Anda di halaman 1dari 352

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/362790021

Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore

Book · August 2022

CITATIONS READS

0 189

1 author:

Sadiyah El adawiyah
Universitas Muhammadiyah Jakarta
42 PUBLICATIONS   13 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

reseacrh doctoral View project

my research View project

All content following this page was uploaded by Sadiyah El adawiyah on 19 August 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Komunikasi Antarbudaya
Ragam Colore
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat Hak Cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif
yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak
berlaku terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk
pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan
penelitian ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan
pengajaran, kecuali pertunjukan dan fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau
Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100. 000. 000, 00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau
huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500. 000.
000, 00 (lima ratus juta rupiah).
Komunikasi Antarbudaya
Ragam Colore

Acasya Aretta Vernaputri -Three Bintang Nadeak -Syifarina Mutiara


Oktaviani -Sayyidatu Ahya An’Umillah -Rafli Daffa Falih Adilah
-Muhammad Rofi Jamil -Muhammad Rafie Alfaritzi -Muhammad
Imam Zuhri Saragih -Ghina Nur Amri -Faisal Arfa -Erby Amando
Aslin -Dilla Puspitasari -Chece Amelya Puteri -Bilqis Chumaira Matappa
-Asyifa Qurrota A’yun -Arya Wibowo Wirabumi -Alifian Diaz Islamy
-Art Zahra Tzendra Semesta Fadilha -Aprilia Permata Putri -Anisa
Nurulia Imawati -Alya Rahma Zahrani -Aliyya Rahma Putri -Alam
Sinanggit Nur Ramadan -Aisya Sucy Nabila -Afifah Nurul
Mardhiyyah -Teissa Dinar Audinia -Vincka Gracia Surya Senjaya
-Asyidda Tsania Rahmi -Denaya Ajeng Wrahasti -Tira Viany
Cahyaning Widhi -Nayuda Septa Haidar -Muhammad Rifky Akbar
Ramadhan -Devina Dhea Pabundu -Irfan Azis Fahrudin -Audy
Nurmansyah Putri.
Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore

Acasya Aretta Vernaputri, dkk.

Editor:
Dr. Sa’diyah El Adawiyah, S.Sos., M.Si.

Desain Cover:
Delphi Ramadhani

Sumber Gambar Kover:


Delphi Ramadhani

Sumber:
www.insancendekiamandiri.co.id

Penata Letak:
Reski Aminah

Proofreader:
Tim ICM

Ukuran:
x, 340 hlm., 14,8 x 21 cm

ISBN:
978-623-348-765-8

Cetakan Pertama:
April 2022

Hak Cipta 2022, pada Acasya Aretta Vernaputri, dkk.

Isi diluar tanggung jawab penerbit dan percetakan

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Anggota IKAPI: 020/SBA/20

PENERBIT INSAN CENDEKIA MANDIRI


(Grup Penerbit PT INSAN CENDEKIA MANDIRI)

Perumahan Gardena Maisa 2, Blok A03, Nagari Koto Baru, Kecamatan Kubung, Kabupaten
Solok, Provinsi Sumatra Barat-Indonesia 27361
HP/WA: 0813-7272-5118
Website: www.insancendekiamandiri.co.id
E-mail: insancendekiamandirigroup@gmail.com
Daftar Isi

Prakata...................................................................................... ix
Menumbuhkan Sikap Nasionalisme pada Generasi Z terhadap
Pengaruh Masuknya Budaya Asing di Era Globalisasi
Acasya Aretta Vernaputri ................................................................ 1
Komunikasi Antarbudaya di Era Modern Saat Ini
Three Bintang Nadeak.................................................................... 9
Komunikasi Antarbudaya yang Terjadi dalam Masyarakat
Multikultural pada Usia 17-21 Tahun di Kota Bogor
Syifarina Mutiara Oktaviani ............................................................ 23
Komunikasi Antarbudaya pada Film Marvel Shang Chi and The
Legend of Ten Rings
Sayyidatu Ahya An’Umillah ........................................................... 35
Fitur Media Sederhana Menjadi Daya Tarik Orang Tua
(Generasi X) untuk Mengenal Antarbudaya
Rafli Daffa Falih Adilah ................................................................. 49
Dampak Akulturasi Budaya terhadap Gaya Komunikasi
Mahasiswa Bandung
Muhammad Rofi Jamil .................................................................. 59
Penggunaan Media Sosial sebagai Alat untuk Berkomunikasi
Antarbudaya
Muhammad Rafie Alfaritzi ............................................................. 71
Perkembangan dan Kajian Komunikasi Antarbudaya di Tengah
Kemajuan Teknologi tang Terjadi di Era Saat Ini
Muhammad Imam Zuhri Saragih .................................................... 79
Pengaruh Bahasa Korea serta Budaya Korea Melalui Konten
Artis K-Pop terhadap Anak Muda Indonesia
Ghina Nur Amri ........................................................................... 89
Persepsi Publik Pribumi dalam Menyikapi Masyarakat
Pendatang di Karawang
Faisal Arfa .................................................................................. 97

v
Komunikasi Antarbudaya pada Pasangan yang Berbeda Suku
atau Etnis dan Pengaruhnya dalam Kehidupan
Erby Amando Aslin....................................................................... 103
Perbedaan Budaya Dapat Mendorong Manusia untuk Saling
Mengenal dan Memperkaya Pengetahuan Mengenai Wawasan
Budaya
Dilla Puspitasari ............................................................................ 111
Tanggapan dan Pengetahuan Generasi Z terhadap Gaya Busana
yang Berkaitan Erat dengan Komunikasi Antarbudaya
Chece Amelya Puteri ...................................................................... 123
Strategi Interaksi Sosial dan Komunikasi Multikultural pada
Masyarakat Indonesia dalam Antisipasi Konflik Antarbudaya
Bilqis Chumaira Matappa ............................................................... 133
Penggunaan Aplikasi Instagram di Era Digital sebagai Salah Satu
Platform untuk Berkomunikasi Antarbudaya
Asyifa Qurrota A’yun..................................................................... 141
Komunikasi Antarbudaya Antarmahasiswi Bersuku Betawi
dan Bersuku Sunda di Ruang Lingkup Pertemanan Kampus
Arya Wibowo Wirabumi ............................................................... 151
Kejahatan dalam Kedok Normalitas dalam Konflik Antarbudaya
Dilihat dari Perspektif Banalitas Kejahatan Hannah Arendt
Alifian Diaz Islamy ....................................................................... 163
Akulturasi Positif dan Pola Budaya dalam Komunikasi Budaya
Antaretnis Batak dan Etnis Jawa
Art Zahra Tzendra Semesta Fadilha.................................................. 171
Analisis Peran Media Sosial terhadap Pengalaman Multikultural
dan Wawasan Kebudayaan dalam Kanal YouTube Gita Savitri
Aprilia Permata Putri .................................................................... 181
Analisis Bentuk Komunikasi Pembelajaran Online yang Efektif
untuk Digunakan Selama Pandemi Covid-19 di Indonesia
Anisa Nurulia Imawati ................................................................... 189
Komunikasi Antarbudaya Melalui Media Sosial (Analisis
Komunikasi Antarbudaya dalam Konten YouTube Channel
NCT 127)
Alya Rahma Zahrani .................................................................... 199

vi Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Peranan Ketepatan Pola Asuh Anak terhadap Pembentukan Pola
Pikir, Perilaku, dan Keadaan Emosi Anak
Aliyya Rahma Putri ...................................................................... 209
Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Berupa Internet
terhadap Komunikasi Antarbudaya Masyarakat dalam
Penggunaan Media
Alam Sinanggit Nur Ramadan ........................................................ 219
Pengaruh Postingan Instagram sebagai Mediator dalam
Komunikasi Antarbudaya Media Maya di Masa Sekarang
Aisya Sucy Nabila ......................................................................... 231
Hambatan Komunikasi Antarbudaya terhadap Pertukaran
Mahasiswa Beda Negara
Afifah Nurul Mardhiyyah............................................................... 239
Analisa terhadap Pengaruh dan Konflik yang Terjadi pada
Aplikasi TikTok Terkait Komunikasi Antarbudaya
Teissa Dinar Audinia ...................................................................... 247
Peran Orang Tua dalam Penanaman Sikap di Ruang Lingkup
Budaya Keluarga Terhadap Anak Melalui Komunikasi Budaya
Vincka Gracia Surya Senjaya........................................................... 255
Memahami dan Menganalisis Dasar dari Komunikasi
Antarbudaya dan Transisi Antarbudaya dari Masa ke Masa
Asyidda Tsania Rahmi ................................................................... 263
Partisipasi dalam Perkembangan di dalam Keistimewaan Budaya
Lokal di Tengah Kehidupan Eksistensi Media Sosial Masyarakat
Lokal Maupun Interlokal
Denaya Ajeng Wrahasti.................................................................. 275
Masalah Komunikasi yang Terjadi dalam Pacaran Antarpasangan
Suku Jawa dengan Suku Batak
Tira Viany Cahyaning Widhi .......................................................... 283
Komunikasi Antarbudaya terhadap Forum Anti Kekerasan
Seksual yang Terjadi di Indonesia (Indonesia Butuh Feminis)
Nayuda Septa Haidar .................................................................... 291
Pengaruh Media Digital pada Kebiasaan Anak-anak dalam
Bersosialisasi Antarbudaya di Era Revolusi 4.0
Muhammad Rifky Akbar Ramadhan ............................................... 299

Daftar Isi vii


Pengetahuan Tanggapan Mahasiswa Telkom University terhadap
LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) terhadap Media
Digital
Devina Dhea Pabundu .................................................................... 309
Komunikasi Media Antarbudaya: Komunikasi Antarnegara
Melalui Aplikasi Twitter
Irfan Azis Fahrudin ...................................................................... 321
Peran Pendidikan Tinggi pada Komunikasi Antarbudaya di
Indonesia
Audy Nurmansyah Putri ................................................................ 333

viii Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Prakata
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. karena rahmat dan
karunia-Nya, akhirnya selesai juga penulisan buku ini hingga
terbit. Ide menulis buku ini, berawal dari tugas matakuliah
Komunikasi Antarbudaya yang kemudian di kumpulkan jadi
satu dan terbagi dalam tiga buku dengan tema yang berbeda
yaitu Mengeksplorasi Lintas Budaya Lebih Jauh, Mengenal Lebih
Dalam Komunikasi Lintas Budaya di Era 5.0, dan Komunikasi
Antarbudaya Ragam Colore.
Ketiga buku tersebut ditulis oleh mahasiswa dengan
gaya mereka berdasarkan hasil pengamatan sederhana, serta
dokumentasi literatur melalui berbagai sudut pandang.
Sebuah kebanggaan dan pencapaian yang luar biasa dan tidak
mudah untuk menggerakkan pena mahasiswa untuk
mencoretnya dalam sebuah tulisan pendek dan melakukan
pengamatan terhadap apa yang mereka lihat untuk kemudian
dituangkan dalam sebuah buku.
Apa yang tertulis dalam buku ini bukanlah hal baru,
tetapi mengadaptasi dari beberapa teori dan masukan dari
berbagai sumber lain. Buku ini memiliki maksud dan tujuan
sebagai sarana penulis dan mahasiswa untuk berbagi kepada
pihak lain dalam menyampaikan ide, gagasan, dan pengamatan
kepada orang lain untuk saling memberi dan berbagi. Di
samping itu, mengajarkan mahasiswa untuk belajar menulis.
Menulis apa saja, mulai dari diary, puisi, novel, cerpen, atau
apapun. Menumpahkan segala ide dan pemikiran dalam
tulisan, untuk disimpan sebagai rekam jejak untuk dikenang di
kemudian hari.
Memang tidak mudah. Namun harus dicoba, berkali-kali
hingga menjadi sebuah kebiasaan. Di dalam buku ini, para
penulis, menyajikan kegelisahan dan kekhawatiran mereka
dalam menghadapi komunikasi antarbudaya terutama di era
yang sudah terkoneksi dengan digital. Mudahnya akses
informasi berbagai macam ragam bentuk budaya akan masuk
dengan mudah dan di akses oleh generasi muda. Kegelisahan

ix
ini dituangkan melalui tulisan ringan dengan cara dan gaya
bahasa mahasiswa dengan menggunakan berbagai pen-
dekatan untuk disampaikan kepada pembaca.
Trilogy buku ini (bisa saya sebut seperti itu) sebagai
ucapan terima kasih kepada Telkom University yang sudah
memberikan kesempatan mengajak mahasiswa untuk ber-
kolaborasi dalam tulisan. Buku ini disusun dengan waktu yang
sangat terbatas dan singkat. Penulis menyadari buku ini masih
jauh dari kata sempurna. Namun, berharap semoga trilogy
buku ini bermanfaat untuk semua pihak, mahasiswa, pembaca,
dan lainnya.

Bandung, April 2022


Tim Penulis,

Dr. Sa’diyah El Adawiyah, M.Si.,

x Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Menumbuhkan Sikap Nasionalisme pada
Generasi Z terhadap Pengaruh Masuknya
Budaya Asing di Era Globalisasi
Acasya Aretta Vernaputri

Saat ini teknologi terutama di bidang komunikasi telah


berkembang maju dengan pesat. Hal ini tentunya sangat
membantu manusia terutama dalam memperoleh informasi
baik dari dalam maupun luar negeri. Mudahnya memperoleh
informasi membuat tidak adanya batasan dalam mendapatkan
informasi atau menyebarkan informasi. Pada abad ke-21 saat
ini, dunia sudah masuk ke dalam era globalisasi. Giddens
mengatakan bahwa globalisasi merupakan proses radikalisasi
atau universalisasi nilai-nilai modern yang berasal dari
peradaban Barat ke seluruh dunia yang dapat berkembang
menjadi modernitas global (Giddens,1990). Di era globalisasi
ini media massa memiliki peranan yang cukup penting dalam
menyebarkan informasi kepada masyarakat luas. Melalui
media massa sebuah informasi mampu memersuasi atau
mempengaruhi pandangan hingga perilaku individu.
Tomlinson (1999) mengatakan bahwa globalisasi merupakan
suatu hal yang sulit ditolak dan belum tentu dapat memberi
manfaat bagi semua. Sebagian negara di dunia memiliki
anggapan bahwa globalisasi merupakan bentuk baru dari
penjajahan yang menggunakan kekuatan media yang
mendominasi dengan mengadopsi konten dengan unsur
budaya luar.
Masuknya budaya asing ke Indonesia secara bebas,
membuat masyarakat terutama remaja generasi Z dengan
mudah menerima budaya-budaya asing yang masuk melalui
media massa maupun internet. Remaja terutama generasi Z
dikhawatirkan belum bisa memilah budaya yang baik dan
buruk. Hal ini dikarenakan remaja generasi Z memiliki usia
yang sangat rentan terhadap pengaruh budaya dari luar yang
dapat mengubah gaya hidup hingga pola pikir. Masuknya

1
budaya asing di kalangan remaja juga dikhawatirkan dapat
mengikis nilai-nilai budaya Indonesia. Maka dari itu penting
sekali untuk menanamkan rasa atau nilai-nilai nasionalisme
bagi remaja untuk membuat batasan dan menjaga eksistensi
budaya bangsa Indonesia. Nasionalisme merupakan perasaan
atau sikap cinta tanah air yang harus dimiliki warga negara.
Globalisasi
Globalisasi adalah berkembangnya dalam hubungan
internasional yaitu di mana setiap negara di dunia mem-
pertahankan identitas masing-masing, namun menjadi
ketergantungan dengan satu sama lain (Scholte). Sedangkan
menurut Achmad Suparman, globalisasi merupakan proses
jadinya suatu benda atau perilaku sebagai ciri tiap individu di
dunia tanpa dibatasi wilayah. Masuknya era globalisasi ini
dicirikan dengan adanya kemajuan dan perkembangan
teknologi di berbagai bidang dan adanya aktivitas pertukaran
budaya tanpa disadari.
Budaya
Triandis mengatakan bahwa budaya adalah seperangkat
elemen subjektif dan objektif yangdiciptakan oleh manusia di
masa lalu. Adanya budaya telah meningkatkan kemungkinan
untukbertahan hidup karena dengan adanya budaya manusia
dapat berkomunikasi satu sama lain karena memiliki bahasa
dan hidup di waktu dan tempat yang sama. Rodriguez
mengatakan bahwa budaya mempengaruhi bagaimana kita
berhubungan dengan orang lain, berpikir, berperilaku, dan
bagaimana persepsi kita terhadap dunia. Menurut Sowell
budaya juga memiliki fungsi yaitu untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang praktis dan vital dan untuk mewariskan ilmu
pengetahuan dan pengalaman dari generasi sebelumnya
kepada generasi baruyang tidak memiliki pengalaman dengan
tujuan untuk menyelamatkan generasi baru dari kesalahan
yang terjadi sebelumnya. Selain itu, terdapat karakteristik
budaya, yaitu

2 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


1. Culture is Shared
Nolan mengatakan bahwa budaya merupakan pandangan
dunia sebuah kelompok. Sedangkan Haviland mengatakan
bahwa “Berbagi” yang dimaksud ini yaitu berbagi
seperangkat ide, persepsi, nilai, dan standar perilaku.
Haviland juga mengatakan bahwa budaya merupakan
denominator umum yang dapat membuat tindakan
individu dapat dipahami oleh orang lain yang
memungkinkan individu dapat memprediksi bagaimana
respon anggota lain dalam berperilaku di keadaan tertentu.
2. Culture is Transmitted from Generation to Generation
Seorang filsuf Amerika, Thoreau mengatakan bahwa
sebuah budaya dapat bertahan jika pesan dan elemen-
elemen penting budaya tidak hanya dibagikan namun juga
harus diwariskan ke generasi mendatang. Dengan
mewariskan budaya tersebut tentunya dapat membantu
pelestarian budaya.
3. Culture is Based on Symbols
Ferraro dan Andreatta mengatakan bahwa “Tanpa simbol
manusia tidak akan bisa menyimpan kearifan kolektif dari
masa lalu yang mengakibatkan kita mengulangi kesalahan
di masa lalu”.
4. Culture is Learned
Budaya harus dipelajari artinya, apa yang sudah dibagikan,
diwariskan dari generasi ke generasi, dan dilambangkan
perlu untuk dihayati oleh anggota masing-masingbudaya.
5. Culture is Dynamic
Budaya dapat berubah karena berbagai pengaruh,
banyaknya perubahan pada yang diakibatkan oleh massa
kolonisasi dan invasi atau perubahan budaya yang
disebabkan oleh teknologi baru dan globalisasi baik itu
berubah melalui bahasa, tradisi, bahkan persepsi terhadap
sesuatu.
Nasionalisme
Dikutip dari jurnal Nasionalisme Risteksidikti, Smith men-
gatakan nasionalisme merupakan pergerakan sebuah ideologi

Menumbuhkan Sikap Nasionalisme pada Generasi Z… 3


untuk mencapai pemerintahan sendiri dan untuk
kemerdekaan suatu golongan yang bertujuan men-
deklarasikan diri mereka sebagai bangsa yang sebenarnya.
Pembahasan
Studi ini menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh budaya asing dan bagaimana
generasi Z menumbuhkan sikap nasionalisme di tengah era
globalisasi dan masuknya budaya asing yang dapat mengikis
budaya bangsa. Terdapat 3 responden yang merupakan
generasi Z bersedia untuk berbagi informasi mengenai budaya
asing yang mempengaruhi keseharian dan bagaimana cara
mereka menumbuhkan rasa nasionalisme di tengah masuknya
budaya asing tersebut. Identitas dan foto diri responden tidak
akan diungkap untuk alasan etis. Responden terdiri dari 2
perempuan dan 1 laki-laki dengan rentang usia 13 hingga 21
tahun dan berstatus sebagai pelajar. Pada sesi wawancara,
terdapat beberapa pertanyaan yang diberikan kepada
responden. Daftar pertanyaannya adalah sebagai berikut:
1. Dari banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk ke
Indonesia, apakah ada yang mengubah perilaku, pola pikir,
atau gaya hidup keseharian?
2. Bagaimana cara Anda menanamkan sifat nasionalisme
dalam menangkal pengaruh buruk dari masuknya budaya
asing ke Indonesia?
3. Menurut Anda siapa yang paling berperan dalam
menumbuhkan jiwa nasionalisme?
4. Melalui media apakah anda dapat mengenal budaya asing?
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
Gen Z menunjukkan bahwa seluruh responden setuju bahwa
budaya asing mempengaruhi dan mengubah baik itu perilaku,
pola pikir dan gaya hidup. Responden 1 menyatakan bahwa
masuknya budaya asing mengubah gaya hidupnya yaitu lebih
sering menggunakan atau membeli produk pakaian luar
dibanding membeli produk lokal. Sementara responden 2 dan
3 mengatakan bahwa masuknya budaya asing di Indonesia
mempengaruhi cara berkomunikasi yang mulai berubah dari

4 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


zaman ke zaman. Responden 2 mengatakan bahwa saat ini
berkomunikasi dengan kerabat lebih sering dilakukan secara
singkat bahkan hanya melalui pesan teks, hal ini tentunya
sangat berbeda dengan budaya Indonesia yang ketika ber-
komunikasi biasa diawali dengan senyum, sapaan, dan salam.
Perubahan ini tentunya dapat mengikis budaya sopan santun
yang biasa diterapkan di Indonesia. Menurut John Tomlinson
dalam buku Globalization and Culture (1999) arus globalisasi
dapat melunturkan nilai budaya asli, hal ini dibuktikan melalui
pernyataan seluruh responden yang lebih memilih produk luar
dan adanya perbedaan dalam berkomunikasi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan melalui media
digital WhatsApp, ketiga responden memiliki cara yang
berbeda-beda untuk menanamkan rasa nasionalisme di
tengah era globalisasi. Responden 1 menyatakan bahwa untuk
menunjukkan rasa cinta tanah air responden 1 selalu meng-
konsumsi makanan tradisional Indonesia, mengkonsumsi
makanan khas tanah air tentunya dapat meningkatkan rasa
nasionalisme makanan tradisional merupakan salah satu
bentuk identitas atau jati diri bangsa. Sementara responden 2
mengatakan untuk menjaga rasa nasionalisme biasa dilakukan
dengan cara mencintai budaya Indonesia seperti gotong
royong, dan menjaga diri agar tidak terpengaruh budaya asing
seperti memiliki sifat individualis. Terakhir responden 3
mengatakan untuk menjaga sifat nasionalisme di tengah era
globalisasi dilakukan dengan cara memakai produk buatan
lokal atau barang asli Indonesia, dengan menggunakan produk
lokal diharapkan agar generasi muda terutama generasi Z
tidak lupa akan budayanya.
Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa 2 dari 3
responden mengatakan bahwa pendidikan dan keluarga
memiliki peran penting dalam upaya menumbuhkan jiwa
nasionalisme pada generasi Z, keduanya mengatakan bahwa
pendidikan dan keluarga merupakan lingkungan paling dekat
dan berpengaruh. Yani (2013) mengatakan bahwa untuk
menumbuhkan rasa dan jiwa nasionalisme pada generasi
muda bukan hanya tugas pemerintah namun juga mem-

Menumbuhkan Sikap Nasionalisme pada Generasi Z… 5


butuhkan peran masyarakat seperti keluarga maupun
lembaga pendidikan.
Peran Keluarga:
1. Memberikan contoh dengan memberikan penghormatan
kepada bangsa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memperlihatkan para pahlawan bangsa.
2. Memperkenalkan makanan khas Indonesia.
Peran Pendidikan:
1. Memberikan edukasi melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
2. Melakukan upacara bendera pada hari Senin.
3. Memberikan pendidikan moral kepada generasi muda agar
tidak muda terpengaruh dengan budaya asing.
Peran Pemerintah:
1. Mengadakan kegiatan yang mampu meningkatkan rasa
nasionalisme seperti melalui pameran atau seminar
mengenai budaya.
2. Mewajibkan untuk menggunakan pakaian batik pada
Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Berdasarkan hasil wawancara seluruh responden
menyatakan bahwa mereka mengenal atau mengetahui
budaya asing melalui media internet. Seiring berkembangnya
zaman, tentunya teknologi mengalami kemajuan yang pesat
salah satunya adalah media internet. Oetomo (2002)
mengatakan bahwa internet merupakan singkatan dari
International Network yang merupakan sebuah jaringan
komputer yang sangat besar yang terdiri dari jaringan-jaring
kecil yang saling terhubung. Melalui media internet seluruh
informasi dapat diakses tanpa adanya batasan, seperti salah
satu contohnya budaya asing.
Kesimpulan
Memasuki era globalisasi di mana teknologi dapat
berkembang dengan pesat di berbagai bidang terutama di
bidang komunikasi dan informasi membuat masuknya budaya

6 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


asing dengan mudah yang menyebabkan lunturnya budaya asli
dan rasa nasionalisme terutama pada generasi Z. Lunturnya
budaya asli ini dinyatakan oleh ketiga responden yang
mengatakan bahwa masuknya budaya asing mempengaruhi
pola gaya hidup bahkan cara berkomunikasi. Namun,
walaupun budaya asing telah memasuki Indonesia generasi Z
tetap menanamkan rasa nasionalisme dengan berbagai upaya
seperti menggunakan produk buatan lokal, makan makanan
tradisional Indonesia, hingga menjaga diri agar tidak ter-
pengaruh dari sifat individualis dengan cara sering bergotong
royong dengan warga. Ketiga responden mengatakan bahwa
Internet merupakan media utama masuknya budaya asing ke
Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara yang sudah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa walaupun budaya asing
sudah masuk dan mempengaruhi kehidupan masyarakat
terutama generasi Z, mereka tetap menanamkan rasa
nasionalisme mereka karena memiliki rasa nasionalisme
merupakan hal yang sangat penting dalam berbangsa dan
bernegara sebagai wujud rasa cinta dan hormat pada tanah air.

Menumbuhkan Sikap Nasionalisme pada Generasi Z… 7


Daftar pustaka

Giddens, A. 2001. Runaway World. Jakarta: Gramedia.

Larry A. Samovar, R. E. 2016. Communication Between Cultures.


Boston: CengageLearning.

Tomlinson, J. 1999. Globalization and Culture. Chicago: The


University of Chicago Press.

Yetti. 2014. Pengaruh Budaya Asing terhadap Remaja


Indonesia. Retrievedfrom Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/yetti05/54f9373fa3331
1b77f8b4877/pengaruh-budaya-asing-terhadap-
remaja-indonesia%203

Zulfikar, F. 2021. Nasionalisme: Arti, Tujuan, dan Contohnya.


Retrieved from detikEdu:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5643019/nasionalisme-arti-tujuan-dan-
contohnya#:~:text=Jakarta%20%2D%20Nasionalisme
%20adalah%20sikap%20atau,I
ndonesia%20dalam%20mencintai%20tanah%20airnya
.&text=Dalam%20perkembang
annya%20kata%20nation%20merujuk,negara

8 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Komunikasi Antarbudaya di Era Modern
Saat Ini
Three Bintang Nadeak

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di


antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda
bisa beda ras, etnik, atau sosial ekonomi, atau gabungan dari
semua perbedaan ini. kebudayaan adalah cara hidup yang
berkembang dan dianut oleh masyarakat serta berlangsung
dari generasi ke generasi. Dalam ilmu Sosiologi Komunikasi
menjelaskan bahwa komunikasi sebagai sebuah proses
memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi,
sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan,
pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, perilaku, dan perasaan-
perasaan, sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi ter-
hadap informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan
pada pengalaman yang pernah dia alami. Fenomena
komunikasi sangat dipengaruhi oleh media yang digunakan,
sehingga media kadang kala juga ikut mempengaruhi isi
informasi dan penafsiran, bahkan media juga merupakan
pesan itu sendiri. Contoh seorang pria yang memberikan
bunga kepada seorang gadis, maka pemberian tersebut dapat
diartikan sebagai ungkapan perasaan cinta, persahabatan,
perdamaian, simpati dan sebagainya. Dengan demikian hal
penting dalam komunikasi adalah bagaimana seseorang
memberikan tafsiran pada perilaku orang lain, seperti
misalnya pembicaraan, gerakan, sikap dan simbol-simbol yang
digunakan (Bungin, 2006: 57).
Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu
hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi
(receiver), saluran (media), dan penerima informasi
(audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi
yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk
disebarkan kepada masyarakat luas. Saluran adalah media
yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber

9
berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara
tatap muka maupun media massa yang digunakan untuk
khalayak umum. Sedangkan audience adalah perorangan atau
kelompok orang dan masyarkat yang menjadi sasaran
informasi atau yang menerima informasi. Selain tiga unsur ini,
yang terpenting dalam komunikasi adalah aktivitas memaknai
informasi yang disampaikan oleh sumber informasi dan
pemaknaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi dan
pemaknaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi
yang diterimanya. Pemaknaan terhadap informasi bersifat
subjektif dan kontekstual. Subjektif artinya masing-masing
pihak (sumber informasi dan audience) memiliki kapasitas
untuk memaknakan informasi yang disebarkan atau yang
diterimanya berdasarkan kepada apa yang dirasakan, diyakini,
dan ia mengerti serta berdasarkan pada tingkat pengetahuan
kedua belah pihak. Sedangkan sifat kontekstual adalah bahwa
pemaknaan itu berkaitan erat dengan kondisi waktu dan
tempat di mana informasi itu berada. Dengan demikian,
konteks sosial budaya ikut mewarnai kedua pihak dalam
memaknakan informasi yang disebarkan dan yang diterima.
Oleh karena itu sebuah proses komunikasi memiliki dimensi
yang sangat luas dalam pemaknaannya, karena dilakukan oleh
subjek-subjek yang beragam dan konteks sosial budaya yang
majemuk (Bungin, 2006: 57-58).
Komunikasi adalah proses di mana seseorang
(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang
(biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk
mengubah tingkah laku orang lain. Komunikasi itu men-
yangkut semua prosedur melalui pikiran seseorang dapat
mempengaruhi orang lainnya. Komunikasi merupakan meka-
nisme untuk melaksanakan kekuasaan dan merupakan
aktivitas yang datang dari pihak lain untuk mempengaruhi
(Arifin, 2010: 26).
Sedangkan Rosmawaty dalam bukunya Mengenal Ilmu
Komunikasi (2010: 17), sebagaimana dikutip oleh Apriadi
Tamburaka menyatakan bahwa komunikasi atau commu-
nication berasal dari bahasa latin “Communis”. Communis atau

10 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “Common” berarti
sama. Oleh karena itu, jika kita berkomunikasi (to
communicate), ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan
berusaha untuk menimbulkan suatu persamaan (commonness)
dalam hal sikap dengan seseorang. Dengan demikian,
komunikasi adalah sebagai proses meng-hubungi atau
mengadakan perhubungan. Atau dapat dijelaskan bahwa
komunikasi adalah merupakan proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
dapat menimbulkan efek tertentu. Komunikasi selalu
menghendaki adanya tiga unsur, yaitu sumber (source), pesan
(message), dan sasaran (destination) (Apriadi Tamburaka,
2013: 7).
Proses Komunikasi dalam Masyarakat
Sesungguhnya masyarakat itu memiliki struktur dan lapisan
(layer) yang bermacam-macam, ragam struktur, dan lapisan
masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat.
Semakin kompleks suatu masyarakat maka struktur
masyarakat itu semakin rumit pula. Kompleksitas masyarakat
juga ditentukan oleh ragam budaya dan proses-proses sosial
yang dihasilkannya. Berbagai proses komunikasi dalam
masyarakat terkait dengan struktur dan lapisan (layer)
maupun ragam budaya dan proses sosial yang ada di
masyarakat tersebut, serta tergantung pula pada adanya
pengaruh dan khalayaknya, baik secara individu, kelompok
ataupun masyarakat luas. Sedangkan subtansi bentuk atau
wujud komunikasi ditentukan oleh: (1) pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi (komunikator dan khalayak); (2)
cara yang ditempuh; (3) kepentingan atau tujuan komunikasi;
(4) ruang lingkup yang melakukannya; (5) saluran yang
digunakan; dan (6) isi pesan yang disampaikan. Sehubungan
dengan itu, maka kegiatan komunikasi dalam masyarakat
dapat berupa komunikasi tatap muka yang terjadi pada
komunikasi interpersonal dan kelompok serta kegiatan
komunikasi yang terjadi pada komunikasi massa (Bungin,
2006: 67).

Komunikasi Antarbudaya di Era Moderen Saat Ini 11


Proses komunikasi individu tak terlepas dari pengaruh
kelompok, namun konsep komunikasi ini hanya melihat apa
konten dari komunikasi yang dibangun oleh individu masing-
masing. Hal itu berbeda dengan konsep komunikasi kelompok,
di mana kontennya dipengaruhi oleh motivasi bersama dalam
kelompok, tujuan-tujuan yang ingin dicapai, persepsi bersama,
kesan-kesan yang tumbuh dalam kelompok, model kepe-
mimpinan yang dibangun, serta pengaruh-pengaruh eksternal
yang dialami oleh kelompok akan saling mempengaruhi
masing-masing anggota kelompok, termasuk juga terhadap
kelompok itu secara keseluruhan dan sampai pada tingkat
tertentu seluruh individu dalam kelompok dan kelompoknya
itu akan saling mengontrol atau mengendalikan satu dan
lainnya. Proses-proses yang terjadi di dalam komunikasi
kelompok memungkinkan unsur-unsur kebudayaan, norma
sosial, kondisi situasional, tatanan psikologi, sikap mental,
konteks tradisi kultural maupun pengaruh ritual semuanya
berproses dan turut menentukan proses-proses komunikasi
(Bungin, 2006: 67).
Komunikasi kelompok merupakan proses yang
sistematik dan terstruktur serta membentuk suatu sistem
yang terdiri dari komponen-komponen sistemnya, seperti
konteks komunikator, konteks pesan dan konstruksi ide,
konteks pola interaksi, konteks situasional, konteks sikap-
sikap individu terhadap kelompok, dan konteks toleransi yang
ada dalam kelompok itu sendiri. Oleh karena itu dalam
memahami komunikasi kelompok, maka yang diperlukan
adalah pemahaman tentang budaya, nilai-nilai, sikap dan
keyakinan komunikator, konteksnya, orientasi kultural
kelompok, dan serangkaian faktor psikologis (Bungin, 2006:
69).
Komunikasi Antarbudaya di Era Modern
Kehidupan modern itu ditandai dengan adanya peningkatan
kualitas perubahan sosial yang lebih jelas yang sudah
meninggalkan fase transisi (kehidupan desa yang sudah maju).
Kehidupan masyarakat modern sudah kosmopolitan dengan

12 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


kehidupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme
di segala bidang, dan penghargaan terhadap profesi menjadi
kunci hubungan sosial di antara elemen masyarakat. Namun di
sisi lain, sekularisme menjadi sangat dominan dalam sistem
religi dan kontrol sosial masyarakat dan sistem kekerabatan
sudah mulai diabaikan. Anggota masyarakat hidup dalam
sistem yang sudah mekanik, kaku, dan hubungan-hubungan
sosial ditentukan berdasarkan pada kepentingan masing-
masing kepentingan masyarakat. Masyarakat modern pada
umumnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari
masyarakat transisi sehingga memiliki pengetahuan yang
lebih luas dan pola pikir yang lebih rasional dari semua
tahapan kehidupan masyarakat sebelumnya, walaupun
kadang pendidikan formal saja tidak cukup untuk meng-
antarkan masyarakat pada tingkat pengetahuan dan poal pikir
semacam itu. Secara demografis masyarakat modern
menempati lingkungan perkotaan yang cenderung gersang
dan jauh dari situasi yang sejuk dan rindang (Bungin, 2006:
94).
Dalam era modern ini muncul dan berkembang berbagai
model dan bentuk dalam komunikasi antarbudaya. Ada
beberapa jenis atau model komunikasi yang menjadi bagian
dari komunikasi antarbudaya. Di antaranya adalah sebagai
berikut (Purwasito, 2003:122):
1. Komunikasi internasional (international communications),
yaitu proses komunikasi antara bangsa dan negara.
Komunikasi ini tercermin dalam diplomasi dan pro-
paganda, dan seringkali berhubungan dengan situasi
intercultural (antarbudaya) dan interracial (antarras).
Komunikasi internasional lebih menekankan kepada
kebijakan dan kepentingan suatu negara dengan negara
lain yang terkait dengan masalah ekonomi, politik,
pertahanan, dan lain-lain. Menurut Maletzke, komunikasi
antarbudaya lebih banyak menyoroti realitas sosiologis dan
antropologis, sementara komunikasi antarbangsa lebih
banyak mengkaji realitas politik. Namun demikian,

Komunikasi Antarbudaya di Era Moderen Saat Ini 13


komunikasi internasional (antarbangsa) pun masih
merupakan bagian dari komunikasi antarbudaya.
2. Komunikasi antarras (interracial communication), yaitu
suatu komunikasi yang terjadi apabila sumber dan
komunikan berbeda ras. Ciri penting dari komunikasi
antarras ini adalah peserta komunikasi berbeda ras. Ras
adalah sekelompok orang yang ditandai dengan ciri-ciri
biologis yang sama. Secara implisit komunikasi antarras ini
termasuk ke dalam komunikasi antarbudaya. Hambatan
utama dalam komunikasi antar-ras ini adalah sikap curiga
kepada ras lain. Misalnya orang Jepang berkomunikasi
dengan orang Amerika.
3. Komunikasi antaretnis (interethnic communication), yaitu
berkaitan dengan keadaan sumber komunikannya, sama
ras/suku bangsa tetapi berbeda asal etnis dan latar
belakangnya. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang
ditandai dengan bahasa dan asal-usul yang sama. Oleh
karena itu komunikasi antaretnik merupakan komunikasi
antarbudaya. Misalnya, komunikasi antara orang-orang
Kanada Inggris dengan Kanada Prancis. Mereka sama- sama
warga negara Kanada, sama rasnya tetapi mempunyai latar
belakang, perspektif, pandangan hidup, cita-cita, dan
bahasa yang berbeda.
Adapun bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya adalah
meliputi bentuk-bentuk komunikasi lain, yaitu sebagaimana
berikut ini (DeVito, 1997:480):
1. Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda.
Misalnya, antara orang Katolik Roma dengan Episkop, atau
antara orang Islam dan orang Yahudi.
2. Komunikasi antara subkultur yang berbeda. Misalnya,
antara dokter dan pengacara, atau antara tunanetra dan
tunarungu.
3. Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang
dominan. Misalnya, antara kaum homoseks dan kaum
heteroseks, atau antara kaum manula dan kaum muda.
4. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu
antara pria dan wanita.

14 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Komunikasi antarbudaya diartikan sebagai komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar
belakang kebudayaan. Definisi lain mengatakan bahwa yang
menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber dan
penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Fred E. Jandt
sebagaimana dikutip oleh Purwasito mengartikan komunikasi
antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-
orang yang berbeda budayanya (intercultural communication
generally refers to face-to face interaction among people of
divers culture). Sedangkan Collier dan Thomas yang juga
dikutip oleh Purwasito, mendefinisikan komunikasi
antarbudaya “As communication between persons who identity
themselves as distict from other in a cultural sense” (Purwasito,
2003:122).
Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan
adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah
anggota suatu budaya yang lainnya. Dalam keadaan demikian,
kita segera dihadapkan kepada masalah-masalah penyandian
pesan, di mana dalam situasi komunikasi suatu pesan disandi
dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya
lain. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication)
adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-
orang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi antara
orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau komunitas
bahasa, komunikasi tersebut disebut komunikasi antarbudaya.
Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana
budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi: apa
makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya
bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, bagaimana
cara mengomunikasikannya (verbal nonverbal), kapan men-
gomunikasikannya (Mulyana, 2004: xi).
Komunikasi antarbudaya merupakan istilah yang
mencakup arti umum dan menunjukkan pada komunikasi
antara orang-orang yang mempunyai latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Dalam perkembangannya,
komunikasi antarbudaya sering kali disamakan dengan
komunikasi lintas budaya (cross cultural communication).

Komunikasi Antarbudaya di Era Moderen Saat Ini 15


Komunikasi lintas budaya lebih memfokuskan pem-
bahasannya kepada membandingkan fenomena komunikasi
dalam budaya-budaya berbeda. Misalnya, bagaimana gaya
komunikasi pria atau gaya komunikasi wanita dalam budaya
Amerika dan budaya Indonesia. Bahwa sesungguhnya esensi
yang membedakan antara komunikasi antarbudaya dengan
komunikasi lintas budaya pada dasarnya adalah sebagaimana
sebutan komunikasi lintas budaya yang sering digunakan para
ahli untuk menyebutkan makna komunikasi antarbudaya.
Perbedaannya barangkali terletak pada wilayah geografis
(negara) atau dalam konteks rasial (bangsa). Tetapi juga untuk
menyebut dan membandingkan satu fenomena kebudayaan
dengan kebudayaan yang lain, (generally refers to comparing
phenomena across cultures), tanpa dibatasi oleh konteks
geografis maupun ras atau etnik. Misalnya, kajian lintas
budaya tentang peran wanita dalam suatu masyarakat
tertentu dibandingkan dengan peranan wanita yang berbeda
setting kebudayaannya. Itulah sebabnya komunikasi lintas
budaya didefinisikan sebagai analisis perbandingan yang
memprioritaskan relativitas kegiatan kebudayaan, a kind of
comparative analysis which priorities the relativity of cultural
activities (Purwasito, 2003:125).
Alo Liliweri dalam bukunya yang berjudul “Dasar- Dasar
Komunikasi Antarbudaya”, menjelaskan bahwa komunikasi
lintas budaya ini lebih menekankan perbandingan pola-pola
komunikasi antarpribadi di antara peserta komunikasi yang
berbeda kebudayaan. Pada awalnya studi lintas budaya
berasal dari perspektif antropologi sosial dan budaya sehingga
dia lebih bersifat depth description, yakni penggambaran yang
mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan kebu-
dayaan tertentu. Oleh karena itu, komunikasi antarbudaya
sejatinya lebih luas dan lebih komprehensif daripada
komunikasi lintas budaya. Penekanan antarbudaya terletak
pada orang-orang yang terlibat komunikasi memiliki
perbedaan budaya. Ia dapat dijumpai dalam komunikasi lintas
budaya, komunikasi antarras, komunikasi internasional, dan
sebagainya, sepanjang kedua orang yang melakukan ko-

16 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


munikasi tersebut memiliki latar belakang budaya yang
berbeda (Liliweri, 2013: 22).
Realitas sosial yang ada menunjukkan bahwa proses
interaksi tidak hanya melibatkan aktivitas perilaku, tetapi juga
aktivitas psikologis setiap individu yang terlibat. Oleh karena
itu, interaksi juga secara aktif melibatkan fungsi-fungsi
psikologis seseorang baik dalam kaitannya dengan orang lain
maupun dalam intern dirinya sendiri. Misalnya ketika
seseorang sedang berinteraksi dengan orang lain dalam suatu
komunitas baru masing-masing akan melakukan persepsi
secara aktif, baik tentang orang lain maupun tentang dirinya
sendiri. Bersamaan dengan proses interaksi itu, ia se-
sungguhnya telah ikut secara aktif mengonstruksi ling-
kungannya. Interaksi yang berlangsung pun selalu melibatkan
aspek aktivitas psikologis, yang dalam contoh kasus ini
sekurang kurangnya terjadi proses persepsi interpersonal.
Pada praktiknya, proses tersebut juga berlangsung melalui
tahapan adopsi dan adaptasi sehingga pada saat yang sama di
antara mereka juga berlangsung proses penerimaan dan
penolakan peran-peran yang diamainkan oleh setiap individu
yang terlibat (Muhtadi, 2012: 190-191).
Sedangkan dalam konteks kebudayaan, agama dapat
dikategorikan sebagai faktor pembentuk pola komunikasi
antar budaya sehingga interaksi yang berlangsung dalam
aktivitas komunikasi seperti itu secara bersamaan ber-
langsung pula tahap orientasi untuk menemukan kesamaan
karakteristik yang dimiliki oleh tiap-tiap pelaku komunikasi.
Model komunikasi antarbudaya mengilustrasikan terjadinya
penetrasi kultural di antara budaya-budaya yang terlibat.
Dengan meminjam model tersebut, dapat digambarkan
terjadinya penetrasi agama dalam batas-batas toleransi
tertentu. Penetrasi yang dimaksud tentu saja tidak
berlangsung dalam proses perubahan keyakinan, tetapi hanya
melibatkan aspek-aspek kesadaran sosial yang biasanya
diwujudkan dalam sikap saling menghormati perbedaan
agama, baik intern umat beragama maupun antar umat
beragama (Muhtadi, 2012: 191).

Komunikasi Antarbudaya di Era Moderen Saat Ini 17


Konsep komunikasi antarbudaya yang bersumber pada
perbedaan agama dalam perspektif sosiologis-antropologis
melahirkan rumusan berbeda agama. Persepsi manusia
terhadap Tuhannya jika ditelaah lebih mendalam amat bersifat
pribadi sesuai dengan daya dan kemampuan menangkap
tanda-tanda Tuhan di bumi. Tentu saja, apa yang telah ia
peroleh tentang Tuhan dari lingkungan sosial dan alam
sekitarnya, melalui pelajaran dan pendidikan menjadi rujukan
penting bagi pengenalan terhadap Tuhan. Akan tetapi, pada
tahapan berikutnya ia merumuskan sendiri konsep dan pan-
dangannya tentang Tuhan dan mengekspresikannya sesuai
dengan persepsinya itu. Pandangan inilah yang kemudian
digunakan dalam mengonstruksi lingkungan sosialnya ter-
masuk di dalamnya yaitu lingkungan sosial keagamaan. Dalam
konteks inilah, “Berbeda agama” bukan hanya berbeda anutan
agama yang sifatnya institusional formal seperti pemeluk
Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha, tetapi juga berbeda paham-
paham keagamaan yang termanifestasikan ke dalam bentuk
kelompok-kelompok sosial seperti nahdliyin (NU),
Muhammadiyah, Persis, Jamaah Tabligh, bahkan di dalamnya
termasuk pemeluk-pemeluk yang menganggap dirinya netral
dari afiliasi kelompok tertentu, meskipun pada kenyataannya
ia tetap berada pada satu mainstream tertentu, setidaknya
dalam alur pemikiran dirinya sendiri (Muhtadi, 2012: 190-
195).
Kesimpulan
Bahwa sudah menjadi kodrat Tuhan yang Maha Kuasa
menjadikan manusia sebagai makhluk yang unik yang harus
melakukan hubungan sosial satu dengan yang lainnya. Allah
telah menciptakan manusia berbagai macam suku yang
melahirkan beragam budaya. Di sinilah, arti pentingnya
manusia memahami budaya satu dengan yang lainnya melalui
sarana yang disebut komunikasi. Komunikasi adalah sebuah
sarana dan alat untuk memasuki suatu proses kehidupan yang
lebih beradap. Oleh karena itu, tanpa komunikasi manusia
akan terhenti dalam membangun sebuah peradaban. Dengan

18 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


demikian, faktor yang paling dalam berkomunikasi adalah
bagaimana kita mampu mengenali budaya orang lainnya
untuk membangun sinergitas kebutuhan yang sama-sama
diperlukan bagi semua masyarakat, agar terjadi kestabilan dan
kenyamanan bersama.
Dalam konteks komunikasi untuk berdakwah maka
hendaknya kita mampu mencontoh dan meneladani para
walisongo yang mampu menerapkan pola komunikasi efektif
dalam lintas budaya dan agama, sehingga apa yang dilakukan
oleh para walisongo membuahkan hasil yang luar biasa besar
bagi masyarakat Islam yang ada di Indonesia. Khususnya
adalah masyarakat Jawa. Dengan pendekatan para walisongo
yang sangat humanis dan sangat toleran maka mudah sekali
ajarannya diterima oleh masyarakat di mana pun para
walisongo itu berada.

Komunikasi Antarbudaya di Era Moderen Saat Ini 19


Daftar Pustaka

Acep Aripudin. 2012. Dakwah Antarbudaya. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Alo Liliweri. 2013. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya.


Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Andrik Purwasito. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta:


Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Apriadi Tamburaka. 2013. Agenda Setting Media Massa.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arifin, Anwar. 2010 Ilmu Komunikasi sebuah Pengantar


Ringkas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma,


dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Joseph A. Devito. 1997. Komunikasi Antarmanusia: Kuliah


Dasar. Jakarta: Professional Books.

Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mutadi, Asep Saeful. 2012. Komunikasi Dakwah: Teori,


Pendekatan dan Aplikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.

Nurudin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

20 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. 1996. Human
Communication: Konteks- konteks Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:


Grasindo.

Komunikasi Antarbudaya di Era Moderen Saat Ini 21


22 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore
Komunikasi Antarbudaya yang Terjadi
dalam Masyarakat Multikultural pada
Usia 17-21 Tahun di Kota Bogor
Syifarina Mutiara Oktaviani

Masyarakat Indonesia merupakan salah satu contoh nyata


masyarakat multikultural yang terdiri dari berbagai suku,
agama, dan ras. Suku, agama, dan ras merupakan identitas
yang unik dalam arti selalu melekat pada setiap individu atau
kelompok dalam setiap masyarakat. Keanekaragaman budaya
Indonesia hadir sebagai negara kepulauan karena faktor
geografis. Keanekaragaman juga tercipta karena posisi
Indonesia pada jalur perdagangan dunia, dengan interaksi
yang lebih erat dengan budaya lain. Indonesia terdiri dari
sekitar 656 suku bangsa, termasuk 300 bahasa daerah. Budaya
yang sangat beragam dapat juga menimbulkan perbedaan
persepsi. Berdasarkan hal tersebut budaya memiliki pengaruh
besar, pola pikir seseorang dapat berbeda tergantung pada
bagaimana seseorang mempersepsikan apa yang dilihat,
dirasakan, dan dialami.
Nilai-nilai moral dan tata krama masyarakat berbeda-
beda dari satu budaya ke budaya lainnya. Pada masyarakat
seperti remaja akan mengalami proses perubahan di mana
perilaku dan pola pikir yang awalnya kekanakan menjadi lebih
dewasa. Perilaku itu merupakan semua aktivitas remaja baik
yang dapat maupun tidak dapat diamati, sementara pola pikir
adalah cara menilai dan memberikan kesimpulan terhadap
sesuatu berdasarkan sudut pandang tertentu. Anak-anak akan
berpikir secara konkrit, remaja akan berpikir lebih abstrak,
dan orang dewasa akan berpikir lebih filosofis, berpikir jauh
ke depan, serta dapat melihat dari berbagai sudut pandang. Hal
Ini memberi masyarakat pemahaman yang luas dan benar-
benar diterima tentang kelompok. Ini adalah nilai budaya yang
seseorang rasakan dan akui ada yang salah atau benar,
tergantung pada budaya yang dianutnya.

23
Hal tersebut sejalan dengan komunikasi antarbudaya
yaitu komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda. Berdasarkan dari
penjelasan di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam
penelitian ini, yaitu bagaimana komunikasi antarbudaya yang
terjadi dalam masyarakat multikultural pada usia 17-21 tahun
di kota Bogor. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ber-
manfaat untuk dijadikan bahan pembelajaran atau literasi
mengenai komunikasi antarbudaya dan masyarakat
multikultural. Dengan demilikian, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pola pikir remaja yang berusia
17-21 tahun terhapad komunikasi antarbudaya yang terjadi
dalam masyarakat multikultural.
Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication
berasal dari kata Latin communication, membentuk kata benda
communio, yang dalam bahasa inggris disebut dengan
communion, yang berarti kebersamaan, persatuan, per-
sekutuan gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk
melakukan communio diperlukan usaha dan kerja. Kata
communio dibuat kata kerja communicate yang berarti
membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, mem-
bicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu
kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran,
berhubungan, berteman. Jadi, komunikasi berarti pem-
beritahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau
hubungan. West & Turner mengatakan bahwa komunikasi
adalah proses sosial di mana individu menggunakan simbol
untuk membentuk dan menafsirkan makna dalam lingkungan
mereka. (IDRIS, 2020)
Pengertian Budaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya memiliki arti
akal budi, secara umum, budaya dapat diartikan sebagai suatu
cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia, yang
telah berkembang dan diturunkan dari generasi ke generasi
dari sesepuh kelompok tersebut.

24 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Menurut Clyde Kluckhohn dan William Henderson
Kelly dalam bukunya The concept of culture, pengertian
budaya adalah semua rancangan hidup yang diciptakan secara
historis baik secara eksplisit, implisit, rasional, irasional, dan
non rasional, yang ada pada waktu tertentu sebagai panduan
potensial dalam perilaku manusia. Sedangkan ungkapan
budaya dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang berarti akal
budi, pikiran, sesuai yang termanifestasi dengan akal budi
(Abdi, 2021).
Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di
antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda
(bisa ras, etnis, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua
perbedaan ini). (IDRIS, 2020). Sedangkan Deddy Mulyana
mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya (Inter Cultural
Communication) adalah proses pertukaran pikiran dan
makna antar orang-orang yang berbeda budayanya (Santoso,
2017).
Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal
balik. Budaya mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya,
komunikasi mempengaruhi budaya. Kesamaan budaya dalam
persepsi membantu menyampaikan makna yang cenderung
mirip dengan realitas atau peristiwa sosial tertentu
(Wulandary, 2016).
Pengertian Masyarakat
Secara umum masyarakat adalah sejumlah manusia yang
merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap
dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti; sekolah,
keluarga, perkumpulan. Selain itu, pengertian masya-
rakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup
bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan
bersama yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-
norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam lingkungannya.
Sedangkan masyarakat yang berasal dari bahasa Arab yaitu
"Musyarak" (Donny Prasetyo; Irwansyah, 2020).

Komunikasi Antarbudaya yang Terjadi dalam Masyarakat Multikultural… 25


Pengertian Multikultural
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pandangan seseorang tentang keragaman
kehidupan di dunia atau kebijakan budaya menekankan
penerimaan keragaman dan keragaman jenis budaya
(multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat ber-
kaitan dengan nilai, sistem, budaya, adat istiadat, dan politik
yang dianutnya (IDRIS, 2020). Sedangkan, komu-
nikasi multikultural merupakan proses komunikasi yang ter-
jadi di dalam masyarakat yang berbagai suku, agama dan
budaya. Dalam kehidupan masyarakat terjadi interaksi antara
individu atau kelompok bahkan antar masyarakat (Fitria,
2017). Masyarakat termasuk kelompok etnis atau kelompok
yang berbeda budaya, tetapi dihubungkan oleh kepentingan
bersama, yaitu formal dalam di dalam suatu tempat. Dalam
masyarakat multikultural, ada banyak budaya hidup bersama
dan hidup berdampingan dan saling berinteraksi dalam suatu
masyarakat.
Pengertian Masyarakat Multikultural
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang ter-
diri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala
kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai
dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah,
adat serta kebiasaan. Sedangkan menurut Nasikun, masya-
rakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua
atau lebih dari tatanan sosial, masyarakat, atau kelompok yang
secara kultural, ekonomi, dan politik dipisahkan (diisolasi),
dan memiliki struktur kelembagaan dan berbeda satu sama
lain (2, 2021).
Remaja
Menurut Santrock (2006), adolescence atau masa remaja
adalah periode perkembangan yang merupakan periode
transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa
(Hapsari, 2017).
Monks (1999) membagi remaja dalam
tiga kelompok usia, yaitu

26 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


1. Early Adolescence (remaja awal)
Berada pada rentang usia 12-15 tahun. Pada masa ini
terdapat sikap dan sifat negatif yang belum terlihat dalam
masa kanak-kanak. Menurut Ahmadi dan Sholeh (dalam
Monks, 1999), individu sering merasa bingung, cemas,
takut, dan gelisah (Hapsari, 2017).
2. Middle Adolescence (remaja pertengahan)
Berada pada rentang usia 15-18 tahun. Pada masa ini
individu menginginkan sesuatu dan mencari-cari sesuatu.
Menurut Ahmadi dan Sholeh (dalam Monks, 1999), merasa
sunyi dan merasa tidak bisa mengerti dan tidak dimengerti
oleh orang lain (Hapsari, 2017).
3. Late Adolescence (remaja akhir)
Berada pada rentang usia 18-22 tahun. Menurut Ahmadi
dan Sholeh (dalam Monks, 2001), pada masa ini individu
mulai merasa stabil, mulai mengenal dirinya, mulai
menyadari tujuan hidup dan mempunyai pendirian
tertentu (Hapsari, 2017).
Hasil dan Pembahasan
Wawancara dilakukan secara online pada tanggal 15
Desember 2021 kepada 3 orang informan yang berusia 17
sampai 21 tahun. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
apakah informan mengetahui konsep dari komunikasi
antarbudaya dalam masyarakat multikultural dan dapat
mengetahui perbedaan yang ada pada setiap individu.
Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi juga terjadi dalam konteks material dan sosial,
karena komunikasi bersifat interaktif, sehingga komunikasi
tidak dapat terjadi dalam isolasi. Ini adalah materi dan konteks
sosial kemudian pikirkan tentang bagaimana seseorang hidup
dan berinteraksi orang lain untuk menciptakan pola interaksi
dalam masyarakat kemudian menjadi budaya.
Budaya adalah tentang cara hidup orang, bahasa,
persahabatan, dan kebiasaan makan, praktik komunikasi,
tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi
semuanya dimodelkan bahwa dalam masyarakat budaya ada

Komunikasi Antarbudaya yang Terjadi dalam Masyarakat Multikultural… 27


sesuatu yang konseptual yang membangkitkan tertarik, dalam
istilah formal budaya diartikan sebagai tatanan pengetahuan,
Pengalaman, keyakinan, nilai, sikap, rasa hierarki, agama,
waktu, peran, hubungan spasial, konsep alam semesta, benda-
benda fisik dan sifat-sifatnya diperoleh oleh sekelompok orang
dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan
kelompok. Berdasarkan hasil wawancara pada informan I, II,
dan III, informan tersebut mengetahui dan memahami arti dari
komunikasi antarbudaya.
Pertanyaan: Apakah Anda mengetahui dan memahami
arti dari komunikasi antarbudaya?
1. Informan 1, mengatakan “Ya saya mengetahui dan
memahami arti komunikasi antarbudaya, itu adalah salah
satu bentuk wujud nyata yang sering terjadi di lingkungan
sekitar. Bagaimana kita harus saling menghargai budaya yg
ada di daerah masing-masing”.
2. Informan II, mengatakan “Ya, komunikasi antarbudaya
sendiri merupakan interaksi antar budaya”.
3. Informan III, mengatakan “Iya”.
Multikultural
Multikulturalisme memiliki arti yaitu perbedaan di dalam
kelompok sosial tertentu. Perbedaan yang dimaksud bisa
berupa perbedaan suku, agama, ras, dan sebagainya.
Masyarakat multikultur adalah masyarakat yang terdiri dari
beberapa suku bangsa dan kebudayaan. Contoh masya-
rakat multikultural adalah masyarakat Indonesia. Sesuai
dengan slogan dari negara Indonesia yaitu “Bhinneka tunggal
ika, tan hana dharma mangrwa”, yang berarti berbeda-beda
itu, satu itu, tak ada pengabdian yang mendua (Vanya Karunia
Mulia Putri, 2020).
Berdasarkan hasil wawancara pada informan I, II, dan
III, mereka memahami dan mengetahui arti dari
multikulturalisme.

28 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pertanyaan: Apakah Anda mengetahui dan memahami
arti dari komunikasi Multikulturalisme?
1. Informan 1, mengatakan “Ya saya memahami, multikultural
yaitu bentuk masyarakat yang mempunyai banyak budaya
dan adat istiadat yang berbeda dari berbagai suku”.
2. Informan II, mengatakan “Ya, multikultural adalah
masyarakat yang bersifat heterogen yang terdiri”.
3. Informan III, mengatakan “Iya”.
Pengalaman Berkomunikasi
Pengalaman berkomunikasi adalah sesuatu yang dialami
individu dan berkaitan dengan aspek komunikasi, meliputi
proses, simbol maupun makna yang dihasilkan, serta
dorongannya pada tindakan. Komunikasi merupakan suatu
proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak lain (Permana & Suzan, 2018). Ber-
dasarkan hasil wawancara pada informan I, II, dan III, mereka
memiliki pengalaman berkomunikasi dengan seseorang yang
memiliki latar budaya yang berbeda.
Pertanyaan: Apakah Anda memiliki pengalaman
berkomunikasi dengan seseorang yang memiliki latar
budaya yang berbeda?
1. Informan 1, mengatakan “Ya, saya pernah mengalami
berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya”.
2. Informan II, mengatakan “Pernah”.
3. Informan III, mengatakan “Iya”.
Persepsi dan Pola Pikir
Persepsi adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris.
Stimulus tersebut akan diteruskan dan proses selanjutnya
merupakan proses persepsi (Walgito, 2010). Sedangkan pola
pikir adalah cara menilai dan memberikan kesimpulan
terhadap sesuatu berdasarkan sudut pandang tertentu.
Perbedaan pola pikir seseorang disebabkan oleh bedanya
jumlah sudut pandang yang dijadikan dasar, landasan atau
alasan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa

Komunikasi Antarbudaya yang Terjadi dalam Masyarakat Multikultural… 29


persepsi setiap manusia akan berbeda tergantung dari pola
pikir manusia itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara pada
informan I, II, dan III, mereka memiliki pandangan yang
berbeda terhadap seseorang yang memiliki latar budaya yang
berbeda dengan informan.

Pertanyaan: Apa pandangan Anda terhadap seseorang


yang memiliki latar budaya yang berbeda dengan Anda?
Informan 1, mengatakan “Mungkin agak aneh karena kita baru
saja melihat budaya yang berbeda dengan lingkungan di
sekitar, tetapi kita harus tetap menghargai itu.”
1. Informan I merasakan keanehan karena merasa berbeda
budaya dengan lingkungan di sekitarnya namun dengan
adanya perbedaan tersebut harus tetap menghargai adanya
perbedaan budaya tersebut.
2. Informan II, mengatakan “Harus saling menghargai dengan
setiap adanya perbedaan”. Dengan adanya perbedaan
budaya tidak membuat kita untuk tidak menghargai
perbedaan justru perbedaan budaya tersebut harus di
hargai.
3. Informan III, mengatakan “Menurut saya sebuah perbedaan
latar budaya merupakan hal yang menarik dan dengan hal
itu saya pribadi bisa lebih tau mengenai budaya lain dengan
adanya perbedaan-perbedaan itu”. Informan II merasa
bahwa perbedaan latar budaya merupakan suatu hal yang
menarik, sehingga pribadi informan dapat mengetahui
lebih banyak mengenai budaya lain dengan adanya
perbedaan-perbedaan yang ada.
Tanggapan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tang-
gapan berasal dari kata tanggap yang berarti sambutan
terhadap ucapan (kritik, komentar, dan sebagainya). Dari
pengertian di atas, teks tanggapan dapat diartikan sebagai
teks yang berisi komentar atau evaluasi tentang suatu hal
(Saptoyo, 2020). Berdasarkan hasil wawancara pada informan
I, II, dan III, mereka memiliki cara yang berbeda dalam

30 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


menanggapi perbedaan persepsi dengan orang yang memiliki
latar budaya yang berbeda.
Pertanyaan: Bagaimana cara Anda menanggapi
perbedaan persepsi dengan orang yang memiliki latar
budaya yang berbeda?
1. Informan 1, mengatakan “Harus menghargai perbedaan
yang ada, harus memiliki rasa toleransi yang tinggi
terhadap perbedaan itu”.
2. Informan I menanggapi dengan cara menghargai setiap
perbedaan latar budaya dan harus memiliki rasa toleransi
yang tinggi terhadap setiap perbedaan latar budaya.
3. Informan II, mengatakan “Saling memahami dan meng-
hargai budaya mereka yang berbeda dari kita”.
4. Informan II menanggapi dengan cara saling memahami
terhadap setiap perbedaan latar budaya yang berbeda dari
setiap individu.
5. Informan III, mengatakan “Perbedaan persepsi merupakan
hal yang wajar terjadi menurut saya, jika kita memiliki latar
belakang yang berbeda-beda dari situlah kita bisa saling
belajar menghargai dan memahami masing-masingnya”.
6. Informan III menanggapi dengan cara mengambil pelajaran
dari setiap perbedaan latar budaya dengan orang lain serta
saling memahami dan menghargai setiap perbedaan
persepsi dengan individu yang memiliki latar budaya yang
berbeda.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, remaja berusia 17-21
tahun di kota Bogor dapat memahami dan mengetahui konsep
dari komunikasi antarbudaya dan multikultural. Dengan
adanya perubahan zaman secara terus menerus tidak
menutup kemungkinan setiap remaja atau individu tidak
dapat mengetahui hal tersebut, masyarakat di kota Bogor juga
memiliki pandangan yang berbeda terhadap perbedaan latar
budaya berdasarkan dengan persepsi dan pola pikir dari setiap
individu, masyarakat juga dapat menanggapi perbedaan latar

Komunikasi Antarbudaya yang Terjadi dalam Masyarakat Multikultural… 31


budaya dengan baik sesuai dengan cara yang berbeda dari
setiap individu.

32 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Daftar Pustaka

Abdi, H. 2021. Pengertian Budaya Menurut Para Ahli Beserta


Unsur dan Fungsinya. 09 Juni, 1. https://hot.liputan6.
com/read/4577286/pengertian-budaya-menurut-
para-ahli-beserta-unsur-dan-fungsinya

D. P. 2021. Masyarakat Multikultural. 16 November.


https://www.dosenpendidikan.co.id/masyarakat-
multikultural/

Donny Prasetyo; Irwansyah. 2020. MEMAHAMI MASYARAKAT


DAN PERSPEKTIFNYA. Jurnal Manajemen Pendidikan
Dan Ilmu Sosial, 1(1), 13. https://doi.org/
10.38035/JMPIS

Fitria, R. 2017. Strategi Komunikasi Pada Masyarakat


Multikultural. 21–28.

Hapsari, W. P. 2017. Apakah yang dimaksud dengan remaja,


dilihat dari sudut pandang psikologi? 17 Juli.
https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-
dengan-remaja-dilihat-dari-sudut-pandang-
psikologi/8819

IDRIS, S.2020. Komunikasi Antarbudaya Pada MasyaIDRIS, S.


(2020). Komunikasi Antarbudaya Pada Masyarakat
Multikultural Di Desa Oi Bura Kecamatan Tambora
Kabupaten Bima.rakat Multikultural Di Desa Oi Bura
Kecamatan Tambora Kabupaten Bima.

Permana, R. S. M., & Suzan, N. 2018. Pengalaman Komunikasi


Dan Konstruksi Makna “Otaku” Bagi Penggemar Budaya
Jepang (Otaku). Jurnal Ilmu Politik Dan Komunikasi, 8(1).
https://doi.org/10.34010/jipsi.v8i1.887

Komunikasi Antarbudaya yang Terjadi dalam Masyarakat Multikultural… 33


Santoso, R. 2017. Pola Komunikasi Antarbudaya Dan
Kerukunan Hidup Bermasyarakat. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Saptoyo, R. D. A. 2020. Contoh Teks Tanggapan Singkat Beserta


Strukturnya. 30 November, 1. https://www.kompas.
com/skola/read/2020/11/30/205037869/contoh-
teks-tanggapan-singkat-beserta-strukturnya?page=all

Vanya Karunia Mulia Putri. 2020. Bhinneka Tunggal Ika:


Sejarah, Arti, Fungsi dan Prinsip. https://www.kompas.
com/skola/read/2021/04/29/125939169/bhinneka-
tunggal-ika-sejarah-arti-fungsi-dan-prinsip

Wulandary, P. 2016. Hubungan Antara Komunikasi dan


Kebudayaan. 16 April.
https://www.kompasiana.com/putri312/5711ec27b29
2731805c879db/hubungan-antara-komunikasi-dan-
kebudayaan#:~:text=Budaya dan komunikasi memiliki
hubungan,dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi
budaya.&text=Kemiripan budaya dalam persepsi
akan,realitas sosial

34 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Komunikasi Antarbudaya pada Film
Marvel Shang Chi and The Legend of Ten
Rings
Sayyidatu Ahya An’Umillah

Marvel entertainment adalah perusahaan media dan hiburan


Amerika yang mempunyai posisi di bawah perusahaan Disney.
Perusahaan Marvel mempunyai kantor resmi di New York City.
Pada Oktober 1939, Marvel Entertainment bernama Marvel
Comic yang menerbitkan komik pertama kali dengan mem-
perkenalkan karakter-karakter superheronya. Pada tahun
1940 menerbitkan karakter Captain Amerika, tapi pada tahun
itu popularitas komik Marvel semakin menurun. Kemudian,
mengganti nama menjadi “Atlas Comic” dan terakhir bernama
Marvel Comics. Marvel mulai menerbitkan komik digital pada
tahun 2007 dan Walt Disney memutuskan untuk membeli
Marvel Comics pada tahun 2009. Karakter-karakter superhero
Marvel mulai dibuat pada tahun 1960-an yakni Spider-Man,
Hulk, dan X-Men.
Marvel entertainment tidak hanya menampilkan
karakter superhero yang terkenal pada karya komiknya, tetapi
juga membuat alur cerita pada film yang membahas isu sosial
seperti masalah polusi dan narkoba yang dapat dilihat pada
film Spiderman, isu hak-hak sipil pada film X-Men. Selain itu,
Marvel juga membuat alur film yang mengangkat budaya
beberapa negara seperti Film Wakanda yang mengangkat suku
asli dari Afrika Selatan dan Film “Shang Chi and the Legend of
the Rings” yang mengangkat budaya asli China. Film Marvel
mampu mengemas karyanya dengan perpaduan budaya-
budaya global dan perkembangan teknologi. Kisah tokoh
Shang-Chi berawal dari legenda sepuluh gelang sepuluh cincin
ajaib milik Xu Wen Wu sejak ribuan tahun yang lalu. Gelang
tersebut mempunyai kekuatan magis yang sangat hebat,
memberikan kekuasaan dan kekuatan tanpa batas bagi
pemegangnya. Setelah mendapatkan senjata tersebut, Wenwu

35
mengumpulkan beberapa pasukan prajurit yang diberi nama
prajurit sepuluh cincin. Tugas prajurit untuk menaklukkan
banyak kerajaan, menyusup ke dalam pemerintahan, dan
menjalankan bisnis di beberapa wilayah di dunia dalam
periode bertahun-tahun.
Pada tahun 1996, Xu Wenwu menemukan kisah legenda
desa ajaib bernama Desa Ta Lo. Menurut legenda, desa Ta Lo
mempunyai kekuatan yang lbih hebat. Hal tesebut membuat
Xu Wenwu berambisi untuk memiliki desa tersebut. Namun,
perjalanan Xu Wenwu dalam menemukan Ta Lo, ia justru
bertemu seorang perempuan muda dan jatuh cinta kepadanya.
Perempuan tersebut bernama Ying Li, seorang penjaga desa Ta
Lo yang berhasil mengalahkan Xu Wenwu. Xu Wenwu
menikahi Ying Li hingga mempunyai dua anak, yakni anak laki-
laki bernama Shang-Chi dan anak perempuan bernama Xu
Xialing. Bersama keluarganya, Xu Wen Wu.
Sejak Ying Li meninggal dunia, suaminya yakni Xu Wen
Wu mendidik Shang-Chi menjadi pembunuh kelas kakap sejak
berusia tujuh tahun. Di sisi lain, Xialing mengikuti latihan yang
diberikan kepada kakaknya secara diam-diam. Ketika berusia
14 tahun, Shang- Chi diberi misi untuk membunuh pemimpin
Iron Gang. Namun, setelah menyelesaikan misi tersebut,
Shang-Chi kabur dan memutuskan memulai kehidupan baru
dengan nama baru yakni Shaun di San Fransisco, Amerika
Serikat. Di kota ini, Shaun menjadi pemuda mandiri yang
mampu 4 bahasa. Dia mempunyai pekerjaan baru dengan
menjadi petugas valet di sebuah hotel bintang lima bersama
sahabatnya yakni Katy (Awkwafina). Suatu hari, Shang-Chi
mendapatkan kartu pos anonim dengan alamat di Macau. Surat
tersebut mempunyai gambar berbentuk origami naga yang
pernah dibuat oleh ibunya ketika ia kecil. Shang-Chi berasumsi
bahwa kartu pos itu dari adiknya yang sudah lama tidak
bertemu dengannya. Beberapa hari kemudian, Shang-Chi dan
Katy mendapat serangan dari segerombolan orang tidak
dikenal ketika mereka menaiki bus umum. Mereka ingin
merebut kalung liontin Shang-Chi yang merupakan warisan
Ying Li. Namun, Shang-Chi melawan mereka dengan

36 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


mengeluarkan kemampuan beladiri (Kung Fu) yang selama di
Sn Fransisco tidak pernah digunakan. Perkelahian ini
membawa Shang Chi dan sahabatnya pergi ke Macau dan
secara tidak sengaja menemui saudara perempuan dan
ayahnya.
Xu Wen Wu menceritakan kepada kedua anaknya bahwa
setelah ibunya meninggal, ia mendapatkan bisikan gaib yang
mengatakan bahwa ibunya sedang terperangkap di balik desa
Ta Lo. Xu Wen Wu ingin mengajak kedua anaknya untuk
menemukan ibunya dengan cara menyerang Desa Ta Lo. Xu
Wen Wu percaya dari bisikan yang selama ini ia dengan
memberi informasi bahwa istrinya dikurung di Desa Ta Lo.
Namun, Shang-Chi dan adiknya melawan dan menyadarkan Xu
Wen Wu bahwa ibunya sudah meninggal. Akhirnya, Shang-Chi,
Xu Xialing, dan Katy diberi hukuman dengan cara dikurung di
ruangan bawah tanah. Namun, di tempat itu, ia bertemu
dengan sosok pria tua bernama Trevorr dan makhluk kecil
yang juga dihukum oleh ayahnya. Dari pertemuan itu, mereka
dibantu makhluk kecil asal Desa Ta Lo tersebut untuk pergi ke
Desa Ta Lo. Tujuan utama mereka untuk memberi kabar
keluarga dan penduduk Desa Ta Lo bahwa ayahnya akan
menyerang desa tersebut.
Setibanya di Desa Ta Lo, mereka disambut oleh keluarga
Ying Li. Adik Ying Li, Jiang Nan, mulai menceritakan sejarah
Ying Li. Semua penduduk desa mulai mempersiapkan senjata
dan berlatih kung fu untuk melawan Xu Wen Wu. Shang Chi
juga diajari oleh Jiang Nan tentang Kung Fu yang dahulu
digunakan oleh ibunya.
Setibanya Xu Wen Wu di Desa Talo bersama
pasukannya, mereka mulai menyerang Desa Ta Lo. Xu Wen Wu
pergi mendatangi asal suara yang membisikinya selama ini,
yakni tebing besar di seberang danau Desa Ta Lo. Suara
tersebut terus menggaungkan bunyi “Lepaskan Aku”. Setiap Xu
Wen Wu meninju tebing, seekor burung raksasa keluar. Jiang
Nan mulai menyadari bahwa musuh Desa Ta Lo yakni burung
raksasa tersebut mulai keluar, ia mulai menyadarkan pasukan
Xu Wen Wu untuk bersatu melawan hewan tersebut. Jumlah

Komunikasi Antarbudaya pada Film Marvel Shang Chi and The Legend of Ten Rings 37
hewa tersebut mulai banyak hingga ratusan. Akhirnya,
pasukan Xu Wen Wu dan penduduk Desa Ta Lo bersatu untuk
melawan mahluk tersebsut.
Shang-Chi berusaha untuk menyadarkan ayahnya untuk
berhenti meninju dinding tersebut, tapi tidak dihiraukan.
Hingga muncul induk dari makhluk tersebut yang mulai
memicu munculnya Naga asli Desa Talo. Naga tersebut belum
pernah keluar selama beribu-ribu tahun. Namun, Xu Wen Wu
kalah dan dimatikan oleh makhluk tersebut. Shang-Chi
diberikan gelang sepuluh cincin tersebut dan mulai
menyerang makhluk tersebut. Akhirnya, makhluk tersebut
mati di tangan Shang-Chi.
Komunikasi
Danil Vardiasnyah memberikan definisi komunikasi secara
istilah oleh ahli yakni Berelson & Stainer, komunikasi adalah
proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan
lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,
gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain. Menurut Harold
Lasswell dalam Effendy, komunikasi merupakan proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
menggunakan media yang akan memberikan efek tertentu.
Budaya
Menurut Yanto Subianto, kebudayaan merupakan hasil karya,
rasa dan cipta manusia dalam masyarakat. Karya adalah hasil
usaha manusia yang konkret dengan cara penggunaan budaya
seperti teknologi yang dapat dikategorikan dalam kebudayaan
kebendaan “Material Culture”. Rasa adalah jiwa manusia untuk
mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai
kemasyarakatan yang mengandung agama, ideologi, kesenian,
dan lain-lain.
Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya merupakan proses pembagian
informasi, gagasan, atau perasaan di antara mereka yang
mempunyai latar belakang budaya berbeda. Proses pembagian
informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, melalui

38 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau bantuan hal
lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.
Komunikasi antarbudaya mempunyai tiga unsur sosio-
budaya yang pengaruh besar atas makna-makna yang
dibangun dalam persepsi manusia.
1. Nilai dalam budaya artinya menampakkan diri dalam
perilaku anggota budaya dengan adanya tuntutan dari
budaya tersebut.
2. Kepercayaan/keyakinan. Dalam komunikasi antar budaya,
tidak mengenal benar atau salah selama hal-hal tersebut
masih mempunyai keterkaitan dengan kepercayaan.
3. Sikap. Kepercayaan dan nilai memberikan kontribusi bagi
pengembangan dan sikap. Sikap didapatkan dari
lingkungan atas respon yang kita berikan. Sikap akan
membentuk perilaku.
Hasil dan Pembahasan
Komunikasi Tekstual
Komunikasi tekstual adalah komunikasi yang menggunakan
bahasa verbal berupa teks atau kalimat. Teks adalah produk
budaya atau hasil pikiran manusia yang diekspresikan dalam
kegiatan komunikasi (Purwasito, 2003-239-243). Teks adalah
bagian bentuk simbolis buatan manusia yang berisi
representasi atau realitas. Pada film ini, dapat dilihat ketika
ayah Shang Chi membuka kertas lama berisi petunjuk/pesan.
Kertas tersebut merupakan peninggalan zaman dahulu yang
memberikan petunjuk mengenai Desa Ta Lo.

Komunikasi Antarbudaya pada Film Marvel Shang Chi and The Legend of Ten Rings 39
Kebudayaan Kung Fu
Dalam film Shang-Chi terdapat enam jenis Kung Fu yakni
Shaolin, Tai Chi, Bajiquan, Wing Chun, Hung Ga, Baquazhang.
Shaolinquan

Shaolinquan adalah bentuk manifestasi fisik dari


kebijaksanaan para biarawan kuil, master wushu sekuler dan
jenderal tentara. Kuil Shaolin selalu berusaha untuk
meningkatkan ajarannya sendiri dengan mengamati dan
belajar dari biara-biara terdekat. Shaolinquan dikenal kuat dan
kuat hingga saat ini Shaol Kuil memiliki 371 bentuk yang
berbeda, termasuk 234 berbagai jenis pertarungan tinju dan
137 cara menggunakan senjata. Dikatakan juga bahwa
Shaolinquan memiliki 72 bentuk rahasia.
Tai Chi

Jenis Kung Fu Tai Chi ini dapat dilihat pada adegan


Shang-Chi dan Ying Nan ketika sedang berlatih. Dalam budaya

40 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


China, teknik pelatihan umum ini terasosiasi dengan seni bela
diri dalam bernama “Tui shou” atau “Tangan mendorong”, yang
bertujuan menginternalisasi teknik dan gerakan pertahanan.

Bajiquan

Kung Fu Bajiquan dapat dilihat pada adegan Shang Chi


melawan gerombolan penyerang tidak dikenal. Bajiquan
adalah jenis Kung Fu yang diasosiasikan dengan ledakan
bernama fa jin dengan pertarungan jarak pendek. Teknik ini
menggunakan serangan siku dan bahu di samping anggota
tubuh yang lain. Teknik ini untuk membuat pertahanan diri
musuh agar rentan terhadap serangan di titik lemah mereka.
Wing Chun

Komunikasi Antarbudaya pada Film Marvel Shang Chi and The Legend of Ten Rings 41
Jenis Kung Fu Wing Chun didirikan pertama kali pada
era Dinasti Qing oleh seorang biarawati Buddha bernama Ng
Mui. Wing Chun berasal dari Kuil Shaolin yang terkenal. Wing
Chun bertujuan untuk merancang metode bertarung yang
lebih efektif yang tidak bergantung pada kekuatan kasar untuk
menjadi efektif. Pada adegan ini dapat dilihat ketika Shang-Chi
melawan segerombolan orang di dalam bus umum dengan
tidak terlalu melakukan serangan seperti pukulan-berantai.
Namun, ia mengadapasi pertarungan jarak dekat, serangan
tengah, dan teknik menjebak sebagai komponen penting Wing
Chun.
Hung Ga

Kung Fu jenis Hung Ga adalah latihan kuda-kuda sebagai


bagian penting dari teknik Hung Ga. Kung Fu Hung Ga dapat
dilihat pada adegan ketika Ayah Shang-Chi, Wen Wu
memamerkan teknik Hung Ga sepanjang film dengan putaran
gelang besi yang mempunyai kekuatan super sebagai
perlengkapan yang diperlukan di pelatihan Hung Ga.

42 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Baquazhang

Seni Kung Fu Baquazhang menggunakan teknik gerakan


kaki melingkar dan tangan terbuka untuk perbandingan
terhadap teknik seni bela diri lainnya yang lebih linear. Gaya
Kung Fu ini juga diturunkan dari Ying Li kepada anak laki-
lakinya, Shang-Chi.
Etnosentrisme
Etnosentrisme menurut Matsumoto (1996) adalah
kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut
pandang budaya sendiri. Etnosentrisme dapat dilihat pada
adegan ketika terjadi konflik antara pasukan Xu Wen Wu
dengan penduduk Desa Ta Lo. Penduduk Desa Ta Lo mengajak
pasukan Xu Wen Wu untuk bersatu melawan makhluk besar
tersebut, tetapi ditolak dengan alasan mereka adalah pasukan
sepuluh cincin yang kuat dan tidak membutuhkan bantuan
penduduk Desa Ta Lo. Sikap etnosentrisme tersebut
dipengaruhi oleh derajat identifikasi etnik dan keter-
gantungan pada kelompok pasukan sepuluh cincin.
Etnosentrisme semakin kuat ketika konflik terjadi karena
adanya kesamaan dalam satu kelompok.

Komunikasi Antarbudaya pada Film Marvel Shang Chi and The Legend of Ten Rings 43
Kluckhohn and Strodtbeck’s (Orientasi Masa Lalu)
Dalam budaya orientasi masa lalu, sejarah, agama yang mapan,
serta tradisi mempunyai peran yang sangat penting. Terdapat
keyakinan kuat bahwa kontemporer mempersepsikan orang,
peristiwa, pengambilan keputusan, dan penentuan kebenaran
harus berdasarkan peristiwa di masa lalu. Pada film ini,
terdapat adegan ketika Jiang Nan memberikan pesan kepada
Shang- Chi bahwa untuk melawan peperangan nantinya harus
berpedoman dengan apa yang sudah dilakukan oleh
pendahulu pada 4000 tahun yang lalu.

Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dan analisis di atas, dapat
disimpulkan bahwa film Marvel: Shang- Chi and The Legend of

44 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Ten Rings mempunyai unsur komunikasi antar budaya yang
sangat kuat yakni budaya China.
1. Film Marvel: Shang-Chi and The Legend of Ten Rings
mengandung komunikasi tekstual pada komunikasi antar
budaya.
2. Marvel: Shang-Chi and The Legend of Ten Rings mengangkat
budaya Kung Fu sebagai kebudayaan asli China.
3. Marvel: Shang-Chi and The Legend of Ten Rings secara
tersirat terdapat unsur etnosentrisme.
4. Marvel: Shang-Chi and The Legend of Ten Rings dapat
dianalisis dengan teori Kluckhohn and Strodtbeck’s, yakni
Orientasi Masa Lalu.

Komunikasi Antarbudaya pada Film Marvel Shang Chi and The Legend of Ten Rings 45
Daftar Pustaka

Brundige, A. 2015. The Rise of Marvel and DC's Transmedia


Superheroes: Comic BookAdaptations, Fanboy Auteurs,
and Guiding Fan Reception.

Bungin, B. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Cultural Influences in Marvel's Black Panther. 2017. Diakses


dari
https://www.highpoint.edu/library/2017/10/02/cult
ural-influences-marvels-black- panther/

Deddy Mulyana. 2011. Komunikasi Antar Budaya. Bandung:


Widya PT Remaja Rosdakarya.

Hills, M. D. (2002). Kluckhohn and Strodtbeck's values


orientation theory. Online readings in psychology and
culture, 4(4), 2307-0919.

Kennedy, B., & Guo, E. 2010. Jingwu: The School That


Transformed Kung Fu. Blue SnakeBooks.

Marvel's Origin: Marvel Universe: Marvel Comic Reading


Lists. (n.d.). Diakses dari
https://www.marvel.com/comics/discover/312/marv
els-origin

Masrifah, A. 2021. 7 Seni Bela Diri China yang Dipakai di Shang-


Chi and the LegendoftheTenRings.Diaksesdari
https://gensindo.sindonews.com/read/548296/700/7
-seni-bela-diri-china-yang- dipakai-di-shang-chi-and-
the-legend-of-the-ten-rings-1632326950

46 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


The Who, What and Why of Chinese Martial Arts. 2021.
Diakses dari https://studycli.org/chinese-culture/
chinese-martial-arts/

Tim. (\2021. Sinopsis Film Shang-Chi and the Legend of the


Ten Rings-Halaman 2. Diakses dari https://www.
cnnindonesia.com/hiburan/20210922182409- 220-
698040/sinopsis-film-shang-chi-and-the-legend-of-the-
ten-rings/2

Vardiansyah, D. 2008. Filsafat ilmu komunikasi: suatu


pengantar. Jakarta: Indeks. Yanto Subianto. (1980). S.
Soal-jawab Sosiolog. Bandung: Armico.

Zhu, H., Ren, Y., & Chen, S. 2021. The Influence of Marvel in the
Chinese Teenagers. In 2021 5th International Seminar on
Education, Management and Social Sciences (ISEMSS
2021) (pp. 692-695). Atlantis Press.

Komunikasi Antarbudaya pada Film Marvel Shang Chi and The Legend of Ten Rings 47
48 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore
Fitur Media Sederhana Menjadi Daya Tarik
Orang Tua (Generasi X) untuk Mengenal
Antarbudaya
Rafli Daffa Falih Adilah

Generasi X merupakan generasi dengan rentang tahun


kelahiran 1930-1980. Pada pembahasan artikel kali ini
pembahasan generasi X akan lebih dipersempit dengan
rentang usia 50-55 tahun sesuai dengan penelitian yang sudah
dilakukan oleh penulis sebelumnya. Pada dasarnya generasi X
hidup di zaman awal perkembangan teknologi dan informasi
di mana pada rentang tahun tersebut sudah mulai ada
penggunaan personal computer, TV kabel, internet dan video
games. Sehingga sebagian besar dari generasi X ini mampu
beradaptasi serta cukup baik dalam menerima suatu
perubahan. Kemajuan teknologi di zaman sekarang membuat
banyak perubahan pada kebiasaan ataupun perilaku para
pengguna media. Perubahan tersebut mencakup perubahan
pada cara komunikasi antar budaya yang sekarang sudah bisa
menjadi lebih efektif dikarenakan adanya media baru seperti
WhatsApp dan Line. Media baru lainnya berupa aplikasi-
aplikasi yang dapat membantu segala aktivitas dan mem-
permudah penyebaran informasi mulai dari aplikasi yang
digunakan untuk membagikan foto maupun video seperti
Instagram dan Facebook, media untuk mencari berita serta
segala informasi melalui google atau website lainnya.
Kemudian TikTok dan YouTube sebagai media hiburan. Setiap
media baru yang muncul tentunya memiliki beberapa fitur
yang menjadi keunggulan dan ciri khas media tersebut.
Fitur-fitur yang berada di setiap aplikasi sosial media
memiliki pengaruh besar terhadap ketertarikan penggunanya.
Sebagian pengguna gemar beberapa fitur yang lengkap meski
sedikit lebih rumit namun beberapa pengguna lebih gemar
menggunakan fitur yang sederhana untuk melakukan
komunikasi antar budaya. Ditinjau dari berbagai rentang usia

49
pengguna media, setiap pengguna dikelompokkan ke dalam
beberapa generasi yang mana tiap generasinya memiliki
ketertarikan yang berbeda dengan generasi lainnya. Oleh
karena itu, artikel ini bertujuan untuk membahas salah satu
ketertarikan pada generasi X yakni generasi dengan rentang
usia 50-55 tahun yang cenderung masih beradaptasi akan
adanya media baru. Selain itu, artikel ini juga bertujuan untuk
membuktikan bahwa faktor kesederhanaan fitur dalam setiap
media baru mempengaruhi daya tarik pengguna (generasi X)
dalam menggunakan media.
Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-
orang yang berbeda kebudayaan. Misalnya antara suku
bangsa, etnik, ras, dan kelas sosial. Sementara menurut Guo
Ming Chen dan Willian J. Starosta sebagaimana dikutip oleh
Deddy Mulyana (2003: xii) berpendapat bahwa komunikasi
antar budaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem
simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi
mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok
(Heryadi dan Silvana 2013: 97). Selanjutnya, komunikasi antar
budaya (intercultural communication) adalah proses per-
tukaran pikiran dan makna antar orang-orang berbeda
budaya. Ketika komunikasi terjadi antar orang-orang berbeda
bangsa, kelompok, ras, atau komunikasi bahasa, komunikasi
tersebut disebut komunikasi antarbudaya (Heryadi dan
Silvana 2013: 97)
Fitur
Menurut Kotler & Keller (2012:8) “Fitur merupakan
karakteristik produk yang menjadi pelengkap fungsi dasar
produk.” Sedangkan menurut Tjiptono (2008:25) “Fitur
merupakan karakteristik sekunder atau pelengkap barang dan
jasa.” Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa
fitur merupakan karakteristik yang dibuat oleh sebuah
perusahaan dalam produknya untuk memberikan nilai
tambahan yang akan ditujukan kepada konsumen yang
nantinya akan dijadikan pembeda dari pesaing lainnya. Seperti

50 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


WhatsApp dan Instagram yang memiliki fitur berbeda satu
dengan yang lain yang ditujukan kepada penggunanya agar
tertarik menggunakan media sosial tersebut.
Media Sosial
Menurut Michael Cross (2013) “Media sosial adalah sebuah
istilah yang menggambarkan bermacam-macam teknologi
yang digunakan untuk mengikat orang-orang ke dalam suatu
kolaborasi, saling bertukar informasi, dan berinteraksi melalui
isi pesan yang berbasis web. Dikarenakan internet selalu
mengalami perkembangan, maka berbagai macam teknologi
dan fitur yang tersedia bagi pengguna pun selalu mengalami
perubahan. Hal ini menjadikan media sosial lebih hypernym
dibandingkan sebuah referensi khusus terhadap berbagai
penggunaan atau rancangan.” Definisi lain dari sosial media
juga dijelaskan oleh Antony Mayfield (2008). Menurutnya
social media adalah media di mana penggunanya dengan
mudah berpartisipasi di dalamnya, berbagi dan menciptakan
pesan, termasuk blog, jejaring sosial, wiki/ensiklopedia online,
forum-forum maya, termasuk virtual worlds. Dalam sebuah
sosial media, yang dimaksud dengan bertukar informasi
tersebut dapat berupa video, foto, dan tulisan-tulisan
mengenai fakta tertentu. Tujuan penggunaan media sosial saat
ini sangat bermacam-macam seperti mencari hiburan, mencari
informasi terkini, maupun bersosialisasi dengan dunia luar.
Banyak sosial media yang digunakan seperti Instagram,
Twitter, WhatsApp, Line dan lain-lain. Setiap media sosial
memiliki banyak fitur yang disediakan untuk memuaskan para
pengguna tetapi memiliki satu tujuan yaitu untuk ber-
sosialisasi atau berkomunikasi. Seperti WhatsApp, pengguna
WhatsApp saat ini tidaklah sedikit baik itu anak muda maupun
orang tua. WhatsApp adalah media yang menyajikan
penggunanya untuk berkomunikasi sesimple mungkin atau
dapat dikatakan menjadi pengganti media telepon dan sms
yang tidak menggunakan pulsa sehingga penggunanya
menjadi tertarik dan mudah dalam menggunakan WhatsApp.

Fitur Media Sederhana Menjadi Daya Tarik Orang Tua (Generasi X)… 51
Oleh karena itu, WhatsApp menjadi media sosial yang memiliki
rating tertinggi dibandingkan media sosial lainnya.
Generasi
Menurut Kupperschmidt (2000) (dalam Putra, 2016) generasi
adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan tahun
lahir, umur, lokasi dan juga pengalaman historis atau kejadian-
kejadian dalam individu tersebut yang sama yang memiliki
pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan mereka. Jadi,
dapat dikatakan pula bahwa generasi adalah sekelompok
individu yang mengalami peristiwa–peristiwa yang sama
dalam kurun waktu yang sama pula. Perbedaan yang sangat
signifikan mengenai generasi X, Y, Z adalah dalam penguasaan
informasi dan teknologi. Generasi X adalah orang-orang yang
lahir di antara tahun 1965-1980. Kata X pada generasi ini
dipopulerkan novel yang berjudul Generation X: Tales for an
Accelerated Culture yang ditulis Douglas Coupland. Melihat
pola asuh kedua orang tuanya yang banyak menghabiskan
waktu untuk bekerja, generasi X pun mengikuti jejak tersebut.
Generasi ini adalah generasi di mana pertama kali men-
yaksikan pengenalan internet, telepon seluler dan komputer.
Selain itu juga, generasi X merupakan generasi yang menyukai
pekerjaan yang tidak formal atau menjadi pengusaha. Generasi
X tidak menyukai basa-basi dalam berkomunikasi tetapi
langsung ke inti pembahasan
Hasil dan Pembahasan
Lebih memilih menggunakan YouTube dalam mengenal
antarbudaya. Berdasarkan data dari hasil analisis kepada 100
responden (generasi X) dengan rentang usia 50—55 tahun
menunjukkan tingkat penggunaan dari beberapa media yang
memiliki fungsi yang sama namun memiliki tingkat pen-
ggunaan yang berbeda. Dalam penelitian ini penulis
membandingkan 4 media baru yakni
1. Tingkat Penggunaan WhatsApp dan Line
Berdasarkan data hasil analisis pada 100 responden
generasi X dengan rentang usia 50—55 tahun
menunjukkan hasil sebagai berikut:

52 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Gambar 1-Kebiasaan Menggunakan Media WhatsApp
Gambar 2-Kebiasaan Menggunakan Media Line
Diagram di atas menunjukkan bahwa tingkat
penggunaan media WhatsApp jauh lebih tinggi dibanding
Line meskipun kedua media tersebut memiliki fungsi yang
sama yakni sebagai media komunikasi baik teks, audio
maupun video. Hal yang membedakan di antara kedua
media tersebut yakni keberagaman fitur yang ada pada
media tersebut. Pada fitur Line cenderung lebih beragam
dan lengkap karena tak hanya berfungsi sebagai media
komunikasi antar pengguna namun Line juga menyediakan
platform berita yakni “Line today” ditambah dengan adanya
fitur tampilan timeline, notes, dan album di setiap ruang
obrolannya mempermudah dalam mengenal antar budaya.
Fitur-fitur tersebut ternyata tidak terlalu diperlukan bagi
generasi X sehingga tidak banyak generasi X yang tertarik
akan penggunaan media Line. Selain itu besarnya ukuran

Fitur Media Sederhana Menjadi Daya Tarik Orang Tua (Generasi X)… 53
media Line jauh lebih besar kapasitas nya sehingga
membutuhkan ruang penyimpanan yang cukup besar
untuk telepon seluler. Sedangkan pada media WhatsApp
memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh lebih kecil serta
sudah cukup memenuhi kebutuhan generasi X dalam
berkomunikasi.
2. Tingkat Penggunaan YouTube dan TikTok
Berdasarkan data hasil analisis pada 100 responden
generasi X dengan rentang usia 50—55 tahun
menunjukkan hasil sebagai berikut:

Gambar 1-Kebiasaan Menggunakan Media TikTok Gambar


2- Kebiasaan Menggunakan Media YouTube
Diagram di atas menunjukkan bahwa tingkat
penggunaan media YouTube jauh lebih besar dibandingkan
dengan TikTok meskipun kedua media tersebut sama-sama
menyediakan konten hiburan bagi para penggunanya. Hal
yang membedakan di antara kedua media tersebut yakni

54 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


tampilan media YouTube yang cenderung rata-rata
landscape sehingga lebih luas tampilannya serta memiliki
durasi yang lebih bervariatif dan cenderung lebih lama
dibandingkan dengan TikTok yang memiliki tampilan
portrait menjadikan YouTube lebih sering digunakan untuk
mengenal antar budaya. Selain itu trend yang ada di TikTok
cenderung mengikuti trend anak muda yang kebanyakan
isinya hiburan yang dikemas kedalam bentuk video
sehingga generasi X tidak terlalu tertarik dan terkesan
asing dengan aplikasi TikTok.
Kesimpulan
Berdasarkan data yang penulis peroleh, dapat penulis
simpulkan bahwa kebiasaan atau perilaku pengguna media
pada generasi X cenderung menggunakan media komunikasi
yang fiturnya lebih sederhana dan mudah digunakan seperti
WhatsApp dan YouTube dalam hal mengenal antar budaya. Hal
ini terjadi karena WhatsApp adalah media komunikasi dengan
tampilan yang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan Line
sehingga memudahkan generasi X untuk bisa mengenal antar
budaya. Faktor kesederhanaan fitur ini membuat generasi X
lebih paham dalam menggunakan fitur- fitur di dalamnya dan
juga banyak informasi bisa didapatkan untuk mengenal
budaya-budaya lain. Selain itu media hiburan seperti YouTube
juga lebih banyak digunakan pada generasi X dibandingkan
dengan TikTok, bukan hanya karena generasi X lebih dahulu
mengenal YouTube, namun karena YouTube memiliki tam-
pilan yang sederhana sehingga memudahkan para generasi X
untuk mencari informasi mengenai budaya-budaya atau
hiburan mengandung kebudayaan yang ingin ditonton. Selain
itu, durasi pada YouTube juga cenderung lebih lama sehingga
dapat dinikmati lebih lama juga. Sedangkan TikTok saat ini
merupakan platform yang cenderung mengikuti trend kaum
muda dalam membuat konten berupa tari tradisional, dance,
komedi, dan lain-lain yang memiliki unsur budaya dan durasi
cukup singkat. Oleh karena itu, generasi X tidak begitu tertarik
untuk mengikutinya karena informasi budaya dari media yang

Fitur Media Sederhana Menjadi Daya Tarik Orang Tua (Generasi X)… 55
generasi X butuhkan telah terpenuhi oleh YouTube. Maka,
faktor kebutuhan juga memiliki pengaruh besar terhadap
penggunaan media baru. Apabila kebutuhan dalam suatu
media dengan fitur sederhana telah terpenuhi maka generasi
X tidak membutuhkan media dengan fitur yang lengkap namun
tidak terlalu penting baginya.

56 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Daftar Pustaka

Heryadi Hendi dan Hanan Silvana. 2013. Komunikasi


Antarbudaya dalam Masyarakat Multikultural. Jurnal
Kajian Komunikasi. Vol. 1. No. 1. 95-108.

Mardatila, A. 2021. Retrieved 12January2021, from


https://parent.binus.ac.id/wp-content/uploads/2018/
11/ Generasi-X-Y-Z.pdf

Mardatila, A. 2020. Mengenal Generasi Baby Boomers, X, Y, Z,


dan Alpha, Beserta Perbedaan Pola Pikirnya. Retrieved
12 Januari 2021, from
https://www.merdeka.com/sumut/mengenal-
generasi-baby-boomers-x-y-z-dan-alpha-beserta-
perbedaan-pola-pikirnya-kln.html

Marzuqi, L. 2014. Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional dan


Motivasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VII Materi Keliling dan Luas Bangun Segi Empat Di MTs
Negeri Tunggangri Tahun Ajaran 2013/2014. IAIN
Tulungg Agung.

Mengenal Generasi X, Milenial hingga Alpha: Okezone News.


2019. Retrieved 12 Januari 2021, from
https://news.okezone.com/read/2019/02/22/65/202
1335/mengenal-generasi-x-milenial-hingga-alpha

Raharjo, S. 2021. Angket Sebagai Teknik Pengumpulan Data.


Retrieved 12 Januari 2021, from
https://www.konsistensi.com/2013/04/angket-
sebagai-teknik-pengumpulan- data.html

Rumondor, A. H. 2005. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Pusat


Penerbitan Universitas Terbuka. Rusdiyanta, Syahrial
Syarbaini. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Jakarta: Graha
Ilmu.

Fitur Media Sederhana Menjadi Daya Tarik Orang Tua (Generasi X)… 57
UIN Maulana Malik Ibrahim. 2011. Persepsi mahasiswa
akuntansi dalam pemilihan karier menjadi praktisi
akuntansi syariah: Studi empiris mahasiswa akuntansi
angkatan 2011 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
(Undergraduate).

58 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Dampak Akulturasi Budaya terhadap Gaya
Komunikasi Mahasiswa Bandung
Muhammad Rofi Jamil

Bandung menjadi salah satu pendidikan yang ramai orang-


orang dari penjuru negeri ini bahkan luar negeri ingin belajar
di sana, dengan harapan membuat kenangan di sana karena
sesuai dengan tagline-nya Bandung sebagai kota kenangan.
Namun, di samping hal tersebut ada hal yang bisa digaris
bawahi yaitu perpaduan latar belakang mahasiswa berkuliah
di Bandung yang berbeda-beda. Sehingga dapat dikaji dari
berbagai sudut pandang keseharian mahasiswa di Bandung
baik yang berasal dari Bandung itu sendiri maupun luar
Bandung bahkan luar Indonesia.
Dewasa ini perpaduan antar budaya dalam aktivitas
kehidupan di sebuah wilayah menjadi hal yang harus selalu
ada dan dijaga lantaran adanya kebutuhan yang sama, namun
juga menjadi tantangan bersama karena banyaknya faktor
budaya asal yang berbeda-beda dengan kebiasaan kehidupan
sehari-hari bahkan gaya komunikasi. Koentjaraningrat (2005)
menjelaskan akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila
kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat terjadinya
akulturasi adalah adanya penerimaan kebudayaan tanpa
paksaan, kemudian adanya keseragaman seperti nilai baru
yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya.
Akulturasi budaya yang terjadi terhadap mahasiswa
yang berkuliah di Bandung sangat kompleks lantaran sangat
banyak mahasiswa pendatang dari luar daerah bahkan luar
pulau sehingga diperlukan adanya keseragamaan atau hal
baru yang disepakati dan menjadi kebiasaan bersama
terutama dalam hal gaya bahasa atau kosakata baru. Dalam
sebuah pernyataan, akulturasi adalah perpaduan budaya yang
kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan
unsur-unsur asli dalam budaya tersebut (Rejeki, 2007). Dalam

59
perspektif komunikasi antarbudaya, hal ini membutuhkan
komunikasi agar tujuan tercapai.
Penelitian ini menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut
karena terjadinya akulturasi budaya sehingga adanya per-
geseran bahasa Indonesia menjadi sebuah bahasa yang biasa
digunakan oleh kelompok tertentu atau disebut bahasa
gaul/slang. Pada umumnya, penggunaan bahasa slang ini
ditujukan untuk kalangan muda, seperti teman, kerabat, atau
orang yang lebih muda. Namun, tak sedikit pun remaja yang
salah menempatkan bahasa tersebut ke kalangan yang lebih
tua. Selain itu, dampak dari akulurasi budaya ini adalah
pergeseran bahasa Indonesia telah menciptakan adanya suatu
proses dan pembentukan bahasa slang yang berpeluang
menjadi gaya komunikasi terbaru, khususnya mahasiswa yang
berkuliah di Bandung.
Atas dasar itu, persoalan yang akan dikaji adalah
bagaimana dampak akulturasi budaya terhadap gaya
komunikasi mahasiswa Bandung. sehingga penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak dari
akulturasi budaya terkait gaya komunikasi mahasiswa baik
dari daerah Bandung mupun luar Bandung bahkan mahasiswa
mancanegara yang berkuliah di universitas yang ada di
Bandung. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan men-
yumbangkan kontribusi bagi dunia pendidikan serta pen-
gembangan ilmu sosial. Tak hanya itu, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi ataupun
sumber informasi bagi penelitian sejenis, mahasiswa, pem-
baca, dan masyarakat. Berdasarkan latar belakang di atas,
maka dapat diambil fokus penelitian tentang bagaimana
dampak akulturasi budaya terhadap gaya komunikasi
mahasiswa Bandung.
Akulturasi Budaya
Secara etimologi, akulturasi merupakan kata yang berasal dari
bahasa Latin yakni acculturate yang berarti “Berkembang dan
tumbuh bersama”. Akulturasi dapat dimakan sebagai usaha
untuk perkembangan dan tumbuh bersama. Berawal

60 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


perubahan dari individu, kemudian bergerak mempengaruhi
kelompok.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akulturasi
adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam
suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit
atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian
berusaha menolak pengaruh itu. Kesimpulannya, akulturasi
lahir dari hasil interaksi manusia berupa pertemuan antar
kebudayaan yang bersinggungan secara perlahan menjadi
bentuk budaya baru.
Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila
kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat terjadinya
akulturasi adalah adanya penerimaan kebudayaan tanpa
paksaan, kemudian adanya keseragaman seperti nilai baru
yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya
(Koentjaraningrat, 2005).
Komunikasi
Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan komunikasi untuk
berinteraksi dengan manusia lainnya, begitupun dalam
organisasi dibutuhkan kerja sama antara pimpinan dengan
karyawan atau pun sebaliknya dengan cara penyampaian ide,
pemikiran, gagasan dan penyampaian arus informasi dengan
berkomunikasi.
Menurut Marwansyah (2010:321) mengemukakan
bahwa:
“Komunikasi adalah pertukaran pesan antar manusia
dengan tujuan pemahaman yang sama”
Menurut Hovland, Janis dan Kelli yang dialih bahasakan
oleh Dr. Arni Muhammad mengemukakan bahwa:
“Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus
yang biasanya dalam bentuk verbal maupun non verbal untuk
mengubah tingkah laku orang lain”
Komunikasi Antarbudaya
Penelitian ini didasari dengan pendekatan komunikasi antar
budaya yang secara pengertian adalah komunikasi antara

Dampak Akulturasi Budaya terhadap Gaya Komunikasi Mahasiswa Bandung 61


orang-orang yang berbeda kebudayaan. Misalnya antara suku
bangsa, etnik, ras dan kelas sosial. Sementara menurut Guo
Ming Chen dan Willian J. Starosta sebagaimana dikutip oleh
Deddy Mulyana (2003: xii) berpendapat bahwa komunikasi
antar budaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem
simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi
mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok
(Heryadi dan Silvana 2013: 97). Selanjutnya, komunikasi antar
budaya (intercurtural communicaution) adalah proses
pertukaran pikiran dan makna antar orang-orang berbeda
budaya. Ketika komunikasi terjadi antar orang-orang berbeda
bangsa, kelompok, ras, atau komunikasi bahasa, komunikasi
tersebut disebut komunikasi antarbudaya (Heryadi dan
Silvana 2013: 97).
Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi adalah cara seseorang berinteraksi dengan
cara verbali dan para verbali, untuk memberi tanda bagaimana
arti yang sebenarnya harus dipahami atau dimengerti untuk
mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi
yang tertentu pula.
Menurut Suranto (2011), gaya komunikasi merupakan
seperangkat perilaku antarpribadi yang ter-spesialisasi
digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-masing gaya
komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang
dipakai untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu
dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya
komunikasi yang digunakan bergantung pada maksud dari
sender dan harapan dari receiver.
Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini kita akan membahas hasil kuisioner yang telah
diisi oleh responden yang merupakan mahasiswa di beberapa
universitas yang ada di Bandung.

62 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


1. Responden merupakan mahasiswa Bandung yang berasal
dari berbagai daerah

Gambar 1. Asal daerah mahasiswa yang ada di Bandung


(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2021)
Dengan beragamnya latar belakang asal mahasiswa
memungkinkan terjadinya banyak pemahaman dan
perbedaan yang perlu diakulturasi jika semua mahasiswa
yang berbeda-beda daerahnya tersebut berkumpul di suatu
tempat dalam kurun waktu yang lumayan lama.

Dampak Akulturasi Budaya terhadap Gaya Komunikasi Mahasiswa Bandung 63


2. Responden merupakan mahasiswa Bandung yang berasal
dari berbagai suku

Gambar 2. Asal suku mahasiswa yang ada di Bandung


(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2021)
Lain asal daerah, lain suku juga mengaharuskan
mahasiswa yang berkumpul di Bandung untuk berkuliah
dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya meng-
gunakan komunikasi yang dapat dipahami semua orang,
selain daripada itu ternyata ada kata atau kalimat bahasa
yang merupakan perpaduan dari beberapa bahasa daerah
atau suku.

64 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


3. Bahasa Sehari-hari di Rumah

Gambar 3. Bahasa sehari-hari yang digunakan mahasiswa


di rumah masing-masing
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2021)
Kita bisa melihat bahasa sehari-hari mahasiswa yang
biasa digunakan di rumah asal daerahnya tentu akan
berbeda ketika digunakan di Bandung bersama banyak
orang lainnya lantaran adanya penyesuaian satu sama lain.
4. Hasil Responden dalam Mengetahui Keberadaan Bahasa
Gaul/Slang sebagai Dampak Akulturasi Budaya

Gambar 4. Mahasiswa Bandung mengetahui adanya


Bahasa Gaul/Slang
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2021)

Dampak Akulturasi Budaya terhadap Gaya Komunikasi Mahasiswa Bandung 65


5. Bahasa Gaul/Slang yang diketahui dan digunakan
Mahasiswa Bandung

Gambar 5. Bahasa Gaul/Slang didominasi kata “Gaskeun”


dan “Kuy”
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2021)
Menurut (Ritonga, 2012), “Bahasa yaitu merupakan
sebuah alat komunikasi yang digunakan antar individu di
dalam masyarakat yang berupa lambang atau arus bunyi
dan dihasilkan oleh alat ucap manusia. Lalu selanjutnya
arus bunyi tersebut disebut juga dengan arus ujaran.”
Sedangkan, menurut Willis dalam (Rosalina, 2020), “Slang
adalah sebuah penemuan kebahasaan, khususnya pada
generasi kaum yang mempunyai keinginan untuk
menghadirkan sesuatu yang baru, lebih segar, dan mudah
untuk diaplikasikan dalam sebuah proses komunikasi”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak
dari akulturasi budaya terhadap gaya komunikasi
mahasiswa bandung menghasilkan gaya bahasa baru yang
gaul/slang dan merupakan bahasa non-formal yang
dianggap lebih baru dan segar pada kalangan remaja
maupun kelompok sosial tertentu yang seringkali
digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dan kata
“Gaskeun” merupakan perpaduan bahasa Indonesia dan
Sunda yaitu “Gas” yang arti/konotasinya berangkat dan
konsonan “Keun” sebagai kata tambahan yang biasa
digunakan dalam bahasa sunda. Begitupun dengan kata

66 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


“Kuy” yang merupakan bahasa Indonesia yang kata
tersebut dibalik atau Pembalikan posisi fonem secara
keseluruhan.
6. Penggunaan Bahasa Gaul/Slang yang Merupakan Hasil dari
Akulturasi Budaya

Gambar 6. Bahasa Gaul/Slang biasanya digunakan kepada


Teman dan Netizen
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2021)
Karena kata bahasa ini merupakan kata non-formal
jadi secara penggunaan lebih banyak digunakan kepada
teman dan sebagian kecil kepada netizen/warganet.
7. Kata yang Biasa Digunakan Sehari-Hari Berasal dari Daerah
Mahasiswa

Gambar 7. Bahasa gaul berasal dari daerah mahasiswa


(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2021)

Dampak Akulturasi Budaya terhadap Gaya Komunikasi Mahasiswa Bandung 67


Dan ini merupakan kata bahasa yang biasa digunakan
dibeberapa daerah asal mahasiswa yang berkuliah di
Bandung.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dampak
dari akulturasi budaya terhadap gaya komunikasi mahasiswa
di Bandung adalah adanya bahasa baru yang digunakan dan
disepakati bersama, tentunya bahasa tersebut hasil dari
perpaduan beberapa bahasa. Bentuk dan proses terciptanya
bahasa gaul/slang dapat berupa akronim, penciptaan bentuk
baru, blending, dan substitusi fonem. Terlebih, penggunaan
bahasa slang ini telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan
para Mahasiswa, khususnya responden mahasiswa pada
penelitian ini dan lazim menggunakan bahasa seperti,
“Gaskeun” dan “Kuy” pada kehidupan mereka.
Tak dapat dipungkiri, penggunaan bahasa gaul/slang
saat ini sedang marak digunakan oleh para remaja di dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Dalam menggunakan bahasa
gaul/slang, biasanya para remaja menggunakan kepada rekan
sejawatnya. Sebagian besar responden juga beranggapan
bahwa penggunaan bahasa slang ini memiliki pengaruh
terhadap kehidupan sehari-hari mereka dan juga merupakan
dampak dari adanya perpaduan budaya.

68 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Daftar Pustaka

D. Hadayani, D. N. 2020. Prosiding seminar nasional


pendidikan program pascasarjana universitas pgri
palembang. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas PGRI Palemban (pp.
293-306). Palembang: Universitas PGRI Palembang.

Danuarta, A. 2014 Komunikasi Kerja Menurut Para Ahli.


https://adaddanuarta.blogspot.com/2014/11/komuni
kasi-kerja-menurut-para-ahli.html

Devianty, R. 2017. Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan. Jurnal


Tarbiyah, 226-245.

Pengertian Akulturasi Budaya Untuk Kemajuan Bangsa


(umam)https://www.gramedia.com/literasi/akulturasi

Prawiro, M. 2020. Pengertian Komunikasi: Memahami Apa Itu


Komunikasi, Tujuan, Fungsi, Jenis, dan Prosesnya
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-
komunikasi.html

Repository Universitas Esa Unggul. http://ueu5398.


weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/2357/2017/12/gaya-
komunikasi.pdf

Repository Universitas Pasundan tengan Komunikasi


http://repository.unpas.ac.id/11586/5/BAB%202.pdf

Riadi, Muchlisin. 2019 Pengertian, Tipe dan Jenis Gaya


Komunikasi. https://www.kajianpustaka.com/2019/
07/pengertian-tipe-dan-jenis-gaya-komunikasi.html

Rumodor, A. H. 2005. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Pusat


Penerbitan Universitas Terbuka.

Dampak Akulturasi Budaya terhadap Gaya Komunikasi Mahasiswa Bandung 69


70 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore
Penggunaan Media Sosial sebagai Alat
untuk Berkomunikasi Antarbudaya
Muhammad Rafie Alfaritzi

Pendahuluan
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi adalah
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sebagai makhluk sosial. Menurut asal katanya
tersebut, arti komunikasi adalah proses penyampaian makna
dari satu entitas atau kelompok ke kelompok lainnya melalui
penggunaan tanda, simbol, dan aturan semiotika yang
dipahami bersama. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Dengan itu, maka adanya
komunikasi antarbudaya, yaitu komunikasi yang terjadi di
antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda
ras, etnik, atau sosial ekonomi.
Di era sekarang, komunikasi sudah bisa dilakukan
dengan menggunakan media sosial, yaitu sebuah media online,
dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,
berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial,
wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan
oleh masyarakat di seluruh dunia.
Apakah di era sekarang ini, orang-orang menggunakan
media sosial juga sebagai alat berkomunikasi antar budaya?
Oleh karena itu, saya ingin menganalisa adakah orang-orang
menggunakan media sosial sebagai alat berkomunikasi antar
budaya. Metode yang saya lakukan untuk penelitian dan
mengobservasi yaitu secara kuantitatif yaitu dengan

71
menggunakan google forms dan memberikan beberapa
pertanyaan mengenai penggunaan media sosial untuk meneliti
dan menganalisis para partisipan tersebut.
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Komunikasi adalah proses di mana seseorang
(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang
(biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata)
untuk mengubah tingkah laku orang lain. Komunikasi itu
menyangkut semua prosedur melalui pikiran seseorang
dapat mempengaruhi orang lainnya. Komunikasi me-
rupakan mekanisme untuk melaksanakan kekuasaan dan
merupakan aktivitas yang datang dari pihak lain untuk
mempengaruhi (Arifin, 2010: 26). Sedangkan Rosmawaty
dalam bukunya Mengenal Ilmu Komunikasi (2010: 17),
sebagaimana dikutip oleh Apriadi Tamburaka menyatakan
bahwa komunikasi atau communication berasal dari
bahasa latin “Communis”. Communi atau dalam bahasa
Inggris disebut dengan kata “Common” berarti sama. Oleh
karena itu, jika kita berkomunikasi (to communicate), ini
berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk
menimbulkan suatu persamaan (commIonness) dalam hal
sikap dengan seseorang. Dengan demikian komunikasi
adalah sebagai proses menghubungi atau mengadakan
perhubungan. Atau dapat dijelaskan bahwa komunikasi
adalah merupakan proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang dapat
menimbulkan efek tertentu.
2. Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya terjadi ketika dua atau lebih
orang dengan latar belakang budaya yang berbeda
berinteraksi. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan
ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio-ekonomi. Tiga
faktor yang mendorong perkembangan komunikasi
antarbudaya, yakni faktor internasional, domestik; dan
individu. Tiga prinsip penting komunikasi antarbudaya,

72 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


yakni (1) suatu sistem sandi bersama yang terdiri atas dua
aspek –verbal dan nonverbal; (2) kepercayaan dan perilaku
yang berlainan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi;
dan (3) tingkat mengetahui dan menerima kepercayaan
dan perilaku orang lain.
3. Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi,
dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki,
forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum
digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Dampak
positif dari media sosial adalah memudahkan kita untuk
berinteraksi dengan banyak orang, memperluas pergaulan,
jarak dan waktu bukan lagi masalah, lebih mudah dalam
mengekspresikan diri, penyebaran informasi dapat ber-
langsung secara cepat, biaya lebih murah. Sedangkan
dampak negatif dari media sosial adalah menjauhkan
orang-orang yang sudah dekat dan sebaliknya, interaksi
secara tatap muka cenderung menurun, membuat orang-
orang menjadi kecanduan terhadap internet, menimbulkan
konflik, masalah privasi, rentan terhadap pengaruh buruk
orang lain. Adanya media sosial telah mempengaruhi
kehidupan sosial dalam masyarakat. Perubahan-perubahan
dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium)
hubungan sosial dan segala bentuk perubahan-perubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di
antara kelompok- kelompok dalam masyarakat. Perubahan
sosial positif seperti kemudahan memperoleh dan men-
yampaikan informasi, memperoleh keuntungan secara
sosial dan ekonomi. Sedangkan perubahan sosial yang
cenderung negatif seperti munculnya kelompok–kelompok
sosial yang mengatasnamakan agama, suku, dan pola

Penggunaan Media Sosial sebagai Alat untuk Berkomunikasi Antarbudaya 73


perilaku tertentu yang terkadang menyimpang dari norma–
norma yang ada.
Hasil dan Pembahasan
Pertama saya akan memberikan pertanyaan kepada partisipan
yaitu apakah mereka menggunakan media sosial sebagai alat
untuk berkomunikasi. Dan hasil survei yang saya liat yaitu
semua partisipan menjawab pertanyaan dengan iya, artinya
semua partisipan menggunakan media sosial sebagai alat
untuk berkomunikasi. Dengan pertanyaan seperti itu, saya
sudah menduga bahwa para partisipan menjawab iya karena
dengan adanya media sosial, kita bisa berkomunikasi kapan
pun dan di mana pun dengan cepat.

Pertanyaan kedua yang saya berikan yaitu seberapa


lama mereka menggunakan media sosial, apakah sering atau
jarang. Dan hasil survei yang saya lihat yaitu hampir semua
partisipan sering menggunakan media sosial dan satu
partisipan yang menjawab jarang menggunakan. Ini
menunjukkan bahwa hampir semua partisipan sangat aktif
ketika menggunakan media sosial karena alasan awal mereka
sangat aktif menggunakan media sosial adalah untuk mencari
perhatian, meminta pendapat, dan menumbuhkan citra,
namun lama kelamaan akhirnya menjadi ketergantungan.

74 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pertanyaan ketiga yang saya berikan yaitu Apakah para
partisipan tahu tentang perbedaan latar budaya. Adanya
perbedaan latar belakang kebudayaan, dapat menimbulkan
konflik antar budaya, konflik antarbudaya biasanya dimulai
dengan miskomunikasi. Miskomunikasi antarbudaya sering
menimbulkan salah tafsir dan konflik semu. Namun jika
miskomunikasi tidak dikelola atau diklarifikasi, itu bisa
menjadi konflik interpersonal yang sebenarnya. Semua
partisipan tersebut menjawab iya yang artinya mereka tahu
dan menyadari perbedaan latar budaya.

Pertanyaan keempat yaitu apakah para partisipan


pernah berkomunikasi dengan seseorang yang mempunyai
latar budaya yang berbeda di media sosial tersebut. Dan hasil
survey yang saya lihat yaitu, hampir semua partisipan pernah
berkomunikasi dengan orang yang mempunyai latar budaya
yang berbeda dan hanya satu yang tidak, menunjukkan bahwa
hampir semua partisipan berkomunikasi tidak hanya kepada
orang yang mempunyai latar budaya yang sama, tetapi juga
dengan orang yang mempunyai latar budaya yang berbeda.

Penggunaan Media Sosial sebagai Alat untuk Berkomunikasi Antarbudaya 75


Pertanyaan terakhir yang saya berikan kepada
partisipan yaitu apakah para partisipan mendapatkan
informasi budaya yang baru diketahui dalam media sosial. Dan
hasil yang saya lihat yaitu semua partisipan menjawab iya
yang artinya mereka mendapat informasi baru yang mereka
ketahui. Ini juga bisa menunjukkan bahwa para partisipan
mendapatkan informasi tentang budaya baru untuk dijadikan
pelajaran bagi mereka dan dengan mempelajarinya, mereka
bisa mencegah adanya konflik antar budaya.

Kesimpulan
Komunikasi antarbudaya terjadi ketika dua atau lebih orang
dengan latar belakang budaya yang berbeda berinteraksi.
Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan ras, etnik, atau
perbedaan-perbedaan sosio-ekonomi dan media sosial, yaitu
sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi
blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Dengan

76 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


adanya media sosial, orang-orang bisa berkomunikasi kapan
pun dan di mana pun dengan cepat. Sebagian orang juga
menggunakan media sosial sebagai alat berkomunikasi
dengan seseorang yang mempunyai latar budaya yang
berbeda. Dan tidak hanya itu, dengan menggunakan media
sosial sebagai alat berkomunikasi antar budaya, kita juga bisa
mendapatkan informasi baru dari seseorang yang mempunyai
latar budaya yang berbeda dan menjadikan itu sebagai
pembelajaran.

Penggunaan Media Sosial sebagai Alat untuk Berkomunikasi Antarbudaya 77


Daftar Pustaka

Abdul Karim. 2015. Komunikasi Antar Budaya Di Era Modern.

Abdul Halik. 2015. Peran Media Massa Dalam Komunikasi


Antarbudaya (Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Alauddin).

Anang Sugeng Cahyono, Pengaruh Media Sosial Terhadap


Perubahan Sosial Masyarakat Di Indonesia.

78 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Perkembangan dan Kajian Komunikasi
Antarbudaya di Tengah Kemajuan
Teknologi tang Terjadi di Era Saat Ini
Muhammad Imam Zuhri Saragih

Komunikasi erat kaitannya dengan aktivitas manusia dan


berimplikasi sebagai semacam proses sosial yang penuh
dengan pesan dan tindakan baik bagi individu, kelompok,
organisasi maupun masyarakat. Komunikasi merupakan
bagian integral dari kehidupan manusia. Pemahaman yang
baik tentang komunikasi memudahkan dalam melakukan
berbagai aktivitas dan mencapai tujuan yang diinginkan. Ilmu
komunikasi sendiri menjelaskan bagaimana proses pen-
yampaian pesan dapat efektif dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam proses komunikasi, kita perlu
mengetahui dua unsur penting: komunikator dan komunikan.
Komunikator adalah orang yang menciptakan pesan berupa
ide atau gagasan yang disampaikan kepada komunikan atau
penerima. Komunikasi memiliki tiga komponen penting:
sumber informasi (recipient), saluran (media), dan penerima
informasi (audience). Sumber adalah orang atau lembaga yang
memiliki bahan informasi (berita) yang harus disebarluaskan
kepada masyarakat luas. Saluran adalah media yang
digunakan untuk melaporkan sumber berita berupa media
interpersonal tatap muka dan media massa yang digunakan
oleh masyarakat umum. Khalayak adalah kelompok individu
atau orang atau komunitas yang menjadi subjek atau
menerima informasi.
Budaya adalah bagian dari pikiran, tindakan, perasaan,
dan keyakinan kita sehari-hari (berpikir, berbuat, merasa,
percaya). Penjelasan tentang cara hidup kita adalah gagasan
sistematis, nilai, kepercayaan, adat istiadat, dan bahasa yang
diturunkan dari generasi ke generasi dan berlanjut sesuai
dengan kehidupan kita. Orang-orang dari negara dan daerah
tidak jauh dari budaya tempat mereka dilahirkan dan

79
dibesarkan, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
budaya sangat tinggi. Budaya berakar dalam dirinya,
menimbulkan konflik. Tetapi, konflik dapat dikurangi dengan
meningkatkan kesadaran bahwa setiap orang harus dapat
memahami budaya orang lain yang berbeda dari Anda.Tentu
budaya memiliki kaitan yang erat dengan komunikasi karena
dengan komunikasi kita bisa mempertahankan dan mengubah
suatu budaya. Setiap kita ingin memahami suatu budaya pasti
ada yang namanya proses komunikasi, ada bahasa yang
menjadi sebuah indikasi utama bahwa budaya itu ada.
Semakin berkembangnya teknologi di era saat ini, komunikasi
antarbudaya ini juga ikut berubah untuk menyesuaikan.
sehingga ia harus berbagi ruang dengan orang lain di budaya
lain. Namun, pertukaran budaya ini juga dapat
Teknologi yang berkembang pesat ini menghasilkan
sebuah era globalisasi. Teknologi informasi yang semakin
canggih memungkinkan setiap orang mengenggam infromasi.
Hanya dalam hitungan menit bahkan detik, misalnya ketika
kita mengirimkan informasi dari Amerika bisa diterima oleh
orang Indonesia. Tidak hanya dalam segi komunikasi dan
penyampaian informasi, kecanggihan teknologi juga
berkembang di bidang transportasi memungkinkan setiap
orang berkunjung ke setiap negara berbeda hanya dalam
waktu beberapa jam. Sedangkan teknologi Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah teknologi adalah ilmu
pengetahuan untuk mencapai suatu tujuan praktis, ilmu
terapan, atau segala cara untuk menyediakan barang-barang
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup dan kenyamanan
hidup manusia. Teknologi juga berkembang dari waktu ke
waktu, termasuk banyak penemuan-penemuan yang
dilakukan oleh para ahli dalam pembuatan robot atau alat
yang dapat mendukung dan memudahkan aktivitas manusia.
Kemajuan teknologi membawa banyak manfaat dan
memudahkan pekerjaan dan aktivitas masyarakat sehari-hari.
Selain membawa dampak positif pada keberlangsungan hidup
manusia, perkembangan teknologi yang semakin maju juga

80 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


berpengaruh terhadap komunikasi khususnya komunikasi
antarbudaya.
Komunikasi antar budaya juga didefinisikan oleh
beberapa pakar, salah satunya oleh Chaley H. Dood dalam
Liliweri (2013) menegaskan bahwa komunikasi antarbudaya
meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi
yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan
tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang
mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta. Menurut
Liliweri (2011), antropolog Edward T. Hall pertama kali
memperkenalkan komunikasi lintas budaya dalam bukunya
The Silent Language pada tahun 1959, lebih dari 40 tahun yang
lalu. Karya Hall hanya menjelaskan keberadaan konsep unsur
budaya.
Liliweri juga menyatakan dalam bukunya “Dasar-Dasar
Komunikasi Antarbudaya” merangkum pemahaman mengenai
pengertian komunikasi antarbudaya ini, di bawah ini ada
beberapa definisi yang dapat dijadikan rujukan, yaitu (Liliweri,
2013: 9):
1. Komunikasi antarbudaya adalah ekspresi diri antarpribadi
yang paling efektif antara dua orang dengan latar belakang
budaya yang berbeda.
2. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran pesan verbal,
tertulis dan bahkan fiktif antara dua orang dari latar
belakang budaya yang berbeda.
3. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran pesan dalam
bentuk informasi lisan atau tertulis atau hiburan, atau
model lain yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda
latar belakang budaya.
Kemudian, di era perkembangan teknologi yang
semakin pesat ini komunikasi antar budaya juga mengikuti.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di era
digital tidak bisa dihindari. Menolak atau menghindari
modernisasi dan globalisasi sama saja dengan mengasingkan
diri dari masyarakat internasional dan merusak kelangsungan
komunikasi antarbudaya. Dengan big data, berbagai
kebutuhan dan informasi yang diperlukan selalu tersedia.

Perkembangan dan Kajian Komunikasi Antarbudaya di Tengah Kemajuan Teknologi… 81


Disadari bahwa kita sebenarnya terus-menerus mengalami
fenomena komunikasi antarbudaya, baik kita mau atau tidak.
Hasil dan Pembahasan
Budaya yang berbeda memiliki ide, gagasan, dan aktivitas
sehari-hari yang berbeda. Budaya yang berbeda memiliki
strategi komunikasi yang berbeda. Orang yang hanya mengerti
bahasa daerah tidak akan mengerti pesan yang diterima dalam
bahasa Indonesia. Proses komunikasi yang berlangsung antara
orang-orang berbeda budaya tersebut biasanya dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Willian G.
Scoot yang mengutip pendapat Babcot bahwa ada 5 (lima)
faktor yang mempengaruhi proses komunikasi:
1. The Act (perbuatan), tindakan komunikasi membutuhkan
penggunaan simbol dan hubungan yang mudah dimengerti
yang dibangun orang. Secara umum, simbol-simbol ini
dapat diungkapkan secara verbal atau huruf lain dapat
digunakan.
2. The Scene (adegan), adegan yang merupakan salah satu
unsur komunikasi ini menekankan pada hubungan dengan
lingkungan komunikasi. Dalam adegan ini, kami akan
menjelaskan apa yang terjadi, simbol apa yang digunakan,
dan apa yang dikatakan. Memahami adegan ini berarti
mampu menyampaikan sesuatu, melalui simbol yang
disampaikan.
3. The Agent (pelaku), orang yang berpartisipasi dalam
hubungan komunikasi disebut komunikator. Pengirim dan
penerima yang terlibat dalam hubungan komunikasi ini
adalah contoh aktor yang terlibat dalam komunikasi. Dan
peran mereka sering dipertukarkan dalam perkembangan
situasi komunikasi.
4. The Agency (perantara), alat yang dibangun ke dalam
komunikasi dapat membangun implementasi mediator
(agensi). Alat tersebut dapat berupa alat komunikasi
tertulis seperti komunikasi verbal, komunikasi tatap muka,
surat perintah penangkapan, memo, buletin, memo, dan
surat pindah.

82 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


5. The Purpose (tujuan), menurut Rahmat dalam buku Miftah
Thoha “Komunikasi Manajemen dan Beberapa Faktor
Penyebab Kegagalannya”, ada empat jenis tujuan.
Singkatnya, tujuan fungsional pada umumnya adalah tujuan
yang berguna untuk mencapai tujuan organisasi atau
institusional. Kedua, tujuan operasional. Untuk itu, kita
perlu mengerahkan orang-orang yang siap menerima ide-
ide yang disampaikan. Itu tergantung pada nilai dan sikap
Anda. Ketiga, tujuan ini ditujukan untuk menciptakan
tujuan kreatif. Komunikasi ini digunakan untuk me-
mungkinkan seseorang benar-benar mengungkapkan
perasaan tersebut. Keempat, tujuan kepercayaan. Tujuan
ini bertujuan untuk membujuk atau mengembangkan
keyakinan masyarakat tentang lingkungan.
Pertukaran budaya tidak hanya terjadi secara langsung
atau tatap muka, namun karena ada kemajuan teknologi di era
modern ini memungkinkan kita untuk bisa mengetahui
budaya-budaya lain melalui adanya internet. Kemajuan tek-
nologi komunikasi dan informasi dapat memberikan peluang
terjadinya komunikasi antarbudaya. Internet sangat men-
janjikan sebagai sarana penguatan komunikasi antarbudaya
untuk mendistribusikan respons terhadap kebutuhan pem-
bangunan berbagai komunitas di beberapa belahan dunia yang
masih tertinggal secara digital. Salah satu karakteristik
internet yaitu dapat melintasi jarak dan benua, maka
memungkinkan terjadinya fenomena pertukaran antar
budaya. Dalam hal ini keterbukaan diri menjadi salah satu
budaya baru yang muncul seiring dengan perkembangan
internet, khususnya jejaring sosial. Salah satu contohnya
adalah pengguna Instagram yang cenderung sering menulis
sesuatu mengenai apa yang sedang terjadi sekarang atau di
mana orang tersebut berada. Pengungkapan diri ini sudah
menjadi sebuah kultur bagi masyarakat di era sekarang dari
mulai bangun tidur sampai mereka tidur kembali. Hal ini
didukung juga dari Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, Indonesia memiliki
196,7 juta pengguna Internet, atau 73,7% dari penduduk

Perkembangan dan Kajian Komunikasi Antarbudaya di Tengah Kemajuan Teknologi… 83


Indonesia. Jumlah ini meningkat 25,5 juta pengguna
dibandingkan 2018 (Kompas, 31 Maret 2021).
Menurut Edwi Arief Sosiawan, ada dua jenis komunikasi
saat berkomunikasi melalui Internet:
1. Komunikasi asinkron adalah komunikasi melalui media
internet di mana pengirim dan pengirim pesan
berinteraksi, dan meskipun tidak berada di tempat yang
sama pada waktu yang sama, pesan tersebut sampai di
tempat tujuan (receiver). Jenis komunikasi ini diwakili oleh
fungsi email. Saat berkomunikasi melalui email antara
pengirim dan penerima pesan, mereka mungkin tidak
berada di lokasi yang sama pada waktu yang sama.
2. Komunikasi siaran online adalah istilah yang digunakan
untuk komunikasi yang terjadi melalui fitur web. Bentuk
materi dan fisikanya berbeda dengan media massa klasik
lainnya, namun syarat web untuk menjadi media massa
adalah memiliki unsur universalitas dan periodisitas.
Dengan peningkatan tersebut tentunya semakin banyak
orang yang menggunakan media sosial untuk komunikasi
antarbudaya. Antara 2017 dan 2021, jumlah pengguna media
sosial di Indonesia juga menunjukkan adanya peningkatan
rata-rata 12,74 persen per tahun. Jumlah pengguna media
sosial di Indonesia tercatat hanya 106 juta, namun pada tahun
berikutnya, jumlah itu meningkat menjadi 130 juta pada tahun
2021 dan mencapai 170 juta pengguna. Hal ini secara tidak
langsung menggambarkan bagaimana kehidupan kita saat ini
sudah didominasi oleh media sosial, bahkan kita tidak bisa
apabila tidak melihat atau mengecek media sosial kita dalam
satu hari. Maka dari itu fenomena ini menunjukkan bahwa
internet telah membuka ruang baru dalam masyarakat dan
mendorong ruang komunikasi, khususnya di bidang
komunikasi antar budaya
Walaupun dengan adanya internet ini memberikan kita
kemudahan untuk mengakses hal-hal baru seperti budaya
baru yang belum pernah kita lihat, kemudahan ini juga dapat
memberikan dampak yang negatif. Hal ini bisa sangat
mengkhawatirkan karena bisa seseorang bisa menjadi lupa

84 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


akan jati diri bangsa dan budayanya. Sebuah penelitian
mengenai “Dampak Perkembangan Teknologi Informasi
Komunikasi terhadap Eksistensi Budaya Daerah” karya Robby
Darwis Nasution adalah sebuah ideologi yang disebut
kemajuan mengikuti hilangnya batas-batas dan legitimasi
daerah atau negara dengan globalisasi budaya. Telah terbukti
berlanjut, yang merupakan ancaman nyata bagi budaya lokal,
dapat merusak homogenitas global dengan budaya asli dan
Barat, dan dapat mendorong pematangan budaya lokal.
Lahirnya kebudayaan Barat yang semakin mendominasi
di Indonesia, membuat masyarakat menjadikan budaya Barat
ini menjadi cerminan modern. Masyarakat menganggap ketika
mereka mengikuti aliran budaya Barat ini di anggap sebagai
masyarakat yang maju dan mengikuti perkembangan zaman.
Namun nyatanya tidak semua budaya Barat bisa kita
adaptasikan di lingkungan masyarakat Indonesia. Salah satu
contoh nyata dari fenomena ini sering terjadi di kalangan anak
muda zaman sekarang. Biasanya mereka adalah kelompok
orang yang tidak ingin tertinggal oleh zaman, maka dari itu
mereka mengadopsi gaya berpakaian dari budaya Barat. Selain
pakaian dan fashion, pesta dan kesenangan remaja, yang
dianggap sebagai perilaku menyimpang secara agama dan
sosial, merupakan isu budaya di Indonesia. Pada umumnya
pemuda Indonesia tidak bertindak secara selektif sesuai
dengan nilai-nilai agama yang mereka anut dan adat istiadat
yang mereka miliki. Kaum muda juga merasa bahwa budaya
mereka jauh dari modernisasi. Sebagai anak muda merasakan
ketenaran jika tidak mengikuti perkembangan zaman,
meskipun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan
budayanya. Lagi pula, orang-orang muda akan lebih memilih
budaya Barat daripada budaya kita sendiri.
Maka dari itu memerlukan adanya filtrasi budaya yang
kita dapatkan dari kemudahan teknologi ini, hal ini adalah
salah satu kunci utama untuk keberhasilan akan ber-
langsungnya komunikasi antar budaya. Kita harus tetap
mempertahankan budaya, norma, dan kearifan lokal yang
sejak dahulu kita terapkan sebagai masyarakat Indonesia.

Perkembangan dan Kajian Komunikasi Antarbudaya di Tengah Kemajuan Teknologi… 85


Namun jangan sampai juga kita memiliki sikap pri-
mordialisme, kita tetap perlu melakukan komunikasi antar
budaya ini supaya kita tidak mengalami kesulitan ketika kita
berinteraksi dengan pihak lain yang memiliki cara pandang
yang tidak inklusif. Selain itu, ada beberapa upaya lainnya
untuk mengatasi dampak negatif dari komunikasi
antarbudaya dalam perkembangan teknologi ini, Pemerintah
harus dapat mengambil tindakan strategis dengan mem-
bangun kembali sistem pendidikan, terutama dalam hal desain
kurikulum. Pemerintah harus menata kembali sistem
pendidikan dan mendorong kreativitas guru di bidang studi.
Upaya kedua adalah adanya peranan keluarga dan orang tua
yang baik, orang tua adalah protagonis keluarga yang paling
bertanggung jawab atas masa depan anak-anaknya dan
keluarga lainnya. Lingkungan keluarga sangat memberikan
kontribusi pada perilaku seorang anak, maka sebisa mungkin
lingkungan keluarga memiliki iklim yang positif dan
membangun.
Kesimpulan
Setelah membahas secara jelas mengenai apa itu komunikasi
antarbudaya dan kaitannya dengan perkembangan teknologi
di era saat ini, bisa disimpulkan kedua hal tersebut tidak bisa
dipisahkan dan akan terus berkembang secara bersamaan.
Komunikasi antarbudaya sebagai bentuk komunikasi
antarpribadi antara komunikator dan komunikator yang
berbeda budaya. Efektivitas komunikasi interpersonal
terutama ditentukan oleh faktor-faktor seperti keterbukaan,
empati, perasaan positif, dukungan, dan keseimbangan. Stigma
sosial, di sisi lain, menentukan tiga faktor utama: stereotip,
jarak sosial, dan sikap diskriminatif. Hubungan antara stigma
dan komunikasi sangat erat, karena stigma diterima sebagai
dasar untuk membentuk perilaku komunikasi. Internet juga
tidak hanya sebagai media pengungkapan diri bagi seseorang,
tetapi kehadiran internet juga menciptakan pola komunikasi
baru. Masyarakat bisa mengakses sesuatu yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu dan menjadikan pengungkapan diri sebuah

86 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


kultur di era kehidupan masyarakat yang modern dan melek
teknologi. Diharapkan artikel ini bisa berguna bagi khalayak
banyak, yaitu di bidang pendidikan, sosial, dan lain sebagainya.

Perkembangan dan Kajian Komunikasi Antarbudaya di Tengah Kemajuan Teknologi… 87


Daftar pustaka

APJII Buletin Preview-74. (n.d.). Retrieved December 14. 2021.


from
https://apjii.or.id/downfile/file/BULETINAPJIIEDISI74
November2020.pdf

Arti Kata Teknologi-Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.).


KBBI. Retrieved December 14, 2021, from
https://kbbi.web.id/teknologi

Liliweri, Alo. 2011. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya.


Yogyakarta: Pustaka Belajar. 243-Article Text-665-1-10-
20170602.pdf

Pengertian Komunikasi: Bahasa, Istilah, Jenis, Proses, Teknologi


» Romeltea Online. (2021, April 18). Romeltea Online.
Retrieved December 14, 2021, from
https://romeltea.com/pengertian-komunikasi/

Sita, P. 2013. Pengaruh kebudayaan asing terhadap


Kebudayaan Indonesia di kalangan remaja. Beranda.
Retrieved December 14, 2021, from https://text-
id.123dok.com/document/zkkdr78z-pengaruh-
kebudayaan-asing-terhadap-kebudayaan-indonesia-di-
kalangan-remaja.html

Suryani, W. 2013. Komunikasi Antar Budaya Yang Efektif.


CORE. Retrieved December 15, 2021, from
https://core.ac.uk/display/95249988

88 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pengaruh Bahasa Korea serta Budaya
Korea Melalui Konten Artis K-Pop
terhadap Anak Muda Indonesia
Ghina Nur Amri

Korean pop atau pop Korea (Hangul: 케이팝; RR: Keipab) atau
yang bisa disebut K-pop adalah jenis lagu popular yang berasal
dari Korea Selatan. K-pop dan K-drama adalah dua bagian yang
tidak terpisahkan dari gelombang Korea (Korean Wave) di
berbagai belahan negara seluruh dunia. Muncul sebuah genre
lagu baru di Korea yang disebut changga, sebuah lagu dengan
alunan instrumental modern seperti gitar, flute, drum, dan
lainnya pada tahun 1885. Lagu tersebut adalah lagu adaptasi
dari pop barat dan memakai lirik bahasa Korea, beberapa di
antaranya merupakan memang lagu barat yang diaransemen
dan diartikan ke bahasa Korea. Contohnya “Oh My Darling,
Clementine” yang diaransemen dan diartikan menjadi
“Simcheongga”. Lagu bergenre ini dipakai untuk mem-
perlihatkan kesedihan, kepedihan, dan harapan penduduk
Korea pada saat Penjajahan Jepang atas Korea (1910-1945).
Tetapi, Jepang menyita koleksi changga yang tersedia dan
menerbitkan buku liriknya sendiri. Musik yang popular dan
dikenal sampai sekarang salah satunya yaitu “Humaingga”
(희망가) adalah artinya harapan.
Awalnya pada era 60-an lagu pop Korea dibagi menjadi
genre yang berbeda-beda, pertama yaitu genre “Oldies” yang
dipengaruhi lagu barat dan popular. Lagu rock diperkenalkan
dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil pada tahun 1970-an.
Lagu Trot juga cukup digemari, lagu ini adalah hasil akulturasi
lagu tradisional Korea dengan lagu Kerohanian/Gospel. Gaya
lagu ini lalu diadaptasi kembali oleh composer Masao Koga dan
dikenal dengan lagu enka di Jepang.
Pada tahun 1992 debut penampilan grup Seo Taiji and
Boys menandakan awal mula lagu pop modern di Korea yang

89
memberi warna baru dengan genre music rock, techno
Amerika, dan rap. Berhasilnya kelompok Seo Taiji and Boys
diikuti kelompok lagu lain contohnya Deux dan Panic. Populer
lagu ini juga membuahkan banyak kelompok lagu dan musisi
berkualitas lain hingga sekarang. Lagu pop dekade 90-an
cenderung bergenre hip hop dan dance. Target utamanya
adalah remaja sehingga dekade ini muncul banyak kelompok
T idol” yang sangat diidolakan seperti CLON, H.O.T, Sechs Kies,
S.E.S, Fin.K.L dan g.o.d. Kebanyakan dari grup lagu ini sudah
bubar dan anggota-anggotanya bersolo-karier.
Pendatang-pendatang baru berbakat mulai ber-
munculan pada tahun 2000-an. MC Mong, 1TYM, Rain, Super
Junior, Big Bang yang cukup sukses di Korea dan luar negeri
bergenre R&B serta hip-hop yang berkiblat ke Amerika adalah
artis-artis yang dicetak. Beberapa artis underground seperti
Drunken Tiger, Tasha (Yoon Mi-rae) juga mempopulerkan
warna lagu kulit hitam tersebut. Lagu rock masih tetap disukai
di Korea ditambah dengan kembalinya Seo Taiji yang bersolo
karier menjadi musisi rock serta Yoon Do Hyun Band yang
selalu menyanyikan musik-musik tentang nasionalisme dan
kecintaan terhadap Negara. Nuansa modern yang ada di lagu
techno yang tidak hanya digemari di Korea saja, penyanyi Kim
Hyun-Joong dan Lee Jung-Hyun bahkan mendapat pengakuan
di Jepang dan Cina. Pendengar yang paling banyak umumnya
mendengar lagu balada. Lagu balada Korea biasanya dikenal
dengan lirik sedih tentang percintaan, Baek Ji Young, KCM, SG
Wannabe, dan sebagainya. Lagu balada umumnya disukai
karena selalu dijadikan soundtrack drama-drama televise
yang popular contohnya Winter Sonata, Sorry I Love You,
Starirway to Heaven, dan lain-lain. Bermacam artis Korea
menelan keberhasilan di dunia internasional contohnya BoA
yang menembus Jepang dan disukai di banyak belahan Negara
lainnya. Lalu, artis-artis lain contohnya Rain, Se7en, Ryu Shi-
won, dan lainnya berlomba-lomba untuk menaklukkan pasar
lagu di Jepang. Rain tercatat sebagai artis Asia pertama yang
melakukan konser internasional bertema RAINY DAY 2005
Tour, di Madison Square Garden.

90 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Dampak global dalam penyebaran budaya semakin
terlihat dengan adanya berbagai faktor pendukung contohnya
media massa serta media sosial. Hanya dengan mengakses
internet kebudayaan dari Negara lain dapat diserap oleh
pemakai, munculnya “Ruang elektronik” dalam kehidupan
secara meluas menyebabkan hilangnya proses “Social
learning” yang memungkinkan simpati dilakukan dalam
hubungan antar individu hanya dengan migrasi dari satu
tempat ke tempat lain tidak lagi diperlukan untuk membawa
pindah suatu kebudayaan (Abdullah 2010: 39).
Pengaruh penyebaran budaya secara tidak langsung
diambil juga dari media, karena media menjadi jalan utama
antara konsumen dan agen. Media merupakan jalan yang
berpengaruh dalam distribusi kebudayaan global yang secara
nyata mempengaruhi gaya hidup, iklan biasanya berfungsi
membentuk pasar baru dan mendidik generasi muda untuk
menjadi konsumen (Abdullah, 2010: 50).
Pada beberapa tahun belakangan ini Korea Selatan
berhasil menyebarkan produk budaya populernya ke berbagai
belahan dunia, termasuk Negara Indonesia. Berbagai produk
budaya Korea mulai dari drama lagu, film, fashion, gaya hidup,
makanan & minuman atau produk industry mulai mewarnai
kehidupan warga di dunia. Budaya Korea bertumbuh begitu
cepat dan meluas serta diterima masyarakat sampai
melahirkan sebuah fenomena demam Korean Wave. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fenomena merupakan
hal-hal yang dapat dilihat dengan panca-indera, dan dapat
dijelaskan serta dinilai secara ilmiah, seperti fenomena alam
atau individu peristiwa yang menarik perhatian atau yang
sifatnya luar biasa. Serta Korean wave merupakan sebuah
sebutan yang diberikan untuk tersebarnya atau gelombang
Korea secara global di banyaknya negara di dunia termasuk
Negara Indonesia, dilihat dari pengertian di atas maka
gelombang Korea dapat dikelompokkan sebagai suatu
fenomena.
Kebudayaan adalah konsep fundamental dalam disiplin
ilmu antropologi lalu salah seorang ahli antropologi

Pengaruh Bahasa Korea serta Budaya Korea Melalui Konten Artis K-Pop… 91
menjelaskan bahwa tentang arti kebudayaan yang melingkupi
semua kejadian individu: “Kebudayaan meliputi wawasan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, serta daya tamping dan
perilaku lainnya yang diterima atau dipelajari oleh individu
yang adalah anggota warganya”. Dari arti ini dapat diucapkan
bahwa keunikan kebudayaan dalam kehidupan manusia
didapatkan dan bergantung dari pembelajaran individu
terhadap sesuatu yang berintegrasi di lingkungan sekitarnya.
Kemudian kebudayaan mencakup semua system ide, tindakan,
serta hasil karya individu dalam kehidupan warga yang
dijadikan milik diri individu itu tersebut dengan belajar. Kita
tidak menurunkan kebudayaan melalui DNA contohnya
menurunkan bentuk karakter fisik dari orang tua ataupun
generasi nenek moyang. Namun, kita mendapatkan
kebudayaan melalui proses enkultuasi yang merupakan
proses interaksi manusia di mana dia belajar dan lalu
menerima latar belakang budayanya. Manusia mendapatkan
budayanya baik sadar maupun tak sadar, melewati interaksi
tak langsung. Antropolog mengategorikan beberapa pem-
belajaran di antaranya adalah, tipe pertama disebut dengan
situational learning atau pembelajaran dengan cara
mengamati situasi dan kondisi lingkungan sekitar kita dan
memahami hal tersebut serta menyesuaikan diri berdasarkan
kejadian langsung.
Paradigma teori pilihan rasional menganjurkan hal
umum dari mekanisme tersebut di antara peristiwa-peristiwa.
Dengan mengasumsikan bahwa manusia dalam latar belakang
sosial dan budaya yang berbeda membuat opsi tindakan atau
keputusan berdasarkan kepercayaan dan tujuan mereka
sendiri. Teori ini berarti berguna dapat menjelaskan sejumlah
jawaban dari masalah sosial (social arrangement) sebagai
dampak keseluruhan dari pilihan tersebut (Coleman, 2012).
Salah satu negara yang sedang terkena ‘demam Korea’ adalah
Indonesia dan juga internet di Negara Indonesia sekarang
sering memperlihatkan untuk mempertontonkan atau
menginformasikan setiap berita Korea. Di televisi sangat
sering menayangkan setiap Korea, misalnya film, lagu, dan

92 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


berita dari sini tidak dapat dihindari bahwa televisi menjadi
wadah utama bagi warga Indonesia untuk mendapatkan
informasi tentang segala sesuatu dengan Negara Korea, tidak
hanya itu majalah dan konten bahkan koran sebagai media
massa di Negara Indonesia juga menuliskan segala berita
tentang Negara Korea dan para generasi muda juga dapat
melihat dan mendapatkan video-video film bahkan lagu serta
informasi tentang budaya Negara Korea melewati media
elektronik ini.
Hasil dan pembahasan
Penelitian yang dilakukan yaitu melalui metode kualitatif
adalah sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan
kukuh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang
terjadi dalam lingkungan setempat, menurut Miles dan
Huberman (Silalahi 2012:284). Korean Pop atau disingkat
menjadi K-pop (“Lagu Pop Korea”), merupakan genre music
popular yang berasal dari Negara Korea Selatan. Banyaknya
artis K-pop dan grup lagu pop Korea yang sudah menembus
batas dalam dan luar negeri dan hits di berbagai belahan dunia.
Kepopuleran akan lagu K-pop adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan daripada demam Korea (Korean Wave) di
mancanegara. K-pop pertama muncul pertama kali pada tahun
1930-an sebab masuknya lagu pop Jepang yang juga turut
mempengaruhi unsur-unsur awal K-pop. Penjajahan Jepang
atas Korea juga membuat aliran lagu Korea tidak dapat
bertumbuh hanya mengikuti perkembangan budaya pop
Jepang pada waktu itu. Pada tahun 1950-an & 1960-an,
pengaruh lagu pop barat mulai masuk dengan banyaknya
pertunjukkan lagu yang diadakan oleh pangkalan militer
Negara Amerika Serikat di Korea Selatan.
K-pop (Korea Pop) sudah memperkenalkan artis
boyband dan girlband yang bisa meraih ketenaran hingga ke
mancanegara, yang tentunya dengan kualitas yang tak dapat
diacuhkan. Di Negara Indonesia, sudah banyak yang terkena
demam korea, fans-fans K-Pop Idol baik di dunia sosial media
ataupun di dunia nyata. Semua ini terjadi, tentu saja karena

Pengaruh Bahasa Korea serta Budaya Korea Melalui Konten Artis K-Pop… 93
kerja sama seluruh pihak yang terlibat, dengan pemerintah
yang peduli dan bisa melihat serta mengoptimalkan peluang
yang ada. Efek budaya K-pop dalam kehidupan warga Negara
Indonesia disadari atau tidak yang melingkup segala aspek
dari lagu, film, hingga gaya hidup. Fenomena tersebut dapat
dilihat dari banyaknya fans yang ada, baik di dunia sosial
media dan dunia nyata mencintai budaya Negara Korea di
Negara Indonesia. Hal ini merupakan dampak dari peng-
konsumsian media massa pada kebanyakan generasi muda di
Indonesia, menjadikan faktor penentu bagaimana Korean
wave dapat menyebar dan akhirnya muncul sejumlah
organisasi perkumpulan yang anggotanya berbagai kota di
Indonesia. Kebudayaan dari Negara Korea yang masuk ke
Negara Indonesia membawa efek positif dan negatif bagi
konsumen-konsumen budaya tersebut. Dari hasil penelitian,
ada beberapa efek positif dan negatif dihasilkan dari
mengkonsumsi budaya K-pop pada generasi muda di berbagai
kota di Indonesia.
Adanya efek positif ketika para generasi muda di kota
dapat menghasilkan suatu hal yang kreatif di bidang musik
seperti menjadi komposer, selain itu dapat mengenal
kebudayaan Negara lain serta mempelajarinya adalah contoh
dari kejadian konsumsi budaya K-Pop ini. Cara persaingan
dalam lingkungan pendidikan yang positif dengan kualitas
belajar yang baik yang seringkali diperlihatkan dalam konten
K-Pop. Lalu, selain efek positif tentu saja ada juga efek negatif
yang dibuahkan ketika para generasi muda mengkonsumsi K-
Pop. Pertama adalah tingkah laku yang kurang menghargai
karya cipta dalam negeri seperti lagu, film, dan lain-lain. Selain
itu, mengakibatkan sifat ketergantungan yang mewajibkan
para pecinta budaya K-Pop guna mempunyai setiap barang
Korea yang ada. Juga ketika menonton drama Korea akan ada
waktu yang terbuang, yang seharusnya bisa dipakai guna
melakukan kegiatan lain contohnya belajar, karena dapat
diketahui saat menonton artis K-pop sebagai penggemarnya
akan sangat merasa rugi jika tidak langsung menonton artis K-
pop yang disukainya. Dari berbagai efek positif dan negatif

94 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


yang sudah diuraikan di atas maka sangat disarankan kepada
fans budaya K-pop yang mayoritas merupakan generasi muda
untuk mengkonsumsi barang-barang hasil dari Negara Korea
secara bijak, karena dapat dilihat bahwa barang-barang hasil
dari Negara Korea memang amat menggiurkan karena ada
begitu banyak cerita serta makna-makna profesional ber-
kualitas jika ada efek negatif yang juga akan dialami.
Kesimpulan
Melalui hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai
fenomena pengenalan bahasa Indonesia dan bahasa Korea
serta budaya antar negara melalui konten artis K-Pop pada
generasi muda yang dapat disimpulkan, adalah sebagai
berikut:
Prioritas utama dari penyebaran budaya K-Pop dengan
sasaran generasi muda disebut dengan globalisasi, dengan
gaya hidup yang modern dan artis-artis dan aktor-aktor Korea
yang memiliki daya minat yang tinggi telah membius para
generasi muda untuk mengikuti alur dari latar belakang
budaya pop Korea. Dampak sosialisasi lingkungan keluarga
dan lingkungan masyarakat sangat kuat pada subjek individu,
dengan macam-macam norma dan nilai budaya lokal yang
menempel dalam kehidupan sehari-hari, memengaruhi tingkat
dominasi budaya K-Pop terhadap subjek individu. Dalam
membentuk identitas, dominant reader merupakan orang yang
sangat terobsesi pada Korea. Dalam kasus di penelitian ini, ada
2 subjek yang dikelompokkan sebagai dominant reader. Ke-
Korea-an subjek individu sebagai sesuatu yang istimewa,
subjek melakukan pengakuan sebagai seseorang yang amat
Korea dan tidak peduli pandangan individu lain terhadap
dirinya sendiri. Mereka adalah tipe individu yang hanya
nyaman bergaul dengan sesama fans Korea atau orang lain
yang juga menyukai Korea. Jadi, ketika ia menemukan orang
lain di lingkungan sekitarnya tidak menyukai Korea, maka ia
tidak akan memedulikannya. Hal tersebut memperlihatkan
bahwa pengaruh budaya K-Pop yang disebarkan melalui
globalisasi dengan media yang berbeda-beda pada tiap

Pengaruh Bahasa Korea serta Budaya Korea Melalui Konten Artis K-Pop… 95
individu. Jadi, jelas bahwa media di sini bukan faktor prioritas
utama dalam menentukan tingkah laku masyarakat yang aktif
bersosial media. Banyak pertimbangan-pertimbangan yang
menjadi halangan bagi media untuk mempengaruhi kemauan
individu-individu.

Daftar Pustaka

Abdullah, Irwan. 2010. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Coleman, James S. 2012. Dasar-dasar teori social. Bandung:


Nusa Media.

Frulyndese, K. Simbar. 2016. Fenomena Konsumsi Budaya


Korea Pada Anak Muda Di Kota Manado. Jurnal Holistik,
Tahun X No. 18

Nastiti, Aulia D. 2010. “Korean Wave” di Indonesia Antara


Budaya Pop, Internet, dan Fanatisme Pada Remaja.
Journal of Communication. 1 (1), pp 1-23.

Rendell, et al. 2010. Why Copy Others? Insights from the Social
Learning Strategies Tournament. AAAS. New York,
Washington.

96 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Persepsi Publik Pribumi dalam Menyikapi
Masyarakat Pendatang di Karawang
Faisal Arfa

Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang akan saling


terikat satu dengan yang lainnya dalam menjalankan
keseharian. Dan komunikasi merupakan salah satu cara yang
di mana manusia dapat merepresentasi apa saja sesuai dengan
apa yang dibutuhkannya saat itu sehingga membentuk suatu
pembiasaan dalam kesetaraan nilai kehidupan atau esensi dari
pada berkomunikasi itu sendiri. Dengan kata lain, keterikatan
kita dalam bersosial akan menciptakan sebuah sistem yang
kompleks dan membentuk sebuah habit atau hal yang
disebabkan oleh kebiasaan kita sendiri yang di mana dalam hal
ini adalah manusia yang saling berkomunikasi. Kedudukan
manusia sebagai mahluk sosial cenderung selalu berhubungan
dengan lingkungannya. Suatu hubungan sosial dapat
disepakati atas dasar persetujuan matual, yang artinya pada
pihak terlibat dalam suatu hubungan dapat memuat perjanjian
mengenai perilaku di masa depan. Dengan demikian setiap
dalam keadaan normal dan selama perilaku rasional akan
dianuti oleh pihak lain dengan siapa dia berhubungan dan
menyesuaikan diri dengan pemahamannya terhadap
kesepakatan yang ada namun untuk sebagian perilaku
berorientasi pada nilai-nilai artinya dia wajib menaati yang
ada (Max Weber).
Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang
harus dilaksanakan, mengandung pengertian bahwa dalam
hubungan itu setiap individu menyadari tentang kehadiran di
samping kehadiran individu lain kebutuhan manusia untuk
saling berhubungan merupakan suatu gejala (fenomena) yang
wajar dalam masyarakat. Identitas yang melekat pada suatu
masyarakat dalam bersosial berdasarkan dengan hakikatnya
sangat memperhatikan nilai-nilai kesatuan di dalamnya.
Namun, jika berkaca pada realita yang ada, hal ini tetap
menjadi persoalan mengenai tidak berkesinambungannya

97
hubungan sosial antara masyarakat pribumi dan masyaraka
pendatang dalam bersosialisasi di lingkungan, terutama yang
terjadi di Kota Karawang. Karawang saat ini merupakan kota
industri terbesar di Indonesia, tepatnya berada di Provinsi
Jawa Barat, Indonesia. Terdapat 5 kawasan industri yang
tersebar di berbagai penjuru daerah Karawang, seperti KIIC
(Karawang International Industrial City), BIIC (Bengle
International Industry City), KII (Kawasan Industri Indotensei),
KITP (Kawasan Industri Timor Putra) dan KIM (Kawasan
Industri Mitra Karawang). Pengembangan industri dinilai
memilki dampak positif untuk sebagian besar masyarakat
dalam jangka waktu yang sangat panjang. Dengan terpusatnya
suatu kegiatan ekonomi seperti ini di suatu daerah tentu
menjadi acuan bagi masyarakat untuk mencari lapangan
pekerjaan yang tersedia. Sehingga tidak dapat terhindarkan di
kemudian hari terjadinya migrasi besar-besaran yang
dilakukan oleh sebagian besar penduduk atau masyarakat
yang berada di luar jawa barat khususnya untuk mencari
peluang baru di Kota Karawang.
Hal yang kemudian menjadi sorotan adalah dengan
hadirnya para pendatang baru terhadap daerah tersebut, tentu
akan menimbulkan perbedaan karakter suatu identitas
budaya dari masing-masing masyarakat itu sendiri mengingat
seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia memiliki
banyak sekali ras, suku, dan budaya yang beragam pada setiap
daerahnya. Meskipun kita sudah diajarkan bahwa nilai
keberagaman di Indonesia lekat dengan persatuan, namun
tidak dapat dipungkiri perbedaan dari hal di atas akan tetap
mendasari persepsi-persepsi baru yang akan muncul di dalam
lingkup masyarakat pribumi atau masyarakat asli daerah
tersebut dan juga bagaimana mereka akan menyikapinya
tentang kian banyaknya para pendatang yang menjajaki
daerah asal tempat mereka berada. Dengan demikian,
berdasarkan uraian di atas jika menilik lebih dalam pada
persoalan ini akan terdapat pro dan kontra di dalamnya yang
dilandasi dengan perbedaan nilai-nilai budaya pada setiap
individunya dalam bersosialisasi, dan bagaimana akhirnya

98 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


persepsi serta hubungan sosial yang akan terbentuk nantinya
di kota Karawang layak kita ketahui bersama.
Theory of Planned Behaviour
Teori ini dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen dan
merupakan perpanjangan dari Theory of Reasond Action, yang
bertujuan untuk memprediksi perilaku dari sikap serta untuk
menjelaskan proses mana yang saling terkait. Kedua teori
perilaku terencana dan teori tindakan beralasan berfokus
pada pentingnya niat melakukan perilaku tertentu.
Penambahan variable berkaitan dengan persepsi kontrol atas
perilaku juga disebut dirasakan kontrol perilaku disajikan
untuk memperpanjang teori tindakan beralasan ke dalam teori
perilaku terencana (Arzen, 1991). Berdasarkan teori ini,
intensi perilaku menjadi penentu seseorang berperilaku pro
terhadap suatu hal yang berkaitan dengan sekitar. Dalam teori
TPB terdapat tiga variable yang menentukan intensi perilaku,
yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi
kendali perilaku. Sikap terhadap perilaku merupakan evaluasi
subjektif (positif/negatif) berdasarkan keuntungan atau
kerugian yang dirasakan dari perilaku tersebut. Norma
Subjektif menekankan pada apa yang dirasakan untuk
melakukan atau tidak suatu perilaku berdasarkan persepsi
subjektif bahwa orang lain mungkin setuju atau menolak
perilaku tersebut. Persepsi kendali perilaku merupakan
evaluasi subjektif tentang betapa mudah atau sulitnya
melakukan perilaku berdasarkan hambatan yang dirasakan.
Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto bentuk umum proses sosial
adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk khususnya adalah
aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara
orang perorangan, antar kelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dengan kelompok manusia. Syarat
terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan
adanya komunikasi (Burhan Bungin, 2009: 55).

Persepsi Publik Pribumi dalam Menyikapi Masyarakat Pendatang di Karawang 99


Menurut Charles Horton Cooley hidup ini tidak ada
perbedaan secara biologis antara manusia satu dengan yang
lain. Individu dengan masyarakat terjalin suatu hubungan
yang organis sehingga antara individu dan masyarakat tidak
dapat dipisahkan, dan antara individu dan masyarakat ada
saling ketergantungan secara organis. Konsep diri menurut
Charles Horton Cooley disebut looking glass self karena dalam
setiap interaksi sosial, seseorang yang terlibat merupakan
cerminan dan yang disatukan dalam identitas orang itu
sendiri.
Hasil dan Pembahasan
Di dalam kehidupan sosial masyarakat ada terjalin suatu
hubungan sosial yang merupakan suatu bentuk perangkat pola
hubungan yang terjalin antara individu atau kelompok dan
hubungan sosial ini dilalui dengan proses interaksi sosial yang
tak lain adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena
itu, tanpa ada interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan
bersama. Hubungan individu dan masyarakat pada hakikatnya
merupakan hubungan fungsional artinya hubungan antar
individu ketergantungan antara individu dalam suatu
kolektivitas merupakan satu kesatuan yang terbuka dan
ketergantungan antara satu sama yang lainnya. Alasan pokok
terjadinya kondisi ini adalah bahwa individu dalam hidupnya
senantiasa menghubungkan kepentingan dan kepuasannya
pada orang lain. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa pada
akhirnya dengan didasari oleh perbedaan budaya di dalam
lingkup masyarakat di Karawang, konflik tidak dapat
dihindarkan para masyarakat yang saling bersinggungan
dikarenakan hubungan sosial yang kurang baik.
Di dalam lingkup masyarakat maupun kelompok-
kelompok social terdapat hal-hal yang dianggap baik atau
bernilai, akan tetapi hal-hal tersebut tidak banyak terdapat,
sehingga ada golongan tertentu yang merasa dirugikan (di
samping mereka yang beruntung). Pribadi maupun kelompok
yang menyadari adanya perbedaan misalnya dalam ciri-ciri
badaniah, emosi unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku

100 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat
mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu
pertentangan atau pertikaian (konflik). Perasaan memegang
peranan penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan
tersebut sedemikian rupa, sehingga masing-masing pihak
berusaha untuk saling menghancurkan. Perasaan yang
biasanya berwujud amarah dan rasa benci yang menyebabkan
dorongan-dorongan untuk melukai atau menyerang pihak lain,
atau menekan dan menghancurkan individu atau kelompok
yang menjadi lawan dalam bersaing. Adapun bentuk per-
saingan yang ada pada masyarakat pribumi dengan
masyarakat pendatang tidak lain salah satu faktornya yaitu
persaingan ekonomi. Masyarakat pribumi merasa takut dan
tidak terima untuk tersaingi apabila nantinya masyarakat
pendatang akan menguasai dan mendominasi lapangan
pekerjaan pada sektor industri yang ada di Karawang serta
keberadaan di lingkungan mereka yang kian banyak
berdatangan dikhawatirkan dapat membawa perubahan yang
signifikan pada budaya daerah setempat. Pertentangan atau
pertikaian adalah suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan
kekerasan. Gejala-gejala yang mengarah pada konflik di
Karawang dapat dilihat melalui beberapa bentuk hubungan
berikut:
1. Perasaan Tidak Senang
Gejala yang mereka tampak di sini adalah rasa sinisme
terhadap orang lain yang tidak disukai dengan cara
membantahkan atau mengejek secara tersembunyi
dibelakang orang yang dimaksud. Perasaan tidak senang
ini, sering kali tidak disadari oleh orang lain melainkan
hanya dirasakan oleh kedua belah pihak pada lingkungan
yang terkait saja.
2. Terjadi Salah Paham
Kesalahpahaman bisa terjadi akibat komunikasi yang
kurang baik sehingga terjadi perbedaan pendapat dalam
menilai suatu perkataan atau tindakan orang lain. Hal yang

Persepsi Publik Pribumi dalam Menyikapi Masyarakat Pendatang di Karawang 101


mendorong terjadinya kesalahpahaman ini adalah
prasangka buruk terhadap orang lain kesalahpahaman
antar sesame masyarakat kerap terjadi dikarenakan salah
bicara (bicara yang tidak pada tempatnya) tapi tidak sam-
pai berlarut-larut. Biasanya akan diselesaikan masalahnya
pada saat itu juga.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Didasari oleh perbedaan budaya di dalam lingkup
masyarakat di Karawang, konflik tidak dapat dihindarkan
para masyarakat yang saling bersinggungan dikarenakan
hubungan sosial yang kurang baik.
2. Masyarakat Pribumi merasa tidak terima untuk tersaingi
oleh masyarakat pendatang.
3. Keresahan atau kekhawatiran dengan hadirnya masyarakat
pendatang dapat membawa perubahan yang signifikan
pada budaya setempat.

Daftar Pustaka
Swistantoro, Murpa Ali. Hubungan Sosial Masyarakat
Tempatan dengan Masyarakat Pendatang di Desa Koto
Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar.
Di akses oleh penulis pada 15 Desember 2021.
https://repository.unri.ac.id/jspui/bitstream/1234567
89/1024/1/jurnal.pdf

Sawitri Dian Ratna, Palupi Tyas. Oktober 2017. Hubungan


Antara Sikap Perilaku Pro-Lingkungan Ditinjau dari
Perspektif Theory Of Planned Behavior. Di akses oleh
penulis pada 16 Desember 2021.
file:///C:/Users/FAISAL/Downloads/18936-40376-1-
SM.pdf

102 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Komunikasi Antarbudaya pada Pasangan
yang Berbeda Suku atau Etnis dan
Pengaruhnya dalam Kehidupan
Erby Amando Aslin

Komunikasi merupakan sebuah proses di mana sebuah


interaksi antara komunikan dan komunikator yang sedang
berbicara terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Komunikasi sendiri bisa dikatakan merupakan hal yang paling
spesial bahkan krusial dalam kehidupan setiap umat manusia.
Interaksi sosial bisa tidak berarti apa-apa jika komunikasi di
dalamnya tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Begitu juga
di dalam dunia profesional atau dunia kerja komunikasi
merupakan hal yang penting dalam memberikan perintah dari
atasan kepada bawahan atau sebaliknya. Di sini penjelasan
yang ingin dijabarkan adalah tentang perbedaan suku atau
etnis dalam hubungan rumah tangga orang yang sudah
menikah yang mana sering terjadi perselisihan antara
pasangan laki-laki dan perempuannya dalam rumah tangga
mereka. Karena perbedaan budaya dan bahasa yang
digunakan banyak hal yang terjadi mulai dari masalah-
masalah kecil dan masalah-masalah yang besar. Terkadang
banyak pasangan yang berbeda suku atau etnis dan budayanya
dikarenakan nikah paksa oleh orang tuanya tanpa mengenal
satu sama lain di sebelumnya, karena hal tersebutlah terjadi
perbedaan budaya yang sangat signifikan dan menyebabkan
masalah dalam rumah tangga mereka.
Tantangan bagi para pasangan yang berbeda suku juga
bermacam-macam yang pertama yang pasti sering mendengar
komentar negatif dari para tetangganya dikarenakan dikaitkan
dengan stereotip suku tertentu contohnya seperti suku Sunda
dan suku Jawa tidak boleh menikah, ada juga perbedaan
pendapat saat menentukan tradisi pada acara penting
contohnya ada acara hamil sang istri jika di dalam suku sunda
ada bermacam-macam acara yang wajib dilakukan pada saat

103
istri sedang hamil tetapi jika di suku-suku yang lain belum
tentu acara tersebut ada dan hal tersebut bisa menyebabkan
masalah dalam rumah tangga tergantung kebudayaan masing-
masing, lalu ada hal yang sangat sulit dilakukan oleh para
pasangan yaitu beradaptasi dengan lingkungan dan kebiasaan
baru karena perbedaan suku tersebut. Semua hal tersebut
sangat penting dalam keberlangsungan rumah tangga para
pasangan yang berbeda suku, karena satu sama lain wajib
saling mengenal budaya masing-masing dan menghormati
budaya tersebut tanpa adanya permasalahan dalam rumah
tangganya. Karena itu komunikasi antarbudaya adalah hal
yang sangat penting dalam hal ini.
A. Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya dua kata tapi dua
konsep yang tidak bisa dipisahkan, harus dicatat bahwa studi
komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang
menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi
(William B.Hart II, 1996).
Menurut Alo Liliweri dalam bukunya yaitu dasar-dasar
komunikasi antar budaya, komunikasi antarbudaya adalah
menambah kata budaya ke dalam pernyataan “komunikasi
antara dua orang atau lebih yang berbeda latar belakang
kebudayaan”. Beberapa ahli komunikasi antarbudaya
mengemukakan pendapatnya tentang definisi komunikasi
antarbudaya dengan penjelasannya masing-masing, yaitu
sebagai berikut:
1. Andrea L.Rich dan Dennis M.Ogawa menyatakan dalam
buku Intercultural Communication, A Reader bahwa
komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-
orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antara suku
bangsa, etnik, ras dan kelas sosial (Larry A. Samovar dan
Richard Porter,1976:25).
2. Samovar dan Porter (1976:4) juga menyatakan komunikasi
antarbudaya terjadi di antara produsen pesan dan
penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya
berbeda.

104 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


3. Chaley H. Dood (1991:5) mengungkapkan komunikasi
antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta
komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi atau
kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang
kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para
peserta (1991).
4. Komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi
simbolik, interpretatif, transaksional, dan kontekstual yang
dilakukan oleh sejumlah orang yang karena memiliki
perbedaan derajat kepentingan memberikan interpretasi
dan harapan secara berbeda terhadap apa yang
disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai
makna yang dipertukarkan (Lustig dan Koster,1993).
5. Komunikasi antarbudaya (Intercultural Communication)
adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-
orang berbeda budaya.

B. Pernikahan
Pernikahan adalah upacara atau acara pengikatan janji nikah
di antara dua orang laki-laki dan perempuan yang
dilaksanakan dengan maksud untuk meresmikan ikatan per-
nikahan mereka dengan norma-norma yang ada. Pernikahan
juga memiliki banyak ragamnya tergantung dengan suku
bangsa, agama, atau budaya yang sedang menikah. Pem-
bahasan kali ini termasuk dengan komunikasi antar budaya
yang mana mengambil tema tentang pernikahan antara dua
suku yang berbeda. Pada acara pernikahan antara dua suku
yang berbeda tersebut juga kadang terdapat penggunaan adat
atau aturan-aturan tertentu yang kadang berkaitan dengan
aturan hukum agama-agama tertentu. Contohnya seperti
orang Jawa dan orang Sunda yang kebanyakan menggunakan
aturan dengan hukum agama Islam berbeda dengan
kebanyakan orang-orang Sumatera atau bisa kita sebut
sebagai suku Batak, mereka lebih mayoritas Kristen dan
Katolik.

Komunikasi Antarbudaya pada Pasangan yang Berbeda Suku atau Etnis… 105
Pernikahan di Indonesia juga mempunyai syarat-syarat
ada banyak hal yang perlu kita penuhi jika ingin melaksanakan
sebuah pernikahan. Syarat-syarat tersebut yaitu
1. Ada persetujuan dari kedua belah pihak.
2. Untuk yang belum berumur 21 tahun, harus mendapat izin
dari kedua orang tua. Atau jika salah seorang dari kedua
orang tua telah meninggal atau tidak mampu menyatakan
kehendaknya, maka izin dapat diperoleh dari orang tua
yang masih hidup atau orang tua yang mampu menyatakan
kehendaknya.
3. Bila orang tua telah meninggal dunia atau tidak mampu
menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali,
orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai
hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas.
Dalam pernikahan juga tak jarang ada yang terjadi
pernikahan gagal dikarenakan tidak adanya persetujuan dari
orang tua kedua belah pihak atau salah satu pihak tersebut.
Banyak juga terjadi kasus-kasus di mana anak di bawah umur
sudah menikah di Indonesia walaupun di dalam aturan
undang-undang tidak terdapat larangan untuk anak di bawah
umur tetapi hal tersebut masih menjadi hal yang tabu di
negara kita. Terlebih lagi jika pernikahan tersebut adalah hasil
nikah paksa karena salah satu pihak mempunyai masalah atau
hutang yang tidak dapat dilunasi dan hanya bisa dilunaskan
dengan cara menikahkan anaknya. Maka dari itu banyak
terjadi permasalahan dalam rumah tangga orang-orang yang
menikah karena paksaan, dan bisa jadi hal tersebut adalah
karena perbedaan suku dan budaya mereka.

Hasil dan Pembahasan


Di sini saya mewawancarai 2 pasangan yang sudah menikah
tetapi berbeda suku dan budayanya. Saya menanyakan
tentang bagaimana kehidupan mereka di awal pernikahan
mereka 1 tahun ke depan, bagaimana cara mereka bisa
melewati hal tersebut dan bagaimana cara mereka bisa saling
mengerti satu sama lain dengan budaya dan suku yang

106 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


berbeda. kedua pasangan tersebut menjawab dengan jawaban
yang berbeda dan sedikit hampir sama.
Pada pasangan yang pertama mereka menjawab tentang
kehidupan mereka di satu tahun pernikahan mereka sangat
sulit karena mereka sebelumnya tidak mengenal satu sama
lain, hanya bertemu melalui media sosial dan langsung
menjalin pernikahan karena sang lelaki sudah sukses terlebih
dahulu, mereka bilang sangat sulit karena walaupun ekonomi
mereka tercukupi tetapi komunikasi mereka sangatlah
terhambat karena kebudayaan yang sangat berbeda. Di sini
yang laki-laki adalah orang asli suku Dayak Kalimantan dan
wanitanya adalah orang Papua. Mereka mendapatkan banyak
masalah di awal pernikahan mereka karena sifat wanitanya
yang Ingin selalu dituruti keinginannya. Mereka memberikan
contoh oh pada awal-awal pernikahan mereka dari cara makan
saja sang suami diatur oleh istrinya karena makan atau
spaghetti menggunakan sendok dan garpu, sedangkan
wanitanya ingin suaminya hanya menggunakan sendok saja
dan jangan terlalu mengikuti budaya-budaya Barat. Dalam
satu tahun pertama tersebut mereka sangat sering
mendapatkan masalah tetapi mereka saling belajar Melalui
masalah tersebut untuk memperbaiki keberlangsungan
kehidupan pernikahan mereka agar menjadi lebih baik, saling
mendukung dan saling menghormati kebudayaan masing-
masing.
Pada pasangan yang kedua mereka menjawab bahwa
kehidupan 1 tahun pertama pernikahan mereka sangatlah
spesial karena hal tersebut adalah hari-hari di mana mereka
lebih sering menghabiskan waktu berdua dan membicarakan
tentang masa depan mereka akan seperti apa, mereka juga
berkata kenapa mereka sangat menganggap awal pernikahan
mereka sangat spesial karena sebelum-sebelumnya juga
mereka sudah mengenal satu sama lain dan sudah tahu
tentang budaya dari sukunya masing-masing jadi pada
pernikahan mereka tidak terlalu kesulitan dalam menghadapi
komunikasi antarbudaya yang ada karena dari awal pasangan
ini sudah saling support dan menghargai pendapat masing-

Komunikasi Antarbudaya pada Pasangan yang Berbeda Suku atau Etnis… 107
masing. Laki-lakinya juga sudah terlebih dahulu bisa dan fasih
untuk berbicara bahasa sang wanita. Mereka adalah pasangan
dari suku Banjar dan Sunda. Perbedaan tersebut tidak
membuat mereka gentar dan terjadi masalah di kehidupan
mereka tetapi perbedaan tersebut malah saling meng-
untungkan untuk mereka karena mereka bisa mempelajari
budaya masing-masing.
Dengan mewawancarai mereka saya sebagai penulis jadi
lebih mengetahui tentang bagaimana kehidupan jika kita
memiliki pasangan yang berbeda suku atau etnis. Dari kedua
jawaban dua pasangan yang telah saya wawancarai, dapat saya
simpulkan bahwa jika kita memang mempunyai pasangan
yang berbeda suku atau budaya, kita sebaiknya harus saling
mengetahui budaya-budaya tersebut walaupun kita berbeda
suku tapi kita hidup di Indonesia yang mana kita menganut
Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap
satu jua, termasuk dalam komunikasi antarbudaya ini, terlebih
lagi di dalam pernikahan yang pasangannya berbeda suku.
Kesimpulan
Di sini kesimpulan yang dapat saya ambil adalah bahwa
komunikasi antar budaya dalam pasangan yang berbeda suku
dan budaya adalah hal yang sangat penting di mana kita wajib
mengetahui tentang pasangan kita terlebih dahulu agar
keberlangsungan rumah tangga menjadi hal yang mudah dan
Membuat hubungan rumah tangga menjadi semakin baik dan
lebih baik lagi ke depannya.
Tak hanya itu komunikasi antar budaya juga sangat
penting untuk keberlangsungan hidup karena kita hidup di
Indonesia di mana semua rakyatnya mempunyai suku yang
berbeda-beda jadi kita harus lebih paham mengenai semua
suku agar kita bisa lebih menghormati budaya mereka dan
mereka juga bisa menghormati budaya kita karena
komunikasi antar budaya adalah hal yang sangat penting jadi
hal tersebut wajib kita jadikan skill dari diri kita sendiri agar
kita bisa lebih berbaur kepada suku-suku lain tanpa merasa
terganggu akan perbedaan budayanya dan menjadi lebih

108 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


membuka pikiran agar tidak ada rasisme yang terjadi di negara
ini.

Daftar Pustaka

Astuti, MT. 2017. Ilmu Komunikasi Antar Budaya. 2, 5-6.

CloseUp. 4 Tantangan Yang Harus Siap Dihadapi Saat Pacaran


Beda Suku. Diakses pada Desember 14, 2021, dari
https://www.close-up.com/

Hadawiyah. 2016. Komunikasi Antarbudaya Pasangan Beda


Etnis: Studi Fenomenologi Pasangan beda Etnis Suku
Sulawesi-Jawa di Makassar. Jurnal Lentera Komunikasi,
1-17.

Wikipedia. Pernikahan. Diakses pada Desember 14, 2021, dari


https://id.wikipedia.org/

Komunikasi Antarbudaya pada Pasangan yang Berbeda Suku atau Etnis… 109
110 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore
Perbedaan Budaya Dapat Mendorong
Manusia untuk Saling Mengenal dan
Memperkaya Pengetahuan Mengenai
Wawasan Budaya
Dilla Puspitasari

Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki


perbedaan, termasuk beraneka ragam bahasa, etnis, agama,
budaya, dan status sosial. Perbedaan dapat menjadi yang
mempersatukan masyarakat namun juga dapat menjadi
benturan antar etnik, antar agama, antar budaya, antar norma-
norma hidup. Perbedaan budaya (multikultural) adalah hal
yang alami karena bertemu berbagai bahasa, budaya,
berkomunikasi individu dan kelompok dengan membawa
sikap budaya, latar belakang agama, keluarga, dan etnis ter-
sebut saling berhubungan dalam komunitas warga Indonesia.
Masyarakat Indonesia tercakup dalam masyarakat heterogen
karena terdiri dari berbagai keanekaragaman suku bangsa,
agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Dalam me-
lakukan suatu komunikasi untuk memenuhi keperluan hidup
individu ataupun kelompok melakukan interaksi baik sesama
budaya maupun dengan individu atau kelompok lain yang
berbeda latar belakang budaya, maka di titik tersebut
terwujudnya komunikasi antara perbedaan budaya.
Dalam komunikasi horizontal antar warga, Mulyana
menyebutkan, benturan antar suku masih terjadi di berbagai
daerah, mulai dari sekadar steorotip dan prasangka antar
suku, diskriminasi, hingga ke konflik terbuka dan pembantaian
antar suku yang memakan korban jiwa. Dalam masyarakat
multikultural, komunikasi sesama manusia cukup tinggi
intensitasnya, sehingga kemampuan sosial masyarakat dalam
berkomunikasi antarmanusia perlu dimiliki setiap masyarakat
yang ada. Menurut Curtis, kemampuan tersebut mencakup 3
wilayah, yaitu affiliation (kerja sama), cooperation and

111
resolution conflict (kerja sama dan penyelesaian konflik),
kindness, care and affection/emphatic skill (keramahan, per-
hatian, dan kasih saying) (Cangara Hafied, 2011). Komunikasi
antarbudaya yang secara optimal ada beberapa hal yang harus
dicermati, yaitu (1) menghormati dan menghargai anggota
budaya lain sebagai manusia; (2) menghormati dan meng-
hargai budaya lain sebagaimana apa adanya dan bukan
sebagaimana yang diinginkan; (3) menghormati dan meng-
hargai hak anggota budaya lain untuk bersikap berbeda dari
cara bersikap; dan (4) komunikator lintas budaya yang
kompeten harus belajar menghargai hidup bersama orang dari
budaya lain.
Yang sangat penting dalam komunikasi adalah aktivitas
memaknai informasi yang disampaikan oleh sumber informasi
dan pemaknaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi
yang diterimanya. Pemaknaan terhadap informasi bersifat
kontekstual dan subjektif, yang artinya masing-masing pihak
(sumber informasi dan audience) mempunyai wadah untuk
memaknakan informasi yang disebarkan atau yang
diterimanya berdasarkan kepada apa yang diyakini, dirasakan,
dan mengerti serta berdasarkan pada tingkat pengetahuan
kedua belah pihak sedangkan sifat dari kontekstual yaitu
pemaknaan itu berkaitan erat dengan kondisi tempat dan
waktu di mana informasi tersebut berada. Sebagai itu, konteks
sosial budaya ikut masuk kedua belah pihak dalam meng-
artikan informasi yang disebarkan dan yang diterima. Oleh
karena itu, sebuah proses komunikasi memiliki dimensi yang
amat luas dalam pemaknaannya, karena dilakukan oleh
subjek-subjek yang beragam dan konteks sosial budaya yang
majemuk. Komunikasi antar budaya tidak hanya terdapat di
lingkungan masyarakat secara umum, tapi terdapat juga di
lingkungan pendidikan contohnya universitas/kampus,
institut, bahkan sekolah. Dalam perkuliahan terjadi proses
komunikasi antar mahasiswa baik yang sesame etnik maupun
dengan yang berbeda etnik. Tetapi ada kalanya, saat
menjalankan komunikasi yang baik dan benar secara langsung
maupun memakai media dari dua individu yang berbeda latar

112 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


belakang sosial budaya ini sering terjadi ‘misunderstanding’
dalam pengartian makna yang diakibatkan karena tiap-tiap
individu memiliki latar belakang budaya yang berbeda
menjadi pengaruh keoptimalan dalam menjalankan
komunikasi.
Permasalahan yang terjadi perbedaan tidak menjadi
suatu hambatan untuk terus berinteraksi meskipun adanya
perbedaan jika selalu mengutamakan sikap saling menghargai
perbedaan baik dari segi budaya berupa bahasa dan dialek,
perilaku dan gaya hidup. Di masa sekarang, komunikasi secara
langsung ataupun melalui dunia maya (Facebook, WhatsApp,
Instagram, Line, Twitter) masih belum berjalan dengan baik
karena masing-masing individu masih memakai bahasa dan
dialek daerah asalnya dalam melakukan komunikasi sehingga
masing-masing orang memiliki pemikiran yang berbeda dalam
menangkap pesan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pesan komunikasi verbal dan penghalang-penghalang yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan teknik pengamatan atau observasi.
Komunikasi adalah kata yang berasal dari bahasa Latin
communication yang artinya ‘pemberitahuan’ atau ‘pertukaran
pikiran’. Dalam suatu proses komunikasi diperlukan adanya
faktor-faktor kesamaan agar terjadi suatu pertukaran pikiran
dan pengertian dengan komunikator (penyebar informasi)
dan penerima informasi (Suprapto, 2011:5). Rogers dengan D.
Lawrence Kincaid dalam (Cangara, 2011:59) membuahkan
pemaknaan baru yang mengemukakan bahwa: “Komunikasi
adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk
atau menjalankan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada waktunya akan tiba saling memahami yang
mendalam”. Menurut Young Yung Kim dalam (Suranto
2010:32) komunikasi antar budaya menunjukkan pada suatu
kejadian komunikasi di mana para anggotanya memiliki latar
belakang budaya yang berbeda turun dalam suatu kontak
antara satu individu dengan individu yang lainnya, baik secara
tidak langsung ataupun langsung. Tubbs dan Moss dalam
(Sihabudin 2013:13) komunikasi antarbudaya pengertiannya

Perbedaan Budaya Dapat Mendorong Manusia untuk Saling Mengenal… 113


adalah komunikasi antar individu-individu yang berbeda latar
belakang budaya (baik dalam arti suku, etnik, agama ataupun
perbedaan sosialekonomi). Adapun tujuan dari komunikasi
(Suranto 2010:36) adalah:
1. Membuat kita mampu berkomunikasi efektif.
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara verbal
dan nonverbal.
3. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang muncul
dalam komunikasi antarbudaya.
4. Memahami bagaimana perbedaan latar belakang sosial
budaya memengaruhi komunikasi.
Syarat-syarat umum untuk membenahi keahlian
berkomunikasi dengan berbagai orang yang berbeda latar
belakang (Suranto, 2010:40-43) adalah:
1. Adanya perbedaan latar belakang sosial budaya.
2. Adanya dampak komunikasi yang sesuai ataupun tidak
sesuai dengan yang dikehendaki.
3. Komunikasi butuh dukungan saluran (channel) yang
relevan.
4. Komunikasi adalah suatu proses.
5. Komunikasi harusnya meraih tujuan tertentu.
6. Komunikasi adalah system transaksional pesan.
7. Karakteristik komunikasi penting untuk diperhatikan.
Bahasa merupakan alat komunikasi utama manusia.
Berdasarkan Arnold dan Hirsch dalam (Sihabudin, 2013:89)
ada empat kegunaan bahasa, yaitu 1) sebagai pengenal
(identifies), 2) sebagai alat berinteraksi, 3) sebagai katarsis, 4)
sebagai manipulatif. Phinney dalam (Tarakanita dan Cahyono
2013:101-102) mengutarakan 3 tahapan kemajuan identitas
budaya yang akan ditempuh oleh individu sepanjang rentan
kehidupannya melalui proses komitmen dan eksplorasi. Ketiga
tahapan status identitas etnik tersebut adalah:
1. Identitas budaya “Unexamined”.
2. Identitas budaya search atau disebut moratorium.
3. Identitas budaya achieved.

114 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Hasil dan Pembahasan
Penelitian yang dilakukan adalah melalui metode kualitatif
adalah sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan
kukuh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang
terjadi dalam lingkungan setempat, menurut Miles dan
Huberman (Silalahi 2012:284). Fokus penelitian dari peneliti
yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan dalam komunikasi antarbudaya
menurut individu atau kelompok.
2. Bagaimana makna dalam komunikasi antarbudaya
menurut individu atau kelompok.
Leathers dalam (Sihabudin, 2013:99) penampilan
mengomunikasikan makna. Komunikasi lewat penampilan
atau biasa disebut komunikasi artifaktual (artifactual
communication) sebagai bagian dari sistem komunikasi non-
verbal mencakup segala sesuatu yang digunakan orang atau
melakukan sesuatu terhadap badan untuk memodifikasi
penampilannya. Tidak meragukan jika banyak individu ber-
usaha memperbaiki penampilannya dengan memakai busana
mahal, kosmetik, model rambut tertentu, dan lain sebagainya.
Oleh karenanya, pembahasan tentang komunikasi artifaktual
lebih memprioritaskan pada hal-hal tersebut. Dengan adanya
gaya hidup yang modern mempengaruhi status sosial dalam
melakukan interaksi hanya sekadar friendly namun untuk
mengatasi hal itu tergantung karakter pembawaan diri
masing-masing individu. Dalam Suranto (2010:189) tingkah
laku adalah perasaan seseorang tentang benda, aktivitas,
kejadian dan individu lain. Perasaan ini menjadi konsep yang
merepresentasikan suka atau tidak suka terhadap orang lain.
Tingkah laku bisa bersifat positif, negatif, dan netral. Tingkah
laku bisa mendesak individu menjadi ambiven terhadap suatu
objek, yang berarti ia terus merasa kegelisahan dan labil untuk
berpendirian positif atau negatif terhadap kejadian tertentu.
Terdapat efek sikap terhadap tingkah laku komunikasi sosial
budaya dan sering bersifat irasional. Keberhasilan interaksi
juga dipengaruhi suasana tingkah laku orang-orang yang
terlibat dalam proses komunikasi.

Perbedaan Budaya Dapat Mendorong Manusia untuk Saling Mengenal… 115


Tujuan dari komunikasi yang dilakukan adalah saling
mengenal, saling memperkaya pengetahuan wawasan budaya,
serta mempererat hubungan satu sama lain sehingga bisa
menjadi teman, sahabat, keluarga, bertukar pesan mengenai
dunia pendidikan misalnya berkaitan dengan tugas-tugas atau
kegiatan kampus dan gaya hidup. Dalam Soekanto (2010:58-
62) interaksi sosial amat berguna dengan tujuan menelaah dan
mempelajari banyak hambatan di dalam lingkungan
masyarakat, contohnya di negara Indonesia dapat dibicarakan
bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi antara bermacam-
macam suku bangsa atau ras, antar golongan-golongan yang
disebut mayoritas dan minoritas dan antara golongan ter-
pelajar dengan golongan agama dan juga yang lainnya.
Interaksi sosial juga merupakan kunci semua kehidupan sosial
karena tidak adanya interaksi sosial, tidak mungkin adanya
kehidupan bersama. Interaksi sosial adalah hubungan yang
dinamis, terkait hubungan antara individu, antara kelompok
ataupun antara individu dengan kelompok tersebut.
Ada 2 syarat terjadinya interaksi sosial yaitu pertama,
adanya kontak sosial (social contact) yang dapat terjadi dalam
tiga bentuk yaitu antarindividu, antarindividu dengan
kelompok, antarkelompok. Selain hal itu, suatu kontak dapat
juga bersifat secara langsung maupun tidak langsung dan
kedua, adanya komunikasi yaitu individu memberi makna
pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan
lantas memberi respon terhadap perasaan yang telah
diberitahukan oleh individu tersebut. Interaksi dalam
komunikasi verbal dapat berupa secara bahasa yang dipakai
dalam melakukan komunikasi. Dalam Suranto (2010:58)
bahwa proses komunikasi verbal adalah kegiatan interaksi
penyampaian dan penerimaan informasi-informasi yang
dilakukan dengan diskusi (percakapan) dan tulisan. Wadah
yang digunakan adalah melalui bahasa dan kata-kata adalah
bagian terpenting dalam cara pengemasan informasi-
informasi. Salah satu peristiwa yang mempengaruhi proses
komunikasi sosial budaya adalah proses komunikasi verbal.

116 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Bahwa bahasa dan kata-kata merupakan wadah untuk
menyampaikan pikiran dan perasaan.
Di dalam ilmu sosiologi, komunikasi mengungkapkan
bahwa komunikasi sebagai suatu proses mengartikan yang
dilakukan oleh seseorang terhadap suatu pesan, sikap, dan
tingkah laku orang lain yang berbentuk wawasan, kata-kata
dan gerak-gerik atau sikap, tingkah laku, dan perasaan-
perasaan sehingga membuat reaksi-reaksi terhadap pesan,
sikap, dan tingkah laku tersebut berdasarkan pada
pengalaman atau kejadian yang pernah individu tersebut
rasakan. Peristiwa komunikasi sangat dipengaruhi oleh alat
yang digunakan, sehingga alat tersebut kadangkala juga
memengaruhi isi informasi atau pesan dan makna, bahkan
merupakan arti dari pesan tersebut. Contoh, seorang lelaki
memberikan bunga dan cokelat kepada seorang wanita, maka
pemberiannya tersebut dapat diartikan sebagai ungkapan
perasaan cinta, sayang, persahabatan, suka, perdamaian, dan
sebagainya. Dengan demikian, hal penting dalam komunikasi
adalah bagaimana individu memberikan pemaknaan pada
tingkah laku orang lain, seperti misalnya pembicaraan,
gerakan, sikap, dan simbol-simbol yang digunakan. Untuk low
context culture dikenali dengan pesan verbal dan jelas, gaya
bicara langsung, terus terang serta lugas (Dumbrava, 2010).
Sementara menurut Edward T. Hall dalam (Liliweri, 2011:191)
mengungkapkan bahwa low context culture adalah konteks
yang berasal dari individu-individu yang mempunyai kode
pesan yang bersifat eksplisit atau lebih denotative yang
memudahkan seseorang semakin besar kemungkinan berbagi
pesan dan pengalaman. Budaya konteks rendah adalah sebuah
kebudayaan di mana prosedur pengalihan pesan bersifat
eksplisit dan lebih mudah.
Hal berikutnya adalah high context culture. Pada
dasarnya high context culture dapat diwujudkan dalam pola
berbicara yang basa-basi, tetapi ada juga unsur indikatif dan
perilaku non-verbal dalam penyampaian arti (Dumbrava,
2010). Pendapat dari Edward T. Hall dalam (Liliweri,
2011:191) high context culture adalah hal yang berasal dari

Perbedaan Budaya Dapat Mendorong Manusia untuk Saling Mengenal… 117


individu-individu yang mempunyai kode pesan yang bersifat
indikatif atau yang bersifat simbolis, hal ini membuat kecil
kemungkinan seseorang berbagi pesan dan pengalaman. Dua
hal kebudayaan di atas dapat dilihat dalam interaksi dan
komunikasi antara para individu yang memiliki latar belakang
suku, bangsa, agama, dan budaya yang berbeda, antara lain
Suku Batak, Aceh, Manado, Sunda, Padang, Jawa, Jambi, Flores,
dan lain-lain.
Komunikasi antarbudaya akan optimal apabila di dalam
komunikasi antarbudaya terjadi situasi yang mindful.
Komunikasi antar budaya yang mindful akan tiba jika masing-
masing individu yang terlibat dalam komunikasi tersebut
dapat meminimalkan ‘misunderstanding’ budaya dengan cara
mereduksi persepsi yang negatif, perilaku etnosentrisme,
prasangka dan stereotip. Selain itu, situasi dan kondisi mindful
ini juga akan terwujudkan jika kedua individu dapat mengatur
kegelisahan dan ketidakpastian yang dihadapi. Komunikasi
budaya tidak akan terjadi dalam kondisi mindful jika tiap
individu dalam komunikasi tersebut menempatkan individu
yang lainnya sebagai objek atau benda. Komunikasi budaya
akan mindful apabila memperlakukan orang lain secara “Aku-
Engkau”. Hal ini berarti dapat kita mengerti bahwa komunikasi
antarbudaya di lingkungan kita akan tercapai jika dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman, sahabat, dan
keluarga kita melakukan komunikasi budaya yang mindful.
Pemahaman ini merupakan dasar dari tingkat
pemahaman individu terhadap informasi-informasi dalam
komunikasi. Individu yang berasal dari budaya lain, yang
mempunyai latar belakang budaya yang berbeda dengan kita.
Dalam situasi seperti ini, setiap individu yang terlibat dalam
komunikasi antarbudaya itu harus bekerja secara ‘mindfully’
pada saat kegelisahan dan ketidakpastian datang secara
berlebihan. Ketidakpastian bersifat kognitif, sedangkan ke-
gelisahan bersifat afektis sebagai suatu emosi. Ketidakpastian
berhubungan dengan pikiran, sedangkan kegelisahan
berhubungan dengan perasaan. Kegelisahan sebagai perasaan

118 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


menjadi tak nyaman, tegang, khawatir, cemas terhadap apa
yang akan terjadi.
Kesimpulan
Setelah melewati tahapan hasil penelitian dan pembahasan,
pada bab ini akan dijelaskan hasil kesimpulan dari penelitian
yang dilakukan antara lain yaitu Pengetahuan dalam
komunikasi antarbudaya di tiap individu-individu di
lingkungan pendidikan berjalan cukup baik dapat terlihat
dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati
perbedaan baik dari segi budaya berupa bahasa dan dialek,
gaya hidup dan tingkah laku. Makna dalam komunikasi
antarbudaya di tiap individu-individu di lingkungan
pendidikan, baik secara langsung maupun melalui media sosial
(Facebook, WhatsApp, Instagram, Line, Twitter) belum
berjalan dengan baik dikarenakan masing-masing budaya
masih menggunakan bahasa dan dialek daerah asal dalam
melakukan interaksi sehingga masing-masing orang memiliki
pemahaman yang berbeda dalam menangkap informasi,
sehingga dapat dikatakan kurangnya penggunaan kata dapat
mempengaruhi proses interaksi.
Dalam kehidupan multicultural dibutuhkan pemahaman
dan kesadaran multibudaya yang menghargai dan meng-
hormati perbedaan, kemajemukan dan sekaligus keinginan
berinteraksi dengan siapa pun secara adil. Menghadapi
keanekaragaman, maka dibutuhkan sikap moderasi, bentuk
moderasi ini bisa berbeda antara satu tempat dengan tempat
yang lainnya. Sikap moderasi berupa pengakuan atas
keberadaan pihak lain, pemilikan sikap toleran, penghormatan
atas perbedaan pendapat, dan tidak adanya pemaksaan
pendapat atau keinginan dengan cara kekerasan. Diperlukan
peran dari pemerintah, tokoh masyarakat, dan para penyuluh
agama untuk menyosialisasikan, menumbuh kembangkan
wawasan moderasi beragama terhadap warga Indonesia
untuk terwujudnya kedamaian dan keharmonisan. Pada
akhirnya, apa yang kita bicarakan, bagaimana kita mem-
bicarakannya, apa yang kita lihat ikut membentuk,

Perbedaan Budaya Dapat Mendorong Manusia untuk Saling Mengenal… 119


menentukan, dan menghidupkan budaya kita sehingga
kedamaian dan keharmonisan dalam komunikasi antarbudaya
dan interaksi sosial dengan orang yang memiliki latar
belakang suku dan budaya yang berbeda di lingkungan akan
tetap terjaga dan stabil.

120 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Daftar Pustaka

Abdul Karim. 2015. Komunikasi Antar Budaya Di Era Modern.


Kudus: STAIN.

Agus Akhmadi. 2014. Relagion Moderation In Indonesia’s


Diversity. Surabaya: Balai Diklat Keagamaan.

Cahyono, M. Y. M. 2013. “Komitmen Identitas Etnik dalam


Kaitannya Dengan Eksistensi Budaya Lokal”. Jurnal Zenit,
2(2): 1-14.

Cangara Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada.

Liliweri, Alo. 2011. Makna Budaya Dalam Komunikasi


Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marselina Lagu. 2016. Jurnal “Acta Diurma” Volume V, No.3.


Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Sihabudin Ahmad. 2013. Komunikasi Antarbudaya: Satu


Perspektif Multidimensi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Silalahi Ulber. 2012. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: PT


Refika Aditama.

Suprapto Tommy. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi.


Yogyakarta: CAPS.

Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Tubbs, Stewart L & Sylvia Moss. 2013. Human Communication:


Kontek-Kontek Komunikasi. Buku Pertama dan
Penerjemah Deddy Mulyana. Bandung: Rosdakarya.

Perbedaan Budaya Dapat Mendorong Manusia untuk Saling Mengenal… 121


122 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore
Tanggapan dan Pengetahuan Generasi Z
terhadap Gaya Busana yang Berkaitan
Erat dengan Komunikasi Antarbudaya
Chece Amelya Puteri

Gaya busana atau fashion adalah bentuk pakaian atau gaya


yang dikenakan individu. Gaya busana yang dikenakan oleh
seseorang dapat menandakan status sosial orang tersebut, hal
ini dikarenakan gaya busana berhubungan dengan gaya hidup
(lifestyle) seseorang. Gaya busana dapat diartikan sebagai
simbol atau kode yang dapat membantu individu untuk
memahami makna-makna tersebut. Gaya busana masuk dalam
context-dependent, artinya sesuatu yang sama dapat diartikan
secara berbeda di setiap konsumen dalam situasi yang
berbeda pula. Perbedaan dalam mengartikan suatu makna
dalam gaya busana berkaitan dengan identitas individu yang
berbeda. Setiap individu memiliki persepsinya masing-masing
dalam melihat sesuatu, terutama gaya busana. Hal ini
dikarenakan manusia dipengaruhi beberapa hal seperti
keluarga, lingkungan, agama, teknologi, dan sebagainya
(Samovar, 2015).
Gaya busana sangat penting untuk beberapa orang,
karena gaya busana mengartikan sebuah identitas diri. Bukan
hanya itu gaya busana dapat mengungkapkan keadaan
perasaan seseorang, fenomena budaya, nilai sosial, dan simbol
non-verbal (Lestari, 2014). Gaya busana sebagai identitas diri
artinya, gaya busana sebagai simbol dari mana budaya
seseorang berasal. Sehingga gaya busana berkaitan dengan
komunikasi antarbudaya, karena gaya busana dapat
menampilkan, makna budaya dari seseorang tersebut. Gaya
busana yang semakin trendy tetap mempunyai makna di tiap
individu masing-masing. Apalagi di zaman sekarang,
banyaknya jenis gaya busana terdapat beberapa orang yang
memberikan salah persepsi dalam mengartikan makna dari
gaya busana tersebut. Mengenai hal ini penulis melakukan

123
penelitian dengan judul Tanggapan dan Pengetahuan Generasi
Z terhadap Gaya Busana yang Berkaitan Erat dengan
Komunikasi Antarbudaya untuk mengetahui tanggapan dan
pengetahuan generasi Z mengenai gaya busana dengan
komunikasi antar budaya.
Generasi Z (1999-2012)
Generasi Z (13-26 tahun) adalah yang lahir pada era reformasi,
atau setelah berakhirnya orde baru. Era ini ditandai dengan
media massa seperti media cetak, radio, dan stasiun televisi
yang baru muncul. Generasi Z juga disebut generasi internet,
karena hadirnya smartphone yang dapat browsing, social
media, online game, dan lainnya. Generasi Z adalah generasi
yang akrab dengan teknologi canggih dan mengenal teknologi
gadget yang secara tidak langsung mempengaruhi kepribadian
mereka (Shahreza, 2017).
Gaya Busana (Fashion)
Gaya busana adalah gaya berpakaian yang dikenakan sehari-
hari oleh individu. Menurut Thomas Karlyle “Pakaian adalah
perlambang dari jiwa. Pakaian tidak dapat dipisah dari
perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia.”
Artinya gaya busana mengandung sebuah simbol atau makna
yang menjadi kultur sosial. Melalui gaya busana kita dapat
melihat bahasa tubuh dari seseorang, karena gaya busana
mengandung makna yang mengarah pada konteks tindakan
sosial (Lestari, 2014).
Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi Antarbudaya adalah sebuah interaksi yang
dilakukan oleh tiap individu yang memilki latar diri yang
berbeda (Dr. H. Aang Ridwan, 2016). Komunikasi antarbudaya
menampilkan sebuah keragaman kebudayaan, dalam interaksi
ini terjadi sebuah fenomena bagaimana individu dapat
membandingkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

124 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini berhasil mendapatkan 48 responden, yang
berhasil dikumpulkan melalui kuesioner yang telah dibentuk
dan dibagikan. Responden dalam penelitian ini adalah
Generasi Z usia 13-26 tahun.

Dari diagram batang tersebut menyatakan usia


responden, terdapat usia 12 (5 responden), 13 (8 responden),
14 (18 responden), 15 (2 responden), 16 (1 responden), 18 (2
responden), 19 (8 responden), 20 (2 responden), 25 (1
responden), dan 26 (1 responden).

Diagram Lingkaran di atas adalah hasil dari pertanyaan


“Apa yang pertama kali kamu perhatikan dari seseorang saat
bertemu?” Pertanyaan tersebut mendapatkan 48 responden
dan dari 48 responden tersebut, 89,6% nya menjawab “Gaya
busana yang dikenakan” yaitu kolom biru, dan kolom merah
sebesar 10,4% yang berarti “Fisik yang dimiliki”.

Tanggapan dan Pengetahuan Generasi Z terhadap Gaya Busana… 125


Diagram Lingkaran di atas adalah hasil dari pertanyaan
“Apakah menurut kamu gaya busana seseorang menandakan
identitas diri seseorang?” Pertanyaan tersebut mendapatkan
48 responden dan dari 48 responden tersebut, 70,8% nya
menjawab “Ya” yaitu kolom biru, dan kolom merah sebesar
29,2% yang berarti “Tidak”.

Kolom pendapat di atas adalah hasil pendapat


responden mengenai “Alasan gaya busana sebagai identitas
diri” terdapat 33 responden yang memberikan pendapat, rata-
rata jawaban adalah “karena melalui pakaian dapat melihat
bagaimana sosok sebenarnya orang tersebut”.

126 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Diagram Lingkaran di atas adalah hasil dari pertanyaan
“Apakah gaya busana mempengaruhi kamu untuk berinteraksi
dengan orang lain?” Pertanyaan tersebut mendapatkan 48
responden dan dari 48 responden tersebut, 43,8% nya
menjawab “Ya” yaitu kolom biru, dan kolom merah sebesar
56.3% yang berarti “Tidak”.

Kolom pendapat di atas adalah hasil pendapat


responden mengenai “Bagaimana mereka terpengaruhi gaya
busana saat berinteraksi” terdapat 25 responden yang
memberikan pendapat, rata-rata jawaban adalah “ketika
lawan bicara berpakaian sopan dari dia akan memberikan
pengaruh yang baik saat berinteraksi, seperti nyaman.”

Tanggapan dan Pengetahuan Generasi Z terhadap Gaya Busana… 127


Diagram Lingkaran di atas adalah hasil dari pertanyaan
“Apakah gaya busana yang baik membuat kamu percaya diri?”
Pertanyaan tersebut mendapatkan 48 responden dan dari 48
responden tersebut, 87.5% nya menjawab “Ya” yaitu kolom
biru, dan kolom merah sebesar 12.5% yang berarti “Tidak”.

Kolom pendapat di atas adalah hasil pendapat


responden mengenai “Bagaimana gaya busa versi terbaik versi
diri sendiri untuk bertemu orang” terdapat 25 responden yang
memberikan pendapat, rata-rata jawaban adalah “ketika
lawan bicara berpakaian sopan dari dia akan memberikan
pengaruh yang baik saat berinteraksi, seperti nyaman.”

128 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Diagram Lingkaran di atas adalah hasil dari pertanyaan
“Apakah gaya busana dapat mempengaruhi komunikasi
antarbudaya?” Pertanyaan tersebut mendapatkan 48
responden dan dari 48 responden tersebut, 66.7% nya
menjawab “Ya tentu saja” yaitu kolom biru, dan kolom merah
sebesar 33.3% yang berarti “Nggak ah biasa aja”.
Gaya busana merupakan hal yang sangat penting di
sebagian orang hal ini dapat dilihat dari beberapa pendapat
responden seperti pendapat Hafida Rahma yaitu “Emmmm
jujurly aga kurang tertarik berkomunikasi aja sama yang
acak-adul fashionnya, tapi ku pasti akan tetap berinteraksi
sama dia kok dengan baik, meskipun mengganjal di
hatikoee”, pendapat tersebut menjelaskan bahwa ia merasa
kurang tertarik untuk berkomunikasi dengan orang yang
hanya busananya berantakan, tetapi ia akan berusaha untuk
tidak peduli. Selain itu, Marsya Akilah memberikan pendapat
yaitu “Karena penampilan adalah daya tarik seseorang”
artinya gaya busana adalah sebuah daya tarik setiap
individu. Namun, tidak semua orang berpendapat bahwa
gaya busana adalah hal yang penting dalam berkomunikasi,
karena terdapat 58.3% dari 48 responden yang tidak setuju
bahwa gaya busana tidak mempengaruhi sebuah interaksi
atau komunikasi.
Keterkaitan gaya busana dan identitas diri adalah gaya
busana dapat berperan mengekspresikan diri individu baik
dari latar belakang atau budaya yang dianut. Misalkan ketika
kita melihat seseorang yang berpakaian menggunakan

Tanggapan dan Pengetahuan Generasi Z terhadap Gaya Busana… 129


kemeja, dasi, lengkap dengan setelan jas, kita akan ber-
spekulasi bahwa orang tersebut memiliki pekerjaan yang
berlatar di kantor atau ia sedang menghadiri acara formal.
Dari penilaian kecil ini mencerminkan bahwa gaya busana
dapat menjadi identitas diri. Selain itu, gaya busana sebagai
identitas diri juga didukung dari pendapat 33 responden
bahwa gaya busana dapat mencerminkan sikap seseorang
tersebut. Salah satu pendapat responden tersebut seperti
Anisa Nurulia “Seseorang akan mengenakan busana yang
sesuai dengan tipe kepribadiannya” contoh seseorang yang
menyukai band rock, ia akan menggunakan gaya busana
yang berwarna hitam dengan ripped jeans, serta jaket kulit
lengkap dengan aksesorisnya. Tetapi orang yang suka musik
pop cenderung menggunakan gaya busana casual dan
terlihat simple.
Beberapa orang berpendapat bahwa gaya busana
berpengaruhi sebuah komunikasi. Gaya busana memberikan
pengaruh pada komunikasi, karena gaya busana sebagai
ekspresi diri dari pemakainya yang memberikan sugesti bagi
pengguna gaya busana, dan akan berkaitan dengan ba-
gaimana si pengguna mengomunikasikan nilai, status,
kepribadian, identitas, dan perasaan kepada orang lain
(Trisnawati, 2011). 43,8% dari 48 responden merasakan
pengaruh dari gaya busana saat berkomunikasi. Salah satu
responden Atala Aminia Gunawan berpendapat “Saat saya
melakukan bakti sosial dana yayasan. Respon yang
dikeluarkan pemilik rumah berbeda ketika saya memakai
batik atau pakaian yang formal dengan gaya casual. Batik
atau pakaian formal akan mudah diterima.” Hal ini mem-
buktikan bahwa gaya busana mendukung kegiatan
komunikasi menjadi lebih mudah.
Tidak hanya mendukung kegiatan berkomunikasi, gaya
busana juga berperan meningkatkan kepercayaan diri tiap
individu. Seseorang menggunakan baju atau pakaian yang baik
bukan hanya untuk use function tetapi juga sebagai nilai atau
citra yang ingin ditunjukkan seperti anggun, elegan, modis,
dan keren (Trisnawati, 2011). Gaya busana meningkatkan

130 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


kepercayaan diri karena orang-orang kerap menjadikan gaya
busana sebagai first impression, penampilan fisik sangat lekat
dengan pakaian. Gaya busana yang dijadikan sebagai first
impression menjadikan budaya tersendiri. Orang-orang akan
berlomba untuk terus mengikuti gaya busana trendi untuk
memenuhi citra diri. Hal ini berkaitan dengan budaya populer.
Budaya populer adalah gaya, style, atau ide yang berada pada
arus utama dan dipengaruhi oleh banyak media massa. Dengan
terjadinya popular culture ini gaya busana semakin ber-
kembang, belum lagi didukung oleh e-commerce yang
memudahkan individu untuk mendapatkan gaya busana
trendi dengan mudah.
Tidak hanya budaya popular gaya busana berkaitan
dengan komunikasi antarbudaya, pengguna gaya busana yang
memiliki ciri khas tersendiri menyebabkan terjadinya
komunikasi antarbudaya. Hal ini juga memberikan didukung
dari 48 responden yaitu sebesar 66.7% setuju bahwa gaya
busana mempengaruhi komunikasi antarbudaya. Hal ini dapat
dilihat dari bagaimana setiap individu dengan mudah menilai
orang-orang dari penampilannya. Seperti bagaimana mereka
mengelompokkan orang-orang, orang yang menggunakan
pakaian setelan jas pasti akan menghadiri suatu acara formal,
orang-orang yang menggunakan pakaian daerah pasti akan
menghadiri acara yang berkaitan dengan budaya, dan
sebagainya. Hal ini membuktikan gaya busana mempermudah
individu untuk mengenai satu sama lain saat berkomunikasi.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, beberapa hal yang dapat disimpulkan
antara lain:
1. Gaya busana menjadi hal yang sangat penting pada
beberapa generasi Z karena dapat mendukung kepercayaan
diri, dan mempengaruhi keadaan saat berinteraksi atau
berkomunikasi dengan orang lain.
2. Gaya busana yang memberikan pengaruh besar saat
berkomunikasi, karena mengekspresikan diri mereka,
bagaimana citra diri dan identitas terbentuk.

Tanggapan dan Pengetahuan Generasi Z terhadap Gaya Busana… 131


3. Gaya busana dan komunikasi antarbudaya berkaitan erat,
pengguna gaya busana yang memiliki ciri khas tersendiri
menyebabkan terjadinya komunikasi antarbudaya.

Daftar Pustaka

Aang Ridwan, M. 2016. Komunikasi AntarBudaya Mengubah


Persepsi dan Sikap dalam Meningkatkan Kreativitas
Manusia. Jl. BKR (Lingkar Selatan) No. 162–164: CV
Pustaka Setia.

Lestari, S. B. 2014. Fashion sebagai Komunikasi Identitas Sosial


di Kalangan Mahasiswa. Ragam Jurnal Pengembangan
Humaniora Vol. 14 No. 3, Desember 2014, 227.

Rukin, S. M. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sulawesi


Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

Samovar, L. A. 2015. Communication Between Cultures 9TH


EDITION. United States of America: CENGAGE Learning.

Shahreza, M. 2017. Komunikator Politik Berdasarkan Teori


Generasi. Journal of Communication (Nyimak), 41.

Trisnawati, T. Y. 2011. Fashion sebagai Bentuk Ekspresi Diri


dalam Komunikasi. Jurnal The Messenger Cultural
Studies, IMC and Media., 36.

132 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Strategi Interaksi Sosial dan Komunikasi
Multikultural pada Masyarakat Indonesia
dalam Antisipasi Konflik Antarbudaya
Bilqis Chumaira Matappa

Indonesia terdiri dari 34 provinsi dengan semboyannya


“Bhinneka Tunggal Ika” yang membentang dari Sabang sampai
ke Merauke. Indonesia memiliki ribuan pulau dengan ciri khas
budaya masing-masing yang dilestarikan secara generasi
turun temurun. Fakta yang tak dapat dipungkiri jika
masyarakat bangsa Indonesia terdiri dari beragam latar
belakang sosial, kelompok etnis, budaya, agama, aspirasi
politik dan lain sebagainya, sehingga secara sederhana
masyarakat bangsa Indonesia dapat disebut sebagai
masyarakat "Multikultural" (Hidayat, 2019). Keadaan tersebut
tentunya tidak lepas dari peran komunikasi mul-
tikultural. Komunikasi multikultural merupakan proses
interaksi yang terjadi di dalam masyarakat yang terdiri dari
berbagai suku, agama serta budaya. Kehidupan bersosial
masyarakat tidak dapat dipisahkan dari sebuah interaksi
antara individu atau kelompok maupun masyarakat. Demi
terciptanya lingkungan dan ruang yang harmonis, proses
komunikasi harus bisa dipahami oleh semua anggota
masyarakat. Keharmonisan dalam bermasyarakat tentunya
membutuhkan sebuah interaksi atau pola hubungan yang
sistem-sistemnya berfungsi secara efektif. Indonesia sebagai
bangsa plural dan majemuk menekankan jika bangsa
Indonesia memiliki keragaman budaya yang menjadikan
bangsa Indonesia sebagai bangsa multikultural. Bangsa
multikultural yang ideal merupakan bangsa yang terdiri dari
berbagai suku dan budaya yang dapat hidup dalam satu atap
kebangsaan secara harmonis dan tenteram. Faktanya,
terkadang masih terjadi konflik di beberapa bagian wilayah
Indonesia seperti, Papua, Kalimantan Barat, Aceh, dan
beberapa bagian wilayah Indonesia lainnya. Maka dari itu,

133
penulis ingin membahas mengenai strategi komunikasi
multikultur yang dapat dijadikan sebagai jembatan dalam
membangun kebersamaan secara multietnik, multirasial, dan
multikultural, serta dapat mengantisipasi terjadinya konflik
antar budaya di Indonesia.
Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah bentuk umum dari sebuah proses sosial
karena interaksi sosial merupakan syarat wajib terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial. Soerjono dalam Soekanto (2010)
menyebutkan bahwa, “Interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis melibatkan hubungan antar
perorangan, antara kelompok manusia, ataupun antara orang-
perorangan dengan kelompok manusia”. Suatu interaksi sosial
di dalamnya terdapat berbagai komponen yang mendukung
terjadinya sebuah interaksi sosial, antara lain (Fitria, 2018):
1. Persepsi sosial, yaitu cara berpikir seseorang terhadap
orang lain. Proses persepsi sosial berlangsung ketika
seseorang melakukan interaksi dengan orang lain.
2. Motivasi sosial, motif yaitu konsistensi keadaan internal
seseorang, artinya sebuah kondisi yang menimbulkan
sebuah tingkah laku atau kecenderungan tingkah laku.
Dalam hal ini motif sosial lebih condong kepada keadaan
seseorang yang tidak dapat dilihat di lingkungan fisik.
Contohnya rasa lapar yang merupakan motif psikologis.
3. Social learning, yaitu proses berubahnya tingkah laku yang
melibatkan orang lain. Adapun elemen-elemen yang
dibutuhkan dalam proses social learning berupa motivasi di
mana seseorang ingin berubah, association dan stimulus
(rangsang) seseorang membutuhkan asosiasi antara situasi
kondisi learning dengan rangsangan yang menimbulkan
perubahan perilaku terjadi, serta reinforcement (pen-
guatan) penentu perilaku yang diubah dan cara perubahan
itu terjadi.
4. Sosialisasi. Fisher mengungkapkan bahwa sosialisasi
merupakan suatu proses kompleks di mana individu dapat
memperoleh kompetensi, keterampilan dan sikap-sikap

134 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


tertentu agar bisa berpartisipasi (bersosialisasi/bergaul)
dalam lingkungan masyarakat (Fitria, 2017)
Komunikasi Multikultural
Fenomena kesukubangsaan merupakan kajian yang sangat
penting karena sebagian besar dari negara-negara di dunia ini
bersifat multietnis atau multilingual. Di dalam masyarakat
multilingual gejala interferensi merupakan gejala umum yang
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Adanya
penerapan atau penambahan unsur bahasa lain oleh penutur
yang menguasai lebih dari satu bahasa dianggap sebagai saling
pengaruh antar bahasa yang tidak disadari sepenuhnya oleh
seorang penutur. Dalam proses komunikasi pemilihan kata
sangat penting, terkait dengan makna yang akan disampaikan,
karena itu makna kata yang membentuk pertuturan memiliki
peran penting. Selain pronomina orang pertama tunggal dalam
masyarakat multikultural kosakata yang terkait dengan
sebutan kelompok etnis juga menarik untuk diteliti, karena
sering terjadi perbedaan makna kata yang sama bagi
kelompok etnis yang bersangkutan dengan kelompok etnis
lain.
Perbedaan makna kosakata ini pada umumnya
dipengaruhi oleh stereotip (gambaran ciri-ciri khas yang
dimiliki sekelompok orang. Gambaran ini dapat dibentuk oleh
kelompok yang bersangkutan atau oleh anggota masyarakat di
luar kelompok dan sering merupakan prasangka yang
mungkin tidak sesuai dengan realitas yang ada). Dalam
masyarakat multikultural pada umumnya terdapat perbedaan
kerangka acuan budaya, sehingga dalam komunikasi
antaretnis sering terjadi kesalahpahaman. Bahasa Indonesia
yang penuturnya merupakan masyarakat multikultural tentu
memiliki banyak kosakata yang kaya dengan nuansa makna.
Nuansa makna terbentuk karena perbedaan nilai-nilai sosial
budaya yang berlaku dalam berbagai etnis. Jika banyak ranah
kosakata bahasa Indonesia yang terkait dengan unsur budaya
telah dianalisis, maka kesalahpahaman dalam komunikasi
antar etnis akan berkurang. Jika hasil analisis unsur

Starategi Interaksi Sosial dan Komunikasi Multikultural pada Masyarakat Indonesia… 135
etnopragmatik dalam kosakata diterapkan dalam komunikasi
masyarakat multikultural, kesalahpahaman dalam komunikasi
dapat dicegah jika diperhatikan tiga unsur penting dalam
komunikasi antarbudaya. Faktor yang menjadi hambatan
dalam proses komunikasi yaitu apabila adanya bahasa yang
dipergunakan dalam berkomunikasi yang tidak dimengerti
oleh orang lain sebagai penerima pesan komunikasi.
Kesalahan dalam menangkap pengertian terhadap bahasa atau
memahami maksud kalimat biasanya dapat terjadi karena
perbedaan latar belakang budaya.
Konflik Antarbudaya
Komunikasi antar budaya menjadi norma di tengah-tengah
masyarakat yang telah mengglobal. Tidak ada lagi batas-batas
regional dan hambatan budaya yang bergerak antara satu
orang dan yang lain. Namun dalam kenyataannya, perbedaan
budaya sering menyebabkan masalah dan bahkan mengarah
pada munculnya konflik sosial. Untuk menyelesaikan konflik
karena bahasa yang dianggap kurang tepat oleh budaya lain,
maka diperlukan adanya pemilihan bahasan yang dapat
diterima atau dimengerti oleh kedua belah pihak, dikarenakan
pentingnya peran bahasa dalam komunikasi. Peranan bahasa
menyelesaikan konflik dengan memberikan himbauan agar
konflik tidak meluas. Bahasa sangat berperan dalam
pelaksanaan mediasi konflik, ada kesepakatan-kesepakatan
itu dikomunikasikan dengan menggunakan bahasa yang sopan
dan santun dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling
efektif, tetapi bahasa dapat juga menjadi hambatan dalam
proses komunikasi apabila bahasa yang dipergunakan dalam
berkomunikasi tidak dimengerti oleh orang lain sebagai
penerima pesan, sehingga tidak diterimanya tujuan
komunikasi dengan baik.
Terdapat beberapa upaya dalam rangka mengantisipasi
konflik rasial pada masyarakat multikultural. Upaya tersebut
adalah konsep multikulturalisme, yaitu sebuah bentuk
pendekatan konseptual dan politik yang positif dan toleran

136 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


terhadap eksistensi dari serangkaian nilai dan praktik kultur
yang berbeda-beda pada masyarakat. Konsep ini menjadi
keputusan yang solutif dan sangat memungkinkan dalam
mengatasi konflik rasial. Hal tersebut dikarenakan konsep
multikulturalisme memiliki karakteristik berupa akomodatif,
interaktif, toleran, dan saling terbuka dengan kebudayaan luar.
Mengingat pada masyarakat multikultural yang dalam
perkembangannya mengalami transformasi budaya secara
pesat, yaitu memasuki era baru yang disebut dengan era
globalisasi yang menimbulkan terjadinya fenomena
pertemuan antar kebudayaan, bahkan antar bangsa dan antar
agama, lalu menciptakan sesuatu yang disebut dengan
pluralisasi.
Hasil dan Pembahasan
Budaya berkaitan erat dengan kebiasaan atau adat istiadat
yang dianut oleh anggota masyarakat. Berbagai budaya yang
ada di Indonesia terkadang menyebabkan adanya potensi
konflik yang terjadi. Konflik budaya adalah sebuah per-
tentangan yang terjadi dalam masyarakat yang disebabkan
oleh perbedaan budaya. Bentuk konflik ini terjadi pada
penduduk yang pluralistik dengan perbedaan latar belakang
budaya sehingga bisa menimbulkan pertentangan antara
budaya satu dan dengan yang lain (Fitria, 2018). Konflik antar
budaya dapat diantisipasi secara baik dan damai dengan
catatan setiap warga negara Indonesia wajib memahami
proses komunikasi multikultural. Sehingga komunikasi yang
terjadi tidak akan menimbulkan kesalahpahaman atau salah
dalam memaknai pesan yang disampaikan melalui berbagai
media baik, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Oleh sebab
itu, setiap orang harus melihat dari masing-masing individu
yang memiliki pola pikir yang khas dan berbeda beda. Sesama
orang Indonesia namun memiliki pola pikir yang berbeda beda
diibaratkan sebagai “Rambut sama hitam tapi pikiran tidaklah
sama”. Perbedaan pola pikir tersebut menimbulkan
manifestasi kehidupan sehari hari menjadi berbeda terhadap

Starategi Interaksi Sosial dan Komunikasi Multikultural pada Masyarakat Indonesia… 137
reaksi, rangsangan dan respons individu dalam tindakan antar
komunikan dari budaya yang berbeda.
Salah satu strategi komunikasi (baik secara sederhana
ataupun multikultural) mempunyai tujuan agar dapat
menerima dan memahami pesan yang diterimanya. Terdapat
3 (tiga) teori dalam merancang dan mendesign sebuah pesan
komunikasi agar mudah diterima dan dipahami oleh individu.
Teori-teori tersebut ialah teori identifikasi, teori rencana serta
teori logika rancangan pesan. Teori identifikasi menjelaskan
mengenai konsep tindakan (action) serta konsep gerak
(voluntary). Teori rencana menjelaskan mengenai proses yang
dilewati individu dalam merencanakan tingkah laku
komunikasi mereka. Teori logika rancangan pesan men-
jelaskan mengenai perbedaan manusia dalam berpikir,
berkomunikasi, dan membuat pesan dengan logika yang
berbeda dengan manusia lainnya (Fitria, 2017). Oleh karena
itu pendekatan yang dilaksanakan di dalam komunikasi
multikultural ialah kesadaran jika pola pikir setiap partisipan
komunikasi dapat ditelaah berdasarkan kegiatan sosial yang
dilakukan sehingga terjadi adanya kesempatan belajar dan
saling mengenal budaya orang lain. Etnosentrisme ialah
egoisme cultural di mana sekelompok masyarakat ber-
anggapan dirinya paling hebat di antara yang lain sehingga
menimbulkan penilaian jika budayanya sendirilah budaya
yang terbaik. Maka etnosentrisme merupakan pemutusan
suatu kelompok masyarakat terhadap kebudayaan masya-
rakat lain dengan cara membandingkan atau menggunakan
standar kebudayaan sendiri. Semua penilaian berawal dari
ukuran budaya sendiri yang menimbulkan nilai jika yang
terbaik adalah budayanya sendiri, sedangkan budaya orang
lain dianggap lebih rendah (Fitria, 2018). Terkait banyaknya
bahasa dan adanya etnosentrisme, maka diperlukan adanya
pemahaman lebih luas terhadap beberapa bahasa yang
diterapkan dalam komunikasi yang sedang dilakukan.
Pemilihan bahasa yang baik harus diperhatikan guna untuk
memberi pemahaman kepada pihak penerima informasi
sehingga dapat memahami komunikasi yang dilakukan.

138 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Kesimpulan
Peran bahasa dalam komunikasi multikultural sangat penting.
Komunikasi kultural atau multi language communication
dalam masyarakat yang memiliki kebudayaan bahasa yang
berbeda harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya
konflik antar budaya. Diperlukan adanya pemahaman dan
kesepakatan bersama terkait komunikasi yang dilakukan
bersama

Starategi Interaksi Sosial dan Komunikasi Multikultural pada Masyarakat Indonesia… 139
Daftar Pustaka

Farhaeni, M. 2020. Kajian Komunikasi Multikultural dalam


Pendidikan. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 219-240.

Fitria, Rini. 2017. Strategi Komunikasi pada Masyarakat


Multikultural. SYI’AR: Jurnal Ilmu Komunikasi,
Penyuluhan, dan Bimbingan Masyarakat Islam, 17(1), 21-
28.

Fitria, Rini. 2018. Komunikasi Multikultural dalam Menjaga


Kerukunan Antar Umat Beragama di Kabupaten
Bengkulu Tengah. MANHAJ: Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, 3(2), 1-25.

Hedi Heryadi , Hana Silvana. 2013. Komunikasi Antarbudaya


Dalam Masyarakat Multikultur. Jurnal Kajian
Komunikasi, Volume 1, No. 1, hlm 95-108

Hidayat, Nurul. 2019. Komunikasi Multikultural: Perspektif


Indonesia. SYI’AR: Jurnal Ilmu Komunikasi, Penyuluhan,
dan Bimbingan Masyarakat Islam, 2(2), 76-83.

Muid N.A, Mulawarman Hannase, dan Iwan Satiri. 2018. Solusi


Konflik Rasial pada Masyarakat Multikultural dalam
Perspektif Al-Qur’an. Mumtäz Vol. 2 No. 2

Parapat, L. H., & Aritonang, D. R. 2020. Nilai Kearifan Lokal Dan


Upaya Pemertahanan Budaya “Marsalap Ari” Dalam
Menjalin Solidaritas Antar Sesama Di Desa Paringgonan
Sebagai Bahan Ajar Pembentukan Karakter Mahasiswa.
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 5(1), 25-
28.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:


Rajawali Press.

140 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Penggunaan Aplikasi Instagram di Era
Digital sebagai Salah Satu Platform untuk
Berkomunikasi Antarbudaya
Asyifa Qurrota A’yun

Dengan berkembangnya teknologi informasi komunikasi saat


ini, hal ini sejalan juga dengan semakin mudahnya masyarakat
dalam mendapatkan kebutuhan akan informasi melalui
internet. Bukan hanya itu saja, dengan kemajuan teknologi
saat ini, kebudayaan–kebudayaan baik dari dalam maupun
luar negeri bisa dengan mudah kita akses melalui berbagai
platform dalam digital media. Internet menembus batas
dimensi kehidupan pengguna, waktu, dan ruang, yang dapat
diakses oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun (Ayun,
2015). Teknologi digital ini dirasa mampu mendorong
berbagai kemajuan khususnya di Indonesia. Dari segi
infrastruktur maupun hukum yang mengatur tentang kegiatan
di dalam internet, Indonesia sudah siap hidup di era digital.
Kesiapan Indonesia dalam koneksi internet yang saat ini sudah
semakin membaik di era 4G dengan Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) (Setiawan, 2017). Kemunculan internet ini
sejalan juga dengan munculnya media social, yang bisa kita
lihat sekarang. Banyak sekali platform–platform besar seperti,
Instagram, Facebook, ataupun Twitter. Hal ini tentunya
berpengaruh juga kepada keberlangsungan teknologi digital
yang harus selaras dengan kehadiran dari media sosial. Begitu
juga dengan penggunaan media sosial Instagram yang
mengharuskan kita untuk menggunakan internet. Teori CMC
(Computer Mediated Communication) merupakan serangkaian
harapan baru tentang komunitas berkembang seputar
komunikasi yang termediasikan komputer. Gagasan intinya
adalah bahwa “Komunitas virtual” yang dapat dibentuk oleh
sejumlah berapa pun individu melalui internet atas dasar
pilihan mereka sendiri atau sebagai tanggapan suatu
rangsangan (McQuail, 2011:163).

141
Instagram
Media sosial merupakan salah satu bentuk dari perkembangan
internet. Salah satu contoh dari media social yaitu Instagram.
Instagram merupakan sebuah aplikasi di mana kita bisa
berbagi foto maupun video. Selain itu, kita juga bisa
berkomunikasi bersama pengguna Instagram lainnya, baik
yang sudah berteman ataupun belum berteman melalui direct
message. Menurut TNS, yaitu sebuah perusahaan riset dan
analisis dari Inggris. Masyarakat Indonesia senang meng-
gunakan Instagram untuk mencari inspirasi, membagi
pengalaman travelling, tren terbaru, dan komunitas mobile
first juga telah mendorong hasil bisnis yang berdampak bagi
besar maupun kecil di Indonesia (Prihatiningsih, 2017).
Era Digital
Seperti yang kita ketahui, kini kita sudah memasuki revolusi
industri 4.0 di mana perkembangan industri teknologi di dunia
ini memiliki perubahan dari berbagai sektor dan membuat
semua hal menjadi lebih efektif serta mudah diakses. Tentunya
revolusi industri ini menyebabkan kita masuk ke Era digital. Di
era digital ini, masyarakat secara umum memiliki gaya hidup
baru di mana kita semua tidak bisa lepas dari perangkat yang
serba elektronik. Era digital terlahir dengan kemunculan
digital, jaringan internet khususnya teknologi informasi
komputer. Media baru era digital memiliki karakteristik dapat
dimanipulasi, bersifat jaringan atau internet. Media massa
beralih ke media baru atau internet karena ada pergeseran
budaya dalam sebuah penyampaian informasi. Kemampuan
media era digital ini lebih memudahkan masyarakat dalam
menerima informasi lebih cepat. Dengan media internet
membuat media massa berbondong-bondong pindah haluan.
(Setiawan, 2017)
Komunikasi Antarbudaya
Budaya merupakan segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal
budi (pikiran) manusia, setiap manusia hidup dalam suatu
lingkungan sosial budaya tertentu dan budaya itu senantiasa
memberlakukan adanya nilai-nilai sosial budaya yang dianut

142 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


oleh warga masyarakat. Kekuatan nilai-nilai maupun segala
sumber daya sosial budaya membentuk dan mempengaruhi
tingkah laku individu dalam melakukan interaksi. Komunikasi
antarbudaya yaitu proses komunikasi yang melibatkan orang-
orang yang berasal dari latar belakang sosial budaya yang
berbeda. Dalam keadaan ini komunikator dan komunikan
sering dihadapkan pada kesalahan penafsiran pesan, karena
masing-masing individu memiliki budaya berbeda, karenanya
ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan
cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa,
aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya
(Anwar, 2018).
Hasil dan pembahasan
Deskripsi Data
Analisis penulis kali ini menggunakan metode kuantitatif di
mana penulis membagikan link google form kepada para
responden yang memiliki rentan usia 18–24 tahun. Di dalam
google form tersebut penulis mengajukan beberapa per-
tanyaan yang berkaitan dengan isu Instagram sebagai
platform komunikasi antar budaya yang sedang penulis bahas.
Total responden yang ikut serta dalam pengisian form tersebut
yaitu sebanyak 50 orang. Dan berikut adalah pertanyaan yang
kami ajukan dalam kuesioner terhadap responden:
1. Apakah Anda punya aplikasi Instagram?
2. Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi Instagram?
3. Apakah Anda pernah berkomunikasi melalui aplikasi
Instagram?
4. Apakah Anda mengetahui tentang perbedaan latar budaya?
5. Apakah Anda pernah berkomunikasi dengan seseorang
yang memiliki perbedaan latar budaya melalui aplikasi
Instagram?
6. Apakah Anda pernah menemukan informasi tentang
budaya yang baru anda ketahui melalui aplikasi Instagram?
7. Apakah Anda pernah mengenalkan budaya anda melalui
aplikasi Instagram? (melalui story, post, reels ataupun DM).

Penggunaan Aplikasi Instagram di Era Digital sebagai Salah Satu Platform… 143
Respons dari Para Responden Melalui Kuesioner G-forms
Pertanyaan 1

Gambar 4.1

Berdasarkan Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa dari total


50 responden, seluruh responden (100%) menjawab bahwa
mereka memiliki aplikasi Instagram. Dapat disimpulkan
bahwa seluruh responden yang mengisi kuesioner dalam
penelitian ini semuanya memiliki aplikasi Instagram.
Pertanyaan 2

Gambar 4.2

Berdasarkan gambar 4.2, dapat dilihat bahwa hasil


tanggapan dari 50 responden, 44 responden (88%) sering
membuka aplikasi Instagram, sedangkan sisanya 6 responden
(12%) jarang membuka aplikasi Instagram. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden yang mengisi
kuesioner ini sering menggunakan aplikasi Instagram di
kehidupan mereka.

144 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pertanyaan 3

Gambar 4.3

Berdasarkan Gambar 4.3, dapat dilihat bahwa dari total


50 responden, seluruh responden (100%) menjawab bahwa
mereka pernah berkomunikasi melalui aplikasi Instagram.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa seluruh responden
yang mengisi kuesioner dalam penelitian ini semuanya pernah
berkomunikasi melalui aplikasi Instagram.
Pertanyaan 4

Gambar 4.4

Penggunaan Aplikasi Instagram di Era Digital sebagai Salah Satu Platform… 145
Berdasarkan Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa dari total
50 responden, seluruh responden (100%) menjawab bahwa
mereka mengetahui tentang perbedaan latar budaya. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa seluruh responden yang
mengisi kuesioner dalam penelitian ini semuanya mengetahui
tentang perbedaan latar budaya.
Pertanyaan 5

Gambar 4.5
Berdasarkan Gambar 4.5, dapat dilihat bahwa dari total
50 responden, 45 responden (90%) menjawab iya bahwa
mereka pernah berkomunikasi dengan seseorang yang
memiliki perbedaan latar budaya melalui aplikasi Instagram,
sedangkan sisanya 5 responden (10%) menjawab bahwa
mereka tidak pernah berkomunikasi dengan seseorang yang
memiliki perbedaan latar budaya melalui aplikasi Instagram.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
yang mengisi kuesioner dalam penelitian ini pernah ber-
komunikasi dengan seseorang yang memiliki perbedaan latar
budaya melalui aplikasi Instagram.

146 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pertanyaan 6

Gambar 4.6

Berdasarkan Gambar 4.6, dapat dilihat bahwa dari total


50 responden, 48 responden (96%) menjawab iya bahwa
mereka pernah menemukan informasi tentang budaya yang
baru mereka ketahui melalui aplikasi Instagram, sedangkan
sisanya 2 responden (2%) menjawab bahwa mereka pernah
tidak menemukan informasi tentang budaya yang baru
mereka ketahui melalui aplikasi Instagram. Maka dari itu,
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang mengisi
kuesioner dalam penelitian ini hamper semuanya pernah
menemukan informasi tentang budaya yang baru mereka
ketahui melalui aplikasi Instagram.

Penggunaan Aplikasi Instagram di Era Digital sebagai Salah Satu Platform… 147
Pertanyaan 7

Gambar 4.7

Berdasarkan Gambar 4.7, dapat dilihat bahwa dari total


50 responden, 41 responden (82%) menjawab iya bahwa
mereka pernah mengenalkan budaya mereka melalui aplikasi
Instagram baik itu melalui story, post reels ataupun dm,
sedangkan sisanya 9 responden (18%) tidak pernah
mengenalkan budaya mereka melalui aplikasi Instagram baik
itu melalui story, post reels ataupun dm. Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden yang mengisi
kuesioner dalam penelitian ini hampir semuanya pernah
mengenalkan budaya mereka melalui aplikasi Instagram baik
itu melalui story, post reels ataupun DM.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian penulis melalui kuesioner yang meng-
gunakan metode kuantitatif melalui link google forms ini
mayoritas responden bisa penulis katakan cukup terampil
dalam menggunakan Instagram sebagai jembatan mereka
untuk melakukan komunikasi antar budaya. Instagram
sebagai media dalam melakukan komunikasi dirasa cukup
untuk mewadahi dan menjembatani proses yang terjadi untuk
melakukan komunikasi antar budaya.
Di era digital seperti ini, media sosial sangat berperan
sebagai konten online di mana menggunakan teknologi

148 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


penerbitan yang sangat mudah diakses serta sangat ter-
struktur. Hal yang paling penting dari media sosial ini yaitu
terjadinya pergeseran dimulai dari cara mengetahui orang,
membagi berita, membaca serta mencari informasi dan kon-
ten. Dengan kehadirannya media sosial terutama Instagram
tentunya membawa dampak tersendiri bagi kehidupan digital.
Tentunya ada dampak positif maupun negatif, sebagai seorang
masyarakat tentunya kita harus pintar dalam memilah–milah
mana yang mana harus kita posting ataupun kita keep sendiri.
Kehadiran Instagram sebagai salah satu penghubung antara
suatu kebudayaan tentunya menjadi hal yang baik karena kita
bisa mempelajari suatu budaya langsung dari masyarakat yang
berasal dari daerah tersebut.

Penggunaan Aplikasi Instagram di Era Digital sebagai Salah Satu Platform… 149
Daftar Pustaka

Anwar, R. 2018. Hambatan Komunikasi Antarbudaya Di


Kalangan Pelajar Asli Papua Dengan Siswa Pendatang Di
Kota Jayapura. Jurnal Common, 2(2).

Ayun, P. 2015. Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial


dalam Membentuk Identitas. [online] Journal.uad.ac.id.
Available at: http://journal.uad.ac.id/index.php/
CHANNEL/article/view/3270/1851 [Accessed 16
December 2021].

McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta:


Salemba Humanika.

Prihatiningsih, W. 2021. Motif Penggunaan Media Sosial


Instagram Di Kalangan Remaja. [online] Journal.
budiluhur.ac.id. Available at: https://journal.
budiluhur.ac.id/index.php/comm/article/view/651/54
3 [Accessed 16 December 2021].

Rahayu, P. 2019. Pengaruh Era Digital Terhadap


Perkembangan Bahasa Anak. Al-Fathin: Jurnal Bahasa
dan Sastra Arab, 2(1), p.47.

Setiawan, W. 2017. Era Digital dan Tantangannya. [online]


Eprints.ummi.ac.id. Available at: http://eprints.
ummi.ac.id/151/2/1.%20Era%20Digital%20dan%20T
antangannya.pdf [Accessed 16 December 2021].

Zakirah, D. 2018. Mahasiswa dan Instagram. [online]


Repository.unair.ac.id. Available at: https://repository.
unair.ac.id/70247/3/JURNAL_Fis.S.14%2018%20Zak%
20m.pdf [Accessed 16 December 2021].

150 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Komunikasi Antarbudaya Antarmahasiswi
Bersuku Betawi dan Bersuku Sunda di
Ruang Lingkup Pertemanan Kampus
Arya Wibowo Wirabumi

Pada dasarnya manusia akan selalu melakukan interaksi dan


komunikasi dikarenakan manusia adalah sebuah mahluk
sosial, yang tidak bisa hidup tanpa adanya kehadiran orang
lain, interaksi sosial yang dilakukan manusia adalah menjalin
sebuah hubungan timbal balik antara kedua orang atau lebih
yang nantinya akan menghasilkan sebuah informasi yang
didapat dari hasil interaksi tersebut. Komunikasi merupakan
salah satu unsur dalam interaksi dikarenakan dengan
melakukan komunikasi berarti melakukan interaksi juga.
Komunikasi juga tidak selalu berjalan mulus dikarenakan
terjadinya perbedaan penafsiran dan kesalahpahaman pesan
yang disampaikan saat interaksi tersebut dikarenakan setiap
individu memiliki pandangan yang berbeda akan hal tersebut.
Hal tersebut terjadi dikarenakan perbedaan latar belakang
budaya atau keberagaman manusia yang sangat memegang
erat pedoman kebudayaan yang ia pegang.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki oleh sekelompok orang. Kemudian diwariskan kepada
generasi selanjutnya. Budaya itu terbentuk dari beberapa
unsur yang rumit. Di antaranya yaitu adat istiadat, bahasa,
karya seni, sistem agama, dan politik. Bahasa sama halnya
dengan budaya, yakni suatu bagian yang tak terpisahkan dari
manusia. Oleh sebab itu, banyak dari sekelompok orang
cenderung menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang
diwariskan secara genetis. Seseorang dapat berkomunikasi
dengan orang-orang yang memiliki budaya berbeda dan
menyesuaikan perbedaan di antara mereka, membuktikan
bahwa budaya bisa dipelajari.
Selain itu, budaya merupakan suatu pola hidup secara
menyeluruh. Budaya memiliki sifat abstrak, kompleks, dan

151
luas. Sementara menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), budaya adalah sebuah pemikiran, akal budi atau
adat istiadat. Secara tata bahasa, arti kebudayaan diturunkan
dari kata budaya yang cenderung mengarah pada cara pikir
manusia. Terdapat beberapa aspek budaya yang menentukan
perilaku komunikatif. Unsur sosial budaya tersebut tersebar
dan mencangkup banyak kegiatan sosial manusia.
Komunikasi Antarbudaya adalah komunikasi yang
terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan
penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainya.
Komunikasi antarbudaya adalah proses pembagian informasi,
gagasan atau perasaan di antara mereka yang berbeda latar
belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu
dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh,
gaya atau tampilan pribadi, atau bantuan hal lain dis ekitarnya
yang memperjelas pesan. Karena terjadinya perbedaan
budaya yang dilakukan antara komunikator dan komunikan
sering terjadi perselisihan pendapat yang dilakukan
dikarenakan masing-masing individu memiliki budaya yang
berbeda, karenanya kedua hal tersebut memiliki tujuan hidup
yang berbeda. Dalam komunikasi antar budaya menggunakan
bahasa verbal dapat disampaikan secara langsung dengan
berbicara atau menulis, bahasa adalah salah satu cara kita
untuk mengomunikasikan pikiran dan perasaan kita terhadap
orang lain.
Komunikasi antarbudaya tidak hanya terjadi di ruang
lingkup umum, namun juga banyak terjadi dalam ruang
lingkup pertemanan yang akan saya bahas antara hubungan
kedua teman saya yang berasal dari kebudayaan yang berbeda
baik dari suku Betawi dan dari suku Sunda yang dipertemukan
dalam hubungan kampus yang berada di Kota Bandung
sendiri, dalam ruang lingkup pertemanan selalu terjadi
interaksi yang dilakukan baik untuk mendapatkan informasi
maupun hanya sekadar mengobrol biasa, namun pada setiap
komunikasi yang dilakukan tidak selalu berjalan mulus
dikarenakan banyaknya perbedaan yang terjadi akibat latar
belakang budaya masing-masing sehingga nantinya akan

152 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


mengakibatkan tidak efektifnya dalam melakukan
komunikasi.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama
lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga,
ditempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana
saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan
terlibat dalam komunikasi. Komunikasi sangat penting bagi
kehidupan manusia. Berkembangnya pengetahuan manusia
dari hari ke hari karena komunikasi. Komunikasi juga
membentuk sistem sosial yang saling membutuhkan satu sama
lain, maka dari itu komunikasi dan masyarakat tidak dapat
dipisahkan. Menurut Deddy Mulyana (Mulyana, 2007:46),
komunikasi secara etimologi berasal dari kata Latin communis
yang berarti sama, communico, communication, atau
communicare yang berarti membuat sama. Komunikasi
menyarankan suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan
dianut secara sama. Komunikasi merupakan proses men-
ciptakan suatu kesamaan (commonness) atau suatu kesatuan
pemikiran antara pengirim dengan penerima. Berdasarkan
dua pemahaman mengenai komunikasi ini, dapat diartikan
secara garis besar bahwa komunikasi merupakan sebuah
proses penyampaian suatu pikiran, makna, atau pesan oleh
pengirim kepada penerima dengan maksud untuk mencapai
kesatuan dan kesamaan pemahaman.
Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Menurut Aloweri, Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa
sebagaimana dikutip oleh Arnawati Arbi, komunikasi antar
budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda
kebudayaan. Misalnya antara suku bangsa, etnik, ras dan kelas
sosial. Menurut Guo Ming Chen dan Willian J. Starosta
sebagaimana dikutip oleh Dedy Mulyana berpendapat bahwa
komunikasi antar budaya adalah proses negosiasi atau
pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku

Komunikasi Antarbudaya Antarmahasiswi Bersuku Betawi dan Bersuku Sunda… 153


manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan
fungsinya sebagai kelompok.

Fungsi Komunikasi Antar Budaya


1. Menyatakan Identitas Sosial: Dengan adanya komunikasi
antarbudaya, individu tersebut dapat menunjukkan
identitas sosialnya sendiri.
2. Menyatakan Identitas Sosial: Dengan adanya komunikasi
antarbudaya, individu tersebut dapat menunjukkan
identitas sosialnya sendiri.
3. Menyatakan Identitas Sosial: Dengan adanya komunikasi
antarbudaya, individu tersebut dapat menunjukkan
identitas sosialnya sendiri.
4. Menyatakan Integrasi Sosial: Komunikasi antarbudaya
dapat menyatukan dan mempersatukan antar pribadi
dalam interaksi tersebut.
Tujuan Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya terjadi bertujuan untuk mengurangi
tingkat ketidakpastian. Seperti halnya ketika ada dua individu
yang sedang berkomunikasi, namun kedua individu tersebut
menggunakan bahasa yang berbeda-beda karena kebudayaan
yang berbeda. Sehingga, komunikasi antarbudaya inilah yang
akan berperan sebagai alat untuk mengurangi tingkat
keidakpastian logika maupun definisi dari topik yang sedang
dibicarakan. Bahkan, komunikasi antarbudaya pun juga
bertujuan sebagai alat efektivitas komunikasi. Agar informasi
yang disampaikan itu dapat dimengerti secara efektif, maka
diperlukan adanya komunikasi antarbudaya ini.
Bahasa dalam Hubungan Komunikasi Antarbudaya
Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang berupa sistem
simbol bunyi yang dihasilkan dari ucapan manusia. Manusia
sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana untuk ber-
interaksi dengan manusia lainnya di masyarakat. Untuk
kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu
wahana komunikasi yang disebut bahasa. Setiap masyarakat
tentunya memiliki bahasa. Ohoiwutun dalam Liliweri (2003)

154 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


mengemukakan untuk menjelaskan bahasa dalam suatu
masyarakat multikultural (masyarakat multi etnik dan ras)
ditentukan oleh empat variabel utama yaitu
1. Heteogenitas versus homogenitas.
2. Bilingual atau multilingual.
3. Campur kode dan alih kode.
4. Interferensi.
Fungsi Bahasa
Chaer dan Agustina (1995:14) fungsi utama bahasa adalah
sebagai alat komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno
(1993:5) yang menyatakan bahwa fungsi umum bahasa adalah
sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik memandang
bahasa sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior) yang
dipakai dalam komunikasi sosial. Suwarna (2002: 4) bahasa
merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan
manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial.
Kridalaksana (dalam Aminuddin, 1985: 28-29) mengartikan
bahasa sebagai suatu sistem lambang arbitrer yang meng-
gunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri.
Pengertian Suku
Suku bangsa atau etnis adalah kumpulan besar ras, agama,
serta kebudayaan. Mereka yang terkumpul karena persamaan
biologis ataupun budaya dikatakan sebagai sebuah etnis
Menurut John W. Santrock, etnis adalah budaya, karakteristik
kewarganegaraan, ras, agama dan bahasa (Santrock, 2003:
289). Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, etnis
adalah sekelompok besar orang yang diidentifikasi memiliki
kesamaan biologis dan tradisi (Webster, 1976: 393).
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa
mahasiswi bersuku Betawi dan mahasiswi bersuku Sunda
tidak terlalu memiliki perbedaan yang cukup signifikan
dikarenakan mereka masih berasal dari rumpun yang sama
dikarenakan Kota Jakarta dan Kota Bandung memiliki jarak

Komunikasi Antarbudaya Antarmahasiswi Bersuku Betawi dan Bersuku Sunda… 155


yang dekat dan perkembangan dalam kedua kota tersebut
memiliki perkembangan yang cuku sama hal itu meng-
akibatkan dari segi penampilan dan gaya hidup tidak terlalu
berbeda, namun tidak semua hal yang dimiliki mereka
memiliki kesamaan yang serupa, seperti bahasa atau dialek
yang mereka punya sangatlah beda seperti orang Betawi
sangat bisa menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang
santai, namun orang Sunda jika ingin menyampaikan sesuatu
pasti menggunakan bahasa yang santai dan halus, dari
penyampaian pesan juga orang Betawi lebih to the point
daripada orang Sunda, dan dari segi tata krama dikarenakan
mereka bertemu di Kota Bandung, suku Betawi sedikit kaget
ketika orang bersuku Sunda menyapa orang tidak kenal dijalan
dan permisi kepada orang yang tidak dikenal di tempat umum.
Hal-hal tersebut dapat terjadi dikarenakan perbedaan
latar belakang budaya yang cukup berbeda dari mahasiswi
suku Betawi dan mahasiswi suku Sunda namun hal positif yang
terjadi yang dapat dari penelitian ini adalah mereka saling
menghormati perbedaan yang ada di antara mereka dan
mereka juga dikarenakan bertemu di Kota Bandung mereka
bisa menempatkan diri dengan di mana bumi dia dipijak, jadi
secara general tidak terlalu terjadi perbedaan kebudayaan
yang dilihat namun tidak hanya itu saja ada juga hal negatif
yang didapat dari hal tersebut dikarenakan akulturasi budaya
yang terjadi masing-masing dari mereka sedikit kehilangan
budaya aslinya dan banyak tercampur dengan kebudayaan
satu sama lain, tidak dapat dipungkiri hal itu selalu terjadi
dalam interaksi atau komunikasi antar budaya, dikarenakan
pasti ada pertukaran informasi yang terjadi antara mereka
yang dapat menambah wawasan kebudayaan satu sama lain.
Komunikasi antarbudaya dapat menciptakan sikap kasih
sayang antar kelompok budaya yang ada di masyarakat.
Simpati berarti memahami mengapa kelompok lain memiliki
budaya seperti itu. Oleh karena itu, biasanya memunculkan
sikap lain seperti toleransi. Namun, empati dipengaruhi oleh
karakteristik individu dari kelompok yang berinteraksi itu

156 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


sendiri. Singkatnya, efek dan sikap simpatik ini mungkin tidak
dimanifestasikan dalam semua anggota kelompok sosial.
Dengan adanya akulturasi budaya tersebut me-
munculkan sifat toleransi yang tinggi antar pemegang
kebudayaan yang mengakibatkan terjalin komunikasi yang
lebih efektif dikarenakan antara pemegang budaya mengerti
arti maksud sama lain ,namun hal tersebut juga tidak 100%
akan terjalin dengan lancar pasti ada suatu hal yang bisa
memunculkan perbedaan persepsi dan pendapat antar satu
sama lain dikarenakan hal tersebut. Namun, balik lagi
semuanya kepada pembawaan diri seseorang dalam mel-
akukan sebuah interaksi antarbudaya karena masing-masing
orang memiliki karakter yang berbeda baik dari suku Betawi
maupun suku Sunda.
Secara garis besar interaksi yang dilakukan oleh
mahasiswi suku Betawi dan suku Sunda berjalan dengan baik
dan lancar dikarenakan mereka juga melakukan interaksi
secara media sosial seperti Line dan WhatsApp hal tersebut
dilakukan untuk memperat komunikasi dan bertukar
informasi yang dimiliki dari kedua mahasiswi ini dan dari hasil
penelitian yang dilakukan mereka dapat menjadi teman baik
dan nyaman untuk menceritakan sesuatu dikarenakan
antarmereka saling menyesuaikan dan mendapatkan wa-
wasan antar kebudayaan Betawi dan Sunda.
Interaksi sosial adalah hubungan yang dinamis, meliputi
hubungan antarindividu, hubungan antarkelompok, dan
hubungan antaindividu dengan kelompok. Ada dua syarat
terjadinya interaksi sosial. Salah satunya adalah adanya
kontak sosial (social contact). Hal ini dapat terjadi dalam tiga
bentuk: antar individu, antarindividu dengan kelompok, dan
antarkelompok. Selain itu, kontak dapat dilakukan secara
langsung atau tidak langsung. Selanjutnya adalah komunikasi.
Artinya, seseorang memberi makna pada tindakan orang lain
dan menyampaikan emosi yang ingin disampaikannya. Peserta
saat itu Ini bereaksi terhadap emosi yang coba disampaikan
oleh orang tersebut.

Komunikasi Antarbudaya Antarmahasiswi Bersuku Betawi dan Bersuku Sunda… 157


Komunikasi verbal menurut Muhammad (2005: 95)
adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau
kata-kata baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun
secara tulisan (tertulis). Sarana yang digunakan adalah bahasa,
dan kata adalah bagian terpenting dari bagaimana pesan
dikemas. Salah satu fenomena yang mempengaruhi proses
komunikasi sosial budaya adalah proses komunikasi verbal.
bahasa dan kata-kata ini adalah alat untuk mengomunikasikan
pikiran dan perasaan. Komunikasi lisan seringkali bermasalah
karena orang dengan latar belakang budaya yang berbeda
dapat memiliki makna yang berbeda dalam pesan verbal.
Komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh mahasiswi
bersuku Betawi dan bersuku Sunda merupakan salah satu
kejadian yang mempengaruhi sebuah proses komunikasi
antarbudaya dalam proses komunikasi secara lisan maupun
tulisan, masing masing dari mereka memiliki karakteristik
berbeda yang dinterpretasikan kedalam lingkungan
masyarakat dan dalam lingkup pertemanan. Dalam melakukan
sebuah komunikasi antarbudaya dibutuhkannya wawasan
yang luas dan rasa toleransi yang tinggi untuk dapat
memahami persepsi yang diberikan antar masing-masing
pemilik kebudayaan pengetahuan tersebut mencakup gaya
hidup, bahasa, cara berkomunikasi ,dan pandangan akan
sesuatu. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam
Chaer, 2014:32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
diri. Dapat dilihat dari hasil penelitian di atas bahwa masing-
masing dari mereka memiliki landasan pengetahuan yang
dapat mengerti antara satu sama lain dalam berkomunikasi
dan hal tersebut adalah salah satu hal yang esensial dalam
komunikasi antar budaya.
Kesimpulan
Jadi, dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas
dapat disimpulkan bahwa wawasan antar kedua mahasiswi
tentang komunikasi antarbudaya ini sangat baik dan luas

158 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


dikarenakan antara mereka saling bisa mengerti satu sama
lain dan tidak terjadinya miss komunikasi dikarenakan
perbedaan latar belakang budaya, dan mereka juga dapat
saling menghargai budaya mereka masing-masing, dan dapat
bertukar pengetahuan tentang kebudayaan masing-masing, ini
merupakan contoh yang baik dalam komunikasi antarbudaya
dikarenakan sering terjadi konflik yang disebabkan oleh
perbedaan latar belakang budaya, dan di zaman modern
seperti ini lebih mudah untuk melakukan komunikasi
antarbudaya dikarenakan media sosial dengan secara tidak
langsung melakukan globalisasi yang cukup masif yang dapat
mengirimkan informasi secara cepat dan pertukaran budaya
yang cukup hebat dibandingkan dengan zaman-zaman
sebelumnya, mungkin hal yang harus dipegang oleh setiap
individu dalam melakukan komunikasi antarbudaya adalah
memiliki wawasan pengetahuan yang tinggi dalam
komunikasi antarbudaya dan memiliki sikap saling meng-
hargai agar terjadinya komunikasi antarbudaya yang efektif.

Komunikasi Antarbudaya Antarmahasiswi Bersuku Betawi dan Bersuku Sunda… 159


Daftar Pustaka

Abdul Chaer, L. A. 1995. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Abdul Chaer, M. 2014. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Abi, A. 2003. Dakwah dan Komunikasi . Jakarta: UIN Press.

Aminuddin. 1985. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna.


Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Arni, M. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Liliweri, A. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi


Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS.

Mulyana, D. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. 2005. Komunikasi Antarbudaya Panduan


Berkomunikasi Dengan Orang-orang. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Pringgawidagda, S. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa.


Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Santrock. 2003. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Soeparno. 1993. Dasar-dasar Linguistik. Yogyakarta: Mitra


Gama Widya.

160 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung:
ALFABETA.

Webster, M. 1976. Webster’s New Collegiate Dictionary.


Massachusetts: Springfield Publisher.

Komunikasi Antarbudaya Antarmahasiswi Bersuku Betawi dan Bersuku Sunda… 161


162 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore
Kejahatan dalam Kedok Normalitas dalam
Konflik Antarbudaya Dilihat dari
Perspektif Banalitas Kejahatan Hannah
Arendt
Alifian Diaz Islamy

Latar belakang dari artikel ini adalah mengulik alasan apakah


kejahatan selalu didasari oleh orang yang berperilaku jahat
dan alasan mengapa konflik antar budaya sering terjadi dan
dianggap sebagai hal yang normal yang dilihat melalui
perspektif dari Hannah Arendt mengenai teorinya yaitu
banalitas kejahatan (Banality of Evil). Penelitian yang
dilakukan mengenai hal tersebut dilakukan melalui penelitian
kualitatif lewat Google Form.
Tinjauan Pustaka
Artikel ini didasari pada publikasi laporan Hannah Arendt
mengenai hasil dari sidang Adolf Eichmann. Adolf Eichmann
merupakan seorang perwira Nazi yang menjadi salah satu
penyelenggara utama Holocaust atau pembantaian orang-
orang Yahudi pada masa Perang Dunia II. Setelah Perang Dunia
II, ia melarikan diri ke Argentina dan kemudian ditangkap
pada 11 Mei 1960. Ia diadili karena terkait dalam pembantaian
orang-orang Yahudi di kamp-kamp konsentrasi milik Nazi.
Hannah Arendt, seorang filsuf kelahiran Jerman meliput
persidangan terhadap Adolf Eichmann yang dimulai pada
tanggal 11 April 1961 sampai 14 Agustus 1961. Sesampainya
di sana, ia begitu kaget karena ternyata Eichmann, pelaku
kejam terhadap kemanusiaan itu hanyalah orang biasa yang
sama sekali tidak terlihat kejam.
Eichmann merupakan warga negara yang patuh pada
hukum. Selain itu, Eichmann juga merasa bahwa ia tidak
melakukan pembantaian terhadap orang Yahudi atau non-
Yahudi dan tidak pernah memberi perintah untuk membunuh
orang Yahudi atau non-Yahudi. Eichmann justru mengatakan

163
bahwa seharusnya dirinya mendapatkan kehormatan dari
negara, karena ketaatannya sebagai warga negara. Bahkan, ia
mengatakan bahwa penyesalan terbesarnya adalah tidak
dipromosikan ke pangkat yang lebih tinggi di SS Nazi Jerman
pada masa itu.
Arendt mengikuti sidang tersebut sampai selesai, dan
menurutnya, orang-orang biasa, dengan pikiran dan wajah
yang lurus, bisa melakukan kejahatan yang kejam terhadap
sesama manusia, tanpa adanya rasa benci ataupun rasa
bersalah. Hal inilah yang disebut oleh Hannah Arendt dalam
bukunya yang berjudul Eichmann in Jerusalem: A Report on the
Banality of Evil. Menurut Arendt, hal itu disebut sebagai
banalitas kejahatan.
Banalitas kejahatan merupakan sebuah istilah di mana
suatu kejahatan dianggap sebagai suatu hal yang biasa-biasa
saja, sesuatu yang wajar. Argumen ini ia dapatkan ketika
mengamati orang-orang Jerman biasa, yang tidak memiliki
pikiran jahat, bisa dan mampu untuk ikut andil dalam suatu
tindak kejahatan brutal, salah satunya Eichmann.
Menurut Arendt, Eichmann tidaklah bodoh, yang
menjadi masalah utamanya adalah ketidakberpikiran. Keti-
dakberpikiran sangat berbeda dengan bodoh. Keti-
dakberpikiran berarti tidak memakai pikiranya secara men-
yeluruh dan sistemik.
Karena ketidakberpikiran tersebut, seringkali orang
tidak sadar bahwa tindakannya merupakan sesuatu yang
kejam, suatu kejahatan brutal. Jadi, salah satu hal yang
mendasari terjadinya kejahatan/kejahatan brutal ialah
ketidakberpikiran tersebut. Arendt juga menambahkan bahwa
yang kurang dari Eichmann adalah imajinasi untuk bisa
membayangkan posisi mereka yang menjadi korbannya.
Pendapat dari Hannah Arendt di atas selaras dengan
berita mengenai konflik pada tahun 1998 antara warga
pribumi dengan etnis tionghoa. Pada saat itu, property milik
warga etnis tionghoa dirusak dan mereka pun menjadi sasaran
utama perusakan property. Parahnya lagi, menurut tim
relawan khusus yang terbentuk pada Mei 1998, lebih dari 150

164 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


orang perempuan etnis tionghoa mengalami pemerkosaan dan
pelecehan seksual.
Hasil dan Pembahasan
Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu dengan
menggunakan Google Form sebagai wadah untuk melihat dari
pendapat masyarakat terhadap apa itu kejahatan dan apakah
kejahatan hanya terjadi pada pelaku yang berperilaku jahat.
Google Form ini disebar pada tanggal 14 Desember 2021 dan
mendapatkan 13 responden.
Dalam Google Form, saya menyediakan 5 pertanyaan
mendasar mengenai kejahatan, seperti di bawah ini:

5 pertanyaan tersebut saya ajukan karena saya rasa pola


pikir masyarakat secara umum cenderung menganggap bahwa
kejahatan dapat terjadi apabila pelaku berperilaku jahat dan
mempunyai paras yang menyeramkan seperti bertato dsb.
Saya akan mencoba untuk membahas jawaban dari per-
tanyaan-pertanyaan yang menurut saya sangat meng-
gambarkan mengenai teori banalitas kejahatan Hannah
Arendt.

Kejahatan dalam Kedok Normalitas dalam Konflik Antarbudaya… 165


Pertanyaan 1

Pada pertanyaan pertama, jawaban dari ke-13


responden cenderung menjawab dengan jawaban yang sama
yang intinya adalah bahwa kejahatan merupakan sebuah
Tindakan yang mencederai tata nilai kebaikan dalam
kehidupan di masyarakat.
Pertanyaan 2

Pada pertanyaan kedua ini semua responden menjawab


“Iya, kejahatan dapat terjadi pada siapa pun dan kapan pun”
Pertanyaan 3

Pada pertanyaan ketiga ini dapat disimpulkan bahwa


para responden menjawab bisa, karena menurut seseorang

166 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


memiliki nafsu dan cara berpikir masing-masing ketika hal
tersebut atau hal yang akan dilakukannya merupakan hal yang
menguntungkan atau hal yang diinginkan bisa saja membuat
orang tersebut berubah pikiran untuk melakukan kejahatan.
Pertanyaan 4

Pada pertanyaan keempat ini para responden secara


umum mempunyai beberapa jawaban di antaranya adalah
“Iya, karena sudah menjadi habit baginya, perlakuan (pelaku
kejahatan) yang dinilai jahat bagi orang lain, malah sebaliknya,
akan bernilai baik baginya karena sudah menjadi sebuah
kebiasaan”, dan “Bisa, karena mungkin orang tersebut sudah
terbiasa melakukan kejahatan sehingga menganggap hal
tersebut adalah hal yang wajar”.
Pertanyaan 5

Pada pertanyaan 5 ini para responden hanya menjawab


“Iya” dan tidak disertai dengan penjelasan dari ciri-cirinya.

Kejahatan dalam Kedok Normalitas dalam Konflik Antarbudaya… 167


Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil-hasil yang didapat pada penelitian
kualitatif melalui Google Form menunjukkan bahwa masya-
rakat belum sepenuhnya sadar bahwa kejahatan tidak selalu
dilakukan oleh pelaku yang berperilaku jahat atau yang
berparas “Jahat” dalam perspektif masyarakat seperti bertato,
berambut gondrong dsb.
Hal tersebut sangat membuktikan dengan apa yang
dikatakan oleh Hannah Arendt dalam bukunya yang berjudul
Eichmann in Jerusalem: A Report on the Banality of Evil. Salah
satu contoh yang membuktikan adanya banalitas kejahatan
mengenai konflik antar budaya adalah konflik yang terjadi
pada tahun 1998 ketika terjadi kerusuhan antara pribumi
terhadap etnis tionghoa. Pada saat itu, menjadi peristiwa yang
memilukan bagi etnis Tionghoa, pasalnya toko-toko, dan
rumah mereka dijarah, dibakar, dan dihancurkan.
Bahkan, kurang lebih sekitar 150 perempuan etnis
tionghoa mengalami pemerkosaan dan pelecehan seksual.
Mengapa peristiwa tersebut merupakan banalitas kejahatan
karena para pelaku merasa melakukan hal yang biasa terhadap
etnis tionghoa tanpa adanya rasa bersalah. Peristiwa tersebut
dianggap sesuatu yang biasa saja, bahkan sesuatu yang wajar.
Hal inilah yang disebut Hannah Arendt sebagai banalitas
kejahatan.
Menurut Arendt, mereka tidaklah bodoh, mereka hanya
tidak menyadari bahwa tindakannya merupakan sesuatu yang
kejam, sesuatu kejahatan brutal. Jadi, yang kurang dari mereka
pelaku kejahatan 1998 terhadap etnis Tionghoa adalah ber-
imajinasi untuk bisa membayangkan posisi mereka yang
menjadi korbannya.

168 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Daftar Pustaka

Hannah Arendt dan Banalitas Kejahatan. Rumah Filsafat. 2021.


Retrieved 16 December 2021, from https://
rumahfilsafat.com/2011/12/23/hannah-arendt-dan-
banalitas-kejahatan/.

Hannah Arendt On Standing Up to the Banality of Evil |


Philosophy Break. Philosophybreak.com. 2021.
Retrieved 16 December 2021, from https://
philosophybreak.com/articles/hannah-arendt-on-
standing-up-to-the-banality-of-evil/.

Hannah Arendt: Banalitas Kejahatan. KOMPASIANA. 2021.


Retrieved 16 December 2021, from https://www.
kompasiana.com/ivansb/5eaa9843097f3626266256d2
/hannah-arendt-banalitas-
kejahatan?page=all#section3.

Kerusuhan 1998 Terhadap Etnis Tionghoa Di Surakarta.


KOMPASIANA. 2021. Retrieved 16 December 2021, from
https://www.kompasiana.com/selvaniaa0892/606589
278ede4824c2346672/kerusuhan-1998-terhadap-
etnis-tionghoa-di-surakarta.

Perkosaan Mei 1998 'tak pernah terungkap, tak pernah


dituntaskan'-BBC News Indonesia. BBC News Indonesia.
2021. Retrieved 16 December 2021, from https://www.
bbc.com/indonesia/dunia-44134808.

Kejahatan dalam Kedok Normalitas dalam Konflik Antarbudaya… 169


170 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore
Akulturasi Positif dan Pola Budaya dalam
Komunikasi Budaya Antaretnis Batak dan
Etnis Jawa
Art Zahra Tzendra Semesta Fadilha

Pendahuluan
Di dalam kehidupan manusia harus melakukan komunikasi hal
ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial apabila
tidak ada komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara
perorangan, kelompok, maupun organisasi tidak mungkin
dapat terjadi manusia akan merasa kosong. Hakikatnya
manusia terlahir telah melakukan tindakan komunikasi. Tin-
dakan komunikasi tersebut dilakukan secara terus-menerus
selama proses kehidupannya. Sehingga, komunikasi dapat
dikatakan menjadi salah satu urgensi atau kebutuhan dalam
kehidupan manusia (Nugroho, 2012).
Faktanya manusia dituntut untuk bisa berinteraksi antar
manusia satu dengan manusia lainnya. Hal itu ditunjukkan
dengan fenomena perbedaan latar belakang yang bisa me-
nimbulkan perbedaan dalam memaknai atau memahami
sesuatu. Interaksi sosial tetap berjalan baik secara individu
perorangan maupun kelompok. Ketika terjadi perbenturan
antara kepentingan perorangan dengan kepentingan
kelompok interaksi antar manusia tersebut akan lebih
menonjol. Faktor terjadinya proses interaksi, antara lain faktor
imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Manusia dituntut
untuk mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya,
walaupun memiliki latar belakang budaya yang berbeda dan
bahasa yang berbeda. Komunikasi antarbudaya dilakukan agar
manusia mampu berinteraksi antar manusia yang memiliki
perbedaan latar belakang budaya dan bahasa.
Budaya itu sendiri biasanya merupakan adat istiadat
yang merupakan ciri khas suatu daerah atau etnis tertentu. Di
Indonesia sendiri terdiri dari beberapa etnis beberapa etnis
yang terbesar seperti Batak, Jawa, dan Tionghoa. Budaya dapat

171
didefinisikan sebagai sebuah nilai atau praktik sosial yang
berlaku dan dipertukarkan dalam hubungan antar manusia
baik secara individu maupun anggota masyarakat (Sitanggang,
2019). Sistem budaya merupakan bagian dari kebudayaan
yang diartikan pula adat istiadat. Adat istiadat mencakup
sistem nilai budaya, sistem norma, norma-norma menurut
pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat yang ber-
sangkutan, termasuk norma agama.
Dalam proses komunikasi yang terjadi pertukaran
berbagai informasi antara satu individu dengan individu
lainnya. Salah satunya adalah pertukaran budaya yang dimiliki
masing-masing individu. Pada saat inilah terjadi berbagai
proses hubungan yang terjadi di antaranya adalah akulturasi
positif atau adanya penerimaan budaya satu sama lain tanpa
menghilangkan kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu,
perlunya pembahasan mengenai bagaimana akulturasi positif
yang terjadi dalam komunikasi budaya antara etnis Jawa dan
etnis Batak. Serta memahami bagaimana pola komunikasi
yang terjadi dalam komunikasi budaya antar etnis Batak dan
etnis Jawa yang ada di Indonesia.
Komunikasi antarbudaya merupakan kegiatan ko-
munikasi antarpribadi yang dilangsungkan di antara para
anggota kebudayaan yang berbeda. Hamid Mowlana dalam
Sitanggang (2019) menyebutkan komunikasi antarbudaya
dengan contoh yaitu, keterlibatan suatu konferensi
internasional di mana bangsa-bangsa dari berbagai negara
berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi
antarbudaya dapat diartikan sebagai interaksi antarorang
yang memiliki perbedaan budaya. Komunikasi antar budaya
terjadi bila produsen pesan merupakan anggota suatu budaya
dan penerima pesannya merupakan anggota suatu budaya
lainnya. Budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi.
Budaya diwujudkan dengan seluruh perilaku komunikatif dan
tujuan dari setiap orang. Berbagai macam perilaku yang
dimiliki oleh dua orang yang memiliki budaya berbeda dapat
menimbulkan kesulitan. Pada dasarnya pemahaman ko-
munikasi antarbudaya dapat menghilangkan kesulitan-

172 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


kesulitan itu. Komunikasi antarbudaya dapat dipahami
menjadi sebuah perbedaan budaya dalam mempersepsi objek-
objek sosial dan kejadian yang ada (Sitanggang, 2019).
Akulturasi (acculturation) memiliki arti bahwa konsep
akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu
kelompok manusia dengan etnis tertentu atau memiliki unsur
kebudayaan asing, seiring berjalannya waktu dapat diterima
oleh etnis lainnya tanpa menghilangkan kepribadian ke-
budayaan itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat (dalam
Silalahi, 2015) mengatakan bahwa proses akulturasi itu timbul
apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaannya
dihadapkan dengan unsur kebudayaan asing yang berbeda
sedemikian rupa sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa
menghilangkan kepribadian kebudayaan sendiri. Akulturasi
dalam bidang kebudayaan yaitu adanya saling mempelajari
kebudayaan di bidang bahasa, kesenian contohnya seperti
adanya perkawinan antaretnis Jawa dan etnis Batak (Silalahi,
2015).
Berdasarkan penelitian Nugroho (2012) konsep pola
budaya atau cultural pattern pertama kali diperkenalkan oleh
Ruth Benedict. Menurut Ruth dalam diri manusia terdapat
sistem memori budaya yang berguna untuk mengelaborasi
rangsangan yang masuk (termasuk pola dan perilaku budaya)
dari luar, kemudian rangsangan dari luar itu diterima melalui
sistem saraf. Transmisi kebudayaan baik berupa material
maupun nonmaterial dapat terjadi langsung atau terjadi tidak
langsung. Transmisi langsung terjadi secara hereditas melalui
perangai dan perilaku orang tua, misalnya dalam pola-pola
budaya untuk menyatakan kegembiraan, kesedihan dan
senyuman. Transmisi tidak langsung terjadi melalui media,
misalnya radio, televisi, video, tape recorder, surat kabar, dan
majalah.
Pola budaya seseorang bergantung dengan faktor nilai,
norma, kepercayaan, dan bahasa. Menurut Andreas Schneider
dalam Nugroho (2012) struktur kebudayaan berisi pola-pola
persepsi, cara berpikir, dan perasaan; sedangkan struktur

Akulturasi Positif dan Pola Budaya dalam Komunikasi Budaya… 173


sosial berkaitan dengan pola-pola perilaku sosial. Proses suatu
kebudayaan terhadap struktur sosial menyatakan bahwa pola-
pola perilaku sosial yang telah memasyarakat dipengaruhi
oleh nilai dan kepercayaan manusia. Menurut Edward T. Hall
pola-pola kebudayaan dibagi menjadi dua, yaitu Low Context
Culture dan High Context Culture. Adanya pola-pola tersebut
menjadikan berbagai masyarakat atau suku atau etnis me-
miliki berbagai perbedaan karakteristik budaya. Pola budaya
lainnya diajukan oleh Hofstede yang merupakan sebuah
perspektif teoritis berdasarkan studinya tentang perbedaan
orientasi nilai yang berkaitan dengan pekerjaan, yaitu Budaya
Masculinity dan Budaya Femininity.

Hasil dan Pembahasan


Dalam penelitian ini lebih ditekan pada studi literatur yaitu
studi literatur yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat, serta mengolah bahan penelitian mengenai kajian
budaya dan komunikasi budaya (Jailani, 2020).
1. Akulturasi Positif yang Terjadi dalam Komunikasi Budaya
Antaretnis Batak dan Etnis Jawa
Proses akulturasi yang merupakan proses percampuran
dua kebudayaan yang tanpa menghilangkan kebudayaan
aslinya. Seperti halnya proses akulturasi yang terjadi
antaretnis Jawa dan etnis Batak. Kedua etnis yang sering
bertemu dan tinggal di daerah yang sama maka terjadi
komunikasi budaya saat itu, sehingga terjadi akulturasi dari
berbagai bidang seperti akulturasi sosial, akulturasi
ekonomi, akulturasi budaya, dalam akulturasi seni.
Berdasarkan penelitian Silalahi (2015) akulturasi
yang terjadi antara etnis Batak dan Jawa yaitu 1) akulturasi
sosial, kegiatan sosial perkawinan meskipun tidak ada
kesamaan adat-istiadat di antara kedua etnis, tetapi
tidaklah menjadi penghalang kedua etnis tersebut dalam
melakukan persatuan, 2) akulturasi ekonomi yaitu ter-
jadinya kerja sama antaretnis Batak dan Jawa dalam ber-
dagang dan bertani, 3) akulturasi kebudayaan, terjadinya

174 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


pernikahan campuran antaretnis Jawa dan etnis Batak,
meskipun berbeda etnis tetapi karena saling menghargai
antar budaya masing-masing, selain itu juga meningkatkan
kemauan untuk menanamkan nilai budaya masing-masing
sehingga yang terjadi adalah hubungan akulturasi positif
antar etnis. 4) akulturasi kesenian, yaitu adanya pem-
bauran bahasa, sehingga saling belajar bahasa dan saling
menerima jenis musik masing-masing etnis. Faktor ter-
jadinya akulturasi antara lain toleransi dan sikap ke-
terbukaan, kesamaan pekerjaan, penduduk yang heterogen,
pendidikan dan pandangan yang telah maju dan adanya
kontak antar budaya.
Salah satu contoh adanya perbedaan yang ditim-
bulkan dari budaya tiap etnis, seperti halnya suku Batak
yang dalam kehidupan mempunyai nilai-nilai budaya yang
dianut dalam kehidupannya sehari-hari dan mereka juga
mempunyai ciri khas tersendiri yaitu ketika suku Batak
berkomunikasi memiliki ciri khas dengan bersuara dengan
nada tinggi ketika berbicara terhadap lawan bicaranya. Hal
ini jauh berbeda dengan suku Jawa yang berbicara dengan
nada lembut ketika berkomunikasi dengan lawan
bicaranya. Etnis Jawa akan terkesan sopan dan ramah
dalam berkomunikasi ketika berjumpa dengan orang yang
berbeda dengan mereka. Sedangkan suku Batak akan
terkesan mengintimidasi. Komunikasi antar budaya yang
dilakukan antara suku Batak dengan suku Jawa akan bisa
menimbulkan masalah dalam berkomunikasi disebabkan
mereka memiliki ciri khas budaya yang sangat bertolak
belakang (Nurfanofah, 2020). Akan tetapi, sesuai proses
akulturasi yang terjadi, dengan tingkat komunikasi yang
sering dan berada di satu daerah yang sama. Maka, etnis
Batak dan etnis Jawa akan sama-sama saling terbiasa dan
dapat melakukan komunikasi dengan baik. Sehingga terjadi
penarikan antar budaya dari masing-masing etnis tanpa
mempengaruhi budaya masing-masing.

Akulturasi Positif dan Pola Budaya dalam Komunikasi Budaya… 175


2. Pola Komunikasi dalam Komunikasi Budaya Antaretnis
Batak dan Etnis Jawa
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan dalam
penelitian ini diketahui bahwa pola budaya mempengaruhi
pola komunikasi seseorang dalam berkomunikasi dan pola
komunikasi mempengaruhi pola budaya seseorang. Hal
tersebut dikarenakan pola budaya dan pola komunikasi
saling berhubungan dan saling berkaitan satu sama lain.
Pola budaya pada setiap kelompok masyarakat memiliki
perbedaan dalam menjalankan aturan, cara berinteraksi,
bahasa, nilai dan norma. Perbedaan yang terjadi pada pola
budaya seseorang akan terlihat sangat berbeda saat terjadi
komunikasi antarbudaya, karena orang-orang yang terlibat
dalam komunikasi antarbudaya tersebut secara tidak
langsung akan menunjukkan pola budaya yang dimilikinya
masing-masing saat komunikasi antarbudaya terjadi. Hal
ini yang disebut sebagai pola komunikasi. antar budaya,
yaitu pola komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang
memiliki budaya yang berbeda (Nugroho, 2012).
Pola budaya dan pola komunikasi saling berkaitan,
seperti keterkaitan kebudayaan dengan komunikasi. ke-
budayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah
kebudayaan. Pola komunikasi merupakan bentuk ter-
jadinya proses komunikasi antara pemberi pesan dan
penerima pesan. Pola komunikasi yang dimiliki oleh
seseorang akan berbeda dengan pola komunikasi yang
dimiliki oleh orang lain yang berasal dari kelompok lain.
Berdasarkan penelitian Nugroho (2012) komunikasi yang
terjadi antara etnis yang berbeda memberikan pola
komunikasi antarbudaya dengan beberapa tahap yaitu 1)
tahap interaktif, 2) tahap transaksional, terakhir 3) tahap
yang dinamis. Proses komunikasi yang terjadi antara etnis
Batak dan etnis Jawa tentunya juga melalui beberapa tahap
komunikasi tersebut, yang diawali dengan tahap pola
komunikasi yang interaktif, yaitu komunikasi yang
dilakukan oleh komunikator dua arah/timbal balik (two-

176 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


way communication) namun masih berada pada tahap
rendah.
Tahap selanjutnya yaitu tahap transaksional, tahap
ini merupakan tahap di mana terjadi keterlibatan emo-
sional tinggi, yang berlangsung terus menerus dan ber-
kesinambungan atas pertukaran pesan. Proses komunikasi
antarbudaya umumnya dapat menimbulkan suatu masalah
komunikasi, yang disebabkan oleh kebudayaan yang
berbeda budaya yang dimiliki oleh individu berasal dari
kelompok berbeda. Setiap kelompok memiliki perbedaan
mengenai bahasa, persepsi, simbol nonverbal, makanan
bahkan cara individu berinteraksi. Akan tetapi keduanya
mampu memaknai dan memahami bentuk kebudayaan
yang berbeda. Contohnya ketika mahasiswa etnis Batak
datang ke Jawa, mereka dapat berkomunikasi meskipun
menggunakan komunikasi nonverbal yang ada di ling-
kungan etnis Jawa. Namun, dengan seringnya ber-
komunikasi maka akan terjadi adaptasi dengan men-
yesuaikan diri dengan karakteristik masyarakat Jawa dan
makanan Jawa yang berbeda dengan yang ada di
daerahnya. Sehingga, komunikasi yang terjadi pun
meningkat, menjadi lebih dinamis dan adaptif.
Hal di atas merupakan pendekatan yang dilakukan
dalam komunikasi atau dapat dikatakan sebagai pendekatan
komunikasi antar budaya. Tujuan dari pendekatan komunikasi
antarbudaya dalam komunikasi antarbudaya terdapat per-
bedaan persepsi antara komunikan dan komunikator, yang
komunikan maupun komunikator tersebut memiliki budaya
yang berbeda (Nugroho, 2012). Dalam komunikasi an-
tarbudaya terdapat isi dan relasi antarpribadi yang turut
menentukan proses berjalannya komunikasi antarbudaya.
Setiap pelaku yang melakukan komunikasi antar budaya yaitu
etnis Batak dan etnis Jawa memiliki ciri khas masing-masing.
Ciri khas tersebut bisa menjadi perbedaan-perbedaan yang
terjadi di antara dua etnis. Perbedaan-perbedaan ter-
sebut dapat dimengerti dan dipahami satu sama lain, dan
dihargai antara datu etnis dan etnis lainnya. Sehingga

Akulturasi Positif dan Pola Budaya dalam Komunikasi Budaya… 177


perbedaan yang dimiliki antar etnis ini bukan menjadi sesuatu
pemisah dan pemecah belah. Perbedaan ini justru menjadikan
keragaman budaya yang rukun di antara etnis Batak dan etnis
Jawa.

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan
didapatkan kesimpulan bahwa proses akulturasi antara etnis
Jawa dan etnis Batak ini menjadi tambahan pengetahuan bagi
kedua etnis ini karena kedua etnis ini dapat belajar
kebudayaan dari masing-masing etnis. Selain daripada itu agar
proses akulturasi berjalan dengan baik dan tidak terjadinya
konflik, maka masyarakat melakukan komunikasi budaya
dengan baik dan memperkecil hal-hal yang dapat meng-
akibatkan terjadinya konflik antar masing-masing etnis.
Pola budaya yang dimiliki etnis dan etnis Jawa terdapat
perbedaan. Pola budaya yang dimiliki oleh mahasiswa suku
Batak adalah budaya Low Context dan budaya Masculinity atau
dapat dikatakan blak-blakan. Sedangkan pola budaya yang
dimiliki oleh etnis Jawa adalah budaya High Context dan
budaya Femininity atau penuh kehati-hatian dan perasaan.
Terjadinya pertemuan dan komunikasi antaretnis membuat
pola komunikasi yang terjalin antara etnis lebih mudah ber-
adaptasi dan dinamis. Adanya perbedaan budaya yang
mempengaruhi menjadikan komunikasi antar budaya antara
etnis Batak dan etnis Jawa tidak terlalu menjadi masalah, hal
tersebut menjadi suatu keberagaman pola komunikasi
antarbudaya.

178 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Daftar Pustaka

Jailani, A. K., & Rachman, R. F. 2020. Kajian Semiotik Budaya


Masyarakat: Nilai Keislaman dalam Tradisi Ter-ater di
Lumajang. MUHARRIK: Jurnal Dakwah dan Sosial, 3(02),
125-137.

Nugroho, A. B., Lestari, P., & Wiendijarti, I. 2012. Pola


komunikasi antarbudaya Batak dan Jawa di Yogyakarta.
Jurnal Aspikom, 1(5), 403-418.

Nurhanifah, N., Deni, I. F., & Haloho, D. A. 2020. Implementasi


Komunikasi Budaya dalam Keluarga Batak Toba dan
Jawa. Jurnal SOMASI (Sosial Humaniora Komunikasi),
1(2), 191-196.

Silalahi, L., & Syafrizal, S. 2015). Proses Akulturasi Antar Etnis


Jawa dan Etnis Batak di Desa Malasori Kecamatan Dolok
Masihul Kebupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatra
Utara (Doctoral dissertation, Riau University).

SITANGGANG, F. B. 2019. Komunikasi Antar Budaya Dalam


Proses Asimilasi Suku Jawa Dan Batak Toba Di
Kabupaten Simalungun`` (Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara).

Akulturasi Positif dan Pola Budaya dalam Komunikasi Budaya… 179


180 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore
Analisis Peran Media Sosial terhadap
Pengalaman Multikultural dan Wawasan
Kebudayaan dalam Kanal YouTube Gita
Savitri
Aprilia Permata Putri

Manusia tidak bisa tak berkomunikasi, kalimat tersebut meng-


gambarkan betapa manusia sebagai makhluk sosial manusia
tidak pernah terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia
selalu ingin membangun hubungan dengan manusia lainnya,
serta adanya berbagai kebutuhan sehingga berbagai keinginan
dalam dirinya terpenuhi.
Pada era digital ini, terdapat sebuah fenomena yang
disebut dengan global village. Menurut McLuhan, global village
adalah fenomena maraknya masyarakat yang bergantung pada
kecanggihan alat elektronik, sehingga menciptakan gambaran
bahwa masyarakat dunia berada dalam satu desa besar
(Pamungkas, 2015). Terciptanya fenomena global village ini
tidak lepas dari adanya pengaruh dari berkembangnya media
sosial. Media sosial berhasil memudahkan manusia untuk
berkomunikasi dengan siapa pun, kapan pun, dan di mana pun
dengan jangkauan yang luas.
Salah satu media sosial yang menarik ialah YouTube.
Media sosial tersebut menjadi wadah para penggunanya untuk
menonton video, mendengarkan music, dan lain sebagainya.
Aplikasi YouTube ini menarik dibandingkan dengan aplikasi
berbasis text atau tulisan seperti Facebook dan Twitter
ataupun foto seperti Instagram, Pinterest, dan Snapchat.
Terdapat penelitian yang dilakukan oleh We Are Social
(perusahaan media di Inggris) bahwa pada tahun 2021,
YouTube digunakan oleh 93,8 persen dari total keseluruhan
pengguna internet Indonesia lalu dilanjutkan oleh WhatsApp,
Instagram dan Facebook. Hal tersebut di latar belakangi
karena YouTube bagaikan Televisi versi era digital. Di mana

181
YouTube bagaikan media massa berbasis web video sharing
dan juga YouTube bisa diakses lebih fleksibel daripada
Televisi.
Jerman dan Indonesia memiliki kultur yang amat
berbeda. Mulai dari benua, bahasa, gaya hidup, agama
mayoritas yang dianut, hingga nilai-nilai yang dianut. Saat ini
penelitian yang membahas tentang model komunikasi lintas
budaya lebih banyak dilakukan dengan model komunikasi
tatap muka, padahal saat ini komunikasi lintas budaya lebih
banyak dilakukan melalui media massa dan media sosial.
Artinya, model komunikasi antarbudaya melalui media sosial
belum banyak dibahas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
menelusuri bagaimana media sosial, sebuah model ko-
munikasi antarbudaya melalui YouTube, bekerja. Penulis
menganalisis salah satu YouTuber yang menayangkan video
tentang perbedaan dan persamaan budaya Jerman yaitu Gita
Savitri atau sering dipanggil Gitasav. Kanal YouTubenya
bernama Gita Savitri Dewi. Youtuber ini merupakan
perempuan asal Indonesia yang membuat banyak konten
mengenai kehidupannya di Jerman.
Tinjauan Pustaka
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai komunikasi.
Topik penelitian bervariasi, mulai dari antarsuku yang
berbeda di Indonesia, antara bangsa Indonesia dengan bangsa
lain, atau antar suku di luar Indonesia. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian juga berbeda secara kuantitatif
atau kualitatif dengan pendekatan yang berbeda seperti
fenomenologi dan studi kasus.
Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang
dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat
mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi memiliki
variasi definisi yang tidak 7 terhingga seperti saling berbicara
satu sama lain, televisi, penyebaran informasi (Fiske, 2012).

182 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Komunikasi Antarbudaya
Menurut William B.Hart Komunikasi dan kebudayaan tidak
sekadar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan, harus dicatat bahwa studi komunikasi
antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan
pada efek kebudayaan terhadap komunikasi.
Hamid Mowlana menyebutkan bahwa komunikasi antar
budaya sebagai "Human flow a cross national boundaries", yang
dapat diasumsikan sebagai sekelompok manusia yang men-
yeberangi lintas budaya. Di mana komunikasi antarbudaya
akan terjadi ketika adanya komunikasi antara orang-orang
yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda untuk men-
capai suatu tujuan komunikasi yang sama.
Wawasan Kebudayaan
Wawasan kebudayaan merupakan cara pandang masyarakat
terhadap budaya dan lingkungan dalam eksistensinya ini
mengisyaratkan bahwa wawasan kebudayaan bersifat
dinamis, maksudnya adalah wawasan kebudayaan yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat selalu
berkembang sesuai dengan eksistensi budaya tersebut
(Azizah, 2018: 256)
Pengalaman Multikultural
Dijelaskan oleh Leung, Maddux, Galinksky, dan Chiu (Leung,
2008) bahwa “Pengalaman multikultural mengacu pada
pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung yang
bertemu atau berinteraksi dengan elemen dan/atau anggota
budaya asing.”
Global Village
Menurut McLuhan, global village yaitu fenomena maraknya
masyarakat yang bergantung pada kecanggihan alat elek-
tronik, sehingga menciptakan gambaran bahwa masyarakat
dunia berada dalam satu desa besar. Terciptanya fenomena
global village ini tidak lepas dari adanya pengaruh dari
berkembangnya media sosial. Media sosial adalah salah satu
platform yang muncul di media siber (Pamungkas, 2015).

Analisis Peran Media Sosial terhadap Pengalaman Multikultural dan Wawasan… 183
Hasil dan Pembahasan
Kanal YouTube Gita Savitri Dewi
Gita Savitri Devi, sosok wanita berhijab yang merupakan
konten kreator video YouTube, penulis blog, influencer di
media sosial (medsos), sekaligus penulis buku yang sangat
menginspirasi. Gita Savitri Dewi atau yang biasa disebut
Gitasav dikenal dengan kehidupannya di Jerman yang
diabadikan melalui kanal YouTube pribadinya. Ia sudah
menetap di Jerman sejak ia umur 18 tahun saat memulai
studinya di bangku kuliah.
Melalui kanal YouTube pribadinya, Gitasav kuliah
jurusan Kimia Murni di Freie Universitas, Berlin, Jerman. Gita
yang lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umur 17 tahun
di tahun 2009 itu, mengaku harus menunggu satu tahun untuk
kuliah di Jerman, karena persyaratan bagi calon mahasiswa di
bawah usia 18 tahun cukup rumit. Sehingga, dia berangkat ke
Jerman pada akhir 2010. Dirinya mulai serius membuat
berbagai macam konten YouTube pada tahun 2016, salah satu
konten videonya yang akan dibahas adalah segmen “Tentang
Jerman” di mana Ia membahas banyak kehidupannya di
Jerman dan berisikan banyak unsur komunikasi antarbudaya.

Photo 1: Playlist tentang Jerman


Konten tentang Jerman dalam kanal YouTube Gitasav ini
sendiri memiliki episode yang banyak yaitu sebanyak, 19
episodes. Namun, saya hanya menganalisa 1 video kontennya

184 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


dalam episode pertama yang berjudul “Perbedaan Jerman dan
Indonesia feat. Danu | Tentang Jerman eps.1”

Photo 2: Konten video Gitasav


Dalam video tersebut Gita Savitri dengan temannya yang
bernama Danu berbagi mengenai apa perbedaan yang mereka
rasakan selama tinggal di Jerman. Berikut perbedaan yang
mereka sebutkan:
1. Jerman Rapi dan Jeli dalam Ketepatan Waktu
Danu menceritakan bahwa pengalamannya di Jerman
waktu keberangkatan bus selalu tepat waktu bahkan dalam
hitungan menitnya.
2. Kondisi Lalu Lintas
Danu berbagi pengalamannya bahwa Jerman tidak sepadat
dan semacet Indonesia.
3. Sistem Pendidikan
Danu menceritakan bahwa kuliah di Jerman memang amat
sangat lama, namun sangat efektif dan mudah dipahami
dikarenakan para pengajar benar-benar menjelaskan
secara mendetail.
4. Banyak Restoran Asia
Danu menceritakan bahwa di Jerman banyak restoran dan
produk Asia atau Indonesia.

Analisis Peran Media Sosial terhadap Pengalaman Multikultural dan Wawasan… 185
5. Disiplin
Gitasav bercerita bahwa penduduk Jerman tidak akan jalan
pada saat lampu merah walaupun keadaan lalu lintas
kosong atau sepi. Namun hal tersebut dinilai kaku oleh
Gitasav dan temannya, Danu.
6. Bahasa
Danu bercerita bahwa bahasa Jerman adalah bahasa yang
sulit dipelajari.
7. Tidak Ada Azan
Azan di Jerman hanya ada di dalam masjidnya namun tanpa
toa seperti di Indonesia.
Dari konten tersebut memperlihatkan budaya Jerman
yang dapat menambah wawasan kebudayaan para penonton.
Serta terdapat pengalaman multikultural yang tidak langsung
berinteraksi dengan elemen dan/atau anggota budaya asing
namun melalui perantara orang lain yaitu Gitasav dan
temannya, Danu.
Dalam video tersebut terdapat stereotip, yakni meng-
generalisasi orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan
membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan ke-
anggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain,
penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan
objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau
penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek ber-
dasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, ketimbang
berdasarkan karakteristik individual mereka (Mulyana, 2014).
Stereotip tidak selalu negatif, misalnya stereotip terhadap
bangsa atau suku tertentu yang dikesankan pelit, jorok, bodoh,
malas, dan sebagainya. Stereotip bisa juga positif misalnya
orang berpikir bahwa etnik atau bangsa tertentu itu sebagai
bangsa yang rajin, pintar, pekerja keras, dan sebagainya
(Devito, 2009). Terlepas dari stereotip itu negatif atau positif,
sekali kita melakukan stereotip akan sulit menghilangkannya.
Stereotip kadang-kadang hadir di alam bawah sadar sehingga
orang tidak menyadarinya (Hybels & Weaver II, 2009).

186 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dipaparkan di atas,
dapat ditarik simpulan bahwa media sosial berpengaruh ter-
hadap kecerdasan budaya seseorang secara positif. Ke-
cerdasan budaya ini berguna bagi seseorang untuk ber-
interaksi dengan mereka yang memiliki kebudayaan yang
berbeda. Bahkan ada yang menyatakan bahwa kecerdasan
budaya merupakan kecerdasan terpenting untuk abad ke 21
ini (SHRM Foundation, 2015). Selain itu, kecerdasan budaya
juga berpengaruh terhadap tingkatan toleransi seseorang
(Yeke & Semerciöz, 2016). Mereka yang memiliki kecerdasan
budaya yang tinggi, lebih toleran dan lebih mampu untuk
berinteraksi dengan baik dengan mereka yang memiliki
kebudayaan yang berbeda.

Analisis Peran Media Sosial terhadap Pengalaman Multikultural dan Wawasan… 187
Daftar Pustaka

Devito, J. A. 2009. The Personal Communication Book (12th


Editi). New York: Pearson Education. Dwiningtyas.- Ed.
3-1.-Jakarta: Rajawali Pers.

Fiske, John. 2012. Pengantar Ilmu komunikasi/John Fiske;


penerjemah Hapsari.

Hybels, S., & Weaver II, R. 2009. Communicating Effectively.


New York: McGraw-Hill Companies.

Leung, A.K.-y., Maddux, W.W., Galinsky, A.D. and Chiu, C.-y.


2008. Multicultural experience enhances creativity: the
when and how. American Psychologist, Vol. 63 No. 3, pp.
169-181.

Mulyana, D. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung:


Rosda Karya.

Pamungkas, Cahyo. Global Village dan Globalisasi dalam


Konteks KeIndonesiaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Global dan Strategis, Th. 9, No. 2.

Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Jakarta:


Prenadamedia Group, 2014), hlm. 15-16.

188 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Analisis Bentuk Komunikasi Pembelajaran
Online yang Efektif untuk Digunakan
Selama Pandemi Covid-19 di Indonesia
Anisa Nurulia Imawati

Globalisasi pandemi Covid-19 menghasilkan proses belajar


mengajar yang lebih didominasi oleh formulir online (Patricia,
2020). Pembelajaran online adalah konsekuensi logis dari
pandemi Covid-19. Selama pembelajaran selesai online
kemudian komunikasi antara guru dan teknologi yang
difasilitasi lebih ramping. Masalah yang akan diamati, diteliti,
dan dijelaskan dalam makalah ini dalam elemen komunikasi
yang biasanya berfungsi simultan, tetapi dalam pembelajaran
online tidak mungkin untuk berfungsi dengan baik.
Komunikasi elemen yang biasanya berfungsi sebagai saluran
pesan dari dan oleh peserta pembelajaran online komunikasi
bersifat verbal dan nonverbal, seperti: wajah, mata, postur,
gerak tubuh. Kedua jenis saluran komunikasi, yaitu verbal dan
nonverbal adalah paket sehingga antara keduanya saling
mendukung, saling menguatkan, atau menekankan pesan
tertentu dari setiap peserta terlibat dalam komunikasi.
Saluran verbal yang biasa digunakan oleh online guru
dalam berinteraksi dengan siswanya. Elemen komunikasi
nonverbal, seperti mata, wajah, postur, gerak tubuh berfungsi
untuk melengkapi dan meningkatkan pesan verbal. Saat
belajar online, bagaimana elemen komunikasi nonverbal
berfungsi atau diaktifkan, baik oleh guru maupun peserta
pembelajaran daring. lain yang relevan pertanyaannya adalah
apakah pembelajaran online kaya dan isyarat lengkap dalam
menyampaikan pesan pembelajaran kepada mitranya, seperti
pembelajaran tatap muka di ruang kelas (Wright, 2017).
Pelajar online sama dengan offline guru, keduanya ingin ber-
komunikasi secara efektif dan efisien dengan peserta belajar.
Itu pertanyaannya adalah, bagaimana guru online bisa mem-
baca dan memahami tanggapan dan pesan dengan hati-hati

189
dan akurat dari peserta pembelajaran online? Melakukan guru
sengaja menyapanya atau memanggil namanya peserta didik
secara konsisten dan terus menerus? Apa jika pelajar tidak
merespon; bagaimana jika mereka? Merespon tetapi waktunya
relatif lama.
Peserta belajar online dapat dengan cepat menanggapi
guru mereka dengan suara, tetapi bagaimana jika mereka tidak
menunjukkan wajah dan mata mereka? Komunikasi tanpa
konten atau saluran apa pun (pasangan mengatakan tidak
terlihat) dari masing-masing peserta biasanya menghasilkan
bentuk, jenis, dan aliran informasi yang tidak muda untuk
dikendalikan dan dikelola dengan baik. Hal-hal seperti ini
adalah masalah yang menarik dan merupakan tantangan
untuk meneliti, memikirkan, dan menemukan solusi. Namun,
model pembelajaran online adalah dibutuhkan di masa depan
karena aspek positifnya pembelajaran online dapat mem-
buktikan untuk membuat belajar fleksibel, mendidik peserta
didik untuk terbiasa untuk menjadi mandiri, bertanggung
jawab, waktu efisiensi, dan energi (Eka & Wuryanta, 2013).
Dengan manfaat pembelajaran online, wajar jika
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ristekdikti men-
dorong pemanfaatan pembelajaran online dengan me-
mungkinkan beberapa universitas untuk menawarkan kursus
online dalam Sistem Pembelajaran Online /SPADA (Suciati,
2018). Makalah ini merupakan studi pendahuluan dari aspek
komunikasi saat pembelajaran dilakukan keluar online.
Elemen komunikasi yang biasanya menjadi media untuk
menyalurkan pesan dalam bentuk kombinasi verbal dan
nonverbal. Kecenderungannya, kami beralasan bahwa pesan-
pesan itu selalu dikirim dan diterima dalam bentuk lisan (lisan
atau tertulis). Faktanya, komunikasi jarang terjadi didukung
oleh satu saluran, seperti saluran verbal saja, tanpa berkolusi
dengan media nonverbal. Kami terbiasa menggunakan dua,
tiga, empat, atau lima saluran elemen secara kombinasi dan
simultan. Segala sesuatu yang dimiliki dan dilakukan setiap
peserta cenderung berkomunikasi, akan mengirimkan pesan
tertentu pesan.

190 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Kami tidak bisa, tidak bisa tidak berkomunikasi,
komunikasi serba. Profesi penulis sebagai guru dan pen-
galaman dua semester terakhir secara langsung bagaimana
dan seperti apa berlatih berkomunikasi dengan peserta
pembelajaran pada saat pembelajaran dilakukan keluar online.
Untuk pengalaman dua semester secara langsung
berkomunikasi dengan siswa secara online relative memadai
jika penulis juga seorang peneliti atau pengamat langsung
tentang fenomena menarik tentang bentuk dan profil
komunikasi secara online sedang belajar Penelitian ini meng-
gunakan deskriptif-kualitatif, pendekatan induktif-kon-
septualisasi. Peneliti sebagai guru (fasilitator, motivator,
kolaborator) dan berpengalaman dalam melakukan online
pembelajaran menjadi instrumen utama.
Peneliti melakukan pembelajaran online kemudian
membuat observasi deskriptif dan fokus pada profil dan
bentuk komunikasi antar guru atau peneliti dan peserta
pembelajaran online. Data yang direkam atau direkam dalam
bentuk apa yang peneliti lihat, alami, dengar, rasakan kapan
melakukan tugas mengajar secara online. Catatan data dapat
menjadi catatan deskripsi peneliti dan cerminan. Catatan
refleksi berisi batin kesan, kecurigaan, pertanyaan batin,
alternatif solusi yang peneliti pikirkan, rasakan, dan
kebutuhan saat melakukan kegiatan pembelajaran online.
Penelitian ini ditekankan pada aspek pengajaran, bukan pada
aspek pembelajar. Bagaimana guru berkomunikasi dengan
peserta didik ketika mereka kegiatan belajar dilakukan secara
online. Ciri, guru dan siswa berada di kejauhan.
Oleh karena itu, teknologi difasilitasi agar guru dan
peserta didik dapat berinteraksi dan berkomunikasi bahkan
jika guru tidak dapat sepenuhnya membaca, mendengarkan,
dan memahami pesan nonverbal dari peserta pembelajaran.
Bahkan, nonverbal pesan yang dikirim oleh peserta pem-
belajaran dapat membuatnya memudahkan guru dalam
mengelola komunikasi dan informasi sesuai dengan pem-
belajaran tujuan.

Analisis Bentuk Komunikasi Pembelajaran Online yang Efektif … 191


Hasil Penelitian
Pembelajaran online bersifat fleksibel. Karena itu fleksibilitas,
bentuk, pola interaksi dan komunikasi kegiatan belajar
reposisi kedudukan guru dan peserta didik. Guru dan peserta
didik sebagai peserta pembelajaran online komunikasi tidak
sepenuhnya terlihat dan dipantau secara transparan sehingga
pengelolaan kegiatan pembelajaran online oleh guru sebagai
pembelajaran manajer relatif tidak mudah, tetapi justru
tantangan yang menarik untuk dia temukan secara kreatif dan
mencari jalan keluar. Pembelajaran online membuat
pendidikan tersedia melayani semua tanpa hambatan jarak,
tempat, dan waktu. Namun, pembelajaran online tidak
melibatkan banyak interaksi fisik tatap muka sehingga ada
beberapa hambatan komunikasi; proses dari encoding dan
decoding terganggu karena tidak ada nonverbal (Ahmed,
2018)
Guru pembelajaran online sebagai pengelola atau
pengelola arus dan arus informasi bahan ajar memiliki
keterbatasan. Hasil dari, guru online relatif tidak mampu
sebagai pendengar, pendengar, dan pembaca teliti, akurat
terhadap nonverbal peserta belajar pesan, terutama bahasa
mata mereka dan ekspresi wajah. Simtom atau sinyal yang
dikirim oleh peserta belajar melalui saluran nonverbal
menjadi kendala sekaligus tantangan bagi guru untuk
menemukan solusi alternatif.
Selanjutnya berdasarkan wawancara mendalam,
informan mengaku mencari upaya yang merupakan bentuk
keseimbangan mental dengan berbagai cara, termasuk media
sosial seperti YouTube, Instagram, dan Twitter. Di sini, mereka
mencari berbagai platform untuk memperkuat diri mereka
sendiri. Hipotesis pembenaran minimal adalah klaim yang
merupakan cara terbaik untuk merangsang perubahan
perilaku seseorang dengan menawarkan dorongan yang cukup
untuk mendapatkan perilaku kontra-sikap. Ketika ada peluang
untuk mempengaruhi, itu harus dilakukan dengan strategi.
Dengan kata lain, dalam hipotesis ketiga ini, Festinger (Griffin,
2012, hlm. 222) menyatakan bahwa seseorang harus mampu

192 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


mengubah pola perilaku destruktif menjadi pembentukan
sikap.
Setelah mengaitkan hipotesis ketiga mekanisme mental
dengan hasil wawancara mendalam dengan iGeneration
konservatif ini, peneliti dapat menjelaskan bahwa para
informan melakukan berbagai upaya untuk menyelaraskan
dengan disonansi kognitif yang mereka alami. Mereka memilih
platform media sosial untuk membantu mereka me-
referensikan diri mereka sendiri. Informasi yang diperoleh
akan diseleksi, kemudian diolah, kemudian diinterpretasikan.
Proses ini termasuk dalam skema kognitif yang dimiliki oleh
masing-masing informan. Temuan wawancara mendalam
dengan informan menunjukkan bahwa dari selektif digunakan
sebagai upaya untuk mengurangi disonansi, paparan selektif
dan perhatian khusus lebih dominan daripada retensi selektif
dan interpretasi selektif.
Pembahasan
Guru saat menerapkan online pembelajaran tidak dapat
melihat secara transparan semua pembelajaran peserta. Guru
hanya dapat melihat beberapa siswa. Guru berbicara dengan
siswa bahkan jika mereka tidak melihatnya pelajar. Visibilitas
ins dari beberapa mitra komunikasi/peserta didik dalam
virtual ruang belajar dapat mengirimkan isyarat tertentu
kepada peserta didik, misalnya: ke mana mereka pergi,
"Melarikan diri?" Berdasarkan pada fakta itu, abstain jika
gurunya mudah curiga dan bertanya dalam hatinya: "Apakah
peserta belajar mendengarkan dan merekam my penjelasan
ya?" Mereka mungkin tidak keluar dari studi virtual atau zoom,
tetapi apakah itu disiplin dan tanggung jawab untuk
mendengarkan penjelasan atau lisan paparan mitra belajar
mereka, seperti guru atau temannya yang sedang mem-
presentasikan tugas?" "Siswa mungkin 'melarikan diri' (keluar
dari penglihatan) tidak mendengarkan pasangan belajarnya
eksposur, dan berapa banyak pelajar yang bertindak seperti
itu?"

Analisis Bentuk Komunikasi Pembelajaran Online yang Efektif … 193


Pembelajaran online guru menggunakan lebih banyak
dari miliknya suara daripada visinya dalam melakukan
pembelajaran komunikasi. Mengajar dengan memanfaatkan
suaranya atau pidatonya bahkan tanpa melihat dan melihat
ekspresi wajah, mata, tubuh, sikap hamper semua peserta
pembelajaran. Guru berbicara dengan atau kepada
pasangannya terlepas dari bagaimana keberadaan, sikap, dan
perilaku mitra tutur. Solusi alternatif untuk mengendalikan
dan memastikan kehadiran peserta pembelajaran adalah
untuk menyapa guru yang hampir semuanya tidak terlihat.
Sebuah contoh sapaannya adalah, "Halo, saya ingin
mengatakan halo ke Banu atau Windi, bisakah saya mendengar
saya? Suara?" Kontrol dengan salam yang sesuai dan mendidik,
bukan memanggil mereka satu per satu, yang bisa memberi
kesan “ketidakpercayaan” kepada murid-muridnya.
Kedua, ketika pembelajar disambut oleh guru dengan
cara yang baik dan mendidik maka tanggapannya bervariasi:
kadang-kadang segera menanggapi dengan suara tetapi tanpa
menunjukkan wajahnya; tetapi banyak peserta didik yang
relatif terlambat dalam merespon untuk salam guru dan ini
menunjukkan mereka tidak aktif, atau kurang berpartisipasi
aktif, tidak atau kurang mendengarkan secara aktif, dan
mendengarkan pemaparan dari mitra belajar mereka.
Seharusnya, peserta didik melihat, mendengar, dan men-
dengarkan lebih dari guru mereka. Ketiga, siswa peserta
belajar mengambil posisi dalam kegiatan pembelajaran online
berbeda: wajah peserta didik terlihat aktif, tetapi banyak yang
pasif, hanya menunjukkan atau mengomunikasikan nama,
secara pasif hanya menampilkan nama dan/atau foto diri
mereka sendiri, bahkan pasif dengan menunjukkan nama dan
gambar kucing, bunga, pemandangan, dan orang lain sesuka
mereka. Bentuk dan pola interaksi online pembelajaran: guru
cenderung menyukai tatap muka dan berkomunikasi dengan
media layar laptop, dengan nama peserta pembelajaran
tertulis, dan terkadang disertai dengan foto tempel saja.
Peserta pembelajaran sebagai pembelajaran komunikasi mitra
hampir semuanya tidak terlihat oleh guru mereka.

194 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Fleksibilitas pembelajaran online dapat “Menggoda”
peserta didik untuk tidak atau kurang berpartisipasi aktif di
ruang belajar online. Kesadaran untuk belajar secara aktif dan
mandiri menjadi faktor penentu yang mempengaruhi tingkat
partisipasi peserta didik dalam pembelajaran online. Guru
relatif tidak dapat mengontrol sepenuhnya kehadiran dan
partisipasi dalam pembelajaran online kegiatan. Dampak
iringan belajar, seperti disiplin dan tanggung jawab, menjadi
sulit dikendalikan dan dikendalikan. Komunikasi dan interaksi
antara dilakukan guru dan peserta pembelajaran tatap muka
bahkan secara tidak langsung.
Bagaimana sikap dan tindakan online guru sebagai
manajer pembelajaran dalam pembelajaran virtual ruang
ketika mereka melihat fenomena belajar peserta bertindak
dan bertindak seperti itu? Paradigma yang perlu dijadikan
landasan untuk mengelola proses pembelajaran online adalah
menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangannya
zaman. Pembelajaran online adalah konsekuensi dari
perkembangan teknologi. Hasil selanjutnya adalah bahwa ada
tanda-tanda perubahan yang semakin mendesak dalam nilai
dan budaya komunikasi. Dengan perkembangan teknologi
memungkinkan terjadinya interaksi dan komunikasi pem-
belajaran berlangsung di ruang belajar maya. Ruang belajar
virtual ini menyediakan alternatif untuk pembelajaran jarak
jauh kegiatan. Guru dapat berinteraksi dan berkomunikasi
dengan peserta belajar yang tinggal dari tempat yang berbeda
tanpa harus tahu dan melihat mereka yang sebenarnya
(Virginia, 2017).
Kesimpulan
Kemajuan teknologi mempengaruhi bentuk komunikasi
pembelajaran online memiliki karakteristik psikologis yang
berbeda dari bentuk fisik pembelajaran tatap muka di ruang
belajar yang sebenarnya. Ini terlihat pada kontrol, regulasi,
dan pengelolaan informasi dan arus komunikasi, umpan balik
atau umpan balik, stimulasi sensorik (nonverbal) sebagai
pesan media saluran, dan proporsi konten dan dimensi

Analisis Bentuk Komunikasi Pembelajaran Online yang Efektif … 195


hubungan. Teknologi, pendidikan, dan pembelajaran adalah
berbeda, tetapi ketiganya tidak dapat dipisahkan. Teknologi
membantu menyediakan fasilitas yang memudahkan dan
mempercepat proses dan keluaran pendidikan dan belajar.
Tanpa teknologi yang difasilitasi, pendidikan dan pem-
belajaran kurang diberdayakan dalam mengolah angka lulusan
sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan yang
merupakan iGeneration konservatif memiliki tingkat
kecemasan tertentu tentang masalah tidak mendapatkan
pekerjaan selama pandemi Covid-19. Masing-masing informan
mencari cara atau upaya untuk memotivasi diri mereka sendiri
dan menemukan keselarasan dalam pemikiran absurd mereka
tentang kecemasan mereka. Beberapa dilakukan melalui
interaksi komunikasi interpersonal yang efektif dengan orang
lain yang signifikan, seperti dengan melakukan pengungkapan
diri dan kesadaran diri yang meningkatkan efikasi diri.
Hipotesis tiga mekanisme mental dari Festinger's teori
disonansi kognitif (West & Turner, 2010), yaitu pencegahan
selektif disonansi, menyatakan bahwa informan tersebut
menghindari informasi yang membuat mereka tidak nyaman.
Oleh karena itu, mereka memilih informasi yang
diterima dengan mencari upaya untuk menyelaraskannya
dengan berbagai cara. Selanjutnya, disonansi pasca-keputusan
menciptakan kebutuhan akan kepastian. Di dalam hipotesis,
informan mengakui adanya keraguan yang kuat dalam
mengambil keputusan penting dengan kebutuhan dorongan
dan diskusi terlebih dahulu dengan orang-orang terdekatnya,
salah satunya adalah orang tua yang mempengaruhi. Selain itu,
dalam proses pengambilan keputusan, di mana mereka akan
mengembalikan keputusan kepada orang penting mereka,
proses ini mempengaruhi mereka efikasi diri. Akhirnya,
setidaknya pembenaran untuk tindakan menginduksi
perubahan sikap, yaitu proses perubahan pola perilaku buruk
menjadi pembentukan sikap, di mana setiap informan ini
memiliki cara untuk keluar dari disonansi ini dengan strategi

196 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


sebagai bisnis motivasi atau usaha, serta peran sistem
pendukungnya

Daftar Pustaka

Abdul Latip. 2020. Peran Literasi Teknologi Informasi Dan


Komunikasi Pada Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa
Pandemi Covid-19. EduTeach: Jurnal Edukasi Dan
Teknologi Pembelajaran, 1(2), 108–116. https://
doi.org/10.37859/eduteach.v1i2.1956

Ahmed, R. 2018. Effects of Online Education on Encoding and


Decoding Process of Students and Teachers. MCCSIS
2018-Multi Conference on Computer Science and
Information Systems; Proceedings of the International
Conferences on e-Learning 2018, 2018-July, 42–48.

Eka, A. G., & Wuryanta, W. 2013. Digitalisasi Masyarakat:


Menilik Kekuatan dan Kelemahan Dinamika Era
Informasi Digital dan Masyarakat Informasi. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 131–142.

Griffin, E. 2012. A First Look at Communication Theory Eight


Edition. New York: McGraw-Hill.

Maisarah, M. (2013). Aplikasi Komunikasi NonVerbal Di Dalam


Kelas. Educate, 2(2), 241715.

Pambayun, E. L. 2013. One stop Qualitative research


methodology in communication: Konsep, panduan, dan
aplikasi. Jakarta: Lentera Ilmu.

Patricia, A. 2020. College Students’ Use and Acceptance of


Emergency Online Learning Due to COVID-19.
International Journal of Educational Research Open,
August, 100011. https://doi.org/10.1016/j.ijedro.
2020.10001.

Analisis Bentuk Komunikasi Pembelajaran Online yang Efektif … 197


Prihatsanti, U., Suryanto, S., & Hendriani, W. 2018.
Menggunakan Studi Kasus sebagai Metode Ilmiah dalam
Psikologi. Buletin Psikologi, 26(2). https://doi.org/
10.22146/buletinpsikologi.38895

Rashid, Y., Rashid, A., Warraich, M. A., Sabir, S. S., & Waseem, A.
2019. Case Study Method: A Step-by-Step Guide for
Business Researchers. International Journal of
Qualitative Methods, 18. https://doi.org/
10.1177/1609406919862424

Suciati, S. 2018. Employing Digital Learning for Fostering


Innovative Creativity. Jurnal Pendidikan, 19(2), 145–
154.

Virginia, A. 2017. Pergeseran Budaya Komunikasi pada Era


Media Baru: Studi Kasus Penggunaan Facebook oleh
Digital Natives. Jurnal Komunikasi Indonesia, 1(2), 77–
85. https://doi.org/10.7454/jki.v1i2.7822

Wahyono, P., & Husamah, H. 2020. Jurnal Pendidikan Profesi


Guru. Jurnal Pendidikan Profesi Guru, 1(1), 51–65.

West, R., & Turner, L. 2010. Introducing Communication


Theory: Analysis and Application (4th Ed). New York:
McGraw-Hill.

Widiyono, A. 2020. Efektivitas Perkuliahan Daring (Online)


pada Mahasiswa PGSD di Saat Pandemi Covid 19. Jurnal
Pendidikan, 8(2), 169–177. https://doi.org/
10.36232/pendidikan.v8i2.45 8

Wright, B. M. 2017. Blended learnings student perception of


face-to-face and online EFL lessons. Indonesian Journal
of Applied Linguistics, 7(1), 64–71. https://doi.org/
10.17509/ijal.v7i1.6859

198 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Komunikasi Antarbudaya Melalui Media
Sosial (Analisis Komunikasi Antarbudaya
dalam Konten YouTube Channel NCT 127)
Alya Rahma Zahrani

Perkembangan teknologi komunikasi dan internet membuat


kegiatan komunikasi dan interaksi masyarakat antarbudaya
menjadi lebih mudah dilakukan, baik itu dalam skala nasional
maupun internasional. Teknologi komunikasi terus men-
galami perkembangan, yang dahulu hanya dapat men-
yampaikan pesan suara atau telepon, saat ini masyarakat juga
dapat menyampaikan pesan dalam bentuk teks, gambar, dan
video. Sama halnya dengan internet, dari tahun ke tahun
internet terus mengalami perkembangan dari segi cakupan,
transmisi, kecepatan, dan penggunaannya. Saat ini internet
tidak hanya digunakan untuk keperluan tertentu saja,
melainkan digunakan dalam berbagai bidang, beberapa di
antaranya adalah komunikasi dan budaya.
Internet dan media sosial mempermudah proses
komunikasi dan interaksi individu antar bangsa. Dengan
adanya internet dan media sosial, jarak dan waktu bukan
menjadi halangan untuk berkomunikasi. Berbicara tentang
internet tidak terlepas dari media sosial. Media sosial adalah
media online yang memberikan kemudahan bagi penggunanya
untuk berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan. Saat ini,
media sosial menjadi salah satu sarana komunikasi yang
hampir dimiliki oleh semua masyarakat, seperti Instagram,
Twitter, WhatsApp, YouTube, dan lain-lain. YouTube me-
rupakan salah satu media sosial yang menyediakan berbagai
macam video mulai dari video clip, film, serta video-video yang
dibuat oleh pengguna YouTube. Pengguna bebas menggugah
konten video dan membagikannya untuk dinikmati oleh
pengguna lain. Sejak pertama kali diluncurkan, aplikasi ini
terus mengalami perkembangan hingga memiliki lebih dari
dua juta miliar pengguna pada 2020 dan hampir 43 persen dari

199
semua pengguna internet global mengakses YouTube setiap
bulan. Di Indonesia, di lansir dari laporan digital 2021 yang
dirilis oleh data Reportal, sebanyak 93,8 persen dari 170 juta
pengguna internet di Indonesia merupakan pengguna
YouTube. Selain itu, dilansir dari Hootsuite dan We are Social,
menyatakan bahwa pengguna internet berusia 16-24 tahun
paling banyak menghabiskan waktunya menonton video
online di perangkat mereka.
Konten yang dibagikan di media sosial dapat dinikmati
oleh semua kalangan masyarakat di seluruh dunia. Sehingga
dapat membuka kemungkinan terjadinya interaksi
antarbudaya di kalangan pengguna. Hal tersebut dapat diman-
faatkan sebagai sarana untuk memperkenalkan dan bertukar
informasi mengenai budaya yang ada di setiap negara. Banyak
bidang yang dapat digunakan untuk memperkenalkan budaya,
salah satunya melalui industri hiburan di bidang musik. Korea
Selatan telah menerapkan hal tersebut sebagai suatu sarana
untuk memperkenalkan budaya Korea. Korea Selatan dengan
perlahan meraih popularitas dan dikenal secara internasional,
dikenal juga dengan gelombang Hallyu atau Korean wave.
Selain melalui drakor (drama Korea), melalui genre musik K-
Pop atau Korean pop, Korea Selatan mengajak pendengar dan
penikmat musik genre K-Pop untuk mengenal budaya Korea,
melalui music video, konten video, maupun siaran secara
langsung yang dilakukan oleh idol Korea. Di lansir dari situs
resmi Korea, Korean Wave tidak hanya menyebar di bidang
entertainment dan musiknya saja, melainkan budaya, literatur,
makanan, dan bahasa (Sari et al., 2020).
Tidak hanya memperkenalkan budaya Korea, para idol
juga mempelajari beberapa budaya negara para peng-
gemarnya sebagai salah satu cara untuk menarik minat dan
menyenangkan hati para penggemar. Salah satu sub unit NCT,
yaitu NCT 127 berkesempatan untuk mempelajari bahasa dan
beberapa budaya Indonesia yang ditayangkan melalui channel
YouTube NCT DAILY. Hal tersebut menjadi salah satu upaya
mereka untuk menyapa dan menjadi lebih dekat dengan
penggemar, terutama penggemar asal Indonesia. Di mana

200 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


bahasa yang menjadi salah satu bagian dari unsur budaya
dapat menjadi sebuah hambatan atau gangguan dalam proses
komunikasi antarbudaya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana
komunikasi antarbudaya yang terjadi antara member NCT 127
dengan penggemar melalui konten yang dibagikan di channel
YouTube NCT.
Dengan demikian, analisis ini bertujuan untuk men-
getahui komunikasi antarbudaya yang terjadi antara member
NCT 127 dengan penggemar melalui konten yang dibagikan di
channel YouTube NCT.
Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi dapat diartikan dengan proses penyampaian
pesan seorang individu ke individu tau kelompok lain.
Sedangkan budaya adalah seperangkat elemen objektif dan
subjektif buatan manusia di masa lalu telah meningkatkan
kemungkinan bertahan hidup dan menghasilkan kepuasan
bagi para peserta dalam ceruk ekologis dan dengan demikian
menjadi miliki bersama di antara mereka yang bisa ber-
komunikasi satu sama lain. Budaya dan komunikasi saling
terkait satu sama lain, sehingga dapat dikatakan bahwa
budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya.
Dengan demikian, komunikasi antarbudaya merupakan
istilah yang berarti proses penyampaian pesan antara orang-
orang yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang
berbeda, Adapun menurut Porter dan Samovar, komunikasi
antarbudaya komunikasi yang di dalamnya melibatkan latar
belakang budaya yang berbeda yang memperlihatkan nilai-
nilai yang dianut oleh kelompoknya. Pengaruh budaya dapat
terlihat dari cara kita berkomunikasi, bahasa dan gaya serta
perilaku nonverbal individu yang menunjukkan respon atas
budaya individu tersebut (Ainiyah, 2013).
Namun, dalam prosesnya, terdapat pula hambatan-
hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi antarbudaya.
Hambatan komunikasi atau communication barrier adalah

Komunikasi Antarbudaya Melalui Media Sosial… 201


semua jenis gangguan yang menjadi penghalang dalam proses
komunikasi. Dirujuk dari Chaney dan Martin, terdapat
sembilan jenis hambatan komunikasi antarbudaya, yaitu fisik,
budaya, persepsi, motivasi, pengalaman, emosi, bahasa,
nonverbal, dan kompetisi (Muchtar et al., 2019).
Teknologi Komunikasi
Perkembangan teknologi komunikasi tentunya membawa
perubahan pada perilaku komunikasi masyarakat. Saat ini,
masyarakat dapat melakukan interaksi tanpa harus bertatap
muka atau bertemu langsung, yaitu melalui fasilitas internet.
Internet dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan
komunikasi antarbudaya, di mana seorang individu men-
dapatkan akses mudah untuk melakukan komunikasi dan
berinteraksi secara real time dengan masyarakat yang tinggal
di daerah atau negara yang berbeda. Menurut Deddy Mulyana,
menyatakan bahwa tanpa harus meninggalkan negeri sendiri,
fenomena komunikasi antarbudaya dapat dialami setiap saat,
baik disengaja maupun tidak sengaja (Wulandari, 2017).
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan
bahwa internet memberikan kemudahan dalam proses
komunikasi seorang individu, di mana jarak dan waktu bukan
menjadi halangan untuk berkomunikasi. Hal tersebut pun
membuka kemungkinan terjadinya proses komunikasi
antarbudaya menjadi lebih besar. Masyarakat dapat langsung
berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat lain di
belahan dunia yang berbeda.
YouTube
YouTube dapat didefinisikan sebagai media online berbasis
video yang memfasilitasi penggunaannya untuk ber-
partisipasi, berbagi, dan menciptakan. Seiring dengan
perkembangan zaman, YouTube menjadi salah satu pilihan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan untuk hiburan selain
melalui televisi. Selain itu, YouTube juga dapat mem-
pertahankan dan memperluas jaringan sosial serta mem-
berikan fasilitas dalam berbagi informasi. Berdasarkan hal
tersebut, YouTube memiliki peran penting dalam proses

202 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


penyebaran gelombang hallyu atau korean wave. NCT 127
merupakan salah satu idol yang aktif di jejaring media sosial,
salah satunya YouTube. NCT 127 sudah beberapa kali
membuat konten video untuk menyapa penggemarnya di
Indonesia atau NCTZEN Indonesia. Beberapa di antaranya
adalah konten belajar bahasa Indonesia, belajar Tari Saman,
dan mengeksplor batik yang merupakan bagian dari
kebudayaan Indonesia.
Hasil dan Pembahasan
Penulis melakukan wawancara untuk mengetahui bagaimana
komunikasi antarbudaya yang terjadi antara member NCT 127
dengan penggemar melalui konten yang dibagikan di channel
YouTube NCT. Wawancara dilakukan secara online kepada
tiga orang informan berusia 15-25 tahun melalui aplikasi
WhatsApp. Adapun pertimbangan kriteria informan, yaitu
berdasarkan hasil survey IDN Times di tahun 2019, 40,7
persen penggemar K-Pop di Indonesia berumur 20-25 tahun,
38,1 persen berusia 15-20 tahun, 11,9 persen berusia lebih
dari 25 tahun, dan 9,3 persen berusia 10-15 persen (Gumelar
et al., 2021).
Peran Teknologi Komunikasi dalam Penyebaran dan
Pengenalan Budaya
Teknologi komunikasi membantu manusia dalam me-
laksanakan aktivitas sehari-hari. Hal tersebut tentunya
membawa perubahan pada perilaku komunikasi masyarakat.
Saat ini, individu bisa tetap berhubungan dan berinteraksi
dengan individu lain di wilayah yang berbeda, baik komunikasi
antarregional, pulau, dan negara. Masyarakat dapat ber-
komunikasi tanpa adanya batas ruang dan waktu. Media sosial
merupakan salah satu bentuk perkembangan teknologi
komunikasi. kehadiran media sosial membawa dampak pada
perilaku komunikasi manusia dari konvensional menjadi
modern dan serba digital. YouTube merupakan salah satu
media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini.
YouTube menyediakan beragam tontonan di segala bidang
dari seluruh dunia, salah satunya di bidang budaya.

Komunikasi Antarbudaya Melalui Media Sosial… 203


Seiring dengan perkembangan teknologi, penyebaran
dan pengenalan budaya dapat dilakukan melalui berbagai cara
yang membuat semua masyarakat dapat mengetahui dan
mengenal suatu kebudayaan hanya melalui siaran YouTube.
Musik K-Pop merupakan salah satu upaya yang dilakukan
Korea Selatan untuk memperkenalkan budaya mereka. Melalui
industry musik, Korea Selatan berhasil menarik perhatian
dunia. Seperti yang dikatakan oleh salah satu narasumber,
bahwa ia menjadi tertarik untuk mempelajari bahasa Korea
setelah ia mengikuti atau menjadi penggemar salah satu
boygroup asal Korea Selatan.
Selain melalui musik, tidak jarang para idol mem-
perkenalkan budaya Korea melalui konten vlog, variety show,
dan siaran langsung mengenai budaya Korea, seperti pergi ke
tempat bersejarah di Korea, menggunakan hanbok (baju
tradisional Korea) dalam suatu acara, melakukan permainan
Korea seperti ddjakji dan cham cham cham, dan mengonsumsi
makanan tradisional Korea. Salah satu informan mengatakan
bahwa ia banyak mengenal dan sangat tertarik untuk
mencicipi makanan tradisional dan jajanan khas Korea, salah
satunya kimchi jjigae yang menjadi makanan favorit salah satu
idol Korea.
Berdasarkan penjelasan di atas, K-Pop sudah berhasil
menjadi salah satu sarana untuk menyebarkan dan mem-
perkenalkan budaya Korea. Hal ini tidak terlepas dari
pengaruh perkembangan teknologi, seperti internet yang
memberikan kemudahan akses kepada masyarakat dunia
untuk mengakses berbagai konten dari seluruh belahan dunia.
Pengaruh Konten Video NCT 127 sebagai Komunikasi
Antarbudaya
Media sosial YouTube memberikan kebebasan kepada
pengguna untuk menikmati dan membagikan konten apapun
dalam channel mereka, maka tidak heran jika YouTube
menyediakan konten video yang sangat beragam, salah
satunya budaya. Walaupun kemajuan teknologi komunikasi
saat ini mampu menghilangkan batas-batas negara secara

204 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


virtual, tetapi identitas budaya yang dianut oleh setiap
individu dapat menjadi batas dan perhatian tertentu terutama
dalam proses komunikasi yang dilakukan individu dengan
latar budaya yang berbeda.
Industri Korea Selatan memiliki cara tertentu untuk
menarik dan mempertahankan peminatnya, seperti halnya
yang dilakukan oleh agensi SM Entertainment dalam menarik
perhatian dan hati penggemar Indonesia. NCT 127 salah satu
sub unit dari NCT beberapa kali telah menjadi topik hanya di
kalangan penggemar Indonesia atau NCTZEN Indonesia
setelah mereka mengunggah konten mempelajari budaya
Indonesia, seperti konten tari Saman, belajar Bahasa
Indonesia, dan mengenal batik asal Indonesia. Setelah
melakukan wawancara, rata-rata NCTZEN Indonesia pernah
menonton beberapa konten-konten tersebut.
Menurut salah satu informan, konten-konten yang ber-
kaitan dengan budaya Indonesia memiliki pengaruh yang
cukup besar terhadap hubungan antara NCT 127 dan peng-
gemar karena fans mereka khususnya yang berasal dari
Indonesia pasti memiliki kebanggaan tersendiri ketika NCT
memberikan perhatian kepada negara Indonesia. Oleh karena
itu, saat NCT 127 membagikan konten-konten tersebut, konten
tersebut dapat menjadi topik hangat di kalangan penggemar
Indonesia. Selain itu, penggemar juga memiliki kepuasan dan
kesenangan tersendiri ketika idol mempelajari budaya
Indonesia, di mana hal tersebut dapat menunjukkan bahwa
mereka tertarik dengan budaya Indonesia. Seperti pernyataan
dari salah satu informan, yang menyatakan bahwa ia merasa
bahagia ketika idol kesukaannya mempelajari budaya
Indonesia karena mereka jadi tahu budaya kita, bukan hanya
penggemar saja yang mengetahui budaya mereka. Selain itu,
secara tidak langsung, kita pun ikut memperkenalkan budaya
Indonesia kepada mereka sehingga budaya Indonesia semakin
dikenal oleh masyarakat.
Salah satu konten NCT 127 yang sempat ramai
diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia adalah konten
video berjudul “Halo! Indonesian School”. Konten tersebut

Komunikasi Antarbudaya Melalui Media Sosial… 205


memperlihatkan beberapa member NCT 127 belajar bahasa
Indonesia, mencicipi makanan, snack khas Indonesia dan
melakukan permainan tradisonal Indonesia. Menurut salah
satu informan, konten tersebut sangat menarik, terutama saat
mereka diperkenalkan dan mempelajari bahasa Indonesia, di
mana bahasa dan budaya merupakan salah satu hambatan
dalam proses komunikasi antarbudaya. Melalui konten-konten
tersebut, informan menganggap bahwa konten tersebut
menjadi salah satu upaya untuk mengurangi hambatan
komunikasi yang terjadi antara NCT 127 dan penggemar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, konten yang diba-
gikan oleh NCT 127 dengan latar belakang budaya Indonesia
menjadi salah satu cara mereka untuk menyapa penggemar
Indonesia, di mana penggemar bisa mendapatkan kepuasan
dan kebanggaan tersendiri ketika NCT 127 tertarik untuk
mempelajari budaya Indonesia.
Kesimpulan
Perkembangan teknologi komunikasi membuat kegiatan
komunikasi dan interaksi masyarakat antarbudaya menjadi
lebih mudah dilakukan, baik itu dalam skala nasional maupun
internasional. Internet dan media sosial menjadi salah satu
bentuk dari perkembangan teknologi komunikasi yang mem-
bantu masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
salah satunya berkaitan dengan bidang kebudayaan. YouTube
merupakan salah satu media sosial yang menyediakan ber-
bagai macam video mulai dari video clip, film, serta video-
video yang dibuat oleh pengguna YouTube. Hal tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperkenalkan dan
bertukar informasi mengenai budaya yang ada di setiap
negara, seperti yang dilakukan oleh industry music K-Pop yang
memperkenalkan budaya Korea Selatan melalui music video,
konten video, variety show, dan siaran langsung. Tidak hanya
memperkenalkan budaya Korea, para idol juga mempelajari
beberapa budaya negara para penggemarnya sebagai salah
satu cara untuk menarik minat dan menyenangkan hati para
penggemar, seperti NCT 127 yang beberapa kali membagikan

206 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


konten video mempelajari budaya Indonesia yang dapat
menjadi kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi penggemar
Indonesia. Dengan mempelajari dan mengenal budaya suatu
negara, hambatan komunikasi dalam proses komunikasi antar
budaya dapat terjadi dengan lebih efektif.

Komunikasi Antarbudaya Melalui Media Sosial… 207


Daftar Pustaka

Ainiyah, N. 2013. Nur Ainiyah, Komunikasi dan Media


Antarbudaya: Formulasi... 299–324.

Gumelar, S. A., Almaida, R., & Laksmiwati, A. A. 2021. Dinamika


psikologis fangirl K-Pop. Cognicia, 9(1), 17–24.
https://doi.org/10.22219/cognicia.v9i1.15059

Muchtar, K., Koswara, I., & Setiaman, A. 2019. Komunikasi


Antar Budaya Dalam Perspektif Antropologi. Jurnal
Manajemen Komunikasi, 1(1), 113–124.
https://doi.org/10.24198/jmk.v1i1.10064

Sari, I. P., Irawatie, A., & Kusumastuti, R. D. 2020. Pengaruh


Komunikasi Nctzen Indonesia Terhadap Perilaku
Memilih Nct Dream. Journal of Digital Education,
Communication, and Arts (Deca), 3(01), 40–50.
https://doi.org/10.30871/deca.v3i01.1932

Wulandari, T. A. 2017. Internet Dalam Kajian Komunikasi


Antarbudaya. Jurnal Common, 1(1). https://doi.
org/10.34010/common.v1i1.243

208 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Peranan Ketepatan Pola Asuh Anak
terhadap Pembentukan Pola Pikir,
Perilaku, dan Keadaan Emosi Anak
Aliyya Rahma Putri

Setiap individu dalam diri mereka membawa pola pikir,


perasaan, dan bentuk perilaku yang dipelajari dan didapat
sepanjang hidupnya. Pola-pola ini akan membentuk budaya
pada dalam diri individu yang akan dianut sepanjang
hidupnya. Budaya yang dimiliki tiap individu ini tentu berbeda
satu dengan individu yang lainnya.
Pembentukan budaya ini dapat terjadi karena faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam
diri sendiri, yaitu gen atau keturunan, urutan kelahiran,
kondisi fisik, bakat dan potensi intelektual, kematangan, dan
jenis kelamin anak; sedangkan faktor eksternal berasal dari
luar diri, seperti faktor pola asuh orang tua, sistem pendidikan
sekolah, lingkungan hidup, dan sistem kehidupan masyarakat.
Dari sejumlah faktor tersebut, yang akan dikaji lebih lanjut
adalah faktor pola asuh orang tua karena tak jarang ditemukan
bahwa pola asuh orang tua memegang peranan penting
terhadap pembentukan pola pikir, perasaan, dan bentuk
perilaku anak.
Menurut Mulyana, dkk. (2018), secara umum parenting
didefinisikan sebagai serangkaian interaksi berkelanjutan
antara orang tua dan anak, yaitu proses yang menyebabkan
perubahan kedua belah pihak. Interaksi tersebut melibatkan
proses melahirkan, melindungi, mengasuh, dan membimbing
anak-anak. Sementara menurut APA (American Psychological
Association), parenting adalah suatu pola pengasuhan anak
oleh orang dewasa, tidak terbatas dengan hubungan biologis
yang memiliki tiga tujuan utama yaitu memastikan anak-anak
selalu dalam keadaan sehat dan aman, mempersiapkan anak-
anak agar tumbuh menjadi produktif, dan menurunkan nilai-
nilai budaya. Tujuan dari parenting adalah mempromosikan

209
ciri-ciri pada anak yang akan menyebabkan mereka menjadi
orang dewasa yang berfungsi dengan baik dan memberikan
kontribusi di masyarakat (Whiting dan Edwards dalam
Bornstein, 2002).
Kegiatan parenting diterapkan oleh orang tua kepada
anaknya sejak lahir hingga tumbuh dewasa. Kegiatan
parenting ini melibatkan penanaman nilai dan moral yang
akan berakibat pada pembentukan pola pikir, perilaku, dan
keadaan emosional anak. Efek-efek yang diakibatkan oleh
parenting akan berdampak pada pola komunikasi anak. Maka
dari itu, dibutuhkan ketepatan gaya parenting untuk me-
numbuhkan budaya yang baik pada anak sehingga
menghasilkan pola komunikasi yang baik juga.
Tinjauan Pustaka
Pola Asuh
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan
orang tua selama mengadakan proses pengasuhan, artinya
bahwa selama proses pengasuhan orang tua memiliki peranan
sangat penting dalam pembentukan kepribadian anak,
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi
anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-
norma yang ada dalam masyarakat.
Anak
Menurut WHO definisi anak adalah dihitung sejak seseorang di
dalam kandungan sampai dengan usia 19 tahun. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002
pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak, anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk juga yang
masih di dalam kandungan. Anak merupakan aset bangsa yang
akan meneruskan perjuangan suatu bangsa, sehingga harus
diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Depkes
RI, 2014).
Pola Pikir
Menurut bahasa, pola pikir terdiri dari dua kata yaitu “Pola”
dan “Pikir”. Dalam pengertiannya pola adalah cara, model atau

210 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


sistem, sementara pikir yakni akal budi atau ingatan. Jadi, pola
pikir adalah proses mental yang melibatkan otak dalam
menilai tentang baik dan buruk suatu pilihan. Dalam American
Heritage Dictionary, pola pikir atau mindset didefinisikan
sebagai “A fixed mental attitude or disposition that
predetermines a person’s responses to and interpretation of
situation” (suatu sikap mental atau disposisi tertentu yang
menentukan respons dan pemaknaan seseorang terhadap
situasi yang dihadapinya).
Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang
paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan
sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).
Emosi
Emosi merupakan reaksi penilaian negatif atau positif yang
kompleks dari saraf terhadap sebuah rangsangan yang
kemudian muncul dari luar dan dalam. Jadi emosi merupakan
reaksi, yang menurut Paul Ekman terdapat 6 emosi dasar yaitu
marah, sedih, senang, terkejut, jijik, dan takut sehingga
memang orang lain pun akan tau seperti apa emosi dari kita.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa penulis setelah mengumpulkan
beberapa artikel yang menyatakan bahwa peranan ketepatan
gaya mengasuh anak terhadap pembentukan pola berpikir,
perilaku, dan keadaan emosional anak mempengaruhi
komunikasi antar budaya mereka. Dalam jurnal yang berjudul
tentang “Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Usia 3–4 Tahun”, pola asuh adalah cara orang
tua mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi
oleh banyak faktor. Pola asuh yang diterapkan akan mem-
pengaruhi perilaku dan pola tumbuh kembang anak mem-
bentuk perilaku sehat anak dimulai sejak usia dini anak yang
mendapat pesan kesehatan yang intens semenjak usia 0–6

Peranan Ketepatan Pola Asuh Anak terhadap Pembentukan Pola Pikir, Perilaku… 211
tahun sehingga memiliki harapan lebih besar untuk ber-
perilaku sehat di masa mendatang (Mulqiah et al., 2017).
Pada anak usia dini, pemahaman terhadap situasi
terbatas dan tidak mampu mengendalikan diri sehingga anak
biasanya tidak dapat mengungkapkan perasaannya secara
verbal. Anak usia dini merupakan gambaran individu yang
mengalami proses perkembangan yang pesat dan sangat vital
bagi kehidupan akhirat. Anak juga egois, ingin tahu secara
alami, makhluk sosial, unik, penuh fantasi, rentang perhatian
pendek, dan masa belajar paling potensial. Menurut Hasan
(2009:29), dalam lima tahun pertama yang disebut sebagai
masa emas, anak memiliki potensi perkembangan yang besar.
Pada usia yang sangat muda, 90% tubuh dan otak anak sudah
terbentuk sehingga ini saat yang tepat untuk mulai
membimbing anak.
Menurut Alber Mahrabian dalam penelitiannya ter-
hadap anak-anak, 55% perasaan diungkapkan melalui isyarat
nonverbal, misalnya melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh,
38% perasaan yang tersisa disampaikan melalui nada suara,
sisanya lagi sebanyak 7% diungkapkan melalui kata-kata. Ini
sebabnya pada usia dini atau kanak-kanak cenderung memiliki
semangat yang besar untuk mengusai dunia. Anak selalu
berusaha menciptakan otonomi sendiri, yaitu ketika mereka
ingin melakukan segala hal yang ia inginkan meskipun mem-
buat orang tua sangat marah (Awaliah, 2012).
Usia 0-6 tahun merupakan masa keemasan tumbuh
kembang anak, jika anak mendapatkan pendidikan dan
pengasuhan yang tepat pada saat itu, maka akan menjadi
modal penting bagi perkembangan anak di masa depan. Ketika
apa yang mereka inginkan tidak dapat tercapai, anak menjadi
terbiasa dan belajar menghadapi kekecewaan. Merasa kecewa,
marah, sedih, dll adalah perasaan yang wajar dan wajar
(Lestari et al., 2020). Namun, seringkali orang tua tanpa sadar
menahan emosi anaknya, misalnya ketika anak menangis
karena kecewa, orang tua akan menghibur, mengalihkan
perhatian, dan memarahi dengan berbagai cara agar anak
tidak menangis. Hal ini justru mencegah emosi anak ter-

212 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


salurkan secara bebas. Jika ini terus berlanjut, hasilnya adalah
apa yang disebut sekumpulan emosi. Kumpulan emosi ini
nantinya bisa lepas kendali dan muncul sebagai “Temper
tantrum”. Apabila emosi anak sering tidak tersalurkan di
rumah maka akan berpengaruh dengan sikapnya ketika
berada di luar rumah.
Selain itu, perkembangan pola asuh pada anak penting
untuk melatih bahasa anak. Menurut Papalia, Olds & Feldman
(2013) perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal meliputi persepsi, kognisi, dan
prematuritas. Adapun faktor eksternal meliputi riwayat
keluarga, lingkungan verbal, pendidikan, jumlah anak, dan
pola asuh orang tua. Pola asuh merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Hal ini
disebabkan oleh masalah komunikasi dan interaksi antara
anak dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran yang
penting agar anak memiliki kemampuan yang tinggi dalam segi
bahasa.
Perkembangan bahasa terjadi dalam lingkungan sosial,
termasuk gaya pengasuhan. Interaksi dan reaksi orang tua
memegang peranan penting dalam perkembangan bahasa
anak (Upton, 2012). Ini mencakup semua keterampilan yang
digunakan oleh orang tua untuk memudahkan anak mem-
peroleh keterampilan bahasa. Anak yang memiliki contoh
bahasa yang kurang dari keluarganya, mitra komunikasi yang
tidak memadai, dan kurangnya kesempatan untuk ber-
interaksi akan memiliki kemampuan bahasa yang rendah.
Bimbingan dan pengawasan yang baik diperlukan agar anak
menjadi pribadi yang cakap, berwawasan ke depan, dan
dewasa. Sebelum anak mencapai pendidik atau guru sekolah,
peran orang tua terutama peran ibu sangat berpengaruh
dalam membimbing perkembangan anak.
Pola asuh orang tua jelas merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi perkembangan anak. Orang tua tidak
boleh menghukum atau mengasingkan anak, sebaliknya orang
tua harus membuat aturan, memberikan kasih sayang kepada
anak, dan membiarkan anak menyelesaikan tugas per-

Peranan Ketepatan Pola Asuh Anak terhadap Pembentukan Pola Pikir, Perilaku… 213
kembangan sesuai usia anak. Menurut model pola asuh
Baumrind (dalam Santrock, 2010), segala bentuk dan proses
interaksi antara orang tua dan anak dalam bentuk pola asuh
tertentu dalam keluarga akan berdampak pada perkembangan
kepribadian anak. Nilai-nilai kedisiplinan terdapat dalam pola
asuh. Disiplin adalah cara masyarakat mengajarkan perilaku
moral anak yang dapat diterima oleh kelompoknya. Tujuan
disiplin adalah untuk memberi tahu anak-anak apa yang baik
dan apa yang buruk, dan mendorong mereka untuk bertindak
sesuai dengan nilai-nilai standar yang berlaku di masyarakat
dan lingkungan sekitarnya (Hurlock, 2006).
Efek pengasuhan yang diberikan oleh ibu selaku orang
tua berpengaruh terhadap aspek-aspek moralitas dalam diri
anak. Berbagai macam karakteristik moralitas yang akan
diinternalisasi dalam diri anak, seperti orientasi sosial,
pengendalian diri, kepatuhan, harga diri, empati, hati nurani,
penalaran moral, dan altruisme tidak terlepas dari peran ibu
di dalamnya (Berkowitz & Grych, 1998). Oleh karena itu, aspek
moral yang harus diajarkan oleh orang tua kepada anak salah
satunya ialah membantu anak-anak belajar bagaimana anak
harus berhubungan dengan orang lain. Orang tua harus
membantu anak mempertahankan perilaku sosial yang sesuai
dan memfasilitasi anak agar interaksi sosial yang anak lakukan
menjadi efisien (Smetana, 1999).
Pola asuh yang demokratis akan memberikan ke-
sempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan
secara menyeluruh dan juga akan mempengaruhi per-
kembangan keterampilan sosial. Fungsi keterampilan sosial
adalah untuk memperoleh hubungan yang baik ketika
berinteraksi dengan orang lain, seperti membantu orang lain,
kerja sama, pengambilan keputusan, komunikasi, partisipasi,
dan simpati. Jika seorang anak dapat berkomunikasi dengan
baik dalam kelompok sesuai aturan (prosedur), maka ia
dianggap memiliki keterampilan sosial yang tinggi.
Pola asuh otoriter lebih menekankan pada perintah,
tidak menghargai pendapat anak, orang tua memaksakan
keinginannya sendiri, dan orang tua menetapkan batasan yang

214 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


tegas. Rendahnya tingkat komunikasi antara orang tua dan
anak akan mempengaruhi kemampuan komunikasi anak. Anak
yang tumbuh dalam lingkungan otokratis kurang mampu
beradaptasi dengan lingkungan. Anak cenderung menjadi
pendiam atau akan mejadi sangat agresif, tidak kreatif, kurang
dapat bekerja sama dalam kelompok dan rendahnya sikap
sosial anak terhadap lingkungan tempat anak tinggal.
Kesimpulan
Dari data yang didapatkan, terbukti bahwa pola asuh orang tua
terhadap anak memiliki peranan yang amat besar dalam
pembentukan pola pikir, perilaku, dan keadaan emosional
anak. Keterlibatan pola asuh orang tua terhadap anak akan
menanamkan pola pikir, perilaku, dan keadaan emosional
yang berbeda-beda tiap anak. Dari sudut pandang psikologi,
perilaku dapat dibentuk dari kebiasaan, pemahaman, dan
modeling. Faktor-faktor pembentukan perilaku ini bisa
didapatkan dari pola asuh orang tua kepada anak sepanjang
hidupnya. Kemudian, pola asuh orang tua terhadap anak juga
berpengaruh pada perkembangan konsep diri anak. Menurut
Stuart & Sudeen, salah satu faktor yang memengaruhi
perkembangan konsep diri yaitu significant other dan self-
perception. Significant other adalah pembentukan konsep diri
melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, sedangkan
self-perception yaitu persepsi individu terhadap pen-
galamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif, sehingga
konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku
individu. Calhoun & Acocella juga menyatakan bahwa salah
satu aspek manusia yang memengaruhi konsep diri adalah
orang tua. Informasi yang diberikan oleh orang tua pada anak
lebih tertanam daripada informasi yang diberikan oleh orang
lain. Sementara itu, pola asuh masuk ke dalam aspek non-
manusia yang memengaruhi konsep diri. Sikap positif atau
negative orang tua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran
yang positif atau negative serta sikap menghargai diri sendiri.
Aspek-aspek pembentuk konsep diri ini akan melahirkan

Peranan Ketepatan Pola Asuh Anak terhadap Pembentukan Pola Pikir, Perilaku… 215
konsep diri positif atau negatif pada anak. Konsep diri inilah
yang akan memengaruhi pola komunikasi anak, baik komu-
nikasi kepada dirinya sendiri maupun dengan orang lain yang
berbeda budayanya.
Dengan demikian, dibutuhkan pola asuh orang tua
kepada anak yang tepat dalam melahirkan budaya yang baik
pada anak, sehingga membentuk konsep diri anak yang positif
dan tidak memengaruhi pola komunikasinya. Apabila ter-
bentuk konsep diri yang negatif pada anak sebagai akibat dari
pola asuh orang tua yang tidak tepat maka akan memengaruhi
pola komunikasi anak sehingga juga akan menghambat proses
sosialisasi anak kepada lingkungannya

216 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Daftar Pustaka

Awaliah, N. P. 2012. Pola Asuh Anak Dari Perspektif Sosial


Budaya. Osf.Io. https://osf.io/preprints/xzfd9/

Hasan, Maimunah. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta:


Diva Press.

Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi


Kelima. Jakarta: Erlangga

Lestari, T., Mustika, I., & ... (2020). Pengaruh Pola Asuh
Terhadap Perkembangan Bahasa Anak. … Bahasa Dan
Sastra …, 3, 1–12. https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/
index.php/parole/article/view/4196

Makhmudah, S. 2016. Revolusi Mental Dalam Mengubah Pola


Pikir Tenaga Pendidik Dari Segi Perspektif Islam. Jurnal
EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(1), 86-91.

Masni, H. 2017. Peran Pola Asuh Demokratis Orangtua


Terhadap Pengembangan Potensi Diri Dan Kreativitas
Siswa. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 6(1), 58-74.

Mulqiah, Z., Santi, E., & Lestari, D. R. 2017. Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah (Usia 3-
6 Tahun). Dunia Keperawatan, 5(1), 61. https://doi.org/
10.20527/dk.v5i1.3643

Papalia DE, Olds SW, Feldeman RD. 2013. Development,


Perkembangan Manusia, Buku Satu Edisi Sepuluh.
Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta:


Erlangga

Soetjiningsih, 2014. Ranuh GDE. Tumbuh Kembang Anak.


Jakarta:EGC

Peranan Ketepatan Pola Asuh Anak terhadap Pembentukan Pola Pikir, Perilaku… 217
Upton Penney. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Erlangga.

218 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Dampak Perkembangan Teknologi
Informasi Berupa Internet terhadap
Komunikasi Antarbudaya Masyarakat
dalam Penggunaan Media
Alam Sinanggit Nur Ramadan

Teknologi informasi saat ini berkembang pesat di era digital


dikarenakan inovasi yang dilakukan dalam globalisasi yang
memudahkan penyebaran informasi kepada masyarakat
dengan menggunakan media informasi yang ada salah satunya
menggunakan internet. Internet merupakan salah satu inovasi
terbesar pada komunikasi dan teknologi informasi yang juga
menyampaikan dampak besar bagi kehidupan manusia. pada
awalnya, pengguna internet dan masyarakat masih ber-
anggapan bahwa internet merupakan bagian dari komunikasi
dan perluasan teknologi informasi, mereka berpikir "Internet
merupakan sebuah alat bukan sebuah media". Munculnya
Internet sebagai media komunikasi baru telah dikaitkan
dengan klaim yang bertentangan tentang munculnya pola baru
hubungan sosial. Penggunaan internet yang begitu tinggi,
akhirnya dapat mengakibatkan permasalahan sosial baru yang
relatif besar misalnya muncul masalah komunikasi yang
berlebihan menggunakan elektronik kepada personal hingga
bisa mengurangi bentuk-bentuk hubungan hubungan ko-
munikasi antar personal, bahkan sangat lazim kita temui
informasi pribadi kepada seorang dipublikasikan secara awam
menggunakan status media sosial yang akhirnya membentuk
ruang publik seolah merupakan ruang eksklusif.
Pada era digital ini yang identik dengan adanya internet
pada kehidupan sehari-hari. manusia hidup di tengah-tengah
situasi sosial serta budaya yang berbeda dengan orang lain
maka timbulnya gesekan sosial akibat perbedaan interpretasi
sangat memungkinkan untuk terjadi. Keragaman budaya
dalam hubungan sosial mempunyai kompleksitas yang luar.

219
biasa. Seperti dua sisi mata uang antara keuntungan dan
kerugian merupakan hal masuk akal pada korelasi sosial.
Pluralisme budaya ketika dilihat sebagai kekayaan maka akan
menjadi nilai positif dalam hubungan sosial tetapi tampak
disintegrasi serta perbedaan interpretasi dengan latar
belakang budaya berbeda juga tidak bisa dihindari. Maka
solusi dari komunikasi antarbudaya dibutuhkan akan
memberi ruang baru pada komunikasi sehingga menjadi
media komunikasi bagi orang-orang yang berbeda budaya.
Perkembangan komunikasi antarbudaya secara keilmuan
cukup pesat tetapi pada tataran praktis masih menimbulkan
banyak dilema, sebab bagaimanapun tidak mudah untuk
menyamakan dan memaksa orang yang berbeda budaya untuk
menerima serta memahami budaya lainnya
Menurut Adang Martanto (2012: 1), internet berasal
dari istilah interkoneksi jaringan, yaitu hubungan antar
jaringan komputer. Melalui koneksi sistem peralatan kom-
puter, digunakan untuk lalu lintas data yang dibutuhkan oleh
jaringan. Komputer-komputer yang terhubung melalui suatu
jaringan dapat saling berkomunikasi dalam waktu dan wilayah
yang tidak terbatas, yang disebut dengan internet. Era
komputerisasi terus berkembang, dan teknologi internet
muncul pada saat yang bersejarah. Perkembangan teknologi
ini disebut “Unpredictable”. Internet begitu menakjubkan, dan
varian programnya berkembang begitu cepat sehingga planet
ini menguasai teknologinya (Kholil, 2011: 24).
Namun, kemajuan teknologi komunikasi tidak hanya
menguntungkan dalam segala aspek. Selain banyak kegunaan
dan kegunaannya, banyak pula akibat negatifnya. Tidak ada
habisnya hal-hal yang tidak pantas dilihat di antara anak-anak.
Akibatnya, banyak kasus perilaku tidak etis dan negatif lainnya
akibat akses internet (Nurudin, 2007: 61). Kemajuan teknologi
komunikasi tidak hanya mempengaruhi anak-anak, tetapi juga
mempengaruhi aspek masyarakat lainnya.
Perkembangan teknologi baru yang semakin banyak
memberikan pengaruh dan landasan bagi kajian komunikasi
lintas budaya. Proses komunikasi antarpribadi dengan

220 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


menggunakan media teknologi dapat menyentuh semua
lapisan masyarakat di belahan dunia mana pun, menjadi
semakin terbuka, tanpa ada hambatan yang menghalangi
komunikasi antarpribadi. Sebagai salah satu pengaruh per-
kembangan teknologi baru, internet pada dasarnya tidak
hanya dapat memahami bagaimana budaya masyarakat ada di
wilayah atau negara tertentu, tetapi juga telah menjadi alat
ekspresi budaya (Nasrullah, 2012:26).
Penggunaan internet secara cepat mengubah kebutuhan
manusia dalam menyelesaikan masalahnya. Masyarakat lapis
bawah yang tertinggal dari revolusi informasi ini merasa
kehilangan harapan dan peluang akan perbaikan ekonominya.
Mayoritas pekerja formal yang ditawarkan sekarang mem-
butuhkan kemampuan teknologi informasi. Karena hal ini,
ketimpangan terjadi pada lapisan masyarakat kita ini. Sebagai
contoh, konflik antara ojek online dan ojek pangkalan
dikarenakan ketimpangan teknologi karena salah satu dari
mereka tidak dapat menerima perkembangan teknologi
berupa internet ini untuk mempermudah pekerjaannya dalam
mendapatkan penumpang dengan menggunakan aplikasi.
Hasil dan Pembahasan
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dapat men-
yediakan kesempatan yang bagi berlangsungnya komunikasi
antarbudaya. Internet sangat menjanjikan sebagai suatu
sarana untuk meningkatkan komunikasi antarbudaya bagi
penyaluran respons-respons berisikan kebutuhan-kebutuhan
pengembangan dari berbagai masyarakat yang berada di
belahan dunia yang masih tertinggal secara digital.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan membangun peradaban negara atau dunia.
Padahal, hal itu menunjukkan bahwa teknologi informasi dan
komunikasi telah membawa perubahan penting bagi per-
kembangan peradaban, khususnya perkembangan ekonomi
dunia. Dengan pesatnya pertumbuhan dan perkembangan

Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Berupa Internet terhadop Komunikasi… 221


teknologi komunikasi di dunia saat ini, tentunya berdampak
pada segala aspek kehidupan.
Perkembangan teknologi, termasuk perangkat keras dan
perangkat lunak yang ada, dapat menjadikan Internet sebagai
bagian dari kehidupan manusia. Tidak lagi hanya berurusan
dengan urusan formal bisnis atau pekerjaan, tetapi juga
merambah ke kebutuhan sosial dasar. Menyadari bahwa
internet memiliki potensi tersebut, umat manusia mulai terus
mengembangkan internet tanpa batasan. Fungsi internet juga
mendukung keberadaan ruang diskusi.
Pada saat ini perkembangan teknologi dan informasi
internet telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sosial
dunia dan juga membawa tantangan bagi masyarakat,
sehingga penggunaan internet memberikan dampak yang
berlipat ganda. Ketika dua orang atau lebih berinteraksi
melalui internet, yang tercipta bukanlah realitas sosial,
melainkan realitas pasca sosial.
Dari perspektif kajian budaya, Internet adalah ruang di
mana budaya yang terjadi diproduksi, disebarluaskan, dan
dikonsumsi. Kajian budaya dapat menyembunyikan kelas
sosial yang telah ditetapkan sebagai kelas yang ada dalam
masyarakat. Metode ini, ketika menelaah budaya jaringan yang
ada di Internet, memberikan arahan untuk melihat proses
komodifikasi yang terjadi di ruang maya (tentu saja dengan
mengabaikan penelitian berdasarkan perbedaan kelas), ketika
kekuatan terletak pada subjek atau subjeknya. individu itu
sendiri.
Akan tetapi, dampak perkembangan teknologi
komunikasi membawa beberapa dampak positif dan negatif.
Tentu saja perkembangan teknologi komunikasi membawa
banyak sekali keuntungan untuk dapat digunakan, tetapi juga
menimbulkan tidak sedikit kerugian karena dampak negatif
yang muncul karena adanya perkembangan teknologi dan
komunikasi.
Dampak positif dari berkembangnya teknologi
komunikasi yang terjadi di masyarakat contohnya adalah
semua orang dapat menjadi sumber informasi sehingga

222 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


membuat mereka dapat saling bertukar informasi dengan cara
berkomunikasi satu sama lain. Sebelum berkembangnya tek-
nologi komunikasi, informasi yang disebarkan harus dengan
cara tatap muka ataupun surat menyurat yang membutuhkan
waktu yang lama. Akan tetapi, setelah adanya perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi berupa internet,
informasi itu pun menyebar sampai kepada seluruh lapisan
masyarakat dengan cepat melalui media khususnya media
komunikasi melalui Internet tanpa harus bertemu atau tatap
muka dan menyingkat waktu untuk bisa memberikan
informasi maupun komunikasi. (Kappas Arvid, 2011).
Internet sebagai kemudahan dari setiap pemikiran
manusia untuk menjadi alat untuk membantu memecahkan
persoalan yang ada. Dan diharapkan dapat menjadi fasilitator
dan interpreter. Namun, tidak dapat diperkirakan bahwa
perubahan dan perkembangan teknologi yang terus menerus
pada informasi dan komunikasi akan berdampak pada
kehidupan sosial yang ada hingga mempengaruhi aspek yang
lebih besar lagi yakni kebudayaan.
Kehadiran internet harus diwaspadai karena dapat
menghilangkan struktur-struktur yang selama ini sudah baku
atau sudah paten dalam kehidupan. Pada dasarnya sifat
internet adalah anti hierarki. Karena pada dunia virtual setiap
individu berada dalam kondisi yang setara, tidak mengenal
birokrasi secara ketat, kaburnya batasan-batasan geografis,
bahkan siapa pun dapat berinteraksi walaupun tidak me-
ngenal satu sama lain. Tetapi di sisi lain, ruang pribadi menjadi
kabur dan hal ini memberikan dampak yang tidak nyaman bagi
individu-individu yang di dunia
Salah satu contoh dampak negatif yang timbul
dikarenakan penggunaan teknologi komunikasi Internet
berupa internet pada masyarakat, yaitu masyarakat yang
terlahir dan berkembang pada masa teknologi sudah pesat
khususnya teknologi digital yaitu perubahan perilaku sosial
dan munculnya penyakit neurosis atau biasa disebut social
isolation and neurosis. Permasalahan sosial dikarenakan
hampir tidak ada kontak dengan orang lain atau masyarakat

Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Berupa Internet terhadop Komunikasi… 223


dan hampir tidak memiliki interaksi dengan manusia atau
orang lain. Neurosis adalah gangguan fungsional di mana
kepribadian individu didominasi oleh kecemasan dan hal yang
mengganggu pemikiran serta psikisnya.
Dampak buruk lainnya, seperti munculnya kolonialisme.
Munculnya teknologi komunikasi menyebabkan arus
informasi dari negara maju ke negara berkembang terjadi
tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini menyebabkan
masyarakat negara tertentu lebih banyak mengonsumsi
informasi dari negara yang maju sehingga memungkinkan
munculnya kolonialisasi. Penjajahan melalui arus informasi
dan komunikasi yang dilakukan negara tertentu kepada
negara lain lebih pastinya.
Kemudian, adanya sikap maupun sifat ketergantungan.
Dengan segala kemudahan yang diberikan oleh internet, maka
masyarakat seolah dimanjakan oleh ketersediaan segala
kebutuhannya. Sebagian besar masyarakat pengguna tek-
nologi informasi dan komunikasi saat ini menolak untuk
menggunakan alat-alat manual dan mulai meninggalkan pola
komunikasi interpersonal karena alasan efektivitas dan
efisiensi dalam pemberian informasi. Masyarakat semakin
sulit melepaskan diri dari kehidupan yang serba canggih
karena teknologi. Apabila hal ini terjadi terus menerus dalam
kurun waktu lama dan membawa masyarakat menjadi sangat
ketergantungan pada pemanfaatan teknologi. Sesuatu inilah
yang menyebabkan perubahan kebudayaan pada suatu
masyarakat. Contohnya saja, penggunaan media sosial melalui
media internet yang sering dijadikan tolak ukur eksistensi
seseorang agar dikenal masyarkat luas atau bisa dikatakan
sebagai seleb, influencer, dan sebagainya.
Perubahan yang terlihat dan bisa dirasakan oleh
masyarakat saat ini yaitu adanya perubahan sistem nilai dan
norma. Perubahan tidak dapat luput dari dua sifatnya yaitu,
konstruktif dan destruktif. Seiring dengan berkembangnya
teknologi informasi dan komunikasi serta pemanfaatannya,
perubahan sistem dan norma pun tidak dapat dihindari.
Perubahan konstruktif terjadi ketika pemanfaatan teknologi

224 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


digunakan untuk hal baik, bersifat profesional dan ber-
integritas.
Penyalahgunaan media teknologi sebagai sarana
pencarian yang tidak ada hubungannya dengan ilmu
pengetahuan. Hal tersebut dapat membentuk kebudayaan
yang rendah akan moral dan sumber daya manusia yang
bobrok dan tak berkualitas sedikitpun. Perkembangan
informasi teknologi memberikan kontribusi baik dalam bidang
komunikasi, media internet dan menjamurnya media sosial
harusnya bisa membawa perubahan dalam komunikasi
antarbudaya dan komunikasi lintas budaya.
Kemajuan teknologi internet tersebut telah mendorong
hidup manusia menjadi lebih dinamis dan kreatif untuk
melahirkan gagasan-gagasan untuk kemajuan. Daya pikir
manusia akan terus berkembang sehingga pergeseran nilai-
nilai budaya tidak dapat dihindarkan. Masyarakat mengetahui
informasi global berkat kemajuan teknologi informasi
sehingga dapat mengetahui informasi yang bersifat global.
Seseorang akan dengan mudah mengetahui informasi apa saja
yang diinginkannya dalam waktu yang singkat. Manusia yang
berdiam diri di rumah dapat mengetahui segala peristiwa yang
terjadi di dunia melalui jendela media massa atau tele-
komunikasi berupa. Sehingga lahirlah istilah global village
atau perkampungan sejagat, di mana dunia dirasakan semakin
kecil dan bisa dikatakan kita hanya berada di suatu tempat
yang kecil pun bisa tahu semua yang terjadi di dunia. Hal ini,
karena adanya kemudahan dan praktisnya penggunaan
internet.
Tingginya laju transformasi sosial, kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi yang dicapai manusia saat ini telah
memberikan kemudahan dan kecepatan untuk menjalin
hubungan antara satu sama lainnya. Jarak dan waktu saat ini
tidak lagi menjadi hambatan untuk berkomunikasi. Setiap
peristiwa atau informasi yang terjadi di belahan dunia luar
dapat diakses secara cepat di berbagai tempat. Di samping
jarak yang semakin dekat, masyarakat juga semakin banyak

Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Berupa Internet terhadop Komunikasi… 225


mempunyai pilihan sarana atau media untuk mendapatkan
informasi.
Cepatnya arus informasi dan banyaknya jenis media
massa dalam penggunaan internet yang dapat digunakan
manusia, bisa mengantarkan mereka kepada transformasi
sosial yang cukup tinggi. Lajunya arus informasi saat ini bukan
lagi hanya menyangkut jumlah tetapi juga jenis dan kualitas
informasi dalam berbagai aspek yang cenderung dapat
mengubah nilai di masyarakat.
Terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat tentunya
menjadi hal tidak dapat dihindarkan lagi. Kemajuan teknologi
yang semakin canggih memberi kemudahan dan kebebasan
bagi masyarakat untuk mendapatkan berbagai jenis informasi
yang diinginkannya. Masyarakat dengan mudah dapat
mengetahui berbagai budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat lain. Budaya dan nilai-nilai tersebut sebagian
sudah jelas berbeda dengan budaya dan nilai-nilai yang dianut.
Akibatnya terjadilah perbenturan budaya, bahkan penetrasi
budaya, sehingga dengan sengaja atau tidak sengaja, seseorang
dapat terpengaruh dengan budaya dan nilai-nilai yang berasal
dari luar. Hal ini yang disebut dengan “Budaya sejagat”
maksudnya semua orang yang melihat dan mendapatkan
informasi baik secara langsung maupun tidak langsung bisa
saja mengaplikasikannya dalam hidupnya secara sadar
maupun tidak sadar.
Apapun itu komunikasi yang dilakukan secara lintas
budaya maupun komunikasi antarbudaya yang harus
dihilangkan adalah etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan
kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar
dengan menggunakan kelompok dirinya sendiri dan kebiasaan
dirinya sebagai kriteria untuk penilaian. Makin besar
kesamaan dengan mereka, makin dekat mereka kepada
seorang itu, makin besar ketidaksamaan makin jauh mereka
dari seorang itu. Kecenderungan melihat kelompok, negara;
budaya sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling
bermoral

226 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Kesimpulan
Munculnya internet sebagai media komunikasi dan informasi
baru dikaitkan dengan klaim yang bertentangan tentang
munculnya pola baru dari interaksi sosial. Penggunaan
internet yang begitu tinggi, akhirnya dapat menimbulkan
permasalahan sosial baru yang cukup besar contohnya timbul
masalah komunikasi yang berlebihan menggunakan elek-
tronika kepada personal hingga dapat mengurangi bentuk-
bentuk interaksi hubungan komunikasi antar personal,
bahkan sering ditemui informasi pribadi kepada seseorang
dipublikasikan secara umum menggunakan status media
sosial yang akhirnya membuat ruang publik seolah merupakan
ruang pribadi. Kebocoran dalam internet sering kali terjadi
karena adanya keamanan yang lemah dari akun pribadi
seseorang.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
sendiri telah menimbulkan dampak dan pengaruh terhadap
budaya pada masyarakat, baik berupa dampak positif maupun
dampak negatif. Salah satu aspek kehidupan yang paling ter-
pengaruh dengan perkembangan ini adalah aspek kebudayaan
masyarakat yang pelan-pelan mengalami pergeseran. Produk
dari teknologi komunikasi dan informasi adalah internet di
mana saat ini berkembang secara cepat dalam sisi lainnya. Hal
ini menggugah masyarakat untuk melihat media sebagai pusat
orientasi budaya bagi kapitalisme model Barat. Dengan begitu,
imperialisme budaya boleh dilihat sebagai pusat dari media
dengan berbagai cara, baik dengan mendominasi media
budaya, maupun dengan penyebaran budaya secara global.
Media literasi atau tingkat pengetahuan dalam peng-
gunaan internet menjadi hal yang sangat penting untuk dapat
menggunakan media baru secara baik dan bijak. Dari hasil
analisis dan riset studi pustaka maka dapat disimpulkan
bahwa, penggunaan media yang berbasis Internet secara
berlebihan akan menimbulkan banyak permasalahan mulai
dari ketergantungan, perubahan perilaku hingga kejahatan-
kejahatan dunia cyber. Budaya Internet yang berkembang saat
ini tercipta karena ada sinergi dari 4 budaya di dalamnya yaitu,

Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Berupa Internet terhadop Komunikasi… 227


budaya teknokratis, budaya Hacker, Budaya Virtual
Communitarians dan terakhir budaya Entrepreneurial. Media
education atau pendidikan dalam menggunakan Media
menjadi hal yang sangat penting untuk menumbuh
kembangkan literasi media karena jika tidak ada pendidikan
media yang baik dalam pendidikan formal hingga nonformal
maka faktor partisipasi dan keaktifan pengguna media akan
menjadi yang utama dari sesorang dalam penggunaan media
mulai dari kebebasan mendapatkan informasi, aturan-aturan
yang diciptakan untuk diri sendiri, keingintahuan dan bentuk
komunikasi lintas budaya. Bentuk-bentuk kritis dan ke-
mampuan seseorang hingga kreativitas menggunakan media
akan menjadi keliru dan disalahgunakan. Jika pendidikan
media tidak diberikan dengan baik maka dapat seseorang
mendapatkan literasi media yang kurang baik pula.
Penggunaan media khususnya media-media yang
berbasis Internet yang berlebihan dan tidak menggunakannya
secara bijak maka akan menimbulkan banyak permasalahan
mulai dari ketergantungan, perubahan perilaku hingga
kejahatan-kejahatan dunia cyber.
Berbagai uraian di atas, semoga dapat memberikan
gambaran bagaimana internet memberikan pengaruh
terhadap kajian komunikasi antarbudaya. Yang tentu saja jelas
kita sebagai masyarakat yang menggunakan internet perlu
menggunakan internet dengan hari-hati.

228 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Daftar Pustaka

Ainiyah, N. 2016. Komunikasi Dan Media Antarbudaya:


Formulasi Komunikasi Antarbudaya Dalam. Komunikasi
Dan Media Antarbudaya, 299-325.

Killian, N. 2014. Peran Teknologi Informasi Dalam Komunikasi


Antar Budaya Dan Agama. Jurnal Dakwah Tabligh, 159-
176.

Kristiyono, J. 2015. Budaya Internet: Perkembangan Teknologi


Informasi Dan Komunikasi Dalam Mendukung
Penggunaan Media Di. Jurnal Scriptura, 23-30.

Setiawan, D. 2018. Dampak Perkembangan Teknologi


Informasi Dan Komunikasi Terhadap Budaya. Simbolika,
62-73.

Wulandari, T. A. 2016. Internet Dalam Kajian Komunikasi


Antarbudaya. Jurnal Common, 1-6.

Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Berupa Internet terhadop Komunikasi… 229


230 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore
Pengaruh Postingan Instagram sebagai
Mediator dalam Komunikasi Antarbudaya
Media Maya di Masa Sekarang
Aisya Sucy Nabila

Pada era teknologi ini, semua menjadi serba instan dan akurat,
bersamaan dengan berkembangnya teknologi komunikasi,
meningkat pula kecemasan tentang efek media massa kepada
masyarakat (khalayak) di mana media menjadi patokan bagi
masyarakat untuk mendapatkan informasi, mereka mudah
mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, salah satunya
Instagram, melalui sebuah postingan di Instagram masyarakat
dapat melihat perkembangan dari seluruh belahan dunia.
Di era post-modernitas ini, ciri masyarakat yang cukup
menonjol adalah perasaan ketinggalan zaman dan minder bila
tidak memiliki dan membeli produk terbaru yang dipersepsi
sebagai bagian dari identitas status masyarakat. Mereka
seolah ditekan oleh kebutuhan terus menerus untuk selalu
menunjukkan gaya hidup sesuai perkembangan zaman. Dalam
pandangan Baudillard, yang dikonsumsi masyarakat se-
sungguhnya adalah 9 tanda dibanding komoditas itu sendiri.
Artinya bahwa komoditas tidak lagi didefinisikan berdasarkan
kegunaannya melainkan berdasarkan apa yang dimaknai
masyarakat
Budaya
Transkultural nursing bermanfaat untuk membekalkan
perawat agar mampu memberikan minat terhadap perbedaan
kultur dan membuat perbedaan tersebut sebagai potensi dan
kekuatan pasien dalam mencapai derajat kesehatannya.
Budaya atau kebudayaan menurut Taylor (1871) dalam
karyanya yang berjudul Primitive Culture, adalah keseluruhan
pengetahuan, kesenian, hukum, adat istiadat, kepercayaan dan
setiap kemampuan dan kebiasaan yang dimiliki oleh setiap
manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Selain mengetahui

231
pengertian kebudayaan, juga harus mengetahui unsure-unsur
kebudayaan manusia yaitu identitas sosial, peranan relasi,
sejarah kebudayaan, budaya material, etnosentrisme, perilaku
nonverbal, kesenian, konsep tentang waktu, pola pikir dan
aturan-aturan budaya.
Komunikasi Lintas Budaya
Liliweri (2003) mengatakan bahwa sebagai bagian dari
tuntutan globalisasi yang semakin tidak terkendali seperti saat
ini, sehingga membuat kita melakukan sebuah interaksi lintas
kelompok, lintas budaya, serta lintas sektoral. Bukan hanya hal
tersebut akan tetapi banyak perubahan yang semakin deras
dan menjadi bukti nyata bahwa semua orang harus mengerti
karakter komunikasi antar budaya secara mendalam. Saat
sekelompok orang dengan latar belakang budaya yang
berbeda melakukan interaksi maka terjadilah komunikasi
antar budaya. Hal ini sangat jarang berjalan dengan lancar,
karena kebanyakan situasi mereka yang melakukan interaksi
antar budaya tidak menggunakan bahasa yang 16 sama,
namun bahasa tetap bisa dipelajari. Terjadi masalah
komunikasi yang lebih besar dalam area baik nonverbal
maupun verbal. Pada komunikasi nonverbal sangatlah rumit,
dan kebanyakan merupakan proses yang spontan.
Hasil dan Pembahasan
Keberadaan smartphone saat ini jika diperhatikan berbagai
jenis smartphone yang beredar di masyarakat saat ini mena-
warkan fungsi (yang menurut saya tidak ada hubungannya
dengan alat komunikasi) adalah adanya kamera. Mulai dari
ukuran pixel terkecil hingga kamera yang dilengkapi dengan
lampu kilat. Dari sini, terlihat bahwa apa yang dikonsumsi oleh
masyarakat bukanlah objek melainkan tanda bahwa telepon
genggamnya memiliki kelebihan yaitu adanya kamera. Di sini
kapitalis mengambil alih pandangan bahwa hal itu tidak
penting dengan segera mengakomodirnya menjadi sebuah
media kapitalisme menciptakan media sekaligus mengubah
pola masyarakat terhadap penggunaan telepon genggamnya,
media yang saya maksud adalah Instagram. Media sosial ini

232 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


diciptakan sehingga para pemilik smartphone Akan merasa
bahwa kamera yang terpasang di gadgetnya tidak sia-sia.
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang
memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter
digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring
sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Satu fitur yang unik
di Instagram adalah memotong foto menjadi bentuk persegi,
sehingga terlihat seperti hasil kamera Kodak Instamatik dan
Polaroid.
Berdiri pada tahun 2010 perusahaan Burbn, Inc.,
merupakan sebuah teknologi startup yang hanya berfokus
kepada pengembangan aplikasi untuk telepon genggam,
Instagram awalnya difokuskan pada bagian foto, komentar,
dan juga kemampuan untuk menyukai sebuah foto. Itulah yang
akhirnya menjadi Instagram. Namun pada akhirnya Instagram
mulai menyediakan lebih banyak fitur yang menarik seperti
instastory yang hanya dapat dibagikan dalam 24 jam, dan
video reels.
Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu
dengan mengaplikasikan pertanyaan melalui google form yang
di isi oleh responden menyangkut dengan pendapat res-
ponden terhadap penggunaan Instagram. Google form ini
penulis sebarkan pada tanggal 14 Desember 2021 dan pada
penelitian ini responden berhasil mengumpulkan 14
responden.

Pengaruh Postingan Instagram sebagai Mediator dalam Komunikasi Antarbudaya… 233


Dalam lingkaran tersebut merupakan respon dari
responden dari pertanyaan “Apakah anda memiliki aplikasi
Instagram?” semuanya memilih “Ya” yang berarti semua dari
responden yang saya miliki memiliki Instagram.

Pada lingkaran tersebut adalah respon dari pertanyaan


“Apakah anda sering menggunakan Instagram?” 85,7%
menjawab “Ya” dan selebihnya menjawab Tidak yang berarti
responden lebih banyak yang sering menggunakan Instagram.

Dalam lingkaran tersebut dengan pertanyaan “Apakah


anda menggunakan Instagram sebagai media berkomunikasi?”
85,7% responden menjawab “Ya” dan selebihnya tidak.

234 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Dalam lingkaran tersebut adalah jawaban responden
dari pertanyaan “Apakah anda pernah mengenali budaya lain
melalui postingan seseorang di aplikasi Instagram?” 100%
dari responden menjawab “Ya”, berarti seluruh responden
telah mempelajari budaya lain melalui aplikasi Instagram.
Untuk sebagian besar masyarakat di negara-negara
berkembang, medialah yang menyediakan informasi, per-
spektif, dan analisis yang memungkinkan mereka untuk
memahami dunia mereka dan berperan serta sebagai bagian
dari lingkungan mereka, hal ini menyediakan sebuah sarana
penting untuk masyarakat yaitu membuat suara mereka
terdengar serta menyediakan mekanisme-mekanisme untuk
merumuskan identitas dan menciptakan ruangan-ruangan
komunitas.

Dalam lingkaran tersebut adalah respon dari pertanyaan


“Apakah Anda pernah mengenalkan budaya Anda sendiri

Pengaruh Postingan Instagram sebagai Mediator dalam Komunikasi Antarbudaya… 235


melalui sebuah postingan di aplikasi Instagram?” 64,3% dari
seluruh responden menjawab “Ya” yang berarti 9 orang dari
responden pernah mengenalkan budaya mereka sendiri
melalui sebuah postingan di Instagram.
Berikut adalah bentuk kebudayaan yang dibagikan oleh
para responden:

Kesimpulan
Perkembangan media informasi dan munculnya media-media
sosial dalam berbagai bentuknya membuat perubahan yang
radikal dalam kondisi sosial masyarakat saat ini. Pola
komunikasi berubah menjadi pola komunikasi maya dan
virtual. Interaksi yang terjadi merupakan simulasi-simulasi
dari realitas yang sebenarnya. Keberadaan Instagram
membuat masyarakat kini memiliki pola komunikasi visual

236 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


dengan media dengan mudahnya membagikan dan men-
dapatkan informasi dari seluruh penjuru dunia
Instagram sebagai salah satu media sosial, muncul
dengan memanfaatkan fitur kamera dalam smartphone yang
kini menjadi hal yang wajar untuk dimiliki. Komunikasi
menjadi komunikasi simbol berupa gambar atau foto yang
dapat dimaknai langsung oleh yang melihatnya oleh karena itu
masyarakat dengan mudahnya mengenali kebudayaan lain
melalui media Instagram.

Pengaruh Postingan Instagram sebagai Mediator dalam Komunikasi Antarbudaya… 237


Daftar Pustaka

Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Irma, Ade. 2017. Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Bisnis.


Jurnal Online Klasik.

Kurniawan, Puguh. 2017. Pemanfaatan Media Sosial Instagram


sebagai Komunikasi Pemasaran Modern Pada Batik
Burneh. 11:217–25.

Sihabudin, Ahmad. 2011. Komunikasi Antarbudaya: Satu


Perspektif Multidimensi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Supratman, Lucy Pujasari. 2018. Penggunaan Media Sosial oleh


Digital Native. Jurnal Ilmu Komunikasi.

Supratman, Lucy Pujasari. 2018. Penggunaan Media Sosial oleh


Digital Native. Jurnal Ilmu Komunikasi

Suyanto, B. 2013. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup.

238 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Hambatan Komunikasi Antarbudaya
terhadap Pertukaran Mahasiswa Beda
Negara
Afifah Nurul Mardhiyyah

Komunikasi adalah pekerjaan utama bagi keberadaan manusia


dalam bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya
Komunikasi yang terjadi di daerah terkecil, lebih tepatnya
keluarga. Dalam Komunikasi, input adalah apa yang umumnya
diantisipasi, untuk memiliki pilihan untuk mencapai tujuan
yang direncanakan. Komunikasi dimaksudkan untuk ber-
komunikasi dan menjunjung tinggi kepribadian diri, menjalin
kontak sosial dengan individu di sekitar dan mempengaruhi
orang lain untuk merasakan, berpikir atau pergi seperti yang
diinginkan. Interaksi Komunikasi merupakan gerakan men-
yampaikan pandangan individu untuk mendapatkan kritik
atas pemikiran atau pemikiran yang disampaikan.
Komunikasi adalah interaksi pergaulan yang dilakukan
oleh sedikitnya dua makhluk hidup, baik secara langsung
maupun melalui media elektronik yang bertujuan untuk
menyampaikan pesan dan bertukar pikiran dan perasaan yang
seharusnya dimungkinkan melalui tanda, perasaan, karangan,
namun Komunikasi yang layak adalah berbicara. Budaya dan
Komunikasi sulit untuk dibatasi, "Budaya adalah Komunikasi
dan Komunikasi adalah budaya" penjelasannya dengan alasan
bahwa kita "Mempelajari" budaya melalui Komunikasi dan
sekaligus Komunikasi adalah kesan budaya. Titik fokus
pertimbangan budaya dan Komunikasi terletak pada berbagai
langkah dan cara orang menyampaikan melalui jaringan
manusia atau pertemuan orang.
Arahan Komunikasi ini menggunakan kode-kode pesan,
baik secara verbal maupun nonverbal, yang biasanya
digunakan secara konsisten dalam kaitannya dengan per-
gaulan, untuk situasi ini juga mencakup bagaimana men-
yelidiki kepentingan, contoh kegiatan dan bagaimana

239
implikasi dan contoh diucapkan dalam sebuah pertemuan.
kebudayaan, yang meliputi pergaulan manusia. Banyak hal
yang dapat mempengaruhi siklus perubahan, seperti faktor
Komunikasi dalam asimilasi, khususnya faktor lingkungan
(intrapersonal), seperti atribut individu, inspirasi individu,
wawasan individu, informasi individu dan pengalaman masa
lalu, namun juga dipengaruhi oleh kemampuan relasional.
orang-orang dalam Komunikasi (relasional) yang ramah dan
budaya Komunikasi sosial yang baru.
Kesulitan dalam menyampaikan, bukan hanya kesulitan
dalam memahami bahasa mereka yang tidak kita kuasai, tetapi
juga harga diri kerangka, perilaku, dll. Memang, bahkan
kegagalan surat menyurat sering kali menyebabkan kesalahan,
malapetaka atau malapetaka. Hal ini sering dijumpai dalam
berhubungan dengan berbagai negara. Berdasarkan landasan
inilah pencipta akan memberikan judul penjelajahan ini adalah
Hambatan Komunikasi Antar Budaya Terhadap Pertukaran
Mahasiswa Beda Negara.
Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah seluruh teknik yang melaluinya renungan
seseorang dapat memengaruhi renungan orang lain.
Keberadaan manusia di planet ini tidak dapat dipisahkan dari
latihan Komunikasi karena Komunikasi adalah bagian dasar
dari kerangka dan permintaan aktivitas publik manusia dan
masyarakat. Latihan Komunikasi dapat ditemukan di setiap
bagian dari rutinitas manusia sehari-hari, khususnya dari
bangun tidur sampai orang beristirahat sekitar waktu malam
(Sanjaya, 2013).
Sudah pasti bahwa sebagian besar latihan hidup kita
menggunakan Komunikasi, baik Komunikasi verbal maupun
nonverbal. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian
pesan yang dapat berupa pesan data, pikiran, perasaan,
kemampuan, dsb melalui gambar atau gambar yang dapat
menimbulkan dampak seperti yang dilakukan dengan media
tertentu.

240 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Proses Komunikasi
Siklus komunikasi adalah gerakan untuk menyampaikan
perspektif individu untuk mendapatkan masukan atas
pemikiran atau pemikiran yang disampaikan. Komunikasi
adalah interaksi kolaborasi yang dilakukan oleh setidaknya
dua makhluk hidup, secara langsung atau melalui media
elektronik yang bertujuan untuk menyampaikan pesan dan
bertukar pertimbangan dan sentimen yang seharusnya
dimungkinkan melalui tanda, perasaan, komposisi, namun
Komunikasi yang menarik adalah berbicara (Nugroho, 2012).
Apa pun gambar yang digunakan, tujuan utama pengirim
adalah untuk memberikan pesan dengan cara yang me-
ningkatkan kemungkinan kolektor dapat menguraikan makna
yang diharapkan pengirim dengan benar. Pesan dari
komunikator akan dikirimkan dari penerima melalui saluran
atau media tertentu. Pesan yang diterima penerima melalui
gambar, kemudian akan diubah kembali (menafsirkan) ke
dalam bahasa yang diterima oleh otak penerima sehingga
berubah menjadi pesan biasa.
Budaya
Budaya atau culture berasal dari bahasa Sansekerta
buddhayah, yang merupakan jenis jamak dari buddhi (otak
atau akal) yang dicirikan sebagai masalah yang
mengidentifikasi dengan jiwa dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, culture disebut culture, yang berasal dari kata latin
colere yang berarti mengembangkan atau bekerja. Hal ini juga
dapat diartikan sebagai daerah berkembang atau budidaya.
Kata budaya juga kadang-kadang diartikan sebagai "Budaya"
dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan erat kaitannya dengan
masyarakat. (Henny, 2020) Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski berpendapat bahwa semua yang ada di
mata publik ditentukan oleh cara hidup yang dimiliki oleh
daerah itu sendiri, yang biasa disebut Cultural-Determinism.
Herskovits melihat budaya sebagai sesuatu yang diturunkan
mulai dari satu zaman lalu ke zaman berikutnya, yang
kemudian disebut sebagai superorganik. Untuk sementara,

Hambatan Komunikasi Antarbudaya terhadap Pertukaran Mahasiswa Beda Negara 241


Loner dan Malpass mengatakan bahwa budaya adalah pikiran
pemrograman yang dibuat oleh orang-orang dalam keadaan
mereka saat ini.
Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya menggarisbawahi sudut fun-
damental, khususnya hubungan relasional antara ko-
munikator dan komunikan dari berbagai masyarakat. Ketika
kita berbicara tentang komunikasi relasional, yang kita
maksud adalah setidaknya dua orang yang secara langsung
terlibat dengan komunikasi verbal atau non-verbal. Jika kita
menambahkan unsur kontras sosial di dalamnya, maka pada
saat itu kita sedang membahas komunikasi antarbudaya.
Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa Komunikasi
antarbudaya adalah komunikasi relasional dengan sangat
memperhatikan faktor-faktor sosial yang mempengaruhinya
(Saputra, 2019).
Dalam kondisi seperti itu, kita dihadapkan pada isu-isu
yang ada dalam keadaan di mana sebuah pesan dikodekan
dalam satu budaya dan harus didekodekan di budaya lain.
Budaya mempengaruhi individu yang menyampaikan. Budaya
bertanggung jawab atas seluruh penyimpanan perilaku
informatif dan implikasi yang dimiliki setiap individu, sebagai
akibatnya, penyimpanan yang diklaim oleh dua individu dari
berbagai masyarakat juga dapat menyebabkan berbagai jenis
tantangan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian yang diperoleh dari mahasiswa pendatang,
setiap pribadi mahasiswa pendatang mengalami gegar budaya,
dan dalam gegar budaya terdapat empat tahap/fase yaitu
(Lagu, 2016)
1. Fase Bulan Madu
Fase bulan madu merupakan fase yang paling disukai oleh
semua orang, umumnya dinikmati oleh semua orang,
menahan semangat, rasa percaya yang diharapkan individu
sebelum memasuki budaya lain. Pada tahap ini, para
pemula merasakan sesuatu yang berbeda dari yang

242 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


diharapkan dari sebelumnya, sehingga mereka mengambil
bagian dalam udara yang dibawakan oleh sebuah novel, hal
baru dengan budaya yang unik dibandingkan dengan
sebelumnya.
2. Fase Pesakitan
Pada tahap ini, para pemula dihadapkan pada kondisi yang
benar-benar menantang, perasaan canggung, kegelisahan,
dan perasaan ingin mengabaikan apa yang mereka rasakan
namun bisa gagal untuk mengatasinya. Karena tahapan ini
merupakan fase yang menyebabkan individu merasa
sendiri, terpojok, tidak menentu. Karena perubahan ekologi
yang mereka yakini, mereka mengamati hal-hal yang tidak
mereka butuhkan di budaya baru. Di sinilah sensasi
kekurangan citra atau citra, tradisi yang dulu menjadi
kepribadiannya, kini harus dihadapkan pada keadaan
sebaliknya.
3. Fase Adaptasi
Pada tahap ini, individu secara perlahan melakukan
perubahan dan perubahan dalam cara mereka beradaptasi
dengan budaya baru. Ketika individu memahami budaya
baru mereka, individu dan peristiwa dalam budaya baru
mulai tidak mengejutkan dan tidak terlalu menyusahkan.
4. Fase Penyesuaian Diri
Pada tahap ini, siswa asing tidak mengalami kesulitan
tambahan karena mereka telah melalui periode variasi
yang begitu lama. Kapasitas untuk hidup dalam dua
masyarakat yang unik biasanya disertai dengan perasaan
puas dan senang. Meskipun demikian, beberapa hal
mengusulkan, bahwa untuk memiliki pilihan untuk hidup di
dua masyarakat ini, seseorang harus menyesuaikan
kembali dengan budaya masa lalunya, dan menyusun
pemikiran.
Dengan memperhatikan gaya hidup masing-masing,
maka secara positif akan membuat pergaulan dengan sesama
dan mahasiswa pemula dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan Fisip Unsrat. Dengan keterkejutan sosial yang
dimiliki mahasiswa asing wawasan dan usaha mereka untuk

Hambatan Komunikasi Antarbudaya terhadap Pertukaran Mahasiswa Beda Negara 243


menyesuaikan diri dan berubah, mereka pasti akan
mendapatkan hasil, khususnya memiliki banyak sahabat dan
pergaulan mahasiswa pemukim semakin luas.
Sebagian besar sumber mengatakan bahwa sekarang
mereka memiliki banyak teman dari berbagai negara, karena
mereka telah mengalami kejutan budaya. mereka telah
mengetahui apa saja kecenderungan rekan-rekan mereka yang
ada di sini, dua kecenderungan yang dengan mudah diketahui
dan kecenderungan yang tidak diketahui oleh siswa asing,
selain dari satu sumber yang mengatakan bahwa belum lama
ini pendampingnya di sini adalah seorang pendamping. dari
daerahnya sendiri, sejak dia menarik diri dari lingkungan
karena dia merasa disingkirkan oleh teman-temannya yang
hanya meremehkannya.
Kesimpulan
Komunikasi antarbudaya ada dua ide mendasar yang meng-
gambarkan korespondensi antarbudaya, lebih spesifiknya ide
budaya dan ide korespondensi. Hubungan antara keduanya
sangat membingungkan. Budaya mempengaruhi kores-
pondensi dan dengan demikian, korespondensi memutuskan,
membuat dan mengikuti kebenaran sosial dari area/kelompok
sosial lokal. Dengan demikian, korespondensi dan budaya
menyerupai sisi mata uang yang berbeda yang tidak dapat
dibedakan dan berdampak satu sama lain.
Kendala yang dialami oleh mahasiswa asing untuk
berubah adalah ide untuk menempatkan mahasiswa lokal
kepada mahasiswa luar, meskipun mahasiswa pendatang
berusaha untuk mendekat namun ada yang meremehkan
mahasiswa lain, kendala lain ada juga mahasiswa pekerja yang
belum sepenuhnya mendominasi. bahasa yang mereka
bicarakan. menyebabkan hubungan mereka dengan siswa lain
bermasalah, kemudian, pada saat itu, ada juga orang yang
berpikir sulit untuk berubah karena perilaku siswa pertama
yang beberapa di antaranya angkuh, teliti dengan teman,
seperti melakukan kesalahan seperti minum, jadi pemula

244 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


mengalami masalah dalam menyesuaikan diri, dengan cara ini
menarik keluar dari lingkungan.

Hambatan Komunikasi Antarbudaya terhadap Pertukaran Mahasiswa Beda Negara 245


Daftar Pustaka

Henny, Z. R. 2020. Jurnal Ilmu Komunikasi. Komunikasi


Antarbudaya Mahasiswa Korea Selatan di Yogyakarta.,
9(1), 40-48.

Lagu, M. 2016. ACTA DIURNA KOMUNIKASI, . Komunikasi


antarbudaya di kalangan mahasiswa etnik Papua dan
Etnik Manado di Universitas Sam Ratulangi Manad. 5(3).

Nugroho, A. B. 2012. Jurnal Aspikom, Pola komunikasi


antarbudaya Batak dan Jawa di Yogyakarta. Jurnal
Aspikom, , 1(5), 403-418.

Sanjaya, A. 2013. Jurnal E-Komunikasi. Hambatan Komunikasi


antar budaya antara staf marketing dengan penghuni
berkewarganegaraan Australia dan Korea Selatan di
Apartemen X Surabaya, 1(3).

Saputra, E. 2019. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi,


Komunikasi antarbudaya etnis lokal dengan etnis
pendatang: Studi pada mahasiswa/i fakultas adab dan
ilmu budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. , 8(1), 28-
40.

246 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Analisa terhadap Pengaruh dan Konflik
yang Terjadi pada Aplikasi TikTok Terkait
Komunikasi Antarbudaya
Teissa Dinar Audinia

Di era digital seperti saat ini, sosial media sangat mem-


pengaruhi kehidupan masyarakat. Sosial media sudah ada
sejak 1987 yang masa demi masa semakin canggih, sosial
media dapat mempengaruhi manusia dengan sangat cepat.
Beragam keunikan dari sosial media itu pun daya tarik
sendiri–sendiri. Contohnya TikTok, aplikasi ini dirilis pada
bulan September tahun 2016, pada saat awal riles TikTok
mendapat banyak hujatan bagi para penggunanya karena
dikatakan alai, namun seiring berjalannya waktu dan
kekreatifan orang-orang TikTok menjadi mulai ramai dipakai
oleh orang banyak, dan hingga dunia didatangkan dengan
sebuah wabah Covid-19 TikTok pun makin ramai digunakan.
Keunikan dari aplikasi ini adalah, postingan-postingan
yang para pengguna berikan ditayangkan secara acak pada
halaman utama pengguna. Oleh karena itu, postingan dari
mancanegara dapat dilihat oleh warga-warga negara lainnya,
hal ini menyebabkan konflik dari komunikasi antarbudaya
dapat terjadi. Namun di samping itu, ada pula hal-hal positif
dari aplikasi ini, yaitu salah satunya dapat memperkenalkan
budaya kita.
Analisa
Menurut kamus besar bahasa Indonesia “Analisis adalah
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman
arti keseluruhan”. Menurut Nana Sudjana (2016:27) “Analisis
adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur
atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau
susunannya”. Menurut Abdul Majid (2013:54) “Analisis adalah

247
(kemampuan menguraikan) adalah menguraikan 51 satuan
menjadi unit-unit terpisah, membagi satuan menjadi sub-sub
atau bagian, membedakan antara dua yang sama, memilih dan
mengenai perbedaan (di antara beberapa yang dalam satu
kesatuan)”.
Pengaruh
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015:1045), pengaruh
adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan
seseorang. Pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan
yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta
segala sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-
apa yang ada di sekitarnya (Yosin, 2012:1). Menurut
Surakhmad (2012: 1), pengaruh adalah kekuatan yang muncul
dari sesuatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang
dapat memberikan perubahan yang dapat membentuk
kepercayaan atau perubahan.
Aplikasi
Syani & Werstantia, 2019: 88) aplikasi adalah sebuah
perangkat lunak yang berisi sebuah coding atau perintah yang
di mana bisa diubah sesuai dengan keinginan. (Sari, 2017: 83)
aplikasi adalah sebuah perangkat lunak yang di mana
tujuannya adalah agar bisa melayani setiap aktivitas
komputerisasi yang dilakukan oleh pengguna. (Dinata et al.,
2015: 128) aplikasi adalah penerapan, menyimpan sesuatu
baik berupa data, permasalahan, pekerjaan kedalam suatu
sarana ataupun media yang bisa digunakan untuk diterapkan
menjadi sebuah bentuk yang baru.
TikTok
TikTok adalah sebuah jaringan sosial dan platform video
musik Tiongkok yang diluncurkan pada September 2016 oleh
Zhang Yiming, pendiri Toutiao. Aplikasi tersebut mem-
bolehkan para pemakai untuk membuat video musik pendek
mereka sendiri (Wikipedia).

248 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Komunikasi
Secara etimologis kata komunikasi berasal dari bahasa Latin
yaitu communis yang bersumber pada kata communis yang
berarti “Sama”, communico, communicatio, atau communicare
yang berarti “Membuat sama” (to make common). Istilah
pertama communis paling sering disebut sebagai asal kata
komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya
yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran,
suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Deddy
Mulyana, 2014:46). Komunikasi adalah komunitas
(community) yang juga menekankan kesamaan atau keber-
samaan. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul
atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan
mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak
akan ada komunitas. Komunitas bergantung pada pengalaman
dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan men-
jelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunitas juga
berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan
seni, agama dan bahasa (Deddy Mulyana, 2014:46).
Komunikasi Antarbudaya
Wahlstrom dalam Liliweri (2013:24), yang menjelaskan
bahwa komunikasi antarbudaya dapat dikatakan berjalan
secara interaktif apabila di antara komunikator dengan
komunikan terjalin sebuah komunikasi timbal balik atau
berjalan secara dua arah (two way communication), akan tetapi
komunikasi dua arah yang terjalin pada tahap ini masih dalam
tahap rendah. Jika komunikasi antarbudaya telah memasuki
tahap transaksional, maka proses pertukaran pesan sudah
memasuki tahap tinggi karena komunikator dan komunikan
sudah masuk dalam tahap saling memahami dan saling
mengerti terkait perasaan dan tindakan bersama.
Hybels dan Sandra dalam Liliweri (2013:24-25),
menjelaskan bahwa terdapat tiga unsur penting dalam
komunikasi transaksional, di antaranya sebagai berikut:

Analisa terhadap Pengaruh dan Konflik yang Terjadi pada Aplikasi TikTok… 249
1. Tingginya tingkat emosional yang terjalin, serta pertukaran
pesan yang berkesinambungan dan berlangsung secara
terus-menerus.
2. Meliputi seri waktu, dalam hal ini dapat diartikan kaitannya
dengan masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
3. Partisipan menjalankan peran tertentu dalam proses
terjadinya komunikasi antarbudaya.
Hasil dan Pembahasan
Artikel yang saya buat ini menggunakan metode penelitian
kualitatif yaitu dengan menggunakan Google Form untuk
melihat masyarakat apakah mereka mengetahui perbedaan
latar budaya, dan bagaimana kontribusi mereka pada aplikasi
TikTok. Kuesioner ini disebar 15 Desember 2021 dan
mendapatkan 30 responden.
Dalam Google Form tersebut saya memberikan 7
pertanyaan mendasar mengenai perbedaan latar budaya pada
aplikasi TikTok.
Pertanyaan 1

Pada pertanyaan pertama ini, saya menanyakan apakah


responden memiliki aplikasi TikTok atau tidak, dari 30
responden 86,7% memiliki dan 13,3% tidak memiliki aplikasi
TikTok. Di sini membuktikan bahwa, saat ini rata-rata
masyarakat memiliki aplikasi TikTok dari usia 12-50 tahun
responden saya.

250 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pertanyaan 2

Pertanyaan kedua saya menanyakan apakah responden


mengetahui apa itu perbedaan latar budaya, hamper 100%
responden saya mengetahui perbedaan latar budaya. Ini lah,
yang membuat mengetahui Langkah apakah kita terlibat
dalam konflik perbedaan budaya atau kita, karena
pengetahuan sangatlah penting dalam hal ini.
Pertanyaan 3

Pada pertanyaan ketiga ini, 53.3% user TikTok pernah


berinteraksi dengan orang yang memiliki latar budaya yang
berbeda. Karena TikTok ini memiliki beberapa fitur unik yaitu
seperti fitur stitch, duet, dan lain sebagainya yang
memudahkan bagi user untuk memberikan umpan balik
kepada orang lain.

Analisa terhadap Pengaruh dan Konflik yang Terjadi pada Aplikasi TikTok… 251
Pertanyaan 4

Pada pertanyaan keempat saya menanyakan apakah


responden pernah memperkenalkan budaya mereka sendiri
kepada user TikTok. Sayangnya, dari 30 responden 26,7%
yang sudah memperkenalkan budaya mereka pada aplikasi
TikTok. Ini merupakan salah satu konflik yang harus dibenahi.

Pertanyaan 5

Pada pertanyaan kelima, 90% saya menemukan budaya


baru pada aplikasi TikTok. Hal ini, menunjukkan bahwa dalam
TikTok banyak sekali perbudayaan budaya yang ditampilkan,
mulai dari daily life atau kehidupan sehari-hari, hingga benar-
benar budaya leluhur.

252 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pertanyaan 6

Pertanyaan keenam ini berkesinambungan dengan


pertanyaan kelima, mengapa demikian? Karena, 90%
reponden menemukan budaya baru dalam aplikasi ini, maka
sudah pasti hal tersebut menumbuhkan konflik antarbudaya.
User pasti memiliki pikiran yang berbeda dengan budaya yang
baru ia temui, hal ini akan memicu pro kontra.

Pertanyaan 7

Pada pertanyaan ketujuh ini, 83,3% responden saya


tidak pernah terlibat dalam konflik antarbudaya dalam
aplikasi tersebut.
Kesimpulan
TikTok memang memiliki dampak buruk dan negatifnya,
terutama pada komunikasi antarbudaya. Yang perlu
ditingkatkan adalah bagaimana cara agar kita dapat mem-
perkenalkan budaya kita kepada khalayak banyak. Karena
masalah yang paling besar datang dari tidak pernah
dikenalkannya budaya kita pada khayalak, karena responden

Analisa terhadap Pengaruh dan Konflik yang Terjadi pada Aplikasi TikTok… 253
saya Sebagian ada yang suka berinteraksi dengan budaya yang
berbeda seharusnya mereka mulai mencoba memperkenalkan
pada orang-orang tersebut. Dan padahal, sebetulnya res-
ponden saya tidak banyak yang terlibat dalam konflik
komunikasi antarbudaya.
Responden saya juga mengetahui perbedaan latar
budaya, maka dari itu mereka jarang terlibat konflik
komunikasi antarbudaya. Aplikasi ini dapat digunakan sebaik-
baiknya untuk memperkenalkan budaya nasional pada ranah
internasional. Dan juga dapat berinteraksi dengan sebaik
mungkin dengan masyarakat yang memiliki latar budaya yang
berbeda agar dapat bertukar pikiran.

Daftar Pustaka

Eprints.umm.ac.id. 2021. [online] Available at: <http://eprints.


umm.ac.id/35420/3/jiptummpp-gdl-meisantiaj-49640-
3-bab2.pdf > [Accessed 16 December 2021].

Eprints.umm.ac.id. 2021. [online] Available at:


<http://eprints.umm.ac.id/58485/3/BAB%20II.pdf >
[Accessed 16 December 2021].

Portaluniversitasquality.ac.id. 2021. [online] Available at:


<http://portaluniversitasquality.ac.id:55555/490/4/B
AB%20II.pdf > [Accessed 16 December 2021].

Repo.darmajaya.ac.id. 2021. [online] Available at:


<http://repo.darmajaya.ac.id/3143/3/BAB%20II.pdf >
[Accessed 16 December 2021].

Repository.um-palembang.ac.id. 2021. [online] Available at: <


http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/
4798/2/312015058_BAB%202%20SAMPAI%20DENG
AN%20BAB%20TERAKHIR.pdf > [Accessed 16
December 2021].

254 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Peran Orang Tua dalam Penanaman Sikap
di Ruang Lingkup Budaya Keluarga
Terhadap Anak Melalui Komunikasi
Budaya
Vincka Gracia Surya Senjaya

Kehidupan manusia sangat melekat pada kebudayaan bahkan


tidak dapat dipisahkan. Setiap aktivitas, kegiatan, dan pikiran
manusia menghasilkan kebudayaan. Kebudayaan sangat ber-
aneka ragam, tergantung dari mana kita mengenal
kebudayaan itu sendiri untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-
sistem nilai yang berbeda. Keluarga adalah lingkungan
pertama dalam proses perkembangan serta pembentukan
karakter anak. Tentunya budaya pertama kali diperkenalkan
oleh orang tua sejak anak lahir. Maka dari itu, peran orang tua
sangat penting dalam memperkenalkan budaya kepada anak,
terutama pada sikap dan perilaku anak. Agar nilai-nilai budaya
setiap keluarga dapat diwariskan secara turun menurun,
hendaknya nilai-nilai budaya yang ada dilestarikan dan
diajarkan kepada anak. Nilai budaya tersebut dapat ber-
manfaat bagi pengembangan kepribadian anak dalam
bertingkah laku.
Cara setiap orang tua memperkenalkan budaya kepada
anaknya berbeda-beda. Perbedaan tersebut terjadi karena
adanya perbedaan budaya dalam masing-masing keluarga.
Tentunya salah satu cara terbaik memperkenalkan budaya
kepada anak dalam keluarga dengan cara berinteraksi.
Interaksi antara orang tua dengan anak tidak dapat berjalan
dengan baik tanpa adanya komunikasi. Pesan yang ter-
sampaikan dari orang tua dapat menimbulkan dampak
terhadap anak. Setiap orang tua sangat menginginkan seorang
anak mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Orang tua
membentuk sikap dan perilaku menurut kebudayaan yang ada

255
dalam budaya keluarga masing-masing. Pengenalan nilai
budaya kepada anak tidak mudah, tentunya banyak sekali
hambatan hambatan yang terjadi dalam pembentukan sikap
dan perilaku anak.
Pada era modern ini, banyak nilai kebudayaan yang
sudah mulai luntur. Adanya perubahan sikap dan perilaku
kebudayaan anak ketika anak sudah beranjak dewasa.
Tentunya akan ada penyesuaian lingkungan dari luar
lingkungan keluarga. Tergantung bagaimana orang tua
menyikapi perubahan sikap dan perilaku anak yang terjadi.
Hal ini juga memberikan tantangan kepada setiap orang tua
dalam mewariskan budaya dalam bersikap dan berperilaku
anak.
Dari latar belakang di atas, hal inilah yang mendorong
penulis membuat artikel ini untuk melihat sejauh mana peran
orang tua membentuk sikap dan perilaku anak sesuai dengan
nilai budaya yang dimiliki oleh setiap keluarga dalam
komunikasi antar budaya.
Komunikasi
Komunikasi merupakan sebuah proses di mana sebuah
interaksi antara komunikan dan komunikator dalam per-
tukaran pesan yang terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sebagai makhluk sosial. Kata komunikasi berasal dari
bahasa latin “Communicare” yang artinya menyampaikan.
Berdasarkan artinya komunikasi adalah penyampaian pesan
dari satu orang kepada orang lain. Menurut Kreitner dan
Kinicki (2010) dalam Wibowo (2017: 165) komunikasi adalah
pertukaran informasi antara sender kepada receiver, dan
menarik kesimpulan sebagai persepsi tentang makna sesuatu
antara individu yang terlibat. Pesan dapat tersampaikan
dengan baik apabila pengirim pesan menyampaikan informasi
dengan baik dan bergantung pada kemampuan penerima
pesan dapat memahami informasi tersebut. Sedangkan dalam
buku (Effendy:2015), komunikasi adalah proses Dinamika
Komunikasi penyampaian suatu pesan seseorang kepada

256 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap
dan perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung
melalui media.
Komunikasi Keluarga
Menurut Aziz Safrudin (2015:235), komunikasi keluarga
adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata,
sikap tubuh, intonasi suara, tindakan untuk menciptakan
harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi
pengertian. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang
terjadi dalam keluarga untuk berinteraksi bahkan sebagai
wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai
kehidupan. Pentingnya komunikasi keluarga untuk mem-
bentuk sikap anak sesuai dengan nilai budaya yang telah ada
dalam keluarga.

Komunikasi Antarbudaya
Ketika adanya komunikasi di antara orang-orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda-beda di situlah terjadinya
komunikasi antar budaya.
Menurut Soyomukti (2016:330-331), komunikasi antar
budaya dapat dipahami dengan sejumlah definisi, di antaranya
adalah:
1. Komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami dan
dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain;
2. komunikasi bersifat budaya apabila terjadi di antara orang-
orang yang memiliki kebudayaan berbeda;
3. komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi
dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan
budaya, seperti bahasa, nilai-nilai, adat, dan kebiasaan;
4. komunikasi antarbudaya menunjuk pada suatu fenomena
komunikasi yang para pesertanya memiliki latar belakang
budaya berbeda terlibat dalam suatu kontak antara satu
dan lainnya, baik secara langsung atau tidak langsung.
5. Sikap
Sikap adalah segala perbuatan dan tindakan yang
berdasarkan pada pendirian dan keyakinan yang dimiliki.

Peran Orang Tua dalam Penanaman Sikap di Ruang Lingkup Budaya Keluarga… 257
Menurut Dimyati, dkk (2017 p.36), sikap merupakan suatu
ekspresi perasaan seseorang yang merefleksikan kesu-
kaannya atau ketidaksukaannya terhadap suatu objek.
Hasil dan Pembahasan
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan jenis penelitian
studi kasus. Dalam metode kualitatif ini, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara. Data
penelitian wawancara diperoleh dari 3 orang narasumber
yang berperan sebagai orang tua.
Pertanyaan yang diberikan kepada 3 orang narasumber:
1. Apakah anda mempunyai budaya bersikap dan berperilaku
di dalam keluarga Anda?
2. Kapan Anda pertama kali memperkenalkan budaya
keluarga Anda dalam bersikap dan perilaku pada anak
Anda?
3. Budaya keluarga apa yang pertama kali Anda perkenalkan
kepada anak Anda?
4. Bagaimana cara Anda memperkenalkan budaya keluarga
Anda dalam bersikap dan perilaku pertama kali kepada
anak Anda?
5. Apakah ada ketertarikan anak terhadap budaya keluarga
Anda dalam bersikap dan perilaku? Seperti bertanya dan
lainnya?
6. Apakah ada hambatan ketika memperkenalkan budaya
keluarga Anda dalam bersikap dan perilaku?
7. Apakah budaya keluarga anda dalam bersikap dan perilaku
yang telah Anda perkenalkan diterapkan dalam kehidupan
anak Anda?
8. Apakah ada ketimpangan antara budaya keluarga Anda
dengan budaya lingkungan luar anak Anda?
Budaya bersikap yang ada dalam keluarga adalah sikap
dan perilaku yang dilakukan dalam kegiatan di lingkungan
keluarga sehari-hari. Hasil wawancara dari ketiga narasumber
dapat disimpulkan bahwa setiap keluarga mempunyai budaya
bersikap masing-masing yang berbeda. Meskipun budaya

258 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


bersikap masing-masing keluarga berbeda, tetapi tetap
budaya yang mereka punya adalah budaya yang bersifat positif
dan baik untuk dilakukan. Budaya bersikap yang mereka
punya dapat dijadikan sebuah identitas tersendiri untuk
keluarganya. Dari kebudayaan yang dimiliki oleh keluarga,
tentunya orang tua memperkenalkan budaya yang ada pada
keluarga tersebut. Pengetahuan pertama seorang anak dimulai
dari lingkungan keluarga maka dari itu termasuk kedalam
pendidikan informal. Orang tua lah yang pertama kali
mendidik anak menjadi pribadi yang baik, itulah pentingnya
peran orang tua dalam mendidik anak untuk bersikap dan
berperilaku sesuai kebudayaan yang ada dalam keluarga.
Ditinjau dari Dr. Fadhli Rizal Makarim situs artikel
Halodoc mengenai tahapan pengembangan kognitif anak
dalam teori piaget bahwa perkembangan kognitif anak
sebenarnya sudah dimulai usia 18-24 bulan atau 1,5 tahun-2
tahun pada tahap sensorimotor. Di mana selama tahap ini
dapat dikoordinasi melalui pengalaman sensori seperti
melihat dan mendengar, dan tindakan motorik seperti
menggapai dan menyentuh. Berdasarkan hasil wawancara
bahwa narasumber memperkenalkan kepada anak tentang
budaya bersikap yang ada di dalam keluarga sejak berusia 2
tahun. Ada juga narasumber yang baru memperkenalkan
budaya bersikap dalam keluarga pada usia 3 tahun.
Perlunya interaksi interpersonal antara orang tua dan
anak dalam pengenalan budaya dalam bersikap yang ada
dalam keluarga. Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga
narasumber bahwa mereka memperkenalkan sikap tersebut
dengan melakukan komunikasi verbal dan nonverbal. Mereka
memperkenalkannya dengan memberikan contoh dengan
tindakan dan perkataan agar anak mengerti, mudah mengingat
dan dilakukan. Seperti yang telah dicontohkan dan dijelaskan
oleh salah satu narasumber bahwa ia mencontohkan sikap
mengucapkan terima kasih dengan mengucapkan “Terima
kasih” setelah menerima bantuan dari saya agar diucapkan
kembali oleh anaknya.

Peran Orang Tua dalam Penanaman Sikap di Ruang Lingkup Budaya Keluarga… 259
Dengan berperannya orang tua menanamkan sikap nilai
budaya keluarga sejak kecil, tentunya akan memberikan
dampak yang begitu besar. Penanaman sikap nilai budaya
tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan. Sikap budaya dalam
keluarga yang melekat dan sudah menjadi kebiasaan, akan
dilakukan diluar lingkungan keluarga. Selain itu, sikap budaya
yang telah diperkenalkan oleh orang tuanya bisa diwariskan
kepada anaknya kelak ketika menjadi orang tua sehingga
budaya keluarganya dapat dilestarikan dan ditanamkan
dengan baik dari generasi ke generasi lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga narasumber,
bahwa anak mereka menerapkan sikap dalam budaya
keluarganya bahkan hingga mereka dewasa. Meskipun
banyaknya ketimpangan budaya yang ada di luar lingkungan
keluarga seperti lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah,
maupun dalam pertemanan, sikap dalam budaya keluarga
tersebut tetap dilakukan karena terbiasanya bersikap dan
berperilaku sesuai dengan lingkungan keluarganya. Menurut
Gardiner & Kosmitzki bahwa definisi diri seseorang sebagai
individu yang berbeda dan terpisah, termasuk perilaku
kepercayaan dan sikap. Seorang anak sebagai individu yang
berada di dalam lingkungan keluarga yang mengajarkan
kebudayaan yang ada dalam keluarganya akan mengikuti
budaya tersebut karena adanya penanaman nilai.
Kesimpulan
Budaya bersikap yang ada dalam keluarga tentunya berbeda-
beda. Masing-masing keluarga pasti memiliki budaya bersikap
masing-masing yang menjadi sebuah identitas tersendiri.
Penelitian ini membuktikan bahwa orang tua sangat berperan
penting dalam komunikasi antar budaya karena dengan
adanya peran orang tua budaya bersikap dalam keluarga dapat
dilestarikan dan diwariskan dengan cara penanaman nilai
budaya sejak dini. Dengan penanaman budaya bersikap yang
ada dalam budaya diperlukan interaksi dengan komunikasi
antara anak dan orang tua. Interaksi tersebut dilakukan oleh
setiap orang tua dalam penanaman budaya bersikap tentunya

260 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


berbeda-beda. Tentunya dengan adanya komunikasi antara
anak dan orang tua akan memberikan dampak yaitu sikap yang
telah ditanamkan akan menjadi sebuah kebiasaan tersendiri
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan
diterapkan di luar lingkungan keluarga, meskipun adanya
perbedaan budaya bersikap antara budaya keluarga dengan
budaya lingkungan lain.

Daftar Pustaka

Adeliah & Yuliana, Nina.2 021. Komunikasi Antar Budaya di


Dalam Keluarga. Kompasiana.com.

Aziz, Safrudin. 2015. Pendidikan Keluarga Konsep dan Strategi.


Yogyakarta: Gava Media.

Damayanti, L. D., Suwena, K. R., & Haris, I. A. 2017. Analisis


Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik
Berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Kantor
Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Jurnal Jurusan
Pendidikan Ekonomi.

Dr.Fadhli Rizal Makarim. 2021. 4 Tahapan Perkembangan


Kognitif Si Kecil Dalam Teori Piaget 4 Tahapan
Perkembangan Kognitif Si Kecil dalam Teori Piaget
(halodoc.com).

Effendy, Onong Uchjaa. 2015. Ilmu Komunikasi Teori dan


Praktek Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditia Bakti.

Gardiner, H. W., & Kosmitzki, C. 2002. Lives across cultures:


Cross-cultural human development (2nd ed.). Allyn &
Bacon.

Kreitner, Kinicki. 2010. Organizational Behavior. New York:


McGraw-Hill.

Peran Orang Tua dalam Penanaman Sikap di Ruang Lingkup Budaya Keluarga… 261
Rohmitriasih, Mimi. 2018. Pentingnya Mengenalkan Budaya
Pada Anak. Fimela.com https://m.fimela.
com/parenting/read/3684440/pentingnya-
mengenalkan-budaya-pada-anak-sejak-dini

Soyomukti, Nurani. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi,


Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Vitar, Mochammad.2021. Lintas Budaya dalam Keluarga dari


Kacamata Ilmu Komunikasi. Kompasiana.com https://
www.kompasiana.com/vitar173/617c184006310e3af8
487e22/lintas-budaya-dalam-keluarga-dari-kacamata-
ilmu-komunikasi.

262 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Memahami dan Menganalisis Dasar dari
Komunikasi Antarbudaya dan Transisi
Antarbudaya dari Masa ke Masa
Asyidda Tsania Rahmi

Para pengusaha yang tinggal di luar negeri saat bekerja untuk


perusahaan transnasional sering memiliki hak istimewa
secara ekonomi. Mereka menerima gaji tambahan, uang
relokasi perumahan, dan sebagainya. Mereka juga bertemu
banyak orang melalui pekerjaan dan mampu melakukan
perjalanan di lokasi tuan rumah baru mereka. Sebaliknya,
pengungsi sering kekurangan sumber daya keuangan di lokasi
tuan rumah baru mereka, yang mungkin telah dipilih karena
kebutuhan belaka. Mereka mungkin memiliki sedikit
kesempatan untuk bertemu orang lain, bepergian di tanah air
baru mereka, atau membeli kebutuhan dasar. Dengan cara ini,
mereka mungkin tidak melihat lingkungan baru mereka
dengan cara yang sama seperti migran yang lebih istimewa.
Perbedaan dialektis ini membentuk identitas migran antar
budaya dan perubahan yang dialami identitas ini. Perspektif
dialektis mengharuskan kita memeriksa transisi antar budaya
pada tingkat pribadi dan kontekstual (Berry, 1992). Pada
tingkat pribadi, kita dapat melihat pengalaman individu
beradaptasi dengan konteks budaya baru. Tetapi kita juga
dapat memeriksa konteks sosial, sejarah, ekonomi, dan politik
yang lebih besar di mana transisi pribadi ini terjadi. Untuk
memahami transisi budaya, kita harus secara bersamaan
mempertimbangkankelompok migran individu dan konteks di
mana mereka bepergian.
Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah
metode kualitatif di mana metode ini merupakan metode
yang fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh
karenanya, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian

263
dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih
komprehensif. Sumber data yang digunakan dalam mekanisme
penulis, yaitu data sekunder yang diperoleh melalui dan
pengumpulan data yang tersedia terkait dengan materi yang
akan di bahas di dalam artikel ini.
Selain Stewart, Hamid Mowland juga berpendapat
bahwa komunikasi antarbudaya sebagai human stream across
public limits. Asumsi tersebut merupakan sekelompok
manusia yang menyebrangi lintas budaya. Seperti adanya
keterlibatan suatu konferensi internasional di mana bangsa-
bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi
satu sama lain. Dengan customized organization lain,
komunikasi antarbudaya ini akan terjadi ketika adanya
komunikasi antara orang-orang yang memiliki kebudayaan
yang berbeda-beda demi mencapainya suatu tujuan
komunikasi yang sama serta terjalin interaksi yang lancar
pada hakikatnya.
Sedangkan menurut para ahli yang lain ada yang
berpendapat seperti Sitaram (1970) yangmengatakan bahwa
komunikasi antarbudaya merupakan seni untuk memahami
dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda
kebudayaan. Berbeda halnya dengan Srnover dan Porter
(1972) yang berpendapat bahwa komunikasi antarbudaya
terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan
komunikasi tersebut mempunyai latar belakang budaya dan
pengalaman yang berbeda. Latar belakang tersebut men-
cerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa
pengalaman, pengetahuan, dan nilai.
Kemudian, Rich (1974) menyimpulkan bahwa
komunikasi antarbudaya terjadi ketika orang-orang yang
berbeda kebudayaan dipertemukan. Sehingga, dapat ditarik
kesimpulan, bahwa komunikasi antar budaya ini merupakan
komunikasi yang terjadiketika kedua orang atau lebih sedang
expositions berkomunikasi, untuk mencapai pemahaman,
maupun pengertian yang terjadi di antara khalayak yang
berbeda kebudayaan. Oleh karena itu, kegiatan inilah yang
membawa keselarasan dalam berkomunikasi.

264 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Hasil dan Pembahasan
A. Teori Perubahan Sosial
Teori perubahan sosial budaya filsuf, sejarawan, ekonom, dan
sosiolog telah mencoba merumuskan prinsip atau hukum yang
mengubah masyarakat. Banyak yang berpendapat bahwa
kecenderungan terjadinya perubahan sosial merupakan
fenomena alam yang bersumber dari pergaulan hidup
manusia. Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa setiap upaya
untuk menunjukkan adanya tren yang pasti dan permanen
dalam perubahan sosial tidak akan berhasil. Ia meragukan
kebenaran keberadaan lingkaran perubahan sosial ini.Namun,
perubahan tetap ada, yang paling penting adalah mempelajari
lingkaran terjadinya fenomena sosial karena dengan jalur ini
hanya generalisasi yang dapat diperoleh.
Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Budaya
Perubahan budaya dan sosial dapat dibagi menjadi beberapa
bentuk, sebagai berikut.
1. Perubahan lambat dan perubahan cepat.
2. Perubahan kecil dan perubahan besar.

Pemicu Perubahan Sosial dan Budaya


Secara umum dapat dikatakan bahwa penyebab dari sebab-
sebab tersebut ada di dalam masyarakat itu sendiri dan ada
pula yang mungkin bersifat eksternal. Khususnya di
masyarakat itu sendiri karena:
1. Menambah atau Mengurangi Populasi
Depopulasi dapat dikaitkan dengan perpindahan orang
(misalnya pemukiman kembali) dari desa ke kota atau dari
daerah ke daerah lain. perpindahan penduduk m Misalnya,
menciptakan lowongan di bidang pembagian kerja dan
stratifikasi sosial yang mempengaruhi institusi sosial.
Pergerakan manusia di dunia ini telah berlangsung selama
ratusan ribu tahun. Hal ini sejalan dengan peningkatan
jumlah orang yang tinggal di tanah ini. Dalam komunitas di
mana berburu adalah mata pencaharian utama, migrasi
sering kali didasarkan pada ketersediaan hewan buruan.

Memahami dan Menganalisis Dasar dari Komunikasi Antarbudaya dan Transisi… 265
Ketika hewan-hewan ini habis, mereka akan pindah ke
tempat lain seperti dahulu.
2. Penemuan Baru Proses Sosial dan Budaya Besar yang
Berlangsung Dalam Waktu Singkat Disebut Inovasi
Inovasi penemuan baru, yang merupakan penyebab
perubahan, dapat dibagi menjadi penemuan dan
penemuan. Discovery adalah penemuan unsur budaya baru
berupa alat atau ide buatan atau rangkaian kreasi pribadi.
Misalnya, penemuan mobil, kereta api dan rel kereta api,
dan telepon meningkatkan jumlah pusat kehidupan di
daerah pinggiran kota.
3. Konflik Masyarakat
Pada umumnya masyarakat tradisional di Indonesia ber-
sifat kolektif. Semua kegiatan didasarkan pada kepentingan
masyarakat. Kepentingan individu diakui, tetapi ada fungsi
sosial. Seringkali terjadi konflik antara kepentingan
individu dengan kepentingan kelompok, yang dalam
beberapa hal dapat menimbulkan perubahan.
4. Munculnya Pemberontakan atau Revolusi
Revolusi yang terjadi di Rusia pada Oktober 1917 men-
yebabkan perubahan serius di negara Rusia, yang awalnya
berbentuk pemerintahan absolut, berubah menjadi
kediktatoran proletariat berdasarkan doktrin Marxis. Dari
negara hingga keluarga Batik, semua pranata sosial telah
mengalami perubahan mendasar.
Perubahan sosial budaya juga dapat terjadi dari sebab-
sebab di luar masyarakat itu sendiri, antara lain:
Penyebab yang terjadi di lingkungan fisik seseorang
Pertempuran Pengaruh budaya masyarakat lain.
B. Migran dan Pendatang
Berbicara mengenai penyebab perubahan yang terjadi akibat
lingkungan fisik, yaitu Imigran dan pendatang. Migran adalah
seorang individu yang meninggalkan budaya utama di mana
dia dibesarkan dan pindah ke konteks budaya baru untuk
waktu yang lama, sedangkan Pendatang adalah orang yang
pindah ke konteks budaya baru untuk jangka waktu terbatas

266 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


dan untuk tujuan tertentu, seperti untuk studi atau bisnis.
Imigran Orang-orang yang datang ke negara, wilayah, atau
lingkungan untuk menetap secara permanen.
4 Jenis Kelompok Migran
Ada beberapa jenis yang terdiri dari kelompok migran, yaitu
1. Motivasi migrasi.
2. Sukarela.
3. Durasi jangka pendek.
4. Pendatang.
Migran Bukan Sukarela
Mereka dipindahkan secara paksa ke negara lain sebagai
akibat dari penganiayaan, konflik, kekerasan umum, atau
pelanggaran hak asasi manusia. Beberapa dari pengungsi ini
mencari status pengungsi di negara lain dan, jika berhasil,
mereka menjadi pengungsi jangka panjang.
1. Pengungsi jangka panjang yaitu orang-orang yang terpaksa
pindah secara permanen karena perang, kelaparan, dan
penindasan.
2. Pengungsi jangka pendek adalah orang yang terpaksa
untuk sementara waktu pindah dari daerah atau negaranya.
Adaptasi Budaya
Proses penyesuaian jangka panjang dan akhirnya merasa
nyaman di lingkungan baru (Kim, 2001, 2005). Ada tiga
pendekatan komunikasi untuk mempelajari adaptasi budaya,
dan mereka menekankan pengaruh individu atau lingkungan
dalam proses adaptasi, yaitu
1. Pendekatan ilmu sosial menekankan peran karakteristik
pribadi para migran.
2. Pendekatan interpretatif berfokus pada pengalaman
migran dalam konteks adaptasi.
3. Pendekatan adaptasi budaya: institusi sosial dan sejarah,
politik, dan struktur ekonomi.

Memahami dan Menganalisis Dasar dari Komunikasi Antarbudaya dan Transisi… 267
Adaptasi Budaya
1. Ilmu Kemasyarakatan
Peran karakteristik dan latar belakang migran individu;
teori kejutan budaya dan kejutan masuk kembali; hasil
adaptasi.
2. Nterpretatif
Analisis mendalam tentang pengalaman adaptasi.
3. Kritis
Pentingnya sejarah, politik, dan struktur masyarakat dalam
adaptasi dan identitas migran.
Adaptasi Terjadi Melalui Komunikasi
Artinya, migran berkomunikasi dengan individu di lingkungan
baru dan secara bertahap mengembangkan cara berpikir dan
berperilaku baru. Hasil potensial lain dari adaptasi adalah
pengembangan identitas antar budaya, konsep yang kompleks.
Macam Pendekatan Antar Budaya
1. Pendekatan Interpretatif
Pendekatan interpretatif berfokus tentang bagaimana
proses adaptasi, Para migran melalui fase yang cukup dapat
diprediksi dalam beradaptasi dengan situasi budaya baru.
Mereka pertama kali mengalami periode syok dan
disorientasi (bagian bawah kurva U). Kemudian mereka
secara bertahap beradaptasi dengan konteks budaya baru.
Meskipun tidak mewakili pengalaman setiap migran
sebagian besar migran mengalami fase-fase umum ini.
Teori ini menunjukkan bahwa pendatang, mengalami kurva
U lain saat kembali ke lingkungannya. Ketika migran
kembali ke lingkungannya untuk konteks budaya asli
mereka. Proses adaptasi yang sama terjadi dan mungkin
melibatkan budaya, atau masuk kembali, digambarkan oleh
model W-curve (Gullahorn &Gullahorn, 1963).
Media massa juga berperan dalam membantu para
imigran beradaptasi. Radio, televisi, film, dan sebagainya,
adalah pemancar nilai-nilai budaya yang berpengaruh dan
mudah diakses pendatang baru sebagai media sosialisasi.
Media massa memilki peran yang sangat penting dalam

268 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


tahap awal adaptasi. Ketika imigran pertama kali tiba,
mereka mungkin memiliki kemampuan bahasa yang
terbatas dan jaringan sosial yang terbatas. Mendengarkan
radio atau menonton TV mungkin menjadi sumber kontak
utama pada tahap ini, yang menghindari konsekuensi
negatif dari tidak mengetahui bahasa (Nwanko &
Onwumechili, 1991).
Pengaruh Kontekstual
Lembaga-lembaga lokal, seperti sekolah, lembaga keagamaan,
dan lembaga layanan sosial, dapat memfasilitasi atau meng-
hambat adaptasi imigran. Misalnya, sekolah dapat membantu
anak-anak imigran beradaptasi dengan menawarkan kelas
bahasa untuk membuat mereka lebih mudah dalam ber-
adaptasi. Lembaga keagamaan juga dapat memainkan peran
penting dalam membantu imigran. Banyak gereja, sinagog, dan
masjid memberikan bantuan kepada para korban Badai
Katrina. Muslim di Amerika Serikat memiliki tradisi untuk
membantu imigran baru secara finansial dan sosial, melalui
masjid-masjid lokal dan organisasi sipil (Bahadur, 2005).
sering sekali terjadi diskriminasi di masalah kelas, kadang-
kadang pekerja imigran dipandang perlu tetapi tidak benar-
benar disambut ke dalam masyarakat yang lebih besar karena
kelas mereka. Dan kadang-kadang diskriminasi dan masalah
kelas mengakibatkan kontra antara migran dan imigran dari
negara yang sama yang telah berada di negara yang mereka
tinggali untuk waktu yang lama. Berikut adalah bagaimana
cara para migran mengembangkan identitas:
1. Sejauh mana para migran ingin mempertahankan identitas,
bahasa, dan cara hidup mereka sendiri dibandingkan
dengan seberapa banyak mereka ingin menjadi bagian dari
masyarakat baru.
2. Sejauh mana mereka memiliki interaksi sehari-hari dengan
orang lain dalam masyarakat baru. Beberapa migran
merasa kesulitan dengan demikian, mereka kembali ke
kelompok budaya sendiri.

Memahami dan Menganalisis Dasar dari Komunikasi Antarbudaya dan Transisi… 269
3. Mereka melibatkan kepemilikan kekuasaan politik. Dalam
beberapa masyarakat, kelompok dominan hampir me-
nentukan bagaimana kelompok non dominan dapat
bertindak. Di masyarakat lain, kelompok non dominan
sebagian besar bebas untuk menentukan pilihan mereka
sendiri
Kehidupan di perbatasan ketika migrasi internasional
meningkat, semakin banyak pula orang yang melakukan
perjalanan bolak-balik di antara budaya yang berbeda,
semakin banyak orang yang tinggal di perbatasan secara fisik,
dan sering melakukan perjalanan antar negara, atau tinggal di
perbatasan secara psikologis.

C. Kaitan Antara Budaya dan Komunikasi


Kaitan antara budaya dan komunikasi, komunikasi adalah
proses sosial. Jika kita mengartikan komunikasi secara sosial,
maka dapat dipahami bahwa komunikasi selalu berarti
komunikasi dan interaksi manusia. Fenomena sosial saat ini,
seperti masalah agama dan etnis, memungkinkan untuk
mengenali perlunya mengenali perbedaan di Indonesia.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan dari seseorang kepada orang lain dengan meng-
gunakan simbol-simbol yang bermakna bagi kedua belah
pihak. Dalam situasi tertentu selama komunikasi, media
tertentu digunakan untuk mengubah sikap atau perilaku orang
tersebut atau beberapa orang. Bagaimana efek tertentu terjadi.
diharapkan (Effendy, 2001: 13). Kebudayaan pada dasarnya
adalah suatu nilai yang diakui secara langsung maupun tidak
langsung dengan mengalirnya waktu dalam interaksinya.
Budaya menjadi bagian dari tindakan komunikasi, yang pada
gilirannya menentukan pelestarian, pengembangan atau
pewarisan budaya. Stuart L. Tubbs, komunikasi antar budaya
adalah komunikasi antara orang-orang yang memiliki budaya
yang berbeda, seperti perbedaan ras, etnis, atau sosial
ekonomi. Budaya adalah cara hidup yang dikembangkan,
dianut, dan dipertahankan dari generasi ke generasi oleh
sekelompok orang. Untuk memahami komunikasi an-

270 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


tarbudaya, penting untuk memahami hubungan dan
komunikasi antarbudaya. Karena melalui pengaruh budaya
orang belajar berkomunikasi. Komunikasi antarbudaya terjadi
ketika pesan yang ingin dipahami dihasilkan oleh anggota satu
budaya untuk dikonsumsi oleh anggota budaya lain. (Samovar
dan Porter, 1994: 19).

D. Konflik yang dihadapi dalam Komunikasi Antarbudaya


Kata konflik berasal dari kata kerja bahasa Latin konflik, yang
berarti saling bertabrakan. Secara sosiologis, konflik dide-
finisikan sebagai proses sosial antara dua orang atau lebih di
mana yang satu menghilangkan, menghancurkan, atau me-
lumpuhkan yang lain. Konflik disebabkan oleh perbedaan
karakteristik yang dibawa orang dalam interaksinya.
Perbedaan tersebut meliputi ciri fisik, kecerdasan, pen-
getahuan, adat istiadat, dan kepercayaan. Jenis konflik
menurut konsentrasi aktivitas manusia adalah sebagai
berikut.
1. Konflik pribadi Konflik antar manusia muncul dari masalah
pribadi, perbedaan pendapat, dan perbedaan budaya.
2. Konflik yang wajar konflik antar suku yang berbeda karena
adanya konflik kepentingan dan budaya.
3. Konflik politik mengenai kelompok-kelompok dalam
masyarakat dan antara negara- negara berdaulat.
4. Konflik sosial di kantor karena perbedaan antara kelas
sosial yang berbeda.
5. Sengketa internasional sebab, kepentingan kedua negara
berbeda.
6. Tumbukan vertikal dan horizontal Konflik antara kelompok
masyarakat dengan tokoh masyarakat.
Kesimpulan
Komunikasi adalah proses di mana ide-ide diteruskan dari
sumber ke satu atau lebih penerima untuk mengubah perilaku
(Hafid Kangara). Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang
kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan dan kebiasaan

Memahami dan Menganalisis Dasar dari Komunikasi Antarbudaya dan Transisi… 271
lain yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. (EB
Taylor) “Komunikasi antarbudaya adalah proses di mana ide
atau gagasan dari satu budaya ditransmisikan ke budaya lain
dan sebaliknya, yang dapat terjadi antara dua atau lebih
budaya yang terkait dan tujuannya adalah untuk saling
mempengaruhi demi kebaikan budaya. Atau mungkin
menghancurkan budaya, atau mungkin merupakan tahap awal
dalam proses adaptasi budaya (peleburan dua atau lebih
budaya untuk menciptakan yang baru). Komunikasi
antarbudaya memiliki beberapa jenis karakteristik:
1. Anggota dari lebih dari satu budaya terlibat dalam
komunikasi.
2. Pada akhirnya, ada jalan atau tujuan bersama untuk
menciptakan komunikasi ini.
3. Komunikasi Lintas Budaya menghasilkan keuntungan dan
kerugian di antara dua budaya atau lebih yang terlibat
4. Komunikasi lintas budaya dijalin baik secara individu
anggota masyarakat maupun dijalin secara berkelompok
atau dewasa ini dapat dilakukan melalui media

272 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Daftar Pustaka

Ali, Mukti. 2017. Komunikasi Antar Budaya dalam Tradisi


Agama Jawa. Yogyakarta: Pustaka IlmuNasrullaah, Rulli.
2012. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Kencana
Prenada Media.

http://id.wikipedia.org/wiki/konflik.

http://nurkholifahhh17.blogspot.co.id/2016/12/makalah-
perubahan-budaya.html

http://www.apyusa .com/2015/10/contoh-makalah-konflik-
sosial-dan.htm

Mulyana, Deddy. 2004. Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan


Lintasbudaya. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia.


Bogor: Ghalia Indonesia.

Memahami dan Menganalisis Dasar dari Komunikasi Antarbudaya dan Transisi… 273
274 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore
Partisipasi dalam Perkembangan di dalam
Keistimewaan Budaya Lokal di Tengah
Kehidupan Eksistensi Media Sosial
Masyarakat Lokal Maupun Interlokal
Denaya Ajeng Wrahasti

Suatu tradisi dalam budaya lokal dari beberapa daerah di


Indonesia mempunyai suatu pola kebiasaan dengan
sekelompok di daerah nya yang dipercaya memiliki nilai religi
dalam kehidupan sehari-hari, suatu adat istiadat di suatu
daerah. Budaya tersebut akan selalu dilestarikan keis-
timewaannya oleh masyarakat dari adat tersebut, seiring
dengan berkembangnya waktu. Karena telah diketahui bahwa
kebudayaan itu selalu berubah-ubah, belum lagi kalau ada
campur tangan dengan masyarakat budaya lain. Budaya yang
ada saat ini merupakan adalah hasil dari pertumbuhan dan
perkembangan di waktu lalu hingga sekarang.
Lokalitas dalam perkembangan budaya menunjukkan
identitas budaya yang dipakai dalam konteks sebuah
komunitas perkembangan dalam hal ini masyakat Indonesia
atau daerah dari budaya tersebut harus bisa mem-
presentasikan dengan Bahasa daerahnya masing-masing. Di
setiap suka bangsa memiliki kebudayaannya masing-masing
yang menjadikan ciri khas tersendiri dan berbeda dengan suku
yang lainnya. Itulah mengapa Indonesia menjadi salah satu
Negara yang menjadi destinasi favorit oleh wisatawan asing
untuk berkunjung dan menikmati kekayaan Indonesia
Indonesia memiliki banyak budaya yang di mana
terdapat pada setiap daerah di kota-kota di Indonesia, setiap
daerah memiliki keunikan dan keistimewaan budaya khasnya,
tidak heran jika Indonesia banyak di kenal dunia melalui
keistimewaan budayanya yang banyak, hingga di akui UNESCO
di antaranya ada budaya tari, batik, wayang, keris, dan masih
banyak lagi. Kita sebagai masyarakat Indonesia harus selalu

275
mendukung kebudayaan Indonesia dengan segenap hati agar
kita bisa mempresentasikan budaya Indonesia dengan baik
secara Internasional.
Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan
sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat
ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal.
Dengan teknologi canggih, kita sebagai masyarakat
Indonesia juga harus turut andil dalam proses pelestariannya
supaya tidak termakan oleh zaman dan tidak menutup
kemungkinan akan kalah saing dengan budaya asing yang
masuk ke Indonesia. Zaman sekarang sudah memasuki zaman
yang canggih, media sosial sebagai alat komunikasi dan
informasi yang interaktif membuat banyak manfaat jika kita
menggunakannya dengan bijak.
Media sosial merupakan alat instan yang dapat diakses
oleh siapa pun. Upaya pelestarian budaya melalui publikasi di
media massa jenis ini merupakan cara yang efektif. Hal
tersebut berkaitan dengan sifat media massa yang mampu
menjangkau khalayak luas dalam waktu yang sangat cepat.
Banyak media sosial yang kita bisa manfaatkan kebe-
radaannya yaitu di antaranya Facebook, Instagram, Line,
WhatsApp, dan aplikasi lainnya. Upaya pengenalan dan
publikasi mengenai budaya lokal sangatlah penting. Dalam hal
ini, kita dapat memanfaatkan media massa salah satunya
media sosial.
Sebagai masyarakat Indonesia, partisipasi dalam men-
gembangkan budaya untuk lebih dikenal masyarakat
Indonesia sendiri dan juga mancanegara itu sangatlah penting.
Dengan cara itu, kita dapat melestarikan budaya yang
merupakan warisan dari masyarakat nusantara yang bahkan
sudah ada sebelum Indonesia ini sendiri.
Media sosial sendiri merupakan penunjang bagi peng-
gunanya untuk saling berinteraksi, bertukar informasi untuk
lebih mengetahui apa yang pengguna ingin tahu. Potensi media
sosial inilah juga bisa menjadi sarana pelestarian budaya lokal
Indonesia dengan berbagai cara. Kepedulian untuk me-

276 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


lestarikan budaya lokal ternyata muncul bukan hanya dari
tokoh-tokoh tua atau kalangan budayawan, tetapi dapat juga
muncul dari kalangan muda, pelajar atau mahasiswa.
Salah satu aspek, yaitu aspek kejiwaan ini menjadi
penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam
pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil
pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang
merupakan subsistem dari kebudayaan
Partisipasi dalam perkembangan di suatu keistimewaan
budaya lokal di tengah kehidupan eksistensi media sosial di
masyarakat lokal maupun interlokal, memiliki cara yang baru
untuk mengembangkan budaya lokal tersebut untuk lebih
dikenal. Sebagai masyarakat Indonesia tentunya kita harus
bisa melestarikannya dengan berbagai cara, apalagi sudah
adanya media sosial yang di mana kita memperkenalkan
budaya lokal tersebut kepada masyarakat lokal maupun
interlokal.
Media sosial merupakan media yang di mana alat instan
yang dapat diakses oleh siapa pun. Media sosial adalah sebuah
media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual. Blog, jejaring
sosial, dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling
umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Upaya
pelestarian budaya melalui publikasi di media massa jenis ini
merupakan cara yang efektif. Terdapat banyak media sosial
yang memunculkan unsur-unsur budaya lokal, seperti peng-
gunaan bahasa daerah, informasi kuliner, wisata budaya,
sejarah bahkan untuk integrasi nasional. Kekuatan media
sosial untuk menjaring teman maupun follower memberikan
kekuatan baru untuk mengangkat kembali budaya lokal,
memunculkan potensi budaya dan melestarikan nilai-nilai
budaya yang selama ini mulai luntur, sehingga informasi
mengenai budaya lokal dapat diperoleh dengan mudah melalui
media sosial.

Partisipasi dalam Perkembangan di dalam Keistimewaan Budaya Lokal… 277


Berbagai dampak positif dan negatif telah mem-
pengaruhi media sosial dalam mengembangkan budaya lokal,
dampak positif di antaranya adalah budaya lokal semakin
dikenal, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk masyarakatnya. Selain itu, dampak negatifnya antara
lain luntur budaya lama dan muncul budaya baru yang di mana
budaya baru tersebut akan melahirkan suatu ciri khas yang
berbeda, selain itu juga terjadinya erosi nilai- nilai budaya
lokal, dan bisa saja menurunnya rasa nasionalisme dan
patriotisme.
Dikaitkan dengan budaya dan eksistensi media sosial,
Perkembangan teknologi informasi membawa sebuah
perubahan dalam masyarakat. Lahirnya media sosial
menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran
baik budaya, etika, dan norma yang ada. Indonesia dengan
jumlah penduduk yang besar dengan berbagai kultur suku, ras
dan agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali
potensi perubahan sosial.
Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian yang telah saya buat melalui Gform, terkait
dengan partisipasi dalam perkembangan di dalam keis-
timewaan budaya lokal di tengah kehidupan eksistensi media
sosial masyarakat lokal maupun interlokal. Saya meng-
gunakan data penelitian yang menghasilkan data valid, yang di
mana data tersebut menunjukkan derajat ketepatan atau
kesesuaian antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek
yang diteliti dengan data yang diperoleh oleh peneliti. Untuk
memperoleh data yang langsung valid dalam sebuah
penelitian sering sulit dilakukan, maka dari itu data yang
sudah terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dilakukan
pengujian realibilitas dan objektivitas. Data yang reliabel dan
objektif, biasanya akan valid. Sebaliknya data yang valid pasti
reliabel dan objektif. Menunjukkan derajat ketepatan antara
data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang
dikumpulkan oleh peneliti.

278 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif,
saya telah menggunakan Google Form untuk menyurvei untuk
mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau atau saat
ini, tentang keyakinan, pendapat, karakteristik perilaku,
hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis
tentang variabel sosiologis dan psikologis dari sampel yang
diambil dari populasi tertentu.
Budaya Lokal memiliki keistimewaan tersendiri untuk
dikenal masyarakat luas, dalam perkembangan budaya di
zaman teknologi yang canggih ini kita harus dapat bersaing
dari budaya asing. Dalam survei yang telah saya buat,
pertanyaan pertama mengenai “Apakah saudara/i pernah
berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan dalam konteks
melestarikan budaya tersebut?” Pertanyaan kedua mengenai
“Apakah saudara/i pernah ikut serta dalam mengembangkan
budaya lokal? (Iya/Tidak)”, pertanyaan ketiga mengenai
“Jika kalian diminta untuk menjadi partisipan dalam
perkembangan suatu budaya lokal, apakah saudara/i ber-
kenan ikut?” Pertanyaan keempat mengenai “Menurut
saudara/i apa perlu kita mengembangkan budaya lokal?”
Pertanyaan keenam mengenai “Berikan salah satu contoh
keistimewaan budaya lokal yang ada di Indonesia?” Dan
pertanyaan ketujuh mengenai “Apakah dalam perkembangan
budaya, perlu eksistensi media sosial? (Iya/Tidak) jika iya
jelaskan”. Isi dalam pertanyaan tersebut saya telah
menyimpulkan dari beberapa responden.
Respoden dalam pertanyaan pertama kebanyakan
menjawab iya pernah, karena sebagai masyarakat Indonesia
kita harus bisa melestarikan budaya kita agar lebih dikenal.

Partisipasi dalam Perkembangan di dalam Keistimewaan Budaya Lokal… 279


Responden dalam pertanyaan kedua, ada responden
yang menjawab iya dan ada yang menjawab tidak.

Responden dalam pertanyaan ketiga, 75% para


responden terlihat sangat antusias jika diminta untuk menjadi
partisipan dalam perkembangan suatu budaya lokal dan
sisanya 25% tidak ingin.

Responden dalam pertanyaan keempat, responden


banyak yang menjawab “Perlu” karena memang dalam
kodratnya kita harus bisa mengembangkan budaya lokal agar
lebih dikenal masyarakat daerah lain maupun interlokal.

280 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Responden dalam pertanyaan kelima, memberikan
contoh keistimewaan budaya lokal, di antaranya:
Responden dalam pertanyaan keenam, kebanyakan
responden menjawab Iya, karena memang kita dalam
perkembangan budaya, perlu eksistensi media sosial.

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa masyarakat


ingin bisa lebih mengembangkan budaya lokal.
Kesimpulan
Indonesia memiliki banyak budaya yang di mana terdapat
pada setiap daerah di kota-kota di Indonesia, setiap daerah
memiliki keunikan dan keistimewaan budaya khasnya, tidak
heran, jika Indonesia banyak dikenal dunia melalui
keistimewaan budayanya yang banyak, hingga di akui UNESCO
di antaranya ada budaya tari, batik, wayang, keris, dan masih
banyak lagi.
Sebagai masyarakat Indonesia, partisipasi dalam
mengembangkan budaya untuk lebih dikenal masyarakat
Indonesia sendiri dan juga mancanegara itu sangatlah penting.
Dengan media sosial kita bisa mengembangkan budaya lokal

Partisipasi dalam Perkembangan di dalam Keistimewaan Budaya Lokal… 281


tersebut, harus bisa mengadaptasi dengan budaya lain, karena
takutnya tergerus dengan budaya-budaya baru yang masuk.
Eksistensi media sosial dalam budaya lokal untuk
dilestarikan itu sangatlah penting, karena memang di Zaman
sekarang eksistensi media sosial itu merupakan kebutuhan
para masyarakat. Setiap masyarakat pun sekarang sudah
mempunyai gadget yang di mana itu dapat bermanfaat sekali.
Dari hasil survei yang telah saya buat, responden
memiliki jawaban yang baik. Memang budaya lokal harus bisa
Budaya harus dipahami sebagai masalah perbaikan manusia
secara kolektif, di mana setiap orang memiliki kemungkinan
untuk berpartisipasi, cara hidup mereka sendiri dan cara
hidup dengan orang lain. Budaya tidak hanya meng-
ekspresikan sistem pengetahuan dan nilai bersama, skema
persepsi dan produksi simbolik, tetapi juga mengkondisikan
model perilaku dan secara konstan membentuk seluruh
rangkaian proses sosialisasi.

Daftar Pustaka

Mubah, A. S. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya


Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi. 24(4), 302–
308.

Setyaningrum, N. D. B. 2018. Budaya Lokal Di Era Global. Jurnal


Ilmu Pengetahuan Dan Karya Seni, 20(2), 102–112.

Setyaningrum, N. D. B. 2018. Budaya Lokal Di Era Global. Jurnal


Ilmu Pengetahuan Dan Karya Seni, 20(2), 102–112.

Suneki, S. 2012. Dampak Globalisasi Terhadap Eksistensi


Budaya Daerah. Jurnal Ilmiah CIVIS, II (1), 307–321.

282 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Masalah Komunikasi yang Terjadi dalam
Pacaran Antarpasangan Suku Jawa
dengan Suku Batak
Tira Viany Cahyaning Widhi

Pacaran adalah proses perkenalan antardua insan manusia


yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian
kecocokan menuju kehidupan keluarga yang dikenal dengan
sebutan pernikahan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga, 2002) menjelaskan bahwa istilah “Berpacaran” adalah
bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar).
Pacaran dapat pula diartikan sebagai hubungan yang dijalani
Ketika seorang pria dan Wanita saling menyukai satu sama
lain. Kedua individu yang berpacaran ingin menjajaki
kemungkinan untuk melangkah ke hubungan yang lebih serius
lagi yang melegalkan hubungan antarpria dan wanita.
Hubungan pacaran dijalani sebagai kesempatan untuk men-
genal lebih dalam karakter satu sama lain. Pada kesempatan
kali ini, penulis melakukan sebuah riset penelitian terhadap
masalah komunikasi yang terjadi dalam pacaran antar
pasangan yang berbeda suku, yaitu suku jawa dengan suku
batak. Seperti yang diketahui bahwa dua suku tersebut
merupakan suku yang sangat bertolak belakang. Di sini penulis
ingin mengetahui masalah komunikasi yang terjadi antardua
suku yang berbeda ini dengan cara penyelesaian konfliknya.
Suku batak, suku ini sangat khas di Indonesia karena
memiliki karakter yang unik. Suku Batak selalu memiliki ciri
khas yang menandakan bahwa ia merupakan keturunan suku
Batak. Suku Batak terkenal dengan nada bicaranya yang khas,
dengan meninggikan suaranya. Dan orang Batak biasanya
cenderung keras.
Dan suku Jawa, kebanyakan orang mengenal suku Jawa
sebagai suku yang lemah lembut dan sopan. Bahkan cara
bicara orang suku jawa pun sangat lembut dan halus. Suku
Jawa juga memiliki berbagai keunikan dan aturan dalam

283
budayanya sendiri. Hal ini lah yang membuat suku Jawa
dengan suku Batak sangat bertolak belakang. Bahkan saat
berbicara dengan orang batak sering kali orang Jawa mengira
bahwa orang Batak ini suka marah-marah dengan nada
bicaranya yang memang keras. Dan tak jarang pula orang
batak yang menilai bahwa orang jawa terlihat lemah karena
terlalu lembut dan bahkan tidak bisa dibentak atau dimarahi.
Karena perbedaan ciri khas dan kepribadian ini lah terkadang
muncul kesalahpahaman yang memicu terjadinya masalah
dalam komunikasi. Karena kurangnya pemahaman dan
pengertian antarsatu sama lainnya. Dalam artikel ini akan
dibahas masalah komunikasi yang terjadi dalam pacaran antar
pasangan suku jawa dengan suku batak. Penulis melakukan
penelitian ini karena penulis ingin tahu jika masalah
perbedaan ciri khas dan persepsi antar dua suku yang bertolak
belakang ini terjadi antarpasangan pacaran maka pen-
yelesaian konfliknya akan seperti apa.
Masalah pacaran tidak bisa lepas dari dunia remaja,
karena salah satu ciri remaja yang menonjol adalah rasa
senang kepada lawan jenis disertai keinginan untuk memiliki.
Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai “Naksir” lawan
jenisnya. Dikalangan remaja, pacaran menjadi identitas yang
sangat dibanggakan. Permulaan individu menjalani hubungan
ketika mulai tumbuh dorongan ketertarikan terhadap lawan
jenis. Menurut teori perkembangan Hurlock ketertarikan
(mengenal) lawan jenis merupakan salah satu tugas per-
kembangan remaja yang menunjukkan mulai berkembangnya
hormon seksualitas (Santrock, 2003). Pacaran dilakukan
antara dua individu laki-laki dengan perempuan. Tentunya
dalam hal ini terjadi komunikasi yang sangat intens.
Komunikasi antara dua orang individu disebut komunikasi
interpersonal. Menurut Berko, Wolvin, Wolvin (1998),
komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua
individu yang berusaha membina perhubungan. Komunikasi
interpersonal boleh dibina melalui perbulanan, temu bual, dan
perbincangan kumpulan kecil. Komunikasi interpersonal
dianggap sebagai suatu proses komunikasi yang amat baik. Ia

284 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


berlaku apabila seseorang individu itu berkomunikasi dengan
menggunakan masek yang sama kepada orang yang lain pada
masa yang sama. Tujuan berkomunikasi interpersonal adalah
untuk mewujudkan identitas masing-masing. Peranan yang
dimainkan dalam hubungan ini membantu kita dalam me-
wujudkan identitas sendiri dan perwatakan yang ditonjolkan
secara umum. Maka dari itu, pastilah dalam pacaran
komunikasi sangat diperlukan. Dalam kasus ini yang akan
ditinjau adalah komunikasi dalam pacaran antarpasangan
yang berbeda suku yaitu suku Jawa dengan suku Batak.
Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa
Indonesia yang terletak di Sumatra Utara. Nama Batak
merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan
beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari
Tapanuli dan Sumatra Timur. Suku bangsa yang dikategorikan
ke dalam suku Batak yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak
Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak
Mandailing. Secara umum, suku Batak memiliki falsafah adat
Dalihan Na Tolu yakni Somba Marhula-hula (hormat
pada pihak keluarga ibu/istri) Elek Marboru (ramah pada
keluarga saudara perempuan), dan Manat Mardongan Tubu
(kompak dalam hubungan semarga). Dalam kehidupan sehari-
hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini menjadi
landasan kehidupan sosial dan bermasyarakat di lingkungan
orang Batak. Nilai keberagaman masyarakat batak utamanya
terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Talu, di mana
seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-
orang dalam satu kelompok menyebutnya sabutuha
(bersaudara). Untuk kelompok yang menerima gadis untuk
diperistri disebut Hula-Hula kelompok yang memberikan
gadis disebut Boru. Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan
pada empat prinsip yaitu (a) perbedaan tingkat umur, (b)
perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian,
dan (d) status kawin.
1. Hagabeon, nilai budaya yang bermakna harapan panjang
umur, beranak, bercucu banyak, dan yang baik-baik.

Masalah Komunikasi yang Terjadi dalam Pacaran Antarpasangan… 285


2. Hamoraan, nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada
keseimbangan aspek spiritual dan material.
3. Uhum dan ugari, nilai uhum orang Batak tercermin pada
kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari
terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
4. Pengayoman, pengayoman wajib diberikan terhadap
lingkungan masyarakat, tugas tersebut diemban oleh tiga
unsur Dalihan Na Tolu.
5. Marsisarian, Suatu nilai yang berarti saling mengerti,
menghargai, dan saling membantu.
Dalam suku batak juga khas dengan marga. Marga
adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah
(patrilineal). Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis
keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki-laki. Seorang
ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-
laki yang meneruskan marganya. Sesama satu marga dilarang
saling mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan
Na Tolu disebut Dongan Tubu. Menurut buku “Leluhur Marga
Batak”, jumlah seluruh marga Batak sebanyak 416, termasuk
marga suku Nias.
Sedangkan, suku Jawa merupakan suku terbesar yang
berada di Indonesia. Suku ini terkenal akan tata krama, lemah
lembut, dan sopan. Masyarakatnya tidak hanya berada di Jawa
saja, melainkan tersebar ke seluruh pelosok Indonesia. Hal ini
karena penduduk Pulau Jawa ikut program transmigrasi saat
pemerintahan orde baru. Nilai budaya Jawa yang me-
nunjukkan bahwa orang jawa tidak fatalistik 16 adalah adanya
anjuran untuk tetap berusaha meningkatkan taraf, harkat, dan
martabat kehidupannya dengan meningkatkan kekuasaan,
kekayaan, dan kepandaian atau ilmu yang dimilikinya.
Tujuannya adalah agar kehidupannya menjadi lebih benar,
lebih baik, lebih indah, dan lebih bijaksana, bahkan sedapat
mungkin menjadi orang yang sejahtera, berbahagia, dan
berpengaruh secara luas karena memiliki kedudukan yang
penting dalam masyarakat. Meskipun mencari harta dan
kedudukan lahiriah memang dianjurkan, namun dimensi
batiniah tetap lebih diutamakan. Orang Jawa mempunyai

286 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


kewajiban untuk menjaga kebaikan, keindahan, dan
kelestarian dunia. Kewajiban itu harus dimulai dari diri sendiri
dengan menjaga kebenaran pemikiran dan ucapan, kebaikan
perilaku, keharmonisan dan keindahan tatanan pergaulan
hidup, baik dengan sesama manusia, dengan alam semesta,
maupun dengan Tuhan. Pada bagian lain, lampiran Perda
menjelaskan: kebenaran pemikiran dan ucapan membuahkan
kejujuran, dan kejujuran membuahkan kebaikan. Terdapat
kepastian yang tak terelakkan bahwa barang siapa berbuat
baik dengan benar, niscaya dia akan tegak dan barang siapa
berbuat salah dengan cara apa pun, pasti dia akan runtuh
(wong bener jejer, wong salah sèlèh), tidak peduli apakah dia
seseorang yang berdarah biru (trahing kusuma rembesing
madu, wijining atapa, tedhaking andana warih) atau berharta
dan berkedudukan sosial tinggi (bèr bandha bèr bandhu, kajèn
kèringan), ataukah orang kecil (wong cilik) dengan status
sosial rendah (wong pidak pejarakan). Sesungguhnya, harkat
dan martabat seseorang lebih ditentukan oleh kata dan
perbuatannya (ajining dhiri saka lathi lan pakarti). Sama
halnya budaya batak, suku jawa pun juga memiliki banyak adat
dan aturan dalam budayanya. Salah satunya adat dalam
pernikahan adat Jawa terkenal dengan tradisi dan budayanya
yang unik. Hal ini karena banyak tahapan dan proses yang
harus dilalui seperti siraman, midodareni, serah-serahan,
upacara ngetik, balangan suruh, nyantri, ritual kacar-kucur,
temu penganten, ritual dhahar klimah, upacara sungkeman,
dan lain-lain.
Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian ada pasangan yang berbeda suku
yaitu suku Jawa dengan suku Batak. Hasilnya adalah sering
terjadi konflik atau masalah komunikasi di antara pasangan
tersebut. Dikarenakan perbedaan persepsi, karakter, sifat dan
ajaran orang tua. Ditemukan bahwa masalah komunikasi yang
terjadi ini perbedaan latar belakang dan karakter yang
dimiliki, jadi sering timbul kesalahpahaman di antara kedua
belah pihak. Satu pasangan yang bersuku batak yang memiliki

Masalah Komunikasi yang Terjadi dalam Pacaran Antarpasangan… 287


karakter keras dan tegas saat berbicara membuat lawan
bicaranya salah paham. Karena lawan bicaranya merupakan
orang keturunan suku Jawa yang memiliki karakteristik lemah
lembut dan sopan. Perbedaan perspektif juga sering terjadi
antara pasangan ini. Perspektif adalah sudut pandang atau
arah di mana seseorang melihat sesuatu. Orang Batak yang
cenderung keras kepala dan tidak mau kalah, selalu merasa
benar. Sementara orang suku Jawa yang terlihat lebih santai
dan sopan terkadang dilihat tidak ada keserasian pada kedua
pasangan yang sangat bertolak belakang ini. Terlebih lagi
perbedaan adat di antara mereka. Hal ini sering memicu
konflik. Tentunya dari mereka sama-sama memiliki rasa yang
kuat untuk mempertahankan budaya masing-masing. Bahkan
terkadang pun menganggap bahwa budayanya lah yang paling
baik. Dalam hal ini komunikasi jadi terhambat, karena tidak
adanya kesadaran tentang motif komunikasi, sehingga
komunikasi antara pasangan tersebut pun menjadi tidak
efektif. Adanya masalah dalam motif encoding ketika motif
pengirim tidak dikodekan oleh mereka dengan benar, ini juga
menciptakan masalah dalam membangun komunikasi yang
efektif dengan orang lain. Non-pengakuan emosi, karena emosi
adalah faktor bawaan dari manusia, itu dianggap sebagai
elemen komunikasi intrapersonal. Jika emosi kedua belah
pihak tidak diidentifikasi sebagaimana mestinya selama
komunikasi, komunikasi akan gagal. Dengan berbagai macam
perbedaan yang ada ini tentunya yang memicu banyak
masalah dalam berkomunikasi sehingga tercipta komunikasi
yang tidak efektif.
Kesimpulan
Dari hasil yang didapatkan bahwa komunikasi yang terjadi
antar pasangan suku Batak dengan suku Jawa ini terjalin tidak
efektif. Karena dapat dilihat dari karakter suku Batak yang
keras dan terkesan tidak ingin kalah ini sangat bertolak
belakang dengan karakter suku Jawa yang lemah lembut dan
sopan. Lalu dari bahasa dan gaya bicara yang berbanding
terbalik ini juga sering memicu kesalahpahaman. Karakteristik

288 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


yang dimiliki kedua individu tersebut juga tidak luput dari pola
asuh saat kecil. Di mana, biasanya orang tua batak mendidik
anaknya sedikit keras dan hal itu lah yang menjadi pemicu
sehingga terbentuklah karakter yang saat ini. Sedangkan orang
tua suku Jawa lebih lembut dan terkesan tidak kasar saat
mendidik anaknya. Namun, dari perbedaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa dari mana pun dan apapun suku kita,
tetaplah kita saling menghargai dan mengerti. Karena setiap
suku pastilah memiliki adat dan budayanya sendiri untuk
itulah kita harus saling menghargai. Nilai budaya daerah
memang bersifat khas, sifat khas pada umumnya terletak pada
tataran praktis yang konkret yang berwujud tindak-tanduk
nyata. Dibalik yang konkrit itu terkandung nilai-nilai etika
moral dan filosofi yang universal. Ungkapan jawa, sepi ing
pamrih rame ing gawe, memayu hayuning bawana ini
mengartikan nilai-nilai keserasian hidup bermasyarakat, baik
lingkungan hidup sesama manusia maupun dengan alamnya.
Prinsip ini tentu saja dapat dipakai sebagai anutan dan
tuntutan hidup bangsa.

Masalah Komunikasi yang Terjadi dalam Pacaran Antarpasangan… 289


Daftar Pustaka

Ansar, J. 2017. Budaya dan ciri khas suku batak. (Studi Analisis
Semiotika Foto Cerita Jurnalistik, 1-2.

https://www.orami.co.id/magazine/pernikahan-adat-jawa/

https://www.indonesiana.id/read/139962/4-masalah-
utama-komunikasi-interpersonal

Kompasiana. 2015. pengertian pacaran. pacaran, p. 1.

Nasrullah, R. 2018. Komunikais Antar Budaya: di Era Budaya


Siber. -: Prenada Media.

Priyanto, U. S. 2017. Revolusi Mental Dalam Perspektif Budaya


Jawa:. jurnal penelitian, 225-226.

UNIMED.2021. Kebudayaan Batak. kebudayaan batak, 1-2.

290 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Komunikasi Antarbudaya terhadap Forum
Anti Kekerasan Seksual yang Terjadi di
Indonesia (Indonesia Butuh Feminis)
Nayuda Septa Haidar

Saat ini kasus kekerasan seksual tengah menjadi perbincangan


hangat dikalangan masyarakat dan kerap terjadi terhadap
kaum perempuan khususnya di Indonesia. Kekerasan seksual
terhadap perempuan dapat dikatakan sebagai suatu tindakan
yang tidak manusiawi (Sumera, 2013). Dalam kehidupan sosial
sendiri banyak diwarnai oleh berbagai peristiwa salah satunya
kekerasan. Saat ini kita menyaksikan dengan jelas munculnya
berbagai tindak kriminalitas, kerusakan moral, pemerkosaan,
3 penganiayaan, pelecehan seksual, dan perempuanlah yang
menjadi korbannya. Bentuk kekerasan dan pelecehan seksual
dapat berupa ucapan, tulisan, simbol, isyarat dan tindakan
yang dapat mengandung adanya pemaksaan kehendak secara
sepihak oleh pelaku, kejadian ditentukan oleh motivasi pelaku,
kejadian tidak diinginkan korban, maupun yang dapat meng-
akibatkan penderitaan pada korban. Seiring berkembangnya
zaman, media sosial kini menjadi tempat atau wadah untuk
mengetahui segala jenis bentuk informasi maupun berita yang
terjadi. Salah satu dari sekian kasus lainnya ialah kasus
pelecehan seksual pada 21 santriwati perempuan yang terjadi
di Bandung oleh gurunya sendiri. Kasus ini ramai diper-
bincangkan di media sosial seperti Instagram, Twitter, dsb.
Bagaimana tidak, semua santri yang menjadi korban dari
kebejatan guru ini adalah anak di bawah umur dan merupakan
santriwatinya yang dipimpin oleh pelaku yang bernama Herry
Wirawan yang kini sudah menjadi terdakwa. Tak hanya kasus
ini, mahasiswa di Kota Malang juga mejadi korban kekerasan
fisik dan mental dengan motif menggauli pacarnya meng-
gunakan obat tidur sampai tidak sadarkan diri hingga hamil,
mengetahui hal itu pelaku memaksa pasangannya untuk
aborsi sampai korban depresi dan memilih mengakhiri

291
hidupnya dengan bunuh diri di samping kuburan ayahnya. Tak
henti-hentinya kasus kekerasan seksual kembali terjadi setiap
harinya bahkan sampai memakan korban. Dan masih banyak
lagi kasus diluar sana yang merugikan salah satu pihak
terutama peran perempuan yang terkadang dianggap lemah
oleh laki-laki sehingga dapat bersikap semaunya. Maka dari itu
tak sedikit pengguna sosial media yang mengetahui berita
kekerasan seksual yang beredar merasa geram dengan aksi
pelecehan seksual yang terjadi sehingga terciptalah komunitas
Indonesia butuh feminis, di mana ini adalah sebuah forum
akun perlawanan terhadap segala jenis bentuk kekerasan,
penindasan, suka menyentil manusia berprivilese yang tidak
sadar dan tidak empati. Feminisme sendiri adalah sebuah
gerakan yang salah satu tujuannya adalah melawan
ketertindasan wujud perlawanannya adalah melawan
patriarki.
Mengapa sih feminisme itu lekat dengan perjuangan
perempuan? Di Indonesia saat ini perempuan lekat dengan
yang namanya diskriminasi. Mulai dari tubuh dan apa yang
melekat padanya. Apapun yang dipakai perempuan, diatur
dalam budaya patriarki. Perempuan dihadapkan pada situasi
tidak bebas memilih dan penuh tekanan. Belum lagi membahas
persoalan tentang upah yang diskriminatif terhadap pekerja
perempuan, perempuan yang terkena victim blaming saat
terjadi kekerasan seksual atau objektifikasi badan perempuan
hanya karena dia perempuan. Adanya komunitas ini didasari
karena banyak nya kasus yang merugikan salah satu pihak
terutama perempuan dan berharap dengan adanya forum
akun ini banyak informasi yang dibagikan dapat bermanfaat
dan menjadi sebuah perlawanan yang diangkat ke media sosial
atas tindakan-tindakan yang kurang menyenangkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi antar
budaya forum feminis berperan penting terhadap kasus
kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi saat ini di
kehidupan maya maupun kehidupan.

292 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


A. Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya (intercultural communication)
adalah proses pertukaran pikiran antara orang-orang yang
berbeda budaya, membimbing perilaku manusia, dan mem-
batasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai ke-
lompok. Komunikasi antarbudaya mempunyai pera-
nan penting dalam segala aspek untuk menyatukan perbedaan
di setiap permasalahan yang terjadi. Komunikasi dapat ber-
guna sebagai kemampuan seseorang dalam mengatasi dan
menghadapi budaya yang berbeda.
Menurut Young Yung Kim dalam (Suranto 2010:32)
komunikasi antarbudaya menunjukkan pada suatu fenomena
komunikasi di mana para pesertanya memiliki latar belakang
budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kontak antara satu
dengan yang lainnya, baik secara langsung atau tidak langsung.
Adapun tujuan komunikasi antarbudaya lainnya
(Suranto 2010:36) adalah:
1. Memahami bagaimana perbedaan latar belakang sosial
budaya mempengaruhi praktik komunikasi.
2. Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang muncul dalam
komunikasi antarbudaya.
3. Meningkatkan keterampilan verbal dan nonverbal dalam
berkomunikasi.
4. Menjadikan kita mampu berkomunikasi efektif.
B. Feminisme
Banyak beberapa ahli dan peneliti yang mengemukakan
pendapatnya mengenai apa itu feminis. Hal ini disebabkan
karena feminisme tidak mengambil dasar konseptual dan
teoritis dari rumusan teori tunggal, karena itu definisi
feminisme selalu berubah-ubah sesuai dengan realita sosio-
kultural yang melatar belakanginya, tingkat kesadaran,
persepsi, serta tindakan yang dilakukan oleh feminis itu
sendiri. Istilah feminisme ditinjau secara etimologis berasal
dari bahasa Latin femmina yang berarti perempuan. Kata
tersebut diadopsi dan digunakan oleh berbagai bahasa di
dunia. Dalam bahasa Perancis yang digunakan kata femme

Komunikasi Antarbudaya terhadap Forum Anti Kekerasan Seksual… 293


untuk menyebut perempuan. Feminitas dan maskulinitas
dalam arti sosial (gender) dan psikologis harus dibedakan
dengan istilah male (laki-laki) dan female (perempuan) dalam
arti biologis (sex/jenis kelamin). Dalam hal ini istilah
feminisme terasa lebih dekat dengan feminin, sehingga tidak
jarang feminisme seringkali diartikan sebagai sebuah gerakan
sosial bagi kaum feminine (perempuan). Jadi, feminisme
adalah suatu bentuk gerakan kaum wanita untuk memperoleh
persamaan derajat dengan dan kebebasan dari penindasan
lelaki dan aturan-aturan yang mereka buat.
Feminisme adalah wujud pemikiran dan ekspresi yang
berbeda dari banyak wanita dan laki-laki, sebenarnya semua
memiliki tujuan yang sama untuk membangun kesetaraan
untuk wanita di semua wilayah kehidupan mereka. Namun
masih banyak orang yang keliru memahaminya karena mereka
berpikir bahwa feminis biasanya membenci laki-laki, padahal
tidak demikian.
C. Kekerasan Seksual
Menurut Winarsunu, kekerasan dan pelecehan seksual ialah
segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh kor-
bannya. Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak dan
perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau pen-
deritaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran,
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,
atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.
Kekerasan seksual didefinisikan sebagai setiap tindakan
seksual, usaha melakukan tindakan seksual, komentar atau
menyarankan untuk berperilaku seksual yang tidak disengaja
ataupun sebaliknya, tindakan pelanggaran untuk melakukan
hubungan seksual dengan paksaan kepada seseorang. (WHO,
2017) Kekerasan seksual adalah segala kegiatan yang terdiri
dari aktivitas seksual yang dilakukan secara paksa oleh orang
dewasa pada anak atau oleh anak kepada anak lainnya.
Kekerasan seksual meliputi penggunaan atau pelibatan anak

294 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


secara komersial dalam kegiatan seksual, bujukan ajakan atau
paksaan terhadap anak untuk terlibat dalam kegiatan seksual,
pelibatan anak dalam media audio visual dan pelacuran anak
(UNICEF, 2014).
Hasil dan Pembahasan
Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus
deskriptif kualitatif terhadap salah satu akun forum anti
kekerasan seksual yaitu Instagram @indonesiabutuh.feminis.
Subjek penelitian ini adalah para pengguna Instagram yang
peduli terhadap kasus pelecehan seksual khususnya kaum
perempuan. Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini
yaitu komunikasi yang terjadi antara pemilik akun Indonesia
butuh feminis dengan pengikutnya secara internal maupun
secara eksternal dan beberapa penyampaian informasi juga
pembelaan atas hak korban yang perlu keadilan. Berdasarkan
perannya, forum komunitas ini tidak menangani kasus yang
terjadi secara individu atau case by case karena yang
menangani adalah lembaga penyedia layanan, baik berbasis
masyarakat, pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat
serta Komnas perempuan yang turut memastikan korban
terpenuhi hak keadilan serta pemulihannya. Forum ini
mendukung lembaga penyedia layanan dalam melakukan
peningkatan kapasitas, koordinasi, dan mengaitkan lembaga
penyedia layanan dalam pengambilan kebijakan. Maka dari itu
penting untuk menghubungkan beberapa pemikiran untuk
menyelesaikan segala persoalan dengan komunikasi karena
komunikasi merupakan salah satu elemen penting dalam
kehidupan sosial. Komunikasi adalah sebuah proses pen-
yampaian pesan dan maksud yang menjadi tujuan kita kepada
orang lain, dari pengertian tersebut kita tahu bahwa apabila
seseorang ingin menyampaikan maksud dan pesannya kepada
orang lain, maka dengan komunikasi lah hal tersebut mampu
terlaksana.
Forum ini berisikan seluruh pengguna sosial media
terutama perempuan yang peduli dan ikut berempati terhadap
segala kasus pelecehan seksual yang terjadi dan menyebar di

Komunikasi Antarbudaya terhadap Forum Anti Kekerasan Seksual… 295


media sosial. Meskipun forum ini tidak ikut serta dalam
penyelesaian kasus secara langsung, tapi forum ini bisa
menjadi wadah untuk menerima dan mengetahui kasus atau
tindakan yang dapat merugikan kaum perempuan sehingga
pelaku mendapatkan perlakuan yang dapat dipertanggung
jawabkan atas perbuatannya. Tapi meskipun begitu, masih
sangat banyak perempuan korban kekerasan yang tidak
mampu dan tidak berani menceritakan kejadian kekerasan
yang dialaminya apalagi berani mendatangi lembaga
pelayanan untuk meminta pertolongan. Ketidakmauan dan
ketidakmampuan perempuan korban kekerasan ini lebih
banyak disebabkan karena adanya stigma yang berkembang di
masyarakat bahwa perempuan korban kekerasan justru
dianggap sebagai pihak yang bersalah, “Perempuan penggoda”
atau tidak memiliki akhlak yang baik dan menurut masyarakat
karena hal itulah sudah sepantasnya perempuan tersebut
mendapat tindakan kekerasan seperti yang dialaminya. Maka
oleh sebab itu, diperlukan tingkat kesadaran yang lebih lagi
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan mengenai
feminisme ini. Sebenarnya feminisme bukan sebuah tindakan
yang tabu, namun memang memerlukan waktu yang panjang
agar orang-orang bisa memahami makna feminisme itu
sendiri. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan demi
mengurangi kekerasan verbal maupun nonverbal bagi kaum
wanita adalah menghapuskan segala bentuk kekerasan verbal
maupun nonverbal terhadap perempuan, perdagangan orang
dan eksploitasi seksual, serta berbagai jenis eksploitasi
lainnya.
Komunitas anti kekerasan sosial (Indonesia butuh
feminis) juga membagikan informasi penting dari akunnya
salah satunya membagikan nomor hotline jika merasa
terancam kekerasan atau mendapat perlakuan anarkis,
patriarki dan perlakuan kurang menyenangkan atas dirinya.
Selain itu juga memberikan peringatan (warning) untuk selalu
berhati-hati terhadap pemberitaan kasus dan menyelipkan
edukasi melalui media sosial milik Indonesia butuh feminis
untuk disampaikan kepada publik.

296 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Informasi dan pembahasan yang dikemukakan oleh
pemilik akun forum ini pun tidak ada unsur sarkas dan tidak
sembarang menyebarkan informasi yang tidak ada kebe-
narannya. Semua hal yang dipublikasi atas dasar prinsip dan
sebuah pembelaan atas tindakan kasus apapun yang
merugikan korban. Meskipun yang dialami korban merupakan
orang lain, forum ini diadakan atas dasar rasa peduli
masyarakat terhadap korban dan berharap ada keadilan agar
tidak terjadi hal yang sama di masa yang akan mendatang serta
mengangkat derajat kaum perempuan agar tidak dipandang
lemah dan tidak bisa diperlakukan seenaknya oleh para
oknum yang tidak bertanggung jawab. Beberapa postingan
informasi yang disampaikan oleh akun Indonesia butuh
feminis di antaranya ialah:
1. Pentingnya Rancangan Undang-Undang Penghapusan
Kekerasan Seksual.
2. UU RI No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
3. LGBT.
4. Rancangan Undang-Undang Ketahanan Keluarga.
5. Kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan, dsb.
Kesimpulan
Perempuan Indonesia kini berada dalam suatu era transisi
kebudayaan, ia memiliki peran ganda yang tidak ringan. Ia
harus dapat berhati-hati menentukan posisi dan perannya,
hingga dalam melakukan kegiatannya hendaknya tidak
menjadi korban berbagai kepentingan individu maupun
kelompok, swasta maupun birokrat. Harus selalu berada
dalam koridor etis dan moralis, berikanlah perlindungan
hukum yang layak padanya. Karena perempuan Indonesia
akan memberi kontribusi yang penting terhadap kese-
jahteraan keluarga, bangsa, negara dan agamanya. Dengan
adanya forum anti kekerasan seksual ini diharapkan seluruh
wanita khususnya di Indonesia mampu melawan dan
memperjuangkan hak nya tanpa rasa takut, tertekan dan
terancam oleh sesuatu. Tak hanya itu forum ini pun bisa
menjadi wadah perlawanan dan pembelaan terhadap kasus

Komunikasi Antarbudaya terhadap Forum Anti Kekerasan Seksual… 297


kekerasan yang terjadi sehingga semua orang berhak ikut
serta membela dan memperjuangkan keadilan atas sesuatu hal
buruk yang terjadi pada seseorang.

Daftar Pustaka

Hastanti Widy Nugroho. 2004. Diskriminasi Gender (Potret


Perempuan dalam Hegemoni Laki-laki) Suatu Tinjauan
Filsafat Moral. Yogyakarta: Hanggar Kreator.

Muhammad, Arni. 2017. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi


Aksara Odelia.

Kinanti. 2017. Alur Komunikasi Organisasi Komisi Anti


Kekerasan Terhadap Perempuan: Studi Kasus Sub
Komisi Partisipasi Masyarakat. https://kc.umn.ac.
id/5306/, diunduh tanggal 1 Oktober 2020.

Sumera, Marcheyla. 2013. Perbuatan Kekerasan/Pelecehan


Seksual Terhadap Perempuan. Lex et Societatis Vol. 1
No.2. EJournal Online. Melalui, [6/12/17]

Yunahar Ilyas. 1997. Feminisme Dalam Kajian Tafsir Al-Qur’an


Klasik Dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

298 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pengaruh Media Digital pada Kebiasaan
Anak-anak dalam Bersosialisasi
Antarbudaya di Era Revolusi 4.0
Muhammad Rifky Akbar Ramadhan

Pada era revolusi 4.0 ini teknologi sudah sangat berkembang


pesat, dan dengan berkembangnya teknologi maka para
penggunanya diharuskan menyesuaikan diri dengan budaya
yang berada pada media digital. Karena apabila seseorang
sudah menggunakan media digital maka dirinya akan ter-
hubung dengan seluruh dunia. Yang di mana semua budaya
yang ada di dunia menyatu pada sebuah teknologi media
digital. Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu
Google Form.
Perkembangan teknologi informasi telah menunjukkan
kemajuan sangat cepat. Kemajuan itu telah menyebabkan
manusia lebih mudah untuk berhubungan satu sama lain.
Informasi dan peristiwa yang terjadi berbagai belahan dunia
dengan cepat dapat diketahui oleh manusia di benua lain.
Suatu informasi atau pesan yang disampaikan komunikator
kepada komunikan akan komunikatif apabila terjadi proses
psikologis yang sama antara insan-insan yang terlibat dalam
proses tersebut. Dengan perkataan lain, informasi yang
disampaikan komunikator kepada komunikan adalah situasi
komunikatif seperti itu akan terjadi bila terdapat etos pada diri
komunikator.
Perilaku merupakan sebuah tindakan yang di dalamnya
membutuhkan berbagai tindakan dan juga aktivitas manusia.
Di mana cakupan pengertiannya pun sangat luas, dalam hal ini
akan berkaitan dengan cara seseorang tertawa, bekerja dan
juga berjalan. Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi
dari interaksi antara person atau individu dengan ling-
kungannya. Dari adanya uraian yang telah dijelaskan pun
dapat disimpulkan adanya perilaku kehidupan manusia akan
berkaitan dengan aktivitas manusia itu sendiri. Beberapa ahli

299
membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain
yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar
dengan istilah knowledge, attitude, practice.
Pada era digital seperti ini, manusia secara umum
memiliki gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan dari
perangkat yang serba elektronik. Teknologi menjadi alat yang
mampu membantu sebagian besar kebutuhan manusia. Era
digital telah membawa berbagai perubahan yang baik sebagai
dampak positif yang bisa gunakan sebaik-baiknya. Namun,
dalam waktu yang bersamaan, era digital juga membawa efek
baik dan tidak baik, sehingga menjadi tantangan baru dalam
kehidupan manusia di era digital ini.
Melihat perkembangan zaman sekarang banyak anak-
anak yang menggunakan teknologi untuk hiburan dan kurang
memiliki moral serta sosial yang kurang baik di masyarakat.
Terlebih, banyak juga kasus tentang cyberbullying yang terjadi
pada media digital. Kebanyakan dari pelaku dan korban adalah
anak-anak yang masih di bawah umur untuk menggunakan
media digital. Maka dari itu, dilakukan penelitian ini untuk
mencari tahu pengaruh dari media digital bagi anak-anak
dalam bersosialisasi antar budaya.
Hasil dan Pembahasan
Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu dengan
menggunakan Google Form sebagai wadah untuk melihat dari
pendapat masyarakat terhadap apa itu kejahatan dan apakah
kejahatan hanya terjadi pada pelaku yang berperilaku jahat.
Google Form ini disebar pada tanggal 14 Desember 2021 dan
mendapatkan 14 responden. Dalam Google Form, saya
menyediakan 8 pertanyaan mendasar mengenai kejahatan,
seperti di bawah ini:

300 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pertanyaan 1

Pertanyaan 1 diajukan dengan tujuan untuk mencari


tahu, berapa rata-rata umur adik dari responden. Yang
kemudian akan Kembali diajukan pertanyaan apakah dengan
usia yang masih di bawah umur tersebut mereka sudah
menggunakan gadget atau belum.

Pertanyaan 2

Pertanyaan 2 ini merupakan lanjutan dari pertanyaan


sebelumnya, yang memiliki tujuan untuk mencari tahu rata-

Pengaruh Media Digital pada Kebiasaan Anak-Anak dalam Bersosialisasi… 301


rata dari anak usia di bawah umur sudah memiliki gadget atau
belum. Dan rata-rata dari jawaban responden menjawab “Ya”
yang di mana itu menandakan banyak dari anak-anak usia di
bawah umur yang sudah menggunakan gadget.

Pertanyaan 3

Kemudian pertanyaan 3 diajukan untuk mencari tahu,


apakah anak-anak usia di bawah umur yang sudah memiliki
gadget pun sudah bermain media digital. Dan rata-rata
jawaban dari responden ialah “Ya”. Itu menunjukkan Kembali
bahwasanya anak-anak usia di bawah umur sudah mulai
memasuki dunia media digital, yang di mana itu merupakan
tempat bagi seluruh pengguna nya membagikan segalanya di
dalamnya. Baik dari budaya, politik, seni, dan cerita pribadi.

302 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pertanyaan 4

Pada pertanyaan 4 saya mengajukan pertanyaan


mengenai perilaku yang dimiliki oleh pengguna di bawah
umur, apakah sudah cukup baik atau belum. Dan rata-rata dari
jawaban responden adalah “Ya”. Itu menunjukkan pertanda
baik bagi media digital, karena rata-rata dari anak usia di
bawah umur sudah memiliki bekal perilaku baik dalam
menggunakan media digital. Tetapi, tidak sedikit juga yang
menjawab “Tidak”. Itu pun menunjukkan kembali bahwa
masih tetap ada saja anak usia di bawah umur yang perilaku
nya belum cukup baik untuk menggunakan media digital.
Apalagi dengan media digital yang sudah mengharuskan para
pengguna nya untuk memiliki perilaku yang baik, agar dapat
bersosialisasi antar budaya dengan baik dari sesama pengguna
media digital. Karena jangkauan dari media digital adalah
seluruh dunia.

Pengaruh Media Digital pada Kebiasaan Anak-Anak dalam Bersosialisasi… 303


Pertanyaan 5

Pertanyaan 5 diajukan untuk mencari tahu, apakah


responden mengetahui perubahan yang terjadi pada saudara/i
nya baik yang positif ataupun negatif. Dan rata-rata jawaban
dari responden adalah “Ya”. Itu menunjukkan bahwa banyak
dari responden yang memantau atau memperhatikan tingkah
laku dan pola pikir yang dimiliki oleh saudara/i-nya. Sehingga
mereka menyadari ada perubahan yang terjadi pada
saudara/i-nya setelah mereka menggunakan media digital.

Pertanyaan 6

304 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Kemudian pertanyaan 6 diajukan untuk mengetahui
lebih lanjut dari jawaban responden pada pertanyaan
sebelumnya, apakah mereka benar-benar mengetahui dan
perubahan apa saja yang terjadi pada saudara/i mereka. Dan
rata-rata dari responden menjawab perubahan positif, dengan
contoh menambah wawasan dari informasi-informasi yang
dapat diakses dengan mudah.

Pertanyaan 7

Kemudian pada pertanyaan 7 responden ditanyakan


mengenai pemberian edukasi tentang menggunakan media
digital pada saudara/i mereka. Dan rata-rata jawaban dari
responden adalah “Ya”. Itu merupakan respon positif, karena
para responden peduli akan pengetahuan atau dasar yang
harus dimiliki apabila seseorang hendak menggunakan media
digital. Terlebih, usia dari pengguna nya masih di bawah umur.
Dan mereka akan berhadapan dengan orang dari seluruh
dunia, dan lambat laun akan mengharuskan mereka ber-
sosialisasi antarbudaya dengan pengguna lain.

Pengaruh Media Digital pada Kebiasaan Anak-Anak dalam Bersosialisasi… 305


Pertanyaan 8

Pertanyaan terakhir ini diajukan untuk mencari tahu,


apakah responden pengaruh yang diterima oleh saudara/i-nya
dari media digital. Dan rata-rata dari jawaban responden
adalah pengaruh positif. Contohnya adalah tontonan kreatif
dan informasi lainnya yang membuat pengguna menambah
wawasan. Tetapi, ada juga yang menjawab negatif. Contohnya
adalah tontonan yang menggunakan bahasa kasar dan
tontonan dewasa, yang di mana itu sudah sangat tidak pantas
untuk diperlihatkan pada anak usia di bawah umur. Karena
akan membuat mereka meniru apapun yang mereka lihat atau
baca. Dan membuat mereka menjadi kurang sopan dengan
orang yang umur nya di atas mereka. Terlebih apabila mereka
bersosialisasi dengan orang yang berbeda budaya. Dengan
begitu ini menjelaskan bahwa anak di bawah umur masih
harus tetap berada di bawah pengawasan orang tua nya atau
orang yang sudah cukup dewasa untuk memberikan
pengawasan dan bimbingan mengenai penggunaan media
digital.

306 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil-hasil yang didapat berdasarkan
penelitian kualitatif melalui Google Form menunjukkan bahwa
walaupun anak usia di bawah umur sudah menggunakan
media digital dan mempunyai dasar yang baik untuk meng-
gunakannya. Tetap saja mereka harus berada dalam pen-
gawasan orang tua, dan apabila sudah dalam pengawasan
orang tua pun tidak berpengaruh.
Maka dari itu, pendidikan karakter sangat diperlukan
untuk membentuk generasi yang berkualitas dengan me-
numbuhkan rasa sikap yang bertanggungjawab dalam meng-
gunakan perkembangan teknologi di era digital. Pendidikan
karakter juga dapat membuat perkembangan dimensi pada
anak secara kognitif, fisik, sosial-emosional, kreativitas, dan
spiritual secara optimal. Sehingga para pengguna di bawah
umur bisa pandai menyikapi dan menghargai ketika sedang
bersosialisasi dengan orang yang berbeda budaya atau
bersosialisasi antar budaya. Dan itu akan mengurangi masalah
toxic dan menambah sikap saling menghargai pada dunia
media digital.

Pengaruh Media Digital pada Kebiasaan Anak-Anak dalam Bersosialisasi… 307


Daftar Pustaka

Ejournal.unsrat.ac.id. 2021. [online] Available at: https://


ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/download
/29464/28584 [Accessed 16 December 2021].

Media.neliti.com. 2021. [online] Available at: https://


media.neliti.com/media/publications/76444-ID-peran-
teknologi-informasi-dalam-komunika.pdf [Accessed 16
December 2021].

Media.neliti.com. 2021. [online] Available at: https://


media.neliti.com/media/publications/76444-ID-peran-
teknologi-informasi-dalam-komunika.pdf [Accessed 16
December 2021].

308 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pengetahuan Tanggapan Mahasiswa
Telkom University terhadap LGBT
(Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender)
terhadap Media Digital
Devina Dhea Pabundu

Kehidupan masyarakat Indonesia selama ini hanya mengenal


dua kategori gender, yaitu laki-laki dan perempuan. Keduanya
dibangun di posisi masing-masing dan tidak ada yang harus
bertukar. Teori homoseksualitas dibagi menjadi dua ke-
lompok, yaitu essensialisme dan konstruksionis. Esensialisme
menyatakan bahwa homoseksual dan heteroseksual berbeda
dari kelahiran. Kontra ini mengatakan perbedaan terjadi
karena pertumbuhan biologis dan perkembangan abnormal.
Konstruksionis berpendapat bahwa perbedaan dalam per-
kembangan homoseksual adalah tentang budaya dan waktu
dan tidak berbeda secara lahiriah (Santrock, 2002).
Komunikasi pada dasarnya adalah sesuatu yang manusia
tidak dapat lakukan, dan mengacu pada itu, komunikasi antara
manusia dan manusia lain disebut interpersonal com-
munication. Ini juga mencakup nilai-nilai konsep diri. Konsep
diri adalah konsep tentang individu itu sendiri yang mencakup
bagaimana seseorang memandang, berpikir dan menilai
dirinya sendiri sehingga tindakannya sesuai dengan konsep
dirinya sendiri (Brooks, di Rachmat, 2004). Konsep diri setiap
manusia tentu berbeda, dan dari perbedaan konsep diri,
perspektif yang berbeda akan terbentuk antara manusia.
Dalam penelitian ini kami mengambil populasi dan
sampel mahasiswa Telkom University. Students adalah bagian
dari masyarakat dan memiliki pemikiran kritis terhadap
fenomena sosial. Dapat dikatakan bahwa ada beberapa hal
yang mempengaruhi fenomena ini dan juga dipengaruhi oleh
fenomena ini. Fenomena ini juga dapat dipelajari dari berbagai
perspektif. Misalnya, dari perspektif teori komunikasi

309
interpersonal, teori konsep diri, dan juga teori perspectivism.
Siswa juga disebut sebagai agen perubahan, yang berarti siswa
adalah agen perubahan, sehingga mereka dapat men-
cerminkan masa depan padatitudes dan tindakan terhadap
LGBT. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk
mengungkapkan tanggapan dan pengetahuan siswa tentang
LGBT.
Pengetahuan
Mengetahui adalah salah satu proses dan pengetahuan
manusia yang paling penting adalah hasilnya. Yang berarti
bahwa pengetahuan dan pengetahuan telah menjadi subjek
permintaan manusia dari zaman kuno. Menurut Bolisani dan
Bratinau dalam jurnal mereka "The Elusive Definition of
Knowledge" (2018), pengetahuan tidak diciptakan apriori dan
tidak bawaan dalam bentuk deterministik. Ini dibuat melalui
antarmuka sensorik kita dengan dunia nyata, dan akhirnya
diproses oleh pikiran kita. John Locke melanjutkan bahwa
pendekatan menekankan bahwa objek memang ada di dunia
luar dan bahwa persepsi sensorik kita adalah sumber
pengetahuan kita yang paling penting.
Lorens Bagus pada "Kamus Filsafat" (2000) menjelaskan
bahwa definisi pengetahuan adalah proses kehidupan yang
dikenal manusia straight dari kesadarannya sendiri. Menurut
kamus Cambridge, secara terminologis, pengetahuan adalah
pemahaman atau informasi tentang subjek yang Anda
dapatkan dengan pengalaman atau studi, baik yang dikenal
oleh satu person atau oleh orang-orang pada umumnya.
Meringkas penjelasan di atas, definisi pengetahuan yang
sering diadopsi adalah "Keyakinan sejati yang dibenarkan"
(Nonaka dan Takeuchi, 1995; hal.87).
Kursus Pengetahuan
Mohammad Abid pada "Filsafat Ilmu" (2011) berpendapat
bahwa ada enam sumber pengetahuan, yaitu (i) pengalaman
indra; (ii) alasan, (iii) otoritas, (iv) intuition; (v) wahyu, dan
(vi) keyakinan.

310 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Rasakan indra. Sensasi adalah alat yang paling penting
dalam memperoleh pengetahuan. Karena dalam kehidupan
manusia, sensasi adalah satu-satunya cara untuk menyerap
semua benda yang ada di luar manusia.
Otoritas adalah kekuatan sah yang dimiliki oleh
seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas adalah salah
satu sumber pengetahuan karena kelompok memiliki pen-
getahuan. Karena seseorang yang memiliki otoritas dalam
pengetahuan. Jadi, kesimpulannya adalah bahwa pengetahuan
karena otoritas terjadi melalui otoritas seseorang sehingga
orang lain memiliki pengetahuan.
Hasil dan Pembahasan
Informasi Umum tentang Responden
Dalam penelitian ini, 100 responden dikumpulkan dari jumlah
kuesioner yang didistribusikan. Responden dalam penelitian
ini adalah mahasiswa aktif Telkom University. Berdasarkan
distribusi karakteristik responden dapat diperoleh, which
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan asal
fakultas di Telkom University.
1. Jenis Kelamin

Gambar 3.1
Berdasarkan Gambar 3.1, dapat dilihat bahwa dari
total 100 responden, 59 responden (59%) adalah wanita,
40 responden (40%) adalah pria, dan satu responden (1%)
memilih untuk tidak menjawab. Dapat disimpulkan bahwa
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dalam

Pengetahuan Tanggapan Mahasiswa Telkom University terhadap LGBT… 311


penelitian ini didominasi oleh responden perempuan. Ini
membuktikan bahwa ada lebih banyak siswa perempuan
yang mengisi kuesioner ini.
2. Usia

Gambar 3.2
Dalam penelitian ini, responden target kami adalah
mahasiswa Telkom University yang aktif. Rentang usianya
hanya 17- 25 tahun. Berdasarkan gambar 3.2, dapat dilihat
bahwa dari total 100 responden, 45 responden (45%)
berusia 20 tahun, 25 tanggungjawab (25%) berusia 19
tahun, sepuluh responden (10%) berusia 18 tahun, delapan
responden (8%) berusia 21 tahun, tujuh responden (7%)
berusia 22 tahun, empat responden (4%) berusia 24 tahun,
dan satu responden (1%) berusia 17 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden yang mengisi
kuesioner ini paling banyak berusia 20 tahun.

312 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


3. Fakultas Asal

Gambar 3.3
Telkom University memiliki tujuh fakultas, yaitu
Fakultas Teknik Elektro (FTE), Teknik Industri (FRI),
Komputasi (FI), Ekonomi &Bisnis (FEB), Komunikasi
&Bisnis (FKB), Industri Kreatif (FIK), dan Ilmu Terapan
(FIT).
Berdasarkan asal fakultas di Telkom University
dilihat dari angka 3,3, diketahui bahwa 57 responden (57%)
dari FKB, 13 responden (13%) dari FEB, sembilan
responden (9%) dari FIK, delapan responden (8%) dari
FRI, enam responden (6%) dari FIT, tiga responden (3%)
dari FTE, empat responden (4%) dari FI. Dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden yang mengisi kuesioner
didominasi oleh responden dari fakultas komunikasi dan
bisnis.
4. Pengetahuan Mahasiswa Telkom University tentang
LGBT
Dalam hal ini, pengetahuan tentang LGBT bertindak sebagai
sumber pengetahuan di mana ada kemampuan manusia
untuk menghasilkan pernyataan dalam bentuk pen-
getahuan. Untuk pengetahuan mahasiswa Telkom tentang
LGBT. Dari pertanyaan yang telah dijawab oleh responden
mengenai form yang kami sebarkan, dapat dilihat dari
tanggapan 100 responden, hingga formulir yang telah kami

Pengetahuan Tanggapan Mahasiswa Telkom University terhadap LGBT… 313


distribusikan, dapat dilihat bahwa mahasiswa Telkom
University sudah tidak asing lagi dengan istilah tentang
LGBT dan memahami informasi dan isu-isu mengenai
LGBT.

Gambar 3.4
Berdasarkan hasil tanggapan 100 responden ter-
hadap formulir yang kami distribusikan terkait isu dari
LGBT, 65 tanggapan dari 100 responden menyatakan bahwa
mereka sangat akrab dengan istilah LGBT. dan 1 tanggapan
dari 100 respondents menjawab bahwa mereka tidak akrab
dengan isu-isu mengenai LGBT.

Gambar 3.5
Berdasarkan hasil tanggapan dari 100 responden
terhadap formulir yang kami distribusikan, tentang
kekhususan masalah LGBT 45 tanggapan dari 100
responden menyatakan bahwa mereka memahami masalah
LGBT, dan 5 tanggapan dari 100 responden menjawab
bahwa mereka tidak memahami masalah LGBT.

314 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Gambar 3.6
Berdasarkan hasil tanggapan 100 responden ter-
hadap formulir yang kami distribusikan, 41 tanggapan dari
100 responden menjawab mendapat informasi dan isu
tentang LGBT dari lingkungannya dan 10 tanggapan dari
100 responden menjawab, tidak mendapatkan informasi
dan isu tentang LGBT dari lingkungannya.

Gambar 3.7
Berdasarkan hasil tanggapan 100 responden ter-
hadap formulir yang kami distribusikan, 51 tanggapan dari
100 responden menjawab mendapatkan informasi dan isu
tentang LGBT dari internet, dan 1 tanggapan dari 100
responden menjawab, tidak mendapatkan informasi dan
isu tentang LGBT dari internet dan media massa.
Respons Mahasiswa Telkom University terhadap LGBT
Untuk bagian dari tanggapan siswa terhadap LGBT, kami
menyusun empat pernyataan.
Pernyataan ini didasarkan pada klasifikasi tanggapan
fungsi utama dari Kartini Kartono, di mana respon fungsi

Pengetahuan Tanggapan Mahasiswa Telkom University terhadap LGBT… 315


utama adalah respon yang memiliki efek pada kehidupan
psikologis (berpikir, perasaan, dan pengakuan). Oleh karena
itu, kami menyusun pernyataan yang mampu membuat kami
memeriksa tanggapan responden dari sudut pandang pikiran,
perasaan, dan pengakuan mereka.

Gambar 3.8
Pernyataan pertama adalah "Saya tidak keberatan
berteman dengan Lesbian/Gay/Biseksual/Transgender".
Sebanyak 29 responden sangat setuju, 35 responden setuju, 18
responden tidak setuju, dan 18 lainnya sangat setuju. Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden (64) tidak keberatan
berteman dengan orang LGBT.

Gambar 3.9
Pernyataan kedua adalah "Saya memilih untuk tidak
bergaul dengan teman-teman Lesbian/Gay/Biseksual/
Transgender karena dapat mempengaruhi orientasi seksual
saya". 15 responden sangat setuju, 19 responden setuju, 35
tidak setuju, dan 31 sangat tidak setuju. Dari data tersebut,
mayoritas responden (66) masih memilih menjadi teman dan
orang LGBT karena Mereka tidak merasa bahwa ini akan

316 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


mempengaruhi orientasi seksual mereka. Pernyataan ini
tumpang tindih dengan pernyataan pertama, dan hasilnya
relatif mirip.

Gambar 3.10
Pernyataan ketiga adalah "Saya tidak merasa terganggu
ketika saya melihat pria yang terlihat seperti wanita atau
wanita yang terlihat seperti pria di sekitar saya". 24 responden
sangat setuju, 43 responden setuju, 16 responden tidak setuju,
17 responden sangat tidak setuju. Dari data ini, mayoritas
responden merasa bahwa itu tidak disturbed ketika mereka
melihat pria tampak seperti wanita atau wanita yang terlihat
seperti pria di sekitar mereka.

Gambar 3.11
Pernyataan terakhir adalah "Menurut pendapat saya,
pasangan Lesbian/Gay/Biseksual/Transgender seharusnya
tidak malu untuk mengungkapkan hubungan mereka di depan
umum, selama itu tidak membahayakan orang lain." Sebanyak

Pengetahuan Tanggapan Mahasiswa Telkom University terhadap LGBT… 317


14 responden sangat setuju, 35 responden setuju, 27
responden.
Kesimpulan
Hasil dari penelitian kami tentang "Pengetahuan dan Respons
Mahasiswa Telkom University tentang LGBT (Lesbian, Gay,
Biseksual, Transgender)" dari pendalaman materi mengenai
teori komunikasi interpersonal, teori konsep diri, dan teori
perspektif, serta hasil kuesioner yang telah disebarluaskan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
sudah cukup tahu tentang LGBT, dan dari pengetahuan itu
tanggapan yang dihasilkan adalah mixed. Sebagian besar
berasumsi bahwa mereka masih bisa berteman baik dengan
orang LGBT, dan juga tidak menyalahkan penampilan seorang
wanita yang terlihat seperti pria atau sebaliknya. Dan sebagian
besar responden berpikir bahwa pasangan Lesbian/Gay/
Biseksual/Transgender seharusnya tidak malu untuk meng-
ungkapkan hubungan mereka di depan umum, selama itu tidak
membahayakan orang lain.
Mengacu pada teori konsep diri, dapat dibuktikan bahwa
bagaimana seseorang memproyeksikan dirinya sendiri dapat
mempengaruhi cara mereka menanggapi sesuatu, dalam hal ini
pandangan mereka tentang diri mereka sendiri, dan harapan
mereka di masa depan. Menurut teori perspektif Nietzsche,
karena responden berasal dari latar belakang yang berbeda,
hal-hal seperti budaya, agama, konteks, dan lingkungan
memiliki pengaruh pada apa yang kita yakini yang kemudian
mempengaruhi cara mereka merespons.
Berdasarkan kedua teori ini, kita dapat mengetahui
bahwa ada banyak faktor yang tidak membentuk realitas
seseorang dan bagaimana mereka menanggapinya, dengan
kata lain; tidak ada tujuan metafisik, kita berangkat dari
lingkungan, budaya, dan pendidikan yang berbeda. Oleh
karena itu, dengan respon dan pengetahuan mahasiswa
Telkom University tentang LGBT, perlu menambah wawasan
lebih lanjut tentang LGBT karena masih dibayangi oleh banyak
kesalahan persepsi tentang perilaku LGBT, yang

318 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


mengakibatkan stereotip buruk dan stigmatisasi orang LGBT.
Hal ini dapat dicegah dengan memahami orang lain melalui
kacamata mereka, yang pada akhirnya akan membentuk untuk
menjadi komunikator yang lebih baik, terutama ketika datang
ke komunikasi interpersonal

Daftar Pustaka

Abid, M. 2011. Filsafat Ilmu (2nd ed.). Pustaka Pelajar.

Abigail, S. 2012. GWL-INA: Pembentukan Ork Netw


NasionalPria Gay, Transgender dan UMKM di Indonesia
HIV Australia 10: 2, halaman 43.

Afiana, N. E., Wulan, R. R., & Malau, R. M. U. (2016). Konsep Diri


Remaja Penderita Skoliosis (studi Fenomenologi
Masyarakat Skoliosis Indonesia Di Kota Bandung).
https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0,5
&cluster=530567417835 538814 5

Akbar, M. 2016. Menelisik Perjalanan LGBT di Indonesia.


Republika.Co.Id.
https://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-
warga/wacana/16/01/28/o1n41d336-m
enelisikperjalanan-lgbt-di-indonesia- part1.

Bolisani, E., & Bratianu, C. (2018). Definisi yang sulit dipahami


dari knowledge. 10.1007/978-3-319-60656_1

Definisi dan Pengertian Tanggapan serta Macam-Macam


Tanggapan. (n.d.). Retrieved December 2, 2020, from
http://www.definisi-
pengertian.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-
tanggapan-sert a.html

Devito. 2013. Interpersonal Communication (14th ed.).


Pearson.

Pengetahuan Tanggapan Mahasiswa Telkom University terhadap LGBT… 319


Lorens, B. 2000. Kamus Filsafat. Gramedia Pustaka Utama.

M, Y., & Amirzan. 2019. Tanggapan Siswa Terhadap Manfaat


Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Dalam
Pengembangan Prestasi Dan Potensi Diri. Jurnal Sosial
Humaniora, 2, 81.

Mulyana, D. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.

Nonaka, I., & Takeuchi, H. 1995. Perusahaan yang menciptakan


pengetahuan: Bagaimana perusahaan Jepang
menciptakan dinamikainovasi. Oxford University Press.

Oktavia, D. (2018). Pengetahuan, Tanggapan Dan Sikap


Mahasiswa Terhadap Fenomena LGBT Paska Penolakan
Isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) Di Ranah
Publik. Universitas Lampung.

Salija, Muhayyang, & Rasyid. 2018. Interpersonal


Communication: A Social Harmony Approach (2nd ed.).
Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Sandywell. Kamus Wacana Visual: Leksikon Dialektis Istilah,


Routledge. Stanford Edu. Friedrich Nietzsche.
https://plato.stanford.edu/entries/nietzsche/#PersWe
hrle, & Fasbender. (2018) Konsep diri. https://
www.researchgate.net/publication/330114362_Self-
concept.

320 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Komunikasi Media Antarbudaya:
Komunikasi Antarnegara Melalui Aplikasi
Twitter
Irfan Azis Fahrudin

Komunikasi adalah salah satu persyaratan penting manusia.


Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri. Sebagian motivasi di balik mengapa orang mem-
butuhkan komunikasi Dengan orang yang berbeda dikatakan
oleh Harold D. Lasswell dalam buku Hafied Cangara bahwa
antara lain, orang perlu mengendalikan iklim melalui data
yang berbeda yang didapat dari interaksi korespondensi
dalam iklim. Penjelasan lain orang membutuhkan surat
menyurat adalah agar orang dapat menyesuaikan diri dengan
keadaannya saat ini (Cangara, 2008: 2).
Dalam interaksi surat menyurat diperlukan media
sebagai saluran untuk menyampaikan pesan. Khususnya
dalam latihan korespondensi massal, media adalah salah satu
komponen penting yang diperlengkapi untuk mempengaruhi
hubungan dan latihan manusia. Sebelumnya, seperti yang
ditunjukkan oleh Straubhaar, LaRose dan Davenport, ketika
menyinggung media yang tersirat membahas komunikasi luas
seperti radio, TV, film, dan surat kabar, dengan kemajuan
mekanis saat ini media juga dapat berarti media baru yang
diidentifikasi dengan pemanfaatan inovasi media intuitif
seperti web (Straubhaar dkk, 2010:21). Hal yang hampir sama
persis dikatakan oleh Marshall Mcluhan dalam buku Apriadi
Tamburaka bahwa inovasi komunikasi mengambil bagian
yang signifikan dalam membawa perubahan dari pemanfaatan
media konvensional ke media elektronik (Tambaruka, 2013:
71).
Internet membawa perubahan yang amat dahsyat. Hal
ini dikatakan oleh Cutlip, Center, dan Broom yang
mengungkapkan bahwa perubahan komunikasi yang sangat
luas dan mendalam disebabkan kehadiran internet (Cutlip et

321
al., 2009: 287). Sementara di tempat lain Rob Brown
mengatakan bahwa internet telah membawa manusia modern
kedalam suatu proses komunikasi yang lebih berarti
dibandingkan dengan media lainnya (Brown, 2009:1). Padahal
penggunaan internet saat ini hampir mendominasi hampir
seluruh kegiatan manusia. Manusia tidak hanya mencari
informasi dari internet akan tetapi juga memperlakukannya
sebagai sebuah media komunikasi. Hal tersebut menguatkan
pendapat Mc Luhan tentang global village yaitu setiap manusia
di dunia ini dapat terhubung dan berkomunikasi tanpa
halangan waktu maupun jarak karena tergabung dalam suatu
komunitas maya (Tamburaka, 2013:75).
Perkembangan teknologi internet dan mobile phone
diiringi pula dengan pertumbuhan media sosial yang semakin
pesat. Dengan munculnya beragam media sosial, maka para
pengguna internet semakin dimudahkan untuk saling
berkomunikasi. Pada tahun 2004, media sosial Facebook yang
muncul langsung diikuti fenomena bergabungnya berjuta juta
orang dari berbagai belahan bumi ke dalam jejaring sosial
tersebut. Besarnya minat orang untuk menggunakan Facebook
member peluang bagi penyedia layanan situs internet untuk
mengembangkan media sosial lainnya, masing-masing
memiliki keunggulannya masing-masing yang menarik per-
hatian pengguna internet. Salah satu media sosial tersebut
adalah Twitter.
Twitter merupakan aplikasi jejaring sosial yang
memberikan layanan komunikasi untuk menghubungkan
teman, keluarga, maupun sesama penggunanya. Ke-
terhubungan para pengguna Twitter didukung oleh fitur
layanan microblogging, yang memungkinkan pengguna untuk
mengunggah pesan singkat yang dibatasi maksimal 140
karakter, baik dalam bentuk teks, foto, video, maupun audio.
Media sosial baru membuat proses komunikasi berjalan lebih
cepat dan mudah (Sari, 2018). Dari proses-proses komunikasi
yang dilakukan oleh setiap individu tersebut akan mem-
pengaruhi dan dipengaruhi oleh individu yang lainnya dalam

322 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


konteks pertukaran makna pada lambang-lambang simbolik
(Pernandi, 2018).
Perkembangan informasi teknologi memberikan
kontribusi baik dalam bidang komunikasi, media internet dan
menjamurnya media social Facebook, Twitter, BBM
(Blackberry Messenger) harusnya bisa membawa perubahan
dalam komunikasi antarbudaya dan komunikasi lintas budaya.
Contoh misalnya satu pengguna akun twitter misalnya
memiliki followers lebih dari 800 dengan latar belakang yang
beragam, dan 30% dari itu setidaknya berasal dari bahasa
berbeda, budaya berbeda, agama berbeda bahkan Negara
berbeda.
Perkembangan komunikasi antarbudaya secara
keilmuan cukup pesat akan tetapi pada tataran praktis masih
menimbulkan banyak persoalan, karena bagaimanapun tidak
mudah untuk menyamakan dan memaksa orang yang berbeda
budaya untuk menerima dan memahami budaya lainnya.
Contoh kasus kekerasan yang menimpa banyak TKW/TKI kita
yang di Arab, Malaysia, Hongkong, dan Taiwan, merupakan
contoh kecil dari persoalan yang timbul akibat keti-
dakpahaman budaya orang lain. Kemampuan berbahasa Asing
yang rendah, perbedaan budaya, dan tradisi, perbedaan
pandangan hidup menjadi kendala bagi TKI/TKW dalam
berkomunikasi dengan majikan. Belum lagi anggapan di Arab
bahwa pembantu (asisten rumah tangga) sama dengan
“Budak” membawa situasi buruk terhadap TKI/TKW. Adapun
ruang-ruang kursus bahasa dan skill untuk mengasah
kemampuan calon TKI/TKW tidak cukup representatif dalam
pengenalan budaya Negara lain yang menjadi tujuan.
Maka sebenarnya pemahaman dan pewacanaan tentang
komunikasi antarbudaya, komunikasi lintas budaya harus
terus dilakukan dengan memanfaatkan media-media yang ada
Maka sebenarnya peluang melakukan komunikasi an-
tarbudaya dan komunikasi lintas budaya melalui media begitu
sangat besar. Maka dari itu tulisan ini akan fokus pada
bagaimana formulasi komunikasi antarbudaya dalam per-
kembangan informasi dan teknologi, dengan memanfaatkan

Komunikasi Media Antarbudaya: Komunikasi Antarnegara Melalui Aplikasi Twitter 323


media internet sebagai bagian dalam proses komunikasi
antarbudaya sehingga menciptakan ruang baru dalam media
antarbudaya yakni komunitas maya (cybercommunity) yang
aktif melakukan komunikasi antarbudaya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan
sebuah analisis bagaimana aplikasi antarbudaya dapat
dilakukan dalam penggunaan aplikasi Twitter. Oleh karena itu
dapat diambil judul yaitu “Komunikasi Media Antarbudya:
Komunikasi Antarnegara Melalui Aplikasi Twitter”
Komunikasi Antar Budaya
Manusia merupakan mahluk sosio budaya yang memperoleh
perilakunya lewat belajar. Apa yang kita pelajari umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Dari
semua aspek belajar manusia, komunikasi merupakan aspek
terpenting dan paling mendasar. Kita banyak belajar melalui
respon-respon komunikasi terhadap rangsangan dari
lingkungan. Melalui komunikasi kita menyesuaikan diri dan
berhubungan dengan lingkungan kita, serta mendapatkan
keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok
sosial yang mempengaruhi kita.
Sedangkan dalam konteks yang luas kita dapat
merumuskan budaya sebagai paduan pola-pola yang me-
refleksikan respons-respon komunikatif terhadap rangsangan
dari lingkungan. Pola-pola budaya ini pada gilirannya
merefleksikan elemen-elemen yang sama dalam perilaku
komunikasi individual yang dilakukan mereka yang lahir dan
diasuh dalam budaya itu. Le Vine (1973) dalam Aniyah (2015)
menyatakan pikiran ini ketika ia mendefinisikan budaya
sebagai seperangkat aturan terorganisasikan mengenai cara-
cara yang dilakukan individu-individu dalam masyarakat
berkomunikasi satu sama lain dan cara mereka berpikir
tentang diri mereka dan lingkungan mereka.
Sedangkan komunikasi dapat diartikan sebagai proses
peralihan dan pertukaran informasi oleh manusia melalui
adaptasi dari dan ke dalam sistem kehidupan manusia dan
lingkungannya yang mana proses peralihan dan pertukaran

324 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


informasi ini dilakukan melalui simbol-simbol bahasa verbal
ataupun nonverbal yang dipahami bersama. Porter dan
Samovar (1985: 24) mengemukakan hubungan antara budaya
dan komunikasi itu bersifat timbal balik dan hubungan antara
keduanya sangat penting dipahami untuk menelaah
komunikasi antarbudaya tersebut
Komunikasi antarbudaya dapat dipahami sebagai
perbedaan kebudayaan dalam mempersepsi objek-objek
kejadian. Menurut Porter dan Samovar (1985: 24) pengaruh
budaya dapat terlihat dari cara kita berkomunikasi, bahasa
dan gaya bahasa serta perilaku nonverbal kita merupakan
bentuk respon atas budaya kita. Suatu prinsip yang perlu
diperhatikan adalah bahwa masalah-masalah kecil dalam
komunikasi sering dipersulit perbedaan persepsi, dan untuk
memahami dunia dan tindakan orang lain harus terlebih
dahulu memahami kerangka persepsinya. Persepsi dan bahan
yang akan dibangun dalam persepsi dipengaruhi oleh unsur-
unsur sosio budaya seperti: (1) sistem kepercayaan (belief);
(2) nilai (value); (3) sikap (attitude); serta (4) pandangan
dunia (world view), dan organisasi sosial (sosial organization).
Dengan demikian komunikasi antarbudaya merupakan
istilah yang mencakup arti umum dan menunjukkan pada
komunikasi antara orang-orang yang mempunyai latar
belakang kebudayaan yang berbeda.
Media Sosial
Media sosial merupakan salah satu media instan yang saat ini
memang memiliki berbagai fungsi dalam perannya. Selain
berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi, media massa juga
menjadi sarana untuk penggunanya dalam menggali berbagai
informasi. Definisi media sosial tidak sertamerta merupakan
gagasan yang tidak berdasar yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut. Media sosial memiliki peran dan dampak bagi
kehidupan masyarakat yang harus didesain sedemikian rupa
agar media sosial tetap pada fungsi dan tujuan media sosial itu
sendiri dan memiliki manfaat dalam kehidupan setiap
individu. Seperti yang dikemukakan oleh Henderi, bahwa

Komunikasi Media Antarbudaya: Komunikasi Antarnegara Melalui Aplikasi Twitter 325


pengertian media sosial adalah situs jaringan sosial berbasis
web yang memungkinkan bagi setiap individu untuk mem-
bangun profil publik ataupun semi public dalam sistem
terbatasi, daftar pengguna lain dengan siapa mereka
terhubung, dan melihat serta menjelajahi daftar koneksi
mereka yang dibuat oleh orang lain dengan suatu sistem
(Henderi, 2007: 3).
Teknologi-teknologi web baru memudahkan semua
orang untuk membuat dan yang terpenting menyebarluaskan
konten mereka sendiri. Post di Blog, Tweet, Instagram,
Facebook, atau video di YouTube yang dapat di reproduksi dan
dilihat oleh jutaan orang secara gratis. Pemasang iklan tidak
harus membayar banyak uang kepada penerbit atau
distributor untuk memasang iklannya. Sekarang pemasang
iklan dapat membuat konten sendiri yang menarik dan dilihat
banyak orang.
Twitter
Perkembangan teknologi komunikasi memberikan pengaruh
yang besar terhadap kegiatan komunikasi kehidupan manusia
saat ini. Tamburaka menjelaskan bahwa kehadiran media
sosial sebagai salah satu wujud perkembangan teknologi yang
dimanfaatkan manusia modern untuk berkomunikasi
(Tamburaka,2013:78). Twitter merupakan salah satu dari
sekian banyak media sosial yang menarik perhatian pengguna
internet. Hal tersebut disebabkan penggunaannya yang mudah
guna saling bertukar informasi sehingga setiap individu di
planet ini dapat saling terhubung
Twitter merupakan aplikasi jejaring sosial yang mem-
berikan layanan komunikasi untuk menghubungkan teman,
keluarga, maupun sesama penggunanya. Keterhubungan para
pengguna Twitter didukung oleh fitur layanan microblogging,
yang memungkinkan pengguna untuk mengunggah pesan
singkat yang dibatasi maksimal 140 karakter, baik dalam
bentuk teks, foto, video, maupun audio. Menurut data Twitter,
Indonesia adalah salah satu dari lima negara terbesar

326 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


pengguna aktif Twitter karena terdapat 78 juta akun pengguna
aktif Twitter di Indonesia.
Hasil dan Pembahasan
Media komunikasi di sini adalah media yang digunakan oleh
masyarakat pada umumnya untuk mendapatkan data, berita
terbaru, atau berbagai kesempatan dengan tujuan agar mereka
dapat melacak seorang rekan. Istilah media berasal dari
bahasa latin medium, yang pada umumnya berarti kontak,
pemancar, atau pedagang. Diskusi langsung antara dua
individu di sebuah ruangan atau di tempat lain yang spesifik,
tanpa perantara, disebut latihan korespondensi tanpa media.
Mereka mengungkapkan langsung dengan mendengarkan per-
cakapan orang lain. Bagaimanapun, jika latihan korespondensi
selesai sementara masing-masing pihak menggunakan
amplifier karena mereka terletak berjauhan satu sama lain
(untuk situasi ini, amplifier atau speaker). Seseorang berbicara
melalui telepon, seorang pengajar yang menggunakan slide
pertunjukan, atau seorang komunikator yang menjalankan
bisnisnya sebagai atau sebagai penyebar informasi terbaru
yang diperoleh oleh masyarakat umum.
Dengan munculnya inovasi yang canggih dan serbaguna,
asosiasi untuk lingkup yang sangat besar telah menjadi lebih
sederhana bagi orang-orang daripada kapan pun dalam
ingatan baru-baru ini dan sepanjang garis ini, periode media
lain dipahami di mana kecerdasan ditetapkan pada titik fokus
kapasitas media baru. Satu individu sekarang dapat ber-
komunikasi dengan berbagai individu, dan kritik saat itu
masuk akal. Di mana penduduk dan pelanggan dulunya
memiliki suara yang terbatas dan cukup tenang, saat ini
mereka dapat berbagi wawasan dengan banyak orang. Biaya
minimal dan keterbukaan teknologi baru juga memungkinkan
lebih banyak pilihan untuk penggunaan media daripada
sebelumnya dan setelah memikirkan hanya beberapa sumber
media, orang sekarang dapat mencari data dari berbagai
sumber, dan berdiskusi dengan orang lain melalui diskusi
pesan. Tentang data yang di posting yang terjadi adalah media

Komunikasi Media Antarbudaya: Komunikasi Antarnegara Melalui Aplikasi Twitter 327


online. Atribut, struktur umum, dan elemen umum media
berbasis web diselidiki di sini.
Dalam kapasitas Twitter sebagai media korespondensi
dalam investigasi kontekstual pencipta, Twitter berfungsi
sebagai wadah penyatuan untuk daerah, misalnya, penggemar
musik dan Korean Pop, yang saat ini disukai oleh anak muda
atau wanita di mana Twitter adalah tempat atau tempat bagi
mereka untuk bergaul dan berinteraksi satu sama lain dengan
baik.
Ada tiga bagian dalam korespondensi antar budaya,
khususnya komunikator, pesan, media (media sebagai alat
yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber ke
penerima), dan komunikan (kerumunan). Tujuan definitif dari
siklus korespondensi, termasuk ketika berbicara tentang
korespondensi antarbudaya, adalah pengembangan dampak.
Dampak dari siklus korespondensi ini diandalkan untuk
memiliki pilihan untuk mengubah informasi atau keyakinan,
kecenderungan, dan korespondensi relasional dari orang
banyak. Menurut perspektif komunikator, pesan yang
direncanakan dapat diperoleh secara total tanpa merusak atau
mempengaruhi orang banyak.
Dengan cara ini, pemanfaatan aplikasi Twitter dapat
menjadi perspektif di mana Twitter sebagai budaya pada
awalnya merupakan model korespondensi dasar bila
dibandingkan dengan model korespondensi langsung atau
dekat dan pribadi. Komunikasi langsung, penampilan, tekanan
suara, cara melihat, posisi tubuh, usia, ras, dll, adalah tanda-
tanda yang juga berperan dalam hubungan antarmanusia.
Sehubungan dengan korespondensi campur tangan PC,
asosiasi terjadi tergantung pada teks saja, bahkan perasaan
ditunjukkan oleh teks (gambar dalam perasaan).
Di mana dengan hadirnya Twitter, individu dapat ke
mana saja dengan berbagai landasan sehingga ajang
kolaborasi representatif (pesan) dalam budaya digital menjadi
media yang membahas siklus korespondensi melalui web.
Meskipun saat ini kemajuan telah memungkinkan
antarelemen untuk dihubungkan melalui suara dan visual,

328 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


misalnya melalui administrasi Twitter, gambar (pesan) telah
berubah menjadi premis korespondensi yang diintervensi PC.
Bagian penting dari korespondensi di web. Untuk
memulainya, kolaborasi yang terjadi melalui jaringan PC pada
dasarnya ditangani oleh teks. Kedua, pergaulan yang terjadi
umumnya akan mengabaikan aib terhadap orang-orang
tertentu karena korespondensi berbasis teks ini sangat sedikit
menunjukkan gambaran visual seseorang, misalnya tombol
"Suka" di Twitter yang mengikuti status yang dibagikan oleh
pemiliknya. "Suka" tidak dapat diartikan sebagai menikmati
sejauh yang mungkin kita ketahui, tetapi itu bisa berarti apa
saja dan benar-benar membutuhkan terjemahan dari pemilik
status dan bukan dari penyedia "Suka". Tentunya kondisi yang
terjadi di dunia maya sangat berbeda dengan peristiwa
korespondensi dekat dan pribadi.
Dalam pandangan ujian sosial, Twitter adalah ruang di
mana cara hidup yang terjadi diciptakan, disebarluaskan, dan
dilahap. Investigasi sosial dapat mengaburkan kelas sosial
yang telah dibentuk sebagai lapisan yang ada di arena publik.
Metodologi ini, dalam melihat budaya digital yang ada di
Twitter, memberi landasan untuk melihat interaksi ko-
modifikasi yang terjadi di ruang maya (jelas dengan meng-
abaikan investigasi yang bergantung pada kontras kelas),
ketika kekuasaan ada pada subjek atau subjeknya tunggal yang
sebenarnya.
Salah satu komunikasi antar budaya dapat dilihat dari
penggemar dari BTS yang merupakan bagian dari musik
Korean pop atau yang lebih dikenal sebagai K-Pop. Di mana
ARMY merupakan sebutan penggemar fans BTS banyak
menggunakan aplikasi Twitter untuk mengetahui informasi
dari artis atau penghubung penggemar dengan artis. Salah satu
media sosial yang dijadikan sebagai media utama oleh para
penggemar adalah Twitter. Akun Twitter salah satu fanbase
ARMY Indonesia yaitu BTS Army Indonesia saat ini telah
mencapai 424.924 followers. Dengan jumlah postingan tweet
mencapai 36,4 ribu lebih, menjadi indikasi bahwa ada

Komunikasi Media Antarbudaya: Komunikasi Antarnegara Melalui Aplikasi Twitter 329


interaksi dan aktivitas yang sangat sering dilakukan di antara
para anggota ARMY.
Seperti pada akun fanbase BTS ARMY INDONESIA,
terlihat bagaimana admin memberikan informasi seputar
idola mereka, seperti jadwal konser, ajang penghargaan,
perilisan lagu terbaru dan kegiatan terbaru. Tidak hanya
fanbase Army di Indonesia saja, namun ada beberapa akun
Twitter dari luar negeri seperti akun @btschartdata yang
mempunyai followers sekitar 2 juta pengikut di mana
followers tersebut tersebar dari berbagai negara dan latar
belakang yang berbeda untuk berkomunikasi.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa dengan adanya
aplikasi Twitter untuk memudahkan dalam berkomunikasi
membuat Perbedaan budaya tidak menjadi halangan untuk
satu sama lain menjalin hubungan (relationship), yang ter-
penting adalah saling memahami (understanding), beradaptasi
(adaptation). dan bertoleransi (tolerance). Kunci utama dari
pergaulan antarbudaya adalah tidak menilai orang lain yang
berbeda budaya dengan menggunakan penilaian budaya kita.
Biarkan semua berjalan dengan latar belakang budaya masing-
masing. Justru perbedaan budaya adalah ladang untuk siapa
pun belajar budaya orang lain dengan arif dan bijak (wise),
maka kasus pelecehan budaya seperti kasus yang menimpa
artis Cita-Citata harusnya tidak perlu terjadi jika komunikator
media internet bisa lebih bijak dalam memilih pesan mana
yang sebaiknya disampaikan dan pesan mana yang sebaiknya
tidak disampaikan.
Kesimpulan
Perkembangan media informasi dan munculnya media-media
sosial dalam berbagai bentuknya membuat perubahan yang
radikal dalam kondisi sosial masyarakat saat ini. Pola
komunikasi berubah menjadi pola komunikasi maya dan
virtual. Interaksi yang terjadi merupakan simulasisimulasi
dari realitas yang sebenarnya. Keberadaan berbagai fitur
dalam smartphone komunikator semakin memudahkan
masyarakat dalam pola komunikasi visual dengan media.

330 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Pada prinsipnya, manusia diberkahi kemampuan untuk
berpikir di mana kemampuan ini dibentuk dari interaksi
sosial. Dalam interaksi sosial orang mempelajari simbol-
simbol yang memungkinkan dalam menjalin hubungan dan
komunikasi. Pemaknaan terhadap simbol-simbol ini
memungkinkan orang melaksanakan tindakan dan interaksi
unik antara manusia yang satu dan lainnya. Orang mampu
memodifikasi atau mengubah makna-makna dan simbol-
simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi
berdasarkan penafsiran atas sebuah situasi.
Komunikasi antarbudaya yang awalnya terjadi secara
interpersonal dan face to face serta berada da-lam waktu yang
sama, kini memasuki era baru di mana komunikasi orang-
orang yang berbeda budaya bisa dilakukan kapan saja dan di
mana saja dengan adanya aplikasi Twitter. Pada akhirnya
media Twitter menjadi media antarbudaya yang cukup
strategis secara fungsional memberikan informasi budaya,
bahasa, symbol religi dari tiap-tiap anggota budaya yang
dipertukarkan melalui komunikasi media internet. Chatting,
berkirim pesan singkat pada Twitter, messenger dan aplikasi
lainnya memberikan ruang dan menciptakan pola tersendiri
dalam komunikasi antarbudaya. Sehingga proses akomodasi
budaya secara traksaksional terjadi begitu sporadis.

Daftar Pustaka

Ainiyah, N. 2016. Komunikasi Dan Media Antarbudaya:


Formulasi Komunikasi Antarbudaya Dalam
Perkembangan Informasi Teknologi. Al'adalah, 18(2).

Azeharie, S. 2014. Analisis Penggunaan Twitter Sebagai Media


Komunikasi Selebritis di Jakarta. Jurnal Komunikasi, 6
(2), 83-98.

Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Pt


Raja Garfindo Persada.

Komunikasi Media Antarbudaya: Komunikasi Antarnegara Melalui Aplikasi Twitter 331


Muchtar, Rusdi. 2015. Praktek Komunikasi Antar Budaya Para
Perantau Minangkabau Di Jakarta." Jurnal Penelitian
Pers Dan Komunikasi Pembangunan 18.3. 251-259.

Oktaviana, M., Achmad, Z. A., Arviani, H., & Kusnarto, K. 2021.


Budaya Komunikasi Virtual Di Twitter Dan TikTok:
Perluasan Makna Kata Estetik. Satwika: Kajian Ilmu
Budaya Dan Perubahan Sosial, 5(2), 173-186.

Porter Dan Samovar Dalam Deddy Mulyana Dan Rakhmat


Jalaluddin. 2000. Komunikasi Antarbudaya: Panduan
Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya
(Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sa’diyah, S. S. 2019. Budaya Penggemar Di Era Digital (Studi


Etnografi Virtual Pada Penggemar Bts Di Twitter). Jurnal
Ilmu Komunikasi: Jkom, 2(1), 1-10.

Savitri, A. R. 2020. Twitter Sebagai Media Komunikasi (Studi


Content Analysis Penggemar K-Pop Pada Komunitas Once
Kalimantan Selatan) (Doctoral Dissertation, Universitas
Islam Kalimantan Mab).

Tamburaka, Apriadi. 2013. Literasi Media: Cerdas Bermedia


Khalayak Media Massa.

332 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Peran Pendidikan Tinggi pada Komunikasi
Antarbudaya di Indonesia
Audy Nurmansyah Putri

Kompetensi antarbudaya sering disebut dalam berbagai cara;


itu disebut sebagai kemampuan beradaptasi lintas budaya,
kepekaan antar budaya, kompetensi multikultural, kom-
petensi global, kompetensi internasional, literasi global,
kompetensi budaya, dan interkomprehensif, antara lain.
Komunikasi antarbudaya, kompetensi antarbudaya, dan
interkomprehensif semuanya digunakan secara bergantian
dalam penelitian ini.
Davies dan Rey (1996) mendefinisikan antar budaya
sebagai mengacu pada 'antar' dan 'budaya'; inter me-
nunjukkan keterlibatan, pertukaran, dan keterbukaan.
Di sisi lain, budaya mengacu pada cara hidup, simbol
representasional yang digunakan oleh individu atau
komunitas untuk membentuk hubungan dengan orang lain
dalam upaya untuk mengetahui dunia; untuk memahami
interaksi di dalam dan lintas budaya. Ruang dan waktu harus
selalu diperhatikan dalam interaksi ini. Dengan kata lain,
'antarbudaya' mengacu pada proses dinamis yang dicirikan
oleh keterkaitan yang sejati. Komunikasi antarbudaya harus
mendorong kontak konstruktif antara konstituen dan
aktornya dalam masyarakat sambil juga menunjukkan sudut
pandang tentang representasi dan tindakan. Singkatnya,
komunikasi antar budaya adalah interaksi budaya yang
menghasilkan hubungan yang menguntungkan di antara para
pemain yang terlibat dalam proses tersebut.
Bowden dan Marton (1998) membedakan dua jenis
kompetensi. Yang pertama berkaitan dengan urutan
kebebasan dan sikap yang dapat diamati (di tempat kerja),
sedangkan yang kedua mengacu pada kapasitas untuk me-
mahami dan menghadapi situasi baru dengan rencana yang
efektif, yang mencakup kemampuan untuk beradaptasi
dengan disiplin dan profesionalisme. Para penulis ini ber-

333
pendapat bahwa profesionalisme dan disiplin adalah
komponen pelengkap yang harus digabungkan. Selain itu,
mereka menunjukkan bahwa fitur-fitur ini harus diterapkan
dengan pendekatan praktis di tempat kerja dan di universitas,
karena siswa membutuhkan berbagai pengalaman dan
keragaman untuk mempersiapkan mereka menghadapi masa
depan yang tidak diketahui. Aspek penting lainnya adalah
bahwa kompetensi dianggap bersifat relasional dan
situasional, tergantung pada bagaimana masyarakat meng-
hitung orang (Lustig & Koester, 2003). Dengan demikian, IC
adalah fitur yang kuat dan tahan lama yang harus dipelajari
semua siswa. IC akan membantu siswa untuk mengembangkan
hubungan positif dengan orang lain, melakukan pekerjaan
profesional mereka secara efektif, dan mengatasi hambatan
yang terkait dengan komunikasi antar budaya.
Dalam penelitian sebelumnya, Fall, Kelly, MacDonald,
Primm, dan Holmes (2013) mengevaluasi ketakutan orang
yang ditimbulkan oleh dialog antarbudaya dan kemungkinan
hubungannya dengan kecerdasan emosional mereka dalam
penelitian pertama. Melibatkan 425 mahasiswa sarjana di
Southeastern University yang sedang belajar public speaking.
Responden mewakili beragam kelompok etnis, termasuk
Afrika, Latin, Asia, dan penduduk asli Amerika. Mereka
memperoleh data menggunakan dua peralatan. Intercultural
Communication Apprehension (ICA) dinilai menggunakan The
Neuliep and McCroskey's (1997) personal report, yang
mencakup 14 item tipe Likert, dan kecerdasan emosional
peserta dinilai menggunakan formulir singkat kuesioner
kecerdasan emosional sifat (Petrides & Furnham, 2006), yang
mencakup 30 item tipe Likert. Kedua instrumen menggunakan
skala respons tujuh poin mulai dari sangat setuju hingga
sangat tidak setuju.
Temuan penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
negatif antara kecerdasan emosional dan kepedulian terhadap
komunikasi antarbudaya. Penelitian ini menyiratkan bahwa
orang dengan tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi
mungkin dapat mengurangi kecemasan yang terkait dengan

334 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


percakapan antarbudaya. Artinya, strategi untuk me-
ningkatkan EI siswa harus ditangani untuk mempengaruhi ICA
mereka secara positif. Selain itu, penelitian ini menemukan
bahwa hanya tiga dari empat subdimensi EI, yaitu kontrol diri,
emosionalitas, dan kemampuan bersosialisasi, yang secara
statistik merupakan prediktor ICA yang signifikan, tetapi
kesejahteraan tidak.
Hasil ini, yang menunjukkan bahwa EI dapat membantu
meminimalkan ICA, mengarah pada kesimpulan akademis
langsung: guru bisnis di pendidikan tinggi harus secara aktif
mengeksplorasi memasukkan EI ke dalam kurikulum bisnis
dan komunikasi profesional mereka. Tidaklah unik untuk
menyatakan bahwa siswa yang cerdas secara emosional
menjadi pekerja muda yang lebih produktif dan kompeten
secara budaya. Penulis studi mendesak agar universitas
mengeksplorasi memasukkan EI ke dalam upaya mereka
untuk mendidik siswa untuk lingkungan perusahaan di
seluruh dunia. Ini melibatkan pengajaran siswa tentang
kecerdasan emosional, kompetensi pribadi, dan kompetensi
sosial melalui kuliah dan seminar. Kompetensi pribadi
meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi diri,
sedangkan kompetensi sosial meliputi kesadaran sosial dan
keterampilan sosial, serta pentingnya mereka untuk
pekerjaan.
Saya memberikan gambaran penelitian tentang kom-
petensi antar budaya dari lima negara yang berbeda dalam
artikel ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyoroti
penelitian dari berbagai konteks, model komunikasi
antarbudaya yang dihasilkan dalam pengaturan tersebut, dan
model yang dapat disesuaikan untuk mengembangkan
pelajaran di pengaturan pendidikan tinggi.
Ulasan ini terdiri dari lima bagian. Bagian pertama
memperkenalkan penelitian, diikuti dengan diskusi tentang
metodologi yang digunakan dalam penyelidikan. Bagian ketiga
menyajikan ringkasan artikel yang telah dipilih. Bagian
keempat mengkaji dan mengevaluasi artikel dan diakhiri
dengan ringkasan evaluasi.

Peran Pendidikan Tinggi pada Komunikasi Antarbudaya di Indonesia 335


Kompetensi antarbudaya (IC) dan kompetensi ko-
munikasi terkait erat, seperti komunikasi antarbudaya
(Deardorff, 2004). Spitzberg dan Cupach (1984) menegaskan
bahwa kompetensi komunikasi terdiri dari banyak komponen,
termasuk kompetensi sosial dan interpersonal. Kedua kom-
ponen tersebut berorientasi pada hasil, dengan penekanan
pada kompetensi bahasa dan komunikasi. Hal ini me-
nunjukkan bahwa pemahaman antarbudaya berkaitan dengan
pemahaman dan merangkul keragaman dan keunikan orang
lain, baik individu atau kelompok, untuk mendorong per-
kembangan masyarakat demokratis. Ini juga menyiratkan
bahwa pendidikan multikultural harus membahas ke-
mampuan semua anggota masyarakat untuk hidup damai
sebagai prasyarat yang diperlukan untuk persatuan masya-
rakat (Melkote & Steeves, 2015; Rao & Thombre, 2015).
Kompetensi interkultural (IC) adalah mata pelajaran yang
menyeluruh, dengan beberapa subtema, termasuk kete-
rampilan, sikap, dan pengetahuan. (2015). (Salju, 2015).
Tujuan utama pengajaran kompetensi antarbudaya adalah
untuk menciptakan dan memperkuat keterampilan ko-
munikasi antarbudaya yang akan memungkinkan siswa
menghadapi berbagai tantangan antarbudaya di masa depan,
terlepas dari latar belakang budaya mereka (Hujan es 2015).
Menurut Tibury dan Henderson (2003), pendidikan
antarbudaya ditandai dengan keadilan, partisipasi, per-
damaian, penghargaan, rekonsiliasi, dan kolaborasi. Pen-
didikan antarbudaya memberikan kesempatan untuk berbagi
nilai, keterampilan/pengetahuan, seni/sains, dan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang keragaman
budaya, agama, dan kepercayaan yang lebih luas. Konsep ini
mensyaratkan bahwa dalam kerangka pendidikan
antarbudaya, tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan
apresiasi terhadap orang lain. Akhirnya, pengertian ini akan
menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik seperti meng-
hargai perasaan orang lain, empati, dan persaudaraan, yang
semuanya dapat membantu memperluas sudut pandang dan
pemahaman seseorang serta menghindari perasaan rendah

336 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


diri terhadap kelompok lain. Pendidikan antarbudaya harus
dilaksanakan menurut beberapa kriteria: (1) menekankan
kesetaraan individu dan kelompok; (2) mampu menerima
perbedaan dan keragaman budaya dan bahasa sebagai sumber
belajar; (3) menghindari etnosentrisme; dan (4) meng-
upayakan kesetaraan kesempatan dan menentang segala
bentuk diskriminasi dan rasisme (Fossard & Bailey, 2016).
Hasil dan Pembahasan
Faktanya, kurangnya pemahaman terhadap budaya lain dapat
mengakibatkan tantangan serius yang membahayakan
komunikasi yang efektif dan bermakna. Semua studi sepakat
bahwa kunci untuk hubungan yang harmonis dan interaksi
yang efektif adalah kompetensi/komunikasi antarbudaya.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa IC harus menjadi
kurikulum yang diperlukan untuk mempersiapkan siswa
secara memadai untuk hidup dalam komunitas global. Studi-
studi ini memberikan metodologi pendidikan antar budaya
yang sukses yang mencakup memfasilitasi lokakarya di mana
siswa dapat terlibat dalam permainan peran yang berkaitan
dengan masalah yang diberikan.
Beberapa metodologi penelitian kuesioner telah digu-
nakan dalam penelitian sebelumnya (berdasarkan tinjauan
literatur). Hal ini berkaitan dengan pernyataan McMillan dan
Schumacher (2010) bahwa penelitian survei menyajikan data
dengan benar dari sejumlah besar individu. Selain itu, teknik
ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh data tentang
sikap, keyakinan, nilai, perilaku, pandangan, dan sifat-sifat lain
populasi (Creswell, 2005; MacMillan dan Schumacher, 2010).
Dengan kata lain, kuesioner merupakan metode yang
paling cocok untuk menilai pemahaman siswa dan guru
tentang komunikasi antar budaya. Namun, itu harus dilihat
sebagai teknik pra-kuesioner yang berfungsi sebagai uji coba.
Teknik ini memungkinkan peneliti untuk menulis ulang
instrumen agar lebih dapat dipahami, jelas, dan tidak ambigu
(Creswell, 2005).

Peran Pendidikan Tinggi pada Komunikasi Antarbudaya di Indonesia 337


Fakta bahwa hanya dua studi yang mengikuti protokol
harus menjadi pengingat untuk melakukan lebih banyak studi.
Selain itu, studi skala kecil yang dilakukan di Indonesia me-
nunjukkan pilihan yang tepat dalam menggunakan wawancara
untuk memperoleh data tentang sikap siswa. Namun, mungkin
tidak cukup untuk menggambarkan bagaimana pendidikan
antar budaya diperlakukan atau dilaksanakan. Para peneliti
dapat mengeksplorasi menggunakan observasi karena me-
mungkinkan untuk 'menangkap data seperti yang terjadi
dalam suatu situasi' (Creswell, 2005, hal. 211). Selain itu,
pemantauan diperlukan untuk memeriksa bahwa klaim
peserta sesuai dengan perilaku mereka (Johnson dan
Christensen, 2008). Dengan demikian, penyelidikan kualitatif
lebih lanjut diperlukan untuk memajukan penelitian dalam
topik tersebut, seperti penggunaan observasi dan analisis
dokumen untuk mendukung interpretasi penelitian.
Identifikasi tema dan masalah metodologis dalam
penelitian sebelumnya tentang hal ini menunjukkan bahwa
lebih banyak eksplorasi di Indonesia diperlukan. Contoh-
contoh yang lebih konkrit dari kejadian antar budaya patut
dipertimbangkan, karena mereka dapat berfungsi sebagai batu
loncatan untuk adaptasi dalam konteks yang berbeda. Hal ini
diperlukan untuk mempersiapkan siswa untuk pertemuan
masa depan dengan dunia interkomprehensif yang se-
benarnya.
Berkenaan dengan implikasi pendidikan, penelitian ini
menunjukkan peran penting IC dalam mempersiapkan siswa
untuk karier masa depan. Selain itu, mendidik instruktur
untuk berkolaborasi dengan akademisi lain untuk men-
gembangkan model dan strategi IC yang lebih sukses. Selain
itu, instruktur ini harus diberikan kebebasan dan ruang untuk
membangun rencana pelajaran, menyesuaikannya dengan
keadaan dan pengaturan unik mereka, dan membuat model
baru yang relevan untuk digunakan di lingkungan.

338 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore


Kesimpulan
Pada tinjauan literatur ini membahas kompetensi/komunikasi
antarbudaya dalam berbagai situasi, bagaimana topik ber-
kembang dalam lingkungan, dan model metode adaptasi dan
adopsi yang berhasil. Ditemukan bahwa semua studi
mendukung IC sebagai topik yang berdiri sendiri. Namun,
setiap lingkungan memiliki metode yang berbeda, me-
nunjukkan adaptasi terbuka dari budaya yang berbeda, seperti
Indonesia.
Studi singkat ini jelas tidak cukup untuk meng-
generalisasi topik pemahaman antarbudaya, menunjukkan
bahwa penelitian lebih lanjut dan lebih dalam subjek
diperlukan. Belajar dari tinjauan, melakukan penelitian
sebanding dalam paradigma kualitatif, dan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data seperti observasi dan
analisis dokumen tampaknya bermanfaat untuk menyajikan
hasil yang lebih akurat.
Selain itu, tinjauan ini menekankan bagaimana me-
nafsirkan banyak pendekatan yang disajikan dalam makalah.
Mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhi efek-
tivitas program, adaptasi dan studi lebih lanjut dalam
mengembangkan metode yang relevan dan dapat diterima
untuk implementasi di Indonesia merupakan pertimbangan
yang berharga. Beberapa saran awal termasuk memikirkan
budaya sendiri, mengembangkan kegiatan yang mungkin
menghasilkan perolehan pengalaman, dan melakukan per-
cakapan tentang gaya komunikasi.

Peran Pendidikan Tinggi pada Komunikasi Antarbudaya di Indonesia 339


Daftar Pustaka

G, B. G. (n.d.). Cross-cultural perspectives on intercultural


communication competence. Journal of Intercultural
Communication Research (1st ed., Vol. 13-30).

I Davies, & M Rey. (n.d.). Exploring intercultural approaches to


education. European Journal of Intercultural studies
(16th-23rd ed., Vol. 7).

J. Bowden, & F Marton. (n.d.). The university of learning.

J. N. Bourjolly, R. G., Solomon Sands, & P. Stanhope. (n.d.). The


journey toward intercultural sensitivity. Journal of Ethnic
and Cultural Diversity in Social Work (3rd ed., Vol. 3-4).

Heru. (2017, April 6). Komunikasi Antar Budaya-Fungsi-


Tujuan-Implementasi. PakarKomunikasi.com. Retrieved
December 16, 2021, from https://pakarkomunikasi.
com/komunikasi-antar-budaya

340 Komunikasi Antarbudaya Ragam Colore

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai