Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

CAPACITY BUILDING BAGI KADER PENDAMPING LANSIA PEREMPUAN


PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

A. PENDAHULUAN
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia
harapan hidup penduduk. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk
menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud
dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2014, jumlah lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 % dari seluruh penduduk Indonesia
tahun 2014. Jumlah lansia perempuan lebh besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia
perempuan dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki.
Menurut data Profil Lansia 2014 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Jawa
tengah, jumlah lansia di Jawa Tengah tahun 2014 adalah sebanyak 3,83 juta (11,43 % dari
penduduk Jawa Tengah). Usia harapan hidup penduduk perempuan lebih tinggi dibanding
penduduk laki-laki. Hal ini berakibat pada jumlah penduduk lansia laki-laki lebih sedikit
dibandingkan jumlah penduduk lansia perempuan. Fenomena tersebut tergambar dari
besaran rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk lansia. Sex ratio pada tahun 2014 sebesar
86,26 %, yang berarti setiap 100 lansia terdapat hanya sekitar 86 lansia laki-laki. Atau
dengan kata lain ada 8 penduduk lansia laki-laki berbanding 10 penduduk lansia
perempuan. Oleh karena itu, permasalahan lansia secara umum di Jawa Tengah adalah
permasalahan yang lebih didominasi oleh perempun. Berdasarkan data Susenas Badan
Pusat Statistik tahun 2014, jumlah lansia di Jawa Tengah di urutan kedua setelah Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Banyaknya jumlah lansia bisa dimaknai sebagai keberhasilan pembangunan manusia
dengan indikator bertambahnya usia harapan hidup. Di sisi lain hal itu juga menghadirkan
tantangan mengenai angka ketergantungan hidup yang akan berkorelasi dengan beban
ekonomi yang ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk lansia.
Mindset yang selama ini ada pun juga menempatkan penduduk lanjut usia dalam kelompok
rentan yang hanya menjadi tanggungan keluarga, masyarakat dan negara. Meskipun pada
kenyataannya, dari data Susenas tahun 2014 menunjukkan masih banyak lansia yang
produktif. Dari keseluruhan penduduk lansia di Jawa Tengah, 51,12% ternyata masih
bekerja.
Tingginya persentase lansia yang bekerja bisa dipandang bahwa mereka masih benar-benar
mampu bekerja tapi juga bisa bermakna bahwa tingkat kesejahteraan lansia masih rendah
sehingga di usia senja mereka terpaksa masih harus bekerja menghidupi diri dan
keluarganya. Bahkan sebagian perempuan lansia yang seharusnya sudah harus beristirahat
menikmati hari tuanya ternyata masih harus mencari nafkah untuk diri dan keluarganya,
mengasuh cucu, serta melaksanakan pekerjaan-pekerjaan lainnya, bahkan tidak sedikit
lansia khususnya perempuan yang hidupnya menderita di masa tuanya. Selain itu,
perempuan lansia juga berpotensi mengalami diskriminasi ganda, baik karena statusnya
sebagai perempuan maupun karena statusnya sebagai penduduk yang usianya sudah lanjut.
Sebagai perempuan, diskriminasi yang disebabkan oleh struktur sosial dan budaya
masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak usia muda. Hal ini kita ketahui sebagai akibat
dari perbedaan yang sifatnya kodrati maupun sebagai akibat dari perbedaan gender, oleh
sebab itu perlu dilakukan pembekalan dan persiapan kepada perempuan yang sudah
beranjak tua, agar kelak mereka bisa menikmati hari tuanya.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Badan
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB)
Provinsi Jawa Tengah akan menyelenggarakan kegiatan Capacity Building Bagi Kader
Pendamping Lansia Perempuan Provinsi Jawa Tengah.

B. DASAR
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa
Tengah;
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
mengenai penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;
3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
5. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam
Pembangunan Nasional;
6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2015 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 Nomor 5);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan PUG di Daerah;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2016 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1893);
9. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 38 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia;
10. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016 (Berita
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 Nomor 64);
11. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Pedoman
Penatausahaan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Provinsi Tahun 2015 Nomor 69);
12. DPA BP3AKB Provinsi Jawa Tengah Nomor 1.11.01.03.17.72.5.2 Program
Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak pada Kegiatan
Pengembangan Sistem Perlindungan Untuk Lansia Perempuan.

C. TUJUAN KEGIATAN
1. Melatih kader pendamping lansia perempuan;
2. Memberikan penguatan kepada lansia perempuan;
3. Mengurangi diskriminasi terhadap lansia;
4. Meningkatkan peran, dukungan dan kepedulian masyarakat mengenai keberadaan
lansia;
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Capacity Building Bagi Kader Pendamping Lansia Perempuan dilaksanakan
oleh Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
(BP3AKB) Provinsi Jawa Tengah.
2. Waktu dan Tempat
Kegiatan Capacity Building Bagi Kader Pendamping Lansia Perempuan
diselenggarakan pada:
Hari/ Tanggal : Selasa – Rabu, 16 – 17 Februari 2016 Jam
: 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Hotel Dana
Jl. Slamet Riyadi No. 286 Surakarta
3. Fasilitator
Fasilitator pada Kegiatan Capacity Building Bagi Kader Pendamping Lansia Perempuan
yaitu Drs. Rakun, M.Pd dari Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FORMI) Provinsi
Jawa Tengah.
4. Narasumber
Narasumber pada Kegiatan Capacity Building Bagi Kader Pendamping Lansia
Perempuan yaitu dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta.
5. Peserta
Peserta Kegiatan sejumlah 40 orang Non PNS dari 35 Kabupaten/Kota yang terdiri dari
unsur Penggerak Kelompok Lansia. Unsur tersebut bisa berasal dari Ketua Posyandu,
Ketua Bina Keluarga Lansia, Ketua Bina Keluarga Sejahtera, Komda Lansia atau unsur
lain yang bisa mendampingi lansia perempuan.

E. PROSES KEGIATAN
Kegiatan Capacity Building Bagi Kader Pendamping Lansia Perempuan
dilaksanakan selama 2 (dua) hari, dengan proses kegiatan sebagai berikut:
Hari 1
1. Pembukaan
2. Perkenalan Peserta
3. Kontrak Belajar
4. Brainstorming
5. Diskusi Kelompok
6. Paparan hasil diskusi kelompok
7. Paparan Narasumber
Hari 2
1. Review Hari I
2. Rencana Tindak Lanjut
3. Paparan
4. Kesimpulan dan Penutup

F. SUMBER DANA
Pelaksanaan Kegiatan Capacity Building Bagi Kader Pendamping Lansia
Perempuan dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2016, pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) BP3AKB
Provinsi Jawa Tengah Nomor 1.11.01.03.17.72.5.2 Program Peningkatan Kualitas Hidup
dan Perlindungan Perempuan dan Anak pada Kegiatan Pengembangan Sistem Perlindungan
Untuk Lansia Perempuan.

G. PENUTUP
Demikian kerangka acuan Kegiatan Capacity Building Bagi Kader Pendamping
Lansia Perempuan ini disusun untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaannya.

Semarang, Februari 2016

KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN,


PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA
PROVINSI JAWA TENGAH

Dra. SRI KUSUMA ASTUTI,M.Si


Pembina Utama Madya NIP.
19580611 197912 2 006
Jadwal Kegiatan
Capacity Building Bagi Kader Pendamping Lansia Perempuan Provinsi
Jawa Tengah

Hari I : Selasa, 16 Februari 2016

No. Jam Acara Pembicara Ket.


1. 09.00 – 09.30 Registrasi Panitia
2. 09.30 – 10.00 Pembukaan BP3AKB
3. 10.00 – 10.15 Coffe Break Panitia
4. 10.15 – 10.45 Perkenalan Peserta Fasilitator
5. 10.45 – 11.15 Kontrak Belajar Fasilitator
6. 11.15 – 12.15 Brainstorming Fasilitator
7. 12.15 – 13.15 Ishoma Panitia
8. 13.15 – 14.15 Diskusi Kelompok Fasilitator
9. 14.15 - 15.15 Paparan Fasilitator
10. 15.15 – 15.30 Coffe Break Panitia
11. 15.30 – 16.30 Paparan Narasumber Narasumber
12. 16.30 – 17.30 DIskusi kelompok Fasilitator
13. 17.30 – 19.00 Ishoma Panitia
14. 19.00 – 20.00 Paparan Fasilitator

Hari 2 : Rabu, 17 Februari 2016

No. Jam Acara Pembicara Ket.


1. 06.00 – 07.30 Makan Pagi Panitia
2. 07.30 – 08.00 Review Hari I Fasilitator
3. 08.00 – 09.00 Rencana Tindak Lanjut Fasilitator
4. 09.00 – 09.15 Coffe Break Panitia
5. 09.15 – 10.15 Paparan Fasilitator
6. 10.15 – 10.45 Kesimpulan & Penutup Fasilitator &
BP3AKB

Anda mungkin juga menyukai