Anda di halaman 1dari 3

KONSTRUKTIVISME SOSIAL : LEV VYGOTSKY

Konstruktivisme social Vygotsky sejalan dengan konstruktivisme individual


Piaget yang menyakini bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu
menghadapi tantangan dan pengalaman baru, serta untuk memecahkan masalah
yang muncul.
Menurut Vygotsky, setiap individu berkembang dalam konteks sosial. Semua
perkembangan intelektual yang mencakup makna, ingatan, pikiran, persepsi, dan
kesadaran bergerak dari wilayah interpersonal ke wilayah intrapersonal.
Mekanisme yang mendasari kerja mental tingkat tinggi itu merupakan salinan dari
interaksi sosial (Confrey, 1995:38; Taylor, 1993:3).
Dalam pandangan Vygotsky, semua kerja kognitif tingkat tinggi pada manusia
mempunyai asal-usul dalam interaksi sosial setiap individu dalam konteks budaya
tertentu (Brunning, 1995:218). Atau dengan meminjam istilah Wilson dkk.
(1993:80), kognisi merupakan internalisasi dari interaksi sosial. Teori kognisi
sosial dari Vygotsky ini mendorong perlunya landasan sosial yang baru untuk
memahami proses pendidikan.
Tiga prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky sebagai berikut :
a. Fungsi bahasa dan arti pentingnya, Vygotsky memberikan pandangan
tentang pentingnya factor social, bahasa dan orang lain dalam
perkembangan anak.
b. Sound of Proximal development (zona perkembangan terdekat). Menurut
Vygotsky, manusia mempunyai dua tingkat perkembangan, yaitu tingkat
perkembangan actual dan tingkat perkembangan potensial. Proses belajar
terjadi ketika seseorang berupaya untuk menguasai kemampuan pada
tingkat perkembangan potensial tersebut. Tingkat perkembangan potensial
itu disebut Vygotsky sebagai Sound of Proximal development (ZPD). ZPD
adalah jarak atau ruang antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan
tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam
kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau
teman sebaya yang lebih mampu.
c. Scaff Olding, adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar
bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa
petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah dalam bentuk lain
yang memungkinkan peserta didik untuk mandiri. Scaff Olding, berarti
upaya pembelajaran untuk membimbing peserta didik dalam mencapai
upaya keberhasilan.
PENERAPAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK DALAM
PEMBELAJARAN

Secara umum, pendekatan konstruktivisme dapat diterapkan dalam pembelajaran


melalui langkah-langkah berikut :

Langkah Pertama. Guru perlu terlebih dahulu mengidentifikasi pengetahuan


sebelumnya (Prior Knowledge) tentang materi yang akan diberikan. Selain
pengetahuan awal, guru juga perlu memeriksa adanya kesalahpahaman yang
mungkin dimiliki peserta didik terkait materi tersebut.

Langkah Kedua. Guru menyusun program pembelajaran dalam bentuk materi


yang dibahas (tujuan belajar) dan kegiatan belajar yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan belajar. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini perlu
memfasilitasi kerjasama antara peserta didik. Guru memerankan diri sebagai
mediator dan fasilitator.

Langkah Ketiga. Guru melakukan orientasi dan elisitasi pada awal pembelajaran
agar situasi pembelajran yang kondusif dapat tercipta. Guru perlu menciptakan
kegiatan orientasi untuk membangkitkan minat peserta didik terhadap materi.

Langkah Keempat. Guru mengarahkan peserta didik melakukan refleksi.


Berbagai informasi tentang pengetahuan alam dan miskonsepsi yang telah
diungkap pada tahap orientasi dan elisitasi didiskusikan kembali dengan peserta
didik.

Langkah Kelima. Peserta didik diarahkan untuk merestrukturisasi pemahaman


dalam pikirannya melalui diskusi kelas. Dalam hal ini peserta didik perlu
membangun ulang kerangka konseptual yang dimilikinya.

Langkah Keenam. Mendorong peserta didik untuk mengaplikasikan pemahaman


barunya dalam menjelaskan atau memecahkan masalah-masalah yang terkait
dengan topik atau materi.

Langkah Terakhir. Guru melakukan review untuk meninjau keberhasilan strategi


pembelajaran yang telah berlangsung dalam memperbaiki rencana pembelajaran
selanjutnya.

IMPLIKASI TEORI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN

Teori konstruktivisme membawa implikasi dalam pembelajaran yang harus


bersifat kolektif atau kelompok. Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila
seseorang terlibat secara social dengan sesama peserta didik dan gurunya. Dalam
hal ini, peserta didik perlu berinteraksi dengan peserta didik lain untuk bertukar
pengetahuan dan pengalaman.
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk
memudahkan peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat
melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa
yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan
berbagai media dan sumber pembelajaran, yaitu :

a. Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta
fungsi masing-masing media tersebut.
b. Guru perlu memiliki keterampilan dalam merencanakan suatu media.
Dengan perancangan media yang dianggap cocok akan memudahkan
proses pembelajaran sehingga akan tercapai secara optimal.
c. Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta
dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar.
d. Guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan peserta didik.

Brunning, R.H., Schraw, G.J., & Ronning, R.R., 1995, Cognitive


Psychology and Instruction, Edisi 2, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Confrey, J., 1995, A Theory of Intelectual Development, For the Learning
of Mathematics, Vol. 15, Pages 38–48.
Nursalim, Mochamad, dkk. 2019. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya.
Wilson, B.G., Teslow, J.L., & Taylor, L., 1993, “Instructional design
perspective on mathematics education with reference to Vygotsky’s theory of
social cognition”, Focus on Learning Problems in Mathematics, Vol. 15, Pages
65–86.

Andi Ulfah Khuzaimah

Anda mungkin juga menyukai