Askep KMB 4 Pak Heru (Kasus Isk) Maria
Askep KMB 4 Pak Heru (Kasus Isk) Maria
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.2 Etiologi
Organisme penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering ditemukan adalah
eschericia coli. Eschericia Coli merupakan penghuni normal dari kolon. Organisme-
organisme lain yang juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih adalah golongan
proteus, klebsiela, pseudomonas, eterokokus dan stphylococus . bisa juga karena
jamur dan virus ataupun karena infeksi ginjal, prostat hipertropi (urin sisa).
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih, antara lain :
1. Escherichia coli : 90% penyebab infeksi saluran kemih uncomplicated ( simple )
2. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab infeksi saluran kemih complicated
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
4. Prevalensi penyebab infeksi saluran kemih pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat berbagai jenis orgnisme dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih.
Biasanya bakteri enterik, terutama Escherichia Coli pada wanita. Gejala
bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di
rumah sakit, 30 – 40% disebabkan proteus, stapilokok, dan bahkan pseudomonas.
Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan salauran kemih. Namun harus
diperhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu organisme.
Selain itu terdapat faktor-faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya infeksi
saluran kemih yaitu :
1. Bendungan aliran urin seperti anomaly congenital, batu saluran kemih, oklusi
ureter (sebagian atau total).
2. Refluks vesiko ureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena hipertropi prostate
4. Penyakit metabolik (diabetes, gout, batu)
5. Peralatan kedokteran (terutama kateter tinggal)
6. Kehamilan
7. Jenis kelamin
8. Penyalahgunaan analgesik secara kronik
9. Penyakit ginjal
10. Personal hygiene
1.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih secara garis besar dibagi menjadi infeksi
saluran kemih simpleks (uncomplicated) dan infeksi saluran kemih rumit
(complicated). Infeksi saluran kemih simpleks diartikan sebagai sistitis pada wanita
yang tidak hamil, tidak memiliki gangguan sistem imun, tidak memiliki kelainan
anatomi dan fungsi dari saluran kemih, dan tidak menunjukkan gejala adanya invasi
jaringan atau infeksi sistemik. Semua jenis infeksi saluran kemih yang tidak termasuk
ke dalam infeksi saluran kemih simple digolongkan sebagai infeksi saluran kemih
rumit atau dengan penyulit.
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi terjadinya infeksi
menjadi infeksi saluran kemih bagian bawah dan infeksi saluran kemih bagian atas.
Infeksi saluran kemih bagian bawah terdiri dari sistitis (infeksi pada kandung kemih)
dan urethritis (infeksi pada uretra). Infeksi saluran kemih bagian atas terdiri dari
ureteritis (ureter), pyelitis (tubulus kolektivus bagian atas), pyelonefritis (parenkim
ginjal).
a. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1) Pyelonephritis Akut
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi
yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa
salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat
kedinginan, serta mual atau muntah.
2) Cystitis
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa
tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit
pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3) Uretritis
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :
a. Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1) Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya,
khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit,
misalnya: letih dan lesu.
2) Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. (orang tua umumnya tidak dapat
mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin
bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
3) Urin yang keruh (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit,
walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas
dari Infeksi saluran kemih).
4) Rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5) Muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6) Jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya
bayi yang berusia setlah delapan hari.
b. Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi :
1) Diarrhea atau diare
2) Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu
(misalnya: pemberian makan, dan menggendong)
3) Kehilangan nafsu makan
4) Demam
5) Mual dan muntah
6) Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi
saluran kemih.
7) Lemah
8) Adanya rasa sakit pada saat berkemih.
c. Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1) Rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada
ginjal)
2) Seringnya berkemih
3) Ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan
kata lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)
4) Tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5) Rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6) Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7) Urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
d. Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:
1) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih ringan (misalnya:
cystitis, uretritis) meliputi :
1. Rasa sakit pada punggung
2. Adanya darah pada urin (hematuria)
3. Adanya protein pada urin (proteinuria)
4. Urin yang keruh
5. Ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
6. Demam
7. Dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
8. Tidak nafsu makan
9. Lemah dan lesu (malaise)
10. Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
11. Rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
12. Rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
2) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya:
pyelonephritis) meliputi:
1. Kedinginan
2. Demam tinggi dan gemetar
3. Mual
4. Muntah (emesis)
5. Rasa sakit di bawah rusuk
6. Rasa sakit pada daerah sekitar abdomen
1.1.6 Patofisiologi
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya infeksi
saluran kemih, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu:
1.1.8 Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibakterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas :
1. Terapi antibiotika dosis tunggal
2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
4. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobakterial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, faktor
kausatif (misalnya: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani.
Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah. Penggunaan
medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim atau
sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin
digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu
analgesik urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
akibat infeksi.
1.1.9 Komplikasi
Komplikasi infeksi saluran kemih terjadi karena proses refluks bakteria yang
berkembang biak pada usus sehingga mengakibatkan berbagai macam penyakit yaitu:
1. Pyelonefritis
Peradangan pada ginjal kanan maupun kiri
2. Gagal ginjal
Kerusakan pada ginjal dalam waktu relatif lama mampu menimbulkan simtoma pada
laju penyakingan glomerulus dan adanya kelainan kandungan dalam urine.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar
dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan evaluasi, dari
tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan
informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan
pemeriksaan fisik.
1. Pemeriksaan fisik : dilakukan secara head to toe dan system
tubuh
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
1. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2. Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
1)Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
2)Imobilisasi dalam waktu yang lama.
3)Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
1) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
2) Adakah disuria?
3) Adakah urgensi?
4) Adakah hesitancy?
5) Adakah bau urine yang menyengat?
6) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
7) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah?
8) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas?
9) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien :
1) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan?
2) Adakakah perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
Dalam melakukan pengkajian pada klien infeksi saluran kemih menggunakan
pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit diabetes melitus dan jantung.
c. Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b) Pengkajian pada costovertebralis
d. Riwayat psikososial
Meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan persepsi terhadap kondisi
penyakit.
e. Mekanisme koping dan sistem pendukung pengkajian pengetahuan klien dan
keluarga:
1) Pemahaman tentang penyebab atau perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
Diagnosa 2
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kemampuan menyadari
tanda-tanda gangguan kandung kemih.
Manajemen Eliminasi Urine (Kode SIKI : 1.04152)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi urine.
Tindakan
- Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine
3. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
- Terapeutik
1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
2. Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Ambil sampel urine tengah (midsteam) atau kultur
- Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
3. Ajarkan mengambil specimen urine midstream
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul atau berkemih
6. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
7. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
Cukup Cukup
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
Kemampuan menuntaskan
1 2 3 4 5
aktivitas
Cukup Cukup
Meningkat Meningkat Sedang Menurun Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri sendiri 1 2 3 4 5
Diaforesis 1 2 3 4 5
Perineum terasa tertekan 1 2 3 4 5
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Memburuk Sedang Membaik Membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola nafas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Fokus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
Melaporkan nyeri
1 2 3 4 5
terkontrol
Kemampuan mengenali
1 2 3 4 5
onset nyeri
Kemampuan mengenali
1 2 3 4 5
penyebab nyeri
Kemampuan menggunakan
1 2 3 4 5
Teknik non-farmakologis
Dukungan orang terdekat 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Meningkat Sedang Menurun Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Penggunaan analgesik 1 2 3 4 5
Diagnosa 2
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kemampuan menyadari
tanda-tanda gangguan kandung kemih.
Eliminasi Urine (Kode SLKI : L.04034)
Definisi
Pengosongan kandung kemih yang lengkap.
Ekspektasi Membaik
Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
Sensasi berkemih 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Meningkat Sedang Menurun Menurun
Desakan berkemih (urgensi) 1 2 3 4 5
Distensi kandung kemih 1 2 3 4 5
Berkemih tidak tuntas
1 2 3 4 5
(hecitancy)
Volume residu urine 1 2 3 4 5
Urine menetes (dribbling) 1 2 3 4 5
Nokturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Disuria 1 2 3 4 5
Anuria 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Memburuk Sedang Membaik Membaik
Frekuensi BAK 1 2 3 4 5
Karakteristik urino 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Kemampuan memonitor Menurun Menurun Sedang Meningkat Meningkat
munculnya gejala secara 1 2 3 4 5
mandiri
Verbalisasi umpatan 1 2 3 4 5
Perilaku menyerang 1 2 3 4 5
Perilaku melukai diri sendiri
1 2 3 4 5
atau orang lain
Perilaku merusak
1 2 3 4 5
lingkungan sekitar
Perilaku agresif atau amuk 1 2 3 4 5
Suara keras 1 2 3 4 5
Bicara ketus 1 2 3 4 5
Verbalisasi keinginan bunuh
1 2 3 4 5
diri
Verbalisasi isyarat bunuh diri 1 2 3 4 5
Verbalisasi ancaman bunuh
1 2 3 4 5
diri
Verbalisasi rencana bunuh diri 1 2 3 4 5
Verbalisasi kehilangan
1 2 3 4 5
hubungan yang penting
Perilaku merencanakan bunuh
1 2 3 4 5
diri
Euforia 1 2 3 4 5
Alam perasaan depresi 1 2 3 4 5
BAB II
LAPORAN KASUS
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
1. BIODATA :
Nama : Tn. M No.Reg : 523891
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :-
Alamat : Kediri
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Tanggal MRS : 2 November 2021
Tanggal Pengkajian : 13 November 2021
Golongan Darah :-
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan mengeluh nyeri di bagian perut bawah, nyeri sangat mengganggu
ketika beraktivitas, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul.
6. Kebutuhan Seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan.
9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 36,4ºC
Denyut Nadi : 88x/menit
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Pernafasan : 20x/menit
TT / TB : - Kg, - cm
10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Kepala
Inspeksi : anatomi normal, tidak ada lesi atau benjolan, rambut pasien tampak
berwarna hitam, bentuk kepala simetris, tidak tampak ada luka bakar,
tidak ada infeksi, tidak tampak ada bekas jahitan, kepala tampah utuh,
kedua alis mata pasien tampak simetris, kulit pasien sawo matang,
struktur wajah simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan yang di rasakan saat dilakukan palpasi pada daerah
kepala, tidak teraba benjolan maupun penonjolan tulang, tekstur kepala
halus, tidak ada perubahan kontur tengkorak pada kepala pasien ataupun
diskontinuitas tengkorak pada kepala pasien, tidak teraba pembesaran
kelenjar tiroid.
2. Mata
Inspeksi : mata kanan dan kiri pasien tampak simetris, konjungtiva cowong, tidak
ada edema, kelopak mata terdapat lingkaran hitam dibawah mata, reflek
pupil normal dan dapat mengecil ketika ada rangsangan cahaya, terlihat
lebar ketika tidak ada cahaya, reflek pupil isokor, ukuran pupil kanan dan
kiri sama, mata kanan dan kiri tidak juling, tidak ada tanda-tanda mata
kuning pada pasien, pasien dapat membuka dan menutup mata secara
maksimal.
3. Hidung
Inspeksi : hidung tampak simetris, tampak bersih, tidak ada sekret dan tidak ada
kelainan bentuk hidung, bentuk lubang hidung tampak simetris, pasien
memiliki 2 lubang hidung, tidak terdapat lesi pada hidung, tidak terdapat
adanya tanda-tanda tumbuhnya tumor atau benjolan pada hidung, tidak
ada tanda-tanda adanya infeksi
4. Telinga
Inspeksi: telinga kanan dan kiri simetris, ukuran telinga pasien sedang, telinga
tampak bersih tidak terdapat perdarahan dan tidak terdapat edema, daun
telinga tampak utuh
5. Mulut
Inspeksi : mukosa mulut tampak lembab, bibir kering, gusi tidak ada stomatitis, gigi
tidak ada yang berlubang, lidah tidak ada stomatitis, lidah berwarna
merah muda.
6. Leher
Inspeksi : leher berwarna sawo matang, tidak ada luka bakar, bentuk leher simetris.
Palpasi: leher tidak terdapat pembesaran kelejar tiroid, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, tidak teraba adanya pembesaran vena jugularis yang
dirasakan saat di palpasi.
Analisa pengkajian :
GCS Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6, refleks pupil isokor, tidak ada gangguan
refleks, tidak ada masalah penglihatan, tidak ada masalah pendengaran, nilai hasil
hemoglobin L 11.4 g/dL (rendah) dimana nilai rujukan 14.0 – 17.5 g/dl, nilai hasil
RBC L 3.98 g/dL (rendah) dimana nilai rujukan 4.50 – 5.90 10^6/uL, tidak ada
tanda peningkatan TIK seperti pusing, nyeri kepala ataupun keinginan muntah mual.
Analisa pengkajian :
Kulit : tampak pucat, kulit tidak terasa panas saat dipalpasi, tidak ada kemerahan di
kulit, tidak ada tanda sianosis, tidak ada ikterus, tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
tidak ada bekas luka
Kuku : CRT < 3 detik
Analisa pengkajian :
Tidak ada batuk, pola nafas teratur, suara nafas vesikuler, nafas : 20x/menit, tidak
ada suara nafas tambahan, tidak tampak menggunakan alat bantu nafas.
E. Pemeriksaan Jantung :
Inspeksi : tidak tampak adanya pembesaran pada jantung, dengan melihat cara pola
napas pasien normal dengan perbandingan inspirasi dan ekspirasi, bentuk
dada pada pasien tidak ada kelainan pada tulang dada, warna kulit pasien
area pada dada sawo matang, cara bernapas pasien menggunakan otot-
otot dada
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba ICS 5 mid klavikula kiri.
Perkusi : suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi jantung tambahan, bunyi jantung 1 terdengar
bertapatan dengan teraba pulsase nadi. dan bunyi jantung 2 normal
(lub-dub).
Analisa pengkajian :
Irama jantung reguler, tidak terdapat nyeri dada, bunyi jantung normal, akral hangat,
hasil pemeriksaan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88x/menit hasil pemeriksaan nadi
83x/menit, adanya pemeriksaan EKG (Elektrokardiogram).
F. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : tidak terlihat adanya pembesaran atau benjolan pada area perut, kulit
perut pada pasien tidak tampak tegang, tidak tampak ada luka jahitan
bekas operasi dan luka bakar, warna kulit perut pasien sawo matang, tidak
tampak ada pelebaran pembuluh darah vena, bentuk perut simetris,
gerakan perut tampak mengembang dan mengempis saat inspirasi dan
ekspirasi, gerakan peristaltik normal, tampak ada kesimetrisan pada perut
pasien.
Auskutasi: ketika melakukan auskultasi menggunakan stetoskop sumber suara dari
abdomen suara dari struktur vaskuler dan peristaltik usus normal, pada
pasien tidak terjadi obstruksi pada abdomen.
Perkusi : tidak ada perbesaran organ, tidak terdapat cairan bebas di dalam rongga
perut, tidak terdapat udara bebas, suara timpani
Palpasi : ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa.
Analisa pengkajian :
Bising usus 12 kali per menit, turgor kulit abdomen tampak cukup, adanya nyeri
tekan di perut bagian bawah, tidak ada mual dan muntah, tidak terdapat lubang
ostomy, tidak ada gangguan pada permukaan abdomen.
Analisa pengkajian :
Jenis kelamin perempuan, tidak terpasang kateter, ada distensi kandung kemih,
urine keluar tidak banyak, urine berwarna bata keruh, berbau menyengat busuk,
genetalia lembab, nyeri saat ditekan, teraba tegang, keluhan nyeri saat urine.
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
MMT : 5 5
5 5
Keterangan:
0: tidak ada tonus, tidak ada kontraksi
1: ada tonus, tidak ada kontraksi
2: ada tonus, ada kontraksi, tidak mampu melawan gravitasi
3: melawan gravitasi, tidak dapat melawan tahanan
4: melawan tahanan dengan setengah kekuatan
5: melawan dengan kekuatan penuh
Analisa pengkajian :
Kemampuan pergerakan sendi bebas, adanya patah tulang, kelemahan ataupun
edema pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.
H. Pemeriksaan Neurologi :
Kesadaran composmentis
Refleks pupil ( + )
Refleks patella ( + )
Penilaian dengan GCS : E : 4 V : 5 M: 6
Keterangan
Respon Membuka Mata
1. Tidak ada respon
2. Dengan rangan nyeri (misalnya menekan kuku jari)
3. Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)
4. Respon membuka mata spontan
Respon Verbal
1. Tidak ada respon
2. Suara tanpa arti
3. Kata-kata saja (berbicara tidak jeas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat)
4. Bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang), disorientasi
(orang, tempat, dan waktu)
5. Orientasi baik
Respon Motorik
1. Tidak ada respon
2. Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dnegan jari
mengepal dan extensi saat diberi rangsangan nyeri)
3. Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada dan kaki
extensi saat diberi rangsangan nyeri)
4. Menghindar atau menarik estremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat di beri
rangsangan nyeri
5. Menjangkau dan menjahui stimulus saat diberi rangsang nyeri
6. Mengikuti perintah
Analisa pengkajian :
GCS : Eye = 4, Verbal = 5, Motorik = 6
Refleks pupil isokor, tidak adanya tanda peningkatan TIK seperti pusing, nyeri kepala,
ataupun keinginan muntah mual, tidak ada gangguan refleks, tidak ada gangguan plegi,
tidak terdapat parese, tidak terdapat parestesia, tidak ada masalah pada penglihatan,
tidak ada masalah pendengaran ataupun bicara.
Analisa pengkajian :
Status mental pasien terhadap penyakitnya tampak dari ekspresi pasien merasa rendah diri,
pasien tampak kurang nyaman dengan penyakitnya karena mengganggu aktifitas sehari-
hari, pasien menginginkan informasi tentang penyakit yang diderita melalui dokter.
Analisa Pengkajian :
Berdasarkan pemeriksaan tanggal 2 November 2021 diperoleh hasil pada jenis pemeriksaan
hematologi lengkap dimana nilai HGB L 11.4 g/dL, RBC L 3.98 10 ^6/uL, HCT L 36.0 %
MCHC L 31.7 g/dL dinyatakan rendah serta nilai RDW-CV H 15.2 % dinyatakan tinggi.
Berdasarkan pemeriksaan hitung jenis diperoleh nilai LYMPH% L 20.4, PDW L 8.6 fL,
PLT L 8.6 fL dinyatakan rendah serta nilai EO% H 8.8 %, MONO% H 9.4 %, EO# H
0.45 10^3/uL dinyatakan tinggi. Berdasarkan pemeriksaan urinalisa diperoleh kejernihan,
albumin urine, pH, darah, leukosit, eritrosit, bakteri dinyatakan tidak normal. Berdasarkan
pemeriksaan kimia darah diperoleh hasil glukosa sewaktu dinyatakan normal.
ANALISA DATA
DO :
1. Pasien mengeluh nyeri
2. Skala nyeri 3
3. Intensitas aktivitas menurun
3. Menarik diri
4. Kesulitan tidur
5. Nadi 88x/menit
6. Tekanan darah 140/90 mmHg
S:
21.00
pasien mengatakan mengeluh nyeri di bagian perut bawah,
nyeri sangat mengganggu ketika beraktivitas, skala nyeri 3,
nyeri hilang timbul.
O:
1. Pasien mengeluh nyeri
2. Skala nyeri 3
3. Intensitas aktivitas menurun
3. Menarik diri
4. Kesulitan tidur
5. Nadi 88x/menit
6. Tekanan darah 140/90 mmHg
A:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(iskemia) (Masalah belum teratasi)
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
7. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (kompres hangat)
8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Kolaborasi pemberian analgetik
S:
2. DX 2 13
Pasien mengatakan mengeluh kesulitan buang air kecil
November
2021 tidak disertai perut terasa penuh dan nyeri sejak kemarin
sore.
21.00 O:
1. Distensi kandung kemih
2. Kemampuan berkemih cukup menurun
3. Kandung kemih teraba tegang
4. Hasil pemeriksaan urinalisa :
1. Kejernihan ( agak keruh )
2. Albumin urine ( positif (+1) )
3. pH ( H 5.0 )
4. Darah (positif (+2) )
5. Leukosit ( 500 /uL)
6. Eritrosit ( H 55 /uL)
7. Bakteri ( positif (+1) )
5. Kandung kemih teraba tegang
6. Karakteristik urine keluar tidak banyak, urine berwarna
bata keruh, dan bau menyengat busuk
A:
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan
kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih (Masalah belum teratasi)
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
2. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi,
aroma, volume, dan warna)
3. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
6. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
S:
21.00
pasien mengatakan nyeri mulai berkurang
O:
1. Pasien mengeluh nyeri
2. Skala nyeri 2
3. Intensitas aktivitas perlahan meningkat
4. Nadi 96x/menit
5. Tekanan darah 130/70 mmHg
A:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(iskemia) (Masalah teratasi sebagian)
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (kompres hangat)
7. Kolaborasi pemberian analgetik
2. DX 2 14 S:
November
Pasien mengatakan mengeluh kesulitan buang air kecil
2021
tidak disertai perut terasa penuh dan nyeri sejak kemarin
sore.
21.00
O:
1. Kemampuan berkemih mulai meningkat
2. Hasil pemeriksaan urinalisa :
1. Kejernihan ( agak keruh )
2. Albumin urine ( positif (+1) )
3. pH ( H 5.0 )
4. Darah (positif (+2) )
5. Leukosit ( 500 /uL)
6. Eritrosit ( H 55 /uL)
7. Bakteri ( positif (+1) )
3. Kandung kemih teraba tegang
4. Karakteristik urine lumayan banyak
A:
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan
kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih (Masalah teratasi sebagian)
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
2. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi,
aroma, volume, dan warna)
3. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
6. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu