Anda di halaman 1dari 53

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Infeksi Saluran Kemih (ISK)


1.1.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi salurankemih dapat
terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita dari pada pria (Mawaddah. 2020).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran
kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme dan juga
adanya suatu keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih dan
berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain (Mulyani, Tri. 2019).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum. Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih seperti umur, jenis
kelamin, berbaring lama, penggunaan obat immunosupresan dan steroid, pemasangan
katerisasi, kebiasaan menahan kemih, kebersihan genitalia, dan faktor predisposisi
lain (Irawan & Mulyana.2018).

1.1.2 Etiologi
Organisme penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering ditemukan adalah
eschericia coli. Eschericia Coli merupakan penghuni normal dari kolon. Organisme-
organisme lain yang juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih adalah golongan
proteus, klebsiela, pseudomonas, eterokokus dan stphylococus . bisa juga karena
jamur dan virus ataupun karena infeksi ginjal, prostat hipertropi (urin sisa).
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih, antara lain :
1. Escherichia coli : 90% penyebab infeksi saluran kemih uncomplicated ( simple )
2. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab infeksi saluran kemih complicated
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
4. Prevalensi penyebab infeksi saluran kemih pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat berbagai jenis orgnisme dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih.
Biasanya bakteri enterik, terutama Escherichia Coli pada wanita. Gejala
bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di
rumah sakit, 30 – 40% disebabkan proteus, stapilokok, dan bahkan pseudomonas.
Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan salauran kemih. Namun harus
diperhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu organisme.
Selain itu terdapat faktor-faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya infeksi
saluran kemih yaitu :
1. Bendungan aliran urin seperti anomaly congenital, batu saluran kemih, oklusi
ureter (sebagian atau total).
2. Refluks vesiko ureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena hipertropi prostate
4. Penyakit metabolik (diabetes, gout, batu)
5. Peralatan kedokteran (terutama kateter tinggal)
6. Kehamilan
7. Jenis kelamin
8. Penyalahgunaan analgesik secara kronik
9. Penyakit ginjal
10. Personal hygiene

1.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih secara garis besar dibagi menjadi infeksi
saluran kemih simpleks (uncomplicated) dan infeksi saluran kemih rumit
(complicated). Infeksi saluran kemih simpleks diartikan sebagai sistitis pada wanita
yang tidak hamil, tidak memiliki gangguan sistem imun, tidak memiliki kelainan
anatomi dan fungsi dari saluran kemih, dan tidak menunjukkan gejala adanya invasi
jaringan atau infeksi sistemik. Semua jenis infeksi saluran kemih yang tidak termasuk
ke dalam infeksi saluran kemih simple digolongkan sebagai infeksi saluran kemih
rumit atau dengan penyulit.
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi terjadinya infeksi
menjadi infeksi saluran kemih bagian bawah dan infeksi saluran kemih bagian atas.
Infeksi saluran kemih bagian bawah terdiri dari sistitis (infeksi pada kandung kemih)
dan urethritis (infeksi pada uretra). Infeksi saluran kemih bagian atas terdiri dari
ureteritis (ureter), pyelitis (tubulus kolektivus bagian atas), pyelonefritis (parenkim
ginjal).

1.1.4 Diagnosis Banding


Diagnosis Banding pada Wanita
Infeksi saluran kemih simpleks pada wanita memiliki diagnosis banding :
1. Pielonefritis akut
2. Kanker kandung kemih
3. Infeksi genitourinari klamidia
4. Herpes simpleks
5. Penyakit radang panggul (PID / Pelvic Inflammatory Disease) 
6. Urethritis
7. Vaginitis
Diagnosis Banding pada Pria
Infeksi saluran kemih pada pria memiliki diagnosis banding :
1. Gastrointestinal: pankreatitis akut, apendisitis
2. Respiratori: pneumonia bakterial
3. Urinari : BPH, infeksi genitourinari klamidia, prostatitis bakterial, tuberkulosis
sistem genitourinari, diversi urin dan tumor kandung kemih, obstruksi saluran
kemih
Diagnosis Banding pada Anak
Infeksi saluran kemih pada anak memiliki diagnosis banding:
1. Demam pada neonatus dan anak usia muda
2. Nefrolitiasis
3. Apendisitis pediatrik
4. Gastroenteritis pediatrik
5. Infeksi cacing kremi (pinworms)
6. Obstruksi urin
7. Vulvovaginitis
1.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara umum sering meliputi:
1) Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
2) Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
3) Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
4) Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
5) Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
6) Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
7) Rasa sakit pada daerah di atas pubis
8) Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
9) Demam
10) Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa yaiu kelelahan,
hilangnya kekuatan, demam
11) Sering berkemih pada malam hari
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal.
Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis,
yaitu demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan
infeksi ginjal termasuk dalam infeksi saluran kemih.
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan
gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi :

1) Desakan yang kuat untuk berkemih


2) Rasa terbakar pada saat berkemih
3) Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
4) Adanya darah pada urin (hematuria)

a. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1) Pyelonephritis Akut
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi
yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa
salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat
kedinginan, serta mual atau muntah.
2) Cystitis
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa
tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit
pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3) Uretritis
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :
a. Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1) Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya,
khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit,
misalnya: letih dan lesu.
2) Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. (orang tua umumnya tidak dapat
mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin
bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
3) Urin yang keruh (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit,
walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas
dari Infeksi saluran kemih).
4) Rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5) Muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6) Jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya
bayi yang berusia setlah delapan hari.
b. Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi :
1) Diarrhea atau diare
2) Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu
(misalnya: pemberian makan, dan menggendong)
3) Kehilangan nafsu makan
4) Demam
5) Mual dan muntah
6) Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi
saluran kemih.
7) Lemah
8) Adanya rasa sakit pada saat berkemih.
c. Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1) Rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada
ginjal)
2) Seringnya berkemih
3) Ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan
kata lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)
4) Tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5) Rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6) Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7) Urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
d. Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:
1) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih ringan (misalnya:
cystitis, uretritis) meliputi :
1. Rasa sakit pada punggung
2. Adanya darah pada urin (hematuria)
3. Adanya protein pada urin (proteinuria)
4. Urin yang keruh
5. Ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
6. Demam
7. Dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
8. Tidak nafsu makan
9. Lemah dan lesu (malaise)
10. Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
11. Rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
12. Rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
2) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya:
pyelonephritis) meliputi:
1. Kedinginan
2. Demam tinggi dan gemetar
3. Mual
4. Muntah (emesis)
5. Rasa sakit di bawah rusuk
6. Rasa sakit pada daerah sekitar abdomen
1.1.6 Patofisiologi
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya infeksi
saluran kemih, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu:

1) Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: faktor anatomi


dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga
insiden terjadinya infeksi saluran kemih lebih tinggi, faktor tekanan urine saat
miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal


Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan
distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan
bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri,
kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius.
Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi infeksi saluran kemih, antara lain:
adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses.
Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan
hipertrofi prostat yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau pyuria
Merupakan salah satu petunjuk penting adanya infeksi saluran kemih.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit atau lapang pandang
besar (LPB) sediment air kemih.
2) Hematuria
Hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni
Hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran
tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria utama
adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri
yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes Tambahan:
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

1.1.8 Penatalaksanaan

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibakterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas :
1. Terapi antibiotika dosis tunggal
2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
4. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobakterial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, faktor
kausatif (misalnya: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani.
Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah. Penggunaan
medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim atau
sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin
digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu
analgesik urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
akibat infeksi.

Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkinan adanya:


1. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
2. Interansi obat
3. Efek samping obat
4. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
1. Efek nefrotosik obat
2. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiap saat dievalusi keefektifannya dan
hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna atau diperlukan ?
2. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh
membahayakan ?
3. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan ?
4. Dapatkah sebagian obat dikurangi dosisnya atau dihentikan ?

1.1.9 Komplikasi
Komplikasi infeksi saluran kemih terjadi karena proses refluks bakteria yang
berkembang biak pada usus sehingga mengakibatkan berbagai macam penyakit yaitu:
1. Pyelonefritis
Peradangan pada ginjal kanan maupun kiri
2. Gagal ginjal
Kerusakan pada ginjal dalam waktu relatif lama mampu menimbulkan simtoma pada
laju penyakingan glomerulus dan adanya kelainan kandungan dalam urine.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar
dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan evaluasi, dari
tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan
informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan
pemeriksaan fisik.
1. Pemeriksaan fisik : dilakukan secara head to toe dan system
tubuh
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
1. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2. Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
1)Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
2)Imobilisasi dalam waktu yang lama.
3)Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
1) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
2) Adakah disuria?
3) Adakah urgensi?
4) Adakah hesitancy?
5) Adakah bau urine yang menyengat?
6) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
7) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah?
8) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas?
9)  Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien :
1) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan?
2) Adakakah perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
Dalam melakukan pengkajian pada klien infeksi saluran kemih menggunakan
pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit diabetes melitus dan jantung.
c. Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b) Pengkajian pada costovertebralis
d. Riwayat psikososial
Meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan persepsi terhadap kondisi
penyakit.
e. Mekanisme koping dan sistem pendukung pengkajian pengetahuan klien dan
keluarga:
1) Pemahaman tentang penyebab atau perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

1.2.2 Diagnosa Keperawatan (Menurut SDKI)


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia) (Kode SDKI:
0077)
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kemampuan menyadari
tanda-tanda gangguan kandung kemih (Kode SDKI : 0040)

1.2.3 Intervensi ( Menurut SIKI )


Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia)
Manajemen Nyeri (Kode SIKI : 1.08238)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan
- Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain )
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
- Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Diagnosa 2
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kemampuan menyadari
tanda-tanda gangguan kandung kemih.
Manajemen Eliminasi Urine (Kode SIKI : 1.04152)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi urine.
Tindakan
- Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine
3. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
- Terapeutik
1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
2. Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Ambil sampel urine tengah (midsteam) atau kultur
- Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
3. Ajarkan mengambil specimen urine midstream
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul atau berkemih
6. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
7. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu

1.2.4 Kriteria Hasil ( Menurut SLKI )


Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia)
Tingkat Nyeri (Kode SLKI : L.08066)
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Ekspektasi Menurun
Kriteria Hasil

Cukup Cukup
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
Kemampuan menuntaskan
1 2 3 4 5
aktivitas
Cukup Cukup
Meningkat Meningkat Sedang Menurun Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri sendiri 1 2 3 4 5
Diaforesis 1 2 3 4 5
Perineum terasa tertekan 1 2 3 4 5
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Memburuk Sedang Membaik Membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola nafas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Fokus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5

Kontrol Nyeri (Kode SLKI : L.08063)


Definisi
Tindakan untuk meredakan pengalam sensorik atau emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan
Ekspektasi Meningkat
Kriteria Hasil

Cukup Cukup
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
Melaporkan nyeri
1 2 3 4 5
terkontrol
Kemampuan mengenali
1 2 3 4 5
onset nyeri
Kemampuan mengenali
1 2 3 4 5
penyebab nyeri
Kemampuan menggunakan
1 2 3 4 5
Teknik non-farmakologis
Dukungan orang terdekat 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Meningkat Sedang Menurun Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Penggunaan analgesik 1 2 3 4 5

Status Kenyamanan (Kode SLKI : L.08064)


Definisi
Keseluruhan rasa nyaman dan aman secara fisik, psikologis, spiritual, sosial, budaya dan
lingkungan.
Ekspektasi Meningkat
Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
Kesejahteraan fisik 1 2 3 4 5
Kesejahteraan psikologis 1 2 3 4 5
Dukungan sosial dan keluarga 1 2 3 4 5
Dukungan sosial dari teman 1 2 3 4 5
Perawatan sesuai keyakinan
1 2 3 4 5
budaya
Perawatan sesuai kebutuhan 1 2 3 4 5
Kebebasan melakukan ibadah 1 2 3 4 5
Rileks 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Meningkat Sedang Menurun Menurun
Keluhan tidak nyaman 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kebisingan 1 2 3 4 5
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan kedinginan 1 2 3 4 5
Keluhan kepanasan 1 2 3 4 5
Gatal 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Lelah 1 2 3 4 5
Merintih 1 2 3 4 5
Menangis 1 2 3 4 5
Iritabilitas 1 2 3 4 5
Menyalahkan diri sendiri 1 2 3 4 5
Konfusi 1 2 3 4 5
Konsumsi alkohol 1 2 3 4 5
Penggunaan zat 1 2 3 4 5
Percobaan bunuh diri 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Memburuk Sedang Membaik Membaik
Memori masa lalu 1 2 3 4 5
Suhu ruangan 1 2 3 4 5
Pola eliminasi 1 2 3 4 5
Postur tubuh 1 2 3 4 5
Kewaspadaan 1 2 3 4 5
Pola hidup 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

Diagnosa 2
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kemampuan menyadari
tanda-tanda gangguan kandung kemih.
Eliminasi Urine (Kode SLKI : L.04034)
Definisi
Pengosongan kandung kemih yang lengkap.
Ekspektasi Membaik
Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
Sensasi berkemih 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Meningkat Sedang Menurun Menurun
Desakan berkemih (urgensi) 1 2 3 4 5
Distensi kandung kemih 1 2 3 4 5
Berkemih tidak tuntas
1 2 3 4 5
(hecitancy)
Volume residu urine 1 2 3 4 5
Urine menetes (dribbling) 1 2 3 4 5
Nokturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Disuria 1 2 3 4 5
Anuria 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Memburuk Sedang Membaik Membaik
Frekuensi BAK 1 2 3 4 5
Karakteristik urino 1 2 3 4 5

Kontinensia Urine (Kode SLKI : L.04036)


Definisi
Pola kebiasaan buang air kecil.
Ekspektasi Membaik
Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
Kemampuan berkemih 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Meningkat Sedang Menurun Menurun
Nokturia 1 2 3 4 5
Residu volume urine setelah
1 2 3 4 5
berkemih
Distensi kandung kemih 1 2 3 4 5
Dribbling 1 2 3 4 5
Hecitancy 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Verbalisasi pengeluran urine
1 2 3 4 5
tidak tuntas
Cukup Cukup
Memburuk Memburuk Sedang Membaik Membaik
Frekuensi berkemih 1 2 3 4 5
Sensasi berkemih 1 2 3 4 5

Kontrol Gejala (Kode SLKI : L.14127)


Definisi
Kemampuan untuk mengendalikan atau mengurangi perubahan fungsi fisik dan emosi yang
dirasakan akibat munculnya masalah kesehatan.
Ekspektasi Meningkat
Kriteria Hasil

Cukup Cukup
Kemampuan memonitor Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
munculnya gejala secara 1 2 3 4 5
mandiri
Verbalisasi umpatan 1 2 3 4 5
Perilaku menyerang 1 2 3 4 5
Perilaku melukai diri sendiri
1 2 3 4 5
atau orang lain
Perilaku merusak
1 2 3 4 5
lingkungan sekitar
Perilaku agresif atau amuk 1 2 3 4 5
Suara keras 1 2 3 4 5
Bicara ketus 1 2 3 4 5
Verbalisasi keinginan bunuh
1 2 3 4 5
diri
Verbalisasi isyarat bunuh diri 1 2 3 4 5
Verbalisasi ancaman bunuh
1 2 3 4 5
diri
Verbalisasi rencana bunuh diri 1 2 3 4 5
Verbalisasi kehilangan
1 2 3 4 5
hubungan yang penting
Perilaku merencanakan bunuh
1 2 3 4 5
diri
Euforia 1 2 3 4 5
Alam perasaan depresi 1 2 3 4 5

BAB II

LAPORAN KASUS
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA MAHASISWA : Maria Natalia Ponga


NIM : 01.3.21.00494
RUANG : Wijaya Kusuma
TANGGAL : 13 November 2021

1. BIODATA :
Nama : Tn. M No.Reg : 523891
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :-
Alamat : Kediri
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Tanggal MRS : 2 November 2021
Tanggal Pengkajian : 13 November 2021
Golongan Darah :-

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan mengeluh nyeri di bagian perut bawah, nyeri sangat mengganggu
ketika beraktivitas, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluarga pasien mengatakan jam 16.30 WIB datang bersama pasien, saat dilakukan
pengkajian pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, gatal pada sela jari tangan dan
sela jari kaki. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, kemudian pasien
di skrining nyeri, lalu dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya pemeriksaan
CBC, pemeriksaan elektrolit GDS (gas darah sementara) creat bersamaan dengan
pemeriksaan thoraks serta pemeriksaan EKG (elektrokardiogram). Setelah itu pasien
diberikan obat sesuai resep dokter.
4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
Pasien mengatakan tidak mengalami penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV
(Human Immunodeficiency Virus) AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome),
hepatitis, dan lain-lain. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik pada
makanan dan obat-obatan.

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan, dirinya dan keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang
menurun dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti yang dideritanya
sekarang yaitu bahu kanan sakit dikarenakan kecelakaan lalu lintas. pasien dan
keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit yang menular seperti HIV (Human
Immunodeficiency Virus) AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), diabetes
melitus, jantung dan hipertensi.

6. RIWAYAT PSIKO SOSIAL DAN SPIRITUAL


Psikososial : Pasien mengatakan hubungan pasien dengan teman dan lingkungan
sekitar terjalin cukup baik. Selama di rumah sakit pasien merasa rendah diri
dan bisa bekerja sama dalam memberikan informasi kepada dokter dan
perawat.
Spiritual: Pasien mengatakan selama dirumah pasien selalu meluangkan waktu untuk
berdoa sendiri. Pasien mengatakan selama dirumah sakit pasien kurang
dalam melakukan ibadah dikarenakan sakit.

7. POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI


( Makan, istirahat, tidur, eliminasi, aktifitas, kebersihan dan seksual )
1. Kebutuhan Nutrisi / Pola Nutrisi
Saat dirumah : pasien mengatakan saat dirumah pasien makan 3 kali dalam sehari
dengan lauk yang lengkap.
Selama dirumah sakit : pasien mengatakan makan dihabiskan Pasien bisa makan
secara mandiri.

2. Kebutuhan Istirahat Tidur


Saat dirumah : pasien mengatakan tidur siang selama 2 jam, tidur malam selama
kurang lebih 9 jam, tidak ada gangguan tidur
Selama dirumah sakit : pasien mengatakan tidur siang selama kurang lebih
setengah jam, tidur malam selama 4 jam, tidur terganggu
saat nyeri diprut bagian bawah timbul.

3. Kebutuhan Eliminasi / Pola Eliminasi BAK, BAB


Saat dirumah : pasien mengatakan pada saat dirumah BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi padat dan lunak dan BAK 7-8 kali sehari.
Selama dirumah sakit : pasien mengatakan selama dirumah sakit kebutuhan
eliminasi dibantu keluarga BAB 3 hari sekali dengan
konsistensi padat dan pasien BAK 2-3 kali sehari
berbau khas urine, berwarna kuning kecoklatan dan
berbau khas, tidak menggunakan kateter.
4. Kebutuhan Aktifitas
Pasien mengatakan selama dirumah sakit aktivitas sepenuhnya dilakukan sendiri
tanpa bantuan dari keluarga

5. Kebutuhan Kebersihan Diri / Personal Hygiene


Saat dirumah : pasien mengatakan saat dirumah pasien mandi 3 kali dalam sehari,
gosok gigi 2 kali dalam sehari, dan cuci rambut 2 hari sekali.
Selama dirumah sakit : pasien mengatakan mandi 2 kali dalam sehari dengan diseka
dibantu keluarga maupun perawat.

6. Kebutuhan Seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan.

8. KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN


Ekspresi pasien terhadap penyakitnya tampak rendah diri, pasien tampak terpasang
gelang identitas, kemampuan fungsional seperti aktivitas berjalan, makan dilakukan
secara mandiri oleh pasien, namun mandi, berpakaian dan kebutuhan eliminasi buang
air kecil maupun buang air besar pasien tampak dibantu sebagian oleh keluarga,
terpasang cairan infus IV NS 500cc Q24 jam.

9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 36,4ºC
Denyut Nadi : 88x/menit
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Pernafasan : 20x/menit
TT / TB : - Kg, - cm

10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Kepala
Inspeksi : anatomi normal, tidak ada lesi atau benjolan, rambut pasien tampak
berwarna hitam, bentuk kepala simetris, tidak tampak ada luka bakar,
tidak ada infeksi, tidak tampak ada bekas jahitan, kepala tampah utuh,
kedua alis mata pasien tampak simetris, kulit pasien sawo matang,
struktur wajah simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan yang di rasakan saat dilakukan palpasi pada daerah
kepala, tidak teraba benjolan maupun penonjolan tulang, tekstur kepala
halus, tidak ada perubahan kontur tengkorak pada kepala pasien ataupun
diskontinuitas tengkorak pada kepala pasien, tidak teraba pembesaran
kelenjar tiroid.
2. Mata
Inspeksi : mata kanan dan kiri pasien tampak simetris, konjungtiva cowong, tidak
ada edema, kelopak mata terdapat lingkaran hitam dibawah mata, reflek
pupil normal dan dapat mengecil ketika ada rangsangan cahaya, terlihat
lebar ketika tidak ada cahaya, reflek pupil isokor, ukuran pupil kanan dan
kiri sama, mata kanan dan kiri tidak juling, tidak ada tanda-tanda mata
kuning pada pasien, pasien dapat membuka dan menutup mata secara
maksimal.
3. Hidung
Inspeksi : hidung tampak simetris, tampak bersih, tidak ada sekret dan tidak ada
kelainan bentuk hidung, bentuk lubang hidung tampak simetris, pasien
memiliki 2 lubang hidung, tidak terdapat lesi pada hidung, tidak terdapat
adanya tanda-tanda tumbuhnya tumor atau benjolan pada hidung, tidak
ada tanda-tanda adanya infeksi

4. Telinga
Inspeksi: telinga kanan dan kiri simetris, ukuran telinga pasien sedang, telinga
tampak bersih tidak terdapat perdarahan dan tidak terdapat edema, daun
telinga tampak utuh
5. Mulut
Inspeksi : mukosa mulut tampak lembab, bibir kering, gusi tidak ada stomatitis, gigi
tidak ada yang berlubang, lidah tidak ada stomatitis, lidah berwarna
merah muda.
6. Leher
Inspeksi : leher berwarna sawo matang, tidak ada luka bakar, bentuk leher simetris.
Palpasi: leher tidak terdapat pembesaran kelejar tiroid, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, tidak teraba adanya pembesaran vena jugularis yang
dirasakan saat di palpasi.

Analisa pengkajian :
GCS Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6, refleks pupil isokor, tidak ada gangguan
refleks, tidak ada masalah penglihatan, tidak ada masalah pendengaran, nilai hasil
hemoglobin L 11.4 g/dL (rendah) dimana nilai rujukan 14.0 – 17.5 g/dl, nilai hasil
RBC L 3.98 g/dL (rendah) dimana nilai rujukan 4.50 – 5.90 10^6/uL, tidak ada
tanda peningkatan TIK seperti pusing, nyeri kepala ataupun keinginan muntah mual.

B. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku :


Kulit
Inspeksi : kulit pasien berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi atau luka bakar,
tidak terdapat luka bekas operasi pada kulit pasien, kulit tampak lembab
Palpasi: turgor kulit pasien baik, tidak ada edema dan tidak ada nyeri tekan
Kuku
Inspeksi : kuku pendek, kuku tampak bersih dan tidak kotor

Analisa pengkajian :
Kulit : tampak pucat, kulit tidak terasa panas saat dipalpasi, tidak ada kemerahan di
kulit, tidak ada tanda sianosis, tidak ada ikterus, tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
tidak ada bekas luka
Kuku : CRT < 3 detik

C. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak ( Bila diperlukan ):


Tidak dikaji dikarenakan pasien berjenis kelamin laki-laki

D. Pemeriksaan Dada /Thorak


Inspeksi Thorax :
Inspeksi : dada pasien tampak simetris, tidak ada kemerahan, tidak ada lesi
Palpasi : dada tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada massa, fokal freminuts kanan
dan kiri simetris
Paru :
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas veskuler, tidak ada suara tambahan

Analisa pengkajian :
Tidak ada batuk, pola nafas teratur, suara nafas vesikuler, nafas : 20x/menit, tidak
ada suara nafas tambahan, tidak tampak menggunakan alat bantu nafas.

E. Pemeriksaan Jantung :
Inspeksi : tidak tampak adanya pembesaran pada jantung, dengan melihat cara pola
napas pasien normal dengan perbandingan inspirasi dan ekspirasi, bentuk
dada pada pasien tidak ada kelainan pada tulang dada, warna kulit pasien
area pada dada sawo matang, cara bernapas pasien menggunakan otot-
otot dada
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba ICS 5 mid klavikula kiri.
Perkusi : suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi jantung tambahan, bunyi jantung 1 terdengar
bertapatan dengan teraba pulsase nadi. dan bunyi jantung 2 normal
(lub-dub).
Analisa pengkajian :
Irama jantung reguler, tidak terdapat nyeri dada, bunyi jantung normal, akral hangat,
hasil pemeriksaan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88x/menit hasil pemeriksaan nadi
83x/menit, adanya pemeriksaan EKG (Elektrokardiogram).

F. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : tidak terlihat adanya pembesaran atau benjolan pada area perut, kulit
perut pada pasien tidak tampak tegang, tidak tampak ada luka jahitan
bekas operasi dan luka bakar, warna kulit perut pasien sawo matang, tidak
tampak ada pelebaran pembuluh darah vena, bentuk perut simetris,
gerakan perut tampak mengembang dan mengempis saat inspirasi dan
ekspirasi, gerakan peristaltik normal, tampak ada kesimetrisan pada perut
pasien.
Auskutasi: ketika melakukan auskultasi menggunakan stetoskop sumber suara dari
abdomen suara dari struktur vaskuler dan peristaltik usus normal, pada
pasien tidak terjadi obstruksi pada abdomen.
Perkusi : tidak ada perbesaran organ, tidak terdapat cairan bebas di dalam rongga
perut, tidak terdapat udara bebas, suara timpani
Palpasi : ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa.

Analisa pengkajian :
Bising usus 12 kali per menit, turgor kulit abdomen tampak cukup, adanya nyeri
tekan di perut bagian bawah, tidak ada mual dan muntah, tidak terdapat lubang
ostomy, tidak ada gangguan pada permukaan abdomen.

G. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya ( bila diperlukan ):


Genetalis : bentuk simetris pada genetalia pasien, genetalia pasien tampak terlihat
bersih, tidak ada inflamasi atau iritasi pada daerah genetalia pasien,
tidak ada massa pada genetalia pasien, tidak ada benjolan pada genetalia
pasien.
Anus : tidak ditemukan hemoroid

Analisa pengkajian :
Jenis kelamin perempuan, tidak terpasang kateter, ada distensi kandung kemih,
urine keluar tidak banyak, urine berwarna bata keruh, berbau menyengat busuk,
genetalia lembab, nyeri saat ditekan, teraba tegang, keluhan nyeri saat urine.

H. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
MMT : 5 5
5 5
Keterangan:
0: tidak ada tonus, tidak ada kontraksi
1: ada tonus, tidak ada kontraksi
2: ada tonus, ada kontraksi, tidak mampu melawan gravitasi
3: melawan gravitasi, tidak dapat melawan tahanan
4: melawan tahanan dengan setengah kekuatan
5: melawan dengan kekuatan penuh
Analisa pengkajian :
Kemampuan pergerakan sendi bebas, adanya patah tulang, kelemahan ataupun
edema pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.

1 2 1. Tangan Kanan : 5 2. Tangan Kiri : 5


3 4 3. Kaki Kanan : 5 4. Kaki Kanan : 5

H. Pemeriksaan Neurologi :
Kesadaran composmentis
Refleks pupil ( + )
Refleks patella ( + )
Penilaian dengan GCS : E : 4 V : 5 M: 6

Keterangan
Respon Membuka Mata
1. Tidak ada respon
2. Dengan rangan nyeri (misalnya menekan kuku jari)
3. Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)
4. Respon membuka mata spontan
Respon Verbal
1. Tidak ada respon
2. Suara tanpa arti
3. Kata-kata saja (berbicara tidak jeas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat)
4. Bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang), disorientasi
(orang, tempat, dan waktu)
5. Orientasi baik

Respon Motorik
1. Tidak ada respon
2. Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dnegan jari
mengepal dan extensi saat diberi rangsangan nyeri)
3. Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada dan kaki
extensi saat diberi rangsangan nyeri)
4. Menghindar atau menarik estremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat di beri
rangsangan nyeri
5. Menjangkau dan menjahui stimulus saat diberi rangsang nyeri
6. Mengikuti perintah

Analisa pengkajian :
GCS : Eye = 4, Verbal = 5, Motorik = 6
Refleks pupil isokor, tidak adanya tanda peningkatan TIK seperti pusing, nyeri kepala,
ataupun keinginan muntah mual, tidak ada gangguan refleks, tidak ada gangguan plegi,
tidak terdapat parese, tidak terdapat parestesia, tidak ada masalah pada penglihatan,
tidak ada masalah pendengaran ataupun bicara.

J. Pemeriksaan Status Mental :


Status mental pasien terlihat tenang dengan penyakitnya, pasien tampak sedih
karena pasien harus di rawat inap di rumah sakit, karena pasien tidak bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya.

Analisa pengkajian :
Status mental pasien terhadap penyakitnya tampak dari ekspresi pasien merasa rendah diri,
pasien tampak kurang nyaman dengan penyakitnya karena mengganggu aktifitas sehari-
hari, pasien menginginkan informasi tentang penyakit yang diderita melalui dokter.

11. Pemeriksaan Penunjang Medis :


a. Pemeriksaan Laboratorium : 2 November 2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan Keterangan


HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
HGB L 11.4 g/dL 14.0 – 17.5 Rendah
RBC L 3.98 10^6/uL 4.50 - 5.90 Rendah
HCT L 36.0 % 40.0 – 52.0 Rendah
MCV 90.5 fL 80.0 – 96.0 Normal
MCH 28.6 pq 28.0 – 33.0 Normal
MCHC L 31.7 g/L 33.0 – 36.0 Rendah
RDW-SD 50.2 fL 37 – 54 Normal
RDW-CV H 15.2 % 11.5 – 14.5 Normal
WBC 5.09 10^3/uL 4.50 – 11.30 Normal
Hitung Jenis
EO% H 8.8 % 2.0 – 4.0 Tinggi
BASO% 0.8 % <1 Normal
NEUT% 60.6 % 50.0 – 70.0 Normal
LYMPH% L 20.4 % 25.0 – 40.0 Rendah
MONO% H 9.4 % 2.0 – 8.0 Tinggi
IG% 0.0 % Normal
EO# H 0.45 10 3/uL
^
0.00 – 0.40 Tinggi
BASO# 0.04 10^3/uL 0.00 – 0.10 Normal
NEUT# 3.08 10^3/uL 1.50 – 7.00 Normal
LYMPH# 1.04 10^3/uL 1.00 – 3.70 Normal
N/L Rat 2.96 Normal
MONO# 0.48 10^3/uL 0.00 – 0.70 Normal
IG# 0.00 % Normal
PLT 201 10 3/uL
^
170 – 394 Normal
PDW L 8.6 fL 9.0 – 17.0 Rendah
MPV 9.0 fL 6.8 – 10.0 Normal
P-LCR 16.4 % 13.0 – 43.0 Normal
PCT 0.18 % 0.17 – 0.35 Normal

b. Pemeriksaan Laboratorium : 2 November 2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan Keterangan


URINALISA
Makroskopis
Warna Kuning Kuning Normal
Kejernihan  Agak Keruh Jernih Tidak Nomal
Glukosa Negatif mg/dL Negatif Normal
Albumin Urine  Positif ( +1 ) Negatif Tidak Nomal
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif Normal
Urobilinogen Normal mg/dL Negatif Normal
Ph H 5.0 Tinggi
Berat Jenis 1.015 mg/dL 1.005 – 1.030 Normal
Darah (Blood)  Positif ( +2 ) mg/dL Negatif Tidak Normal
Keton Negatif mg/dL Negatif Normal
Nitrit Negatif mg/dL Negatif Normal
Leukosit 500 /uL Negatif Tidak Normal
Sedimen
Eritrosit H 55 /uL MRR Tinggi
Normal :
<4-Borderline : 4
8-Abnormal : >8
Leukosit H 98 /uL MRR Tinggi
Normal :
<10-Borderline : 10
20-Abnormal : >20
Epitel 2 /lpk < 10 Normal
Silinder Negatif Normal
Kristal Negatif Normal
Bakteri  Positif ( +1 ) /lpk Negatif Tidak Normal
Lain-lain Negatif Normal

c. Pemeriksaan Laboratorium : 2 November 2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan Keterangan


KIMIA DARAH
Glukosa Sewaktu 95 mg/dL <200 Normal

d. Pemeriksaan Laboratorium : 3 November 2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan Keterangan


KIMIA DARAH
Glukosa Darah Puasa 88 mg/dL <200 Normal

e. Pemeriksaan Laboratorium : 4 November 2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan Keterangan


KIMIA DARAH
Glukosa Darah Puasa H 108 mg/dL <200 Tinggi
Glukosa Darah 2 jam 114 mg/dL <200 Normal
PP

f. Pemeriksaan Laboratorium : 5 November 2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan Keterangan


KIMIA DARAH
Glukosa Darah Puasa H 115 mg/dL <200 Tinggi
Glukosa Darah 2 jam H 142 mg/dL <200 Tinggi
PP

g. Pemeriksaan Laboratorium : 6 November 2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan Keterangan


URINALISA
Makroskopis
Warna Kuning Kuning Normal
Kejernihan  Agak Keruh Jernih Tidak Nomal
Glukosa Negatif mg/dL Negatif Normal
Albumin Urine  +- Negatif Nomal
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif Normal
Urobilinogen Normal mg/dL Negatif Normal
pH H 6.5 Tinggi
Berat Jenis 1.010 mg/dL 1.005 – 1.030 Normal
Darah (Blood)  +- mg/dL Negatif Normal
Keton Negatif mg/dL Negatif Normal
Nitrit Negatif mg/dL Negatif Normal
Leukosit 500 /uL Negatif Tidak Normal
Sedimen
Eritrosit 5 /uL MRR Tinggi
Normal :
<4-Borderline : 4
8-Abnormal : >8
Leukosit 20 /uL MRR Tinggi
Normal :
<10-Borderline : 10
20-Abnormal : >20
Epitel 2 /lpk < 10 Normal
Silinder Negatif Normal
Kristal Negatif Normal
Bakteri  Positif ( +1 ) /lpk Negatif Tidak Normal
Lain-lain Negatif Normal

Analisa Pengkajian :
Berdasarkan pemeriksaan tanggal 2 November 2021 diperoleh hasil pada jenis pemeriksaan
hematologi lengkap dimana nilai HGB L 11.4 g/dL, RBC L 3.98 10 ^6/uL, HCT L 36.0 %
MCHC L 31.7 g/dL dinyatakan rendah serta nilai RDW-CV H 15.2 % dinyatakan tinggi.
Berdasarkan pemeriksaan hitung jenis diperoleh nilai LYMPH% L 20.4, PDW L 8.6 fL,
PLT L 8.6 fL dinyatakan rendah serta nilai EO% H 8.8 %, MONO% H 9.4 %, EO# H
0.45 10^3/uL dinyatakan tinggi. Berdasarkan pemeriksaan urinalisa diperoleh kejernihan,
albumin urine, pH, darah, leukosit, eritrosit, bakteri dinyatakan tidak normal. Berdasarkan
pemeriksaan kimia darah diperoleh hasil glukosa sewaktu dinyatakan normal.

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 3 November 2021 hasil pemeriksaan kimia darah


diperoleh glukosa darah puasa dinyatakan normal.

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 4 November 2021 hasil pemeriksaan kimia darah


diperoleh glukosa darah puasa dinyatakan tinggi dan glukosa darah 2 jam PP dinyatakan
normal.

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 5 November 2021 hasil pemeriksaan kimia darah


diperoleh glukosa darah puasa dinyatakan tinggi dan glukosa darah 2 jam PP dinyatakan
tinggi.

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 6 November 2021 hasil pemeriksaan urinalisa diperoleh


kejernihan, albumin urine, pH, darah, leukosit, eritrosit, bakteri dinyatakan tidak normal.
12. Pelaksanaan / Therapi :

Nama Terapi/Obat Dosis Fungsi Terapi


Metformin 500 mg tablet - Metformin berfungsi untuk
menurunkan jumlah gula yang
diproduksi oleh hati
Cefoperazore + Sulbactam 2x1 Antibiotik yang digunakan untuk
Injeksi menangani beragam penyakit
yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, seperti infeksi saluran
pernapasan, infeksi organ di
dalam perut, meningitis,
septikemia, infeksi saluran kemih,
atau infeksi tulang dan sendi.
Betametason 10 gram, dioles di gland penis 2x Betametason adalah obat untuk
Nebacetin 10 gram sehari meredakan gejala peradangan
akibat sejumlah kondisi, seperti
reaksi alergi, radang sendi,
lupus, sarkoidosis, kolitis
ulseratif, asma, gangguan tiroid,
atau multiple sklerosis. Selain itu,
betametason juga bisa digunakan
sebagai terapi untuk hiperplasia
adrenal kongenital.

Nebacetin adalah obat antibiotik


topikal (digunakan di permukaan
kulit) yang mengandung
neomycin sulfate dan zinc
bacitracin. Obat ini digunakan
untuk mengatasi infeksi bakteri
pada kulit, seperti luka bakar dan
luka setelah pembedahan.
Betametason 0,1% 5 gram sue Betametason adalah obat untuk
salep meredakan gejala peradangan
akibat sejumlah kondisi, seperti
reaksi alergi, radang sendi,
lupus, sarkoidosis, kolitis
ulseratif, asma, gangguan tiroid,
atau multiple sklerosis. Selain itu,
betametason juga bisa digunakan
sebagai terapi untuk hiperplasia
adrenal kongenital.
Metformin 500 mg tablet PO 1x500 mg pc Metformin berfungsi untuk
menurunkan jumlah gula yang
diproduksi oleh hati
Glimepiride 2 mg tablet ½-0-0 Obat ini berfungsi untuk
mengendalikan kadar gula darah
yang tinggi
Aquadest 25 ml otsu (plastik) imm -
Cefoperazone + Sulbactam 2x1 Antibiotik yang digunakan untuk
Injeksi menangani beragam penyakit
yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, seperti infeksi saluran
pernapasan, infeksi organ di
dalam perut, meningitis,
septikemia, infeksi saluran kemih,
atau infeksi tulang dan sendi.
Metformin 500 mg tablet PO 1x500 mg sore Metformin berfungsi untuk
menurunkan jumlah gula yang
diproduksi oleh hati
Glimepiride 2 mg tablet PO ½-0-0 ac 15 menit Obat ini berfungsi untuk
mengendalikan kadar gula darah
yang tinggi
Cefoperazone + Sulbactam lmm Q 12 jam Antibiotik yang digunakan untuk
Injeksi menangani beragam penyakit
yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, seperti infeksi saluran
pernapasan, infeksi organ di
dalam perut, meningitis,
septikemia, infeksi saluran kemih,
atau infeksi tulang dan sendi.
Betametason 0,1% 5 gram Sue 2x sehari Obat ini berfungsi untuk
salep meredakan gejala peradangan
akibat sejumlah kondisi, seperti
reaksi alergi, radang sendi,
lupus, sarkoidosis, kolitis
ulseratif, asma, gangguan tiroid,
atau multiple sklerosis. Selain itu,
betametason juga bisa digunakan
sebagai terapi untuk hiperplasia
adrenal kongenital.
Cetrizine 10 mg tablet PO 1x1 tablet Cetirizine adalah obat antihistami
n yang berfungsi untuk meredakan
gejala alergi seperti gatal-gatal,
mata berair dan pilek.
NS 500 ml imm Q 24 jam Cairan ini digunakan sebagai
terapi lini pertama sebagai
pengganti cairan dan elektrolit
natrium dan klorida pada kondisi
kekurangan cairan misalnya diare,
demam, dan dehidrasi Selain itu,
cairan ini juga digunakan sebagai
cairan irigasi steril dan sebagai
pelarut berbagai jenis obat.

13. Harapan Klien / Keluarga Sehubungan Dengan Penyakitnya


Pasien dan keluarga berharap pasien dapat sembuh dan kembali seperti sebelumnya,
agar pasien dapat melakukan kembali aktifitas keseharian, jika pasien sakit kehidupan
sehari-hari akan menjadi sedikit terganggu, keluarga akan sedih.

Kediri, 13 November 2021


Tanda Tangan Mahasiswa,

Maria Natalia Ponga

ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn. M


UMUR : 67 tahun
NO. REGISTER : 523891
DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH
DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIKO KEPERAWATAN
(S) (E) (P)
DS : Agen pencedera fisiologis Nyeri Akut
Pasien mengatakan mengeluh ( iskemia )
( Kode SDKI : D.0077)
nyeri di bagian perut bawah, nyeri
sangat mengganggu ketika
beraktivitas, skala nyeri 3, nyeri
hilang timbul.

DO :
1. Pasien mengeluh nyeri
2. Skala nyeri 3
3. Intensitas aktivitas menurun
3. Menarik diri
4. Kesulitan tidur
5. Nadi 88x/menit
6. Tekanan darah 140/90 mmHg

DS : Penurunan kemampuan Gangguan Eliminasi


Pasien mengatakan mengeluh menyadari tanda-tanda Urin
kesulitan buang air kecil tidak gangguan kandung kemih (Kode SDKI : D.0040)
disertai perut terasa penuh dan
nyeri sejak kemarin sore.
DO :
1. Distensi kandung kemih
2. Kemampuan berkemih cukup
menurun
3. Kandung kemih teraba tegang

4. Hasil pemeriksaan urinalisa :


1. Kejernihan ( agak keruh )
2. Albumin urine ( positif (+1) )
3. pH ( H 5.0 )
4. Darah (positif (+2) )
5. Leukosit ( 500 /uL)
6. Eritrosit ( H 55 /uL)
7. Bakteri ( positif (+1) )
5. Kandung kemih teraba tegang
6. Karakteristik urine keluar tidak
banyak, urine berwarna bata
keruh, dan bau menyengat
busuk

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. M


UMUR : 67 tahun
NO. REGISTER : 523891
NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA
MUNCUL KEPERAWATAN (SDKI) TERATASI TANGAN
1. 13 November Nyeri akut berhubungan 14 November Mhs. Maria
2021 dengan agen pencedera 2021
fisiologis (iskemia) yang (Masalah
ditantai oleh pasien Teratasi
mengatakan mengeluh nyeri di Sebagian)
bagian perut bawah, nyeri
sangat mengganggu ketika
beraktivitas, skala nyeri 3,
nyeri hilang timbul. Selain itu
adanya pasien mengeluh nyeri,
skala nyeri 3, intensitas
aktivitas menurun, menarik
diri, kesulitan tidur, nadi
88x/menit, tekanan darah
140/90 mmHg

2. 13 November Gangguan eliminasi urine Mhs. Maria


14 November
2021 berhubungan dengan
2021 (Masalah
penurunan kemampuan
Teratasi
menyadari tanda-tanda
Sebagian)
gangguan kandung kemih yang
ditandai oleh pasien
mengatakan mengeluh
kesulitan buang air kecil tidak
disertai perut terasa penuh dan
nyeri sejak kemarin sore.
Selain itu adanya distensi
kandung kemih, kemampuan
berkemih cukup menurun,
kandung kemih teraba tegang,
hasil pemeriksaan urinalisa
yang meliputi kejernihan
( agak keruh ), albumin urine
( positif (+1) ), pH ( H 5.0 ),
darah (positif (+2) )eukosit
( 500 /uL), eritrosit ( H 55 /uL),
bakteri ( positif (+1) ), kandung
kemih teraba tegang dan
arakteristik urine keluar tidak
banyak, urine berwarna bata
keruh, dan bau menyengat
busuk

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. M


UMUR : 67 tahun
NO. REGISTER : 523891
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (iskemia)

1. SLKI : Tingkat Nyeri (Kode SLKI : L.08066)


Indikator
a. Kemampuan menuntaskan aktivitas (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
a. Keluhan nyeri (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
b. Kesulitan tidur (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
c. Frekuensi nadi (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
d. Pola nafas (5) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
e. Tekanan darah (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
f. Fokus (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
g. Perilaku (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
h. Sikap protektif (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
i. Ketegangan otot (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)

2. SLKI : Kontrol Nyeri (Kode SLKI : L.08063)


Indikator
a. Melaporkan nyeri terkontrol (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
b. Kemampuan mengenali onset nyeri (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
c. Kemampuan mengenali penyebab nyeri (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
d. Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis (3) Dipertahankan/ditingkatkan
pada (5)
e. Dukungan orang terdekat (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
f. Keluhan nyeri (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
g. Penggunaan analgesik (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)

3. SLKI : Status Kenyamanan (Kode SLKI : L.08064)


Indikator
a. Kesejahteraan fisiologis (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
b. Dukungan sosial dari keluarga (5) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
c. Dukungan sosial dari teman (5) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
d. Keluhan tidak nyaman (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (4)
e. Keluhan sulit tidur (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
f. Gatal (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
g. Pola eliminasi (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
h. Pola tidur (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
i. Rileks (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
j. Pola hidup (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)

DIAGNOSA KEPERAWATAN 2 : Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan


penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda
gangguan kandung kemih

1. SLKI : Eliminasi Urine (Kode : L.04034)


Indikator
a. Eliminasi urine (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
b. Berkemih tidak tuntas (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
c. Frekuensi BAK (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (4)
d. Karakteristik urine (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
e. Distensi kandung kemih (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
f. Anuria (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
g. Urine menetes (5) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
h. Volume residu urine (5) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)

2. SLKI : Kontinensia Urine (Kode : L.04036)


Indikator
a. Kemampuan berkemih (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
b. Distensi kandung kemih (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
c. Hecitancy (5) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
d. Verbalisasi pengeluaran urine tidak tuntas (5) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
e. Frekuensi berkemih (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
f. Sensasi berkemih (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
3. SLKI : Kontrol Gejala (Kode SLKI : L.14127)
Indikator
a. Kemampuan memonitor munculnya gejala secara mandiri (3)
Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
b. Kemampuan memonitor lama bertahannya (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
c. Kemampuan memonitor frekuensi gejala (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (4)
d. Kemampuan melakukan tindakan untuk mengurangi gejala (4)
Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
e. Mendapatkan perawatan kesehatan saat gejala bahaya muncul (4)
Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
f. Kemampuan menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia (4)
Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
g. Mencatat hasil pemantauan gejala (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)
h. Kemampuan melaporkan gejala (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada (5)

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn. M
UMUR : 67 tahun
NO. REGISTER : 523891
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA LUARAN INTERVENSI Rasional dari Tindakan
KEPERAWATAN (SDKI) (SLKI) (SIKI) Berhubungan dengan
Keluhan/Kondisi pasien/Lab dsb
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 Intervensi: Manajemen Nyeri (1.08238)
agen pencedera fisiologis jam, maka diharapkan Tingkat Nyeri
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(iskemia) yang ditantai oleh (L.08066) menurun dengan kriteria hasil 1. Mengetahui kualitas nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
pasien mengatakan mengeluh (SLKI) sebagai berikut : yang dirasakan pasien
2. Identifikasi skala nyeri
nyeri di bagian perut bawah, 1. Keluhan nyeri mulai berkurang 2. Skala nyeri akan membantu
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
nyeri sangat mengganggu 2. Meringis mulai menurun dalam membedakan tingkat
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
ketika beraktivitas, skala nyeri 3. Ketegangan otot terutama bagian perut beratnya suatu penyakit
memperingan nyeri
3, nyeri hilang timbul. Selain mulai menurun sehingga dapat membantu
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
itu adanya pasien mengeluh 4. Tekanan darah mulai membaik menegakkan diagnosa yang
hidup
nyeri, skala nyeri 3, intensitas 5. Fungsi berkemih mulai membaik akurat dan merencakan
6. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
aktivitas menurun, menarik diri, 6. Pola tidur mulai membaik pengobatan yang tepat
tentang nyeri
kesulitan tidur, nadi 88x/menit, 3. Untuk mengetahui penyebab
7. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
tekanan darah 140/90 mmHg Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 kontribusi terhadap keluhan
mengurangi rasa nyeri (kompres hangat)
jam, maka diharapkan Kontrol Nyeri yang dirasakan
8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
(L.08063) meningkat dengan kriteria hasil 4. Untuk mengetahui pengaruh
nyeri
(SLKI) sebagai berikut : dan dampak pengalaman nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
1. Melaporkan nyeri terkontrol mulai individu dan kemampuan
meningkat 10. Kolaborasi pemberian analgetik fungsinya
2. Kemampuan mengenali penyebab nyeri 5. Untuk mengetahui apakah
3. Kemampuan menggunakan Teknik non- kualitas hidup pasien
farmakologis terganggu seperti kesulitan
4. Keluhan nyeri mulai menurun tidur
5. Penggunaan analgesik mulai menurun 6. Untuk memberikan tambahan
informasi tentang penyakit
Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24
pasien
jam, maka diharapkan Status Kenyamanan
7. Untuk mengalihkan nyeri
(SLKI : L.08064) meningkat dengan kriteria
yang dirasakan
hasil (SLKI) sebagai berikut :
8. Untuk memberikan rasa
1. Keluhan tidak nyaman mulai menurun
nyaman terhadap pasien
2. Keluhan sulit tidur mulai menurun
9. Agar pasien dapat memahami
3. Gatal mulai menurun
tentang nyeri yang dialami
4. Pola eliminasi mulai meningkat
10. Untuk mengurangi dan
5. Pola tidur mulai meningkat
menurunkan nyeri yang
dirasakan
Gangguan eliminasi urine
2.
Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24
berhubungan dengan penurunan Intervensi :
jam, maka diharapkan Eliminasi Urine
kemampuan menyadari tanda- Manajemen Eliminasi Urine
(L.04034) membaik dengan kriteria hasil
tanda gangguan kandung kemih (1.04152)
(SLKI) sebagai berikut :
yang ditandai oleh pasien
1. Distensi kandung kemih mulai menurun
mengatakan mengeluh kesulitan 1. Identifikasi faktor yang menyebabkan 1. Untuk mengetahui adakah
buang air kecil tidak disertai 2. Berkemih tidak tuntas mulai membaik retensi atau inkontinensia urine pengaruh pemulihan kandung
perut terasa penuh dan nyeri 3. Karakteristik urine mulai membaik 2. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, kemih sebelum dan sesudah
sejak kemarin sore. Selain itu konsistensi, aroma, volume, dan warna) perawatan
adanya distensi kandung kemih, Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 3. Catat waktu-waktu dan haluaran 2. Untuk mengetahui
kemampuan berkemih cukup jam, maka diharapkan Kontinensia Urine berkemih mendeskripsikan warna,
menurun, kandung kemih (L.04036) membaik dengan kriteria hasil 4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kejernihan, dan bau urine
teraba tegang, hasil (SLKI) sebagai berikut : kemih normal
pemeriksaan urinalisa yang 1. Kemampuan berkemih mulai meningkat 5. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan 3. Untuk memperhatikan
meliputi kejernihan 2. Distensi kandung kemih mulai menurun waktu yang tepat untuk berkemih penurunan haluaran urin dan
( agak keruh ), albumin urine 3. Verbalisasi pengeluaran urine tidak tuntas 6. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak perubahan berat jenis urine
( positif (+1) ), pH ( H 5.0 ), mulai menurun ada kontraindikasi 4. Untuk meningkatkan
darah (positif (+2) )eukosit 7. Kolaborasi pemberian obat supositoria pengetahuan pasien tentang
( 500 /uL), eritrosit ( H 55 /uL), Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 uretra, jika perlu infeksi saluran kemih dan
bakteri ( positif (+1) ), kandung jam, maka diharapkan Kontrol Gejala penanganannya
kemih teraba tegangdan (L.14127) meningkat dengan kriteria hasil 5. Untuk memantau status
arakteristik urine keluar tidak (SLKI) sebagai berikut : berkemih
banyak, urine berwarna bata 1. Kemampuan memonitor munculnya gejala 6. Untuk meningkat kemampuan
keruh, dan bau menyengat secara mandiri mulai meningkat dalam berkemih
busuk 2. Kemampuan memonitor frekuensi gejala 7. Untuk memperbaiki kondisi
mulai meningkat klinis penyakit yang dirasakan
3. Kemampuan melaporkan gejala mulai
meningkat
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. M


UMUR : 67 tahun
NO. REGISTER : 523891

Implementasi Hari Pertama


NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA
(SIKI) TANGAN
1. Diagnosa 1 13
November
2021
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, Mhs. Maria
Pukul 14.20
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Hasil : nyeri di perut bagian bawah, nyeri
seperti mengganggu
2. Identifikasi skala nyeri
Pukul 14.32 Mhs. Maria
Hasil : skala nyeri 3
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Pukul 14.33 Mhs. Maria
Hasil : pasien tampak rendah diri
4. Identifikasi faktor yang
Pukul 15.00 Mhs. Maria
memperberat dan memperingan
nyeri
Hasil : nyeri timbul ketika bergerak Mhs. Maria
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada
Pukul 15.10
kualitas hidup
Hasil : sulit tidur
Mhs. Maria
6. Identifikasi pengetahuan dan
Pukul 15.20
keyakinan tentang nyeri
Hasil : pasien meyakini bahwa hal
tersebut cobaan dari Tuhan
Mhs. Maria
7. Berikan teknik nonfarmakologis
Pukul 19.50
untuk mengurangi rasa nyeri
Hasil : diberikan teknik relaksasi nafas
dalam
Mhs. Maria
8. Jelaskan penyebab, periode, dan
Pukul 19.52
pemicu nyeri
Hasil : pasien memahami penjelasan yang
diberikan
Mhs. Maria
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Pukul 19.53
Hasil : minimalkan aktivitas berlebihan
Pukul 19.55 10. Kolaborasi pemberian analgetik Mhs. Maria
Hasil : diberikan obat Betametason 10
gram

1. Identifikasi faktor yang


2. Diagnosa 2 Pukul 14.25 Mhs. Maria
menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
Hasil : kemampuan BAK cukup menurun
dan adanya distensi kandung
kemih
2. Monitor eliminasi urine (mis.
Mhs. Maria
Pukul 14.30 frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
Hasil : volume luaran urine ± 800 ml,
urine keluar tidak banyak, urine
berwarna bata keruh, dan bau
menyengat busuk.
3. Catat waktu-waktu dan haluaran Mhs. Maria
Pukul 16.00
berkemih
Hasil : setiap 4 jam dilakukan pencatatan
volume urine yang keluar
4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi Mhs. Maria
Pukul 16.05
saluran kemih
Hasil : Memberitahukan ciri infeksi yang
dialami seperti distensi kandung
kemih, urine berwarna bata keruh,
dan bau menyengat busuk
Pukul 16.07 5. Ajarkan mengenali tanda berkemih Mhs. Maria
dan waktu yang tepat untuk
berkemih
Hasil : Pasien memahami penjelasan yang
diberikan
6. Anjurkan minum yang cukup, jika
Pukul 16.30 Mhs. Maria
tidak ada kontraindikasi
Hasil : setiap 2 jam minum ± 1 gelas
Pukul 16.35 7. Kolaborasi pemberian obat bersama Mhs. Maria
perawat
Hasil : Diberikan obat Betametason 0,1%
5 gram salep
Implementasi Hari Kedua
NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA
(SIKI) TANGAN
1. Diagnosa 1 14
November
2021
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, Mhs. Maria
Pukul 08.00
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Hasil : nyeri di perut bagian bawah,
nyeri seperti mengganggu
2. Identifikasi skala nyeri
Pukul 08.02 Mhs. Maria
Hasil : skala nyeri 2
3. Identifikasi respon nyeri non
Pukul 08.07 Mhs. Maria
verbal
Hasil : pasien tampak tenang
Pukul 09.00 4. Identifikasi faktor yang Mhs. Maria
memperberat dan memperingan
nyeri
Hasil : nyeri timbul ketika bergerak
Pukul 16.00 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada Mhs. Maria
kualitas hidup
Hasil : sulit tidur
6. Berikan teknik nonfarmakologis
Pukul 16.02 Mhs. Maria
untuk mengurangi rasa nyeri
Hasil : diberikan teknik relaksasi
nafas dalam
7. Kolaborasi pemberian analgetik
Pukul 18.00 Mhs. Maria
Hasil : diberikan obat Betametason
10 gram

2. Diagnosa 2 Pukul 08.07 1. Identifikasi faktor yang Mhs. Maria


menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
Hasil : kemampuan BAK cukup
menurun dan adanya distensi
kandung kemih
Pukul 08.10 2. Monitor eliminasi urine (mis. Mhs. Maria
frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
Hasil : volume luaran urine ± 800 ml,
urine keluar tidak banyak,
urine berwarna bata keruh,
dan bau menyengat busuk.
3. Catat waktu-waktu dan
Pukul 08.15 Mhs. Maria
haluaran berkemih
Hasil : setiap 4 jam dilakukan
pencatatan volume urine
yang keluar
Pukul 08.17 4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi Mhs. Maria
saluran kemih
Hasil : Memberitahukan ciri infeksi
yang dialami seperti distensi
kandung kemih, urine
berwarna bata keruh, dan bau
menyengat busuk
5. Anjurkan minum yang cukup,
Pukul 14.30 Mhs. Maria
jika tidak ada kontraindikasi
Hasil : setiap 2 jam minum ± 1 gelas
Pukul 16.00 6. Kolaborasi pemberian obat
Mhs. Maria
bersama perawat
Hasil : Diberikan obat Betametason
0,1% 5 gram salep
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Tn. M


UMUR : 67 tahun
NO. REGISTER : 523891
Evaluasi Hari Pertama
NO NO DX JAM EVALUASI
1. DX 1 13
November
2021

S:
21.00
pasien mengatakan mengeluh nyeri di bagian perut bawah,
nyeri sangat mengganggu ketika beraktivitas, skala nyeri 3,
nyeri hilang timbul.
O:
1. Pasien mengeluh nyeri
2. Skala nyeri 3
3. Intensitas aktivitas menurun
3. Menarik diri
4. Kesulitan tidur
5. Nadi 88x/menit
6. Tekanan darah 140/90 mmHg
A:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(iskemia) (Masalah belum teratasi)
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
7. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (kompres hangat)
8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Kolaborasi pemberian analgetik

S:
2. DX 2 13
Pasien mengatakan mengeluh kesulitan buang air kecil
November
2021 tidak disertai perut terasa penuh dan nyeri sejak kemarin
sore.
21.00 O:
1. Distensi kandung kemih
2. Kemampuan berkemih cukup menurun
3. Kandung kemih teraba tegang
4. Hasil pemeriksaan urinalisa :
1. Kejernihan ( agak keruh )
2. Albumin urine ( positif (+1) )
3. pH ( H 5.0 )
4. Darah (positif (+2) )
5. Leukosit ( 500 /uL)
6. Eritrosit ( H 55 /uL)
7. Bakteri ( positif (+1) )
5. Kandung kemih teraba tegang
6. Karakteristik urine keluar tidak banyak, urine berwarna
bata keruh, dan bau menyengat busuk
A:
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan
kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih (Masalah belum teratasi)
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
2. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi,
aroma, volume, dan warna)
3. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
6. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu

Evaluasi Hari Kedua


NO NO DX JAM EVALUASI
1. DX 1 14
November
2021

S:
21.00
pasien mengatakan nyeri mulai berkurang
O:
1. Pasien mengeluh nyeri
2. Skala nyeri 2
3. Intensitas aktivitas perlahan meningkat
4. Nadi 96x/menit
5. Tekanan darah 130/70 mmHg
A:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(iskemia) (Masalah teratasi sebagian)
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (kompres hangat)
7. Kolaborasi pemberian analgetik
2. DX 2 14 S:
November
Pasien mengatakan mengeluh kesulitan buang air kecil
2021
tidak disertai perut terasa penuh dan nyeri sejak kemarin
sore.
21.00
O:
1. Kemampuan berkemih mulai meningkat
2. Hasil pemeriksaan urinalisa :
1. Kejernihan ( agak keruh )
2. Albumin urine ( positif (+1) )
3. pH ( H 5.0 )
4. Darah (positif (+2) )
5. Leukosit ( 500 /uL)
6. Eritrosit ( H 55 /uL)
7. Bakteri ( positif (+1) )
3. Kandung kemih teraba tegang
4. Karakteristik urine lumayan banyak
A:
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan
kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih (Masalah teratasi sebagian)
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
2. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi,
aroma, volume, dan warna)
3. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
6. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai