Anda di halaman 1dari 54

BAB V.

LAPORAN KEGIATAN

5.1 Laporan kegiatan harian di puskesmas

5.1.1 Laporan Kegiatan Minggu I (10 – 11 November 2022)


Hari/ Tanggal Kegiatan

Kamis, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.


10 November 2022 Selanjutnya mahasiswa berkumpul di ruang pertemuan
dan melakukan perkenalan dengan dr.Efa Fartini,
M.K.M selaku Kepala dan Pembimbing mahasiswa
selama menjalani KKS di UPT. Puskesmas Medan
Sunggal.
- Mahasiswa mendapatkan pengarahan mengenai tugas
dan kegiatan yang akan dijalani selama KKS di
Puskesmas Medan Sunggal dengan dr.Efa Fartini,
M.K.M
- Mahasiswa melakukan orientasi ruangan dan perkenalan
dengan seluruh staf UPT. Puskesmas Medan Sunggal
- Mahasiswa mendapatkan arahan untuk melakukan test
Antigen Covid-16 sebelum mengikuti kegiatan KKS di
UPT. Puskesmas Medan Sunggal
- Mahasiswa mengikuti kegiatan senam sehat di Kantor
Lurah Medan Sunggal
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tentang ‘Sistem
Reproduksi Pria dan Wanita’ di SMK Brigjend Katamso
Jum’at, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
11 November 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan.
- Mahasiswa juga melakukan kegiatan di poli berupa
anamnesa keluhan pasien yang dibimbing oleh dokter
yang berada di poli.
- Mahasiswa meminta izin terhadap pembina untuk
membuat Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior .
5.1.2 Laporan Kegiatan Minggu II (14 – 19 November 2022)

Senin, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB dan


14 November 2022 mengikuti apel pagi. Selanjutnya mahasiswa meminta
izin dan arahan dari pembimbing untuk melakukan
kegiatan.
- Mahasiswa diberi arahan untuk melakukan kegiatan
UKK (Upaya Kesehatan Kerja) di Pondok Tasrin
Kegiatan dilakukan dengan menensi, dan mengukur
kadar gula darah pada pekerja Pondok Tasrin Kemudian
para pekerja dianamesa dan melakukan tatalaksana
sesuai dengan keluhan pekerja.
- Mahasiswa melakukan kegiatan penyuluhan UKK
tentang ‘Hipertensi’ pada pekerja di Pondok Tasrin

Selasa, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.


15 November 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan.
- Mahasiswa melakukan kegiatan di posyandu jalan
sunggal untuk menilai status gizi anak (berat badan,
panjang/tinggi badan), dan imunisasi, serta melakukan
- Mahasiswa melakukan kegiatan penyuluhan terhadap
Rabu, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
16 November 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan.
- Mahasiswa melakukan kegiatan di poli berupa
anamnesa keluhan pasien yang dibimbing oleh dokter
ibu
yangtentang “Diare
berada di poli. pada anak” di posyandu jalan
-sunggal.
Mahasiswa melakukan kegiatan Posyandu Imunisasi
- Mahasiswa
pada anak didiberi
UGD arahan untuk melakukan kegiatan
-UKK (Upaya
Mahasiswa Kesehatan Kerja)
melaksanakan kegiatanpada penjahit
Vaksinasi di sei
Booster-1
mencirim
Covid-19 Kegiatan dilakukan
di UGD pada pasien dengan menensi
yang sudah pada
menerima
pekerja penjahit
Vaksinasi sei mencirim
Covid-19 ke 2 Kemudian para pekerja

-dianamesa
Mahasiswa dan melakukan
meminta izin tatalaksana sesuai dengan
terhadap pembina untuk
keluhan
membuat pekerja.
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
- Mahasiswa
(KKS). melakukan kegiatan penyuluhan UKK

Kamis, -tentang ‘Cucitiba


Mahasiswa tangan’ pada penjahit
di Puskesmas di sei
pukul mencirim
08.00 WIB.
17 November 2022 Penyuluhan dilakukan dengan
Selanjutnya mahasiswa meminta menggunakan media
izin dan arahan dari
berupa leafletuntuk
pembimbing sertamelakukan
menjelaskan terhadap responden
kegiatan.
-informasi
Mahasiswaseputar cuci tangan
melakukan kegiatan di posyandu jl. PS III
Tapian Nauli untuk menilai status gizi anak (berat
badan, panjang/tinggi badan), dan imunisasi, serta
melakukan
- Mahasiswa melakukan kegiatan penyuluhan terhadap
ibu tentang “Cegah cacingan pada anak sekolah dan
balita” di posyandu jl. PS III Tapian Nauli Penyuluhan
dilakukan dengan menggunakan media berupa leaflet
serta menjelaskan terhadap responden informasi seputar
Cegah cacingan pada anak sekolah dan balita
Jum’at, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
18 November 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan.
- Mahasiswa di arahkan melakukan kegiatan penyuluhan
kepada remaja tentang “NAPZA” di Kantor Lurah
Medan Sunggal Penyuluhan dilakukan dengan
menggunakan media berupa leaflet serta menjelaskan
terhadap responden informasi seputar NAPZA
- Mahasiswa meminta izin terhadap pembina untuk
melanjutkan membuat Laporan Kegiatan Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS).
Sabtu, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
19 November 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan.
Senin, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB .
21 November 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan.
- Mahasiswa diarahkan untuk melakukan kegiatan
penyuluhan tentang ‘ Waspada demam berdarah’
dengan menggunakan media berupa leaflet serta
menjelaskan terhadap responden informasi seputar
DBD di lingkungan XIV
- Mahasiswa melakukan kegiatan pemeriksaan air bersih
5.1.3 Laporan ke rumah-rumah warga di lingkungan XIV
Kegiatan Minggu III (21 Selasa, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
– 26 November 2022) 22 November 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan.
- Mahasiswa diarahkan untuk mengikuti kegiatan
pemeriksaan kesehatan gratis pada staf/guru di SMA N
15. Kegiatan dilakukan dengan menensi, dan mengukur
kadar gula darah pada staf/guru di SMA N 15
,kemudian para staf/guru dianamesa dan melakukan
tatalaksana sesuai dengan keluhan .
- Mahasiswa melakukan kegiatan pemeriksaan air bersih
ke rumah-rumah warga di sei Kapuas
Rabu, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
23 November 2022
pembimbing untuk melakukan kegiatan.
- Mahasiswa diarahkan untuk melakukan pengecekan
kejadian Demam Berdarah di rumah warga
- Mahasiswa meminta izin terhadap pembina untuk
melanjutkan membuat Laporan Kegiatan Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS).

Kamis, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.


24 November 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan.
- Mahasiswa diarahkan untuk melakukan penyuluhan
tentang ‘ DBD ’ dengan menggunakan media berupa
leaflet serta menjelaskan terhadap responden informasi
seputar DBD di Puskesmas
- Mahasiswa melakukan kegiatan di poli berupa
anamnesa keluhan pasien yang dibimbing oleh dokter
yang berada di poli.
Jum’at, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
Senin, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB dan
28 November 2022 mengikuti apel pagi. Selanjutnya mahasiswa meminta
izin dan arahan dari pembimbing untuk melakukan
kegiatan.
- Mahasiswa diarahkan untuk melakukan penyuluhan
tentang ‘ TB ’ dengan menggunakan media berupa
leaflet serta menjelaskan terhadap responden informasi
seputar TB di Puskesmas
Selasa, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
29 November 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan.
- Mahasiswa diarahkan untuk melakukan penyuluhan
tentang ‘ Diare ’ dengan menggunakan media berupa
leaflet serta menjelaskan terhadap responden informasi
seputar Diare di Puskesmas
Rabu, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
30 November 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan
- Mahasiswa melakukan kegiatan di poli berupa
anamnesa keluhan pasien yang dibimbing oleh dokter
5.1.4 Laporan yang berada di poli.
Kegiatan Minggu IV - Mahasiswa melakukan kegiatan Posyandu Imunisasi
(28 November – 3 pada anak di UGD
Desember 2022) Kamis, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
01 Desember 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan
- Mahasiswa diarahkan untuk melakukan penyuluhan
tentang ‘ Hipertensi ’ dengan menggunakan media
berupa leaflet serta menjelaskan terhadap responden
informasi seputar Hipertensi di Puskesmas
Jum’at, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
02 Desember 2022 Selanjutnya mahasiswa meminta izin dan arahan dari
pembimbing untuk melakukan kegiatan
- Mahasiswa melakukan kegiatan di poli berupa
anamnesa keluhan pasien yang dibimbing oleh dokter
yang berada di poli.
- Mahasiswa diberi arahan oleh pembina untuk
melanjutkan membuat Laporan Kegiatan Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS).
Sabtu, - Mahasiswa tiba di Puskesmas pukul 08.00 WIB.
5.2 Laporan Satuan Acara Penyuluhan ( SAP)

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Topik : Kesehatan Reproduksi Remaja

Tempat : SMK Brigjend Katamso

Sasaran : Remaja

Hari/Tanggal : Kamis, 10 November 2022

Waktu : 13.00 WIB s.d. selesai

Penyuluh : Jelita Pebriani Pasaribu; Christin Debora Bukit;

Nanda Parariski Purba, .Rifki Meilando

1. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Dengan diadakan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi,


diharapkan para responden dapat mengetahui secara umum tentang
pengertian kesehatan reproduksi dan cara merawat organ reproduksi.

b. Tujuan Khusus

 Memberi penjelasan tentang definisi kesehatan reproduksi

 Memberi penjelasan tentang cara merawat organ reproduksi

2. SUB TOPIK

a.) Apa itu Kesehatan Reproduksi?

Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang


tidak semata-matabebas dari penyakit atau kecacatan, dalam
semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesny
b.) Bagaimana cara merawat organ reproduksi?

 Pakaian dalam dan celana dalam diganti minimal 2x sehari

 Menggunakan celana dalam berbahan menyerap keringat

 Pakai handuk yang bersih, kering, tidak lembab dan bau

 Bagi perempuan setelah buang air kecil cara


membersihkannya dari arahdepan ke belakang agar
kuman dari anus tidak ikut ke organ reproduksi
 Untuk laki-laki dianjurkan untuk disunat/ khinatan, agar
terhindar dari kanker leher rahim pada istrinya.

3. METODE PENYULUHAN

Pembicara memberikan penyuluhan secara lisan dan diikuti dengan sesi


tanya jawab

4. MEDIA

Leaflet, dan diskusi

5. MATRIKS KEGIATAN

No. Jenis Kegiatan Waktu Materi


1. Pembukaan 2 Menit Perkenalan
2. Proses 5 Menit Penyampaian materi Kesehatan
Reproduksi Remaja
3. Evaluasi 5 Menit Tanya jawab
4. Penutup 3 Menit Kesimpulan, penutup
6. EVALUASI

Seluruh peserta penyuluhan dapat memahami mengenai kesehatan


reproduksi
HIPERTENSI

Topik : Hipertensi

Tempat : Pondok Tasrin

Sasaran : Perkerja

Hari/Tanggal : Senin,14 November 2022

Waktu : 10.00 WIB s.d. selesai


Penyuluh : Mhd. Syaran Fadlan

1. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Dengan diadakan penyuluhan mengenai Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi),


diharapkanpara responden dapat mengetahui secara umum tentang pengertian
Hipertensi dan cara mengatasi tekanan darah tinggi.

b. Tujuan Khusus

 Memberi penjelasan tentang definisi Hipertensi

 Memberi penjelasan tentang cara mengatasi Hipertensi

2. SUB TOPIK

a.) Apa itu Hipertensi?


Hipertensi adalah peningkatan tekanan dalam pembuluh darah dimana bagian
atas (Sistolik) >140mmhg dan bagian bawah (Diastolik) >90mmhg.
b.) Baimana cara mencegah Hipertensi?

 Meningkatkan aktifitas fisik

 Mengurangi makanan yang berlemak

 Berhenti merokok dan mengurangi makanan berkolesterol tinggi

3. METODE PENYULUHAN

Pembicara memberikan penyuluhan secara lisan dan diikuti dengan sesi tanya
jawab

4. MEDIA

Leaflet dan diskusi

5. MATRIKS KEGIATAN

No. Jenis Kegiatan Waktu Materi


1. Pembukaan 2 Menit Perkenalan
2. Proses 5 Menit Penyampaian materi Hipertensi
3. Evaluasi 5 Menit Tanya jawab
4. Penutup 3 Menit Kesimpulan, penutup

6. EVALUASI

Seluruh peserta penyuluhan dapat memahami mengenai Hipertensi.


CEGAH DBD DENGAN 3M PLUS

Topik : Cegah DBD dengan 3M PLUS

Tempat : Mesjid al-hidayah ; Lingkungan XIV

Sasaran : Masyarakat

Hari/Tanggal : Sabtu, 19 November 2022; Senin, 21 November 2022

Waktu : 10.00 WIB s.d. selesai

Penyuluh : Jelita Pebriani Pasaribu

1. TUJUAN

A. Tujuan Umum

Dengan diadakan penyuluhan mengenai cegah DBD, diharapkan para


siswa dapat mengetahui secara umum tentang pencegahan dari
perkembangan nyamuk penyebab DBD dengan baik dan benar serta
menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
B. Tujuan Khusus

 Memberi penjelasan tentang definisi dan penyebab dari DBD

 Memberi penjelasan tentang pencegahan DBD dengan 3M PLUS

 Mengajak peserta penyuluhan untuk melakukan 3M PLUS di


lingkungan rumah

2. SUB TOPIK
a.) Apa itu DBD?

DBD (demam berdarah dengue) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
b.) Bagaimana pencegahan DBD?

Pencegahan berupa 3M PLUS yaitu:

1. Mengubur atau memusnahkan semua barang bekas yang dapat


menanmpung air hujan seperti ban bekas, botol, kaleng dll.

2. Menguras wadah air seperti bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum
burung, agar telur dan jentik Aedes Aegypti mati.

3. Menutup rapat-rapat semua wadah air agar nyamuk Aedes Aegypti tidak
masuk dan bertelur.

4. PLUS: Mencegah gigitan dan perkembangan nyamuk Aedes Aegypti


dengan cara tidur menggunakan kelambu, memelihara ikan pemakan
jentik, menggunakan obat nyamuk, tidak menggantung baju sembarangan

3. METODE PENYULUHAN

Pembicara memberikan penyuluhan secara lisan dan diikuti dengan sesi tanya
jawab.

4. MEDIA

Leaflet, dan diskusi

5. MATRIKS KEGIATAN

No. Jenis Kegiatan Waktu Materi


1. Pembukaan 2 Menit Perkenalan
2. Proses 5 Menit Penyampaian materi 3M PLUS
3. Evaluasi 5 Menit Tanya jawab
4. Penutup 3 Menit Kesimpulan, penutup
6. EVALUASI

Seluruh peserta penyuluhan dapat memahami mengenai pencegahan DBD


dengan 3M PLUS
DIARE PADA ANAK

Topik : Diare pada anak

Tempat : Posyandu jl.sunggal

Sasaran : Ibu dan anak

Hari/Tanggal : Selasa, 15 November 2022

Waktu : 10.00 WIB s.d. selesai

Penyuluh : Nanda Parariski Purba

3. TUJUAN

A. Tujuan Umum

Dengan diadakan penyuluhan mengenai Diare pada anak, diharapkan


para orang tua dapat mengetahui secara umum tentang pencegahan dari
Penyebab diare pada anak dengan baik dan benar serta menerapkannya
di kehidupan sehari-hari.
B. Tujuan Khusus

 Memberi penjelasan tentang definisi dan penyebab dari Diare pada anak

 Memberi penjelasan tentang pencegahan Diare pada anak

 Memberi penjelasan tentang penanganan Diare pada anak

4. SUB TOPIK

a.) Apa itu Diare?


Buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan perubahan konsistensi menjadi
lembek atau cair,dapat atau tidak disertai lender atau darah
b.) Bagaimana pencegahan Diare?

 Gunakan air bersih yang cukup


 Cuci tangan dengan air bersih dan sabun
 BAB di jamban
 Buang tinja bayi di jamban

7. METODE PENYULUHAN

Pembicara memberikan penyuluhan secara lisan dan diikuti dengan sesi tanya
jawab.

8. MEDIA

Leaflet, dan diskusi

9. MATRIKS KEGIATAN

No. Jenis Kegiatan Waktu Materi


1. Pembukaan 2 Menit Perkenalan
2. Proses 5 Menit Penyampaian materi Diare
3. Evaluasi 5 Menit Tanya jawab
4. Penutup 3 Menit Kesimpulan, penutup

10. EVALUASI

Seluruh peserta penyuluhan dapat memahami mengenai pencegahan Diare


NAPZA

Topik : NAPZA

Tempat : Kantor Lurah medan sunggal

Sasaran : Remaja

Hari/Tanggal : Jum’at, 18 November 2022

Waktu : 13.00 WIB s.d. selesai

Penyuluh : Rifki Meilando

5. TUJUAN

A. Tujuan Umum

Dengan diadakan penyuluhan mengenai Napza, diharapkan para remaja


dapat mengetahui efeksamping dan kerugian dari penggunaan NAPZA
B. Tujuan Khusus

 Memberi penjelasan tentang definisi NAPZA

 Memberi penjelasan tentang efek samping penggunaan NAPZA

6. SUB TOPIK

a.) Apa itu NAPZA?

Singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adkitif lainya,meliputi zat


alami maupun sintesisyang bila di konsumsi perubahan fungus fisik dan psikis
,serta menimbulkan ketergantungan dan kecanduan (adiktif)
b.) Bagaimana efek samping NAPZA?

 Penurunan kesadaran
 Ketergantungan
 Gangguan beraktifitas
 Halusinasi
 Timbulnya rasa sakit bila ada usaha untuk penghentian pemakaian obat

10. METODE PENYULUHAN

Pembicara memberikan penyuluhan secara lisan dan diikuti dengan sesi tanya
jawab.

11. MEDIA

Leaflet, dan diskusi

12. MATRIKS KEGIATAN

No. Jenis Kegiatan Waktu Materi


1. Pembukaan 2 Menit Perkenalan
2. Proses 5 Menit Penyampaian materi NAPZA
3. Evaluasi 5 Menit Tanya jawab
4. Penutup 3 Menit Kesimpulan, penutup

10. EVALUASI

Seluruh peserta penyuluhan dapat memahami mengenai efek samping


penggunaan NAPZA
Cuci Tangan

Topik : Cuci Tangan

Tempat : jl. Sei mencirim

Sasaran : pekerja

Hari/Tanggal : Selasa, 15 November 2022

Waktu : 10.00 WIB s.d. selesai

Penyuluh : Christin Debora Bukit

7. TUJUAN

A. Tujuan Umum

Dengan diadakan penyuluhan mengenai Cuci tangan, diharapkan para


pekerja dapat mengetahui cara pentingnya mencuci tangan yang baik dan
benar
B. Tujuan Khusus

 Memberi penjelasan tentang definisi cuci tangan

 Memberi penjelasan tentang manfaat mencuci tangan


8. SUB TOPIK

a.) Apa itu Cuci Tangan?

Suatu cara /tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun atau


antiseptic di bawah air mengalir
b.) Bagaimana manfaat mencuci tangan?

 Supaya tangan bersih


 Membebaskan tangan dari kuman atau mikriirganisme
 Menghindari kuman masuk kedalam tubuh
 Mencegah penularan kontak

13. METODE PENYULUHAN

Pembicara memberikan penyuluhan secara lisan dan diikuti dengan sesi tanya
jawab.

14. MEDIA

Leaflet, dan diskusi

15. MATRIKS KEGIATAN

No. Jenis Kegiatan Waktu Materi


1. Pembukaan 2 Menit Perkenalan
2. Proses 5 Menit Penyampaian materi cuci tangan
3. Evaluasi 5 Menit Tanya jawab
4. Penutup 3 Menit Kesimpulan, penutup

10. EVALUASI

Seluruh peserta penyuluhan dapat memahami mengenai pentingnya mencuci


tangan
Cacingan pada anak dan balita

Topik : Cacingan pada anak dan balita

Tempat : jl. PS III Tapian Nauili

Sasaran : ibu dan anak

Hari/Tanggal : Kamis, 17 November 2022

Waktu : 10.00 WIB s.d. selesai

Penyuluh : Gidion Franklin Simorangkir

9. TUJUAN

A. Tujuan Umum

Dengan diadakan penyuluhan mengenai Cacingan pada anak dan balita,


diharapkan para pekerja dapat mengetahui pencegahan Cacingan pada
anak dan balita
B. Tujuan Khusus

 Memberi penjelasan tentang bahaya Cacingan pada anak dan balita

 Memberi penjelasan tentang pencegahan Cacingan pada anak dan balita


10. SUB TOPIK

a.) Bahaya Cacingan pada anak dan balita?

 Anak mudah lelah dan rewel


 Anak menjadi kurang gizi
 Anemia
 Menurunkan kemampuan dalam beajar
b.) Bagaimana cara pencegahan Cacingan pada anak dan balita?

 Mencuci tangan dengan sabun setelah BAB, sebelum makan


 Minum air bersih dan sudah direbus
 Buang air besar di wc atau jamban
 Memakai alas kaki

11. METODE PENYULUHAN

Pembicara memberikan penyuluhan secara lisan dan


diikuti dengan sesi tanya jawab.

16. MEDIA

Leaflet, dan diskusi

17. MATRIKS KEGIATAN

No. Jenis Kegiatan Waktu Materi


1. Pembukaan 2 Menit Perkenalan
2. Proses 5 Menit Penyampaian materi cuci tangan
3. Evaluasi 5 Menit Tanya jawab
4. Penutup 3 Menit Kesimpulan, penutup

10. EVALUASI

Seluruh peserta penyuluhan dapat memahami mengenai


pentingnya mencuci tangan
BAB VI

PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASAHAN

6.1 PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH (POSYANDU BALITA)

61.1 Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya


Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan
kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan
lbu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan
diare.

6.1.2Tujuan Pelaksanaan Posyandu

Tujuan Umum

 Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian lbu (AKI).


 Angka Kematian Bayi (AKB) dan
 Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui
upaya pemberdayaan masyarakat.
Tujuan Khusus

 Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya


kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI,
AKB dan AKABA.
 Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
 Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
6.1.3 Manfaat Posyandu

Bagi Masyarakat

 Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan


kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
 Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan
terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
 Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

 Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang


terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA
 Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB
dan AKABA
Bagi Puskesmas

 Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan


berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat
pelayanan kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan
masyarakat primer.
 Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
 Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
6.1.4 Fungsi Posyandu

 Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan


keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA.
 Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
6.1.5 Sasaran posyandu

 Bayi atau balita


 Ibu hamil dan ibu menyusui
 Wanita usia subur (WUS) dan pasangan usia subur (PUS)
 Pengasuh anak
6.1.6 Kegiatan posyandu

Kegiatan posyandu dibagi menjadi dua menurut yaitu sebagai berikut:

A. Lima kegiatan posyandu (panca krida posyandu)


 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
 Keluarga Berencana (KB)
 Imunisasi
 Gizi
 Penanggulangan diare.
B. Tujuh kegiatan posyandu (sapta krida posyandu)
 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
 Berencana (KB)
 Imunisasi
 Peningkatan Gizi
 Penanggulangan Diare
 Sanitasi Dasar
 Penyediaan Obat Essensial
 Pembentukan Posyandu
6.1.7 Mekanisme Posyandu

Jenis aktivitas posyandu dilakukan dengan sistim 5 (lima) meja yaitu :

 Meja 1 adalah pendaftaran, dimana semua pengunjung


posyandu (balita, ibu hamil, ibu menyusui, wanita usia subur
(WUS) harus di daftar dahulu sebelum pelayanan, dimana di
meja I terdapat Kartu Menuju Sehat (KMS) balita, Kartu
Menuju Sehat (KMS) Ibu hamil, register balita, ibu hamil dan
Wanita Usia Subur (WUS).
 Meja II adalah penimbangan, dimana dilakukan kegiatan
penimbangan kepada semua balita yang hadir dan ibu hamil.
Pengunjung yang di timbang diberi secarik kertas tempat
mencatat hasil penimbangan dan di berikan ke meja III.
Adapun alat yang dipergunakan untuk menimbang adalah dacin
untuk balita dan timbangan injak untuk ibu hamil.
 Meja III adalah di lakukan kegiatan pencatatan hasil
penimbangan dan dimasukkan ke Sistim Informasi Posyandu
dan ke dalan KMS.
 Meja IV adalah penyuluhan kepada ibu balita sesuai dengan
keadaan balita dan ibu hamil dan terdapat Paket Pertolongan
Gizi (PPG) yaitu oralit, tablet tambah darah, vitamin A dosis
tinggi (Kemenkes, 2011).

6.2 PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH (TUBERKULOSIS)

6.2.1 Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis

6.2.2 Etiologi

Penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman


berbentukbatang dengan ukuran panjang 1 – 4 μm dan tebal 0,3 – 0,6 μm, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Sebagian 5 besar dinding kuman terdiri atas asam lemak
(60%), peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan
juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Hal ini terjadi karena kuman
berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan
menjadikan TB menjadi aktif lagi (Amin, 2007)

6.2.3 Patogenesis
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil, kuman TB yang terhirup melalui droplet nuclei dapat
mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme
imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB dan
biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada
sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman
akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus
berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi
pertama koloni kuman TB di jaringan parus disebut Fokus Primer GOHN.

Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar
limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran ke lokasi fokus primer.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
keenjar limfe (limfadenitis) yng terka. Jika fokus primer terletak di lobus paru bagian
bawah atau tengah, kelenjar limfe yang terlibat adalah kelenjar limfe parahilus,
sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara fokus primer, kelenjar
limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang
(limfangitis).

Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman Tb sehingga terbentuknya


komplek primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi
TB biasaya berlangsung dalam waktu 4 – 8 minggu dengan rentang waktu antara 2 –
12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kumas tumbuh hingga mencpai 103 – 104 ,
yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler.

Selama berminggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan


logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersenstasi
terhadap tuberkulin, mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya
kompleks primer inilah, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut
ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu
timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji
tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluler tubuh
terhadap TB teah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang
berfungsi baik, begitu sistem imun seluler berkembang, proliferasi kuman TB
terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila
imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan
segera dimusnahkan.

Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya


mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah
mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga anak
mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak
sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap
selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.

Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi


dapat disebabkan oleh fokus paru atau di kelenjari limfe regional. Fokus primer di
paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi
nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui
bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe
hilus atau pratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan
membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus dapat terganggu. Obstruksi
parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat menyebabkan ateletaksis.
Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan
menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau
membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus
sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut
sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi.

Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi


penyebaran limfogen da hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke
kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran
hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh
tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai
penyakit sistemik.

Penyebaran yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran


hematogenik tersamar (occult hematogenic spread). Melalui cara ini, kuman TB
menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala
klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh. Organ
yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik, misalnya otak,
tulang, ginjal dan paru, terutama di apeks paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi
tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum
terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi pertumbuhannya.

Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi


pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dormant.
Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi
untuk menjadi fokus reaktivasi. Fokus potensial di apeks paru disebuut sebagai fokus
SIMON. Bertahun-tahun kemdian, bila daya tahan tubuh penjamu (host) menurun,
fokus TB ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ terkait,
misalnya meningitis TB, TB tulang dan lain-lain.

Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogenik


generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah
besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini
dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang
disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu 2 – 6 bulan setelah
terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB
yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi
karena tidak adekuatnya sstem imun penjamu (host) dalam mengatasi infeksi TB,
misalnya pada balita.

Tuberkulosis milier merupaka hasil dari acute generalized hematogenic spread


dengan jumlah kuman yang besar. Seua tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan
mempunyai ukuran yang lebih kurang sama. Istilah milier berasal dari gambaran lesi
diseminata yang menyerupai butir padi-padian (miller seed). Secara patologi
anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1 – 3 mm, yang secara histologi
merupakan granuloma.

Bentuk penyebaran hematogen yang jarang terjadi adalah protracted


hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu fokus perkijuan
menyebar ke saluran vaskular di dekatnya, sehingga sejumlah kuman TB akan masuk
dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak
dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread. Hal ini dapat terjadi
secara berulang.

Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama),


biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgren, ada 3 bentuk dasar TB paru
pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial dan TB paru kronik.
Sebanyak 0,5 – 3 % penyebaran limfohematogen akan menjadi TB millier atau
meningitis TB, hal ini biasanya terjadi 3 – 6 bulan setelah infeksi primer.
Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar
regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3 – 9 bulan). Tejadinya TB paru
kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia terjadinya infeksi primer. TB paru
kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami
resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarag terjadi pada anak-anak, tetapi sering pada
remaja dan dewasa muda.

Tuberkulosis esktrapulmonal dapat terjadi pada 25 – 30 % anak yang


terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5 – 10 % anak yang terinfeksi, dan
paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2 – 3 tahun kemudian. TB ginjal
biasanya terjadi 5 – 25 tahun setelah infeksi primer.

6.2.4 Klasifikasi

A. Tuberkulosis Paru
1 Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
a. Tuberkulosis paru BTA (+)
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
menunjukkan hasil BTA positif 8
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak
menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis
aktif
 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak
menunjukkan BTA positif dan biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan
BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan
rediologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta
tidak respons dengan pemberian antibiotik
spektrum luas
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan
BTA negatif dan biakan M. tuberculosis positif
 Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis
BTA belum diperiksa
2 Berdasarkan tipe penderita
a. Kasus baru: penderita yang belum pernah mendapat
pengobatan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari 1 bulan (30 dosis harian)
b. Kasus kambuh (relaps): penderita tuberkulosis yang
sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkuosis
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila
hanya menunjukkan perubahan pada gambaran
radiologik sehingga dicurigai lesi aktif kembali, harus
dipikirkan beberapa kemungkinan:
 Infeksi sekunder
 Infeksi jamur
 TB paru kambuh
c. Kasus pindahan (Transfer In): penderita yang sedang
mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita
pindahan tersebut harus membawa surat rujukan /
pindah
d. Kasus lalai berobat: penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau
lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya
penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif.
e. Kasus gagal: penderita BTA positif yang masih tetap
positif atau kembali positif pada akhir bulan ke-5 (satu
bulan sebelum akhir pengobtan) ATAU penderita
dengan hasil BTA negatif, gambaran radiologi positif
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan
dan atau gambaran radiologi ulang hasilnya perburukan
f. Kasus kronik: penderita dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan
ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik
g. Kasus bekas TB:
 Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan
jika ada fasilitas) negatif dan gambaran radiologi
paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih
gambaranradiologi serial menunjukkan
gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan
OAT yang adekuat akan lebih mendukung
 Pada kasus dengan gambaran radiologi
meragukan lesi TB aktif, namun setelah
mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan
ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologi
B. Tuberkulosis Ekstraparu
Batasan: Tuberkulosis yang menyerang organ lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dll. Diagnoss sebaiknya didasarkan atas kultur spesimen
positif atau histologi atau bukti klinis kuat konsisten dengan TB
ekstraparu aktif, yang selanjutnya dipertimbangkan oleh klinisi untuk
diberikan obat anti tuberkulosis siklus penuh. TB di luar paru dibagi
berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit, yaitu:
1 TB di luar paru ringan: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar
adrenal
2 TB di luar paru berat: meningitis, millier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang,
TB usus, TB saluran kencing dan TB alat kelamin

Catatan:
1 Yang dimaksud dengan TB paru adalah TB pada parenkim
paru. Sebab itu pada pleura atau TB pada kelenjar hilus tanpa
ada keainan radiologi paru, dianggap sebagai penderita TB di
luar paru
2 Bila ada seseorang penderita TB paru juga mempunai TB di
luar paru, maka untuk kepentingan pencatatan penderita
tersebut harus dicatat sebagai penderita TB paru
3 Bila seorang penderita TB ekstraparu pada beberapa organ,
makan dicatat sebagai ekstraparu pada organ yang penyakitnya
paling berat

6.2.5 Diagnosis

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala
sistemik, bila organ yang terkait adalah paru maka gejala lokal adalah gejala respiratori
(gejala lokal sesuai organ yang terlibat)

1) Gejala respiratorik
 Batuk > 2 minggu
 Batuk darah
 Sesak napas
 Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat
medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

2) Gejala sistemik
 Demam
 Malaise
 Keringat malam
 Anoreksia dan berat badan menurun

Pemeriksaan Fisik

Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada
permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah
apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada
pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas
melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di
rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.

Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah
leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran
kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”

Pemeriksaan Bakteriologik

a. Bahan pemeriksaan Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis


mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk
pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi
jarum halus/BJH).
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
 Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
 Pagi (keesokan harinya)
 Sewaktu / spot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung
dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup
berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen
tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke
laboratorium.

Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek,
atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-
5 ml sebelum dikirim ke laboratorium.

Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam
kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis
identitas pasien yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan
laboratorium.

Bila lokasi fasilitas laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien,
spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos.

Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:

 Kertas sring dengan ukuran 10x10 cm, dilipat 4 agar terlihat again
tengahnya
 Dahak yang representative diambil dengan lidi, diletakkan di bagian
tengah dari kertas saring sebanyak + 1 ml
 Kertas saring dilipat kembali dan dgantung dengan melubangi pada satu
ujung yang tidak mengandung bahan dahak
 Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang
aman, misal di dalam dus
 Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong
plastik kecil
 Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan
melidahapikan sisi kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi
 Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan
dahak
 Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat
laboratorium
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen
dahak dan bahan lain (cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk
BJH) dapat dilakukandengan cara:
Mikroskopik
 Mikroskopik biasa: Pewarnaan Ziehl-Nielsen
 Mikroskopik fluoresens: Pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
screening)

lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila:


 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif → BTA positif
 1 kali positif, 2 kali negatif → ulang BTA 3 kali, kemudian
 Bila 1 kali positif, 2 kali negatif → BTA positif
 Bila 3 kali negatif → BTA negative

Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD


(rekomendasi WHO). Skala IUATLD (International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease):

 Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negative


 Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
 Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
 Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
 Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

Pemeriksaan Biakan

Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara:

 Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh


 Agar base media : Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat
mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium other than tuberculosis
(MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat
cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran
dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul

Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,
toplordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi
gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai
sebagai lesi TB aktif:

 Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
 Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
 Bayangan bercak milier
 Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif

 Fibrotic
 Kalsifikasi
 Schwarte atau penebalan pleura

Luluh Paru (destroyed lung):

 Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat,


biasanya secara klinis disebut luluh paru .Gambaran radiologi luluh paru terdiri
dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk
menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi tersebut.
 Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses
penyakit Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
dapat dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif):
 Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas
tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal
junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau
korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti
 Lesi luas

6.2.6 Tatalaksana

Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:


 Rifampisn
 INH
 Pirazinamid
 Streptomisin
 Etambutol
b. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)
 Empat OAT dalam 1 tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg,
pirazinamid 400 mg, dan etambutol 275 mg, dan
 Tiga obat dalam 1 tablet, yaiitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan
pirazinamid 400 mg
c. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
 Kanamisin
 Kuinolon
 Obat lain masih dalam penelitian: makrolid, amoksilin + asam klavulanat
 Derivat rifampisin dan INH

Dosis OAT

1 Rifampisin: 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2 – 3 kali/minggu atau


BB> 60 kg : 600 mg
BB 40 – 60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
2 INH: 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, 10 mg/kg BB 3 kali seminggu, 15 mg/kg BB 2
kali seminggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. Intermiten: 600 mg/kali
3 Pirazinamid: fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu, 50 mg/kg BB
2 kali seminggu atau:
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40 – 60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
4 Etambutol: fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30 mg/kg BB 3
kali seminggu, 45 mg/kg BB 2 kali seminggu atau:
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40 – 60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/kg BB/kali
5 Streptomisin: 15 mg/kg BB atau
BB > 60 kg : 1000 mg
BB 40 – 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
6 Kombinasi dosis tetap

Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3 – 4
tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi
dosis 2 OAT seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping
serius harus dirujuk ke rumah sakit / fasilitas yang mampu menanganinya.

Panduan OAT

Pengobatan tuberculosis dibagi menjadi:

1 TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas Panduan obat yang
dianjurkan: 2 RHZE / 4 RH Atau 2 RHZE / 6 HE Atau 2 RHZE / 4 R3H3 Panduan ini
dianjurkan untuk:
 TB paru BTA (+), kasus baru
 TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru).
Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan
hasil uji resistensi
2 TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal Panduan obat yang
dianjurkan: 2 RHZE / 4 RH Atau 6 RHE Atau 2 RHZE / 4 R3H3
3 TB paru kasus kambuh
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan
sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat
diberikan obat RHE selama 5 bulan
4 TB paru kasus gagal pengobatan Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan
obat lini 2 (contoh paduan: 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin
dilanjutkan 15-18 bulan ofloksasin, etionamid, sikloserin). Dalam keadaan tidak
memungkinkan pada fase awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan
sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat
diberikan obat RHE selama 5 bulan. Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah
untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke
dokter spesialis paru.
5 TB paru kasus putus berobat Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai
pengobatan kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
 Berobat > 4 bulan
- BTA saat ini (-) Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan
maka pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif,
lakukan analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis TB dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit paru lain. Bila
terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat
yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
- BTA saat ini (+) Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat
yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.
 Berobat < 4bulan
- Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat
yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
- Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif pengobatan
diteruskan Jika memungkinkan seharusnya diperiksa uji resistensi
terhadap OAT
6 TB paru kasus kronik
 Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan
RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi
(minimal terdapat 4 macam OAT yang masih sensitif) ditambah dengan obat
lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal 18
bulan.
 Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup
 Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan
 Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis paru
Efek Samping OAT

Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun
sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan
terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang
terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat
simptomatis maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.

1 Isoniazid (INH) Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa


efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama
pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat , bila efek samping
ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan
2 Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan
simptomatis ialah
 Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
 Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadangkadang diare
 Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah:

 Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop
dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus
 Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu
dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan
lagi walaupun gejalanya telah menghilan
 Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata dan
air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak
berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar mereka mengerti dan
tidak perlu khawatir.

3 Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB
pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadangkadang
dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan
berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi
demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4 Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya
ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan
okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya
15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu.
Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat
dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan
okuler sulit untuk dideteksi.
5 Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring
dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko tersebut akan
meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek samping
yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan keseimbangan.
Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi
0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah
dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli).

Anda mungkin juga menyukai