Anda di halaman 1dari 6
TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “Tadabbur Ayat” Dosen pengampu ; Bapak Arif Nasrullah,Le.,M.Hum, Disusun oleh ; 1. Indra Hasan (A0D021061) 2. Lusi maisaliana (A0D021076) 3.M. Trisna akbar (A0D021080) 4.Mirnayani (A0D021085) 5.Muhammad Zaenal Mustafa (A0D02088) Surah Al Maidah( Ayat 48 ) {aa abl) Cash aa, We satchel pal Web pla ¢ j in Set gb Ug PATA Saal eS aS ald CAS | Atul Ac! St) I) 8s Artinya: "Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan ‘menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu, Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang, terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan, Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan." 1 Tafsir jalalain (Dan telah Kami turunkan kepadamu) hai Muhammad (kitab) yakni Al-Qur‘an (dengan kebenaran) berkaitan dengan anzalnaa (membenarkan apa yang terdapat di hadapannya) maksudnya yang sebelumnya (di antara kitab dan menjadi saksi) atau batu ujian (terhadapnya) kitab di sini maksudnya ialah kitab-kitab terdahulu. (Sebab itu putuskanlah perkara mereka) maksudnya antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu (dengan apa yang diturunkan Allah) kepadamu (dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka) dengan menyimpang (dari kebenaran yang telah datang kepadamu, Bagi tiap-tiap umat di antara kamu Kami beri) hai manusia (aturan dan jalan) maksudnya jalan yang nyata dan agama dan yang akan mereka tempuh. (Sekiranya dikehendaki Allah tentulah kamu dijadikan-Nya satu umat) dengan hanya satu syariat (tetapi) dibagi-bagi-Nya kamu kepada beberapa golongan (untuk mengujimu) ‘mencoba (mengenai apa yang telah diberikan-Nya kepadamu) berupa syariat yang bermacam-macam untuk melihat siapakah di antara kamu yang taat dan siapa pula yang, durhaka (maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan) berpaculah mengerjakannya, (Hanya kepada Allahlah kembali kamu semua) dengan kebangkitan (maka diberitahukan-Nya kepadamu apa yang kamu perbantahkan itu) yakni mengenai soal agama dan dibalas-Nya setiap kamu menurut amal masing-masing. 2. Tafsir Al Azhar Ayat 48 Dan telah Kami turunkan kepada engkau Kitab itu dengan kebenaran," Dpinal dengan camscanner Teranglah di sini bahwasanya yang dituju dengan kata engkau ialah Nabi kita Muhammad saw, yang diutus sebagai penutup segala rasul, menggenapkan risalah Musa dan Isa al-Masih Dan kitab yang diturunkan dengan kebenaran itu ialah Al-Qur'an, “Menggenapkan apa yang terlebih dahulu daripadanya dari Kitab.” Nama kitab yang terlebih dahulu itu tidak disebut, lagi, Karena di ayat yang sebelumnya nama Taurat dan Injil telah dijelaskan, Maka kedatangan Al-Qur'an adalah menggenapkan atau membenarkan (mushaddiqan) bagi kitab yang telah terdahulu itu, Mana yang sudah lengkap, diperlengkap, sebab umat manusia bertambah maju dan daerah yang dihadapi bertambah luas. Membenarkan pula bahwa memang terlebih dahulu daripada Al-Qur'an ialah sebagai penyaksi dan peneliti ‘memperingatkan mana ajaran pokok yang asli, yaitu tentang tauhid. Pendeknya dengan kata wa muhaiminan “alaihi yang berarti “dan sebagai penyaksi atasnya,’ Kepada kita diperingatkan bahwa memang Allah telah menurunkan Taurat dan Injil, Tetapi terhadap apa yang dikatakan Taurat dan Injil oleh penganutnya sekarang ini, hendaklah kamu terima dengan hati-hati sekali, Maka lantaran kedatangan Al-Qur'an telah mengandung akan sari pokok, terutama agidah dari kedua kitab itu “Maka hukumkanlah di antara mereka dengan apa yang telah diturunkan Allah, dan janganlah engkau turuti hawa nafsu mereka, dan apa pun yang akan memalingkan engkau daripada kebenaran." Sudah diketahui rahasia orang Yahudi tadi, bahwasanya mereka lari meminta hukum kepada Rasulullah, karena mereka hendak mengelakkan diri dari hukum ‘Taurat, padahal dalam soal zina, hukum Al-Quran masih mengikuti syari'at Taurat, Orang Nasrani mengatakan pula menuruti hukum Taurat, padahal dalam sejarah perkembangan hukum mereka, pemuka-pemuka agama yang sesudah ai-Masih dengan sengaja dari selangkah ke selangkah menjauhi Taurat—se-bagaimana dijelaskan oleh Paulus—dan dalam hal hukum masih bersandar kepada hukum Yunani dan Romawi Sekarang Al-Qur’an sudah datang. Dia membangunkan syariat yang baru dengan tetap memakai pokok agidah yang lama, sebab itu maka jalankanlah hukum menurut Al-Qur‘an itu, jangan ragu-ragu lagi. Jangan dituruti hawa nafsu mereka, mereka pun tidak keberatan ‘meninggalkan Taurat dan pindah kepada hukum Al-Qur'an kalau tidak cocok dengan hawa nafsu mereka, Dan jangan suka dipaling-palingkan dari dasar kebenaran, melainkan tegakkanlah keadilan. “Bagi tiap-tiapnya itu telah Kawi adakan peraturan dan jalan," Di zaman Musa dahulu ada peraturan sendiri (syir’atan) atau syari'at sendiri, Di dalam zaman Isa tidak banyak perubahan pokok, melainkan perubahan cara. Syariat zaman Nabi Musa kadang-kadang sangat keras. Tetapi karena zaman telah berubah, syariat itu tinggal tertulis, banyak yang tidak dapat dijalankan, sehingga pemuka-pemuka agama mereka membuat berbagai tafsiran, Di zaman al-Masih syariat tidak banyak diubah, tetapi jiwa yang telah membeku yang diubah terlebih dahulu. Tetapi beliau menghadapi serba kesulitan, Kesulitan yang paling besar ialah dua. Pertama, kebekuan (jumud) pemuka-pemuka Yahudi sendiri Kedua, kekuasaan penjajah yang sudah sangat mencengkerani jiwa rakyat jajahan, Penjajah itu ialah bangsa Romawi. ‘Tetapi dekat-dekat beliau akan dipanggil ke hadirat Allah, beliau telah memesankan bahwa bail dia pergi, karena kelak akan datang Ruh Kebenaran, untuk menyempurakan tugas beliau, Ruh Kebenaran itulah Muhammad saw. Maka datanglah beliau menyempurnakan tugas rakan-rekan beliau, (shalawat dan salam Allah buat mereka semuanya) Beliau bawalah Al-Quran yang membawa syariat baru, menghimpun dan menyempumakan syari‘at yang telah lalu, Inilah yang dimaksud dengan firman Allah bahwasanya bagi tiap-tiapnya itu telah Dpinal dengan camscanner Kami adakan peraturan dan jalan, Di zaman Bani Israil telah diseberangkan dari penindasan Fiaun sampai beroleh negeri di tanah Kanaan, ada syar‘atnya sendiri, Dalam zaman Bani Israil hidup kembali dalam penjajahan bangsa Romawi, ketika diutus Nabi Isa al-Masih as. ada pula peraturannya sendiri, Sekarang datang nabi akhir zaman, untuk seluruh umat, manusia, datanglah syariat sendiri yang lebih lengkap. Pokok asal sudah lengkap, dan mana yang belum tertulis disempurnakan dengan ijtihad dan Qiyas, menyesuaikan yang juru’ kepada yang ashal Di sini kita mendapat kesimpulan bahwa agama yang telah disampaikan oleh lidah nabi: adalah satu, Satu pokok dan satu tujuan, Pokok itu ialah tauhid, Mengakui keesaan Allah, kekuasaan-Nya, dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya, Dan beramal beribadah kepada-Nya dengan ikhlas, dan percaya akan Hari Kemudian, Tetapi syari’at artinya peraturan-peraturan ada perubahan karena perubahan tempat dan waktu, Sebab itu syariat umat yang sebelum kita, tidaklah menjadi syariat pula bagi kita lagi, Di antara satu contoh syariat ialah tentang libur orang Yahudi adalah hari Sabtu, Datang syariat Islam mengadakan hari Jum/at buat beramai-ramai shalat ke masjid. Adapun orang Kristen membuat libur hari Minggu, tidaklah jelas syariat ai-Masih, Melainkan dibuat orang setelah beliau meninggal dunia. Dan kalau ada persamaan syar'at kita dengan syari'at mereka, bukanlah berarti bahwa kita melanjutkan ‘memakai syari'at itu. Melainkan dia berlaku karena telah dijadikan syariat kita, Persis sebagaimana pelanjutan beberapa undang-undang zaman Belanda, yang masih tersisa setelah kita merdeka, BukanTah-berarti-bahwa undang-undang Belanda dipakai dalam Republik Indonesia, melainkan kita memakai peraturan serupa itu, karena dia telah disahkan oleh Pemerintah kita, Sebab itu maka salah satu rukun Islam, yaitu haji bukanlah kita pakai karena dia syari'at Nabi Ibrahim, tetapi kita pakai karena dia syari'at Nabi Muhammad saw.. Ada beberapa hal yang serupa, tetapi sudah nyata bahwa syariat haji bukanlah syar'at Nabi Ibrahim yang kita pakai abi Tentu akan timbul pertanyaan orang, “Mengapa Allah tidak menjadikan saja seluruh syari'at itu jadi satu, sejak nabi-nabi yang dahulu sampai sekarang? Misalnya mengapa maka Sulaiman diizinkan beristri sampai beratus-ratus orang sebagai khususiyat, sedang kepada Muhammad hanya diizinkan sembilan orang sebagai khususiyat? Mengapa Ya'qub dibolehkan beristri dua kakak beradik, sedang dalam syari/at Muhammad dilarang mempermadukan orang bersaudara?” Maka datanglah jawab pada lanjutan ayat, “Dan jikalau Allah menghendaki, sesungguhnya telah dijadikan kamu semua u mat yang satu, akan tetapi diberi-Nya ujian kamu pada apa yang telah diberikan-Nya kepada kamu itu." Artinya, bukanlah Allah ta'ala tidak berkuasa buat menjadikan syari‘at kamu itu satu saja coraknya sejak zaman Adam sampai zaman Muhammad, sampai hari Kiamat, Bangsa pun satu semua, adat istiadat pun satu semua, perkembangan hidup pun satu saja semua. Allah pun berkuasa membuat demikian kalau Dia mau, Contohnya telah ada yaitu kehidupan binatang; kehidupan semut dan lebah, kehidupan burung-burung, Sepintas lalu tentu senang, juga hati kita melihat kesatuan rona kehidupan lebah, membuat sarang dan menghasilkan ‘manisan, Suatu anugerah naluri (instinet) yang tidak berubah-ubah sejak beribu-ribu tahun. tau seperti kehidupan-Tayap tidak bermata, sebagai ‘diceritakan dalam Majalah Inti Sah (No 24 Juli 1965 disalin dari Majalah Science at Vie Januari 1965) yang dapat mendirikan bangunan yang luar biasa kuatnya, lebih kuat daripada beton, sehingga kalau hendak ‘menghancurkannya dengan dinamit, Tingginya kira-kira 6 (enam) meter, lebar 15 meter, Dpinal dengan camscanner bertingkat 100, komplet dengan Air Conditioning, sehingga belum berarti berdirinya Empire State Building yang 103 tingkat buatan manusia jika dibanding dengan itu Allah pun kalau Dia kehendaki, Mahakuasa membuat hidup manusia seperti demikian. Tetapi ‘manusia tidak diberi begitu, tidak diberi hanya instinct, tetapi diberi yang lebih tinggi daripada instinct, yaitu akal. Maka diujilah kesanggupan manusia mempergunakan akal itu, dalam menyesuaikan hidupnya dalam alam sekelilingnya, dengan ruang dan waktu, Maka bertambah lama bertambah majulah manusia. Bertambah lama bertambah dikuasainyalah, dengan izin Allah, keadaan alam kelilingnya. Dalam segi bimbingan agama bagi kehidupan dan akal, dapatlah kita pelajari tingkat kenaikan syari‘at sejak syariat Musa, yang mereka namai Yahudi, dan syariat Isa yang kemudian dinamai Nasrani, dan selanjutnya kepada syariat Muhammad, yaitu Islam Yahudi adalah syari'at yang didasarkan atas disiplin keras, guna mendidik suatu kaum yang 400 tahun telah diperbudak, hingga kemerdekaan diri dan kemerdekaan jiwa. Oleh karena keras dasar disiplinnya itu maka umatnya menjadi kehilangan kebebasan berpikir sendiri, mereka mesti patuh, Barangsiapa tidak patuh disambar geledek! Syari‘at Musa kita namai Jalal (Luhur) Nasrani, di satu pihak ialah lanjutan Yahudi, tetapi mengembalikan kelemah-lem-butan jiwa. benda kepada pihak yang berkuasa, betapa pun zalimnya; tetapi dalam pada itu didik jiwa sendiri supaya tidak dapat dikuasai selain kuasa Allah! Kalau perlu angkat salibmu ke mana saja engkau pergi, Suatu didikan yang tinggi guna menghadapi Romawi, yang kuat. Diteruskan oleh Gandhi dengan Ahimsa! Syari'at Isa kita namai Jamaal (Indah) Dasar syariat Islam didasarkan atas kemerdekaan akal, menjelaskan arti lengkap kemanusiaan sebagai gabungan jasmani dan ruhani; tempat tumbuhnya pun ditentukan, yaitu di padang pasir yang tidak dicampuri oleh kekuasaan asing, sehingga umatnya menjadi Ummatan Wasathan, umat pertengahan. Syari'at Muhammad kita namai Kamaal (Sempurna) Itulah sebabnya maka dalam Al-Quran hukum-hukum duniawi itu tidak banyak, tidak sampai seperseratus daripada hukum-hukum duniawi yang ada dalam Taurat, dan sebagian besar diserahkan kepada ijtihad akal mereka dan Qiyas. Karena keadaan manusia di waktu itu sudah lebih matang. (Lihat kembali surah al-Bagarah ayat 212) Maka Al-Quran adalah penutup syariat dan Muhammad saw. adalah penutup rasul-rasul, dan pergunakanlah akal dan aturlah baik-baik, akuilah ketaatan kepada Allah dan Rasul, dan ketaatan kepada Ulil Amri, Ahlul Haiti Wal ‘Aqdi, orang-orang yang sanggup berijtihad, sehingga syariat tidak membeku, malahan sesuai dengan ruang dan waktu. “Sebab itu berlomba-lombalah berbuat kebajikan-kebajikan," Pergunakanlah akal itu dan berlomba-lombalah kamu semuanya berbuat pekerjaan-pekerjaan yang baik di dalam dunia ini, dengan memegang pokok pertama yaitu ketaatan kepada Allah dan percaya bahwa di belakang hidup yang sekarang ini ada lagi hidup akhirat Niscaya akan makmurlah yang, berakal itu daripada kehidupan lebah, rayap, dan semut, yang hanya satu coraknya selama dunia ini terkembang, Dari perlombaan berbuat kebajikan itulah akan nyata betapa pentingnya ada manusia dalam bumi ini “Kepada Allah-lah tempat kembali kamu sekalian, maka akan diberitakan-Nya kepada kamu tentang apa yang telah kamu perselisihan kepada-Nya.” Dpinal dengan camscanner Oleh karena masing-masing telah diberi hak berpikir dan berijtihad, tetap dengan memakai dasar menuju kebaikan, sudah terang akan terdapat berbagai perselisihan pendapat dan perlainan hasil ijtihad, Yang tidak ada perlainan ijtihad, ialah lebah dan semut dan sebangsanya, Sebab mereka telah terikat oleh disiplin, disiplin yang tidak disadari yaitu naluri, atau instinct, ataugharizah, Namun kita manusia mempunyai pikiran dan kepribadian, Tetapi asalkan dasar itu tidak kamu lepaskan, menuju kebaikan, maka penyelesaian dari pikiran akan didapat di hadapan Allah kelak kemudian hari di hari Kiamat, Mana saja pekerjaan yang dianggap baik, dengan dasar takwa kepada Allah, teruskanlah, jangan berhenti di tengah jalan. Keputusan terakhir adalah di tangan Allah kelak kemudian hari, Janganlah perselisihkan pendapat menimbulkan permusuhan dan kebencian, sebab dasarmu adalah satu jua. Di sinilah arti yang sebenarnya terkandung apa yang pernah disebut dalam hadits, “Perselisihan umatku adalah rahmat.” Memang kebebasan pikiran adalah rahmat! Setelah kita baca ayat ini, lalu kita pertali-kan dengan sejarah timbulnya ilmu ushul figih dan figih dalam Islam, bertemulah kita dengan pelopor-pelopor ijtihad yang besar-besar, sebagaimana keempat imam yang terkenal dan beberapa imam yang lain, Memanglah mereka telah berlomba berijtihad, memeras keringat buat menggiyaskan furu’ kepada ashal Menimbulkan yang tafshil daripada yang ijmal Mereka benar-benar telah berlomba berbuat kebajikan, Benar-benarlah buah usaha mereka menjadi rahmat bagi kita yang datang di belakang, Mereka telah memudahkan jalan bagi kita melanjutkan usaha, sebab dunia tidak berhenti berputar, dan keadaan ruang serta waktu selalu berkembang. Maka sesuailah syariat Islam dengan ruang dan waktu, Barulah perselisihan pendapat menjadi bala bencana bagi kaum Muslimin setelah pintu ijtihad ditutup dan taglid dijadikan kemestian. tuliskan tafsir dari ayat di atas, dan pelajaran apa yang bisa diambil dari ayat tersebut? Pelajaran yang dapat kita ambil dalam surah Al-Maidah ayat 48 yaitu kita sebagai hamba Allah SWT dan umat Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang di jelaskan pada surah Al-Maidah ayat 48 kita dipertemukan untuk berlomba-lomba berbuat pekerjaan, Pekerjaan yang baik di dalam dunia,dengan memegang pokokpertama yaitu ketaatan kepada Allah dan percaya bahwa di belakang hidup yang sekarang ini ada lagi hidup akhirat, Dpinal dengan camscanner

Anda mungkin juga menyukai