Anda di halaman 1dari 5

NAMA:FERDHY PRANATA MULYA

NIM:20011056

MATKUL:K3

1. A.Golongan fisik

Di lihat dari golongan fisik penyakit akibat kerja dapat di sebabkan , antara lain :

1. Kebisingan : ini adalah contoh hazard fisik yang sering ditemui di lapangan
kerja.  Kebisingan ini  dapat menyebabkan penurunan pendengaran dan gejala lain
di luar sistem pendengaran seperti misalnya tekanan darah naik.

2.Getaran mekanik (vibration) : pajanan getaran yang berlebihan dan terus menerus
akan menyebabkan kelainan pada otot,urat, tulang, atau syaraf tepi. Kebanyakan
terjadi pada bagian tangan atau lengan.

3.Suhu : Temperatur yang sangat tinggi akan menyebabkan heat stoke/exhaust,


sedangkan temperature yang sangat rendah akan menimbulkan frostbite(luka dan
kulit melepuh) dan chilblain (rasa nyeri pada tangan dan kaki).

4.Penerangan (illumination) : Penerangan di tempat kerja yang tidak mencukupi


standar akan membuat mata cepat lelah ketika membaca atau ketika berada di
depan komputer sehingga akan menggangu penglihatan

5.Radiasi elektromagnetik : pajanan radiasi yang berlebihan dapat menyebabkan


gangguan pada jaringan kulit, syaraf, bahkan pembentukan sel darah.

6.Tekanan Udara: tekanan udara yang bertambah atau berkurang dari 1 atm akan
menimbulkan penyakit dekompresi seperti yang dialami oleh para penyelam

B.Golongan Kimia

Semua bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat
dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau
kabut.Terdapat ribuan jenis bahan kimia yang digunakan dalam berbagai industri.
Dari hazard kimia ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan ringan seperti gatal
gatal di kulit karena alergi terhadap bahan kimia  yang digunakan sampai
gangguan kesehatan yang serius, sebagai contoh  keganasan/kanker sel darah putih
(leukemia) karena terpapar pelarut organik benzena.
C.Golongan biologis

Yang termasuk hazard biologis dalam hal ini adalah virus, bakteri, jamur,
serangga, parasit, cacing dan binatang yang dapat ditemui selama bekerja. Para
pekerja kesehatan (dokter, perawat atau tenaga laboratorium ) justru yang sering
terancam dari hazard biologis ini, karena beresiko tertular bakteri/virus yang
berasal dari darah atau cairan tubuh lain dari pasien ( misal Hepatitis B atau
HIV/AIDS) .

D.Golongan fisiologis/ergonomi

Cara kerja,penataan tempat kerja,  desain tempat kerja, beban kerja dan posisi kerja
yang tidak benar  pada saat bekerja merupakan hazard dari golongan ini. Kasus
yang  sering ditemui adalah bila pada saat bekerja mengangkat beban berat dengan
posisi salah dapat menyebabkan sakit pinggang (Low Back Pain),spasme ototatau
bahkan cedera punggung.

E.Golongan psikososial

Besarnya tuntutan pekerjaan,kerja yang selalu monoton,  hubungan kerja yang


kurang baik, upah tidak sesuai, tempat kerja yang terpencil dan jaminan masa
depan yang meragukan dapat menyebabkan stress kerja yang sudah pernah  saya
bahas dalam artikel saya sebelumnya.

2. Sudah,karena regulasi harus sesuai dengan UU ketenagakerjaan Nomor 13


tahun 2003. Didalam UU tersebut telah mengatur batas-batasan yang bisa
dibuat oleh perusahaan. Penentuan skala prioritas perusahaan dalam
membuat hak dan kewajiban pegawaipun sudah diatur disana.

Tujuan pemerintah membuat peraturan induk UU ketenagakerjaan adalah


untuk mencegah regulasi yang dapat merugikan para karyawan. jadi para
karyawan bisa dengan tenang mendaftar ke setiap perusahaan dengan adanya
UU tersebut. Mengingat bahwa regulasi adalah hal yang akan mengikat para
karyawan didalam sebuah perusahaan.

3. -Upaya pencegahan penyakit


Upaya pencegahan penyakit dilaksanakan agar pekerja terbebas dari penyakit dan gangguan
kesehatan serta cedera akibat kerja.

Standar kesehatan kerja dalam upaya pencegahan penyakit meliputi:

a. Identifikasi, penilaian, dan pengendalian potensi bahaya kesehatan.

 Identifikasi potensi bahaya kesehatan adalah proses secara sistematik dan


berkesinambungan berdasarkan informasi yang tersedia untuk mengidentifikasi bahaya
kesehatan dan menganalisis risiko kesehatan terhadap pekerja.
 Penilaian potensi bahaya kesehatan adalah proses menentukan prioritas pengendalian dan
tindak lanjut terhadap tingkat risiko kesehatan dan kecelakaan kerja karena tidak semua
aspek bahaya potensial dapat ditindaklanjuti.
 Pengendalian potensi bahaya kesehatan adalah program atau kegiatan yang dilakukan
apabila suatu risiko tidak dapat ditoleransi agar tidak menimbulkan PAK, bukan PAK,
dan kecelakaan kerja.

- Upaya peningkatan kesehatan

Upaya peningkatan kesehatan dilaksanakan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-


tingginya pada kondisi sehat, bugar, dan produktif.

Standar kesehatan kerja dalam upaya peningkatan kesehatan meliputi:

a. Peningkatan pengetahuan kesehatan

b. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat

Upaya yang dilakukan agar para pekerja, pemberi kerja, pengurus atau pengelola tempat kerja,
tahu, mau, dan mampu mempraktikkan pola hidup bersih dan sehat.

c. Pembudayaan K3 di Tempat Kerja

Upaya yang dilakukan agar para pekerja, pemberi kerja, pengurus atau pengelola tempat kerja,
tahu, mau, dan mampu mempraktikkan budaya sehat dan selamat di tempat kerja serta berperan
aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja yang sehat dan aman.

d. Penerapan gizi kerja

Penerapan gizi kerja adalah pemenuhan gizi yang diperlukan oleh pekerja untuk melakukan
suatu pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya untuk meningkatkan
produktivitas.

e. Peningkatan kesehatan fisik dan mental.


- Upaya penanganan penyakit

Upaya penanganan penyakit dilaksanakan untuk mengobati penyakit, mencegah keparahan


penyakit, mencegah, dan menurunkan tingkat kecacatan, serta mencegah kematian.

Standar kesehatan kerja dalam upaya penanganan penyakit meliputi:

1. Pertolongan pertama pada cedera dan sakit yang terjadi di tempat kerja;
2. Diagnosis dan tata laksana penyakit
3. Penanganan kasus kegawatdaruratan medik dan/atau rujukan.

- Upaya pemulihan kesehatan

Upaya pemulihan kesehatan dilaksanakan untuk memulihkan kondisi pekerja mencapai


kemampuan fisik, mental, dan sosial yang optimal.

Standar kesehatan kerja dalam upaya pemulihan kesehatan meliputi:

a. Pemulihan medis

Pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik, psikis, dan fungsi yang diakibatkan oleh
keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik
dan/atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal.

b. Pemulihan kerja

Upaya pemulihan terhadap pekerja yang telah memiliki keterbatasan fisik/mental yang
disebabkan PAK, bukan PAK, atau kecelakaan kerja agar dapat membantu pekerja
meningkatkan toleransi fisik dan melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga dapat kembali
bekerja.

Produktivitas kerja dapat terwujud apabila pekerja berada dalam kondisi sehat dan bugar untuk
bekerja serta merasa aman dan terlindungi sebelum, saat, dan setelah bekerja.

4. Jaminan Kecelakaan Kerja (“JKK”) merupakan salah satu jenis program yang
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (“BPJS
Ketenagakerjaan”). Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja
atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Yang dimaksud cacat
adalah keadaan berkurang atau hilangnya fungsi tubuh atau hilangnya anggota badan yang
secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan berkurang atau hilangnya kemampuan
pekerja untuk menjalankan pekerjaannya.
 

Peserta yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas manfaat JKK yang salah satunya
berupa santunan uang yang di antaranya meliputi santunan cacat sebagian anatomis, cacat
sebagian fungsi, dan cacat total tetap.Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar
iuran.Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta dan/atau
pemberi kerja. Selain itu, peserta juga mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan medis sebagai manfaat JKK, di antaranya meliputi perawatan tingkat pertama
dan lanjutan, perawatan intensif, pengobatan, dan jasa dokter/medis.
Menurut Pasal 22 ayat (1) Permenaker 26/2015, pemberi kerja wajib membayar terlebih
dahulu biaya pengangkutan peserta yang mengalami kecelakaan kerja ke rumah sakit dan/atau ke
rumahnya termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan dan santunan sementara
tidak mampu bekerja. Setelah itu, pemberi kerja dapat meminta penggantian santunan berupa
uang kepada BPJS Ketenagakerjaan pada saat pelaporan kecelakaan kerja dengan
melampirkan:

a. kuitansi biaya pengangkutan dan pertolongan pertama pada kecelakaan; dan 


b. bukti pembayaran upah selama pekerja tidak mampu bekerja atau santunan sementara
tidak mampu bekerja.

Anda mungkin juga menyukai