Anda di halaman 1dari 28

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE


NOMOR 3 TAHUN 2007

TENTANG

TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN


DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE,

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pemilihan Kepala Desa,


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203 ayat (1) Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 53 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, perlu diatur
tata cara pencalonan, pemilihan, pengangkatan, pelantikan dan
pemberhentian Kepala Desa;
b. bahwa Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2001 tentang Tata Cara
Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa, sudah
tidak sesuai dengan tuntutan dan perkembangan dinamika masyarakat di
Desa, karena itu perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b di atas, perlu ditetapkan
Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan
Pemberhentian Kepala Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-


daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi
Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4422);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubaan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4548);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pokok-
pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Majene (Lembaran
Daerah Kabupaten Majene Tahun 2006 Nomor 9, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Majene Nomor 4).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN MAJENE

DAN

BUPATI MAJENE

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 3 TAHUN


2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN,
PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA
DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Majene;
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas
otonom dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945;
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan Daerah Kabupaten Majene;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
lembaga perwakilan rakyat sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan
daerah Kabupaten Majene;
5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah Kabupaten
Majene;
6. Camat adalah perangkat daerah Kabupaten Majene;
7. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas - batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2
8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal - usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
9. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan
perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa;
10. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, yang
selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa;
11. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat;
12. Pejabat Kepala Desa adalah Pejabat yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan tugas, wewenang, hak dan kewajiban Kepala
Desa dalam kurun waktu tertentu;
13. Perangkat Desa adalah Sekretaris Desa dan perangkat Desa lainnya;
14. Panitia pemilihan Kepala Desa adalah pelaksana pemilihan Kepala Desa yang
dibentuk dan bertanggung jawab kepada BPD;
15. Panitia pengawas adalah pengawas pemilihan Kepala Desa yang dibentuk dan
bertanggung jawab kepada BPD untuk melakukan pengawasan terhadap
seluruh tahapan pelaksanaan pemilihan;
16. Penduduk Desa adalah warga Negara Republik Indonesia yang berdomisili di
wilayah Desa;
17. Pemilih adalah penduduk Desa warga Negara Republik Indonesia yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 ( tujuh
belas ) Tahun atau sudah/ pernah kawin;
18. Penjaringahn bakal calon Kepala Desa adalah penjaringan yang dilakukan
oleh PPKD sesuai persyaratan;
19. Penyaringan bakal calon Kepala Desa adalah seleksi administrasi yang
dilakukan oleh PPKD dan seleksi kemampuan kepemimpinan yang dilakukan
oleh pemerintah Daerah;
20. Bakal calon Kepala Desa adalah penduduk Desa warga Negara Republik
Indonesia yang memenuhi persyaratan berdasarkan penjaringan dan
penyaringan oleh PPKD;
21. Calon Kepala Desa adalah bakal calon yang telah memenuhi persyaratan dan
ditetapkan sebagai calon oleh PPKD;
22. Calon terpilih adalah calon kepala desa yang mendapatkan dukungan suara
terbanyak dalam pemilihan;
23. Kampanye pemilihan kepala desa, selanjutnya disebut kampanye adalah
kgiatan dalam rangka meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi
dan program calon;
24. Tim pelaksana kampanye selanjutnya disebut tim kampanye adalah tim yang
dibentuk oleh calon yang bertugas dan berwenang membantu penyelenggaraan
kampanye serta bertanggung jawab atas pelaksanaan tekhnis penyelenggaraan
kampanye;
25. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat
pemilih memberikan suara pada hari pemungutan suara.

BAB II
PERSIAPAN PEMILIHAN

Pasal 2
(1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa
jabatan Kepala Desa secara tertulis selambat-lambatnya 6 ( enam ) bulan
sebelum berakhir masa jabatan;

3
(2) Berdasarkan pemberitahuan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Desa menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa
kepada Pemerintah Daerah dan menyampaikan laporan keterangan
pertanggung jawaban Kepala Desa kepada BPD paling lambat 30 ( tiga
puluh ) hari setelah pemberitahuan BPD;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 3
(1) BPD memproses pemilihan Kepala Desa paling lama 4 ( empat ) bulan
sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa;
(2) Proses yang dilakukan oleh BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi :
a. Perencanaan penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa, terdiri atas
penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan; dan
b. Pembentukan PPKD dan panitia pengawas.
(3) Penetapan tata cara kerja dan jadwal waktu tahapan penyelenggaraan
pemilihan serta pembentukan PPKD dan panitia pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b, ditetapkan dengan Keputusan
BPD;
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan tata cara kerja dan jadwal waktu
tahapan penyelenggaraan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 4
Kebutuhan anggaran untuk kegiatan pemilihan disampaikan oleh PPKD kepada
Pemerintah Daerah melalui Kepala Desa dan Camat untuk diproses sesuai dengan
mekanisme dan prosedur pengelolaan keuangan daerah.

BAB III
PENYELENGGARA DAN PENGAWAS PEMILIHAN

Pasal 5
(1) Pemilihan Kepala Desa diselenggarakan oleh PPKD yang bertanggung jawab
kepada BPD;
(2) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
oleh penduduk Desa dari calon yang memenuhi syarat;
(3) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan melalui tahap
pencalonan dan tahap pemilihan.

Pasal 6
(1) Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud Pasal 5
ayat (3), BPD membantuk PPKD yang terdiri atas unsur perangkat desa,
pengurus lembaga kemasyarakatan dan tokoh masyarakat;
(2) PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melakukan pemeriksaaan
identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan
pemungutan suara dan perhitungan suara, dan melaporkan pelaksanaan
pemilihan kepada BPD.

4
Pasal 7
(1) Untuk melakukan pengawasan pemilihan Kepala Desa, dibentuk panitia
pengawas;
(2) Panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggung jawab
kepada BPD;
(3) Keanggotaan panitia pengawas berasal dari unsur pemangku adat, golongan
profesi, pemuka agama dan tokoh masyarakat lainnya.

Pasal 8
Pengaturan lebih lanjut mengenai pembentukan panitia pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IV
HAK PEMILIH

Pasal 9
Penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan
suara pemilihan Kepala desa sudah berumur 17 ( tujuh Belas ) tahun atau sudah/
pernah kawin mempunyai hak memilih.

Pasal 10
(1) Untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan, penduduk Desa
warga Negara Republik Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih;
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi syarat :
a. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ ingatannya;
b. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan
c. Berdomisili di Desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya 6 ( enam )
bulan dengan tidak terputus-putus sebelum disahkan daftar pemilih yang
dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau bukti lain yang sah.
(3) Seorang penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang telah terdaftar
dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), tidak dapat menggunakan hak memilihnya.

BAB V
PENCALONAN

Bagian Pertama
Persyaratan Calon

Pasal 11
(1) PPKD sebelum menetapkan calon wajib membuka kesempatan yang seluas-
luasnya bagi bakal calon yang memenuhi syarat untuk dilakukan penyaringan
sebagai bakal calon;
(2) Proses penyaringan bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan secara demokratis dan transparan;
(3) Dalam proses penetapan calon, PPKD wajib memperhatikan pendapat dan
tanggapan masyarakat.

Pasal 12
Calon Kepala Desa adalah penduduk Desa warga Negara Republik Indonesia
yang memenuhi persyaratan :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

5
b. setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta pemerintah;
c. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau
yang sederajat;
d. berusia paling rendah 25 ( dua puluh lima ) tahun dan berusia paling tinggi 60
( enam puluh ) tahun pada saat mendaftarkan diri sebagai calon Kepala Desa;
e. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
f. penduduk desa setempat yang dibuktikan Kartu Tanda Penduduk atau bukti
lain yang sah sebagai penduduk desa bersangkutan;
g. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan
hukuman paling singkat 5 ( lima ) tahun;
h. tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan Keputusan Pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
i. belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama 10 ( sepuluh ) tahun
atau 2 ( dua ) kali masa jabatan;
j. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
menyeluruh dari dokter pemerintah;
k. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan berkelakuan baik
dari kepolisian;
l. Memenuhi syarat lain yang sesuai adat istiadat yang diatur dalam Peraturan
Desa.

Pasal 13
(1) Pegawai Negeri Sipil dan TNI/ Polri yang mencalonkan diri sebagai Kepala
Desa terlebih dahulu harus mendapatkan izin dari pejabat yang berwenang;
(2) Kepala Desa atau pejabat Kepala Desa yang mencalonkan diri sebagai Kepala
Desa terlebih dahulu harus mundur dari jabatannya paling lambat 4 ( empat )
bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa;
(3) Perangkat Desa yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa terlebih dahulu
harus mendapatkan izin dari pejabat yang berwenang;
(4) Anggota BPD yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa terlebih dahulu
harus mundur dari jabatannya.

Bagian Kedua
Penjaringan Bakal Calon

Pasal 14
(1) PPKD melaksanakan penjaringan bakal calon sesuai persyaratan;
(2) Bakal calon yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan sebagai calon Kepala Desa oleh PPKD.

Pasal 15
(1) PPKD melaksanakan kegiatan pendaftaran bakal calon, meliputi penerimaan
pendaftaran, penyerahan bukti pendaftaran, penyusunan berkas pendaftaran,
penyaringan berkas pendaftaran dan penetapan bakal calon;
(2) Pendaftaran bakal calon dibuka paling lambat 2 ( dua ) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan Kepala Desa.

Pasal 16
(1) Bakal calon Kepala Desa yang mendaftarkan diri wajib menyerahkan berkas
kelengkapan administrasi sebagai berikut :
a. surat pencalonan yang ditandatangani di atas kertas bermaterai;

6
b. Daftar riwayat hidup;
c. surat pernyataan setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah;
d. foto copy ijasah terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;
e. foto copy Kartu Tanda Penduduk yang dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang atau bukti lain yang sah;
f. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa dan tidak akan
menarik diri dari pencalonan;
g. surat pernyataan bersedia bertempat tinggal di desa bersangkutan;
h. surat keterangan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 ( lima ) tahun dari Pengadilan
Negeri;
i. surat keterangan tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap dari Pengadilan
Negeri;
j. surat pernyataan belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama
10 ( sepuluh ) tahun atau 2 ( dua ) kali masa jabatan;
k. surat keterangan berbadan sehat dari dokter pemerintah;
l. surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian;
m. surat izin dari pejabat yang berwenang bagi calon yang berasal dari
Pegawai Negeri Sipil, TNI/ Polri dan perangkat Desa;
n. surat pernyataan penguduran diri bagi Kepala Desa/ pejabat Kepala Desa
dan anggota BPD;
o. surat pernyataan bersedia mengundurkan diri sebagai pengurus partai
politik apabila terpilih menjadi Kepala Desa bagi pengurus partai politik;
p. pas foto hitam putih ukuran 2 x 3 sebanyak 4 ( empat ) lembar dan 3 x 4
sebanyak 3 ( tiga ) lembar.
(2) Formulir pendaftaran dan berkas kelengkapan adminstrasi bakal calon
sebagaimana dimaksud ayat (1), dibuat dalam rangkap 3 ( tiga ) dan
diserahkan kepada PPKD;
(3) Setelah formulir pendaftaran dan berkas kelengkapan administrasi diserahkan
sebagaimana dimaksud ayat (2), PPKD memberikan bukti pendaftaran dan
penyerahan berkas kepada bakal calon.

Pasal 17
(1) Pada hari terakhir masa pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
PPKD menyusun daftar nama bakal calon sesuai nomor urut pendaftaran;
(2) Penyusunan daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilengkapi berkas
kelengkapan administrasi masing-masing bakal calon;
(3) Daftar nama dan berkas kelengkapan administrasi bakal calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), disampaikan oleh PPKD kepada Kepala Desa dan
kepada Bupati melalui Camat.

Bagian Ketiga
Penyaringan Bakal Calon

Pasal 18
(1) Penyaringan bakal calon dilakukan dalam 2 ( dua ) tahap, terdiri dari:
a. Tahap I, meliputi penyaringan terhadap persyaratan kelengkapan
administrasi bakal calon yang dilakukan oleh PPKD;
b. Tahap II, meliputi ujian tertulis dan wawancara bakal calon oleh tim
penyaringan daerah yang dibentuk oleh Bupati.

7
(2) Hasil penyaringan tahap I sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
oleh PPKD kepada tim penyaringan daerah melalui Camat paling lambat
3 ( tiga ) hari setelah selesainya penyaringan tahap I untuk dilakukan
penyaringan tahap II;
(3) Hasil penyaringan tahap II sebagaimana dimaksud ayat (2), disampaikan oleh
tim penyaringan daerah kepada PPKD melalui Camat paling lambat 3 ( tiga )
hari setelah selesainya penyaringan tahap II.

Pasal 19
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyaringan tahap I dan penyaringan
tahap II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bupati.

Bagian Keempat
Penetapan Calon

Pasal 20
(1) Bakal calon Kepala Desa yang dinyatakan lulus dalam penyaringan tahap I
dan II, ditetapkan sebagai calon Kepala Desa oleh PPKD;
(2) Penetapan calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-
kurangnya 2 ( dua ) orang.

BAB VI
KAMPANYE

Pasal 21
(1) Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye;
(2) Kampanye dapat dilakukan melalui :
a. pertemuan terbatas;
b. tatap muka dan dialog;
c. penyebaran melalui media cetak dan media elektronik;
d. penyiaran melalui radio dan/ atau televisi;
e. penyebaran bahan kampanye kepada umum;
f. pemasangan alat peraga di tempat umum;
g. rapat umum;
h. debat publik/ debat terbuka antar calon; dan/ atau
i. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.
(3) Penyampaian materi kampanye dilakukan dengan cara yang sopan, tertib dan
bersifat edukatif;
(4) Penyelenggaraan kampanye dapat dilakukan di seluruh wilayah Desa sesuai
dengan kondisi desa;
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara kampanye sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 22
Dalam kampanye dilarang :
a. mempersoalkan dasar Negara Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan dan/ atau calon Kepala Desa;
c. menghasut atau mengadu domba perseorangan dan/ atau kelompok
masyarakat;

8
d. menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada perseorangan dan/ atau kelompok masyarakat;
e. mengganggu keamanan, ketentraman dan ketertiban umum;
f. mengancam dan/ atau menganjurkan penggunaan kekerasan untuk mengambil
alih kekuasaan dan pemerintahan yang sah;
g. merusak dan/ atau menghilangkan alat peraga kampanye calon Kepala Desa
yang lain;
h. menggunakan fasilitas dan anggaran Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Desa;
i. menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan; dan
j. melakukan pawai atau arak-arakan yang dilakukan dengan berjalan kaki dan/
atau dengan kendaraan dijalan raya.

Pasal 23
Dalam kampanye, dilarang melibatkan :
a. Pejabat Negara;
b. Pegawai Negeri Sipil dan TNI/ POLRI;
c. Kepala Desa/ pejabat Kepala Desa dan perangkat Desa; dan/ atau
d. Anggota BPD.

Pasal 24
(1) Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan
huruf f, merupakan tindak pidana dan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan;
(2) Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana
dimaksud pada Pasal 22 huruf g, huruf h, huruf i dan huruf j, merupakan
pelanggaran tata cara kampanye dan dikenai sanksi :
a. peringatan tertulis apabila penyelenggaraan kampanye melanggar
walaupun belum terjadi gangguan;
b. penghentian kegiatan kampanye di tempat terjadinya pelanggaran atau di
seluruh wilayah Desa yang bersangkutan apabila terjadi gangguan
terhadap keamanan yang berpotensi menyebar ke Desa lain.
(3) Tata cara pengenaan sanksi terhadap pelanggaran ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ditetapkan oleh PPKD dengan berpedoman pada
Peraturan Bupati;
(4) Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23, dikenai sanksi penghentian kampanye selama masa
kampanye oleh PPKD.

Pasal 25
(1) Selama masa kampanye sampai dilaksanakan pemungutan, calon dan/ atau tim
kampanye dilarang menjanjikan dan/ atau memberikan uang atau materi
lainnya untuk mempengaruhi pemilih;
(2) Calon dan/ atau tim kampanye yang terbukti melakukan pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan batal sebagai calon oleh
PPKD;
(3) Tata cara pembatalan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan
oleh PPKD dengan berpedoman pada Peraturan Bupati.

9
BAB VII
PEMUNGUTAN SUARA DAN PERHITUNGAN SUARA

Pasal 26
(1) PPKD mengumumkan pelaksanaan pemilihan kepala desa selambat-
lambatnya 14 ( empat belas ) hari sebelum pemungutan suara;
(2) Selambat-lambatnya 7 ( tujuh ) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), panitia pemilihan menyampaikan surat
panggilan kepada pemilih.

Pasal 27
Calon kepala desa yang berhak dipilih diumumkan oleh PPKD kepada masyarakat
di tempat-tempat terbuka sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat
setempat.

Pasal 28
Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan dalam 2 ( dua ) tahap, yaitu :
a. Pemungutan suara; dan
b. Perhitungan suara.

Pasal 29
(1) Pelaksanaan pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf a, dilakukan dengan memberikan suara melalui surat suara yang berisi
nomor, foto, dan nama calon ;
(2) Pemberian suara untuk pemilihan Kepala Desa dilakukan dengan mencoblos
salah satu calon dalam surat suara;
(3) Pelaksanaan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimulai
pada pukul 08.00 Wita dan berakhir pada pukul 14.00 Wita;
(4) Apabila sampai pada pukul 14.00 Wita jumlah pemilih yang telah
memberikan suara belum mencapai 2/3 dari seluruh wajib pilih, PPKD
memperpanjang waktu pemungutan suara selama 3 (Tiga) jam;
(5) Apabila sampai dengan perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), jumlah pemilih belum mencapai 2/3 dari seluruh wajib pilih, PPKD
menutup rapat pemungutan suara dan pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah.

Pasal 30
(1) Untuk kelancaran pelaksanaan pemungutan suara, PPKD menyediakan surat
suara, kotak suara, bilik suara, tinta, dan kelengkapan lainnya;
(2) Jumlah, bahan, bentuk, format, ukuran, dan warna kelengkapan pemungutan
suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh PPKD dengan
berpedoman pada Peraturan Bupati.

Pasal 31
(1) PPKD melaksanakan pemungutan suara pada 1 (satu) lokasi TPS, kecuali
kondisi geografis atau luas wilayah yang tidak memungkinkan untuk 1 (satu)
TPS;
(2) Lokasi dan jumlah TPS sebagaimana dimaksud ayat (1), ditetapkan oleh
PPKD.

Pasal 32
(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, PPKD melakukan :

10
a. pembukaan kotak suara;
b. pengeluaran seluruh isi kotak suara;
c. pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan; dan
d. penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
(2) Kegiatan panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dihadiri oleh calon atau saksi, pengawas, dan warga masyarakat;
(3) Kegiatan panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuatkan
berita acara yang ditandatangani oleh Ketua PPKD dan sekurang-kurangnya
2 (dua) orang Anggota PPKD serta dapat ditandatangani oleh saksi calon.

Pasal 33
(1) Pemilih yang tidak menerima surat undangan dan terdaftar sebagai pemilih,
melaporkan kepada PPKD dengan memperlihatkan KTP atau surat keterangan
lainnya, yang membuktikan bahwa yang bersangkutan benar adalah penduduk
desa;
(2) Pemilih yang sudah tercatat dalam daftar hadir, dipanggil secara berurut untuk
menerima surat suara.

Pasal 34
(1) Setelah pemilih menerima surat suara, pemilih memeriksa atau meneliti surat
suara yang diterima dari PPKD, dan apabila surat suara dimaksud dalam
keadaan cacat atau rusak, pemilih berhak meminta surat suara baru setelah
mengembalikan surat suara yang cacat atau rusak kepada panitia;
(2) Pemilih yang keliru mencoblos surat suara dapat meminta surat suara yang
baru.

Pasal 35
Surat suara yang telah dicoblos oleh pemilih dimasukkan ke dalam kotak suara
yang tersedia dalam keadaan yang terlipat.

Pasal 36
(1) Perhitungan suara dilakukan pada satu tempat yang telah ditetapkan oleh
PPKD;
(2) Sebelum perhitungan suara dimulai, PPKD menghitung :
a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan daftar pemilih yang
telah disahkan oleh PPKD;
b. jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan
c. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau
keliru dicoblos.

Pasal 37
(1) Sebelum diadakan penghitungan perolehan suara, PPKD mnghadirkan saksi-
saksi masing-masing 1 ( satu ) orang dari setiap calon;
(2) PPKD menyiapkan papan tulis dan alat kelengkapan lainnya untuk keperluan
pencatatan perhitungan perolehan suara.

Pasal 38
(1) Setelah seluruh pemilih selesai memberikan suara, PPKD membuka kotak
suara, kemudian dihitung kembali surat suara yang masuk;
(2) Penghitungan suara dilakukan dengan cara yang memungkinkan saksi setiap
calon, pengawas, dan warga masyarakat yang hadir dapat menyaksikan secara
jelas proses penghitungan suara.

11
Pasal 39
Surat suara dianggap batal/ tidak sah, apabila :
a. terdapat lebih dari 1 ( satu ) coblosan pada surat suara;
b. surat suara tidak tercoblos;
c. tanda coblosan diluar kolom yang disediakan.

Pasal 40
Setelah seluruh proses penghitungan suara selesai, acara dilanjutkan dengan
penandatanganan berita acara pemungutan suara dan berita acara perhitungan
suara, selanjutnya Ketua PPKD mengumumkan hasil pemilihan dan menyatakan
sahnya pemilihan serta menutup rapat perhitungan suara.

BAB VIII
PENGADUAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 41
(1) Pemerintah Kecamatan dan/ atau Kabupaten menerima laporan pelanggaran
pemilihan Kepala Desa, pada setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan
Kepala Desa;
(2) Laporan pelanggaran pemilihan Kepala Desa dapat diajukan oleh :
a. warga Desa yang mempunyai hak pilih;
b. Anggota PPKD; dan
c. bakal calon atau calon Kepala Desa;
(3) Laporan disampaikan secara tertulis yang berisi :
a. nama dan alamat pelapor;
b. waktu dan tempat kejadian;
c. nama dan alamat pelanggar;
d. nama dan alamat saksi-saksi; dan
e. uraian kejadian.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilampiri dengan bukti-bukti
pelanggaran;
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan kepada
pemerintah Kecamatan dan/ atau Kabupaten selambat-lambatnya 3 ( tiga ) hari
sejak terjadinya pelanggaran pada setiap tahapan.

Pasal 42
(1) Pemerintah Kecamatan dan/ atau Kabupaten mengkaji setiap laporan
pelanggaran yang diterima;
(2) Pemerintah Kecamatan dan/ atau Kabupaten memutuskan untuk
menindaklanjuti atau tidak menindaklanjuti laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah laporan diterima;
(3) Dalam hal pemerintah Kecamatan dan/ atau Kabupaten memerlukan
keterangan tambahan dari pelapor untuk melengkapi laporannya, putusan
sebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan selambat-lambatnya 7 ( tujuh ) hari
setelah laporan diterima;
(4) Laporan yang bersifat sengketa dan tidak mengandung unsur pidana
diselesaikan bersama oleh pemerintah Kecamatan dan/ atau Kabupaten;
(5) Laporan yang mengandung unsur pidana diteruskan kepada penyidik.

12
Pasal 43
(1) Pemerintah Kecamatan dan/ atau Kabupaten menyelesaikan sengketa melalui
tahapan sebagai berikut :
a. mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa untuk musyawarah dan
mufakat;
b. apabila tidak tercapai kesepakatan, pemerintah Kecamatan dan/ atau
Kabupaten menawarkan alternatif penyelesaian kepada pihak-pihak yang
bersengketa;
c. apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf b tidak diterima oleh
pihak-pihak yang bersengketa, dengan mempertimbangkan keberatan yang
diajukan oleh pihak yang bersengketa, pemerintah Kecamatan dan/ atau
Kabupaten membuat keputusan final dan mengikat.
(2) Penyelesaian persengketaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling
lambat 7 ( tujuh ) hari sejak pihak-pihak yang bersengketa dipertemukan.

BAB IX
PENETAPAN CALON TERPILIH, PENGESAHAN PENGANGKATAN
DAN PELANTIKAN

Bagian Pertama
Penetapan Calon Terpilih dan Pengesahan Pengangkatan

Pasal 44
(1) Calon Kepala Desa yang mendapatkan dukungan suara terbanyak dari jumlah
suara sah ditetapkan sebagai calon terpilih;
(2) Dalam hal calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdapat lebih dari satu calon yang mendapatkan
dukungan suara sama, untuk menentukan calon terpilih dilakukan pemilihan
putaran kedua yang diikuti oleh calon yang mendapatkan dukungan suara
terbanyak yang sama;
(3) Calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak pada pemilihan putaran
kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan sebagai calon terpilih.

Pasal 45
(1) PPKD melaporkan hasil pemilihan Kepala Desa kepada BPD dengan
dilengkapi berita acara pemilihan;
(2) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan keputusan BPD berdasarkan laporan dan berita acara pemilihan dari
PPKD;
(3) Calon Kepala Desa terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui
Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa terpilih.

Pasal 46
Bupati menerbitkan Keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan Kepala
Desa terpilih paling lama 15 ( lima belas ) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
penyampaian hasil pemilihan dari BPD.

13
Bagian Kedua
Pelantikan

Pasal 47
(1) Kepala Desa dilantik oleh Bupati paling lama 15 ( lima belas ) hari terhitung
sejak tanggal penerbitan keputusan Bupati;
(2) Pelantikan Kepala Desa dapat dilaksanakan di Desa bersangkutan di hadapan
masyarakat.

Pasal 48
(1) Kepala Desa sebelum memangku jabatannya dilantik dengan mengucapkan
sumpah/ janji yang dipandu oleh pejabat yang melantik;
(2) Susunan kata-kata sumpah/ janji Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), sebagai berikut :
“ Demi Allah ( Tuhan ), saya bersumpah/ janji bahwa saya akan memenuhi
kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya
dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan
mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara; dan bahwa saya akan
menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan
perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, daerah
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Pasal 49
Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 ( enam ) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 ( satu ) kali masa jabatan
berikutnya.

BAB X
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
Pasal 50
(1) Kepala Desa berhenti, karena :
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
karena :
a. berakhirnya masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan
tetap secara berturut-turut selama 6 ( enam ) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat Kepala Desa;
d. dinyatakan melanggar sumpah/ janji jabatan Kepala Desa;
e. tidak melaksanakan kewajiban Kepala Desa; dan/ atau
f. melanggar larangan bagi Kepala Desa.
(3) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b serta ayat (2) huruf a dan huruf b, diusulkan oleh pimpinan BPD
kepada Bupati melalui Camat, berdasarkan keputusan BPD;
(4) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
huruf d, huruf e dan huruf f, diusulkan oleh Pimpinan BPD kepada Bupati
melalui Camat berdasarkan keputusan BPD yang dihadiri oleh 2/3 ( dua per
tiga ) dari jumlah anggota BPD;

14
(5) Pengesahan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4), ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 ( tiga
puluh ) hari sejak usul diterima;
(6) Berdasarkan Keputusan Bupati tentang pengesahan pemberhentian Kepala
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Bupati mengangkat penjabat
Kepala Desa.

Pasal 51
(1) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD,
apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling singkat 5 ( lima ) tahun atau lebih berdasarkan putusan
pengadilan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap;
(2) Kepala Desa diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD, apabila
terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 52
Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Kepala Daerah tanpa melalui usulan
BPD karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak
pidana terorisme, makar dan/ atau tindak pidana terhadap keamanan Negara.

Pasal 53
(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud Pasal 49
ayat (1) dan Pasal 50 Peraturan Daerah ini, setelah melalui proses peradilan
ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 ( tiga puluh ) hari sejak
ditetapkan putusan pengadilan, kepala daerah harus merehabilitasi dan/ atau
mengaktifkan kembali kepala desa yang bersangkutan sampai dengan akhir
masa jabatan;
(2) Apabila kepala desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pasal ini, telah berakhir masa jabatannya kepala daerah hanya
merehabilitasi kepala desa yang bersangkutan.

Pasal 54
Apabila Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada
Pasal 49 ayat (1) dan Pasal 50 Peraturan Daerah ini, Sekretaris Desa
melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa sampai dengan adanya putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 55
Apabila Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada pasal 49 ayat (2)
dan Kepala Daerah mengangkat pejabat kepala desa dengan tugas pokok
menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa paling lama 6 ( enam ) bulan terhitung
sejak putusan pengadilan yang telah memperolah kekuatan hukum tetap.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 56
Masa jabatan Kepala Desa yang ada pada saat ini tetap berlaku sampai habis masa
jabatannya.

15
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 57
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Majene
Nomor 14 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan
Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Majene Tahun 2001
Nomor 15), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 58
Peraturan Bupati atau Keputusan Bupati yang bertentangan atau tidak sesuai
dengan Peraturan Daerah ini, diganti atau diubah paling lama 6 ( enam ) bulan
sejak ditetapkan Peraturan Daerah ini.

Pasal 59
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
tekhnis pelaksanaannya termasuk tugas, fungsi, wewenang, hak dan kewajiban
serta kedudukan Kepala Desa, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala
Daerah.

Pasal 60
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Majene.

Ditetapkan di Majene
Pada tanggal 30 April 2007

BUPATI MAJENE,

KALMA KATTA
Diundangkan di Majene
Pada tanggal 1 Mei 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MAJENE

MUHAMMAD RIZAL S.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJENE TAHUN 2007 NOMOR 3.

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bagian Hukum

ttd
MUH. RADI, SH
Pangkat : Pembina Tk. I
NIP. 19621231 199703 1 027

16
PENJELASAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE
NOMOR 3 TAHUN 2007
TENTANG
TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN
DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

I. UMUM
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Desa atau yang disebut
dengan nama lain selanjutnya disebut Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul adat istiadatsetempat yang diakui dan dihormati dalam sistim
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepala Desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk Desa warga Negara Republik
Indonesia yang memiliki persyaratan dengan masa jabatan 6 ( enam ) tahun dan dapat dipilih
kembali hanya untuk 1 ( satu ) kali masa jabatan berikutnya.
Pemilihan Kepala Desa dalam Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat
setempat, yamg diterapkan dalam Peraturan Daerah dengan berpedoman kepada Peraturan
Pemerintah.
Kepala Desa pada dasarnya bertanggung Jawab kepada rakyat Desa yang prosedur
pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati/ Walikota melalui Camat.
Kepada BPD, Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawaban
dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya, namum
tetap memberikan peluang kepada masyarakat melalui BPD untuk menanyakan dan/ atau
meminta keterangan lebih lanjut hal-hal yang bertalian dengan pertanggungjawaban dimaksud.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas

Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 3
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 4

17
Yang dimaksud dengan kebutuhan anggaran untuk kegiatan pemilihan adalah anggaran
yang digunakan dalam rangka pelaksanaan pemilihan kepala desa yang diperoleh dari
anggaran bantuan pemerintah kabupaten majene.

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan dilaksanakan secara demokratis adalah dilaksanakan
beradasarkan demokrasi pancasila.
Ayat (3)
Dilaksanakan dengan melalui tahap pencalonan dan tahap pemilihan adalah tahap yang
telah ditentukan oleh PPKD

Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “perangkat desa “ dalam ketentuan ini adalah perangkat
pembantu kepala desa yang terdiri dari sekretariat desa, pelaksana teknis lapangan
seperti kepala urusan, unsur kewilayahan seperti kepala dusun atau dengan sebutan lain,
” Lembaga kemasyarakatan ” seperti ; Rukun Tetangga, Rukun Warga, PKK, Karang
Taruna dan lembaga Pemberdayaan masyarakat atau sebutan lain dan Tokoh
Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini adalah tokoh adat, tokoh
agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 8
Cukup jelas

Pasal 9
Cukup jelas

Pasal 10
Ayat (1)
” Hak memilih ” sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini adalah hak yang dimiliki
oleh setiap penduduk desa warga negara republik Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 11
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ Membuka kesempatan yang seluas-luasnya “ adalah
memberikan kesempatan kepada seluruh penduduk desa warga negara Indonesia yang
telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “ transparan “ dalam ketentuan ini adalah dilakukan secara
terbuka tanpa rahasia dan tanpa pengecualian.
Ayat (3)

18
Yang dimaksud dengan “ tanggapan “ adalah saran yang disetujui paling sedikit dua
pertiga penduduk desa yang mempunyai hak pilih.

Pasal 12
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan “ setia “ adalah tidak pernah terlibat gerakan separatis, tidak
pernah melakukan gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk
mengubah dasar negara serta tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Yang dimaksud dengan ” penduduk desa setempat ” adalah penduduk yang memiliki
Kartu Tanda Penduduk Desa bersangkutan atau memiliki tanda bukti yang sah sebagai
penduduk desa bersangkutan.
Huruf g
Cukup jelas 2
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas

Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ”pejabat yang berwenang ” adalah Bupati Majenebagi Pegawai
Negeri Sipil, untuk TNI/ Polri berdasarkan ketentuan yang berlaku pada ketentuan
dimaksud.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan ” pejabat yang berwenang ” adalah Camat.
Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 16

19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ kelengkapan administrasi “ adalah segala ketentuan yang
bersifat dokumen yang disetor / diserahkan untuk menjadi persyaratan pendaftaran.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “ surat pencalonan ditandangani diatas kertas bermaterai “
adalah bersangkutan sebagai calon kepala desa yang bertanda tangan.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j 3
Cukup jelas
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Cukup jelas
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Surat pernyataan yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah surat pernyataan
yang ditanda tangani diatas kertas bermaterai
Huruf p
Cukup jelas

Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 19
Cukup jelas

20
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ” dinyatakan lulus ” adalah calon yang telah memenuhi
persyaratan administrasi dan ketentuan lainnya yang ditetapkan oleh PPKD.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 21
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ” dapat ” dalam ketentuan ini adalah tidak merupakan
keharusan kepada setiap calon untuk melakukan kampanye.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Yang dimaksud dengan ” radio dan televisi ” adalah milik swasta
Huruf e
Yang dimaksud dengan “ umum4“ adalah seluruh penduduk desa yang berdomisili
dalam wilayah desa pemilihan
Huruf f
Yang dimaksud dengan “ pemasangan alat peraga ditempat umum “ adalah
pemasangan yang dilakukan tidak dan bukan ditempat sarana ibadah, sarana
pendidikan dan sarana pemerintah.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “rapat umum “ adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh
penduduk Desa Warga Negara Republik Indonesia.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “ debat “ adalah debat yang dilakukan secara teratur
Huruf i
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan ”edukatif” dalam ketentuan ini adalah kampanye yang sifatnya
mendidik
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan ” kondisi desa ” dalam ketentuan ini adalah kondisi keamanan
desa
Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 22
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas

21
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas

Pasal 23
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas

Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas 5
Huruf b
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
PPKD yang dapat memberikan sanksi terhadap calon bersangkutan

Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 27
Yang dimaksud dengan “ berhak dipilih “ adalah calon yang telah dinyatakan sah lolos dari
penjaringan calon

Pasal 28
Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Cukup jelas

Pasal 29
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “surat suara yang berisi nomor, fhoto, dan nama calon “ adalah
yang diisi oleh PPKD

22
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 31
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ kondisi geografis “ dalam ketentuan ini adalah keadaan
daerah setempat.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 32 6
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “ pembukaan kotak suara “ adalah kotak suara yang
dibuka oleh PPKD.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan ” mengidentifikasi ” adalah melakukan penelitian
terhadap jenis dokumen dan peralatan.
Huruf d
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan ” calon ” adalah calon kepala desa;“ saksi
“ adalah utusan dari para calon kepala desa;
“ pengawas “ adalah petugas yang khusus ditugaskan untuk mengawas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 35
Cukup jelas

Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas

23
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas

Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 39
Huruf a 7
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas

Pasal 40
Cukup jelas

Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 42

24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ mengkaji “ adalah memeriksa,meneliti dan menyimak
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “diselesaikan bersama” adalah diselesaikan secara
kekeluargaan
Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 43
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas 8

Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 46
Cukup jelas

Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “kepala desa yang dilantik” adalah calon kepala desa yang
memenangkan pemilihan kepala desa
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 49
Cukup jelas

25
Pasal 50
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas

Huruf f
Cukup jelas 9
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas

Pasal 51
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 52
Yang dimaksud dengan “terorisme” adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan
ketakutan dalam usaha mencapai suatu tujuan.
Yang dimaksud dengan “makar” adalah kejahatan terhadap negara dan pemerintah

Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas

Pasal 56
Cukup jelas

Pasal 57

26
Cukup jelas

Pasal 58
Cukup jelas

Pasal 59
Cukup jelas

Pasal 60
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJENE TAHUN 2007 NOMOR 2.

10

27
28

Anda mungkin juga menyukai