BABIV
Bidang Garapan Retorika
Karunia ‘Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah mempunyai
kemampuan berbicara. Kemampuan untuk mengungkapkan ist hatinya dengan
bunyi yang dikeluarkan oleh mulut. Berbicara telah membedakan manusia dengan
makhluk ain, dalam suatu ungkapan manusia dikatakan sebagai hayawanun natiq.
Lama sebelum lambang-lambang tulisan digunakan, orang sudah menggunakan
bicara sebagai alat komunikasi. Bahkan setelah tulisan ditemukan sekali_ pun,
bicara tetap banyak digunakan orang.
Ada beberapa kelebihan berbicara yang tidak dapat digantikan dengan
tulisan, tidak mengherankan, bila ilmu bicara telah dan sedang menjadi perhatian
manusia. Kemampuan berbicara merupakan bakat tetapi, kepandaian berbicara
yang baik memerlukan pengetahuan dan latihan. Orang sering memperhatikan
cara dan bentuk pakaian yang dikenakannya, agar kelihatan pantas, tetapi ia sering
lupa memperhatikan cara dan bentuk pembicaraan yang diucapkannya supaya
kedengaran baik.
Retorika sebagai ilmu bicara sebenarnya diperlukan setiap orang, bagi abli
komunikasi atau komunikator retorika adalah condition sine qou non.
Retorika tidak bisa lepas dari komunikasi, Karena beretorika berarti penyampian
pesan dari kominikator kepada komunikan. Dalam ilmu komunikasi dasar,
komunikasi efektif itu terjalin ketika komunikator dan komuiikan saling
memahami apa yang disampaikan. Sehingga tidak ada kesalahpahaman dalam
komunikasi. Makanya diperlukan il
ilmu penunjang lainnya untuk
a7
Dipindai dengan CaScannermemudahkan menjalin komunikasi dengan orang lain, Salah satunya adalah ilmu
Antopologi-
Penjelasan mengenai kebiasaan suatu komunitas akan memudahkan kita
berkomunikasi. Setelah terjalin komunikasi efektif, retorika akan sangat
mempengaruhi dan mempermudah kita bagaimana mengajak dan berdampingan
dengan suatu komunitas. Retorika komunikasi diperlukan agar _menghindari
persinggungan budaya, mungkin kalau dalam bahasa daerah dipahami sebagai
“bahasa tatakrama”. Selain untuk, efesiensi dalam berkomunikasi
Bidang garapan retorika adalah manusia dan kegiatan bertuturnya,
sedangkan bidang garapan retorika di sini adalah pandangan retorika terhadap
manusia sebagai pesona tutur, pandangan retorika terhadap kegiatan bertutur,
pandangan retorika terhadap bahasa, pandangan retorika terhadap topik tutur, dan
pandangan retorika terhadap tutur ( Oka, 1990:41).
A. Pandangan Retorika terhadap Manusia sebagai Pesona Tutur
Terhadap manusia sebagai pesona tutur, retorika antara lain menampilkan
padangan-pandangan sebagai berikut:
a. Manusia memiliki instink bertutur
Insting bertutur adalah daya jiwa yang memungkinkan manusia
menguasai bahasa untuk bertutur dengan cara mempelajarinya. Daya
jiwa ini merupakan warisan biologis yang dibawanya bersama dengan
kelahirannya. Insting bertutur atau daya jiwa yang demikian ini tidak
dimiliki oleh binatang atau tumbuhan. Hal ini telah dibuktikan dengan
48
Dipindai dengan CaScannerPereobaan oleh prof-kellog dan istrinya, di mana mengajar bayinya
bersama seckor kera. Percobaan dipusatkan pada penguasaan bahasa,
menunjukan bahwa hanya sianaklah yang mampu bertutur, sedangkan
sikera hanya mampu menghafal beberapa kata tertentu saja.
Prof Kellog berkesimpulan bahwa hanya manusialah yang
memiliki daya jiwa untuk menguasai bahasa, Menurut pandangan
retorik, daya jiwa yang memungkinkan manusia untuk mempelajari
serta menguasai bahasa ini dapat dibina menjadi suatu kecakapan
bertutur. Retorika mulai menjalankan fungsinya di sini sebagai ilmu
yang dianggap penting, karena berewenang untuk membina kecakapan
bertutur lewat pengajaran retoriknya.
Manusia adalah makhluk pemakai simbol
Ablli retorik tradisional berpendapat, bahwa manusia adalah
makhuk rasional, yaitu makhluk yang berdaya pikir yang
menggunakan pikiran itu dalam memecahkan masalah-masalah yang
dibadapinya, Anggapan ini dilengkapi oleh keneth burke, bahwa
selain manusia makhluk berpikir, manusia juga maklhuk pemakai
simbol.
Retorikus yang gigih beranggapan bahwa kemampuan untuk
menggunakan simbol inilah yang sebenarnya membedakan manusia
secara kualitatif dengan binatang. Jadi, anya manusialah yang
memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol. Simbol utama
yang dipakai manusia adalah simbol komunikasi yang telah tertata
49
Dipindai dengan CanScannerdalam suatu sistim yang disebut bahasa, Bahasa inilah yang
memungkinkan manusia untuk melakukan pengeneralisasian,
pengklasifikasian, penspialisasian, dan pengabstrakan.
Richards juga menyatakan bahwa manusia dari segi retorika adalah
makhluk pemakai simbol, Simbol yang dipakai manusia ada dua
macam yaitu simbol verbal dan simbol non verbal. Simbol ini bagi
penutur berfungsi ganda, disatu pihak diganakan untuk
mengungkapkan dir, dipihak lain untuk merespon.
¢. Manusia memiliki instink etis
Instink etis inilah yang memandu manusia membedakan manusia
yang benar dan yang salah, Aristoteles dalam ajaran retorikanya
mengingatkan dalam membenarkan sesuatu. seseorang penutur
janganlah mengobarkan nilai-nilai kebenaran.
4. Manusia memiliki kemampuan kejiwaan
Kemampuan menggunakan simbol menurut K.Burke dan
kemampuan menampilkan metafora yang diuraikan oleh 1.A-Richards,
manusia pada dasamya juga memiliki kemampuan kejiwaan yang tidak
begitu mudah digambarkan. Umumnya manusia memiliki kemampuan
berpikir, merasa, mengimajinasi ,mengidentifikasi,dan berbagai daya
jiwa lain.
B, Pandangan Retorika terhadap Kegiatan Bertutur
Kineth Burke dalam bukunya “A Gramer of Motives”(1969),menyatakan
bahwa kegiatan bertutur pada dasamya mempunyai pola yang sama dengan
sO
Dipindai dengan CaScannerberbagai tingkah laku manusia, Menurut Burke setiap tingkah laku manusia
terdapat 5 komponen yaitu:
1. Tindakan(act) yaitu sesuatu yang mengambil tempat atau masih berupa
fenomena, dimana wujudnya bisa rill atau gagasan yang masih ada
dibenak petutur
2. Medan(scene) tempat atau situasi yang melingkupi berlangsungnya
suatu tindakan
3. Pelaku(agent) pelaksanaan atau dorongan untuk terjadiya suatu
tindakan
4. Sarana tindak(agency) sarana yang dipakai untuk menjalankan
tindakan
5. Tujuan(purpose) yaitu arah dari kescluruhan tindakan yang dilakukan
oleh penutur.
C. Pandangan Retorika terhadap Bahasa
Bahasa adalah sistem simbol yang berupa bunyi-bunyi bahasa untuk
berkomunikasi. Walaupun demikian perlu disadari bahwa sifat bahasa itu sangat
abstrak, Bahasa tidak secara langsung menunjuk sesuatu seperti halnya tanda.
‘Schubungan dengan itu, I. A. Richards (1965) menyatakan bahwa kekurang hati-
hatian mempergunakan bahasa inilah merupakan sumber kesalahpahaman dalam
komunikasi. Sebagaimana sebuah peta, bagaimana telitinya kita membuatnya, ia
tidak akan sama dengan daerah yang dipetakannya. Demikian juga dengan bahasa,
st
Dipindai dengan CanScamnerbagaimana baiknya sebuah bahasa yang dipakai, karena ia hanya sebuah peta,
maka keberadaannya tidak akan pemah sama dengan sesuatu yang dituturkannya.
Kita mengetahui bahwa zaman sckarang manusia telah meneapai tingkat
kematangan akibat penemuan-penemuan baru yang terus menerus dalam bidang,
ilmu pengetahuan. Kematangan perlu diimbangi dengan bahasa-bahasa ilmuah,
yaitu bahasa yang mampu — menggambarkan kemajuan-kemajuan _ilmu
pengetahuan, Berikut ini bagian-bagian yang termasuk dalam jangkauan
bimbingan retorik Oka (1990: 51) yaitu:
a. Memilih corak bahasa
Bahasa dalam pemakainya tidak hanya mengenal satu corak bahasa saja.
‘Ada tutur resmi dan ada tutur tidak resmi. Masing-masing corak bahasa ini
mempunyai bidang pemakaiannya sendiri-sendiri. Atas dasar itu, Retorika
menganjurkan kepada setiap penutur untuk memilih corak bahasa yang
efektif, yaitu corak bahasa yang didasarkan atas penyesuaian yang tepat
dengan situasi tutur, bentuk tutur, topik tutur, kondisi penanggap tutur serta
lingkungan sosial dan budayanya, situasi politik yang sedang berlangsung.
b. Memilih materi bahasa
Ciri umum dari materi bahasa yang efektif ini adalah di satu. pihak ia bisa
dengan tepat mewadahi gagasan penutumya, sedangkan dipihak lain materi
tersebut mem iliki kemampuan yang meWadahi untuk mengungkapkan kembali
gagasan-gagasan yong diemban para penuturnya.
c, Menata materi bahasa
Retorika mengembangkan bimbingan dalam menata kalimat sehingga
‘menjadi kalimat yang utuh, padu, mantap, dan variasi dalam kepanjangan dan
52
Dipindai dengan CanScannerstruktumya, Di samping itu dikembangkan pula bimbingan mempertautkan
kalimat, sehingga untaian kalimat itu menjadi tulur yang gamblang yang mudah
dimengerti oleh penanggapnya,
4. Memilih gaya bahasa
Retorika menyarankan agar penutur selalu memilih gaya bahasa yang,
‘mampu memikat penutur, dan harus bernilai ketepatan,
D. Pandangan retorika terhadap topik tutur
Topik tutur adalah segala sesuatu yang diangkat oleh penutur sebagai
pokok tuturan, Topik tutur dapat berupa ungkapan diri (buah pikiran, cetusan,
kemauan, imajinasi, fanta fuan dan pengalaman; dan
i, dan cita-cita); pem
lingkungan_sekitar serta alam raya.
Menrut Aristoteles dalam mendckati topik tutur hendaknya menggunakan
dua sudut yaitu:
a. Pendekatan dari dalam topik itu sendiri
Pedekatan ini menghasilkan ulasan-ulasan yang artistik, yaitu
ulasan yang dibutuhkan dari hasil dari penganalisaan perseorangan
b. Pendekatan dari topik luar topik itu sendiri
Pendekatan ini mendapatkan ulasan-ulasan non artistik,yaitu ulasan
yang sebenarnya sudah merupakan fakta sejarah atau, kenyataan,
Jika ingin berhasil membaberkan Kebenaran topik tutur, kedua perangkat
ulasan ini perlu ditemukan, karena kedua perangkat ini berfungsi penuh dalam
menopang dan mempertahankan gagasan yang terkandung dalam topik tutur.
Setelah topik tutur dipilih, kesulitan berikutnya adalah mengolah dan
menganalisisnya. Bidang inipun digarap oleh retorika, yaitu menjadi bagian
53
Dipindai dengan CaScannermasalah metode. Sebelum topik tutur dianalisis, retorik banyak membimbing
cara-cara yang ilmiah bagaimana menyingkapai topik tersebut.
5, Pandangan Retorika terhadap Tutur
Tutur adalah bentuk bahasa yang mengemban kesimpulan gagasan dari
suatu topik tutur, Bentuk bahasa yang dimaksud berupa lisan atau tulisan, retorik
selalu mengingatkan bahwa orang tidak mengidentikan tutur dengan gagasan.
Penyamaan kedua tersebut akan cepat sekali menutup kemungkinan hadimya
tuturan lain terhadap gagasan yang sama. Menurut Richards, faktor-faktor yang
menentukan tutur yang baik adalah, topik tutur, penutur, petutur, bentuk tutur,
tujuan tutur, dan situasi masyarakat, Sebuah tutur dikatakan baik apabila disatu
pihak ia mampu secara tepat mewadahi gagasan penutur, dan di pihak
Jain mampu mengungkapkan Kembali gagasan tersebut pada petuturnya serta
membuat petutur bersedia untuk bekerjasama.
Menurut Aristoteles ada 3 dasar corak tutur yaitu:
a. Tutur pengarahan atau delabritave
pengarahan lebih memusatkan perhatian kepada masa-masa yang
akan datang. Tutur ini pada umumnya mengambarkan kemungkinan
hal-hal yang akan terjadi.
b. Tutir pembakaran semangat atau epidiatic
‘Tutur pembakar semangat memusatkan perhatiannya pada keadaan
yang sedang berlingsung. Tutur ini umumnya memanfaatkan peristiwa-
peristiwa yang sedang berlangsung untuk divlas dan dijadikan
pembakar semangat bagi
54
Dipindai dengan CaScannerpetuturnya.
- Tutur penghakiman atau forentic/jidicative yaitu tutur berperan atau
exposition contohnya manusia memiliki instink bertutur. Tutur ini
adalah tutur yang biasa dipakai oleh para ilmuawan dalam
membaberkan hasil penelitiannya. Dalam membaberkan topik tuturnya,
tutur diungkapkan apa adanya tanpa adanya pretensi apa-apa.
Pendalaman Materi
1.Jelaskan apa yang menjadi
idang garapan retorika
2. Jelaskan pandangan retorika yang menyatakan bahwa manusia sebagai pesona
tutur.
3, Jelaskan pandangan retorika bahwa manusia adalah makhluk pemakai simbol
4, Jelaskan pandangan retorika bahwa manusia memiliki insting etis
5, Burke melihat bahwa pada setiap tingkah laku manusia terdapat lima komponen
dasar. Jelaskan komponen dasar tersebut!
55
Dipindai dengan CaScanner