Anda di halaman 1dari 5

ESSAI

KAITAN PEMBELAJAR BAHASA INDONESIA


DENGAN LINGKUNAGN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Pembelajaran


Bahasa Indonesia yang Diampu oleh Prof. Dr. Syahrul R, M.Pd.

MESSY TAMAYA
20016087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Kaitan Pembelajar Bahasa Indonesia
dengan Lingkungan

Messy Tamaya/20016087

messytamaya25@gmail.com

Pada pembelajaran saat ini khususnya bahasa Indonesi, lingkungan dapat


mempengaruhi kualitas belajar siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis lingkungan
diketahui dapat mengurangi kejenuhan yang dialami siswa ketika kegiatan belajar-mengajar.
Saat siswa mengalami hal ini, pendidik atau guru dapat mengajak siswa buat memanfaatkan
lingkungan sekitarnya sebagai asal serta media pembelajaran yang menyenangkan. Basis
pembelajaran ini pula bisa menaikkan korelasi sosial peserta didik yang mencakup nilai serta
tata cara. Hal ini membantu siswa memikirkan kembali hubungan manusia menggunakan
lingkungan serta menyadari dan mempertimbangkan masalah di lingkungan sekitarnya.

Salah satu keberhasilan seseorang atau siswa dalam menguasai dan memahami
pelajaran ditunjukkan dengan hasil belajar (Lubis dan Juita 2015), hasil belajar siswa dapat
dipengaruhi oleh salah satunya lingkungan. Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang
berada di sekeliling manusia sebagai pribadi atau di dalam proses pergaulan hidup dan
hubungan antara berbagai organisme tempat tinggalnya. Seorang intelektual terkhusus siswa,
inilah yang menjadi kebutuhan primernya yang terjadi secara sadar atau kurang sadar dalam
menjalani kehidupannya. Antara manusia dan lingkungan hidupnya terdapat hubungan yang
timbalbalik. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, dan sebaliknya manusia
dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya dan tidak terpisahkan satu sama lain (Sari, Asri, dan
Ratna 2016) (Ira, Syahrul, dan Nursaid 2016) . Lingkungan dapat mempengaruhi proses
pembelajaran bahasa Indonesia siswa, misalnya dapat mempengaruhi penguasaan kosakata
siswa, (Ikhlasani, Inti, R Syahrul 2021) menyatakan semakin baik penguasaan kosakata
bidang lingkungan, maka semain baik pula kemampuan menulis teks siswa.

Pendidikan lingkungan adalah bidang pendidikan yang muncul ketika distorsi


lingkungan akibat usaha manusia untuk menguasai alam hanya dapat dikoreksi kembali oleh
usaha manusia (Sukma, Ramadhan, dan Indriyani 2020). Sarwono (2010:203) dalam (Lubis
dan Juita 2015) menjelaskan bahwa keadaan lingkungan dapat merubah seseorang atau siswa.
Pada kondisi tersebut, peran guru sangat diperlukan untuk menjaga dan mengontrol sikap dan
motivasi belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat diamati melalui salah satunya pengaruh
lingkungan, peran orang tua, pengaruh pendidikan, dan sebagainya. Salah satu faktor penting
untuk mewujudkan pendidikan lingkungan yang efektif adalah guru yang memiliki
pengetahuan tentang pendidikan lingkungan (Sukma, Ramadhan, dan Indriyani 2020).

Penyesuaian lingkungan dan tingkat pemahaman peserta didik dapat memengaruhi


kemampuan keterampilan menulis peserta didik (Suhatman Jaya, Syahrul R 2013). Tema-
tema terkait lingkungan di Indonesia perlu disimulasikan. Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki banyak permasalahan lingkungan (Ramadhan, Sukma, dan Indriyani
2019) dengan demikian akan memudahkan peserta didik dalam meningkatkan keterampilan
menulisnya apabila diberikan tema tentang lingkungan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu
mengintegrasikan pendidikan lingkungan dalam pembelajaran bagi siswa, salah satunya
adalah pembelajaran bahasa Indonesia (Ramadhan, S., Atmazaki, E. Sukma, dan V. Indriyani
2021).Penggunaan tema lingkungan dalam pembelajaran teks dapat memicu minat siswa
belajar bahasa dan secara implisit dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang
lingkungan. Hal ini juga dapat membuka jendela kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan komunikatif siswa. dengan menggunakan materi
yang menantang pada isu-isu global, terutama tentang lingkungan (Ramadhan, Sukma, dan
Indriyani 2019). Lingkungan juga dapat memengaruhi kemampuan berbicara pesertadidik,
keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang dapat melatih kemampuan
berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya.
Pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena keterampilan berbicara dapat
membuat siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan
menyimak (Suriani, Ari, Chandra Chandra, Elfia Sukma, dan Habibi Habibi 2021). Hal ini
menunjukkan bahwa lingkungan memengaruhi banyak hal yang berkaitan dengan
pembelajaran bahasa Indonesia.

Lingkungan dapat memengaruhi hasil belajar perserta didik, berdasarkan pendapat


Kunandar (2015) dalam (Tambusai et al. 2020) dapat dijelaskan bahwa hasil belajar
merupakan penguasaan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa baik itu dari segi kognitif,
afektif dan psikomotor yang dikuasi oleh siswa setelah menjalani kegiatan pembelajaran.
Lingkungan sangat berhubungan dengan pembelajaran bahasa Indonesia, karena lingkungan
yang baik dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif untuk meningkatkan
kesenangan dan mengurangi kecemasan belajar peserta didik (Ramadhan, S., Atmazaki, E.
Sukma, dan V. Indriyani (2021). Pembelajaran bahasa Indonesia mengusung teori
keterampilan berbahasa yang terdiri dari empat subkonstruk yaitu hakikat menyimak, hakikat
berbicara, hakikat membaca, dan hakikat menulis; metode pembelajaran keterampilan
berbahasa; penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa; keterampilan menyimak; dan
keterampilan membaca (Sutrisna, Boediman 2019). Semua teori keterampilan berbahasa
tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Berdasarkan angket yang penulis sebarkan mengenai “Kaitan Pembelajar Bahasa


Indonesia dengan Lingkungan” kepada mahasiswa Universitas Negeri Padang, mahasiswa
IAIN Bukittinggi, mahasiswa STKIP Nasional, mahasiswa Universitas Andalas, mahasiswa
Universitas Bengkulu, mahasiswa Universitas Malikussaleh, mahasiswa Universitas
Paramadina, mahasiswa UPN Veteran Jakarta, mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh, mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang, mahasiswa Muhammadiyah Riau,
mahasiswa Universitas Sumatera Barat, mahasiswa Universitas Indonesia, mahasiswa
Universitas fort de kock, dan mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK. Dari jumlah
keseluruhan 44 responden yang ikut serta mengisi angket tersebut lebih dominan perempuan
35 responden dan laki-laki 9 responden dengan persentase 79,5% perempuan, 20,5% laki-
laki. Hasil data dari persentase angket yang telah dilakukan melalui google form tersebut
dapat dilihat sebagai berikut.
Pernyataan pertama, “Bahasa yang digunakan peserta didik sangat berhubungan
dengan lingkungan tempat ia tinggal” 52,3% menyatakan sangat setuju, 40,9% menyatakan
setuju, 6,8% menyatakan kurang setuju, dan 0% menyatakan tidak setuju. Pernyataan kedua,
“Lingkungan sekitar sangat memengaruhi penguasaan kosakata peserta didik” 52,3%
menyatakan sangat setuju, 40,9% menyatakan setuju, 6,8% menyatakan kurang setuju, dan
0% menyatakan tidak setuju. Pernyataan ketiga, “Penggunaan kosakata peserta didik saat ini
sangat minim karena kurangnya lingkungan yang memadai untuk mengajarnya” 18,2%
menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, 27,3% menyatakan kurang setuju, dan
4,5% menyatakan tidak setuju. Pernyataan keempat, “Anak dari orang tua yang
lingkungannya orang terdidik jauh lebih baik daripada anak dari lingkungan orang tua yang
broken home” 29,5% menyatakan sangat setuju, 27,3% menyatakan setuju, 38,6%
menyatakan kurang setuju, dan 4,6% menyatakan tidak setuju. Pernyataan kelima, “Peserta
didik dapat mengamati apa saja yang ada di lingkungan sekitar, kemudian menjadikan
pengamatan tersebut sebagai salah satu inspirasi untuk menulis karya sastra” 31,8%
menyatakan setuju, 65,9% menyatakan sangat setuju, 2,3% menyatakan kurang setuju, dan
0% menyatakan tidak setuju. Pernyataan keenam, “Lingkungan sekitar dapat memengaruhi
kemampuan keterampilan menulis peserta didik” 25% menyatakan sangat setuju, 63,6%
menyatakan setuju, 11,4% menyatakan kurang setuju, dan 0% menyatakan tidak setuju.
Pernyataan ketujuh, “Lingkungan sekitar dapat memengaruhi kemampuan keterampilan
berbicara peserta didik” 36,4% menyatakan sangat setuju, 56,8% menyatakan setuju, 0%
menyatakan kurang setuju, dan 0% menyatakan tidak setuju. Pernyataan kedelapan,
“Lingkungan sekitar dapat memengaruhi kemampuan keterampilan mendengar peserta
didik” 29,5% menyatakan sangat setuju, 56,8% menyatakan setuju, 13,7% menyatakan
kurang setuju, dan 0% menyatakan tidak setuju. Pernyataan kesembilan, “Lingkungan sekitar
dapat memengaruhi kemampuan keterampilan menyimak peserta didik” 27,3% menyatakan
sangat setuju, 63,6% menyatakan setuju, 0% menyatakan kurang setuju, dan 0% menyatakan
tidak setuju. Pernyataan kesepuluh, “Perlu pembelajaran lingkungan dalam perkuliah bahasa
Indonesia minimal 2 sks” 34,1% menyatakan sangat setuju, 63,6% menyatakan setuju, 2.3%
menyatakan kurang setuju, dan 0% menyatakan tidak setuju.

Dari hasil penyebaran angket yang telah dilakukan, dapat penulis simpulkan bahwa
lingkungan memiliki kaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Terbukti saat para
responden menganggap beberapa hubungan lingkungan dengan pembelajaran bahasa
Indonesia memiliki keterkaitan yang erat. Masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa
dan pelajar, menyadari dan memahami pentingnya peranan lingkungan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Menurut penulis, kesadaran masyarakat terhadap peran dan manfaat
lingkungan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sudah dapat dikategorikan baik. Penerapan
peran dan manfaat lingkungan tersebut dapat memudahkan guru dan siswa dalam
mengajarkan dan memahami materi bahasa Indonesia yang memotivasi, kreatif,
menyenangkan, dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Ikhlasani, Inti, R Syahrul, Program Studi, dan Pendidikan Bahasa. (2021). “Dengan
Keterampilan Menulis Teks Pidato Persuasif Siswa Kelas Ix Smp Negeri 13
Mukomuko.” JPBSI: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 10(1): 1–10.

Lubis, Mina Syanti, Syahrul R, dan Novia Juita. (2015). Pengembangan Modul Pembelajaran
Bahasa Indonesia Berbantuan Peta Pikiran Pada Materi Menulis Makalah Siswa Kelas
XI SMA/MA. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran 2(1): 16–28.

Ramadhan, S., Atmazaki, E. Sukma, dan V. Indriyani. (2021). “Design of task-based digital
language teaching materials with environmental education contents for middle school
students.” Journal of Physics: Conference Series : 1-8.

Ramadhan, S., E. Sukma, dan V. Indriyani. (2019). “Environmental education and disaster
mitigation through language learning.” IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science 314(1): 1-9.

Sari, Lisa Purnama, Yasnur Asri, dan Ellya Ratna. (2016). “Korelasi Penguasaan Kosakata
Bidang Lingkungan dengan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi.” Pendidikan Bahasa
Indonesia 5(2): 198–205.

Suhatman Jaya, Syahrul R, Ermanto. (2013). “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi


Melalui Media Gambar Siswa Kelas X.1 Sma Negeri 2 Kota Sungai Penuh.” Journal of
Chemical Information and Modeling 53(9): 1689–99.

Sukma, E., S. Ramadhan, dan V. Indriyani. (2020). “Integration of environmental education


in elementary schools.” Journal of Physics: Conference Series 1481(1): 1-6.

Suriani, Ari, Chandra Chandra, Elfia Sukma, dan Habibi Habibi. (2021). “Pengaruh
Penggunaan Podcast dan Motivasi Belajar terhadap Keterampilan Berbicara pada Siswa
di Sekolah Dasar.” Jurnal Basicedu 5(2): 800–807.

Sutrisna, Boediman. (2019). “Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia.” Joyful Learning Journal 10(172):
1-4.

Tambusai, Jurnal Pendidikan et al. (2020). “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Tema 3
Menggunakan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan Tambusai
4(3): 3132–44.

Anda mungkin juga menyukai