Anda di halaman 1dari 22

KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA

“PEKERJA SEKS KOMERSIAL, SINGLE PARENTS DAN HOMLESS”


Dosen Pengampu :

OLEH:

Putu Novianti (2006091028)


Ni Putu Dita Mahayu Pertiwi (2006091032)
Komang Surini (2006091041)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN ILMU KEBIDANAN
SINGARAJA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pekerja Seks Komersial,
Single Parents Dan Homless” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah di Universitas
Pendidikan Ganesha. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan serta dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan saran atas penyusunan makalah ini .
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 08 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pekerjaan adalah pintu gerbang untuk mendapatkan uang. Pekerjaan yang
layak akanmemberikan kesejahteraan bagi manusia. Pertumbuhan penduduk yang
semakin pesat dansempitnya lapangan pekerjaan kini menjadi masalah, sehingga timbul
beberapa pilihan yangtidak layak seperti menjadi PSK. Alasan atau faktor penyebab
wanita menjadi PSK adalah faktor ekonomi, walaupun ada faktor lain seperti
frustrasiditinggal suami, masalah keluarga, ditipu oleh seseorang yang tidak
bertanggung jawab, dan hura-hura (Sumarni.2015).
Single parent adalah orangtua tunggal yang mengasuh dan membesarkan anak-
anak sendiri, tanpa bantuan pasangan, Single Parent memiliki kewajibann yang besar
dalam mengatur keluarganya. Keluarga Single Parent memiliki permasalahan-
permasalahan paling rumit dibandingkan dengan keluarga yang lengkap.Berdasarkan
pendapat di atas dapat diketahui bahwa keluarga single parent merupakan kesatuan
terkecil dalam masyarakat yang bekerja, mendidik, melindungi, merawat anak mereka
sendiri tanpa bantuan dari pasangannya, baik tanpa ayah, atau tanpa ibu yang
disebabkan oleh suatu hal baik kehilangan ataupun berpisah dengan pasanganya.
Homeless atau tunawisma menggambarkan seseorang yang tidak
memilikitempat tinggal secara tetap maupun yang hanya sengaja dibuat untuk
tidur.tempat tinggal secara tetap maupun yang hanya sengaja dibuat untuk
tidur.Tunawisma biasanya di golongkan ke dalam golongan masyarakat rendah dan
tidak Tunawisma biasanya di golongkan ke dalam golongan masyarakat rendah dan
tidakmemiliki keluarga.memiliki keluarga. Masyarakat yang menjadi tunawisma bisa
dari semua lapisan masyarakat. Masyarakat yang menjadi tunawisma bisa dari semua
lapisan masyarakatseperti orang miskin, anak-anak, masyarakat yang tidak memiliki
keterampilan,seperti orang miskin, anak-anak, masyarakat yang tidak memiliki
keterampilan, petani, ibu petani, ibu rumah tangga, rumah tangga, pekerja sosial,
pekerja sosial, tenaga kesehatan tenaga kesehatan profesional serta ilmuwan
1.2 Rumusan Masaah
1. Apa pengertia dari Seks Komersial, Single Parents dan Homeless ?
2. Apa saja Faktor penyebab Seks Komersial, Single Parents dan Homeless ?
3. Bagaimana Masalah dan dampak yang dihadapi dari Seks Komersial, Single
Parents dan Homeless ?
4. Bagaimana Upaya penanggulangan masalah Seks Komersial, Single Parents dan
Homeless ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertia dari Seks Komersial, Single Parents dan Homeless
2. Untuk Mengetahui Faktor penyebab Seks Komersial, Single Parents dan
Homeless
3. Untuk Mengetahui Masalah dan dampak yg dihadapi dri Seks Komersial, Single
Parents dan Homeless ?
4. Untuk Mengetahui Upaya penanggulangan masalah Seks Komersial, Single
Parents dan Homeless ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEKERJA SEKS KOMERSIAL


A. Pengertian Pekerja Seks Komersial
Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan
menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Akibatnya
semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks
komersial dengan penyakit menular seksual merupakan satu lingkaran setan.
Biasanya penyakit menular seksual ini diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan
dirinya terhadap pasangan kencan yang berganti-ganti tanpa menggunakan
pengaman sseperti kondom ( Yuniarti,2018).
B. Faktor Penyebab Pekerja Seks Komersial
Dalam pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan “Tiap-tiap
warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Hal ini berarti bahwa setiap individu sebagai anggota warga Negara
berhak untuk mendapatkan pekerjaan serta kehidupan yang layak dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut diatas berlaku juga bagi
PSK, mengingat PSK juga termasuk anggota warga Negara yang mempunyai
kesamaan hak dan kewajiban seperti masyarakat lain pada umumnya untuk
mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak.
1. Faktor Pekerja Seks Komersial
Kartono (2007) menyatakan bahwa sebagai tindakan immoral, pelacuran yang
dilakukan oleh para perempuan yang memiliki usia masih muda umumnya
disebabkan oleh:
1. Faktor ekonomi, karena tekanan ekonomi, terpaksa mereka menjual diri untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
2. Faktor biologis atau seksual, adanya kebutuhan biologis yang besar yaitu
kebutuhan seks yang tinggi, tidak puas akan pemenuhan kebutuhan seks.
3. Faktor sosial budaya, dapat mendukung timbulnya pelacuran yang
mengakibatkan permasalahan pada tatanan budaya dan adat masyarakat.
4. Faktor kebodohan sosial, karena tidak memiliki pendidikan dan inteligensi yang
memadahi sehingga dapat diasumsikan bahwa tingkat intelektualitaspun akan
rendah, dengan demikian akan menimbulkan ketidakmampuan diri dalam
mengikuti arus perkembangan sosial di segala bidang.
5. Faktor lingkungan keluarga, keluarga sebagai basis utama Pendidikan moralitas
individu akan memegang peranan penting dalam proses pendewasaan diri.
Koentjoro (2004) menjelaskan ada lima faktor yang melatarbelakangi seseorang
menjadi pekerja seks komersial, yaitu:
1. Materialisme
Materialisme yaitu aspirasi untuk mengumpulkan kekayaan merupakan sebuah
orientasi yang mengutamakan hal-hal fisik dalam kehidupan. Orang yang hidupnya
berorientasi materi akan menjadikan banyaknya jumlah uang yang bisa
dikumpulkan dan kepemilikan materi yang dapat mereka miliki sebagai tolak ukur
keberhasilan hidup. Pandangan hidup ini terkadang membuat manusia dapat
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi yang diinginkan.
2. Modeling
Modeling adalah salah satu cara sosialisasi pelacuran yang mudah dilakukan
dan efektif. Terdapat banyak pelacur yang telah berhasil mengumpulkan kekayaan
di komunitas yang menghasilkan pelacur sehingga masyarakat dapat dengan
mudah menemukan model. Masyarakat menjadikan model ini sebagai orang yang
ingin ditiru keberhasilannya. Sebagai contoh dalam dunia pelacuran, ada seorang
PSK yang kini sukses dan kaya sehingga memicu orang di sekitarnya untuk meniru
kegiatan PSK.
3. Dukungan orangtua
Dalam beberapa kasus, orangtua menggunakan anak perempuannya sebagai
sarana untuk mencapai aspirasi mereka akan materi. Dukungan yang diberikan
oleh orangtua membuat anak lebih yakin untuk menjadi PSK. Dalam hal ini,
terkadang orangtua termasuk dalam anggota dunia prostitusi. Misal, seorang
ibuadalah PSK dan anak perempuan dipaksa ibunya untuk menjadi PSK pula.
4. Lingkungan yang permisif
Jika sebuah lingkungan sosial bersikap permisif terhadap pelacuran berarti
kontrol tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya dan jika suatu komunitas
sudah lemah kontrol lingkungannya maka pelacuran akan berkembang dalam
komunitas tersebut. Lingkungan sosial adalah faktor penting yang dapat
mempengaruhi perilaku manusia, maka dari itu masyarakat harus menciptakan
lingkungan yang sehat agar terhindar daripenyakit masyarakat.
5. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi adalah alasan klasik seseorang untuk menjadi PSK. Faktor ini
lebih menekankan pada uang dan uang memotivasi seseorang PSK. Tekanan
ekonomi, faktor kemiskinan, menyebabkab adanya pertimbangan-pertimbangan
ekonomis untuk mempertahakan kelangsungan hidupnya, dan khususnya dalam
usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan
wanita terjerumus dalam dunia pelacuran. Faktor yang paling kuat adalah faktor
ekonomi. Wanita-wanita cenderung ingin hidup mewah dan berkecukupan, tetapi juga
malas untuk bekerja, maka memilih pekerjaan menjadi PSK.
2. Penyebab Timbulnya Pekeja Seks Komersial
Kartono (2013) menyebutkan beberapa peristiwa sosial penyebab timbulnya PSK
antara lain:
1. Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran. Juga tidak ada larangan
terhadap orang-orang yang melakukan relasi seks sebelum pernikahan atau di
luar pernikahan.
2. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks,
khususnya di luar ikatan perkawinan.
3. Komersialisasi dari seks, baik dipihak wanita maupun germo-germo dan
oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan pelayanan seks. Jadi, seks dijadikan
alat yang jamak guna (multipurpose) untuk tujuantujuan komersialisasi.
Lebih lanjut diungkapkan Kartono (2013) bahwa motif-motif yang
melatarbelakangi pelacuran pada wanita yaitu:
1. Adanya kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk
menghindarkan diri dari kesulitan hidup dan mendapatkan kesenangan melalui
jalan pendek. Kurang pengertian, kurang pendidikan, dan buta huruf, sehingga
menghalalkan pelacuran.
2. Ada nafsu-nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian, dan
keroyalan seks. Histeris dan hyperseks sehingga tidak merasa puas mengadakan
relasi seks dengan satu pria/suami.
3. Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan dan pertimbangan-pertimbangan
ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, khususnya dalam
usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik.
4. Aspirasi materil yang tinggi pada diri wanita dan kesenangan ketamakan
terhadap pakaian-pakaian indah dan perhiasan mewah. Ingin hidup bermewah-
mewah namun malas bekerja.
5. Kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior (merasa rendah diri). Jadi ada
adjustment (penyesuaian)yang negatif,terutama sekali terjadi pada masa puber
dan adolesens.
6. Rasa ingin tahu gadis-gadis cilik dan anak-anak puber pada masalah seks, yang
kemudian tercebur dalam dunia pelacuran oleh bujukan bandit-bandit seks.
7. Anak-anak gadis memberontak terhadap otoritas orang tua yang menekankan
banyak tabu dan peraturan seks. Juga memberontak terhadap masyarakat dan
norma-norma susila yang dianggap terlalu mengekang diri anak-anak remaja,
mereka lebih menyukai pola seks bebas
8. Banyaknya stimulasi seksual dalam bentuk: film-film biru, gambargambar
porno, bacaan cabul, geng-geng anak muda yang mempraktikkan seks dan lain-
lain.
9. Gadis-gadis pelayan toko dan pembantu rumah tangga tunduk dan patuh
melayani kebutuhan-kebutuhan seks dari majikannya untuk tetap
mempertahankan pekerjaannya.
10. Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga, broken home, ayah dan
ibu bercerai, kawin lagi atau hidup bersama dengan pasangan lain. Sehingga
anak gadis merasa sangat sengsara batinnya, tidak bahagia, memberontak, lalu
menghibur diri terjun dalam dunia pelacuran.
11. Mobilitas dari jabatan atau pekerjaan kaum laki-laki dan tidak sempat
membawa keluarganya.
12. Adanya ambisi-ambisi besar pada diri wanita untuk mendapatkan status sosial
yang tinggi, dengan jalan yang mudah tanpa kerja berat, tanpa suatu skill atau
keterampilan khusus.
Astutik (2002) juga menjelaskan bahwa yang melatarbelakangi perempuan hidup
sebagai pelacur adalah faktor sosial, ekonomi, dan psikologis. Rendahnya tingkat
pendidikan dan keterampilan turut mendorong perempuan untuk hidup menjadi
pelacur.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa alasan seseorang memilih
pekerjaan menjadi PSK antara lain karena kesulitan ekonomi atau kondisi kemiskinan,
pendidikan yang rendah, lingkungan dan kebutuhan manusia akan pemenuhan faktor
biologis/kebutuhan seks.
C. Masalah Dan Dampak Yang Dihadapi Pekerja Seks Komersial
Kehadiran PSK di masyarakat dapat memberikan dampak yang dapat memicu
perubahan sosial. Dampak yang ditimbulkan oleh adanya PSK (Kartini Kartono, 2011)
antara lain:
1. Dampak yang ditimbulkan bagi diri PSK.
a. Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit.
Adapun penyakit yang ditimbulkan dari perilaku prostitusi ini ialah HIV/AIDS,
HIV/AIDS sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Agar virus ini tidak merambat
terlalu jauh perlu adanya pencegahan yaitu dengan mempersempit jaringan prostitusi
ini. Sebab dengan luasnya jaringan prostitusi, akan semakin mempermudah penyebaran
penyakit kelamin yang dapat menular melalui hubungan seksual.
b. Berkorelasi dengan kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan narkotika dan
minuman keras. Prostitusi sangat berkaitan erat dengan minuman keras dan
narkotika.
Minuman keras dan narkotika akan digunakan sebagai pendamping dalam
hubungan seksual. Hal ini mudah dijumpai di bar atau tempat karaoke. Dilokasi
tersebut selain sebagai tempat untuk menjual minuman keras, juga digunakan sebagai
tempat transaksi narkoba.
2. Dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan
a. Merusak kehidupan Keluarga
Dengan adanya wanita tuna susila akan mengakibatkan senndi-sendi dalam
keluarga rusak. Semakin banyak pengguna jasa akan semakin memperbanyak jumlah
PSK ini, dan akan menular ke masyarakat luas. Keluarga yang awalnya harmonis bisa
hancur karena kepala rumah tangga mencari jasa PSK.
b. Merusak Moral, susila, hukum, dan agama
Dengan meluasnya prostitusi akan merusak nilaii moral, susila, hukum dan agama.
Karena pada dasarnya prostitusi bertentangan dengan norma moral, susila, hukum dan
agama. Rusaknya nilai dan moral membuat tatanan masyarakat berantakan. Sehingga
nilai dan norma moral, susi;a, hukum dan agama harus ditanamkan pada masyarakat
sedini mungkin.
Adapun masalah-masalah yang timbul dari pekerja seks komersial
1. Penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/AIDS
2. Timbul kehamilan yang pada umumnya tidak diinginkan
3. Timbul kekerasan
4. Menganggu ketenangan lingkungan tempat tinggal
D. Upaya Penanggulangan Masalah Penyakit HIV/AIDS Oleh Pekerja Seks
Komersial
Menurut komisi penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) tahun 2007,
penanggulangan merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan, meliputi
kegiatan pencegahan, penanganan dan rehabilitasi. Infeksi HIV/AIDS merupakan suatu
penyakit dengan perjalanan yang panjang dan hingga saat ini belum ditemukan obat
yang efektif , maka pencegahan dan penularan menjadi sangat penting terutama melalui
pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan yang benar mengenai patofisiologi
HIV dan cara penularannya. Hal yang seharusnya dimiliki oleh PSK adalah mempunyai
pengetahuan tentang hal yang yang dapat ditimbulkan dari pekerjaannya tersebut.
Seperti pengetahuan tentang penyebaran virus HIV/AIDS yang tidak lain melalui
hubungan seks, jarum suntik yang , transfuse darah, penularan dari ibu ke anak maupun
donor darah atau donor organ tubuh. Maka upaya pencegahannya menurut Menko
Kesra RI (2005) adalah dengan melakukan tindakan seks yang aman dengan
pendekatan “ABC” (Abstinent, Be faithful, Condom), yaitu:
a. Tidak melakukan aktivitas seksual (abstinent) merupakan metode paling aman
untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual
b. Tidak berganti-ganti pasangan (be faithful)
c. Penggunaan kondom (use condom)
Adapun penanganan masalah Pekerja seks Komersial, diantaranya yaitu:
1. keluarga
a. Meningkatkan Pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan
seks secara dini agar terhindar dari pelaku seks bebas
b. Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar terhindar dari
perbuatan dosa.
2. Masyarakat
Meningkatakan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap pelaku seks
komersial
3. Pemerintah
a. memperbanyak tempat atau panti reahbilitasi
b. Meregulasi undang-undang khusus tentang pelaku seks komersial
c. Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan Razia lokalisasi PSK
untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi HIV/AIDS.
2.2 Single Parents
A. Pengertian Single Parents
Single parent adalah orangtua tunggal yang mengasuh dan membesarkan
anak-anak sendiri, tanpa bantuan pasangan, Single Parent memiliki kewajibann
yang besar dalam mengatur keluarganya. Keluarga Single Parent memiliki
permasalahan-permasalahan paling rumit dibandingkan dengan keluarga yang
lengkap.Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa keluarga single
parent merupakan kesatuan terkecil dalam masyarakat yang bekerja, mendidik,
melindungi, merawat anak mereka sendiri tanpa bantuan dari pasangannya, baik
tanpa ayah, atau tanpa ibu yang disebabkan oleh suatu hal baik kehilangan ataupun
berpisah dengan pasanganya.
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal,
hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi pada keluarga sah
secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama
maupun hukum pemerintah.
B. Faktor penyebab Single Parents
1. Pada keluarga sah.
1) Perceraian. Adanya, ketidakharmonisan dalam keluarga yang disebabkan
adanya perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak mungkin ada jalan
keluar, masalah ekonomi/pekerjaan, salah satu pasangan selingkuh,
kematangan emosional yang kurang, perbedaan agama,aktifita.ssuan-iiistri
yang tinggi di luar rumah sehigga kurang komunikasi, problem seksual dapat
merupakan faktor timbulnya perceraian.
2) Orang tua meninggal. Takdir hidup manusia di tangan Tuhan. Manusia hanya
bisa berdoa dan berupaya. Adapun sebab kematian ada berbagai macam.
Antara lain karma kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, musibah bencana
alam, kecelakaan kerja, keracunan, penyakit dan lain-lain.
3) Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena melakukan
tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan, penciarian, pengedar
narkoba atau thicial, perdata seperti hutang, jual beli, atau karma tidak pidana
korupsi sehingga sekian lama tidak berkumpul dengan keluarga.
4) Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi orang tua untuk
melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar mengakibatkan harus,
berpisah dengan keluarga untuk sementara waktu, atau bisa terjadi seorang
anak yang meneruskan pendidikan di pulau lain atau luar negeri dan hanya
bersama ibu saja sehingga menyebabkan anak untuk sekian lama tidak
didampingi oleh ayahnya yang hams tetap kerja di negara atau pulau atau kota.
kelahiran.
5) Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk mewujudkan kehidupan
yang lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua meninggalkan daerah,
terkadang ke luar negeri.
C. Masalah Dan Dampak Yang Dihadapi Dari Single Parents
A. Dampak negative
1) Perubahan perilaku anak.
Bagi seorang anak yang tidak siap, ditinggalkan orang tuanya bisa
menjadi mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menjadi pemarah, berkata
kasar, suka melamun, agresif, suka memukul, menendang, menyakiti
temannya. Anak juga tidak berkesempatan untuk belaiar perilaku yang baik
sebagaimana, perilaku keluarga yang harmonis. Dampak yang paling
berbahaya biia anak mencari pelarian di luar rumah, seperti menjadi anak
jalanan, terpengaruh penggunaaa narkoba untuk melenyapkan segala
kegelisahan dalam hatinya, terutama anak yang kurang kasih sayang, kurang
perhatian orang tuanya.
2) Perempuan merasa terkucil.
Terlebih lagi pada perempuan yang sebagai janda atau yang tidak
dinikahi, di masyarakat terkadang mendapatkan cemooh dan ejekan.
3) Psikologi anak terganggu.
Anak Bering mendapat ejekan diri Leman sepermainan sehingga anak
menjadi murung, sedih. Hai ini dapat mengakibatkan anak menj adi kurang
percaya diri dan kurang kreatif.
B. Dampak positif
1) Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak akan
terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, i-nisaInya ibunya
mengijinkan teLapi ayahnya melarangnya. Nilai yang diajarkan oleh ibu atau
ayah d iterima penuh karena tidak terjadi pertentangan.
2) Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan clan tegar.
3) Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu hal
didampingi, terbiasa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
D. Upaya Penanggulangan Masalah Single Parents
a. Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang dapat
mendukung anak untuk lebih bisa mengahualisasikan diri secara positif antara
lain dengan penyaluran. hobi, kursus sehingga menghindarkan anak
melakukan hal-hal yang negatif.
b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada keluarga,
lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani figur
orang tua yang tidak diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
c. Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang
tua tunggal dapat memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak
teman yang bemasib sama sehingga tidak merasa sendirian.
Adapun upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif single
parent, diantaranya, yaitu:
a. Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
b. Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik dalam
segi psikologis, ke-aangan, spiritual.
c. Menjaga kommikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e. Peningkatan spiritual dalam keluarga.
2.3 Homeless
A. Pengertian Homeless
Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup dalam
keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak mempunyai
tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum. Home less
banyak terdapat di kota- kota besar. Kedatangan mereka ke kota besar tanpa
didukung oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Biasanya mereka
tinggal di empeeran toko, kolong jembatan, kolong jalan layang, gerobak tempat
barang bekas, sekitar rel kereta api, di taman, di tempat umum lainnya. Pekerjaan
mereka sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah.
B. Faktor penyebab Homeless
Faktor penyebab terjadinya banyak homeless diantaranya yaitu:
a. Kemiskinan
Hal ini merupakan faktor utama. Kemiskinan menyebabkan mereka tidak
mampu memenuhi kebutuhan papan, sehingga mereka bertempat tinggal di tempat
umum. Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya pendidikan sehingga tidak
mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk bekerja. Hal ini berefek pada anak-
anak mereka. Mereka tidak mampu membiayai anak-anaknya sekolah sehingga
anak-anak mereka juga ikut jadi gelandangan.
b. Bencana Alam
Bencana alam akhir-akhir ini banyak menimpa negara kita. Mereka tinggal di
pengungsian, kehilangan pekerjaan mereka.
c. Yatim Piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara tidak mempunyai tempat
tinggal sehingga mereka mencari tempat berteduh di tempat-tempat umum.
d. Kurang Kasih Sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan, kurang kasih
sayang orang tuanya, maka ia turun ke jalan untuk mencari komunitas yang mau
menerima dia apa adanya.
e. Tinggal di Daerah Konflik
Penduduk yang tinggal di daerah konflik, dimana mereka merasa keamanannya
kurang terjaga mengakibatkan mereka pindah ke daerah lain yang mereka anggap
lebih aman, apalagi kalau rumah mereka hancur karena perang. Banyak tindak
kekerasan di wilayah konflik, termasuk pelecehan seksual, perkosaan, pembunuhan
sehingga mereka memaksa meninggalkan daerahnya.
C. Masalah Dan Dampak Yang Dihadapi Dari Homeless
Salah satu penyebab mengapa tuna wisma di permasalahkan yaitu karena
kebanyakan para tuna wisma tinggal di permukiman kumuh dan liar, menempati
zona-zona publik yang sebetulnya melanggar hukum, biasanya dengan mengontrak
petak-petak di daerah kumuh di pusat kota atau mendiami stren-stren kali sebagai
pemukim liar. Adapun dampak lain dari tunawisma adalah sebagai berikut :
a. Kebersihan dan Kesehatan
Rumah mereka seadanya, sangat jauh dari kriteria rumah sehat. Perilaku hidup
bersih sehat sangat kurang. Tempat tinggal mereka kotor, ventilasi, pernerangan
kurang, keperluan untuk mandi, cuci dan masak tidak memenuhi kesehatan, dll
sehingga muncul masalah kesehatan. Mereka tidak memperhatikan hal ini karena
untuk makan saja mereka hampir tidak bisa terpenuhi. Mereka tidak mempunyai
cukup dana untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan.
b. Pengguna Narkoba
Banyak diantara mereka menggunakan narkoba. Pengaruh lingkungan mereka
sangat berpengaruh. Mereka rawan terkena HIV AIDS dengan penggunaan jarum
suntik secara bergantian.
c. Gizi Kurang
Ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan, akibat
rendahnya daya beli makanan, apalagi membeli makanan bergizi mengakibatkan
mereka mengalami gizi buruk, termasuk ibu hamil dan anak balita. Mereka makan
sekedar kenyang.
d. Tindak Kekerasan Sesama Home Less
Perebutan atau persaingan lahan pencari makan menyebabkan mereka saling
terjadi konflik.
e. Dimanfaatkan
Anak-anak kecil banyak dimanfaatkan untuk mengemis dan menyetorkan
sejumlah uang setiap harinya agar terhindar dari tindak kekerasan oleh pihak lain
yang lebih kuat atau oleh orang dewasa yang tidak bertanggungjawab.
f. Pelecehan Seksual
Orang dewasa yang tidak bertanggungjawab melakukan sodomi, pelecehan
seksual dengan imbalan uang, atau dibawah ancaman mereka untuk melampiaskan
nafsu mereka.
Adapun permasalahan yang sering muncul terkait Homeless yaitu
1. Kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti keamanan pribadi,
tennag dan privasi, terutama untuk tidur, kebersihan dan fasilitas Kesehatan
2. Lebih cenderung memiliki permasalaan medis akibat gaya hidup mereka di jalan,
misalanya gizi buruk, penyalahgunaan obat, paparan unsur-unsur yang parah
cuaca,dan memiliki masalah perawatan pada kulit
3. Sering dihadapkan dengan banyak kerugian social, misalnya pelecehan dan
kekerasan seksual, diskriminasi dari orang lain
4. Tidak adanya akses dengan banyak pelayanan Kesehatan dan Pendidikan, sehingga
muncul berbagai penyakit dan didukung oleh rendahnya pengetahuan tentang
Kesehatan.
D. Upaya Penanggulangan Masalah Dari Homeless
Permasalahan tuna wisma sampai saat ini merupakan masalah yang tidak habis-
habis, karena berkaitan satu sama lain dengan aspe-aspek kehidupan. Namun
pemerintah juga tidak habis-habisnya berupaya untuk menanggulanginya. Dengan
berupaya menemukan motivasi melalui persuasi dan edukasi terhadap tunawisma
supaya mereka mengenal potensi yang ada pada dirinya, sehingga tumbuh keinginan
dan berusaha untuk hidup lebih baik.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah (Pemda)
selama ini cenderung kurang menyentuh stakeholdernya, atau pihak-pihak yang terkait
dengan permasalahan dalam peraturan. Salah satu contoh penanganan Mengenai
tunawisma yang dilakukan oleh pemda DKI Jakarta pada tahun 2007 yaitu telah
membuat Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum. Perda yang merupakan revisi
dari Perda No. 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum ini antara lain berisi larangan
penduduk untuk menjadi pengemis, pengamen, pedagang asongan, pengelap mobil,
maupun menjadi orang yang menyuruh orang lain melakukan aktivitas itu.
Perda ini secara langsung memberikan dampak besar bagi kaum tuna wisma
mengingat para tuna wisma belum dikenai mekanisme mengenai pelangsungan hidup
mereka. Mekanisme yang mungkin agak baik adalah dibangunnya Panti Sosial
penampung para tunawisma (gelandangan). Namun sekali lagi, efektifitasnya dirasa
kurang karena Panti Sosial ini sebenarnya belum menyentuh permasalahan yang
sebenarnya dari para tunawisma lansia, yaitu keengganan untuk kembali ke kampung
halaman. Sehingga yang terjadi di dalam praktek pembinaan sosial ini adalah para
tunawisma yang keluar masuk panti social
Penanganan terhadap kaum tunawisma pun di atur dalam Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 34 Ayat (1) yang berbunyi, “Fakir miskin dan
anak terlantar dipelihara oleh negara” sebenarnya menjamin nasib kaum ini. Namun
Undang-Undang belum dapat terlaksanakan di seluruh lapisan masyarakat, dikarenaka
bahwa kebijakan pemerintah selama ini hanyalah kebijakan yang menyentuh dunia
perkotaan secara makroskopis dan bukan mikroskopis. Pemerintah daerah cenderung
menerapkan kebijakan-kebijakan yang tidak memberikan mekanisme lanjutan kepada
para stakeholder sehingga terkesan demi menjadikan sesuatu lebih baik, mereka
mengorbankan hak-hak individu orang lain.
Adapun dalam sebuah penelitian cara penanggulangan terhadap tunawisma
diterapkan dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Karena tuna wisma biasanya tidak mempunyai tempat tinggal, maka suatu hal yang
esensial bila mereka ditanggulangi dengan memotivasi mereka untuk bersama-sama
dikumpulkan dalam duatu tempat, seperti asrama atau panti sosial. Tujuan dalam tahap
ini yaitu untuk berusaha memasuki atau mengenal aktivitas atau kehidupan para tuna
wisma.
b. Tahap Penyesuaian diri
Setelah para tuna wisma dikumpulkan, kemudian mereka harus belajar
menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru, dimana berlaku aturan-aturan khusus.
c. Tahapan Pendidikan yang Berkelenjutan
Setelah beberap para tuna wisma dalam lingkungan tersebut diadakan evaluasi
mengenai potensi mereka untuk belajar dengan maksud supaya mendapatkan
pendidikan yang lebih layak. 
Selain itu, dibawah ini terdapat solusi dalam menangani Tunawisma yaitu :
1. Memberikan pendidikan agama yang kuat dalam keluarga.
2. Melakukan pencegahan dengan cara memberikan penyuluhan / konseling,
memberikan pendidikan pelatihan keterampilan.
3. Dengan pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan
pendidikan.
4. Transmigrasi.
5. Menampung dipanti asuhan, panti sosial dan panti jompo.
6. Tugas pemerintah untuk menangani masalah perkotaan pada umumnya dan
tunawisma pada khususnya adalah menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih
banyak di kota-kota kecil.
7. Rencana pembangunan pemerintah seharusnya mengedepankan pembangunan
secara merata sehingga tidak timbul “gunung dan lembah” di negara,
pembangunan hendaknya dilakukan dengan pola “dari desa ke kota” dan bukan
sebaliknya. Sehingga, masing-masing putra daerah akan membangun daerahnya
sendiri dan mensejahterakan hidupnya.
8. Melakukan Pembinaan kepada para Tunawisma dapat dilakukan melalui panti
dan non panti, tetapi pembina harus mengetahui asal usul daerahnya serta
identifikasi penyebab yang mengakibatkan mereka menjadi penyandang
masalah sosial itu.
9. Kalau para Tunawisma disebabkan faktor ekonomi atau pendapatan yang
kurang memadai, mereka bisa diberi bekal berupa pelatihan sesuai potensi yang
ada padanya, di samping bantuan modal usaha.
10. Mengembalikan para tunawisma ke kampung mereka masing-masing.
11. Pemerintah atau masyarakat mengadakan Program Pendidikan non formal bagi
para tunawisma, sehingga dengan cara ini Para Tunawisma mendapatkan
pengetahuan.
Dengan mekanisme yang lebih menyentuh permasalahan dasar para tunawisma
tersebut diharapkan masalah tunawisma di kota besar dapat teratasi tanpa menciderai
hak-hak individu mereka dan malah dapat membawa para gelandangan kepada
kehidupan yang lebih baik.
Namun, mekanisme di atas merupakan tindakan jangka panjang dan membutuhkan
waktu yang lama untuk dapat terealisasi, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik
antar generasi kepemerintahan agar hal tersebut dapat terwujud dan pada akhirnya
kesejahteraan bangsa dapat lebih mudah dicapai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang
perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan
uang. Akibatnya semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Single
parent adalah orangtua tunggal yang mengasuh dan membesarkan anak-anak
sendiri, tanpa bantuan pasangan, Single Parent memiliki kewajibann yang besar
dalam mengatur keluarganya. Keluarga Single Parent memiliki permasalahan-
permasalahan paling rumit dibandingkan dengan keluarga yang
lengkap.Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa keluarga single
parent merupakan kesatuan terkecil dalam masyarakat yang bekerja, mendidik,
melindungi, merawat anak mereka sendiri tanpa bantuan dari pasangannya, baik
tanpa ayah, atau tanpa ibu yang disebabkan oleh suatu hal baik kehilangan ataupun
berpisah dengan pasanganya. Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah
orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat
setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan
hidup ditempat umum
3.2 Saran
Diharapkan kepada pemerintah untuk lebih berpartisipasi dan memberikan
perhatian lebih danlam menangani permasalahan seks komersial, signal perent, dan
homeless.
DAFTAR PUSTAKA

Nina Miranka. Ayu, Evi Yuniarti . 2016 . Kesehatan Reproduksi dan keluarga
Berencana.https://www.slideshare.net/Ayunina2/modul-kesehatan-reproduksi-dan-
keluarga-berencana. Diaksed pada 8 februari 2022 pukul 16.41
https://id.scribd.com/document/330150113/LATAR-BELAKANG-DAN-
KARAKTERISTIK-PEKERJA-SEKS-KOMERSIAL-PSK-DI-KABUPATEN-BATANG-
Studi-Kasus-di-Lokalisasi-Petamanan-dan-Penundan-Kecamatan-Banyuput

https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/1739/1/SKRIPSI%20WINDI%20ARI
%20ASTUTI%20NPM.%201501010138%20-%20Perpustakaan%20IAIN%20Metro
%20%281%29.pdf
Universitas Medan Area, 2019, Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya PSK.
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1904/5/128600063_file5.pdf
Albarda (2004). Sebab akibat bayaknya pekerja PSK)
http://rachdian.com/index2.php?
option=com_docman&task=doc_view&gid=27&Itemid=30, 3 August 2008
Endah (2010). permasalahan-permasalahan wanita.
 http://endahpurnasari.blogspot.com/2010/08/permasalahan-kesehatan-wanita-

dalam_5432.html 

Anda mungkin juga menyukai