Agam - Bukittinggi (PLTA Koto Panjang),
Kepulauan Mentawai dan sekitarnya, Solok dan sekitarnya (Danau Kembar-PIP Danau
Singkarak-Lubuk Alung-Ketaping) dan Kawasan Laut Kepulauan Mentawai-Siberut dan
sekitarnya;

2. Pemanfaatan kawasan budi daya sesuai dengan kapasitas daya dukung lingkungan.

2.5.3 Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang meliputi :

a. Sistem Perkotaan :

1. Dikembangkan secara hirarki dalam bentuk pusat kegiatan, sesuai kebijakan nasional dan
provinsi, dan rencana pengembangan;

2. Pengembangan pusat kegiatan, yang terdiri dari :


- Pusat Kegiatan Nasional (PKN);
- Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
- Pusat Kegiatan Wilayah yang di Promosikan oleh Provinsi (PKWp);
- Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

3. Kota yang di tetapkan sebagai PKN adalah Kota Padang.

4. Kota-kota yang ditetapkan sebagai PKW adalah :


- Kota Bukittinggi;
- Kota Pariaman;
- Kota Sawahlunto;
- Kota Solok; dan
- Muara Siberut.

5. Kota-kota yang ditetapkan sebagai PKWp adalah :


- Kota Payakumbuh;
- Pulau Punjung;
- Tapan; dan
- Simpang Empat.

6. Kota-kota yang ditetapkan sebagai PKL dan yang tidak termasuk sebagai PKN, PKW dan
PKWp adalah :
- Painan;
- Kota Padang Panjang;
- Lubuk Sikaping;

2-17
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

- Sari Lamak;
- Batusangkar;
- Padang Aro;
- Tuapejat;
- Lubuk Basung;
- Muaro Sijunjung;
- Lubuk Alung;
- Aro Suka; dan
- Parik Malintang.

b. Sistem Jaringan Transportasi :

1. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi meliputi sistem transportasi darat,


laut dan udara;

2. Sistem transportasi darat terdiri dari jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, sistem
terminal dan jaringan transportasi sungai, danau dan penyebrangan;

3. Sistem jaringan transportasi laut terdiri dari tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran;

4. Sistem jaringan udara terdiri dari tatanan kebandara udaraan dan ruang udara untuk
penerbangan

c. Sistem Jaringan Energi :

1. Pengembangan sistem jaringan prasarana energi ditujukan bagi pengembangan jaringan


prasarana energi listrik yang meliputi prasarana pembangkit dan jaringan listrik;

2. Pengembangan sistem prasarana pembangkit dan jaringan listrik sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) adalah untuk meningkatkan ketersediaan energi/listrik bagi kegiatan
permukiman dan kegiatan non permukiman dan mendukung kegiatan perekonomian,
pengembangan kawasan.

3. Pengembangan prasarana pembangkit energi listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber energi primer, terutama sumber energi
terbarukan dan/atau sumber energi baru yang banyak tersedia di kabupaten/ kota
diantaranya panas bumi, tenaga air, gas, batubara, dan gelombang laut.

4. Pengembangan jaringan energi listrik dilakukan melalui pembangunan jaringan


interkoneksi Jawa - Sumatera meliputi pengembangan jaringan kawat saluran udara,
kabel bawah tanah, dan/atau kabel bawah laut.

d. Sistem Jaringan Telekomunikasi :

2-18
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

1. Pengembangan prasarana telekomunikasi, meliputi sistem terestrial yang terdiri dari


sistem kabel, sistem seluler dan sistem satelit sebagai penghubung antara pusat-pusat
pertumbuhan;

2. Pengembangan prasarana telekomunikasi dilakukan hingga ke pelosok wilayah yang


belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi.

e. Sistem Jaringan Sumber Daya Air :

1. Sistem jaringan sumber daya air yang dimaksud :


- Sistem jaringan sungai;
- Sistem jaringan irigasi;
- Sistem jaringan air baku;
- Sistem pengendalian banjir; dan
- Sistem pengamanan pantai, meliputi meliputi konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air

2. Sistem jaringan prasarana sumber daya air direncanakan melalui pendekatan DAS dan
cekungan air tanah serta keterpaduannya dengan pola ruang dengan memperhatikan
neraca penatagunaan air.

3. Dalam rangka pengembangan penatagunaan air pada DAS dan Cekungan Air Tanah (CAT)
diselenggarakan kegiatan penyusunan dan penetapan neraca penatagunaan sumberdaya
air dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan.

f. Sistem Sarana Prasarana Lingkungan :

1. Sistem prasarana lingkungan, meliputi :


- Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terpadu (regional);
- Tempat pengolahan dan atau pengelolaan limbah industri B3 dan non B3;
- Sistem drainase;
- Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM)
- Sarana dan prasarana lingkungan yang sifatnya menunjang kehidupan masyarakat.

2. Rencana pengembangan sistem prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) adalah upaya bersama dalam menghadapi dampak lingkungan, maka perlu
dikembangkan lokasi yang digunakan bersama antara kabupaten/ kota dengan sistem
pengelolaan yang berwawasan lingkungan.

2.5.4 Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang meliputi :

a. Pola ruang kawasan hutan lindung, rencana pengembangan meliputi :


2-19
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya, meliputi :


- Kawasan hutan lindung seluas 1.001.780,43 Ha, yang menyebar di seluruh wilayah
kabupaten/ kota kecuali Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Bukittinggi dan Kota
Pariaman;
- Kawasan bergambut, yang menyebar di Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam
bagian barat, dan Kabupaten Pesisir Selatan; dan
- Kawasan resapan air, yang menyebar di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten
Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pasaman
Barat, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Sijiunjung dan Kota
Padang.

2. Kawasan perlindungan setempat, meliputi :


- Sempadan pantai di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, dan
Kabupaten Pasaman Barat;
- Sempadan sungai dikembangkan pada seluruh aliran sungai yang ada di provinsi, baik
yang mengalir di kawasan perkotaan maupun di luar kawasan perkotaan;
- kawasan sekitar danau/ waduk, yaitu Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau
Diatas dan Danau Dibawah (Danau Kembar), Danau Talang, dan Danau buatan Koto
Panjang;
- Kawasan sempadan mata air yang menyebar di seluruh wilayah provinsi; dan
- Kawasan terbuka hijau kota, yang menyebar di kawasan perkotaan dan bukan
perkotaan.

3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar alam budaya, meliputi :
- Cagar Alam, yang tetap akan dikembangkan di Cagar Alam Rimbo Panti dan Cagar
Alam Malampah Alahan Panjang di Kabupaten Pasaman, Cagar Alam Lembah Anai
dan Cagar Alam Baringin Sakti di Kabupaten Tanah Datar, Cagar Alam Batang
Pangean I dan Cagar Alam Batang Pangean II di Kabupaten Sijunjung, Cagar Alam
Arau Hilir di Kota Padang, Cagar Alam Gunung Sago di Kabupaten Lima Puluh Kota
dan Kabupaten Tanah Datar, Cagar Alam Maninjau Utara dan Selatan di Kabupaten
Agam dan Kabupaten Padang Pariaman, Cagar Alam Gunung Singgalang Tandikat di
Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar, Cagar
Alam Gunung Marapi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Cagar Alam
Air Putih dan Cagar Alam Lembah Harau di Kabupaten Lima Puluh Kota, Cagar Alam
Barisan I di Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar dan
Kabupaten Solok, Cagar Alam Air Tarusan di Kabupaten Solok dan Kabupaten Pesisir
Selatan, Cagar Alam Batang Palupuh di Kabupaten Agam ;

2-20
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

- Kawasan Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut di Pulau Pagai Selatan
Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pulau Penyu, Pulau Marak, Pulau Nyamuk di
Kabupaten Pesisir Selatan, dan Pulau Panjang di Kabupaten Padang Pariaman;
- Kawasan Suaka Alam Selasih Talang di Kabupaten Solok;
- Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya adalah kawasan konservasi laut
daerah Pulau Pasumpahan dan Pulau Pisang, kawasan pengawasan keanekaragaman
hayati biota laut di Pulau Sikuai, kawasan konservasi laut daerah Pulau Ujung Agam,
daerah perlindungan laut Tiku Agam, kawasan perlindungan laut daerah berbatasan
dengan Provinsi Sumatera Utara (Pulau Batu Bakudung), dan perbatasan dengan
Provinsi Bengkulu (Pulau Baringin);
- Kawasan Pantai Berhutan Bakau, berada di daerah Batang Tomak, Air Bangis, dan
Simpang Empat di Kabupaten Pasaman Barat; Lunang Silaut di Kabupaten Pesisir
Selatan; sebagian besar kawasan pantai Kepulauan Mentawai; Kabupaten Agam,
Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, dan Bungus Teluk Kabung di Kota
Padang;
- Kawasan Taman Nasional, adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang berada
di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok Selatan, dan Taman Nasional
Siberut di Kabupaten Kepulauan Mentawai;
- Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura), adalah Taman Hutan Raya Bung Hatta di Kota
Padang;
- Kawasan Taman Wisata Alam, meliputi Taman Wisata Alam Mega Mendung di
Kabupaten Tanah Datar, Taman Wisata Alam Lembah Harau di Kabupaten Lima Puluh
Kota, Taman Wisata Alam Rimbo Panti di Kabupaten Pasaman, Taman Wisata Alam
Bukit Batu Patah di Kabupaten Tanah Datar; serta taman wisata alam di Kabupaten
Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, dan Kota Bukittinggi;
- Kawasan Taman Wisata Alam Laut di Pulau Pieh Kabupaten Padang Pariaman dan
Teluk Saibi Sarabua Kabupaten Kepulauan Mentawai;
- Kawasan Cagar Budaya diarahkan pengembangannya di seluruh kabupaten/kota
dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat.
- Konservasi terumbu karang dan kawasan wisata bahari Pulau Ujung, Pulau Tangah
dan Pulau Angso di Kabupaten Padang Pariaman;
- Konservasi penyu dan kawasan wisata bahari Pulau Kasiak di Kabupaten Padang
Pariaman;
- Kawasan konservasi perairan payau Jorong Maligi di Kabupaten Pasaman Barat;
- Kawasan konservasi laut daerah Kepulauan Mentawai (lokasi Desa Saibi, Samukop,
Saliguma, dan Desa Katurai) di Kabupaten Mentawai;
- Kawasan konservasi suaka alam perairan Batang Gasang di Kabupaten Padang
Pariaman;

2-21
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

- Kawasan konservasi dan wisata laut Pulau Penyu di Kabupaten Pesisir Selatan; dan
- Taman wisata perairan Pulau Pieh dan laut disekitarnya di Kabupaten Padang
Pariaman.

4. Kawasan rawan bencana alam, meliputi :


- Kawasan rawan tanah longsor, tersebar di seluruh wilayah provinsi terutama
sepanjang jalur sesar aktif (Patahan Semangko), mulai dari Kabupaten Pasaman
sampai pada perbatasan Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Lima Puluh Kota
sampai wilayah perbatasan Provinsi Riau, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam,
Kota Padang Panjang, Kota Padang, Kota Solok, Kabupaten Sijunjung, Kota
Sawahlunto, Kabupaten Pesisir Selatan hingga ke perbatasan Provinsi Bengkulu;

- Kawasan rawan gelombang pasang, tersebar pada kawasan pantai di Kabupaten


Pesisir Selatan, Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman,
Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai;
- Kawasan rawan banjir, tersebar di kawasan Kinali, Air Bangis, dan Sasak di Kabupaten
Pasaman Barat, kawasan Painan, Air Haji, Lunang Silaut, Tarusan, dan Kambang di
Kabupaten Pesisir Selatan, kawasan Kota Solok, Kota Padang, Kota Pariaman,
Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten
Lima Puluh Kota, Kabupaten Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah
Datar, Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan Kabupaten Agam.

5. Kawasan lindung geologi, meliputi kawasan cagar alam geologi, adalah kawasan keunikan
bentang alam berupa kawasan karst di daerah Kubah Batusangkar, dan bukit-bukit karst
di Sungaidareh Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Sijunjung, Ngarai Sianok di Kota
Bukittinggi, Lembah Harau, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, dan Danau
Dibawah;

6. Kawasan lindung lainnya, meliputi :


- Cagar biosfer, di Taman Nasional Siberut;

- Taman buru di Bukit Sidoali;


- Kawasan perlindungan Plasma Nutfah, adalah kawasan di Taman Nasional Kerinci
Seblat (TNKS), dan di Kawasan Taman Nasional Siberut;
- Terumbu karang, ditetapkan di seluruh kawasan perairan laut yang potensial dan
sesuai untuk pengembangan terumbu karang; dan
- Alur migrasi hewan laut yang dilindungi.
- Lubuk larangan yang terdapat di Kota Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kota
Sawahlunto, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kota Solok,
Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, dan
Kota Padang.

2-22
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

b. Pola ruang kawasan budi daya, meliputi :

1. Kawasan peruntukkan hutan produksi, meliputi :


- Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) dikembangkan diseluruh wilayah provinsi
kecuali Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten
Tanah Datar, Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Pariaman, Kota Payakumbuh,
dan Kota Solok;

- Kawasan hutan produksi tetap (HP) dikembangkan di seluruh wilayah provinsi kecuali
Kabupaten Padang Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padang, Kota Padang Panjang,
Kota Pariaman, Kota Payakumbuh, dan Kota Solok;
- Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) dikembangkan di seluruh
wilayah provinsi kecuali Kabupaten Padang Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padang,
Kota Padang Panjang, Kota Pariaman, Kota Payakumbuh, dan Kota Solok.

2. Kawasan peruntukkan hutan rakyat, dilakukan di seluruh wilayah provinsi yang memiliki
potensi dan sesuai untuk pengembangan hutan rakyat

3. Kawasan peruntukkan pertanian, meliputi :


- Kawasan pertanian lahan sawah irigasi dikembangkan di Kabupaten Pasaman,
Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Sijunjung;

- Kawasan pertanian sawah tadah hujan dikembangkan di seluruh wilayah provinsi


yang memiliki kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian tadah hujan;
- Kawasan pertanian lahan kering dan hortikultura dikembangkan di wilayah
Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Lima Puluh Kota,
Kabuputen Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok
Selatan, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Kepulauan
Mentawai, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kota Padang, dan
Kota Payakumbuh;
- Kawasan agropolitan dikembangkan di wilayah Kabupaten Agam, Kabupaten Solok,
Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman,
Kabupaten Lima Puluh Kota, dan Kabupaten Pasaman.

4. Kawasan peruntukkan perikanan, meliputi :


- Perikanan tangkap dikembangkan di wilayah pesisir dan laut Kota Padang, Kota
Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam,
Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai;

- Perikanan budi daya yang terdiri dari budi daya laut, budi daya tambak dan budi daya
air tawar, dikembangkan di seluruh wilayah kabupaten/ kota; dan

2-23
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

- Kawasan pengelolaan hasil perikanan

5. Kawasan peruntukkan pertambangan, dilakukan di Wilayah Usaha Pertambangan (WUP)


mineral dan batubara, Wilayah Kerja (WK) minyak dan gas bumi, serta Wilayah Kerja
Pertambangan (WKP) panas bumi yang menyebar di seluruh kabupaten/kota yang
memiliki potensi bahan tambang, baik sumber daya mineral, batu bara maupun energi

6. Kawasan peruntukkan industri, dilakukan pada kawasan yang sesuai untuk


pengembangan industri besar, sedang, dan industri kecil, baik yang dikembangkan dalam
bentuk kawasan industri, lingkungan industri, maupun industri rumah tangga.

7. Kawasan peruntukkan pariwisata, Destinasi Pengembangan Pariwisata (DPP) yang terdiri


dari :
- DPP I, meliputi karidor Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman,
Kabupaten Lima Puluh Kota, dan Kota Payakumbuh. Dominasi atraksi adalah budaya,
belanja, MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition), kerajinan, kesenian,
peninggalan sejarah, danau, pegunungan, serta flora dan fauna dengan pusat layanan
di Kota Bukittinggi;
- DPP II, meliputi karidor Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman,
Kabupaten Pasaman Barat. Dominasi atraksi adalah jenis wisata bahari seperti pantai,
pulau-pulau, serta MICE, peninggalan sejarah, budaya, kesenian, pegunungan,
sungai, dan hutan dengan pusat layanan di Kota Padang;
- DPP III, meliputi karidor Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang dimana
didominasi jenis wisata budaya, peninggalan sejarah, kesenian, rekreasi, danau, agro,
olahraga, pegunungan, hutan, dan kerajinan dengan pusat layanan di Batusangkar;
- DPP IV, meliputi karidor Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan Kota Solok
dengan pusat layanan di Arosuka yang didominasi jenis wisata rekreasi danau dan
sungai, pegunungan, hutan, agro, taman nasional budaya dan kesenian;
- DPP V, meliputi koridor Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten
Dharmasraya yang didominasi oleh jenis wisata peninggalan sejarah, tambang,
rekreasi agro, olah raga, hutan dengan pusat layanan di Kota Sawahlunto;
- DPP VI, meliputi Kabupaten Pesisir Selatan dengan pusat layanan di Painan, berupa
objek wisata bahari, seperti Kawasan Wisata Mandeh, yang berfungsi sebagai Pusat
Pengembangan Wisata Bahari Wilayah Barat;
- DPP VII, meliputi Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan pusat layanan Tua Pejat/
Muara Siberut. Sesuai dengan kondisi geografis berupa kepulauan dan berbatasan
langsung dengan laut lepas Samudera Hindia, maka kawasan ini didominasi oleh
wisata bahari yang dilengkapi dengan wisata budaya, alam laut, dan rekreasi.

2-24
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

8. Kawasan peruntukkan permukiman, meliputi permukiman perkotaan dan permukiman


perdesaan dikembangkan diseluruh wilayah provinsi yang memenuhi kriteria sebagai
permukiman.

9. Kawasan peruntukkan lainnya, diatur dalam standar dan kriteria teknis pemanfaatan
ruang dan merupakan persyaratan minimal untuk seluruh kabupaten/ kota yang akan
diatur lebih lanjut oleh kabupaten/ kota yang bersangkutan, meliputi:
- Kawasan tempat beribadah;

- Kawasan pendidikan;
- Kawasan pertahanan keamanan;
- Kawasan perternakan; dan
- Wilayah pesisir dan pulau pulau kecil.

2-25
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

Table of Contents
BAB 2. BARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN...............................................................................1
2.1 ADMINISTRASI........................................................................................................................1
2.2 KONDISI FISIK WILAYAH..........................................................................................................4
2.2.1. Topografi dan Morfologi.....................................................................................................4
2.2.2. Iklim....................................................................................................................................5
2.3 KEPENDUDUKAN.....................................................................................................................5
2.4 KONDISI SOSIAL EKONOMI......................................................................................................6
2.4.1 Fasilitas Pendidikan.............................................................................................................6
2.4.2 Fasilitas Kesehatan..............................................................................................................6
2.4.3 Fasilitas Peribatadatan........................................................................................................7
2.4.4 Pertanian.............................................................................................................................7
2.4.5 Perternakan........................................................................................................................8
2.4.6 Perikanan............................................................................................................................9
2.4.7 Industri................................................................................................................................9
2.4.8 Perdagangan.......................................................................................................................9
2.4.9 Pariwisata..........................................................................................................................10
2.4.10 Transportasi dan Komunikasi............................................................................................10
2.4.11 Sistem Neraca Nasional.....................................................................................................11
2.5 RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SUMATERA BARAT 2012 – 2032.....................14
2.5.1 Tujuan Penataan Ruang Provinsi Sumatera Barat.............................................................14
2.5.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang...........................................................................14
2.5.3 Rencana Struktur Ruang....................................................................................................17
2.5.4 Rencana Pola Ruang..........................................................................................................19

Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Barat.................................2
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di
Provinsi Sumatera Barat........................................................................................................................5

2-26
PT. SHIDIQ SARANA MULYA
KONSEP LAPORAN AKHIR
PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM TA 2020 PROVINSI SUMATERA BARAT

Tabel 2.3 Penyakit Terbanyak di Provinsi Sumatera Barat..................................................................7


Tabel 2.4 Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Sumatera Barat (juta Rupiah), Tahun
2016 – 2018..........................................................................................................................................13
Tabel 2.5 Nilai PDRB Menurut Pengeluaran Lapangan Usaha di Provinsi Sumatera Barat (Milyar
Rupiah), Tahun 2016 – 2018................................................................................................................14

Gambar 2.1 Peta Administrasi Provinsi Sumatera Barat......................................................................3

2-27
PT. SHIDIQ SARANA MULYA

Anda mungkin juga menyukai