1 SM
1 SM
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi yang rawan terjadi bencana alam, kondisi tersebut
dikenal sebagai hazard. Pemicu dari hazard ini berupa aktivitas manusia. Salah satu aktivitas manusia yang menjadi
pemicu hazard yaitu pembangunan jembatan pipa bawah laut. Pada area penelitian memiliki kondisi ketidakrataan
topografi dan adanya jembatan pipa bawah laut. Dampak yang ditimbulkan dari kondisi tersebut dapat menyebabkan
terjadinya free span.
Analisis free span dilakukan setelah proses inspeksi pasca instalasi. Pendeteksian free span pada jalur pipa
bawah laut tersebut menggunakan metode multibeam echosounder dan side scan sonar. Data yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain raw data multibeam echosounder, data side scan sonar setelah real-time processing, data
sound velocity profile dan data pasang surut. Multibeam echosounder (MBES) dimanfaatkan untuk survei batimetri,
yaitu survei yang dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan topografi dasar laut. Sedangkan, Side Scan
Sonar (SSS) dimanfaatkan untuk interpretasi obyek secara kualitatif maupun kuantitatif.
Penelitian ini menghasilkan kondisi dasar laut yang memiliki kondisi topografi yang relatif curam. Area
penelitian yang memiliki topografi yang relatif curam terdapat pada KP 111.62 – KP 111.83. Kondisi free span
teridentifikasi pada 4 lokasi di area penelitian. Lokasi FS_1 memiliki panjang span sebesar 94,4 meter dan tinggi
span sebesar 3,31 meter. Lokasi FS_2 memiliki panjang span sebesar 93,94 meter dan tinggi span sebesar 10,66
meter. Lokasi FS_3 memiliki panjang span sebesar 58,12 meter dan tinggi span sebesar 1,87 meter. Lokasi FS_4
memiliki panjang span sebesar 98,4 meter dan tinggi span sebesar 4,93 meter. Indikasi free span dari hasil
pengolahan data multibeam echosounder dan side scan sonar tidak dapat mengidentifikasi hazard yang
membahayakan pada lokasi penelitian.
Kata Kunci : Pipa, Free Span, Multibeam Echosounder, Side Scan Sonar, Hazard
ABSTRACT
Indonesia is a country with the condition which is prone to trigger a natural disasters and it is called a
hazard. The trigger of hazard could be a human activity. The human activity which triggers hazards is the
construction of pipe bridge under the sea. This research area has an unevenness topography and pipe bridge under
the sea. The impact of these conditions can lead to a free span.
Free span analysis carried out after post-installation inspection process. The detection of free span on the
underwater pipeline uses Multibeam Echosounder and Side Scan Sonar. The data which is used for this research
are raw data Multibeam Echosounder, Side Scan Sonar data after real-time processing, sound velocity profile data
and tide data. Multibeam Echosounder (MBES) is used for the the bathymetric survey to obtain the depth data and
the seafloor topography. Meanwhile, Side Scan Sonar (SSS) is used for the interpretation of topography qualitative
and quantitative objects.
This research resulted in the condition of the sea floor that is a relative steep. Areas of the research that
has a relative steep topography contained in KP 111.62- KP 111.83. Conditions of the free span identified in four
locations in the study area. Location FS_1 has a span length of 94.4 meters and a span height of 3.31 meters.
Location FS_2 has a span length of 93.94 meters and a span height of 10.66 meters. Location FS_3 has a span
length of 58.12 meters and a span height of 1.87 meters. Location FS_4 has a span length of 98.4 meters and a span
height of 4.93 meters. The free span indication which is resulted of multibeam echosounder and side scan sonar
data processing can not identify the hazard on the study area.
Key words : Pipe, Free Span, Multibeam echosounder, Side Scan Sonar, Hazard
*) Penulis, Penanggungjawab
Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, (ISSN : 2337-845X) 68
Jurnal Geodesi Undip Januari 2016
Offshore pipeline merupakan pipeline yang berlokasi untuk menentukan posisi titik-titik dasar laut secara
di laut sedangkan onshore pipeline berlokasi di darat. teliti, dalam rangka mempelajari dinamika lempeng-
II.2. Free Span lempeng benua di bawah lautan.
Free span pipa bawah laut adalah suatu kondisi Permukaan air laut dipakai sebagai tinggi nol.
dimana bentangan pipa dengan panjang tertentu Kedalaman suatu titik di dasar perairan atau
memiliki jarak (gap) terhadap seabed. Pada pipa ketinggian titik di pantai mengacu pada datum
bawah laut (subsea pipeline) yang tergeletak pada vertikal. Hal tersebut dikarenakan posisi muka laut
seabed, free span terjadi akibat ketidak-rataan yang dinamis. Untuk keperluan navigasi digunakan
(uneven) permukaan dasar laut dengan kurvatur yang muka air terendah sebagai datum vertikal. Datum
tidak memenuhi kurvatur natural dari pipa tersebut, vertikal ini disebut sebagai chart datum atau muka
sehingga bentang pipa akan menggantung. Selain itu, surutan. Penentuan muka surutan ditujukan untuk
free span juga dapat terjadi jika pada rute pipa menjamin keselamatan pelayaran. Muka surutan yang
tersebut memiliki persimpangan (crossing) dengan ditetapkan dari pengamatan pasut umumnya lebih
pipa atau kabel lain di bawah laut. Berdasarkan rendah dari tinggi rata-rata permukaan air laut
standar internasional Det Norske Veritas Recomended terendah saat bulan perbani.
Practice F105-2006 (DNV RP F105-2006), faktor- Ketentuan teknik survei hidrografi yang terkait
faktor yang menyebabkan terjadinya free span, antara dengan survei batimetri diatur dalam IHO Standards
lain: for Hydrographic Surveys yang dipublikasikan dalam
1. Ketidakrataan dasar laut. bentuk Special Publication Number 44 (S.44 IHO).
2. Perubahan kondisi dasar laut, akibat sand Standar survei hidrografi tersebut dimaksudkan untuk
scouring. keperluan pembuatan peta navigasi laut yang
3. Strudel Scours. digunakan sebagai pedoman bagi pelayaran. Special
Publication Number 44 (S.44 IHO) mempunyai
II.3. Survei Hidrografi klasifikasi yaitu standar ketelitian penentuan posisi
Alat perum gema memiliki bagian terpenting (berbasis satelit), cakupan area survei dasar laut
yaitu transduser. Transduser berfungsi mengubah 100% (dengan multibeam echosounder), serta
energi listrik menjadi mekanik (untuk pemahaman tentang teori kesalahan, terutama
membangkitkan gelombang suara) dan sebaliknya. pengertian tentang tingkat kepercayaan 95% yang
Gelombang akustik tersebut merambat pada medium berkaitan dengan ketelitian posisi dan kedalaman.
air dengan cepat rambat yang relatif diketahui atau
dapat diprediksi hingga menyentuh dasar perairan II.4. Multibeam Echosounder
dan dipantulkan kembali ke transduser. Umumnya, Multibeam Echosounder (MBES) merupakan
semakin rendah frekuensinya, kedalaman perairan suatu instrumen hidro-akustik yang memiliki jumlah
yang dicapai juga semakin tinggi. Echosounder beam lebih dari satu dalam satu kali pancar. Hal
menggunakan prinsip pengukuran jarak dengan tersebut ditandai dengan transduser yang ada pada
memanfaatkan gelombang akustik yang dipancarkan multibeam terdiri dari satu unit yang terpasang secara
dari transduser. Perum gema menghitung selang array, oleh karena itu data yang dihasilkan pun lebih
waktu sejak gelombang dipancarkan dan diterima banyak. Prinsip kerja multibeam didasarkan pada
kembali (∆t), sehingga dasar hitungan yang teknik pendeteksian sistem akustik interferometri dari
digunakan untuk menentukan kedalaman laut pengukuran fase pada transduser array, sehingga
sebagaimana yang diuraikan pada rumus (II.1) ialah dapat menghasilkan data kedalaman secara melintang
sebagai berikut (Poerbandono, dkk., 2005) : dalam satu waktu pancaran. Dengan beberapa kali
sapuan dalam satu detik, multibeam dapat memetakan
du = ½ v.∆t ............................................... (II.1)
seluruh permukaan dasar laut dengan cakupan area
Keterangan, du : Kedalaman laut hasil ukuran sampai 100 %. Pengaruh dari bentuk geometrik
v : Kecepatan gelombang akustik pada pancaran sinyal yang menyebar secara melintang
medium air akan mengakibatkan daya jangkau sapuan multibeam
∆t : Waktu tempuh signal pada saat survei berlangsung meningkat
Dalam survei dan pemetaan serta penentuan dibandingkan dengan single-beam.
posisi di laut, GPS telah digunakan untuk keperluan Kalibrasi Multibeam Echosounder (MBES)
survei hidro-oceanografi, survei seismik, penentuan sangat diperlukan agar memperoleh data yang baik
posisi bui-bui dan peralatan bantu navigasi serta titik- dan memiliki ketelitian tinggi. Kalibrasi ini
titik pengeboran minyak lepas pantai, ataupun untuk merupakan tahapan yang dilakukan untuk memeriksa
mempelajari karakteristik arus, gelombang, ataupun dan menentukan besarnya kesalahan yang ada dalam
pasang surut (tides) di lepas pantai (Purcell, 1990, instrumen yang bersangkutan. Sistem harus
dalam Abidin, 2000). Selain itu, GPS juga dikalibrasi sebelum survei dilakukan. Proses kalibrasi
dikombinasikan dengan sistem penentuan akustik, yang dilakukan pada MBES ini antara lain kalibrasi
karena pengaruh offset statik, pengaruh gerakan kapal bertujuan untuk meningkatkan pemahaman akan
berdasarkan pergerakan pitch, roll, dan yaw, dan suatu obyek melalui tahapan interpretasi citra
kalibrasi karena pengaruh cepat rambat gelombang (Mahyuddin, 2008, dalam Azis, 2011).
suara. Alat yang digunakan untuk kalibrasi karena Pada tahapan post-processing dilakukan
pengaruh gerakan kapal dinamakan Motion Reference interpretasi pada data citra side scan sonar yang telah
Unit (MRU). mengalami real-time processing. Hasil interpretasi
citra side scan sonar diharapakan dapat
II.5. Side Scan Sonar menghasilkan informasi yang lebih banyak dan
Side scan sonar bekerja menggunakan mendalam mengenai hasil citra side scan sonar. Oleh
gelombang akustik, sebagaimana dengan karena itu, interpretasi citra sangat dibutuhkan pada
echosounder. Namun pada peralatan ini ditekankan citra side scan sonar. Terdapat dua interpretasi yang
pada penyapuan obyek di permukaan dasar laut pada digunakan yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif.
kedua sisi jalur lintasan kapal, sehingga peralatan Interpretasi kualitatif dapat dilakukan melalui
side scan sonar mempunyai kemampuan untuk suatu interpretasi yang berdasarkan pada derajat
mendeteksi obyek yang berada dipermukaan dasar kehitaman (intensitas gema) citra sonograf.
laut baik yang terletak di kiri maupun disebelah Berdasarkan perbedaan derajat kehitaman citra
kanan kapal survei. Peralatan ini biasanya tersebut, obyek-obyek yang terekam pada citra dapat
menggunakan frekuensi 100KHz (low) dan 500 Khz dikenali bentuk, ukuran relatif, maupun
(high). penyebarannya. Interpretasi kualitatif ini dapat
Rangkaian peralatan side scan sonar terdiri dilakukan berdasarkan intensitas bentuk serta pola
dari; transduser, trans-receiver dan kontrol serta penyebaran bayangan pada citra yang diperoleh.
system recorder. Transduser berfungsi dalam Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk
memantulkan gelombang akustik ke permukaan dasar menentukan ukuran suatu obyek, jarak datar antara
laut dan kemudian dipantulkan kembali saat obyek satu dengan lainnya yang dapat dihitung
mengenai obyek atau dasar laut yang selanjutnya dengan hasil yang kasar. Interpretasi kuantitatif di
diterima oleh sistem penerima (receiver system) yang sini meliputi tinggi, ukuran, dan jarak obyek-obyek
kemudian akan ditampilkan oleh recorder dalam dasar laut antara satu lainnya. Informasi ini diperoleh
bentuk citra gambaran dan kondisi permukaan dasar secara grafis dan numeris. Persamaan II.2
laut termasuk obyek-obyek yang tersebar pada menyajikan persamaan untuk menghitung tinggi
permukaannya. Ketika transduser mulai target (Djunarsjah, 2000 dalam Dwiputra, 2011).
memancarkan gelombang akustik, akan ada jeda
waktu selama gleombang akustik merambat melalui
................................. (II.2)
kolom air dan tidak memantulkan gelombang akustik,
Keterangan, HT : Tinggi target
jeda waktu ini akan muncul pada rekaman side scan
HF : Tinggi towfish dari dasar laut
sonar (SSS) sebagai blank area. Tergantung pada
RT : Jarak miring dari towfish ke target
posisi towfish di dalam kolom air, pantulan pertama
RS : Jarak miring antara target-dasar
yang akan direkam bisa berasal dari permukaan air
laut, yang merupakan
atau dari permukaan dasar laut.
perpanjangan RT.
Lebar beam side scan sonar pada bidang
horisontal cukup sempit dibandingkan dengan bidang
III. Metodologi Penelitian
vertikalnya. Lebar beam side scan sonar pada bidang
Dalam tugas akhir ini, pengolahan data survei
vertikal mempuanyai beam yang cukup lebar yang
side scan sonar dan multibeam echosounder
dapat menjangkau kedua permukaan, baik itu
dijadikan acuan untuk mengetahui kondisi
permukaan air laut maupun permukaan dasar laut.
kehandalan jaringan pipa. Kehandalan jaringan pipa
Pantulan-pantulan yang berasal dari permukaan dasar
dideteksi dari adanya potensi dan atau risk yang
laut yang direkam dari side scan sonar mempunyai
terjadi. Salah satu dari potensi dan atau risk yang
jarak. Jarak yang terekam pada citra SSS merupakan
menjadi detail dalam penelitian ini adalah
jarak miring (slant range) dan tidak
pendeteksian free span di area jaringan pipa. Data
merepresentasikan jarak horisontal yang
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain raw
sesungguhnya.
data multibeam echosounder, raw data side scan
Pengolahan data side scan sonar terdiri dari
sonar, data sound velocity profile dan data pasang
dua tahap, yaitu tahap real-time processing dan
surut. Software pengolahan data yang digunakan
kemudian dilanjutkan dengan tahap post-processing.
adalah SonarWIZ Map 3.9. untuk pengolahan data
Kedua tahap tersebut memiliki tujuan pengolahan
survei side scan sonar dan Caris HIPS&SIPS 6.1.
data yang berbeda-beda. Real-time processing
untuk pengolahan data survei multibeam
bertujuan untuk memberikan koreksi selama
echosounder. Pengolahan data tersebut menghasilkan
pencitraan berlangsung. Sedangkan post-processing
bentukan topografi dasar laut serta detail obyek dasar
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
TIDAK
CARIS
UJI KESESUAIAN DENGAN
LOKASI PENELITIAN
SURFACE DATA X, Y, Z
YA
NAVIGATION EDITING
PENYAJIAN HASIL
KOREKSI TIME VARIED
PENGOLAHAN DATA
GAIN (TVG)
MULTIBEAM
ECHOSOUNDER
Proses
III.1.2 Overlay Surface Multibeam
INDIKASI FREE SPAN
Echosounder dan Citra Side Scan Sonar
Proses overlay surface multibeam echosounder
Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian dan citra side scan sonar pada area penelitian ini
menggunakan perangkat lunak Globar Mapper 15.
III.1. Pengolahan Hasil Survei Multibeam Proses overlay ini bertujuan untuk mencocokan
Echosounder apakah posisi antara surface multibeam echosounder
Data hasil survei multibeam echosounder dan data citra side scan sonar sudah berada dalam
(MBES) diolah menggunakan software Caris satu posisi yang sama. Hal itu berkaitan dengan
HIPS&SIPS 6.1. Dalam penelitian ini, data survei digunakannya citra side scan sonar untuk membantu
multibeam echosounder yang akan di olah terdapat memberikan gambaran obyek yang jelas untuk
pada KP 109,5 hingga KP 116,35. Diagram alir mendeteksi pipa yang ada pada surface multibeam
pengolahan data multibeam echosounder echosounder.
menggunakan software Caris HIPS&SIPS 6.1. dapat
dilihat pada Gambar III.2. III.1.3 Proses Deteksi Pipa dari Multibeam
Echosounder
Proses deteksi pipa multibeam echosounder
pada area penelitian ini menggunakan perangkat
lunak Globar Mapper 15. Proses deteksi pipa dari
multibeam echosounder pada perangkat lunak ini
bertujuan untuk mengetahui posisi dan kedalaman
pipa yang terdeteksi dari data multibeam
echosounder.
III.2. Pengolahan Hasil Survei Side Scan Sonar yang lebih baik agar dapat diinterpretasi
Pengolahan data hasil survei side scan sonar dengan lebih mudah. Dalam hal ini tidak
untuk mendeteksi free span pada penelitian ini semua data citra side scan sonar
menggunakan software SonarWIZ Map 3.9. Data memerlukan koreksi gain, hal tersebut
hasil survei side scan sonar yang dijadikan sample bergantung pada interpretasi obyek. Apabila
penelitian terdapat pada KP 109,15 hingga KP interpretasi obyek dianggap sudah baik,
116,35. maka koreksi gain tidak diperlukan lagi.
Software SonarWIZ Map 3.9. dapat mengolah Salah satu gain control yang dijadikan
data survei side scan sonar secara real-time koreksi dalam penelitian ini adalah koreksi
processing dan post-processing. Biasanya TVG (Time Varied Gain). Time Varied Gain
pengolahan data secara real time processing digunakan untuk meningkatkan nilai gain
dilakukan pada saat akuisisi data side scan sonar. dengan elapsed time dari gelombang yang
Pengolahan data secara real time processing dipancarkan.
membantu untuk memberikan koreksi akibat adanya
distorsi geometri citra side scan sonar. Dalam III.2.2. Mosaik Citra Side Scan Sonar dari Area
penelitian ini dilakukan proses pengolahan data Sampel Penelitian
secara post-processing. Pengolahan data secara post- Suatu proses penggabungan data citra side
processing adalah pengolahan data side scan sonar scan sonar yang telah dipilih sesuai dengan area
dalam bentuk interpretasi data. Hasil dari proses sampel penelitian merupakan proses dari pembuatan
interpretasi citra ini akan baik, jika sebelumnya mosaik. Pembuatan mosaik atau mosaicing bertujuan
dilakukan koreksi-koreksi pada data hasil survei. untuk menyatukan hasil survei menjadi suatu citra
yang utuh, sehingga mudah untuk
III.2.1. Koreksi Data Citra Side Scan Sonar menginterpretasikannya. Proses penyatuan citra side
Pada proses ini, perangkat lunak SonarWIZ scan sonar sangat diperlukan karena peralatan survei
Map 3.9 memiliki beberapa tahapan untuk melakukan side scan sonar memiliki keterbatasan dalam hal
koreksi data citra side scan sonar. Berikut dapat lebar sapuan area survei, sehingga diperlukan
dijelaskan tiga proses koreksi data dalam penelitian mosaicing seluruh hasil survei pada area penelitian
ini. Tiga proses koreksi data tersebut adalah koreksi menjadi satu kesatuan.
Slant Range, Navigation Editing,dan Gain Control. Pada proses pembuatan mosaik yang baru,
a. Koreksi Slant Range diperlukan koordinat pendekatan posisi mosaik yang
Koreksi Slant Range adalah salah satu akan kita buat. Koordinat tersebut terdapat pada citra
bentuk koreksi data, untuk menginterpolasi side scan sonar yang kita proses dan diambil
data pada bagian water coloumn (bagian berdasarkan posisi towfish yang sebenarnya. Posisi
yang tidak memiliki data). Gambar III.3 towfish yang sebenarnya merupakan posisi setelah
menampilkan citra side scan sonar sebelum melalui koreksi layback dan koreksi lainnya.
dan sesudah dilakukan koreksi slant range.
III.2.3. Digitasi Obyek-obyek yang Terdapat
Pada Citra Side Scan Sonar
Digitasi obyek diperlukan untuk mengetahui
posisi dan karakteristik obyek yang berada di dasar
laut hasil dari pencitraan survei side scan sonar.
Proses digitasi ini digunakan untuk mendigit suatu
(a) (b) obyek yang berbentuk line, polygon maupun
mendigit obyek yang dijadikan target sehingga dapat
Gambar III.3 Citra Side Scan Sonar Sebelum (a) dan menampilkan informasi pengukuran seperti length,
Sesudah (b) Dilakukan Koreksi Slant Range width dan shadow.
b. Navigation Editing III.2.4. Proses Identifikasi Free Span Secara
Navigation editing dalam SonarWIZ Map Interpretasi Kualitatif
3.9. menggunakan perintah navigation Proses identifikasi free span secara
editor. Perintah ini berfungsi untuk interpretasi kualitatif dari citra side scan sonar yang
meluruskan apabila ada data side scan sonar dihasilkan dikenali secara subjektif. Interpretasi data
yang melenceng dari arah yang seharusnya. secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan sifat
c. Gain Control fisik material dan bentuk objek, baik dengan
Gain Control berfungsi untuk menguatkan mengetahui derajat kehitaman, bentuk maupun
sinyal pada citra side scan sonar, hal ini ukuran dari objek atau target. Kondisi free span
dilakukan untuk mendapatkan hasil citra dikenali dari adanya bayangan yang lebih jauh dari
obyek dibandingkan dengan bayangan obyek pipa dibandingkan dengan digitasi pipa dari data
yang tidak mengalami kondisi free span. MBES.
2. Identifikasi pipa gas bawah laut dari data
III.2.5. Proses Identifikasi Dimensi Free Span
MBES.
Secara Interpretasi Kuantitatif
Identifikasi pipa gas bawah laut dari data
Proses identifikasi dimensi free span secara
MBES ini bertujuan untuk mengetahui
interpretasi kuantitatif dilakukan melalui proses
posisi pipa dari data MBES. Hal ini
digitasi target pipa yang mengalami free span melalui
bertujuan untuk membandingkan posisi pipa
software SonarWIZ Map 9.3. Dalam proses digitasi
mana yang lebih baik. Gambar IV.2
tersebut dilakukan perhitungan dimensi target pipa
menampilkan overlay citra side scan sonar
yang mengalami free span dengan mengklik Length,
dengan surface hasil pengolahan data
Width and Shadow pada tab “Mensuration” pada
MBES.
jendela target. Hal itu bertujuan untuk mengukur
panjang, lebar dan bayangan target pipa yang
mengalami free span sehingga dari ketiga ukuran
tersebut dapat menghasilkan tinggi target pipa yang
mengalami free span secara kalkulasi.
(d)
Gambar IV. 3 Target Free Span di lokasi FS_1
(a), FS_2 (b), FS_3 (c), dan FS_4 (d)
Dari Gambar IV.3 menunjukkan bahwa dimensi dikarenakan ada kebutuhan untuk menaikan pipa di
target yang dapat dilakukan perhitungan hanya pada atas permukaan dasar laut, sehingga pipa tersebut
lokasi target FS_2 dan FS_3. Hal itu disebabkan oleh harus disokong ke atas. Hal itu biasa dilakukan jika
citra side scan sonar yang tidak jelas. Gambar citra suatu jalur pipa melintasi jalur pipa atau kabel lain.
side scan sonar yang tidak jelas dikarenakan pada Indikasi free span dari hasil pengolahan data
saat survei tinggi towfish dari dasar laut terlalu tinggi. multibeam echosounder dan side scan sonar tidak
Pada dasarnya, hasil panjang suatu ukuran citra akan dapat mengidentifikasi hazard yang membahayakan
selalu lebih pendek dari ukuran yang sebenarnya di pada lokasi penelitian. Menurut standar internasional
lapangan. Semakin rendah tinggi towfish dari dasar Det Norske Veritas Recomended Practice F105-
laut, maka semakin kecil pula derajat penekanan 2006(DNVRP F105-2006), terdapat analisis untuk
yang dihasilkan. Hasil pencitraan yang baik dapat mengidentifikasi free span yaitu analisis dinamik dan
diperoleh dengan meletakkan towfish pada kisaran 10 analisis statik. Dari hasil analisis tersebut dapat
% dari total besarnya jangkauan pencitraan di mengidentifikasi hazard dari indikasi free span.
lapangan. Namun, untuk mengidentifikasi hazard dari indikasi
free span melalui analisis tersebutdibutuhkan
Perhitungan dimensi target ini bertujuan untuk
informasi data lainnya seperti data propertis pipa,
mendapatkan besaran dari span length (panjang span)
data geoteknik dasar laut, data lingkungan, maupun
dan span height (tinggi span) dari kondisi free span
restrain pipa.
pipa dengan penyangga. Besaran yang dihasilkan dari
perhitungan dimensi target tersebut merupakan
V. Kesimpulan dan Saran
bagian dari interpretasi kuantitatif.
V. 1 Kesimpulan
Pada lokasi FS_2 dan FS_3 perhitungan
Dari hasil analisis yang dilakukan pada bab
dimensi target dapat dilakukan dengan tools yang ada
sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan
di dalam perangkat lunak SonarWIZ Map 3.9.
sebagai berikut.
Namun, untuk lokasi FS_1 dan FS_4 perhitungan
1. Gambaran kondisi dasar laut pada area
dimensi target dilakukan dengan cara kerja manual,
penelitian memiliki topografi yang relatif
dikarenakan citra side scan sonar yang tidak jelas.
curam. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
Hasil interpretasi kuantitatif citra side scan
informasi kedalaman tertinggi sekitar 93
sonar untuk identifikasi free span pada setiap lokasi
meter dan kedalaman terendah sekitar 40
akan disajikan pada Tabel IV.2 sebagai berikut.
meter. Area penelitian yang memiliki
Tabel IV. 2 Daftar Free Span Dengan topografi yang relatif curam terdapat pada
Penyangga KP 111,62 – KP 111,83.
2. Dari hasil interpretasi citra side scan sonar
Start End
Span
Max
Span
menghasilkan panjang dan tinggi span yang
Length
Span
ID
X (m) Y (m) X (m) Y (m)
Height Depth
(m)
KP
start
KP
end teridentifikasi pada 4 lokasi di area
(m) (m) penelitian. Hasil panjang dan tinggi span
FS_1 682796,69 9357399,74 682891,52 9357377,26 94,4 3,31 77 111,61 111,70 pada 4 lokasi, antara lain:
FS_2 682894,48 9357409,74 682978,59 9357368,56 93,94 10,66 67 111,70 111,79 a. Lokasi FS_1 memiliki panjang span
FS_3 682982,54 9357365,45 683034,55 9357340,17 58,12 1,87 65 111,79 111,85 sebesar 94,4 meter dan tinggi span
FS_4 683212,85 9357247,13 683301,67 9357200,85 98,4 4,93 49 112,05 112,15 sebesar 3,31 meter.
b. Lokasi FS_2 memiliki panjang span
sebesar 93,94 meter dan tinggi span
IV.3. Analisis Free Span sebesar 10,66 meter.
Menurut standar internasional Det Norske c. Lokasi FS_3 memiliki panjang span
Veritas Recomended Practice E305-1988 (DNV RP sebesar 58,12 meter dan tinggi span
E305-1988), dalam penelitian ini terdapat 2 sebesar 1,87 meter.
parameter yang digunakan untuk menentukan d. Lokasi FS_4 memiliki panjang span
kestabilan pipa bawah laut yaitu kondisi topografi sebesar 98,4 meter dan tinggi span
dasar laut dan batimetri. Hasil dalam pengolahan data sebesar 4,93 meter.
pada MBES menunjukkan bahwa area penelitian 3. Indikasi free span dari hasil pengolahan data
memiliki kondisi topografi yang cukup curam (profil multibeam echosounder dan side scan sonar
dasar laut tidak teratur) dan kontur kedalaman yang tidak dapat mengidentifikasi hazard secara
sangat bervariasi. Ketidakteraturan profil dasar laut langsung, melainkan hanya digunakan
dapat menimbulkan ketidakrataan dasar laut yang sebagai parameter geometri jaringan pipa
menyebabkan free span. Selain itu, indikasi free span yang terindikasi adanya hazard.
dapat di deteksi akibat penyangga buatan. Free span
yang disebabkan oleh penyangga buatan biasanya
DAFTAR PUSTAKA