PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KEL 2 Pulmonal
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KEL 2 Pulmonal
Nama kelompok :
1. George mongdong
2. Mutiara tumbio
3. Vanesa lontoh
4. Birgiana pabuaran
5. Rivo paembang
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
Fakultas Keperawatan
program Studi DIII Fisioterapi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang Maha Kuasa,Karena dengan
penyertaan-Nyalah sehingga tugas makalah kami ini dapat terselesaikan. Dalam makalah ini penulis
memasukkan beberapa hal utama tentang “Penyakit Paru Obstruktif” guna agar kita semua dapat
mengetahui berbagai penyakit paru obstruktif.
Kami kelompok meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini atau ada
penulisan yang tidak tepat dalam makalah ini kami ucapkan terimakasih
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFRAT ISI
A. BRONKITIS
B. EMPHYSEMA
C. ASMA
D. BRONKIEKTASIS
BAB 3 : KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan respirasi dimana respirasi
merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Fungsi utama sistem
respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida.
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem
pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri dari
trakea, bronkus dan paru-paru.
a) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama
dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian
internal.
Fungsi:
1. Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk.
2. mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau)
3. modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema.
b) Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm. Dinding
faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka yang
terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka
sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara dan makanan,
menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan
pada reaksi imun terhadap benda asing).
c) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian berpasangan. 3
bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan corniculate. Arytenoid
adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan membrane
mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan
bagian tunggal adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi
melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan
minuman agar melewati esophagus
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara dari laring
menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga dapat menjebak
zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus untuk ditelan atau
dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi
batuk, memaksa partikel besar yang masuk kembali keatas.
e) Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang mana
cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing paru, bronkus
terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak jumlah cabangnya, seperti
percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole, Pada pasien
PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga menyebabkan bronkitis kronis.
f) Paru – paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus di paru sebelah
kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang yang bernama
cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-masing paru dibungkus oleh dua
membran pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura membatasi
dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura
terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura
sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga
membantu pleura visceral dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang
melekat saat basah, Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu
bronchiole. Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal.Di bagian akhir
bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara kecil tempat dimana terjadi
pertukaran gas. Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel
epitel skuamosa biasa yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel
alveolar tipe II jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar tipe I. sel
alveolar tipe I adalah tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II mengelilingi sel epitel
dengan permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang mensekresi cairan alveolar. Cairan
alveolar ini mengandung surfaktan sehingga dapat menjaga permukaan antar sel tetap lembab
dan menurunkan tekanan pada cairan alveolar. Surfaktan merupakan campuran kompleks
fosfolipid dan lipoprotein. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara ruang udara dan darah
terjadi secara difusi melewati dinding alveolar dan kapiler, dimana keduanya membentuk
membran respiratori.
BAB 2
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai
oleh hambatan aliran udara, bersifat progresif, dan berhubungan dengan respon inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah
penyakit yang umum, dapat dicegah dan dapat ditangani yang memiliki karakteristik gejala pernafasan
yang menetap dan keterbatasan aliran udara. Hal ini dikarenakan abnormalitas saluran napas dan atau
alveolus yang biasanya disebabkan oleh pajanan gas atau partikel berbahaya.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merujuk pada beberapa hal yang menyebabkan terganggunya
pergerakan udara masuk dan keluar paru. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dapat terjadi sebagai
hasil dari peningkatan resistensi sekunder terhadap edema mukosa bronkus atau kontraksi otot polos.
Hal tersebut juga dapat diakibatkan oleh penurunan kelenturan, seperti pada emfisema. Kelenturan
(elastic recoil) adalah kemampuan mengempiskan paru dan menghembuskan nafas secara apasif,
serupa dengan kemampuan karet kembali ke bentuk semula setelah diregangkan. Penurunan kelenturan
dapat dibayangkan sebagai pita karet yang lemah dan telah diregangkan melebihi batas
kemampuannya, sehingga akan berakibat penurunan kemampuan paru untuk mengosongkan isinya.
PPOK atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) lebih sering menyerang orang usia paruh baya
yang merokok. Seiring waktu, penyakit ini akan memburuk dan berisiko menyebabkan penderitanya
terkena penyakit jantung dan kanker paru-paru.
Penyakit paru obstruktif kronis terjadi ketika saluran pernapasan dan paru-paru rusak serta mengalami
peradangan. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit ini antara
lain:
Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok pasif)
Terpapar polusi udara, misalnya dari debu jalanan, asap dari kendaraan, atau asap pabrik dan
industry.
Menderita penyakit asma, tuberkulosis, infeksi HIV, dan kelainan genetik yang menyebabkan
kekurangan protein alpha-1-antitrypsin (AAt)
Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK
Berusia 40 tahun ke atas.
PPOK berkembang secara perlahan dan tidak menunjukkan gejala khusus pada tahap awal. Gejalanya
baru muncul setelah bertahun-tahun ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru.
Menurut Smeltzer & bare (20002), penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi
kronik adalah :
A) Bronkitis
Yaitu peradangan atau juga bisa disebut infeksi yang terdapat di saluran nafas yang menginfeksi
pada bronkus. Bronkitis biasanya menginfeksi pada anak-anak yang disekitar tempat tinggalnya
terdapat polutan, seperti orang - orang merokok diluar atau didalam ruangan, kendaraan
bermotor yang menyebabkan polusi udara, dan pembakaran yang menyebabkan asap biasanya
saat masak menggunakan kayu bakar. Pasien bronkitis banyak ditemukan dengan keluhan
seperti batuk, mengigil, penumpukan sputum dan sesak nafas.
Bronkitis dibagi menjadi dua bagian, diantaranya :
1) Bronkitis akut
Bronkitis akut adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran nafas bawah, biasanya akan
muncul gejala yang lebih singkat dan mendadak. Pada bronkitis akut penyebab pada
peradangan dan infllamasi itu dikarenakan bakteri ataupun virus dan kondisi akan lebih
parah yang disebabkan oleh polusi udara karena rokok dan kendaraan.
2) Bronkitis kronik
Bronkitis kronik yaitu terjadinya peradangan pada bronkus yang berlangsung selama
beberapa saat dan terjadinya hambatan atau obstuksi pada aliran udara normal dalam
bronkus.
Bronkitis kronik dibagi menjadi tiga :
a) Ringan, biasanya muncul dengan gejala atau keluhan ringan seperti batuk.
KESIMPULAN
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah peradangan pada paru-paru yang berlangsung dalam
jangka panjang. PPOK umumnya ditandai dengan kesulitan bernapas, batuk berdahak, dan mengi
(bengek). PPOK merupakan penyakit yang sering terjadi pada perokok aktif dan pasif.
Menurut Smeltzer & bare (20002), penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi
kronik adalah bronkitis, emphysema, asma, bronkiektasis.
DAFRAT PUSTAKA
https://repository.ump.ac.id/2693/3/MUKTI%20INDRA%20BUDI%20UTAMI%20BAB%20II.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/penyakit-paru-obstruktif-kronik/
diagnosis#:~:text=Diagnosis%20banding%20PPOK%20antara%20lain,%2C%20tuberkulosis%20paru%2C
%20dan%20bronkiektasis.&text=Pemeriksaan%20spirometri%20berfungsi%20untuk
%20mengetahui,dapat%20dilakukan%20staging%20derajat%20penyakit
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2512/4/Chapter2.pdf